Trik Jitu Dan Tips Praktis Menghadapi Pemeriksaan Pajak

40
Makalah ini disampaikan oleh Prianto Budi S (Direktur PT Partner Utama Konsultan) dalam Lokakarya Perpajakan pada tanggal 13 Mei 2009 di Hotel Bumi Karsa Bidakara Jakarta

Transcript of Trik Jitu Dan Tips Praktis Menghadapi Pemeriksaan Pajak

Page 1: Trik Jitu Dan Tips Praktis Menghadapi Pemeriksaan Pajak

Makalah ini disampaikan oleh Prianto Budi S (Direktur PT Partner Utama Konsultan) dalam Lokakarya Perpajakan pada tanggal 13 Mei 2009 di Hotel Bumi Karsa Bidakara Jakarta

Page 2: Trik Jitu Dan Tips Praktis Menghadapi Pemeriksaan Pajak

Daftar Isi ii

DDDAAAFFFTTTAAARRR IIISSSIII

BAB I KILAS BALIK PEMERIKSAAN DALAM KETENTUAN SUNSET POLICY ....... 1

Apa Itu Sunset Policy? ............................................................................................ 1 Fasilitas Sunset Policy ............................................................................................ 3

BAB II PEMERIKSAAN PAJAK ........................................................... 10

Pengertian Pemeriksaan ...................................................................................... 10 Tujuan Pemeriksaan ............................................................................................. 10 Ruang Lingkup Pemeriksaan ................................................................................ 10 Kriteria & Jenis Pemeriksaan ................................................................................ 10 Jenis & Jangka Waktu Pemeriksaan .................................................................... 11 Penyusunan Kertas Kerja Pemeriksaan ............................................................... 12 Teknik Pemeriksaan PPh Badan .......................................................................... 14 Teknik Pemeriksaan PPh Pasal 21 ....................................................................... 15 Teknik Pemeriksaan PPh Pasal 23 ....................................................................... 16 Teknik Pemeriksaan PPh Pasal 4(2) .................................................................... 20 Teknik Pemeriksaan PPh Pasal 26 ....................................................................... 20 Teknik Pemeriksaan PPh Pasal 15 ....................................................................... 20 Teknik Pemeriksaan PPN & PPnBM .................................................................... 21

BAB III ALAT ANALISIS RISIKO PERUSAHAAN ........................................ 24

Tujuan Analisis Risiko ........................................................................................... 24 Pembagian Tingkat Risiko Pengusaha Kena Pajak .............................................. 24 Formulir Analisis Risiko ........................................................................................ 25 Panduan Pengisian Skor Risiko Kuantitatif ........................................................... 28

BAB IV PROSES KEBERATAN DAN BANDING .......................................... 30

Proses Keberatan ................................................................................................. 30 Proses Banding .................................................................................................... 33

Page 3: Trik Jitu Dan Tips Praktis Menghadapi Pemeriksaan Pajak

Daftar Isi iii

BBIIOODDAATTAA RRIINNGGKKAASS PPEEMMBBIICCAARRAA

Nama Lengkap : Prianto Budi Saptono Nama panggilan : Prianto / Prie Asal : Purwokerto Pendidikan : S2 UGM (2008 - now)

D4 - STAN lulus 1999 Organisasi Profesi : - Pengurus IAI Wilayah Jakarta

- Anggota IKPI (Ikatan Konsultan Pajak Indonesia) Pengalaman kerja : - Ditjen Pajak cq Karikpa Jakarta Enam (1994 - 1999)

- KAP Kanaka Puradiredja & Rekan (2000 - 2004) - PT Partner Utama Konsultan (2004 – now)

Komunikasi : HP 0811.90.6181 [email protected] YM: prianto_0809 GT: prianto.budi www.partama.com

Page 4: Trik Jitu Dan Tips Praktis Menghadapi Pemeriksaan Pajak

Sunset Policy 1

BBBAAABBB III KKKIIILLLAAASSS BBBAAALLLIIIKKK PPPEEEMMMEEERRRIIIKKKSSSAAAAAANNN DDDAAALLLAAAMMM KKKEEETTTEEENNNTTTUUUAAANNN SSSUUUNNNSSSEEETTT PPPOOOLLLIIICCCYYY

Apa Itu Sunset Policy? A. Pengertian Sunset Policy Di dalam pencarian definisi sunset policy di internet, terdapat satu definisi yang terkait dengan masalah software. Situs www.financialsoft.about.com mendefinisikan sunset policy sebagai “the policy and terms for phasing out support for older financial software”, yaitu kebijakan dan syarat-syarat untuk menghapus bantuan secara bertahap terhadap piranti lunak finansial yang usang. Biasanya software yang sudah lama tidak lagi diberi bantuan teknis (technical support) secara bertahap. Jika istilah di atas dikaitkan dengan Pasal 37A UU KUP 2007, pasal ini menjadi dasar munculnya istilah sunset policy, meskipun tidak ada istilah itu di dalam pasal maupun penjelasannya. Istilah muncul dalam materi sosialisasi yang dilakukan Ditjen Pajak. Sunset policy merupakan fasilitas perpajakan yang diatur berdasarkan UU No. 28/2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP). Fasilitas ini memungkinkan Wajib Pajak orang pribadi atau wajib pajak badan membetulkan Surat Pemberitahuan (SPT) PPh pada tahun pajak 2006 dan tahun-tahun sebelumnya tanpa diberikan sanksi administrasi. Fasilitas ini diberikan sepanjang pembetulan tersebut dilakukan paling lambat 31 Desember 2008. Penghapusan sanksi administrasi tersebut dilakukan tanpa menerbitkan Surat Tagihan Pajak.

Pasal 37A UU KUP 2007: (1) Wajib Pajak, yang menyampaikan pembetulan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan

sebelum Tahun Pajak 2007, yang mengakibatkan pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar dan dilakukan paling lama dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah berlakunya Undang-Undang ini, dapat diberikan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga atas keterlambatan pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

(2) Wajib Pajak orang pribadi, yang secara sukarela mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak paling lama 1 (satu) tahun setelah berlakunya Undang-Undang ini diberikan penghapusan sanksi administrasi atas pajak yang tidak atau kurang dibayar untuk Tahun Pajak sebelum diperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dan tidak dilakukan pemeriksaan pajak, kecuali terdapat data atau keterangan yang menyatakan bahwa Surat Pemberitahuan yang disampaikan Wajib Pajak tidak benar atau menyatakan lebih bayar

B. Referensi Peraturan Pelaksana Sunset Policy 1. Peraturan Menteri Keuangan No. 66/PMK.03/2008 2. Peraturan Dirjen Pajak No. Per-27/PJ./2008 sebagaimana diubah dengan Per-30/PJ./2008 3. Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-33/PJ/2008

Page 5: Trik Jitu Dan Tips Praktis Menghadapi Pemeriksaan Pajak

Sunset Policy 2

4. Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-34/PJ/2008 C. Konsep Dasar Sunset Policy 1. Konsep dasar UU KUP yang mengatur tentang Sunset Policy adalah sistem self assessment.

Dalam sistem self assessment, Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Sebagai konsekuensi pemberian kepercayaan tersebut, Wajib Pajak wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan berikut keterangan dan/atau dokumen yang harus dilampirkan, yang telah diisi secara benar, lengkap, dan jelas.

2. Sunset Policy memberi kesempatan kepada:

a. Wajib Pajak yang telah memiliki NPWP sebelum tanggal 1 Januari 2008 untuk membetulkan SPT Tahunan PPh untuk Tahun Pajak 2006 dan/atau Tahun-Tahun Pajak sebelumnya; dan

b. Wajib Pajak orang pribadi yang memperoleh NPWP secara sukarela dalam tahun 2008 untuk menyampaikan SPT Tahunan PPh untuk Tahun Pajak 2007 atau Tahun Pajak 2007 dan sebelumnya,

untuk memperoleh fasilitas berupa penghapusan sanksi administrasi berupa bunga atas keterlambatan pembayaran pajak atau bunga atas pajak yang tidak atau kurang dibayar.

3. Mengingat fasilitas Sunset Policy berdasarkan sistem self assessment, penentuan Tahun

Pajak terkait dengan SPT Tahunan PPh yang disampaikan atau dibetulkan diserahkan kepada Wajib Pajak.

4. Ketentuan Sunset Policy berdasarkan Pasal 37A Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan bersifat khusus dan hanya berlaku untuk jangka waktu terbatas sehingga beberapa ketentuan umum yang diatur dalam Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan tidak berlaku. Ketentuan umum yang tidak berlaku sehubungan dengan Sunset Policy seperti ketentuan yang terkait dengan: a. pembatasan jangka waktu pembetulan SPT Tahunan PPh paling lama 2 (dua) tahun sejak

berakhirnya Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak; dan b. persyaratan belum dilakukan pemeriksaan, sebagaimana diatur dalam Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

5. Dalam pelaksanaan Sunset Policy, Wajib Pajak diberikan kepercayaan untuk mengungkapkan

seluruh penghasilan termasuk harta dan kewajiban dalam SPT Tahunan PPh WP Badan atau WP Orang Pribadi. Data dan/atau informasi yang telah diungkapkan dalam SPT Tahunan PPh WP Badan atau WP Orang Pribadi yang telah disampaikan atau dibetulkan oleh Wajib Pajak sehubungan dengan pelaksanaan Sunset Policy tidak dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan pemeriksaan.

Page 6: Trik Jitu Dan Tips Praktis Menghadapi Pemeriksaan Pajak

Sunset Policy 3

Fasilitas Sunset Policy

Jenis WP Pasal 37A UU KUP 66/PMK.03/2008 Per-27/PJ/2008 & Per-30/PJ/2008 WP OP Baru: WP Orang Pribadi yg baru peroleh NPWP di tahun 2008 dan sampaikan SPT 2007 & tahun sebelumnya

Diberikan penghapusan sanksi administrasi atas pajak yang tidak atau kurang dibayar untuk Tahun Pajak sebelum diperoleh NPWP

Diberikan penghapusan sanksi administrasi berupa bunga atas pajak yang tidak atau kurang dibayar

Diberikan penghapusan sanksi administrasi berupa bunga atas pajak yang tidak atau kurang dibayar

Tidak dilakukan pemeriksaan pajak, kecuali terdapat data atau keterangan yang menyatakan bahwa SPT tidak benar atau SPT menyatakan lebih bayar

Tidak dilakukan pemeriksaan, kecuali terdapat data atau keterangan yang menyatakan bahwa

SPT PPh tersebut tidak benar; atau SPT menyatakan lebih bayar atau SPT menyatakan rugi.

Dalam hal dilakukan pemeriksaan karena pengecualian di atas, Dirjen Pajak dapat menerbitkan SKP dan/atau STP atas seluruh kewajiban perpajakan

Data dan informasi yang tercantum dalam SPT PPh OP tidak dapat digunakan sebagai dasar untuk menerbitkan SKP atas pajak lainnya.

Data dan/atau informasi yang tercantum dalam SPT PPh OP tidak dapat digunakan sebagai dasar untuk menerbitkan SKP atas pajak lainnya

WP Lama: WP Orang Pribadi,

atau WP Badan

yang peroleh NPWP sebelum tahun 2008 dan sampaikan SPT pembetulan, termasuk penyampaian SPT yg belum pernah dilaporkan.

Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga atas keterlambatan pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan

Diberikan penghapusan sanksi administrasi berupa bunga atas keterlambatan pelunasan kekurangan pembayaran pajak (Ketentuan Pasal 8 ayat 2 dan 2a UU KUP 2007 tidak berlaku)

Diberikan penghapusan sanksi administrasi berupa bunga atas keterlambatan pelunasan kekurangan pembayaran pajak untuk pembetulan yang pertama kali

Tidak dilakukan pemeriksaan, kecuali terdapat data atau keterangan yang menyatakan bahwa pembetulan SPT PPh tersebut tidak benar. Dalam hal dilakukan pemeriksaan karena pengecualian di atas, Dirjen Pajak dapat menerbitkan SKP dan/atau STP atas seluruh kewajiban perpajakan.

