TRIO DETEKTIF MISTERI GUA RAUNGAN Ebook by...
Transcript of TRIO DETEKTIF MISTERI GUA RAUNGAN Ebook by...
TRIO DETEKTIF
MISTERI GUA RAUNGAN
Ebook by Syauqy_arr
Pesan Alfred Hitchcock
SELAMAT datang! Kita bertemu lagi dalam suasana misterius yang
melibatkan ketiga remaja yang menamakan diri mereka TRIO
DEKTEKTIF. Tapi bagi yang mungkin belum mengenal mereka ini, baiklah
kuperkenalkan dulu ketiga-tiganya. Mereka itu Jupiter Jones, Pete
Crenshaw, dan Bob Andrews. Semuanya tinggal di Rocky Beach,
California - tidak jauh dari kota film yang termasyhur, Hollywood.
Beberapa waktu yang lampau ketiga remaja itu mendirikan biro
penyelidik, dengan nama "Trio Detektif". Tujuan mereka, menyelidiki
setiap misteri yang timbul.
Pimpinan biro itu Jupiter Jones yang terkenal logis jalan pikirannya. Ia
selalu berkepala dingin, dan tidak kenai kata menyerah dalam
menghadapi teka-teki yang membingungkan. Ia didampingi Penyelidik
Kedua, yaitu Pete Crenshaw. Kemampuan jasmani pemuda ini besar
sekali manfaatnya dalam menghadapi situasi gawat. Sedang Bob
Andrews, anggota ketiga, lebih cenderung bersikap tekun dan cermat.
Ia bertugas menangani segi riset dan pencatatan fakta. Perusahaan
mereka berkantor di sebuah home trailer - atau karavan - yang letaknya
tersembunyi di kompleks penimbunan barang bekas yang
diperjualbelikan paman dan bibi Jupiter. Semboyan mereka, "Kami
menyelidiki apa saja!"
Dan kali ini mereka membuktikannya lagi. Mereka mendatangi suatu
pertanian yang terletak di daerah pegunungan California, untuk
menyelidiki sebuah gua yang meraung, bandit tersohor masa lampau
yang bangkit dari kematian, serta beberapa kejadian yang sangat aneh
di suatu lembah terpencil. Bagi yang cepat gugup, kunasihati agar
berhati-hati saja!
Alfred Hitchcock
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Bab 1 Erangan dalam Lembah
"AAAAAA-ooouuu!"
Erangan menyeramkan itu menggema dalam lembah. Saat temaram senja
menambah keseramannya.
"Itu dia - sudah mulai lagi," kata Pete Crenshaw berbisik -bisik.
Ia mengendap bersama kedua rekannya, Jupiter Jones dan Bob
Andrews, di atas tebing yang tinggi. Letaknya terpencil di salah satu
sudut tempat pertanian yang bernama Crooked- Y Ranch, hanya
beberapa ratus meter saja dari Samudra Pasifik. Sekali lagi terdengar
bunyi erangan seperti yang tadi.
"Aaaaaa-ooouuu!"
Bunyinya seperti lolongan panjang. Menegakkan bulu roma.
Pete bergidik. "Aku bisa mengerti sekarang, kenapa para pekerja
pertanian itu tidak mau lagi datang kemari," katanya pada teman-
temannya.
"Mungkin datangnya dari mercu suar yang nampak ketika kita menuju
kemari tadi " kata Bob menduga dengan suara pelan.
"Mungkin itu gema bunyi sirene kabul" Jupiter menggeleng.
"Tidak, Bob," katanya. "Kurasa suara itu bukan dari mercu suar asalnya.
Bunyi sirene kabut tidak begitu. Di samping itu, sekarang kan tidak ada
kabut."
"Kalau begitu, apa -" Bob tidak menyelesaikan kalimatnya, karena tahu-
tahu Jupiter sudah tidak ada lagi di sampingnya.
Penyelidik Pertama bertubuh gempal itu lari sambil merunduk-runduk ke
arah kanan, menyusur tubir. Pete dan Bob cepat-cepat berdiri lalu
menyusul. Matahari sudah hampir terbenam di balik celah pegunungan
pantai. Lembah nampak seperti berselubung cahaya kelabu temaram.
Sekitar lima puluh meter kemudian, Jupiter berhenti. Suara erangan
terdengar kembali. Jupiter memperhatikan dengan seksama. Tangannya
dicungkupkan di belakang telinga.
Pete memandangnya dengan mata membesar karena heran. "Sedang
mengapa kau, Jupe?"
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Pertanyaan itu tidak dijawab Jupiter. Ia berpaling, lalu berjalan sekitar
seratus meter ke arah yang berlawanan.
"Apakah kita hanya akan mondar-mandir saja di tepi tebing ini, Jupe?"
tanya Bob.
Ia pun heran melihat tindak-tanduk Jupiter yang nampak aneh itu.
Sebelum temannya itu sempat menjawab, terdengar lagi suara erangan
nyaring, mengambang dalam lembah.
"Aaaa-ooouuuu!"
Jupiter berpaling, menatap kedua rekannya.
"Tidak, Bob," katanya. "Eksperimen kita sudah selesai sekarang."
"Eksperimen?" kata Pete cepat. "Eksperimen yang mana? Kita dari tadi
kan cuma mondar-mandir saja di sini!"
"Kita tadi sudah mendengar erangan itu dari tiga tempat di atas tebing
ini," kata Jupiter menjelaskan. "Dalam pikiranku, aku menarik tiga garis
lurus - yaitu dari tempat aku mendengarnya, ke arah dari mana suara itu
kedengarannya berasal. Dan di mana ketiga garis khayal itu saling
berpotongan, di situlah asal suara tadi."
Sekarang Bob mengerti. "Memang betul, Pete," katanya. "Itu ilmu ukur
segitiga. Para pekerja teknik biasa memakainya."
"Tepat!" kata Jupiter. "Tentu saja aku tadi cuma bisa mengira-ngira
saja. Tapi untuk keperluan kita, sudah cukup."
"Keperluan apa, Jupe?" tanya Pete. "Maksudku, kita sudah menemukan
apa?"
"Kita kini mengetahui bahwa suara tadi pasti berasal dari gua yang ada
di gunung sana," kata Jupiter sambil menuding "Gua El Diablo!"
"Aduh, Jupe - itu kan sudah dari semula kita ketahui." kata Pete agak
kesal. "Kan sudah dikatakan oleh Mr. dan Mrs. Dalton."
Tapi Jupiter menggeleng. "Penyelidik yang bermutu tidak boleh begitu
saja mempercayai laporan orang, tanpa meneliti kebenarannya. Saksi
sering tidak bisa diandalkan keterangannya. Sudah berapa kali hal itu
dikatakan Mr. Hitchcock pada kita."
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Ketiga remaja itu berteman baik dengan Alfred Hitchcock, sejak
mereka mencarikan rumah berhantu untuk sutradara kenamaan itu,
untuk dijadikan lokasi pembuatan filmnya yang terbaru waktu itu.
"Kurasa kau benar, Jupe," kata Pete. "Mr. Hitchcock memang sudah
membuktikan pada kita bahwa sebenarnya tidak banyak yang benar-
benar dilihat saksi mata."
"Atau didengar," kata Jupiter menambahkan. "Tapi sekarang aku tidak
ragu-ragu lagi. Suara erangan itu memang datang dari Gua El Diablo. Kini
kita tinggal menyelidiki apa yang menimbulkan suara erangan itu, dan -"
Ia tidak menyelesaikan perkataannya, karena saat itu terdengar lagi
suara erangan yang nyaring. Seram dan mengerikan bunyinya dalam
kesuraman lembah yang mulai diselubungi kegelapan malam.
"Aaaaa-ooooouuuuuu!"
Kini bahkan Jupiter pun berdiri bulu tengkuknya. Bayang-bayang gelap
nampak memanjang, merayapi dasar lembah. Pete meneguk ludah, tanda
bahwa ia gugup. Atau mungkin juga ngeri!
"Mr. Dalton kan sudah tiga kali datang memeriksa gua itu, bersama
sheriff," katanya. "Tapi mereka tidak menemukan apa-apa di sana."
"Mungkin itu suara binatang," kata Bob menduga. "Aku belum pernah
mendengar suara binatang yang begitu," kata Jupiter.
"Lagi pula, kalau memang binatang, Mr. Dalton dan juga petugas
keamanan yang menyertainya pasti menemukan jejaknya di sana. Mereka
kan pemburu berpengalaman - ahli dalam melacak jejak binatang biasa. "
"Binatang biasa, katamu?" kata Pete dengan sikap gugup.
"Mungkin saja itu binatang yang tidak dikenal di daerah sini," kata
Jupiter. "Atau mungkin juga," sambungnya dengan mata berkilat kocak,
"mungkin juga itu El Diablo sendiri!"
"Jangan begitu dong!" seru Pete. "Kita kan tidak percaya pada hantu! Ya,
kan?"
Jupiter tertawa nyengir. "Aku kan tidak menyebut-nyebut hantu!"
katanya.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Tapi El Diablo kan sudah mati, hampir seratus tahun yang lalu," kata
Bob menyela. "Jika bukan hantu yang kaumaksudkan, Jupe - lalu apa
maksudmu?"
Jupiter tidak sempat menjawab, karena tepat saat itu langit di atas
lembah menjadi terang benderang. Nampak kilatan sinar kemerahan
memancar. Bunyi ledakan seakan-akan menggetarkan seluruh lembah.
Ketiga remaja itu berpandang-pandangan dengan mata terbuka lebar.
"Apa itu, Jupe?" tanya Bob.
"Entah - aku juga tidak tahu," jawab Jupiter sambil menggeleng.
Kilatan cahaya yang bertubi-tubi tadi menghilang. Gema bunyi ledakan
lenyap dengan pelan. Tiba-tiba Bob menjentikkan jarinya.
"Aku tahu sekarang - itu Angkatan Laut!" katanya. "Kau ingat ketika kita
kemari naik truk, Jupe? Kita kan melihat kapal-kapal Angkatan Laut
sedang berlatih! Pasti sekarang mereka sedang berlatih menembak
sasaran di Kepulauan Selat."
Pete tertawa lega. "Ya, betul," katanya. "Mereka memang biasa
melakukannya, beberapa kali dalam setahun. Aku pernah membaca
berita mengenainya di koran. Mereka menembaki sasaran pulau yang
tidak ada penghuninya."
Jupiter mengangguk. "Memang - kemarin juga diberitakan dalam koran:
Latihan menembak malam hari! Yuk - kita kembali ke ranch. Aku ingin
tahu lebih banyak lagi tentang lembah ini."
Pete dan Bob langsung setuju saja, karena saat itu lembah sudah benar-
benar gelap. Ketiganya berjalan menuju ke sepeda-sepeda mereka yang
ditaruh di tepi jalan tanah yang terdapat di sebelah belakang tebing.
Tiba-tiba dari seberang lembah terdengar bunyi gemuruh, disusul suara
jeritan panjang.
Bab 2 Si Tua
"ITU bukan erangan yang dari gua!" seru Pete.
"Betul," kata Jupiter sependapat. "Itu suara orang!"
"Orang yang dalam kesulitan!" kata Bob menambahkan. "Yuk, kita ke
sana!"
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Jeritan tadi datang dari kaki gunung yang menjulang di antara lembah
dan tepi samudra. Gunung itu disebut Gunung Setan, karena puncaknya
yang kembar berbentuk seperti tanduk di atas kepala. Bob, Jupiter, dan
Pete berlari sekuat tenaga melintasi lembah, menuju kaki Gunung Setan.
Di lerengnya berserakan tumpukan batu yang baru saja jatuh dari
sebelah atas. Debu masih berhamburan di udara.
"Tolong!" Seruan itu lemah sekali.
Pete berlutut di samping seorang laki-laki yang rambutnya sudah
ubanan. Orang itu terkapar di tanah. Tungkainya terputar dalam posisi
tidak normal, tertindih batu yang longsor tadi. Mukanya mengernyit,
menahan sakit.
"Jangan bergerak," kata Pete padanya. "Kami akan segera
menyingkirkan batu-batu yang menindih. "
Pete berdiri lagi, sambil memandang Jupiter. "Kurasa kakinya patah,"
katanya. "Sebaiknya kita cepat-cepat mencari pertolongan."
Laki-laki yang tergeletak itu mengenakan pakaian usang. Potongannya
seperti pekerja di tempat pertanian.
"Pergilah ke Crooked- Y Ranch," katanya. "Aku bekerja di situ. Katakan
pada Mr. Dalton agar mengirimkan beberapa orangnya kemari!"
Anak-anak berpandang-pandangan dengan perasaan kecut. Ada lagi anak
buah Mr. Dalton yang ditimpa kecelakaan! Bencana masih terus
merongrong Lembah Raungan!
***
Mulanya hanya Pete sendiri yang datang ke tempat pertanian itu, untuk
berlibur selama dua minggu di tempat suami-istri Dalton, yang baru saja
membeli Crooked- Y Ranch. Jess Dalton, yakni Mr. Dalton, dulunya jago
menunggang kuda liar, suatu acara pertandingan yang selalu meramaikan
rodeo, di mana para penggembala sapi saling bertanding memamerkan
kemahiran mereka menunggang kuda dan sapi jantan, serta menangkap
anak sapi. Ia pernah beberapa kali bekerja dengan Mr. Crenshaw, ayah
Pete, dalam pembuatan film-film petualangan dengan lokasi daerah
barat benua Amerika.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Kemudian, ketika ia merasa mulai tua, Jess Dalton memutuskan untuk
membeli usaha pertanian dengan uang simpanannya. Ia ingin pensiun.
Orang yang sudah mulai tua, sebaiknya hidup lebih tenang. Jangan
mencari-cari bahaya lagi, katanya.
Tapi ketika ia bersama istrinya baru saja mulai mengembangkan kembali
usaha pertanian yang dibelinya dalam keadaan tak terurus, tahu-tahu
kesulitan datang melanda. Lembah Raungan mulai mengerang lagi setelah
setengah abad membisu. Nama aneh itu berasal dari cerita-cerita kuno
bangsa Indian serta karena ada beberapa peristiwa seram semasa
California masih merupakan jajahan bangsa Spanyol dulu. Suara erangan
itu saja sudah menyebabkan para pekerja ketakutan - apalagi ketika
kemudian terjadi kecelakaan secara beruntun-runtun.
Kecelakaan pertama terjadi suatu petang, ketika dua bawahan Mr.
Dalton sedang berkuda dalam Lembah Raungan. Tiba-tiba mereka
mendengar bunyi erangan aneh. Kedua kuda tunggangan mereka
melonjak karena kaget, sehingga para pekerja itu terpelanting ke tanah.
Satu di antaranya patah tangannya. Mereka kembali ke ranch sambil
bercerita bahwa "ada sesuatu yang menyeramkan di dalam lembah".
Tidak lama setelah itu, ternak sapi tahu-tahu lari bercerai berai saat
tengah malam, tanpa diketahui apa yang menjadi penyebabnya. Kemudian
seorang pekerja bercerita bahwa ketika ia sedang berjalan saat senja
dalam lembah, tiba-tiba ia melihat sosok tubuh yang besar sekali muncul
dari Gua El Diablo, di kaki Gunung Setan.
Beberapa waktu kemudian dua orang pekerja lenyap tanpa meninggalkan
berita. Walau sheriff yang menyelidiki kejadian itu kemudian
mengatakan bahwa kedua orang itu ditemukannya di kota Santa Carla
yang letaknya tidak begitu jauh dari situ, namun para pekerja yang lain
tetap saja tidak mau percaya.
Dengan segera Pete menyadari bahwa suami-istri Dalton benar-benar
pusing memikirkan segala rongrongan itu. Gua El Diablo diperiksa dengan
cermat - tapi tanpa menghasilkan kejelasan. Tidak mungkin sheriff
disuruh menguber hantu, atau legenda kuno. Ia sependapat dengan Jess
Dalton, bahwa pasti ada keterangan yang biasa saja di balik kejadian
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
misterius itu. Tapi sampai saat itu tidak ada yang berhasil menemukan
keterangannya.
Akhirnya Pete memutuskan untuk memanggil kedua rekannya, Bob dan
Jupiter, sambil menjelaskan bahwa di situ mungkin ada misteri yang bisa
diselidiki Trio Detektif. Kedua temannya itu sama sekali tidak
mengalami kesulitan ketika minta izin agar diperbolehkan menyusul Pete
ke Crooked- Y Ranch. Sedang Mr. dan Mrs. Dalton sama sekali tidak
menaruh keberatan atas kedatangan mereka. Tempat pertanian milik
kedua suami-istri itu letaknya sekitar sepuluh mil dari Santa Carla,
suatu kota obyek pariwisata yang modern. Tidak sampai seratus mil
sebelah utara Rocky Beach. Daerah tempat pertanian itu merupakan
wilayah pegunungan gersang, penuh dengan lembah dalam serta ngarai
berliku-liku, dengan teluk-teluk kecil yang terpencil letaknya di pesisir
Pasifik.
Orang tua Bob, juga paman dan bibi Jupiter, langsung setuju ketika
kedua remaja itu minta izin pergi ke sana. Menurut mereka, itu
kesempatan baik bagi keduanya untuk mengenal kehidupan di tempat
pertanian, sambil bersenang-senang naik kuda, berenang-renang, dan
memancing ikan di laut. Tapi bukan itu tujuan Bob dan Jupiter. Mereka
bukan hendak menunggang kuda, berenang-renang, atau memancing di
sana - melainkan menyelidiki misteri Lembah Raungan. Dan ketika
sedang melakukan kegiatan itulah mereka kemudian menjumpai laki-laki
yang tergeletak di tanah dengan tungkai tertindih batu.
"Lembah ini tempat yang terkutuk! Sungguh," gumam orang itu sambil
menahan rasa sakit. "Kenapa aku masih juga datang kemari.... Erangan
tadi itu - itulah penyebabnya!"
"Kurasa bukan," kata Jupiter bersungguh-sungguh. "Menurutku, getaran
yang ditimbulkan oleh tembakan kapal-kapal perang tadi menyebabkan
ada batu-batu menjadi longgar di atas sana, sehingga terjadi longsor.
Lereng Gunung Setan ini terjal sekali, dan juga sangat gersang."
"Erangan tadi penyebabnya!" kata orang itu berkeras.
"Sebaiknya kita mencari bantuan saja," kata Pete. "Kita sendiri takkan
mampu mengeluarkannya dari bawah batu-batu yang menindih ini."
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Saat itu terdengar suara kuda meringkik. Jupiter berpaling ke arah
suara itu, diikuti oleh Bob dan Pete. Nampak tiga orang berkuda
menyusur punggung lembah, menuju ke tempat mereka. Seorang di
antaranya menuntun kuda yang tidak ada penunggangnya. Penunggang
kuda yang paling depan ternyata Mr. Dalton.
"Sedang mengapa kalian di sini?" tanyanya sambil turun dari pelana.
Mr. Dalton bertubuh jangkung. Langsing tapi kekar. Ia memakai kemeja
berwarna merah nyala, celana blue jeans yang sudah lusuh, serta sepatu
cowboy bertumit tinggi dan dihiasi ukiran. Kekhawatiran nampak
membayang di wajahnya yang coklat dan berkerut-kerut terbakar sinar
matahari. Anak-anak menjelaskan bagaimana mereka tadi sampai
menemukan laki-laki yang cedera itu.
"Bagaimana, Cardigo?" tanya Jess Dalton. Ia berlutut di sisi anak
buahnya yang masih terkapar.
"Kakiku patah," gumam yang ditanya, "dan lembah terkutuk ini yang
menyebabkannya. Aku tidak mau lebih lama lagi berada di tempat ini."
"Kurasa tembakan-tembakan tadi melonggarkan batu-batu di atas
tebing, sehingga menyebabkan longsor," kata Jupiter menjelaskan.
"Ya - pasti itu penyebabnya," kata Mr. Dalton. "Sekarang tenang sajalah
dulu, Cardigo. Dengan segera kau akan kami bebaskan."
Tidak lama kemudian batu-batu yang menindih sudah berhasil
disingkirkan. Anak buah Mr. Dalton yang dua lagi pulang sebentar untuk
mengambil truk. Kendaraan itu dijalankan mundur sampai ke tempat
longsoran. Kemudian Cardigo diangkat dengan hati-hati, dimasukkan ke
bak belakang. Ia diangkut ke rumah sakit di Santa Carla, sementara
Jupiter beserta kedua temannya bersepeda kembali ke ranch.
Hari sudah malam ketika mereka tiba di tempat pertanian dan
menyimpan sepeda mereka. Di tempat itu ada lima bangunan: satu
bangsal tempat para pekerja tidur, sebuah lumbung besar, satu lagi
yang agak kecil, satu bangunan tempat memasak, dan bangunan utama
tempat tinggal suami-istri Dalton Bangunan utama itu bertingkat dua.
Bangunannya sudah tua, berkerangka kayu dengan dinding batu bata
yang dibuat dari tanah liat. Rumah itu dikelilingi serambi lebar yang
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
teduh karena dinaungi atap. Tanaman menjalar dengan bunga berbentuk
corong merambati seluruh dinding, begitu pula semak bougainvillaea
berbunga warna merah tua. Kompleks bangunan-bangunan itu dikelilingi
kandang-kandang terbuka yang berpagar.
Ketika Pete dan kedua temannya datang, nampak para pekerja berdiri
dalam kelompok-kelompok kecil di sekitar dapur. Rupanya mereka
sedang membicarakan kecelakaan yang baru terjadi. Mereka bercakap-
cakap dengan suara pelan. Tapi wajah mereka menampakkan rasa takut
bercampur marah. Anak-anak hendak melangkah masuk ke bangunan
utama.
Tiba-tiba mereka disapa oleh seseorang yang tidak langsung kelihatan.
Suaranya berat dan bernada kasar. "Apa yang kalian lakukan di luar
tadi?"
Anak-anak melihat ada gerakan di serambi yang gelap. Mereka
mengenali sosok tubuh yang kecil tapi berotot. Mereka melihat wajah
yang keras ditempa kehidupan yang selalu di alam terbuka. Wajah Luke
Hardin, mandor yang mengepalai para pekerja di situ.
"Ranch ini sangat luas." kata mandor itu pada mereka. "Orang gampang
sekali tersesat di sini."
"Anda tidak perlu mengkhawatirkan kami," jawab Jupiter. "Kami sudah
biasa di alam bebas dan di daerah pegunungan."
Mandor itu maju selangkah. "Aku sudah mendengar apa yang kalian
lakukan tadi. Kalian ke Lembah Raungan! Tempat itu tidak cocok untuk
anak-anak! Kalian jangan ke sana!"
Sebelum anak-anak sempat mengatakan apa-apa, pintu rumah terbuka.
Dari dalam muncul seorang wanita bertubuh kecil tapi gesit. Rambutnya
sudah penuh uban, sedang kulit mukanya coklat terbakar matahari.
"Jangan mengoceh, Luke!" tukas wanita itu. "Mereka ini bukan anak-anak
kecil. Mereka rasanya lebih mampu memakai akal sehat, dibandingkan
dengan dirimu!"
"Lembah Raungan bukan tempat yang baik, Mrs. Dalton!" kata Luke
Hardin berkeras.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Orang dewasa seperti kau - masa takut dengan gua!" kata Mrs. Dalton
mencemooh.
"Bukannya takut," kata Hardin lambat-lambat. "Aku juga tidak takut
menghadapi kenyataan. Aku orang sini, sejak lahir. Sewaktu kecil pun
aku sudah mendengar tentang Lembah Raungan. Dulu aku tidak pernah
mau percaya pada cerita-cerita itu. Tapi sekarang - aku tidak tahu!"
"Omong kosong! Itu kan cuma takhyul kuno - dan kau juga tahu!" kata
Mrs. Dalton.
Ia mengucapkannya dengan sikap tegas. Tapi walau begitu tak dapat
disembunyikannya nada gelisah yang membayang dalam suaranya.
"Menurut Anda, apakah yang menyebabkan terdengar suara erangan itu,
Mr. Hardin?" tanya Jupiter. Mandor itu memandangnya dengan mata
terpicing.
"Entahlah, Nak," katanya serius. "Aku tidak tahu. Orang lain juga tidak
ada yang tahu. Kami sudah memeriksa, tapi tidak menemukan apa-apa di
sana. Setidak-tidaknya - yang bisa dilihat."
Mata mandor itu seakan-akan bersinar dalam gelap. "Menurut kata
orang-orang Indian, tidak ada yang bisa melihat Si Tua!"
Bab 3 Keterangan tentang El Diablo
"LUKE!" seru Mrs. Dalton, menyuruhnya diam.
Tapi mandor itu keras kepala. "Aku tidak mengatakan bahwa aku
percaya pada cerita-cerita itu. Tapi kita kan harus menghadapi
persoalan seperti apa adanya! Gua itu mulai mengerang-erang lagi, tapi
sampai sekarang belum ada yang berhasil menemukan apa-apa yang bisa
menjelaskan timbulnya. Kalau bukan Si Tua, lalu apa menurut Anda?"
Setelah itu Luke Hardin turun dari serambi, menuju ke bangsal tempat
para pekerja.
Mrs. Dalton menatap orang yang pergi itu dengan wajah yang
mencerminkan kegelisahan. "Kurasa kita semua sudah terpengaruh,"
katanya kemudian. "Luke itu sebenarnya sangat tabah. Belum pernah
kujumpai orang setabah dia. Aku belum pernah mendengarnya berbicara
seperti ini."
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Aku ingin tahu, apa sebabnya ia tahu-tahu berbicara tentang Si Tua
dengan kita," kata Jupiter sambil merenung.
Mrs. Dalton tersenyum dengan tiba-tiba.
"Kurasa Luke cuma capek saja," katanya. "Kita semua merasa gelisah, di
samping sangat repot bekerja. Nah - bagaimana jika untuk kalian
kuhidangkan susu hangat dengan. kue-kue?"
"Boleh saja, Ma'am!" jawab Pete dengan cepat, mewakili kedua
temannya.
Tidak lama kemudian mereka sudah asyik makan kue sambil minum susu
di ruang duduk yang nyaman dalam ruang pertanian tua itu. Permadani
Indian yang berwarna-warni terhampar menutupi lantai, di bawah kursi
dan meja sederhana yang dibuat dengan tangan. Satu sisi ruangan itu
hampir penuh dengan pendiangan besar dari batu. Di dinding dipajang
kepala-kepala rusa, beruang, dan singa gunung yang sudah diawetkan.
"Si Tua itu sebenarnya apa, Mrs. Dalton?" tanya Jupiter sambil meraih
sebuah kue lagi.
"Ah - cuma legenda kuno orang Indian saja, Jupiter. Zaman dulu, ketika
orang Spanyol baru datang kemari, orang-orang Indian penghuni daerah
ini mengatakan bahwa dalam gua di Gunung Setan ada hantu hitam
mengkilat, yang mereka namakan Si Tua. Kata mereka, tinggalnya dalam
suatu telaga, jauh di dalam gua."
Mata Pete terkejap. "Tapi jika tidak ada yang bisa melihat Si Tua itu,
dari mana mereka tahu bahwa ia hitam mengkilat?"
Mrs. Dalton tertawa. "Nah - betul, kan? Cerita itu memang tidak masuk
akal! Kurasa dulu pernah ada orang yang merasa seperti melihatnya, lalu
ia bercerita pada teman-temannya. Begitu seterusnya – turun-temurun.
"
"Lalu bagaimana reaksi orang Spanyol?" tanya Bob.
"Itu kan zaman dulu," kata Mrs. Dalton lagi. "Orang-orang Spanyol itu
sebenarnya juga percaya pada yang bukan-bukan. Mereka mengatakan
tidak percaya - tapi kalau tidak benar-benar terpaksa, mereka tidak
pernah mau pergi mendekati lembah itu. Hanya yang paling tabah saja di
antara mereka, El Diablo - hanya dialah yang berani masuk ke gua."
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Bisakah Anda bercerita sedikit tentang El Diablo?" kata Jupiter
meminta.
Saat itu Mr. Dalton masuk bersama seorang laki-laki bertubuh kecil
kurus dan berkaca mata tebal. Anak-anak sudah berjumpa sebelumnya
dengan orang itu. Namanya Profesor Walsh, tamu keluarga Dalton.
"Kudengar kalian tadi ke Lembah Raungan yang misterius itu, Anak-
anak," kata Profesor.
"Ah, misterius. Apanya yang misterius! Itu kan cuma omongan orang
saja!" tukas Mr. Dalton. "Apa yang terjadi di sana, bukan barang asing di
tempat pertanian yang mana pun. Cuma kecelakaan biasa saja."
"Anda memang benar," kata Profesor Walsh, "tapi sayangnya anak buah
Anda tidak mau percaya. Orang yang berpendidikan rendah lebih cepat
percaya pada hal-hal gaib, dan tidak mencari penyebabnya pada
keteledoran diri sendiri."
"Coba kita bisa menemukan penyebabnya, lalu menunjukkannya pada
mereka," kata Mr. Dalton. "Setelah kecelakaan tadi, pasti ada lagi
bawahanku yang minta berhenti. Padahal Jupiter ini saja bisa melihat
bahwa batu yang longsor terjadi karena getaran tembakan meriam
kapal-kapal perang di lepas pantai."
"Maaf, Sir, " kata Jupiter memotong, "kami ingin membantu, jika kami
bisa! Seperti mungkin sudah dikatakan oleh Mr. Crenshaw, kami cukup
berpengalaman menghadapi kejadian seperti ini."
"Pengalaman?" kata Mr. Dalton mengulangi, sambil menatap ketiga
remaja yang ada di depannya dengan pandangan tak mengerti.
Jupiter mengeluarkan dua lembar kartu dari kantungnya, lalu
menyodorkannya pada Mr. Dalton. Petani jangkung itu mengamat-amati
kedua kartu itu. Dibacanya tulisan yang tertera pada kartu pertama.
TRIO DETEKTIF
"Kami Menyelidiki Apa Saja"
? ? ?
Jupiter Jones....
Penyelidik Pertama Pete Crenshaw....
Penyelidik Kedua Bob Andrews...... Catatan dan Riset
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Mr. Dalton mengernyitkan keningnya. "Jadi kalian ini penyelidik? Wah -
bagaimana, ya? Jangan-jangan sheriff tidak suka jika ada anak-anak
ikut campur."
Profesor Walsh memandang kartu itu. "Apa arti ketiga tanda tanya ini?
Apakah kalian menyangsikan kemampuan kalian sebagai detektif?"
Nampak jelas bahwa profesor itu cuma bercanda saja, karena ia
tersenyum. Bob dan Pete hanya nyengir, memberi kesempatan pada
Jupiter untuk menjawab. Orang dewasa selalu bertanya tentang tanda
tanya itu. Dan itu memang disengaja oleh Jupiter.
"Bukan begitu, Sir," katanya. "Ketiga tanda tanya itu lambang kami. Arti
masing-masing tanda tanya itu pertanyaan yang belum terjawab, misteri
yang belum terpecahkan, dan teka-teki yang menghendaki penyelesaian.
Selama ini kami belum pernah tidak berhasil menjelaskan setiap teka-
teki yang kami jumpai."
Kalimat terakhir diucapkannya dengan bangga. Tapi sementara itu Mr.
Dalton sudah menyimak isi kartu berikutnya, yang berukuran lebih kecil
dan berwarna hijau. Kecuali Jupiter, Bob dan Pete juga memiliki kartu
serupa, dengan isi yang sama.
"Dengan ini dijelaskan bahwa pemegang kartu ini Petugas Remaja
Pembantu Suka rela yang bekerja sama dengan Dinas Kepolisian Rocky
Beach. Mohon agar pada yang bersangkutan diberikan bantuan seperti
yang diperlukan, untuk mana kami mengucapkan terima kasih Samuel
Reynolds - Kepala Polisi"
Profesor Walsh memandang kartu hijau itu dari balik lensa kaca
matanya yang tebal.
"Wah - benar-benar mengesankan! Kalian memang memiliki tanda
pengenal yang hebat," katanya. "Kalian memang lebih menunjukkan akal
sehat malam ini, dibandingkan dengan sementara orang dewasa di
tempat ini," kata Mr. Dalton beberapa saat kemudian. "Mungkin memang
tiga remaja dengan pandangan segarlah yang kita perlukan guna
menyelesaikan urusan yang sebenarnya omong kosong ini. Aku yakin,
pasti ada penjelasannya yang sederhana! Jika kalian berjanji akan
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
sangat berhati-hati jika ada di sekitar gua itu, akan kukatakan silakan
menyelidiki!"
"Kami akan berhati-hati sekali!" seru ketiga remaja serempak.
Mrs. Dalton tersenyum. "Pasti ada keterangan yang biasa-biasa saja tapi
tidak kita temukan selama ini," katanya.
Mr. Dalton mendengus. "Aku yakin, itu cuma angin yang menghembus
lewat liang-liang tua yang ada di dalam. Cuma itu saja!"
Jupiter menyikat kue yang penghabisan. "Anda beserta sheriff sudah
memeriksa seluruh gua itu, Sir?" tanyanya pada Mr. Dalton.
"Dari ujung ke ujung! Lorong-lorong di dalamnya banyak yang tersumbat
reruntuhan batu yang disebabkan oleh gempa masa silam. Tapi semua
lorong yang bisa kami masuki, sudah kami periksa dengan cermat."
"Waktu itu Anda menemukan sesuatu yang kelihatannya merupakan
perubahan yang belum lama terjadi?" desak Jupiter.
"Berubah?" Kening Mr. Dalton berkerut, sementara ia berusaha
mengingat-ingat "Sepanjang penglihatan kami, tidak ada. Ke mana
sebenarnya arah pertanyaanmu, Nak?"
