Traumatologi i - III - Dapus

50
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sejarah dan perkembangan Ilmu Forensik tidak dapat dipisahkan dari sejarah dan perkembangan hukum acara pidana. Sebagaimana diketahui bahwa kejahatan yang terjadi di muka bumi ini sama usia tuanya dengan sejarah manusianya itu sendiri. Luka merupakan salah satu kasus tersering dalam kedokteran Forensik. Luka bisa terjadi pada korban hidup maupun korban mati. Dalam sebuah survey di sebuah rumah sakit di selatan tenggara kota London dimana didapatkan 425 pasien yang dirawat oleh karena kekerasan fisik yang disengaja. Beberapa jenis senjata digunakan pada 68 dari 147 kasus penyerangan di jalan raya, terdapat 12 % dari penyerangan menggunakan besi batangan dan pemukul baseball atau benda – benda serupa dengan itu, lalu di ikuti dengan penggunaan pisau 18%, terdapat nilai yang sangat berarti dari kasus penusukan, sekitar 47% kasus yang masuk rumah sakit dan 90% mengalami luka yang serius. Hal yang harus dicatat bahwa terdapat 2 dari 3 penyerangan terjadi di dalam tempat tinggal atau klub- 1

description

LALALA

Transcript of Traumatologi i - III - Dapus

Page 1: Traumatologi i - III - Dapus

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sejarah dan perkembangan Ilmu Forensik tidak dapat dipisahkan dari

sejarah dan perkembangan hukum acara pidana. Sebagaimana diketahui bahwa

kejahatan yang terjadi di muka bumi ini sama usia tuanya dengan sejarah

manusianya itu sendiri. Luka merupakan salah satu kasus tersering dalam

kedokteran Forensik. Luka bisa terjadi pada korban hidup maupun korban mati.

Dalam sebuah survey di sebuah rumah sakit di selatan tenggara kota London

dimana didapatkan 425 pasien yang dirawat oleh karena kekerasan fisik yang

disengaja. Beberapa jenis senjata digunakan pada 68 dari 147 kasus

penyerangan di jalan raya, terdapat 12 % dari penyerangan menggunakan besi

batangan dan pemukul baseball atau benda – benda serupa dengan itu, lalu di ikuti

dengan penggunaan pisau 18%, terdapat nilai yang sangat berarti dari kasus

penusukan, sekitar 47% kasus yang masuk rumah sakit dan 90% mengalami luka

yang serius.

Hal yang harus dicatat bahwa terdapat 2 dari 3 penyerangan terjadi di

dalam tempat tinggal atau klub-klub dengan menggunakan pisau, kaca, dan

bermacam-macam senjata. 40% kasus penikaman terjadi di jalan raya dan 23% di

dalam tempat tinggal dan klub-klub, 50% pasien sedang mabuk atau minum

pada saat sebelum waktu penyerangan, 27% pasien tersebut adalah

penganguran. Luka-luka yang disebabkan oleh pukulan (46%), tendangan (17%)

bermacam-macam senjata (17%), pisau dan pecahan kaca (15%) sisanya

disebabkan oleh gigitan manusia dan penyebab-penyebab lain yang tidak

diketahui. Selama tahun 2006, jumlah kejahatan meningkat dari 256.543 (tahun

2005) menjadi 296.119. Inilah peningkatan kejahatan yakni sekitar 15,43 persen.

Jumlah penduduk yang beresiko terkena kejahatan rata-rata 123 orang per 100.000

1

Page 2: Traumatologi i - III - Dapus

penduduk Indonesia di 2006. Bila dibandingkan tahun 2005 terjadi kenaikan 1,65

persen.

Pada pasal 133 ayat (1) KUHAP dan pasal 179 ayat (1) KUHAP

dijelaskan bahwa penyidik berwenang meminta keterangan ahli kepada ahli

kedokteran kehakiman atau dokter atau bahkan ahli lainnya. Keterangan ahli

tersebut adalah Visum et Repertum, dimana di dalamnya terdapat penjabaran

tentang keadaan korban, baik korban luka, keracunan, ataupun mati yang diduga

karena tindak pidana. Bagi dokter yang bekerja di Indonesia perlu mengetahui

ilmu kedokteran Forensik termasuk cara membuat Visum et Repertum. Seorang

dokter perlu menguasai pengetahuan tentang mendeskripsikan luka, tujuannya

untuk mempermudah tugas-tugasnya dalam membuat Visum et Repertum yang

baik dan benar sehingga dapat digunakan sebagai alat bukti yang bisa meyakinkan

hakim untuk memutuskan suatu tindak pidana. Pada kenyataannya dalam praktek,

dokter sering mengalami kesulitan dalam membuat Visum et Repertum karena

kurangnya pengetahuan tentang luka. Padahal Visum et Repertum harus di buat

sedemikian rupa, yaitu memenuhi persyaratan formal dan material, sehingga dapat

dipakai sebagai alat bukti yang sah di sidang pengadilan. Dengan demikian, jelas

bagi kita bahwa sebagai kalangan medis, penting untuk mengetahui dan

mendeskripsikan berbagai hal mengenai luka dan trauma. Sehingga traumatologi

menjadi pokok pembahasan dalam makalah ini.

I.2 Tujuan Penulisan

Dengan penyusunan referat ini kami berharap seorang dokter atau

calon dokter mampu mendeskripsikan luka secara benar sehingga mampu

membuat Visum et Repertum yang baik dan benar sehingga dapat digunakan

sebagai alat bukti yang bisa meyakinkan hakim untuk memutuskan suatu tindak

pidana.

2

Page 3: Traumatologi i - III - Dapus

I.3 Manfaat Penulisan

I.3.1 Bagi Ilmu Pengetahuan

Referat ini diharapkan mampu memberikan informasi dan

pengetahuan mengenai traumatologi.

I.3.2 Bagi Masyarakat

Referat ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

masyarakat mengenai berbagai hal mengenai traumatologi.

3

Page 4: Traumatologi i - III - Dapus

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi

Traumatologi berasal dari kata trauma dan logos. Trauma berarti

kekerasan atas jaringan tubuh yang masih hidup, sedang logos berarti ilmu. Jadi

traumatologi merupakan ilmu yang mempelajari semua aspek yang berkaitan

dengan kekerasan terhadap jaringan tubuh manusia yang masih hidup.

