Tugas 2

21
0 TUGAS MAKALAH HUKUM TATA NEGARA   HUKUM ADMINISTRASI NEGARA PELAKSANAAN SISTEM PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA Disusun oleh : KELOMPOK 8 1. ANDI MUHAMMAD RIZKI NIM. 13222715 2. ANGGI WIDYASTUTI NIM. 13222716 3. I NENGAH JUNIARTA NIM. 13222728 4. MUSTAL VISI NIM. 13222737 KELAS : A DOSEN : Drs. ABDUL HARIS FARID. M.Si.  PROGRAM DIPLOMA IV PERTANAHAN SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL YOGYAKARTA 2014 

description

tUGAS

Transcript of Tugas 2

  • 5/26/2018 Tugas 2

    1/21

    0

    TUGAS MAKALAH

    HUKUM TATA NEGARAHUKUM ADMINISTRASI NEGARA

    PELAKSANAAN SISTEM PEMILIHAN UMUM

    DI INDONESIA

    Disusun oleh :

    KELOMPOK 8

    1.ANDI MUHAMMAD RIZKI NIM. 132227152.ANGGI WIDYASTUTI NIM. 132227163.I NENGAH JUNIARTA NIM. 132227284.MUSTAL VISI NIM. 13222737KELAS : A

    DOSEN :

    Drs. ABDUL HARIS FARID. M.Si.

    PROGRAM DIPLOMA IV PERTANAHAN

    SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL

    YOGYAKARTA

    2014

  • 5/26/2018 Tugas 2

    2/21

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A.Latar Belakang

    Di kebanyakan negara demokrasi pemilihan umum dianggap sebagai lambang

    sekaligus tolok ukur dari sebuah demokrasi. Hasil pemilihan umum yang diselenggarakan

    dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan berpendapat dan berserikat dianggap

    mencerminkan partisipasi dan kebebasan masyarakat walaupun tidak begitu akurat.

    Sekalipun demikian, disadari bahwa pemilihan umum (Pemilu) bukan merupakan satu-

    satunya tolok ukur dan perlu dilengkapi dengan tolok ukur beberapa kegiatan lain yang

    lebih bersifat berkesinambungan, seperti partisipasi dalam kegiatan partai, dan keaktifan

    partai itu sendiri dalam berbaur di masyarakat.

    Banyak negara berkembang beberapa kebebasan seperti yang dikenal di dunia

    barat kurang diindahkan. Seperti Indonesia, perkembangan demokrasi di Indonesia telah

    mengalami pasang surut. Selama 67 tahun berdirinya Republik Indonesia ternyata

    masalah pokok yang kita hadapi adalah bagaimana dalam masyarakat yang beraneka

    ragam pola budayanya dapat mempertinggi tingkat kehidupan ekonomi disamping

    membina suatu kehidupan sosial dan politik yang demokratis. Pada pokok masalah ini

    berkisar pada penyusunan suatu sistem politik dimana kepemimpinaan cukup kuat

    untuk melaksanakan pembangunan ekonomi dengan partisipasi rakyat seraya

    menghindarkan timbulnya diktator.

    Pemilihan umum juga menunjukkan seberapa besar partisipasi politik

    masyarakat, terutama di negara berkembang. Kebanyakan negara ingin cepat

    mengadakan pembangunan untuk mengejar keterbelakangannya, karena dianggap

    bahwa berhasil-tidaknya pembangunan banyak bergantung pada partisipasi rakyat. Ikut

    sertanya masyarakat dapat membantu menangani masalah-masalah yang ditimbulkan

    oleh perbedaan-perbedaan etnis, budaya, status sosial, ekonomi, dan budaya. Integritas

    nasional, pembentukan identitas nasional, serta loyalitas terhadap negara diharapkan

    dapat ditunjang pertumbuhannya melalui partisipasi politik.

    Partisipasi yang bersifat otonom (lahir dari diri masyarakat sendiri) di

    beberapa negara berkembang masih terbatas. Di beberapa negara yang rakyatnyaapatis, pemerintah menghadapi masalah bagaimana meningkatkan partisipasi itu, sebab

  • 5/26/2018 Tugas 2

    3/21

    2

    jika partisipasi mengalami jalan buntu , dapat terjadi dua hal yaitu anomi atau justru

    revolusi. Maka melalui pemilihan umum yang sering didefenisikan sebagai pesta

    kedaulatan rakyat, masyarakat dapat secara aktif menyuarakan aspirasi mereka baik itu

    ikut berpartisipasi dalam kegiatan partai, ataupun menitipkan dan mempercayakan

    aspirasi mereka pada salah satu partai peserta Pemilu yang dianggap dapat memenuhi,

    serta menjalankan aspirasi masyarakat yang telah dipercayakan pada partai tersebut.

    Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dan juga sebagai penganut

    paham demokrasi sedang berusaha mencapai stabilitas nasional dan memantapkan

    kehidupan politik, juga mengalami gejolak-gejolak sosial dan politik dalam proses

    pemilihan umum. Dalam perkembangan kehidupan politiknya, Indonesia selalu berusaha

    memperbaharui sistem pemilihan umum meskipun dengan mengadopsi sistem yang ada

    di dunia barat (walaupun tidak semuanya bekerja efektif di dalam negeri kita) untuk

    mencapai stabilitas nasional dan politik.

    B.Rumusan MasalahDari latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka yang menjadi

    permasalahan dalam makalah ini adalah :

    1. Apakah yang dimaksud dengan sistem pemilihan umum? Jelaskan!2. Bagaimanakah jalannya sistem pemilihan umum yang pernah dilaksanakan di

    Indonesia?

    3. Bagaimanakah sistem dan asas-asas pemilihan umum yang diterapkan di Indonesia?4. Faktor apa yang menjadi penghambat dalam menciptakan sistem pemilihan umum

    yang bersih di Indonesia?