"Begini, Sir," kata Jupiter menjelaskan. "Erangan itu katanya kan mulai
terdengar lagi sejak sebulan yang lalu. Sebelum itu sudah setengah
abad tidak pernah terdengar. Jika penyebabnya angin, mestinya kan ada
perubahan dalam gua, sehingga bunyi itu terdengar lagi sekarang.
Maksud saya, kecil sekali kemungkinannya angin yang berubah."
"Nah - itu logika yang baik sekali, Dalton!" kata Profesor Walsh.
"Kelihatannya ada kemungkinan anak-anak ini akan bisa menyibakkan
misteri kita."
Jupiter melanjutkan penjelasannya, tanpa mengacuhkan ucapan Profesor
Walsh. "Menurut keterangan yang saya dengar, suara mengerang itu
juga hanya terdengar saat malam hari. Itu tidak mungkin, jika
penyebabnya hanya angin. Sempatkah Anda memperhatikan, apakah
bunyi itu terdengar setiap kali angin berhembus malam hari?"
"Tidak! Maksudku, suara itu tidak terdengar setiap kali ada angin
malam-malam" Dari sikapnya nampak bahwa Mr. Dalton benar-benar
mulai tertarik. "Aku sekarang mengerti maksudmu. Jika penyebabnya
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
hanya angin, maka mestinya kita mendengarnya setiap kali angin
menghembus saat malam hari."
Kemudian ia menyambung, "Tapi bisa saja angin serta keadaan cuaca
tertentu."
Profesor Walsh tersenyum. "Atau bisa juga El Diablo yang muncul
kembali!"
Pete kaget. "Jangan begitu ah, Profesor," katanya gugup. "Sebelum
Anda, Jupe juga sudah mengatakan begitu!"
Profesor Walsh memandang ke arah Jupiter.
"Ia mengatakan begitu, ya?" kata laki-laki berkaca mata tebal itu. "Kau
percaya bahwa hantu itu ada, Anak muda?"
"Kalau tentang hantu, tidak ada yang bisa tahu dengan pasti, Sir," sela
Bob serius. "Tapi kami belum pernah menjumpai hantu yang benar-benar
hantu."
"Begitu," kata Profesor. "Orang Spanyol yang tinggal di kawasan ini dulu
selalu mengatakan bahwa El Diablo pasti akan datang lagi apabila
bantuannya diperlukan. Aku sudah banyak melakukan riset mengenainya,
dan aku tidak bisa mengatakan bahwa tidak mungkin ia muncul kembali. "
"Kata Anda tadi, riset?" tanya Bob.
"Profesor Walsh ini guru besar ilmu sejarah," kata Mrs. Dalton memberi
penjelasan. "Ia berada di Santa Carla selama setahun, untuk keperluan
riset khusus mengenai sejarah California. Mr. Dalton merasa bahwa ia
mungkin bisa membantu kami menjelaskan teka-teki sehubungan dengan
Lembah Raungan pada para pekerja kami."
"Sayangnya sampai sekarang belum berhasil," kata guru besar itu. "Tapi
mungkin kalian ingin mendengar cerita tentang El Diablo secara lengkap?
Aku berniat, ingin menulis buku tentang riwayatnya yang penuh
semangat petualangan."
"Asyik!" seru Bob bersemangat.
"Ya, saya ingin lebih banyak tahu tentang dia," kata Jupiter sependapat
Profesor Walsh duduk bersandar ke belakang, lalu mulai mengisahkan
riwayat El Diablo serta petualangan terakhirnya yang terkenal. Ketika
orang berkulit putih belum begitu lama menghuni kawasan California,
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
daerah yang kini menjadi tanah pertanian milik suami-istri Dalton
merupakan bagian dari Rancho Delgado. Tanah pertanian keluarga
Delgado itu merupakan salah satu tanah hibahan yang paling luas, yang
diberikan raja Spanyol waktu itu pada para pemukim bangsa Spanyol.
Jumlah mereka yang datang ke California tidak banyak, tidak seperti
para pendatang bangsa Inggris yang menghuni bagian timur Amerika
Utara. Karenanya selama beberapa keturunan setelah itu Rancho
Delgado tetap merupakan tanah milik pribadi yang luas sekali. Kemudian
pemukim baru dari timur mulai memasuki kawasan California. Tanah
milik keluarga Delgado semakin menyusut, karena dihadiahkan, tetapi
juga karena direbut atau dicuri orang. Seusai peperangan antara
Amerika Serikat melawan Meksiko, California menjadi daerah bagian
Amerika Serikat. Semakin banyak saja orang Amerika berdatangan
untuk bermukim di sana - apalagi setelah Arus Besar tahun 1849 yang
terjadi ketika terbetik kabar bahwa di California ditemukan emas.
Menjelang tahun 1880 hampir seluruh tanah milik keluarga Delgado yang
semula begitu luas sudah tidak ada lagi, kecuali sisa yang sekarang
merupakan tanah pertanian milik keluarga Dalton, termasuk Lembah
Raungan. Delgado terakhir bernama Gaspar Ortega Jesus de Delgado y
Cabrillo, seorang pemuda yang gagah berani dan dengan semangat
berapi-api. Kebenciannya pada orang Amerika yang sudah bersemi sejak
kecil, makin lama semakin merasuk ke dalam hatinya. Menurut
pandangannya, mereka itu semuanya penjahat, yang mencuri tanah milik
keluarganya. Pemuda Gaspar tidak banyak memiliki uang. Ia juga tidak
mempunyai kekuasaan. Tapi idam-idamannya tetap membara dalam
sanubarinya. Ia ingin membalaskan dendam keluarganya dan merampas
tanah miliknya kembali. Ia memutuskan untuk menjadi pembela semua
keluarga Spanyol-Meksiko yang sudah begitu lama bermukim di
California. Ia menjadi orang buruan bersembunyi di bukit-bukit. Bagi
orang-orang Spanyol, ia dianggap semacam tokoh Robin Hood. Sedang di
mata masyarakat Amerika, ia tidak lebih dari penjahat biasa. Mereka
menjulukinya El Diablo - yang berarti 'setan' - menurut nama gunung, di
mana ia biasa bersembunyi dalam salah satu gua. Dua tahun lamanya ia
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
dikejar-kejar. tanpa pernah bisa ditangkap. Ia merampas uang pajak.
menakut-nakuti para petugas yang mengumpulkan pajak. Dirampoknya
kantor-kantor pemerintah setempat. Pendek kata, ia dapat dikatakan
menolong orang-orang Spanyol yang tinggal di California. Sedang
masyarakat Amerika dirongrong terus olehnya. Akhirnya, tahun 1888 El
Diablo berhasil ditangkap petugas keamanan, atau sheriff daerah Santa
Carla. Ia diajukan ke pengadilan, yang menurut pendapat warga
California asal Spanyol merupakan pengadilan pura-pura saja. El Diablo
kemudian dijatuhi hukuman gantung. Tapi dua hari sebelum hukuman itu
dilaksanakan, ia dibantu beberapa orang temannya melarikan diri secara
nekat waktu siang hari. El Diablo lari lewat atap gedung pengadilan,
melompat beberapa meter ke atap bangunan lain, dan kemudian
melompat lagi ke punggung kuda hitamnya yang sudah disiapkan di
bawah. Dalam usaha pelarian itu El Diablo menderita luka. Ia memacu
kudanya ke gua tempat persembunyiannya di Lembah Raungan,
sementara polisi mengejar dekat sekali di belakangnya. Sheriff beserta
anak buahnya menjaga semua jalan keluar yang mereka ketahui. Tapi
mereka tidak masuk ke dalam lembah. Mereka berpendapat bahwa El
Diablo pasti akan keluar dengan sendirinya apabila sudah terlalu lapar.
Atau apabila sudah tidak kuat lagi menahan sakit yang diakibatkan
karena lukanya. Beberapa hari mereka mengepung Lembah Raungan. Tapi
El Diablo tidak muncul-muncul. Namun sementara menunggu di luar,
mereka mendengar suara erangan aneh. Datangnya seakan-akan dari
dalam gua di gunung. Erangan itu terdengar jelas sekali - mirip raungan.
Sheriff dan juga anak buahnya tentu saja mengira bahwa yang
mengerang-erang itu penjahat yang mereka kejar, yang meraung
kesakitan. Akhirnya para pengejar diperintahkan masuk ke dalam gua.
Empat hari lamanya mereka memeriksa setiap liang dan sudut yang ada
di situ. Tapi mereka tidak menemukan apa-apa. Mereka juga memeriksa
seluruh lembah. Tapi jejak El Diablo tetap tidak berhasil ditemukan
kembali. Ia lenyap tak berbekas - baik tubuh, pakaian, senjata, kuda,
mau pun uangnya tahu-tahu menghilang dengan begitu saja. Sejak itu
tidak ada orang yang pernah melihatnya lagi. Ada yang mengatakan
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
bahwa Dolores de Castillo, kekasih El Diablo yang setia, masuk ke dalam
gua itu lewat jalan rahasia dan membantunya melarikan diri, lalu
bersamanya memulai hidup baru di Amerika Selatan. Ada pula yang
mengatakan bahwa sahabat-sahabatnya yang menyelundupkan El Diablo
ke luar, menyembunyikannya secara berpindah-pindah dari rancho yang
satu ke rancho berikut selama bertahun-tahun. Tapi waktu itu sebagian
besar orang berpendapat bahwa El Diablo tidak pernah keluar dari gua
tempatnya bersembunyi. Ia masih bersembunyi di suatu tempat yang
tidak bisa ditemukan orang Amerika. Dan - sampai sekarang ia masih
ada di situ! Selama bertahun-tahun, setiap kali ada peristiwa
perampokan atau tindakan kekerasan yang misterius dan tidak berhasil
diselidiki, banyak orang yang mengatakan bahwa itu pasti perbuatan El
Diablo, yang masih berkeliaran malam-malam menunggang kuda
hitamnya. Sedang suara erangan masih terus terdengar di dalam gua,
yang kemudian dikenal dengan nama Gua El Diablo. "
"Kemudian, tahu-tahu suara erangan itu lenyap," kata Profesor Walsh
mengakhiri kisahnya. "Menurut penduduk sini yang keturunan Spanyol, El
Diablo sudah capek dan tidak lagi melakukan serangan-serangan
mendadak. Tapi ia masih tetap ada dalam gua, menunggu saat
bantuannya benar-benar diperlukan!"
"Bukan main." kata Pete terkesan. "Jadi ada orang yang beranggapan
bahwa ia masih ada dalam gua itu. Profesor?" "
Mana mungkin?" kata Bob sangsi.
"Yah," kata Profesor Walsh, "sudah banyak sekali hasil risetku tentang
El Diablo. Misalnya saja ini! Dalam lukisan-lukisan kuno yang
menggambarkan dirinya, ia nampak dengan pistol tergantung di pinggang
sebelah kanan. Tapi aku yakin bahwa ia kidal!"
Jupiter mengangguk-angguk sambil merenung. "Kisah-kisah mengenai
tokoh legendaris seperti dia. sering kali tidak sesuai dengan kenyataan,"
katanya.
"Tepat," kata Profesor Walsh. "Nah! Catatan resmi mengenai dirinya
selalu mengatakan bahwa ia meninggal dunia dalam gua malam itu karena
luka-luka yang dideritanya. Tapi aku mempunyai kebiasaan. yaitu
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
meneliti catatan dengan seksama sekali. Aku kini yakin bahwa luka-luka
itu tidak membahayakan jiwanya. Tahun 1888 itu El Diablo baru
berumur delapan belas tahun. Jadi bisa saja ia masih hidup sekarang!"
Bab 4 Penyelidikan Dimulai
"ANDA jangan macam-macam, Walsh!" seru Mr. Dalton. "Kalau kata
Anda tadi benar, itu kan berarti bahwa umurnya saat ini sudah lebih
dari seratus tahun. Orang seuzur itu. mana mungkin masih berkeliaran
ke mana-mana!"
"Kurasa Anda tidak bisa membayangkan bahwa orang berusia seabad pun
masih bisa tangkas," kata Profesor Walsh dengan tenang. "Ada laporan
tentang sejumlah pria penghuni daerah Pegunungan Kaukasus di kawasan
selatan Uni Soviet, yang masih tangkas menunggang kuda dan berperang
- walau usia mereka sudah seabad dan bahkan ada yang lebih tua lagi.
Lagi pula, yang ada di sini ini kan cuma meraung-raung saja dalam gua."
"Betul, Sir," kata Jupiter.
"Kecuali itu mungkin juga bahwa El Diablo ternyata mempunyai
keturunan," kata Profesor Walsh mengetengahkan pendapatnya lagi.
"Bisa saja anak, atau bahkan cucunya yang saat ini hendak merintis karir
seperti El Diablo dulu."
halaman 40 & 41 hilang...
menarik sekali saat malam hari. Di daerah sini, di sepanjang tepi laut
terdapat tumbuh-tumbuhan dan hewan yang hanya muncul saat malam
hari."
Mr. dan Mrs. Dalton nampak terkesan mendengar kata-kata Jupiter.
Kalau ia sudah berbicara dengan gaya begitu, tidak sedikit orang dewasa
yang menyangka bahwa ia lebih tua. Tapi Bob dan Pete tahu bahwa niat
Jupe yang sebenarnya bukan hanya hendak berjalan-jalan saja di pantai.
Keduanya memaksa diri mengusir rasa mengantuk yang mulai menyerang.
"yah...," kata Mrs. Dalton agak sangsi.
"Kenapa tidak?" potong Mr. Dalton dengan nada memutuskan. "Malam
memang belum larut, dan bisa kubayangkan kalian tidak ingin lekas-lekas
tidur, karena ingin menikmati malam pertama di tempat pertanian."
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Petani itu berpaling pada istrinya. "Biar sajalah, Martha. Lebih baik
mereka berjalan-jalan ke pantai malam ini, karena mulai besok mereka
akan kusuruh sibuk terus bekerja."
"Baiklah, kalau begitu." Mrs. Dalton tersenyum. "Sana, pergilah - tapi
jangan sampai lewat pukul sepuluh, ya! Kami di sini selalu bangun pagi
sekali."
Ketiga remaja itu tidak lama-lama lagi menunggu di situ. Mereka ke
dapur membawa piring dan gelas masing-masing, lalu keluar lewat pintu
belakang.
Begitu sudah berada di luar Jupiter langsung mengatur tugas. "Pete,
kau ke lumbung sekarang. Ambil tali panjang yang kulihat tergantung di
sana. Bob pergi sebentar ke kamar kita. Ambil kapur dan senter kita.
Sementara itu aku akan mengeluarkan sepeda-sepeda kita."
"Kita akan ke gua, Jupe?" tanya Bob meminta ketegasan.
"Betul! Itu satu-satunya tempat yang tepat, apabila kita hendak
menyelidiki misteri Lembah raungan. "
"Ke gua?" tanya Pete gugup. "Sekarang? Kenapa tidak kalau siang hari
saja?"
"Suara erangan keras itu hanya terdengar saat malam hari," kata
Jupiter menjelaskan. "Lagi pula, siang atau malam dalam gua kan sama
saja gelapnya. Kecuali itu tidak setiap malam terdengar suara itu. Kita
tahu, malam ini suara itu terdengar lagi. Jika kita tidak ke sana
sekarang, mungkin kita harus menunggu berhari-hari lagi."
Kini kedua temannya berhasil diyakinkan. Dengan cepat mereka
bergerak melakukan tugas masing-masing. Tidak lama kemudian
ketiganya berkumpul lagi di pintu pagar. Pete mengikatkan tali panjang
ke tempat barang di sepedanya. Kemudian mereka berangkat, melalui
jalan tanah yang sempit. Hawa malam itu tidak dingin. Bulan sudah
terbit. Cahayanya yang keperak-perakan menerangi jalan di depan.
Areal tanah pertanian suami-istri Dalton terbentang sampai bermil-mil
sepanjang pesisir Samudra Pasifik. Tapi pantai yang sebenarnya
terletak di batik pegunungan yang membujur sebagai pembatas.
Pegunungan cadas itu menjulang sunyi di bawah sinar bulan, sedang
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
pohon-pohon yang berdaun hijau saat itu kelihatannya seperti jejeran
hantu yang kelabu pucat. Sambil bersepeda, ketiga remaja itu
mendengar bunyi ternak yang berkeliaran di padang-padang rumput,
serta kuda yang meringkik dan mendengus-dengus, tidak jauh dari jalan
yang sedang dilalui.
"Aaaaaa-oooouuuuu!"
Tiba-tiba saja suara menyeramkan itu terdengar, seperti mengambang
di atas lembah. Pete dan Bob terlonjak kaget, walau sebenarnya sudah
memperkirakan akan mendengar lagi suara itu.
"Bagus!" kata Jupiter berbisik-bisik. "Erangan itu belum berhenti."
Mereka menaruh sepeda masing-masing di tepi jalan, lalu mendaki ke
tebing yang tinggi. Dari situ mereka melayangkan pandangan melintasi
lembah yang diterangi sinar bulan, menatap ke arah mulut gua El Diablo
yang nampak gelap di kejauhan.
"Aduh, Jupe," bisik Bob. "Setiap kali aku merasa seakan-akan melihat
sesuatu bergerak-gerak di sana."
"Dan aku seperti mendengar bunyi," sambung Pete.
"Memang - tapi itu cuma perasaan kalian saja," kata Jupiter tegas. "Di
lingkungan seram seperti tempat ini, bunyi yang biasa saja pun
terdengar menakutkan. Nah, sudah siap semua? Coba kauperiksa senter
kita sekali lagi, Bob."
Bob menyalakan senter-senter sebentar, sedang Pete menyandangkan
gulungan tali ke bahu. Kapur pemberi tanda dibagi-bagikan.
"Gua bisa membahayakan jika kita tidak berjaga-jaga," kata Jupiter
menjelaskan. "Risiko terbesar yang dihadapi ialah jatuh ke dalam celah
yang tidak kelihatan, atau tersesat. Kita membawa tali untuk berjaga-
jaga jika di antara kita ada yang nanti terjatuh. Sedang dengan
memberi tanda pengenal dengan kapur, kita takkan mungkin tersesat.
Kita harus bersama-sama terus. Jangan sampai berpisah."
"Apakah lintasan yang kita lalui perlu diberi tanda dengan tanda tanya?"
"Ya, betul," kata Jupiter. "Dan juga tanda panah, untuk menunjukkan
arah kita."
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Tanda tanya yang dibuat dengan kapur merupakan ciptaan Jupiter yang
paling berguna. Ketiga remaja itu memakainya sebagai tanda jejak.
Tanda tanya itu dengan jelas memberi tahu bahwa salah seorang dari
mereka pernah ada di tempat itu. Kapur Jupiter berwarna putih, Pete
biru, dan Bob memegang kapur berwarna hijau. Dengannya langsung bisa
dikenali siapa yang membubuhkan tanda di suatu tempat.
"Nah - sudah siap kita sekarang?" kata Pete.
"Kurasa sudah," kata Jupiter. Ketiganya menarik napas panjang untuk
meneguhkan hati, lalu mulai menuruni lereng tebing memasuki lembah.
"Aaaaa-ooouuuuu!"
Bab 5 Gua El Diablo
PETE menerpa Jupiter, sehingga Penyelidik Pertama Trio Detektif itu
terlempar menjauhi mulut gua. Batu yang jatuh menghantam tanah
dengan keras, tepat di tempat Jupiter tadi terpaku. Bob bergegas
bangun kembali.
"Kalian tidak apa-apa?" tanyanya cemas.
Pete ikut berdiri. "Kalau aku, beres! Kau bagaimana, Jupe?"
Jupiter berdiri dengan gerakan lebih lambat. Ia membersihkan
pakaiannya yang penuh debu. Tatapan matanya menerawang. Begitulah
sikapnya jika sedang sibuk berpikir.
"Aku tadi tidak mampu bergerak. Reaksi mental yang sangat menarik,"
katanya seperti pada dirinya sendiri. "Apa yang kualami tadi seperti
seekor binatang kecil yang seolah-olah menjadi lumpuh apabila ditatap
ular. Binatang itu tidak bisa bergerak, sehingga dengan mudah dapat
disambar. Padahal ada kesempatan lari!"
Bob dan Pete hanya bisa melongo saja, mendengar teman mereka itu
dengan tenang menguraikan reaksi saat menghadapi kejadian yang
nyaris mencelakakan dirinya. Sementara itu Jupiter menatap ke atas,
memandang lereng gunung Setan yang diterangi cahaya bulan.
"Kelihatannya di atas banyak batu-batu besar yang longgar letaknya,"
katanya, "dan tanah lereng ini kering sekali. Kurasa di sini cukup sering
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
ada batu yang jatuh. Tembakan meriam-meriam tadi sore mungkin
menyebabkan banyak yang terlepas dari posisi semula."
Ketiga remaja itu mendekati batu yang jatuh tadi. Batu itu terhenyak
ke dalam tanah, hanya beberapa meter saja dari mulut Gua El Diablo.
"Lihatlah! Di sini nampak ada bekas-bekas suatu!" kata Bob dengan tiba-
tiba sambil menunjuk ke beberapa titik di batu. "Wah, Jupe - mungkin
tidak ada yang mendorong batu ini, upaya menimpa kita?"
"Ini memang bekas-bekas sesuatu," kata Jupiter, setelah mengamat-
amati batu itu dengan agak seksama. "Tapi itu sebenarnya tidak aneh."
"Kan tadi sewaktu jatuh, membentur batu-batu lain," kata Pete
menegaskan.
"Kita tadi tidak melihat ada orang di atas," kata Bob.
Jupiter mengangguk.
"Tapi mungkin saja ada, tapi tidak ingin kelihatan oleh kita," katanya.
"Hih - kita kembali saja, yuk," kata Pete.
"Tidak, jangan - tapi kita harus lebih berhati-hati sekarang," kata
Jupiter. "Setidak-tidaknya takkan ada batu jatuh menimpa kita dari
atas gunung, apabila kita sudah masuk ke dalam gua."
Didahului oleh Jupiter, mereka memasuki gua Senter dinyalakan. Bob
membubuhkan tanda tanya dan panah di tempat mereka masuk. Dengan
bantuan sinar senter pun, mereka hanya bisa melihat lorong panjang dan
gelap, lurus menuju ke perut Gunung Setan. Dinding lorong itu rata,
sedang sisi atasnya lumayan tingginya sehingga Pete - yang paling
jangkung di antara mereka bertiga - dapat berdiri tegak di situ.
Sekitar lima belas meter ke dalam, lorong itu lurus saja, dengan dinding
batu yang rata. Kemudian ketiga remaja itu melangkah masuk ke dalam
semacam rongga yang lapang. Cahaya senter disorotkan kian kemari.
Rongga itu ternyata berupa ruang besar dan langit-langit menjulang
tinggi di atas. Sisi sebelah belakangnya jauh sekali. Hanya samar-samar
saja nampak.
"Seperti di emperan stasiun kota besar!" kata Bob kagum. "Belum
pernah aku memasuki gua selapang ini."
Suaranya menggaung, kedengarannya seperti jauh sekali.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Halo!" seru Pete.
Suaranya menggema kembali, dari berbagai arah. Anak-anak tertawa.
Bunyinya juga menggema kembali.
"Halo!" seru Bob.
Sementara ia dan Pete asyik berhalo-halo, Jupiter pergi memeriksa
rongga gua yang besar itu dengan bantuan cahaya senternya.
Tiba-tiba ia berseru, "Coba lihat ini!"
Di dinding sebelah kiri mereka nampak sebuah lubang gelap berukuran
kecil. Lubang itu ternyata mulut sebuah liang, yang kelihatan seperti
mengarah ke luar dari tempat itu. Anak-anak mengarahkan sorotan
senter mereka ke dua sisi liang rongga yang luas itu. Banyak sekali
lubang yang nampak. Paling sedikit ada sepuluh lorong yang mengarah
lebih jauh ke dalam gunung.
"Astaga!" kata Pete. "Lorong mana yang kita pilih sekarang?"
Lorong-lorong itu semuanya nampak sama saja. Tidak begitu tinggi,
nyaris menyentuh kepala Pete jika ia berdiri. Sedang lebarnya sedikit
lebih dari satu meter. Rupanya Gua El Diablo ini mempunyai sejumlah
besar Jiang dan rongga," kata Jupiter sambil mengerutkan kening.
"Mungkin itu sebabnya El Diablo tidak bisa disergap para pengejarnya,"
kata Bob. "Begitu banyak liang-liang di sini, sehingga ia bisa
bersembunyi dengan aman."
Jupiter mengangguk. "Kurasa memang itulah yang terjadi waktu itu,"
katanya.
"Aku kepingin tahu, bagaimana dulu bisa terjadi gua semacam ini," kata
Pete bertanya-tanya, sambil memandang berkeliling dengan sikap
terpesona.
"Umumnya karena erosi, yang disebabkan oleh air," kata Bob
menjelaskan. "Aku pernah membaca mengenainya di perpustakaan.
Gunung seperti ini terdiri dari bermacam-macam jenis batu. Ada yang
keras, dan ada juga yang lebih lunak. Air yang mengalir kemari
meluruhkan batu-batuan yang lebih lunak. Tentu saja tidak dengan
segera. Kadang-kadang bisa memakan waktu sampai jutaan tahun. Zaman
dulu, bagian yang luas dari daerah ini digenangi air."
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Keterangan Bob itu betul," kata Jupiter. "Tapi aku agak sangsi, apakah
seluruh lorong yang ada di sini ini terjadi secara alamiah. Beberapa di
antaranya kelihatan seperti buatan tangan manusia. Mungkin saja anak
buah El Diablo."
"Atau para penambang, Jupe," kata Bob menyela. "Aku pernah membaca,
bahwa mereka pernah mencari emas di sekitar sini."
Pete menyorotkan senternya masuk ke lorong yang satu, setelah itu
lorong berikut. "Kapan kita mulai dengan pemeriksaan kita?" tanyanya.
"Kalau seluruh lorong ini kita periksa satu-satu, bisa memakan waktu
berbulan-bulan," kata Bob. "Kurasa masing-masing lorong ini nanti masih
bercabang-cabang lagi."
"Mungkin juga," kata Jupiter membenarkan "Tapi untungnya kita punya
cara gampang untuk menentukan lorong mana yang tidak perlu kita
periksa. Kita kan mencari sumber bunyi raungan. Jadi cukup bila kita
memasang telinga di masing-masing mulut lorong, sampai kita temukan
tempat dari mana suara itu datang."
"Eh - benar juga katamu itu!" kata Pete bersemangat. "Kita ikuti saja
arah erangan itu."
"Tapi Jupe...," Bob nampak seperti bingung. "Mana bunyi itu? Aku tidak
mendengarnya. Sejak kita masuk kemari tadi, aku tidak mendengarnya
lagi!"
Ketiga remaja itu berdiri dengan diam-diam sambil menajamkan
pendengaran. Mereka memperhatikan dengan seksama. Ternyata Bob
benar rongga dalam gua itu sunyi. Sesunyi dalam kuburan!
"Jupe?" kata Pete. Ia gelisah. "Apa artinya ini?"
Jupiter menggeleng. Ia juga bingung. "Aku juga tidak tahu. Mungkin
cuma kebetulan saja. Mungkin erangan itu akan terdengar kembali
nanti."
Tapi sepuluh menit sudah berlalu, tanpa mendengar suara apa-apa di
tempat itu.
"Aku ingat bahwa tadi masih terdengar, sesaat sebelum batu jatuh,
Jupe," kata Bob. "Tapi setelah itu aku tidak begitu memperhatikan lagi."
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Ya - kita memang terlalu sibuk mempersiapkan diri untuk masuk
kemari," kata Jupiter, "jadi tidak tahu pasti sejak kapan bunyi itu tidak
kedengaran lagi."
"Wah," kata Pete, "lalu bagaimana sekarang?"
"Mungkin nanti akan mulai lagi," kata Jupiter berharap. "Mr. Dalton
memang sudah mengatakan, suara erangan itu tidak teratur
kedengarannya. Sekarang sambil menunggu, kurasa kita mulai saja
memeriksa lorong-lorong ini satu demi satu."
Pete dan Bob menyetujui usulnya. Apa pun yang mereka kerjakan, masih
tetap lebih baik daripada hanya berdiri saja di tempat gelap
menyeramkan itu. Bob membubuhkan tanda tanya dan panah dengan
kapur pada mulut lorong samping yang pertama. Setelah itu mereka
bertiga masuk ke dalamnya. Dengan gerak berhati-hati mereka
melangkah. Senter disorotkan dengan gerakan meneliti ke arah depan.
Tahu-tahu lorong itu buntu, tak sampai sepuluh meter dari ujung depan.
Buntunya tidak berupa dinding batu yang mulus, melainkan tumpukan
batu yang jatuh dari sebelah atas.
"Mr. Dalton mengatakan bahwa lorong-Lorong ini banyak yang buntu,
sebagai akibat gempa yang pernah terjadi dulu," kata Bob.
"Mungkinkah masih berbahaya sekarang?" tanya Pete. Ia nampak agak
gelisah.
"Kurasa tidak," kata Jupiter. "Langit-langit lorong ini kelihatannya
kokoh. Harus ada getaran keras sekali, barulah batu-batu di sini bisa
berguguran. Dan itu pun hanya terjadi di tempat-tempat yang paling
lemah. Gua ini sangat aman. "
Mereka kembali ke tempat awal. Setelah itu berturut-turut empat
lorong dimasuki, setelah jalan masuknya diberi tanda dengan kapur.
Keempat lorong itu ternyata buntu, berakhir pada tumpukan batu yang
menghalang.
"Dengan cara begini kita cuma membuang-buang waktu saja," kata
Jupiter kemudian. "Lebih baik kita berpencar. Masing-masing
menyelidiki lorong yang berlainan. Kelihatannya semua cukup aman untuk
dimasuki."
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Setiap lorong kita telusuri terus, sampai nampak ujungnya di tempat
buntu," kata Bob mengusulkan. "Kecuali jika kemudian ternyata tidak
ada runtuhan batu yang menghalangi."
"Ya, begitulah sebaiknya," kata Jupiter. "Jika salah seorang menemukan
lorong yang kelihatannya tidak terhalang di tengah jalan, ia cepat-cepat
kembali kemari - menunggu yang lain muncul lagi."
Dengan cepat masing-masing menyusup ke salah satu lorong, sambil
menyorotkan senter yang dipegang ke arah depan. Lorong yang dipilih
Jupiter ternyata hanya bagian yang pendek saja, dan merupakan liang
yang terjadi secara alamiah. Kemudian sorotan senternya menerangi
balok-balok kayu yang menopang dinding. Kelihatannya seperti dalam
liang di pertambangan. Ia masih melangkah dengan hati-hati beberapa
meter lagi, sambil meneliti dasar dan dinding liang. Tahu-tahu ia sampai
di depan dinding yang menyumbat jalan selanjutnya. Dinding itu dari
tanah bercampur batu. Ia berlutut, meneliti penghalang itu dengan lebih
cermat Tahu-tahu ditemukannya batu kecil yang keras berwarna hitam.
Aneh - batu itu lain sekali wujudnya dari batu-batu yang biasa nampak.
Dikantunginya benda itu. Maksudnya akan diteliti nanti.
Saat itu terdengar suara berteriak, menggema dalam lorong.
"Jupe! Bob! Cepat – tolong!"
***
Saat itu Bob sedang berada di sebuah rongga besar, mirip rongga
pertama yang mereka masuki. Lorong yang ditelusuri ternyata mengarah
lurus ke rongga itu. Sesaat Bob hanya bisa berdiri saja dengan perasaan
kecut, karena di situ pun nampak sejumlah lubang lorong yang
selanjutnya. Ia baru saja memutuskan lebih baik kembali saja dulu ke
rongga pertama dan menunggu teman-teman di situ, ketika tiba-tiba
terdengar suara Pete berteriak.
Bob bergegas-gegas kembali ke pangkal lorong. Sementara itu Jupiter
sudah lari sekencang-kencangnya menuju mulut lorong yang tadi
dimasuki Pete. Tahu-tahu ada sesuatu yang melesat keluar dari
kegelapan, menuju ke tempatnya. Sesaat kemudian ia sudah terkapar di
lantai batu, tertindih sesuatu yang menggapai-gapai.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Tolong!" Nada suaranya ketakutan, dekat sekali ke telinga Jupiter. Ia
kaget. Itu kan suara Bob!
"Ini aku, Bob!" seru Jupiter. Saat itu juga gerakan liar tadi terhenti.
Dua buah senter menyala
. "Aduh, kukira tadi ada sesuatu yang menangkapku," desah Bob dengan
suara masih gemetar.
"Sangkaanku juga begitu tadi," kata Jupiter. "Kita rupanya panik,
karena mendengar Pete berteriak -"
Aduh, betul juga - Pete!" seru Bob.
"Ayo, cepat!" desak Jupiter. Kedua remaja itu lari ke dalam lorong yang
tadi memasuki Pete. Lintasan itu rasanya lebih panjang daripada lorong-
Lorong lainnya. Beberapa saat kemudian nampak sinar cahaya di depan.
Itu sinar senter yang dinyalakan Pete.
"Aku di sini!" seru remaja itu.
Bob dan Jupiter mempercepat lari mereka. Semuanya masuk ke dalam
suatu rongga lagi, yang lebih besar ukurannya. Pete berdiri di tengah
ruangan itu, sedang sinar senternya disorotkan ke dinding sebelah kiri.
Mukanya pucat.
"Ada... ada sesuatu di dalam situ!" katanya tergagap-gagap. "Aku tadi
melihatnya. Hitam mengkilat."
