TUGAS 1 - KASUS Akibat Yang Terjadi Pada Seorang Auditor Jika Ia Tidak Memahami Bidang Bisnis Klien

13
Nama : Syara Pauzah NIM : 135111062 Kelas : 3 Akuntansi B Subjek : Tugas 1 Akibat yang terjadi pada seorang auditor jika ia tidak memahami bidang bisnis klien adalah sebagai berikut : 1. Auditor tidak dapat menidentifikasi risiko yang akan dihadapinya nanti pada saat audit berlangsung 2. Auditor tidak menrancang atau mengestimasi biaya audit 3. Auditor tidak bisa menilai Sistem Pengendalian Internal dari suatu perusahaan kliennya secara spesifik dan mendetail 4. Auditor akan kebingungan untuk menilai dan memahami catatan-catatan perusahaan termasuk laporan keuangan perusahaan

description

AUDU

Transcript of TUGAS 1 - KASUS Akibat Yang Terjadi Pada Seorang Auditor Jika Ia Tidak Memahami Bidang Bisnis Klien

Page 1: TUGAS 1 - KASUS Akibat Yang Terjadi Pada Seorang Auditor Jika Ia Tidak Memahami Bidang Bisnis Klien

Nama : Syara Pauzah

NIM : 135111062

Kelas : 3 Akuntansi B

Subjek : Tugas 1

Akibat yang terjadi pada seorang auditor jika ia tidak memahami bidang bisnis

klien adalah sebagai berikut :

1. Auditor tidak dapat menidentifikasi risiko yang akan dihadapinya nanti pada

saat audit berlangsung

2. Auditor tidak menrancang atau mengestimasi biaya audit

3. Auditor tidak bisa menilai Sistem Pengendalian Internal dari suatu perusahaan

kliennya secara spesifik dan mendetail

4. Auditor akan kebingungan untuk menilai dan memahami catatan-catatan

perusahaan termasuk laporan keuangan perusahaan

5. Auditor tidak bisa memperoleh bahan bukti kompeten yang mencukupi untuk

melaksanakan audit

6. Auditor tidak bisa mengetahui dan mengidentifikasi bidang yang memerlukan

penilaian dan pertimbangan khusus, termasuk akun mana saja yang dianggap

paling penting untuk diaudit lebih mendalam

7. Auditor tidak bisa menilai kewajaran dari suatu estimasi yang dibuat oleh

manajmen perusahaan

8. Auditor tidak bisa mendapatkan informasi yang sangat penting dari suatu

perusahaan kliennya, sehingga akan menyebabkan kerugian bagi auditor

seperti ia dinilai tidak independen sebagai auditor oleh masyarakat luas dan ia

juga bisa dituntut untuk membayar denda dalam jumlah uang yang sangat

besar atas kelalaiannya tidak mampu menemukan dan mengungkapkan salah

saji yang material maupun tidak material sehingga ia di cap sebagai audior

yang tidak kompeten

9. Akan menimbulkan hubungan yang kurang baik dengan klien, sehingga bisa

tejadi salah paham atau perselisihan lainnya

Page 2: TUGAS 1 - KASUS Akibat Yang Terjadi Pada Seorang Auditor Jika Ia Tidak Memahami Bidang Bisnis Klien

Kasus Manipulasi Laporan Keuangan PT Kimia Farma

PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di

Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma

melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit

oleh Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM). Akan tetapi,

Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu

besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober

2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah

ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru,

keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar

Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan.

Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupa

overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral berupa

overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar

Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan

sebesar Rp 10,7 miliar.

Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang

ada dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui

direktur produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices)

pada tanggal 1 dan 3 Februari 2002. Daftar harga per 3 Februari ini telah

digelembungkan nilainya dan dijadikan dasar penilaian persediaan pada unit distribusi

Kimia Farma per 31 Desember 2001.

Sedangkan kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan

dilakukannya pencatatan ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan

pada unit-unit yang tidak disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi.

Berdasarkan penyelidikan Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan

keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar audit yang berlaku, namun gagal

mendeteksi kecurangan tersebut.

