Trik Fotografi1
Embed Size (px)
description
Transcript of Trik Fotografi1
-
(2) Artificial lighting adalah pemotretan dengan menggunakan sumber cahaya yang sengaja ditambahkan seperti
penggunaan flash, strobist, studio light, dan alat-alat pendukung lainnya.
Saya baru saja menemukan sebuah situs menarik yang memberikan penjelasan mengenai tips
& teknik lighting ini, silakan klik:
Tutorial Lighting Photography
Selamat belajar & praktek :-)
Diposkan oleh Awan Wisudanto di 14:17 Link ke posting ini
Minggu, 11 Desember 2011
Menentukan Shutter Speed
Pemilihan shutter speed akan menentukan hasil & efek yang muncul pada foto. Beberapaefek
yang dapat muncul dari pemilihan shutter speed di antaranya:
(1) Freezing
-
Adalah efek yang menyebabkan obyek bergerak tampak tajam dan seakan-akan "membeku"
dalam foto. Efek ini diperoleh dengan menggunakan shutter speed tinggi pada obyek yang
bergerak, misalnya pada foto burung berikut ini:
(foto dari http://aaronwarias.wordpress.com/
Efek ini juga bisa digunakan untuk foto olahraga atau foto anak seperti foto berikut:
Untuk melakukan freezing, shutter speed harus diset cukup tinggi agar dapat mengimbangi
atau melampaui kecepatan gerak obyek. Shutter speed yang disarankan biasanya 1/500 s atau
lebih cepat.
(2) Panning Adalah efek yang menyebabkan obyek tampak jelas dengan latar belakang blur. Foto ini
diperoleh dengan menggunakan shutter speed sedang sampai lambat (1/100 s atau lebih
lambat) dan menggerakkan kamera searah dengan gerakan obyek.
Contoh foto sebagai berikut:
-
(3) Motion blur
Adalah efek yang timbul karena gerakan ebagian obyek dalam foto. Efek ini diperoleh
dengan menggunakan shutter speed sedang sampai lambat (1/100 s atau lebih lambat) dan
mengunci fokus pada satu obyek diam.
Contoh fotonya sebagai berikut:
(4) Trace of light Adalah efek yang ditimbulkan akibat penggunaan shutter speed lambat (1 s atau lebih lambat)
sehingga meninggalkan jejak gerakan cahaya pada foto. Contohnya seperti pada foto berikut:
Kreativitas footografer akan dapat menghasilkan lebih banyak lagi efek-efek menarik dari
-
pemilihan shutter speed.
ketepatan pemilihan shutterspeed juga akan mempengaruhi ketajaman gambar. Hal-hal yang
perlu dipertimbangkan dalam pemilihan shutter speed di antaranya:
(1) Gerakan obyek Shutter speed harus dapat mengimbangi atau melebihi kecepatan gerak obyek agar diperoleh
foto obyek yang tajam
(2) Jarak fokus lensa
Untuk menjamin ketajaman gambar, sebaiknya digunakan shutter speed minimal 1.5x jarak
fokus lensa. Jadi jika menggunakan lensa 50 mm, sebaiknya gunakan shutter speed lebih
cepat daripada 1/75 s. Lensa 300 mm sebaiknya menggunakan shutter speed 1/450 s atau
lebih cepat ,,, dan seterusnya
(3) Batas kestabilan pribadi Setiap fotografer sebaiknya mengenali seberapa stabil pegangannya pada kamera. Dengan
lensa standar 50 mm, beberapa fotografer dapat memperoleh foto yg tajam pada speed 1/30 s.
Jika menggunakan kecepatan lebih lambat dari itu, sebaiknya gunakan alat bantu seperti
monopod atau tripod.
Silakan dipraktekkan :-)
Diposkan oleh Awan Wisudanto di 11:10 Link ke posting ini
Sabtu, 01 Oktober 2011
Sunset - Capturing the Golden Moment
Suasana menjelang matahari terbenam dengan nuansa jingga dan langit yang berwarna-warni
selalu menarik untuk diabadikan. Akan tetapi cukup banyak rekan yang mengeluhkan
kesulitan dalam menangkap momen tersebut.