Bob dan Jupiter mengarahkan sorotan senter mereka ke tempat itu.
Tapi tidak kelihatan apa-apa di situ.
"Sungguh, aku tadi melihat sesuatu," kata Pete berkeras. "Ketika aku
muncul dari lorong, aku mendengar bunyi sesuatu. Cepat-cepat
kunyalakan senterku, dan aku melihat... aku melihat benda itu. Di situ,
dekat dinding. Benda itu besar! Aku kaget sekali, sehingga senterku
terlepas dari tangan. Ketika sudah kupungut dan kusorotkan lagi ke situ,
benda itu tidak ada lagi!"
Bob memandangnya dengan sikap sangsi. "Jangan-jangan kau cuma gugup
saja, Pete. Kita ini memang keliru - sebaiknya jangan berpencar."
Tapi sementara itu Jupiter sudah mendatangi dinding, di mana menurut
Pete, ia tadi melihat sosok berwarna hitam mengkilat. Jupiter berlutut
di tempat itu.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Pete ternyata memang melihat sesuatu tadi, Bob," katanya. "Coba lihat
ini."
Pete dan Bob bergegas menghampiri Jupiter yang masih tetap berlutut.
Di depannya, di lantai batu, nampak sepasang jejak berwarna gelap.
Jejak besar berbentuk lonjong, yang memantulkan sinar senter yang
diarahkan ke situ.
"Apa..." Bob berhenti sebentar. "Apa itu, Jupe?"
"Jejak basah," kata Jupiter. "Kelihatannya seperti air - tapi mungkin
juga cairan lain."
"Hii," kata Pete sambil meneguk ludah. Jupiter menyorotkan cahaya
senternya ke lantai sekitar tempat itu. Tidak nampak bekas-bekas lain
kecuali yang dua itu. Langit-langit juga kering sama sekali.
"Tempat lainnya tidak ada yang basah," kata Jupiter. "Pete benar - tadi
memang ada sesuatu berdiri di sini. Sesuatu yang meninggalkan jejak
basah."
"Jejak? Sebesar itu? Panjangnya hampir semeter!" seru Bob.
"Paling sedikit," kata Jupiter dengan nada serius. "Besar dan basah
mengki!at. Semacam -"
"Monster!" kata Pete menyelesaikan kalimat temannya.
"Si Tua!" ucap Bob.
Ketiga remaja itu berpandang-pandangan Mereka merasa gugup. Mereka
tidak percaya bahwa ada monster yang tak dikenal. Tapi di pihak lain,
apa yang meninggalkan jejak basah sebesar itu?
Tahu-tahu mereka terkesiap, karena ada sorotan sinar terang
benderang menyilaukan terarah pada mereka. Dari balik sinar itu
terdengar suara kasar berseru, "Ada apa di sini?"
Sesosok tubuh datang lambat-lambat ke arah mereka. Sesosok tubuh
bungkuk, berjanggut putih panjang tergerai liar. Orang itu menyandang
senapan besar.
Bab 6 Lorong Berbahaya
LAKI-LAKI tua yang baru muncul itu menuding ke arah liang-liang gelap
yang pangkalnya terdapat dalam rongga itu.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Lorong-Lorong itu masuk jauh ke dalam gunung," katanya dengan suara
tinggi serak. "Dengan gampang kalian bisa tersesat di dalamnya."
Matanya berkilat-kilat ketika mengatakan itu.
"Di sini kalian harus berhati-hati," ucapnya lagi dengan suara serak.
"Harus benar-benar hapal - Ya, sungguh! Sudah tujuh puluh tahun aku
hidup di sini, tapi belum pernah aku kehilangan kulit kepalaku. Tidak,
belum pernah! Yang penting, di sini kita harus selalu waspada. Mengenal
daerah dan siap menghadapi musuh."
"Kulit kepala?" Pete menatap laki-laki tua itu. "Anda berperang melawan
orang Indian? Di sini?"
Laki-laki tua itu mengayun-ayunkan senapan kunonya.
"Indian!" sergahnya "Mau tahu soal indian, ha?! Seumur hidupku, aku
hidup di tengah-tengah mereka. Mereka manusia yang baik - tapi lawan
yang keras. Ya, sungguh! Dua kali aku hampir kehilangan kulit kepala.
Daerah suku Ute dan suku Apache. Orang Apache suka menyerang
dengan diam-diam. Tapi aku berhasil meloloskan diri."
"Kurasa di sini tidak ada lagi orang Indian," kata Jupiter dengan sopan,
"dan kami takkan tersesat."
Tatapan mata laki-laki tua itu tiba-tiba terpaku pada ketiganya. Ia
kelihatannya seperti baru saat itu melihat mereka secara sadar.
"Sekarang?" ujarnya. "Tentu saja tidak ada lagi orang Indian di sini
sekarang. Kalian sinting, barangkali? Mestinya begitu, berkeliaran dalam
gua ini. Kalian bukan orang sini, ya?" ia berbicara dengan suara biasa.
sedang matanya tidak lagi menatap liar.
Bob yang paling dulu menjawab. "Betul, kami ini dari Rocky Beach."
"Saat ini kami tinggal di Crooked- Y Ranch, sebagai tamu keluarga
Dalton," kata Jupiter menjelaskan.
"Anda ini...?" "Namaku Ben Jackson. Sebut saja Ben," kata laki-laki tua
itu. "Di tempat keluarga Dalton, katamu? Ya, mereka orang baik-baik.
Aku tadi sedang lewat di luar, ketika tiba-tiba aku merasa seperti
mendengar suara berteriak minta tolong. Itu salah satu dari kalian, ya?"
"Betul," kata Jupiter. "Tapi kami bukan tersesat Kami selalu menandai
jalan yang kami lewati, supaya bisa menemukan arah kembali."
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Jadi merintis jalan dengan meninggalkan jejak, begitu? Pintar juga
kalian. Kurasa kalian pasti tamat jika mengembara waktu dulu di alam
luas. Tapi apa sebetulnya yang kalian lakukan di sini?"
"Kami hendak menyelidiki asal-usul raungan," kata Bob menjelaskan.
"Tapi bunyi itu berhenti, begitu kami masuk kemari," kata Pete
menambahkan.
Tiba-tiba laki-laki tua itu berubah sikapnya lagi, seolah-olah merunduk.
Matanya kembali nampak berjaga-jaga. Perubahan itu terjadi dengan
begitu tiba-tiba , sehingga anak-anak merasa seperti tahu-tahu
berhadapan dengan orang lain, bukan Ben Jackson yang tadi lagi.
"Raungan, ya?" Suara laki-laki tua itu kembali mendengar bernada tinggi.
"Kata orang, itu El Diablo yang muncul kembali. Tapi aku lain -
menurutku, Itu Si Tua - ya, itu kataku."
"Si Tua sudah tinggal di dalam gua ini, lama sebelum manusia berkulit
putih muncul di daerah ini," katanya meneruskan. "Waktu sama sekali
tak ada artinya bagi Si Tua. Kalian jangan berani-berani masuk kemari,
kalau tidak ingin ditangkap Si Tua. Jess Dalton - dia juga jangan
mencoba-coba kemari. Sheriff, semuanya. Semuanya nanti ditangkap Si
Tua!"
Suara laki-laki tua itu menggema dalam rongga gelap itu. Bob dan Pete
memandang dengan gugup ke arah Jupiter, yang menatap Ben Jackson
dengan penuh perhatian.
"Anda pernah melihat dia, Mr. Jackson?" tanya Jupiter. "Maksudku, Si
Tua? Anda pernah melihatnya dalam gua ini?"
"Melihat dia?" Laki-laki tua itu terkekeh-kekeh. "Ya, aku pernah melihat
sesuatu. Lebih dari sekali aku melihatnya."
Ia melihat berkeliling dengan sikap curiga, lalu tahu-tahu sikapnya
berubah kembali. Tubuhnya menegak. Matanya cerah kembali,
sementara nada suaranya biasa dan tenang lagi. "Kalian keluar saja
sekarang bersamaku. Nanti kalian menjerit-jerit lagi kalau
kutinggalkan!"
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Jupiter mengangguk. "Kurasa untuk sementara sudah cukup banyak yang
kami lihat," katanya. "Anda memang benar-benar gampang sekali orang
tersesat di sini."
Laki-laki tua itu mengambil lentera listriknya. Sinarnya yang terang
menyebabkan bayangan dalam gua gelap itu tidak begitu menyeramkan
lagi kelihatannya. Tidak lama kemudian mereka sudah berjalan di luar,
menuju lembah yang senyap. Laki-laki- tua itu mengantar mereka
kembali ke tempat penaruhan sepeda. Sambil berjalan Jupiter
menghadapkan telinganya ke arah gua. Tapi suara erangan tidak
terdengar lagi. Anak-anak berpisah dari Ben Jackson, setelah
mengucapkan terima kasih atas bantuannya tadi.
"Kalian ini pintar-pintar," kata laki-laki tua itu. "Cuma Si Tua lebih
pintar lagi! Ia lebih pintar dari siapa saja! Lebih baik kalian berhati-
hati. Bilang pada Jess Dalton, Si Tua selalu mengawasi - ya, sungguh!"
Ia tertawa terkekeh-kekeh, sementara Jupiter kedua temannya
bersepeda pergi menyusur jalan tanah yang diterangi sinar bulan. Ketika
membelok ke suatu tikungan. tiba-tiba Jupiter menghentikan sepedanya.
"Uhh!" dengus Pete, yang nyaris saja menabrak Jupiter.
Bob mengerem sepedanya. "Ada apa, Jupe?" tanyanya.
"Trio Detektif tidak kenal berhenti, sebelum tugas diselesaikan," kata
Jupiter, yang sementara itu sudah membalikkan arah sepedanya dan
kembali ke arah semula.
"Menurutku, lebih baik kita kembali ke ranch," kata Bob.
"Setuju," kata Pete cepat.
"Dua lawan satu, Jupe," desak Bob.
Tapi Jupiter sudah mengayuh sepedanya ke arah semula. Bob dan Pete
memandang saja sesaat. Kemudian mereka menyusul, karena tahu bahwa
jika Jupiter sudah ingin melakukan sesuatu, tidak mungkin bisa ditahan.
Ia kemudian tersusul, sementara sedang mengintip dengan hati-hati ke
balik tikungan jalan gelap itu.
"Aman," kata Jupiter. "Yuk, kita terus!"
"Mau apa kita sekarang, Jupe?" tanya Pete, Sementara yang ditanya
turun dari sepedanya.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Kita tinggalkan sepeda di sini, lalu berjalan kaki," kata Jupiter
menjelaskan. "Kita harus hati-hati, jangan sampai kelihatan."
"Berjalan kaki ke mana?" tanya Pete ingin tahu.
"Jalan ini kulihat melingkar di kaki Gunung Setan, menuju ke pantai,"
kata Jupiter. "Aku ingin tahu, apakah ada jalan masuk lain dari arah
laut."
Bob dan Pete mengikutinya dari belakang, menyusur jalan gelap. Bayang-
bayang nampak di mana-mana dalam lembah malam itu. Sementara
mereka berjalan, setiap kali mereka dikejutkan oleh berbagai wujud
yang tersembul dari tengah kegelapan - pepohonan, batu-batu besar,
serta parit-parit gelap.
"Ada tiga teka-teki yang kita alami malam ini," kata Jupiter sambit
berjalan terus. "Pertama - apa sebabnya suara raungan tidak terdengar
lagi ketika kita berada dalam gua? Ketika kita keluar lagi tadi, angin
ternyata masih terus bertiup. Jadi lenyapnya suara itu bukan karena
angin berubah."
"Maksudmu, ada hal lain yang menyebabkan bunyi itu berhenti?" tanya
Bob.
"Pasti," kata Jupiter mantap.
"Tapi apa?" desak Pete.
"Mungkin sesuatu, atau seseorang yang melihat kita datang," jawab
Jupiter. Ia meneruskan, "Kedua - Ben Jackson tadi nampaknya ingin
sekali agar kita keluar dari dalam gua. Aku ingin tahu, apa sebabnya ?"
"Seram rasanya melihat perubahan dirinya yang begitu tiba-tiba,.' kata
Bob. Ia bergidik, seolah-olah hendak menunjukkan bahwa ia betul-betul
merasa seram.
"Ya." kata Jupiter sambil merenung, "ia memang aneh sekali. Seolah-
olah dalam dirinya ada dua orang yang berlainan, yang hidup dalam masa
yang berbeda. Entah kenapa. tapi aku tadi merasa bahwa ia sengaja
bersikap begitu."
"Mungkin ia sungguh-sungguh mengkhawatirkan kita, Jupe," kata Pete.
"Maksudku, jika ia benar-benar pernah melihat... Si Tua."
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Mungkin saja," kata Jupiter mengiakan. "Dan itu teka-teki kita yang
ketiga - benda hitam mengkilat yang kaulihat tadi, serta jejak basah di
lantai gua. Aku merasa yakin, tadi itu bekas air. Tentu saja ada
kemungkinan bahwa di dalam gua itu ada semacam telaga. Tapi mungkin
juga dari arah laut ada jalan masuk yang lain ke situ. Dan Itulah yang
akan kita cari sekarang!"
Tidak lama kemudian mereka sampai di ujung jalan. Di situ ada pagar
besi. Di balik pagar nampak dua jalan setapak. Satu menuju ke kiri.
Sedang yang satu lagi ke kanan, menurun ke tebing batu. Jauh di bawah
nampak pecahan ombak memutih di pantai. Jupiter mengajak kedua
temannya memanjat ke seberang pagar. Mereka memandang ke bawah
dari tepi tebing.
"Kita ke kanan, menuju arah gua," kata Jupiter. "Pete yang di depan,
sedang aku paling belakang. Kita harus mengikat tubuh masing-masing
dengan tali supaya aman, seperti biasa dilakukan pendaki gunung. Nanti
kalau ada bagian yang nampaknya sulit dilalui, kita menyeberang satu
demi satu."
Mereka mengikatkan tali yang dibawa ke pinggang. Setelah itu Pete
berjalan di depan, menuruni jalan setapak. Di bawah nampak ombak
memecah berulang kali menghantam batu-batu besar yang kemilau kena
sinar bulan. Percikan air laut menghambur membasahi ketiga remaja itu,
saat mereka lewat di bagian jalan yang rendah. Tiga kali mereka harus
berpaling menghadap dinding tebing, lalu beringsut-ingsut maju meniti
bagian yang sangat sempit. Akhirnya jalan itu menukik curam ke bawah.
Pete, Bob, dan Jupiter akhirnya sampai di pantai sempit berpasir putih.
Tempat itu lengang. Tapi nampak tanda di mana-mana bahwa tempat itu
biasa didatangi orang. Di mana-mana berserakan kaleng-kaleng bir yang
sudah kosong, botol-botol limun, serta bekas-bekas piknik.
"Kita periksa sepanjang tebing ini, kalau-kalau ada semacam lubang di
salah satu tempat," kata Jupiter.
Dinding tebing ditumbuhi semak belukar yang rapat serta pepohonan
yang tumbuh kerdil. Di beberapa bagian tertutup batu-batu besar.
Dengan bantuan sinar senter mereka, ketiga remaja itu memeriksa ke
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
balik setiap semak dan batu. Tapi mereka tidak melihat ada lubang yang
mungkin merupakan jalan masuk ke gua.
"Kurasa kita salah tempat, Jupe," kata Pete.
"Di tempat mana lagi kita harus mencari?" tanya Bob.
"Kan tidak ada yang berbicara tentang jalan masuk yang lain'" kata Pete
menjelaskan maksudnya. "Dan kalau pun ada, kurasa pasti sulit sekali
dicapai."
"Maksudmu, tempatnya bukan di pantai sini?" tanya Bob. "Tapi mestinya
di dekat-dekat sini, karena yang kita lewati tadi itu satu-satunya jalan
menuju ke bawah."
"Kurasa kau benar," kata Jupiter. "Kau ikut dengan aku, Bob - kita
memeriksa sebelah kanan. Pete, kau ke kiri."
Batu-batu besar yang mengapit pantai sempit itu licin sekali, karena
penuh dengan lumut dan rumput laut. Bob dan Jupiter harus berhati-
hati sekali lewat di situ. Sementara itu Jupiter terus mengarahkan
sorotan senternya ke permukaan tebing, mencari-cari lubang yang
mungkin ada di itu. Akhirnya mereka tiba di suatu tempat. Mereka tidak
bisa terus - kecuali jika mau terjun ke dalam air.
Dengan perasaan kecewa mereka sudah hendak berbalik, ketika tiba-
tiba terdengar suara Pete berseru, "Aku sudah menemukannya!"
Jupiter dan Bob bergegas-gegas melewati batu-batu licin, lalu lari
secepat-cepatnya menyusur pantai. Pete berdiri di atas batu besar yang
pipih di ujung sebelah sana. Ketika sudah sampai di situ, Jupiter dan
Bob melihat bahwa di dinding tebing ada lubang yang diapit dua batu
yang besar sekali. Lubang itu sempit. Letaknya tidak sampai setengah
meter di atas air.
"Aku mendengar bunyi erangan itu lagi," kata Pete. "Coba kalian dengar!"
Ia ternyata benar.
"Aaaaaaa-ooouuuuu!"
Suara itu seperti mengambang keluar dari dalam lubang. Bunyinya samar
sekali, seperti berasal dari tempat yang jauh di sebelah dalam Pete
menyorotkan senternya ke lubang yang baru ditemukannya itu. Lubang
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
itu nampak gelap basah, dan sangat sempit. Kelihatannya dalam sekali
menembus ke dalam gunung.
Bab 7 Berbagai Bunyi dalam Gelap
"SEMPIT sekali, Jupe," kata Pete gelisah. "Mana gelap lagi!"
"Mungkin juga buntu," kata Bob menduga.
"Tidak," kata Jupiter berkeras. "Ini pasti berhubungan dengan gua!
Kalau tidak, mana mungkin bisa terdengar erangan itu di sini."
"Nampaknya sempit sekali," kata Pete sekali lagi dengan nada sangsi.
Jupiter berjongkok. Ia mengintip ke dalam lubang itu. "Kurasa asal kita
berhati-hati, bisa saja kita masuk ke dalamnya. Bob! Kau yang paling
kecil di antara kita bertiga. Kau dulu yang masuk sendiri. Tali ini kita
ikatkan ke pinggangmu."
"Apa? Aku sendiri? Kenapa tidak bersama-sama saja ?"
"Itu cara yang keliru, Bob," kata Jupiter menjelaskan. "Apabila
memasuki lorong yang belum dikenal, cara yang tepat ialah satu dulu
masuk dengan tali, sementara yang lain-lain tetap di luar memegang
ujung tali - siap menariknya ke luar lagi jika yang pertama masuk itu
menjumpai bahaya. "
"Ya, betul!" kata Pete. "Dalam film-film tentang tawanan perang, apabila
prajurit yang ditawan hendak melarikan diri lewat terowongan. mereka
selalu mengikatkan tali ke pinggang orang yang pertama-tama masuk ke
terowongan itu. Jika orang itu menyentakkan tali satu kali, teman-
temannya lantas bergegas menariknya ke luar.
"Tepat!" kata Jupiter. Nadanya agak jengkel. Ia paling tidak senang
apabila ada yang mengatakan gagasannya tidak asli - walau itu tidak
dikatakan secara terang-terangan.
Ia berpaling pada Bob. "Ingat - tarik tali keras-keras, jika kau
menjumpai kesulitan. Nanti kami menarikmu ke luar."
Bob sebenarnya belum merasa yakin. Tapi ia tidak takut mengambil
risiko. Setelah mengikatkan ujung tali yang satu erat-erat ke pinggang,
ia pun merangkak masuk dengan hati-hati ke dalam liang sempit itu. Di
dalam dingin dan gelap. Sisi alas lubang itu rendah sekali, sehingga ia
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
tidak mungkin berdiri situ. Sedang dinding kiri dan kanan terasa basah
dan licin karena lumut laut Bob hanya bisa maju dengan merangkak,
beringsut-ingsut. Senter disorotkan ke depan. Nampak beberapa ekor
kepiting merayap pergi dengan cepat, teriring bunyi sepit bergeser di
atas batu lembab. Setelah merangkak sekitar sepuluh meter dalam
tahu-tahu sisi atas lubang mengarah condong sekali ke atas. Bob
berdiri. Sinar senternya menampakkan bahwa liang yang sedang
ditelusuri itu masih lurus menuju ke depan. Tapi kini sudah lebar dan
kering, serta mengarah agak ke atas.
"Beres, Jupe! Pete! Kalian masuk saja sekarang," serunya sambil
menoleh ke arah luar. Tidak lama kemudian kedua teman itu sudah
berdiri di samping Bob.
"Di sini kering," kata Pete sambil memperhatikan tempat sekelilingnya.
"Bagian ini rupanya terletak di atas batas pasang naik," kata Jupiter.
"Mulai dari sini aku akan memberi tanda di tempat-tempat yang kita
lalui, sementara kau dan Bob memperhatikan arah bunyi erangan itu -
supaya kita tidak salah jalan."
Mereka meneruskan langkah. Setiap lima meter Jupiter berhenti
sebentar, untuk membuat tanda tanya dengan kapur putih di dinding
liang. Setelah berjalan sekitar lima belas meter, mereka muncul di
dalam sebuah rongga luas. Rupanya bagian dalam Gunung Setan penuh
dengan rongga-rongga seperti itu. Di situ kembali nampak sejumlah
mulut liang yang menuju ke berbagai arah. Ketiga remaja itu
berpandang-pandangan dengan perasaan kecut.
"Nah! Lagi-lagi kita jumpai masalah yang sama," kata Pete.
"Gunung ini isinya cuma liang-liang melulu," kata Bob dengan nada putus
asa. "Bagaimana kita bisa melacak asal suara itu?"
Tapi Jupiter ternyata tidak begitu memperhatikan rongga yang baru
mereka masuki. Ia juga tidak meneliti mulut liang yang banyak di situ.
Tidak! Ia memasang telinga.
"Kalian ada yang mendengar erangan itu, sejak kita masuk tadi?"
tanyanya.
Bob dan Pete saling berpandang-pandangan.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Wah - tidak," kata Bob kemudian.
"Ya, betul - sejak kita masuk ke dalam liang," kata Pete.
"Aku sama sekali tidak mendengarnya, selama aku merangkak-rangkak
tadi," kata Bob lagi.
Jupiter mengangguk. Ia berpikir-pikir. "Begitu kita masuk, suara itu
langsung berhenti. Ini mencurigakan! Kalau cuma sekali saja begitu,
masih mungkin merupakan kebetulan. Tapi ini untuk kedua kalinya."
Pete bingung. "Menurutmu, mungkin kita melakukan sesuatu saat kita
masuk ke dalam? Maksudku, barangkali kita mengubah sesuatu tanpa
menyadarinya?"
"Itu satu kemungkinan," kata Jupiter.
"Kemungkinan lainnya - ada orang melihat kita," kata Bob. "Tapi mana
mungkin kita kelihatan di pantai tadi? Di sana kan gelap sekali!"
"Terus terang, saat ini aku juga tidak mampu menjelaskan teka-teki ini,"
kata Jupiter sambil menggeleng-geleng. "Mungkin ini cuma -"
Ia tertegun. Ia mendengar sesuatu, yang saat itu juga didengar kedua
temannya. Bunyi dering genta yang samar-samar di kejauhan, serta
derap langkah kuda!
"Kuda!" seru Bob kaget.
Jupiter memutar kepala sambil mendengarkan baik-baik. Bunyi itu
terdengar seakan-akan datang dari balik dinding gua.
"Dari - dari dalam gunung!" kata Jupiter tergagap.
"Mana mungkin, Jupe!" bantah Bob. "Pasti dari gua yang sebelah depan!"
Tapi Jupiter menggeleng. "Jika taksiranku benar, letak gua itu di
sebelah kiri kita," katanya. "Kita menghadap ke sisi gunung - dan tidak
ada lorong menuju ke sana!"
"Mungkin lebih baik jika kita cepat-cepat keluar saja sekarang," kata
Pete.
"Kurasa Pete benar," kata Jupiter cepat-cepat. "Kita keluar!"
Ketiga remaja itu berdesak-desak ingin lebih dulu menyusup masuk ke
liang sempit dari mana mereka tadi muncul. Pete yang lebih dulu sampai,
lalu merangkak masuk, disusul oleh Jupiter dan paling belakang Bob.
Mereka bergegas keluar dari liang, turun ke air yang sudah sampai
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
setinggi lutut, merangkak naik ke atas batu besar yang datar, dan
akhirnya terkapar di pasir pantai yang putih. Napas mereka tersengal-
sengal.
"Dari mana bunyi itu tadi datang?" kata Bob kemudian, memecah
kesunyian.
"Entahlah," kata Jupiter dengan sikap segan mengakui bahwa ia tidak
tahu. "Tapi kurasa untuk malam ini, kita sudah cukup melakukan
pelacakan. Kita pulang saja sekarang."
Bob dan Pete setuju sekali. Dengan segera mereka mengikuti Jupiter,
berjalan mendaki jalan setapak yang menyusur ke atas. Ketika sudah
hampir sampai di pagar besi di ujung atas tebing, tiba-tiba Jupiter
berhenti. Nyaris saja Pete menubruknya, karena tempat itu sangat
gelap.
"Kenapa sih, Jupe?" tanyanya kesal.
Jupiter tidak menjawab. Ia menatap ke arah puncak kembar Gunung
Setan.
"Ada apa sih?" tanya Bob berbisik-bisik.
"Baru saja timbul suatu pikiran," jawab Jupiter lambat-lambat. "Lagi
pula aku seperti melihat sesuatu bergerak di atas gunung, di mana –"
Saat itu terdengar lagi bunyi derap kuda serta deringan genta,
memecah keheningan malam. Bob mengerang ketakutan.
"Itukah bunyi yang kita dengar ketika di dalam tadi?" bisik Pete.
"Kurasa, ya," kata Jupiter. "Bunyi itu rupanya meresap masuk ke bawah,
lewat retakan-retakan pada batu gunung ini. Bunyi bisa terdengar jelas
dengan cara rambatan seperti itu - sehingga menimbulkan kesan seakan-
akan datang dari dalam gunung."
Mereka merunduk di balik semak lebat yang ada dekat pagar, sementara
bunyi derap kaki kuda kian mendekat. Kemudian muncul seekor kuda
besar berbulu hitam, di lereng Gunung Setan yang terjal. Kuda itu turun
sambil menderap, dan lewat tidak jauh dari anak-anak yang masih tetap
bersembunyi di balik semak.
"Tidak ada penunggangnya!" bisik Bob.
"Bagaimana jika kita coba menangkapnya," usul Pete.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Lebih baik jangan," kata Jupiter. "Kita tunggu saja dulu."
Ketiga remaja itu merunduk lagi di balik semak. Tidak ada yang
berbicara. Tiba-tiba Pete kaget, lalu menuding ke arah lereng gunung.
Seorang laki-laki nampak berjalan dengan cepat menuruni gunung. Ketika
lewat dekat semak tempat anak-anak bersembunyi, mereka melihat
tampangnya dengan jelas. Orangnya tinggi, berkulit coklat. Hidungnya
panjang, sedang di pipinya sebelah kanan nampak goresan kasar bekas
luka. Matanya yang kanan ditutupi kain hitam!
"Kalian lihat penutup mata itu?" desis Pete.
"Belum lagi bekas lukanya," sambung Bob.
"Aku lebih tertarik pada pakaiannya," bisik Jupiter. "Nampak jelas
bahwa ia memakai stelan untuk ke kantor. Dan kalau aku tidak salah
lihat, ada pistol terselip di balik jasnya!"
"Bagaimana kalau kita pergi saja sekarang, Jupe," kata Pete gelisah.
"Ya, kurasa kita pulang saja sekarang," kata Jupiter. "Pengalaman malam
ini benar-benar menarik!"
Tidak lama kemudian mereka sudah bergegas-gegas menuju tempat
sepeda-sepeda mereka tadi ditaruh, sambil berulang kali menoleh ke
belakang dengan sikap gelisah. Tapi mereka tidak melihat apa-apa lagi.
Namun ketika sudah bersepeda keluar dari ujung Lembah Raungan,
mereka mendengar suara raungan panjang.
"Aaaaaaa-oooooouuuuu!"
Ketiga-tiganya mempercepat lari sepeda mereka, ke arah ranch.
Bab 8 El Diablo!
KETIKA Pete terbangun, matahari sudah bersinar cerah. Ia memandang
berkeliling dengan bingung, memperhatikan kamar yang asing baginya. Di
manakah ia saat itu?
Kemudian terdengar ringkikan kuda di luar. Seekor sapi melenguh. Saat
itu barulah Pete teringat bahwa ia ada di kamar tidur tingkat atas
bangunan utama di tempat pertanian keluarga Dalton. Di Crooked-Y
Ranch. Ia menjulurkan kepalanya ke samping pembaringannya yang
merupakan bagian atas tempat tidur bertingkat dua. Ia memandang ke
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
bawah, untuk melihat apa yang sedang dikerjakan oleh Jupiter. Tapi
ternyata anak itu tidak ada di situ. Pete cepat-cepat duduk. Kepalanya
membentur langit-langit kamar yang rendah.
"Aduh!" dengusnya.
"Sssst!" desis Bob dari pembaringannya di seberang ruangan, sambil
menuding ke jendela.
Jupiter duduk bersila di lantai. Tubuhnya yang-hm- tidak langsing,
diselubungi mantel mandi. Ia menghadapi selembar kertas lebar yang
terhampar di lantai. Di tengah lembaran kertas itu terdapat empat buah
buku yang saling ditumpukkan. Sedang di atas kertas nampak garis-garis
bersimpang-siur, yang rupanya dibuat oleh Jupiter tadi. Pete
memperhatikan barang-barang yang dihadapi oleh temannya itu.
Kemudian disadarinya bahwa Jupiter membuat denah kasar dari Lembah
Raungan. Tanda-tanda jalan masuk ke dalam gua dibuatnya dengan
pensil.
"Sudah sejam ia duduk terus seperti itu," kata Bob.
"Wah! Kalau aku, sepuluh menit saja pasti takkan kuat," kata Pete.
Mereka berdua selalu kagum kalau melihat Jupiter sedang memusatkan
perhatian pada sesuatu.
Tiba-tiba Jupiter berbicara, "Aku sedang meneliti posisi topografi
Lembah Raungan dengan setepat-tepatnya, Pete. Kunci jawaban atas
teka-teki yang kita hadapi, terletak pada pola fisik daerah itu."
"Hahh?" Pete hanya bisa melongo mendengar keterangan Jupiter.
"Jupe mengatakan bahwa menurut pendapatnya misteri ini bisa
dipecahkan dengan jalan mempelajari letak tanah," kata Bob
menjelaskan.
"Oh," kata Pete. "Kenapa ia tidak bilang begitu, jika itu maksudnya?"
Tanpa mengacuhkan komentar Pete, Jupiter meneruskan keterangannya,
"Misteri Lembah Raungan yang sebenarnya ialah kenapa raungan itu
berhenti begitu kita masuk ke dalam gua. Tadi malam kita dua kali
mengalaminya - lalu ketika kita pergi dari sana, suara itu terdengar
lagi."
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Ia mengacungkan selembar surat kabar. "Di koran ini ada berita tentang
terdengarnya lagi bunyi itu," katanya. "Di dalamnya ada keterangan
sheriff yang mengatakan bahwa alasan utama tidak ada yang bisa
mengetahui sebab-sebab terdengarnya raungan itu ialah karena begitu
orang masuk ke dalam gunung, bunyi itu langsung lenyap."
Jupiter meletakkan surat kabar itu ke lantai. "Kini aku yakin bahwa
suara itu tidak berhenti secara kebetulan saja!" katanya tegas.
"Kurasa kau benar," kata Bob. "Kalau diingat bagaimana bunyi itu mulai
terdengar lagi ketika kita pergi dari sana, rasanya jelas bahwa ada
orang mengamat-amati gerak-gerik kita."
"Tapi bagaimana anu - eh - model itu bisa membantu kita dalam
penyelidikan ini, Jupe?" tanya Pete dengan cepat.
Jupiter memperhatikan model kasar yang dihadapinya. "Aku sudah
menandai semua tempat yang kita datangi kemarin malam. Kita sudah
tahu, setiap kali kita masuk ke dalam gunung, suara raungan itu langsung
berhenti. Itu tidak mungkin, jika orang yang mengamat-amati kita
berada di dalam gua."
Bob mengangguk-angguk "Ya, sekarang aku mengerti! Jadi kita mestinya
sudah terlihat, sebelum kita masuk!"
"Tepat," kata Jupiter. "Dan berdasarkan model ini aku menarik
kesimpulan bahwa cuma ada satu tempat saja dari mana kita tetap
nampak ke mana pun kita pergi. Dari puncak Gunung Setan!"
"Kalau begitu kita tinggal melaporkan saja pada Mr. Dalton bahwa di
atas gunung itu ada orang," seru Pete. "Biar dia saja yang menangkap
orang itu!"
Tapi Jupiter menggeleng.
"Tidak bisa, Pete!" katanya. "Takkan ada yang mau percaya apabila
bukan kita sendiri yang menangkap orang itu. Dan kita hampir tidak
mungkin bisa sampai ke puncak tanpa ketahuan lebih dulu. Orang yang di
atas itu pasti akan sudah lari sebelum kita sampai di sana."
"Kalau begitu -" kata Bob.
"Bagaimana -" ujar Pete saat itu juga.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Kita harus mengamat-amati apa sebenarnya yang terjadi dalam gua,"
kata Jupiter serius, "agar dengan begitu bisa menceritakan segala-
galanya kemudian. "
"Tapi kita tidak tahu apa yang terjadi di sana," bantah Pete. "Ya, kan?"