Pihak Bapepam selaku pengawas pasar modal mengungkapkan tentang kasus

PT.Kimia Farma. Dalam rangka restrukturisasi PT.Kimia Farma Tbk, Ludovicus Sensi

W selaku partner dari KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa yang diberikan tugas

untuk mengaudit laporan keuangan PT.Kimia Farma untuk masa lima bulan yang

berakhir 31 Mei 2002, tidak menemukan dan melaporkan adanya kesalahan dalam

penilaian persediaan barang dan jasa dan kesalahan pencatatan penjualan untuk tahun

yang berakhir per 31 Desember 2001.

Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan dalam harian Kontan yang menyatakan

bahwa kementrian BUMN memutuskan penghentian proses divestasi saham milik

Page 3: TUGAS 1 - KASUS Akibat Yang Terjadi Pada Seorang Auditor Jika Ia Tidak Memahami Bidang Bisnis Klien

pemerintah di PT.Kimia Farma setelah melihat adanya indikasi penggelembungan

keuntungan dalam laporan keuangan pada semester I tahun 2002.

Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam diperoleh bukti sebagai berikut :

Terdapat kesalahan penyajian dalam laporan keuangan PT.Kimia Farma, adapun

dampak kesalahan tersebut mengakibatkan overstated laba pada laba bersih untuk

tahun yang berakhir 31 Desember 2001 sebesar Rp.32,7 milyar yang merupakan 2,3%

dari penjualan dan 24,7% dari laba bersih PT.Kimia Farma Tbk.Selain itu kesalahan

juga terdapat pada unit industri bahan baku, kesalahan berupa overstated pada

penjualan sebesar Rp.2,7 milyar. Unit logistik sentral, kesalahan berupa overstated

pada persediaan barang sebesar Rp.23,9 miliar.

Unit pedagang besar farmasi (PBF), kesalahan berupa overstated pada persediaan

barang sebesar Rp.8,1 milyar. Kesalahan berupa overstated pada penjualan sebesar

Rp.10,7 milyar. Kesalahan-kesalahan penyajian tersebut dilakukan oleh direksi

periode 1998 – juni 2002 dengan cara :

Membuat dua daftar harga persediaan yang berbeda masing-masing diterbitkan

pada tanggal 1 Februari 2002 dan 3 Februari 2002, dimana keduanya merupakan

master price yang telah diotorisasi oleh pihak yang berwenang yaitu Direktur

Produksi PT.Kimia Farma. Master price per 3 Februari 2002 merupakan master price

yang telah disesuaikan nilainya (mark up) dan dijadikan dasar sebagai penentuan nilai

persediaan pada unit distribusi PT.Kimia Farma per 31 Desember 2001.

Melakukan pencatatan ganda atas penjualan pada unit PBF dan unit bahan baku.

Pencatatan ganda dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh akuntan.

Berdasarkan uraian tersebut tindakan yang dilakukan oleh PT.Kimia Farma terbukti

melanggar peraturan Bapepam no. VIII.G.7 tentang pedoman penyajian laporan

keuangan. poin 2, Perubahan Akuntansi dan Kesalahan Mendasar poin 3 Kesalahan

Mendasar, sebagai berikut:

“Kesalahan mendasar mungkin timbul dari kesalahan perhitungan matematis,

kesalahan dalam penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta dan

kecurangan atau kelalaian.”

Pihak-Pihak yang terlibat

manajemen lama PT Kimia Farma Tbk

akuntan publik Hans Tuanakota Mustofa (HTM)

Ludovicus Sensi W rekan KAP Hans Tuanakota Mustofa (HTM) selaku auditor

PT.Kimia Farma.

Direksi lama PT.Kimia Farma periode 1998 – juni 2002

Sehubungan dengan temuan tersebut, maka sesuai dengan pasal 102 UU nomor 8

tahun 1995 tentang Pasar Modal. Pasal 61 PP no.45 tahun 1995 tentang

penyelenggaraan kegiatan bidang pasar modal maka PT.Kimia Farma Tbk, dikenakan

Page 4: TUGAS 1 - KASUS Akibat Yang Terjadi Pada Seorang Auditor Jika Ia Tidak Memahami Bidang Bisnis Klien

sanksi administratif berupa denda yaitu sebesar Rp.500 juta.

Sesuai Pasal 5 huruf n Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka:

1. Direksi Lama PT Kimia Farma (Persero) Tbk. periode 1998 – Juni 2002

diwajibkan membayar sejumlah Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) untuk disetor

ke Kas Negara, karena melakukan kegiatan praktek penggelembungan atas laporan

keuangan per 31 Desember 2001.

