TRK12

download TRK12

of 6

Transcript of TRK12

  • 8/13/2019 TRK12

    1/6

  • 8/13/2019 TRK12

    2/6

    Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia SNTKI 2009 ISBN 978-979-98300-1-2Bandung, 19-20 Oktober 2009

    TRK 2 2

    1. PendahuluanPemanfaatan gas sintesis (singas) yang

    diperoleh dari gasifikasi dari biomassa secara

    langsung dalam sintesis Fischer-Tropsch (FT)

    adalah sebuah pilihan yang menarik karena itu

    membuat unit water-gas shift (WGS) dan unit

    pembuangan CO2 dari reaktor FT tidakdiperlukan.

    Singas yang diperoleh melalui gasifikasi

    dari biomassa atau batu bara umumnya memiliki

    rasio hidrogen terhadap karbon monoksida

    (H2/CO) yang lebih rendah daripada singas yang

    diperoleh dari gas alam [1-3]. Penggunaan

    langsung singas yang miskin H2ini pada reaktor

    sintesis Fischer-Tropsch (FTS) hanya mungkin

    apabila water-gas shift (WGS) terjadi secara

    simultan di dalam reaktor FT, sehingga dapat

    meningkatkan rasio molar H2/CO singas dalam

    reaktor mendekati nilai stokiometrik, yaitu kira-

    kira 2.1, yang dibutuhkan oleh reaksi FTS (1.1).

    Air yang dibutuhkan pada reaksi WGS (1.2)

    dihasilkan di reaksi FT (1.1) atau dapat

    ditambahkan secara eksternal.

    FTS : CO + 2H2 CH2 + H2O (1)

    WGS : CO + H2O CO2 + H2 (2)

    Proses yang terjadi pada kedua reaksi di

    atas akan mencapai konversi gas terbesar, jika

    rasio inlet dari H2/CO sama dengan rasio dari

    H2/CO terpakai dalam reaksi (H2/CO usage

    ratio).

    Untuk itu katalis bimetalik kobalt-besi

    berpenyangga alumina menjadi pilihan yangmenarik untuk konversi langsung singas yang

    memiliki rasio H2/CO yang rendah untuk

    menjadi hidrokarbon karena kedua logam

    tersebut berperan aktif dalam FTS maupun

    WGS. Kobalt (Co) memiliki aktivitas dan

    selektivitas tinggi terhadap pembentukan

    paraffin rantai panjang tetapi memiliki aktivitas

    WGS rendah; sedangkan besi (Fe) diketahui aktif

    terhadap reaksi WGS [4, 5].

    Laporan dari serangkaian penelitian

    menyatakan bahwa katalis Fe tanpa penyangga

    (support) dengan penambahan sedikit Co dapat

    mempengaruhi kinerja dari katalis secara drastis[6, 7]. Di samping itu, kombinasi dari kedua

    logam ini telah membuat variasi dari produk

    spektrum FT meluas.

    Penambahan kedua logam aktif FT ketika

    digunakan bersama tidak secara otomatis

    memberikan sifat jumlahan sifat logam masing-

    masing seperti yang diharapkan dari sifat logam

    masing-masing [8].Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

    mempelajari kombinasi aktivitas WGS dan FTS

    pada berbagai katalis bimetal Fe-Co/Al2O3

    dengan rasio Fe:Co yang berbeda, serta

    selektivitas katalis tersebut terhadap produk

    hidrokarbon, dengan menggunakan umpansingas rasio molar H2/CO sebesar 1.0, seperti

    yang umumnya dihasilkan dari gasifikasi

    biomassa.

    2. Teori dasar

    Pada pengujian oleh Cabet, katalis

    bimetalik Fe-Co telah dibuktikan memberikan

    hasil reaksi FTS yang mengandung olefin lebih

    banyak dibandingkan dengan olefin yang

    dihasilkan katalis Co maupun Fe itu sendiri [9].

    Telah diketahui pula bahwa kalsinasi dari katalis

    Fe-Co menghasilkan produk sintesis FT dengan

    perbandingan yang berbeda pada fase yang

    berbeda (misalnya Co3O4, CoFe2O4, Fe3O4,

    Fe2O3) dan juga dipengaruhi oleh rasio Co/Fe

    dalam katalis [10, 11]. Logam Co dan Fe

    dibentuk dari oksida yang direduksi, baik

    campurannya maupun fase spinel masing-masing

    dapat aktif dalam FTS tergantung komposisi

    singas. Untuk singas yang bebas CO2, campuran

    logam Co dan Fe dipercaya berperan sebagai inti

    aktif katalis [10].

