Tugas 2
description
Transcript of Tugas 2
-
5/26/2018 Tugas 2
1/21
0
TUGAS MAKALAH
HUKUM TATA NEGARAHUKUM ADMINISTRASI NEGARA
PELAKSANAAN SISTEM PEMILIHAN UMUM
DI INDONESIA
Disusun oleh :
KELOMPOK 8
1.ANDI MUHAMMAD RIZKI NIM. 132227152.ANGGI WIDYASTUTI NIM. 132227163.I NENGAH JUNIARTA NIM. 132227284.MUSTAL VISI NIM. 13222737KELAS : A
DOSEN :
Drs. ABDUL HARIS FARID. M.Si.
PROGRAM DIPLOMA IV PERTANAHAN
SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL
YOGYAKARTA
2014
-
5/26/2018 Tugas 2
2/21
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Di kebanyakan negara demokrasi pemilihan umum dianggap sebagai lambang
sekaligus tolok ukur dari sebuah demokrasi. Hasil pemilihan umum yang diselenggarakan
dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan berpendapat dan berserikat dianggap
mencerminkan partisipasi dan kebebasan masyarakat walaupun tidak begitu akurat.
Sekalipun demikian, disadari bahwa pemilihan umum (Pemilu) bukan merupakan satu-
satunya tolok ukur dan perlu dilengkapi dengan tolok ukur beberapa kegiatan lain yang
lebih bersifat berkesinambungan, seperti partisipasi dalam kegiatan partai, dan keaktifan
partai itu sendiri dalam berbaur di masyarakat.
Banyak negara berkembang beberapa kebebasan seperti yang dikenal di dunia
barat kurang diindahkan. Seperti Indonesia, perkembangan demokrasi di Indonesia telah
mengalami pasang surut. Selama 67 tahun berdirinya Republik Indonesia ternyata
masalah pokok yang kita hadapi adalah bagaimana dalam masyarakat yang beraneka
ragam pola budayanya dapat mempertinggi tingkat kehidupan ekonomi disamping
membina suatu kehidupan sosial dan politik yang demokratis. Pada pokok masalah ini
berkisar pada penyusunan suatu sistem politik dimana kepemimpinaan cukup kuat
untuk melaksanakan pembangunan ekonomi dengan partisipasi rakyat seraya
menghindarkan timbulnya diktator.
Pemilihan umum juga menunjukkan seberapa besar partisipasi politik
masyarakat, terutama di negara berkembang. Kebanyakan negara ingin cepat
mengadakan pembangunan untuk mengejar keterbelakangannya, karena dianggap
bahwa berhasil-tidaknya pembangunan banyak bergantung pada partisipasi rakyat. Ikut
sertanya masyarakat dapat membantu menangani masalah-masalah yang ditimbulkan
oleh perbedaan-perbedaan etnis, budaya, status sosial, ekonomi, dan budaya. Integritas
nasional, pembentukan identitas nasional, serta loyalitas terhadap negara diharapkan
dapat ditunjang pertumbuhannya melalui partisipasi politik.
Partisipasi yang bersifat otonom (lahir dari diri masyarakat sendiri) di
beberapa negara berkembang masih terbatas. Di beberapa negara yang rakyatnyaapatis, pemerintah menghadapi masalah bagaimana meningkatkan partisipasi itu, sebab
-
5/26/2018 Tugas 2
3/21
2
jika partisipasi mengalami jalan buntu , dapat terjadi dua hal yaitu anomi atau justru
revolusi. Maka melalui pemilihan umum yang sering didefenisikan sebagai pesta
kedaulatan rakyat, masyarakat dapat secara aktif menyuarakan aspirasi mereka baik itu
ikut berpartisipasi dalam kegiatan partai, ataupun menitipkan dan mempercayakan
aspirasi mereka pada salah satu partai peserta Pemilu yang dianggap dapat memenuhi,
serta menjalankan aspirasi masyarakat yang telah dipercayakan pada partai tersebut.
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dan juga sebagai penganut
paham demokrasi sedang berusaha mencapai stabilitas nasional dan memantapkan
kehidupan politik, juga mengalami gejolak-gejolak sosial dan politik dalam proses
pemilihan umum. Dalam perkembangan kehidupan politiknya, Indonesia selalu berusaha
memperbaharui sistem pemilihan umum meskipun dengan mengadopsi sistem yang ada
di dunia barat (walaupun tidak semuanya bekerja efektif di dalam negeri kita) untuk
mencapai stabilitas nasional dan politik.
B.Rumusan MasalahDari latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka yang menjadi
permasalahan dalam makalah ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan sistem pemilihan umum? Jelaskan!2. Bagaimanakah jalannya sistem pemilihan umum yang pernah dilaksanakan di
Indonesia?
3. Bagaimanakah sistem dan asas-asas pemilihan umum yang diterapkan di Indonesia?4. Faktor apa yang menjadi penghambat dalam menciptakan sistem pemilihan umum
yang bersih di Indonesia?
C.Tujuan Penulisan1. Mengetahui tentang pengertian sistem pemilihan umum.2. Mengetahui jalannya sistem pemilu di Indonesia.3. Mengetahui sistem pemilu yang cocok untuk Indonesia.4. Mengetahui faktor penghambat dan penanganannya dalam melaksanakan sistem
pemilihan umum di Indonesia.
-
5/26/2018 Tugas 2
4/21
3
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Sistem Pemilihan Umum
Menurut teori demokrasi klasik, pemilihan umum merupakan suatu
Transmission of Beltsehingga kekuasaan yang berasal dari rakyat dapat beralih menjadi
kekuasaan negara yang kemudian menjelma dalam bentuk wewenang pemerintah untuk
memerintah dan mengatur rakyat.
