tugas

63
Perkreditan Oleh: Prof. DR. Hj. Sri Gambir Melati Hatta, SH. I. Pendahuluan Dalam dunia perbankan perkreditan merupakan salah satu tugas yang bank yang penting. Dapat dikatakan bahwa bank tanpa kredit ”sayur tanpa garam” atau ”hambuger tanpa daging” demikian Munir Fuadi menyebutnya[1]. Dengan tugas bank dalam memberikan dan menyalurkan kredit merupakan kegiatan penting bagi bank guna menunjang perkembangan ekonomi masyarakat. Perkreditan mempunyai arti penting dalam berbagai aspek pembangunan meliputi bidang produksi baik pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan ataupun produksi bidang industri, investasi, perdagangan, eksport import dan sebagainya. Dalam pembangunan sarana prasarana fisik dalam pembangunan seperti halnya gedung-gedung, jembatan-jembatan, irigasi, perumahan dan sebagainya. Perkreditan mempunyai peranan penting bagi kegiatan bisnis dalam rangka pembangunan dan perkembangan ekonomi masa depan, merupakan salah satu sarana penumpukan modal bagi masyarakat untuk berusaha diberbagai sektor produksi. Dengan perkembangan dalam dunia perekonomian dan bisnis, perdagangan. Arti dan peranan perkreditan dalam menanggulangi masalah-masalahnya dewasa ini baik dalam hal hukum maupun penyelesaian masalah-masalah yang ditimbulkan adanya pemberian kredit pada sektor perbankan. Sesungguhnya makna dari kredit dapat disamakan dengan utang. Pada zaman dahulu mempunyai utang merupakan hal yang kurang pantas atau memalukan jika terlihat atau terdengar orang lain. Namun sekarang dunia telah berubah orang bangga mempunyai kredit yang sebenarnya artinya mempunyai utang. Bahwa dengan penyebutan kredit, menandakan dia dianggap orang atau pengusaha yang dipercaya oleh bank atau dekat dengan ”orang kuat” yang dapat memberikan katabelece, adakalanya penandatanganan kredit dibuat dihotel-hotel berbintang serta diekspose wartawan berbagai media masa[2]. Kata kredit yang berarti kepercayaan artinya adanya saling

Transcript of tugas

Page 1: tugas

Perkreditan

Oleh:  Prof. DR. Hj. Sri Gambir Melati Hatta, SH.

I.    PendahuluanDalam dunia perbankan perkreditan merupakan salah satu tugas yang bank yang penting. Dapat dikatakan bahwa bank tanpa kredit ”sayur tanpa garam” atau ”hambuger tanpa daging” demikian Munir Fuadi menyebutnya[1]. Dengan tugas bank dalam memberikan dan menyalurkan kredit merupakan kegiatan penting bagi bank guna menunjang perkembangan ekonomi masyarakat.Perkreditan mempunyai arti penting dalam berbagai aspek pembangunan meliputi bidang produksi baik pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan ataupun produksi bidang industri, investasi, perdagangan, eksport import dan sebagainya. Dalam pembangunan sarana prasarana fisik dalam pembangunan seperti halnya gedung-gedung, jembatan-jembatan, irigasi, perumahan dan sebagainya.Perkreditan mempunyai peranan penting bagi kegiatan bisnis dalam rangka pembangunan dan perkembangan ekonomi masa depan, merupakan salah satu sarana penumpukan modal bagi masyarakat untuk berusaha diberbagai sektor produksi. Dengan perkembangan dalam dunia perekonomian dan bisnis, perdagangan. Arti dan peranan perkreditan dalam menanggulangi masalah-masalahnya dewasa ini baik dalam hal hukum maupun penyelesaian masalah-masalah yang ditimbulkan adanya pemberian kredit pada sektor perbankan.

Sesungguhnya makna dari kredit dapat disamakan dengan utang. Pada zaman dahulu mempunyai utang merupakan hal yang kurang pantas atau memalukan jika terlihat atau terdengar orang lain. Namun sekarang dunia telah berubah orang bangga mempunyai kredit yang sebenarnya artinya mempunyai utang. Bahwa dengan penyebutan kredit, menandakan dia dianggap orang atau pengusaha yang dipercaya oleh bank atau dekat dengan ”orang kuat” yang dapat memberikan katabelece, adakalanya penandatanganan kredit dibuat dihotel-hotel berbintang serta diekspose wartawan berbagai media masa[2].Kata kredit yang berarti kepercayaan artinya adanya saling percaya antara kreditur selaku pemberi kredit dan debitur sebagai penerima kredit.Perjanjian kredit dalam perbankan dilandasi atau berlaku dengan dasar hukum baik undang-undang, peraturan-peraturan yang berhubungan dengan perbankan, kebiasaan praktek dalam perbankan juga yurisprudensi.

Pemberian kredit yang tertuang dalam suatu perjanjian tidak dapat dilepaskan dengan unsur atau prinsip kepercayaan, yang hal ini sering mengundang malapetaka bagi kreditur yaitu dengan munculnya kredit macet. Untuk itu diperlukan berbagai unsur seperti halnya safety, soundness, without substantial risk, juga dalam bidang perundang-undangannya/peraturan perlu mendapatkan perhatian, karena dalam kenyataan perangkat hukumnya dianggap kurang memuaskan untuk menyelesaikan permasalahan kredit macet. Seperti pendapat Munir Fuady dalam salah satu tulisannya mengatakan bahwa : ”Upaya-upaya yang disediakan oleh sektor hukum dibidang kredit seringkali tidak memuskan, keluhan-keluhan sering terdengar dimana-mana”. Ironisnya banyak pihak yang kompoten yang terlibat dalam praktek seakan-akan tidak mau tahu tentang

Page 2: tugas

rintangan dan hambatan yang dialami oleh pihak perbankan. Ilmu hukum perkreditan yang konpensional masih tidak bergerak jauh dari teori-teori lama yang kebanyakan sudah ”usang”[3].

Dalam hal ini saya sependapat dengan Munir Fuady yaitu bahwa pendapat megenai kedudukan debitur selalu dianggap sebagai pihak yang lemah, yang sesungguhnya pada perkembangan zaman sekarang pada beberapa dekade ini hal itu tidak demikian. Misalnya asumsi yuridis debitur adalah pihak yang lemah tetap dipegang teguh pendapat tersebut, sehingga banyak ketentuan perjanjian kredit untuk menjamin amannya pemberian atau pembayaran kembali suatu kredit seringkali dimentahkan atau dibatalkan oleh Pengadilan.Berdasar pengamatan saya banyak kasus-kasus kredit macet yang terjadi justru dari ”ulah debitur yang nakal”. Hal ini bagi kreditur merupakan ”monster” yang sangat menakutkan, demikian komentar Munir Fuady[4].

Perjanjian kredit adalah merupakan suatu bentuk kontraktual dalam penuangannya, dengan demikian berlakulah ketentuan-ketentuan hukum privat dalam hal ini tunduk pada ketentuan hukum perjanjian yang ada didalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata BK III.Dengan demikian uang atau dana  dari pihak bank selaku kreditur adalah asset perusahaan tersebut sebelum dikucurkan kepada debitur. Sesudah dilaksanakan perjanjian kredit dengan diberikannya uang kepada debitur maka pada saat itu hak milik langsung beralih kepada peminjam, sehingga peminjam sekarang menjadi pemilik atau owner. Hal ini dapat dilihat pada Pasal 1755 KUHPerdata[5]. Disinilah berakibat timbulnya posisi tidak aman bagi kreditur. Apabila debitur dikemudian hari tidak dapat melakukan kewajibannya untuk mengembalikan uang pinjaman sesuai dengan yang telah diperjanjikan, maka menimbulkan kredit macet, hal ini merupakan wanprestasi dari debitur. Karena posisi hukum peminjam sesudah dikucurkan kredit bukan lagi sebagai peminjam akan tetapi sudah menjadi pemilik (owner, eigenaar)

Pada akhir-akhir ini masalah kredit macet sangat banyak, dari berbagai pengamatan berdasar kasus-kasus yang muncul terjadi adanya indikasi bahwa calon debitur yang sudah mempersiapkan ”jurus-jurus cerdik” untuk mematuhi segala aturan dan perintah calon kreditur sebelum kredit dikucurkan. Tetapi sesudah dikucurkan maka semua ketentuan-ketentuan sudah tidak diingat lagi termasuk tujuan dari kredit  yang diambil tidak dipedulikan.Tidak jarang pihak Bank untuk menarik pembayaran kembali kreditnya harus mengemis-ngemis. Dalam kondisi seperti ini maka yang dirugikan dalam hal ini adalah pihak kreditur. Posisi kreditur dalam kondisi seperti ini lemah.

A.  Pengertain Kredit dan Elemen-elemennyaPengertian kredit yang sesungguhnya mempunyai dimensi yang beraneka ragam. Kata kredit berasal dari bahasa Yunani yang biasa disebut creditus yang merupakan past participle dari kata credere yang artinya adalah trust atau kepercayaan[6].Percaya, kepercayaan atau to believe atau trust berlandaskan moral, itikad baik atau good faith, sedangkan pengertian kredit sebagaimana diatur didalam Undang-undang RI No. 10

Page 3: tugas

Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang tercantum didalam BAB I ketentuan umum Pasal 1 point 11 :"Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”[7] Dari berbagai pendapat para pakar saya lebih condong pendapat pakar hukum Levy yang merumuskan arti hukum dari kredit :”Menyerahkan secara sukarela sejumlah uang untuk dipergunakan secara bebas oleh penerima kredit. Penerima kredit berhak mempergunakan pinjaman itu untuk keuntungannyadengan kewajiban mengembalikan jumlah pinjaman itu dibelakang hari”[8].

Dari definisi tersebut memberi ciri atau tanda bahwa kredit merupakan pinjam meminjam artinya suatu perbuatan hukum yang tidak selesai pada saat itu.Dasar pemberian uang tersebut yang merupakan kredit adalah kepercayaan yaitu kreditur percaya untuk meminjamkan uangnya kepada debitur, bahwa debitur akan mengembalikan pinjaman sesuai kewajibannya berdasar itikad baik, moral dan kepercayaan. Disamping itu juga berdasar prinsip kehati-hatian.Oleh karena itu debiturpun sebagai pihak peminjam juga dituntutkan mempunyai dasar landasan yang sama pula dengan kreditur.

Dengan apa yang telah dikemukakan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kewajiban baik dari kreditur maupun dari debitur dilandasi kepercayaan dan kehati-hatian.Dari pengertian kredit tersebut dapat dilihat unsur-unsur bahwa kredit merupakan suatu perjanjian atau kesepakatan persetujuan antara pihak kreditur dengan debitur :

Dengan adanya kesepakatan para pihak maka timbullah suatu perbuatan hukum, perbuatan hukum menimbulkan hak dan kewajiban.

Perjanjian kredit bank timbul dalam dunia bisnis khususnya bank. Perbuatan itu dilandasi oleh kepercayaan dan kehati-hatian.

Adanya pembayaran sejumlah uang sebagai pinjaman dari kreditur dan dilain pihak debitur wajib membayar kembali uang-uang yang dipinjam dengan baik dan tanggung jawab sesuai dengan waktu yang disepakati.

Semua perbuatan hukum seperti perjanjian kredit yang tidak selesai pada saat itu juga maka disitulah timbul lembaga jaminan, artinya umumnya timbul dan muncul pula adanya jaminan yang diperlukan dalam perjanjian kredit tersebut baik jaminan kepercayaan maupun jaminan lain.                       

B.  Dasar Hukum Suatu KreditUntuk jelasnya dalam mengetengahkan dasar hukum disini adalah ”dasar hukum suatu perjanjian kredit”.Di Indonesia perjanjian kredit digolongkan sebagai perjanjian tak bernama (in nominat)

Page 4: tugas

karena perjanjian kredit tidak dicantumkan dan tidak diketemukan pengaturannya baik didalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata maupun Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Berdasarkan penelitian, saya berpendapat bahwa perjanjian kredit memang masuk dalam perjanjian tak bernama, mungkin saya berbeda dengan pakar hukum yang lain, tetapi inilah pendapat saya berdasarkan penelitian saya dalam disertai tahun 1997.

Perjanjian kredit pengaturannya didalam Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang landasannya dari Undang-Undang No. 7 Tahun 1992. Ini merupakan lex specialis sedangkan lex generalisnya bertopang pada KUHPerdata BK III BAB XIII (pinjam meminjam) juga BAB I s/d IV mengenai ketentuan umum. Disamping itu juga Undang-Undang dan ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan perbankan antara lain Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor : 2/27/PBI/2000 tentang Bank Umum, Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/22/PBI/2004 tentang Bank Perkreditan Rakyat, Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, juga hukum kebiasaan sebagai dasar hukum perjanjian kredit dalam dunia perbankan, juga yurisprudensi.

Menurut Ronny Sautma Hotma Bako dalam satu tulisannya menyatakan bahwa hubungan antara kreditur dan debitur adalah hubungan hukum dan kepercayaan[9]. Yang dimaksud kreditur disini adalah perbankan dan debitur adalah peminjam atau penerima kredit. 

C.  Prinsip-prinsip Dasar Perkreditan

1. Prinsip yang menjadi acuan bagi perjanjian kredit yang pertama prinsip kepercayaan. Hal ini berlaku baik bagi kreditur ataupun debitur[10].Bagi kreditur kepercayaan bahwa kredit yang kucurkan akan bermanfaat dalam usaha dan akan dipergunakan sesuai tujuannya oleh debitur sesuai dengan yang telah diperjanjikan. Bagi debitur kepercayaan oleh kreditur bahwa debitur dapat membayar kembali kreditnya dengan tepat waktu dan lancar.

2. Prinsip kehati-hatian atau prudentSesungguhnya semua pekerjaan termasuk perkreditan dituntutkan adanya kehati-hatian dari masing-masing pihak. Dilihat dari sudut pemberi kredit yaitu pihak bank bahwa prinsip kehati-hatian perlu mendapat perhatian utama karena kondisi dan atmosfer masa kini berbeda, sehingga tingkat penghati-hatiannya bagi kreditur benar-benar ditingkatkan. Banyak didengar bahwa debitur masa kini, jaman sekarang jauh lebih ”cerdik” dan debitur tidak selamanya dalam posisi ”lemah”[11]. Mungkin secara yuridis, akan tetapi dalam realitanya justru bank dalam pihak yang lemah, prinsip kehati-hatian juga harus dibarengi dengan prinsip pengawasan dari kreditur, terutama pengawasan atasan diperlukan untuk meminimalisasi risiko yang timbul dari pemberian kredit, yaitu dengan selalu mengadakan pengawasan sejauh mana kredit-kredit tersebut dipergunakan sesuai atau tidak sesuai dengan tujuannya. Asas profesionalisme mendasari tugas-tugas kreditur.

Page 5: tugas

Kurangnya perhatian terhadap prinsip kehati-hatian dan pengawasan dari pihak perbankan akhir-akhir ini banyak terjadi kasus kredit macet yang spektakuler antara lain kasus : Edy Tanzil vs Bapindo (1994), kasus BNI Kebayoram Baru (2004) kasus Bank Mandiri (2005).Dari kasus tersebut salah satunya akan dianalisis yaitu kasus Golden Key Group (Edy Tanzil) – Bank Bapindo.

