TRK12
-
Upload
fadiladalimunthe -
Category
Documents
-
view
217 -
download
0
Transcript of TRK12
-
8/13/2019 TRK12
1/6
-
8/13/2019 TRK12
2/6
Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia SNTKI 2009 ISBN 978-979-98300-1-2Bandung, 19-20 Oktober 2009
TRK 2 2
1. PendahuluanPemanfaatan gas sintesis (singas) yang
diperoleh dari gasifikasi dari biomassa secara
langsung dalam sintesis Fischer-Tropsch (FT)
adalah sebuah pilihan yang menarik karena itu
membuat unit water-gas shift (WGS) dan unit
pembuangan CO2 dari reaktor FT tidakdiperlukan.
Singas yang diperoleh melalui gasifikasi
dari biomassa atau batu bara umumnya memiliki
rasio hidrogen terhadap karbon monoksida
(H2/CO) yang lebih rendah daripada singas yang
diperoleh dari gas alam [1-3]. Penggunaan
langsung singas yang miskin H2ini pada reaktor
sintesis Fischer-Tropsch (FTS) hanya mungkin
apabila water-gas shift (WGS) terjadi secara
simultan di dalam reaktor FT, sehingga dapat
meningkatkan rasio molar H2/CO singas dalam
reaktor mendekati nilai stokiometrik, yaitu kira-
kira 2.1, yang dibutuhkan oleh reaksi FTS (1.1).
Air yang dibutuhkan pada reaksi WGS (1.2)
dihasilkan di reaksi FT (1.1) atau dapat
ditambahkan secara eksternal.
FTS : CO + 2H2 CH2 + H2O (1)
WGS : CO + H2O CO2 + H2 (2)
Proses yang terjadi pada kedua reaksi di
atas akan mencapai konversi gas terbesar, jika
rasio inlet dari H2/CO sama dengan rasio dari
H2/CO terpakai dalam reaksi (H2/CO usage
ratio).
Untuk itu katalis bimetalik kobalt-besi
berpenyangga alumina menjadi pilihan yangmenarik untuk konversi langsung singas yang
memiliki rasio H2/CO yang rendah untuk
menjadi hidrokarbon karena kedua logam
tersebut berperan aktif dalam FTS maupun
WGS. Kobalt (Co) memiliki aktivitas dan
selektivitas tinggi terhadap pembentukan
paraffin rantai panjang tetapi memiliki aktivitas
WGS rendah; sedangkan besi (Fe) diketahui aktif
terhadap reaksi WGS [4, 5].
Laporan dari serangkaian penelitian
menyatakan bahwa katalis Fe tanpa penyangga
(support) dengan penambahan sedikit Co dapat
mempengaruhi kinerja dari katalis secara drastis[6, 7]. Di samping itu, kombinasi dari kedua
logam ini telah membuat variasi dari produk
spektrum FT meluas.
Penambahan kedua logam aktif FT ketika
digunakan bersama tidak secara otomatis
memberikan sifat jumlahan sifat logam masing-
masing seperti yang diharapkan dari sifat logam
masing-masing [8].Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mempelajari kombinasi aktivitas WGS dan FTS
pada berbagai katalis bimetal Fe-Co/Al2O3
dengan rasio Fe:Co yang berbeda, serta
selektivitas katalis tersebut terhadap produk
hidrokarbon, dengan menggunakan umpansingas rasio molar H2/CO sebesar 1.0, seperti
yang umumnya dihasilkan dari gasifikasi
biomassa.
2. Teori dasar
Pada pengujian oleh Cabet, katalis
bimetalik Fe-Co telah dibuktikan memberikan
hasil reaksi FTS yang mengandung olefin lebih
banyak dibandingkan dengan olefin yang
dihasilkan katalis Co maupun Fe itu sendiri [9].
Telah diketahui pula bahwa kalsinasi dari katalis
Fe-Co menghasilkan produk sintesis FT dengan
perbandingan yang berbeda pada fase yang
berbeda (misalnya Co3O4, CoFe2O4, Fe3O4,
Fe2O3) dan juga dipengaruhi oleh rasio Co/Fe
dalam katalis [10, 11]. Logam Co dan Fe
dibentuk dari oksida yang direduksi, baik
campurannya maupun fase spinel masing-masing
dapat aktif dalam FTS tergantung komposisi
singas. Untuk singas yang bebas CO2, campuran
logam Co dan Fe dipercaya berperan sebagai inti
aktif katalis [10].
