TU SAPON

20
PROSES PEMBUATAN SABUN DAN DETERGEN DAN PERBANDINGANNYA 1. Proses Pembuatan Sabun Proses pembuatan sabun terdiri dari proses panjang mulai dari pengolahan sampai pembungkusan (packaging). Produk pembersih ini biasanya terdiri 3 bentuk/wujud utama: batangan [bar], serbuk/bubuk [powder] dan cairan [liquid] (beberapa produk cairan bahkan ada yang pekat/kental seperti jelly). Bahan baku yang digunakan didasarkan pada beberapa kriteria, antara lain faktor manusia dan keamanan lingkungan, biaya, kecocokan dengan bahan-bahan additive yang lain, serta wujud dan spesifikasi khusus dari produk jadinya. Sedangkan proses produksi aktual dilapangan bisa saja bervariasi dari satu pabrik dengan pabrik yang lain, namun tahap- tahap utama pembuatan semua produk adalah tetap sama. Sabun dibuat dari lemak [hewan], minyak[nabati] atau asam lemak (fatty acid) yang direaksikan dengan basa anorganik yang bersifat water soluble, biasanya digunakan caustic soda/soda api (NaOH) atau KOH (kalium hidroksida) juga alternatif yang sering juga dipakai, tergantung spesifik sabun yang diinginkan. Sabun hasil reaksi dengan sodium hidroksida (NaOH) biasanya lebih keras dibandingkan dengan penggunaan Potasium Hidroksida (KOH).

description

DUTY

Transcript of TU SAPON

Page 1: TU SAPON

PROSES PEMBUATAN SABUN DAN DETERGEN DAN

PERBANDINGANNYA

1. Proses Pembuatan Sabun

Proses pembuatan sabun terdiri dari proses panjang mulai dari pengolahan

sampai pembungkusan (packaging). Produk pembersih ini biasanya terdiri 3

bentuk/wujud utama: batangan [bar], serbuk/bubuk [powder] dan cairan [liquid]

(beberapa produk cairan bahkan ada yang pekat/kental seperti jelly). Bahan baku

yang digunakan didasarkan pada beberapa kriteria, antara lain faktor manusia dan

keamanan lingkungan, biaya, kecocokan dengan bahan-bahan additive yang lain,

serta wujud dan spesifikasi khusus dari produk jadinya. Sedangkan proses

produksi aktual dilapangan bisa saja bervariasi dari satu pabrik dengan pabrik

yang lain, namun tahap-tahap utama pembuatan semua produk adalah tetap sama.

Sabun dibuat dari lemak [hewan], minyak[nabati] atau asam lemak (fatty

acid) yang direaksikan dengan basa anorganik yang bersifat water soluble,

biasanya digunakan caustic soda/soda api (NaOH) atau KOH (kalium hidroksida)

juga alternatif yang sering juga dipakai, tergantung spesifik sabun yang

diinginkan. Sabun hasil reaksi dengan sodium hidroksida (NaOH) biasanya lebih

keras dibandingkan dengan penggunaan Potasium Hidroksida (KOH).

Sabun dapat dibuat melalui proses batch atau kontinu Pada proses batch,

lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali (NaOH atau KOH) berlebih dalam

sebuah ketel. Jika penyabunan telah selesai, garam garam ditambahkan untuk

mengendapkan sabun. Lapisan air yang mengaundung garam, gliserol dan

kelebihan alkali dikeluarkan dan gliserol diperoleh lagi dari proses penyulingan.

Endapan sabun gubal yang bercampur dengan garam, alkali dan gliserol kemudian

dimurnikan dengan air dan diendapkan dengan garam berkali-kali. Akhirnya

endapan direbus dengan air secukupnya untuk mendapatkan campuran halus yang

lama-kelamaan membentuk lapisan yang homogen dan mengapung. Sabun ini

dapat dijual langsung tanpa pengolahan lebih lanjut, yaitu sebagai sabun industri

yang murah. Beberapa bahan pengisi ditambahkan, seperti pasir atau batu apung

dalam pembuatan sabun gosok. Beberapa perlakuan diperlukan untuk mengubah

Page 2: TU SAPON

sabun gubal menjadi sabun mandi, sabun bubuk, sabun obat, sabun wangi, sabun

cuci, sabun cair dan sabun apung (dengan melarutkan udara di dalamnya).

