Tugas 1

27
TUGAS KE I TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN PROSES PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN (DAGING) MENJADI PRODUK PANGAN (CORNED BEEF) DISUSUN OLEH: NAMA : TITIN INDRAWATI NIM : J1B 013 116 PRODI : TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI UNIVERSITAS MATARAM 2016 1

Transcript of Tugas 1

Page 1: Tugas 1

TUGAS KE ITEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

PROSES PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN (DAGING)MENJADI PRODUK PANGAN (CORNED BEEF)

DISUSUN OLEH:

NAMA : TITIN INDRAWATINIM : J1B 013 116PRODI : TEKNIK PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRIUNIVERSITAS MATARAM

2016

1

Page 2: Tugas 1

BAB ILATAR BELAKANG

1.1. Sumber Gizi Pada Bahan

Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang

merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu

sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen,

oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting

dalam struktur dan fungsi sel makhluk hidup termasuk manusia (Leith. 1989).

Protein dibagi menjadi protein nabati dan protein hewani. Protein hewani

yang sering dikonsumsi adalah daging ayam, daging kambing dan daging sapi.

Daging sapi merupakan daging yang jarang dikonsumsi secara langsung.Berbagai

macam jenis olahan daging beredar di masyarakat saat ini.Salah satu produk

olahan daging yang telah banyak dijual di pasaran yakni kornet.Kini kornet dapat

dijumpai dalam bentuk kalengan di swalayan maupun supermarket.Pembuatan

kornet cukup mudah.Kornet dibuat dengan teknologi presscooking, dimana

daging yang digunakan adalash daging yang dicuring terlebih dahulu. Tujuan

curing sendiri adalah untuk mempertahan kan warna merah cerah pada daging,

serta menambah lama daya simpan daging kornet (Leith. 1989). 

1.2. Definisi Kornet

Corned Beef atau Kornet, adalah salah satu jenis produk olahan daging

sapi yang banyak digunakan dalam resep masakan Indonesia. Kornet daging sapi

diolah dengan cara diawetkan dalam air garam (brine), yaitu air yang dicampur

dengan larutan garam jenuh. Kemudian dimasak dengan cara simmering, yaitu

direbus dengan api kecil untuk menghindari hancurnya tekstur daging sapi.

Biasanya digunakan potongan daging yang mengandung serat memanjang, seperti

brisket. Nama "corned beef" berasal dari garam kasar yang digunakan. Corn

artinya butiran, yaitu butiran garam (Leith, 1989).

Tujuan pembuatan daging kornet adalah untuk memperoleh produk daging

yang berwarna merah, meningkatkan daya awet dan daya terima produk, serta

menambah keragaman produk olahan daging. Dengan diproses menjadi kornet,

masalah penyimpanan daging sapi segar dapat diatasi. Kornet kalengan dapat

2

Page 3: Tugas 1

disimpan pada suhu kamar dengan masa simpan sekitar dua tahun.Daging kornet

dapat dihidangkan sebagai campuran perkedel, telur dadar, mi rebus, pengisi roti,

serta makanan lainnya (Nugroho, 2008).

Gambar produk Corned Beef

3

Page 4: Tugas 1

BAB IIALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN

2.1. AlatPeralatan yang diperlukan dalam melakukan proses pengolahan kornet

daging sapi adalah sebagai berikut:

1. chopper untuk menggiling daging, sehingga dihasilkan daging cincang,

2. mixer untuk mencampur adonan, sehingga menjadi homogen,

3. alat pengukus untuk memasak adonan daging,

4. exhauster untuk menyedot dan menghampakan udara di dalam kaleng,

5. mesin penutup kaleng untuk menutup kaleng secara hermetis (kedap

udara,

6. retort untuk memanaskan kaleng dan isinya, sehingga tercipta kondisi

yang steril. (Nugroho. 2008).

2.2. Bahan

Bahan dasar pembuatan kornet adalah daging sapi yang digiling.Bahan

tambahan yang diperlukan adalah garam dapur, nitrit, alkali fosfat, bahan pengisi,

air, lemak, gula, dan bumbu.

1. Daging sapi

Daging adalah urat yang melekat pada kerangka kecuali urat dari

bagian bibir, hidung dan telinga dari hewan yang sehat sewaktu

dipotong.Daging terdiri dari otot, jaringan penghubung dan jaringan

lemak. Daging merupakan salah satu bahan pangan bergizi tinggi

disamping telur, susu dan ikan. Daging mengandung protein, lemak,

mineral, air serta vitamin dalam susunan yang berbeda tergantung jenis

makanan dan jenis hewan (Nugroho. 2008).