Pemeriksaan dihentikan dalam hal SPT yang dibetulkan tersebut, termasuk kewajiban pajak lainnya, sedang dilakukan pemeriksaan, tapi SPHP (Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan) belum disampaikan. Pemeriksaan tetap dilakukan jika

Pemeriksaan dihentikan dalam hal terpenuhi kondisi seperti tersebut pada tabel di bawah ini

Page 7: Trik Jitu Dan Tips Praktis Menghadapi Pemeriksaan Pajak

Sunset Policy 4

Jenis WP Pasal 37A UU KUP 66/PMK.03/2008 Per-27/PJ/2008 & Per-30/PJ/2008 pemeriksaan dilakukan terhadap SPT atas pajak lainnya

yang menyatakan lebih bayar; atau ada pertimbangan tertentu dari Dirjen Pajak.

Data dan informasi yang tercantum dalam pembetulan SPT tidak dapat digunakan sebagai dasar untuk menerbitkan SKP atas pajak lainnya

Data dan/atau informasi yang tercantum dalam pembetulan SPT tidak dapat digunakan sebagai dasar untuk menerbitkan SKP atas pajak lainnya

Penghentian pemeriksaan pajak sebagai tindak lanjut pemberian fasilitas Sunset Policy, beserta pengecualiannya sesuai dengan Peraturan Dirjen Pajak No. Per-27/PJ/2008, Per-30/PJ/2008, dan SE-34/PJ/2008 dilakukan dalam hal sbb.: Kondisi 1 (SPT Tahunan PPh)

Kondisi 2 (SPT Lainnya) Fasilitas Pengecualian

SPT yang dibetulkan sedang diperiksa

Kewajiban pajak lainnya tidak diperiksa

Pemeriksaan tersebut dihentikan

Berdasarkan pertimbangan Dirjen Pajak, pemeriksaan tersebut tetap dilanjutkan, dalam hal pajak yang terutang berdasarkan pembetulan SPT Tahunan PPh lebih rendah dari pada pajak yang terutang berdasarkan

temuan sementara pemeriksaan yang didukung dengan bukti yang cukup (bukan hasil analisis) dan disetujui oleh atasan Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan; atau terdapat indikasi tindak pidana di bidang perpajakan (pemeriksaan bukti permulaan)

SPT yang dibetulkan sedang diperiksa

Kewajiban pajak lainnya sedang diperiksa juga

Pemeriksaan atas seluruh jenis pajak dihentikan

Pemeriksaan terhadap SPT jenis pajak lainnya yang menyatakan lebih bayar tetap dilanjutkan Berdasarkan pertimbangan Dirjen Pajak, pemeriksaan tersebut tetap dilanjutkan, dalam hal

- pajak yang terutang berdasarkan pembetulan SPT Tahunan PPh lebih rendah dari pada pajak yang terutang berdasarkan temuan sementara pemeriksaan yang didukung dengan bukti yang cukup (bukan hasil analisis) dan disetujui oleh atasan Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan; atau

- terdapat indikasi tindak pidana di bidang perpajakan (pemeriksaan bukti permulaan) SPT yang dibetulkan tidak sedang diperiksa

Kewajiban pajak lainnya sedang diperiksa

Pemeriksaan terhadap SPT jenis pajak lainnya dihentikan

Pemeriksaan tetap dilanjutkan terhadap SPT jenis pajak lainnya yang menyatakan lebih bayar, atau berdasarkan pertimbangan Dirjen Pajak bila terdapat indikasi tindak pidana di bidang perpajakan (pemeriksaan bukti

permulaan) Pemeriksaan yang telah dihentikan sehubungan dengan penerapan fasilitas sunset policy dapat dilanjutkan kembali atau

ditindaklanjuti dengan pemeriksaan bukti permulaan apabila terdapat data atau keterangan lain yang menunjukkan bahwa pembetulan SPT PPh, yang disampaikan oleh Wajib Pajak dalam rangka Pasal 37A UU KUP, ternyata tidak benar

Page 8: Trik Jitu Dan Tips Praktis Menghadapi Pemeriksaan Pajak

Sunset Policy 5

A. Grey Area dalam Sunset Policy 1. Ketentuan Pasal 37A UU KUP dengan peraturan pelaksanaannya tidak sinkron 2. Data Fasilitas pajak hanya berupa penghapusan sanksi bunga, sedangkan sanksi administrasi

lainnya berupa kenaikan dan denda masih tetap bisa ditagih. 3. Pertimbangan Dirjen Pajak untuk tetap melanjutkan pemeriksaan bisa bersifat subjektif untuk

masing-masing petugas pajak 4. Data dan informasi yang tercantum dalam pembetulan SPT masih dapat digunakan sebagai

dasar untuk menerbitkan STP atas pajak lainnya 5. Wajib pajak belum bisa tidur nyenyak sebelum daluwarsa terpenuhi karena pemeriksaan bisa

dilakukan kembali dengan “alasan” data/keterangan di dalam SPT tidak benar 6. Pembetulan SPT yang tidak berakibat perubahan pajak terutang tidak diatur secara tegas. 7. Pembetulan SPT suatu wajib pajak bisa dijadikan sebagai dasar penentuan adanya

data/keterangan lain bagi wajib pajak lainnya. B. Tax Amnesty dalam Sunset Policy Di samping masih adanya grey area dalam pelaksanaan sunset policy, pengampunan pajak juga ternyata ada di dalam kebijakan penghapusan sanksi bunga tersebut. Hal ini terlihat dari ilustrasi proses ekualisasi objek pajak berikut ini.

Uraian Sebelum pembetulan (Rp)

Setelah pembetulan (Rp) Selisih (Rp)

1. Pendapatan usaha menurut SPT PPh Badan 100.000.000.000 120.000.000.000 20.000.000.000 2. Penyerahan menurut SPT PPN 100.000.000.000 100.000.000.000 0 3. Selisih ekualisasi (1-2) 0 20.000.000.000 20.000.000.000 4. PPh Badan (1 x 30%) 30.000.000.000 36.000.000.000 6.000.000.000 5. PPN (2 x 10%) 10.000.000.000 10.000.000.000 0 1. Berdasarkan pembetulan di atas, PPh Badan sebesar Rp 6 milyar telah disetor sesuai

ketentuan. 2. Sesuai ketentuan, data dan informasi yang tercantum dalam SPT PPh Badan di atas tidak

dapat digunakan sebagai dasar untuk menerbitkan SKP atas pajak lainnya. 3. Dengan demikian, kekurangan bayar PPN sebesar 10% x Rp 20 milyar = Rp 2 milyar tidak

perlu dibayar karena kantor pajak tidak akan menerbitkan SKP, sepanjang tidak ada keterangan lain.

4. Apakah sanksi denda karena tidak menerbitkan faktur pajak standar sebesar 2% x DPP = 2% x Rp 20 milyar = Rp 400 juta tidak ditagih? Berdasarkan ketentuan di atas, secara eksplisit sanksi denda sesuai Pasal 14 ayat 4 UU KUP tersebut masih tetap bisa ditagih.

Page 9: Trik Jitu Dan Tips Praktis Menghadapi Pemeriksaan Pajak

Sunset Policy 6

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE – 67 /PJ/2008

TENTANG

PEMANFAATAN DATA ATAU KETERANGAN YANG BERKAITAN DENGAN SPT TAHUNAN PAJAK

PENGHASILAN YANG DISAMPAIKAN WAJIB PAJAK DALAM RANGKA PELAKSANAAN PASAL 37A UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BESERTA KETENTUAN

PELAKSANAANNYA

DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Sehubungan dengan pelaksanaan Sunset Policy berdasarkan Pasal 37A Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yang ketentuan pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 66/PMK.03/2008, Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 27/PJ/2008 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 30/PJ/2008, Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-33/PJ/2008 tanggal 27 Juni 2008 serta Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor 34/PJ/2008 tanggal 27 Juni 2008 maka untuk memberi kepastian hukum terhadap Wajib Pajak yang telah menyampaikan atau membetulkan SPT Tahunan dalam rangka Sunset Policy dengan ini perlu diberikan penegasan mengenai prosedur usulan pemeriksanaan terhadap SPT Wajib Pajak yang disampaikan dalam rangka Sunset Policy sebagai berikut:

I. Umum

1. SPT Tahunan PPh yang disampaikan dalam rangka Sunset Policy tidak dilakukan pemeriksaankecuali terdapat data atau keterangan, selain data atau keterangan yang terdapat dalam SPTTahunan PPh, yang menunjukkan bahwa SPT Tahunan PPh dalam rangka Sunset Policy tersebut tidak benar. Oleh karena itu, data dan/atau informasi dalam SPT Tahunan PPh dalam rangkaSunset Policy tidak dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan pemeriksaan terhadap SPTWajib Pajak yang bersangkutan.

2. Data atau keterangan yang dapat ditindaklanjuti adalah data atau keterangan (bukan dari hasilanalisis) yang berkaitan dengan perpajakan :

a. yang diperoleh dari instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak lain; atau b. yang berasal dari pihak lawan transaksi,

yang belum tercakup dalam SPT Tahunan PPh dalam rangka Sunset Policy 3. Pemeriksaaan terhadap SPT Tahunan PPh yang disampaikan dalam rangka Sunset Policy karena

adanya data atau keterangan sebagaimana dimaksud pada angka 2 hanya dapat dilakukanberdasarkan pertimbangan Direktur Jenderal Pajak sebagaimana diatur dalam Surat EdaranDirektur Jenderal Pajak ini.

II. Prosedur pemanfaatan data atau keterangan

Apabila Kantor Pelayanan Pajak memperoleh data atau keterangan (bukan dari hasil analisis), data atau keterangan tersebut terlebih dahulu ditindaklanjuti dengan melaksanakan kegiatan persuasif melalui kegiatan konseling, Adapun prosedur pemanfaatan data atau keterangan tersebut dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Account Representative melakukan penelitian terhadap data atau keterangan tersebut untuk menyakini bahwa data atau keterangan tersebut belum tercakup dalam SPT Tahunan PPh dalam rangka Sunset

Page 10: Trik Jitu Dan Tips Praktis Menghadapi Pemeriksaan Pajak

Sunset Policy 7

Policy. Penelitian dilakukan dengan mempelajari berkas Wajib Pajak dan membandingkan data atau keterangan tersebut dengan SPT Tahunan PPh dalam rangka Sunset Policy.

2. Dalam hal berdasarkan penelitian diyakini bahwa data atau keterangan tersebut telah tercakup dalam SPT Tahunan PPh dalam rangka Sunset Policy, maka Account Representative dapat langsung mengusulkan agar kasusu tersebut tidak ditindaklanjuti dengan konseling atau pemeriksaan.

3. Dalam hal berdasarkan penelitian diyakini bahwa data atau keterangan tersebut belum tercakup dalam SPT Tahunan PPh dalam rangka Sunset Policy, maka harus dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : a. Account Representative mengirimkan Surat Himbauan/Klarifikasi kepada Wajib Pajak dalam hal

terdapat indikasi bahwa SPT Tahunan PPh dalam rangka Sunset Policy tidak benar. Contoh Surat Himbauan/Klarifikasi terdapat dalam Lampiran 1 Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini.

b. Terhadap Wajib Pajak yang melakukan klarifikasi, Account Representative melaksanakan konseling dengan tata cara sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomro 170/PJ/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Konseling Terhadap Wajib Pajak Sebagai Tindak Lanjut Surat Himbauan, dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Dalam melaksanakan konseling Account Representative didampingi oleh Kepala SeksiPengawasan dan Konsultasi atau Kepala Kantor sesuai dengan materialitas data atauketerangan.

2) Dalam hal Wajib Pajak menyampaikan sanggahan atau klarifikasi dan sanggahan tersebutdidukung oleh bukti-bukti kuat yang menunjukkan data atau keterangan sudah termasuk dalam SPT Tahunan PPh, maka Account Representative dapat langsung mengusulkan agarkasus tersebut tidak ditindaklanjuti dengan pemeriksaan.

3) Dalam hal Wajib Pajak menyampaikan sanggahan atau klarifikasi dan sanggahan tersebuttanpa didukung oleh bukti-bukti kuat sehingga tidak dapat diyakini bahwa data tersebut sudahtercakup dalam SPT Tahunan PPh dan Wajib Pajak bersedia membetulkan ataumengungkapkan ketidakbenaran SPT, maka Acccount Representative mengawasipelaksanaan pembetulan atau pengungkapan ketidakbenaran SPT.