"Memang benar, tapi aku punya rencana tertentu," kata Jupiter. "Di
samping itu aku juga sudah mempunyai petunjuk, apa sebetulnya yang
menjadi persoalan!"
"0 ya?" kata Pete. "Petunjuk apa, maksudmu?"
"Kemarin malam aku menemukan ini dalam salah satu lorong," kata
Jupiter sambil memperlihatkan batu hitam berpermukaan kasar yang
ditemukannya dalam lorong yang merupakan liang tambang. "Lorong itu
dulunya liang tambang, dan batu ini kutemukan di salah satu ujung yang
tersumbat longsoran."
Bob mengambil batu kecil itu. Setelah diperhatikan sesaat dengan sikap
bingung, batu itu disodorkan pada Pete.
"Apa ini, Jupe?" tanya Pete. "Maksudku, di samping sejenis batu keras
yang terasa licin?"
"Coba kaugores kaca jendela dengannya," kata Jupiter.
"Apa?" kata Pete heran. "Kau sendiri kan tahu, mana mungkin -"
"Coba sajalah dulu," desak Jupiter. Wajahnya yang bundar
membayangkan perasaan puas pada diri sendiri.
Pete menghampiri jendela, lalu menggoreskan batu kecil itu ke kaca.
Ternyata langsung menimbulkan bekas yang dalam, seperti menggores
mentega dengan pisau. Pete bersiul pelan.
"Wah, Jupe!" seru Bob. "Maksudmu, batu itu-"
"Intan," sambung Jupiter. "Ya, menurutku, itu intan kasar. Intan
sebegitu termasuk berukuran besar. Kalau mutunya, kurasa tidak begitu
tinggi - paling-paling seperti yang biasa dipakai untuk keperluan
industri. Tapi pokoknya, itu intan."
"Maksudmu, Gua El Diablo itu tambang intan? Di sini? Di California?"
tanya Bob dengan nada sangsi.
"Yah - kalau tidak salah pernah ada desas-desus mengenainya, dan -'
Jupiter tidak menyelesaikan kalimatnya, karena saat itu pintu diketuk
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
dengan keras dari luar, disertai suara Mrs. Dalton yang memanggil
mereka.
"Ayo, bangun! Sarapan sudah tersedia di meja. Di sini tidak ada
kebiasaan tidur lama-lama!"
Untuk saat itu segala urusan lain langsung dilupakan, begitu anak-anak
menyadari bahwa mereka lapar sekali. Mereka cepat-cepat berpakaian.
Lima menit kemudian ketiganya sudah ada di ruang dapur yang lapang.
Mr. Dalton dan juga Profesor Walsh sudah ada di situ. Keduanya
tersenyum pada Jupiter dan kedua temannya.
"Kelihatannya selera makan kalian sama sekali tidak terpengaruh oleh
misteri yang merundung Lembah Raungan," kata Profesor Walsh
mengomentari kelahapan mereka.
Mrs. Dalton sibuk mondar-mandir dalam dapur yang lapang dan terang
itu, sementara anak-anak makan dengan nikmat.
"Bagaimana - kalian sudah siap bekerja hari ini?" tanya Mr. Dalton.
"Tentu saja sudah," kata Mrs. Dalton. "Kenapa tidak kaubawa saja
mereka ikut menyabit rumput untuk makanan ternak di padang sebelah
utara?"
"Ya, bagus juga idemu itu," kata Mr. Dalton. "Sehabis itu mereka bisa
membantu mengumpulkan sapi-sapi yang terpencar."
"Kalian asyik berjalan-jalan di pantai kemarin malam?" tanya Profesor
Walsh. "Apa yang kalian temukan di sana?"
"Kami melakukan perjalanan penelitian yang menarik," jawab Jupiter.
"Kecuali itu kami juga berjumpa dengan seorang laki-laki tua yang aneh.
Katanya, ia bernama Ben Jackson. Siapakah dia, Sir."
"Ah, dia itu prospektor - pencari barang tambangan," kata Mr. Dalton
menjelaskan. "Bersama rekannya, Waldo Turner, kurasa seluruh
kawasan barat ini sudah dijelajahinya, mencari emas, perak, dan batu
mulia."
"Menurut cerita orang sini, keduanya datang kemari bertahun-tahun
yang lalu," kata Mrs. Dalton menambahkan, "yaitu ketika tersiar desas-
desus bahwa di sini ditemukan emas. Padahal kemudian ternyata sama
sekali tidak ada. Tapi rupanya Ben dan Waldo tidak kenal kata
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
menyerah. Mereka membangun gubuk di tanah kami, dan masih tetap
menganggap diri mereka prospektor. Mereka kelihatannya tidak suka
didatangi orang. Tapi mereka tidak berkeberatan menerima pemberian
dari para petani sekitar sini. Pada mereka, kami tentu saja mengatakan
bahwa itu penyediaan perbekalan dengan imbalan bagi hasil. Soalnya,
mereka tidak mau menerima derma berdasarkan belas kasihan."
"Ya, mereka cukup terkenal di daerah sini," sela Profesor Walsh.
"Mereka paling jago kalau disuruh bercerita," kata Mr. Dalton lagi
sambil tersenyum. "Memang - tingkah laku mereka agak aneh, sedang
cerita-cerita mereka kebanyakan hanya bualan belaka. Antara lain
mereka juga suka bercerita tentang perjuangan melawan orang Indian.
Aku sangsi, apakah itu benar-benar pernah mereka alami."
"Wah! Maksud Anda, segala cerita itu bohong?" kata Pete kaget.
Sebelum Mr. Dalton sempat menjawab, tahu-tahu pintu belakang dapur
terbuka dengan cepat. Luke Hardin, mandor pertanian itu masuk
bergegas-gegas.
"Orang kita baru saja menemukan Castro di Lembah Raungan," katanya
dengan wajah serius.
"Castro?" tanya Mr. Dalton. Ia kelihatannya agak gugup mendengar
kabar itu.
"Betul! Ia terpelanting dari punggung kudanya tadi malam, ketika sedang
menggiring sapi-sapi yang terpencar. Sepanjang malam ia terkapar di
sana," kata Luke Hardin. "Bagaimana keadaannya sekarang?" tanya Mrs.
Dalton. "Menurut dokter, ia tidak apa-apa. Tapi ia sekarang diangkut ke
rumah sakit di Santa Carla."
"Sekarang juga aku akan ke sana!" kata Mr. Dalton sambil cepat-cepat
bangkit.
"Orang-orang bawahan gelisah lagi," sambung Hardin dengan tampang
muram. "Ada dua lagi yang tadi mengatakan minta berhenti padaku.
Castro mengatakan, ketika ia sedang berada di Lembah Raungan, tiba-
tiba ia melihat sesuatu bergerak-gerak. Langsung didekatinya, untuk
memeriksa. Ia tidak sempat lagi menegaskan apa yang nampak itu,
karena tahu-tahu kudanya menjadi liar. Castro terpelanting ke tanah,
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
sementara kudanya minggat. Castro terkilir pergelangan kakinya, sedang
seluruh tubuhnya memar."
Mr. Dalton berpandang-pandangan dengan istrinya. Keduanya nampak
seperti bingung. Saat itu Jupiter membuka mulut.
"Kuda yang ditunggangi Castro itu warna bulunya hitam, Mr. Hardin?"
tanyanya.
"Betul! Big Ebony! Kuda yang baik. Tadi pagi ia pulang sendiri ke
kandang, sehingga kami langsung tahu bahwa ada sesuatu yang terjadi
dengan Castro."
"Kalian kemarin malam melihat Big Ebony?" tanya Mr. Dalton dengan
nada tajam pada Jupiter.
"Ya, Sir," jawab Jupiter. "Kuda hitam besar tanpa penunggang."
"Di tempat pertanian, kalian harus selalu melaporkan apabila melihat ada
kuda tanpa penunggang," kata Mr. Dalton mengecam. "Coba tadi malam
kalian sudah mengatakannya, tentu kami sudah lebih cepat menemukan
Castro."
"Mestinya memang begitu, Sir," kata Jupiter berusaha menjelaskan,
"tapi saat itu kami melihat seorang laki-laki berjalan dengan cepat
menyusulnya. Orangnya jangkung. Pada pipinya yang sebelah kanan ada
goresan bekas luka, sedang matanya yang satu ditutupi."
Mr. Dalton menggeleng. "Aku belum pernah mendengar orang yang
tampangnya begitu di sini," katanya.
"Jangkung dengan mata sebelah ditutupi?" kata Profesor Walsh.
"Kedengarannya menakutkan - tapi sudah jelas bukan El Diablo. Ia tidak
jangkung. Lagi pula tidak memakai penutup mata."
Mr. Dalton melangkah ke pintu. "Luke," katanya, "coba kau usahakan
agar orang-orang kita bisa tenang kembali. Sehabis menjenguk Castro,
aku nanti menyusulmu di padang sebelah utara. Kurasa aku juga perlu
bicara sebentar dengan sheriff mengenai orang yang kita anak-anak ini
mereka lihat semalam."
"Jika Anda hendak ke kota, bisakah saya ikut ke sana?" sela Jupiter.
"Saya harus kembali ke Rocky Beach hari ini."
"Eh - kau pulang, Jupiter?" tanya Mrs. Dalton.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Bukan mau pulang," kala Jupiter. "Soalnya, kami memerlukan alat selam
kami. Kemarin malam kami melihat beting karang di dekat pantai, yang
nampaknya merupakan tempat yang baik sekali untuk mengumpulkan
spesimen bagi penelitian kehidupan laut yang kami lakukan."
Bob dan Pete memandang Jupiter dengan heran. Mereka tidak merasa
melihat beting karang malam kemarinnya. Dan mereka juga sama sekali
tidak melakukan penelitian kehidupan laut. Tapi keduanya diam saja.
Mereka sudah tahu bahwa lebih baik Jupiter jangan didebat, apabila
teman mereka itu mempunyai niat tertentu.
"Wah - sayang aku tak punya waktu untuk mengantarmu pulang
sebentar," kata Mr. Dalton. "Orang-orangku juga sedang sibuk semua.
Lebih baik kautunggu saja dulu beberapa hari."
"Ah, itu tidak apa, Sir," jawab Jupiter. "Asal saya bisa ikut sampai ke
kota saja, lalu dari sana saya naik bis. Kembalinya kemari, bisa diantar
orang."
"Kalau begitu cepatlah," kata Mr. Dalton sambil berjalan ke luar.
"Kalian berdua sebaiknya juga mencari kesibukan sendiri saja, Anak-
anak," kata Mrs. Dalton sambil memandang Pete dan Bob. "Karena
adanya kesulitan ini. Mr. Dalton takkan punya waktu hari ini untuk
menemani kalian bekerja."
"Baik, Ma'am," kata Bob.
Anak-anak kembali ke kamar mereka. Jupiter berkemas-kemas, sambil
mengatakan apa yang harus dilakukan oleh Bob dan Pete selama ia tidak
ada.
"Kalian ke Santa Carla," katanya. "Beli selusin lilin biasa yang panjang,
serta tiga topi Meksiko yang pinggirannya lebar. Maksudku, topi
sombrero. Di Santa Carla saat ini sedang ada Fiesta - jadi topi begitu
pasti banyak dijual orang di sana. Bilang saja pada keluarga Dalton,
kalian hendak menonton arak-arakan pesta rakyat itu."
"Sombrero - tiga buah?" tanya Pete mengulangi.
"Ya. betul," kata Jupiter tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.
"Sesudah itu kalian ke perpustakaan. Bob, kaukumpulkan keterangan
sebanyak-banyaknya mengenai sejarah Gunung Setan serta Lembah
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Raungan. Yang kumaksudkan data yang tepat, bukan cuma legenda-
legenda rakyat saja."
"Akan kuselidiki sebisaku," kata Bob berjanji. "Tapi kau sendiri - untuk
apa sebenarnya kau kembali ke Rocky Beach?"
"Untuk mengambil peralatan selam kita, seperti sudah kukatakan tadi,"
jawab Jupiter, "serta membawa intan yang kutemukan ke Los Angeles,
untuk diperiksa oleh ahlinya di sana."
Sesaat terdengar Mr. Dalton memanggil dari bawah, "He, Jupiter!
Bagaimana - sudah siap belum?"
Anak-anak bergegas turun ke tingkat bawah. Jupiter masuk ke kabin
pick-up, duduk di samping Mr. Dalton yang mengemudi. Ketika mobil itu
sudah berangkat, barulah Pete dan Bob menyadari bahwa mereka masih
tetap belum tahu apa yang hendak dilakukan oleh Jupe dengan alat-alat
selam yang hendak diambilnya itu. Sesudah kurang. lebih sejam ikut
membantu Mrs. Dalton di dapur, Bob meminta pada nyonya rumah itu
agar dipinjamkan kartu langganan perpustakaan. Kemudian diajaknya
Pete berangkat naik sepeda ke Santa Carla.
"Bersenang-senanglah di sana, Anak-anak!" seru Mrs. Dalton sambil
melihat keduanya pergi.
Bob dan Pete berangkat dengan perasaan meriah, karena keduanya
memang ingin menyaksikan Fiesta Santa Carla yang termasyhur. Jalan
yang mereka lewati berliku-liku menyusur lembah pedalaman yang luas
dan pada tiga sisinya diapit oleh pegunungan daerah California Selatan
yang gersang. Sinar matahari di tempat yang agak jauh dari laut itu
terasa terik membakar kulit. Sungai-sungai kecil nampak kering
kerontang. Di satu tempat mereka melintas di atas Sungai Santa Carla.
Dasar sungai yang membujur jauh di bawah jembatan kelihatan kering
sama sekali. Di sana-sini ada tumbuhan kerdil di permukaannya yang
gersang. Tidak lama kemudian jalan mendaki ke arah Celah San Mateo.
Bob dan Pete terpaksa berjalan sambil menuntun sepeda masing-masing,
melewati tikungan demi tikungan tajam. Ngarai menganga dekat sekali
di sisi kanan jalan, sedang pada sisi kiri langsung terdapat dinding
tebing cadas yang terjal. Kedua remaja itu berjalan lambat-lambat, di
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
bawah matahari yang bersinar cerah. Agak lama juga mereka terpaksa
berjalan kaki. Akhirnya mereka sampai di puncak celah.
"Astaga! Coba lihat itu!" seru Pete kagum.
"Bukan main!" desah Bob hampir bersamaan.
Di depan mereka terbentang pemandangan yang sangat mengagumkan.
Punggung gunung melandai sampai ke bukit-bukit kaki gunung yang
rendah, disambung oleh dataran rendah daerah pesisir yang terbentang
luas sampai ke Samudra Pasifik yang kelihatan membiru di kejauhan.
Kota Santa Carla seperti memancarkan sinar kemilau ditimpa cahaya
matahari. Bangunan-bangunan di situ, dilihat dari atas gunung kelihatan
seperti kotak-kotak kecil di tengah dataran hijau yang sangat luas.
Kapal-kapal kelihatan bergerak di atas permukaan laut yang biru, sedang
Kepulauan Selat yang bergunung-gunung nampak seperti mengambang di
kejauhan. Kedua remaja itu masih tetap asyik menikmati pemandangan
indah itu, ketika dari arah belakang tiba-tiba terdengar derap langkah
kuda berlari. Bob dan Pete berpaling dengan cepat. Seorang penunggang
kuda nampak di jalan raya, menuju ke tempat mereka. Kuda
tunggangannya berwarna hitam, dengan tali kekang serta pelana penuh
dengan hiasan perak. Bob dan Pete hanya bisa berdiri saja seperti
terpukau, sementara kuda itu menderap terus ke arah mereka.
Penunggangnya laki-laki bertubuh kecil langsing, dengan mata hitam
berkilat ia memakai topi Meksiko, jaket pendek, celana yang melebar
bagian bawahnya - semua serba hitam. Begitu pula sapu tangan yang
menutupi bagian bawah mukanya. Ia menggenggam pistol model kuno,
yang diacungkan lurus ke arah Bob dan Pete.
El Diablo!
Bab 9 Serangan Mendadak
KUDA hitam itu mendompak. Kedua kaki depannya terangkat tinggi
sambil menggaruk-garuk udara di atas kepala Bob dan Pete, yang masih
tetap berdiri seperti terpaku di tempat masing-masing.
"Viva Fiesta!" seru penunggangnya, sambil melambai-lambaikan pistol
yang dipegangnya. Kemudian ditariknya sapu tangan hitam yang menutupi
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
mulut dan hidung. Kini nampak mukanya. Muka seorang remaja yang
periang!
"Yuk, kita ke pesta!" seru remaja itu.
Kuda yang masih mendompak dibalikkannya dengan sigap, lalu disuruhnya
lari menyusur jalan yang menurun ke arah Santa Carla. Pete dan Bob
hanya bisa melongo saja memandangnya.
"Itu tadi kostum Fiesta!" ujar Bob dengan nada mengeluh.
Kedua remaja itu saling berpandang-pandangan, lalu tertawa lega.
Mereka tadi ketakutan, hanya karena ada anak memakai kostum
karnaval!
"Taruhan - kita nanti pasti menjumpai paling sedikit selusin El Diablo di
sana," kata Bob.
"Asal jangan dalam lorong gelap saja ketemunya," balas Pete.
Keduanya naik lagi ke sepeda masing-masing, lalu mulai menuruni jalan
celah yang panjang dan berkelok-kelok. Tidak lama kemudian mereka
sudah meninggalkan daerah pegunungan, memasuki pinggiran kota Santa
Carla. Mereka melewati kompleks perumahan, padang golf, serta
sejumlah pusat perbelanjaan yang terdapat di daerah pinggiran itu.
Akhirnya mereka tiba di pusat kota. Kedua sepeda mereka ditaruh dulu
di tempat yang tersedia di perpustakaan. Kemudian mereka berjalan
kaki ke Union Street, jalan utama kota itu. Polisi sudah memasang
pagar-pagar penghalang di situ, sebagai persiapan untuk arak-arakan
Fiesta. Orang-orang berjejer di belakangnya. Kebanyakan memakai
kostum kuno yang berwarna-warni, gaya Spanyol zaman dulu. Suasana
saat itu benar-benar meriah.
Bob dan Pete bergegas membeli barang-barang pesanan Jupiter di
sebuah toko kecil yang menjual beraneka jenis cendera mata. Mereka
membeli selusin lilin putih serta tiga buah topi sombrero. Setelah itu
bergegas-gegas ke tepi kaki lima, tepat saat rombongan pemusik
pertama lewat dengan iringan tiupan terompet serta pukulan genderang
bertalu-talu. Selepas rombongan pemusik, lewat mobil-mobil hias yang
penuh dengan bunga, gadis-gadis cantik, serta laki-laki dengan berbagai
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
corak kostum. Kebanyakan menggambarkan peristiwa-peristiwa penting
dalam sejarah California.
Satu di antaranya menggambarkan adegan tokoh Padre Junipero Serra,
misionaris dari ordo Fransiskan yang mendirikan sebagian besar dari
pusat-pusat keagamaan yang berenteng di sepanjang pesisir California.
Adegan pada mobil hias lainnya melambangkan saat John C. Fremont
mengibarkan bendera Amerika Serikat di atas kota Santa Carla, ketika
kota itu diambil alih dari tangan orang Meksiko. Satu lagi
menggambarkan saat larinya EI Diablo. Paling sedikit ada lima tokoh
Diablo menunggang kuda di sekeliling mobil hias yang itu. Seorang di
antaranya remaja periang penunggang kuda hitam, yang sebelumnya
telah mengejutkan Bob dan Pete di puncak jalan celah.
"Coba lihat - kuda-kuda itu!" seru Bob.
Pete memperhatikan para penunggangnya dengan kagum. "Kepingin
rasanya bisa menunggang kuda seperti mereka," katanya.
Mereka pandai berkuda, walau belum bisa disebut sempurna. Mereka
memperhatikan kuda-kuda yang lewat dengan penuh minat. Petani-petani
berkostum Spanyol berlalu di depan mata. Barisan kepolisian berkuda
dari utara dan selatan, begitu pula pasukan-pasukan yang menunggang
kuda-kuda berbulu kuning keemasan Beberapa di antara kuda-kuda itu
memamerkan gerak langkah menari-nari.
Mereka melihat kereta-kereta, gerobak-gerobak bertenda, serta
kereta-kereta pos kuno. Setelah itu sebuah mobil hias yang
menggambarkan masa Gold Rush, saat orang membanjir datang dari
timur ke California, ketika di situ ditemukan emas.
Tiba-tiba Bob mengguncang lengan Pete.
"Lihat itu!" bisiknya sambil menuding ke arah dua orang laki-laki yang
berjalan di samping mobil hias. Di samping mereka berjalan seekor
keledai pembawa perbekalan makanan. sekop, dan linggis. Satu dari laki-
laki itu pernah mereka lihat. Ben Jackson, laki-laki tua berjanggut
panjang dari gua El Diablo!
"Yang satu lagi itu mestinya Waldo Turner, temannya," kata Bob lagi.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Para penonton menyambut kedua laki-laki tua itu dengan sorak meriah.
Keduanya nampak persis seperti prospektor asli, sampai-sampai dengan
debu dan kotoran tanah yang melekat pada pakaian kerja mereka. Ben
nampaknya pemimpin dari mereka berdua. Janggutnya yang sudah putih
melambai-lambai sementara ia berjalan terpincang-pincang dengan sikap
bangga, sambil menuntun keledai Waldo Turner yang bertubuh lebih
jangkung dan kurus serta hanya berkumis saja, mengikutinya di
belakang. Mobil hias demi mobil hias lewat sambung-menyambung,
dimeriahkan bunyi musik yang tak henti-hentinya terdengar.
Bob dan Pete begitu asyik menonton, sampai nyaris melupakan tugas
mereka ke perpustakaan. Tapi tiba-tiba Pete terkejut
"He, Bob!" bisiknya cepat.
Bob menoleh. Tidak jauh dari mereka berdiri seorang laki-laki. Pada
pipinya sebelah kanan ada goresan bekas luka, sedang matanya tertutup
kain hitam. Orang itu nampaknya sama sekali tidak tertarik pada arak-
arakan. Ia bergegas menyeberang, lalu lenyap di tengah keramaian di
Union Street itu.
"Yuk, kita ikuti dia!" kata Bob. Kedua remaja itu cepat -cepat menyusul.
Sesampainya di pojok jalan, mereka melihat laki-laki jangkung itu lagi.
Ia berada sekitar enam sampai tujuh meter di depan. Ia masih tetap
bergegas-gegas. Sekali-sekali langkahnya diperlambat. Sikapnya seolah-
olah sedang mengamati sesuatu yang ada di depannya.
"Kurasa ada yang diikutinya," kata Bob.
"Bisa kaulihat, siapa?" tanya Pete.
"Tidak, kau kan lebih tinggi," jawab Bob.
Pete memanjangkan tubuhnya setinggi mungkin. Tapi ia tidak bisa
melihat, apa atau siapa yang diikuti laki-laki di depan itu. Kemudian
orang itu membelok.
"Ia masuk ke dalam gedung," kata Pete yang masih terus mengamat-
amati.
"Itu kan gedung perpustakaan!" kata Bob.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Laki-laki itu menghilang di balik pintu tinggi yang rangkap dua. Bob dan
Pete bergegas menyusul. Mereka tertegun ketika sudah berada di
dalam.
Ruang perpustakaan itu lengang. Tapi laki-laki jangkung dengan penutup
mata tadi tidak kelihatan. Ruang utama perpustakaan itu lapang, dengan
sejumlah besar rak tempat buku serta pintu-pintu menuju ke berbagai
ruangan lain. Dengan cepat Bob dan Pete pergi memeriksa lorong-Lorong
di antara jejeran rak Kemudian mereka menengok ke balik pintu-pintu.
Mereka kesal ketika melihat bahwa ada dua pintu di situ yang membuka
ke suatu jalan samping. Sedang orang yang jangkung tadi tetap tak
nampak.
"Ia menghilang," kata Pete lesu.
"Kita tadi seharusnya berpencar, dan satu dan kita mengitar ke
belakang. Kalau Jupiter pasti ingat bahwa perpustakaan umumnya
mempunyai lebih dari satu jalan keluar," kata Bob. Ia merasa jengkel
terhadap dirinya sendiri, karena tidak memikirkan hal sejelas itu.
"Yah - yang jelas. ia sekarang tidak kelihatan lagi," kata Pete. "jadi kita
teruskan saja dengan penelitian seperti yang disuruh Jupiter tadi."
Bob langsung setuju. Kedua remaja itu menanyakan tempat buku-buku
sejarah setempat. Seorang pustakawan yang ramah mengantar mereka
ke sebuah ruangan kecil, di mana terdapat kumpulan buku khusus
mengenai sejarah California. Ketika Bob dan Pete berjalan menuju ke
meja baca di situ tahu-tahu bahu Pete ditepuk dari belakang.
"Eh, ada di sini rupanya para penyelidik muda kita! " Profesor Walsh
berdiri di belakang mereka. Matanya nampak bersinar jenaka di balik
lensa kaca matanya yang tebal. "Sedang melakukan penelitian, Anak-
anak?" tanyanya.
"Ya," jawab Pete. "Kami ingin mengumpulkan segala keterangan yang bisa
didapat tentang Lembah Raungan."
"Bagus, bagus," kata Profesor Walsh. "Aku juga sedang melakukan hal
yang sama saat ini. Tapi sayangnya tidak banyak keterangan yang ada,
kecuali legenda-legenda kuno yang tidak bisa dijadikan andalan.... Kalian
sudah melihat Fiesta tadi?"
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Sudah," kata Pete bersemangat. "Wah, kuda mereka banyak yang
bagus-bagus."
"Perayaannya memang menarik," kata guru besar itu sependapat. "Aku
ingin melihat-lihat juga sebentar, karena tidak banyak hasil yang bisa
kuperoleh di sini. Bagaimana kalian nanti pulang?"
"Kami tadi naik sepeda, Sir," kata Bob.
"Kalau begitu sampai nanti," kata Profesor Walsh sambil berpaling
hendak pergi.
Bob ragu-ragu sejenak. Kemudian ia bertanya, "Apakah ketika sedang di
perpustakaan tadi Anda tidak kebetulan melihat laki-laki jangkung
dengan penutup mata, Sir?"
Profesor Walsh menggeleng. "Tidak, aku tidak melihatnya. Maksudmu,
orang yang kalian lihat kemarin malam?"
"Ya," kata Pete.
"Dia ada di sini rupanya, ya?" kata Profesor Walsh sambil merenung.
"Tidak, aku tidak melihatnya. "
Ketika guru besar itu sudah pergi, Bob dan Pete mulai menekuni tugas
mereka. Mereka menemukan tiga sampai empat buku yang memuat
tulisan tentang Lembah Raungan. Tapi tidak satu pun yang mengandung
informasi tambahan di samping yang sudah mereka ketahui. Kemudian
Bob menemukan sebuah buku berukuran kecil. Halaman-halaman
kertasnya sudah menguning dan berkerut. Isinya sejarah lengkap
Lembah Raungan, sampai tahun 1941. Buku itu terletak di rak yang
keliru. Mungkin itu sebabnya Profesor Walsh tidak melihatnya. Buku itu
mereka pinjam, atas nama Mrs. Dalton. Di luar, hawa siang hari masih
panas dan cerah. Arak-arakan baru saja selesai. Orang ramai berduyun-
duyun meninggalkan pusat kota, banyak di antara mereka yang masih
berkostum pesta.
Bob dan Pete mengikatkan bawaan mereka ke tempat bagasi, lalu
berangkat kembali ke ranch. Tidak lama kemudian mereka sudah mulai
mendaki jalan naik yang panjang menuju Celah San Mateo. Mereka
bersepeda terus sejauh masih bisa dilakukan secara santai. Kemudian
keduanya turun, lalu berjalan kaki sambil menuntun sepeda masing-
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
masing. Mereka berhenti sejenak untuk melepaskan lelah. sambil
memandang ke tengah laut, ke arah Kepulauan Selat yang nampak samar
di kejauhan.
"Kepingin rasanya pergi ke sana," kata Pete.
"Di beberapa di antaranya ada peternakan sapi," kata Bob. "Di tengah
laut sana itu - lengkap dengan para gembala segala."
Dekat pulau-pulau di kejauhan itu nampak bentuk-bentuk langsing kapal-
kapal Angkatan Laut yang sedang mengadakan latihan. Sebuah mobil
meluncur di jalan itu. Datangnya dari arah Santa Carla. Tapi Bob dan
Pete masih terus asyik menatap laut, sehingga tidak memperhatikan
kendaraan itu. Tahu-tahu mereka dikejutkan oleh dengung mesin mobil.
Baru saat itu mereka sadar bahwa ada kendaraan meluncur dengan laju
sekali. Dengan cepat mereka berpaling. Ternyata mobil itu berjalan
sangat meminggir, dan menuju lurus ke tempat mereka berada.
"Awas, Bob!" teriak Pete.
Untung mereka masih sempat meloncat ke pinggir, menghindari
tubrukan. Mobil itu melewati tempat mereka berdiri tadi, mengayun
kembali ke jalan lalu menghilang dengan cepat. Karena kaget, Bob dan
Pete tidak berhasil mengendalikan keseimbangan tubuh. Mereka
terpeleset dari tepi jalan dan meluncur ke arah ngarai yang dalam di
bawah.
Bab 10 Jupiter Membeberkan Rencana
PETE terpeleset terus di lereng terjal. Bajunya robek-robek
tersangkut batu-batu tajam dan semak belukar. Tangannya menggapai-
gapai semak untuk memperlambat gerak luncuran, karena lereng itu di
depan berakhir di tebing tegak lurus ke bawah. Tapi semak-semak yang
tumbuh di situ terlalu kecil, sehingga langsung tercabut. Jarak Pete
dari tepi jurang tinggal sekitar semeter saja lagi, ketika badannya
membentur batang sebuah pohon yang tumbuh meliuk tapi kekar. Ia
terdengus. Tapi jari-jarinya langsung mencengkeram batang pohon itu.
Sesaat ia diam saja. Napasnya memburu, sementara lengannya memeluk
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
batang pohon erat-erat. Kemudian baru disadarinya bahwa ia hanya
sendiri di situ.
"Bob!" serunya. Ia tidak mendengar jawaban. Hanya jurang menganga
yang ada di bawah ujung kakinya.
"Bob!" teriaknya sekali lagi. Ia mulai panik .
Ia melihat ada sesuatu yang bergerak-gerak di sebelah kirinya. Kepala
Bob tersembul dari tengah semak lebat.
"Aku selamat...," kata Bob dengan suara lemah. "Aku berada di semacam
emperan. Tapi... kakiku tidak bisa kugerakkan!"
"Coba kaugerakkan, sedikit saja!" Pete menunggu, sementara ia melihat
semak tempat Bob terkapar bergerak-gerak sedikit. Kemudian
terdengar lagi suara Bob, agak lebih tegas daripada sebelumnya.
"Kurasa tidak apa-apa," katanya. "Aku bisa menggerak-gerakkannya.
Tadi terputar di bawah badanku! Sakit rasanya, tapi masih bisa
kutahan."
"Bagaimana - bisakah kau merangkak naik lagi ke atas?" tanya Pete
setelah sesaat.
"Entahlah, Pete. Kelihatannya terjal sekali."
"Dan jika kita sampai tergelincir -" Pete tidak perlu lagi menyelesaikan
kalimatnya.
"Kurasa lebih baik kita coba saja berteriak minta tolong," kata Bob.
"Ya, yang nyaring!" kata Pete.
Ia membuka mulutnya. Maksudnya hendak berteriak. Tapi yang
terdengar hanya suara berbisik pelan. Karena tepat saat itu tiba-tiba ia
melihat muka seseorang yang mengintip ke bawah dari tepi jalan yang
terletak di atas. Orang itu ada goresan bekas luka di pipinya, dan
memakai penutup mata! Selama sepuluh detik, anak-anak beradu
pandang dengan laki-laki itu, tanpa ada yang mengatakan apa-apa.
Kemudian orang itu menarik kepalanya ke belakang. Terdengar langkah
lari bergegas-gegas, disusul bunyi mesin mobil dihidupkan. Mobil itu
melesat pergi teriring suara ban mendecit-decit Baru saja kendaraan
itu lenyap dari pendengaran, ketika terdengar bunyi kendaraan lain
mendekat.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Teriak!" seru Pete.
Kedua remaja itu berteriak semampu suara mereka. Bunyinya menggema
di daerah pegunungan itu. Sesaat kemudian terdengar bunyi mobil direm
dengan mengejut. Kerikil di tepi jalan berderik-derik. Dua kepala
berwajah ramah memandang ke bawah dari tepi jalan. Tidak lama
kemudian seutas tali melayang, dilemparkan ke arah Pete. Ia
melilitkannya dua kali ke pinggang, sedang di ujungnya dipegang dengan
kedua belah tangan. Ia ditarik oleh kedua orang tadi ke atas. Setelah
itu tali dilemparkan ke bawah lagi.
Sesaat kemudian Bob sudah berdiri di samping Pete. Bob mencoba
kakinya yang sakit. Menurut perkiraannya, Mungkin hanya terkilir. Tapi
supir truk bertubuh gempal yang tadi melemparkan tali mendesak untuk
mengantarkan mereka pulang, karena perjalanannya kebetulan searah
dengan letak pertanian suami-istri Dalton. Tidak sampai lima belas
menit kemudian, kedua remaja itu diturunkan di depan pintu pagar
Crooked- Y Ranch, beserta sepeda-sepeda mereka sekaligus.