    C.Tujuan Penulisan1. Mengetahui tentang pengertian sistem pemilihan umum.2. Mengetahui jalannya sistem pemilu di Indonesia.3. Mengetahui sistem pemilu yang cocok untuk Indonesia.4. Mengetahui faktor penghambat dan penanganannya dalam melaksanakan sistem

    pemilihan umum di Indonesia.

  • 5/26/2018 Tugas 2

    4/21

    3

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A.Pengertian Sistem Pemilihan Umum

    Menurut teori demokrasi klasik, pemilihan umum merupakan suatu

    Transmission of Beltsehingga kekuasaan yang berasal dari rakyat dapat beralih menjadi

    kekuasaan negara yang kemudian menjelma dalam bentuk wewenang pemerintah untuk

    memerintah dan mengatur rakyat.

    Berikut beberapa pernyataan beberapa para ahli mengenai pemilu :

    Menurut Moh. Kusnardidan Harmaily Ibrahim : pemilihan umum tidak lain adalah

    suatu cara untuk memilih wakil-wakil rakyat. Dan karenanya bagi suatu negara yang

    menyebut dirinya sebagai negara demokrasi, pemilihan umum itu harus dilaksanakan

    dalam waktu-waktu tertentu.

    Menurut Bagir Manan : pemilihan umum yang diadakan dalam siklus lima (5) tahun

    sekali merupakan saat atau momentum memperlihatkan secara nyata dan langsung

    pemerintahan oleh rakyat. Pada saat pemilihan umum itulah semua calon yang

    diinginkan duduk sebagai penyelenggara negara dan pemerintahan bergantung

    sepenuhnya pada keinginan atau kehendak rakyat.

    Salah satu wujud demokrasi adalah dengan pemilihan umum. Dalam kata lain,

    pemilu adalah pengejawantahan penting dari demokrasi prosedural. Berkaitan dengan

    ini, Samuel P. Huntington dalam Sahid gatara (2008: 207) menyebutkan bahwa prosedur

    utama demokrasi adalah pemilihan para pemimpin secara kompetitif oleh rakyat yang

    bakal mereka pimpin. Selain itu, Pemilu sangat sejalan dengan semangat demokrasi

    secara subtansi atau demokrasi subtansial, yakni demokrasi dalam pengertian

    pemerintah yang diselenggarakan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Artinya,

    rakyatlah yang memegang kekuasaan tertinggi.

    Pemilu adalah lembaga sekaligus prosedur praktik politik untuk mewujudkan

    kedaulatan rakyat yang memungkinkan terbentuknya sebuah pemerintahan perwakilan

    (representative government). Secara sederhana, pemilihan umum didefinisikan sebagai

    suatu cara atau sarana untuk menentukan orang-orang yang akan mewakili rakyat dalam

    menjalankan pemerintahan.

  • 5/26/2018 Tugas 2

    5/21

    4

    Dalam pemilihan umum, biasanya para kandidat akan melakukan kampanye

    sebelum pemungutan suara dilakukan selama selang waktu yang telah ditentukan.

    Dalam kampanye tersebut para kandidat akan berusaha menarik perhatian masyarakat

    secara persuasif, menyatakan visi dan misinya untuk memajukan dan memperjuangkankesejahteraan rakyat.

    Sistem Pemilihan Umum adalah metode yang mengatur dan memungkinkan

    warga negara memilih para wakil rakyat diantara mereka sendiri. Metode berhubungan

    dengan prosedur dan aturan merubah ( mentransformasi ) suara ke kursi di lembaga

    perwakilan. Mereka sendiri maksudnya yang memilih maupun yang hendak dipilih

    merupakan bagian dari satu entitas yang sama.

    Terdapat komponen-komponen atau bagian-bagian yang merupakan sistem

    tersendiri dalam melaksanakan pemilihan umum, antara lain :

    Sistem pemilihan. Sistem pembagian daerah pemilihan. Sistem hak pilih. Sistem pencalonan.

    Dalam ilmu politik dikenal bermacam-macam sistem pemilihan umum denganberbagai variasinya. Akan tetapi, umumnya berkisar pada dua prinsip pokok, yaitu :

    Sistem Pemilihan MekanisDalam sistem ini, rakyat dipandang sebagai suatu massa individu-individu yang sama.

    Individu-individu inilah sebagai pengendali hak pilih dalam masing-masing

    mengeluarkan satu suara dalam tiap pemilihan umum untuk satu lembaga

    perwakilan.

    Sistem Pemilihan OrganisDalam sistem organis, rakyat dipandang sebagai sejumlah individu yang hidup

    bersama-sama dalam beraneka warna persekutuan hidup. Jadi persekutuan-

    persekutuan itulah yang diutamakan sebagai pengendali hak pilih.

    Namun kita lebih mengenal sistem pemilihan umum sebagai berikut.

    a. Sistem DistrikSistem ini merupakan sistem pemilihan umum yang paling tua dan

    didasarkan atas kesatuan geografis. Setiap kesatuan geografis (yang biasanya disebut

  • 5/26/2018 Tugas 2

    6/21

    5

    distrik karena kecilnya daerah yang diliputi) mempunyai satu wakil dalam dewan

    perwakilan rakyat. Untuk keperluan itu, negara dibagi dalam sejumlah besar distrik

    dan jumlah wakil rakyat dalam dewan perwakilan rakyat ditentukan oleh jumlah

    distrik. Calon yang di dalam satu distrik memperoleh suara terbanyak dikatakanpemenang, sedangkan suara-suara yang ditujukan kepada calon-calon lain dianggap

    hilang dan tidak diperhitungkan lagi, bagaimanapun kecilnya selisih kekalahannya.

    Keuntungan Sistem Distrik

    Sistem ini lebih mendorong ke arah integrasi partai-partai politik karena kursi yangdiperebutkan dalam setiap distrik pemilihan hanya satu. Hal ini akan mendorong

    partai-partai untuk menyisihkan perbedaan-perbedaan yang ada dan mengadakan

    kerja sama, sekurang-kurangnya menjelang pemilihan umum.

