Tsunami
-
Upload
bobby-ansyari -
Category
Documents
-
view
16 -
download
0
description
Transcript of Tsunami
1
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL S1
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS RIAU Kampus Bina Widya, KM. 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru
TUGAS REKAYSA PANTAI
TSUNAMI
Disusun Oleh: ERIK AZARYA GINTING 1207113566
M GALA GARCIA 1207121232
PUSPA YANI 1207121332
BOBBY ANSYARI 1207136372
YONNA ROSIANDA 1107152101
HAZBUR RAHMAT 1007121571
RIZKI WIRMA 1007151947
KELAS C
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2015
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Rekayasa Pantai
ini dengan baik.
Dalam penulisan makalah ini, penulis membahas tentang gelombang tsunami
yang dijabarkan ke dalam pengertian gelombang tsunami, sistematis terjadinya
gelombang tsunami, karakteristik fenomena tsunami dan prediksi besaran tsunami
yang akan terjadi. Dengan pembahasan yang disajikan tersebut, penulis memberi
makalah ini judul “Tsunami”.
Rasa terima kasih diucapkan kepada dosen pembimbing Bapak Rinaldi, S.T.,
M.T. yang telah membimbing penulis dalam penyusunan makalah ini. Dan juga
diucapkan terima kasih kepada teman-teman serta keluarga yang telah ikut
membantu dalam penyelesaian makalah ini, terutama kepada teman-teman satu
kelompok yang telah bekerja sama dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini di masa mendatang.
Semoga tugas makalah Rekayasa Pantai ini bermanfaat bagi rekan-rekan
mahasiswa teknik sipil umumnya dan juga bagi penulis sendiri khususnya.
Pekanbaru, April 2015
Penulis
Kelompok V
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Tujuan ......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3
2.1 Pengertian Gelombang Tsunami .............................................................. 3
2.2 Sistematis Terjadinya gelombang Tsunami ............................................. 3
2.2.1 Penyebab Terjadinya Gelombang Tsunami .......................................... 3
2.2.2 Sistematis Terjadinya Gelombang Tsunami ......................................... 4
2.3 Karakteristik Fenomena Tsunami ............................................................ 6
2.3.1 Karakterisik Fenomena Tsunami Secara Umum .................................. 6
2.3.2 Fenomena Tsunami di Indonesia .......................................................... 7
2.4 Prediksi Besaran Tsunami yang Akan Terjadi ..................................... 10
2.4.1 Teori Prediksi Besaran Tsunami yang Akan Terjadi .......................... 10
2.4.2 Contoh Perhitungan Prediksi Besaran Tsunami yang Akan Terjadi .. 13
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 15
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Elevasi muka air merupakan parameter sangat penting di dalam perencanaan
bangunan pantai. Muka air laut berfluktuasi dengan periode yang lebih besar dari
periode gelombang angin. Seperti yang diketahui bersama, bahwa gelombang
sebenarnya terjadi pada permukaan laut referensi yaitu terjadi di atas muka air diam
atau still water level (SWL).
Beberapa proses alam yang terjadi dalam waktu yang bersamaan membentuk
variasi muka air laut dengan periode panjang. Proses alam tersebut meliputi
tsunami, gelombang badai (storm surge), kenaikan muka air karena gelombang
(wave set-up), kenaikan muka air karena perubahan suhu global dan pasang surut.
Fluktuasi muka air laut karena tsunami, pasang surut dan gelombang badai
(gempa) adalah terjadi secara periodik dengan periode yang berbeda-beda. Periode
yang terjadi mulai dari beberapa menit untuk tsunami, setengah hari atau satu hari
untuk pasang surut dan beberapa hari untuk gelombang gempa. Sedangkan periode
untuk kenaikan muka air laut akibat perubahan suhu global selalu bertambah
dengan pertambahan waktu, ini dikarenakan suhu global atau suhu bumi cenderung
berubah secara dinamis seiring dengan pertambahan waktu. Apabila salah satu dari
fluktuasi muka air tersebut terjadi secara bersamaan dengan gelombang angin yang
memiliki periode lebih kecil yaitu beberapa detik, maka muka sair tersebut relatif
konstan terhadap fluktuasi muka air laut karena gelombang angin.