    Pada studi kami sebelumnya telah

    dilaporkan pengaruh dari komposisi gas umpan

    terhadap campuran produk hidrokarbon dari

    sintesis FT. Kami menggunakan tiga jenis singas

    dengan rasio H2/CO = 2,1, 1,5 dan 1,0 baikberupa gas kering [12] maupun dengan tambahan

    air [13]. Studi terdahulu mengindikasikan bahwa

    rasio H2/CO rendah dapat menurunkan konversi

    CO dan selektifitas CH4 seiring dengan

    kenaikkan selektifitas C5+ dan rasio C3-

    (olefin/parafin). [12].

    Karakterisasi katalis yang diterapkan

    dalam studi tersebut telah dilaporkan yaitu

    meliputi program reduksi suhu atau temperature

    program reduction (TPR), program oksidasi

    suhu atau temperature program oxidation (TPO

    atau oxygen titration), kemisorpsi CO, luas area

    BET, dan difraksi sinar X (X-ray diffraction,XRD). Tabel 1 menunjukkan hasil karakterisasi

    yang mengacu pada studi tersebut [13]. Beberapa

    studi menggunakan katalis Fe/Co untuk reaksi

    FT dengan singas yang berasal dari batu bara

    atau gas alam [6, 7, 14] dan singas yang berasal

    dari biomassa [11, 15] telah dilaporkan.

  • 8/13/2019 TRK12

    3/6

    Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia SNTKI 2009 ISBN 978-979-98300-1-2Bandung, 19-20 Oktober 2009

    TRK 2 3

    Dalam setiap kasus, pada proses FT suhu

    rendah yang digunakan dalam penelitian ini (483

    K), CO2 diyakini tidak mengambil bagian dalam

    sintesis FTbaik melalui reaksi kebalikan WGS

    atau melalui disosiasi langsung CO2 danpertumbuhan rantai pada permukaan katalis

    [11,16,17]. Penelitian Jun et al. [15]

    menunjukkan juga bahwa temperatur yang lebih

    tinggi dan singas yang mengandung lebih banyak

    H2 dibutuhkan untuk mengkonversi CO2.

    Namun demikian, uraian berikut adalah

    beberapa contoh keuntungan dari WGS internal

    pada reaktor FT saat menggunakan singas yang

    miskin H2:

    - Tidak membutuhkan unit WGS yang terpisah

    dan unit pemisah CO2 terlebih dahulu pada

    reaktor FT.

    - Tekanan parsial air yang lebih rendah padareaktor FT. yang membatasi deaktivasi katalis

    (dinyatakan bahwa aktivitas WGS yang tinggi

    dicapai tanpa mengkonsumsi air dalam jumlah

    besar).

    - Jika proses dilakukan satu kali, misalnya tanpa

    daur ulang, maka pemisahan CO2 dari gas

    produk FT tidak dibutuhkan. Sedangkan

    pemisahan CO2 dari produk cair tentunya tidak

    masalah.

    3. MetodologiPercobaan sintesis FT dilakukan pada

    reaktor yang sama dengan percobaan terdahulu[12, 13] yaitu tekanan 20 bar, suhu awal 483 K

    dengan kecepatan volume awal 200 cm/min

    atau gas hourly space velocity (GHSV) 12

    SL/gcat.h dan berlangsung untuk kira-kira 12

    jam, Kecepatan volume dikurangi menjadi 50

    cm/min (atau GHSV 3 SL/ gcat.h) untuk 12 jam

    berikutnya. Suhu reaktor bertambah 10 K setiap

    kali setelah berlangsung 12 jam hingga periode

    terakhir pada suhu 523 K. Rasio molar H2/CO

    dari singas 1.0 dan mengandung 3 mol% N2

    sebagai gas standar internal.