Berikut beberapa pernyataan beberapa para ahli mengenai pemilu :
Menurut Moh. Kusnardidan Harmaily Ibrahim : pemilihan umum tidak lain adalah
suatu cara untuk memilih wakil-wakil rakyat. Dan karenanya bagi suatu negara yang
menyebut dirinya sebagai negara demokrasi, pemilihan umum itu harus dilaksanakan
dalam waktu-waktu tertentu.
Menurut Bagir Manan : pemilihan umum yang diadakan dalam siklus lima (5) tahun
sekali merupakan saat atau momentum memperlihatkan secara nyata dan langsung
pemerintahan oleh rakyat. Pada saat pemilihan umum itulah semua calon yang
diinginkan duduk sebagai penyelenggara negara dan pemerintahan bergantung
sepenuhnya pada keinginan atau kehendak rakyat.
Salah satu wujud demokrasi adalah dengan pemilihan umum. Dalam kata lain,
pemilu adalah pengejawantahan penting dari demokrasi prosedural. Berkaitan dengan
ini, Samuel P. Huntington dalam Sahid gatara (2008: 207) menyebutkan bahwa prosedur
utama demokrasi adalah pemilihan para pemimpin secara kompetitif oleh rakyat yang
bakal mereka pimpin. Selain itu, Pemilu sangat sejalan dengan semangat demokrasi
secara subtansi atau demokrasi subtansial, yakni demokrasi dalam pengertian
pemerintah yang diselenggarakan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Artinya,
rakyatlah yang memegang kekuasaan tertinggi.
Pemilu adalah lembaga sekaligus prosedur praktik politik untuk mewujudkan
kedaulatan rakyat yang memungkinkan terbentuknya sebuah pemerintahan perwakilan
(representative government). Secara sederhana, pemilihan umum didefinisikan sebagai
suatu cara atau sarana untuk menentukan orang-orang yang akan mewakili rakyat dalam
menjalankan pemerintahan.
-
5/26/2018 Tugas 2
5/21
4
Dalam pemilihan umum, biasanya para kandidat akan melakukan kampanye
sebelum pemungutan suara dilakukan selama selang waktu yang telah ditentukan.
Dalam kampanye tersebut para kandidat akan berusaha menarik perhatian masyarakat
secara persuasif, menyatakan visi dan misinya untuk memajukan dan memperjuangkankesejahteraan rakyat.
Sistem Pemilihan Umum adalah metode yang mengatur dan memungkinkan
warga negara memilih para wakil rakyat diantara mereka sendiri. Metode berhubungan
dengan prosedur dan aturan merubah ( mentransformasi ) suara ke kursi di lembaga
perwakilan. Mereka sendiri maksudnya yang memilih maupun yang hendak dipilih
merupakan bagian dari satu entitas yang sama.
Terdapat komponen-komponen atau bagian-bagian yang merupakan sistem
tersendiri dalam melaksanakan pemilihan umum, antara lain :
Sistem pemilihan. Sistem pembagian daerah pemilihan. Sistem hak pilih. Sistem pencalonan.
Dalam ilmu politik dikenal bermacam-macam sistem pemilihan umum denganberbagai variasinya. Akan tetapi, umumnya berkisar pada dua prinsip pokok, yaitu :
Sistem Pemilihan MekanisDalam sistem ini, rakyat dipandang sebagai suatu massa individu-individu yang sama.
Individu-individu inilah sebagai pengendali hak pilih dalam masing-masing
mengeluarkan satu suara dalam tiap pemilihan umum untuk satu lembaga
perwakilan.
Sistem Pemilihan OrganisDalam sistem organis, rakyat dipandang sebagai sejumlah individu yang hidup
bersama-sama dalam beraneka warna persekutuan hidup. Jadi persekutuan-
persekutuan itulah yang diutamakan sebagai pengendali hak pilih.
Namun kita lebih mengenal sistem pemilihan umum sebagai berikut.
a. Sistem DistrikSistem ini merupakan sistem pemilihan umum yang paling tua dan
didasarkan atas kesatuan geografis. Setiap kesatuan geografis (yang biasanya disebut
-
5/26/2018 Tugas 2
6/21
5
distrik karena kecilnya daerah yang diliputi) mempunyai satu wakil dalam dewan
perwakilan rakyat. Untuk keperluan itu, negara dibagi dalam sejumlah besar distrik
dan jumlah wakil rakyat dalam dewan perwakilan rakyat ditentukan oleh jumlah
distrik. Calon yang di dalam satu distrik memperoleh suara terbanyak dikatakanpemenang, sedangkan suara-suara yang ditujukan kepada calon-calon lain dianggap
hilang dan tidak diperhitungkan lagi, bagaimanapun kecilnya selisih kekalahannya.
Keuntungan Sistem Distrik
Sistem ini lebih mendorong ke arah integrasi partai-partai politik karena kursi yangdiperebutkan dalam setiap distrik pemilihan hanya satu. Hal ini akan mendorong
partai-partai untuk menyisihkan perbedaan-perbedaan yang ada dan mengadakan
kerja sama, sekurang-kurangnya menjelang pemilihan umum.
Fragmentasi partai dan kecenderungan membentuk partai baru dapat dibendung,malahan sistem ini bisa mendorong ke arah penyederhanaan partai secara alami
dan tanpa paksaan.
Karena kecilnya distrik, maka wakil yang terpilih dapat dikenal oleh komunitasnya,sehingga hubungan denga konstituen lebih erat. Dengan demikian si wakil akan
lebih cenderung untuk memperjuangkan kepentingan distriknya.