Di antara beberapa proses fluktuasi tersebut, pasang surut mudah diprediksi
dan diukur baik besar maupun waktu terjadinya, sedangkan fluktuasi muka air
karena tsunami dan badai tidak dapat ditentukan atau diprediksi kapan terjadinya.
Walau demikian besaran gelombang tsunami yang akan terjadi bisa diprediksi
berdasarkan rekam jejak kejadian tsunami yang pernah terjadi di suatu daerah, yang
kemudian di tangan para ahli dirumuskan dalam bentuk persamaan untuk
mempermudah dalam memprediksi besaran gelombang tsunami seperti yang akan
dibahas di dalam makalah ini. Adapun demikian penulis lebih berfokus pada
tsunami di Indonesia.
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas sebelumnya maka dapat
dirumuskan masalah dalam penulisan makalah ini, yaitu seperti berikut:
1. Apa itu gelombang tsunami?
2. Apa penyebab terjadinya gelombang tsunami?
3. Bagaimana fenomena tsunami dunia dan di Indonesia khususnya?
4. Bagaimana cara memprediksi atau menghitung besar tsunami yang akan terjadi,
terkhusus di Indonesia?
1.3 Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui hal-hal berikut:
1. Mengetahui apa itu gelombang tsunami
2. Mengetahui penyebab terjadinya gelombang tsunami
3. Mengetahui fenomena tsunami dunia dan terkhusus di Indonesia
4. Mengetahui cara menghitung atau memprediksi besarnya gelombang tsunami
yang akan terjadi, terkhusus untuk di wilayah Indonesia.
3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Gelombang Tsunami
Tsunami adalah gelombang laut yang terjadi karena adanya gangguan
impulsif pada laut. Gangguan impulsif tersebut bisa terjadi akibat adanya perubahan
bentuk dasar laut secara tiba-tiba dalam arah vertikal atau dalam arah horizontal.
Perubahan tersebut disebabkan oleh tiga sumber utama, yaitu gempa tektonik,
letusan gunung api, atau longsoran yang terjadi di dasar laut. Dari ketiga sumber
tersebut, di Indonesia gempa merupakan penyebab utama.
Oleh UNESCO dalam buku Rangkuman Istilah Tsunami (versi bahasa
Indonesia) yang diterbitkan tahun 2006, mengartikan tsunami merupakan
serangkaian gelombang yang berjalan sangat jauh dengan periode waktu yang
panjang, biasanya ditimbulkan oleh guncangan-guncangan yang berhubungan
dengan gempa bumi yang terjadi di bawah atau dekat dasar laut. (Disebut juga
gelombang laut seismik, dan secara keliru sering disebut gelombang pasang surut).
UNESCO juga menambahkan, bahwa letusan-letusan gunung berapi, tanah longsor
bawah laut dan terbanan karang pantai seperti halnya meteor besar yang menimpa
lautan dapat pula memicu tsunami.
Secara bahasa tsunami berasal dari bahasa Jepang yaitu kata Tsu dan Nami.
Tsu berarti pelabuhan dan Nami berarti gelombang besar. Istilah tersebut kemudian
dipakai oleh masyarakat pribumi awam untuk menunjukkan adanya gelombang
besar yang terjadi di sekitar pelabuhan atau pantai yang terjadi akibat adanya
gempa. Masyarakat di Indonesia juga memakai istilah tsunami untuk menunjukkan
adanya gelombang besar dari laut yang terjadi akibat gempa.
2.2 Sistematis Terjadinya gelombang Tsunami
2.2.1 Penyebab Terjadinya Gelombang Tsunami
Tsunami paling sering disebabkan oleh gempa bumi, tetapi dapat pula
dikarenakan tanah longsor, letusan gunung berapi dan sangat jarang oleh
meteor atau benturan lain di permukaan lautan.