D.  Hak dan Kewajiban Baik Dalam Penyimpanan Dana Maupun Dalam Perjanjian Kredit

1. Hubungan antara bank dan nasabah didasarkan 2 unsur yang saling terkait yaitu hukum dan kepercayaan. Suatu bank hanya bisa melakukan kegiatan dan melakukan kegiatan dan mengembangkan banknya, apabila masyarakat ”percaya” untuk menempatkan uangnya, pada produk-produk perbankan yang ada pada bank tersebut. Berdasarkan kepercayaan masyarakat tersebut, bank dapat memobilisir dana dari masyarakat untuk ditempatkan pada banknya dan bank akan memberikan jasa-jasanya[12]. Untuk diketahui bahwa bank adalah suatu badan usaha yang memang menghimpun dana dari masyarakat yang kemudian dipergunakan dan disalurkan kepada masyarakat kembali untuk memajukan ekonomi masyarakat guna perkembangan dan pembangunan ekonomi. Dengan perkataan lain penyimpanan uang atau dana termasuk negara setelah uang disimpan di Bank, maka uang tersebut adalah milik Bank atau Korporasi. Ini berarti dana yang disimpan merupakan kekayaan Bank atau Korporasi selama dalam penyimpanan. Oleh karena itu apabila terjadi kredit macet yang menimbulkan kerugian diselesaikan lewat ketentuan-ketentuan hukum perdata karena yang melingkupi adalah hukum privat.

2. Hubungan selanjutnya antara bank sebagai kreditur pemberi kredit dengan debitur sebagai peminjam atau penerima kredit.Disini bank sebagai penyedia dana bagi para debiturnya, hubungan hukum antara bank sebagai kreditur dan peminjam sebagai debitur adalah hubungan kontraktual dan hubungan kepercayaan. Hubungan kontraktual tersebut terjadi apabila kreditur telah menjalin hubungan hukum dengan pihak debitur misalnya sepakat melakukan perjanjian kredit. Oleh karena itu hubungan kontraktual ini melibatkan dasar hukum privat artinya hukum privat sebagai dasar hukum terjadinya perjanjian tersebut. Dengan sendirinya apabila terjadi kemacetan dalam pembayaran kredit kembali adalah merupakan bentuk wanprestasi atau breach of contract atau ingkar janji atau tidak menepati janji, sehingga yang melingkupi adalah Hukum Perdata. Selain hubungan hukum kontraktual hubungan antara kreditur dan debitur yaitu pemberi pinjaman dan penerima pinjaman juga ada hubungan yang dilandasi kepercayaan termasuk dalam hal ini adalah kehati-hatian dan pengawasan. Tugas, kewajiban tersebut apabila dilanggar mengakibatkan kerugian karena kelalaian ataupun kesalahan.

Apabila kita lihat pendapat dan teori yang dikemukakan oleh Adam Smith seorang filsuf, pakar hukum yang juga seorang ekonom yaitu tentang teori ”keadilan”nya yang mengetengahkan bahwa :

Page 6: tugas

Barangsiapa merugikan atau membuat seseorang rugi maka harus ditindak atau diberi sanksi sehingga terdapat keadilan[13].Artinya menghargai hak-hak seseorang, tidak merugikan orang lain atau melukai. Setiap orang akan memaksakan dirinya sendiri untuk mentaati aturan-aturan keadilan karena nilai-nilai yang dijamin oleh pelaksanaan keadilan. Kalau tidak, akan muncul kekacauan dalam masyarakat[14]. Oleh karena itu, kerugian yang timbul karena adanya kredit macet harus diberi sanksi untuk diberi keseimbangan agar tercipta keadilan. Faktor kerugian tidak harus kerugian bagi negara saja akan tetapi kerugian yang timbul pada siapapun asal ada unsur kelalaian, karena kekurang hati-hatian dan sebagainya, maka hal tersebut dapat mengarah ketindak pidana. Siapa yang karena kelalaian atau karena kesalahannya harus bertanggung jawab secara hukum akibat adanya kerugian tersebut. Pertanggung jawaban tersebut baik secara hukum perdata ataupun pidana.

Di Amerika Serikat hubungan Bank dan nasabah di lihat sebagai suatu hubungan kontraktual antara debitur dan kreditur, yaitu sebagai peminjam dan yang meminjamkan. Selain itu juga Bank sebagai penerima dana dan debitur sebagai penyimpan dana, maka dengan demikian Bank mempunyai hak yuridis terhadap uang yang disimpan. Namun ada kalanya hal ini bisa mengarah pada tindak pidana ekonomi meskipun awalnya beranjak dari hukum perdata atau privat. Hal ini dapat dilihat dari case atau kasus, baik yang dilakukan oleh debitur atau mungkin oleh kreditur.Misalnya apabila debitur yang telah menerima kredit mempergunakan kreditnya tidak sesuai dengan apa yang telah ditunjuk atau diperjanjikan sehingga menimbulkan kerugian yang ditimbulkan karena kelalaian atau kekurang hati-hatian serta pengawasan yang kurang ataupun kesalahan debitur.

Demikian pula yang dilakukan oleh kreditur misalnya apabila dalam melaksanakan tugas pengawasan terlalu dalam mencampuri usaha dari debitur sehingga usaha atau produksinya tidak sesuai dengan yang diharapkan, yang mengakibatkan timbulnya kerugian. Kurang hati-hati dan kelalaian serta kendornya atau kurangnya pengawasan, merupakan potensi-potensi yang akan bisa menimbulkan tindak pidana ekonomi. Dalam hal ini dapat diterapkan sanksi didasarkan pada pelanggaran ketentuan-ketentuan, perundang-undangan perbankan  sebagai ketentuan  khusus atau peraturan-peraturan lex specialis maupun ketentuan-ketentuan lain yang terkait misalnya ketentuan pidana.

Sesungguhnya kalau ditinjau dari dasar hukum lex specialisnya seperti halnya ketentuan perbankan dan sebagainya maka akan memungkinkan perbuatan-perbuatan yang melanggar ketentuan tersebut dapat menimbulkan tindak pidana ekonomi yang dapat diberi sanksi pidana. 

E.  Kasus Golden Key Group – Bapindo (1994)Dalam kasus yang sangat terkenal dalam bidang perbankan pada tahun 1990-an mencuat adanya kasus kredit macet dari Golden Key Group (Edy Tanzil) sebagai debitur yang mendapat kucuran kredit dari Bapindo yang akhirnya menimbulkan kerugian Negara

Page 7: tugas

sebesar 1.3 triliun. Kasus ini terjadi karena adanya pengucuran kredit dari Bapindo kepada Edy Tanzil (Golden Key Group) yang pengucurannya didasarkan atas surat sakti/ “katabelece” dari petinggi pemerintahan waktu itu[15]. Dasar kesalahan yang kedua adalah pemberian kredit diberikan sebelum ada kredit tertulis. Dalam hal ini Golden Key Group memperoleh kredit tanpa melalui ketentuan perbankan yang berlaku[16]. Dalam hal ini perjanjian kredit tersebut tidak tertulis sedangkan ketentuan perjanjian kredit  harus tertulis. Perjanjian kredit meskipun ada konsensus atau kata sepakat disyaratkan pula secara khusus harus tertulis. Hal ini berdasarkan ketentuan-ketentuan perbankan yang merupakan lex specialis.

Kelemahan dari perjanjian tersebut bahwa ternyata dengan “katabelece” berarti prinsip kehati-hatian dan pengawasan telah diabaikan, dalam hal ini misalnya mengenai batas maksimum pemberian kredit (BMPK) yaitu tagihan sebesar 1.3 triliun, ini merupakan pemberian kucuran kredit yang melampaui batas yang dianggap melanggar prinsip-prinsip kehati-hatian dan pengawasan.Kegagalan untuk mengembalikan kredit merupakan wanprestasi oleh debitur artinya bahwa debitur tidak melaksanakan kewajibannya sesuai dengan yang telah diperjanjikan. Oleh karena itu sesungguhnya masuk ruang lingkup hukum Perdata. Akan tetapi karena banyak terkena oleh aturan-aturan perbankan antara lain dilanggarnya prinsip kehati-hatian dan pengawasan yang akhirnya menimbulkan kerugian Negara dan telah diatur tersendiri berdasarkan ketentuan perbankan secara lex specialis maka yang tadinya berawal dari suatu perjanjian yang harusnya, kalau terjadi kemacetan mestinya diselesaikan berdasarkan ketentuan-ketentuan Perdata dapat mengarah ke tindak pidana ekonomi yaitu berdasar ketentuan hukum Pidana.

Dalam kasus Golden Key Group ini saya berpendapat bahwa kasus tersebut dapat saya lihat dari dua sisi atau sudut pandang:

1. Berdasarkan ketentuan-ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) dalam hal ini karena kredit tersebut adalah merupakan suatu perjanjian, sehingga apabila terjadi kegagalan yaitu tidak terlaksananya kewajiban-kewajiban oleh debitur dalam hal ini mengembalikan pembayaran kredit kembali kepada Bank selaku kreditur adalah merupakan wanprestasi dari debitur. Oleh karena itu penyelesaian hukumnya harus melalui dasar hukum yaitu KUHPerdata BAB XIII BK III tentang perjanjian. Sehingga dalam penyelesaiannya harus dilakukan dengan penarikan-penarikan kembali kredit-kredit tersebut dengan batas waktu pengembalian.

2. Berdasarkan ketentuan-ketentuan perbankan itu sendiri yang mengacu pada Pasal 29 ayat (2) Undang-Undang Bank Central No. 13 Tahun 1968 yaitu adanya pengawasan oleh Bank Central dalam hal ini adalah Bank Indonesia dan juga oleh bank-bank yang ada dibawahnya. Dalam Undang RI No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia dapat dilihat didalam Pasal 24 yang intinya mengenai tugas dan pengawasan bank, Pasal 25 ayat (1) berhubungan dengan prinsip kehati-hatian juga Pasal 29 ayat (1, 2 dan 3) yang menyangkut Ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) selain itu juga didalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dari Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1992 yang

Page 8: tugas

tercantum didalam :Pasal 11 (menetapkan ketentuan mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, pemberian jaminan, penempatan investasi surat berharga atau hal lain yang serupa yang dapat dilakukan oleh bank kepada peminjam atau kelompok peminjam yang terkait termasuk kepada perusahaan-perusahaan dalam kelompok yang sama dalam bank yang sama dengan bank yang bersangkutan)[17]. 

Dalam ayat (2)nya BMPK tidak boleh melebihi 30% dari modal bank.Dengan didasarkan pada aturan dan ketentuan-ketentuan perbankan itu sendiri yang juga mengatur mengenai sanksi pidana apabila peraturan tersebut dilanggar. Dengan pelanggaran tersebut yang menimbulkan kerugian pada negara, maka harus diberi sanksi Pidana sebagaimana ketentuan yang berlaku khususnya dalam ketentuan perbankan, juga ketentuan-ketentuan lain yang terkait misalnya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah oleh Bank mengandung risiko kegagalan atau kemacetan dalam pelunasannya, sehingga dapat berpengaruh terhadap kesehatan Bank. Kredit bersumber dari dana masyarakat, maka pengelola dalam hal ini Bank wajib bertanggung jawab. Jika karena kebijakan yang diambil khususnya mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK), sehingga menimbulkan kerugian dari menggoncangkan perekonomian masyarakat dan menuju kebangkrutan maka dapat diambil tindakan karena merugikan masyarakat sehingga dapat dikenakan sanksi pidana.Juga karena kurang kehati-hatian dan lalainya pengawasan yang merupakan tugas pihak Bank yang akhirnya timbul kerugian, pihak Bank harus bertanggung jawab secara pidana karena ada unsur merugikan dana masyarakat.

Dalam kasus yang berhubungan BMPK pakar dan pengamat perbankan Projoto mengemukakan pendapatnya :Adanya pelonggaran (relaksasi) ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) sebagai suatu syarat untuk mendorong lembaga perbankan menyalurkan kredit adalah gagasan yang ”patut” direalisasikan. Patut karena rigiditas regulasi tentang BMPK memang sering dianggap sebagai salah satu halangan bagi Bank untuk menyalurkan kredit korporasi maupu kredit ke sektor kegiatan infrastruktur[18]. Hal ini jika dihubungkan dengan penerapan klasifikasi aktiva produktif seperti diatur dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI 7/2/2005).Berdasar ketentuan tersebut tindakan relaksasi pun masih belum mampu menggairahkan minat perbankan menyalurkan kredit secara optimal.Menanggapi tulisan dari pengamat perbankan tersebut diatas penulis menyetujui dan menggarisbawahi pendapat tersebut. Selain yang telah dikemukakan diatas berdasar pengamatan saya pada akhir-akhir ini lembaga-lembaga perbankan memang sangat hati-hati dalam menjalankan tugas kewenangannya dibidang pengucuran kredit karena

Page 9: tugas

”risikonya amat tinggi”. Hal ini dapat dilihat dari kasus yang muncul seperti halnya kasus Golden Key Group – Bapindo, kasus Bank Mandiri, kasus Bank BNI dan sebagainya.

Pada akhir-akhir ini telah keluar Fatwa Mahkamah Agung yang berhubungan dengan aset perusahaan dan juga aset negara mengenai pemisahan aset tersebut yang ditulis dalam Kompas Senin 2 Oktober 2006 dan Kompas Rabu 4 Oktober 2006. Dalam tulisan tersebut mengetengahkan pemisahan aset negara dan aset perusahaan[19]. Banyak yang berpendapat yang mengkhawatirkan bahwa dengan adanya Fatwa Mahkamah Agung tersebut dapat melemahkan atau mengendorkan penanganan perkara korupsi terutama korupsi yang terjadi di BUMN, dapat diarahkan ke hukum Perdata atau Perseroan. Dengan demikian dikhawatirkan orang-orang yang melakukan korupsi akan terhindar karena adanya fatwa Mahkamah Agung tersebut. Kekhawatiran tersebut timbul dilontarkan oleh pakar hukum pidana yaitu Indrianto Seno Adji dan juga dari DPR Gayus Lumbuun dengan adanya fatwa dari Mahkamah Agung Agustus 2006 bahwa pemisahan kekayaan negara  dalam APBN serta APBD kedalam BUMN sebagai penyertaan modal, tidak dapat diartikan sebagai keuangan negara. Oleh karena itu tunduk pada hukum atau prinsip hukum Perdata atau Perseroan. Dengan pemisahan aset tersebut mengakibatkan tidak ada kerugian negara sebagai unsur dalam perkara tindak pidana kosupsi.

Memang berdasar hukum secara formal, uang yang diikut sertakan didalam perseroan dalam pengelolaannya adalah sepenuhnya tanggung jawab perseroan atau perusahaan/ korporasi, tunduk pada bidang hukum perdata. Karena modal penyertaan yang sudah masuk atau disimpan Bank adalah uang milik Bank dan merupakan kekayaan Bank selama dalam penyimpanan Bank, juga ketentuan penyimpanan dana mendapat bunga sebagai kontra prestasi dari penyimpanan tersebut. Di dalam Pasal 1765 KUHPerdata di sebutkan : ”Adalah diperbolehkan memperjanjikan bunga atas peminjaman uang atau lain barang yang menghabis karena pemakaian”[20].