Bagi partai besar sistem ini menguntungkan karena melalui efek distorsi dapatmeraih suara dari pemilih-pemilih lain, sehingga memperoleh kedudukan
mayoritas. Dengan demikian, sedikit banyak partai pemenang dapat
mengendalikan parlemen.
Lebih mudah bagi suatu partai untuk mencapai kedudukan mayoritas dalamparlemen, sehingga tidak perlu diadakan koalisi dengan partai lain. Hal ini
mendukung stabilitas nasional.
Sistem ini sederhana dan mudah untuk diselenggarakan.Kelemahan Sistem Distrik
Sistem ini kurang memperhatikan kepentingan partai-partai kecil dan golonganminoritas, apalagi jika golongan-golongan ini terpencar dalam berbagai distrik.
Sistem ini kurang representatif dalam arti bahwa partai yang calonnya kalah dalamsuatu distrik kehilangan suara yang telah mendukungnya. Hal ini berarti bahwa ada
sejumlah suara yang tidak diperhitungkan sama sekali, atau terbuang sia-sia. Dan
-
5/26/2018 Tugas 2
7/21
6
jika banyak partai mengadu kekuatan, maka jumlah suara yang hilang dapat
mencapai jumlah yang besar. Hal ini akan dianggap tidak adil terhadap partai dan
golongan yang dirugikan.
Sistem distrik dianggap kurang efektif dalam masyarakat yang plural karena terbagidalam kelompok etnis, religius, dan tribal, sehingga menimbulkan anggapan bahwa
kebudayaan nasional yang terpadu secara ideologis dan etnis mungkin merupakan
prasyarat bagi suksesnya sistem ini.
Ada kemungkinan si wakil cenderung untuk lebih memperhatikan kepentingandistrik serta warga distriknya, daripada kepentingan nasional.
b.Sistem Perwakilan Berimbang Atau Sistem ProporsionalSistem ini dianut oleh Indonesia. Pemilihan umum tidaklah langsung
memilih calon yang didukungnya, karena para calon ditentukan berdasarkan nomor
urut calon-calon dari masing-masing parpol atau organisasi sosial politik (orsospol).
Para pemilih memilih tanda gambar atau lambang suatu orsospol. Perhitungan suara
untuk menentukan jumlah kursi raihan masing-masing orsospol ditentukan melalui
penjumlahan suara secara nasional atau penjumlahan pada suatu daerah (provinsi).
Masing-masing daerah diberi jatah kursi berdasarkan jumlah penduduk dankepadatan penduduk di daerah yang bersangkutan.
Banyak atau sedikitnya kursi yang diraih adalah ditentukan oleh jumlah
suara yang diraih masing-masing parpol atau orsospol peserta pemilihan umum.
Calon terpilih untuk menjadi wakil rakyat ditentukan berdasarkan nomor urut calon
yang disusun guna mewakili orsospol pada masing-masing daerah. Inilah yang disebut
perhitungan suara secara proporsional, bukan menurut distrik pemilihan (yang pada
setiap distrik hanya akan ada satu calon yang terpilih).
Keuntungan Sistem Proporsional
Dianggap lebih representatif karena persentase perolehan suara setiap partaisesuai dengan persentase perolehan kursinya di parlemen. Tidak ada distorsi
antara perolehan suara dan perolehan kursi.
Setiap suara dihitung dan tidak ada yang hilang. Partai kecil dan golonganminoritas diberi kesempatan untuk menempatkan wakilnya di parlemen. Karena
itu masyarakat yang heterogen dan pluralis lebih tertarik pada sistem ini.
-
5/26/2018 Tugas 2
8/21
7
Kelemahan Sistem Proporsional
Kurang mendorong partai-partai yang berintegrasi satu sama lain, malahsebaliknya cenderung mempertajam perbedaan-perbedaan diantara mereka.
Bertambahnya jumlah partai dapat menghambat proses integrasi diantara
berbagai golongan di masyarakat yang sifatnya pluralis. Hal ini mempermudah
fragmentasi dan berdirinya partai baru yang pluralis.
Wakil rakyat kurang erat hubungannya dengan konstituennya, tetapi lebih eratdengan partainya (termasuk dalam hal akuntabilitas). Peranan partai lebih
menonjol dari pada kepribadian seorang wakil rakyat. Akibatnya, sistem ini
memberi kedudukan kuat kepada pimpinan partai untuk menentukan wakilnya di
parlemen melaluin stelsel daftar (List System).
Banyaknya partai yang bersaing mempersulit satu partai untuk mencapaimayoritas di parlemen. Dalam sistem pemerintahan parlementer, hal ini
mempersulit terbentuknya pemerintahan yang stabil karena harus mendasarkan
diri pada koalisi.
B.Sistem Pemilihan Umum Yang Pernah Dilaksanakan Di Indonesia1. Periodesasi Sistem Pemilu Indonesia
a. Zaman Demokrasi Parlementer (1945-1958)Sebenarnya pemilu sudah direncanakan sejak bulan Oktober 1945,
tetapi baru dilaksanakan oleh Kabinet Burhanuddin Harahap pada tahun 1955.
Sistem pemilu yang digunakan pada masa ini adalah sistem proporsional,
sebagaimana yang dicontohkan oleh Belanda, merupakan satu-satunya sistem
pemilu yang dikenal dan dimengerti oleh para pemimpin negara. Pada pemilu ini
pemungutan suara dilakukan dua kali yaitu yang pertama untuk memilih anggota
DPR pada bulan September dan yang kedua untuk memilih anggota Konstituante
pada bulan Desember.