Hewan yang berbeda mempunyai komposisi daging yang berbeda

pula.Komposisi daging terdiri dari 75% air, 18% protein, 4% protein yang

dapat larut (termasuk mineral) dan 3% lemak. Daging tersebut kaya

protein yang mempunyai kemampuan untuk mengikat air dan membentuk

emulsi yang baik.Ternak rata-rata menghasilkan karkas (bagian badan

hewan) 55%, macam-macam hasil sampingan 9%, kulit 6% dan bahan

4

Page 5: Tugas 1

lainnya 30%. Daging yang baik ditentukan oleh warna, bau, penampakan

dan kekenyalan.Semakin daging tersebut lembab atau basah serta lembek

(tidak kenyal) menunjukan kualitas daging yang kurang baik (Leith.

1989).

Sebaiknya daging hewan yang baru saja disembelih tidak cepat-

cepat dimasak, tetapi ditunggu beberapa lama atau dilayukan terlebih

dahulu.Untuk daging sapi atau daging kerbau dapat dimasak sesudah

pelayuan selama 12-24 jam; daging kambing, domba, babi sesudah 8-12

jam, sedangkan untuk daging pedet (anak sapi) sesudah 4-8 jam.Usaha

pengawetan daging diperlukan untuk memenuhi selera atau kebutuhan

konsumen serta mempermudah dalam pengangkutan(Leith. 1989).

Pengawetan daging merupakan suatu cara menyimpan daging

untuk jangka waktu yang cukup lama agar kualitas maupun kebersihannya

tetap terjaga.Tujuan pengawetan adalah menjaga ketahanan terhadap

serangan jamur (kapang), bakteri, virus dan kuman agar daging tidak

mudah rusak. Ada beberapa cara pengawetan yaitu: pendinginan,

pelayuan, pengasapan, pengeringan, pengalengan dan pembekuan(Leith.

1989).

Pengawetan dengan cara pengeringan dilakukan dengan

penambahan garam, gula dan bahan kimia seperti nitrat (NO3) dan nitrit

(NO2). Penambahan garam, untuk pengawetan daging kira-kira

sepersepuluh dari berat daging.Disamping sebagai pengawet, garam juga

berfungsi sebagai penambah rasa.Penambahan gula juga dimaksudkan

sebagai penambahan rasa pada bahan yang diolah.Untuk melunakkan

daging sebelum diolah, daging dibungkus dengan daun pepaya yang

mengandung enzim papain atau dilumuri dengan parutan buah nenas yang

mengandung enzim bromolin. Contoh hasil olahan dan pengawetan daging

adalah abon, dendeng sayat, dendeng giling, dendeng ragi, daging asap,

kornet, sosis dan sebagainya(Nugroho. 2008).

5

Page 6: Tugas 1

Gambar 1.Daging sapi segar

2.Garam dapur (NaCl)

Garam dapur (NaCI) merupakan bahan penolong dalam proses

pembentukan emulsi daging kornet. Garam mampu memperbaiki sifat-

sifat fungsional produk daging dengan cara mengekstrak protein

miofibriler dari serabut daging selama proses penggilingan dan pelunakan

daging. Garam berinteraksi dengan protein daging selama pemanasan,

sehingga protein membentuk massa yang kuat, dapat menahan air, dan

membentuk tekstur yang baik.Selain itu, garam memberi cita rasa asin

pada produk, serta bersama-sama senyawa fosfat, berperan dalam

meningkatkan daya menahan air dan meningkatkan kelarutan protein

serabut daging.Garam juga bersifat bakteriostatik dan bakteriosidal,

sehingga mampu menghambat pertumbuhan bakteri dan mikroba

pembusuk lainnya(Nugroho. 2008).

Gambar 2. Garam dapur

6

Page 7: Tugas 1

3.Nitrit

Fungsi nitrit adalah menstabilkan warna merah daging, membentuk

flavor yang khas, menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk dan

beracun, serta memperlambat terjadinya ketengikan.Jumlah nitrit yang

diizinkan tersisa pada produk akhir adalah 50 ppm (mg/kg). Kemampuan

nitrit dalam mempertahankan warna merah daging adalah dengan cara

bereaksi dengan pigmen mioglobin (pemberi warna merah daging)

membentuk nitrosomioglobin berwarna merah cerah yang bersifat

stabil(Nugroho. 2008).