Pada studi kami sebelumnya telah
dilaporkan pengaruh dari komposisi gas umpan
terhadap campuran produk hidrokarbon dari
sintesis FT. Kami menggunakan tiga jenis singas
dengan rasio H2/CO = 2,1, 1,5 dan 1,0 baikberupa gas kering [12] maupun dengan tambahan
air [13]. Studi terdahulu mengindikasikan bahwa
rasio H2/CO rendah dapat menurunkan konversi
CO dan selektifitas CH4 seiring dengan
kenaikkan selektifitas C5+ dan rasio C3-
(olefin/parafin). [12].
Karakterisasi katalis yang diterapkan
dalam studi tersebut telah dilaporkan yaitu
meliputi program reduksi suhu atau temperature
program reduction (TPR), program oksidasi
suhu atau temperature program oxidation (TPO
atau oxygen titration), kemisorpsi CO, luas area
BET, dan difraksi sinar X (X-ray diffraction,XRD). Tabel 1 menunjukkan hasil karakterisasi
yang mengacu pada studi tersebut [13]. Beberapa
studi menggunakan katalis Fe/Co untuk reaksi
FT dengan singas yang berasal dari batu bara
atau gas alam [6, 7, 14] dan singas yang berasal
dari biomassa [11, 15] telah dilaporkan.
-
8/13/2019 TRK12
3/6
Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia SNTKI 2009 ISBN 978-979-98300-1-2Bandung, 19-20 Oktober 2009
TRK 2 3
Dalam setiap kasus, pada proses FT suhu
rendah yang digunakan dalam penelitian ini (483
K), CO2 diyakini tidak mengambil bagian dalam
sintesis FTbaik melalui reaksi kebalikan WGS
atau melalui disosiasi langsung CO2 danpertumbuhan rantai pada permukaan katalis
[11,16,17]. Penelitian Jun et al. [15]
menunjukkan juga bahwa temperatur yang lebih
tinggi dan singas yang mengandung lebih banyak
H2 dibutuhkan untuk mengkonversi CO2.
Namun demikian, uraian berikut adalah
beberapa contoh keuntungan dari WGS internal
pada reaktor FT saat menggunakan singas yang
miskin H2:
- Tidak membutuhkan unit WGS yang terpisah
dan unit pemisah CO2 terlebih dahulu pada
reaktor FT.
- Tekanan parsial air yang lebih rendah padareaktor FT. yang membatasi deaktivasi katalis
(dinyatakan bahwa aktivitas WGS yang tinggi
dicapai tanpa mengkonsumsi air dalam jumlah
besar).
- Jika proses dilakukan satu kali, misalnya tanpa
daur ulang, maka pemisahan CO2 dari gas
produk FT tidak dibutuhkan. Sedangkan
pemisahan CO2 dari produk cair tentunya tidak
masalah.
3. MetodologiPercobaan sintesis FT dilakukan pada
reaktor yang sama dengan percobaan terdahulu[12, 13] yaitu tekanan 20 bar, suhu awal 483 K
dengan kecepatan volume awal 200 cm/min
atau gas hourly space velocity (GHSV) 12
SL/gcat.h dan berlangsung untuk kira-kira 12
jam, Kecepatan volume dikurangi menjadi 50
cm/min (atau GHSV 3 SL/ gcat.h) untuk 12 jam
berikutnya. Suhu reaktor bertambah 10 K setiap
kali setelah berlangsung 12 jam hingga periode
terakhir pada suhu 523 K. Rasio molar H2/CO
dari singas 1.0 dan mengandung 3 mol% N2
sebagai gas standar internal.