    Fragmentasi partai dan kecenderungan membentuk partai baru dapat dibendung,malahan sistem ini bisa mendorong ke arah penyederhanaan partai secara alami

    dan tanpa paksaan.

    Karena kecilnya distrik, maka wakil yang terpilih dapat dikenal oleh komunitasnya,sehingga hubungan denga konstituen lebih erat. Dengan demikian si wakil akan

    lebih cenderung untuk memperjuangkan kepentingan distriknya.

    Bagi partai besar sistem ini menguntungkan karena melalui efek distorsi dapatmeraih suara dari pemilih-pemilih lain, sehingga memperoleh kedudukan

    mayoritas. Dengan demikian, sedikit banyak partai pemenang dapat

    mengendalikan parlemen.

    Lebih mudah bagi suatu partai untuk mencapai kedudukan mayoritas dalamparlemen, sehingga tidak perlu diadakan koalisi dengan partai lain. Hal ini

    mendukung stabilitas nasional.

    Sistem ini sederhana dan mudah untuk diselenggarakan.Kelemahan Sistem Distrik

    Sistem ini kurang memperhatikan kepentingan partai-partai kecil dan golonganminoritas, apalagi jika golongan-golongan ini terpencar dalam berbagai distrik.

    Sistem ini kurang representatif dalam arti bahwa partai yang calonnya kalah dalamsuatu distrik kehilangan suara yang telah mendukungnya. Hal ini berarti bahwa ada

    sejumlah suara yang tidak diperhitungkan sama sekali, atau terbuang sia-sia. Dan

  • 5/26/2018 Tugas 2

    7/21

    6

    jika banyak partai mengadu kekuatan, maka jumlah suara yang hilang dapat

    mencapai jumlah yang besar. Hal ini akan dianggap tidak adil terhadap partai dan

    golongan yang dirugikan.

    Sistem distrik dianggap kurang efektif dalam masyarakat yang plural karena terbagidalam kelompok etnis, religius, dan tribal, sehingga menimbulkan anggapan bahwa

    kebudayaan nasional yang terpadu secara ideologis dan etnis mungkin merupakan

    prasyarat bagi suksesnya sistem ini.

    Ada kemungkinan si wakil cenderung untuk lebih memperhatikan kepentingandistrik serta warga distriknya, daripada kepentingan nasional.

    b.Sistem Perwakilan Berimbang Atau Sistem ProporsionalSistem ini dianut oleh Indonesia. Pemilihan umum tidaklah langsung

    memilih calon yang didukungnya, karena para calon ditentukan berdasarkan nomor

    urut calon-calon dari masing-masing parpol atau organisasi sosial politik (orsospol).

    Para pemilih memilih tanda gambar atau lambang suatu orsospol. Perhitungan suara

    untuk menentukan jumlah kursi raihan masing-masing orsospol ditentukan melalui

    penjumlahan suara secara nasional atau penjumlahan pada suatu daerah (provinsi).

    Masing-masing daerah diberi jatah kursi berdasarkan jumlah penduduk dankepadatan penduduk di daerah yang bersangkutan.

    Banyak atau sedikitnya kursi yang diraih adalah ditentukan oleh jumlah

    suara yang diraih masing-masing parpol atau orsospol peserta pemilihan umum.

    Calon terpilih untuk menjadi wakil rakyat ditentukan berdasarkan nomor urut calon

    yang disusun guna mewakili orsospol pada masing-masing daerah. Inilah yang disebut

    perhitungan suara secara proporsional, bukan menurut distrik pemilihan (yang pada

    setiap distrik hanya akan ada satu calon yang terpilih).

    Keuntungan Sistem Proporsional

    Dianggap lebih representatif karena persentase perolehan suara setiap partaisesuai dengan persentase perolehan kursinya di parlemen. Tidak ada distorsi

    antara perolehan suara dan perolehan kursi.

    Setiap suara dihitung dan tidak ada yang hilang. Partai kecil dan golonganminoritas diberi kesempatan untuk menempatkan wakilnya di parlemen. Karena

    itu masyarakat yang heterogen dan pluralis lebih tertarik pada sistem ini.

  • 5/26/2018 Tugas 2

    8/21

    7

    Kelemahan Sistem Proporsional

    Kurang mendorong partai-partai yang berintegrasi satu sama lain, malahsebaliknya cenderung mempertajam perbedaan-perbedaan diantara mereka.

    Bertambahnya jumlah partai dapat menghambat proses integrasi diantara

    berbagai golongan di masyarakat yang sifatnya pluralis. Hal ini mempermudah

    fragmentasi dan berdirinya partai baru yang pluralis.

    Wakil rakyat kurang erat hubungannya dengan konstituennya, tetapi lebih eratdengan partainya (termasuk dalam hal akuntabilitas). Peranan partai lebih

    menonjol dari pada kepribadian seorang wakil rakyat. Akibatnya, sistem ini

    memberi kedudukan kuat kepada pimpinan partai untuk menentukan wakilnya di

    parlemen melaluin stelsel daftar (List System).

    Banyaknya partai yang bersaing mempersulit satu partai untuk mencapaimayoritas di parlemen. Dalam sistem pemerintahan parlementer, hal ini

    mempersulit terbentuknya pemerintahan yang stabil karena harus mendasarkan

    diri pada koalisi.

    B.Sistem Pemilihan Umum Yang Pernah Dilaksanakan Di Indonesia1. Periodesasi Sistem Pemilu Indonesia

    a. Zaman Demokrasi Parlementer (1945-1958)Sebenarnya pemilu sudah direncanakan sejak bulan Oktober 1945,

    tetapi baru dilaksanakan oleh Kabinet Burhanuddin Harahap pada tahun 1955.