Gambar 3. Garam nitrit

4.Alkali Fosfat

Penambahan senyawa alkali fosfat pada daging akan meningkatkan

daya ikat air dan protein daging dan mengurangi pengerutan kornet yang

dihasilkan. Alkali fosfat akan meningkatkan pH dan menyebabkan

terbukanya ikatan-ikatan antargugus protein daging yang akan

memudahkan pengikatan air. Bersama-sama dengan asam askorbat,

senyawa fosfat dapat menghambat proses ketengikan oksidatif, dan bisa

memperbaiki tekstur. Fosfat dapat meningkatkan keempukan dan juiciness

daging kornet, meningkatkan daya terima warna, keseragaman dan

stabilitas produk, serta melindungi dari kemungkinan pencokelatan selama

penyimpanan(Nugroho. 2008).

7

Page 8: Tugas 1

Gambar 4. Alkali fosfat

5.Air

Air yang ditambahkan ke dalam massa daging berfungsi untuk

membantu melarutkan garam-garam yang ada, sehingga dapat tersebar dan

terserap dengan baik dalam massa produk. Selain itu, air juga dapat

memperbaiki sifat fluiditas emulsi dan meningkatkan tekstur (kekenyalan)

produk akhir(Nugroho. 2008).

Gambar 5. Air

6.Bahan Pengisi

Penambahan bahan pengisi dan pengikat pada produk daging

adalah untuk meningkatkan stabilitas, daya ikat air, flavor dan

karakteristik irisan produk, serta untuk mengurangi pengerutan selama

8

Page 9: Tugas 1

pemasakan dan mengurangi biaya formulasi. Bahan pengisi yang dapat

ditambahkan adalah tepung tapioka, terigu, atau susu skim. Penambahan

bahan pengisi pada produk daging harus tidak melebihi 3,5 persen dari

produk(Nugroho. 2008).

Gambar 6. Tepung terigu

7.Lemak

Penambahan lemak pada pembuatan daging kornet berfungsi untuk

membentuk produk yang kompak dan empuk, serta memperbaiki rasa dan

aroma. Bertambahnya kadar air dan lemak di dalam kornet akan

menambah juiciness dan keempukannya(Nugroho. 2008).

Gambar 7. Margarin / lemak

8. Gula dan bumbu

Fungsi utama gula dalam pembuatan kornet adalah untuk memodifikasi

rasa, menurunkan kadar air, dan sebagai pengawet. Bumbu merupakan

bahan aromatik yang diperoleh dari tumbuhan atau diproduksi secara

sintetis.Bumbu memberikan cita rasa enak yang diinginkan dalam kornet

(Nugroho. 2008).

9

Page 10: Tugas 1

Gambar 8. Bumbu / rempah - rempah

10

Page 11: Tugas 1

BAB IIIDIAGRAM ALIR TAHAPAN/PROSES PENGOLAHAN

3.1 Pembuatan Kornet

Daging sapi digiling dengan chopper pada suhu rendah sehingga selama

penggilingan, suhu dapat dipertahankan tetap di bawah 16°C. Hal tersebut

dilakukan dengan menambahkan es batu atau air dingin.Hasil gilingan berupa

daging cincang yang masih kasar.Setelah dicincang, daging dimasukkan ke dalam

mixer untuk mencampur daging, bumbu, dan bahan lainnya menjadi adonan yang

homogen.Agar emulsi tetap terjaga stabilitasnya, pencampuran harus dilakukan

pada suhu rendah (10-16°C) (Wagiyono. 2003).

Emulsi daging yang telah terbentuk selanjutnya diisikan ke dalam kaleng

yang sebelumnya telah disterilkan dengan panas.Pengisian dilakukan dengan

menyisakan sedikit ruang kosong di dalam kaleng, disebut head space. Kaleng

yang telah diisi, kemudian divakum (exhausting) dengan cara melewatkannya

melalui ban berjalan ke dalam exhauster box bersuhu 90-95°C selama 15 menit.

Setelah keluar dari exhauster box, kaleng dalam keadaan panas langsung ditutup

dengan mesin penutup kaleng (Wagiyono. 2003).