4) Dalam hal Wajib Pajak tidak memberikan klarifikasi namun menyampaikan pembetulan ataupengungkapan ketidakbenaran SPT, maka Account Representative mengawasi pelaksanaanpembetulan atau pengungkapan ketidakbenaran SPT.

5) Dalam hal Wajib Pajak bersedia membetulkan atau mengungkapkan ketidakbenaran SPTnamun sampai dengan jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal pelaksanaankonseling berakhir ternyata Wajib Pajak tidak membetulkan atau mengungkapkanketidakbenaran SPT, maka Account Representative mengusulkan pemeriksaan khusus.

6) Dalam hal Wajib Pajak menyampaikan sanggahan atau klarifikasi dan sanggahan tersebut tanpa didukung oleh bukti-bukti kuat sehingga tidak dapat diyakini bahwa data tersebut sudahtercakup dalam SPT Tahunan PPh dan Wajib Pajak tidak bersedia membetulkan ataumengungkapkan ketidakbenaran SPT, maka Acccount Representative mengusulkanpemeriksaan khusus.

c. Dalam hal Wajib Pajak membetulkan atau mengungkapkan ketidakbenaran SPT tidak sesuai dengan Surat Himbauan/Klarifikasi atau hasil klarifikasi dengan Account Representative, terhadap Wajib Pajak yang bersangkutan dilakukan Himbauan/Klarifikasi berikutnya (ulang).

4. Dalam hal Wajib Pajak tidak merespon Surat Himbauan/Klarifikasi, maka Account Representative mengusulkan pemeriksaan khusus.

III. Tata cara pengusulan pemeriksaan terhadap SPT dalam rangka Sunset Policy

1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak mengusulkan pemeriksaan khusus kepada Kepala Kantor Wilayah atasannya.

Page 11: Trik Jitu Dan Tips Praktis Menghadapi Pemeriksaan Pajak

Sunset Policy 8

2. Kepala Kantor Wilayah meneliti usulan pemeriksaan khusus yang diajukan Kepala Kantor Pelayanan Pajak untuk menentukan tindak lanjut usulan tersebut. Apabila usulan Kepala Kantor Pelayanan Pajak diterima maka Kepala Kantor Wilayah mengajukan usul pemeriksaan khusus kepada Direktur Pemeriksaan dan Penagihan.

3. Direktur Pemeriksaan dan Penagihan meneliti usulan pemeriksaan khusus yang diajukan Kepala Kantor Wilayah dan menerbitkan surat persetujuan pemeriksaan khusus kepada Unit Pelaksana Pemeriksaan yang ditunjuk atas usulan yang disetujui.

4. Penelitian terhadap usulan pemeriksaan khusus yang diajukan oleh Kepala Kantor Wilayah dilakukan oleh tim yang terdiri dari : a. Direktur Pemeriksaan dan Penagihan. b. Direktur Intelijen dan Penyidikan. c. Direktur Potensi Kepatuhan dan Penerimaan. d. Direktur Teknologi Informasi Perpajakan. e. Kepala Pusat Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan.

Demikian untuk dilaksanakan dengan penuh rasa tanggungjawab. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 2 Desember 2008 Direktur Jenderal ttd. Darmin Nasution NIP 130605098 Tembusan:

1. Sekretaris Direktorat Jenderal Pajak; 2. Para Direktur dan Tenaga Pengkaji di Lingkungan kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak; 3. Kepala Pusat Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan.

Page 12: Trik Jitu Dan Tips Praktis Menghadapi Pemeriksaan Pajak

Sunset Policy 9

Lampiran I Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE – 67 /PJ/2008 Tentang : 2 Desember 2008

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KANTOR WILAYAH DJP ........ KANTOR PELAYANAN PAJAK .............

Jalan......... Telp ............

Fax .............

Nomor : S - Lampiran : Lembar Sifat : Sangat Segera Hal : Himbauan/Klarifikasi

..................................... Yth ...................... NPWP .................. Jl. ....................... Berdasarkan data pada administrasi kami, terdapat perbedaan sebagai berikut : ........................................................................................................................................... ........................................................................................................................................... ........................................................................................................................................... ........................................................................................................................................... .............................................................................................. Berdasarkan hal tersebut, diminta agar Saudara datang untuk mengklarifikasi perbedaan tersebut kepada kami paling lama 14 (empat belas) hari sejak tanggal surat ini, bertemu dengan : Account Representative : Nomor Telepon : Tempat : Pukul : Kepedulian dan peran aktif Saudara dalam melaksanakan kewajiban perpajakan sangat kami hargai. Kepala Kantor ................... NIP .............

Page 13: Trik Jitu Dan Tips Praktis Menghadapi Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan Pajak 10

BBBAAABBB IIIIII PPPEEEMMMEEERRRIIIKKKSSSAAAAAANNN PPPAAAJJJAAAKKK

Pengertian Pemeriksaan Dasar hukum pemeriksaan adalah Pasal 29, 29A, 30, dan 31 UU KUP 2007 serta Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak yang berlaku 1 Januari 2008. 1. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan,

dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2. Pemeriksaan Lapangan adalah pemeriksaan yang dilakukan di tempat kedudukan, tempat

kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, tempat tinggal Wajib Pajak, atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak.

3. Pemeriksaan Kantor adalah Pemeriksaan yang dilakukan di kantor Direktorat Jenderal Pajak.

Tujuan Pemeriksaan Sesuai dengan Peraturan Menkeu No. 199/PMK.03/2007, Dirjen Pajak berwenang melakukan pemeriksaan 1. untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau 2. untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan

Ruang Lingkup Pemeriksaan 1. Ruang lingkup Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan

dapat meliputi satu, beberapa, atau seluruh jenis pajak, baik untuk satu atau beberapa Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak dalam tahun-tahun lalu maupun tahun berjalan.

2. Ruang lingkup Pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan dapat meliputi penentuan, pencocokan, atau pengumpulan materi yang berkaitan dengan tujuan Pemeriksaan.

Kriteria & Jenis Pemeriksaan A. Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan

Kriteria Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Wajib Pajak mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak Pemeriksaan Kantor atau

Page 14: Trik Jitu Dan Tips Praktis Menghadapi Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan Pajak 11

Kriteria Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B Undang-Undang KUP Pemeriksaan Lapangan

Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar, termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak

Pemeriksaan Lapangan

Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan rugi Pemeriksaan Lapangan Wajib Pajak tidak menyampaikan atau menyampaikan Surat Pemberitahuan tetapi

melampaui jangka waktu yang telah ditetapkan dalam Surat Teguran Pemeriksaan Lapangan

Wajib Pajak melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran, atau akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya

Pemeriksaan Lapangan

Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi berdasarkan hasil analisis risiko (risk based selection) mengindikasikan adanya kewajiban perpajakan Wajib Pajak yang tidak dipenuhi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

Pemeriksaan Lapangan

Apabila dalam Pemeriksaan Kantor ditemukan indikasi transaksi yang terkait dengan tranfer pricing dan/atau transaksi khusus lain yang berindikasi adanya rekayasa transaksi keuangan, pelaksanaan Pemeriksaan Kantor diubah menjadi Pemeriksaan Lapangan. B. Pemeriksaan untuk tujuan lain

Kriteria Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan 1. pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan; 2. penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak; 3. pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak; 4. Wajib Pajak mengajukan keberatan; 5. pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan Ph Neto; 6. pencocokan data dan/ atau alat keterangan; 7. penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil; 8. penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai; 9. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak; 10. penentuan saat produksi dimulai atau memperpanjang jangka waktu kompensasi

kerugian sehubungan dengan pemberian fasilitas perpajakan; dan/atau 11. memenuhi permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian Penghindaran Pajak

Berganda

Pemeriksaan Kantor atau Pemeriksaan Lapangan

Jenis & Jangka Waktu Pemeriksaan A. Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan

Jenis Pemeriksaan Jangka Waktu Pemeriksaan Pemeriksaan Kantor Jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 6

(enam) bulan yang dihitung sejak tanggal Wajib Pajak datang memenuhi surat panggilan dalam rangka Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan

Jangka waktu di atas harus memperhatikan jangka waktu penyelesaian permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak

Pemeriksaan Lapangan

Jangka waktu paling lama 4 (empat) bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 8 (delapan) bulan yang dihitung sejak tanggal Surat Perintah Pemeriksaan sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan

Apabila ditemukan indikasi transaksi yang terkait dengan transfer pricing dan/atau transaksi khusus lain yang berindikasi adanya rekayasa transaksi keuangan yang memerlukan pengujian yang lebih mendalam serta memerlukan waktu yang lebih lama, Pemeriksaan Lapangan dilaksanakan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun

B. Pemeriksaan untuk tujuan lain

Page 15: Trik Jitu Dan Tips Praktis Menghadapi Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan Pajak 12

Jenis Pemeriksaan Jangka Waktu Pemeriksaan Pemeriksaan Kantor Jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 14 (empat

belas) hari yang dihitung sejak tanggal Wajib Pajak datang memenuhi surat panggilan dalam rangka Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan

Pemeriksaan Lapangan

Jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 4 (empat) bulan yang dihitung sejak tanggal Surat Perintah Pemeriksaan sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan

Dalam hal pemeriksaannya terkait dengan penghapusan NPWP, jangka waktu Pemeriksaan di

atas harus memperhatikan jangka waktu penyelesaian permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (7) Undang-Undang KUP.

Dalam hal pemeriksaannya terkait dengan pengukuhan atau pencabutan pengukuhan

Pengusaha Kena Pajak karena permohonan Pengusaha Kena Pajak, jangka waktu Pemeriksaan di atas memperhatikan jangka waktu penyelesaian permohonan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (9) Undang-Undang KUP.

Penyusunan Kertas Kerja Pemeriksaan Wajib pajak menyusun SPT PPh Badan berdasarkan laporan keuangan, khususnya laporan laba rugi baik yang diaudit atau tidak diaudit oleh kantor akuntan publik, seperti terlihat dalam skema di bawah ini.

Dokumen sumber Jurnal Buku Besar

Laba Rugi Komersial

Rekonsiliasi Fiskal

Laba Rugi Fiskal

Koreksi Fiskal

Koreksi Positif

Koreksi Negatif

Beda Tetap

Beda Waktu

Beda Tetap

Beda Waktu PSAK 46

Dalam pemeriksaan pajak, proses yang dilakukan oleh pemeriksa pajak dalam penyusunan kertas kerja pemeriksaan adalah: 1. melakukan trace back, yaitu angka-angka yang ada di SPT PPh Badan ditelusur balik ke

laporan keuangan komersial, baik audited maupun unaudited. 2. mem-breakdown angka-angka di laporan keuangan ke dalam angka-angka yang tercantum di

buku besar.

Page 16: Trik Jitu Dan Tips Praktis Menghadapi Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan Pajak 13

3. menyusun kembali cara penghitungan pajak yang telah dilakukan oleh wajib pajak. 4. mengelompokkan akun-akun di buku besar sesuai dengan objek PPh yang sesuai. 5. melakukan pengujian dan penelusuran akun secara detil per transaksi.