Keduanya melambaikan tangan sebagai ucapan terima kasih pada supir
truk itu, lalu berjalan tersaruk-saruk menuju beranda bangunan utama.
Saat itu Mrs. Dalton keluar. Wanita itu menatap dengan kaget, ketika
melihat keadaan mereka. "Astaga! Apa yang terjadi dengan kalian tadi?
Sampai begitu pakaian kalian!"
Pete sudah hendak terus terang menjawab. Tapi tidak jadi, karena
kakinya disepak Bob.
"Anu - kami tadi terlalu cepat menuruni gunung ketika lewat di celah,
sehingga terjatuh," kata Bob. Keterangan itu ada benarnya juga. "Kaki
saya terkilir sedikit. Lalu ada orang menawarkan untuk mengantar kami
kemari."
"Kakimu?" kata Mrs. Dalton. "Coba kulihat sebentar."
Seperti kebanyakan wanita yang hidup di tempat pertanian, Mrs. Dalton
ternyata cukup berpengalaman merawat hal-hal seperti itu. Menurut
dia, kaki Bob hanya terkilir sedikit Tidak perlu dibawa ke dokter, tapi
Bob untuk sementara tidak boleh terlalu membebani kaki itu. Ia disuruh
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
duduk di kursi yang nyaman di serambi. Mrs. Dalton mengambilkan limun
untuknya.
"Tapi sekarang kau mulai saja bekerja, Pete Crenshaw," kata wanita itu.
"Mr. Dalton belum kembali. jadi kau mulai saja dengan memberikan
makanan jerami pada kuda-kuda yang di kandang sebelah depan."
"Ya, Ma 'am," kata Pete buru-buru.
Bob duduk di tempat teduh. Kakinya yang terkilir ditopangkan ke
sebuah kursi. Ia tertawa nyengir, sementara temannya bekerja di
bawah sinar matahari terik. Pete melotot ke arah anak yang lebih kecil
itu. Tapi ia tidak jengkel. Enak rasanya, bekerja di bawah sinar
matahari. Jupiter sudah kembali sebelum saat makan malam. Ia naik
truk pamannya, yang dikemudikan oleh Konrad, pembantu Paman Titus
yang berbadan besar dan berambut pirang. Pete membantu Jupiter
menurunkan peralatan selam mereka dan menaruhnya dalam lumbung,
bersama sebuah bungkusan lain yang tidak diketahui isinya. Bungkusan
itu kecil. Konrad diajak makan malam di situ. Mr. Dalton mengagumi
potongan pemuda Jerman pembantu Paman Titus Jones yang begitu
kekar.
"Kau mau bekerja di tempat pertanian, Konrad?" kata Mr. Dalton. "Kalau
kau ada di sini, biar kehilangan sepuluh pekerja pun aku tidak apa- apa."
"Anda perlu bantuan, barangkali untuk dua minggu," kata Konrad. "Mr.
Titus pasti membolehkan aku datang bersama Hans, untuk membantu di
sini."
"Terima kasih," kata Mr. Dalton, "tapi mudah-mudahan saja jangan
sampai perlu begitu. Aku yakin, kesulitan ini akan segera berakhir. Kata
Castro ia tidak takut, dan ia akan berbicara dengan rekan-rekannya
apabila ia sudah keluar dari rumah sakit."
"Baguslah, kalau begitu, Jess," kata Mrs. Dalton. Tiba-tiba Mr. Dalton
menjadi suram. "Tapi aku tidak tahu apakah masih ada waktu sampai
saat itu. Mungkin nanti semua sudah minta berhenti, apabila kecelakaan-
kecelakaan ini terjadi terus. Di tempat sheriff tadi pun aku tidak
memperoleh kemajuan sedikit pun. Menurut dia, sepanjang
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
pengetahuannya El Diablo tidak punya anak. Ia juga tidak tahu, siapa
laki-laki yang dilihat anak-anak."
"Kurasa tak lama lagi pasti akan diperoleh kejelasan mengenai urusan
ini," kata Profesor Walsh membesarkan hati. "Akal sehat pasti akan
mengalahkan takhyul, begitu para pekerja mulai menggunakan otak
mereka. Waktu merupakan penyembuh yang paling baik."
"Coba itu bisa kuyakini," kata Mr. Dalton. Kemudian orang-orang yang
dewasa berbicara tentang soal-soal lain. Selesai makan malam, Konrad
kembali ke Rocky Beach. Profesor Walsh harus memberikan ceramah di
universitas, sedang suami-istri Dalton sibuk dengan urusan keuangan
usaha pertanian mereka. Anak-anak naik ke kamar mereka di tingkat
atas. Begitu pintu ditutup, Bob dan Pete langsung mendekati Jupiter.
"Apa rencana kita sekarang?" desak Pete.
"Betulkah batumu itu intan?" tanya Bob.
Jupiter tertawa meringis. "Memang intan, seperti sudah kusangka.
Intan industri biasa, yang tidak begitu mahal harganya. Tapi ahli di Los
Angeles yang kuhubungi mengenainya, kaget ketika mendengar di mana
aku menemukannya. Ia harus diyakinkan dulu, baru mau percaya.
Katanya, menurut perkiraannya itu pasti intan dari Afrika. Batu itu
kutinggalkan padanya, untuk diteliti lebih lanjut ia mengatakan akan
memanggilku lagi, begitu penelitian sudah selesai. "
"Bukan main!" kata Pete kagum.
"Kalian sudah membeli lilin serta topi?" tanya Jupiter. "
Tentu saja," kata Pete.
"Kami juga mendapat sebuah buku tentang Lembah Raungan," kata Bob
menambahkan.
Bob dan Pete kemudian bercerita tentang perjalanan mereka ke Santa
Carla, begitu pula tentang mobil yang menyebabkan mereka nyaris
masuk jurang.
"Kalian mencatat nomornya tidak?" tanya Jupiter dengan segera.
"Mana sempat, Jupe?" kata Pete. "Tapi aku melihat bahwa pelatnya lain
dari yang di sini. Biru dan putih begitulah kira-kira."
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Hmm," gumam Jupiter, "kemungkinannya nomor mobil dari Nevada. Dan
katamu tadi laki-laki dengan goresan luka di pipi itu memandang kalian
dari atas?"
"Mungkin maksudnya hendak menamatkan riwayat kami, tapi kemudian ia
terpaksa buru-buru pergi karena ada mobil lain datang," kata Pete
dengan sengit
. "Mungkin juga," kata Jupiter sambil merenung. "Lalu kalian juga
melihat Profesor Walsh di kota?"
"Ya - dan juga Ben serta rekannya, Waldo," kata Bob.
"Puncak celah itu cuma beberapa mil saja letaknya dari sini," kata
Jupiter sambil berpikir terus. "Jadi seseorang dari sini, atau dari
lembah, bisa saja dalam beberapa menit sudah sampai di sana - dan
kemungkinannya tidak ada yang menyadari kepergiannya."
"Ya,- memang," kata Bob sependapat.
"Walau begitu," ujar Jupiter meneruskan renungannya, "pelat nomor
mobil Nevada seperti yang kaukatakan tadi, Pete - itu menarik sekali!
Sepanjang pengetahuan kita, di tempat ini mobil-mobil tidak ada yang
tidak bernomor pelat California." "
Maksudmu ada orang di sekitar sini yang tidak kita kenal - begitu?" kata
Pete meminta penegasan.
"Memang ada," kata Bob. "Itu, laki-laki dengan penutup mata."
"Kelihatannya memang begitulah." kata Jupiter. "Tapi sekarang kita
harus mulai bersiap-siap. Akan kutelaah isi buku tentang Lembah
Raungan itu, sementara kalian berdua memeriksa peralatan selam kita.
Tangki-tangki kalian bungkus dengan sesuatu supaya jangan ketahuan,
lalu taruh di sepeda kita bersama lilin, topi-topi sombrero, serta
bungkusan yang juga kubawa tadi."
"Apa sih, rencana kita?" tanya Bob dan Pete serempak.
"Nantilah kuceritakan," kata Jupiter sambil memandang arlojinya. "Kita
harus buru-buru, apabila ingin sampai di Lembah Raungan sebelum gelap.
Malam ini juga kita mungkin sudah berhasil menyibakkan rahasia Lembah
Raungan."
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Setengah jam kemudian ia muncul di lumbung, sambil melambai-
lambaikan buku yang ditelaahnya selama itu ke arah Bob dan Pete.
"Kurasa sebagian dari jawaban yang kita cari selama ini sudah
kutemukan sekarang," kata Jupiter. "Dalam buku ini dikatakan, lima
puluh tahun yang lalu liang-liang tambang dalam Gunung Setan banyak
yang ditutup kembali, karena tidak pernah ditemukan emas atau apa pun
di situ. Lima puluh tahun yang lalu - jadi sejak saat mana suara erangan
tidak pernah terdengar lagi."
"Maksudmu, sekarang salah satu liang itu terbuka lagi?" tanya Bob. "Dan
angin yang bertiup lewat situlah yang menimbulkan suara erangan itu?"
"Ya, kurasa itulah jawabannya," kata Jupiter. "Tapi yang menjadi
pertanyaan sekarang: bagaimana dan apa sebabnya? - Bagaimana, kalian
sudah siap sekarang?"
"Baiklah - sekarang pakai dulu topi sebelum kita keluar dari sini," kata
Jupiter memberi petunjuk.
Ketiga remaja itu memasang topi-topi yang berpinggiran lebar dan
berwarna putih di atas kepala masing-masing. Mereka menaiki sepeda
yang sudah dibebani dengan tangki-tangki udara yang dibungkus dengan
karung goni. Ternyata tidak gampang mengendarai sepeda dengan beban
seberat itu.
"Aduh!" seru Bob. Mukanya mengernyit kesakitan
"Pergelangan kakimu, Bob?" tanya Pete prihatin.
"Pasti karena harus menggenjot pedal keras-keras," kata Jupiter.
Bob mengangguk dengan perasaan murung. "Kurasa aku tidak sanggup
ikut, Jupe. Aku harus tinggal di sini."
Jupiter sudah merenung lagi. "Tidak, Bob," katanya sesaat kemudian.
"Kurasa kau tidak perlu tinggal. Mungkin kesialan ini bisa kita ubah
sehingga menguntungkan bagi kita. Tipu daya kita menjadi lebih
meyakinkan."
"Tipu daya yang mana?" tanya Pete bingung.
"Siasat militer yang klasik, menyalakan api unggun serta meletakkan
batang-batang kayu yang kelihatannya mirip meriam," kata Jupiter
menjelaskan, tanpa membuat persoalan itu menjadi lebih jelas bagi Pete.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Bob, turunkan muatanmu. Kalau tanpa muatan, kurasa kau masih
sanggup bersepeda."
Bob mencobanya. Ternyata tanpa beban berat, ia mampu menggenjot
pedal sepeda tanpa merasa nyeri. Ketiga remaja itu bersepeda keluar
dari lumbung, menuju ke pintu pagar. Ketika lewat di depan rumah, Mrs.
Dalton yang sedang duduk-duduk di serambi melambai ke arah mereka.
"Nanti jangan sampai terlalu larut ya!" seru wanita itu. "Dan hati-hati!"
Begitu sudah tidak kelihatan lagi dari tempat pertanian, ketiga remaja
itu mempercepat kayuhan mereka ke arah Lembah Raungan. Mereka
turun ketika sudah sampai di ujung jalan yang dibatasi pagar besi.
Barang-barang mereka dimasukkan ke dalam semak belukar, termasuk
sepeda-sepeda.
"Sekarang begini rencanaku," kata Jupiter. "Kita masuk ke dalam gua,
tanpa terlihat oleh siapa pun."
Pete mengangguk. "Aku mengerti sekarang. Kita akan menyergap
raungan itu."
"Betul," kata Jupiter. "Tapi jika teoriku benar, kita sekarang pasti
sedang diamat-amati."
"Wah - kalau begitu bagaimana cara kita masuk?" tanya Bo. "Lewat
bawah air," kata Jupiter, "dengan alat selam kita. Sebelum ini aku sudah
memeriksa waktu-waktu pasang. Malam ini pasang akan naik lebih tinggi.
Menurut perhitunganku, sebagian besar dari lorong yang masuk lewat
pantai akan terbenam di bawah air."
"Tapi, Jupe," kata Bob sangsi, "bagaimana kita akan masuk ke dalam air
tanpa ketahuan, apabila saat ini kita sedang diamat-amati?"
Wajah Jupiter berseri-seri. "Kita akan memakai siasat pancingan,"
katanya. "Seperti tentara zaman dulu yang menyalakan api unggun waktu
malam hari, lalu menyelinap pergi tanpa terlihat musuh."
"Tapi -" kata Pete.
Tapi Jupiter langsung memotongnya. "Begini," katanya, "kemarin malam
ketika kita kemari, aku juga melihat bahwa sementara jalan setapak
yang menuju ke kanan nampak jelas dan puncak Gunung Setan, jalan yang
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
ke kiri sama sekali tidak kelihatan, karena terlindung di balik tebing.
Yuk - kita berjalan dengan santai. Tidak usah sembunyi-sembunyi."
Ketiga remaja itu memanjat ke seberang pagar besi, lalu menyusur jalan
setapak yang mengarah ke kiri. Ketika sudah sampai di tempat yang
tidak kelihatan dari puncak gunung, Jupiter mengajak berhenti. Tangki-
tangki udara yang dijinjing diletakkan ke tanah. Bob dan Pete
memperhatikan sementara Jupiter membuka bungkusan yang isinya
dirahasiakan selama itu.
"Aduh - ternyata cuma pakaian tua saja!" seru Pete.
"Tapi serupa dengan yang kita pakai!" tambah Bob.
"Tepat!" kata Jupiter. "Sekarang jejali pakaian kita ini dengan rumput,
lalu ujung-ujung lengan dan kaki kita ikat dengan tali ini."
Bob dan Pete mengikuti petunjuk Jupiter. Beberapa menit kemudian
sudah ada dua buah boneka rumput yang potongannya mirip sekali
dengan Pete dan Jupiter.
"Sedang topi-topi lebar ini menutupi muka boneka-boneka kita?" kata
Pete.
"Betul!" kata Jupiter lagi. "Kecuali itu akan bisa dilihat dengan gampang
dari puncak gunung. Orang yang ada di sana akan mengira boneka-
boneka ini kita. Apalagi karena Bob ada di sini pula. Bob - jangan lupa
sebentar-sebentar bergerak nanti, ya!"
Dengan cepat kedua boneka itu didudukkan di sebelah atas jalan
setapak. Bob duduk di dekat keduanya. sambil pura-pura mengobrol.
Dari kejauhan, kelihatannya persis seolah-olah Jupiter beserta kedua
rekannya sedang duduk-duduk di tebing sambil menikmati pemandangan
yang terbentang di depan mereka. Jupiter dan Pete yang tersembunyi di
balik tebing bergegas menyelinap menuruni jalan setapak, menuju pantai
sempit yang terhampar di sebelah bawah. Di sana mereka cepat-cepat
menyandangkan tangki udara ke punggung.
"Malam ini alun ombak tidak besar," kata Jupiter. "Kurasa kita takkan
mengalami kesulitan berenang dari sini ke mulut gua."
Pete mengangguk. "Kalau berenang di bawah air, kurasa dalam waktu tak
sampai lima menit kita akan sudah sampai di sana."
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Memang,"" kata Jupiter sependapat. "Aku membawa pedoman. Jika
terasa perlu, kita muncul nanti sebentar ke permukaan. Pancingan yang
sudah kita pasang kurasa akan menyebabkan orang yang mengamat-
amati kita takkan merasa perlu memperhatikan laut."
Pete dan Jupiter memasang alat pernapasan ke mulut masing-masing.
Mereka berjalan mundur ke dalam air, lalu menyelam ke bawah ombak.
Bab 11 Bayangan dalam Air PETE berenang mengikuti gerakan sirip
renang di kaki Jupiter yang nampak melambai-lambai dalam air yang
bening di depannya. Keduanya sudah berpengalaman berenang sambil
menyelam dengan peralatan. Mereka berenang hanya dengan gerakan
kaki saja, tanpa melakukan gerak-gerak yang tidak perlu. Pete
senantiasa mengawasi bayang-bayang batu karang yang gelap dengan
waspada, sedang Jupiter memusatkan perhatian pada arah yang
ditunjukkan oleh pedoman yang terpasang pada pergelangan tangannya.
Ikan-ikan berkeliaran kian kemari di sekeliling keduanya. Seekor ikan
pecak yang besar mengejutkan Pete. Ikan itu semula tak terlihat,
karena berada dekat dasar yang berbatu. Tapi kemudian berenang pergi
dengan gerakan tenang.
Setelah beberapa menit berenang, Jupiter berhenti lalu berpaling ke
arah Pete. Ia menuding arloji selamnya, lalu menunjuk ke arah pantai.
Pete mengangguk. Sudah waktunya mereka berenang ke tepi, menuju
Gua El Diablo. Jupiter terus berenang di depan. Air mulai keruh ketika
semakin mendekati pantai, sedang batu-batu juga lebih banyak. Oleh
sebab itu Pete mempercepat renangnya, mendekati sirip kaki yang
bergerak-gerak di depan. Bahkan begitu dekat, sehingga ia membentur
punggung Jupiter ketika temannya itu berhenti dengan tiba-tiba. Pete
mendengus. Ia agak kesal. Tapi itu lenyap dengan seketika, ketika ia
melihat Jupiter menuding-nuding ke arah kiri. Pete menoleh ke situ.
Suatu bayangan gelap bergerak dengan lambat dalam air, tidak sampai
sepuluh meter dari tempat mereka. Bayangan itu berbentuk seperti
cerutu yang besar sekali. Bentuk hiu, atau bahkan paus ganas! Jantung
Pete berdegup keras. Tapi ia dan juga Jupiter sudah sering mendapat
petunjuk terperinci dari pelatih, apa yang harus dilakukan jika berjumpa
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
dengan hiu. Kini mereka bereaksi tanpa perlu berpikir lagi. Mereka
mengendapkan diri ke dasar laut, sambil berusaha agar tidak bergerak
sedikit pun - karena setiap gerakan akan menarik perhatian hiu.
Sesampai di dasar mereka merayap dengan berhati-hati menuju ke
tempat berbatu-batu yang aman. Untuk berjaga-jaga, keduanya
menghunus belati masing-masing. Pete mengamat-amati bentuk gelap
tadi dengan seksama. Ia menarik kesimpulan bahwa itu tidak mungkin
hiu, karena geraknya terlalu teratur dan lurus. Lagi pula bentuknya
terlalu panjang. Tapi paus ganas juga bukan, karena terlalu kecil dan
terlalu pelan geraknya. Pete menggeleng ketika Jupiter menyentuh
bahunya sambil membuat tanda hiu dengan tangannya. Berdua mereka
memperhatikan bentuk aneh itu lambat-lambat menghilang ke tengah
laut. Setelah itu mereka berenang lagi ke arah tepi, sampai gerak air
menunjukkan bahwa mereka sudah sampai ke dekat tebing Gunung
Setan. Dengan hati-hati sekali mereka muncul di permukaan. Ternyata
mulut gua sudah dekat sekali di depan.
"Apa itu tadi?" tanya Jupiter, begitu alat bantu pernapasan dilepaskan
dari mulutnya.
"Aku tidak tahu," jawab Pete gelisah. "Tapi aku yakin bukan hiu, paus,
atau jenis ikan lainnya. Mungkin lebih baik jika kita kembali saja, Jupe,
lalu memanggil sheriff."
"Jika sepasukan datang kemari, mereka takkan bisa menemukan apa-
apa," kata Jupiter mengetengahkan pendapatnya. "Apa pun tadi itu,
yang jelas ia pergi menjauh, kan? Kurasa ada penjelasan yang biasa-
biasa saja tentang wujud itu - lagi pula, sekarang kan sudah tidak ada
lagi."
"Yah -" kata Pete dengan nada masih sangsi.
"Kita sekarang sudah sejauh ini - kan konyol jika kembali tanpa
menyelidiki suara raungan itu," kata Jupiter tegas. Ia paling tidak
senang mundur di tengah jalan.
"Ayolah, Pete," desaknya. "Aku akan masuk sekarang. Kaupegang tali,
sampai aku sudah ada di dalam."
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Setelah itu Jupiter langsung menghilang ke dalam air. Saat itu matahari
sudah hampir terbenam. Pete menunggu di tengah keremangan senja,
dengan tali di tangan. Beberapa saat kemudian ia merasa tali
disentakkan dua kali. Ia memasang alat bantu pernapasan ke mulut, lalu
berenang menuju mulut gua yang sempit. Air di dalam hanya sedikit saja
terasa bergerak-gerak. Arus sama sekali tidak ada. Senter kedap air
yang dipasang ke peralatannya, cukup menerangi tempat yang akan
dilalui. Air dalam lorong dengan cepat mendangkal sementara dasar
lintasan itu mengarah condong ke atas. Tidak lama kemudian Pete sudah
berdiri di samping Jupiter, dalam rongga yang lapang. Sementara ia
melepaskan sirip renang dari kakinya, ia langsung mendengar suara itu.
"Aaaaa-oooouuu!"
Gua itu meraung! Dilihatnya Jupiter tertawa nyengir Kini mereka telah
berada di dalam -dan gua itu meraung!
"Astaga! Kau ternyata benar, Jupe," bisik Pete. "Tidak ada yang melihat
kita masuk tadi, dan sekarang gua ini meraung."
"Kenyataannya begitu, kan?" kata Jupiter. Nada suaranya
membayangkan kebanggaan "Dan saat ini hari mulai senja - persis
seperti ketika kita kemarin malam datang kemari. Yuk!"
Mereka cepat-cepat melepaskan alat-alat selam mereka. Jupiter
menyalakan korek apinya yang kedap air, lalu menghidupkan dua batang
lilin.
"Kita bawa lilin-lilin ini ke mulut semua lorong yang berpangkal di sini,"
kata Jupiter menjelaskan. "Jika nyalanya berkelip-kelip, itu tandanya
ada aliran udara di dalam. Sedang jika tetap tenang kemungkinannya
lorong itu buntu. Dengan jalan begitu kita menghemat waktu dan
tenaga."
Pete mengangguk. "Pintar," katanya memuji.
Dengan segera mereka mulai memeriksa ujung-ujung lorong. Pada satu di
antaranya nyala lilin berkelip-kelip. Tapi Jupiter belum puas. Pete pergi
ke ujung lorong berikut. Tiba-tiba nyala lilinnya tertarik dengan keras
ke dalam lubang yang gelap.
"Di sini, Jupe!" seru Pete bersemangat.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Sssst!" desis Jupiter. "Pelan-pelan, siapa tahu ada orang lain di dekat-
dekat sini."
Keduanya memasang telinga sambil menahan napas. Suasana sunyi
senyap selama kira-kira setengah menit. Pete marah sekali pada dirinya
sendiri, karena berteriak tadi. Tapi kemudian erangan itu terdengar
lagi. Samar-samar, tapi jelas.
"Aaaaa-oooouuuu!"
Datangnya seperti langsung dari dalam lorong yang tadi menyedot nyala
lilin. Jupiter mengambil kapur putihnya, lalu membuat tanda tanya di
mulut lorong itu. Kemudian keduanya menghidupkan senter, lalu masuk
ke dalam.
Bob duduk bersama kedua boneka dibagian atas tebing, sambil
memperhatikan sinar merah matahari yang terbenam di ufuk barat.
Dengan lambat, laut mulai diselubungi keremangan senja yang semu
lembayung. Bob menjulurkan kakinya dengan hati-hati. Menurut
perkiraannya, sudah lebih dari setengah jam ia duduk di situ sambil
bicara pada dirinya sendiri. Selama itu ia selalu merasa ada
memperhatikan. Ia tahu itu mungkin perasaannya saja. Tapi walau begitu
bulu tengkuknya tetap saja merinding. Untuk menyibukkan diri, ia
membaca buku tentang Lembah Raungan. Ia mulai dari bagian yang
memaparkan saat liang-liang tambang ditutup. Tiba-tiba sikapnya
berubah.
"Astaga!" desisnya kaget.
Saat itu ia membaca uraian tentang Ben Jackson serta rekannya, Waldo
Turner Di situ dikatakan bahwa Ben beserta rekannya itu tinggal di
punggung pegunungan yang letaknya di sebeIah Gunung Setan, dan
mereka menggali liang-liang tambang ke dalam gunung itu. Kemudian
liang-liang buatan mereka juga ikut disumbat. Tapi Ben dan Waldo tidak
mau pergi dari situ. Mereka berkeras hendak terus mencari emas-dan
intan!
Kening Bob berkerut Ia yakin bahwa karena ingin cepat-cepat mulai
dengan rencananya, Jupiter tidak sempat membaca sampai sejauh itu.
Karena jika ia membaca ulasan tentang Ben Jackson bahwa dalam
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Gunung Setan ada intan, pasti hal itu sudah dikatakannya. Tiba-tiba Bob
merasa cemas. Jupiter beranggapan bahwa kemungkinannya suara
raungan disebabkan karena ada liang-liang tambang yang dibuka kembali.
Ben Jackson beserta rekannya pernah menggali liang seperti itu. Dan
mungkin mereka lebih mengenal Gua El Diablo dibandingkan dengan siapa
saja, karena sudah bertahun-tahun tinggal berdekatan dengan tempat
itu. Bagi mereka mudah saja membuka liang lama.
Kemudian Bob teringat pada hal lain. Diingatnya betapa Ben tahu-tahu
muncul di depan mereka. Padahal saat itu mereka sedang berada di
dalam sebuah gua yang letaknya di sebelah dalam. Walau begitu Ben
mengatakan ia kebetulan lewat di luar ketika mendengar suara mereka!
Tiba-tiba Bob sadar bahwa itu mustahil! Jarak yang memisah terlalu
Jauh. Jadi Ben mestinya ada di dalam gua ketika ia mendengar mereka.
Dan itu ia berarti bohong! Bob sekarang ketakutan. Ia cepat-cepat
merosot ke bawah, lalu bergegas membuat boneka satu lagi, dengan
jalan mengisi rumput ke dalam pakaian yang memang semula sudah
disediakan untuk membuat boneka yang akan mewakilinya. Dengan hati-
hati didorongnya boneka ketiga itu tempatnya duduk tadi, di samping
boneka yang dua lagi. Dalam keremangan senja, ketiga boneka itu pasti
akan meyakinkan orang yang mengamat-amati bahwa Jupiter serta
kedua kawannya masih tetap duduk-duduk di situ. Bob merangkak di
sela-sela belukar, sampai merasa sudah bisa berdiri dan berjalan tanpa
ketahuan orang. Ia bergerak pada jarak agak jauh dari jalan setapak. Ia
merasa perlu sekali kembali ke Ranch, untuk melaporkan apa yang
sedang dikerjakan oleh Jupe dan Pete dalam gua pada Mr. dan Mrs.
Dalton. Jika Ben Jackson benar-benar menemukan tambang emas, besar
kemungkinannya keselamatan kedua temannya itu terancam!
Bob bergegas secepat mungkin di daerah yang sukar dilewati itu, dengan
kakinya yang masih sakit. Baru beberapa ratus meter ia berjalan, ketika
tiba-tiba didengarnya bunyi pelan dalam gelap. Bunyi mobil yang
dijalankan lambat-lambat di jalan tanah - tanpa menyalakan lampu! Mobil
itu berhenti, tidak sampai dua puluh meter dari tempat Bob
bersembunyi. Sesosok tubuh gelap keluar dari kendaraan itu, lalu
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
berjalan cepat-cepat menuju Gunung Setan. Orang itu berpakaian serba
hitam, sehingga nyaris tidak kelihatan dalam kegelapan malam. Dengan
segera ia sudah tidak nampak lagi. Bob merunduk-runduk, menghampiri
mobil. Nomor pelatnya dari Nevada. Jauh di dalam gunung,
Pete dan Jupiter terus melacak asal suara meraung yang mereka
dengar. Setelah beberapa lama melalui lorong, mereka tiba lagi di
rongga lain. Di situ mereka kembali harus memakai nyala Jilin untuk
menentukan lorong berikut yang harus dimasuki. Dalam rongga gua
ketiga, ukurannya lebih kecil daripada rongga lainnya, mereka
menemukan tiga lorong yang dialiri udara. Mereka memutuskan, lebih
baik jangan berpencar. Masing-masing lorong akan diperiksa bersama-
sama. Lorong pertama mula-mulanya lurus saja, tapi kemudian membelok
dengan tiba-tiba.
"Arahnya kembali ke laut, Jupe," kata Pete setelah memperhatikan
sesaat.
Kening Jupiter berkerut. "Bukan ke sana seharusnya arah kita. Aku
yakin, suara itu berasal dari tempat yang dekat ke lembah." Ia meneliti
pedomannya. "Menurutku, kita harus menuju ke timur, atau ke timur
laut."
"Lorong ini menuju ke barat daya."
Keduanya berbalik, lalu mencoba lorong berikut. Itu pun tidak lama
kemudian melengkung kembali ke barat daya. Sekali lagi mereka kembali
ke rongga semula.
Pete sudah mulai merasa tidak sabar."Kalau begini, kita bisa terus saja
berputar-putar di sekitar sini,Jupe!"
"Ya, tapi kurasa kita sudah menemukan jejak yang benar. Setiap kali
kita mengarah ke timur suara raungan itu terdengar makin jelas."
Dengan segera Pete mengikuti Jupiter, masuk ke lorong ketiga. Aliran
udara di dalamnya lebih terasa, dan bunyi raungan pun terdengar lebih
nyata. Lorong itu mengarah lurus ke timur. Jupiter berjalan secepat
yang dirasakannya aman, dengan hanya sinar senter saja sebagai
penerangan. Tiba-tiba kedua remaja itu tertegun. Mereka melihat
lubang menganga di dinding kiri lorong. Rupanya itu mulut lorong lain.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Astaga!" kata Pete. "Baru kali ini kita menemukan lorong samping dalam
lorong!"
"Betul," kata Jupiter sambil meneliti lorong itu dengan bantuan sinar
senternya, "dan ini buatan manusia! Ini liang tambang tua yang tidak
disumbat di sebelah sini. Lihatlah, Pete!"
Nyala lilin di tangan Jupiter nampak condong ke luar!
"Apa artinya itu, Jupe?"
"Ini berarti," bisik Jupiter bergairah, "di dalam sana ada lubang lagi
yang berhubungan ke luar! Barangkali liang tua yang dengan diam-diam
dibuka lagi."
"Kalau begitu apa sebabnya tidak ketahuan oleh Sheriff atau Mr.
Dalton?"
"Aku tidak tahu pasti sebabnya, Pete," kata Jupiter berterus terang,
"tapi -"
Tiba-tiba matanya terbelalak, karena saat itu ia mendengar sesuatu.
Sesaat kemudian Pete juga mendengarnya - bunyi samar orang yang
sedang menggali.
"Yuk!" ajak Jupiter sambil berbisik, lalu memasuki lorong samping. Pete
sudah hendak menyusul, ketika tiba-tiba disadarinya bahwa di
belakangnya ada orang berjalan.
"Jupe," katanya dengan suara lemah.
Dekat sekali di belakang kedua remaja itu berjalan seorang laki-laki.
Badannya kecil langsing, dengan wajah angkuh serta tatapan mata
berapi-api. Dari wajahnya nampak bahwa orang itu masih muda bahkan
masih bisa dibilang remaja. Ia memakai sombrero hitam. Pakaiannya
terdiri dari jaket pendek, kemeja berkerah tinggi, celana ketat yang
bagian bawahnya melebar, serta sepatu mengkilat - semua berwarna
hitam. Orang itulah yang nampak dalam foto yang ditunjukkan Profesor
Walsh pada mereka waktu itu. Dialah El Diablo! Dan ia menggenggam
pistol di tangan kirinya.
Bab 12 Terjebak!
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"ASTAGA!" teriak Pete. El Diablo mengacungkan pistolnya ke arah Pete,
sementara tangannya yang satu lagi bergerak dengan cepat mengiris
udara.
"Ia menyuruh kita diam," kata Jupiter dengan suara agak bergetar.
El Diablo mengangguk. Wajahnya yang remaja nampak kaku. Dengan
gerakan pistolnya ia menyuruh Pete dan Jupiter berjalan di depan ke
arah berlawanan, menjauhi bunyi galian. Keduanya terpaksa menurut.
Mereka berjalan kembali menyusur lorong gelap. Begitu tiba di sebuah
rongga, El Diablo memberi isyarat menyuruh mereka ke kanan. Mereka
berjalan terus, silih berganti melalui lorong dan rongga. Walau dari
arloji di tangannya Pete tahu bahwa belum sampai lima menit mereka
berjalan, tapi rasanya seakan-akan sudah lebih dari lima jam ia tersaruk
-saruk terus di belakang Jupiter. Sedang El Diablo tetap berada di
belakang keduanya, dengan pistol siap di tangan.
"Berhenti!"
Perintah itu diucapkan dengan tiba-tiba, saat Jupiter baru saja
memasuki satu rongga lagi. Baru sekali itulah El Diablo berbicara.
Suaranya tidak begitu jelas kedengaran, seperti menggaung. Pete dan
Jupiter berhenti berjalan. Rongga yang baru dimasuki itu lebih kecil
dari kebanyakan rongga yang lain-lainnya. Suasana di situ gelap dan
suram.
"Ke sana!" perintah El Diablo dengan suaranya yang kurang jelas.