    Sistem pemilu yang digunakan pada masa ini adalah sistem proporsional,

    sebagaimana yang dicontohkan oleh Belanda, merupakan satu-satunya sistem

    pemilu yang dikenal dan dimengerti oleh para pemimpin negara. Pada pemilu ini

    pemungutan suara dilakukan dua kali yaitu yang pertama untuk memilih anggota

    DPR pada bulan September dan yang kedua untuk memilih anggota Konstituante

    pada bulan Desember.

    Pemilihan umum dilakukan dalam suasana khidmat, karena merupakan

    pemilihan pertama sejak awal kemerdekaan. Pemilihan umum berlangsung secara

    demokratis, tidak ada pembatasan partai, dan tidak ada usaha interversi dari

    pemerintah terhadap partai-partai, sekalipun kampanye berlangsung seru,

  • 5/26/2018 Tugas 2

    9/21

    8

    terutama antara Masyumi dan PNI. Serta administrasi teknis berjalan lancar dan

    jujur.

    Pemilihan umum menghasilkan 27 partai dan satu partai perseorangan,

    dengan jumlah total 257 kursi. Namun stabilitas politik yang sangat diharapkandari pemilihan umum tidak terwujud. Kabinet Ali (I dan II) yang memerintah

    selama 2 tahun dan yang terdiri atas koalisi tiga besar yaitu Masyumi, PNI, dan NU,

    ternyata tidak kompak dalam menghadapi beberapa persoalan, terutama yang

    terkait dengan konsepsi presiden yang diumumkan pada tanggal 21 Februari 1957

    hingga zaman Demokrasi Parlementer berakhir.

    b.Zaman Demokrasi Terpimpin (1959-1965)Setelah mencabut Maklumat Pemerintah November 1945 tentang

    kebebasan mendirikan partai, Presiden Soekarno mengurangi jumlah partai

    menjadi 10 partai, antara lain : PNI, Masyumi, NU, PKI, Partai Katolik, Partindo,

    Partai Murba, PSII Arudji, IPKI, dan Partai Islam, kemudian ikut dalam pemilu 1971

    di masa orde baru. Di zaman Demokrasi Terpimpin tidak diadakan pemilihan

    umum.

    c. Zaman Demokrasi Pancasila (1965-1998)Sesudah runtuhnya rezim Demokrasi Terpimpin yang semi otoriter ada

    harapan besar dikalangan masyarakat untuk dapat mendirikan suatu sistem politik

    yang demokratis dan stabil. Salah satu caranya ialah melalui sistem pemilihan

    umum. Pada saat itu diperbincangkan tidak hanya sistem proporsional yang sudah

    dikenal lama, tetapi juga sistem distrik yang di Indonesia yang masih sangat baru.

    Pendapat yang dihasilkan dari seminar tersebut menyatakan bahwa

    sistem distrik dapat mengurangi jumlah partai politik secara alamiah tanpa

    paksaan, dengan harapan partai-partai kecil akan merasa berkepentingan untuk

    bekerjasama dalam usaha meraih kursi dalam suatu distrik. Berkurangnya jumlah

    partai politik diharapkan akan membawa stabilitas politik dan pemerintah akan

    lebih berdaya untuk melaksanakan kebijakan-kebijakannya, terutama di bidang

    ekonomi.

    Jika meninjau sistem pemilihan umum di Indonesia dapat ditarik

    berbagai kesimpulan. Pertama, keputusan untuk tetap menggunakan system

  • 5/26/2018 Tugas 2

    10/21

    9

    proporsional pada tahun 1967 adalah keputusan yang tepat karena tidak ada

    distorsi atau kesenjangan antara perolehan suara nasional dengan jumlah kursi

    dalam DPR. Kedua, ketentuan di dalam UUD 1945 bahwa DPR dan Presiden tidak

    dapat saling menjatuhkan merupakan keuntungan, karena tidak ada lagifragmentasi karena yang dibenarkan eksistensinya hanya tiga partai saja. Usaha

    untuk mendirikan partai baru tidak bermanfaat dan tidak diperbolehkan. Dengan

    demikian sejumlah kelemahan dari sistem proporsional telah teratasi.

    Namun beberapa kelemahan masih melekat pada sistem politik ini.

    Pertama, masih kurang dekatnya hubungan antara wakil pemerintah dan

    konstituennya tetap ada. Kedua, dengan dibatasinya jumlah partai menjadi tiga

    telah terjadi penyempitan dalam kesempatan untuk memilih menurut selera dan

    pendapat masing-masing sehingga dapat dipertanyakan apakah si pemilih benar-

    benar mencerminkan, kecenderungan, atau ada pertimbangan lain yang menjadi

    pedomannya. Ditambah lagi masalah golput, bagaimanapun juga gerakan golput

    telah menunjukkan salah satu kelemahan dari sistem otoriter dan hal itu patut

    dihargai.

    Karena gagal menyederhanakan sistem partai lewat sistem pemilihan

    umum, Presiden Soeharto mulai mengadakan beberapa tindakan untuk menguasai

    kehidupan kepartaian. Tindakan pertama yang dilakukan adalah mengadakan fusi

    di antara partai-partai, mengelompokkan partai-partai dalam 3 golongan yaitu

    Golongan Spiritual (PPP), Golongan Nasional (PDI), dan Golongan Karya (Golkar).

    Pemilihan umum tahun 1977 diselenggarakan dengan menyertakan 3 partai,

    dalam perolehan suara terbanyak Golkar selalu memenangkannya.

    d.Zaman Reformasi (1998-Sekarang)Reformasi membawa beberapa perubahan fundamental seperti di

    bidang-bidang lainnya. Pertama, dibukanya kesempatan kembali untuk

    bergeraknya partai politik secara bebas, termasuk mendirikan partai baru. Kedua,

    pada pemilu 2004 untuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesia diadakan

    pemilihan presiden dan wakil presiden dipilih melalui MPR. Ketiga, diadakannya

    pemilihan umum untuk suatu badan baru, yaitu Dewan Perwakilan Daerah yang

    akan mewakili kepentingan daerah secara khusus. Keempat, diadakannya

  • 5/26/2018 Tugas 2

    11/21

    10

    electoral threesold, yaitu ketentuan bahwa untuk pemilihan legislatif setiap

    partai harus meraih minimal 3% jumlah kursi anggota badan legislatif pusat.