Tsunami terjadi terutama karena adanya pergeseran tektonik di bawah
laut yang disebabkan oleh gempa bumi di pusat yang dangkal sepanjang
4
daerah subduksi. Lempeng kerak bumi (crustal blocks) yang terdorong ke
atas dan ke bawah memberi energi potensial pada massa air sehingga terjadi
perubahan drastis pada permukaan air laut di daerah yang terkena. Energi
yang dilepas ke dalam massa air itu menyebabkan timbulnya tsunami, yakni
energi yang memancar menjauh dari daerah sumbernya dalam bentuk
gelombang berperiode panjang.
Terlihat pada Gambar 2.1 di
samping bagaimana tsunami
bisa terjadi akibat pergerakan
lempeng kerak bumi di bawah
laut. Dari proses yang terlihat
pada gambar juga bisa
menguatkan temuan-temuan
bahwa tsunami lebih sering
terjadi pada daerah laut yang
dangkal. Ini bisa terjadi
karena pada daerah dangkal
kekuatan gempa arah vertikal
akan semakin besar.
Gambar 2.1 Proses terjadinya tsunami
2.2.2 Sistematis Terjadinya Gelombang Tsunami
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa tsunami adalah
gelombang yang terjadi akibat pergeseran lempeng kerak bumi di bawah laut,
yaitu pergeseran lempeng kerak bumi yang diakibatkan oleh gempa bumi atau
letusan gunung api di laut.
Berbeda dengan gelombang angin yang hanya menggerakkan air laut
bagian atas, pada tsunami seluruh kolom air mulai dari permukaan sampai
5
dasar bergerak ke segala arah. Gelombang tsunami yang memiliki persebaran
gaya ke segala arah dapat menyebabkan gelombang seperti berikut:
1. Gelombang yang terjadi bervariasi dari 0,5 m sampai 30 m dan periode
dari beberapa menit sampai sekitar satu jam.
2. Cepat rambat gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut.
Semakin besar kedalaman semakin besar kecepatan rambatnya. Pada
kedalaman 5000 m cepat rambat tsunami mencapai 230 m/d (sekitar 830
km/jam), pada kedalaman 4000 m sebesar 200 m/d dan pada kedalaman
40 m cepat rambat tsunami menjadi sebesar 20 m/d.
3. Panjang gelombang tsunami, yaitu jarak dua puncak gelombang yang
berurutan bisa mencapai 200 km.
4. Pada lokasi pembentukan tsunami (daerah episentrum gempa) tinggi
gelombang tsunami diperkirakan antara 1,0 m sampai 2,0 m.
Selama perjalanan dari tengah laut (pusat terbentuknya tsunami)
menuju pantai, tinggi gelombang menjadi semakin besar karena perubahan
kedalaman laut.
Gambar 2.2 Tsunami saat menerjang pantai
Gambar 2.2 di atas menunjukkan karakteristik tsunami saat mencapai
pantai atau saat dimana laut menjadi semakin dangkal, yaitu kecepatan
gelombang yang awalnya besar akan semakin kecil karena ditransfer menjadi
bentuk ketinggian gelombang yang semakin bertambah. Saat gelombang
tsunami naik (run-up) mencapai pantai selain berubah menjadi semakin
6
tinggi, sejumlah besar energi yang awalnya tersimpan dalam bentuk panjang
gelombang juga akan merubah tsunami menjadi gelombang dengan kekuatan
menghancurkan yang luar biasa. Kembalinya air ke laut setelah mencapai
puncak gelombang (run-down) juga mempunyai kekuatan yang besar
sehingga kekuatannya masih tetap mampu untuk menyeret segala sesuatu ke
dalam laut.
Gelombang tsunami juga dapat menimbulkan bencana di daerah yang
jauh dari pusat terbentuknya, sebagaimana UNESCO di dalam buku
Rangkuman Istilah Tsunami (versi bahasa Indonesia) yang diterbitkan tahun
2006 mengatakan bahwa gelombang tsunami dapat mencapai dimensi yang
sangat besar dan bergerak melintasi seantero ceruk samudra dengan hanya
kehilangan sedikit energi. Sebagai contoh, gelombang tsunami yang
disebabkan oleh letusan Gunung Krakatau di Selat Sunda pada tahun 1883,
pengaruhnya menjalar sampai ke pantai timur Afrika.