II.2 Jenis Penyebab Trauma

Kekerasan yang mengenai tubuh seseorang dapat menimbulkan efek pada

fisik maupun psikisnya. Efek fisik berupa luka- luka yang kalau di periksa dengan

teliti akan dapat di ketahui jenis penyebabnya yaitu :

A. Benda–benda Mekanik

1. Benda Tajam

Ciri- ciri umum dari luka benda tajam adalah sebagai berikut :

- Garis batas luka biasanya teratur, tepinya rata dan sudutnya runcing

- Bila ditautkan akan mejadi rapat (karena benda tersebut hanya

memisahkan, tidak menghancurkan jaringan) dan membentuk garis

lurus dari sedikit lengkung.

- Tebing luka rata dan tidak ada jembatan jaringan.

- Daerah di sekitar garis batas luka tidak ada memar

4

Page 5: Traumatologi i - III - Dapus

2. Benda Tumpul

Kekerasan oleh benda keras dan tumpul dapat mengakibatkan berbagai

macam jenis luka, antara lain :

a. Memar ( kontusi )

Memar merupakan salah satu bentuk luka yang ditandai oleh kerusakan

jaringan tanpa disertai diskontinuitas permukaan kulit. Kerusakan

tersebut disebabkan oleh pecahnya kapiler sehingga darah keluar dan

meresap ke jaringan di sekitarnya. Mula–mula terlihat pembengkakan,

berwarna merah kebiruan. Sesudah 4 sampai 5 hari berubah menjadi

kuning kehijauan dan sesudah lebih dari seminggu menjadi kekuningan.

Pada orang yang menderita penyakit defisiensi atau menderita kelainan

darah, kerusakan yang terjadi akibat trauma tumpul tersebut akan lebih

besar dibandingkan pada orang normal. Oleh sebab itu, besar kecilnya

memar tidak dapat di jadikan ukuran untuk menentukan besar kecilnya

benda penyebabnya atau keras tidaknya pukulan. Pada wanita atau orang–

orang yang gemuk juga akan mudah terjadi memar. Dilihat sepintas lalu

luka memar terlihat seperti lebam mayat, tetapi jika di periksa dengan

seksama akan dapat dilihat perbedaan – perbedaanya, yaitu :5

Page 6: Traumatologi i - III - Dapus

Memar Lebam mayat

Lokasi Bisa dimana saja Pada bagian terendah

Pembengkakan Positif Negatif

Bila ditekan Warna tetap Memucat/menghilang

Mikroskopik Reaksi jaringan (+) Reaksi jaringan (-)

Memar

Lebam mayat

b. Luka lecet ( abrasi )

Luka lecet adalah luka yang disebabkan oleh rusaknya atau lepasnya

lapisan luar dari kulit, yang ciri – cirinya adalah :

o Bentuk luka tidak teratur6

Page 7: Traumatologi i - III - Dapus

o Batas luka tidak teratur

o Tepi luka tidak rata

o Kadang – kadang di temukan sedikit perdarahan

o Permukaannya tertutup oleh krusta ( serum yang telah mengering )

o Warna coklat kemerahan

Pada pemeriksan mikroskopik terlihat adanya beberapa bagian yang

masih di tutupi epitel dan reaksi jaringan ( inflamasi )

Bentuk luka lecet kadang–kadang dapat memberi petunjuk tentang benda

penyebabnya; seperti misalnnya kuku, ban mobil, tali atau ikat pinggang.

Luka lecet juga dapat terjadi sesudah orang meninggal dunia, dengan tanda

– tanda sebagai berikut :

o Warna kuning mengkilat

o Lokasi biasanya didaerah penonjolan tulang

o Pemeriksaan mikroskopik tidak di temukan adanya sisa- sia epitel dan

tidak di temukan reaksi jaringan.

7

Page 8: Traumatologi i - III - Dapus

c. Luka terbuka / robek ( laserasi )

Luka terbuka / robek adalah luka yang disebabkan karena persentuhan

dengan benda tumpul dengan kekuatan yang mampu merobek seluruh

lapisan kulit dan jaringan di bawahnya, yang ciri–cirinya sebagai berikut :

o Bentuk garis batas luka tidak teratur dan tepi luka tak rata

o Bila ditautkan tidak dapat rapat ( karena sebagaian jaringan hancur )

o Tebing luka tak rata serta terdapat jembatan jaringan

o Di sekitar garis batas luka di temukan memar

o Lokasi luka lebih mudah terjadi pada daerah yang dekat dengan

tulang ( misalnya daerah kepala, muka atau ekstremitas )

Karena terjadinya luka disebabkan oleh robeknya jaringan maka bentuk

dari luka tersebut tidak menggambarkan bentuk dari benda penyebabnya.

Jika benda tumpul yang mempunyai permukaan bulat atau persegi

dipukulkan pada kepala maka luka robek yang terjadi tidak berbentuk

bulat atau persegi. Kekerasan akibat benda tajam dapat menimbulkan

luka yang bentuknya tergantung dari cara benda tajam itu mengenai

sasaran. Jika diiriskan akan mengakibatkan luka iris, jika di tusukan

akan mengakibatkan luka tusuk dan jika di bacokan (di ayunkan dengan

tenaga yang kuat) akan mengakibatkan luka bacok.

8

Page 9: Traumatologi i - III - Dapus

Kekerasan akibat benda tumpul dapat menyebabkan luka memar, luka

lecet atau luka robek.

Perbedaan trauma tajam dan trauma tumpul

Trauma Tajam Tumpul

a. Bentuk luka Teratur Tidak teratur

b. Tepi luka Rata Tidak rata

c. Jembatan jaringan Tidak ada Ada

d. Rambut Ikut terpotong Tidak ikut terpotong

e. Dasar luka Berupa garis atau titik Tidak teratur

f. Sekitar luka Tidak ada luka lain ada luka lecet/memar

3. Benda Yang Mudah Pecah ( kaca )

Kekerasan oleh benda yang mudah pecah ( misal kaca ), dapat

mengakibatkan luka –luka campuran; yang terdiri atas luka iris, luka tusuk dan

luka lecet. Pada daerah luka atau sekitarnya biasanya tertinggal fragmen-

fragmen dari benda yang mudah pecah itu. Jika yang menjadi penyebabnya

adalah kaca mobil maka luka-luka campuran yang terjadi hanya terdiri atas

luka lecet dan luka iris saja, sebab kaca mobil sengaja dirancang sedemikian

rupa sehingga kalau pecah akan terurai menjadi bagian-bagian kecil.

B. Benda Fisik

Kekerasan fisik adalah kekerasan yang disebabkan oleh benda-benda fisik, antara lain:

Benda bersuhu tinggi

9

Page 10: Traumatologi i - III - Dapus

Benda bersuhu rendah

Sengatan listrik

Petir

Tekanan (barotrauma)

1. Benda bersuhu tinggi

Kekerasan dengan benda bersuhu tinggi akan menimbulkan luka

bakar yang cirinya amat tergantung pada bendanya, ketinggian suhunya,

serta lamanya berkontak dengan benda tersebut. Api, benda padat panas

atau membara dapat mengakibatkan luka bakar derajat I,II,III dan IV. Zat

cair panas dapat mengakibatkan luka bakar derajat I, II dan III.