Melanjutkan pekerjaan yang dilaporkan
pada [12, 13], pada penelitian ini katalis yang
digunakan adalah 0%, 2,4%, 6%, 9%, dan 12%Fe serta mengandung 12%, 9,6%, 6%, 3% daan
0% Co sehingga rasio Fe terhadap Co adalah
0:20, 5:20, 10:10, 20:5 dan 20:0. Dengan
mengingat bimetal total yang adala 12% berat,
kita dapat menyederhanakan rasio persentase
dari Fe terhadap Co sebagai berikut: (a) 0:100
(0% Fe:12% Co), (b) 20:80 (2,4% Fe:9,6% Co),
(c) 50:50 (6% Fe:6% Co), (d) 80:20 (9,6%
Fe:2,4% Co), dan (e) 100:0 (12% Fe:0% Co).
4. Hasil dan PembahasanSeperti diketahui dalam reaksi FT, katalis
Fe mempunyai konversi CO yang lebih rendahdibandingkan katalis Co. Tabel 2 menunjukan
konverci CO, laju pembentukan hidrokarbon dan
selektivitas terhadap C5+ (CO2-bebas),
sellektivitas terhadap CO2 dan C3-
(olefin/parafin) untuk katalis Fe-Co/Al2O3 pada
suhu reaktor berbeda. Pada Tabel 2 terlihat, pada
suhu rendah (483 K) katalis yang mengandung
bimetal (b-d) menunjukkan penurunan laju
pembentukan hidrokarbon dengan peningkatan
kandungan Fe. Konversi CO juga berkurang
oleh pengaruh pengurangan laju pembentukan
hidrokarbon. Kemungkinan besar ini
disebabkankan fakta bahwa Fe memberikan efeknegatif kepada aktivitas katalis. Hasil yang sama
diperoleh untuk rangkaian katalis bimetal Fe/Co
yang menggunakan umpan singas dengan molar
rasi H2/CO = 2,0-2,1 [8]. Hasil analog lain
ditemukan pada katalis bimetal Fe/Co yang
digunakan pada reaksi hidrogenasi benzene dan
reaksi desulfurisasi thiophene [17].
Selektivitas terhadap C5+ juga berkurang
mengikuti pertambahan muatan besi dalam
Katalis
Fe:Co
BET luas area,
[m2/g katalis]
Total CO teradsorpsi
(isoterm pertama)
[mol CO/g katalis]
CO kemisorpsi
(isotherm pertama
dan kedua) [mol
CO/g katalis]
Tingkat reduksi
[%]
0:100 174 114 74 47
5:95 156 68 37 48
15:85 145 65 35 51
20:80 149 33 13 50
50:50 153 32 8 49
80:20 157 38 7 41
100:0 162 40 7 40
Al2O3 195 - - -
Tabel 1. Hasil karakterisasi katalis Fe-Co/Al2O3[12, 13]
-
8/13/2019 TRK12
4/6
Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia SNTKI 2009 ISBN 978-979-98300-1-2Bandung, 19-20 Oktober 2009
TRK 2 4
katalis dari 0-80% (a-d) karena penurunan
konversi CO. Hal ini dapat dimengerti bahwa
besi cenderung membentuk rantai hidrokarbon
yang lebih pendek dari pada rantai panjang.
Selektivitas terhadap C5+ untuk katalis besi (e)
sedikit lebih tinggi daripada untuk katalis (d).
Berlawanan dengan selektivitas C5+,selektivitas terhadap CH4 dan selektivitas
terhadap CO2 bertambah pesat dengan
penambahan rasio Fe/Co dalam katalis.
Selektivitas terhadap CH4 dan selektivitas
terhadap CO2 naik tajam dari 11,3% dan 3,9%
untuk 20F-80C (b) ke 23,1% dan 10,5% untuk
80F-20C (d) masing-masing. Hasil ini
berlawanan dengan hasil Duvenhage [8] yang
mendapatkan penurunan dalam pembentukan
CH4ketika suhu bertambah.
Kecenderungan dalam pengurangan
produksi C5+, peningkatan selektivitas CH4 dan
CO2- mencapai puncaknya pada katalis 80F-20C
(d) dan aktivitas meningkat sebaliknya ketika
hanya logam Fe dalam katalis Fe/Al2O3(e) atau
(100Fe:0Co). Katalis ini tidak menunjukkan
konversi CO yang lebih rendah ataupun laju
pembentukan hidrokarbon yang lebih rendah
disbanding hal yang sama untuk katalis yang
mengandung 80% Fe (d). Selektivitas terhadap
CH4adalah 19,9% dan selektivitas terhadap CO2
adalah 8,6% untuk katalis logam tunggal Fe (e).