Nama akun Kode Akun Ref LR

Komersial Koreksi Fiskal

SPT/Wajib Pajak Pemeriksa Koreksi

PPh Badan A Peredaran usaha 40000 A.1 10.000.000 0 10.000.000 12.000.000 2.000.000 Harga pokok penjualan 50000 A.2 (8.000.000) 0 (8.000.000) 7.000.000 1.000.000 Laba bruto usaha 2.000.000 0 2.000.000 5.000.000 3.000.000 Biaya usaha 60000 A.3 1.200.000 (100.000) 1.100.000 900.000 200.000 Laba usaha 800.000 100.000 900.000 4.100.000 3.200.000 Penghasilan dari luar usaha 70000 A.4 (150.000) 0 (150.000) (150.000) 0 Penghasilan neto 650.000 0 750.000 3.950.000 3.200.000 Kompensasi Rugi A.5 (700.000) 0 (700.000) (600.000) 100.000 Penghasilan kena pajak (50.000) 0 50.000 3.350.000 3.300.000 PPh Badan (30%) A.6 0 15.000 15.000 1.005.000 990.000 Kredit pajak A.7 (15.000) 0 (15.000) (5.000) 10.000 PPh kurang (lebih) bayar 0 0 0 1.000.000 1.000.000 Sanksi administrasi 0 0 0 480.000 480.000 PPh masih harus (lebih) dibayar 0 0 0 1.480.000 1.480.000

PPh Pasal 21 B Objek pajak B.1 1.000.000 0 1.000.000 1.200.000 200.000 PPh terutang B.2 100.000 0 100.000 120.000 20.000 Kredit pajak B.3 (100.000) 0 (100.000) (100.000) 0 PPh kurang (lebih) bayar 0 0 0 20.000 20.000 Sanksi administrasi B.4 0 0 0 9.600 9.600 PPh masih harus (lebih) dibayar 0 0 0 29.600 29.600

PPh Pasal 23 C Objek pajak C.1 2.000.000 0 2.000.000 2.400.000 400.000 PPh terutang C.2 200.000 0 200.000 240.000 40.000 Kredit pajak C.3 (200.000) 0 (200.000) (190.000) 10.000 PPh kurang (lebih) bayar 0 0 0 50.000 50.000 Sanksi administrasi C.4 0 0 0 24.000 24.000 PPh masih harus (lebih) dibayar 0 0 0 74.000 74.000

PPh Pasal 26 D Objek pajak D.1 2.000.000 0 2.000.000 2.400.000 400.000 PPh terutang D.2 200.000 0 200.000 240.000 40.000 Kredit pajak D.3 (200.000) 0 (200.000) (190.000) 10.000 PPh kurang (lebih) bayar 0 0 0 50.000 50.000 Sanksi administrasi D.4 0 0 0 24.000 24.000 PPh masih harus (lebih) dibayar 0 0 0 74.000 74.000

PPh Pasal 4(2) E Objek pajak E.1 1.000.000 0 1.000.000 1.200.000 200.000 PPh terutang E.2 100.000 0 100.000 120.000 20.000 Kredit pajak E.3 (100.000) 0 (100.000) (100.000) 0 PPh kurang (lebih) bayar 0 0 0 20.000 20.000 Sanksi administrasi E.4 0 0 0 9.600 9.600 PPh masih harus (lebih) dibayar 0 0 0 29.600 29.600

Page 17: Trik Jitu Dan Tips Praktis Menghadapi Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan Pajak 14

Nama akun Kode Akun Ref LR

Komersial Koreksi Fiskal

SPT/Wajib Pajak Pemeriksa Koreksi

PPh Pasal 15 F Objek pajak F.1 1.000.000 0 1.000.000 1.000.000 0 PPh terutang F.2 12.000 0 12.000 12.000 0 Kredit pajak F.3 (100.000) 0 (100.000) (100.000) 0 PPh kurang (lebih) bayar 0 0 0 0 0 Sanksi administrasi F.4 0 0 0 0 0 PPh masih harus (lebih) dibayar 0 0 0 0 0

Teknik Pemeriksaan PPh Badan 1. Melakukan evaluasi.

a. Menilai kebenaran formal SPT PPh, yang pada prinsipnya menyangkut informasi umum dalam SPT.

b. Menilai kelengkapan SPT yang menyangkut lampiran-lampiran. c. Menilai sistem pengendalian intern.

2. Analisis angka-angka.

a. Teknik perbandingan. b. Analisis rasio. c. Analisis varians dan norma.

3. Melacak angka-angka dan dokumen.

a. Cek nama orang/badan yang mengeluarkan dokumen yang bersangkutan. b. Cek tanggal pembuatan dokumen. c. Cek keaslian dokumen.

4. Pengujian kaitan.

a. Pengujian kaitan atas dokumen dasar (source control). b. Pengujian kaitan jumlah-jumlah fisik.

1) Arus barang. a) Penjualan dalam unit = saldo awal persediaan + pembelian – saldo akhir. b) Penjualan dalam rupiah = penjualan dalam unit x harga jual per unit. Apabila harga jual per unit berfluktuasi sepanjang tahun, dapat digunakan harga jual rata-rata, tetapi hasil perkaliannya hanya bersifat pendekatan.

2) Arus uang (Saldo akhir kas/bank + pengeluaran kas/bank – saldo awal kas/bank = penerimaan kas/bank).

3) Arus piutang usaha. a) Penjualan kredit = saldo akhir + pelunasan piutang usaha – saldo awal. b) Total penjualan = penjualan tunai + penjualan kredit.

4) Arus utang. a) Pembelian kredit = saldo akhir + pelunasan utang usaha – saldo awal. b) Total pembelian = pembelian tunai + pembelian kredit.

5. Pengujian atas mutasi setelah tanggal neraca, khususnya terhadap akun-akun yang terkait

dengan penjualan dan pembelian (piutang dan utang).

Page 18: Trik Jitu Dan Tips Praktis Menghadapi Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan Pajak 15

6. Pemanfaatan informasi pihak ketiga. 7. Pengujian fisik. 8. Melakukan inspeksi. 9. Melakukan konfirmasi. 10. Melakukan ekualisasi dengan objek PPN. Khusus untuk proses ekualisasi antara peredaran usaha menurut SPT PPh Badan dan nilai penyerahan yang telah dilaporkan dalam SPT Masa PPN Januari-Desember, tekniknya diuraikan lebih detil dalam tabel matriks berikut ini.

Teknik Deskripsi Ekualisasi Jika ada selisih dari hasil ekualisasi, hal tsb bisa disebabkan oleh

1. selisih kurs antara kurs pajak di SPT PPN dan kurs tengah BI/kurs perusahaan utk SPT PPh Badan

2. diskon (di SPT PPh muncul terpisah setelah penjualan bruto, tapi di SPT Masa tidak muncul karena sudah di-offset dengan nilai penyerahan)

3. uang muka penjualan (di SPT PPN dilaporkan sbg penyerahan terutang PPN, tapi di SPT PPh Badan dilaporkan di neraca)

4. adanya perbedaan pengakuan pendapatan (revenue) dan penjualan (sales) 5. beda waktu penerbitan invoice komersial dengan faktur pajak standar, khususnya untuk bulan

Desember dan Januari tahun berikutnya 6. beda waktu penerbitan invoice komersial dengan faktur standar, khususnya untuk transaksi jasa

konstruksi yang menggunakan termijn pembayaran. Dalam hal ini FP standar boleh diterbitkan paling lambat pada saat uang diterima (lihat Per-159/PJ./2006)

7. pemakaian sendiri dan/atau pemberian Cuma-Cuma 8. penyerahan yang terutang PPN dilaporkan sebagai other income di SPT PPh Badan 9. pendapatan yang diakui berdasarkan amortisasi unearned revenue (misalnya pembayaran sewa

gedung yang dibayarkan di awal periode dan PPN-nya langsung terutang pada saat itu, tapi pengakuan pendapatannya dilakukan secara bertahap selama termin yang disepakati)

10. ada reimbursement ke customer yang dikenakan PPN, padahal reimbursement tidak dilaporkan sbg penjualan, tapi mengurangi biaya penjual atau pemberi jasa

Nomor urut faktur pajak

Jika ada nomor yang loncat, kemungkinan yang muncul adalah FP sudah terbit, tapi belum dilaporkan FP sudah terbit, tapi batal FP memang belum diterbitkan

Gross-up kredit pajak

Misal, PT Pemberi Jasa mengakui kredit pajak di tahun 2006 sebesar Rp 1,2 M di SPT PPh Badan. Berdasarkan metode ini, diketahui tarif withholding tax-nya 6%, omzet penjualannya dapat diketahui sebesar Rp 20 M. Jika hal ini terjadi, PT Pemberi Jasa harus bisa menjelaskan bukti potong th 2006 yang terkait dgn pendapata di 2005 serta pendapatan di 2006 yang bukti potongnya diterima di 2007

Teknik Pemeriksaan PPh Pasal 21 1. Peroleh dan lakukan analisis gambaran umum perusahaan pemotong pajak. 2. Nilai dan analisis angka-angka SPT PPh Pasal 21.

a. Menilai SPT. 1) Kebenaran formal. 2) Kelengkapan SPT.

b. Analisis angka-angka SPT. 1) Bandingkan formulir 1721-A tahun yang diperiksa dengan tahun sebelumnya. 2) Analisis status keluarga dari masing-masing karyawan. 3) Lakukan tes perhitungan PPh Pasal 21 terutang secara sampling. 4) Pelajari laporan pemeriksaan pajak PPh Pasal 21 tahun sebelumnya, jika ada.

Page 19: Trik Jitu Dan Tips Praktis Menghadapi Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan Pajak 16

5) Bandingkan item formulir 1721-A1 tahun yang diperiksa dengan tahun-tahun sebelumnya.

6) Analisis bukti potong PPh Pasal 21. 7) Bandingkan gaji/upah/tunjangan lainnya yang dicantumkan dalam formulir 1721-A1

dengan jumlah gaji/upah/tunjangan lainnya pada Laporan Laba Rugi. 8) Lakukan analisis prosentasi gaji/upah/tunjangan lainnya terhadap penjualan/harga

pokok penjualan/biaya administrasi dan umum (secara horizontal dan vertikal) bila unsur biaya tenaga kerja merupakan faktor dominan, khususnya untuk perusahaan jasa.

c. Pelajari dan analisis data dan informasi lainnya, seperti peraturan penggajian. d. Buat ikhtisar dan kesimpulan.

General Ledger With Tax Allowance

Balance Non Tax Objects Tax Objects

8000 6 Personnel expenses 80150 0 Wages & sal. - working time 3.067.945.223 0 3.067.945.22380160 0 Allowances 92.782.308 0 92.782.30880170 0 Bonuses 198.390.923 0 198.390.92380180 0 Income Tax Allowance 373.787.572 0 373.787.57280181 0 Debit fringe benefit 218.585.132 218.585.132 080190 0 Severance 121.983.296 0 121.983.29680200 0 Severance - tax allowance 11.232.346 0 11.232.34680240 0 Jamsostek *) 30.291.531 26.433.647 3.857.88480250 0 Insurance - Hospital 22.313.745 0 22.313.74580260 0 Insurance - Travel 112.278.174 0 112.278.17480270 0 Insurance - GPA 3.241.038 0 3.241.03880280 0 Expats Pension Contrib 317.696.005 317.696.005 080290 0 Expat Social Sec. Contrib 16.408.384 16.408.384 080520 0 Medical claim 29.975.006 0 29.975.00680545 0 Expats Visa & Permits 64.634.382 64.634.382 080580 0 Apartment rents & expenses 438.969.068 438.969.068 0Total Objek pajak per GL 5.120.514.134 1.082.726.619 4.037.787.514

Objek Pajak per Payroll- Pegawai tetap 3.819.263.259 - pegawai tidak tetap 133.215.642 - total objek pajak per payroll 3.952.478.901 Selisih objek pajak per GL dan per payroll 85.308.614

PPh terutang atas Ph pegawai tetap 981.543.754 PPh telah disetor atas Ph pegawai tetap (982.569.679) PPh kurang (lebih) bayar (1.025.925)

Acc# Description

*) Untuk iuran Jamsostek, JHT merupakan non objek PPh, sedangkan JKK dan JKM merupakan Objek PPh

Teknik Pemeriksaan PPh Pasal 23 A. Teknik Penentuan Saat Terutang Pajak

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, ketentuan Pasal 8 Peraturan Pemerintah No. 138 Tahun 2000 menjelaskan bahwa pemotongan PPh oleh pihak-pihak sebagaimana dimaksud

Page 20: Trik Jitu Dan Tips Praktis Menghadapi Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan Pajak 17

dalam Pasal 23 UU PPh, terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran atau akhir bulan terutangnya penghasilan yang bersangkutan, tergantung peristiwa yang terjadi terlebih dahulu. Sementara itu, penjelasan Pasal 8 ini memberikan informasi tambahan sbb.:

1. Ketentuan di atas mengatur tentang batas waktu pelaksanaan kewajiban pemotongan dan

pemungutan pajak atas penghasilan sebagaimana diatur dalam Pasal 23 UU PPh yang dikaitkan dengan saat pembayaran atau saat terutangnya penghasilan.