Untuk membantu rekan-rekan, saya menulis 4 tips yang dapat dipraktekkan untuk
mengabadikan sunset. Setting yang benar-benar pas untuk setiap kesempatan mungkin
berbeda, jadi Anda harus temukan sendiri, tetapi saya harap tahap-tahap untuk
menentukannya bisa membantu Anda.
SUNSET 01 - Menemukan setting yang tepat
-
Pada foto yang pertama ini, sasarannya adalah menangkap nuansa jingga yang muncul
menjelang matahari terbenam. Yang perlu dilakukan adalah menentukan setting speed &
aperture yang tepat. Untuk memperoleh perkiraan setting, saya pakai:
mode A, f/16, ISO 100, metering SPOT.
metering pada titik terang di bawah matahari
review gambar yang diperoleh
pindahkan mode dari A ke M dan lakukan penyesuaian speed
-
Pada setting seperti ini, biasanya diperoleh matahari bulat jingga dengan obyek di latar depan
berupa siluet.
SUNSET 02 - Siluet di Latar Depan
Setelah memperoleh setting yang terbaik untuk mengabdikan matahari yang sedang
terbenam, pertahankan setting tersebut dengan menggunakan mode M. Setelah itu, carilah
obyek yang menarik di latar depan sehingga foto tampil lebih menarik. Misalkan pada foto
bangau berikut ini
SUNSET 03 - Menggunakan Fill In Flash
-
Jika ingin menampilkan obyek di latar depan, harus ada cahaya tambahan untuk
mengimbangi cahaya yang kuat di latar belakang. Penggunaan flash menjadi solusi alternatif
agar obyek di latar depan muncul.
Yang perlu diperhatikan adalah maximum sync speed (shutter speed tertinggi yang bisa
dicapai saat flash menyala). Ini akan menjadi salah satu pembatasan pada setting dan harus
dikompensasi dengan pengaturan ISO atau aperture.
Contoh hasilnya saya bandingkan 2 foto berikut:
Pada foto atas, flash tidak digunakan sehingga teman saya
hanya muncul sebagai siluet. Dengan menggunakan flash pada mode M dan diset slow sync,
diperoleh hasil sebagaimana foto sebelah bawah.
SUNSET 04 - HDR Jika ingin menampilkan banyak obyek di latar depan pada daerah yang luas, HDR menjadi
alternatif untuk memuunculkan lebih banyak warna. Untuk melakukan ini, shutter harus
dipasang ke mode BRACKETING dengan step +-0.5 atau +-0.7
Sebaiknya gunakan tripod dan timer agar pada saat pemotretan kamera tidak bergerak.
Selanjutnya 3 foto yang diperoleh digabungkan dengan software HDR atau bisa juga dengan
Photoshop
Hasilnya kira-kira seperti ini:
-
walau bagaimana pun, diperlukan banyak praktek & eksperimen untuk memperoleh hasil
terbaik. Silakan mencoba.
Diposkan oleh AW di 09:59 Link ke posting ini
Label: sunset, teknik fotografi, tips
Selasa, 20 September 2011
Fill-In Flash - Tetap Penting di Siang Hari
Beberapa rekan berpikir bahwa "flash tidak diperlukan untuk foto outdoor siang hari"
Contoh yang berikut ini akan menunjukkan manfaat penggunaan flash pada foto outdoor di
siang hari.
-
Kiri: tanpa flash --- kanan: fill in flash (on)
Latar belakang yang sebagian adalah langit yang masih terang menyebabkan metering
dengan mode "Multi Segment" atau "Centre Weighted" dan menghasilkan foto subyek
dengan wajah yang gelap seperti dalam foto sebelah kiri. Sebaliknya metering dengan mode
"Spot" akan menghasilkan wajah yang cukup terang dengan latar belakang yang pudar akibat
over exposure.
Foto sebelah kanan dimbil dengan memaksa Flash menyala dengan teknik fill-in (flash diset
pada kondisi On). Flash internal kamera sudah cukup untuk melakukan ini pada jarak subyek
maksimal 2,5 meter. Jika jarak subyek lebih dari itu, sebaiknya gunakan flash external.