Bandit itu memberi isyarat ke arah suatu lubang yang sangat sempit di
dinding rongga. Jupiter dan Pete saling berpandang-pandangan dengan
geram. Tapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka berjalan
memasuki lorong sempit itu, diikuti oleh El Diablo dari belakang. Ketika
baru saja berjalan sepuluh langkah, mereka sudah sampai di depan
tumpukan batu yang menyumbat. Jalan buntu! Pete dan Jupiter
berpaling dengan perasaan kecut. Wajah El Diablo tetap kaku. Dengan
gerakan pistolnya, ia mengisyaratkan kedua remaja itu untuk berdiri
dekat dinding sebelah kiri. Kemudian dengan cepat ia membungkuk, lalu
menggulingkan sebuah batu besar dari tumpukan yang menghadang.
"Kemari!" perintahnya dengan suara menggaung.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Kedua remaja itu menghampiri lubang yang nampak di ujung lorong. Pete
mengintip sebentar ke dalam. Ia tidak melihat apa-apa. Hanya lubang
gelap itu saja yang kelihatan. Sebelum ia sempat menyorotkan
senternya ke dalam, tahu-tahu ia sudah didorong dengan keras,
sehingga tersungkur masuk. Pete terjerembab di lantai batu. Tahu-tahu
ada sesuatu membentur rusuknya, disusul bunyi batu digulingkan. Pete
terkapar dalam gelap, di balik dinding batu.
"Pete?" Itu suara Jupiter, di sampingnya.
"Aku di sini," jawab Pete. "Tapi mauku lebih baik tidak."
"Kurasa kita dikurung olehnya," bisik Jupiter dalam gelap.
"Kalau aku, kurasa aku takut," kata Pete.
***
Di ujung Lembah Raungan Bob bergegas-gegas, menuju ke tempat
pertanian suami-istri Dalton. Lembah di belakangnya masih terus
menggemakan bunyi raungan, seperti menyuruhnya berjalan lebih cepat
lagi.
"Aaaaa-ooouuuu!"
Bob tahu bahwa itu berarti bahwa rencana Jupiter berhasil. Saat itu
Jupe dan Pete mestinya sudah ada dalam gua. Tapi raungan itu masih
saja terdengar. Tapi sesudah membaca buku tadi, Bob malah agak
merasa menyesal bahwa rencana itu berhasil. Jika dugaannya benar, jika
Ben dan rekannya ada sangkut pautnya dengan raungan itu, maka itu
berarti bahwa ada kemungkinannya Pete dan Jupe terancam bahaya.
Kemudian masih ada pula laki-laki tadi, yang datang dengan mobil
bernomor pelat negara bagian Nevada.
Siapakah dia?
Bob hanya melihat sesosok tubuh gelap berjalan menuju Gunung Setan.
Selama beberapa saat ia masih menunggu dekat mobil. Tapi orang tadi
tidak muncul-muncul. Akhirnya Bob mengambil keputusan tegas. Terlalu
banyak yang terjadi saat itu. Tidak mungkin mereka bertiga
menanganinya sendiri. Ia bergegas terus, menuju ranch. Setelah
meninggalkan Lembah Raungan, ia memberanikan diri ke jalan, di mana
langkahnya bisa lebih cepat. Lambat laun suara raungan menghilang di
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
kejauhan. Beberapa saat kemudian didengarnya bunyi lain datang dari
arah belakang. Bunyi mobil yang berjalan dengan laju di jalan tanah itu.
Untung Bob masih sempat cepat-cepat bersembunyi di balik semak di
pinggir jalan. Bob tidak bisa melihat muka orang yang mengemudi dengan
badan dibungkukkan ke depan, ketika mobil itu lewat. Tapi nampak topi
sombrero hitam menutupi kepala orang itu. Bob juga melihat bahwa yang
lewat itu mobil yang tadi, yang berpelat nomor negara bagian Nevada!
Bob bergegas kembali ke jalan. Ia merasa khawatir. Pengendara mobil
itu nampaknya sangat tergesa-gesa. Apakah yang telah terjadi di dalam
Gunung Setan?
Dengan perasaan kecut, Bob mulai berlari secepat yang dimungkinkan
kakinya yang cedera. Ia harus selekas Mungkin sampai di tempat
pertanian. Mungkin bahkan Jupiter pun sudah terlalu nekat kali ini –
"Uhhh!" Bob menabrak orang yang tahu-tahu muncul.
Bahunya dicengkeram sepasang tangan yang bertenaga besar. Ia
menatap wajah yang sudah beberapa kali dilihatnya. Wajah orang yang
di pipinya ada goresan bekas luka, serta memakai penutup mata.
***
Pete dan Jupiter berjongkok dalam gelap di balik tembok batu. Sekali-
sekali masih terdengar samar-samar bunyi raungan gua, seperti jauh
sekali.
"Ada yang bisa kaulihat?" bisik Pete.
"Sama sekali tidak. Kita benar-benar terkurung di sini, dan - he!
Bagaimana sih, kita ini?" Tiba-tiba Jupiter tertawa.
"Kenapa kau tertawa?" bisik Pete.
"Kita berbisik-bisik," kata Jupiter, "dan kita diam saja dalam gelap.
Padahal tak ada orang di sini yang bisa mendengar kita, dan kita juga
membawa senter!"
Keduanya cepat-cepat menyalakan senter Mereka berpandang-
pandangan sambil nyengir agak malu-malu. Kemudian Pete menyorotkan
cahaya senternya ke dinding batu yang menghadang.
"Mungkin saja tidak ada yang bisa mendengar kita dan kita juga punya
senter - tapi bagaimana kita bisa keluar dari sini?" tanyanya.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Seperti biasa, Jupiter pantang berputus asa. "Mula-mula kita mencoba
mendorong batu besar itu ke luar. El Diablo tadi kelihatannya tidak luar
biasa kuatnya, tapi ia mampu dengan gampang menggerakkan batu itu."
Mula-mula Pete sendiri yang berusaha menggerakkannya. Tapi sedikit
pun tak bergerak. Kemudian Jupiter membantunya. Bersama-sama
keduanya mengerahkan segala tenaga yang ada. Tapi batu besar itu
tetap tak sedikit pun bergerak. Pete dan Jupiter mencoba terus, sampai
napas mereka tersengal-sengal. Akhirnya terpaksa menyerah.
"Rupanya diganjal dari luar," kata Jupiter. "Semakin didorong, malah
semakin terganjal. Kita terkurung rapat."
"Hebat!" kata Pete. "Bagaimana pendapatmu, Jupe - mungkinkah orang
itu tadi benar-benar EI Diablo? Profesor Walsh kan mengatakan, ada
kemungkinan ia masih hidup sekarang."
"Kalau masih hidup, itu mungkin saja," kata Jupiter, "tapi takkan seperti
tadi itu tampangnya. Jangan lupa, umurnya sekarang sudah sekitar
seabad. Sedang laki-laki yang menyergap kita tadi, tampangnya seperti
El Diablo semasa remaja!"
"Ya, itu memang sudah terpikir olehku pula."
"Kecuali itu," sambung Jupiter, "kau lihat tidak tadi - bahwa mukanya
seperti tak pernah bergerak sedikit pun? Sama sekali tidak berubah!"
"Memang, tapi -"
"Aku yakin, orang yang meringkus kita tadi memakai topeng, Pete!" kata
Jupiter tegas. "Topeng plastik yang menutupi seluruh muka, dengan
warna seperti kulit yang sebenarnya. Di samping itu, ia sedikit sekali
berbicara. Kurasa ia takut kalau kita mengenali suaranya."
"Aku tidak mengenalinya. Kau, Jupe?"
"Aku juga tidak," kata Jupiter. "Tapi aku yakin tentang satu hal. Orang
tadi tidak berniat benar-benar mencelakakan kita. Karena kalau itu yang
diinginkannya, kita takkan hanya dikurungnya saja di sini."
"Hanya dikurung, katamu?!" tukas Pete. "Itu saja kan sudah gawat!"
"Ia sebenarnya bisa saja berbuat lebih dari ini," kata Jupiter dengan
nada suram. "Di sini, lambat laun kita akan ditemukan juga apabila sudah
diketahui lenyap. Itu diketahui olehnya. Cukup banyak udara di sini. Ia
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
cuma ingin menyingkirkan kita untuk sementara waktu. Mungkin cuma
malam ini saja. Itu berarti kita harus cepat-cepat berusaha keluar dari
sini."
"Menurutmu, sudah aman sekarang, Jupe? Kenapa tidak membiarkan
kita ditemukan orang saja?" tanya Pete.
"Aku yakin sekarang, misteri ini harus malam ini juga dibongkar," kata
Jupiter ngotot. "Jika kita tunggu lebih lama, nanti akan terlambat.
Karena tidak bisa keluar lewat jalan yang tadi, kita harus memeriksa
apakah di ujung sebelah sana ada jalan keluar atau tidak. Yuk, kita
berangkat!"
Pete mengikuti Jupiter, menyusur lorong sempit itu. Arahnya lurus saja
sampai beberapa mil, tanpa ada lorong lain yang memotong. Tiba-tiba
keduanya terhenti, lalu berpandang-pandangan dengan kecut. Di depan
mereka ada lagi reruntuhan batu yang menghadang. Ternyata ujung itu
pun tersumbat!
"Aduh,Jupe - sekarang bagaimana?" seru Pete cemas.
"Aku sama sekali tak menyangka bahwa kita benar-benar terkurung di
sini," kata Jupiter. Untuk pertama kalinya terbayang rasa cemas di
wajahnya. "Ini sama sekali tidak sesuai dengan kesimpulanku tadi."
"Mungkin El Diablo menarik kesimpulan lain," kata Pete.
Jupiter membungkuk ke depan. Ia memperhatikan tumpukan batu yang
menghadang. Nampak bahwa batu-batu itu sudah lama begitu
keadaannya. Jupiter membungkukkan diri lebih dekat lagi. Tiba-tiba
sikapnya berubah. Bersemangat!
"He, Pete! Batu besar ini nampaknya pernah digeser baru-baru ini!"
Pete ikut membungkuk untuk memperhatikan. Dari tanda-tanda yang
nampak di dasar lorong, jelas nampak bahwa batu besar yang ditunjuk
oleh temannya memang pernah berpindah tempat. Dan terjadinya belum
lama. Berdua mereka berusaha mendorongnya. Batu itu bergerak-gerak
sedikit. Tapi tidak tergeser. Jupiter tegak kembali, sambil memandang
berkeliling.
"Kurasa orang tadi lewat lorong ini untuk keluar-masuk gua tanpa dilihat
orang lain. Jika kita berdua tidak mampu menggesernya, itu berarti
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
pasti ada cara lain.... Nah, apa kataku! Itu - besi panjang yang dekat
dinding sana itu!"
Dengan segera Pete mengerti. Itu pasti alat pengungkit! Disambarnya
batang besi itu, lalu diselipkan ujungnya di antara batu dan dinding
lorong. Kemudian kedua remaja itu mengungkit dengan sekuat tenaga.
Batu besar itu berhasil digeserkan ke samping. Di depan mereka
ternganga lubang besar. Jupiter menyorotkan cahaya senternya,
menembus kegelapan yang ada di depan.
"Ada rongga gua lagi," katanya setelah meneliti sekejap.
Pete melepaskan batang ungkit yang dipegang. Dengan segera kedua
remaja itu merangkak ke seberang, lewat lubang itu. Senter mereka
kemudian digerakkan kian kemari.
"Wow!" desah Pete.
Pete hanya memandang saja, tanpa mengatakan apa-apa. Mereka berada
dalam rongga gua yang besar sekali. Di tengah-tengahnya ada telaga
yang gelap sekali.
Bab 13 Telaga Si Tua
PERMUKAAN telaga itu berkilat-kilat kena sinar senter yang
disorotkan ke situ. Pete meneguk ludah beberapa kali.
"Telaga yang dihuni Si Tua," katanya berbisik-bisik.
"Jadi ternyata memang ada telaga di sini," kata Jupiter. "Jalan masuk
kemari rupanya sudah lama tersumbat - tapi orang-orang Indian tahu
bahwa dalam kompleks gua ini ada telaga."
"Dan sekarang kita juga tahu - tapi aku sama sekali tidak senang
karenanya," kata Pete dengan suara gemetar.
"Yuk - kita cepat-cepat mencari jalan keluar dari sini!"
"Adanya telaga ini tidak menyebabkan Si Tua juga harus benar-benar
ada," kata Jupiter.
"Tapi juga tidak berarti ia tidak ada," kata Pete mendebat. "Mungkin Si
Tua juga sudah selama itu terkurung di sini. Mungkin ia marah dan sudah
lapar sekali! Kedatangan dua orang remaja yang sok tahu pasti
disambutnya dengan gembira!"
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Jupiter memandang berkeliling rongga gelap itu. Bayang-bayang gelap di
dinding menunjukkan bahwa di situ ada lorong-Lorong yang menuju ke
luar rongga.
"Kita coba saja mencari jalan keluar," kata Jupiter memutuskan.
"Nyalakan lilinmu - kita periksa ujung-ujung lorong."
"Nah, begitu dong!" kata Pete lega. Ia menyalakan lilin, lalu menyusul
Jupiter. Dua lorong mereka periksa, tanpa hasil. Pete sudah beranjak
hendak menghampiri lorong berikut. Tapi Jupiter tetap terpaku di
tempatnya.
"Pete," desisnya dengan nada aneh.
Pete mengikuti arah tatapan mata teman itu. Mula-mula ia tidak melihat
apa-apa.
"Di sana - dekat dinding," desis Jupiter lagi. "Itu - itu kan.....
Saat itu Pete melihatnya! Dalam ceruk gelap agak di dalam lorong kedua,
dilihatnya seseorang duduk bersandar ke dinding dengan kedua kaki
terjulur ke depan! Orang itu bertubuh kecil, berpakaian serba hitam,
dari topi lebar sampai dengan sepatu. Di tangan kanannya tergenggam
pistol kuno. Orang itu seperti menatap mereka berdua sambil meringis.
Tapi yang meringis itu bukan muka biasa - melainkan tengkorak! Dan
tangan yang menggenggam pistol juga hanya terdiri dari tulang-belulang!
Pete menjerit, lalu lari pontang-panting, diikuti oleh Jupiter. Keduanya
berebut-rebut hendak lebih dulu menyusup masuk ke dalam lorong dari
mana mereka datang tadi. Sebagai akibatnya, kedua-duanya jatuh
terguling.
"Kita mau lari ke mana, Jupe?" gumam Pete dalam keadaan terkapar.
"Lewat sini tidak bisa!"
"Ah, betul juga," kata Jupiter. "Pikiran kita tadi kacau."
"Aku malah sama sekali tidak berpikir lagi," tukas Pete. Suaranya agak
aneh. Seperti ada yang menutupi mulutnya. "Bagaimana jika kau bangun
dulu. Aku tidak bisa bergerak, tertindih olehmu!"
"Aku mau saja - tapi lepaskan kakiku dulu," balas Jupiter.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Setelah berhasil saling membebaskan diri dari himpitan, keduanya
duduk di lantai rongga yang dingin. Tubuh mereka masih menggigil
sedikit.
Tapi Pete mulai nyengir. "Aduh - kita ini benar-benar sepasang
penyelidik yang gagah berani!"
Jupiter mengangguk. "Ya, kita panik tadi," katanya. "Itu reaksi yang
wajar, dalam keadaan seperti sekarang. Bahaya yang timbul beruntun-
runtun menimbulkan kegugupan yang sedemikian rupa, sehingga kita
kehilangan tanggapan akal sehat. Kerangka kan kejutan yang paling tidak
berbahaya di antara yang kita alami sampai sekarang! Cuma kita tadi
sudah begitu gugup, sehingga langsung panik."
Pete mengeluh. "Sayang Bob tidak ada di sini, untuk menjelaskan kata-
katamu itu padaku."
"Jika ia ada di sini ia akan mengatakan bahwa aku tadi bilang kita terlalu
tegang setelah berkali-kali menghadapi bahaya. Karena itu kita lari
pontang-panting," kata Jupiter.
"Kenapa tidak dari tadi-tadi kaubilang begitu!"
"Bisa saja tapi tidak tepat itu yang hendak kukomunikasikan. Tapi
sudahlah - itu tidak perlu kita ributkan sekarang. Aku ingin memeriksa
kerangka itu."
"Itu sudah kuduga."
Dengan segan-segan Pete mengikuti Jupiter, mendatangi kerangka yang
tengkoraknya seperti nyengir pada mereka di bawah naungan sombrero.
Jupiter mengulurkan tangannya dengan hati-hati, menyentuh tepinya.
Topi itu langsung jatuh berkeping-keping.
"Wah!" kata Pete kaget., lalu menyentuh jaket yang hitam.
Jaket itu pun langsung hancur, menampakkan kerangka yang semula
diselubungi. Ketika Pete menarik tangannya kembali, tersentuh olehnya
tulang-tulang jari yang menggenggam pistol. Ruas-ruasnya langsung
tanggal menyebabkan pistol jatuh berdentang ke lantai lorong. Pete
terloncat mundur karena kaget. Tapi Jupiter membungkuk lebih dekat,
mempematikan kerangka itu.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Sudah tua sekali, Pete," katanya sambil meneliti. "Pistol ini juga kuno.
Kurasa ini sudah jelas."
"Apanya yang sudah jelas?!"
"Bahwa ini kerangka El Diablo - El Diablo yang sejati!" Suara Jupiter
menggema kembali dari langit-langit rongga yang tinggi, seperti suara
yang datang dari masa silam.
"El Diablo yang asli?" tanya Pete. "Maksudmu, selama ini ia ada di sini -
tapi tidak ada yang pernah menemukannya?"
Jupiter mengangguk. "Aku takkan heran apabila ternyata ia meninggal
malam itu juga, ketika ia bersembunyi kemari. Rupanya luka yang dialami
lebih parah daripada sangkaan orang. Tapi orang waktu itu sering juga
mati karena luka yang kini dianggap enteng. Bidang kedokteran sudah
banyak sekali mengalami kemajuan selama ini."
"Tapi apa yang menyebabkan kau menduga ia meninggal malam itu juga?"
tanya pete heran. "Maksudku, mungkin saja bertahun-tahun lamanya ia
bersembunyi di sini, sampai akhirnya mati."
"Kurasa tidak begitu kejadiannya," kata Jupiter sambil menggeleng.
"Coba kauperhatikan saja. Di sekeliling kerangka sama sekali tidak
nampak bekas-bekas makanan. Kalau soal air minum, ia bisa
mengambilnya dari telaga - walau menurut dugaanku itu air asin."
"Kan bisa saja ia makan dan minum di tempat lain," kata Pete lagi.
"Kemungkinan itu memang ada - tapi lalu apa yang menyebabkan ia mati
di sini? Jika ia diserang, mestinya di sekitar sini nampak bekas-bekas
tembak-menembak, dan Mungkin juga beberapa kerangka lagi
bergelimpangan. Atau jika ada orang masuk kemari, menemukan El
Diablo lalu membunuhnya, pasti itu ada catatan sejarahnya."
"Benar juga," kata Pete.
"Selanjutnya," sambung Jupiter, "coba kauperhatikan letak kerangka ini.
Ia meninggal dalam posisi tersandar ke dinding. Ia duduk di sini - siap
menghadapi musuh yang datang. Tapi tidak ada yang muncul. Periksa
pistolnya."
Pete memungut senjata itu. "Masih penuh, Jupe," katanya. "Sama sekali
belum ditembakkan."
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Persis seperti kuduga," kata Jupiter puas. "Tempatnya bersembunyi ini
tidak pernah ditemukan dan ia mati seorang diri di sini karena luka-
lukanya, seperti yang tercatat dalam sejarah. Kesimpulan ini sesuai
dengan segala fakta yang ada. El Diablo memang yang paling mengenal
seluk-beluk gua ini."
"Mungkin baginya lebih baik jika halnya tidak begitu," kata Pete.
"Maksudku, jika ia bisa ditemukan, tentunya luka-lukanya akan dirawat."
"Mungkin saja - tapi jangan lupa, ia kan sudah dijatuhi hukuman gantung!
Bisa kubayangkan, ia lebih suka mati dalam gua daripada tertangkap
kembali. Mungkin pula ia bahkan menduga jika tubuhnya tidak pernah
ditemukan, kemudian akan berkembang legenda tentang dirinya - hal
mana mungkin bisa menolong teman-teman sebangsa."
"Legenda itu memang berkembang kemudian," kata Pete.
Jupiter mengangguk. "Betul - sehingga sekarang ada yang memakainya
guna menakut-nakuti kita - serta siapa pun yang masuk kemari. Yang
menjadi pertanyaan sekarang - apa sebabnya?"
"Mungkin ada orang yang ingin menyebabkan suami-istri Dalton terpaksa
menjual tanah pertanian mereka," kata Pete mengutarakan dugaan.
"Itu juga mungkin," kata Jupiter, "tapi kurasa bukan itu sebabnya.
Kurasa ada orang yang tidak menghendaki orang lain datang kemari.
Ingat - keluarga Dalton sudah agak lama juga ada di sini, tapi suara
raungan itu baru sejak sebulan yang lalu terdengar lagi."
"Wah, Jupe - kalau ada yang hendak membuat orang lain tidak berani
kemari, apa sebabnya belum pernah ada yang melihat El Diablo palsu
itu? Kenapa baru malam ini muncul? Kenapa tidak sewaktu sheriff
memeriksa ke dalam gua bersama Mr. Dalton?"
"Soal itu belum tahu," kata Jupiter terus terang. "Tapi selama ini suara
raungan itu selalu berhenti, begitu ada yang masuk ke dalam gua. Malam
ini kita berhasil masuk tanpa ketahuan, dan raungan itu terus terdengar
tapi kemudian muncul EI Diablo yang palsu! Itu menyebabkan aku
menarik kesimpulan, kita melihat El Diablo malam ini karena suara itu
tidak berhenti."
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Itu malah semakin membingungkan bagiku," kata Pete. "Kenapa bisa
begitu?"
Sekali ini Jupiter kelihatan benar-benar bingung. "Aku tidak tahu,
Pete. Tapi aku tahu, misteri Lembah Raungan bukan cuma suara raungan
itu saja! Kita harus menyelidiki bunyi galian yang kita dengar tadi."
"Aduh, aku sampai lupa mengenainya. Bagaimana pendapatmu -
mungkinkah dalam kompleks ini benar-benar ada tambang intan?"
"Kurasa ada orang yang hendak menutup-nutupi sesuatu yang ada di
sini," kata Jupiter menjelaskan. "Kemarin malam aku menemukan intan
kasar. Malam ini kita mendengar bunyi galian. Menurut akal sehat,
mestinya semuanya itu ada sangkut pautnya dengan tambang intan."
"Mungkin kita perlu melaporkan hal-hal yang berhasil kita ketahui pada
Mr. Dalton, Jupe," kata Pete agak gelisah.
Jupiter mengerutkan keningnya. Ia tidak suka mengakui bahwa mereka
sendiri tidak mampu menangani situasi yang dihadapi. Tapi bahkan ia pun
harus mengakui, ada kalanya persoalan yang dihadapi tidak Mungkin
ditangani sendiri oleh tiga orang remaja.
"Kau benar, Pete," katanya segan-segan. "Kita coba saja mencari lorong,
lewat mana kita bisa keluar dari sini. Bawa pistol itu."
Pete menyalakan lilinnya. Kedua remaja itu melangkah ke lorong berikut,
untuk memeriksa apakah di situ ada aliran udara. Tiba-tiba permukaan
air telaga yang semula tenang, bergerak-gerak sedikit - disusul ceburan
serta tarikan napas nyaring. Anak-anak berdiri seperti terpaku,
sementara cahaya senter mereka terarah ke asal bunyi tadi. Sesosok
tubuh hitam mengkilat tersembul dari permukaan telaga gelap itu. Air
menetes dari kulitnya yang berkilat-kilat kena sinar senter, sementara
makhluk itu keluar dari dalam air.
Bab 14 Makhluk Hitam Mengkilat
"APA yang kalian lakukan di sini?" Wah! Makhluk itu bisa berbicara!
Tiba-tiba Pete dan Jupiter menyadari apa yang tegak di depan mereka
itu. Itu orang, yang memakai pakaian renang dari karet berwarna hitam,
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
lengkap dengan sirip kaki, tangki udara kembar bercat hitam, serta
masker karet yang sepenuhnya menutupi muka.
"Huhh!" dengus Pete menyatakan kelegaannya.
Jupiter langsung menyadari situasi. Ia menegakkan sikapnya. Wajahnya
dengan tiba-tiba nampak jauh lebih dewasa. Itu memang siasatnya
apabila menghadapi orang dewasa, dan biasanya siasat itu berhasil.
"Anda sendiri mau apa di sini?" balasnya bertanya dengan suara diberat-
beratkan. "Kami di sini seizin pemilik tanah pertanian ini. Sedang Anda
kelihatannya lewat jalan tersembunyi dari laut. Anda masuk tanpa izin."
Penyelam yang baru muncul itu membuka maskernya. Ternyata ia masih
muda berambut pirang dan bertampang keren. Ia memandang
Halaman 148 & 149 hilang...
menyimak tulisan yang tertera pada kedua kartu itu. "Saat ini kami
kebetulan sedang terlibat dalam penyelidikan penting," kata Jupiter
menjelaskan. "Itu sebabnya kami berada dalam gua ini. Aku yakin
laksamana pemimpin Anda tentu menghendaki agar Anda bekerja sama
dengan kami, Commander Crane."
Commander Crane memandang Jupiter. Sikapnya agak ragu. Penyelidik
Pertama itu bisa kelihatan sangat berwibawa, apabila ia bersikap serius
dan profesional.
"Yah," kata penyelam itu kemudian, "melihat kartu-kartu ini, kalian
nampaknya bisa diandalkan."
"Kenapa Anda tidak berhubungan saja dengan kapal Anda," kata Jupiter
menyarankan. "Minta mereka melakukan pengecekan dengan segera pada
Chief Reynolds di Rocky Beach. Aku yakin, perwira polisi itu akan
memberikan jaminan tentang diri kami."
"Wah, Jupe," kata Pete. "Mana mungkin dia bisa berbicara dengan
kapalnya dari sini?"
"Pasukan penyelam yang bermutu selalu berhubungan dengan kapalnya,"
jawab Jupiter. "Commander Crane pasti mempunyai semacam radio
jarak jauh."
Perwira itu tersenyum. "Pintar juga kau ini," katanya. "Baiklah! Kalian
duduk sebentar di sini."
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Pete dan Jupiter menuruti perintah itu, sementara perwira itu
menghilang dalam gelap. Beberapa menit berlalu. Kedua remaja itu
hampir-hampir tak melihat tubuh penyelam itu, yang membungkuk dalam
kegelapan rongga gua. Ia sedang sibuk dengan sebuah alat kecil. Pete
dan Jupiter belum pernah melihat alat jenis itu. Jupiter berusaha
memperhatikan. Tapi ia tidak bisa melihat apa yang sedang terjadi.
Akhirnya perwira itu berdiri lagi. Alat tadi dimasukkannya ke kantung
belakang yang tidak kelihatan. Kemudian ia kembali menghampiri anak-
anak. Ia tersenyum.
"Bagian keamanan bilang kalian boleh pergi," katanya. "Aku tak perlu
menahan kalian."
"Wah, cepat sekali Anda bertindak," kata Pete.
"Kalau perlu, memang," jawab Commander Crane. "Laksamana memiliki
prioritas tinggi."
"Karena kami sekarang sudah dinyatakan aman," kata Jupiter dengan
serius, "bolehkah kami mengajukan beberapa pertanyaan pada Anda,
Commander?"
"Bertanya? Padaku?" Perwira itu menggeleng-geleng sambil tersenyum.
"Sayang, tapi tidak bisa! Tugasku juga sangat dirahasiakan."
"Soalnya bukan tentang tugas Anda, Sir," kata Jupiter menjamin. "Aku
hanya ingin tahu tentang gua ini. Pertama - Andakah yang dilihat oleh
Pete kemarin malam di dekat lubang masuk sebelah depan?" Perwira itu
mengangguk. "Kemungkinannya salah seorang anak buahku. Ia
melaporkan bahwa ada yang melihatnya sekilas."
"Lega rasanya kalau benar begitu," kata Pete. "Setidak-tidaknya satu
misteri gua ini sudah bisa dijelaskan. "
"Kedua," kata Jupiter melanjutkan, "adakah perubahan-perubahan yang
dilakukan anak buah Anda dalam kompleks gua ini? Maksudku, mengubah
wujud rongga, lorong, atau hal-hal seperti itu?"
"Tidak," jawab Commander Crane. "Sejauh itu, masih boleh kukatakan."
"Ketiga," sambung Jupiter, "adakah kegiatan Anda yang menyebabkan
bunyi raungan yang terdengar di sini?"
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Sama sekali tidak. Kami sendiri pun bertanya-tanya mengenainya. Tapi
kami baru beberapa kali ini masuk kemari. Jadi belum lama. Kami sangka
gua ini memang selalu meraung seperti itu."
"Dan tugas Anda menghendaki bahwa Anda sedapat mungkin tidak
terlihat oleh siapa pun juga?" desak Jupiter lebih lanjut.
"Seratus persen!" Perwira itu tersenyum lagi. "Dan kurasa selama ini
baru kalian saja yang pernah melihat kami. Tugas kami kebanyakan
dilakukan dalam kompleks gua di sebelah laut, serta di sini - dekat
telaga ini."
"Anda pernah melihat orang lain di dalam sini?" Commander Crane
menggeleng. "Tidak! Tugas latihan ini menghendaki bahwa kami tidak
boleh sampai terlihat orang lain. Di sini memang tidak ada musuh - tapi
kami harus mengusahakan agar jangan sampai terjadi kontak dengan
siapa-siapa."
"Ya, tentu saja," kata Jupiter. Nada suaranya terdengar agak kecewa.
"Sayang, aku sebenarnya ingin bisa membantu kalian," kata perwira itu
lagi. "Kalian tahu jalan keluar dari sini?"
"Kami sedang mencari-cari," kata Pete cepat-cepat "Tahu-tahu Anda
muncul!"
"Kalau begitu sebaiknya kutunjukkan saja," kata perwira pasukan
penyelam itu. "Tapi ingat, jangan bilang pada siapa-siapa tentang apa
yang kalian lihat di sini, sehubungan dengan operasi kami."
"Tentu saja, Sir" kata Pete berjanji.
"Baik, Commander," kata Jupiter.
"Sekarang ikut aku."
Perwira pasukan penyelam itu mengajak mereka memasuki salah satu
mulut lorong, terus melewati beberapa rongga gua dan liang-liang
samping, sampai akhirnya mereka muncul dalam rongga lapang, di mana
Pete pernah melihat sosok tubuh misterius yang hitam mengkilat.
"All right, Boys," kata Commander Crane "Dari sini kalian tentunya bisa
sendiri. Aku harus kembali meneruskan pekerjaanku."
"Terima kasih," kata Jupiter.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Semoga tugas kalian berhasil," jawab perwira ramah itu sambil
tersenyum.
Ia masuk lagi ke dalam lorong gelap yang tadi dilewati. Sementara itu
Pete sudah melangkah menuju lorong yang menurut ingatannya menuju
ke Lembah Raungan. Tapi Jupiter tidak beranjak dari tempatnya
berdiri. Ia termenung dengan mata nyalang. Pete mengenal gelagat
temannya itu, jika ia sudah begitu.
"Aduh - apa lagi sekarang, Jupe," keluhnya.
"Aku semakin yakin sekarang bahwa kita harus membongkar misteri itu
malam ini juga, Pete," kata Jupiter. "Orang yang menyamar menjadi El
Diablo itu tahu bahwa kita lama-kelamaan pasti akan berhasil juga
menemukan jalan keluar. Itu berarti ia tidak peduli seberapa banyak
yang kita ketahui, asal kita tidak menghalang-halangi perbuatannya
selama beberapa jam ini."
"Aku sama sekali tidak berniat begitu," kata Pete, "tapi melihat
gelagatnya, aku mau tidak mau harus juga melakukannya!"
"Ini kesempatan baik bagi kita, Pete," desak Jupiter. "Orang yang
menakut-nakuti itu mengira kita masih tetap belum bisa berbuat apa-
apa! Takkan ada kesempatan sebaik ini bagi kita untuk mencari asal
bunyi galian itu, serta apa yang menyebabkan gua meraung."
"Benar juga katamu," kata Pete dengan nada sangsi. "Cuma menurutku,
lebih baik sebelum itu kita memanggil Mr. Dalton serta yang lain-lainnya
terlebih dulu."
"Jika kita keluar, nanti ketahuan," kata Jupiter mengetengahkan alasan.
"Kecuali itu kita tidak punya waktu lagi. Kita harus bertindak cepat
sekarang, memanfaatkan situasi ini."
"Manfaat apa?!" tukas Pete mengomel. "Tapi kau memang benar, Jupe.
Di mana kita mulai? Maksudku, kita sudah pernah kemari dan waktu itu
kita tidak tahu harus menuju ke mana."
"Tapi sekarang kita sudah lebih banyak tahu," kata Jupiter dengan sikap
yakin. "Sekarang kita sudah tahu bahwa bunyi galian itu ada
hubungannya dengan suara raungan."
"Bagaimana kau mengetahuinya?" tanya Pete heran.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Sebab baik sheriff maupun suami-istri Dalton tidak pernah
mengatakan apa-apa tentang bunyi galian. Dalam koran pun tidak pernah
ada berita mengenainya. Jadi penggalian itu mestinya dilakukan secara
sembunyi-sembunyi. Aku menarik kesimpulan bahwa itu pasti ada
hubungannya dengan bunyi raungan, karena itu satu-satunya kesibukan
yang berlangsung secara diam-diam dalam gua, apabila tidak ada siapa-
siapa di sini!"