Setelah ditutup, kaleng beserta isinya disterilisasi dengan cara

memasukkan kaleng ke dalam retort dan dimasak pada suhu 120°C dan tekanan

0,55 kg/cm2, selama 15 menit. Agar daging tidak mengalami pemanasan yang

berlebihan, kaleng yang telah disterilkan harus segera didinginkan di dalam bak

pendingin yang berisi air selama 20-25 menit.Setelah permukaan kaleng

dibersihkan dengan lap hingga kering, produk siap untuk diberi label dan dikemas

(Wagiyono. 2003).

11

Page 12: Tugas 1

3.2 Diagram Alir

Diagram alir pembuatan kornet atau corned beef dapat dilihat sebagai

berikut :

12

Daging SapiChopping suhu rendahMixingFillingExhaustingSeamingSterilisasiCoolingLabellingCorned Beef

Page 13: Tugas 1

BAB IVDESKRIPSI SETIAP PROSES PENGILAHAN

4.1. Penjelasan Proses Pembuatan Kornet

a. Pembersihan Bahan Baku (Daging Sapi)

Pembersihan dilakukan dengan menggunakan air bersih yang mengalir, guna menghilangkan kotoran yang menempel pada bahan. Selain itu menghilangkan bagian-bagian yang tidak bisa dimakan.

b. Chopping

Daging sapi digiling dengan chopper pada suhu rendah sehingga selama

penggilingan, suhu dapat dipertahankan tetap di bawah 16°C. Hal tersebut

dilakukan dengan menambahkan es batu atau air dingin. Hasil gilingan berupa

daging cincang yang masih kasar.

c. Curing

Setelah dicincang, daging dimasukkan ke dalam mixer untuk mencampur

daging, bumbu, dan bahan lainnya menjadi adonan yang homogen yang disebut

dengan curing. Agar emulsi tetap terjaga stabilitasnya, pencampuran harus

dilakukan pada suhu rendah (10-16°C). Menurut Soeparno (2005) curing adalah

cara processing daging dengan menambahkan beberapa bahan seperti garam

NaCl, Na-nitrat dan atau Na-nitrit dan gula (dekstrosa atau sukrosa), serta bumbu-

bumbu. Maksud curing antara lain untuk mendapatkan warna yang stabil, aroma,

tekstur dan kelezatan yang baik, dan untuk mengurangi pengerutan daging selama

processing serta memperpanjang masa simpan produk daging.

d. Filling

Emulsi daging yang telah terbentuk selanjutnya diisikan ke dalam kaleng

yang sebelumnya telah disterilkan dengan panas. kemudian ditimbang dengan

timbangan kasar. Pengisian dilakukan dengan metode hot filling. Hot filling

adalah kombinasi proses pengawetan dengan pemanasan (pasteurisasi) dengan

metode lainnya (pengawetan sekunder) untuk memberikan tingkat keamanan

produk yang diinginkan. Produk pangan diisikan ke dalam kemasan dalam

keadaan panas (hot fiiling), umumnya pada suhu 180°F. Pemanasan yang

diberikan tidak membunuh spora dan pada proses pendinginan terbentuk kondisi

vakum (anaerobik).. Setelah dilakukan filling, kaleng disusun dalam nampan dan

13

Page 14: Tugas 1

diletakkan ke atas conveyor belt. Lalu dalam perjalanannya menuju ke exhauster

box, kaleng-kaleng tersebut ditimbang kembali dengan timbangan digital yang

lebih akurat. Beratnya bervariasi tergantung jenis kaleng yang digunakan.

Pengisian dilakukan dengan menyisakan sedikit ruang kosong di dalam kaleng,

disebut head space. Ukuran head space bervariasi, umumnya kurang dari ¼ tinggi

kaleng.

e. Exhausting

Kaleng yang telah diisi, kemudian divakum (exhausting) dengan cara

melewatkannya melalui ban berjalan ke dalam exhauster box bersuhu 90-95°C

selama 15 menit.

f. Seaming

Setelah keluar dari exhauster box, kaleng dalam keadaan panas langsung

ditutup dengan mesin penutup kaleng. Semakin tinggi suhu penutupan kaleng,

maka semakin tinggi pula tingkat kevakumannya (semakin rendah tekanannya).