Pemilihan umum dilakukan dalam suasana khidmat, karena merupakan
pemilihan pertama sejak awal kemerdekaan. Pemilihan umum berlangsung secara
demokratis, tidak ada pembatasan partai, dan tidak ada usaha interversi dari
pemerintah terhadap partai-partai, sekalipun kampanye berlangsung seru,
-
5/26/2018 Tugas 2
9/21
8
terutama antara Masyumi dan PNI. Serta administrasi teknis berjalan lancar dan
jujur.
Pemilihan umum menghasilkan 27 partai dan satu partai perseorangan,
dengan jumlah total 257 kursi. Namun stabilitas politik yang sangat diharapkandari pemilihan umum tidak terwujud. Kabinet Ali (I dan II) yang memerintah
selama 2 tahun dan yang terdiri atas koalisi tiga besar yaitu Masyumi, PNI, dan NU,
ternyata tidak kompak dalam menghadapi beberapa persoalan, terutama yang
terkait dengan konsepsi presiden yang diumumkan pada tanggal 21 Februari 1957
hingga zaman Demokrasi Parlementer berakhir.
b.Zaman Demokrasi Terpimpin (1959-1965)Setelah mencabut Maklumat Pemerintah November 1945 tentang
kebebasan mendirikan partai, Presiden Soekarno mengurangi jumlah partai
menjadi 10 partai, antara lain : PNI, Masyumi, NU, PKI, Partai Katolik, Partindo,
Partai Murba, PSII Arudji, IPKI, dan Partai Islam, kemudian ikut dalam pemilu 1971
di masa orde baru. Di zaman Demokrasi Terpimpin tidak diadakan pemilihan
umum.
c. Zaman Demokrasi Pancasila (1965-1998)Sesudah runtuhnya rezim Demokrasi Terpimpin yang semi otoriter ada
harapan besar dikalangan masyarakat untuk dapat mendirikan suatu sistem politik
yang demokratis dan stabil. Salah satu caranya ialah melalui sistem pemilihan
umum. Pada saat itu diperbincangkan tidak hanya sistem proporsional yang sudah
dikenal lama, tetapi juga sistem distrik yang di Indonesia yang masih sangat baru.
Pendapat yang dihasilkan dari seminar tersebut menyatakan bahwa
sistem distrik dapat mengurangi jumlah partai politik secara alamiah tanpa
paksaan, dengan harapan partai-partai kecil akan merasa berkepentingan untuk
bekerjasama dalam usaha meraih kursi dalam suatu distrik. Berkurangnya jumlah
partai politik diharapkan akan membawa stabilitas politik dan pemerintah akan
lebih berdaya untuk melaksanakan kebijakan-kebijakannya, terutama di bidang
ekonomi.
Jika meninjau sistem pemilihan umum di Indonesia dapat ditarik
berbagai kesimpulan. Pertama, keputusan untuk tetap menggunakan system
-
5/26/2018 Tugas 2
10/21
9
proporsional pada tahun 1967 adalah keputusan yang tepat karena tidak ada
distorsi atau kesenjangan antara perolehan suara nasional dengan jumlah kursi
dalam DPR. Kedua, ketentuan di dalam UUD 1945 bahwa DPR dan Presiden tidak
dapat saling menjatuhkan merupakan keuntungan, karena tidak ada lagifragmentasi karena yang dibenarkan eksistensinya hanya tiga partai saja. Usaha
untuk mendirikan partai baru tidak bermanfaat dan tidak diperbolehkan. Dengan
demikian sejumlah kelemahan dari sistem proporsional telah teratasi.
Namun beberapa kelemahan masih melekat pada sistem politik ini.
Pertama, masih kurang dekatnya hubungan antara wakil pemerintah dan
konstituennya tetap ada. Kedua, dengan dibatasinya jumlah partai menjadi tiga
telah terjadi penyempitan dalam kesempatan untuk memilih menurut selera dan
pendapat masing-masing sehingga dapat dipertanyakan apakah si pemilih benar-
benar mencerminkan, kecenderungan, atau ada pertimbangan lain yang menjadi
pedomannya. Ditambah lagi masalah golput, bagaimanapun juga gerakan golput
telah menunjukkan salah satu kelemahan dari sistem otoriter dan hal itu patut
dihargai.
Karena gagal menyederhanakan sistem partai lewat sistem pemilihan
umum, Presiden Soeharto mulai mengadakan beberapa tindakan untuk menguasai
kehidupan kepartaian. Tindakan pertama yang dilakukan adalah mengadakan fusi
di antara partai-partai, mengelompokkan partai-partai dalam 3 golongan yaitu
Golongan Spiritual (PPP), Golongan Nasional (PDI), dan Golongan Karya (Golkar).
Pemilihan umum tahun 1977 diselenggarakan dengan menyertakan 3 partai,
dalam perolehan suara terbanyak Golkar selalu memenangkannya.
d.Zaman Reformasi (1998-Sekarang)Reformasi membawa beberapa perubahan fundamental seperti di
bidang-bidang lainnya. Pertama, dibukanya kesempatan kembali untuk
bergeraknya partai politik secara bebas, termasuk mendirikan partai baru. Kedua,
pada pemilu 2004 untuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesia diadakan
pemilihan presiden dan wakil presiden dipilih melalui MPR. Ketiga, diadakannya
pemilihan umum untuk suatu badan baru, yaitu Dewan Perwakilan Daerah yang
akan mewakili kepentingan daerah secara khusus. Keempat, diadakannya
-
5/26/2018 Tugas 2
11/21
10
electoral threesold, yaitu ketentuan bahwa untuk pemilihan legislatif setiap
partai harus meraih minimal 3% jumlah kursi anggota badan legislatif pusat.
