Tugas 01 - Karangan Pengalaman
-
Upload
aditya-nugroho -
Category
Documents
-
view
165 -
download
8
Transcript of Tugas 01 - Karangan Pengalaman
TUGAS MATA KULIAH
METODOLOGI PENELITIAN
Karangan Singkat Mengenai Pengalaman Pribadi
Dosen: Dr. Jaka Isgiyarta, MSi., Akt.
Oleh:
Aditya Wahyu Nugroho
C2C008004
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro
2010
Mendaki Gunung, Lewati Lembah
SEKILAS PANDANG PENDAKIAN GUNUNG
Mendaki gunung bagi masyarakat awam dianggap sebagai olahraga ekstrim, dimana ada
anggapan bahwa olahraga tersebut tidak dapat dilakukan oleh setiap orang. Menurut saya
anggapan ekstrim pada olahraga ini muncul bukan karena setiap orang tidak dapat melakukan hal
ini, tetapi muncul karena belum banyak orang yang melakukan kegiatan pendakian gunung.
Masyarakat awam berfikir bahwa ini adalah olahraga berat, olahraga yang mencari maut. Sudah
banyak korban yang disebabkan oleh pendakian ke puncak gunung.
Suatu ketika mungkin anda akan membantah itu seperti saya. Sudah lima tahun terakhir,
saya hobi mendaki gunung. Hobi tersebut muncul secara tidak disengaja. Ketika menginjak
sekolah menengah atas lima tahun yang lalu, saya diperkenalkan dengan alam pegunungan oleh
sahabat saya yang mengikuti kegiatan pecinta alam di sekolah. Saat pertama kali mendaki, saya
masih diliputi rasa ragu. Terbayang saya akan tersesat di gunung, dimakan macan, digigit ular
atau bahkan menghirup gas beracun.
Beberapa kali saya menakhlukan gunung di daerah Jawa Tengah, seperti gunung
Merbabu, gunung Merapi, dan gunung Ungaran. Selama pendakian yang saya tempuh,
Alhamdulillah tidak ada aral yang mengganggu. Saya tidak pernah tersesat, kekurangan
makanan, kekurangan cadangan air, hipotermia, maupun disesatkan oleh makhluk ghaib. Satu
alasan kenapa keselamatan selalu menyertai saya, dzikrullah!
Arti dari Dzikrullah adalah selalu ingat kepada Allah. Tidak ada yang memungkiri
perihal ini, karena dengan dzikrullah saya akan selalu ingat siapa diri saya sebagai khalifah di
bumi. Di gunung saya tidak akan berbuat “nakal” dengan merusak alam, berkata kotor, berbuat
tidak senonoh, melakukan tindakan vandalism, sombong, dan lain sebagainya, yang
menyebabkan sang khalik murka dengan menurunkan bencana melalui alamnya.
KEGEMARAN MENDAKI
Saya tidak mengikuti kegiatan pecinta alam seperti mapala ataupun sejenisnya, hobi ini
bermula ketika saya duduk di bangku menengah atas, saya diperkenalkan dengan lingkungan
gunung oleh sahabat saya. Sehingga, motivasi untuk mendaki saya memang berasal dari lubuk
hati saya yang selalu menginginkan dekat dengan alam yang diciptakan oleh sang khalik.
Suka duka mendaki telah saya rasakan sejak lima tahun yang lalu. Awal pendakian saya
adalah gunung ungaran yang terletak diantara kabupaten semarang dan kabupaten batang. Takut,
cemas, ragu selalu membayangin dalam setiap langkah saya, dan menurut saya itu wajar pada
pengalaman pertama. Hal yang paling menarik adalah menakhlukan ketakutan, kecemasan dan
keraguan itu sendiri. Menjadikan pengalaman yang tak terlupakan.
Gunung Ungaran memiliki ketinggian kurang lebih 2600 mdpl (meter diatas permukaan
laut), dengan suhu minimal ketika malam hari sekitar 15º celcius. Cukup dingin untuk membuat
badan kaku. Dari puncak gunung kita dapat melihat berbagai panorama alam yang begitu indah.
Ketika kita menghadap utara, kita akan dihadapkan laut jawa. Menghadap timur ada gunung
Merbabu dan gunung Lawu di kejauhan. Menghadap selatan ada perbukitan yang indah, dan
sebelah barat kita akan melihat gunung kembar Sindoro dan Sumbing.
Medan yang tidak terlalu terjal, puncak yang tidak terlalu tinggi, dan cadangan
persediaan air di lereng-lereng gunung menyebabkan gunung Ungaran sangat diminati oleh para
pendaki gunung. Gunung ini juga cocok untuk latihan para pendaki pemula. Setiap akhir pekan,
banyak pendaki gunung mendaki berjamaah untuk menakhlukan puncak tertinggi gunung
ungaran, hingga puncak gunung ungaran bagaikan pasar yang ramai dengan pembeli. Saya juga
tidak menyangka kalau ternyata banyak juga orang-orang yang tertarik untuk mendaki gunung.