Jauh sebelum adanya Fatwa Mahkamah Agung timbul kasus Bank BNI – Kebayoran Baru (2004) kasus Bank Mandiri (2005) dengan putusan yang berbeda meskipun kasusnya hampir sama.Kompas dalam tulisan yang dimuat 5 September 2006 ”Tempuhlah Jalur Hukum”, seruan ini dilontarkan Menteri BUMN Sugiharto mendorong Bank Mandiri untuk menempuh jalur hukum untuk menghadapi para debitor yang kreditnya macet[21]. Dilakukan karena penyelesaian kredit bermasalah di Bank Mandiri sudah berlarut-larut cukup lama. Dari kejadian ini menunjukkan bahwa hal tersebut karena lemahnya perangkat perundang-undangan perbankan itu sendiri. Dimana muncul debitor-debitor yang sesungguhnya cukup mampu akan tetapi karena moral dan mental yang melandasinya kurang, sehingga timbul kondisi yang parah dan terjadi penumpukan kredit macet karena ulah debitur ”nakal”.

Kondisi debitor-debitor ”nakal” terlihat didalam tulisan pada harian Kompas Rabu 5 Agustus 2006 yang berjudul Bankir Minta Dilindungi[22]. Para Bankir berharap Presiden dalam Pidato kenegaraan pada rapat paripurna DPR 16 Agustus 2006 berkomitmen melindungi Bankir dari tuduhan korupsi bila terjadi kredit macet.

Page 10: tugas

Inti tulisan tersebut menandakan betapa kondisi Ekonomi, yang buruk akibat kredit macet yang sebagian merupakan ”ulah nakal” para debitur. Disamping itu kredit macet tidak semua akibat tindakan kriminal yang merugikan negara, sebetulnya juga akibat perekonomian yang buruk. Sehingga kondisi perbankan merosot karena Bankir takut melaksanakan tugas pengucuran dana ke masyarakat yang dampaknya terhadap kinerja Bank. Ada kecenderungan kreditur (Bank) bersikap amat hati-hati karena maksud baik dalam melaksanakan tugas kewajiban yang mulia dalam pengucuran kredit untuk masyarakat dalam memajukan perkembangan ekonomi justru berujung pada kondisi yang sangat menyulitkan pihak Bank sebagai pemberi kredit yaitu adanya usaha-usaha pihak lain untuk mengalihkan penyelesaian kredit macet ke bidang pidana dengan ”paksa”.

Hal ini sesungguhnya harus difokuskan pada pihak debitur yang ”nakal” yang mengakibatkan kerugian baik bagi negara maupun masyarakat pada umumnya.

II.   PenutupBerdasarkan 2 fungsi utama Bank yaitu fungsi pengerahan dana dan penyaluran dana muncul dua (2) hubungan hukum antara Bank dan nasabah :1.   Hubungan hukum antara Bank dan nasabah penyimpan dana.2.   Hubungan hukum antara Bank dan peminjam dana.

Hubungan hukum ini tidak hanya merupakan hubungan hukum kontraktual saja akan tetapi juga merupakan hubungan berdasar prinsip dan asas kepercayaan, kehati-hatian apabila dilanggar menimbulkan kerugian jika tidak dikenakan sanksi terjadi suatu keadaan yang tidak adil. Oleh karena itu perbuatan yang merugikan tersebut agar adil harus ditindak dan diberi sanksi. Adam Smith mengajarkan  dalam teorinya tentang keadilan bahwa barang siapa merugikan orang lain atau menimbulkan kerugian harus diseimbangkan dengan adanya sanksi yang dikenakan bagi yang merugikan.

Dalam hubungan antara Bank dan nasabah penyimpan dana terdapat hubungan hukum kontraktual. Dilanggarnya perjanjian atau tidak dilaksanakannya kewajiban dalam perjanjian menimbulkan wanprestasi, oleh karena itu penyelesaiannya lewat aturan-aturan hukum privat yaitu berdasar hukum perdata.

Sedangkan dalam hubungan antara Bank dan peminjam dana yaitu hubungan antara kreditur dan debitur didasarkan hubungan hukum baik kontraktual maupun hubungan kepercayaan dan kehati-hatian.Apabila hubungan kepercayaan dan prinsip kehati-hatian juga pengawasan dilanggar sehingga menimbulkan kerugian karena kelalaian atau kejahatan maka harus diberi sanksi. Dengan demikian tercipta rasa keadilan agar tidak muncul kekacauan dalam masyarakat. Karena dilanggarnya prinsip kepercayaan, kehati-hatian, pengawasan maka terjadi kelalaian atau kejahatan yang kemudian menimbulkan kerugian.Kerugian tersebut tidak hanya karena kerugian negara saja akan tetapi juga karena kerugian kepada masyarakat umum. Tindakan yang menimbulkan kerugian tersebut dapat dikenai sanksi berupa tindak pidana atau dikenai aturan-aturan hukum yang mengarah ke tindak pidana ekonomi.

Page 11: tugas

Masih lemahnya aturan dan ketentuan hukum dalam lingkup hukum perbankan, karena masih memegang prinsip lama yang sudah tidak mengikuti perkembangan sosio yuridis dan perkembangan sosio ekonomis masa kini.

Kiranya pembenahan perangkat hukum perkreditan segera dilaksanakan dan menampung serta menganalisis kenyataan-kenyataan yang ada berdasar perkembangan jaman baik secara ekonomi maupun sosial yuridis dan hukum itu sendiri.Kiranya dunia perbankan masa depan perlu menjawab tantangan yang ada dan akan ada dengan pembenahan peraturan perundang-undangan yang lebih aktual dalam menantang dan menyikapi perubahan jaman, sehingga dunia perbankan akan dapat membantu negara untuk membangun perekonomian Indonesia dimasa mendatang.  

DAFTAR PUSTAKA A. Tony Prasetiantono, Marcello Teodore Cs, Bantuan Likuiditas Bank Indonesia. Suatu pelajaran yang sangat mahal bagi otoritas moneter dan perbankan; Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia, 2006. Bako, Rony Sautma Hotma, Hubungan Bank dan Nasabah Terhadap Produk Tabungan dan Deposito; Bandung : Citra Aditya Bakti, 1995. H. Moh. Tjoekam, Perkreditan Bisnis Inti Bank Komersial, Konsep, Teknik dan Kasus; Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Umum, 1999. Keraf, Sonny. A, Pasar Bebas Keadilan& Peran Pemerintah, Telaah Atas Etika Ekonomi Adam Smith, Jakarta : Kanisius, 1995 Kompas, Bankir Minta Dilindungi, 16 Agustus 2006. Kompas, Fatwa Soal Aset Mengkhawatirkan, 2 Oktober 2006. Kompas, Fatwa Mahkamah Agung Bisa Hambar Pemberantasan Korupsi, 4 Oktober 2006. Levy. J. A. Rekening Courant, 1873. Mariam Darus Bahrul Zaman; Perjanjian Kredit Bank, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1991. Munir Fuady, Hukum Perkreditan Kontemporer, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1996. R. Subekti, Tjitro Subidio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta : Pradnya Paramita, 1986. 

Page 12: tugas

Sentosa Sembiring, Himpunan Lengkap Undang-Undang Tentang Perbankan, Bandung : Nuansa Aulia, 2006. Sri Gambir Melati Hatta, Pelangi Hukum Bisnis, Jakarta : ISTN, 1999. Sri Gambir Melati Hatta, Peranan Itikad Baik Dalam Hukum Kontrak dan Perkembangannya, Serta Implikasinya Terhadap Hukum dan Keadilan, Jakarta : UI Press, 2000 (Pidato Pengukuhan Guru Besar FHUI). Tjipto Adi Nugroho, Perbankan Masalah Perkreditan, Jakarta : Pradnya Paramita, 1983. Webster, Noah, Webster New Universal Unabridged Dictionery; New York USA : Simon & Schuster, 1972.

Oleh:  Prof. DR. Hj. Sri Gambir Melati Hatta, SH.

I.    PendahuluanDalam dunia perbankan perkreditan merupakan salah satu tugas yang bank yang penting. Dapat dikatakan bahwa bank tanpa kredit ”sayur tanpa garam” atau ”hambuger tanpa daging” demikian Munir Fuadi menyebutnya[1]. Dengan tugas bank dalam memberikan dan menyalurkan kredit merupakan kegiatan penting bagi bank guna menunjang perkembangan ekonomi masyarakat.Perkreditan mempunyai arti penting dalam berbagai aspek pembangunan meliputi bidang produksi baik pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan ataupun produksi bidang industri, investasi, perdagangan, eksport import dan sebagainya. Dalam pembangunan sarana prasarana fisik dalam pembangunan seperti halnya gedung-gedung, jembatan-jembatan, irigasi, perumahan dan sebagainya.Perkreditan mempunyai peranan penting bagi kegiatan bisnis dalam rangka pembangunan dan perkembangan ekonomi masa depan, merupakan salah satu sarana penumpukan modal bagi masyarakat untuk berusaha diberbagai sektor produksi. Dengan perkembangan dalam dunia perekonomian dan bisnis, perdagangan. Arti dan peranan perkreditan dalam menanggulangi masalah-masalahnya dewasa ini baik dalam hal hukum maupun penyelesaian masalah-masalah yang ditimbulkan adanya pemberian kredit pada sektor perbankan.

Sesungguhnya makna dari kredit dapat disamakan dengan utang. Pada zaman dahulu mempunyai utang merupakan hal yang kurang pantas atau memalukan jika terlihat atau terdengar orang lain. Namun sekarang dunia telah berubah orang bangga mempunyai kredit yang sebenarnya artinya mempunyai utang. Bahwa dengan penyebutan kredit, menandakan dia dianggap orang atau pengusaha yang dipercaya oleh bank atau dekat dengan ”orang kuat” yang dapat memberikan katabelece, adakalanya penandatanganan kredit dibuat dihotel-hotel berbintang serta diekspose wartawan berbagai media masa[2].Kata kredit yang berarti kepercayaan artinya adanya saling percaya antara kreditur selaku pemberi kredit dan debitur sebagai penerima kredit.Perjanjian kredit dalam perbankan dilandasi atau berlaku dengan dasar hukum baik

Page 13: tugas

undang-undang, peraturan-peraturan yang berhubungan dengan perbankan, kebiasaan praktek dalam perbankan juga yurisprudensi.

Pemberian kredit yang tertuang dalam suatu perjanjian tidak dapat dilepaskan dengan unsur atau prinsip kepercayaan, yang hal ini sering mengundang malapetaka bagi kreditur yaitu dengan munculnya kredit macet. Untuk itu diperlukan berbagai unsur seperti halnya safety, soundness, without substantial risk, juga dalam bidang perundang-undangannya/peraturan perlu mendapatkan perhatian, karena dalam kenyataan perangkat hukumnya dianggap kurang memuaskan untuk menyelesaikan permasalahan kredit macet. Seperti pendapat Munir Fuady dalam salah satu tulisannya mengatakan bahwa : ”Upaya-upaya yang disediakan oleh sektor hukum dibidang kredit seringkali tidak memuskan, keluhan-keluhan sering terdengar dimana-mana”. Ironisnya banyak pihak yang kompoten yang terlibat dalam praktek seakan-akan tidak mau tahu tentang rintangan dan hambatan yang dialami oleh pihak perbankan. Ilmu hukum perkreditan yang konpensional masih tidak bergerak jauh dari teori-teori lama yang kebanyakan sudah ”usang”[3].

Dalam hal ini saya sependapat dengan Munir Fuady yaitu bahwa pendapat megenai kedudukan debitur selalu dianggap sebagai pihak yang lemah, yang sesungguhnya pada perkembangan zaman sekarang pada beberapa dekade ini hal itu tidak demikian. Misalnya asumsi yuridis debitur adalah pihak yang lemah tetap dipegang teguh pendapat tersebut, sehingga banyak ketentuan perjanjian kredit untuk menjamin amannya pemberian atau pembayaran kembali suatu kredit seringkali dimentahkan atau dibatalkan oleh Pengadilan.Berdasar pengamatan saya banyak kasus-kasus kredit macet yang terjadi justru dari ”ulah debitur yang nakal”. Hal ini bagi kreditur merupakan ”monster” yang sangat menakutkan, demikian komentar Munir Fuady[4].

Perjanjian kredit adalah merupakan suatu bentuk kontraktual dalam penuangannya, dengan demikian berlakulah ketentuan-ketentuan hukum privat dalam hal ini tunduk pada ketentuan hukum perjanjian yang ada didalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata BK III.Dengan demikian uang atau dana  dari pihak bank selaku kreditur adalah asset perusahaan tersebut sebelum dikucurkan kepada debitur. Sesudah dilaksanakan perjanjian kredit dengan diberikannya uang kepada debitur maka pada saat itu hak milik langsung beralih kepada peminjam, sehingga peminjam sekarang menjadi pemilik atau owner. Hal ini dapat dilihat pada Pasal 1755 KUHPerdata[5]. Disinilah berakibat timbulnya posisi tidak aman bagi kreditur. Apabila debitur dikemudian hari tidak dapat melakukan kewajibannya untuk mengembalikan uang pinjaman sesuai dengan yang telah diperjanjikan, maka menimbulkan kredit macet, hal ini merupakan wanprestasi dari debitur. Karena posisi hukum peminjam sesudah dikucurkan kredit bukan lagi sebagai peminjam akan tetapi sudah menjadi pemilik (owner, eigenaar)

Pada akhir-akhir ini masalah kredit macet sangat banyak, dari berbagai pengamatan berdasar kasus-kasus yang muncul terjadi adanya indikasi bahwa calon debitur yang sudah mempersiapkan ”jurus-jurus cerdik” untuk mematuhi segala aturan dan perintah

Page 14: tugas

calon kreditur sebelum kredit dikucurkan. Tetapi sesudah dikucurkan maka semua ketentuan-ketentuan sudah tidak diingat lagi termasuk tujuan dari kredit  yang diambil tidak dipedulikan.Tidak jarang pihak Bank untuk menarik pembayaran kembali kreditnya harus mengemis-ngemis. Dalam kondisi seperti ini maka yang dirugikan dalam hal ini adalah pihak kreditur. Posisi kreditur dalam kondisi seperti ini lemah.

A.  Pengertain Kredit dan Elemen-elemennyaPengertian kredit yang sesungguhnya mempunyai dimensi yang beraneka ragam. Kata kredit berasal dari bahasa Yunani yang biasa disebut creditus yang merupakan past participle dari kata credere yang artinya adalah trust atau kepercayaan[6].Percaya, kepercayaan atau to believe atau trust berlandaskan moral, itikad baik atau good faith, sedangkan pengertian kredit sebagaimana diatur didalam Undang-undang RI No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang tercantum didalam BAB I ketentuan umum Pasal 1 point 11 :"Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”[7] Dari berbagai pendapat para pakar saya lebih condong pendapat pakar hukum Levy yang merumuskan arti hukum dari kredit :”Menyerahkan secara sukarela sejumlah uang untuk dipergunakan secara bebas oleh penerima kredit. Penerima kredit berhak mempergunakan pinjaman itu untuk keuntungannyadengan kewajiban mengembalikan jumlah pinjaman itu dibelakang hari”[8].