2. Benda bersuhu rendah

Kekerasan oleh benda bersuhu dingin (rendah) biasanya dialami

oleh bagian tubuh yang terbuka, seperti misalnya tangan, kaki, telinga atau

hidung. Mula-mula pada daerah tersebut akan terjadi vasokonstriksi

pembuluh darah superficial sehingga terlihat pucat. Selanjutnya akan terjadi

paralisis kontrol vasomotor yang menyebabkan daerah tersebut berubah

menjadi kemerahan. Pada keadaan yang lebih berat akan berubah menjadi

gangren.

3. Sengatan listrik

Sengatan oleh benda bermuatan listrik dapat menimbulkan luka

bakar sebagai akibat berubahnya energi listrik menjadi energi panas.

10

Page 11: Traumatologi i - III - Dapus

Besarnya pengaruh listrik pada jaringan tersebut tergantung dari besarnya

tegangan (voltase), kuatnya arus (ampere), besarnya tahanan kulit (ohm),

dan kontak serta luasnya daerah yang terkena kontak.

Bentuk luka pada daerah kontak (tempat masuknya arus) berupa kerusakan

jaringan kulit dengan tepi agak menonjol dan di sekitarnya terdapat daerah

pucat, dikelilingi daerah hipereremis. Sering ditemukan adanya metalisasi.

Pada tempat keluarnya arus dari tubuh juga sering ditemukan

adanya luka. Bahkan kadang-kadang bagian baju atau sepatu yang dilalui

arus listrik ketika meninggalkan tubuh juga ikut terbakar.Tegangan arus

kurang dari 65 volt biasanya tidak mebahayakan, tetapi tegangan antara 65-

1000 volt dapat mematikan. Sedangkan kuat arus (ampere) yang dapat

mematikan adalah 100 mA. Kematian tersebut terjadi akibat fibrilasi

ventrikel, kelumpuhan otot pernapasan atau pusat pernapasan. Sedangkan

faktor yang sering mempengaruhi kefatalan adalah kesadaran seseorang

akan adanya listrik pada benda yang dipegangnya. Bagi orang-orang yang

tidak menyadari adanya arus listrik pada benda yang dipegangnya biasanya

pengaruhnya lebih berat dibanding orang-orang yang pekerjaannya setiap

hari berhubungan dengan listrik.

4. Petir

Petir terjadi karena adanya loncatan arus listrik di awan yang

tegangannya dapat mencapai 10 mega volt dengan kuat arus sekitar

100.000 A ke tanah. Luka-luka karena sambaran petir pada hakekatnya

merupakan luka-luka gabungan akibat listrik, panas dan ledakan udara.

Luka akibat panas berupa luka bakar dan luka akibat ledakan udara berupa

luka-luka yang mirip dengan luka akibat persentuhan dengan beda tumpul.

Dapat terjadi kematian akibat efek arus listrik yang melumpuhkan

susunan saraf pusat, menyebabkan fibrilasi ventrikel. Kematian juga dapat

terjadi karena efek ledakan atau efek dari gas panas yang ditimbulkannya.

Pada korban mati sering ditemukan adanya arborecent mark (percabangan

pembuluh darah terlihat seperti percabangan pohon), metalisasi benda-

11

Page 12: Traumatologi i - III - Dapus

benda dari logam yang dipakai, magnetisasi benda-benda dari logam yang

dipakai. Pakaian korban terbakar atau robek-robek.

5. Tekanan (barotrauma)

Trauma akibat perubahan tekanan pada medium yang ada di sekitar

tubuh manusia dapat menimbulkan kelainan atau gangguan yang sering

disebut disbarisme yang terdiri atas 2 macam, yaitu:

a. Hiperbarik:

Sindroma ini disebabkan oleh tekanan tinggi, antara lain:

- Turun dari ketinggian secara mendadak (saat pesawat mendarat

atau turun gunung)

- Berada di kedalaman air: pada penyelam bebas, scuba diving

(menyelam dengan tangki oksigen), snorkling (menyelam

dengan tube di mulut) penyelam dengan pakaian khusus.

Gejala yang ditimbulkan oleh perubahan tekanan tersebut dapat berupa:

- Barotraumas pulmoner: pneumotoraks, emboli udara atau

emfisema interstitialis.

- Barotalgia: rasa nyeri, membran tympani pecah, perdarahan,

vertigo, dizziness.

- Barodontalgia: pengumpulan gas yang menyebabkan rasa nyeri

atau bahkan meletus.

- Narkosis nitrogen: amnesia, disorientasi.

b. Hipobarik

Sindroma ini disebabkan oleh perubahan tekanan rendah, antara lain:

- Naik tempat tinggi secara mendadak saat pesawat mengudara

atau saat pesawat meluncur ke ruang angkasa.

- Berada di ruangan bertekanan rendah, misalnya dalam

decompression chamber.

12

Page 13: Traumatologi i - III - Dapus

Gejala yang ditimbulkannya disebabkan oleh pembentukan dan

pengumpulan gelembung-gelembung udara di dalam jaringan lunak

atau organ-organ berongga. Gejala tersebut antara lain:

- Sendi-sendi terasa kaku disertai nyeri hebat

- Rongga dada dirasakan tercekik, sesak napas dan batuk yang

hebat.

- Gejala pada susunan saraf tergantung letak emboli dan letak

emfisema subkutan

- Rongga perut terasa kembung

- Gigi geligi terasa nyeri.

C. Kombinasi Benda Mekanik dan Fisik

Luka akibat tembakan senjata api pada dasarnya merupakan luka yang

disebabkan oleh trauma benda mekanik (benda tumpul) dan fisik (panas), yaitu

anak peluru yang jalannya giroskopik (berputar/mengebor).

Mengingat lapisan kulit memiliki elastisitas yang kurang baik

dibandingkan lapisan di bawahnya, maka jaringan yang hancur akibat terjangan

anak peluru lebih luas. Akibatnya bentuk luka tembak masuk terdiri atas

lubang, dikelilingi cincin lecet yang diameternya lebih besar. Diameter cincin

tersebut lebih mendekati kaliber pelurunya.

Sedangkan luka akibat senjata yang tidak menggunakan mesiu sebagai

tenaga pendorong anak pelurunya (senjata angin) pada hakekatnya merupakan

luka yang disebabkan oleh persentuhan dengan benda tumpul saja.