2. Saat terutangnya penghasilan tersebut lazimnya adalah pada:

a. saat jatuh tempo (seperti : bunga dan sewa), b. saat tersedia untuk dibayarkan (seperti : gaji dan dividen), c. saat yang ditentukan dalam kontrak/perjanjian atau faktur (seperti : royalti, imbalan

jasa teknik/jasa manajemen/jasa lainnya), atau d. saat tertentu lainnya.

3. Saat terutangnya penghasilan tersebut juga ditentukan berdasarkan saat pengakuan

biaya sesuai dengan metode pembukuan yang dianut oleh pihak yang berkewajiban memotong atau memungut PPh.

4. Pada prinsipnya, saat yang menentukan kapan kewajiban pemotongan dan pemungutan

Pajak Penghasilan harus dilaksanakan adalah mana yang lebih dulu terjadi, saat pembayaran atau saat terutangnya penghasilan.

5. Untuk kemudahan, pelaksanaan pemotongan pajak dapat dilakukan pada saat terjadi

pembayaran, walaupun sesuai dengan ketentuan saat terutangnya pemotongan pajak tersebut terjadi pada akhir bulan pembayaran.

Mencermati ketentuan di atas, sedikit terdapat kontradiksi antara isi pasal dan memori penjelasan. Butir 5 di atas masih memungkinkan wajib pajak melakukan pemotongan PPh pada saat terjadi pembayaran meskipun pengakuan biayanya telah dilakukan sebelumnya. Di dalam praktik, seringkali dijumpai pemeriksa pajak menggunakan metode mana yang lebih dulu antara pengakuan biaya dan pembayaran.

B. Teknik Ekualisasi Objek Pajak dengan Saldo Biaya di Laporan Laba Rugi

Teknik ini menandingkan objek pajak yang dicatat di buku besar (lihat kolom pemeriksa pada tabel di bawah ini) dengan objek pajak yang telah dilaporkan wajib pajak dalam SPT Masa PPh Pasal 23 untuk masa Januari-Desember (lihat kolom wajib pajak).

Kode Akun Nama Akun Biaya Ref Wajib Pajak Pemeriksa Koreksi

OBJEK PAJAK

51012101 Perawatan & Perbaikan Komputer 21.987.000 21.987.000 51012102 Jasa Perawatan Alat Kantor &

Gedung P23-1 315.420.000 315.420.000

51012201 Telepon & Internet 49.440.000 49.440.000 51012202 Printing & Stationery 42.000.000 42.000.000 51012203 Sewa Furnitur 40.800.000 40.800.000 51012204 Sewa Crane 37.200.000 37.200.000 51012205 Jasa Pengurusan Dokumen 21.000.000 21.000.000

Page 21: Trik Jitu Dan Tips Praktis Menghadapi Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan Pajak 18

Kode Akun Nama Akun Biaya Ref Wajib Pajak Pemeriksa Koreksi 51012206 Keamanan Kantor 72.000.000 72.000.000 51012207 Katering 54.000.000 54.000.000 51012208 Kebersihan 40.800.000 40.800.000 51012301 Iklan & Promosi P23-2 187.146.955 187.146.955 51012302 Komisi Penjualan P23-3 150.000.000 150.000.000 51012303 Packaging & Pengiriman 36.000.000 36.000.000 51012304 Sewa Kendaraan 96.000.000 96.000.000 51012401 Rekrutmen dan Pelatihan 29.000.000 29.000.000 51012402 Sewa Container P23-4 150.000.000 150.000.000 51012403 Legal 87.500.000 87.500.000 51012404 Audit 45.000.000 45.000.000 51012405 Sub Kontrak Tenaga Kerja 30.000.000 30.000.000 51012406 Konsultan 44.000.000 44.000.000 51012407 Royalti 235.000.000 235.000.000

Objek Pajak menurut SPT 1.175.500.000 0 (1.175.500.000) Jumlah Objek Pajak 1.175.500.000 1.784.293.955 608.793.955 PAJAK TERUTANG

Tarif 1,5% 1.062.000 1.422.000 360.000 Tarif 2% 3.960.000 6.120.000 2.160.000 Tarif 3% 1.760.000 1.760.000 0 Tarif 6% 12.037.500 42.142.228 30.104.728 Tarif 7,5% 4.752.000 16.200.000 11.448.000 Tarif 15% 30.000.000 35.250.000 5.250.000 Jumlah Pajak Terutang 53.571.500 102.894.228 49.322.728 PAJAK TELAH DISETOR 53.571.500 53.571.500 0 PAJAK KURANG (LEBIH)

BAYAR 0 49.322.728 49.322.728

Pendekatan yang dilakukan pemeriksa biasanya didasarkan pada account base seperti terlihat di atas. Selanjutnya, pemeriksa menyerahkan temuan sementara di atas ke wajib pajak untuk dilakukan “pembuktian terbalik”. Artinya, jika wajib pajak tidak dapat membuktikan objek pajak menurut pemeriksa, dianggap bahwa angka menurut pemeriksa tersebut akan menjadi dasar penerbitan SKPKB.

Untuk membantah temuan pajak sesuai kertas kerja pemeriksaan (KKP) di atas, wajib pajak harus melakukan pendekatan sbb.:

1. merinci seluruh transaksi yang tergabung dalam akun-akun di atas. 2. merinci bukti potong berdasarkan jenis jasa dan vendor, lalu mengaitkan dengan journal

voucher yang menjadi dasar pencatatan transaksi di buku besar. Alangkah baiknya, di dalam bukti potong PPh Pasal 23 tercantum nama akun dan nomor FP Masukan di kiri bawah. Dengan demikian, proses pencocokan bukti potong, jurnal, voucher, dan FP Masukan bisa lebih cepat.

3. me-match-kan setiap transaksi yang dicatat di akun-akun di atas dengan bukti potong yang dilaporkan dalam SPT PPh Pasal 23. Karena itu, untuk mempermudah proses “pembuktian terbalik”, wajib pajak perlu memberikan kode transaksi tertentu pada bukti potong atau sebaliknya membubuhkan kode bukti potong di dalam detail GL.

Page 22: Trik Jitu Dan Tips Praktis Menghadapi Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan Pajak 19

C. Teknik Pemisahan antara Material dan Jasa dalam Invoicing

Dengan mengacu pada ketentuan serta tabel ilustrasi KKP PPh Pasal 23 di atas, wajib pajak perlu merinci juga transaksi-transaksi yang menjadi objek PPh Pasal 23 dan menggabungkan jasa dan material di dalam buku besarnya. Untuk mendukung argumentasi, wajib pajak perlu menyiapkan bukti pendukung terkait seperti kontrak atau pun invoice.

D. Teknik Ekualisasi Objek Pajak dengan Faktur Pajak Masukan

Teknik ini menggunakan pendekatan faktur pajak masukan yang telah dilaporkan oleh wajib pajak dalam SPT Masa PPN Januari-Desember. Selanjutnya, pemeriksa pajak menerapkan tarif PPh dan menghitung pajak terutang. Bagaimanapun juga, secara umum jumlah objek PPh Pasal 23 identik dengan DPP (Dasar Pengenaan Pajak) untuk PPN. Meskipun transaksinya dalam mata uang asing, total DPP untuk PPh Pasal 23 dan PPN tetap sama.

No. Nama Penerima Penghasilan NPWP

No Seri FP/Masa

Pajak

No Urut FP / No. Bkti Potong

Tgl Bkt Ptg /Tgl FP

Jumlah Objek (Rp)

Tarif Pajak

PPh Terutang

A. JASA KATERING

1. Objek pajak & pajak terutang menurut pemeriksa

a. PT Senang Wareg 01.000.221.1-231.001

010.001.07 00000432 01-Feb-07 15.000.000 1,5% 225.000

b. PT Senang Wareg 01.000.131.1-721.001

010.001.07 00000432 01-Mei-07 15.000.000 1,5% 225.000

c. PT Senang Wareg 01.000.131.1-721.001

010.001.07 00000432 01-Agust-07 16.000.000 1,5% 240.000

d. PT Senang Wareg 01.000.131.1-721.001

010.001.07 00000432 01-Okt-07 8.000.000 1,5% 120.000

Jumlah objek & pajak terutang menurut pemeriksa 54.000.000 810.000

2. Jumlah objek pajak & pajak yg telah dipotong/disetor menurut WP 30.000.000 450.000

3. Jumlah koreksi pajak - jasa katering 24.000.000 360.000

B. JASA KEBERSIHAN

1. Objek pajak & pajak terutang menurut pemeriksa a. PT KIN CLONG 02.107.725.0-

222.000 010.000.07 00000543 11-Mei-07 15.000.000 1,5% 225.000

b. PT KIN CLONG 02.107.725.0-222.000

010.000.07 00000723 10-Agust-07 15.000.000 1,5% 225.000

c. PT KIN CLONG 02.107.725.0-222.000

010.000.07 00000861 30-Nop-07 10.800.000 1,5% 162.000

Jumlah objek & pajak terutang menurut pemeriksa 40.800.000 612.000

2. Jumlah objek pajak & pajak yg telah dipotong/disetor menurut WP 40.800.000 612.000

3. Jumlah koreksi pajak - jasa kebersihan 0 -

Untuk bisa memberi argumentasi kepada pemeriksa pajak, wajib pajak pun harus melakukan hal yang sama. Artinya, wajib pajak harus me-match-kan temuan dalam tabel di atas ke dalam transaksi di buku besar. Di dalam praktik selisih itu terjadi karena memang belum ada pemotongan oleh pihak pembayar. Selain itu, pihak pembayar kadang kala melakukan pemotongan dan pelaporan pada saat pembayaran yang nota bene berbeda dengan masa

Page 23: Trik Jitu Dan Tips Praktis Menghadapi Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan Pajak 20

pengkreditan pajak masukan.

Teknik Pemeriksaan PPh Pasal 4(2) Berdasarkan tabel di bawah ini, data menurut (conform atau cfm) SPT didasarkan pada rekapitulasi SPT Masa yang telah dilaporkan Wajib Pajak. Sementara itu, data menurut pemeriksa merujuk pada akun-akun yang menurut analisis pemeriksa merupakan objek PPh pasal 4(2).

No. Keterangan No Akun Cfm. SPT./WP. Cfm. Pemeriksa Koreksi

1 Prepaid Expense - Office Rent 515613 167.036.624 174.137.028 7.100.404 2 Light & Power 351000 1.073.000 1.237.780 164.780 3 Prepaid Expense - Kemang Rent 515601 158.583.896 158.582.792 (1.104) 4 Rental Of Premises 353000 7.408.334 7.584.118 175.784 5 Prepaid Expense - Storage Rent 515616 13.837.320 14.336.209 498.889 6 Job Cost 4310-143 48.053.941 47.195.024 (858.917) 7 Prepaid Expenses P Klub Villa 515602 9.639.950 219.060.108 209.420.158

405.633.065 622.133.058 216.499.993 Untuk membuktikan kebenaran kertas kerja yang dibuat pemeriksa berdasarkan teknik ekualisasi di atas, Wajib Pajak harus meneliti detil transaksi yang dicatat di buku besar.