Puncak Banteng Raider, adalah sebutan untuk puncak tertinggi gunung Ungaran. Puncak
ini dinamai Puncak Banteng Raider karena gunung ini dahulu sering digunakan oleh para
Tentara Nasional Indonesia batalyon Banteng Raider untuk latihan perang. Perlu diketahui
bahwa banteng raider adalah nama pasukan yang dibentuk oleh presiden Soeharto untuk
menumpas gerakan Partai Komunis Indonesia. Di puncak Banteng Raider sendiri juga terdapat
monumen dengan tinggi dua meter bertuliskan Banteng Raider dengan patung baret di atas
monumen tersebut.
Kurang lebih empat kali saya mendaki di gunung Ungaran. Pertama adalah ketika saya
mencoba untuk mendaki, kedua ketika saya diajak teman saya untuk survey lokasi, ketiga saat
reuni bersama teman SMA, dan terakhir ketika pendakian bersama dengan mahasiswa Ilmu
Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi UNDIP.
Pendakian di tempat lain yang juga memiliki kesan yang tak terlupakan adalah pendakian
di puncak gunung Merapi. Percaya atau tidak, puncak gunung merapi dapat didaki tanpa bantuan
alat apapun. Ternyata gunung merapi yang sering masyarakat bayangkan berbahaya karena ada
lahar dan lain sebagainya, tidak kita temui dalam sepanjang perjalanan dengan rute melalui desa
Selo, Boyolali. Jadi pendakian hingga puncak merapi tidaklah mustahil. Jalur pendakian juga
jelas untuk ditelusuri. Puncak sama sekali tidak berbahaya, karena lahar terletak di kawah
dengan lereng yang curam. Awan yang sering disebut “wedus gembel” juga tidak ada di
sepanjang jalur pendakian yang melalui desa Selo ini, karena awan ini selalu mengarah ke
selatan atau ke barat meskipun angin bertiup menuju ke utara.
Kegemaran mendaki ini berlanjut membentuk suatu komunitas bernama Aldidapala, yang
merupakan akronim dari Alhamdulillah Dia Datang para Pecinta Alam. Komunitas ini saya
bentuk bersama teman-teman seperjuangan ketika dulu menginjak di bangku SMA. Taqun
adalah sang bolang yang sekarang sedang kuliah di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. Dimas,
seorang pekerja keras yang rela mengorbankan waktunya untuk bekerja dari pada melanjutkan
studi di perguruan tinggi demi keluarga. Bayu, mahasiswa Fakultas Ekonomi UNDIP jurusan
IESP, dan saya sendiri Adit mahasiwa jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi UNDIP.
Komunitas ini tidak terlalu aktif seperti kegiatan pecinta alam lainnya, komunitas ini
kami bentuk sebagai media menjalin tali silaturahim di antara kami para anggota. Secara kami
sudah memiliki kesibukan masing-masing yang terpisahkan oleh waktu dan tempat. Kegiatan
pendakian kami lakukan minimal dua kali dalam satu tahun. Biasanya setelah hari raya Idul Fitri
dan tahun baru masehi.
MENDAKI SOLUSI MENGENAL ALAM
Bagi saya kegiatan mendaki gunung bukanlah sesuatu yang sia-sia. Banyak hikmah-
hikmah yang dapat kita ambil dari kegiatan ini. Setelah saya merasakan bagaimana mendaki
gunung itu, saya merasa semakin dekat dengan sang khalik. Alam mengingatkan kita betapa
hebatnya Tuhan kita yang menciptakan pesona alam yang begitu indah. Tak ada dzat yang bisa
berbuat demikian selain Allah SWT.
Ketika saya mendaki, saya melihat pepohonan dimana-mana, di setiap jalan yang saya
lalui. Saya merasakan betapa rindang, sejuk lingkungan di gunung saat itu. Kontras dengan
kondisi di perkotaan, dimana saya menimba ilmu. Panas, polusi, emosi selalu mengelilingi diri
saya. Semenjak mendaki gunung itulah, saya merasa perlu untuk melestarikan alam di sekitar
lingkungan saya dimanapun saya berada. Tidak perlu dengan tindakan yang besar, tidakan
membuang sampah pada tempatnya adalah sangat cukup untuk menjaga kelestarian alam. Tetapi
hal itu harus dilakukan secara kontinu atau konsisten.
Mendaki itu bukan hal yang susah, tetapi dalam pelaksanaannya harus dipersiapkan
secara matang. Jangan sampai karena persiapan yang kurang malah akan menimbulkan bencana
bagi kita. Tips aman dari saya untuk para pendaki:
1. pilih musim yang cocok saat pendakian.
2. cari informasi mengenai gunung yang akan didaki.
3. persiapkan peralatan pendakian secukupnya, dan jangan terlalu banyak.
4. bawa logistik secukupnya.
5. dan yang paling penting, dzikrullah!