Proses penutupan kaleng juga merupakan hal yang sangat penting karena daya

awet produk dalam kaleng sangat tergantung pada kemampuan kaleng (terutama

bagian-bagian sambungan dan penutupan) untuk mengisolasikan produk di

dalamnya dengan udara luar. Penutupan yang baik akan mencegah terjadinya

kebocoran yang dapat mengakibatkan kerusakan.

g. PencucianPencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang tercecer di

permukaan kaleng akibat proses filling. Apabila kotoran tidak dibersihkan, dikhawatirkan mikroba akan dapat tumbuh dan mengkontaminasi produk setelah dibuka, karena proses sterilisasi hanya difokuskan pada produk yang berada dalam kaleng.

h. Sterilisasi

Setelah ditutup, kaleng beserta isinya disterilisasi dengan cara

memasukkan kaleng ke dalam retort dan dimasak pada suhu 120°C dan tekanan

0,55 kg/cm2, selama 15 menit.

i. Cooling

Agar daging tidak mengalami pemanasan yang berlebihan, kaleng yang telah disterilkan harus segera didinginkan di dalam bak pendingin yang berisi air selama 20-25 menit. Pendinginan pasca sterilisasi menjadi penting karena timbul perbedaan tekanan yang cukup besar yang dapat menyebabkan rekontaminasi dari

14

Page 15: Tugas 1

air pendingin ke dalam produk. Perlu dipastikan bahwa air pendingin yang digunakan memenuhi persyaratan mikrobiologis. Untuk industri besar, proses pendinginan biasanya dilakukan secara otomatis di dalam retort, yaitu sesaat setelah katup uap dimadkan maka segera dibuka katup air dingin. Untuk ukuran kaleng yang besar, maka tekanan udara dalam retort perlu dikendalikan sehingga tidak menyebabkan terjadinya kaleng-kaleng yang menggelembung dan rusak.

j. Pemberian label pada kemasan

Setelah permukaan kaleng dibersihkan dengan lap hingga kering, produk

siap untuk diberi label dan dikemas

3.4. Nilai Gizi Kornet

Syarat mutu daging kornet telah ditentukan berdasarkan Standar Nasional

Indonesia (SNI).Namun, dalam praktiknya masih ada produk yang tidak sesuai

dengan standar tersebut. Membaca secara seksama label pada kemasan produk

merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan.

Komposisi zat gizi kornet dalam kaleng sangat beragam, tergantung pada

jenis daging yang digunakan, mutu bahan baku sebelum diolah, cara pengolahan,

cara dan lama penyimpanan produk serta kondisi kaleng selama penyimpanan.

Secara umum dapat dikatakan bahwa daging kornet dalam kaleng mempunyai

nilai gizi yang cukup baik, khususnya protein, vitamin, dan mineral (SNI. 2006).

3.5. Ciri-ciri Kerusakan Kornet

Daging kornet yang ada di pasaran umumnya dikemas dengan

kaleng.Kaleng mempunyai sifat yang baik sebagai pengemas karena mampu

menahan gas, uap air, jasad renik, debu, dan kotoran.Kaleng juga memiliki

kekuatan mekanik yang tinggi, tahan terhadap perubahan suhu yang ekstrem, dan

toksisitasnya relatif rendah. Umur simpan daging kornet dalam kaleng dapat

mencapai 2 tahun atau lebih, tergantung proses pengolahan, jenis kaleng,

penyimpanan, dan distribusi (Astawan. 2012).

Kebusukan kornet dalam kaleng dapat disebabkan oleh proses pembuatan

yang tidak benar, kebocoran wadah karena penutupan yang kurang baik, atau

penyimpanan pada suhu yang tidak tepat dan terlalu lama. Kebusukan tersebut

15

Page 16: Tugas 1

tidak selalu dapat dideteksi dari penampakan wadah karena tidak selalu diikuti

oleh perubahan bentuk wadah (Astawan. 2012).

Secara umum, ciri-ciri yang dapat digunakan untuk menilai kualitas kornet

dalam kaleng menurut Astawan (2012) adalah sebagai berikut:

Flat Sour 

Apabila produk di dalam kaleng memberikan cita rasa asam karena

adanya aktivitas mikroba tanpa memproduksi gas, kebusukan tersebut

dikenal dengan sebutan flat sour (kaleng tetap datar, tidak menggembung,

tetapi produk menjadi asam). Jenis kebusukan ini disebabkan oleh

aktivitas spora bakteri tahan panas yang tidak terhancurkan selama proses

sterilisasi. Hal tersebut bisa terjadi akibat sanitasi selama pengolahan yang

buruk atau karena proses pengolahan tidak tepat.