Dari definisi tersebut memberi ciri atau tanda bahwa kredit merupakan pinjam meminjam artinya suatu perbuatan hukum yang tidak selesai pada saat itu.Dasar pemberian uang tersebut yang merupakan kredit adalah kepercayaan yaitu kreditur percaya untuk meminjamkan uangnya kepada debitur, bahwa debitur akan mengembalikan pinjaman sesuai kewajibannya berdasar itikad baik, moral dan kepercayaan. Disamping itu juga berdasar prinsip kehati-hatian.Oleh karena itu debiturpun sebagai pihak peminjam juga dituntutkan mempunyai dasar landasan yang sama pula dengan kreditur.

Dengan apa yang telah dikemukakan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kewajiban baik dari kreditur maupun dari debitur dilandasi kepercayaan dan kehati-hatian.Dari pengertian kredit tersebut dapat dilihat unsur-unsur bahwa kredit merupakan suatu perjanjian atau kesepakatan persetujuan antara pihak kreditur dengan debitur :

Dengan adanya kesepakatan para pihak maka timbullah suatu perbuatan hukum, perbuatan hukum menimbulkan hak dan kewajiban.

Perjanjian kredit bank timbul dalam dunia bisnis khususnya bank. Perbuatan itu dilandasi oleh kepercayaan dan kehati-hatian.

Page 15: tugas

Adanya pembayaran sejumlah uang sebagai pinjaman dari kreditur dan dilain pihak debitur wajib membayar kembali uang-uang yang dipinjam dengan baik dan tanggung jawab sesuai dengan waktu yang disepakati.

Semua perbuatan hukum seperti perjanjian kredit yang tidak selesai pada saat itu juga maka disitulah timbul lembaga jaminan, artinya umumnya timbul dan muncul pula adanya jaminan yang diperlukan dalam perjanjian kredit tersebut baik jaminan kepercayaan maupun jaminan lain.                       

B.  Dasar Hukum Suatu KreditUntuk jelasnya dalam mengetengahkan dasar hukum disini adalah ”dasar hukum suatu perjanjian kredit”.Di Indonesia perjanjian kredit digolongkan sebagai perjanjian tak bernama (in nominat) karena perjanjian kredit tidak dicantumkan dan tidak diketemukan pengaturannya baik didalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata maupun Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Berdasarkan penelitian, saya berpendapat bahwa perjanjian kredit memang masuk dalam perjanjian tak bernama, mungkin saya berbeda dengan pakar hukum yang lain, tetapi inilah pendapat saya berdasarkan penelitian saya dalam disertai tahun 1997.

Perjanjian kredit pengaturannya didalam Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang landasannya dari Undang-Undang No. 7 Tahun 1992. Ini merupakan lex specialis sedangkan lex generalisnya bertopang pada KUHPerdata BK III BAB XIII (pinjam meminjam) juga BAB I s/d IV mengenai ketentuan umum. Disamping itu juga Undang-Undang dan ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan perbankan antara lain Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor : 2/27/PBI/2000 tentang Bank Umum, Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/22/PBI/2004 tentang Bank Perkreditan Rakyat, Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, juga hukum kebiasaan sebagai dasar hukum perjanjian kredit dalam dunia perbankan, juga yurisprudensi.

Menurut Ronny Sautma Hotma Bako dalam satu tulisannya menyatakan bahwa hubungan antara kreditur dan debitur adalah hubungan hukum dan kepercayaan[9]. Yang dimaksud kreditur disini adalah perbankan dan debitur adalah peminjam atau penerima kredit. 

C.  Prinsip-prinsip Dasar Perkreditan

1. Prinsip yang menjadi acuan bagi perjanjian kredit yang pertama prinsip kepercayaan. Hal ini berlaku baik bagi kreditur ataupun debitur[10].Bagi kreditur kepercayaan bahwa kredit yang kucurkan akan bermanfaat dalam usaha dan akan dipergunakan sesuai tujuannya oleh debitur sesuai dengan yang telah diperjanjikan. Bagi debitur kepercayaan oleh kreditur bahwa debitur dapat membayar kembali kreditnya dengan tepat waktu dan lancar.

Page 16: tugas

2. Prinsip kehati-hatian atau prudentSesungguhnya semua pekerjaan termasuk perkreditan dituntutkan adanya kehati-hatian dari masing-masing pihak. Dilihat dari sudut pemberi kredit yaitu pihak bank bahwa prinsip kehati-hatian perlu mendapat perhatian utama karena kondisi dan atmosfer masa kini berbeda, sehingga tingkat penghati-hatiannya bagi kreditur benar-benar ditingkatkan. Banyak didengar bahwa debitur masa kini, jaman sekarang jauh lebih ”cerdik” dan debitur tidak selamanya dalam posisi ”lemah”[11]. Mungkin secara yuridis, akan tetapi dalam realitanya justru bank dalam pihak yang lemah, prinsip kehati-hatian juga harus dibarengi dengan prinsip pengawasan dari kreditur, terutama pengawasan atasan diperlukan untuk meminimalisasi risiko yang timbul dari pemberian kredit, yaitu dengan selalu mengadakan pengawasan sejauh mana kredit-kredit tersebut dipergunakan sesuai atau tidak sesuai dengan tujuannya. Asas profesionalisme mendasari tugas-tugas kreditur.

Kurangnya perhatian terhadap prinsip kehati-hatian dan pengawasan dari pihak perbankan akhir-akhir ini banyak terjadi kasus kredit macet yang spektakuler antara lain kasus : Edy Tanzil vs Bapindo (1994), kasus BNI Kebayoram Baru (2004) kasus Bank Mandiri (2005).Dari kasus tersebut salah satunya akan dianalisis yaitu kasus Golden Key Group (Edy Tanzil) – Bank Bapindo.

D.  Hak dan Kewajiban Baik Dalam Penyimpanan Dana Maupun Dalam Perjanjian Kredit

1. Hubungan antara bank dan nasabah didasarkan 2 unsur yang saling terkait yaitu hukum dan kepercayaan. Suatu bank hanya bisa melakukan kegiatan dan melakukan kegiatan dan mengembangkan banknya, apabila masyarakat ”percaya” untuk menempatkan uangnya, pada produk-produk perbankan yang ada pada bank tersebut. Berdasarkan kepercayaan masyarakat tersebut, bank dapat memobilisir dana dari masyarakat untuk ditempatkan pada banknya dan bank akan memberikan jasa-jasanya[12]. Untuk diketahui bahwa bank adalah suatu badan usaha yang memang menghimpun dana dari masyarakat yang kemudian dipergunakan dan disalurkan kepada masyarakat kembali untuk memajukan ekonomi masyarakat guna perkembangan dan pembangunan ekonomi. Dengan perkataan lain penyimpanan uang atau dana termasuk negara setelah uang disimpan di Bank, maka uang tersebut adalah milik Bank atau Korporasi. Ini berarti dana yang disimpan merupakan kekayaan Bank atau Korporasi selama dalam penyimpanan. Oleh karena itu apabila terjadi kredit macet yang menimbulkan kerugian diselesaikan lewat ketentuan-ketentuan hukum perdata karena yang melingkupi adalah hukum privat.

2. Hubungan selanjutnya antara bank sebagai kreditur pemberi kredit dengan debitur sebagai peminjam atau penerima kredit.Disini bank sebagai penyedia dana bagi para debiturnya, hubungan hukum antara bank sebagai kreditur dan peminjam sebagai debitur adalah hubungan kontraktual dan hubungan kepercayaan. Hubungan kontraktual tersebut terjadi apabila

Page 17: tugas

kreditur telah menjalin hubungan hukum dengan pihak debitur misalnya sepakat melakukan perjanjian kredit. Oleh karena itu hubungan kontraktual ini melibatkan dasar hukum privat artinya hukum privat sebagai dasar hukum terjadinya perjanjian tersebut. Dengan sendirinya apabila terjadi kemacetan dalam pembayaran kredit kembali adalah merupakan bentuk wanprestasi atau breach of contract atau ingkar janji atau tidak menepati janji, sehingga yang melingkupi adalah Hukum Perdata. Selain hubungan hukum kontraktual hubungan antara kreditur dan debitur yaitu pemberi pinjaman dan penerima pinjaman juga ada hubungan yang dilandasi kepercayaan termasuk dalam hal ini adalah kehati-hatian dan pengawasan. Tugas, kewajiban tersebut apabila dilanggar mengakibatkan kerugian karena kelalaian ataupun kesalahan.

Apabila kita lihat pendapat dan teori yang dikemukakan oleh Adam Smith seorang filsuf, pakar hukum yang juga seorang ekonom yaitu tentang teori ”keadilan”nya yang mengetengahkan bahwa :Barangsiapa merugikan atau membuat seseorang rugi maka harus ditindak atau diberi sanksi sehingga terdapat keadilan[13].Artinya menghargai hak-hak seseorang, tidak merugikan orang lain atau melukai. Setiap orang akan memaksakan dirinya sendiri untuk mentaati aturan-aturan keadilan karena nilai-nilai yang dijamin oleh pelaksanaan keadilan. Kalau tidak, akan muncul kekacauan dalam masyarakat[14]. Oleh karena itu, kerugian yang timbul karena adanya kredit macet harus diberi sanksi untuk diberi keseimbangan agar tercipta keadilan. Faktor kerugian tidak harus kerugian bagi negara saja akan tetapi kerugian yang timbul pada siapapun asal ada unsur kelalaian, karena kekurang hati-hatian dan sebagainya, maka hal tersebut dapat mengarah ketindak pidana. Siapa yang karena kelalaian atau karena kesalahannya harus bertanggung jawab secara hukum akibat adanya kerugian tersebut. Pertanggung jawaban tersebut baik secara hukum perdata ataupun pidana.

Di Amerika Serikat hubungan Bank dan nasabah di lihat sebagai suatu hubungan kontraktual antara debitur dan kreditur, yaitu sebagai peminjam dan yang meminjamkan. Selain itu juga Bank sebagai penerima dana dan debitur sebagai penyimpan dana, maka dengan demikian Bank mempunyai hak yuridis terhadap uang yang disimpan. Namun ada kalanya hal ini bisa mengarah pada tindak pidana ekonomi meskipun awalnya beranjak dari hukum perdata atau privat. Hal ini dapat dilihat dari case atau kasus, baik yang dilakukan oleh debitur atau mungkin oleh kreditur.Misalnya apabila debitur yang telah menerima kredit mempergunakan kreditnya tidak sesuai dengan apa yang telah ditunjuk atau diperjanjikan sehingga menimbulkan kerugian yang ditimbulkan karena kelalaian atau kekurang hati-hatian serta pengawasan yang kurang ataupun kesalahan debitur.

Demikian pula yang dilakukan oleh kreditur misalnya apabila dalam melaksanakan tugas pengawasan terlalu dalam mencampuri usaha dari debitur sehingga usaha atau produksinya tidak sesuai dengan yang diharapkan, yang mengakibatkan timbulnya kerugian. Kurang hati-hati dan kelalaian serta kendornya atau kurangnya pengawasan,

Page 18: tugas

merupakan potensi-potensi yang akan bisa menimbulkan tindak pidana ekonomi. Dalam hal ini dapat diterapkan sanksi didasarkan pada pelanggaran ketentuan-ketentuan, perundang-undangan perbankan  sebagai ketentuan  khusus atau peraturan-peraturan lex specialis maupun ketentuan-ketentuan lain yang terkait misalnya ketentuan pidana.

Sesungguhnya kalau ditinjau dari dasar hukum lex specialisnya seperti halnya ketentuan perbankan dan sebagainya maka akan memungkinkan perbuatan-perbuatan yang melanggar ketentuan tersebut dapat menimbulkan tindak pidana ekonomi yang dapat diberi sanksi pidana. 

E.  Kasus Golden Key Group – Bapindo (1994)Dalam kasus yang sangat terkenal dalam bidang perbankan pada tahun 1990-an mencuat adanya kasus kredit macet dari Golden Key Group (Edy Tanzil) sebagai debitur yang mendapat kucuran kredit dari Bapindo yang akhirnya menimbulkan kerugian Negara sebesar 1.3 triliun. Kasus ini terjadi karena adanya pengucuran kredit dari Bapindo kepada Edy Tanzil (Golden Key Group) yang pengucurannya didasarkan atas surat sakti/ “katabelece” dari petinggi pemerintahan waktu itu[15]. Dasar kesalahan yang kedua adalah pemberian kredit diberikan sebelum ada kredit tertulis. Dalam hal ini Golden Key Group memperoleh kredit tanpa melalui ketentuan perbankan yang berlaku[16]. Dalam hal ini perjanjian kredit tersebut tidak tertulis sedangkan ketentuan perjanjian kredit  harus tertulis. Perjanjian kredit meskipun ada konsensus atau kata sepakat disyaratkan pula secara khusus harus tertulis. Hal ini berdasarkan ketentuan-ketentuan perbankan yang merupakan lex specialis.

Kelemahan dari perjanjian tersebut bahwa ternyata dengan “katabelece” berarti prinsip kehati-hatian dan pengawasan telah diabaikan, dalam hal ini misalnya mengenai batas maksimum pemberian kredit (BMPK) yaitu tagihan sebesar 1.3 triliun, ini merupakan pemberian kucuran kredit yang melampaui batas yang dianggap melanggar prinsip-prinsip kehati-hatian dan pengawasan.Kegagalan untuk mengembalikan kredit merupakan wanprestasi oleh debitur artinya bahwa debitur tidak melaksanakan kewajibannya sesuai dengan yang telah diperjanjikan. Oleh karena itu sesungguhnya masuk ruang lingkup hukum Perdata. Akan tetapi karena banyak terkena oleh aturan-aturan perbankan antara lain dilanggarnya prinsip kehati-hatian dan pengawasan yang akhirnya menimbulkan kerugian Negara dan telah diatur tersendiri berdasarkan ketentuan perbankan secara lex specialis maka yang tadinya berawal dari suatu perjanjian yang harusnya, kalau terjadi kemacetan mestinya diselesaikan berdasarkan ketentuan-ketentuan Perdata dapat mengarah ke tindak pidana ekonomi yaitu berdasar ketentuan hukum Pidana.

Dalam kasus Golden Key Group ini saya berpendapat bahwa kasus tersebut dapat saya lihat dari dua sisi atau sudut pandang:

1. Berdasarkan ketentuan-ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) dalam hal ini karena kredit tersebut adalah merupakan suatu perjanjian, sehingga apabila terjadi kegagalan yaitu tidak terlaksananya

Page 19: tugas

kewajiban-kewajiban oleh debitur dalam hal ini mengembalikan pembayaran kredit kembali kepada Bank selaku kreditur adalah merupakan wanprestasi dari debitur. Oleh karena itu penyelesaian hukumnya harus melalui dasar hukum yaitu KUHPerdata BAB XIII BK III tentang perjanjian. Sehingga dalam penyelesaiannya harus dilakukan dengan penarikan-penarikan kembali kredit-kredit tersebut dengan batas waktu pengembalian.