Singkat kata, kinerja dari katalis Fe/Al2O3(tanpa
Co) lebih baik daripada 80Fe:20Co (d). Hal ini
dibuktikan dengan pola TPR yang menunjukkan
keberadaan logam Fe yang lebih besar dalam
katalis Fe (e) dibandingkan dengan katalis (d)[13]. Mungkin juga inilah yang menjadi alasan
luas permukaan BET dan kemosorpsi CO pada
katalis Fe (e) sedikit lebih tinggi daripada untuk
katalis 80Fe:20Co (d). Hasil ini
mengindikasikan bahwa logam Fe berpengaruh
kuat pada pembentukan CO2 daripada rantai
hidrokarbon yang lebih panjang dalam produk
[2,3].
Sesuai dengan pengurangan aktivitas
katalis, rasio C3- (olefin/parafin) atau C3(o/p)
berkurang sebagai hasil dari pengurangan Co
dalam katalis tanpa pengecualian untuk katalis
yang hanya mengandung Fe. C3(o/p) berkurangdrastis 50% dari 3,4 untuk Co/Al2O3(a) menjadi
1,6 untuk Fe/Al2O3 (e). Hal ini bisa dijelaskan
bahwa katalis murni Fe tanpa tambahan alkali
sangat lemah kemungkinanannya dalam
menumbuhkan rantai hidrokarbon [14]. Oleh
karena itu dapat menjadi alasan untuk katalis
dengan muatan Fe yang lebih tinggi (katalis c-e),
konversi CO jauh lebih rendah dan menjadikan
rasio C3(o/p) berkurang.
Pada suhu 523 K, perubahan keaktifan
katalis sebagai hasil dari penimbunan Fe dalam
katalis Fe-Co terlihat tidak berbeda jauh untuk
semua jenis katalis.
Secara umum katalis yang teraktif tetapmerupakan Co/Al2O3 sedangkan katalis yang
paling kurang aktif adalah 80Fe-20Co (d). Laju
pembentukan hidrokarbon dan konversi CO
meningkat adalah dua kali lipat untuk semua
jenis katalis ketika suhu reaksi dinaikkan dar
483 K menjadi 523 K, sedangkan selektifitas C5+
tidak banyak berubah. Ini berarti bahwa
produksi hidrokarbon dari katalis-katalis ini
dipengaruhi oleh muatan Fe dan Co. Hal ini
sama dengan studi oleh Tihay dkk. [10] yang
menggunakan Fe-Co/katalis magnetik kobalt.
Pada 523 K untuk katalis logam tunggal
Fe (a) selektivitas terhadap CH4 40% lebih
tinggi dibanding pada 483 K, sedangkan untuk
katalis logam tunggal Fe (e) justru sedikit
menurun. Pada 523 K selektivitas terhadap CO2
untuk katalis-katalis ini dua kali lebih tinggi
dibanding pada 483 K. Hal ini dapat menjadi
pertanda bahwa suhu sangat berpengaruh pada
selektivitas terhadap CO2 untuk katalis Co dan
Fe-masing-masing. Pada kondisi yang sama,
selektivitas terhadap CH4 dan selektivitas
terhadap CO2 untuk katalis bimetal (b-d) relatif
konstan. Dari sini dapat dilihat bahwa kinerja
dari katalis bimetal bukan merupakan fungsi dari
suhu tetapi rasio muatan Fe/Co.
Di sisi lain, rasio olefin/parafin dariproduk C3untuk semua katalis pada suhu 523 K
tidak berbeda secara signifikan dengan
perubahan muatan Fe/Co. Untuk semua katalis
rasio C3(o/p) antara 2,0-2,3. Sangat jelas bahwa
jika posisi Co digantikan Fe maka aktifitas
katalis akan berkurang. Hal ini tentu saja
terutama disebabkan keaktifan inti aktif logam
Fe yang lebih rendah dibanding dengan Co [18].