Ciri-ciri luka tembak amat bergantung pada jenis senjata yang

ditembakkan, jarak tembakan, arah tembakan, serta posisinya (sebagai tempat

masuk atau keluarnya anak peluru).

13

Page 14: Traumatologi i - III - Dapus

D. Zat Kimia Korosif

Zat-zat kimia korosif dapat menimbulkan luka-luka apabila mengenai tubuh

manusia. Ciri-ciri lukanya amat tergantung pada golongan zat kimia tersebut.

1. Golongan asam

Termasuk zat kimia korosif dari golongan asam antara lain:

- Asam mineral, antara lain: H2SO4, HCl dan NO3

- Asam organik, antara lain: asam oksalat, asam formiat dan asam

asetat

- Garam mineral, antara lain: AgNO3 dan zinc chloride

- Halogen, antara lain: F, Cl, Ba dan J

Cara kerja zat kimia korosif dari golongan ini sehingga mengakibatkan

luka, ialah:

- Mengekstraksi air dan jaringan

- Mengkoagulasi protein menjadi albuminat

- Mengubah hemoglobin menjadi acid hematin

Ciri-ciri luka yang terjadi akibat zat-zat asam korosif tersebut ialah:

- Terlihat kering

- Berwarna coklat kehitaman, kecuali yang disebabkan oleh nitrit acid

berwarna kuning kehijauan

- Perabaan keras dan kasar

2. Golongan basa

Zat-zat kimia korosif yang termasuk golongan basa antara lain:

- KOH

- NaOH

- NH4OH

Cara kerja dari zat-zat tersebut sehingga menimbulkan luka adalah:

14

Page 15: Traumatologi i - III - Dapus

- Mengadakan ikatan denga protoplasma sehingga membentuk

alkaline albumin dan sabun

- Mengubah hemoglobin menjadi alkaline hematine

Ciri-ciri luka yang terjadi sebagai akibat persentuhan dengan zat-zat ini

adalah:

- Terlihat basah dan edematous

- Berwarna merah kecoklatan

- Perabaan lunak dan licin

II.3 Waktu Terjadinya Kekerasan

Waktu terjadinya kekerasan merupakan hal yang sangat penting bagi

keperluan penuntutan oleh penuntut umum, pembelaan oleh penasehat hukum

terdakwa serta untuk penentuan keputusan oleh hakim. Dalam banyak kasus,

informasi tentang waktu terjadinya kekerasan itu akan dapat digunakan sebagai

bahan analisa guna mengungkapkan banyak hal, tidak seharusnya seseorang

dituduh atau dihukum jika pada saat terjadinya tindak pidana ia berada ditempat

yang jauh dari tempat kejadian perkara.

Dengan melakukan pemeriksaan yang teliti, akan dapat ditentukan :

- Luka terjadi antemortem atau postmortem.

- Umur luka.

A. Luka Antemortem dan Postmortem

Jika pada tubuh jenazah ditemukan luka maka pertanyaannya ialah luka itu

terjadi sebelum atau sesudah mati. Untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu

dicari ada tidaknya tanda-tanda intravital. Jika ditemukan berarti luka terjadi

sebelum mati dan demikian pula sebaliknya.

15

Page 16: Traumatologi i - III - Dapus

Tanda intravital itu sendiri pada hakekatnya merupakan tanda yang

menunjukan bahwa :

- Jaringan setempat masih hidup ketika terjadi trauma.

- Organ dalam masih berfungsi ketika terjadi trauma.

1. Jaringan setempat masih hidup ketika terjadi trauma.

Tanda-tanda bahwa jaringan yang terkena trauma masih dalam keadaan

hidup ketika terjadi trauma antara lain :

a. Retraksi jaringan

Terjadi karena serabut-serabut elastis dibawah kulit terpotong dan

kemudian mengkerut sambil menarik kulit diatasnya. Jika arah luka

memotong serabut secara tegak lurus maka bentuk luka akan

menganga, tetapi jika arah luka sejajar dengan serabut elastis maka

bentuk luka tak begitu menganga.

b. Reaksi vaskuler

Bentuk reaksi vaskuler tergantung dari jenis trauma, yaitu :

Pada trauma suhu panas, bentuk reaksi intravitalnya berupa :

- Eritema (kulit berwarna kemerahan)

- Vesikel atau bulla

Pada trauma benda keras dan tumpul, bentuk intravital berupa :

- Kontusi atau memar

c. Reaksi mikroorganisme (infeksi).

Jika tubuh dari orang yang masih hidup mendapat trauma dan

meninggalkan luka terbuka maka kuman-kuman akan masuk serta

menimbulkan infeksi yang ciri-cirinya sebagai berikut :

- Warna kemerahan.

- Terlihat bengkak.

- Terdapat pus.

16

Page 17: Traumatologi i - III - Dapus

- Bila sudah lama telihat adanya jaringan granulasi.

d. Reaksi biokimiawi.

Jika jaringan yang masih hidup mendapat trauma maka pada daerah

tersebut akan terjadi aktivitas biokimiawi berupa :

- Kenaikan kadar serotonin(kadar maksimal terjadi 10 menit

sesudah trauma).

- Kanaikan kadar histamine (kadar maksimal terjadi 20-30 menit

sesudah trauma).

- Kanaikan kadar enzim (ATP, aminopeptidase, acid-phosphatase)

yang terjadi beberapa jam sesudah trauma sebagai akibat dari

mekanisme pertahanan jaringan.

2. Organ dalam masih berfungsi saat terjadi trauma.

Jika organ dalam (jantung atau paru-paru) masih dalam keadaan berfungsi

ketika terjadi trauma maka tanda-tandanya antara lain :

a. Perdarahan hebat (profuse bleeding)

Trauma yang terjadi pada orang hidup akan menimbulkan

perdarahan yang banyak sebab jantung masih bekerja sehingga terus-

menerus memompa darah keluar lewat luka. Berbeda sekali dengan

trauma yang terjadi sesudah mati sebab keluarnya darah disini secara

pasif karena pengaruh gravitasi sehingga jumlahnya tidak banyak.

Perdarahan pada luka intravital dibagi menjadi 2 yaitu

perdarahan internal dan eksternal. Perdarahan internal mudah

dibuktikan karena darah tertampung dirongga badan (rongga perut,

rongga dada, rongga panggul, rongga kepala, dan kantong

perikardium) sehingga dapat diukur pada waktu otopsi. Sedangkan

perdarahan eksternal (darah tumpah ditempat kejadian) hanya dapat

disimpulkan jika pada waktu otopsi ditemukan tanda-tanda anemis

(muka dan organ-organ dalam pucat) disertai tanda-tanda limpa

melisut, jantung dan nadi utama tidak berisi darah.