"Yah..." Pete kedengarannya masih belum yakin.
"Dua fakta yang tak jelas di tempat sama, hampir selalu ada
hubungannya satu dengan yang lain," kata Jupiter menandaskan.
Pete hanya bisa terbelalak saja. Kalau Jupe sudah mulai begitu
bicaranya. "Ya deh. Oke! Lalu apa yang kita lakukan sekarang?"
"Pertama-tama, pakai ketajaman perasaanmu terhadap arah Kita harus
menemukan lorong samping di mana kita mendengar bunyi galian itu. "
Pete mengangguk. Dalam hati ia melangkah mundur, sampai saat mereka
disergap dari belakang oleh El Diablo palsu. Akhirnya ia membuka mulut.
"Jupe! Kurasa kita harus mencari lorong yang menuju ke barat laut. "
"Ke sana," kata Jupiter sambil menuding ke kiri, setelah mempelajari
pedomannya sebentar.
"Betul!" kata Pete membenarkan.
"Yuk!" Mereka menyalakan lilin. Keduanya lupa berhati-hati, karena
terlalu bersemangat membayangkan sudah hampir bisa membongkar
misteri. Ketika mereka menghampiri lubang lorong yang terdapat di
dinding sebelah barat laut, tahu-tahu dari lubang itu terdengar bunyi
yang sudah mereka kenai baik seolah-olah menyongsong kedatangan
mereka.
"Aaaaa-oooouuuu!.."
"Nah - suara itu terdengar lagi," bisik Pete.
"Memang selalu terdengar, Pete - cuma kita saja yang sudah biasa."
"Tapi kini kedengarannya lebih dekat."
"Karena datangnya dari lorong itu!" Jupiter menyodorkan lilinnya yang
menyala ke mulut lorong. Hembusan angin meniup nyala api teriring
suara meraung.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Aaaaa-oooouuuu!.. "
Mereka bergegas masuk ke dalam lorong itu. Tidak lama kemudian
sampai di sebuah rongga gua berukuran kecil.
"Aku tahu di mana kita sekarang, Jupe," kata Pete dengan suara pelan.
"Kalau begitu matikan lilin," bisik Jupiter. "Kita memakai senter."
Mereka menyalakan senter, yang langsung ditudungi dengan tangan
sehingga yang nampak hanya sinar samar saja. Pete berjalan mendului,
memasuki lorong yang pernah dilalui karena disuruh oleh El Diablo palsu.
Sementara mereka berjalan, suara raungan terdengar makin lama makin
jelas.
"Aaaaa-ooOOuuuu!"
Ketika sudah hampir sampai di tempat di mana ada lorong samping.
keduanya mendengar bunyi galian.
"Wah - ternyata kita memang benar-benar mendengar bunyi itu," kata
Pete gugup.
"Tentu saja! Ayo. kita terus," bisik Jupiter mendesak.
Keduanya berjalan sambil menyelinap-nyelinap, memasuki lorong samping
buatan manusia itu. Lorong itu ternyata panjang dan lurus. Di ujungnya
kelihatan cahaya terang. Jupiter memberi isyarat pada Pete untuk
memperlambat langkah. Sinar terang itu datang dari sebuah lubang di
dinding samping liang tambang itu. Di sekitarnya berserakan batu-batu
besar dan kecil. Bunyi galian berasal dari lubang itu.
Dengan hati-hati kedua remaja itu merayap maju, lalu mengintip ke
dalam. Mata mereka terkejap-kejap karena agak silau. Saat itu bunyi
raungan menggema lagi. Begitu nyaring, sehingga telinga terasa sakit.
Setelah terdengar beberapa saat, kemudian lenyap kembali pelan-pelan.
"Aduh - sampai sakit kupingku," bisik Pete.
Jupiter mencengkeram lengan temannya. "Lihatlah!"
Mata mereka kini sudah biasa dengan cahaya terang dalam lubang itu.
Mereka melihat sesosok tubuh yang sedang membungkuk ke depan,
dengan sekop di tangan. Pete kaget. Orang itu tiba-tiba tegak. Ia
menaruh sekopnya, lalu mengambil linggis. Sesaat nampak jelas siapa
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
orang itu, diterangi sinar lentera listrik. Seorang laki-laki yang
rambutnya sudah putih, serta janggut panjang tergerai.
Ben Jackson! Laki-laki tua itu!
Bab 15 Sebagian Misteri Terjawab
DARI mulut lubang, Pete dan Jupiter memperhatikan orang tua itu
sibuk bekerja dalam rongga yang dirahasiakan. Setiap beberapa menit
terdengar suara raungan yang memekakkan telinga, dengan jarak waktu
tidak tetap. Bunyi bising itu kelihatannya sama sekali tidak dirasakan
mengganggu bagi Ben Jackson. Ia terus saja menggali dengan linggisnya,
di ujung rongga.
"Coba lihat itu," bisik Jupiter. "Kelihatannya seperti runtuhan batu
lagi."
"Lumayan juga banyaknya," balas Pete sambil berbisik pula.
"Coba perhatikan bagian-bagian pecahannya! Terang sekali," kata
Jupiter sambil menuding-nuding.
"Pasti itu belum lama." Ben Jackson bekerja terus.
Ia menggali batu-batu runtuh itu, tanpa sadar bahwa ada dua pasang
mata memperhatikannya. Pencari emas yang sudah berumur itu
mengayunkan linggisnya dengan bersemangat. Ia bekerja dengan tenaga
yang mengagumkan, bagi orang setua dia. Kemudian ia mengambil sekop.
"Jupe!" desis Pete. "Lihat itu - matanya!"
Mata pencari emas itu berkilat-kilat liar diterangi sinar lentera
listriknya. Persis seperti ketika ia memperingatkan mereka tentang Si
Tua.
"Demam emas," kata Jupiter dengan suara lirih, "atau lebih tepat
dikatakan, demam intan! Aku pernah membaca bahwa para pencari emas
sering kerasukan seperti begitu, apabila merasa menemukan sumber
emas. Kalau sudah begitu, tak ada yang bisa menghalang-halangi
mereka."
"Astaga!" bisik Pete.
Sementara itu Ben sudah menghadap lagi ke dinding rongga, lalu
menggali batu-batu yang runtuh dengan linggisnya. Batu-batu yang
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
sudah terlepas dilemparkannya dengan sekop ke permukaan saringan
yang dimiringkan. Sebentar-sebentar ia membungkuk, lalu memungut
sesuatu dari tanah yang menumpuk di balik saringan. Setiap kali diamat-
amatinya benda yang dipungut. Setelah itu terdengar suaranya tertawa
terkekeh-kekeh, sementara benda yang dipungut dimasukkan ke sebuah
kantung kulit yang kecil dekat lentera listrik.
"Intankah itu?" tanya Pete sambil berbisik.
"Kurasa ya," jawab Jupiter dengan suara yang sama lirihnya.
Ben Jackson begitu asyik menggali, sehingga kalau mereka berbicara
dengan suara biasa pun ada kemungkinan ia tidak mendengarnya. Tapi
kedua remaja itu tidak mau mengambil risiko.
"Kalau begitu, ia berhasil menemukan tambang intan," kata Pete.
Jupiter menatap runtuhan batu. Nampak jelas bahwa ia sibuk berpikir.
"Kelihatannya begitu, Pete. Cuma "
"Cuma apa lagi?" tukas Pete pelan. "Ia menemukan tambang intan, dan ia
tahu letaknya di tanah milik Crooked-Y Ranch. Jika ia sampai ketahuan,
paling sedikit ia harus berbagi hasil dengan suami-istri Dalton - ya, kan?
Bahkan mungkin saja menurut hukum, tambang ini milik Mr. dan Mrs.
Dalton! Karenanya hanya malam saja ia berani menggali, dan semua yang
datang kemari ditakut-takuti!"
Jupiter mengangguk lambat-lambat. "Kurasa kau memang benar, Pete.
Dengan itu segala-galanya sudah jelas sekarang, kecuali-"
"Kecuali apa sebabnya gua ini meraung" potong Pete. "Dan kenapa
langsung berhenti begitu ada orang datang."
"Bukan itu yang kupikirkan," kata Jupiter. "Tapi aku bisa menjelaskan,
apa sebabnya bunyi itu berhenti. Kurasa sheriff beserta Mr. Dalton
waktu itu menemukan liang tambang ini - api lubang tempat Ben Jackson
bekerja ini, tidak!"
Pete sudah membuka mulutnya hendak bertanya. Tapi tahu-tahu
terdengar deringan bel di dalam rongga. Ben Jacson meletakkan
sekopnya, lalu dengan gesit sekah menghampiri sebuah kotak kecil yang
terdapat dekat lenteranya. Ia menyentuh sesuatu pada kotak itu.
Dengan seketika bunyi deringan berhenti. Kemudian diambilnya lentera
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
serta kantung kulit yang tergantung di dekat situ, lalu berjalan menuju
lubang di dinding tempat Pete dan Jupiter mengintip.
"Cepat, Pete!" desak Jupiter berbisik.
Mereka bergegas menyembunyikan diri di balik tumpukan batu yang ada
dalam lorong. Untung mereka masih sempat. Sesaat kemudian Ben
keluar dari rongga. Laki-laki tua itu meletakkan lentera serta kantung
kulitnya ke tanah, lalu mengambil sebatang besi panjang yang semula
tidak nampak di lantai lorong. Saat itu suara raungan terdengar lagi.
"Aaaa-oooww"
Bunyi menyeramkan itu terputus dengan tiba-tiba. Ben Jackson
menggulingkan sebuah batu besar penutup lubang, dengan menggunakan
batang besi sebagai pengungkit. Kini lubang tadi tidak nampak lagi. Dan
suara raungan juga berhenti dengan tiba-tiba!
"Ah, jadi itu maksudmu tadi, Jupe," kata Pete. "Tidak ada yang tahu
bahwa di situ sebenarnya ada lubang."
Batu itu menutupi lubang, seolah-olah memang di situlah tempatnya
semula.
"Betul," kata Jupiter," dan sumbat itu menyebabkan suara raungan
terhenti. Bunyi bel tadi mestinya merupakan isyarat dari seseorang
yang menjaga di puncak gunung ini. Kurasa itu berarti ada orang datang
kemari."
"Mungkin Bob yang ketakutan, lalu pergi mengambil bantuan," kata Pete.
"Mudah-mudahan saja begitu."
Ben Jackson berjalan mondar-mandir dalam liang tambang, sambil
menggumam pada dirinya sendiri. Sekali pun ia tidak menoleh ke batu
tempat Pete dan Jupiter bersembunyi. Kemudian Ben dengan tiba-tiba
memadamkan lenteranya. Sesaat dalam liang gelap itu tak terdengar
suara apa-apa. Tapi kemudian Pete dan Jupiter mendengar gumaman
pelan, disertai bunyi langkah mondar-mandir. Mereka menunggu dengan
tegang di balik batu tempat mereka bersembunyi.
Pete berusaha mengusut kembali segala hal yang sudah diketahuinya
sampai saat itu. Masih ada beberapa pertanyaan yang ingin diajukannya
pada Jupiter. Tapi menurut perasaan Pete, sebagian besar dari misteri
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
yang menyelubungi Lembah Raungan sudah diketahui olehnya. Ben
Jackson menggali dengan diam-diam dalam gua. Di atas ada seseorang
yang bertugas menjaga. Bunyi raungan disebabkan oleh angin yang
menghembus lewat lubang sempit di mulut rongga tempat Ben melakukan
penggalian. Jika ada orang datang, penjaga yang di atas gunung memberi
isyarat dengan deringan bel, lalu Ben Jackson cepat-cepat menutup
lubang. Dengan begitu bunyi raungan terhenti, dan tidak ada lagi
petunjuk yang bisa dipakai untuk menyelidiki asal-usul bunyi itu.
Pete merasa puas pada dirinya sendiri, karena berhasil mengusut
semuanya itu. Ia sudah berhasil menemukan jawaban atas segala teka-
teki... tapi benarkah itu? Lalu siapa sebenarnya El Diablo palsu yang tadi
menyergap mereka? Apa hubungannya dalam teka-teki ini? Dan apa yang
dimaksudkan oleh Jupiter, ketika ia mengatakan bahwa masih ada yang
belum berhasil dijelaskan?
"Pete!" desis Jupiter dekat ke telinga Pete. "Ada orang datang!"
Pete kaget sekali, sehingga nyaris terbalik. Cepat-cepat disambarnya
batu besar di depannya untuk berpegang ke situ. Sebutir batu kecil
terguling ke lantai. Terdengarkah bunyi itu oleh Ben? Pete menahan
napas. Sesaat kemudian nampak sinar bergerak-gerak menghampiri.
"Waldo?' Suara Ben Jackson terdengar tidak jauh dari situ.
"Yup," jawab seseorang di belakang sinar yang datang. "Yang datang dua
orang, Ben. Kita cepat-cepat saja pergi dari sini."
Lentera Ben Jackson dinyalakan lagi. Kini Pete dan Jupiter melihat
sosok tubuh Waldo Turner yang kurus tinggi. Mereka berdua merunduk
serendah mungkin di balik batu. Kedua laki-laki tua itu berdiri tak
sampai lima meter dari tempat mereka bersembunyi.
"Kau yakin mereka akan masuk?" tanya Ben.
"Yakin sekali! Dua hari belakangan ini terlalu banyak orang berkeliaran
di sekitar sini," jawab Waldo.
"Astaga!" seru Ben Jackson kesal. "Padahal menurut perhitunganku,
beberapa hari lagi pekerjaan kita akan sudah selesai Yah - tak ada
gunanya berbuat sembrono sekarang. Memang sebaiknya kita keluar
saja!"
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Ya, memang," kata Waldo. Kini sudah jelas bahwa Waldo Turner itulah
orang yang menjaga di puncak Gunung Setan. Setelah memberi isyarat,
ia bergegas turun lewat lorong rahasia. Pete dan Jupiter
memperhatikan kedua laki-laki tua itu menyingkirkan batu besar tadi ke
pinggir. Mereka masuk ke dalam rongga tempat Ben Jackson tadi
bekerja. Sesudah berada di dalam, batu besar digeser lagi ke tempat
semula dengan bantuan alat pengungkit. Setelah itu liang tambang yang
gelap menjadi sunyi sepi.
"Ke mana mereka, Jupe?" bisik Jupiter. "Mestinya dari rongga di dalam
itu ada jalan ke luar gunung. Harus ada karena angin takkan
menimbulkan bunyi meraung, apabila tidak menghembus masuk lewat
jalan lain. Mungkin salah satu liang bekas tambang yang seharusnya
sudah disumbat. Kurasa Ben dan Waldo mengenal letak liang-liang di
sini, lalu membuka sumbat salah satu di antaranya."
"Kenapa tidak diketahui oleh sheriff dan Mr. Dalton?" tanya Pete lagi.
"Mungkin karena letaknya tersembunyi," kata Jupiter menebak.
"Mestinya masih ada jalan masuk satu lagi kemari dari atas gunung.
Karena kalau tidak, mana mungkin Waldo tadi bisa begitu lekas sampai
di sini. Tapi kurasa sekarang sudah waktunya kita memanggil bala
bantuan."
"Ayolah!" kata Pete cepat. Keduanya menyalakan senter, lalu bergegas
kembali melalui liang tambang. Tidak lama kemudian mereka sudah
sampai di rongga lapang yang paling dulu mereka masuki kemarin malam.
Ketika mereka sedang bergegas-gegas ke arah lorong yang menuju ke
luar, tiba-tiba dua sosok tubuh meloncat dari tempat yang gelap. Pete
dicengkeram sepasang tangan yang kekar.
"Tertangkap!" dengus orang yang memegangnya. Suaranya kasar.
Pete tersedak ketakutan, ketika nyala senternya menerangi muka orang
yang mencengkeram dirinya. Dilihatnya goresan bekas luka di pipi serta
penutup mata.
"Lari, Jupe!" teriak Pete.
Tapi saat itu juga ada senter dinyalakan. Cahayanya disorotkan ke muka
Jupiter.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Jangan bergerak," kata laki-laki dengan goresan bekas luka di pipi.
Bab 16 Kisah tentang Intan
"JANGAN lari, nanti jatuh," kata laki-laki itu lagi.
"Kurasa Anda takkan ambil pusing apakah aku jatuh atau tidak," kata
Jupiter mencoba bersikap menantang. "Kusarankan, lebih baik Anda
melepaskan kami. Teman-teman kami banyak di sini."
Laki-laki itu tertawa. "Tabah juga kau ini," katanya. "Coba kemari kita
perlu berbicara sebentar."
"Jangan, Jupe!" seru Pete memperingatkan.
Saat itu terdengar suara yang mereka kenal sekali. Datangnya dari balik
senter yang disorotkan sinarnya ke muka Jupiter.
"Jangan takut, Teman-teman. Mr. Reston ini detektif!"
Saat itu juga nampak tampang Bob muncul dari balik sinar senter. Ia
nyengir lebar, melihat kedua temannya tercengang.
"Aku tadi lari kembali ke ranch untuk mengambil bantuan, setelah
kulihat orang yang naik mobil berpelat nomor Nevada masuk ke dalam
gua," kata Bob menjelaskan. Selanjutnya ia menceritakan dugaannya
yang timbul dengan tiba-tiba, yaitu bahwa ada kemungkinan Ben Jackson
dan Waldo Turner ikut terlibat dalam misteri Lembah Raungan.
"Aku ketakutan ketika mobil Nevada itu lewat dengan laju. Aku lari
tanpa memperhatikan jalan. Tahu-tahu aku menubruk Mr. Reston ini."
"Sam Reston," kata laki-laki dengan penutup mata itu memperkenalkan
diri. "Aku detektif, yang bekerja untuk suatu perusahaan asuransi.
Ketika teman kalian ini menceritakan kecurigaannya yang menyangkut
Ben, aku memutuskan untuk ikut ke gua bersamanya, sehingga ia tidak
perlu jauh-jauh mencari pertolongan ke tempat pertanian."
"Mr. Reston merasa, kalian mungkin memerlukan bantuan dengan
segera," kata Bob menjelaskan.
"Memang," kata Mr. Reston. "Soalnya, orang yang kukejar itu berbahaya
sekali. Aku dan Bob tadi berusaha masuk ke dalam gua tanpa ketahuan.
Tapi kurasa kita masih saja kelihatan."
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Betul, Mr. Reston," kata Jupiter, yang sementara itu sudah pulih dari
kekagetannya. Kemudian diceritakannya segala-galanya yang dilihat
olehnya bersama Pete di situ.
Mr. Reston mengangguk. "Itu sudah kukhawatirkan tadi. Tapi mereka
pasti belum jauh - sedang kantung kulit yang dibawa lari itu
kemungkinannya berisi intan-intan yang kukejar."
"Intan-intan apa?" tanya Pete dengan cepat.
"Itulah tugasku saat ini," kata Mr. Reston menjelaskan. "Aku sedang
berusaha melacak jejak seorang pencuri permata yang licin sekali. Ia
mencuri sejumlah besar harta, dalam wujud intan dan berlian. Namanya
Laszlo Schmidt, pencuri yang terkenal sekali di Eropa. Aku sedang
melacak jejaknya. Baru seminggu yang lalu kuketahui bahwa ia ada di
sekitar Santa Carla. Aku dengan segera mengejarnya kemari. Kemudian
aku mendengar tentang Lembah Raungan serta Gua EI Diablo. Aku
langsung memperoleh firasat bahwa gua itu pasti merupakan tempat
persembunyian yang baik bagi Schmidt. Cuma selama ini aku belum
menemukan jejaknya."
"Eh, kenapa bisa begitu?" tanya Pete heran. "Jika Anda sudah berhasil
mengikuti jejaknya sampai kemari, kenapa Anda tidak mengenalinya?"
"Karena aku tidak tahu bagaimana tampangnya sekarang," kata Mr.
Reston. "Lima tahun yang lalu, Schmidt pergi bergegas-gegas
meninggalkan Eropa. Interpol - kalian tahu kan, itu singkatan Polisi
Internasional - nah, Interpol berhasil mengetahui bahwa orang itu
ternyata pergi ke Amerika, dan di sini hidup menyamar. Tapi cuma itu
saja yang berhasil mereka ketahui. Schmidt itu ahli sekali dalam soal
menyamar dan meniru orang lain. Ia bisa tampil sebagai apa saja, tanpa
menimbulkan kecurigaan sedikit pun."
Jupiter kelihatan merenung lagi. "Dan ia mencuri intan-intan yang
diasuransikan pada perusahaan tempat Anda bekerja, Mr. Reston?"
"Ya, betul - kurang lebih setahun yang lalu. Sejak meninggalkan Eropa ia
tidak pernah melakukan pencurian lagi, sehingga polisi mengira ia sudah
tidak aktif lagi. Atau bahkan sudah mati! Tapi ketika intan permata yang
diasuransikan pada perusahaan kami itu dicuri orang, kami langsung tahu
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
bahwa pelakunya pasti Schmidt. Melihat cara kerjanya tidak mungkin
orang lain."
"Ya, modus operandi - jadi cara kerja - memang merupakan petunjuk
yang penting sekali," kata Jupiter sependapat. "Kebanyakan penjahat
berhasil ditangkap karena hal itu, terutama pencuri-pencuri yang bukan
amatir. Mereka jarang mengubah cara kerja saat melakukan pencurian.
Paling-paling yang berbeda cuma hal-hal kecil saja."
"Itu betul, Jupiter," kata Mr. Reston mengakui. "Pencurian itu jelas
merupakan perbuatan Laszlo Schmidt. Kami lantas menyadari bahwa
selama itu ia hanya menunggu kesempatan baik saja, sambil meneguhkan
identitasnya yang baru di Amerika sini. Jadi sekarang ia memiliki dua
identitas. Schmidt yang pencuri, dan seorang lagi yang kelihatannya
baik-baik dan sama sekali tidak mencurigakan. "
"Dan Anda tidak mengenal identitas yang satu lagi itu," kata Bob dengan
cepat "Ia mungkin siapa saja yang ada di sekitar sini."
Mr. Reston mengangguk. "Tepat. Bob! Aku berhasil melacaknya karena
penjualan dua di antara intan-intan curiannya. Yang pertama membawaku
ke Reno di Nevada, lalu setelah itu kemari."
"Nevada!" seru Pete dan Bob serempak.
"Wah," kata Jupiter menambahkan, "kami sangka Anda pengendara
mobil Nevada yang menyebabkan mereka berdua ini nyaris terpelanting
ke dalam jurang."
"Itu bukan aku." kata Mr. Reston menjelaskan. "Saat itu aku sedang
dalam perjalanan ke Lembah Raungan. Tahu-tahu kulihat sepeda-sepeda
kalian bergelimpangan di pinggir jalan celah. Aku berhenti untuk melihat
apa yang terjadi. Saat itu aku sudah hendak menolong kalian. Tapi
ketika kulihat ada mobil lain datang, aku lantas beranggapan bahwa
kalian pasti akan tertolong. Soal sebenarnya begini, Anak-anak! Saat itu
aku belum mau kehadiranku di sini diketahui orang banyak sewaktu di
Nevada, kurasa Schmidt sempat melihatku. Aku sudah berusaha
mengecohnya waktu itu, yaitu dengan jalan memakai penutup mata dan
memasang bekas luka palsu di pipiku sebelum kemari. Tapi aku tidak
yakin apakah ia terkecoh karenanya."
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Karena itu Anda selalu bergerak secara sembunyi-sembunyi?" tanya
Bob.
"Betul! Aku tidak ingin Schmidt tahu bahwa aku masih terus
membuntuti dirinya."
Sementara detektif itu sedang menceritakan persoalannya, Jupiter
diam saja sambil menggigit-gigit bibir. Kemudian matanya mulai
bersinar-sinar.
"Tentang intan-intan yang dicurinya itu, Mr. Reston," katanya lambat-
lambat, "ada yang istimewa mengenainya. Betul, kan?"
Detektif itu menatapnya dengan heran. "Ya, memang betul, Jupiter!
Intan-intan itu tidak dicuri dari perusahaan atau toko permata,
melainkan disambar ketika sedang dipamerkan dalam suatu museum di
San Francisco. Intan-intan itu -"
" - intan kasar!" kata Jupiter menyelesaikan kalimat Mr. Reston. "Belum
diasah - seperti keadaannya ketika datang dari tambang intan. Betul,
kan? Intan-intan yang dicuri itu dari jenis yang dipakai di
perindustrian."
"Aku tidak mengerti, bagaimana kau sampai bisa tahu," kata Mr. Reston,
"tapi katamu itu benar. Intan-intan itu memang belum diasah. Tapi cuma
beberapa buah saja yang intan industri. Pameran yang diadakan itu
memperagakan intan-intan yang berasal dari seluruh dunia, dalam
keadaan seperti ketika baru ditambang. Karena kelihatannya seperti
batu-batu biasa, dan karena pamerannya di museum, penjagaannya tidak
begitu ketat. Dengan gampang saja Schmidt kemudian bisa mencurinya.
Kebanyakan di antara intan-intan itu sangat berharga, hanya tidak
nampak saja karena masih dalam keadaan kasar. Tapi bagaimana kau bisa
sampai tahu, Jupiter?"
"Karena aku menemukan intan kasar dalam gua ini," kata Jupiter, "dan
karena menurut dugaanku, intan-intan lainnya ditemukan oleh Ben
Jackson bersama rekannya, Waldo Turned"
"Kalau begitu intan-intan itu memang berada dalam gua ini!" seru Mr.
Reston.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Jupiter mengangguk dengan sikap serius. "Menurut dugaanku, Laszlo
Schmidt itu dulu menyembunyikannya di sini, langsung setelah ia
mencurinya. Mungkin ia bermaksud membiarkannya dulu di tempat ini,
sampai sudah tidak diributkan lagi. Tapi malang baginya, Ben dan Waldo
yang sudah sejak bertahun-tahun melakukan penggalian dengan
sembunyi-sembunyi dalam gua ini kemudian menemukan intan-intan yang
disembunyikan itu, lalu mengira menemukan sumber intan!"
"Tapi di daerah sini kan sama sekali tidak ada tambang intan!" kata Mr.
Reston. "Memang benar - tapi dari semula Ben dan Waldo sudah
beranggapan bahwa di sini pasti ada intan. Aku ingat Mr. Dalton pernah
mengatakan, keduanya selain mencari emas dan perak, juga berusaha
menemukan intan. Sedang intan-intan yang dicuri orang bernama
Schmidt itu kelihatannya persis batu mulia yang baru saja digali. Ya,
kan?"
"Memang," kata Mr. Reston mengakui. "Tapi masakan Ben dan Waldo
lantas tidak curiga, begitu menemukan intan sebanyak itu di suatu
tempat?"
Jupiter mengangguk dengan cepat. "Ya, betul - tapi menurut dugaanku,
Ben tidak menemukannya dengan cara demikian! Anda tentu juga tahu,
kita di sini ini berada di atas Retakan San Andreas. Gua di sini penuh
dengan batu-batu reruntuhan bekas gempa-gempa dahsyat yang terjadi
dulu. Sejak itu sudah lama tidak ada gempa seperti itu lagi. Tapi kalau
gempa kecil-kecilan, masih berlangsung terus-menerus."
"Maksudmu, belum lama ini di sini terjadi gempa?" tanya Pete.
"Ya, begitulah dugaanku. Kurasa gempa bumi pelan yang terjadi sebulan
yang lalu di sini menyebabkan tempat penyembunyian intan-intan curian
itu agak tergeser. Ben dan Waldo, yang seperti biasa melakukan
penggalian di sini, kemudian .menemukan intan-intan itu terserak di
antara batu-batu reruntuhan. Mereka langsung mengira menemukan
tambang intan!"
"Wow!" seru Bob.
"Ya, itu mungkin saja," kata Mr. Reston sambil mengangguk. "Tapi jangan
lupa, detektif harus mempertimbangkan segala kemungkinan yang ada.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Dan memang masih ada kemungkinan lain. Mungkin juga Ben dan Waldo
itu yang mencuri intan-intan ini, dan sekarang mengambilnya kembali
karena tertimbun batu sebagai akibat gempa bumi."
"Ya, betul juga - aku tadi seharusnya juga memperhitungkan
kemungkinan itu," kata Jupiter. Mukanya memerah.
"Tapi Ben dan Waldo sudah lama tinggal di sini, Mr. Reston," kata Bob
membantah. "Mereka orang-orang yang terkenal sekali di daerah sini!
Tidak mungkin mereka baru tiba lima tahun yang lalu dari Eropa."
Mr. Reston tersenyum saja. "Ingat kataku tadi, Bob! Laszlo Schmidt itu
pandai sekali menyamar dan menirukan orang lain. Bisa saja ia menirukan
Ben - atau Waldo!"
"Ya, itu mungkin saja," kata Bob.
"Tapi kurasa cuma ada satu jalan untuk mengetahui mana yang benar,"
sambung detektif itu. "Kita masuk ke rongga di mana mereka berdua
melakukan penggalian, lalu di situ menyelidiki ke mana mereka pergi.
Tapi kurasa seorang dari kalian sebaiknya kembali ke tempat pertanian
keluarga Dalton, dan dari sana memanggil sheriff. Kita nanti akan punya
bukti yang bisa ditunjukkan padanya!"
Jupiter mengangguk. "Kurasa sebaiknya Pete saja yang pergi."
"Yaa - padahal kasus ini sudah hampir selesai," katanya dengan nada
kecewa.
"Pendapat Jupiter benar, Pete," kata Mr. Reston. "Bob tidak bisa
berjalan cepat karena kakinya yang cedera, sedang aku menginginkan
Jupiter ada di sini. Kecuali itu, kulihat kau yang paling tangkas di antara
kalian bertiga. Dalam regu, masing-masing anggota harus melakukan
tugas yang bisa paling baik dikerjakan olehnya."
Pete menurut. Ia sebenarnya masih tetap enggan, tapi di pihak lain
senang juga hatinya mendengar ketangkasannya dipuji. Ia menyelinap
keluar dari dalam gua, lalu mulai berlari dengan langkah teratur menuju
ke pertanian.
***
Di dalam gua, Jupiter dan Bob bergegas-gegas mendului Sam Reston
menyusur lorong demi lorong, sampai akhirnya tiba di depan rongga
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
rahasia tempat Ben Jackson melakukan penggalian. Mr. Reston
menggeser batu besar ke tepi,lalu masuk bersama kedua remaja yang
mengikutinya ke dalam. Rongga sempit itu ternyata kosong. Tapi pada
dinding seberang nampak lorong lewat mana Ben dan Waldo tadi pasti
keluar. Lorong itu juga buatan manusia. Arahnya terjal ke atas. Kini Mr.
Reston yang berjalan paling depan, dengan pistol siap di tangan. Jupiter
membuat tanda tanya dengan kapur putih di dinding mulut lorong itu.
"Kita mengarah ke punggung gunung sebelah utara," kata Bob sambil
berjalan.
"Menurut uraian dalam buku yang kubaca, di situlah letak gubuk Ben dan
Waldo."
"Itu memang sudah bisa diduga, Bob," kata Jupiter. "Mereka membuka
kembali liang tambang yang tua di dekat tempat mereka itu, supaya
lebih kecil kemungkinannya mereka terlihat orang lain."
Tiba-tiba Mr. Reston berhenti berjalan. Di depan mereka lorong itu
buntu, tertutup tumpukan batu. Bob melihat jejak tapak sepatu di
tanah, yang kelihatannya menuju ke tembok batu yang menghalangi. Mr.
Reston memeriksa jejak itu dengan cermat. Ia bersandar pada sebuah
batu besar, lalu mendorongnya ke samping. Setelah itu digesernya pula
dua batu besar lagi, sampai terdapat jalan lewat yang sempit. Detektif
itu merangkak masuk. Sesaat kakinya masih kelihatan. Tapi tahu-tahu
lenyap. Bob dan Jupiter mengintip ke dalam lubang itu sejenak, lalu
cepat-cepat merangkak masuk. Ternyata mereka kini sudah berada di
luar gunung. Mereka berdiri di belakang rumpun pepohonan dan semak di
punggung utara Gunung Setan yang diliputi kegelapan malam.
"Takkan ada yang bisa melihat lubang sempit di lereng gunung itu," kata
Mr. Reston sambil memperhatikan. Kemudian ia berpaling. "Yuk, kita
terus - tapi kalian tetap di belakangku."
Detektif itu berjalan dengan hati-hati, menyelinap menyusur punggung
gunung yang memisahkan lembah dari laut. Tidak lama kemudian nampak
sinar lampu di balik jendela sebuah pondok kecil. Ketiga penyelidik itu
bergerak tanpa menimbulkan bunyi. Mereka mendekati jendela itu, lalu
mengintip ke dalam. Mereka melihat Ben Jackson dan Waldo Turner.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Kedua laki-laki tua itu menghadapi meja kayu. Di atasnya ada batu-batu
setumpukan kecil!
Bab 17 Dugaan Jupiter Terjawab
SAM Reston membuka pintu pondok, dengan pistol tergenggam.
"Penyerobot!" teriak Ben dengan suara seraknya melengking tinggi.
"Serbu mereka, Waldo!"
Sam Reston mengarahkan pistolnya pada laki-laki tua itu. "Duduk saja di
tempatmu, Waldo."
Pencari intan bertubuh kurus jangkung yang sudah mulai berdiri dari
kursinya itu, dengan pelan-pelan duduk lagi.
"Dia lebih cepat, Ben," katanya.
"Kita biarkan saja dia merampas tambang kita?" tanya Ben sengit.
"Sekarang ini tidak ada lagi yang bersaing secara bersih, Ben," keluh
Waldo.