Ada satu lembaga baru di dalam lembaga legislatif, yaitu DPD (Dewan
Perwakilan Daerah). Untuk itu pemilihan umum anggota DPD digunakan SistemDistrik tetapi dengan wakil banyak (4 kursi untuk setiap propinsi). Untuk pemilihan
anggota DPR dan DPRD digunakan sistem proporsional dengan daftar terbuka,
sehingga pemilih dapat memberikan suaranya secara langsung kepada calon yang
dipilih. Dan pada tahun 2004, untuk pertama kalinya diadakan pemilihan presiden
dan wakil presiden secara langsung, bukan melalui MPR lagi.
2. Pelaksanaan Penyelenggaraan Pemilihan Umum di Indonesiaa. Pemilu 1995
Merupakan pemilihan umum pertama di Indonesia dan diadakan pada
tahun 1955. Pemilu ini sering dikatakan sebagai pemilu Indonesia yang paling
demokratis. Pemilu tahun 1955 ini dilaksanakan saat keamanan negara masih
kurang kondusif, beberapa daerah dirundung kekacauan oleh DI/TII (Darul
Islam/Tentara Islam Indonesia) khususnya pimpinan Kartosuwiryo. Dalam keadaan
seperti ini, anggota angkatan bersenjata dan polisi juga memilih. Mereka yang
bertugas di daerah rawan digilir datang ke tempat pemilihan. Pemilu akhirnya pun
berlangsung aman.
Pemilihan umum ini bertujuan untuk memilih anggota-anggota DPR dan
Konstituante. Jumlah kursi DPR yang diperebutkan berjumlah 260, sedangkan kursi
Konstituante berjumlah 520 (dua kali lipat kursi DPR) ditambah 14 wakil golongan
minoritas yang diangkat pemerintah.
Pemilu ini dipersiapkan di bawah pemerintahan Perdana Menteri Ali
Sastroamidjojo. Namun, Ali Sastroamidjojo mengundurkan diri dan pada saat
pemungutan suara, kepala pemerintahan telah dipegang oleh Perdana Menteri
Burhanuddin Harahap.
b.Pemilu 1971Pemilihan umum pertama sejak orde baru atau Pemilu kedua sejak
Indonesia merdeka, yakni Pemilu 1971 diikuti oleh 10 Organisasi Peserta Pemilu(OPP), yakni 9 partai politik dan 1 Golongan Karya. Undang-undang yang menjadi
-
5/26/2018 Tugas 2
12/21
11
landasan hukumnya adalah Undang-Undang No. 15 tahun 1969 tentang Pemilihan
Umum dan Undang-Undang No. 16 tahun 1969 tentang Susunan dan Kedudukan
MPR, DPR dan DPRD.
c. Pemilu 1977Pemilu 1977 diselenggarakan dengan berlandaskan pada Undang-
Undang No. 4 tahun1975 tentang Pemilihan Umum pengganti Undang-Undang No.
15 tahun 1969, dan Undang-Undang No. 5 tahun 1975 pengganti Undang-Undang
No. 16 tahun 1969 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR dan DPRD. Selain
kedua undang-undang tersebut, Pemilu 1977 juga menggunakan Undang-Undang
No. 3 tahun 1975 tentang Partai Politik dan Golongan karya. Berdasarkan ketiga
undang-undang itulah diselenggarakan pemilihan umum pada tanggal 3 Mei 1977
dengan diikuti oleh 3 Organisasi Peserta Pemilu (OPP), yakni 2 Partai Politik dan 1
Golongan Karya.
d.Pemilu 1982Dengan Undang-Undang No. 2 tahun 1980 pengganti Undang-Undang
No. 4 tahun 1975 tentang Pemilihan Umum, Indonesia kembali menyelenggarakan
Pemilihan Umumnya yang keempat pada tanggal 4 Mei 1982.
e. Pemilu 1987Dengan Undang-Undang No. 1 tahun 1985 pengganti Undang-Undang
No. 2 tahun 1980, Indonesia menyelenggarakan Pemilihan Umum yang kelima
tahun 1987. Pemungutan suara Pemilu 1987 secara serentak dilaksanakan pada
tanggal 23 April 1987.
f. Pemilu 1992Mengingat Undang-Undang No. 1 tahun 1985 ini dianggap masih sesuai
dengan perkembangan politik Orde Baru, tahun 1992 diselenggarakan Pemilu
keenam di Indonesia berdasarkan payung hukum yang sama dengan payung
hukum pemilu sebelumnya. Pemungutan suara diselenggarakan secara serentak
pada tanggal 9 Juni 1992.
-
5/26/2018 Tugas 2
13/21
12
g. Pemilu 1997Dengan payung hukum (Undang-Undang Pemilu) yang sama dengan
pemilu sebelumnya, Indonesia kembali menyelenggarakan pemilu yang ketujuh.
h.Pemilu 1999Pemilihan Umum 1999 ditujukan untuk memilih anggota DPR dan DPRD.
Pemungutan suaranya dilaksanakan pada tanggal 7 Juni 1999. Pemilu ini diikuti
oleh 48 Partai dengan berlandaskan Undang-Undang No. 2 tahun 1999 tentang
Partai Politik dan Undang-Undang No. 3 tahun 1999 tentang Pemilihan Umum.
Pemilu 1999 ini disebut oleh banyak kalangan sebagai Pemilu paling Demokratis
setelah Pemilu 1955. Cara pembagian kursi hasil Pemilu kali ini tetap
menggunakan sistem proporsional dengan mengikuti Varian Roget. Dalam system
ini, sebuah partai memperoleh kursi seimbang dengan suara yang diperolehnya di
daerah pemilihan, termasuk perolehan kursi berdasarkan the largest remainder.
i. Pemilu 2004Pemilu ini berbeda dengan pemilu sebelumnya, termasuk pemilu 1999.