17

Page 18: Traumatologi i - III - Dapus

b. Emboli udara

Terdiri atas emboli udara venosa (pulmoner) dan emboli udara

arterial (sistemik). Emboli udara venosa terjadi jika lumen dari vena

yang terpotong tidak mengalami kolap karena terfiksir dengan baik

seperti misalnya vena jugularis eksterna atau subclavia. Udara akan

masuk ketika tekanan dijantung kanan negatif. Gelembung udara yang

terkumpul di jantung kanan dapat terus menuju kedaerah paru-paru

sehingga dapat mengganggu fungsinya.

Emboli arterial dapat terjadi sebagai kelanjutan dari emboli

udara venosa pada penderita foramen ovale persisten atau sebagai

akibat dari tindakan pneumotorak artefisial atau karena luka-luka yang

menembus paru-paru. Kematian dapat terjadi akibat gelembung udara

masuk pembuluh darah koroner atau otak.

c. Emboli lemak

Emboli lemak dapat terjadi pada trauma tumpul yang mengenai

jaringan berlemak atau trauma yang mengakibatkan patah tulang

panjang. Akibatnya, jaringan lemak akan mengalami pencairan dan

kemudian masuk kedalam pembuluh darah vena yang pecah menuju

atrium kanan, ventrikel kanan dan dapat terus menuju daerah paru-

paru.

d. Pneumotorak

Jika dinding dada menderita luka tembus atau paru-paru

menderita luka, sementara paru-paru itu sendiri tetap berfungsi maka

luka tersebut dapat berfungsi sebagai ventil. Akibatnya, udara luar atau

udara paru-paru akan masuk ke rongga pleura setiap inspirasi.

Semakin lama udara yang masuk kerongga pleura, semakin

banyak yang pada akhirnya akan menghalangi pengembangan paru-

paru sehingga pada akhirnya paru-paru menjadi kolap.

18

Page 19: Traumatologi i - III - Dapus

e. Emfisema kulit (krepitasi kulit)

Jika trauma pada dada mengakibatkan tulang iga patah dan

menusuk paru-paru maka pada setiap ekspirasi udara paru-paru dapat

masuk ke jaringan ikat dibawah kulit.

Pada palpasi akan terasa ada krepitasi disekitar daerah trauma.

Keadaan seperti ini tidak mungkin terjadi jika trauma terjadi sesudah

orang meninggal dunia. Jika trauma terjadi sesudah orang meninggal

dunia maka kelainan-kelainan tersebut diatas tidak mungkin terjadi

mengingat pada saat itu jantung dan paru-parunya sudah berhenti

bekerja.

B. Umur Luka

Untuk mengetahui kapan terjadinya kekerasan, perlu diketahui umur luka.

Hanya saja, tidak ada satupun metode yang dapat digunakan untuk menilai dengan

tepat kapan suatu kekerasan (baik pada korban hidup ataupun mati) dilakukan

mengingat adanya faktor individual, penyulit (misalnya infeksi, kelainan darah

atau penyakit defisiensi) serta faktor kualitas dari kekerasan itu sendiri.

Kendati demikian ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk

memperkirakannya, yaitu dengan melakukan :

- Pemeriksaan makroskopik.

- Pemeriksaan mikroskopik (histologik).

- Pemeriksaan histokemik (histochemical examination).

- Pemeriksaan biokemik (biochemical examination).

1. Pemeriksaan makroskopik.

Pemeriksaan dengan mata telanjang atas luka dapat memperkirakan berapa

umur luka tersebut. Pada korban hidup, perkiraan dihitung dari saat trauma

sampai saat diperiksa dan pada korban mati, mulai dari saat trauma sampai saat

kematiannya.

19

Page 20: Traumatologi i - III - Dapus

Pada kekerasan dengan benda tumpul, umur luka dapat diperkirakan

dengan mengamati perubahan-perubahan yang terjadi. Mula-mula pada daerah

yang mengalami trauma akan terlihat pembengkakan akibat ekstravasasi dan

inflamasi, berwarna merah kebiruan. Sesudah 4 samapai 5 hari warna tersebut

berubah menjadi kuning kehijauan dan sesudah lebih dari seminggu menjadi

kekuningan.

Pada luka robek atau terbuka juga dapat diperkirakan umurnya dengan

mengamati perubahan–perubahannya. Dalam selang waktu 12jam sesudah

trauma akan terjadi pembengkakan pada tepi luka, selanjutnya kondisi luka

akan di dominasi oleh tanda-tanda inflamasi dan kemudian di susul tanda-tanda

penyembuhan.

2. Pemeriksaan mikroskopik.

Mengingat hasil pemeriksaan makroskopik sangat variatif dan jauh dari

ketetapan maka perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopik pada korban mati.

Selain berguna bagi penentuan intravitalisasi luka, pemeriksaan mikroskopik

juga dapat menentukan umur luka secara lebih teliti. Caranya ialah dengan

mengamati perubahan-perubahan histologiknya.

Menurut Walcher, Robertson dan Hodge, infiltrasi perivaskuler dari

leukosit polimorfonukler dapat dilihat dengan jelas pada kasus-kasus dengan

periode survival sekitar 4 jam atau lebih. Dilatasi kapiler dan marginasi sel

leukosit mungkin dapat dilihat lebih dini lagi, bahkan dalam beberapa menit

sesudah trauma. Leukosit yang mula-mula masuk kejaringan adalah jenis

polimorfonuklear. Pada stadium berikutnya akan tampak monosit, namun

leukosit jenis ini jarang ditemukan pada eksudat kurang dari 12 jam sesudah

trauma. Pada trauma dengan inflamasi aseptik, proses eksudasi akan mencapai

puncaknya dalam waktu 48 jam.

Epitelisasi baru terjadi pada hari ketiga, sedangkan sel-sel fibroblast mulai

menunjukan perubahan reaktif ( dalam bentuk proliferasi ) sekitar 15 jam

20

Page 21: Traumatologi i - III - Dapus

sesudah trauma. Tingkat proliferasi tersebut serta proses pembentukan kapiler-

kapiler baru sangat variatif, tetapi biasanya jaringan granulasi lengkap dengan

vaskularisasinya akan terbentuk paling tidak sesudah 3 hari.serabut-serabut

kolagen yang baru juga mulai tebentuk 4 atau 5 hari sesudah trauma.