Pada proses kontinu, yaitu yang biasa dilakukan sekarang, lemak atau

minyak hidrolisis dengan air pada suhu dan tekanan tinggi, dibantu dengan katalis

seperti sabun seng. Lemak atau minyak dimasukkan secara kontinu dari salah satu

ujung reaktor besar. Asam lemak dan gliserol yang terbentuk dikeluarkan dari

ujung yang berlawanan dengan cara penyulingan. Asam-asam ini kemudian

dinetralkan dengan alkali untuk menjadi sabun.

Pada umumnya, alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun pada

umumnya hanya NaOH dan KOH, namun kadang juga menggunakan NH4OH.

Sabun yang dibuat dengan NaOH lebih lambat larut dalam air dibandingkan

dengan sabun yang dibuat dengan KOH. Sabun yang terbuat dari alkali kuat

(NaOH, KOH) mempunyai nilai pH antara 9,0 sampai 10,8 sedangkan sabun yang

terbuat dari alkali lemah (NH4OH) akan mempunyai nilai pH yang lebih rendah

yaitu 8,0 sampai 9,5.

Sabun merupakan hasil produk dari trigliserida dan NaOH yang

mempunyai produk samping berupa gliserol. trigliserida merupakan ester dari

gliserol dan tiga asam lemak. Cara mendapatkan trigliserida adalah minyak dari

tumbuhan atau hewan yang merupakan penyusun utamanya. Cara pembuatan

sabun adalah mencampurkan trigliserida dengan NaOH, reaksinya

dinamakan reaksi penyabunan (saponifikasi). Beberapa cara pembuatan sabun:

1) Proses dingin

Pembuatan sabun dilakukan pada suhu biasa.pada proses ini reaksi

penyabunan berjalan lambat.dan gliserol tidak dapat dipisahkan

2) Proses panas

Minyak terlebih dahulu dipanaskan hingga suhu 90 derajat celsius baru

ditambahkan NaOH.pada  proses   ini reaksi berjalan cepat.tetapi pada proses

ini gliserol tidak dapat dipisahkan

3) Proses pendidihan

Pada proses ini NaOH dan minyak dipanaskan bersama-sama. kemudian

ditambahkan larutan garam misal NaCI untuk memisahkan gliserol

Page 3: TU SAPON

1.1. Metode – Metode Pembuatan Sabun

Pada proses pembuatan sabun ini digunakan metode - metode untuk

menghasilkan sabun yang berkualitas dan bagus. Untuk menghasilkan sabun itu

digunakanlah metode metode, yang mana metode metode ini memiliki kelebihan

kelebihan dan kekurangannya masing - masing.

a) Metode Batch

Pada proses batch, lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali (NaOH atau

KOH) berlebih dalam sebuah ketel. Jika penyabunan telah selesai, garam-

garam ditambahkan untuk mengendapkan sabun. Lapisan air yang

mengaundung garam, gliserol dan kelebihan alkali dikeluarkan dan gliserol

diperoleh lagi dari proses penyulingan. Endapan sabun gubal yang

bercampur dengan garam, alkali dan gliserol kemudian dimurnikan dengan

air dan diendapkan dengan garam berkali-kali. Akhirnya endapan direbus

dengan air secukupnya untuk mendapatkan campuran halus yang lama-

kelamaan membentuk lapisan yang homogen dan mengapung. Sabun ini

dapat dijual langsung tanpa pengolahan lebih lanjut, yaitu sebagai sabun

industri yang murah. Beberapa bahan pengisi ditambahkan, seperti pasir atau

batu apung dalam pembuatan sabun gosok.

b) Metode Kontinu

Metode kontinu biasa dilakukan pada zaman sekarang, lemak atau minyak

hidrolisis dengan air pada suhu dan tekanan tinggi, dibantu dengan katalis

seperti sabun seng. Lemak atau minyak dimasukkan secara kontinu dari

salah satu ujung reaktor besar. Asam lemak dan gliserol yang terbentuk

dikeluarkan dari ujung yang berlawanan dengan cara penyulingan. Asam-

asam ini kemudian dinetralkan dengan alkali untuk menjadi sabun.