    Ada satu lembaga baru di dalam lembaga legislatif, yaitu DPD (Dewan

    Perwakilan Daerah). Untuk itu pemilihan umum anggota DPD digunakan SistemDistrik tetapi dengan wakil banyak (4 kursi untuk setiap propinsi). Untuk pemilihan

    anggota DPR dan DPRD digunakan sistem proporsional dengan daftar terbuka,

    sehingga pemilih dapat memberikan suaranya secara langsung kepada calon yang

    dipilih. Dan pada tahun 2004, untuk pertama kalinya diadakan pemilihan presiden

    dan wakil presiden secara langsung, bukan melalui MPR lagi.

    2. Pelaksanaan Penyelenggaraan Pemilihan Umum di Indonesiaa. Pemilu 1995

    Merupakan pemilihan umum pertama di Indonesia dan diadakan pada

    tahun 1955. Pemilu ini sering dikatakan sebagai pemilu Indonesia yang paling

    demokratis. Pemilu tahun 1955 ini dilaksanakan saat keamanan negara masih

    kurang kondusif, beberapa daerah dirundung kekacauan oleh DI/TII (Darul

    Islam/Tentara Islam Indonesia) khususnya pimpinan Kartosuwiryo. Dalam keadaan

    seperti ini, anggota angkatan bersenjata dan polisi juga memilih. Mereka yang

    bertugas di daerah rawan digilir datang ke tempat pemilihan. Pemilu akhirnya pun

    berlangsung aman.

    Pemilihan umum ini bertujuan untuk memilih anggota-anggota DPR dan

    Konstituante. Jumlah kursi DPR yang diperebutkan berjumlah 260, sedangkan kursi

    Konstituante berjumlah 520 (dua kali lipat kursi DPR) ditambah 14 wakil golongan

    minoritas yang diangkat pemerintah.

    Pemilu ini dipersiapkan di bawah pemerintahan Perdana Menteri Ali

    Sastroamidjojo. Namun, Ali Sastroamidjojo mengundurkan diri dan pada saat

    pemungutan suara, kepala pemerintahan telah dipegang oleh Perdana Menteri

    Burhanuddin Harahap.

    b.Pemilu 1971Pemilihan umum pertama sejak orde baru atau Pemilu kedua sejak

    Indonesia merdeka, yakni Pemilu 1971 diikuti oleh 10 Organisasi Peserta Pemilu(OPP), yakni 9 partai politik dan 1 Golongan Karya. Undang-undang yang menjadi

  • 5/26/2018 Tugas 2

    12/21

    11

    landasan hukumnya adalah Undang-Undang No. 15 tahun 1969 tentang Pemilihan

    Umum dan Undang-Undang No. 16 tahun 1969 tentang Susunan dan Kedudukan

    MPR, DPR dan DPRD.

    c. Pemilu 1977Pemilu 1977 diselenggarakan dengan berlandaskan pada Undang-

    Undang No. 4 tahun1975 tentang Pemilihan Umum pengganti Undang-Undang No.

    15 tahun 1969, dan Undang-Undang No. 5 tahun 1975 pengganti Undang-Undang

    No. 16 tahun 1969 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR dan DPRD. Selain

    kedua undang-undang tersebut, Pemilu 1977 juga menggunakan Undang-Undang

    No. 3 tahun 1975 tentang Partai Politik dan Golongan karya. Berdasarkan ketiga

    undang-undang itulah diselenggarakan pemilihan umum pada tanggal 3 Mei 1977

    dengan diikuti oleh 3 Organisasi Peserta Pemilu (OPP), yakni 2 Partai Politik dan 1

    Golongan Karya.

    d.Pemilu 1982Dengan Undang-Undang No. 2 tahun 1980 pengganti Undang-Undang

    No. 4 tahun 1975 tentang Pemilihan Umum, Indonesia kembali menyelenggarakan

    Pemilihan Umumnya yang keempat pada tanggal 4 Mei 1982.

    e. Pemilu 1987Dengan Undang-Undang No. 1 tahun 1985 pengganti Undang-Undang

    No. 2 tahun 1980, Indonesia menyelenggarakan Pemilihan Umum yang kelima

    tahun 1987. Pemungutan suara Pemilu 1987 secara serentak dilaksanakan pada

    tanggal 23 April 1987.

    f. Pemilu 1992Mengingat Undang-Undang No. 1 tahun 1985 ini dianggap masih sesuai

    dengan perkembangan politik Orde Baru, tahun 1992 diselenggarakan Pemilu

    keenam di Indonesia berdasarkan payung hukum yang sama dengan payung

    hukum pemilu sebelumnya. Pemungutan suara diselenggarakan secara serentak

    pada tanggal 9 Juni 1992.

  • 5/26/2018 Tugas 2

    13/21

    12

    g. Pemilu 1997Dengan payung hukum (Undang-Undang Pemilu) yang sama dengan

    pemilu sebelumnya, Indonesia kembali menyelenggarakan pemilu yang ketujuh.

    h.Pemilu 1999Pemilihan Umum 1999 ditujukan untuk memilih anggota DPR dan DPRD.

    Pemungutan suaranya dilaksanakan pada tanggal 7 Juni 1999. Pemilu ini diikuti

    oleh 48 Partai dengan berlandaskan Undang-Undang No. 2 tahun 1999 tentang

    Partai Politik dan Undang-Undang No. 3 tahun 1999 tentang Pemilihan Umum.

    Pemilu 1999 ini disebut oleh banyak kalangan sebagai Pemilu paling Demokratis

    setelah Pemilu 1955. Cara pembagian kursi hasil Pemilu kali ini tetap

    menggunakan sistem proporsional dengan mengikuti Varian Roget. Dalam system

    ini, sebuah partai memperoleh kursi seimbang dengan suara yang diperolehnya di

    daerah pemilihan, termasuk perolehan kursi berdasarkan the largest remainder.

    i. Pemilu 2004Pemilu ini berbeda dengan pemilu sebelumnya, termasuk pemilu 1999.