Pada luka-luka kecil, kemungkinan jaringan perut tampak pada akhir

minggu pertama. Biasanya sekitar 12 hari sesudah trauma, aktifitas sl-sel epitel

dan jaringan dibawah nya mengalami tahapan regresi. Akibatnya jaringan

epitel akan mengalami atrofi, vaakularisasi jaringan di bawahnya juga

berkurang diganti serabut-serabut kolagen,sampai beberapa minggu sesudah

penyembuhannya, serabut-serabut elastis masih tampak lebih banyak dari

jaringan yang tak terkena trauma. Perubahan-perubahan histologik dari luka ini

sangat dipengaruhi oleh ada tidaknya infeksi dan perlu diketahui bahwa infeksi

akan memperlambat proses penyembuhan luka.

3. Pemeriksaan Histokemik

Perubahan-perubahan morfologik dari jaringan hidup yang mendapat

trauma merupakan akibat dari fenomena fungsional yang sering sejalan dengan

aktifitas enzim, yaitu protein yang berfungsi sebagai katalisator reaksi biologik.

Oleh sebab itu di temukannya enzim yang bertanggung jawab terhadap

perubahan tersebut dapat membuktikan lebih dini tentang adanya trauma

sebelum perubahan morfologiknya dapat dilihat.

Pemeriksaan histokemik ini didasarkan pada reaksi yang dapat dilihat

dengan pemeriksaan mikroskopik dengan menambahkan zat-zat tertentu. Mula-

mula luka atau bagian dari luka dipotong dengan mengikutsertakan jaringan

disekitarnya, kira-kira setengah inci. Separo dari potongan itu difiksasi dengan

menggunakan formalin 10% didalam refrigerator dengan suhu 4 derajat celcius

sepanjang malam untuk membuktikan adanya aktifitas esterase dan fosfatase.

Separonya lagi dibekukan dengan isopentane dengan menggunakan es kering

(dry ice) guna mendeteksi adanya adenosine triphosphatase dan

aminopeptidase.

21

Page 22: Traumatologi i - III - Dapus

Peningkatan aktifitas adenosine triphosphatase dan esterase dapat dilihat

lebih dini, yaitu setengah jam setelah trauma. Peningkatan aktifitas

aminopeptidase dapat dilihat sesudah 2 jam, sedangkan peningkatan acid

phosphatase dan alkali phosphatase sesudah 4 jam.

4. Pemeriksaan Biokemik.

Meskipun pemeriksaan histokemik lebih banyak menolong, tetapi reaksi

trauma yang dapat ditunjukkannya masih memerlukan waktu yang relatif

panjang yaitu beberapa jam sesudah trauma. Padahal yang sering terjadi korban

mati beberapa saat sesudah trauma sehingga belum dapat dilihat reaksinya

dengan metode tersebut. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan biokemik.

Perlu diketahui bahwa histamine dan serotonin merupakan zat vasoaktif

yang bertanggung jawab terhadap terjadinya inflamasi akut, terutama pada

stadium yang paling awal dari trauma. Penerapannya bagi kepentingan forensik

telah dipublikasikan untuk yang pertama kali pada tahun 1965 oleh Vazekas

dan Viragos-Kis. Mereka melaporkan adanya kenaikan histamine bebas pada

jejas jerat antemortem pada kasus menggantung. Oleh peneliti lain dibuktikan

bahwa kenaikan histamin terjadi 20-30 menit sesudah trauma sedangkan

serotonin naik setelah 10 menit.

II.4 Cara Melakukan Kekerasan

Dengan melihat bentuk serta ciri-ciri luka, dapat juga diketahui cara benda

penyebabnya digunakan. Sudah barang tentu tergantung dari jenis benda

penyebab luka tersebut.

Untuk senjata tajam, cara senjata itu digunakan dapat dibedakan, yaitu:

Diiriskan

Ditusukkan

Dibacokkan

22

Page 23: Traumatologi i - III - Dapus

Untuk senjata api, cara senjata itu ditembakkan juga dapat ditentukan, yaitu:

Secara tegak lurus atau miring

Dengan jarak tembak tempel, dekat, sedang atau jauh

1. DIIRISKAN

Diiriskan artinya bahwa mata tajam dari senjata tersebut ditekankan lebih

dahulu ke suatu bagian dari tubuh kemudian digeser ke arah yang sesuai

dengan arah senjata. Luka yang ditimbulkannya merupakan luka iris (incised

wound) yang ciri-cirinya:

Sesuai ciri-ciri umum luka akibat senjata tajam

Panjang luka lebih besar dari dalamnya luka

2. DITUSUKKAN

Ditusukkan artinya bagian ujung dari senjata tajam ditembakkan pada suatu

bagian dari tubuh dengan arah tegak lurus atau miring dan kemudian ditekan

ke dalam tubuh sesuai arah tadi. Luka yang ditimbulkan merupakan luka tusuk

(stab wound) yang ciri-cirinya:

Sesuai ciri-ciri umum luka akibat senjata tajam

Dalam luka lebih besar dari panjangnya luka

3. DIBACOKKAN

Dibacokkan artinya bahwa senjata tajam yang ukurannya relatif besar dan

diayunkan dengan tenaga yang kuat sehingga mata tajam dari senjata tersebut

23

Page 24: Traumatologi i - III - Dapus

mengenai suatu bagian dari tubuh. Tulang-tulang dibawahnya biasanya

berfungsi sebagai bantalan sehingga ikut menderita luka. Luka yang

ditimbulkannya merupakan luka bacok (chop wound) yang ciri-cirinya:

Sesuai ciri-ciri umum luka akibat senjata tajam

Ukuran luka besar dan menganga

Panjang luka kurang lebih sama dengan dalam luka

Biasanya tulang-tulang dibawahnya ikut menderita luka

Jika senjata yang digunakan tidak begitu tajam maka disekitar garis batas luka

terdapat memar.

4. DITEMBAKKAN

Jika ditembakkan tegak lurus ke arah permukaan tubuh, maka ciri-cirinya:

Letak lubang luka terhadap cincin lecet konsentris

Jika ditembakkan secara miring ke arah permukaan tubuh maka ciri-cirinya:

Letak lubang luka terhadap cincin lecet episentris

Jika ditembakkan dengan jarak kontak maka luka yang terjadi mempunyai

ciri-ciri:

Bentuknya seperti bintang (cruciform)

Terlihat memar berbentuk sirkuler akibat hentakan balik dari moncong

senjata

Jika ditembakkan dengan jarak dekat (1 inci – 2 kaki) maka ciri-ciri dari luka

yang terjadi adalah:

Berupa lubang berbentuk bulat yang dikelilingi cincin lecet

Terdapat produk dari mesiu (tatto, sisa-sisa mesiu atau jelaga)

Jika ditembakkan dengan jarak jauh (lebih dari 2 kaki) maka ciri-ciri dari luka

yang terjadi adalah:

Berupa lubang berbentuk bulat yang dikelilingi cincin lecet

Tidak ditemukan produk mesiu

24

Page 25: Traumatologi i - III - Dapus

II.5. Akibat Trauma

A. Aspek Medik

Berdasarkan prinsip inersia (principle of inertia) dari Galileo Galilei,

setiap benda akan tetap pada bentuk dan ukurannya sampai ada kekuatan luar

yang mampu merubahnya. Selanjutnya Isaac Newton dengan 3 buah hukumnya

berhasil menemukan metode yang dapat dipakai untuk mengukur dan

menghitung energi.