Diposkan oleh Awan Wisudanto di 17:11 Link ke posting ini
Lokasi: Garut, Indonesia
Jumat, 22 Juli 2011
Teknik - Metering
kamera-kamera digital saat ini memiliki beberapa macam mode metering. Namun ternyata
banyak yang belum memahami, apa efek yang dihasilkan dari perbedaan mode metering
tersebut. Atau bahkan lebih parah lagi, belum mengetahui apa fungsi dan makna dari
metering.
Metering adalah fungsi yang dimiliki kamera digital untuk menentukan exposure setting
berdasarkan intensitas cahaya yang sampai ke sensor. Pada dasarnya ada 3 besaran yang
menentukan dalam exposure settung, yaitu:
1. Shutter speed 2. Aperture 3. ISO
Setting mana yang disetel oleh kamera ditentukan oleh exposure mode yang dipilih oleh
fotografer. Misalnya:
1. Mode AUTO: semua setting ditentukan oleh kamera 2. Mode Program (P): ISO ditentukan oleh fotografer, kamera menghitung shutter speed
& aperture
-
3. Mode Speed Priority (S atau Tv): ISO & shutter speed ditentukan fotografer, kamera menentukan lebar aperture
4. Mode Aperture Priority (A atau Av): ISO & bukaan aperture ditentukan oleh fotografer, kamera menentukan shutter speed
5. Mode Manual (M): semua setting telah dilakukan oleh fotografer, metering kamera hanya memberikan notifikasi saja namuntidak akan mengubah setting apapun.
Pemilihan mode metering akan memperngaruhi hasil setting yang dilakukan oleh kamera.
Pada kondisi pemotretan dengan cahaya yang merata dan obyek yang full colour, pemilihan
mode metering tidak memberikan perbedaan hasil yang signifikan. Akan tetapi pada obyek
yang kontras, permilihan mode yang tepat akan memberi hasil yang berbeda. Paling tidak ada
3 mode metering yang umum ditemui, yaitu:
1. Multi segment: pada mode ini, kamera melakukan exposure setting berdasarkan intensitas cahaya rata-ratadari seluruh bagian frame (95-100% area frame). Mode
multi segment ini mirip dengan mode matrix dan average.
2. Centre weighted: pada mode ini, kamera melakukan exposure setting berdasarkan intensitas cahaya yang datang dari sebagian besar frame dengan memberi bobot lebih
besar pada intensitas cahaya di bagian tengah (50-75% area frame). Mode ini disebut
juga partial metering.
3. Spot pada mode ini, kamera hanya memperhitungkan intensitas cahaya yang datang dari bagian tengah frame (5-15% area frame)
Untuk jelasnya, berikut ini adalah gambaran area yang diperhitungkan dalam metering.
1. Kotak merah adalah batas area yang diperhatikan dalam mode multi segment ' matrix / average
2. Kotak biru adalah batas area yang diperhitungkan dalam mode Centre Weighted 3. Kotak jingga (oranye) di tengah adalah batas area yang diperhitungkan dalam mode
Spot
Agar lebih jelas, saya aplikasikan area di atas pada obyek dan latar belakang yang kontras.
Pada pemotretan ini saya menggunakan mode Aperture Priority (A) dengan ISO 800 dan
f/5.6 sehingga perbedaan hasil metering akan tampak pada shutter speed.
1. Obyek GELAP dengan latar belakang TERANG
-
Pada obyek di atas, mode Spot akan mengukur area dengan warna hitam. Karena itu kamera
akan menaikkan exposure sehingga diperoleh shutter speed 1/2 s. Akibatnya, latar belakang
yang terang menjadi over exposure dengan hasil seperti ini:
Jika mode metering diubah ke Centre weighted, sebagian besar area dalam kotak biru adalah
warna gelap, akan tetapi kamera memperhitungkan juga warna terang di latar belakang,
sehingga shutter speed naik menjadi 1/5 s
Pada saat menggunakan mode Multi Segment, seluruh luasan latar belakang ikut
diperhitungkan, sehingga diperoleh shutter speed yang lebih cepat lagi, yaitu 1/8 s dengan
hasil sebagai berikut:
-
Perubahan setting shutter speed tersebut menunjukkan perbedaan detil yang jelas di latar
belakang dan pada tutup lensa. Semakin luas area yang diperhitungkan, semakin cepat shutter
speed yang dipilih.