    Melanjutkan pekerjaan yang dilaporkan

    pada [12, 13], pada penelitian ini katalis yang

    digunakan adalah 0%, 2,4%, 6%, 9%, dan 12%Fe serta mengandung 12%, 9,6%, 6%, 3% daan

    0% Co sehingga rasio Fe terhadap Co adalah

    0:20, 5:20, 10:10, 20:5 dan 20:0. Dengan

    mengingat bimetal total yang adala 12% berat,

    kita dapat menyederhanakan rasio persentase

    dari Fe terhadap Co sebagai berikut: (a) 0:100

    (0% Fe:12% Co), (b) 20:80 (2,4% Fe:9,6% Co),

    (c) 50:50 (6% Fe:6% Co), (d) 80:20 (9,6%

    Fe:2,4% Co), dan (e) 100:0 (12% Fe:0% Co).

    4. Hasil dan PembahasanSeperti diketahui dalam reaksi FT, katalis

    Fe mempunyai konversi CO yang lebih rendahdibandingkan katalis Co. Tabel 2 menunjukan

    konverci CO, laju pembentukan hidrokarbon dan

    selektivitas terhadap C5+ (CO2-bebas),

    sellektivitas terhadap CO2 dan C3-

    (olefin/parafin) untuk katalis Fe-Co/Al2O3 pada

    suhu reaktor berbeda. Pada Tabel 2 terlihat, pada

    suhu rendah (483 K) katalis yang mengandung

    bimetal (b-d) menunjukkan penurunan laju

    pembentukan hidrokarbon dengan peningkatan

    kandungan Fe. Konversi CO juga berkurang

    oleh pengaruh pengurangan laju pembentukan

    hidrokarbon. Kemungkinan besar ini

    disebabkankan fakta bahwa Fe memberikan efeknegatif kepada aktivitas katalis. Hasil yang sama

    diperoleh untuk rangkaian katalis bimetal Fe/Co

    yang menggunakan umpan singas dengan molar

    rasi H2/CO = 2,0-2,1 [8]. Hasil analog lain

    ditemukan pada katalis bimetal Fe/Co yang

    digunakan pada reaksi hidrogenasi benzene dan

    reaksi desulfurisasi thiophene [17].

    Selektivitas terhadap C5+ juga berkurang

    mengikuti pertambahan muatan besi dalam

    Katalis

    Fe:Co

    BET luas area,

    [m2/g katalis]

    Total CO teradsorpsi

    (isoterm pertama)

    [mol CO/g katalis]

    CO kemisorpsi

    (isotherm pertama

    dan kedua) [mol

    CO/g katalis]

    Tingkat reduksi

    [%]

    0:100 174 114 74 47

    5:95 156 68 37 48

    15:85 145 65 35 51

    20:80 149 33 13 50

    50:50 153 32 8 49

    80:20 157 38 7 41

    100:0 162 40 7 40

    Al2O3 195 - - -

    Tabel 1. Hasil karakterisasi katalis Fe-Co/Al2O3[12, 13]

  • 8/13/2019 TRK12

    4/6

    Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia SNTKI 2009 ISBN 978-979-98300-1-2Bandung, 19-20 Oktober 2009

    TRK 2 4

    katalis dari 0-80% (a-d) karena penurunan

    konversi CO. Hal ini dapat dimengerti bahwa

    besi cenderung membentuk rantai hidrokarbon

    yang lebih pendek dari pada rantai panjang.

    Selektivitas terhadap C5+ untuk katalis besi (e)

    sedikit lebih tinggi daripada untuk katalis (d).

    Berlawanan dengan selektivitas C5+,selektivitas terhadap CH4 dan selektivitas

    terhadap CO2 bertambah pesat dengan

    penambahan rasio Fe/Co dalam katalis.

    Selektivitas terhadap CH4 dan selektivitas

    terhadap CO2 naik tajam dari 11,3% dan 3,9%

    untuk 20F-80C (b) ke 23,1% dan 10,5% untuk

    80F-20C (d) masing-masing. Hasil ini

    berlawanan dengan hasil Duvenhage [8] yang

    mendapatkan penurunan dalam pembentukan

    CH4ketika suhu bertambah.

    Kecenderungan dalam pengurangan

    produksi C5+, peningkatan selektivitas CH4 dan

    CO2- mencapai puncaknya pada katalis 80F-20C

    (d) dan aktivitas meningkat sebaliknya ketika

    hanya logam Fe dalam katalis Fe/Al2O3(e) atau

    (100Fe:0Co). Katalis ini tidak menunjukkan

    konversi CO yang lebih rendah ataupun laju

    pembentukan hidrokarbon yang lebih rendah

    disbanding hal yang sama untuk katalis yang

    mengandung 80% Fe (d). Selektivitas terhadap

    CH4adalah 19,9% dan selektivitas terhadap CO2

    adalah 8,6% untuk katalis logam tunggal Fe (e).