Namun hal ini mungkin juga karena Fe
menutupi inti aktif Co sebagai akibat dari inti
aktif Fe lebih muncul dipermukaan katalis
daripada Co [8,19]. Kecenderungan yang tak
linear pada keaktifan FT vs muatan Fe (padakonversi rendah) ditemukan pada studi ini,
meskipun tidak terbukti secara statistik.
Kemungkinan besar hal ini dapat dijelaskan oleh
adanya perbedaan yang cukup berarti dalam
interaksi Fe-Co, kemampuan mereduksi, dispersi
logam dan inti aktif masing=masing katalis
[8,19].
-
8/13/2019 TRK12
5/6
Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia SNTKI 2009 ISBN 978-979-98300-1-2Bandung, 19-20 Oktober 2009
TRK 2 5
Tabel 2. Konversi CO, kecepatan pembentukan hidrokarbon, selektivitas terhadap C5+(CO2-bebas),
sellektivitas terhadap CO2dan C3- (olefin/parafin) untuk katalis Fe-Co/Al2O3pada suhu 483-523 K
Suhu
reaksi/Katalis
Rasio
Fe:Co
Konversi
CO
[%]
Laju
pembentukan
hidrokarbon
[gHC/gcat.h]
Selektifitas
C5+
(CO2-free)
[%]
Selektifitas
CH4+
(CO2-free)
[%]
Selektifitas
CO2[%]
C3
(olefin/
paraffin)
T = 483 K
a) 0Fe:100Co 0:100 23.6 0.21 86.5 6.0 1.6 3.4
b) 20Fe:80Co 20:80 20.8 0.18 72.8 11.3 3.9 2.4
c) 50Fe:50Co 50:50 13.8 0.12 64.8 14.9 5.5 2.1
d) 80Fe:20Co 80:20 7.7 0.06 48.1 23.1 10.5 1.9
e) 100Fe:0Co 100:0 10.0 0.08 51.8 19.9 8.7 1.6
T = 493 K
a) 0Fe:100Co 0:100 37.2 0.33 83.9 7.5 1.9 2.1
b) 20Fe:80Co 20:80 28.2 0.24 75.7 10.4 3.4 2.2c) 50Fe:50Co 50:50 16.9 0.15 65.0 14.8 5.2 2.2
d) 80Fe:20Co 80:20 8.8 0.07 48.2 22.3 9.7 1.9
e) 100Fe:0Co 100:0 10.8 0.09 51.4 19.3 9.2 1.7
T = 503 K
a) 0Fe:100Co 0:100 43.6 0.39 85.4 7.0 2.0 2.2
b) 20Fe:80Co 20:80 36.9 0.32 79.6 9.3 2.8 2.3
c) 50Fe:50Co 50:50 22.9 0.20 66.6 14.6 5.2 2.2
d) 80Fe:20Co 80:20 10.6 0.09 47.0 22.7 10.1 2.0
e) 100Fe:0Co 100:0 13.0 0.11 53.1 18.1 10.5 1.8
T = 513 K
a) 0Fe:100Co 0:100 46.4 0.41 86.0 7.3 2.5 2.4
b) 20Fe:80Co 20:80 43.6 0.38 79.5 10.1 3.8 2.0
c) 50Fe:50Co 50:50 31.1 0.27 70.4 13.7 5.0 2.3
d) 80Fe:20Co 80:20 13.5 0.11 48.8 21.2 9.8 2.2
e) 100Fe:0Co 100:0 16.4 0.13 50.2 19.2 13.9 1.9
T = 523 K
a) 0Fe:100Co 0:100 48.9 0.43 84.5 8.4 3.8 2.3
b) 20Fe:80Co 20:80 47.2 0.41 80.1 10.3 4.3 2.2
c) 50Fe:50Co 50:50 38.7 0.34 73.2 13.3 5.1 2.2
d) 80Fe:20Co 80:20 17.6 0.15 50.1 20.8 10.6 2.3
e) 100Fe:0Co 100:0 20.0 0.16 51.1 18.3 16.2 2.0
-
8/13/2019 TRK12
6/6
Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia SNTKI 2009 ISBN 978-979-98300-1-2Bandung, 19-20 Oktober 2009
TRK 2 6
5. Kesimpulan
Pengaruh suhu dan perbedaan rasio Fe/Co
pada katalis (12 wt% bimetal)/Al2O3 pada
produksi hidrokarbon melalui sintesis Fischer-
Tropsch telah dipelajari dalam penelitian ini.
