TUGAS 1 - KASUS Akibat Yang Terjadi Pada Seorang Auditor Jika Ia Tidak Memahami Bidang Bisnis Klien
description
Transcript of TUGAS 1 - KASUS Akibat Yang Terjadi Pada Seorang Auditor Jika Ia Tidak Memahami Bidang Bisnis Klien
Nama : Syara Pauzah
NIM : 135111062
Kelas : 3 Akuntansi B
Subjek : Tugas 1
Akibat yang terjadi pada seorang auditor jika ia tidak memahami bidang bisnis
klien adalah sebagai berikut :
1. Auditor tidak dapat menidentifikasi risiko yang akan dihadapinya nanti pada
saat audit berlangsung
2. Auditor tidak menrancang atau mengestimasi biaya audit
3. Auditor tidak bisa menilai Sistem Pengendalian Internal dari suatu perusahaan
kliennya secara spesifik dan mendetail
4. Auditor akan kebingungan untuk menilai dan memahami catatan-catatan
perusahaan termasuk laporan keuangan perusahaan
5. Auditor tidak bisa memperoleh bahan bukti kompeten yang mencukupi untuk
melaksanakan audit
6. Auditor tidak bisa mengetahui dan mengidentifikasi bidang yang memerlukan
penilaian dan pertimbangan khusus, termasuk akun mana saja yang dianggap
paling penting untuk diaudit lebih mendalam
7. Auditor tidak bisa menilai kewajaran dari suatu estimasi yang dibuat oleh
manajmen perusahaan
8. Auditor tidak bisa mendapatkan informasi yang sangat penting dari suatu
perusahaan kliennya, sehingga akan menyebabkan kerugian bagi auditor
seperti ia dinilai tidak independen sebagai auditor oleh masyarakat luas dan ia
juga bisa dituntut untuk membayar denda dalam jumlah uang yang sangat
besar atas kelalaiannya tidak mampu menemukan dan mengungkapkan salah
saji yang material maupun tidak material sehingga ia di cap sebagai audior
yang tidak kompeten
9. Akan menimbulkan hubungan yang kurang baik dengan klien, sehingga bisa
tejadi salah paham atau perselisihan lainnya
Kasus Manipulasi Laporan Keuangan PT Kimia Farma
PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di
Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma
melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit
oleh Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM). Akan tetapi,
Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu
besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober
2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah
ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru,
keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar
Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan.
Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupa
overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral berupa
overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar
Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan
sebesar Rp 10,7 miliar.
Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang
ada dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui
direktur produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices)
pada tanggal 1 dan 3 Februari 2002. Daftar harga per 3 Februari ini telah
digelembungkan nilainya dan dijadikan dasar penilaian persediaan pada unit distribusi
Kimia Farma per 31 Desember 2001.
Sedangkan kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan
dilakukannya pencatatan ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan
pada unit-unit yang tidak disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi.
Berdasarkan penyelidikan Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan
keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar audit yang berlaku, namun gagal
mendeteksi kecurangan tersebut.
Pihak Bapepam selaku pengawas pasar modal mengungkapkan tentang kasus
PT.Kimia Farma. Dalam rangka restrukturisasi PT.Kimia Farma Tbk, Ludovicus Sensi
W selaku partner dari KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa yang diberikan tugas
untuk mengaudit laporan keuangan PT.Kimia Farma untuk masa lima bulan yang
berakhir 31 Mei 2002, tidak menemukan dan melaporkan adanya kesalahan dalam
penilaian persediaan barang dan jasa dan kesalahan pencatatan penjualan untuk tahun
yang berakhir per 31 Desember 2001.
Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan dalam harian Kontan yang menyatakan
bahwa kementrian BUMN memutuskan penghentian proses divestasi saham milik
pemerintah di PT.Kimia Farma setelah melihat adanya indikasi penggelembungan
keuntungan dalam laporan keuangan pada semester I tahun 2002.
Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam diperoleh bukti sebagai berikut :
Terdapat kesalahan penyajian dalam laporan keuangan PT.Kimia Farma, adapun
dampak kesalahan tersebut mengakibatkan overstated laba pada laba bersih untuk
tahun yang berakhir 31 Desember 2001 sebesar Rp.32,7 milyar yang merupakan 2,3%
dari penjualan dan 24,7% dari laba bersih PT.Kimia Farma Tbk.Selain itu kesalahan
juga terdapat pada unit industri bahan baku, kesalahan berupa overstated pada
penjualan sebesar Rp.2,7 milyar. Unit logistik sentral, kesalahan berupa overstated
pada persediaan barang sebesar Rp.23,9 miliar.
Unit pedagang besar farmasi (PBF), kesalahan berupa overstated pada persediaan
barang sebesar Rp.8,1 milyar. Kesalahan berupa overstated pada penjualan sebesar
Rp.10,7 milyar. Kesalahan-kesalahan penyajian tersebut dilakukan oleh direksi
periode 1998 – juni 2002 dengan cara :
Membuat dua daftar harga persediaan yang berbeda masing-masing diterbitkan
pada tanggal 1 Februari 2002 dan 3 Februari 2002, dimana keduanya merupakan
master price yang telah diotorisasi oleh pihak yang berwenang yaitu Direktur
Produksi PT.Kimia Farma. Master price per 3 Februari 2002 merupakan master price
yang telah disesuaikan nilainya (mark up) dan dijadikan dasar sebagai penentuan nilai
persediaan pada unit distribusi PT.Kimia Farma per 31 Desember 2001.
Melakukan pencatatan ganda atas penjualan pada unit PBF dan unit bahan baku.