2.3 Karakteristik Fenomena Tsunami
2.3.1 Karakteristik Fenomena Tsunami Secara Umum
Kerusakan dan kehancuran karena tsunami merupakan hasil langsung
dari tiga faktor: banjir bandang, dampak gelombang terhadap struktur, dan
erosi. Sementara korban jiwa muncul karena tenggelamnya orang-orang dan
dampak fisik atau trauma disebabkan terjebaknya korban dalam golakan
gelombang tsunami yang membawa puing-puing.
Arus kuat yang disebabkan oleh tsunami menyebabkan terjadinya erosi
pada fondasi dan rubuhnya jembatan atau dinding air laut. Pengambangan dan
tekanan arus menyeret rumah dan membalikkan kendaraan. Tekanan
gelombang tsunami juga meruntuhkan kerangka bangunan dan struktur
lainnya. Sementara, kerusakan yang lumayan parah juga disebabkan oleh
puing-puing yang mengapung termasuk kapal, mobil dan pepohonan yang
dapat menjadi benda-benda berbahaya ketika menghantam gedung, dermaga
dan kendaraan. Tekanan kencang yang tiba-tiba dari tsunami juga
menghancurkan kapal-kapal dan fasilitas pelabuhan, bahkan oleh tsunami
kecil sekalipun.
7
Api yang berasal dari tumpahan minyak atau ledakan dari kapal yang
hancur di pelabuhan, dan pecahnya tempat penyimpanan minyak serta
fasilitas kilang minyak di pantai dapat menyebabkan kerusakan yang
terkadang lebih parah daripada dampak langsung gelombang tsunami.
Kerusakan lain yang biasanya menyusul juga bisa disebabkan oleh
polusi kotoran dan bahan kimia. Kerusakan dari fasilitas tempat pemasokan,
pelepasan dan penyimpanan dapat pula mengakibatkan masalah yang
berbahaya. Kekhawatiran lain yang juga mulai menjadi perhatian dari
dampak potensial dari surutnya tsunami adalah ketika air surut akan
mempengaruhi suplai air pendingin pada pembangkit listrik tenaga nuklir.
2.3.2 Fenomena Tsunami di Indonesia
Geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada
lempeng bumi yang labil dan merupakan negara yang memiliki pantai
terpanjang di dunia. Lempeng bumi yang labil tersebut terletak di sisi barat
Sumatera, di selatan Jawa ke timur Indonesia dan berputar ke utara melalui
Nusa Tenggara, Maluku dan diteruskan ke Sulawesi. Lempeng bumi yang
labil ini mempunyai potensi besar terjadinya gempa bumi pada dasar laut
dalam yang memungkinkan terjadinya tsunami. Potensi tersebut menjadi
lebih besar lagi karena sebagian besar pusat gempa tektonik terletak di bawah
dasar laut dalam yang posisinya relatif dekat dengan pantai terutama barat
Sumatera dan pantai selatan Jawa, Nusa Tenggara, Maluku dan Sulawesi.
Kementrian Riset dan Teknologi (Ristek) menyebutkan bahwa
kepulauan Indonesia merupakan daerah rawan bencana gempa karena
merupakan daerah tektonik aktif tempat berinteraksinya Lempeng Eurasia,
Lempeng Indo-Australia, Lempeng Carolina/Pasifik, dan Lempeng Laut
Filipina. Karena itu dengan sendirinya kepulauan Indonesia juga merupakan
daerah rawan bencana tsunami.
8
Gambar 2.3 Daerah rawan tsunami di Indonesia
Najoan, T.F. (1995) membagi kepulauan Indonesia dalam empat daerah
(zona) rawan tsunami seperti yang ditunjukkan Gambar 2.3 di atas. Pada
gambar terlihat bahwa daerah pantai yang rawan terhadap tsunami (zona 1, 2
dan 3) dengan daya hancur dari kecil sampai sangat besar cukup luas.