Peningkatan rasio Fe/Co pada katalisberpengaruh negatif terhadap aktivitas dan
selektivitas katalis. Konversi CO, lajupembentukan hidrokarbon dan selektivitas
terhadap C5+ berkurang sedangkan selektivitas
terhadap CH4+ dan selektivitas terhadap CO2
bertambah dengan penambahan muatan Fe di
dalam katalis Penggatian Co dengan Fe dalamkatalis bimetal menyebabkan pengurangan
banyak dalam rasio C3-olefin/parafin. Hasil ini
menunjukkan bahwa penambahan aktivitas WGS
diikuti dengan pengurangan aktivitas FT. Hal ini
kemungkinan akibat persaingan kedua reaksi
tersebut pada situs aktif yang sama untuk katalisbimetal Fe-Co. Disamping itu dibuktikan pulabahwa sintesis FT dari singas dengan H2/CO=1.0
membutuhkan katalis dengan selektivitas C5+
yang lebih tinggi dibanding katalis dengan
konversi CO tinggi ketika temperatur meningkat.
Daftar Pustaka
[1] Berglin, N. , Berntsson, T., (1998),
Applied Thermodynamic Engineering,
18, hal. 94.
[2] Johansson, M., (1998), Catalytic
Combustion of Gasified Biomass for
Gas Turbine Applications, PhD
thesis, Royal Institute of Technology,
Stockholm, Sweden.
[3] Dry, M.E. , (2002), Catalysis Today,
71, hal. 227.
[4] Schulz, H., (1999), Applied Catalysis A,
186, hal. 3.
[5] Raje, A., Inga, J. R., Davis. B. H., (1997),
Fuel, 76, hal. 273.
[6] Soled, S.L., Fiato, R.A., (1985), Process for
preparing high surface area iron/cobalt
Fischer-Tropsch slurry catalysts, US Patent4518707.
[7] Soled, S.L., Fiato, R.A., (1986), Copper
promoted iron/cobalt spinels and their
preparation, US Patent 4607020.
[8] Duvenhage, D.J. , Coville, N.J., (1997),
Applied Catalysis A , 53, hal. 43.
[9] Cabet, C., Roger, A., C., Kiennemann, A.,
Lkamp, S., Pourroy, G., (1998), Journal ofCatalysis, 173, hal. 64.
[10] Tihay, F. , Roger, A.C., Pourroy, G.,
Kiennemann, A., (2002), Energy
Fuels, 16, hal. 1271.
[11] Mirzaei, A.A., Habibpour, R., kashi, E.,
(2005) , Applied Catalysis. A, 296, hal. 222.
[12] Tristantini, D., Lgdberg, S., Gevert, B.,
Borg, ., Holmen, A., (2007), The effect of
synthesis gas composition on the Fischer-
Tropsch synthesis over Co/-Al2O3and Co-
Re/-Al2O3catalysts, Fuel Processing
Technology 88, hal. 643-649.[13] Tristantini, D., (2006), Fischer-Tropsch
synthesis from bio-syngas models over
cobalt and cobalt iron alumina supported
catalysts, PhD. thesis, ISBN 91-7291-
853-5, Chalmers University of Technology,
Goteborg, Sweden.
[14] Wender, I., (1996), Fuel Processing
Technology, 48, hal.189.
[15] Jun, K., Roh, H.,Kim, K.,Ryu, J., Lee, K.,
(2004), Applied Catalysis A, 259, hal. 221.
[16] Eilers, J.,Posthuma, S. A., Sie, S. T., (1990),
Catalysis Letters, 7, hal. 253.[17] Guerrero-Ruiz, A., Sepulueda-Escribano,
A.,Rodriguez-Ramos, I, (1992), Applied
Catalysis, 81, hal. 101.
[18] Li, S., Krishnamoorthy, S., Li, A. Meitzner,
G.D., Iglesia, E., (2002) , Journal of
Catalysis, 206, hal. 202.
[19] Duvenhage, D. J., Coville, N.J., (2005),
Applied Catalysis A ,289, hal. 231.