Pencatatan ganda dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh akuntan.
Berdasarkan uraian tersebut tindakan yang dilakukan oleh PT.Kimia Farma terbukti
melanggar peraturan Bapepam no. VIII.G.7 tentang pedoman penyajian laporan
keuangan. poin 2, Perubahan Akuntansi dan Kesalahan Mendasar poin 3 Kesalahan
Mendasar, sebagai berikut:
“Kesalahan mendasar mungkin timbul dari kesalahan perhitungan matematis,
kesalahan dalam penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta dan
kecurangan atau kelalaian.”
Pihak-Pihak yang terlibat
manajemen lama PT Kimia Farma Tbk
akuntan publik Hans Tuanakota Mustofa (HTM)
Ludovicus Sensi W rekan KAP Hans Tuanakota Mustofa (HTM) selaku auditor
PT.Kimia Farma.
Direksi lama PT.Kimia Farma periode 1998 – juni 2002
Sehubungan dengan temuan tersebut, maka sesuai dengan pasal 102 UU nomor 8
tahun 1995 tentang Pasar Modal. Pasal 61 PP no.45 tahun 1995 tentang
penyelenggaraan kegiatan bidang pasar modal maka PT.Kimia Farma Tbk, dikenakan
sanksi administratif berupa denda yaitu sebesar Rp.500 juta.
Sesuai Pasal 5 huruf n Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka:
1. Direksi Lama PT Kimia Farma (Persero) Tbk. periode 1998 – Juni 2002
diwajibkan membayar sejumlah Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) untuk disetor
ke Kas Negara, karena melakukan kegiatan praktek penggelembungan atas laporan
keuangan per 31 Desember 2001.
2. Sdr. Ludovicus Sensi W, Rekan KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa selaku
auditor PT Kimia Farma (Persero) Tbk. diwajibkan membayar sejumlah Rp.
100.000.000,- (seratus juta rupiah) untuk disetor ke Kas Negara, karena atas risiko
audit yang tidak berhasil mendeteksi adanya penggelembungan laba yang dilakukan
oleh PT Kimia Farma (Persero) Tbk. tersebut, meskipun telah melakukan prosedur
audit sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), dan tidak
diketemukan adanya unsur kesengajaan. Tetapi, KAP HTM tetap diwajibkan
membayar denda karena dianggap telah gagal menerapkan Persyaratan Profesional
yang disyaratkan di SPAP SA Seksi 110 – Tanggung Jawab & Fungsi Auditor
Independen, paragraf 04 Persyaratan Profesional, dimana disebutkan bahwa
persyaratan profesional yang dituntut dari auditor independen adalah orang yang
memiliki pendidikan dan pengalaman berpraktik sebagai auditor independen.
Terjadinya penyalah sajian laporan keuangan yang merupakan indikasi dari
tindakan tidak sehat yang dilakukan oleh manajemen PT. Kimia Farma, yang ternyata
tidak dapat terdeteksi oleh akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan pada
periode tersebut.
Solusi Terkait Manipulasi Laporan Keuangan PT Kimia Farma, berdasarkan
kronologis yang telah kami baca, seharusnya akuntan publik bertindak secara
independen karena mereka adalah pihak yang bertugas memeriksa dan melaporkan
adanya ketidakwajaran dalam pencatatan laporan keuangan. Dalam UU Pasar Modal
1995 disebutkan apabila di temukan adanya kesalahan, selambat-lambamya dalam
tiga hari kerja, akuntan publik harus sudah melaporkannya ke Bapepam. Dan apabila
temuannya tersebut tidak dilaporkan maka auditor tersebut dapat dikenai pidana,
karena ada ketentuan yang mengatur bahwa setiap profesi akuntan itu wajib
melaporkan temuan kalau ada emiten yang melakukan pelanggaran peraturan pasar
modal. Sehingga perlu dilakukan penyajian kembali laporan keuangan PT. Kimia
Farma Tbk. dikarenakan adanya kesalahan pencatatan yang mendasar, akan tetapi
kebanyakan auditor mengatakan bahwa mereka telah mengaudit sesuai dengan
standar profesional akuntan publik. Akuntan publik Hans Tuanakotta & Mustofa ikut
bersalah dalam manipulasi laporan keuangan, karena sebagai auditor independen
akuntan publik Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM) seharusnya mengetahui laporan-
laporan yang diauditnya itu apakah berdasarkan laporan fiktif atau tidak.
Berkaitan dengan sikap Skeptisme Profesional seorang auditor, sehingga jika
akuntan publik tersebut tidak menerapkan sikap skeptisme profesional dengan
seharusnya hingga berakibat memungkinkannya tidak terdeteksinya salah saji dalam
laporan keuangan yang material yang pada akhirnya merugikan para investor. Seorang
auditor seharusnya professional, jujur dan lebih teliti dengan bidangnya untuk
menghindari kesalahan laporan keuangan yang diauditnya karena Bapepam sebagai
lembaga pengawas pasar modal bekerjasama dengan Direktorat Akuntansi dan Jasa
Penilai Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan yang mempunyai kewenangan untuk
mengawasi para akuntan publik untuk mencari bukti-bukti atas keterlibatan akuntan
publik dalam kesalahan pencatatan laporan keuangan baik disengaja ataupun tidak
disengaja.
Sumber :
http://www.bumn.go.id/22289/publikasi/berita/manajemen-lama-kimia-farma-
dipastikan-terlibat-kasus/
http://davidparsaoran.wordpress.com/2009/11/04/skandal-manipulasi-laporan-
keuangan-pt-kimia-farma-tbk/