1.2. Pembuatan Sabun dalam Industri

1)      Saponifikasi Lemak Netral

Pada proses saponifikasi trigliserida dengan suatu alkali, kedua reaktan tidak

mudah bercampur. Reaksi saponifikasi dapat mengkatalisis dengan

sendirinya pada kondisi tertentu dimana pembentukan produk sabun

mempengaruhi proses emulsi kedua reaktan tadi, menyebabkan suatu

Page 4: TU SAPON

percepatan pada kecepatan reaksi. Jumlah alkali yang dibutuhkan untuk

mengubah paduan trigliserida menjadi sabun dapat dihitung berdasarkan

persamaan berikut :

Trigliserida + 3NaOH → 3RCOONa + Gliserin

NaOH = [SV x 0,000713] x 100/ NaOH (%) [SV / 1000] x [MV

(NaOH)/MV(KOH)

Dimana SV adalah angka penyabunan dan MV adalah berat molekul

Komponen penting pada sistem ini mencakup pompa berpotongan untuk

memasukkan kuantitas komponen reaksi yang benar ke dalam reaktor

autoclave, yang beroperasi pada temperatur dan tekanan yang sesuai dengan

kondisi reaksi. Campuran saponifikasi disirkulasi kembali dengan autoclave.

Temperatur campuran tersebut diturunkan pada mixer pendingin, kemudian

dipompakan ke separator statis untuk memisahkan sabun yang tidak tercuci

dengan larutan alkali yang digunakan. Sabun tersebut kemudian dicuci

dengan larutan alkali pencuci dikolam pencuci untuk memisahkan gliserin

(sebagai larutan alkali yang digunakan) dari sabun. Separator sentrifusi

memisahkan sisa-sisa larutan alkali dari sabun. Sabun murni (60-63 % TFM)

dinetralisasi dan dialirkan ke vakum spray dryer untuk menghasilkan sabun

dalam bentuk butiran (78-83 % TFM) yang siap untuk diproses menjadi

produk akhir.

2) Pengeringan Sabun

Sabun banyak diperoleh setelah penyelesaian saponifikasi (sabun murni)

yang umumnya dikeringkan dengan vakum spray dryer. Kandungan air pada

sabun dikurangi dari 30-35% pada sabun murni menjadi 8-18% pada sabun

butiran atau lempengan. Jenis-jenis vakumspray dryer, dari sistem tunggal

hingga multi sistem, semuanya dapat digunakan pada berbagai proses

pembuatan sabun. Operasi vakum spray dryer sistem tunggal meliputi

pemompaan sabun murni melalui pipa heat exchanger dimana sabun

dipanaskan dengan uap yang mengalir pada bagian luar pipa. Sabun yang

sudah dikeringkan dan didinginkan tersimpan pada dinding ruang vakum

dan dipindahkan dengan alat pengerik sehingga jatuh di plodder, yang

Page 5: TU SAPON

mengubah sabun ke bentuk lonjong panjang atau butiran. Dryer dengan

mulai memperkenalkan proses pengeringan sabun yang lebih luas dan lebih

efisien daripadadryer sistem tunggal.

3) Netralisasi Asam Lemak

Reaksi asam basa antara asam dengan alkali untuk menghasilkan sabun

berlangsung lebih cepat daripada reaksi trigliserida dengan alkali.

RCOOH + NaOH   →  RCOONa + H2O

Jumlah alkali (NaOH) yang dibutuhkan untuk menetralisasi suatu paduan

asam lemak dapat dihitung sebagai berikut :

NaOH = {berat asam lemak x 40) / MW asam lemak

Berat molekul rata rata suatu paduan asam lemak dapat dihitung dengan

persamaan :

MW asam lemak = 56,1 x 1000/ AV

Dimana AV (angka asam asam lemak paduan) = mg KOH yang dibutuhkan

untuk menetralisasi 1 gram asam lemak

Operasi sistem ini meliputi pemompaan reaktan melalui pemanasan terlebih

dihulu menuju turbodisperser dimana interaksi reaktan reaktan tersebut

mengawali pembentukan sabun murni. Sabun tersebut, yang direaksikan

sebagian pada tahap ini, kemudian dialirkan ke mixer dimana sabun tersebut

disirkulasi kembali hingga netralisasi selesai. Penyelesaian proses netralisasi

ditentukan oleh suatu pengukuran potensial elektrik (mV) alkalinitas. Sabun

murni kemudian dikeringkan dengan vakum spray dryer untuk menghasilkan

sabun butiran yang siap untuk diolah menjadi sabun batangan.

4) Penyempurnaan Sabun

Dalam pembuatan produk sabun batangan, sabun butiran dicampurkan

dengan zat pewarna, parfum, dan zat aditif lainnya kedalamm

ixer(analgamator). Campuran sabun ini klemudian diteruskan untuk digiling

untuk mengubah campuran tersebur menjadi suatu produk yang homogen.