    Singkat kata, kinerja dari katalis Fe/Al2O3(tanpa

    Co) lebih baik daripada 80Fe:20Co (d). Hal ini

    dibuktikan dengan pola TPR yang menunjukkan

    keberadaan logam Fe yang lebih besar dalam

    katalis Fe (e) dibandingkan dengan katalis (d)[13]. Mungkin juga inilah yang menjadi alasan

    luas permukaan BET dan kemosorpsi CO pada

    katalis Fe (e) sedikit lebih tinggi daripada untuk

    katalis 80Fe:20Co (d). Hasil ini

    mengindikasikan bahwa logam Fe berpengaruh

    kuat pada pembentukan CO2 daripada rantai

    hidrokarbon yang lebih panjang dalam produk

    [2,3].

    Sesuai dengan pengurangan aktivitas

    katalis, rasio C3- (olefin/parafin) atau C3(o/p)

    berkurang sebagai hasil dari pengurangan Co

    dalam katalis tanpa pengecualian untuk katalis

    yang hanya mengandung Fe. C3(o/p) berkurangdrastis 50% dari 3,4 untuk Co/Al2O3(a) menjadi

    1,6 untuk Fe/Al2O3 (e). Hal ini bisa dijelaskan

    bahwa katalis murni Fe tanpa tambahan alkali

    sangat lemah kemungkinanannya dalam

    menumbuhkan rantai hidrokarbon [14]. Oleh

    karena itu dapat menjadi alasan untuk katalis

    dengan muatan Fe yang lebih tinggi (katalis c-e),

    konversi CO jauh lebih rendah dan menjadikan

    rasio C3(o/p) berkurang.

    Pada suhu 523 K, perubahan keaktifan

    katalis sebagai hasil dari penimbunan Fe dalam

    katalis Fe-Co terlihat tidak berbeda jauh untuk

    semua jenis katalis.

    Secara umum katalis yang teraktif tetapmerupakan Co/Al2O3 sedangkan katalis yang

    paling kurang aktif adalah 80Fe-20Co (d). Laju

    pembentukan hidrokarbon dan konversi CO

    meningkat adalah dua kali lipat untuk semua

    jenis katalis ketika suhu reaksi dinaikkan dar

    483 K menjadi 523 K, sedangkan selektifitas C5+

    tidak banyak berubah. Ini berarti bahwa

    produksi hidrokarbon dari katalis-katalis ini

    dipengaruhi oleh muatan Fe dan Co. Hal ini

    sama dengan studi oleh Tihay dkk. [10] yang

    menggunakan Fe-Co/katalis magnetik kobalt.

    Pada 523 K untuk katalis logam tunggal

    Fe (a) selektivitas terhadap CH4 40% lebih

    tinggi dibanding pada 483 K, sedangkan untuk

    katalis logam tunggal Fe (e) justru sedikit

    menurun. Pada 523 K selektivitas terhadap CO2

    untuk katalis-katalis ini dua kali lebih tinggi

    dibanding pada 483 K. Hal ini dapat menjadi

    pertanda bahwa suhu sangat berpengaruh pada

    selektivitas terhadap CO2 untuk katalis Co dan

    Fe-masing-masing. Pada kondisi yang sama,

    selektivitas terhadap CH4 dan selektivitas

    terhadap CO2 untuk katalis bimetal (b-d) relatif

    konstan. Dari sini dapat dilihat bahwa kinerja

    dari katalis bimetal bukan merupakan fungsi dari

    suhu tetapi rasio muatan Fe/Co.

    Di sisi lain, rasio olefin/parafin dariproduk C3untuk semua katalis pada suhu 523 K

    tidak berbeda secara signifikan dengan

    perubahan muatan Fe/Co. Untuk semua katalis

    rasio C3(o/p) antara 2,0-2,3. Sangat jelas bahwa

    jika posisi Co digantikan Fe maka aktifitas

    katalis akan berkurang. Hal ini tentu saja

    terutama disebabkan keaktifan inti aktif logam

    Fe yang lebih rendah dibanding dengan Co [18].