Dalam 100 tahun terakhir pada periode 1901-2000 tidak kurang dari 75
tsunami terjadi di Indonesia. Sebanyak 85% bencana tsunami itu atau 64
peristiwa terjadi di wilayah timur Indonesia. Sejumlah bencana tsunami
tersebut menyebabkan ribuan korban manusia, di antaranya adalah tsunami
Flores pada tahun 1992 dengan korban 2.100 orang, Banyuwangi pada tahun
1994 dengan korban 238 orang dan Biak pada tahun 1996 dengan korban 160
orang. Fakta tersebut sejalan dengan peta pada Gambar 2.3 di atas, yaitu
daerah rawan gempa di Indonesia bagian timur lebih luas dan memiliki
tingkat kekuatan yang lebih dibandingkan Indonesia bagian barat atau tengah.
Sejak tahun 1965 hingga 2000, Tsunami telah melanda sejumlah daerah
di Indonesia yakni Seram, Maluku (1965); Tinambung, Sulawesi (1967);
Tambu, Sulawesi (1968); Majene, Sulawesi (1969); Sumba (1977);
Larantuka (1982); Flores (1992); Banyuwangi (1994); Palu (1996); Biak
(1996); Taliabu, Maluku (1998); dan Banggai (2000).
Gelombang tsunami yang menelan korban paling banyak dilaporkan
pada saat terjadi peristiwa letusan Gunung Krakatau tahun 1883. Saat itu
9
bencana tsunami diperkirakan menyebabkan 36 ribu jiwa meninggal. Adapun
ombak yang ditimbulkan diperkirakan setinggi bangunan 12 tingkat dan
merambat sejauh 120 km.
Gempa bumi yang diikuti oleh gelombang air laut yang sangat besar
atau tsunami yang melanda sejumlah wilayah pantai di Nanggroe Aceh
Darussalam (NAD) dan Sumatra Utara (Sumut) pada 26 Desember 2004 juga
merupakan salah satu bencana tsunami yang menunjukkan bahwa Indonesia
memang negara yang rawan tsunami.
Pada Gambar 2.4 di samping
terlihat Tsunami di Banda Aceh
26 Desember 2004 menggasak
habis kota-kota dan desa-desa
dekat daerah pantai. daerah yang
tadinya berdiri rumah, kantor dan
ruang hijau, hanya meninggalkan
pasir, lumpur, dan air.
Gambar 2.4 Tsunami di Aceh (2004)
Berdasarkan pengalaman bencana tsunami di Indonesia tersebut, upaya
penanggulangan terutama diarahkan untuk menekan jumlah korban jiwa.
Beberapa langkah penanggulangan dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Daerah sempadan pantai harus cukup lebar dan ditanami dengan tanaman
keras.
2. Daerah pemukiman ditempatkan dislokasi yang aman, yang ditetapkan
berdasarkan tinggi gelombang tsunami dan topografi daerah.
3. Dibuat bangunan pelindung tsunami yang berupa tanggul di sepanjang
pantai.
Sebelum
Sesudah
10
4. Fasilitas pelabuhan sebaiknya dipisahkan dari pemukiman, untuk
mencegah benda-benda terapung seperti perahu, drum dan benda lainnya
dapat menjadi tenaga penghantam yang merusak bila terjadi tsunami.
2.4 Prediksi Besaran Tsunami yang Akan Terjadi
2.4.1 Teori Prediksi Besaran Tsunami yang Akan Terjadi
Pencatatan gelombang tsunami di Indonesia belum banyak dilakukan.
Jepang sebagai negara yang sering mengalami serangan tsunami telah banyak
melakukan penelitian dan pencatatan gelombang tsunami. Telah
dikembangkan suatu hubungan antara tinggi gelombang tsunami di daerah
pantai dan besaran tsunami (m). Besaran tsunami bervariasi mulai dari m =
-2,0 yang memberikan tinggi gelombang kurang dari 0,3 m sampai m = 5
untuk gelombang lebih besar dari 32 m seperti diberikan dalam Tabel 2.1
pada halaman berikutnya.