Produk tersebut kemudian dilanjutkan ke tahap pemotongan. Sebuah alat

pemotong dengan mata pisau memotong sabun tersebut menjadi potongan

potongan terpisah yang dicetak melalui proses penekanan menjadi sabun

Page 6: TU SAPON

batangan sesuai dengan ukuran dan bentuk yang diinginkan. Proses

pembungkusan, pengemasan, dan penyusunan sabun batangan merupakan

tahap akhir.

2. Proses Pembuatan Detergen

Alkil aril sulfonat terbentuk dari sulfonasi alkil benzena, alkil benzena

mengandung inti dengan satu atau lebih rangkaian alifatik (alkil). Inti alkil

benzena bisa benzena, toluene, xylena, atau fenol. Alkil benzena yang biasa

digunakan adalah jenis DDB (deodecil benzena). Pembuatan deodecil benzena

(C6H6C12H25) dilakukan dengan alkilasi benzena dengan alkena (C12H24) dibantu

dengan katalis asam. Alkilasi benzena kemudian dilakukan reaksi Fiedel-Craft.

Detergen alkil benzena yang dihasilkan melalui proses Fiedel-Craft memliki sifat

degradasi biologis yang buruk karena terdapat 300 isomer dari propilen tetramer.

Kinerja deterjen, khususnya surfaktannya, memiliki kemampuan yang unik

untuk mengangkat kotoran, baik yang larut dalam air maupun yang tak larut dalam

air. Salah satu ujung dari molekul surfaktan bersifat lebih suka minyak atau tidak

suka air, akibatnya bagian ini mempenetrasi kotoran yang berminyak. Ujung molekul

surfaktan satunya lebih suka air, bagian inilah yang berperan mengendorkan kotoran

dari kain dan mendispersikan kotoran, sehingga tidak kembali menempel ke kain.

Akibatnya warna kain akan dapat dipertahankan. Jika kotoran berupa minyak atau

lemak maka akan membentuk emulsi minyak–air dan detergen sebagai emulgator (zat

pembentuk emulsi). Sedangkan apabila kotoran yang berupa tanah akan diadsorpsi

oleh detergen kemudian mambentuk suspensi butiran tanah-air, dimana detergen

sebagai suspensi agent (zat pembentuk suspensi).

2.1. Susunan proses pembuatan detergen adalah sebagai berikut:

a) Sulfonation-sulfation

Alkilbenzen yang dimasukkan ke dalam sulfonator dengan penambahan

sejumlah oleum, menggunakan dominant bath principle (yang

ditunjukanpada gambar 29.8) untuk mengontrol panas pada proses sulfonasi

dan menjaga temperature tetap pada 550C. di dalam campuran

sulfonasidimasukkan fatty tallow alcohol dan oleum. Semuanya dipompa

menuju sulfater, beroperasi juga dalam dominant bath principle untuk

Page 7: TU SAPON

menjaga suhu agar tetap pada kisaran 500 hingga 550C, pembuatan ini

campuran dari surfactant.

b) Netralization

Produk hasil dari sulfonasi-sulfasi dinetralisasi dengan larutan NaOH

dibawah temperatur yang terkontrol untuk menjaga fluiditas bubur

surfaktan. Surfaktan dimasukkan  dalam penyimpanan. Bubur surfaktan,

sodium tripolipospat , dan bermacam-macam bahan aditif masuk ke dalam

crutcher. Sejumlah air dipindahkan, dan pasta campuran ini menebal oleh

tripolipospat yang terhidrasi.

Na5P3O10   +   6H2O   →  Na5P3O10.6H2O

Sodium tripolipospat        sodium tripolipospat hexahydrate

Campuran ini dipompa ke upper story, dimana campuran ini disemprotkan

dibawah tekanan tinggi ke dalam high spray tower setinggi 24 m, melawan

udara panas dari tungku api. Butiran kering ini adalah bentuk yang dapat

diterima, ukuran dan densitas yang sesuai dapat dibentuk. Butiran yang

sudah dikeringkan di alirkan ke upper story lagi melalui lift yang dapat

mendinginkan mereka dari 1150C dan menstabilkan butiran. Butiran ini

dipisahkan dalam goncangan, dilapisi, diharumkan dan menuju pengemasan.