    Hal ini dikarenakan selain demokratis dan bertujuan memilih anggota DPR dan

    DPRD, pemilu 2004 juga memilih Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dan memilih

    Presiden dan Wakil Presiden tidak dilakukan secara terpisah. Pada pemilu ini, yang

    terpilih adalah pasangan calon (pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden).

    Bukan calon Presiden dan calon Wakil Presiden secara terpisah.

    j. Pemilu 2009Sama halnya dengan Pemilihan Umum 2004, Pemilihan Umum 2009 juga

    dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu :

    Tahap pertama, merupakan pemilihan umum yang ditujuan untuk memilihanggota DPR, DPD dan DPRD, atau biasa disebut Pemilu Legislatif 2009. Pemilu

    ini diikuti oleh 38 partai yang memenuhi kriteria untuk ikut serta dalam

    Pemilihan Umum 2009. Pemilu ini diselenggarakan secara serentak di hampir

    seluruh wilayah Indonesia pada tanggal 9 April 2009, yang seharusnya

    dijadwalkan berlangsung tanggal 5 April 2009.

  • 5/26/2018 Tugas 2

    14/21

    13

    Tahap kedua, merupakan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden putaran pertamaadalah untuk memilih pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden secara

    langsung. Tahap kedua ini dilaksanakan pada tanggal 8 Juli 2009.

    Tahap ketiga, merupakan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tahap putarankedua adalah babak terakhir yang dilaksanakan hanya apabila pada tahap

    kedua, belum ada pasangan calon yang mendapatkan suara lebih dari 50% (bila

    keadaannya demikian, dua pasangan calon yang mendapatkan suara terbanyak

    akan diikutsertakan pada Pemilu Presiden putaran kedua. Akan tetapi apabila

    pada Pemilu Presiden putaran pertama sudah ada pasangan calon yang

    mendapatkan suara lebih dari 50%, pasangan calon tersebut akan langsung

    diangkat menjadi Presiden dan Wakil Presiden. Tahap ketiga ini dilaksanakan

    pada taggal 8 September 2009.

    C.Sistem Dan Asas-Asas Pemilihan Umum Yang Diterapkan Di IndonesiaPemilihan umum merupakan proses politik yang secara konstitusional bersifat

    nyata bagi negara demokrasi. Sebagai sistem, demokrasi nyata-nyatanya telah teruji dan

    diakui paling realistik dan rasional untuk mewujudkan tatanan sosial, politik, ekonomi

    yang populis, adil dan beradab, kendati bukan tanpa kelemahan. Begitu tak

    terbantahkannya tesis-tesis demokrasi sehingga hampir semua penguasa otoriter dan

    tiran menyebut sitem yang digunakannya sebagai sistem demokratis.

    Disamping menjadi prasyarat demokrasi, pemilu juga menjadi pintu masuk

    atau tahap awal dari proses perkembangan demokratis. Perjalanan panjang Indonesia

    dalam menyelenggarakan pemilu sejak tahun 1955 memberi pelajaran berharga untuk

    menata kehidupan bangsa kedepan menuju kehidupan yang lebih baik. Bangsa

    Indonesia mempunyai komitmen yang kuat untuk menyelenggarakan pemilu 2004

    dengan format berbeda dengan sebelumnya, sehingga azas langsung umum, bebas,

    rahasia, jujur dan adil dapat dilaksanakan secara benar, konsekuen dan dapat

    dipertanggungjawabkan baik secara hukum, moral, maupun politis.

    Dilihat dari sisi keanekaragaman masyarakat Indonesia dan kondisinya saat ini,

    sistem proporsional tertutup lebih cocok. Mengutip pendapat dari Direktur Eksekutif

    perkumpulan untuk pemilu dan demokrasi (PERLUDEM) bahwa sistem pemilu

    proporsional untuk fenomena politik Indonesia saat ini lebih menguntungkan. Walaupun

  • 5/26/2018 Tugas 2

    15/21

    14

    sistem pemilu tidak ada yang terbaik untuk suatu negara, yang terpenting adalah

    mencari sistem pemilu yang cocok dan pas dengan suatu negara. Sebelum memutuskan

    hal tersebut , juga harus pas dengan instrumen yang lain. Dengan sistem proporsional

    tertutup, nanti biaya bisa ditekan karena partai politik menjadi satu-satunya pengendalidana kampanye. Selain itu juga bisa menutup terbukanya peluang persaingan yang tidak

    sehat antara para caleg. Bukan berarti sistem proporsional tertutup itu tanpa prasyarat,

    kalau tidak nantinya akan terjadi oligarkhi. Meski dibilang tertutup bukan berarti publik

    tidak tahu sama sekali. Tetap ada daftar caleg yang disampaikan kepada KPU untuk

    diumumkan. Sistemparliamentary threesold (PT) akan mengurangi drastis jumlah partai

    di parlemen. Namun dalam multipartai sederhana tidak berkaitan dengan besaran

    parliamentary threesold, tujuannya adalah ingin menyederhanakan partai dan juga

    proporsionalitas.

    Hal yang perlu diperketat untuk pemerintahan efektif adalah ambang batas

    fraksi di parlemen ketimbang angka PT tinggi. Makin tinggi PT maka indeks ketidak

    proporsionalan makin tinggi. Selain itu perlu adanya transparansi keuangan partai.

    Sebelumnya, memang setiap pemilu perbedaan landasan yang menjadi basis setiap

    organisasi peserta pemilu dirasa sangat dipersoalkan. Yang satu mengatasnamakan

    agama, yang satu mengatasnamakan pancasila dan yang satunya lagi mengatasnamakan

    nasionalis, meskipun ketiganya juga bersikeras sebagai kekuatan politik pancasila.