Kejadian tsunami yang disebabkan oleh gempa bumi di laut tergantung
pada beberapa faktor berikut:
1. Kedalaman pusat gempa (episentrum) di bawah dasar laut h (km).
2. Kekuatan gempa M yang dinyatakan dalam skala Richter.
3. Kedalaman air di atas episentrum d (m)
Gelombang tsunami mempunyai hubungan erat dengan kekuatan
gempa dan pedalaman pusat gempa. Gambar 2.5 pada halaman selanjutnya
menunjukkan hubungan antara kekuatan M dan kedalaman gempa terhadap
kemungkinan terjadinya tsunami. Pada daerah di sebelah kiri garis A gempa
yang terjadi tidak menimbulkan tsunami. Sedang di sebelah kanan A dan B
gempa yang terjadi dapat menimbulkan tsunami.
Besaran tsunami (m) berkaitan erat dengan kekuatan gempa M seperti
diberikan dalam Gambar 2.6 pada halaman selanjutnya. Garis sebelah kanan
adalah garis yang dikembangkan di Jepang berdasarkan pencatatan tsunami
yang cukup banyak. Sedangkan garis sebelah kiri adalah perkiraan dari
hubungan antara kedua parameter untuk tsunami di Indonesia, berdasarkan
11
data yang terbatas. Kedua garis tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk
Persamaan (2.1) dan Persamaan (2.2).
Tabel 2.1 Hubungan antara besaran gempa dengan tinggi tsunami
No Besaran Gempa
(m)
Tinggi gelombang tsunami di pantai
(H, meter)
1 5,0 >32
2 4,5 24,0 - 32,0
3 4,0 16,0 – 24,0
4 3,5 12,0 – 16,0
5 3,0 8,0 – 12,0 6 2,5 6,0 – 8,0
7 2,0 4,0 – 6,0
8 1,5 3,0 – 4,0
9 1,0 2,0 – 3,0
10 0,5 1,5 – 2,0
11 0,0 1,0 – 1,5
12 -0,5 0,75 – 1,0
17 -1,0 0,5 – 0,75
14 -1,5 0,3 -0,5
15 -2,0 < 0,3
Gambar 2.5 Grafik hubungan antara kekuatan gempa dan kedalaman
episentrum dengan terbentuknya gelombang tsunami
12
Gambar 2.6 Grafik hubungan antara kekuatan gempa dan besaran
tsunami
Jepang:
m = 2,8 M – 19,4 .............. (2.1)
Indonesia:
m = 2,26 M – 14,18 ................... (2.2)
Nilai m yang diperoleh dari grafik atau persamaan tersebut dapat
digunakan untuk memperkirakan tinggi gelombang tsunami berdasarkan
Tabel 2.1. Terlihat bahwa pada kekuatan gempa yang sama untuk nilai m
berdasar kedua persamaan memberikan perbedaan tinggi gelombang yang
besar. Sebagai contoh untuk M = 7, Persamaan (2.1) memberikan tinggi
gelombang tsunami H = 1,0 m sampai H = 1,5 m; sedang Persamaan (2.2)
menghasilkan H = 3,0 m sampai H = 4,0 m. Pemakaian Persamaan (2.2)
memberikan tinggi gelombang tsunami yang bisa lebih dari dua kali daripada
penggunaan Persamaan (2.1). Mengingat Persamaan (2.2) yang berlaku di
Indonesia didasarkan pada jumlah data yang sedikit, maka penggunaan
persamaan tersebut perlu dipertimbangkan kembali. Akan lebih bijaksana
apabila untuk sementara ini, sambil menunggu penelitian dan pencatatan data
yang lebih banyak dan akurat, digunakan Persamaan (2.1).
Berdasarkan tsunami m juga tergantung pada kedalaman laut (d) di
lokasi terbentuknya gempa. Terdapat hubungan empiris antara kedua
parameter yang diberikan oleh Persamaan (2.3) berikut:
13
m = 1,7 log (d) – 1,7 ........................................................................ (2.3)
Periode gelombang tsunami tergantung pada kekuatan gempa seperti
diberikan dalam gambar 2.7.