2. Berdasarkan ketentuan-ketentuan perbankan itu sendiri yang mengacu pada Pasal 29 ayat (2) Undang-Undang Bank Central No. 13 Tahun 1968 yaitu adanya pengawasan oleh Bank Central dalam hal ini adalah Bank Indonesia dan juga oleh bank-bank yang ada dibawahnya. Dalam Undang RI No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia dapat dilihat didalam Pasal 24 yang intinya mengenai tugas dan pengawasan bank, Pasal 25 ayat (1) berhubungan dengan prinsip kehati-hatian juga Pasal 29 ayat (1, 2 dan 3) yang menyangkut Ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) selain itu juga didalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dari Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1992 yang tercantum didalam :Pasal 11 (menetapkan ketentuan mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, pemberian jaminan, penempatan investasi surat berharga atau hal lain yang serupa yang dapat dilakukan oleh bank kepada peminjam atau kelompok peminjam yang terkait termasuk kepada perusahaan-perusahaan dalam kelompok yang sama dalam bank yang sama dengan bank yang bersangkutan)[17]. 

Dalam ayat (2)nya BMPK tidak boleh melebihi 30% dari modal bank.Dengan didasarkan pada aturan dan ketentuan-ketentuan perbankan itu sendiri yang juga mengatur mengenai sanksi pidana apabila peraturan tersebut dilanggar. Dengan pelanggaran tersebut yang menimbulkan kerugian pada negara, maka harus diberi sanksi Pidana sebagaimana ketentuan yang berlaku khususnya dalam ketentuan perbankan, juga ketentuan-ketentuan lain yang terkait misalnya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah oleh Bank mengandung risiko kegagalan atau kemacetan dalam pelunasannya, sehingga dapat berpengaruh terhadap kesehatan Bank. Kredit bersumber dari dana masyarakat, maka pengelola dalam hal ini Bank wajib bertanggung jawab. Jika karena kebijakan yang diambil khususnya mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK), sehingga menimbulkan kerugian dari menggoncangkan perekonomian masyarakat dan menuju kebangkrutan maka dapat diambil tindakan karena merugikan masyarakat sehingga dapat dikenakan sanksi pidana.Juga karena kurang kehati-hatian dan lalainya pengawasan yang merupakan tugas pihak Bank yang akhirnya timbul kerugian, pihak Bank harus bertanggung jawab secara pidana karena ada unsur merugikan dana masyarakat.

Page 20: tugas

Dalam kasus yang berhubungan BMPK pakar dan pengamat perbankan Projoto mengemukakan pendapatnya :Adanya pelonggaran (relaksasi) ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) sebagai suatu syarat untuk mendorong lembaga perbankan menyalurkan kredit adalah gagasan yang ”patut” direalisasikan. Patut karena rigiditas regulasi tentang BMPK memang sering dianggap sebagai salah satu halangan bagi Bank untuk menyalurkan kredit korporasi maupu kredit ke sektor kegiatan infrastruktur[18]. Hal ini jika dihubungkan dengan penerapan klasifikasi aktiva produktif seperti diatur dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI 7/2/2005).Berdasar ketentuan tersebut tindakan relaksasi pun masih belum mampu menggairahkan minat perbankan menyalurkan kredit secara optimal.Menanggapi tulisan dari pengamat perbankan tersebut diatas penulis menyetujui dan menggarisbawahi pendapat tersebut. Selain yang telah dikemukakan diatas berdasar pengamatan saya pada akhir-akhir ini lembaga-lembaga perbankan memang sangat hati-hati dalam menjalankan tugas kewenangannya dibidang pengucuran kredit karena ”risikonya amat tinggi”. Hal ini dapat dilihat dari kasus yang muncul seperti halnya kasus Golden Key Group – Bapindo, kasus Bank Mandiri, kasus Bank BNI dan sebagainya.

Pada akhir-akhir ini telah keluar Fatwa Mahkamah Agung yang berhubungan dengan aset perusahaan dan juga aset negara mengenai pemisahan aset tersebut yang ditulis dalam Kompas Senin 2 Oktober 2006 dan Kompas Rabu 4 Oktober 2006. Dalam tulisan tersebut mengetengahkan pemisahan aset negara dan aset perusahaan[19]. Banyak yang berpendapat yang mengkhawatirkan bahwa dengan adanya Fatwa Mahkamah Agung tersebut dapat melemahkan atau mengendorkan penanganan perkara korupsi terutama korupsi yang terjadi di BUMN, dapat diarahkan ke hukum Perdata atau Perseroan. Dengan demikian dikhawatirkan orang-orang yang melakukan korupsi akan terhindar karena adanya fatwa Mahkamah Agung tersebut. Kekhawatiran tersebut timbul dilontarkan oleh pakar hukum pidana yaitu Indrianto Seno Adji dan juga dari DPR Gayus Lumbuun dengan adanya fatwa dari Mahkamah Agung Agustus 2006 bahwa pemisahan kekayaan negara  dalam APBN serta APBD kedalam BUMN sebagai penyertaan modal, tidak dapat diartikan sebagai keuangan negara. Oleh karena itu tunduk pada hukum atau prinsip hukum Perdata atau Perseroan. Dengan pemisahan aset tersebut mengakibatkan tidak ada kerugian negara sebagai unsur dalam perkara tindak pidana kosupsi.

Memang berdasar hukum secara formal, uang yang diikut sertakan didalam perseroan dalam pengelolaannya adalah sepenuhnya tanggung jawab perseroan atau perusahaan/ korporasi, tunduk pada bidang hukum perdata. Karena modal penyertaan yang sudah masuk atau disimpan Bank adalah uang milik Bank dan merupakan kekayaan Bank selama dalam penyimpanan Bank, juga ketentuan penyimpanan dana mendapat bunga sebagai kontra prestasi dari penyimpanan tersebut. Di dalam Pasal 1765 KUHPerdata di sebutkan : ”Adalah diperbolehkan memperjanjikan bunga atas peminjaman uang atau lain barang yang menghabis karena pemakaian”[20].

Jauh sebelum adanya Fatwa Mahkamah Agung timbul kasus Bank BNI – Kebayoran Baru (2004) kasus Bank Mandiri (2005) dengan putusan yang berbeda meskipun

Page 21: tugas

kasusnya hampir sama.Kompas dalam tulisan yang dimuat 5 September 2006 ”Tempuhlah Jalur Hukum”, seruan ini dilontarkan Menteri BUMN Sugiharto mendorong Bank Mandiri untuk menempuh jalur hukum untuk menghadapi para debitor yang kreditnya macet[21]. Dilakukan karena penyelesaian kredit bermasalah di Bank Mandiri sudah berlarut-larut cukup lama. Dari kejadian ini menunjukkan bahwa hal tersebut karena lemahnya perangkat perundang-undangan perbankan itu sendiri. Dimana muncul debitor-debitor yang sesungguhnya cukup mampu akan tetapi karena moral dan mental yang melandasinya kurang, sehingga timbul kondisi yang parah dan terjadi penumpukan kredit macet karena ulah debitur ”nakal”.

Kondisi debitor-debitor ”nakal” terlihat didalam tulisan pada harian Kompas Rabu 5 Agustus 2006 yang berjudul Bankir Minta Dilindungi[22]. Para Bankir berharap Presiden dalam Pidato kenegaraan pada rapat paripurna DPR 16 Agustus 2006 berkomitmen melindungi Bankir dari tuduhan korupsi bila terjadi kredit macet.

Inti tulisan tersebut menandakan betapa kondisi Ekonomi, yang buruk akibat kredit macet yang sebagian merupakan ”ulah nakal” para debitur. Disamping itu kredit macet tidak semua akibat tindakan kriminal yang merugikan negara, sebetulnya juga akibat perekonomian yang buruk. Sehingga kondisi perbankan merosot karena Bankir takut melaksanakan tugas pengucuran dana ke masyarakat yang dampaknya terhadap kinerja Bank. Ada kecenderungan kreditur (Bank) bersikap amat hati-hati karena maksud baik dalam melaksanakan tugas kewajiban yang mulia dalam pengucuran kredit untuk masyarakat dalam memajukan perkembangan ekonomi justru berujung pada kondisi yang sangat menyulitkan pihak Bank sebagai pemberi kredit yaitu adanya usaha-usaha pihak lain untuk mengalihkan penyelesaian kredit macet ke bidang pidana dengan ”paksa”.

Hal ini sesungguhnya harus difokuskan pada pihak debitur yang ”nakal” yang mengakibatkan kerugian baik bagi negara maupun masyarakat pada umumnya.

II.   PenutupBerdasarkan 2 fungsi utama Bank yaitu fungsi pengerahan dana dan penyaluran dana muncul dua (2) hubungan hukum antara Bank dan nasabah :1.   Hubungan hukum antara Bank dan nasabah penyimpan dana.2.   Hubungan hukum antara Bank dan peminjam dana.

Hubungan hukum ini tidak hanya merupakan hubungan hukum kontraktual saja akan tetapi juga merupakan hubungan berdasar prinsip dan asas kepercayaan, kehati-hatian apabila dilanggar menimbulkan kerugian jika tidak dikenakan sanksi terjadi suatu keadaan yang tidak adil. Oleh karena itu perbuatan yang merugikan tersebut agar adil harus ditindak dan diberi sanksi. Adam Smith mengajarkan  dalam teorinya tentang keadilan bahwa barang siapa merugikan orang lain atau menimbulkan kerugian harus diseimbangkan dengan adanya sanksi yang dikenakan bagi yang merugikan.

Dalam hubungan antara Bank dan nasabah penyimpan dana terdapat hubungan hukum kontraktual. Dilanggarnya perjanjian atau tidak dilaksanakannya kewajiban dalam

Page 22: tugas

perjanjian menimbulkan wanprestasi, oleh karena itu penyelesaiannya lewat aturan-aturan hukum privat yaitu berdasar hukum perdata.

Sedangkan dalam hubungan antara Bank dan peminjam dana yaitu hubungan antara kreditur dan debitur didasarkan hubungan hukum baik kontraktual maupun hubungan kepercayaan dan kehati-hatian.Apabila hubungan kepercayaan dan prinsip kehati-hatian juga pengawasan dilanggar sehingga menimbulkan kerugian karena kelalaian atau kejahatan maka harus diberi sanksi. Dengan demikian tercipta rasa keadilan agar tidak muncul kekacauan dalam masyarakat. Karena dilanggarnya prinsip kepercayaan, kehati-hatian, pengawasan maka terjadi kelalaian atau kejahatan yang kemudian menimbulkan kerugian.Kerugian tersebut tidak hanya karena kerugian negara saja akan tetapi juga karena kerugian kepada masyarakat umum. Tindakan yang menimbulkan kerugian tersebut dapat dikenai sanksi berupa tindak pidana atau dikenai aturan-aturan hukum yang mengarah ke tindak pidana ekonomi.

Masih lemahnya aturan dan ketentuan hukum dalam lingkup hukum perbankan, karena masih memegang prinsip lama yang sudah tidak mengikuti perkembangan sosio yuridis dan perkembangan sosio ekonomis masa kini.

Kiranya pembenahan perangkat hukum perkreditan segera dilaksanakan dan menampung serta menganalisis kenyataan-kenyataan yang ada berdasar perkembangan jaman baik secara ekonomi maupun sosial yuridis dan hukum itu sendiri.Kiranya dunia perbankan masa depan perlu menjawab tantangan yang ada dan akan ada dengan pembenahan peraturan perundang-undangan yang lebih aktual dalam menantang dan menyikapi perubahan jaman, sehingga dunia perbankan akan dapat membantu negara untuk membangun perekonomian Indonesia dimasa mendatang.  

DAFTAR PUSTAKA A. Tony Prasetiantono, Marcello Teodore Cs, Bantuan Likuiditas Bank Indonesia. Suatu pelajaran yang sangat mahal bagi otoritas moneter dan perbankan; Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia, 2006. Bako, Rony Sautma Hotma, Hubungan Bank dan Nasabah Terhadap Produk Tabungan dan Deposito; Bandung : Citra Aditya Bakti, 1995. H. Moh. Tjoekam, Perkreditan Bisnis Inti Bank Komersial, Konsep, Teknik dan Kasus; Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Umum, 1999. Keraf, Sonny. A, Pasar Bebas Keadilan& Peran Pemerintah, Telaah Atas Etika Ekonomi Adam Smith, Jakarta : Kanisius, 1995 Kompas, Bankir Minta Dilindungi, 16 Agustus 2006.

Page 23: tugas

 Kompas, Fatwa Soal Aset Mengkhawatirkan, 2 Oktober 2006. Kompas, Fatwa Mahkamah Agung Bisa Hambar Pemberantasan Korupsi, 4 Oktober 2006. Levy. J. A. Rekening Courant, 1873. Mariam Darus Bahrul Zaman; Perjanjian Kredit Bank, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1991. Munir Fuady, Hukum Perkreditan Kontemporer, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1996. R. Subekti, Tjitro Subidio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta : Pradnya Paramita, 1986. Sentosa Sembiring, Himpunan Lengkap Undang-Undang Tentang Perbankan, Bandung : Nuansa Aulia, 2006. Sri Gambir Melati Hatta, Pelangi Hukum Bisnis, Jakarta : ISTN, 1999. Sri Gambir Melati Hatta, Peranan Itikad Baik Dalam Hukum Kontrak dan Perkembangannya, Serta Implikasinya Terhadap Hukum dan Keadilan, Jakarta : UI Press, 2000 (Pidato Pengukuhan Guru Besar FHUI). Tjipto Adi Nugroho, Perbankan Masalah Perkreditan, Jakarta : Pradnya Paramita, 1983. Webster, Noah, Webster New Universal Unabridged Dictionery; New York USA : Simon & Schuster, 1972.

Pengertian Manajemen Perkreditan

Menurut H. M. Tjoekam,SE (1999 ; 12) menerangkan bahwa defenisi manajemen perkreditan yaitu :

Manajemen Perkreditan adalah suatu rangkaian kegiatan dan komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain secara sistematis dalam proses pengumpulan dan penyajian informasi perkreditan suatu bank

 

Proses Manajemen Perkreditan

Karena pemberian kredit kepada pihak ketiga sangat beresiko, persetujuan pemberian kredit, harus melalui tahapan-tahapan agar studi dan penelitian serta evaluasinya tajam demi menghasilkan suatu keputusan yang sekalligus dapat mengantisipasi resiko

Page 24: tugas

(pelunasannya di waktu mendatang) dan kesanggupan membayar dari applicant. Oleh karena itu, menurut H. M. Tjoekam, SE (1999 ; 184)  keputusan setuju memberikan kredit minimal harus berdasarkan :

a. Permohonan kredit harus secara tertulis dengan data lengkap, akurat, dan relevan.

b. Persetujuannya harus berdasarkan analisis kredit yang tajam atas data yang disampaikan oleh applicant, interview, investigation dan data aspek-aspek yang dominant dengan bidang usaha applicant.

c. Rekomendasi persetujuan kredit yang diberikan oleh setiap pejabat yang terkait harus sesuai dengan analisis kredit yang lengkap.

d. Keputusan persetujuan pemberian kredit harus memperhatikan dengan analisis dan rekomendasi, penjelasan secara tertulis harus dibuat.

Setiap tahap proses tersebut diatas harus dibuat dan dijelaskan secara tertulis, biula perlu pada waktu keputusan akhir setelah dikomitekan oleh komite kredit.