    Namun hal ini mungkin juga karena Fe

    menutupi inti aktif Co sebagai akibat dari inti

    aktif Fe lebih muncul dipermukaan katalis

    daripada Co [8,19]. Kecenderungan yang tak

    linear pada keaktifan FT vs muatan Fe (padakonversi rendah) ditemukan pada studi ini,

    meskipun tidak terbukti secara statistik.

    Kemungkinan besar hal ini dapat dijelaskan oleh

    adanya perbedaan yang cukup berarti dalam

    interaksi Fe-Co, kemampuan mereduksi, dispersi

    logam dan inti aktif masing=masing katalis

    [8,19].

  • 8/13/2019 TRK12

    5/6

    Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia SNTKI 2009 ISBN 978-979-98300-1-2Bandung, 19-20 Oktober 2009

    TRK 2 5

    Tabel 2. Konversi CO, kecepatan pembentukan hidrokarbon, selektivitas terhadap C5+(CO2-bebas),

    sellektivitas terhadap CO2dan C3- (olefin/parafin) untuk katalis Fe-Co/Al2O3pada suhu 483-523 K

    Suhu

    reaksi/Katalis

    Rasio

    Fe:Co

    Konversi

    CO

    [%]

    Laju

    pembentukan

    hidrokarbon

    [gHC/gcat.h]

    Selektifitas

    C5+

    (CO2-free)

    [%]

    Selektifitas

    CH4+

    (CO2-free)

    [%]

    Selektifitas

    CO2[%]

    C3

    (olefin/

    paraffin)

    T = 483 K

    a) 0Fe:100Co 0:100 23.6 0.21 86.5 6.0 1.6 3.4

    b) 20Fe:80Co 20:80 20.8 0.18 72.8 11.3 3.9 2.4

    c) 50Fe:50Co 50:50 13.8 0.12 64.8 14.9 5.5 2.1

    d) 80Fe:20Co 80:20 7.7 0.06 48.1 23.1 10.5 1.9

    e) 100Fe:0Co 100:0 10.0 0.08 51.8 19.9 8.7 1.6

    T = 493 K

    a) 0Fe:100Co 0:100 37.2 0.33 83.9 7.5 1.9 2.1

    b) 20Fe:80Co 20:80 28.2 0.24 75.7 10.4 3.4 2.2c) 50Fe:50Co 50:50 16.9 0.15 65.0 14.8 5.2 2.2

    d) 80Fe:20Co 80:20 8.8 0.07 48.2 22.3 9.7 1.9

    e) 100Fe:0Co 100:0 10.8 0.09 51.4 19.3 9.2 1.7

    T = 503 K

    a) 0Fe:100Co 0:100 43.6 0.39 85.4 7.0 2.0 2.2

    b) 20Fe:80Co 20:80 36.9 0.32 79.6 9.3 2.8 2.3

    c) 50Fe:50Co 50:50 22.9 0.20 66.6 14.6 5.2 2.2

    d) 80Fe:20Co 80:20 10.6 0.09 47.0 22.7 10.1 2.0

    e) 100Fe:0Co 100:0 13.0 0.11 53.1 18.1 10.5 1.8

    T = 513 K

    a) 0Fe:100Co 0:100 46.4 0.41 86.0 7.3 2.5 2.4

    b) 20Fe:80Co 20:80 43.6 0.38 79.5 10.1 3.8 2.0

    c) 50Fe:50Co 50:50 31.1 0.27 70.4 13.7 5.0 2.3

    d) 80Fe:20Co 80:20 13.5 0.11 48.8 21.2 9.8 2.2

    e) 100Fe:0Co 100:0 16.4 0.13 50.2 19.2 13.9 1.9

    T = 523 K

    a) 0Fe:100Co 0:100 48.9 0.43 84.5 8.4 3.8 2.3

    b) 20Fe:80Co 20:80 47.2 0.41 80.1 10.3 4.3 2.2

    c) 50Fe:50Co 50:50 38.7 0.34 73.2 13.3 5.1 2.2

    d) 80Fe:20Co 80:20 17.6 0.15 50.1 20.8 10.6 2.3

    e) 100Fe:0Co 100:0 20.0 0.16 51.1 18.3 16.2 2.0

  • 8/13/2019 TRK12

    6/6

    Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia SNTKI 2009 ISBN 978-979-98300-1-2Bandung, 19-20 Oktober 2009

    TRK 2 6

    5. Kesimpulan

    Pengaruh suhu dan perbedaan rasio Fe/Co

    pada katalis (12 wt% bimetal)/Al2O3 pada

    produksi hidrokarbon melalui sintesis Fischer-

    Tropsch telah dipelajari dalam penelitian ini.