Hal ini dikarenakan selain demokratis dan bertujuan memilih anggota DPR dan
DPRD, pemilu 2004 juga memilih Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dan memilih
Presiden dan Wakil Presiden tidak dilakukan secara terpisah. Pada pemilu ini, yang
terpilih adalah pasangan calon (pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden).
Bukan calon Presiden dan calon Wakil Presiden secara terpisah.
j. Pemilu 2009Sama halnya dengan Pemilihan Umum 2004, Pemilihan Umum 2009 juga
dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu :
Tahap pertama, merupakan pemilihan umum yang ditujuan untuk memilihanggota DPR, DPD dan DPRD, atau biasa disebut Pemilu Legislatif 2009. Pemilu
ini diikuti oleh 38 partai yang memenuhi kriteria untuk ikut serta dalam
Pemilihan Umum 2009. Pemilu ini diselenggarakan secara serentak di hampir
seluruh wilayah Indonesia pada tanggal 9 April 2009, yang seharusnya
dijadwalkan berlangsung tanggal 5 April 2009.
-
5/26/2018 Tugas 2
14/21
13
Tahap kedua, merupakan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden putaran pertamaadalah untuk memilih pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden secara
langsung. Tahap kedua ini dilaksanakan pada tanggal 8 Juli 2009.
Tahap ketiga, merupakan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tahap putarankedua adalah babak terakhir yang dilaksanakan hanya apabila pada tahap
kedua, belum ada pasangan calon yang mendapatkan suara lebih dari 50% (bila
keadaannya demikian, dua pasangan calon yang mendapatkan suara terbanyak
akan diikutsertakan pada Pemilu Presiden putaran kedua. Akan tetapi apabila
pada Pemilu Presiden putaran pertama sudah ada pasangan calon yang
mendapatkan suara lebih dari 50%, pasangan calon tersebut akan langsung
diangkat menjadi Presiden dan Wakil Presiden. Tahap ketiga ini dilaksanakan
pada taggal 8 September 2009.
C.Sistem Dan Asas-Asas Pemilihan Umum Yang Diterapkan Di IndonesiaPemilihan umum merupakan proses politik yang secara konstitusional bersifat
nyata bagi negara demokrasi. Sebagai sistem, demokrasi nyata-nyatanya telah teruji dan
diakui paling realistik dan rasional untuk mewujudkan tatanan sosial, politik, ekonomi
yang populis, adil dan beradab, kendati bukan tanpa kelemahan. Begitu tak
terbantahkannya tesis-tesis demokrasi sehingga hampir semua penguasa otoriter dan
tiran menyebut sitem yang digunakannya sebagai sistem demokratis.
Disamping menjadi prasyarat demokrasi, pemilu juga menjadi pintu masuk
atau tahap awal dari proses perkembangan demokratis. Perjalanan panjang Indonesia
dalam menyelenggarakan pemilu sejak tahun 1955 memberi pelajaran berharga untuk
menata kehidupan bangsa kedepan menuju kehidupan yang lebih baik. Bangsa
Indonesia mempunyai komitmen yang kuat untuk menyelenggarakan pemilu 2004
dengan format berbeda dengan sebelumnya, sehingga azas langsung umum, bebas,
rahasia, jujur dan adil dapat dilaksanakan secara benar, konsekuen dan dapat
dipertanggungjawabkan baik secara hukum, moral, maupun politis.
Dilihat dari sisi keanekaragaman masyarakat Indonesia dan kondisinya saat ini,
sistem proporsional tertutup lebih cocok. Mengutip pendapat dari Direktur Eksekutif
perkumpulan untuk pemilu dan demokrasi (PERLUDEM) bahwa sistem pemilu
proporsional untuk fenomena politik Indonesia saat ini lebih menguntungkan. Walaupun
-
5/26/2018 Tugas 2
15/21
14
sistem pemilu tidak ada yang terbaik untuk suatu negara, yang terpenting adalah
mencari sistem pemilu yang cocok dan pas dengan suatu negara. Sebelum memutuskan
hal tersebut , juga harus pas dengan instrumen yang lain. Dengan sistem proporsional
tertutup, nanti biaya bisa ditekan karena partai politik menjadi satu-satunya pengendalidana kampanye. Selain itu juga bisa menutup terbukanya peluang persaingan yang tidak
sehat antara para caleg. Bukan berarti sistem proporsional tertutup itu tanpa prasyarat,
kalau tidak nantinya akan terjadi oligarkhi. Meski dibilang tertutup bukan berarti publik
tidak tahu sama sekali. Tetap ada daftar caleg yang disampaikan kepada KPU untuk
diumumkan. Sistemparliamentary threesold (PT) akan mengurangi drastis jumlah partai
di parlemen. Namun dalam multipartai sederhana tidak berkaitan dengan besaran
parliamentary threesold, tujuannya adalah ingin menyederhanakan partai dan juga
proporsionalitas.
Hal yang perlu diperketat untuk pemerintahan efektif adalah ambang batas
fraksi di parlemen ketimbang angka PT tinggi. Makin tinggi PT maka indeks ketidak
proporsionalan makin tinggi. Selain itu perlu adanya transparansi keuangan partai.
Sebelumnya, memang setiap pemilu perbedaan landasan yang menjadi basis setiap
organisasi peserta pemilu dirasa sangat dipersoalkan. Yang satu mengatasnamakan
agama, yang satu mengatasnamakan pancasila dan yang satunya lagi mengatasnamakan
nasionalis, meskipun ketiganya juga bersikeras sebagai kekuatan politik pancasila.