Pengertian Dan Unsur-Insur Kredit

Mengapa seseorang membutuhkan kredit? manusia adalah nama ekonomik dan setiap manusia selalu berusaha untuk kememuhi kebutuhannya. Kebutuhan manusia yang beraneka ragam sesuai degan harkatnya selalu meningkat, sedangkan kemampuan untuk mencapai sesuatu yang diinginkan terbatas, hal ini menyebabkan manusia memerlukan bantuan untuk memenuhi hasrat dan cita-citanya, dalam hal ini perusahaan, maka untuk meningkatkan usahanya atau untuk meningkatkan daya guna suatu barang, ia memerlukan bantuan dalam bentuk modal, bantuan dalam bentuk tambahan modal ilmiah yang sering disebut kredit.

Menurut UU NO 10 Th 1998 (1998 ; 15) tentang perbankan, yang dimaksud dengan kredit adalah :

“Penyediaan uang/tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan/kesepakatan, pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga“

Kredit yang diberikan sebuah bank berdasarkan atas kepercayaan sehingga dengan kredit merupakan pemberian kepercayaan ini berarti bahwa bank baru akan memberikan kredit kalau ia benar-benar yakin bahwa si penerima kredit akan mengembalikan pinjaman yang akan diterimanya sesuai dengan jangka waktu dengan surat  yang telah disetujui oleh kedua belah pihak, tanpa keyakinan tersebut bank tidak akan meneruskan simpanan masyarakat yang diterimanya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur terdapat dalam kredit adalah :

Page 25: tugas

1. Kepercayaan, yaitu keyakinan sipemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya dalam bentuk uang, barang  atau jasa, akan benar-benar di terimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.

2. Waktu, yaitu suatu masa yang akan mengesahkan antara pemberian prestasi yang akan di terimanya pada masa yang akan datang.

3. Degree of risk, yaitu suatu tingkat resiko yang akan  di hadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan  kontraprestasi yang akan di terimanya dikemudian hari, semakin lama kredit yang akan di berikan semakin tinggi pula resikonya, karena sejauh kemampuan manusia untuk menerobos hari depan itu, maka masih terlalu terdapat unsur ketidaktentuan yang tidak dapat di perhitungkan, inilah yang menyebabkan timbulnya unsur-unsur resiko. Dengan adanya unsur resiko inilah maka timbulnya jaminan dalam bentuk pemberian uang.

4. Prestasi, atau objek kredit itu tidak saja di berikan dalam bentuk uang, tetapi ada juga dapat bentuk barang atau jasa, namun karena kehidupan modern sekarang ini didasarkan kepada uang maka transaksi kredit yang menyangkut uanglah yang sering kita jumpai dalam praktek perkreditan.

Tujuan KreditDalam membahas tujuan kredit, kita tidak dapat melepaskan, diri dari falsafah yang di anut suatu negara. Pancasila adalah dasar dari falsafah negara kita maka tujuan kredit tidak semata–mata mencari keuntungan melainkan di sesuaikan dengan  tujuan negara yaitu untuk mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila. Dengan demikian maka tujuan kredit yang di berikan oleh suatu bank, khususnya Bank pemerintah yang mengembangakan tugas sebagai agen of development menurut Bambang Riyanto (1984 ; 27) adalah untuk :1. Turut menyukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan.2. Meningkatkan aktifitas perusahaan agar dapat mencalonkan fungsinya guna menjamin terpenuhnya kebutuhan masyarakat.3. Memperoleh laba akan kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan dapat memperluas usahanya.Dari tujuan tersebut tersimpul adanya kepentingan yang seimbang antara:1. Kepentingan pemerintah.2. Kepentingan masyarakat.3. kepentingan pemilik modal.Walaupun bank mengembang tugas-tugas sebagai Agent of develop bank tidak bisa menghindari terjadinya kerugian dalam memberikan kredit, sehingga bank harus melakukan usaha-usaha yang bisa mencegah terjadinya kerugian hal ini dapat di katakan bahwa :1. Sebagian kredit bank yang sudah beredar harus di kumpulkan kembali tanpa pengawasan ekstra.2. Diantara kredit-kredit yang sulit di tagih atau ditarik kembali sebagian besar kredit terkumpulkan tanpa kerugian atau kekurangan.

Page 26: tugas

3. Apabila memang harus terjadi kerugian, maka bank harus memperkecil kerugian seminimal mungkin.Fungsi KreditDalam kehidupan perekonomian yang modern banyak memegang peranan yang sangat penting untuk karena itu organisasi-organisasi bank selalu di ikut sertakan  dalam menentukan kebijakan di bidang moneter. Hal ini sebabkan oleh bank mempunyai pengaruh yang sangat luas dalam bidang kehidupan khususnya di bidang ekonomi.Fungsi kredit perbankan menurut Thomas Suyatno (1993 ; 25) dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain sebagai berikut :1. Kredit pada hakekatnya dapat maningkatkan daya guna uang.2. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalulintas uang.3. Kredit dapat pula meningkatkan daya guna peredaran barang.4. Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi.5. Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha.6. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan.7. Kredit sebagai alat meningkatkan hubungan internasional.

http://ilmumanajemen.com/index.php?option=com_content&view=article&id=52:pengertian-manajemen-perkreditan&catid=55:mndit&Itemid=29

http://www.legalitas.org/node/258

Perbankan

Usaha perbankan dimulai dari zaman Babylonia, dilanjutkan ke zaman Yunani Kuno dan Romawi. Pada saat itu, kegiatan utama bank hanya sebagai tempat tukar menukar uang. Selanjutnya, kegiatan bank berkembang menjadi tempat penitipan dan peminjaman uang. Uang yang disimpan oleh masyarakat, oleh bank dipinjamkan kembali ke masyarakat yang membutuhkannya.

Sementara itu, mengenai sejarah perbankan di Indonesia tidak terlepas dari zaman penjajahan Hindia Belanda. Pada saat itu terdapat beberapa bank yang memegang peranan penting di Hindia Belanda antara lain: De Javasche NV, De Post Paar Bank, De Algemenevolks Crediet Bank, Nederland Handles Maatscappij (NHM), Nationale Handles Bank (NHB), dan De Escompto Bank NV.

Di samping itu, terdapat pula bank-bank milik pribumi, Cina, Jepang, dan Eropa lainnya. Bank-Bank tersebut antara lain: Bank Nasional Indonesia, Bank Abuah Saudagar, NV Bank Boemi, The matsui Bank, The Bank of China, dan Batavia Bank.

Di zaman kemerdekaan perbankan di Indonesia bertambah maju dan berkembang lagi. Beberapa bank Belanda dinasionalisir oleh pemerintah Indonesia. Bank-bank yang ada di zaman awal kemerdekaan, antara lain:

Page 27: tugas

a. Bank Negara Indonesia yang didirikan tanggal 5 Juli 1946 kemudian menjadi BNI 1946.

b. Bank Rakyat Indonesia yang didirikan tanggal 22 Februari 1946. Bank ini berasal dari DE ALGEMENE VOLKCREDIET bank atau Syomin Ginko.

c. Bank Surakarta MAI (Maskapai Adil Makmur) tahun 1945 di Solo.

d. Bank Indonesia di Palembang tahun 1946.

e. Bank Dagang Nasional Indonesia tahun 1946 di Medan.

f. Indonesia Banking Corporation tahun 1946 di Yogyakarta, kemudian menjadi Bank Amerta.

g. NV Bank Sulawesi di Manado tahun 1946.

h. Bank Dagang Indonesia NV di Banjarmasin tahun 1949.

 

Pengertian Bank

Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

Berdasarkan pengertian di atas, bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan.

 

Asas, Fungsi, dan Tujuan Perbankan Indonesia

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Demokrasi ekonomi itu sendiri dilaksanakan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Berdasarkan asas yang digunakan dalam perbankan, maka tujuan perbankan Indonesia adalah menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasilhasilnya, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

Page 28: tugas

Berdasarkan UU No. 10 Tahun 1998, fungsi bank di Indonesia adalah:

a. Sebagai tempat menghimpun dana dari masyarakat Bank bertugas mengamankan uang tabungan dan deposito berjangka serta simpanan dalam rekening koran atau giro.

Fungsi tersebut merupakan fungsi utama bank.

b. Sebagai penyalur dana atau pemberi kredit Bank memberikan kredit bagi masyarakat yang membutuhkan terutama untuk usaha-usaha produktif.

Menurut UU RI No 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu menghimpun dana,menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya.[3] Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupaka kegiatan pokok bank sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung[3]. Kegiatan menghimpun dana, berupa mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito.[3] Biasanya sambil diberikan balas jasa yang menarik seperti, bunga dan hadiah sebagai rangsangan bagi masyarakat.[3] Kegiatan menghimpun dana, berupa pemberian pinjaman kepada masyarakat.[3] Sedangkan jasa-jasa perbankan lainnya diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan utama tersebut.[3]bank didirikan oleh Prof. Dr. Ali Afifuddin, SE Menurut saya, bank merupakan sarana yang memudahkan aktivitas masyarakat untuk menyimpan uang, dalam hal perniagaan, maupun untuk investasi masa depan. Dunia perbankan merupakan salah satu institusi yang sangat berperan dalam bidang perekonomian suatu negara (khususnya dibidang pembiayaan perekonomian). Inilah beberapa manfaat perbankan dalam kehidupan:

1. Sebagai model investasi, yang berarti, transaksi derivatif dapat dijadikan sebagai salah satu model berinvestasi. Walaupun pada umumnya merupakan jenis investasi jangka pendek (yield enhancement). 2. Sebagai cara lindung nilai, yang berarti, transaksi derivatif dapat berfungsi sebagai salah satu cara untuk menghilangkan risiko dengan jalan lindung nilai (hedging), atau disebut juga sebagai risk management. 3. Informasi harga, yang berarti, transaksi derivatif dapat berfungsi sebagai sarana mencari atau memberikan informasi tentang harga barang komoditi tertentu dikemudian hari (price discovery). 4. Fungsi spekulatif, yang berarti, transaksi derivatif dapat memberikan kesempatan spekulasi (untung-untungan) terhadap perubahan nilai pasar dari transaksi derivatif itu sendiri. 5. Fungsi manajemen produksi berjalan dengan baik dan efisien, yang berarti, transaksi derivatif dapat memberikan gambaran kepada manajemen produksi sebuah produsen dalam menilai suatu permintaan dan kebutuhan pasar di masa mendatang. Terlepas dari funsi-fungsi perbankan (bank) yang utama atau turunannya, maka yang perlu diperhatikan untuk dunia perbankan, ialah tujuan secara filosofis dari eksistensi bank di Indonesia. Hal ini sangat jelas tercermin dalam Pasal empat (4) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang menjelaskan, ”Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak”. Meninjau lebih dalam terhadap kegiatan usaha bank, maka bank (perbankan) Indonesia dalam melakukan usahanya harus didasarkan atas asas demokrasi ekonomi

Page 29: tugas

yang menggunakan prinsip kehati-hatian.4 Hal ini, jelas tergambar, karena secara filosofis bank memiliki fungsi makro dan mikro terhadap proses pembangunan bangsa.

[sunting] Sejarah Perbankan

[sunting] Asal Mula Perbankan

Bank pertama kali didirikan dalam bentuk seperti sebuah firma pada umumnya pada tahun 1690, pada saat kerajaan Inggris berkemauan merencanakan membangun kembali kekuatan armada lautnya untuk bersaing dengan kekuatan armada laut Perancis [5] akan tetapi pemerintahan Inggris saat itu tidak mempunyai kemampuan pendanaan kemudian berdasarkan gagasan William Paterson yang kemudian oleh Charles Montagu direalisasikan dengan membentuk sebuah lembaga intermediasi keuangan yang akhirnya dapat memenuhi dana pembiayaan tersebut hanya dalam waktu duabelas hari.[6]

Sejarah mencatat asal mula dikenalnya kegiatan perbankan adalah pada zaman kerajaan tempo dulu di daratan Eropa. Kemudian usaha perbankan ini berkembang ke Asia Barat oleh para pedagang.[rujukan?] Perkembangan perbankan di Asia, Afrika dan Amerika]] dibawa oleh bangsa Eropa pada saat melakukan penjajahan ke negara jajahannya baik di Asia, Afrika maupun benua Amerika.[rujukan?] Bila ditelusuri, sejarah dikenalnya perbankan dimulai dari jasa penukaran uang.[rujukan?] Sehingga dalam sejarah perbankan, arti bank dikenal sebagai meja tempat penukaran uang.[rujukan?] Dalam perjalanan sejarah kerajaan di masa dahulu penukaran uangnya dilakukan antar kerajaan yang satu dnegan kerajaan yang lain.[rujukan?] Kegiatan penukaran ini sekarang dikenal dengan nama Pedagang Valuta Asing (Money Changer).[rujukan?] Kemudian dalam perkembangan selanjutnya, kegiatan operasional perbankan berkembang lagi menjadi tempat penitipan uang atau yang disebut sekarang ini kegiatan simpanan.[rujukan?] Berikutnya kegiatan perbankan bertambah dengan kegiatan peminjaman uang.[rujukan?] Uang yang disimpan oleh masyarakat, oleh perbankan dipinjamkan kembali kepada masyarakatyang membutuhkannya.[rujukan?] Jasa-jasa bank lainnya menyusul sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat yang semakin beragam.[rujukan?]

[sunting] Sejarah Perbankan di Indonesia

Sejarah perbankan di Indonesia tidak terlepas dari zaman penjajahan Hindia Belanda.[rujukan?] Pada masa itu De javasche Bank, NV didirikan di Batavia pada tanggal 24 Januari 1828 kemudian menyusul Nederlandsche Indische Escompto Maatschappij, NV pada tahun 1918 sebagai pemegang monopoli pembelian hasil bumi dalam negeri dan penjualan ke luar negeri[7] serta terdapat beberapa bank yang memegang peranan penting di Hindia Belanda. Bank-bank yang ada itu antara lain[rujukan?]:

1. De Javasce NV.2. De Post Poar Bank.3. Hulp en Spaar Bank.4. De Algemenevolks Crediet Bank.5. Nederland Handles Maatscappi (NHM).

Page 30: tugas

6. Nationale Handles Bank (NHB).7. De Escompto Bank NV.8. Nederlansche Indische Handelsbank

Di samping itu, terdapat pula bank-bank milik orang Indonesia dan orang-orang asing seperti dari Tiongkok, Jepang, dan Eropa. Bank-bank tersebut antara lain:[rujukan?]

1. NV. Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank2. Bank Nasional indonesia.3. Bank Abuan Saudagar.4. NV Bank Boemi.5. The Chartered Bank of India, Australia and China6. Hongkong & Shanghai Banking Corporation7. The Yokohama Species Bank.8. The Matsui Bank.9. The Bank of China.10. Batavia Bank.

Di zaman kemerdekaan, perbankan di Indonesia bertambah maju dan berkembang lagi. Beberapa bank Belanda dinasionalisir oleh pemerintah Indonesia. Bank-bank yang ada di zaman awal kemerdekaan antara lain:[rujukan?]