Teknik Pemeriksaan PPh Pasal 26

No. Keterangan No Akun Cfm. SPT./WP. Cfm. Pemeriksa Koreksi

1 Payroll Clearing Balikpapan 43010 611.643.355 902.221.890 290.578.535 2 EXPAT SALARIES 43008-140 - 142.593.880 142.593.880 3 PRE CONTRACT EXPENSES 388009 - 95.525.915 95.525.915

611.643.355 1.140.341.685 238.119.795 Berdasarkan tabel di atas, data menurut (conform atau cfm) SPT didasarkan pada rekapitulasi SPT Masa yang telah dilaporkan Wajib Pajak. Sementara itu, data menurut pemeriksa merujuk pada akun-akun yang menurut analisis pemeriksa merupakan objek PPh pasal 26. Untuk membuktikan kebenaran kertas kerja yang dibuat pemeriksa berdasarkan teknik ekualisasi di atas, Wajib Pajak juga harus meneliti detil transaksi yang dicatat di buku besar. Teknik Pemeriksaan PPh Pasal 15

Account Account Description SPT Pemeriksa Koreksi

510121001 Rental - Chopper 3.230.095.974 3.288.665.922 (58.569.948) 510121002 Rental - Boat 742.523.463 681.504.747 61.018.717 1107101 Prepaid expen Rental - Vehicle 629.400.000 (629.400.000) 21020103 Accrued Operational Expense -

Jumlah 3.972.619.437 4.599.570.669 (626.951.231)

Page 24: Trik Jitu Dan Tips Praktis Menghadapi Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan Pajak 21

Berdasarkan tabel di atas, data menurut (conform atau cfm) SPT didasarkan pada rekapitulasi SPT Masa yang telah dilaporkan Wajib Pajak. Sementara itu, data menurut pemeriksa merujuk pada akun-akun yang menurut analisis pemeriksa merupakan objek PPh pasal 15. Untuk membuktikan kebenaran kertas kerja yang dibuat pemeriksa berdasarkan teknik ekualisasi di atas, Wajib Pajak juga harus meneliti detil transaksi yang dicatat di buku besar.

Teknik Pemeriksaan PPN & PPnBM A. Pajak Keluaran

1. Dapatkan angka-angka dari pembukuan PKP untuk menghitung pajak keluaran dengan rincian sebagai berikut:

a. Penjualan seluruhnya = a. b. Potongan penjualan = b. c. Penyerahan BKP/JKP dan Non BKP/JKP = c = a-b. d. Penyerahan Non BKP/JKP = d. e. Penyerahan BKP/JKP = e = c-d. f. Penjualan ekspor = f. g. Penyerahan ke instansi/badan yang ditunjuk seabagai pemungut PPN = g. h. Penyerahan yang PPN-nya ditunda, ditangguhkan, ditanggung pemerintah,

dibebaskan danatau tidak dipungut = h. i. Retur penjualan = i. j. Penyerahan BKP/JKP terkena PPN = j = e-f-g-h-I. k. Penyerahan sebelum masa pajak yang diperiksa yang PPN-nya dipungut pada masa

yang diperiksa = k. l. Penyerahan pada masa yang diperiksa yang PPN-nya dipungut pada masa sesudah

masa yang diperiksa = l. m. Penyerahan BKP/JKP yang harus dipungut PPN pada masa yang diperiksa = m = j+k-

l. n. Pemakaian sendiri = n. o. Pemberian hadiah = o. p. Pemberian untuk contoh = p. q. Dasar Pengenaan Pajak = A = m+n+o+p. r. PPN Keluaran untuk masa yang diperiksa = B = 10% X A.

2. Cocokkan penjualan seluruhnya (a), potongan penjualan (b), penyerahan non BKP/JKP

(d), penyerahan BKP/JKP (e), penjualan ekspor (f), dan retur penjualan (i) ke masing-masing buku besarnya.

3. Teliti kebenaran jumlah penyerahan bulan terakhir sebelum masa yang diperiksa yang

faktur pajaknya dibuatkan pada masa yang diperiksa.

4. Teliti ketetapan pembuatan Faktur Pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

5. Yakinkan kebenaran penyerahan kepada pihak yang ditunjuk sebagai pemungut PPN (g) dan penyerahan yang PPN-nya ditangguhkan dan tanggung oleh pemerintah (h) dengan memeriksa ke dokumen pendukungnya.

Page 25: Trik Jitu Dan Tips Praktis Menghadapi Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan Pajak 22

6. Trasir peian sendiri (n), pemberian hadiah (o) dan pemberian untuk contoh (p) ke

dokumen pendukungnya dan perhatian otorisasi dari pejabat yang berwenang.

7. Lakukan penghitungan kembali jumlah penyerahan/penjualan yang terutang PPN dan jumlah pajak keluarannya.

B. Pajak Masukan

1. Dapatkan angka-angka dari pembukuan untuk menghitung pajak masukan dengan rincian sebagai berikut:

a. Pembelian bruto = a. b. Potongan pembelian = b. c. Retur Pembelian = c. d. Pembelian bersih = d = a-b-c. e. Pembelian bulan terakhir sebelum masa yang diperiksa yang faktur pajaknya diterima

pada masa yang diperiksa = e. f. Pembelian bulan terakhir sebelum masa yang diperiksa yang faktur pajaknya diterima

susudah masa yang diperiksa = f. g. Pembelian yang tidak ada hubungan langsung dengan usaha = g. h. Pembelian yang berhubungan langsung dengan usaha C = d+e-f-g. i. Pajak masukan yang dapat dikreditkan = D = 10% X C.

2. Cocokkan pembelian bruto (a), potongan pembelian (b) dan retur pembelian (c) ke Saldo

pada buku besar.

3. Cocokkan/bandingkan faktur pembelian bulan terakhir sebelum masa yang diperiksa dengan faktur pajaknya yang diterima di bulan berikutnya.

4. Trasir retur pembelianke dokumen pendukungnya.

5. lakukan penghitungan kembali jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dengan

memperhatikan catatan mengenai Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan (perhatikan Pasal 9 ayat (8) huruf I UU Nomor 18 Tahun 2000).

6. Periksa apakah Pajak Masukan yang dijadikan Kredit Pajak berasl dari pembelian barang

yang berhubungan langsung dengan menghasilkan BKP, bila tidak lakukan koreksi atas kredit pajak tersebut.

7. Teliti Pajak Masukan yang dikreditkan untuk Masa Pajak yang tidak sama (perhatikan

Pasal 9 ayat (9) UU Nomor 18 Tahun 2000).

8. Periksa apakah PPN Masukan yang dikreditkanbenar-benar dibeli dari PKP dan apakah seluruh penjualan BKP telah dipungut PPN keluarannya.

9. Periksa apakah PPN masukan yang dibebankan ke harga poko barangnya. Bila ada

periksa apakah restitusi yang diterimanya telah dilaporkan sebagai pendapatan, bila belum lakukan koreksi positif menambah laba kena pajak.

Page 26: Trik Jitu Dan Tips Praktis Menghadapi Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan Pajak 23

10. Berikan cap ‘TELAH DIPERHITUNGKAN” pada faktur Pajak Masukan dengan menggunakan cap yang telh ditentukan dan diparap.

11. Dalam hal Masa Pajak yng diperiksa meliputi Masa Pajak bulan ketiga setelah Tahun

Buku, yakinkan bahwa PKP telah melakukan penghitungan kembali Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud pada Keputusan Menteri Keuangan Nomor 643/KMK.04/1994 dan/atau Keputusan Menteri Keuangan Nomor 575/KMK.04/2000 tentang Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan Bagi PKP yang Melakukan Penyerahan yang Terutang Pajak dan Penyerahan yang Tidak Terutang Pajak.

C. Pajak Penjualan atas Barang Mewah

1. Dapatkan angka-angka dari PKP untuk menghitung Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dengan rincian sebagai berikut: a. Penjualan buto yang terkena PPnBM = a. b. Retur penjualan dan potongan lain = b. c. Penjualan bersih = c = a-b. d. Penyerahan ke instansi/badan yang ditunjuk sebagai pemungut PPnBM = d. e. Penyerahan yang PPnBM-nya ditangguhkan = e. f. Penyerahan sebelum masa yang diperiksa yang PPnBM-nya dipungut pada masa

yang diperiksa = f. g. Penyerahan pada masa yang diperiksa yang PPnBM-nya dipungut pada masa

sesudah masa yang diperiksa = g. h. Penjualan bersih kena pajak = h = c-d-e+f-g. i. PPnBM yang terutang untuk masa yang diperiksa = A = tarif PPnBM X h.

2. Cocokkan penyerahan bulan terakhir sebelum masa yang diperiksa dengn faktur

pajaknya yang dibuat dalam masa yang diperiksa.

3. Yakinkan kebenaran penyerahan ke instansi/badan yang ditunjuk sebagai pemungut PPnBM (d) dan penyerahan yang PPnBM-nya ditangguhkan (e) dengan memeriksa dokumen pendukungnya.

4. Pemeriksa penyetoran PPnBM selama masa yang diperiksa (B) ke surat setoran pajak

dan SPT Masa yang bersangkutan.

5. Hitung jumlah PPnBM yang masih harus dibayar = (C) = (A) – (B).

Page 27: Trik Jitu Dan Tips Praktis Menghadapi Pemeriksaan Pajak

Analisis Risiko Perusahaan 24

BBBAAABBB IIIIIIIII AAALLLAAATTT AAANNNAAALLLIIISSSIIISSS RRRIIISSSIIIKKKOOO PPPEEERRRUUUSSSAAAHHHAAAAAANNN

Tujuan Analisis Risiko Analisis Risiko adalah proses penilaian risiko ketidakbenaran Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai untuk menentukan Pengusaha Kena Pajak dalam kategori risiko rendah, menengah atau tinggi. Analisis dilakukan sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. Per-124 /PJ/2006 yang bertujuan untuk: 1. melaksanakan ketentuan dalam Pasal 17B Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000;

2. meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak; dan 3. memberikan kepastian hukum berkaitan dengan pemeriksaan sehubungan dengan kelebihan

pembayaran Pajak Pertambahan Nilai, atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

Pembagian Tingkat Risiko Pengusaha Kena Pajak Jenis Pengusaha

Kena Pajak Tingkat Risiko Uraian

Pengusaha Kena Pajak yang melakukan kegiatan tertentu (ekspor & penyerahan ke Wapu)

a. Rendah Produsen Perusahaan Terbuka Perusahaan yang pemegang saham mayoritasnya adalah Pemerintah Pusat

atau Daerah b. menengah Pengusaha Kena Pajak selain yang memiliki risiko rendah di atas c. tinggi Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf a atau b yang

memenuhi minimal 5 (lima) kriteria risiko kualitatif Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf a atau b yang

memenuhi skor risiko tinggi berdasarkan analisis risiko kuantitatif Pengusaha Kena Pajak selain yang melakukan kegiatan tertentu

a. rendah Perusahaan Terbuka Perusahaan yang pemegang saham mayoritasnya adalah Pemerintah Pusat

atau Daerah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Wajib

Pajak Besar yang diaudit oleh Akuntan Publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian

b. menengah Pengusaha Kena Pajak selain sebagaimana dimaksud pada huruf a Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf a yang

memenuhi skor risiko menengah berdasarkan analisis risiko kuantitatif. c. tinggi Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf a atau b yang

memenuhi minimal 5 (lima) kriteria yang tercantum pada analisis risiko kualitatif

Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf a atau b yang memenuhi skor risiko tinggi berdasarkan analisis risiko kuantitatif

Page 28: Trik Jitu Dan Tips Praktis Menghadapi Pemeriksaan Pajak

Analisis Risiko Perusahaan 25

Formulir Analisis Risiko Nama Perusahaan : Bidang Usaha : NPWP : A. Analisis Risiko Kualitatif

Unsur Analisis Kualitatif Ya Tidak 1. Pengusaha Kena Pajak (PKP) sering pindah alamat atau sering mengajukan

permohonan pindah alamat atau tempat kedudukan atau permohonan pindah lokasi tempat terdaftar (Kantor Pelayanan Pajak).

2. Alamat PKP tidak jelas atau tidak sesuai dengan pengukuhan atau sering pindah. 3. PKP yang alamatnya tidak ditemukan, begitu pula alamat pengurusnya. 4. Satu alamat PKP digunakan secara bersama-sama oleh lebih dari satu PKP. 5. Kegiatan PKP tidak ada atau tidak sesuai dengan pengukuhan. 6. PKP yang non efektif (NE) atau PKP yang melaporkan SPT Masa PPN Nihil, kemudian

melaporkan atau melakukan pembetulan SPT Masa yang jumlah penyerahannya meningkat cepat dan signifikan.

7. PKP - PKP yang pengurus dan komisarisnya terdiri dari orang yang sama. 8. PKP - PKP yang Akta Pendirian badan hukumnya disahkan oleh Notaris yang sama dan

pendiriannya pada waktu yang bersamaan atau berdekatan, demikian juga dengan Nomor Akta

9. PKP yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan melakukan penyerahan Barang Kena Pajak yang sangat beragam sehingga tidak diketahui dengan pasti core business Wajib Pajak tersebut.