Penggembungan Kaleng (Swells) 

Kaleng yang gembung dapat terjadi akibat terbentuknya gas di

dalam wadah karena adanya pertumbuhan dan aktivitas mikroba.Adanya

gas tersebut menyebabkan meningkatnya tekanan di dalam kaleng,

sehingga kaleng menjadi gembung pada bagian tutup dan dasar

kaleng.Kaleng yang gembung dapat juga disebabkan oleh penuhnya

pengisian kornet, sehingga tidak cukup adanya ruang kosong di dalam

kaleng.

StackBurn 

Stack burn terjadi akibat pendinginan yang tidak sempurna, yaitu

kaleng yang belum benar-benar dingin sudah disimpan. Biasanya produk

di dalam kaleng menjadi lunak, berwarna gelap, dan menjadi tidak dapat

dikonsumsi lagi.

Kaleng yang penyok 

Kaleng yang penyok dapat mengakibatkan terjadinya lubang-

lubang kecil yang merupakan sumber masuknya mikroba pembusuk.

Penyoknya kaleng dapat disebabkan oleh benturan-benturan mekanis

akibat perlakukan kasar, baik selama proses pembuatan, penyimpanan,

pengangkutan, atau pemasaran. Sebagai konsumen yang kritis, sebaiknya

16

Page 17: Tugas 1

Anda tetap waspada dengan tidak memilih sotiap produk yang kalengnya

dalam keadaan tidak normal.

Kaleng yang bocor 

Bocornya kaleng disebabkan deh sambungan kaleng yang kurang

rapat, penyolderan kurang sempurna, atau tertusuk oleh benda

tajam.Kaleng yang bocor ditandai dengan tumbuhnya mikroba dan

timbulnya bau kurang sedap.Kaleng oval umumnya lebih jarang

mengalami kebocoran daripada yang berbentuk silinder.

Kaleng yang berkarat 

Kaleng yang berkarat dapat mencerminkan bahwa produk tersebut

telah lama diproduksi atau disimpan pada tempat yang kurang tepat

(keadaan lembab).

17

Page 18: Tugas 1

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Corned Beef atau Kornet, adalah salah satu jenis produk olahan daging

sapi.

Tujuan pembuatan kornet daging sapi adalah untuk tetap dapat

memperoleh produk daging sapi yang berwarna merah, awet dan praktis.

Peralatan yang diperlukan adalah chopper, mixer ,alat pengukus,

exhauster, mesin penutup kaleng, dan retort.

Bahan dasar pembuatan kornet adalah daging sapi yang digiling. Bahan

tambahan yang diperlukan adalah garam dapur, nitrit, alkali fosfat, bahan

pengisi, air, lemak, gula, dan bumbu.

Secara umum dapat dikatakan bahwa daging kornet dalam kaleng

mempunyai nilai gizi yang cukup baik, khususnya protein, vitamin, dan

mineral.

Secara umum, ciri-ciri yang dapat digunakan untuk menilai kualitas kornet

dalam kaleng adalah Flat Sour, Penggembungan Kaleng (Swells),

StackBurn, Kaleng yang penyok, Kaleng yang bocor dan kaleng yang

berkarat.

18

Page 19: Tugas 1

DAFTAR PUSTAKA

Astawan , Made. Kornet. http://kulinerkita.multiply.com/reviews/item/116 [ 18 Maret 2016]

Leith, P.1989. The Cook’s Hand Book. Papermack Division, Macmillan Publ. Ltd.,London

Nugroho, Catur Priyo. 2008. Agribisnis Ternak Ruminansia. Direktorat PembinaanSekolah Menengah Kejuruan. Direktorat Jenderal Manajemen PendidikanDasar dan Menengah. Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta., Bogor.

Soeparno. 2005. Ilmu dan Taknologi daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Wagiyono.2003. Menguji Kesukaan secara Organoleptik. Departemen PendidikanNasional, Jakarta.

Palupi, W.D.E. Tinjauan Literatur Pengolahan Daging. Jakarta: Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah-LIPI, 1986. 54 hal.http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:f0omK9RFZJYJ:www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/pangan/piwp/dendeng_ragi.pdf+diagram+alir+pembuatan+kornet+pdf [18 Maret 2016]

https://www.academia.edu/5520119/Makalah-PROSES-PEMBUATAN-ORNED-BEEF

19