2.2. Pembuatan Deterjen

Bahan dasarnya adalah dodekil benzena. Reaksi dilakukan dalam reaktor

bersisi kaca yang dipasang dengan mixer efisien. Dodekil benzena dimasukkan ke

dalam reaktor kaca dicampur dengan asam 22% oleum, pada suhu antara 32-46°C.

Kemudian dicampurkan pada suhu 46°C selama kurang lebih 2 jam sampai reaksi

selesai. Tahapan berikutnya netralisasi dengan NaOH yang memberikan 60% alkil

aril sulfonat dan 40% diluet (natrium sulfat). Adapun pembuatan deterjen dengan

berbagai jenis deterjen dilakukan sebagai berikut :

1) Detergen Anionik

Alkil aril sulfonat terbentuk dari sulfonasi alkil benzena, alkil benzena

mengandung inti dengan satu atau lebih rangkaian alifatik (alkil). Inti alkil

benzena bisa benzena, toluene, xylena, atau fenol. Alkil benzena yang biasa

digunakan adalah jenis DDB (deodecil benzena). Pembuatan deodecil

Page 8: TU SAPON

benzena (C6H6C12H25) dilakukan dengan alkilasi benzena dengan alkena

(C12H24) dibantu dengan katalis asam. Alkilasi benzena kemudian

dilakukan reaksi Fiedel-Craft. Detergen alkil benzena yang dihasilkan

melalui proses Fiedel-Craft memliki sifat degradasi biologis yang buruk

karena terdapat 300 isomer dari propilen tetramer. Olefin sulfat dan sulfonat

Diproses dengan tiga cara, yaitu proses oxo, proses alfol (proses ziegar),

proses WI. Welsh. Olefin direaksikan dengan karbon monoksida dan

hidrogen pada suhu 160°C sampai 175°C dengan tekanan 100-250 atm,

menghasilkan aldehida. Aldehida kemudian dihidrogenasi dengan bantuan

nikel sebagai katalis sehingga menghasilkan suatu senyawa alkohol.

Aldehida berkurang pada saat terbentuknya alkohol. Alkohol yang

dihasilkan dari proses oxo sebagian besar memiliki berat molekul kecil

dibandingkan berat molekul alkohol alami. Oxo-alkohol yang memiliki berat

molekul tinggi mengalami sulfonasi. Alkohol ini banyak digunakan untuk

kosmetik dan produk cairan rumah tangga (tidak digunakan untuk bahan

dasar pembuatan detergen). Proses Alfol (Proses Ziegar), pada proses ini

aluminium trietil dihilangkan dengan logam aluminium dan hidrogen untuk

menghasilkan dietilaluminium hidrida. Hidrida dihilangkan dengan etena

untuk menghasilkan 3 mol aluminium trietil. Dua pertiganya didaur ulang,

sementara sisa trietil direaksikan dengan etena untuk menghasilkan

campuran berat molekul tinggi pada aluminium alkil. Kemudian alkil

aluminium dioksidasi dan dihidrolisis dengan air untuk menghasilkan

alkohol dan aluminium hidroksida. Proses WI. Welsh, yakni alfa olefin

direaksikan dengan hidrogen bromida dengan bantuan peroksida atau cahaya

ultraviolet. Alkil bromida diubah menjadi ester melalui logam halida yang

katalisasi dengan asam organik. Ester dihidrolisis menghasilkan alkohol.

2) Deterjen kationik

Amina asetat (RNH3)OOCCH3 dihasilkan dengan

menetralisasi amina lemak dengan asam asetat dan dapat

larut dalam air. Alkil trimetil ammonium klorida

Page 9: TU SAPON

(RN(CH3))3+Cl- Dihasilkan dari alkilasi lengkap amina lemak

atau tetriari amina dengan alkil halida lemak.

Reaksi :

1. R-NH2 + 3 CH3Cl RN(CH2)2Cl + HCl

2. R2NH + 2 CH2Cl R2N(CH2)2Cl + HCl

3) Deterjen Nonionik

Pembuatan detergen nonionik adalah Etilen oksida. Proses pembuatannya

dengan mereaksikan senyawa yang mengandung kelompok hidrofobik

dengan etilen oksida atau propilen oksida, dilakukan pada suhu 150-220°C.