1. NV. Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank (saat ini Bank OCBCNISP), didirikan 4 April 1941 dengan kantor pusat di Bandung

2. Bank Negara Indonesia, yang didirikan tanggal 5 Juli 1946 yang sekarang dikenal dengan BNI '46.

3. Bank Rakyat Indonesia yang didirikan tanggal 22 Februari 1946. Bank ini berasal dari De Algemenevolks Crediet Bank atau Syomin Ginko.

4. Bank Surakarta Maskapai Adil Makmur (MAI) tahun 1945 di Solo.5. Bank Indonesia di Palembang tahun 1946.6. Bank Dagang Nasional Indonesia tahun 1946 di Medan.7. Indonesian Banking Corporation tahun 1947 di Yogyakarta, kemudian menjadi

Bank Amerta.8. NV Bank Sulawesi di Manado tahun 1946.9. Bank Dagang Indonesia NV di Samarinda tahun 1950 kemudian merger dengan

Bank Pasifik.10. Bank Timur NV di Semarang berganti nama menjadi Bank Gemari. Kemudian

merger dengan Bank Central Asia (BCA) tahun 1949.

Di Indonesia, praktek perbankan sudah tersebar sampai ke pelosok pedesaan.[rujukan?] Lembaga keuangan berbentuk bank di Indonesia berupa Bank Umum, Bank Perkreditan Rakyat (BPR), Bank Umum Syari'ah, dan juga BPR Syari'ah (BPRS).[rujukan?]

Masing-masing bentuk lembaga bank tersebut berbeda karakteristik dan fungsinya.[rujukan?]

Page 31: tugas

[sunting] Doktrin Bank Berjuang

[sunting] Bank Pemerintah

Melalui Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 1/M/61 tanggal 6 Januari 1961 yang melarang pengumuman dan penerbitan angka-angka statistik moneter/perbankan, maka antara tahun 1960-1965, Bank Indonesia tidak menerbitkan laporan tahunan, termasuk data statistik mengenai kliring dan perhitungan sentral.[rujukan?]

Pada 5 Juli 1964, atas dasar pertimbangan politik untuk mempermudah komando di bidang perbankan untuk menunjang Pembangunan Semesta Berencana  , selanjutnya pada tahun 1965 pemerintah menetapkan kebijakan untuk mengintegrasikan seluruh bank-bank pemerintah ke dalam satu bank dengan nama Bank Negara Indonesia, prakarsa pengintegrasian bank pemerintah ini berasal dari ide Jusuf Muda Dalam,[8][9] yang saat itu menjabat sebagai Menteri Bank Sentral/Gubernur Bank Indonesia - yang baru diangkat dari jabatan semula Presiden Direktur BNI - dan disetujui oleh Presiden Soekarno. Ide dasarnya adalah menjadikan perbankan sebagai alat revolusi dengan motto Bank Berdjoang di bawah pimpinan Pemimpin Besar Revolusi. Nama Bank Negara Indonesia (BNI) sebagai bank tunggal, diusulkan oleh Jusuf Muda Dalam sendiri.[9] Hasilnya adalah lahirnya struktur baru Bank Berdjoang ini menjadikan; [10]

Bank Indonesia menjadi Bank Negara Indonesia Unit I;Bank Koperasi Tani dan Nelayan serta Bank Eksim Indonesia menjadi Bank Negara Indonesia Unit II;Bank Negara Indonesia menjadi Bank Negara Indonesia Unit III;Bank Umum Negara menjadi Bank Negara Indonesia Unit IV danBank Tabungan Negara menjadi Bank Negara Indonesia Unit V.[rujukan?]

Akan tetapi tidak semua bank pemerintah berhasil diintegrasikan ke dalam Bank Berdjoang yakni Bank Dagang Negara (BDN) dan Bapindo.[rujukan?] Luputnya BDN dari proses pengintegrasian ini terutama karena Presiden Direktur BDN J.D. Massie saat itu menjabat sebagai Menteri Penertiban Bank-bank Swasta Nasional yang tentu mempunyai cukup punya pengaruh untuk berkeberatan atas penyatuan BDN dengan bank-bank lainnya.[11][12] Massie beralasan bahwa kebijakan ini akan membingungkan koresponden bank di luar negeri untuk penyelesaian L/C ekspor maupun impor karena nama bank yang sama.[rujukan?] Sementara, Bapindo tidak terintegrasi ke dalam Bank Berjuang karena bank ini dibawah Dewan Pembangunan yang diketuai Menteri Pertama Urusan Pembangunan dengan anggota-anggota Menteri Keuangan, yang juga Ketua Dewan Pengawas Bapindo, dan Gubernur Bank Indonesia sebagai anggota.[13]Dengan demikian, melalui kedudukannya itu, pengaruh Bapindo cukup kuat untuk menghalangi terintegrasi ke dalam BNI.[14]

[sunting] Bank Swasta

Pada tahun 1965 pemerintah hendak mengabungkan seluruh bank swasta atau bank asing dalam Bank Pembangunan Swasta sebagai satu-satunya bank penghimpun dan penyalur dari semua dana-dana progresif di sektor swasta dan alat-alat yang dapat

Page 32: tugas

dipergunakan Pembangunan Semesta Berencana  dan rencana-rencana lain yang ditentukan oleh Presiden Republik Indonesia. [15]

[sunting] Sejarah Bank Pemerintah

Sebagaimana diketahui bahwa Indonesia mengenal dunia perbankan dari bekas penjajahnya, yaitu Belanda.[rujukan?] Oleh karena itu, sejarah perbankanpun tidak lepas dari pengaruh negara yang menjajahnya baik untuk bank pemerintah maupun bank swasta nasional.[rujukan?] Pada 1958, pemerintah melakukan nasionalisasi bank milik Belanda mulai dengan Nationale Handelsbank (NHB) selanjutnya pada tahun 1959 yang diubah menjadi Bank Umum Negara (BUNEG kemudian menjadi Bank Bumi Daya) selanjutnya pada 1960 secara berturut-turut Escomptobank menjadi Bank Dagang Negara (BDN) dan Nederlandsche Handelsmaatschappij (NHM) menjadi Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) dan kemudian menjadi Bank Expor Impor Indonesia (BEII).[13].

Berikut ini akan dijelaskan secara singkat sejarah bank-bank milik pemerintah, yaitu:[rujukan?]

Bank SentralBank Sentral di Indonesia adalah Bank Indonesia (BI) berdasarkan UU No 13 Tahun 1968. Kemudian ditegaskan lagi dnegan UU No 23 Tahun 1999.Bank ini sebelumnya berasal dari De Javasche Bank yang di nasionalkan di tahun 1951.

Bank Rakyat Indonesia dan Bank Expor ImporBank ini berasal dari De Algemene Volkscrediet Bank, kemudian di lebur setelah menjadi bank tunggal dengan nama Bank Nasional Indonesia (BNI) Unit II yang bergerak di bidang rural dan expor impor (exim), dipisahkan lagi menjadi:

1. Yang membidangi rural menjadi Bank Rakyat Indonesia dengan UU No 21 Tahun 1968.

2. Yang membidangi Exim dengan UU No 22 Tahun 1968 menjadi Bank Expor Impor Indonesia.

Bank Negara Indonesia (BNI '46)Bank ini menjalani BNI Unit III dengan UU No 17 Tahun 1968 berubah menjadi Bank Negara Indonesia '46.

Bank Dagang Negara(BDN)BDN berasal dari Escompto Bank yang di nasionalisasikan dengan PP No 13 Tahun 1960, namun PP (Peraturan Pemerintah) ini dicabut dengan diganti dengan UU No 18 Tahun 1968 menjadi Bank Dagang Negara. BDN merupakan satu-satunya Bank Pemerintah yangberada diluar Bank Negara Indonesia Unit.

Bank Bumi Daya (BBD)BBD semula berasal dari Nederlandsch Indische Hendles Bank, kemudian menjadi Nationale Hendles Bank, selanjutnya bank ini menjadi Bank Negara Indonesia Unit IV dan berdasarkan UU No 19 Tahun 1968 menjadi Bank Bumi Daya.

Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo)

Page 33: tugas

Bank Pembangunan Daerah (BPD)Bank ini didirikan di daerah-daerah tingkat I. Dasar hukumnya adalah UU No 13 Tahun 1962.

Bank Tabungan Negara (BTN)BTN berasal dari De Post Paar Bank yang kemudian menjadi Bank Tabungan Pos tahun 1950. Selanjutnya menjadi Bank Negara Indonesia Unit V dan terakhir menjadi Bank Tabungan Negara dengan UU No 20 Tahun 1968.

Bank Mandiri Bank Mandiri merupakan hasil merger antara Bank Bumi Daya (BBD), Bank Dagang Negara (BDN), Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) dan Bank Expor Impor Indonesia (Bank Exim). Hasil merger keempat bank ini dilaksanakan pada tahun 1999.

[sunting] Tujuan jasa perbankan

Jasa bank sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara.[rujukan?] Jasa perbankan pada umumnya terbagi atas dua tujuan.[rujukan?] Pertama, sebagai penyedia mekanisme dan alat pembayaran yang efesien bagi nasabah.[rujukan?] Untuk ini, bank menyediakan uang tunai, tabungan, dan kartu kredit.[rujukan?] Ini adalah peran bank yang paling penting dalam kehidupan ekonomi.[rujukan?] Tanpa adanya penyediaan alat pembayaran yang efesien ini, maka barang hanya dapat diperdagangkan dengan cara barter yang memakan waktu.[rujukan?]

Kedua, dengan menerima tabungan dari nasabah dan meminjamkannya kepada pihak yang membutuhkan dana, berarti bank meningkatkan arus dana untuk investasi dan pemanfaatan yang lebih produktif.[rujukan?]Bila peran ini berjalan dengan baik, ekonomi suatu negara akan menngkat. Tanpa adanya arus dana ini, uang hanya berdiam di saku seseorang, orang tidak dapat memperoleh pinjaman dan bisnis tidak dapat dibangun karena mereka tidak memiliki dana pinjaman.[rujukan?]

Jasa perbankan sebenarnya sangat banyak, hanya saja sedikit sekali masyarakat yang mengetahuinya. Tujuan dan manfaatnya pun sangat baik bagi para nasabah. Akan tetapi banyak yang memanfaatkannya untuk tindakan kriminal, seperti pembobolan ATM dan pemalsuan buku tabungan dan lain-lain.

[sunting] Perusahaan Pemegang Sepuluh Besar Bank Berdasarkan Keuntungan di Tahun 2003 (Dalam Dolar AS)

1. Citigroup — 20 milyar2. Bank of America — 15 milyar3. HSBC — 10 milyar4. Royal Bank of Scotland — 8 milyar5. Wells Fargo — 7 milyar6. JPMorgan Chase — 7 milyar7. UBS AG — 6 milyar

Page 34: tugas

8. Wachovia — 5 milyar9. Morgan Stanley — 5 milyar10. Merrill Lynch — 4 milyar

[sunting] Jenis-jenis bank dan fungsinya

Tiga kelompok utama Institusi keuangan - bank komersial, lembaga tabungan, dan credit unions - yang juga disebut lembaga penyimpanan karena sebagian besar dananya berasal dari simpanan nasabah. [16] Bank-bank komersial adalah kelompok terbesar lembaga penyimpanan bila diukur dengan besarnya aset.[rujukan?] Mereka melakukan fungsi serupa dengan lembaga-lembaga tabungan dan credit unions, yaitu, menerima deposito (kewajiban) dan membuat pinjaman ( Namun, mereka berbeda dalam komposisi aktiva dan kewajiban, yang jauh lebih bervariasi).[16]

Perbandingan konsentrasi aset ukuran bank, menunjukkan bahwa konsolidasi perbankan tampaknya telah mengurangi pangsa aset bank paling kecil ( aset di bawah $ 1 miliar).[rujukan?] Bank-bank ini - dengan aset dibawah $ 1 milliar - cenderung mengkhususkan diri pada ritel atau consumer banking, seperti memberikan hipotek perumahan, kredit konsumen dan deposito lokal.[16] Sedangkan aset bank yang relatif lebih besar (dengan aset lebih dari $ 1 miliar), terdiri dari dua kelas adalah bank regional atau super regional.[16] Mereka terlibat dalam grosir yang lebih kompleks tentang kegiatan komersialperbankan, meliputi kredit konsumen dan perumahan serta pinjaman komersial dan industri (D & I Lending), baik secara regional maupun nasional.[16] Selain itu, bank - bank besar memiliki akses untuk membeli dana (fund) - seperti dana antar bank atau dana pemerintah ( federal funds)- untuk membiayai pinjaman dan kegiatan investasi mereka.[16]

Namun, beberapa bank yang sangat besar memiliki sebutan yang berbeda, yaitu Bank Sentral.[16] Saat ini, lima organisasi perbankan membentuk kelompok Bank Sentral,yaitu: Bank New York , Deutsche Bank( melalui akuisisi bankir-bankir saling mempercayai), Citigroup, JP Morgan , dan Bank HSBC di Amerika Serikat.[16] Namun, jumlahnya telah menurun akibat megamergers.[16]. Penting untuk diperhatikan bahwa, aset atau pinjaman tidak selalu menjadi indikator suatu bank adalah bank sentral. Tapi, gabungan dari lokasi dengan ketergantungan pada sumber nondeposit atau pinjaman dana.[16]

[sunting] Jasa - jasa perbankan

Jasa – jasa ini diberikan untuk mendukung kelancaran menghimpun dan menyalurkan dana, baik yang berhubungan langsung dengan kegiatan simpanan dan kredit maupun tidak langsung.[3] Jasa perbankan lainnya antara lain sebagai berikut :[3]

Jasa setoran seperti setoran listrik, telepon, air, atau uang kuliah Jasa pembayaran seperti pembayaran gaji, pensiun, atau hadiah Jasa pengiriman uang ( transfer ) Jasa penagihan ( inkaso ) Kliring Penjualan mata uang asing Penyimpanan dokumen

Page 35: tugas

Jasa cek wisata Kartu kredit Jasa – jasa yang ada di pasar modal seperti pinjaman emisi dan pedagang efek. Jasa Letter of Credit ( L/C) Bank garansi dan referensi bank Jasa bank lainnya.

AgunanPinjaman jangka panjang yang diperoleh pribadi untuk membeli rumah yang kepemilikannya diserahterimakan secara legal dari si pemberi pinjaman kepada peminjam setelah pinjaman dikembalikan.

Anjungan Tunai Mandiri (ATM)Mesin yang memproses penarikan dan penyetoran dana dari dan ke rekening tabungan, tarik tunai kartu kredit dan beberapa pembayaran (contohnya tagihan utilitas). Rekening diakses dengan kartu ATM, kartu kredit atau kartu debit.

AsetBarang yang mempunyai nilai tinggi (contohnya rumah, tanah, mobil), milik pribadi ataupun perusahaan.

Batas KreditBatas Rupiah maksimum yang bisa ditagihkan kepada rekening kartu tertentu.

BebasSuatu cek dapat dianggap “bebas” ketika jumlahnya dipotong (dikurangkan) dari rekening pembayar dan dimasukkan (ditambahkan) ke rekening penerima.

Biaya KeuanganIstilah ini meliputi biaya total kredit, termasuk bunga dan semua biaya lainnya yang ditentukan sebagai syarat kredit oleh institusi keuangan sebagai kreditor. Biaya biaya tersebut bisa meliputi biaya jasa, biaya keterlambatan, biaya transaksi dan biaya lain-lainya.