Dengan dasar-dasar tadi maka dapat diterangkan bagaimana suatu energi

potensial dalam bentuk kekerasan berubah menjadi energi kinetik yang mampu

menimbulkan luka, yaitu kerusakan jaringan yang dapat disertai atau tidak

disertai oleh diskontinuitas permukaan kulit.

Konsekuensi dari luka yang ditimbulkan oleh trauma dapat berupa :

1. Kelainan fisik / organik.

Bentuk dari kelainan fisik atau organik ini dapat berupa :

- Hilangnya jaringan atau bagian dari tubuh.

- Hilangnya sebagian atau seluruh organ tertentu.

2. Gangguan fungsi dari organ tubuh tertentu.

Bentuk dari gangguan fungsi ini tergantung dari organ atau bagian tubuh

yang terkena trauma. Contoh dari gangguan fungsi antara lain lumpuh, buta,

tuli atau terganggunya fungsi organ-organ dalam.

3. Infeksi

Seperti diketahui bahwa kulit atau membrana mukosa merupakan barier

terhadap infeksi. Bila kulit atau membrana tersebut rusak maka kuman akan

masuk lewat pintu ini. Bahkan kuman dapat masuk lewat daerah memar atau

bahkan iritasi akibat benda yang terkontaminasi oleh kuman. Jenis kuman

dapat berupa Streptococcus, Staphylococcus, Eschericia coli, Proteus

vulgaris, Clostridium tetani serta kuman yang menyebabkan gas gangren.

25

Page 26: Traumatologi i - III - Dapus

4. Penyakit

Trauma sering dianggap sebagai precipitating factor terjadinya penyakit

jantung walaupun hubungan kausalnya sulit diterangkan dan masih dalam

kontroversi.

5. Kelainan psikis

Trauma, meskipun tidak menimbulkan kerusakan otak, kemungkinan dapat

menjadi precipitating factor bagi terjadinya kelainan mental yang

spektrumnya amat luas; yaitu dapat berupa compensational neurosis, anxiety

neurosis, dementia praecox primer (schizophrenia), manic depressive atau

psikosis. Kepribadian serta potensi individu untuk terjadinya reaksi mental

yang abnormal merupakan faktor utama timbulnya gangguan mental

tersebut; meliputi jenis, derajat serta lamanya gangguan. Oleh sebab itu pada

setiap gangguan mental post-trauma perlu dikaji elemen-elemen dasarnya

yang terdiri atas latar belakang mental dan emosi serta nilai relatif bagi yang

bersangkutan atas jaringan atau organ yang terkena trauma. Secara umum

dapat diterima bahwa hubungan antara kerusakan jaringan tubuh atau organ

dengan psikosis post trauma didasarkan atas :

Keadaan mental benar-benar sehat sebelum trauma.

Trauma telah merusak susunan syaraf pusat.

Trauma, tanpa mempersoalkan lokasinya, mengancam kehidupan seseorang.

Trauma menimbulkan kerusakan pada bagian yang struktur atau

fungsinya dapat mempengaruhi emosi organ genital, payudara, mata,

tangan atau wajah.

Korban cemas akan lamanya waktu penderitaan.

Psikosis terjadi dalam tenggang waktu yang masuk akal.

Korban dihantui oleh kejadian (kejahatan atau kecelakaan) yang menimpanya.

26

Page 27: Traumatologi i - III - Dapus

B. Aspek Yuridis

Jika dari sudut medik, luka merupakan kerusakan jaringan (baik disertai atau

tidak disertai diskontinuitas permukaan kulit) akibat trauma maka dari sudut

hukum, luka merupakan kelainan yang dapat disebabkan oleh suatu tindak

pidana, baik yang bersifat intensional (sengaja), recklessness (ceroboh), atau

negligence (kurang hati-hati). Untuk menentukan berat ringannya hukuman

perlu ditentukan lebih dahulu berat ringannya luka.

Kebijakan hukum pidana didalam penentuan berat ringannya luka tersebut

didasarkan atas pengaruhnya terhadap :

- Kesehatan jasmani.

- Kesehatan rohani.

- Kelangsungan hidup janin di dalam kandungan.

- Estetika jasmani

- Pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata pencaharian.

- Fungsi alat indera :

1. Luka ringan.

Luka ringan adalah luka yang tidak menimbulkan penyakit atau

halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan atau mata

pencahariannya.

2. Luka sedang.

Luka yang mengakibatkan penyakit atau halangan dalam

menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencahariannya untuk

sementara waktu.

3. Luka berat.

27

Page 28: Traumatologi i - III - Dapus

Luka yang sebagaimana diuraikan di dalam pasal 90 KUHP, yang

terdiri atas:

a. Luka atau penyakit yang tidak dapat diharapkan akan sembuh

dengan sempurna. Pengertian tidak akan sembuh dengan

sempurna lebih ditujukan pada fungsinya. Contohnya trauma

pada satu mata yang menyebabkan kornea robek. Sesudah dijahit

sembuh, tetapi mata tersebut tidak dapat melihat.

b. Luka yang dapat mendatangkan bahaya maut. Dapat

mendatangkan bahaya maut pengertiannya memiliki potensi

untuk menimbulkan kematian, tetapi sesudah diobati dapat

sembuh.

c. Luka yang menimbulkan rintangan tetap dalam menjalankan

pekerjaan jabatan atau mata pencahariannya. Luka yang dari

sudut medik tidak membahayakan jiwa, dari sudut hukum dapat

dikategorikan sebagai luka berat. Contohnya trauma pada tangan

kiri pemain biola atau pada wajah seorang peragawati dapat

dikategorikan luka berat jika akibatnya mereka tidak dapat lagi

menjalankan pekerjaan tersebut selamanya.

d. Kehilangan salah satu dari panca indera. Jika trauma

menimbulkan kebutaan satu mata atau kehilangan pendengaran

satu telinga, tidak dapat digolongkan kehilangan indera.