Gambar 2.4. Hubungan antara kekuatan gempa dan periode
gelombang
2.4.2 Contoh Perhitungan Prediksi Besaran Tsunami yang Akan Terjadi
Di laut dengan kedalaman 50 m terjadi gempa dengan kekuatan 7 skala
Ritcher. Pusat gempa berada 40 km di bawah dasar laut. Perkirakan besarnya
tsunami yang terjadi.
Penyelesaian
Dengan menggunakan Gambar 2.5 untuk M = 7 dan h = 40 km, didapat
titik data berada di antara garis A dan B yang berarti gempa tersebut
menimbulkan tsunami. Selanjutnya dihitung besaran tsunami (m) dengan
menggunakan Persamaan (2.2) dan (2.3):
m = 1,7 log (50) -1,7 = 1,19
dan
m = 2,26 (7) -14,18 = 1,64
14
Dari kedua nilai tersebut diambil yang terkecil yaitu m = 1,19. Dengan
menggunakan Tabel 2.1 untuk nilai m = 1,19 didapat tinggi tsunami berkisar
antara 2,4 m dan 3,4 m.
Apabila digunakan Persamaan (2.1) untuk tsunami yang berlaku di
Jepang diperoleh:
m = 2,8 (7) – 19,4 = 0,2
Untuk nilai m = 0,2 didapat tinggi tsunami dari Tabel 2.1 adalah
berkisar antara 1,4 m dan 1,9 m.
15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tsunami merupakan gelombang besar yang terjadi akibat adanya pergerakan
lempeng kerak bumi di bawah laut. Adapun pergerakan lempeng kerak bumi bisa
terjadi akibat gempa bumi maupun letusan gunung berapi.
Gelombang tsunami berbeda dengan gelombang angin biasa. Gelombang
tsunami terjadi akibat gaya vertikal dari dasar laut berupa pergerakan lempeng
kerak bumi yang tersebar ke seluruh arah, sehingga gelombang yang dihasilkan
lebih besar baik dari ketinggian maupun energinya dibandingkan dengan
gelombang angin yang biasa terjadi di laut.
Besarnya gelombang tsunami yang terjadi akan semakin besar ketika
mencapai daerah yang semakin dangkal, dan ketika mencapai daratan gelombang
tsunami akan turun kecepatannya namun akan tinggi gelombang akan mencapai
puncak ketinggiannya (run-up) dan energi yang dihasilkannya juga akan semakin
besar sehingga mampu untuk memporak-porandakan wilayah dekat pantai. Setelah
mencapai puncak gelombang, tsunami akan kembali (run-down) ke laut dengan
kekuatan yang masih besar bahkan masih mampu untuk menyeret benda apapun
yang dijumpainya.
Di Indonesia tsunami sudah cukup sering terjadi di antaranya adalah
gelombang tsunami di Flores pada tahun 1992, di Selat Sunda (akibat letusan
Gunung Krakatau) pada tahun 1883 dan di Aceh pada tahun 2004. Dari setiap
rentetan peristiwa gelombang tsunami yang terjadi, tercatat bahwa gelombang
tsunami di Selat Sunda yang mengakibatkan korban jiwa terbesar, yaitu sekitar 36
ribu jiwa. Hampir dari setiap gelombang tsunami di Indonesia terjadi akibat gempa
bumi.
Adapun untuk memprediksi besarnya tsunami yang terjadi digunakan Tabel
2.1 dengan memperhatikan nilai dari persamaan yang dirumuskan para ahli
berdasarkan rekam jejak kejadian gelombang tsunami yang pernah terjadi, yaitu:
1. m = 2,8 M – 19,4
2. m = 2,26 M – 14,18
3. m = 1,7 log (d) – 1,7
16
DAFTAR PUSTAKA
Hazrumy, A. 2009. Tsunami Indonesia. [online]. Tersedia: http://taganabanten-
info.blogspot.com/2009/11/tsunami-di-indonesia.html [8 April 2015]
Triatmodjo, B. 2008. Teknik Pantai Cetakan ke-5. Yogyakarta: Beta Offset.
UNESCO-IOC. 2006. Rangkuman Istilah Tsunami. Informasi Dokumen IOC No.
1221. Paris: UNESCO