Biaya LayananBiaya bulanan yang ditagihkan oleh institusi keuangan untuk menangani suatu rekening.

Biro KreditSuatu agen pelaporan kredit yang mengecek informasi kredit dan menyimpan berkas mengenai pemohon dan pengguna kredit.

Buku SimpananSuatu buku yang diberikan oleh institusi keuangan kepada penabung untuk mencatat setoran, penarikan dan bunga yang diperoleh dengan menabung.

Page 36: tugas

Bunga MajemukBunga yang dihitung terhadap simpanan pokok maupun bunga yang sudah bertambah.

Bunga Prosentase Tahunan (BPT)Tagihan bunga tahunan dapat diaplikasikan kepada saldo kartu kredit yang belum dibayarkan. Ini adalah bagian dari total biaya kredit.

BungaBiaya yang dikenakan atas penggunaan uang. Bunga bisa dibayarkan, misalnya, oleh pribadi kepada institusi keuangan untuk penggunaan kartu kredit, atau oleh institusi keuangan kepada pribadi atas simpanan uangnya dalam rekening tabungan. Bunga dinyatakan dengan istilah Bunga Persentase Tahunan (BPT).

Bunga PerkenalanBeberapa kartu kredit menggunakan bunga perkenalan sebagai promosi penawaran istimewa. Setelah beberapa waktu, tingkat bunga kembali ke tingkat standar.

CekDokumen tertulis yang menginstruksikan suatu institusi keuangan yang mengeluarkan sejumlah uang dari rekening si penulis.

Cek Melambung (cek yang dikembalikan)Cek yang “dilambungkan kembali” adalah cek yang ditolak penguangan atau pembayarannya oleh institusi keuangan. Hal ini bisa disebabkan karena rekening sudah ditutup atau saldo yang tersedia tidak mencukupi jumlah yang tertera pada cek. Dana tidak mencukupi (non sufficient fund, NSF) adalah salah satu alasan cek dikembalikan

Charge CardKartu plastik dengan fasilitas kredit yang biasanya tidak terbatas. Kartu bayar/tagihan harus dibayar lunas pada setiap akhir siklus tagihan.

CyberbankingPerbankan melalui layanan Internet. Institusi keuangan dengan cabang-cabang situs memungkinkan pelanggan memeriksa saldo, membayar tagihan, mentransfer dana, membandingkan rencana tabungan, dan mengajukan permohonan pinjaman pada Internet.

DebetIstilah pembukuan untuk sejumlah uang yang dipinjam oleh pribadi atau institusi; suatu tagihan yang dipotong dari suatu rekening.

Fasilitas KreditJumlah kredit yang diberikan kepada pribadi, bisnis atau institusi.

HadiahBeberapa kartu kredit menawarkan terbang gratis, bahan bakar gratis, atau hadiah lainnya. Hadiah ini juga disebut sebagai program keanggotaan

Page 37: tugas

Institusi KeuanganSuatu Perusahaan di mana Anda bisa menyetor, meminjam atau menukarkan uang.

Jadwal PembayaranAda dua pilihan pembayaran kartu kredit, yaitu dengan pembayaran minimum setiap bulan, atau pembayaran penuh.

JaminanSegala sesuatu yang diterima oleh institusi keuangan sebagai jaminan apabila orang yang berhutang tidak mengembalikan pinjamannya. Apabila orang yang berhutang gagal mengembalikan pinjamannya, institusi keuangan berhak mengambil jaminan tersebut. Jaminan biasanya berupa real estate (rumah) atau properti seperti mobil.

Kartu AffinityKartu kredit yang berafiliasi dengan pihak ketiga yang akan mendapat keuntungan nilai tambah dari setiap transaksi. Sebagai contoh, suatu asosiasi alumni atau museum memperoleh bagian/prosentase dari seluruh transaksi yang ditagihkan kepada kartu kredit gabungan milik anggota-anggota organisasi tersebut.

Kartu BankKartu kredit atau debit yang diterbitkan oleh sebuah institusi keuangan.

Kartu BisnisKartu kredit untuk pemilik bisnis kecil. Pengeluaran bisnis ditagihkan kepada kartu ini untuk memudahkan pembukuan dan persiapan pajak.

Kartu Chip/ Smart CardKartu yang diterbitkan oleh institusi keuangan dengan sebuah chip elektronik tertanam di dalamnya yang bisa diisi dengan beragam program seperti fungsi kartu kredit atau kartu debet dan pembeli berulang atau program hadiah.

Kartu Co-brandKartu kredit yang terhubung dengan pihak ketiga misalnya peritel atau penerbangan, yang menawarkan potongan, diskon atau keuntungan nilai tambah kepada pengguna berdasarkan nilai rupiah tagihan pembelian dalam suatu kurun waktu tertentu

Kartu DebetKartu pembayaran maupun kartu yang dapat digunakan untuk pembelian barang dan jasa secara elektronik. Kartu ini menggantikan uang tunai atau cek. Transaksi langsung dipotong dari rekening tabungan atau rekening koran/cek pemegang kartu. Kartu debet bisa menggunakan tanda tangan atau memasukkan nomor PIN ke dalam suatu alat.

Kartu KreditKartu plastik yang memberikan akses pada fasilitas kredit. Pengguna diberi batasan kredit, tetapi tidak diharuskan untuk melunasi sekaligus setiap bulannya. Di sisi lain, pembayaran minimum akan menimbulkan saldo “berputar” atau menambah beban bunga.

Page 38: tugas

Kartu PembelianKartu kredit yang dipakai perusahaan-perusahaan untuk melakukan pembelian dengan nilai sedang atau kecil. & Dengan kartu ini, perusahaan tidak perlu mengeluarkan order pembelian. Order dilakukan langsung dengan penyedia yang tergabung dan dibayar dengan kartu pembelian.

Kartu PrabayarKartu yang menyimpan nilai Rupiah. Kartu ini bisa digunakan untuk pembelian atau penarikan uang tunai di ATM sesuai dengan nilai Rupiah yang ada di dalamnya sebelum kartu tersebut dibuang atau diisi kembali.

KepailitanSuatu pernyataan hukum mengenai keadaan pailit. Pernyataan ini dapat mencegah penyitaan, pengambilalihan, pemotongan dan pembayaran hutang. Kepailitan tidak bisa menghapus sejarah buruk rekening dan menjadi bagian dari Sejarah rekening itu selama bertahun-tahun, tergantung dari hukum kepailitan negara yang bersangkutan. Keadaan ini pun biasanya tidak menghapus tunjangan anak, tunjangan istri, denda, pajak dan kewajiban pinjaman pelajar.

Kewajiban HutangDalam istilah keuangan, uang pinjaman yang harus dibayarkan kembali kepada individu, bisnis atau institusi.

KreditDalam bisnis, kredit adalah pembelian atau peminjaman dengan janji pengembalian di kemudian hari. Pada setiap rencana kredit, terdapat kreditor (pribadi, institusi keuangan, toko atau perusahaan yang uangnya dipinjam). Dalam pembukuan, terdapat catatan sejumlah uang milik pribadi atau institusi.

Laporan KreditSuatu laporan mengenai tingkat hutang dan perilaku pembayaran tagihan konsumen. Informasi untuk laporan diserahkan kepada agen pelaporan kredit (atau biro kredit) dari kreditor individual. Agen akan mengumpulkan laporan dan menyerahkannya kepada pemberi pinjaman dan yang lainnya seizin konsumen.

Luran TahunanBiaya yang ditagihkan setahun sekali atas kepemilikan kartu kredit. Beberapa penyedia kartu kredit menawarkan kartu kredit tanpa iuran tahunan. Iuran tahunan, dengan bunga dan biaya lainnya adalah bagian dari total biaya kredit.

Masa TenggangJangka waktu sebelum bunga ditambahkan ke dalam pembelian baru.

Mata UangUang segala sesuatu yang digunakan sebagai media pertukaran umum. Secara praktis,

Page 39: tugas

mata uang bermakna tunai, terutama uang kertas. Bankir sering menggunakan pepatah uang logam dan mata uang yang merujuk pada sen dan rupiah.

Menghentikan PembayaranPermintaan kepada institusi keuangan untuk tidak membayar cek tertentu. Apabila silakukan segera, maka cek tidak akan dibebankan ke rekening pembayar. untuk layanan seperti ini dikenakan biaya.

Metode Penghitungan BungaCara penghitungan bunga berdasarkan saldo kartu kredit. Bisa ditagihkan per hari atau per bulan dan termasuk bunga dari saldo yang tidak dibayar.

ModalSejumlah kumpulan kekayaan yang bisa digunakan atau yang tersedia untuk menghasilkan kekayaan lebih banyak.

Nomor Pengenalan Pribadi (PIN)Suatu nomor istimewa yang diberikan oleh bank kepada pemegang kartu ATM atau kartu kredit yang diketikkan pada mesin ATM untuk menarik uang atau pada terminal perdagangan untuk pembelian barang.

Pembayaran MinimumJumlah minimum rupiah yang harus dibayar setiap bulan, biasanya 2 sampai 3 persen dari jumlah pinjaman, berdasarkan saldo rata-rata harian.

Pembayaran OtomatisPerusahan utilitas (Perusahaan langganan masyarakat seperti Listrik, telepon, dll), pembayaran pinjaman, dan bisnis lainnya dapat menggunakan sistem pembayaran otomatis di mana tagihan dibayar secara langsung dengan memotongt dana dari rekening bank.

Pembiayaan KembaliMengubah persetujuan pinjaman agar syarat pengembalian bias sesuai dengan pendapatan terkini si peminjam dan kemampuannya untuk mengembalikan. Pembiayaan kembali biasanya memberikan tingkat bunga lebih rendah dan jumlah pembayaran bulanan yang lebih kecil.

Pemindahan SaldoAnda dapat memindahkan saldo dari kartu kredit Anda ke kartu kredit baru. Idealnya, kartu baru menawarkan biaya yang lebih rendah.

Penarikan Cek BerlebihanSuatu cek dituliskan dengan jumlah uang yang melebihi jumlah dalam rekening. Apabila institusi keuangan menolak untuk menguangkan cek tersebut, maka cek tersebut dinyatakan “dilambungkan kembali”

Page 40: tugas

Penarikan TunaiSejumlah uang yang ditarik dari rekening.

Pencurian IdentitasBentuk penipuan di mana informasi finansial konsumen diperoleh secara ilegal untuk melakukan pembelian dan transaksi tidak sah dengan kartu kredit mereka, atau menarik dana dari rekening tabungan atau rekening koran mereka.

PenerimaPribadi atau suatu perusahaan kepada siapa cek ditulis; seseorang yang menerima uang sebagai pembayaran.

Penilaian KreditEvaluasi suatu institusi keuangan mengenai apakah seseorang pantas menerima kredit. Penilaian kredit biasanya didasarkan pada karakter individual, kemampuan membayar dan modal.

PenyetorSeseorang atau suatu perusahaan yang menyetor uang ke dalam suatu rekening.

PembayarPribadi atau suatu perusahaan yang menulis cek; seseorang yang memberi uang sebagai pembayaran.

PokokJumlah awal uang yang dipinjam, disetor, atau diinvestasikan sebelum bunga ditambahkan.

RekeningUang yang disimpan di sebuah institusi keuangan untuk kepentingan investasi dan/atau penyimpanan yang aman.

Rekening BersamaRekening tabungan atau rekening koran yang dibuat dengan lebih dari satu nama. Misalnya orang tua/anak, suami/istri.

Rekening GiroRekening yang digunakan oleh nasabah untuk menyimpan uang, dan untuk menuliskan sebuah cek. Kadang-kadang terdapat biaya yang ditagihkan apabila persyaratan minimum tidak terpenuhi.

Rekening TabunganRekening yang mendapatkan bunga sebagai pengganti atas penggunaan uang yang disimpan. Penabung biasanya diperbolehkan menabung atau menarik uang berkali-kali.

Page 41: tugas

SaldoJumlah tagihan yang belum dibayar. Dalam perbankan, saldo merujuk pada sejumlah uang pada suatu rekening. Dalam kredit, saldo merujuk pada jumlah hutang.

Saldo Rata-rata HarianInstitusi keuangan mengukur dan menghitung hutang rata-rata per hari dalam siklus tagihan Anda, dan menggunakan jumlah rata-rata tersebut untuk menentukan jumlah bunga atas hutang Anda untuk bulan tersebut. Setiap institusi keuangan menggunakan cara yang berbeda dalam melakukan perhitungan ini.

Setoran LangsungPendapatan (atau pembayaran dari pemerintah) secara otomatis dan elektronik yang disetorkan ke dalam rekening sehingga menghemat waktu, tenaga maupun uang.

Slip SetoranSlip yang memberi keterangan mengenai jumlah uang kertas, uang logam dan cek yang akan disetorkan ke dalam suatu rekening tertentu

Strip MagnetStrip hitam pada kartu kredit, kartu debet atau kartu ATM. Strip ini mengandung informasi dasar rekening dalam wujud kode komputer, seperti nama pemegang dan nomor rekening.

Suku BungaProsentase, per unit waktu, dari total jumlah pinjaman yang ditagihkan oleh bank atau institusi keuangan atas penggunaan uang mereka. Bunga kartu kredit bisa dihitung per tahun, per bulan atau per hari.

Syarat-syaratSuatu masa waktu dan tingkat bunga yang diatur antara pemberi pinjaman dan peminjam untuk mengembalikan pinjaman

Tarif TetapSuku bunga yang tidak berubah. Bunga Persentase Tahunan (BPT) biasanya merupakan tarif yang tetap.

Tingkat Bunga PeriodikSuatu variabel tingkat bunga yang bisa naik atau turun setiap kuartal dan mempengaruhi baik tagihan-tagihan keuangan maupun batas minimum jatuh tempo pembayaran kartu kredit.

Tingkat Bunga yang Berubah.Tingkat bunga yang dapat berubah secara berkala.

Page 42: tugas

Transaksi di tempat penjualanDiterimanya kartu ATM/debet atau kartu kredit di toko peritel dan rumah makan sebagai alat pembayaran barang atau jasa.

TunaiUang dalam bentuk kertas dan koin. Dalam perbankan, suatu kegiatan membayar cek “menguangkan cek”

UangSemua yang secara umum dikenal sebagai media pertukaran.

Uang Tunai ElektronikSistem pembayaran elektronik sebagai replika/pengganti dari semua sistem pembayaran – tunai, cek, kartu kredit, kartu debet dan uang logam.

Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya

Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak

Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran

Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran

Bank Konvensional adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri atas Bank Umum Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat.

Bank Umum Konvensional adalah Bank Konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Page 43: tugas

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah. (UU Perbankan Syariah)

Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina) (UU Perbankan)

http://www.afand.cybermq.com/post/detail/2357/sejarah-perbankan--pengertian-asas-fungsi-dan-tujuan

http://id.wikipedia.org/wiki/Bank

http://taghyr.wordpress.com/2008/07/01/pengertian-kredit-a-zistilah-istilah-perbankan/

http://kuliahade.wordpress.com/2010/04/19/hukum-perbankan-seputar-pengertian-perbankan/