Meskipun demikian tetap digolongkan sebagai luka berat

berdasarkan butir (a) di atas.

e. Cacat besar atau kudung.

f. Lumpuh.

g. Gangguan daya pikir lebih dari 4 minggu lamanya. Gangguan

daya pikir tidak harus berupa kehilangan kesadaran tetapi dapat

28

Page 29: Traumatologi i - III - Dapus

juga berupa amnesia, disorientasi, anxietas, depresi atau

gangguan jiwa lainnya.

h. Keguguran atau kematian janin seorang perempuan. Yang

dimaksud dengan keguguran ialah keluarnya janin sebelum masa

waktunya, yaitu tidak didahului oleh proses sebagaimana

umumnya terjadi seorang wanita ketika melahirkan. Sedangkan,

kematian janin mengandung pengertian bahwa janin tidak lagi

menunjukkan tanda-tanda hidup, tidak dipersoalkan bayi keluar

atau tidak dari perut ibunya.

II.6 Kontek Peristiwa Penyebab Luka

Latar belakang terjadinya luka dapat disebabkan oleh peristiwa pembunuhan,

bunuh diri atau kecelakaan.

1. Pembunuhan

Ciri-ciri lukanya adalah:

Lokasi luka di sembarang tempat, yaitu daerah yang mematikan

maupun yang tidak mematikan

Lokasi tersebut di daerah yang dapat dijangkau maupun yang tidak

dapat dijangkau oleh tangan korban

Pakaian yang menutupi daerah luka ikut robek terkena senjata

Dapat ditemukan luka tangkisan (defensive wounds), yaitu pada

korban yang sadar ketika mengalami serangan. Luka tangkisan

tersebut terjadi akibat reflek menahan serangan sehingga letak luka

tangkisan biasanya pada lengan bawah bagian luar.

2. Bunuh diri

Ciri-ciri lukanya adalah:

Lokasi luka pada daerah yang dapat mematikan secara cepat

Lokasi tersebut dapat dijangkau oleh tangan yang bersangkutan

29

Page 30: Traumatologi i - III - Dapus

Pakaian yang menutupi luka tidak ikut robek oleh senjata

Ditemukan luka-luka percobaan (tentative wounds).

Luka percobaan tersebut terjadi karena yang bersangkutan masih ragu-

ragu atau karena sedang memilih letak senjata yang pas sambil

mengumpulkan keberaniannya, sehingga ciri-ciri luka percobaan adalah:

Jumlahnya lebih dari satu

Lokasinya di sekitar luka yang mematikan

Kualitas lukanya dangkal

Tidak mematikan

3. Kecelakaan

Jika ciri-ciri luka yang ditemukan tidak menggambarkan pembunuhan atau

bunuh diri maka kemungkinannya adalah akibat kecelakaan. Untuk lebih

memastikannya perlu dilakukan pemeriksaan di tempat kejadian.

30

Page 31: Traumatologi i - III - Dapus

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

III.1 Kesimpulan

1. Luka pada Ilmu Kedokteran Forensik merupakan salah satu bagian

terpenting. Luka bisa terjadi pada korban hidup maupun korban mati. Luka

bisa terjadi akibat kekerasan mekanik, kekerasan fisik, & kekerasan

kimiawi. Luka dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis benda, yaitu akibat

kekerasan benda tumpul, akibat benda tajam, akibat tembakan senjata api,

akibat benda yang muda pecah, akibat suhu/temperatur, akibat trauma

listrik, akibat petir, dan akibat zat kimia korosif.

Selain itu luka bisa diketahui waktu terjadinya kekerasan, apakah luka

terjadi antemortem atau postmortem. Terkadang dari luka kita bisa

mengetahui umur luka. Walaupun belum ada satupun metode yang

digunakan untuk menilai dengan tepat kapan suatu kekerasan dilakukan

mengingat adanya berbagai macam faktor yang mempengaruhinya; seperti

faktor infeksi, kelainan darah, atau penyakit defisiensi. 

Dari deskripsi luka kita sebagai dokter juga dapat membantu pihak hukum

untuk menentukan kualifikasi luka sesuai dengan KUHP Bab XX pasal

351 dan 352 serta Bab IX pasal 90. Yang pada tindak pidana untuk

menentukan hukuman yang diberikan kepada pelaku kekerasan dengan

melihat deskripsi luka yang kita buat. Oleh karena itu diharapkan kita

sebagai calon dokter yang nantinya sebagai dokter di masyarakat umum

akan banyak menemukan kasus kekerasan yang menyebabkan luka baik

pada korban hidup maupun korban mati, bisa mendeskripsikan luka

sebaik-baiknya dalam Visum et Repertum.

31

Page 32: Traumatologi i - III - Dapus

III.2 Saran

1. Seorang dokter atau calon dokter harus belajar mendiskripsikan luka

sehingga mampu membuat Visum et Repertum yang baik dan benar.

2. Seorang dokter atau calon dokter tidak hanya mempelajari ilmu

kedokteran tetapi juga mengetahui hukum kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

32

Page 33: Traumatologi i - III - Dapus

1. Herlambang, Penggalih Mahardika. Mekanisme Biomolekuler Luka Memar [online]. 2010. Available at: http://sibermedik.files.wordpress.com/2008/10/biomol-memar_rev.pdf

2. Wales J. Visum et Repertum. [online]. 2010. Available at : http://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Visum_Et_Repertum.

3. Dahlan, Sofwan. Pembuatan Visum Et Repertum. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang : 2003.

4. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Luka. Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed.2, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2004.

5. Dahlan, Sofwan. Traumatologi. Dalam: Ilmu Kedokteran Forensik. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.Semarang.2004. Hal 67-91.

6. Apuranto, Hariadi. Luka tumpul [online]. 2010. Available at: www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/.../LUKA%20TUMPUL.pdf

7. Apuranto, Hariadi. Luka tajam [online]. 2010. Available at : www.fk.uwks.ac.id/elib/.../LUKA%20AKIBAT%20BENDA%20TAJAM.pdf

8. Budiyanto, Arif. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 1997. Hal 37-54.

9. Idries, Abdul Mun'im. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Binarupa Aksara: Jakarta 1997. Hal 85-129.

10.Turner Ralph. For1ensik science. [online]. 2009. Available at : http://www.Portalkriminal.Com/Index

11.Anonim. 2010. http://www.freewebs.com/patofisiologi-luka/index.html

12. Anonim. 2010. http://ayumi.inube.com/blog/34039/forensic-electric%20trauma/html

13. Anonim. 2011. http://moduldanskill.blogspot.com/2011/06/traumatologi-forensik.html

14. Satyo, Alfred.C. Aspek Medikolegal Luka pada Forensik Klinik. Majalah Kedokteran Nusantara Vol.39. Universitas Sumatera Utara: Medan: Desember 2006. Hal 430-432

33