10. PKP yang tidak menyampaikan SPT Tahunan PPh WP Badan atau WP Orang Pribadi dan atau PPh Pasal 21

11. Elemen data SPT beserta lampirannya tidak dapat direkam karena Wajib Pajak tersebut tidak terdaftar sebagai PKP pada Master File Lokal.

12. Hasil konfirmasi PEB dan atau PIB di intranet DJP menunjukkan tidak sesuai dengan nilai ekspor dan/atau impor yang dilaporkan pada SPT Masa PPN Lebih Bayar yang dimintakan restitusi.

13. Hasil konfirmasi Faktur Pajak di program PK-PM pada intranet DJP menunjukkan data bahwa PM tidak sama dengan PK lawan transaksi.

14. PKP melaporkan adanya pajak masukan dari PKP yang menerbitkan Faktur Pajak bermasalah sebagaimana tercantum pada SE-27/PJ.52/2002 dan perubahannya.

15. PKP yang melaporkan jumlah penyerahan yang tidak sebanding dengan jumlah modal atau jumlah harta perusahaan.

16. PKP yang melakukan rekayasa pembukuan. 17. PKP yang jumlah penyerahannya besar, namun PPh Pasal 21-nya kecil. 18. PKP yang SPT Masa PPN-nya Lebih Bayar dan dikompensasi terus menerus, dan begitu

dilakukan pemeriksaan tidak ditemukan adanya persediaan.

19. PKP tidak menyerahkan sebagian atau seluruhnya bukti-bukti atau dokumen yang diminta oleh Pemeriksa pada saat pemeriksaan, dalam jangka waktu yang ditentukan.

20. PKP yang melaporkan ekspor fiktif atau penjualan lokal sebagai penjualan ekspor. 21. PKP yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) ke bukan Kawasan Berikat

yang dilaporkan dengan menggunakan Formulir BC.40 (Pemberitahuan Pemasukan Barang Asal Daerah Pabean Ke Kawasan Berikat).

22. PKP yang mengkreditkan Pajak Masukan yang tidak ada atau tidak sesuai dengan dokumen pendukung perolehan barang dan atau pembayarannya.

23. PKP yang mengkreditkan Pajak Masukan yang masa pajaknya tidak sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (9) UU PPN dan dilakukan secara berulang-ulang.

Page 29: Trik Jitu Dan Tips Praktis Menghadapi Pemeriksaan Pajak

Analisis Risiko Perusahaan 26

B. Analisis Risiko Kuantitatif 1. Analisis Risiko Profil Umum (ARPU)

Uraian Skor Bentuk usaha Wajib Pajak Orang Pribadi Badan

Bentuk permodalan Wajib Pajak Terbuka BUMN/BUMD PMA PMDN /Swasta Lainnya

Wajib Pajak telah beroperasi selama: < 1 Tahun 1-3 Tahun 4-7 Tahun > 7 Tahun

Sektor usaha Wajib Pajak Perdagangan Pabrikan Pertambangan Lainnya, ........

Wajib Pajak telah menjadi PKP selama: < 1 Tahun 1-3 Tahun 4-7 Tahun > 7 Tahun

Laporan Keuangan Wajib Pajak diaudit akuntan publik Tidak Ya, Nama KAP:

Jika Ya, pendapat akuntan publik: WTP WDP Tidak Wajar Tidak Ada Pendapat

Produk Wajib Pajak dipasarkan secara: Lokal Ekspor Lokal dan Ekspor

Wajib Pajak melakukan pembelian secara: Lokal Impor Lokal dan Impor

Pada tahun pajak sebelumnya, Wajib Pajak mengajukan restitusi sebanyak:

Page 30: Trik Jitu Dan Tips Praktis Menghadapi Pemeriksaan Pajak

Analisis Risiko Perusahaan 27

Uraian Skor 1-3 kali 4-6 kali 7-9 kali 10-12 kali

Pada tahun pajak sebelumnya, Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan PPh: Tidak Ya, tanggal :.................... Total Peredaran Usaha : ...............

Persentase koreksi PPN terutang hasil pemeriksaan sebelumnya: < 10% 10% - 25% 26% - 50% > 50%

Jumlah Skor 2. Analisis Risiko Operasi (ARO)

Uraian Skor Wajib Pajak mempunyai gudang sendiri: Tidak Ya, alamat :...............................atas nama :........................... Jika tidak, cek dokumen sewa gudang

Wajib Pajak mempunyai armada angkutan sendiri Tidak Ya, sebutkan jenis dan jumlah unitnya Jika tidak, cek dokumen sewa angkutan

Jumlah 3. Analisis Risiko Dokumen (ARDo)

Khusus untuk Wajib Pajak yang melakukan transaksi ekspor, Wajib Pajak memiliki dokumen ekspor (untuk setiap transaksi ekspor) sebagai berikut:

Uraian Skor

Dokumen PackingList Ya Tidak, karena ....................

Dokumen Sewa Alat Angkut Ya Tidak, karena ....................

Surat Jalan Ya Tidak, karena ....................

Tagihan Biaya Penumpukan Ya

Page 31: Trik Jitu Dan Tips Praktis Menghadapi Pemeriksaan Pajak

Analisis Risiko Perusahaan 28

Uraian Skor Tidak, karena ....................

Instruksi Pengiriman Ya Tidak, karena ....................

PEB Ya Tidak, karena ....................

Persetujuan Ekspor Ya Tidak, karena ....................

Surat Persetujuan Muat dari PT. Pelindo Ya Tidak, karena ....................

Master B/L Ya Tidak, karena ....................

Nota Tagih PT.Pelindo Ya `Tidak, karena ....................

Jumlah Skor 4. Rekapitulasi Perhitungan Skor Risiko Kuantitatif

Jenis analisis Skor Analisis Risiko Profil Umum Analisis Risiko Operasi Analisis Risiko Dokumen

Jumlah Skor

a. Total Risiko PKP eksportir 1) Risiko Tinggi > 4.300 2) Risiko Menengah 2.900 s.d. 4.300 3) Risiko Rendah < 2.900

b. Total Risiko PKP selain eksportir 1) Risiko Tinggi > 2.600 2) Risiko Menengah 1.600 s.d. 2.600 3) Risiko Rendah < 1.600

Panduan Pengisian Skor Risiko Kuantitatif A. Analisis Risiko Profil Umum (ARPU)

1. Orang Pribadi = 250; Badan = 100 2. Terbuka=100; BUMN/BUMD=150; PMA=200; PMDN /Swasta Lainnya=250 3. <1 Tahun = 250; 1 s.d. 3 Tahun = 200; 4 s.d. 7 Tahun = 125; >7 Tahun = 100 4. Perdagangan = 250; Pabrikan = 100; Pertambangan = 150; Lainnya = 175

Page 32: Trik Jitu Dan Tips Praktis Menghadapi Pemeriksaan Pajak

Analisis Risiko Perusahaan 29

5. < 1 Tahun = 250; 1 s.d. 3 Tahun = 200;4 s.d. 7 Tahun = 125; > 7 Tahun = 100 6. Tidak = 250; Ya = 100 7. Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) = 100; Wajar Dengan Pengecualian (WdP)=125; Tidak

Wajar = 175; Tidak Ada Pendapat = 250 8. Lokal = 100; Ekspor = 250; Lokal dan Ekspor = 175 9. Lokal = 100; Impor = 250; Lokal dan Impor = 175 10. 1-3 kali = 100; 4-6 kali = 125; 7-9 kali = 175; 10-12 kali = 250 11. Tidak = 250; Ya = 100 12. <10% = 100; 10% - 25% = 125; 26% - 50% = 175; >50% = 250

B. Analisis Risiko Operasi (ARO)

1. Tidak = 250; Ya = 100 2. Tidak = 250; Ya = 100

C. Analisis Risiko Dokumen (ARDo)

1. Untuk setiap jawaban "Tidak" diberi skor 250 2. Untuk setiap jawaban "Ya" diberi skor 100

Page 33: Trik Jitu Dan Tips Praktis Menghadapi Pemeriksaan Pajak

Proses Keberatan dan Banding 30

BBBAAABBB IIIVVV PPPRRROOOSSSEEESSS KKKEEEBBBEEERRRAAATTTAAANNN DDDAAANNN BBBAAANNNDDDIIINNNGGG

Proses Keberatan A. Referensi Peraturan 1. Pasal 25, 26, dan 26A UU No. 28/2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang

Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan; 2. Peraturan Pemerintah No. 80/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Kewajiban

Perpajakan Berdasarkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Sebagaimana Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007;

3. Peraturan Menteri Keuangan No. 194/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan;

4. Peraturan Dirjen Pajak No. Per-01/PJ.07/2007 tentang Prosedur Pengajuan dan Penyelesaian Permohonan Pembetulan Ketetapan Pajak, Keberatan, Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi, dan Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang Tidak Benar PPh, PPN dan PPnBM.

B. Yang Dapat Diajukan Keberatan 1. Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktur Jenderal Pajak atas suatu:

a. SKPKB atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar; b. SKPKBT atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan; c. SKPN atau Surat Ketetapan Pajak Nihil; d. SKPLB atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar; atau e. Pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan. 2. Terhadap SKPKB berikut ini, Wajib Pajak tidak dapat mengajukan keberatan:

a. Wajib Pajak tidak dikenai sanksi pidana apabila kealpaan tersebut pertama kali dilakukan oleh Wajib Pajak karena kealpaannya 1) tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan, atau 2) menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi

a) isinya tidak benar atau b) tidak lengkap, atau c) melampirkan keterangan yang isinya tidak benar

sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara. b. Wajib Pajak sebagaimana dimaksud di atas wajib melunasi kekurangan pembayaran

jumlah pajak yang terutang beserta sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 200% (dua ratus persen) dari jumlah pajak yang kurang dibayar yang ditetapkan melalui penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.

3. Wajib Pajak yang mengajukan keberatan di atas tidak dapat mengajukan permohonan:

a. pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan

Page 34: Trik Jitu Dan Tips Praktis Menghadapi Pemeriksaan Pajak

Proses Keberatan dan Banding 31

yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya;

b. pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak yang tidak benar; atau c. pembatalan surat ketetapan pajak dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa:

1) penyampaian Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan; atau 2) pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan Wajib Pajak.

4. Wajib Pajak dapat mencabut pengajuan keberatan yang telah disampaikan kepada Direktur

Jenderal Pajak sebelum tanggal diterima Surat Pemberitahuan Untuk Hadir oleh Wajib Pajak. Dalam hal ini Wajib Pajak tersebut tidak dapat mengajukan permohonan pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak yang tidak benar.

C. Syarat Pengajuan Keberatan 1. diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia. 2. dengan mengemukakan

a. jumlah pajak yang terutang, b. jumlah pajak yang dipotong atau dipungut, atau c. jumlah rugi menurut penghitungan Wajib Pajak.

3. disertai alasan yang jelas dan menjadi dasar penghitungan. 4. diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak

a. tanggal dikirim surat ketetapan pajak, atau b. tanggal pemotongan atau pemungutan pajak, kecuali apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya (force majeur) yang harus disertai bukti pendukung adanya keadaan luar biasa tersebut.

5. wajib melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, sebelum surat keberatan disampaikan, dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas surat ketetapan pajak, Wajib Pajak.

6. Satu surat keberatan untuk satu ketetapan pajak atau satu bukti pemotongan/pemungutan pajak;

7. Dilampiri dengan surat kuasa khusus dalam hal surat keberatan ditandatangani bukan oleh Wajib Pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 32 Undang-undang KUP.

D. Penyampaian Surat Keberatan 1. Surat keberatan Wajib Pajak disampaikan langsung atau melalui pos tercatat ke KPP dimana

Wajib Pajak terdaftar atau ke KP4/KP2KP dalam wilayah KPP yang bersangkutan. 2. Tanggal penerimaan surat yang dijadikan dasar untuk memproses surat keberatan adalah:

a. Tanggal terima surat Wajib Pajak, dalam hal disampaikan secara langsung oleh Wajib Pajak pada petugas TPT atau petugas yang ditunjuk; atau

b. Tanggal stempel pos tercatat, dalam hal surat keberatan disampaikan melalui pos tercatat. 3. Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan terhadap materi atau isi dari surat ketetapan pajak,

pemotongan atau pemungutan pajak dalam hal Wajib Pajak berpendapat bahwa jumlah rugi, jumlah pajak, pemotongan atau pemungutan pajak tidak sebagaimana mestinya.