Hasil yang diperoleh dinetralkan dengan 30% asam sulfur dan asam asetat

glasial. Amina oksida Proses pembuatannya dengan mengoksidasi amina

tetriari. d. Detergen amfoterik Proses pembuatannya yaitu amina lemak dasar

(lauril amina) direksikan dengan metil akrilat untuk menghasilkan ester N-

lemak-amino propionik. Kemudian disaponifikasi dengan NaOH membentuk

garam natrium.

Reaksi : lauril amina + metil akrilat natrium lauril sarkosinat

3. Perbandingan Proses Pembuatan Sabun dan Detergen

Perbedaan detergen dengan sabun antara lain daya cuci detergen lebih kuat

dibandingkan sabun dan detergen dapat bekerja pada air sadah. Akan tetapi sabun

lebih mudah diurai oleh mikroorganisme. Molekul sabun terdiri atas dua bagian

yaitu bagian yang bersifat hidrofilik dan yang bersifat hidrofobik. Bagian

hidrofilik adalah bagian yang menyukai air atau bersifat polar. Adapun bagian

hidrofobik adalah bagian yang tidak suka air atau bersifat nonpolar. Kotoran yang

bersifat polar biasanya larut dalam air, sehingga kotoran jenis ini tidak perlu

dibersihkan dengan menggunakan sabun. Kotoran yang bersifat nonpolar, seperti

minyak atau lemak tidak akan hilang jika hanya dibersihkan menggunakan air.

Oleh karena itu, diperlukan detergen sebagai pembersihnya.

Ujung hidrofob detergen yang bersifat nonpolar mudah larut dalam

minyak atau lemak dari bahan cucian. Ketika kamu menggosok atau memeras

pakaian membuat minyak atau lemak menjadi butiran-butiran lepas yang

dikelilingi oleh lapisan molekul detergen. Gugus polarnya berada di luar lapisan

Page 10: TU SAPON

sehingga butiran itu larut di air. Kekurangan dari sabun adalah ujung hidrofilnya

(bagian yang suka air) mudah bereaksi dengan garam-garam, misalnya kalsium

karbonat (air sadah), membentuk zat yang tidak larut. Endapan yang terjadi

membentuk lapisan kusam pada kain yang dicuci sehingga sabun kurang disukai.

Air sadah merupakan air yang mengandung garam kalsium dan magnesium yang

larut dari batuan teraliri air.

Bahan utama deterjen adalah Alkyl Benzene Sulfonat (ABS). Bahan ABS

diperoleh dari pengolahan minyak bumi. Bahan utama sabun adalah Kalium

Hidroksida (KOH) atau Natrium Hidroksida (NaOH). Perbedaan deterjen dengan

sabun yakni daya cuci deterjen lebih kuat dibandingkan sabun dan dapat bekerja

pada air sadah. Akan tetapi sabun lebih mudah diurai oleh mikroorganisme.

Keadaan kotor yang kita jumpai saat membuat sabun berbeda sekali

dengan kegunaan sabun yang tiada bandingnya untuk membersihkan kotoran.

Sekilas sabun adalah bahan ajaib yang bisa membersihkan segala kotoran, dia bisa

membedakan yang mana yang kotoran dan yang mana yang bukan. Dia juga bisa

menyatukan/membawa sekaligus air dan kotoran yang dilekatkan oleh badan kita

dengan keringat yang mengandung minyak, padahal kita tahu bahwa air dan

minyak tidak mungkin bersatu. Tapi bahab ajaib itu sebenarnya tidak ada. Untuk

mengetahui cara kerjanya kita harus melihat dulu susunan molekul sabun.

Molekul sabun terdiri dari bagian yang disebut ekor dan kepala. Ekor

sabun terdiri dari bahan minyak dan kepala sabun terdiri dari bahan air (lihat

bahan pembuat sabun). Karena ekor sabun terdiri dari minyak, maka ekor sabun

akan bisa menyatu dengan kotoran yang terdiri dari minyak juga. Sementara itu

kepala sabun yang terdiri dari air akan melekat dengan molekul air. Itulah

sebabnya sabun bisa membawa minyak dan air sekaligus.

Kesadahan terdiri dari dua jenis yaitu kesadahan sementara dan kesadahan

tetap. Kesadahan sementara disebabkan garam kalsium hidrogen karbonat

(CaHCO3) larut dalam air. Kesadahan ini dapat dihilangkan dengan pendidihan

dan menghasilkan zat padat putih tak larut yaitu kalsium karbonat (CaCO3) atau

kerak air. Kesadahan tetap disebabkan garam kalsium dan magnesium yang larut

Page 11: TU SAPON

dalam air. Kesadahan ini tidak dapat dihilangkan dengan pendidihan tetapi dengan

distilasi. saat ini dipakai detergen sebagai pengganti sabun.