2. Sdr. Ludovicus Sensi W, Rekan KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa selaku

auditor PT Kimia Farma (Persero) Tbk. diwajibkan membayar sejumlah Rp.

100.000.000,- (seratus juta rupiah) untuk disetor ke Kas Negara, karena atas risiko

audit yang tidak berhasil mendeteksi adanya penggelembungan laba yang dilakukan

oleh PT Kimia Farma (Persero) Tbk. tersebut, meskipun telah melakukan prosedur

audit sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), dan tidak

diketemukan adanya unsur kesengajaan. Tetapi, KAP HTM tetap diwajibkan

membayar denda karena dianggap telah gagal menerapkan Persyaratan Profesional

yang disyaratkan di SPAP SA Seksi 110 – Tanggung Jawab & Fungsi Auditor

Independen, paragraf 04 Persyaratan Profesional, dimana disebutkan bahwa

persyaratan profesional yang dituntut dari auditor independen adalah orang yang

memiliki pendidikan dan pengalaman berpraktik sebagai auditor independen.

Terjadinya penyalah sajian laporan keuangan yang merupakan indikasi dari

tindakan tidak sehat yang dilakukan oleh manajemen PT. Kimia Farma, yang ternyata

tidak dapat terdeteksi oleh akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan pada

periode tersebut.

Solusi Terkait Manipulasi Laporan Keuangan PT Kimia Farma, berdasarkan

kronologis yang telah kami baca, seharusnya akuntan publik bertindak secara

independen karena mereka adalah pihak yang bertugas memeriksa dan melaporkan

adanya ketidakwajaran dalam pencatatan laporan keuangan. Dalam UU Pasar Modal

1995 disebutkan apabila di temukan adanya kesalahan, selambat-lambamya dalam

tiga hari kerja, akuntan publik harus sudah melaporkannya ke Bapepam. Dan apabila

temuannya tersebut tidak dilaporkan maka auditor tersebut dapat dikenai pidana,

karena ada ketentuan yang mengatur bahwa setiap profesi akuntan itu wajib

melaporkan temuan kalau ada emiten yang melakukan pelanggaran peraturan pasar

modal. Sehingga perlu dilakukan penyajian kembali laporan keuangan PT. Kimia

Farma Tbk. dikarenakan adanya kesalahan pencatatan yang mendasar, akan tetapi

kebanyakan auditor mengatakan bahwa mereka telah mengaudit sesuai dengan

standar profesional akuntan publik. Akuntan publik Hans Tuanakotta & Mustofa ikut

bersalah dalam manipulasi laporan keuangan, karena sebagai auditor independen

akuntan publik Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM) seharusnya mengetahui laporan-

laporan yang diauditnya itu apakah berdasarkan laporan fiktif atau tidak.

Page 5: TUGAS 1 - KASUS Akibat Yang Terjadi Pada Seorang Auditor Jika Ia Tidak Memahami Bidang Bisnis Klien

Berkaitan dengan sikap Skeptisme Profesional seorang auditor, sehingga jika

akuntan publik tersebut tidak menerapkan sikap skeptisme profesional dengan

seharusnya hingga berakibat memungkinkannya tidak terdeteksinya salah saji dalam

laporan keuangan yang material yang pada akhirnya merugikan para investor. Seorang

auditor seharusnya professional, jujur dan lebih teliti dengan bidangnya untuk

menghindari kesalahan laporan keuangan yang diauditnya karena Bapepam sebagai

lembaga pengawas pasar modal bekerjasama dengan Direktorat Akuntansi dan Jasa

Penilai Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan yang mempunyai kewenangan untuk

mengawasi para akuntan publik untuk mencari bukti-bukti atas keterlibatan akuntan

publik dalam kesalahan pencatatan laporan keuangan baik disengaja ataupun tidak

disengaja.

Sumber :

http://www.bumn.go.id/22289/publikasi/berita/manajemen-lama-kimia-farma-

dipastikan-terlibat-kasus/

http://davidparsaoran.wordpress.com/2009/11/04/skandal-manipulasi-laporan-

keuangan-pt-kimia-farma-tbk/