Kompetensi politik dengan demikian lebih mempunyai potensi untuk terbentuknya
konflik politik. Hal ini tentunya perlu dihindari bagi setiap negara berkembang.
Asas-Asas Pemilihan Umum
Meskipun undang-undang politik tentang Pemilihan Umum (UU Pemilu) dari
pemilu ke pemilu beberapa kali mengalami perubahan, namun perubahan tersebut tidak
bersifat mendasar. Secara umum, asas-asas dari setiap penyelenggaraan pemilu di
Indonesia dapat digambarkan sebagai berikut.
a) Langsung, yaitu rakyat sebagai pemilih mempunyai hak untuk memberikan suaranyasecara langsung, sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara.
b)Umum, yaitu pada dasarnya semua warga negara yang memenuhi persyaratan sesuaidengan undang-undang berhak mengikuti pemilu. Pemilihan yang bersifat umum
menjamin kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua warga negara, tanpa
-
5/26/2018 Tugas 2
16/21
15
diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, kedaerahan,
pekerjaan dan status sosial.
c) Bebas, yaitu setiap warga negara yang berhak memilih, bebas menentukan pilihannyatanpa tekanan dan paksaan dari pihak manapun. Di dalam melaksanakan haknya,setiap warga negara dijamin keamanannya, sehingga dapat memilih sesuai kehendak
hati nurani dan kepentingannya.
d)Rahasia, yaitu dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin bahwa pilihannya tidakakan diketahui oleh pihak manapun dan dengan jalan apapun. Pemilih memberikan
suaranya pada surat suara tanpa dapat diketahui oleh orang lain kepada siapa pun
suaranya diberikan.
e)Jujur, yaitu setiap penyelenggara pemilu, aparat pemerintah, peserta pemilu,pengawas pemilu, pemantau pemilu, pemilih, serta semua pihak yang terkait harus
bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
f)Adil, yaitu setiap pemilih dan peserta pemilu mendapat perlakuan yang sama, sertabebas dari kecurangan pihak mana pun.
D.Faktor Penghambat Dalam Sistem Pemilihan Umum Di IndonesiaMoney politic (politik uang) merupakan uang maupun barang yang diberikan
untuk menyogok atau memengaruhi keputusan masyarakat agar memilih partai atau
perorangan tersebut dalam pemilu, padahal praktek money politicmerupakan praktek
yang sangat bertentangan dengan nilai demokrasi.
Lemahnya undang-undang dalam memberikan sanksi tegas terhadap pelaku
money politic membuat praktek money politic ini menjamur luas di masyarakat dan
belum bisa diantisipasi dengan segera. Padahal praktek money politic ini telah hadir dari
zaman orde baru tetapi sampai saat ini masih banyak hambatan untuk menciptakan
sistem pemilu yang benar-benar anti money politic.
Praktek money politic ini sungguh misterius karena sulitnya mencari data
untuk membuktikan sumber praktek tersebut, namun ironisnya praktek money politic
ini sudah menjadi kebiasaan dan rahasia umum di masyarakat. Intinya sistem demokrasi
pemilu di Indonesia masih harus banyak dibenahi, karena masih jauh berbeda jika
dibandingkan dengan sistem pemilu demokrasi di Amerika yang sudah matang.
-
5/26/2018 Tugas 2
17/21
16
Hambatan terbesar dalam pelaksanaan pemilu demokrasi di Indonesia yaitu
masih tertanamnya budaya paternalistik di kalangan elit politik. Elit-elit politik tersebut
menggunakan kekuasaan dan uang untuk melakukan pembodohan dan kebohongan
terhadap masyarakat dalam mencapai kemenangan politik. Dewasanya, saat ini banyakmuncul kasus-kasus masalah Pilkada yang diputuskan melalui lembaga peradilan
Mahkamah Konstitusi (MK) karena pelanggaran nilai demokrasi dan tujuan Pilkada
langsung. Hal itu membuktikan betapa terpuruknya sistem pemilu di Indonesia yang
memerlukan penanganan yang lebih serius.
Solusi Mengatasi Money Politic
Kita sebagai masyarakat harus ikut berpartisipasi untuk mengkaji keputusan
Mahkamah Konstitusi dalam menyelesaikan kasus-kasus pemillu agar tidak menyimpang
dari peraturan hukum yang berlaku. Calon-calon peserta pemilu juga harus komitmen
untuk benar-benar tidak melakukan praktek money politic dan apabila terbukti
melakukan maka seharusnya didiskualifikasi saja.
Pembentukan undang-undang tentang pemilihan umum dan penegakkannya
secara konsisten dan serius diperlukan untuk mengantisipasi terjadinya money politic
guna untuk memperbaiki bangsa ini, misalnya membentuk badan khusus independen
untuk mengawasi calon-calon peserta pemilu agar menaati peraturan terutama untuk
tidak melakukan money politic.
Sebaiknya secara transparan dikemukakan kepada publik sumber pendanaan
kampaye oleh pihak-pihak yang mendanai tersebut. Dan juga perlunya transparansi
dalam mengungkapkan tujuan mengapa mendanai suatu partai atau perorangan, lalu
sebaiknya dibatasi oleh hukum mengenai biaya kampanye agar tidak berlebihan
mengeluarkan biaya sehingga terhindar dari tindak pencarian pendanaan yang
melanggar undang-undang. Misalnya, anggota legislatif yang terpilih tersebut membuat
peraturan undang-undang yang memihak pada pihak-pihak tertentu khususnya pihak
yang mendanai partai atau perorangan dalam kampanye tersebut.