Efek yang berlawanan muncul pada obyek terang pada latar belakang gelap.
2. Obyek TERANG dengan latar belakang GELAP
Pemotretan dengan mode Spot menghasilkan pengukuran pada bidang yang dominan putih,
sehingga diperoleh shutter speed 1/6 s
Dengan mode Centre Weighted, sebagian besar area berwarna gelap, akan tetapi obyek di
tengah yang berwarna terang mendapat porsi perhitungan lebih besar, sehingga shutter speed
hanya turun sedikit menjadi 1/4 s.
-
Pada saat menggunakan mode Multi Segment, kamera menangkap banyak area gelap,
akibatnya shutter speed jadi lambat, diperoleh hasil 1/2 s yang menyebabkan sedikit over
esposed seperti berikut:
Mode mana yang Anda pilih bergantung pada seberapa luas & seberapa banyak detil yang
hendak ditampilkan.serta seberapa jauh kontras antara obyek dengan latar belakangnya.
Diposkan oleh Awan Wisudanto di 11:47 Link ke posting ini
Label: average, centre weighted, exposure, matrix, metering, multi segment, partial, spot,
teknik fotografi
Sabtu, 21 Mei 2011
Perspektif dan Komposisi
Catatan ini dibuat setelah memperhatikan 2 buah foto yang diambil pada kesempatan yang
sama dengan obyek yang juga sama. Foto tersebut adalah:
1. Foto oleh Irfan A.Tachrir:
-
2. Foto jepretanku sendiri:
Saat saya melihat foto yang diupload kang Irfan di halaman facebook-nya, saya enasaran
karena foto itu tampak lebih menarik daripada foto yang saya punya. Awalnya, perbedaan
yang paling jelas adalah pada tonal warnanya. Karena penasaran, saya mencoba mengolah
sedikit foto yang saya punya agar lebih mendekati tonal warna pada foto Kang Irfan. hasilnya
seperti ini:
Dengan tonal yang berdekatan, tampak jelas adanya perbedaan lain yaitu perbedaan
komposisi yang dihasilkan dari perbedaan perspektif. Kag Irfan mengambil foto tersebut
dari posisi berdiri (lebih tinggi dari model), sehingga lengkungan rel kereta tampak utuh tak
terputus dan membentuk frame di sekitar model. Sedangkan saya mengambil foto tersebut
dari posisi jongkok, sejajr dengan model yang mengakibatkan terputusnya lengkungan rel
kereta karena tertutup oleh badan model.
Kesimpulan: foto Kang Irfan tampil lebih menarik bukan saja karena pilihan tonal warnanya,
tetapi karena berhasil menempatkan elemen-elemen dalam foto untuk tampil saling
-
mendukung. Jadi dalam setiap kesempatan pemotretan, eksplorasi berbagai macam angle agar
diperoleh hasil yang maksimal.
Diposkan oleh Awan Wisudanto di 19:50 Link ke posting ini
Label: angle of view, komposisi, perspektif
Posting Lama Beranda
Langganan: Entri (Atom)
Kerja Penghasilan Dollar
Blanja buku berkualitas
Silakan belanja di sini
Thanks for Visit
Please click this Ads
AdReviewCamp, KumpulBlogger Your Ad Here
Only for SMART People
Produk SMART Telecom
Silakan beli buku di sini
Masukkan Code ini K1-DAC6YD-B
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com
-
Dibayar untuk buat Review, mau?
Visitor Counter
hit counter
Berlangganan
Post
Semua Komentar
Cari kata kunci
Arsip Blog
2009 (60)
2010 (60)
2011 (14)
2012 (1) o Maret (1)
MIRRORLESS Keluarga Baru Kamera Digital
Kontributor
Awan Wisudanto
AW