Kedua laki-laki tua itu menatap Sam Reston dengan sengit. Kemudian
mata Ben yang merah terarah lurus pada Bob dan Jupiter.
"Anak-anak itu lagi," teriaknya. "Kan sudah kukatakan, mereka berniat
menimbulkan kesulitan, Waldo! Seharusnya kita langsung membereskan
mereka!"
"Kelihatannya kau benar," kata Waldo sependapat.
Ben Jackson mengayun-ayunkan kedua lengannya dengan gerakan liar.
"Kalian takkan bisa berhasil! Perampas tambang orang takkan bisa
menang. Kami gantung mereka tinggi-tinggi! Ya - itulah yang biasanya
kami lakukan dengan mereka!"
"Tambang itu milik kami," kata Waldo berkeras, sambil menyentuh
tumpukan kecil intan kasar yang terletak di meja.
"Itukah sebabnya kenapa kalian harus masuk ke dalam tambang secara
sembunyi-sembunyi?" tanya Sam Reston. "Itukah sebabnya kalian
menggali malam-malam dan menutup rongga setiap kali ada orang
datang?"
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Sinar mata Ben yang tuas itu berubah, nampak licik. "Sumber yang kaya,
yes sir. Tidak boleh ribut-ribut! Begitu kabarnya tersiar, orang pasti
datang membanjir. Tidak, kami diam-diam saja."
"Kalian diam-diam karena tanah ini milik Mr. dan Mrs. Dalton!" tukas Bob
dengan sengit. "Intan-intan itu milik mereka!"
"Sudah hampir dua puluh tahun kami mencari dalam gua itu," bantah
Waldo. "Kami yang menemukan intan-intan ini. Kami yang menggalinya.
Jadi milik kami, mengerti?"
Selama itu Jupiter diam saja. Ia memperhatikan pondok itu dengan
seksama. Ia tertarik melihat bahwa di situ ada pesawat radio, sebuah
rak penuh buku, serta setumpuk surat kabar. Ia menyibukkan diri
dengan selembar surat kabar yang diambilnya dari tumpukan itu.
Sementara itu tatapan mata Ben nampak menjadi semakin penuh
perhitungan.
"Begini sajalah - ini kan cukup banyak untuk kita semua," katanya dengan
suara melengking. "Ya, cukup banyak untuk dibagi-bagi. Kami sama sekali
tidak tamak. Begini sajalah. Kita saling berbagi. Seperempat dari intan-
intan ini, dan kalian boleh ikut menggali bersama kami. Nah - bagaimana?
Masih banyak lagi intan di sana. Harta terpendam yang luar biasa
banyaknya!"
Tiba-tiba Jupiter berbicara, "Di sana tidak ada intan lagi, Mr. Jackson -
atau paling-paling tinggal beberapa butir, dan itu Anda ketahui dengan
baik."
Semua berpaling, memandang ke arah Jupiter. "Keadaan pondok ini
tidak seluruhnya sesuai dengan tingkah laku Anda berdua, yang berlagak
menjadi dua orang tua pencari harta dalam tanah, yang pikirannya masih
di masa silam."
"Apa maksudmu, Jupe?" seru Bob heran.
"Maksudnya, kedua orang tua ini untuk sebagian palsu," kata Sam
Reston, "dan kurasa dugaannya itu benar. Tapi bagaimana kau bisa
sampai pada kesimpulan itu, Jupiter?"
Jupiter menunjuk ke pesawat radio. "Radio transistor itu tidak cocok
dengan citra dua laki-laki tua yang tidak waras, yang pikiran mereka
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
selalu tentang masa silam saja. Dan, buku-buku di rak ini menandakan
perhatian pada dunia modern, hal mana seharusnya tidak boleh ada pada
diri mereka. Menurutku, mereka berdua ini berhasil menemukan siasat
untuk memperoleh belas kasihan dari penduduk sini. sehingga mereka
menyumbangkan perbekalan tanpa banyak bertanya-tanya. Aku juga
yakin, mereka tahu betul, bahwa mereka tidak menemukan tambang
intan."
"Kenapa kau bisa berkata begitu, Jupiter?" tanya Sam Reston. Jupiter
menunjuk ke rak buku.
"Empat dari buku-buku itu mengenai intan. Dan keempat-empatnya
masih baru. Di samping itu, dalam koran ini ada berita panjang-lebar
tentang perampokan intan di museum San Francisco! Ini koran setahun
yang lalu, dan berita itu diberi tanda dengan lingkaran yang dibuat
dengan pensil. Ini koran terbitan San Francisco - jadi mereka sengaja
membelinya."
"Nah - apa kata kalian sekarang?" kata Sam Reston sambil berpaling,
menatap kedua laki-laki tua itu. Ben dan Waldo berpandang-pandangan
. Akhirnya Ben Jackson mengangkat bahu. Ketika ia berbicara lagi,
suara biasa saja. Tidak melengking tinggi seperti tadi.
"Anak itu benar," katanya singkat. "Kami tahu gua itu bukan tambang
intan. Di sekitar sini sama sekali tidak ada intan."
"Ketika menemukan beberapa intan pada saat permulaan, kami memang
menyangka begitu," kata Waldo menyambung. "Tapi kami juga tahu, di
sini tidak ada intan. Karenanya Ben lantas mengusahakan buku-buku itu.
Intan-intan yang kami temukan ternyata kebanyakan jenis Afrika.
Kemudian aku pergi ke perpustakaan. Di sana kutemukan berita singkat
dalam koran setempat tentang pencurian itu. Kami lantas membeli
selembar koran terbitan San Francisco. Di dalamnya ada keterangan
mengenai batu-batu itu, sehingga dengan begitu kami tahu bahwa itu
intan-intan yang dicuri."
Kini Ben menyambung lagi, "Intan-intan yang kami temukan itu berasal
dari pencurian - karena itu kami memutuskan untuk menguasainya. Tidak
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
ada orang lain yang tahu, kecuali pencuri itu. Kami mulai menggali, dan
ternyata banyak sekali intan yang kami temukan di tempat itu!"
"Cuma susahnya, liang-liang yang kami buka menyebabkan gua mulai
meraung lagi," kata Waldo melanjutkan. "Mula-mula kami malah senang,
karena itu menyebabkan tidak ada yang berani datang ke sana.
Kemudian Mr. Dalton datang memeriksa, bersama sheriff. Karena itu
aku lantas naik ke puncak gunung. Setiap kali ada orang menghampiri
gua, aku memberi isyarat pada Ben untuk menutup gua sampai orang itu
pergi lagi."
Ben Jackson tertawa terkekeh. "Semuanya termakan oleh siasat kami.
Aku pernah berhasil menyebabkan kalian lari dari sana sekali," katanya
sambil memandang Bob dan Jupiter. "Cuma yang tidak kumengerti
bagaimana kalian sekarang bisa masuk tanpa dilihat oleh Waldo."
Jupiter bercerita tentang siasatnya, dengan Bob serta boneka yang dua
buah, sementara kedua laki-laki tua mendengarkan dengan kagum. Ben
Jackson tertawa geli setelah Jupiter selesai dengan ceritanya.
"Bukan main! Aku kan sudah mengatakan, kalian pintar-pintar. Betul! Kau
berhasil menipu kami."
"Ini bukan urusan yang jenaka, Mr. Jackson," kata Sam Reston dengan
galak. "Menyimpan barang curian merupakan kejahatan serius."
Ben tertawa nyengir, agak malu-malu. "Aku tidak tahu pasti, apakah
kami memang benar-benar hendak menahannya terus. Cuma selama ini
kami belum pernah sungguh-sungguh berhasil - dan rasanya asyik sekali
menggalinya. Kami merasa kembali menjadi pencari harta yang
sungguhan. Kurasa perbuatan kami itu tidak benar, tapi kami
beranggapan bahwa yang rugi karenanya cuma pencuri itu saja. Setidak-
tidaknya selama kami belum memutuskan apa yang akan kami lakukan
dengan intan-intan itu."
"Lalu bagaimana dengan kecelakaan-kecelakaan itu?" tanya Bob sengit.
"Dan batu besar yang nyaris menimpa kami?"
"Itu kebanyakan memang benar-benar kecelakaan," kata Waldo
menjelaskan. "Biasa terjadi di sekitar sini. Orang menjadi gugup karena
bunyi raungan, sehingga tambah tidak berhati-hati. Tapi batu yang
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
hampir mengenai kalian itu kesalahanku. Saat aku sedang mengamat-
amati kalian, kakiku menyenggol batu sehingga jatuh terguling ke bawah.
Aku sama sekali tidak berniat mencederai siapa-siapa."
Sam Reston menatap kedua laki-laki tua itu dengan galak. "Tentang
kalian, akan kuputuskan nanti," katanya sambil meraup intan yang
bertumpuk di meja lalu memasukkan semuanya kembali ke dalam kantung
kulit, diikuti pandangan Ben dan Waldo yang menampakkan rasa sesal
dan kecewa.
"Kalian bertindak konyol," sambung Mr. Reston, "tapi di pihak lain,
karena kalian intan-intan curian ini bisa ditemukan kembali. Mungkin
kalian berniat akan mengembalikannya, kapan-kapan. Siapa tahu? Saat
ini aku masih harus mencari pencuri."
"Aku sempat berpikir-pikir tentang Schmidt itu, Mr. Reston," kata
Jupiter setelah diam saja selama beberapa saat. "Aku yakin, ia tahu
bahwa Ben dan Waldo ini melakukan penggalian dalam gua. Ia juga pasti
tahu bahwa mereka menemukan intan-intan curiannya. Aku yakin bahwa
ia akan datang lagi untuk mengambil intan-intan itu kembali. Ini
menimbulkan gagasan pada diriku. Anda bisa memasang jebakan untuk
menangkapnya."
Saat itu terdengar suara yang tidak begitu jelas di belakang mereka.
"Kau pintar. Aku memang kembali!" Semua yang ada dalam pondok itu
kaget, lalu berpaling ke arah datangnya suara. Mereka melihat orang
berdiri di ambang pintu. El Diablo palsu! Topeng mukanya menampakkan
wajah remaja dan kaku, sekaku ketika menyergap Pete dan Jupiter
dalam gua. Tangan kirinya menggenggam pistol yang sama seperti saat
itu.
"Jangan bergerak," kata Mr. Reston pada Bob dan Jupiter. "Jika ini
Schmidt, dia berbahaya."
Sambil berbicara detektif itu melirik ke pistolnya yang tadi
digeletakkan di atas meja.
"Nasihat yang baik sekali," sergah El Diablo palsu dengan suara tak
terdengar jelas. "Aku memang Schmidt," Ia menggerak-gerakkan
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
pistolnya, menyuruh semuanya berdiri menghadap dinding. "Jangan
coba-coba mengambil pistolmu, Reston!"
Mr. Reston, Bob, dan Jupiter, begitu pula Ben Jackson dan Waldo
Turner - semua berdiri menghadap dinding.
"Kau, yang kecil," kata Schmidt pada Bob, "ambil tali yang di pojok itu.
Ikat Reston. Cepat!"
"Ikuti katanya, Bob," kata Sam Reston. Dengan perasaan gugup, Bob
pergi mengambil tali lalu mengikat tangan dan kaki detektif itu.
Kemudian Schmidt menggerak-gerakkan pistolnya lagi, menyuruh Bob
menjauh, lalu diperiksanya keteguhan ikatan yang meringkus Mr. Reston.
Rupanya ia puas. Ia melangkah mundur.
"Sekarang kalian ikat kedua laki-laki tua itu," katanya. Bob dan Jupiter
mengikat Ben dan Waldo.
Setelah itu Bob mengikat Jupiter, sedang ia sendiri diikat oleh
Schmidt. Akhirnya semua terbaring di lantai dalam keadaan terikat
erat. Penjahat yang menyergap mereka menghampiri meja, lalu
mengambil kantung kulit yang terletak di atasnya.
"Aku harus mengucapkan terima kasih pada kalian karena sudah
menyiapkan intan-intan ini untuk kuambil," katanya dengan nada
mengejek. "Jadi aku tidak perlu lagi repot-repot menggali dari bawah
timbunan batu bekas gempa bumi. Tapi selama ini pun aku mengawasi
terus. Aku tidak mau kehilangan begitu saja, setelah repot-repot
mencurinya."
Penjahat itu tertawa kecil. "Kalian berdua agak bandel dan merepotkan,"
katanya pada Bob. dan Jupiter, "tapi begitu aku melihat tangki-tangki
udara kalian, aku langsung bisa menebak niat kalian. Aku sebenarnya
agak gugup ketika menyadari bahwa Reston sudah dekat lagi dalam
usahanya mengejar diriku. Tapi akhirnya semua beres."
Penjahat itu membungkuk, berlagak memberi hormat pada kelima
korbannya yang terikat di lantai, lalu pergi meninggalkan pondok.
"Seharusnya aku menyadari bahwa ia mengamat-amati kita," kata
Jupiter sambil mengeluh. "Ketika ia menyergap kita dalam gua tadi,
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
sudah jelas bahwa ia tahu tentang penggalian yang dilakukan oleh Ben -
karena kita bisa mendengar bunyinya di tempat ia menyergap kita."
"Jangan persalahkan dirimu, Jupiter," kata Sam Reston. "Kau sudah
berhasil menyelidiki seluruh kasus ini. Aku seharusnya menyadari bahwa
Ben dan Waldo sebenarnya hanya dijadikan alat saja oleh Schmidt."
"Yah - setidak-tidaknya dugaan Jupe tadi benar," kata Bob. "Pencuri itu
ternyata memang datang lagi."
"Apa gunanya berhasil menyelidiki misteri, apabila bahkan melihat muka
penjahatnya saja tidak bisa?" kata Jupiter dengan nada tidak puas.
Keningnya berkerut. "Sekarang ia pasti akan melarikan diri, sedang kita
tetap tidak tahu bagaimana tampangnya. Mr. Reston terpaksa mulai lagi
dari -"
Jupiter tidak menyelesaikan kalimatnya. Mulutnya ternganga, sedang
matanya menatap jauh seperti kena sihir.
"Jupe?" sapa Bob kaget.
"Ada apa, Jupe?" kata Sam Reston Jupiter terkejap-kejap matanya,
seakan-akan baru bangun.
"Kita harus bisa membebaskan diri!" serunya sambil meronta-ronta,
berusaha melepaskan tali yang mengikat tangan dan kakinya. "Kita harus
cepat-cepat mengejarnya!"
Sam Reston hanya menggeleng saja dengan suram. "Ia pasti sudah jauh
sekarang, Jupiter. Tidak mungkin ia masih ada di sini."
"Belum tentu," kata Jupiter. "Apanya yang belum tentu, Jupe?" tanya
Bob. Jupiter tidak sempat menjawab, karena saat itu terdengar bunyi
langkah kuda mendekat. Sesaat kemudian pintu pondok dibuka dengan
tiba-tiba. Seorang laki-laki berbadan besar yang belum pernah dilihat
oleh Bob dan Jupiter masuk, lalu memandang kelima orang yang terikat
di lantai dengan mata melotot.
"Ada apa di sini?" katanya dengan suara berat, lalu menatap Bob dan
Jupiter. "Kalian ini macam-macam saja!"
Kedua remaja itu memandang laki-laki yang menyapa mereka, lalu
tertawa nyengir dengan perasaan lega. Di belakang laki-laki itu
tersembul muka Pete dan Mrs. Dalton.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Bab 18 Topeng El Diablo Tersingkap
LAKI-LAKI bertubuh besar itu ternyata sheriff. Petugas keamanan
daerah Santa Carla itu mula-mula marah sekali pada Jupiter beserta
kedua temannya, karena berusaha menyelidiki misteri itu sendiri saja.
"Anak-anak tidak ada urusannya, menguber pencuri permata yang
berbahaya!" bentaknya.
"Kalian kan bisa celaka dalam gua itu," kata Mrs. Dalton menambahkan.
"Coba Pete tidak melihat tanda-tanda tanya itu lalu menduga bahwa
kalian mungkin pergi ke pondok Ben, aku tidak tahu apakah kalian bisa
ditemukan!"
Bob nampak merasa kurang enak diomeli begitu. Tapi Jupiter langsung
bereaksi. "Kami minta maaf, Sir," katanya dengan sopan pada sheriff,
"tapi kami sama sekali tidak melakukan sesuatu yang berbahaya dalam
gua itu. Tahu-tahu kami disergap lalu ditawan oleh pencuri yang dikejar-
kejar Mr. Reston ini."
"Itu betul, Sheriff," ujar Sam Reston menyela. "Mereka sama sekali
tidak mungkin tahu bahwa di dalam situ ada penjahat yang berbahaya.
Mereka menyangka bahwa mereka hanya sedang menyelidiki misteri
bunyi raungan saja. Mungkin ditambah dengan kasus yang menyangkut
dua laki-laki tua yang agak aneh tapi sebenarnya tidak apa-apa. Mereka
sama sekali tidak berniat hendak menangkap pencuri permata, sampai
aku kemudian muncul. Akulah yang mengajak mereka mengejar Ben dan
Waldo."
"Itu soal yang ingin kubicarakan dengan Anda nanti," kata sheriff. "Tapi
Anda Mungkin benar. Kurasa para remaja ini sudah bertindak dengan
tidak sembarangan."
"Betul - bahkan melebihi kebanyakan orang dewasa," kata Sam Reston.
"Dan kelihatannya mereka berhasil menyelidiki misteri ini sampai
tuntas, walau si pencuri berhasil melarikan diri."
"Menurut pendapatku, mereka telah membuktikan kemampuannya
sebagai penyelidik yang tangguh," kata Mrs. Dalton sambil tersenyum.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Mereka memang berhasil membongkar kasus ini," kata sheriff. "Sayang
pencuri itu berhasil minggat. Tapi kita lambat laun pasti berhasil juga
menangkapnya."
Saat itu Jupiter berseru memotong. Semua memandang ke arahnya
dengan heran. "Belum tentu ia sudah pergi, Sir," kata Jupiter
bersemangat. "Bahkan mungkin pula ia sama sekali tidak berniat begitu."
"Apa maksudmu?" tanya petugas keamanan itu.
"Tahukah Anda di mana yang lain-lainnya, Sir?" balas Jupiter bertanya
dengan tenang.
"Yang lain? Maksudmu, orang-orang dari ranch? Mereka sedang sibuk
mencari kalian ke mana-mana," kata sheriff. "Dalton beserta anak
buahnya ke pantai, sedang Luke Hardin, Profesor Walsh, dan beberapa
orang lagi ke sisi seberang Gunung Setan."
"Lalu di mana akan berkumpul lagi?" tanya Jupiter. "Di ranch," jawab
sheriff. "Kalau begitu kita harus lekas-lekas ke sana," kata Jupiter
tegas.
Kening petugas keamanan itu berkerut. "Kalau ada sesuatu yang
kauniati, ayo katakan dulu!"
"Tidak ada waktu sekarang, Sir," kata Jupiter sambil menggelengkan
kepala. "Kalau harus saya jelaskan dulu, nanti terlalu lama - sedang kita
harus sudah menyergapnya, sebelum ia sempat menyingkirkan bukti-
bukti yang memberatkan."
"Lebih baik ikuti saja katanya, Sheriff,.' kata Sam Reston mencampuri.
"Berdasarkan pengalaman selama ini, aku sekarang tahu bahwa dia tidak
asal bicara saja."
"Baiklah, kalau begitu," kata sheriff. "Ayo kita berangkat. "
Jupiter naik ke pelana di belakang sheriff, sedang Bob dan Pete ikut
dengan dua orang pembantu petugas keamanan itu, yang selama itu
menunggu di luar di atas kuda masing-masing. Kemudian mereka berpacu
merintis tanah pertanian yang kasar dan berat medannya. Jupiter, Bob,
dan Pete berpegangan kuat-kuat, terombang-ambing, dan terantuk-
antuk di atas pelana tanpa bisa melihat arah yang dituju. Ketika
rombongan itu menghampiri bangunan utama tempat pertanian, mereka
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
tidak melihat orang di situ. Suasana sunyi sepi. Hanya jendela dapur
saja nampak agak terang, seperti ada sinar samar di dalam.
"Nah - siapa yang kauharapkan akan kita jumpai di sini?" tanya sheriff
pada Jupiter, yang duduk dengan sikap setengah menggelantung di
belakangnya.
Jupiter menggigit bibir. "Aku tahu, ia pasti akan kembali. Rupanya kita
lebih dulu sampai. Ia memang harus pura-pura ikut mencari kami dulu.
Sebaiknya kita turun saja semua, lalu menunggu di tempat gelap."
Sheriff meloncat ke tanah, lalu membantu Jupiter turun. Sesaat
kemudian Sam Reston tiba naik mobilnya.
"Nah," kata sheriff pada Jupiter, "sekarang ceritakan untuk apa kita
semua kau suruh bergegas-gegas tadi."
"Begini, Sir," kata Jupiter memulai penjelasannya. "Saya teringat pada
beberapa hal yang dikatakan penjahat itu ketika di pondok tadi.
Informasi itu saya hubungkan dengan beberapa fakta yang ada, lalu..."
Saat itu muncul seseorang dari samping rumah. Jalannya terpincang-
pincang "Wah, rupanya Anda sudah berhasil menemukan mereka,
Sheriff," kata Profesor Walsh, karena dialah orang yang baru muncul
itu.
"Hebat! Kalian rupanya sibuk sekali tadi, ya?" sambungnya sambil
menoleh pada anak-anak. Ia tersenyum. Matanya nampak ramah, di balik
lensa kaca mata yang tebal. Ia menjamah kaki kirinya. "Aku tadi
terjatuh, sehingga kakiku robek. Besar juga lukanya," katanya
menyambung. "Aku terpaksa pulang dulu untuk membalutnya."
"Tepat sekali Anda datang, Profesor," kata sheriff. "Jupiter Jones
baru saja hendak memberi penjelasan tentang sesuatu hal."
"Sekarang itu tidak perlu lagi, Sheriff," kata Jupiter tenang. "Saya
sarankan Anda menggeledah Profesor Walsh, untuk mencari intan-intan
itu. Pasti ia tidak mau berpisah lagi dari barang-barang itu sekarang -
apalagi mengingat bahwa ia yakin sekali kita tidak menduga bahwa ia
sebenarnya Laszlo Schmidt."
"Schmidt? - Schmidt!" seru Sam Reston, sambil menatap Profesor
Walsh dengan mata terbelalak.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Kemungkinannya intan-intan itu disembunyikan di bawah pembalut
kakinya yang katanya luka itu," kata Jupiter lagi.
Profesor Walsh berteriak. Ia berbalik dengan cepat, lalu lari. Seketika
itu juga semua mengejarnya, kecuali Bob, Pete, dan Mrs. Dalton. Mereka
ini berpaling, memandang Jupiter dengan sikap bingung. Penyelidik
Pertama Trio Detektif hanya berdiri saja sambil tertawa-tawa nyengir.
Bab 19 Laporan pada Alfred Hitchcock
"JADI intan-intan itu kemudian ternyata memang ditemukan di bawah
pembalut kaki Profesor Walsh, Jones?" tanya Alfred Hitchcock.
"Betul, Sir," kata Jupiter. "Profesor itu berhasil dikejar ketika ia
sampai di mobilnya, yang berpelat nomor Nevada itu. Kemudian ternyata
bahwa mobilnya ada dua buah. Mobil yang memakai pelat nomor Nevada
disembunyikannya dalam suatu jurang sempit di Lembah Raungan.
Kostum El Diablo dan topeng plastik disimpannya di situ. Tidak dibuang,
karena ia merasa yakin takkan ada yang mengira bahwa ia sebenarnya
Laszlo Schmidt."
"Ya, ya - perasaan penjahat ulung yang terlalu yakin pada dirinya
sendiri," kata sutradara termasyhur itu dengan sikap serius. "Kalian
telah bekerja dengan baik sekali, Anak-anak!"
Saat itu satu minggu sesudah Profesor Walsh alias Laszlo Schmidt
berhasil ditangkap. Anak-anak baru saja kembali dari liburan selama
satu minggu di tempat pertanian Mr. dan Mrs. Dalton. Selama itu
mereka asyik berenang-renang, menunggang kuda, serta ikut mendalami
pekerjaan di ranch. Kini mereka berada di dalam kantor Alfred
Hitchcock, untuk menyampaikan laporan tentang Misteri Gua Raungan
pada sutradara film yang terkenal itu, berdasarkan catatan yang dibuat
oleh Bob.
"Rasanya aku sekarang sudah cukup mengerti, tentang rahasia raungan
gua itu," sambung Mr. Hitchcock. "Begitu pula tentang apa yang
dilakukan oleh Ben dan Waldo. Lalu apa yang akhirnya terjadi dengan
kedua laki-laki tua itu?"
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Bob tertawa nyengir mendengar pertanyaan itu. "Sheriff akhirnya
menarik kesimpulan bahwa mereka sama sekali tidak sempat melakukan
kejahatan. Ia lebih cenderung berpendapat bahwa akhirnya mereka
pasti akan menyerahkan intan-intan curian itu pada pihak yang
berwenang. Mr. dan Mrs. Dalton bahkan memaafkan perbuatan mereka,
menakut-nakuti orang supaya jangan berani datang ke Gua Raungan."
Mr. Hitchcock mengangguk-angguk. "Jadi akhirnya begitu! Ya - kurasa
mereka hanya tergiur saja sebentar karena membayangkan berhasil
menemukan harta tambangan."
"Kalau begitu Anda bersedia menulis kata pengantar untuk laporan kami
ini, Sir?" sela Pete cepat -cepat.
"He, tunggu dulu!" kata Mr. Hitchcock dengan suara keras. "Aku belum
mengatakan apa-apa. Aku memang sudah berjanji akan menulis kata
pengantar untuk tiap kisah petualangan kalian yang kunilai cukup
menarik - dan aku juga sudah memahami seluk-beluk raungan serta
kedua pencari harta tambangan itu. Tapi aku belum mendengar
keterangan, bagaimana Jupiter tahu-tahu bisa menarik kesimpulan
bahwa El Diablo dan Profesor Walsh sebenarnya satu orang - yaitu
Laszlo Schmidt."
Jupiter duduk sambil mencondongkan dirinya ke depan. "Begini, Sir,"
katanya menjelaskan. "Waktu itu saya mulai bertanya-tanya dalam hati,
mungkinkah El Diablo palsu itu sebenarnya Profesor Walsh. Kemudian
saya sampai pada kesimpulan, bahwa ia juga yang paling mungkin Laszlo
Schmidt. Ia satu-satunya pendatang baru di Crooked- Y Ranch. Sedang
riwayat hidupnya sebagai guru besar, dengan gampang saja bisa
dipalsukan."
Mr. Hitchcock mengangguk. "Ya, itu bisa kubayangkan. Ia baru setahun
berada di daerah situ, dan lebih mudah menyatakan diri sebagai guru
besar, daripada bekas jago menunggang kuda liar di rodeo, atau mandor
di tempat pertanian. Tapi apa sebabnya kau lantas mencurigainya?"
Kening Jupiter berkerut. "Sebetulnya saya harus lebih cepat
memperhitungkan dirinya sebagai orang yang layak dicurigai. Tapi terus
terang saja, saya baru sadar ketika kami disergap dalam Pondok Ben
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
Jackson. Semua baru tersingkap bagi saya, setelah mendengar
ucapannya sehabis mengikat kami."
Mr. Hitchcock membalik kertas-kertas catatan Bob. . "Tidak banyak
yang dikatakannya saat itu," kata sutradara itu setelah membaca
sebentar.
"Memang tidak banyak tapi cukup," balas Jupiter. "pertama - ia
menyebut tangki-tangki udara kami. Hanya orang yang ada di tempat
pertanian saja yang mungkin sempat melihat barang-barang itu. Lalu
kedua, suaranya. Walau ia menyamarkannya di balik topeng, tapi ia tidak
bisa menyembunyikan cara bicaranya. Lalu ketika saya berpikir-pikir
tentang petunjuk-petunjuk lainnya, saya tiba-tiba menyadari bahwa itu
cara Profesor Walsh berbicara."
Mata Mr. Hitchcock berbinar-binar. "Begitu," katanya. "Ya, memang -
pola bicara seseorang bisa merupakan petunjuk yang sangat jelas."
"Kemudian ia juga mengatakan bahwa ia menjadi gugup ketika menyadari
bahwa Mr. Reston sudah menemukan jejaknya kembali. Ucapan itu
memberikan dua petunjuk bagi saya. Pertama, El Diablo palsu itu
mengenal Mr. Reston. Dan kedua - ia tahu bahwa Mr. Reston sudah
dekat sekali dalam melacak jejaknya."
"Ya, tentu saja!" ujar Mr. Hitchcock. "Reston mengatakan pada kalian
bahwa Laszlo Schmidt mengenal tampangnya. Sedang selama ini hanya
kalian saja yang pernah melihat detektif itu. Kalian bercerita tentang
tampangnya sekarang pada orang-orang di tempat pertanian. Jadi jelas
bahwa El Diablo palsu itu orang yang mengenal tampang Reston dari
cerita kalian!"
"Tepat, Sir," kata Jupiter sependapat.
"Tapi semuanya itu terjadi secara kebetulan saja, Anak muda," kata Mr.
Hitchcock sambil mengerutkan kening. "Memang cocok dengan Profesor
Walsh - tapi dicocokkan dengan yang lain-lainnya di tempat pertanian,
juga bisa. Apa yang menyebabkan kecurigaanmu semakin mengarah pada
Profesor Walsh?"
"Karena pistolnya, Sir," kata Jupiter dengan nada puas.
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
"Pistol?" ulang sutradara kenamaan itu, sambil menyimak catatan Bob
yang ada di tangannya.
"Aku tidak membaca apa-apa di sini mengenainya - maksudku, yang
istimewa."
"Bukan pistol itu sendiri, melainkan cara dia memegangnya," kata
Jupiter dengan cepat. "Begini soalnya, Sir. El Diablo palsu yang
menyergap kami menggenggam pistol dengan tangan kiri. Sarung pistol
juga tergantung di pinggang sebelah kiri. Tapi semua buku dan gambar
yang ada menunjukkan bahwa El Diablo tidak kidal. Kerangka El Diablo
sejati yang kami temukan dalam gua, juga menggenggam pistol dengan
tangan kanan. Jadi-"
"Astaga!n seru Mr. Hitchcock. "Keterlaluan - petunjuk begitu penting
sampai tak kusadari! Tentu saja, Jones - hanya profesor gadungan itu
saja yang menganut teori bahwa El Diablo itu kidal! Ia terperangkap
oleh teorinya sendiri!"
"Memang. Sir," kata Jupiter sambil nyengir gembira. "Ia ternyata
memang benar-benar profesor, di samping pencuri ulung. Seperti
dikatakan oleh Mr. Reston, lima tahun lamanya orang itu membangun
identitas baru. Ia memang benar-benar Profesor Walsh, dan ia juga
benar-benar ahli tentang sejarah California. Ia sedang menulis buku
tentang El Diablo, dan ketika ia menirukan bandit itu secara otomatis ia
menyesuaikan diri dengan teorinya sendiri!"
Mr. Hitchcock tertawa terbahak-bahak. "Prestasi kalian kali ini benar-
benar gemilang, Jones. Dengan senang hati aku bersedia menuliskan
kata pengantar untuk kisah petualangan kalian ini. Bukan main! Terjebak
sendiri - karena memakai tangan kiri!"
Anak-anak berseri-seri mendengar pujian itu. Kemudian Jupiter
menyodorkan pistol kuno yang ditemukannya bersama Pete dalam
genggaman kerangka El Diablo yang asli.
"Mungkin Anda mau menerima ini, Sir - kenang-kenangan dari Misteri
Gua Raungan," kata Jupiter.
"Wah! Pistol El Diablo yang sejati." Mr. Hitchcock mengamat-amati
senjata api itu dengan kagum. "Tentu saja aku mau. Pasti akan kusimpan
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia
baik-baik. Pada hakikatnya kalian bukan hanya berhasil menjelaskan
teka-teki yang menyelubungi gua yang meraung, serta pencurian intan
itu - tapi juga menamatkan riwayat takhyul mengenai diri El Diablo."
"Wah,"' kata Pete kagum. "Betul juga!"
"Kini tinggal satu pertanyaan lagi yang ingin kuketahui jawabannya dari
kalian," kata Mr. Hitchcock dengan mata bersinar jenaka. "Betulkah
dalam telaga gua itu ada Si Tua? Mungkinkah makhluk itu yang
membinasakan El Diablo?"
Jupiter nampak merenung lagi. "Yah - legenda tentang Si Tua sudah
lama dikenal orang di sana - sejak zaman dulu. Mungkin saja ada dasar
kebenarannya. Menarik juga, kembali ke sana untuk memeriksa apakah
benar-benar ada sesuatu dalam telaga itu."
"Aduh, jangan," keluh Bob dan Pete serempak.
Tapi Jupiter tidak mengacuhkan mereka. Ia hanya menggumam. "Hmm -
ingin tahu juga aku ...."
Alfred Hitchcock memandang pistol yang tergeletak di mejanya,
setelah Jupiter beserta kedua temannya pergi. Sutradara itu
tersenyum. Ternyata, sekali lagi Trio Detektif berhasil menyingkapkan
misteri yang membingungkan kalangan orang dewasa. Ia bertanya-tanya
dalam hati, teka-teki apa lagi yang akan menyibukkan ketiganya sesudah
ini. Mungkin saja Si Tua yang ada dalam gua. Tapi kalau tidak, yang jelas
pasti urusan yang sama misteriusnya!
Selesai
http://inzomnia.wapka.mobi
Koleksi ebook inzomnia