Page 35: Trik Jitu Dan Tips Praktis Menghadapi Pemeriksaan Pajak

Proses Keberatan dan Banding 32

E. Proses Keberatan

Alur proses keberatan Uraian prosedur Jatuh Tempo

surat permintaan penjelasan

Kantor pajak mengirimkan surat permintaan ke wajib pajak memberikan penjelasan dan atau pembuktian tentang dasar penghitungan yang disertai dengan dokumen/bukti dan buku-buku pendukung baik dalam bentuk hard copy maupun soft copy

15 hari kerja

Penjelasan/ pembuktian

Wajib Pajak wajib memberikan penjelasan dan atau pembuktian tentang dasar penghitungan yang disertai dengan dokumen/bukti dan buku-buku pendukung

15 hari kejra + 5 hari kerja

surat permintaan ulang

Kantor pajak meminta kembali wajib pajak untuk memberikan penjelasan dan pembuktian yang kedua tentang asar perhitungan yang disertai dokumen/bukti dan buku-buku pendukung dalam hal Wajib Pajak belum memberikan penjelasan dan atau pembuktian

10 hari kerja

Penjelasan/ pembuktian

Wajib Pajak wajib memberikan penjelasan dan atau pembuktian. 10 hari kerja

surat permintaan ulang

Kantor pajak meminta kembali wajib pajak untuk memberikan penjelasan dan atau pembuktian tambahan dalam hal masih diperlukan

10 hari kerja

Proses keberatan

berdasarkan dokumen yang

ada

Dalam hal Wajib Pajak tidak memberikan penjelasan dan atau pembuktian tentang dasar perhitungan yang disertai dengan dokumen/bukti dan buku-buku pendukung baik dalam bentuk hard copy maupun soft copy sesuai surat permintaan, keberatan akan diproses berdasarkan data yang ada

Surat Panggilan Wajib Pajak dapat dipanggil untuk melakukan pembahasan sengketa perpajakan dan wajib menandatangani Berita Acara Pembahasan Sengketa Perpajakan

Surat

Pemberitahuan Hasil Penelitian

Keberatan

Berdasarkan hasil pembahasan sengketa perpajakan, kepada Wajib Pajak akan dikirimkan Surat Pemberitahuan Hasil Penelitian Keberatan untuk ditanggapi

Tanggapan tertulis

Wajib Pajak dapat memberikan tanggapan tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil Penelitian

Keberatan dan/atau dapat menghadiri undangan pembahasan akhir pada waktu yang ditentukan

dalam Surat Pemberitahuan Hasil Penelitian Keberatan

10 hari

Berita Acara Pembahasan

Akhir dan Daftar Hasil Akhir Penelitian Keberatan

Hasil pembahasan akhir akan dituangkan dalam Berita Acara Pembahasan Akhir dan Daftar Hasil Akhir Penelitian Keberatan dapat disampaikan langsung kepada Wajib Pajak pada pembahasan akhir atau dikirimkan sebagai lampiran Surat Keputusan Keberatan

Dalam hal Wajib Pajak tidak menghadiri undangan pembahasan akhir, Daftar Hasil Akhir Penelitian Keberatan akan dikirimkan sebagai lampiran Surat Keputusan Keberatan

Surat Keputusan Keberatan

Direktur Jenderal Pajak memberi keputusan atas keberatan yang diajukan dan keputusan dapat berupa mengabulkan seluruhnya, mengabulkan sebagian, menolak besarnya jumlah pajak yang masih harus dibayar, atau menambah besarnya jumlah pajak yang masih harus dibayar

12 bulan

Page 36: Trik Jitu Dan Tips Praktis Menghadapi Pemeriksaan Pajak

Proses Keberatan dan Banding 33

Alur proses keberatan Uraian prosedur Jatuh Tempo

Apabila jangka waktu 12 bulan di atas telah terlampaui dan Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan

1. Dalam hal Wajib Pajak mengungkapkan pembukuan, catatan, data, informasi, atau

keterangan lain dalam proses keberatan, semua sumber informasi tersebut tidak diberikan pada saat pemeriksaan, selain data dan informasi yang pada saat pemeriksaan belum diperoleh Wajib Pajak dari pihak ketiga, pembukuan, catatan, data, informasi, atau keterangan lain dimaksud tidak dipertimbangkan dalam penyelesaian keberatannya.

2. Dalam hal pengajuan keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak

dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 50% dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.

Proses Banding A. Syarat Pengajuan Banding 1. diajukan secara tertulis dalam suatu surat banding dalam Bahasa Indonesia kepada

Pengadilan Pajak. 2. diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima Keputusan yang dibanding,

kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. Jangka waktu tersebut tidak mengikat apabila jangka waktu dimaksud tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaan pemohon Banding.

3. Terhadap 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Banding. 4. diajukan dengan disertai alasan/alasan yang jelas, dan dicantumkan tanggal diterima surat

keputusan yang dibanding. 5. pada Surat Banding dilampirkan salinan Keputusan yang dibanding. 6. banding hanya dapat diajukan apabila jumlah yang terutang dimaksud telah dibayar sebesar

50% dalam hal Banding diajukan terhadap besarnya jumlah Pajak yang terutang.

Page 37: Trik Jitu Dan Tips Praktis Menghadapi Pemeriksaan Pajak

Proses Keberatan dan Banding 34

B. Skema Proses Banding

Pemohon Banding Pengadilan Pajak Terbanding

SK Keberatan

Surat Banding

Srt Permintaan Uraian Banding

Surat UraianBanding

Surat Uraian Banding

Surat Bantahan

Paling lama 3 bulan sejak tanggal terima

SK Keberatan

Paling lama 14 hari sejak tanggal diterima

surat banding

Paling lama 3 bulan sejak tgl kirim surat permintaan uraian

banding

Paling lama 14 hari sejak diterima surat

uraian banding

Paling lama 30 hari sejak diterima salinan surat uraian banding Surat

Bantahan

Paling lama 14 hari sejak diterima surat

bantahan

Menunjuk majlis yg terdiri dari 3

hakim atau hakim tunggal& mulai sidang

Paling lama 6 bulan sejak tanggal terima

Surat Banding

Pembuktian

Putusan

Pelaksanaan Putusan

Dikabulkan sebagian/ seluruhnya

?

Paling lama 12 bulan sejak tanggal terima Surat Banding

Kelebihan dikembalikan + imbalan bunga 2% per bulan

YaTidak

Paling lama 30 hari sejak tanggal putusan banding

Page 38: Trik Jitu Dan Tips Praktis Menghadapi Pemeriksaan Pajak

Lampiran 35

Lampiran KODE PEMERIKSAAN MENURUT SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PEMERIKSAAN PAJAK (SIMPP) SE-09/PJ.7/2005

No Kriteria Pemeriksaan PSL/PL PSK

OP Badan OP Badan

A PEMERIKSAAN KRITERIA SELEKSI 1. WP Besar 1411 1412 2. WP Menengah 1421 1422 3. WP Kecil 1431 1432 4. Risiko WP Besar 1511 1512 5. Risiko WP Menengah 1521 1522 6. Risiko WP Kecil 1531 1532

B PEMERIKSAAN RUTIN ALL TAXES

1. Perubahan Tahun Buku/Metode Pembukuan 1111 1112 2. Likuidasi, Penutupan Usaha, atau meninggalkan Indonesia Selama-lamanya 1121 1122 3. Penggabungan Usaha 1131 1132 4. Pemekaran Usaha 1141 1142 5. Tidak Menyampaikan SPT Tahunan PPh 1161 1162 6. SPT Tahunan PPh Rugi Tidak Lebih Bayar 1171 1172 7. SPT Tahunan PPh Lebih Bayar 1181 1182 8. Revaluasi Aktiva Tetap 1191 1192

C PEMERIKSAAN RUTIN PPN

1. Kegiatan Membangun Sendiri 2101 2102 2. Tidak Menyampaikan SPT Masa PPN 2161 2162 2061 2062 3. SPT Masa PPN Lebih Bayar 2181 2182 2081 2082

D PEMERIKSAAN RUTIN SINGLE TAX PPh BADAN ATAU ORANG

PRIBADI

1. Tidak Menyampaikan SPT Tahunan PPh 4161 4162 2. SPT Tahunan PPh Rugi Tidak Lebih Bayar 4171 4172 4071 4072 3. SPT Tahunan PPh Lebih Bayar 4181 4182 4081 4082 4. Tidak Menyampaikan SPT Tahunan/Masa 7161 7162 5. SPT Tahunan PPh Ps.21 Lebih Bayar 7181 7182 7081 7082

E PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN

1. Berdasarkan Laporan Pengamatan a. All Taxes 1311 1312 b. PPN 2311 2312 c. P2PPh 3311 3312 d. PPh Ps. 25/29 4311 4312

2. Berdasarkan Laporan Pemeriksaan Pajak a. All Taxes 1321 1322 b. PPN 2321 2322 c. P2PPh 3321 3323 d. PPh Ps. 25/29 4321 4323

Page 39: Trik Jitu Dan Tips Praktis Menghadapi Pemeriksaan Pajak

Lampiran 36

No Kriteria Pemeriksaan PSL/PL PSK

OP Badan OP Badan 3. Berdasarkan Hasil Analisa Data, Informasi dan Laporan Pengaduan a. All Taxes 1331 1332 b. PPN 2331 2332 c. P2PPh 3331 3332 d. PPh Ps. 25/29 4331 4332

4. Terdapat Data Baru a. All Taxes 1391 1392 b. PPN 2391 2392 c. P2PPh 3391 3392 d. PPh Ps. 25/29 4391 4392

F PEMERIKSAAN KHUSUS

1. Adanya Dugaan Melakukan Tindak Pidana Perpajakan: a. All Taxes 1911 1912 b. PPN 2911 2912 c. P2PPh 3911 3912 d. PPh Ps. 25/29 4911 4912

2. Pertimbangan Dirjen Pajak: a. All Taxes 1921 1922 b. PPN 2921 2922 2821 2822 c. P2PPh 3921 3922 d. PPh Ps.25/29 4921 4922 4821 4822 e. PPh Ps.21 7821 7822 f. PPh Ps.23/26 8821 8822 g. PPh Final 9821 9822

3. Pengaduan Masyarakat (All Taxes) 1931 1932 4. Permintaan Wajib Pajak (All Taxes) 1941 1942 5. Untuk memperoleh Informasi Atau Data Tertentu a. All Taxes 1951 1952 b. PPN 2951 2952 c. P2PPh 3951 3952 d. PPh Ps.25/29 4951 4952

6. Terdapat Data Baru dan/atau Data Yang Semula Belum Terungkap terhadap WP Patuh

a. All Taxes 1961 1962 b. PPN 2961 2962 c. P2PPh 3961 3962 d. PPh Ps.25/29 4961 4962

7. Terdapat Data Baru dan/atau Data Yang Semula Belum Terungkap terhadap WP Non Patuh (Ulang)

a. All Taxes 1991 1992 b. PPN 2991 2992 c. P2PPh 3991 3992 d. PPh Ps.25/29 4991 4992

G PEMERIKSAAN UNTUK TUJUAN LAIN 1. Pengukuhan PKP Secara Jabatan 5211 5212

Page 40: Trik Jitu Dan Tips Praktis Menghadapi Pemeriksaan Pajak

Lampiran 37

No Kriteria Pemeriksaan PSL/PL PSK

OP Badan OP Badan 2. Penghapusan NPWP atau Pencabutan Pengukuhan PKP 5221 5222 3. Pencabutan PKP 5231 5232 4. Penentuan WP Berlokasi di daerah Terpencil 5241 5242 5. Penentuan Satu atau Lebih Tempat Terutang PPN 5251 5252 6. Penagihan Pajak 5261 5262 7. Keberatan 5271 5272 8. Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan 5281 5282 9. Pertukaran Informasi dgn mitra P3B 5291 5292

10. Tujuan Lainnya 5201 5202