Detergen mengandung zat aktif permukaan yang serupa dengan sabun,

misalnya natrium benzensulfonat (Na-ABS). Garam kalsium atau magnesium

yang larut dalam air sadah jika bereaksi dengan Na-ABS tetap larut dalam air dan

tidak mengendap. Nah, selain sabun dan detergen, dapatkah kamu menyebutkan

bahan pembersih lainnya yang sering digunakan dalam rumah tangga? Bahan

pembersih lainnya yang juga sering digunakan dalam rumah tangga adalah

pembersih lantai dan pasta gigi. Pada umumnya pembersih lantai menggunakan

bahan baku karbol atau amoniak (NH3) dan zat tambahan tertentu untuk

mengatasi bau. Kedua zat tersebut selain dapat membersihkan lantai, juga dapat

mematikan bakteri dan mikroorganisme lainnya. Pasta gigi termasuk pembersih.

Komponen utama pasta gigi adalah detergen dan abrasif (penggosok). Abrasif

yang baik harus cukup keras untuk membersihkan gigi tetapi jangan sampai

merusak email. Pasta gigi biasanya ditambahkan senyawa fluorin untuk

menguatkan email gigi dan mencegah karies.

Sabun adalah garam alkali karboksilat. Molekul sabun lebih mudah

terdegradasi oleh bakteri pengurai. Tidak bisa dipakai untuk mencuci dalam air

sadah, karena sabun akan bereaksi dengan ion Ca2+ dan Mg2+. Sabun adalah

hasil proses penetralan asam lemak dengan menggunakan alkali. Sabun biasanya

digunakan untuk membersihkan suatu product yang berhubungan langsung

dengan kulit manusia seperti sabun mandi/sabun handsoap yang membutuhkan

pelembab dalam hal ini biasanya disebut moisture jika suatu sabun memiliki

moisture makin besar maka makin lembut kulit kita menggunakannya.

Detergen adalah garam alkali alkil sulfat atau sulfoniat. Molekul detergen

harganya lebih murah dan sukar terdegradasi oleh bakteri pengurai. Molekul

detergen tidak bereaksi dengan ion Ca2+ dan ion Mg2+. Deterjen adalah

campuran zat kimia dari sintetik ataupun alam yang memiliki sifat yang dapat

menarik zat pengotor dari media. Deterjen digunakan sebagai sabun cuci pakaian.

Jika sabun yang diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif

akan mengikat partikel dalam suspensi agar mudah dibawa oleh air bersih.

Page 12: TU SAPON

Dibanding dengan sabun, detergen mempunyai keunggulan antara lain

mempunyai daya cuci yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Fatimah, Soja Siti. 2014. Industri Deterjen. http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/

JUR._PEND._KIMIA/196802161994022SOJA_SITI_FATIMAH/Kimia_i

ndustri/INDUSTRI_DETERJEN.pdf. Diakses pada tanggal 26 September

2014

Fitri, Devy. 2013. Mekanisme Pembuatan Sabun. http://devhyvhy.blogspot.com/

2013/10/mekanisme-pembuatan-sabun.html. Diakses pada tanggal 26

September 2014

Noer, Alfian. 2014. Pembuatan Sabun. http://alfiannoer2.wordpress.com/

pembuatan-sabun/. Diakses pada tanggal 26 September 2014

Pertiwi, Wiwin. 2013. Makalah Proses Pembuatan Sabun. http://wiwinprtw.

blogspot.com/2013/01/makalah-proses-pembuatan-sabun.html. Diakses

pada tanggal 26 September 2014

Prawira, Yeni. 2014. Reaksi Saponifikasi pada Proses Pembuatan Sabun.

http://yprawira.wordpress.com/reaksi-saponifikasi-pada-proses-

pembuatan-sabun/

Setyowati, Lusi. 2012. Sabun dan Deterjen. http://sabundandeterjen.

blogspot.com/. Diakses pada tanggal 26 September 2014

Yosi. 2012. Sabun vs Deterjen. http://teknikkimia-yosi.blogspot.com/2012/12/

sabun-vs-deterjen.html. Diakses pada tanggal 26 September 2014