    Kompetensi politik dengan demikian lebih mempunyai potensi untuk terbentuknya

    konflik politik. Hal ini tentunya perlu dihindari bagi setiap negara berkembang.

    Asas-Asas Pemilihan Umum

    Meskipun undang-undang politik tentang Pemilihan Umum (UU Pemilu) dari

    pemilu ke pemilu beberapa kali mengalami perubahan, namun perubahan tersebut tidak

    bersifat mendasar. Secara umum, asas-asas dari setiap penyelenggaraan pemilu di

    Indonesia dapat digambarkan sebagai berikut.

    a) Langsung, yaitu rakyat sebagai pemilih mempunyai hak untuk memberikan suaranyasecara langsung, sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara.

    b)Umum, yaitu pada dasarnya semua warga negara yang memenuhi persyaratan sesuaidengan undang-undang berhak mengikuti pemilu. Pemilihan yang bersifat umum

    menjamin kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua warga negara, tanpa

  • 5/26/2018 Tugas 2

    16/21

    15

    diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, kedaerahan,

    pekerjaan dan status sosial.

    c) Bebas, yaitu setiap warga negara yang berhak memilih, bebas menentukan pilihannyatanpa tekanan dan paksaan dari pihak manapun. Di dalam melaksanakan haknya,setiap warga negara dijamin keamanannya, sehingga dapat memilih sesuai kehendak

    hati nurani dan kepentingannya.

    d)Rahasia, yaitu dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin bahwa pilihannya tidakakan diketahui oleh pihak manapun dan dengan jalan apapun. Pemilih memberikan

    suaranya pada surat suara tanpa dapat diketahui oleh orang lain kepada siapa pun

    suaranya diberikan.

    e)Jujur, yaitu setiap penyelenggara pemilu, aparat pemerintah, peserta pemilu,pengawas pemilu, pemantau pemilu, pemilih, serta semua pihak yang terkait harus

    bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

    f)Adil, yaitu setiap pemilih dan peserta pemilu mendapat perlakuan yang sama, sertabebas dari kecurangan pihak mana pun.

    D.Faktor Penghambat Dalam Sistem Pemilihan Umum Di IndonesiaMoney politic (politik uang) merupakan uang maupun barang yang diberikan

    untuk menyogok atau memengaruhi keputusan masyarakat agar memilih partai atau

    perorangan tersebut dalam pemilu, padahal praktek money politicmerupakan praktek

    yang sangat bertentangan dengan nilai demokrasi.

    Lemahnya undang-undang dalam memberikan sanksi tegas terhadap pelaku

    money politic membuat praktek money politic ini menjamur luas di masyarakat dan

    belum bisa diantisipasi dengan segera. Padahal praktek money politic ini telah hadir dari

    zaman orde baru tetapi sampai saat ini masih banyak hambatan untuk menciptakan

    sistem pemilu yang benar-benar anti money politic.

    Praktek money politic ini sungguh misterius karena sulitnya mencari data

    untuk membuktikan sumber praktek tersebut, namun ironisnya praktek money politic

    ini sudah menjadi kebiasaan dan rahasia umum di masyarakat. Intinya sistem demokrasi

    pemilu di Indonesia masih harus banyak dibenahi, karena masih jauh berbeda jika

    dibandingkan dengan sistem pemilu demokrasi di Amerika yang sudah matang.

  • 5/26/2018 Tugas 2

    17/21

    16

    Hambatan terbesar dalam pelaksanaan pemilu demokrasi di Indonesia yaitu

    masih tertanamnya budaya paternalistik di kalangan elit politik. Elit-elit politik tersebut

    menggunakan kekuasaan dan uang untuk melakukan pembodohan dan kebohongan

    terhadap masyarakat dalam mencapai kemenangan politik. Dewasanya, saat ini banyakmuncul kasus-kasus masalah Pilkada yang diputuskan melalui lembaga peradilan

    Mahkamah Konstitusi (MK) karena pelanggaran nilai demokrasi dan tujuan Pilkada

    langsung. Hal itu membuktikan betapa terpuruknya sistem pemilu di Indonesia yang

    memerlukan penanganan yang lebih serius.

    Solusi Mengatasi Money Politic

    Kita sebagai masyarakat harus ikut berpartisipasi untuk mengkaji keputusan

    Mahkamah Konstitusi dalam menyelesaikan kasus-kasus pemillu agar tidak menyimpang

    dari peraturan hukum yang berlaku. Calon-calon peserta pemilu juga harus komitmen

    untuk benar-benar tidak melakukan praktek money politic dan apabila terbukti

    melakukan maka seharusnya didiskualifikasi saja.

    Pembentukan undang-undang tentang pemilihan umum dan penegakkannya

    secara konsisten dan serius diperlukan untuk mengantisipasi terjadinya money politic

    guna untuk memperbaiki bangsa ini, misalnya membentuk badan khusus independen

    untuk mengawasi calon-calon peserta pemilu agar menaati peraturan terutama untuk

    tidak melakukan money politic.

    Sebaiknya secara transparan dikemukakan kepada publik sumber pendanaan

    kampaye oleh pihak-pihak yang mendanai tersebut. Dan juga perlunya transparansi

    dalam mengungkapkan tujuan mengapa mendanai suatu partai atau perorangan, lalu

    sebaiknya dibatasi oleh hukum mengenai biaya kampanye agar tidak berlebihan

    mengeluarkan biaya sehingga terhindar dari tindak pencarian pendanaan yang

    melanggar undang-undang. Misalnya, anggota legislatif yang terpilih tersebut membuat

    peraturan undang-undang yang memihak pada pihak-pihak tertentu khususnya pihak

    yang mendanai partai atau perorangan dalam kampanye tersebut.