Sadarilah bahwa bila kita salah memilih pemimpin maka akan berakibat fatal
karena dapat menyengsarakan rakyat. Sebaiknya pemerintah mengadakan sosialisasi
pemilu yang bersih dan bebas money politic kepada masyarakat luas agar tingkat
partisipasi masyarakat dalam demokrasi secara langsung meningkat. Perlu keseriusan
-
5/26/2018 Tugas 2
18/21
17
dalam penyuluhan pendidikan politik kepada masyarakat dengan penanaman nilai-nilai
yang aman, damai, jujur dan kondusif dalam memilih. Hal tersebut dapat membantu
menyadarkan masyarakat untuk memilih berdasarkan hati nurani tanpa tergiur dengan
praktek money politic yang dapat menghancurkan demokrasi.
-
5/26/2018 Tugas 2
19/21
18
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Di kebanyakan negara demokrasi, pemilihan umum dianggap sebagai lambang
dan tolok ukur demokrasi. Pemilu yang terbuka, bebas berpendapat dan bebas
berserikat mencerminkan demokrasi walaupun tidak begitu akurat. Pemilihan umum
ialah suatu proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu
dalam pemerintahan.
Dalam ilmu politik dikenal berbagai macam sistem pemilu dengan berbagai
variasi, tetapi umumnya berkisar pada dua prinsip pokok, yaitu sistem distrik dan sistem
proporsional. Tujuan diselenggarkannya pemilihan umum adalah untuk memilih wakil
rakyat dan wakil daerah untuk membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat dan
memperoleh dukungan dari rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional.
Sejak awal kemerdekaan, Indonesia telah mengalami pasang surut dalam
sistem pemilu. Dari pemilu terdahulu hingga sekarang dapat diketahui bahwa adanya
upaya untuk mencari sistem pemilihan umum yang cocok untuk Indonesia. Sejak awal
pemerintahan yaitu demokrasi parlementer, terpimpin, pancasila dan reformasi, dalam
kurun waktu itulah Indonesia telah banyak mengalami transformasi politik dan sistem
pemilihan umum.
Pemilu dipandang sebagai bentuk paling nyata dari kedaulatan yang berada
ditangan rakyat serta wujud paling konkrit partisipasi rakyat dalam penyelenggaraan
negara. Oleh karena itu, sistem dan penyelenggaraan pemilu selalu menjadi perhatian
utama karena melalui penataan, sistem dan kualitas penyelenggaraan pemilu
diharapkan dapat benar-benar mewujudkan pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat.
Melihat fenomena politik Indonesia, sistem pemilihan umum proporsional
tertutup memang lebih menguntungkan, tetapi harus diikuti dengan transparansi
terhadap publik jika tidak maka akan menimbulkan oligarki pemerintahan. Pada akhirnya
konsilidasi partai politik dan sistem pemilihan umum susah berjalan dengan baik. Akan
tetapi, itu belum berarti kehidupan kepartaian Indonesia juga sudah benar-benar siap
untuk memasuki era global. Sejumlah kelemahan yang bisa diinventarisir dari kepartaian
-
5/26/2018 Tugas 2
20/21
19
kita adalah rekrutmen politik, kemandirian secara pendanaan, kohesivitas internal, dan
kepemimpinan.
B.SaranSeiring dengan berjalannya waktu, perkembangan kehidupan politik Indonesia
semakin kompleks. Diharapkan dengan semakin banyaknya pengalaman dan
perkembangan politik Indonesia dapat menciptakan stabilitas nasional. Tugas
pembangunan kehidupan politik pada masa mendatang bukan hanya tugas partai politik
saja, tetapi semua elemen pemerintahan dan tidak ketinggalan masyarakat juga harus
ikut berpartisipasi dalam kehidupan politik di Indonesia. Manajemen dan kepemimpinan
juga harus terus ditingkatkan, ongkos politik yang tidak terlalu mahal dan transparansi
terhadap publik harus dikembangkan dan ditumbuhkan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara agar stabilitas nasional dan politik kita semakin kokoh.
Bagi pemerintah, hendaknya merumuskan kebijakan mengenai pemilihan umumdengan sebaik-baiknya, menyeleksi jumlah partai dengan ketat, dan melakukan
sosialisasi politik secara maksimal kepada masyarakat dan melakukan
berbagai pembenahan, misalnya pendidikan dan pemberian informasi yang lengkap
terhadap masyarakat sebagai pemilih, serta sosialisasi terkait pelaksanaan pemilihan
umum.
Bagi partai politik, hendaknnya memaksimalkan fungsi-fungsi partai yang berkaitandengan komunikasi, partisipasi, dan sosialisasi untuk melakukan pendidikan politik
kepada masyarakat dan tidak melakukan praktek money politic.
Bagi masyarakat, supaya tidak mau menerima praktek money politic yang dilakukanoleh partai politik, agar tidak menyesal untuk kedepannya dan tidak golput dalam
pemilihan dan juga harus peka terhadap partai politik.
Bagi praja, seharusnya praja lebih peduli terhadap informasi terkait denganperkembangan perpolitikan di Indonesia untuk meningkatkan pandangan dan
pemikiran aktual mengenai kondisi bangsa sehingga dapat menularkan ilmu yang
didapat kepada orang-orang yang disekitarnya yang belum mengerti tentang pemilu.
-
5/26/2018 Tugas 2
21/21
20
DAFTAR PUSTAKA
Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik (Edisi Revisi). Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
Prihatmoko, dkk. 2008. Menang Pemilu Ditengah Oligarki Partai. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Puspoyo, Widjanarko. 2012. Dari Soekarno Hingga Yodhoyono, Pemilu Indonesia 1955-
2009. Solo : Era Adicitra Intermedia.