    Peningkatan rasio Fe/Co pada katalisberpengaruh negatif terhadap aktivitas dan

    selektivitas katalis. Konversi CO, lajupembentukan hidrokarbon dan selektivitas

    terhadap C5+ berkurang sedangkan selektivitas

    terhadap CH4+ dan selektivitas terhadap CO2

    bertambah dengan penambahan muatan Fe di

    dalam katalis Penggatian Co dengan Fe dalamkatalis bimetal menyebabkan pengurangan

    banyak dalam rasio C3-olefin/parafin. Hasil ini

    menunjukkan bahwa penambahan aktivitas WGS

    diikuti dengan pengurangan aktivitas FT. Hal ini

    kemungkinan akibat persaingan kedua reaksi

    tersebut pada situs aktif yang sama untuk katalisbimetal Fe-Co. Disamping itu dibuktikan pulabahwa sintesis FT dari singas dengan H2/CO=1.0

    membutuhkan katalis dengan selektivitas C5+

    yang lebih tinggi dibanding katalis dengan

    konversi CO tinggi ketika temperatur meningkat.

    Daftar Pustaka

    [1] Berglin, N. , Berntsson, T., (1998),

    Applied Thermodynamic Engineering,

    18, hal. 94.

    [2] Johansson, M., (1998), Catalytic

    Combustion of Gasified Biomass for

    Gas Turbine Applications, PhD

    thesis, Royal Institute of Technology,

    Stockholm, Sweden.

    [3] Dry, M.E. , (2002), Catalysis Today,

    71, hal. 227.

    [4] Schulz, H., (1999), Applied Catalysis A,

    186, hal. 3.

    [5] Raje, A., Inga, J. R., Davis. B. H., (1997),

    Fuel, 76, hal. 273.

    [6] Soled, S.L., Fiato, R.A., (1985), Process for

    preparing high surface area iron/cobalt

    Fischer-Tropsch slurry catalysts, US Patent4518707.

    [7] Soled, S.L., Fiato, R.A., (1986), Copper

    promoted iron/cobalt spinels and their

    preparation, US Patent 4607020.

    [8] Duvenhage, D.J. , Coville, N.J., (1997),

    Applied Catalysis A , 53, hal. 43.

    [9] Cabet, C., Roger, A., C., Kiennemann, A.,

    Lkamp, S., Pourroy, G., (1998), Journal ofCatalysis, 173, hal. 64.

    [10] Tihay, F. , Roger, A.C., Pourroy, G.,

    Kiennemann, A., (2002), Energy

    Fuels, 16, hal. 1271.

    [11] Mirzaei, A.A., Habibpour, R., kashi, E.,

    (2005) , Applied Catalysis. A, 296, hal. 222.

    [12] Tristantini, D., Lgdberg, S., Gevert, B.,

    Borg, ., Holmen, A., (2007), The effect of

    synthesis gas composition on the Fischer-

    Tropsch synthesis over Co/-Al2O3and Co-

    Re/-Al2O3catalysts, Fuel Processing

    Technology 88, hal. 643-649.[13] Tristantini, D., (2006), Fischer-Tropsch

    synthesis from bio-syngas models over

    cobalt and cobalt iron alumina supported

    catalysts, PhD. thesis, ISBN 91-7291-

    853-5, Chalmers University of Technology,

    Goteborg, Sweden.

    [14] Wender, I., (1996), Fuel Processing

    Technology, 48, hal.189.

    [15] Jun, K., Roh, H.,Kim, K.,Ryu, J., Lee, K.,

    (2004), Applied Catalysis A, 259, hal. 221.

    [16] Eilers, J.,Posthuma, S. A., Sie, S. T., (1990),

    Catalysis Letters, 7, hal. 253.[17] Guerrero-Ruiz, A., Sepulueda-Escribano,

    A.,Rodriguez-Ramos, I, (1992), Applied

    Catalysis, 81, hal. 101.

    [18] Li, S., Krishnamoorthy, S., Li, A. Meitzner,

    G.D., Iglesia, E., (2002) , Journal of

    Catalysis, 206, hal. 202.

    [19] Duvenhage, D. J., Coville, N.J., (2005),

    Applied Catalysis A ,289, hal. 231.