    Sadarilah bahwa bila kita salah memilih pemimpin maka akan berakibat fatal

    karena dapat menyengsarakan rakyat. Sebaiknya pemerintah mengadakan sosialisasi

    pemilu yang bersih dan bebas money politic kepada masyarakat luas agar tingkat

    partisipasi masyarakat dalam demokrasi secara langsung meningkat. Perlu keseriusan

  • 5/26/2018 Tugas 2

    18/21

    17

    dalam penyuluhan pendidikan politik kepada masyarakat dengan penanaman nilai-nilai

    yang aman, damai, jujur dan kondusif dalam memilih. Hal tersebut dapat membantu

    menyadarkan masyarakat untuk memilih berdasarkan hati nurani tanpa tergiur dengan

    praktek money politic yang dapat menghancurkan demokrasi.

  • 5/26/2018 Tugas 2

    19/21

    18

    BAB III

    PENUTUP

    A.Kesimpulan

    Di kebanyakan negara demokrasi, pemilihan umum dianggap sebagai lambang

    dan tolok ukur demokrasi. Pemilu yang terbuka, bebas berpendapat dan bebas

    berserikat mencerminkan demokrasi walaupun tidak begitu akurat. Pemilihan umum

    ialah suatu proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu

    dalam pemerintahan.

    Dalam ilmu politik dikenal berbagai macam sistem pemilu dengan berbagai

    variasi, tetapi umumnya berkisar pada dua prinsip pokok, yaitu sistem distrik dan sistem

    proporsional. Tujuan diselenggarkannya pemilihan umum adalah untuk memilih wakil

    rakyat dan wakil daerah untuk membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat dan

    memperoleh dukungan dari rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional.

    Sejak awal kemerdekaan, Indonesia telah mengalami pasang surut dalam

    sistem pemilu. Dari pemilu terdahulu hingga sekarang dapat diketahui bahwa adanya

    upaya untuk mencari sistem pemilihan umum yang cocok untuk Indonesia. Sejak awal

    pemerintahan yaitu demokrasi parlementer, terpimpin, pancasila dan reformasi, dalam

    kurun waktu itulah Indonesia telah banyak mengalami transformasi politik dan sistem

    pemilihan umum.

    Pemilu dipandang sebagai bentuk paling nyata dari kedaulatan yang berada

    ditangan rakyat serta wujud paling konkrit partisipasi rakyat dalam penyelenggaraan

    negara. Oleh karena itu, sistem dan penyelenggaraan pemilu selalu menjadi perhatian

    utama karena melalui penataan, sistem dan kualitas penyelenggaraan pemilu

    diharapkan dapat benar-benar mewujudkan pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat.

    Melihat fenomena politik Indonesia, sistem pemilihan umum proporsional

    tertutup memang lebih menguntungkan, tetapi harus diikuti dengan transparansi

    terhadap publik jika tidak maka akan menimbulkan oligarki pemerintahan. Pada akhirnya

    konsilidasi partai politik dan sistem pemilihan umum susah berjalan dengan baik. Akan

    tetapi, itu belum berarti kehidupan kepartaian Indonesia juga sudah benar-benar siap

    untuk memasuki era global. Sejumlah kelemahan yang bisa diinventarisir dari kepartaian

  • 5/26/2018 Tugas 2

    20/21

    19

    kita adalah rekrutmen politik, kemandirian secara pendanaan, kohesivitas internal, dan

    kepemimpinan.

    B.SaranSeiring dengan berjalannya waktu, perkembangan kehidupan politik Indonesia

    semakin kompleks. Diharapkan dengan semakin banyaknya pengalaman dan

    perkembangan politik Indonesia dapat menciptakan stabilitas nasional. Tugas

    pembangunan kehidupan politik pada masa mendatang bukan hanya tugas partai politik

    saja, tetapi semua elemen pemerintahan dan tidak ketinggalan masyarakat juga harus

    ikut berpartisipasi dalam kehidupan politik di Indonesia. Manajemen dan kepemimpinan

    juga harus terus ditingkatkan, ongkos politik yang tidak terlalu mahal dan transparansi

    terhadap publik harus dikembangkan dan ditumbuhkan dalam kehidupan berbangsa dan

    bernegara agar stabilitas nasional dan politik kita semakin kokoh.

    Bagi pemerintah, hendaknya merumuskan kebijakan mengenai pemilihan umumdengan sebaik-baiknya, menyeleksi jumlah partai dengan ketat, dan melakukan

    sosialisasi politik secara maksimal kepada masyarakat dan melakukan

    berbagai pembenahan, misalnya pendidikan dan pemberian informasi yang lengkap

    terhadap masyarakat sebagai pemilih, serta sosialisasi terkait pelaksanaan pemilihan

    umum.

    Bagi partai politik, hendaknnya memaksimalkan fungsi-fungsi partai yang berkaitandengan komunikasi, partisipasi, dan sosialisasi untuk melakukan pendidikan politik

    kepada masyarakat dan tidak melakukan praktek money politic.

    Bagi masyarakat, supaya tidak mau menerima praktek money politic yang dilakukanoleh partai politik, agar tidak menyesal untuk kedepannya dan tidak golput dalam

    pemilihan dan juga harus peka terhadap partai politik.

    Bagi praja, seharusnya praja lebih peduli terhadap informasi terkait denganperkembangan perpolitikan di Indonesia untuk meningkatkan pandangan dan

    pemikiran aktual mengenai kondisi bangsa sehingga dapat menularkan ilmu yang

    didapat kepada orang-orang yang disekitarnya yang belum mengerti tentang pemilu.

  • 5/26/2018 Tugas 2

    21/21

    20

    DAFTAR PUSTAKA

    Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik (Edisi Revisi). Jakarta : Gramedia Pustaka

    Utama.

    Prihatmoko, dkk. 2008. Menang Pemilu Ditengah Oligarki Partai. Yogyakarta : Pustaka

    Pelajar.

    Puspoyo, Widjanarko. 2012. Dari Soekarno Hingga Yodhoyono, Pemilu Indonesia 1955-

    2009. Solo : Era Adicitra Intermedia.