TRANSPLANTASI SEL TESTIKULAR IKAN NEON TETRA …
Transcript of TRANSPLANTASI SEL TESTIKULAR IKAN NEON TETRA …
TRANSPLANTASI SEL TESTIKULAR IKAN NEON TETRA
Paracheirodon innesi PADA BENIH IKAN MAS
UMUR BERBEDA
SRI SETYO WULANDARI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
TRANSPLANTASI SEL TESTIKULAR IKAN NEON TETRA
Paracheirodon innesi PADA BENIH IKAN MAS UMUR
BERBEDA
adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar
Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Desember 2012
SRI SETYO WULANDARI
C14080060
ABSTRAK
SRI SETYO WULANDARI. Transplantasi sel testikular ikan neon tetra
Paracheirodon innesi pada benih ikan mas umur berbeda. Dibimbing oleh
ODANG CARMAN dan ALIMUDDIN.
Ikan neon tetra Paracheirodon innesi merupakan ikan hias yang memiliki nilai
ekspor yang tinggi. Namun demikian, tingkat produksinya masih relatif rendah
karena fekunditas ikan neon tetra yang sedikit (sekitar 180 telur/induk). Teknologi
transplantasi sel testikular ikan neon tetra (ikan donor) ke ikan mas yang memiliki
fekunditas telur yang banyak dan diharapkan mampu mengatasi ketersediaan
benih ikan neon tetra. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan umur optimum
benih ikan mas (calon ikan semang) yang mampu menerima sel target dengan
baik dan memiliki keberhasilan kolonisasi yang tinggi. Testis ikan neon tetra
didisosiasi menggunakan larutan tripsin 0,5%. Sel testikular diwarnai dengan
PKH-26, kemudian ditransplantasikan ke rongga peritoneal benih ikan mas umur
7, 10 dan 14 hari setelah menetas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan mas perlakuan transplantasi umur 7 hari (31,25%) lebih
rendah dibandingkan dengan perlakuan transplantasi umur 10 hari (37,50%) dan
14 hari (56,25%). Persentase ikan terkolonisasi sel donor pada hari ke-21
pascatranplantasi pada benih umur 7 dan 10 hari adalah sama (80%), sedangkan
transplantasi benih umur 14 hari sebesar 60%. Berdasarkan keberhasilan
transplantasi secara kumulatif (tingkat kelangsungan hidup dan kolonisasi),
transplantasi pada benih umur 14 hari (33,75%) menunjukkan hasil lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan transplantasi pada benih umur 7 hari (25,00%)
dan benih umur 10 hari (30,00%). Dengan demikian, transplantasi sel testikular
ikan neon tetra pada benih ikan mas telah berhasil dilakukan, dan umur optimum
benih ikan mas adalah 14 hari setelah menetas.
Kata kunci: ikan neon tetra, ikan mas, transplantasi, kolonisasi, sel testikular.
ABSTRACT
SRI SETYO WULANDARI. Testicular cell transplantation of neon tetra fish
Paracheirodon innesi to different ages of common carp fry. Supervised by
ODANG CARMAN and ALIMUDDIN.
Neon tetra Paracheirodon innesi is an ornamental fish that have high export
value. However, production is still relatively low due to low fecundity
(approximately 180 eggs/brood). Technology of neonf tetra (as donor fish)
testicular cell transplantation to common carp which have high fecundity provides
a promising way to overcome the problem of neon tetra production. This research
was performed to determine the optimum age of common carp fry (as recipient
fish) that is able to receive donor cells and allow high success of transplantation.
In this research, the testes of neon tetra fish were dissociated by 0.5% trypsin
solution. The testicular cells were labeled with PKH-26 fluorescent dye, and then
transplanted into the peritoneal cavity of 7, 10 and 14 days post hatching common
carp fry. The results showed that the survival of 7 day-old transplanted fry
(31.25%) was lower than that of 10 day-old (37.75%) and 14 day-old transplanted
fry (56.25%). Percentage of fish colonized testicular cells donor at 21 days post-
transplantation on 7 day- and 10 day-old fry was similar (80%), while on 14 day-
old fry was 60%. Based on the cumulative transplantation success rate (survival
and colonization rates), transplantation on 14 day-old fry (33.75%) showed higher
result compared to transplantation on 7 day-old fry (25.00%) and 10 day-old fry
(30.00%). Thus, it can be concluded that transplantation of neon tetra testicular
cells to common carp fry have been successfully carried out, and the optimum age
of common carp fry to transplantation was 14 days after hatching.
Keywords: Neon tetra, common carp, transplantation, colonization, testicular cells
TRANSPLANTASI SEL TESTIKULAR IKAN NEON TETRA
Paracheirodon innesi PADA BENIH IKAN MAS
UMUR BERBEDA
SRI SETYO WULANDARI
SKRIPSI
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada
Program Studi Teknologi & Manajemen Perikanan Budidaya
Departemen Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
SKRIPSI
Judul : Transplantasi Sel Testikular Ikan Neon Tetra Paracheirodon innesi
Pada Benih Ikan Mas Umur Berbeda
Nama : Sri Setyo Wulandari
NRP : C14080060
Disetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. Odang Carman, M.Sc Dr. Alimuddin, S.Pi M.Sc
NIP. 19591222 198601 1 001 NIP. 19700103 199512 1 001
Diketahui,
Ketua Departemen Budidaya Perairan
Dr.Ir. Sukenda, M.Sc
NIP. 19671013 199302 1 001
Tanggal Lulus : ………………
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini. Penelitian ini telah
dilaksanakan dari bulan Mei hingga Juni 2012, bertempat di Laboratorium
Reproduksi dan Genetika Organisme Akuatik, Departemen Budidaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Beragam kata tak mudah diutarakan, hanyalah ungkapan rasa syukur,
kebahagiaan dan terima kasih yang tulus kepada:
1. Orang tua tercinta, Moch. Mudzakir dan Yati Rosyati, serta kakak-kakakku,
adikku dan keponakanku tersayang yang selalu mencurahkan kasih
sayangnya, do’a, dukungan moril dan materil yang tiada henti.
2. Dr. Odang Carman selaku Pembimbing I dan Dr. Alimuddin selaku
Pembimbing II, atas segala masukan dan dukungannya selama pelaksanaan
penelitian dan penyusunan tugas akhir ini.
3. Julie Ekasari, M.Sc, selaku Dosen Penguji pada pelaksanaan Ujian Akhir
Skripsi
4. Anna Octavera, SPi, M.Si yang telah banyak membantu dan membimbing
dalam penelitian dan penyusunan serta penulisan skripsi ini. Ibu Irmawati,
Ibu Yulintine, Ibu Enny, Pak Suci, Pak Muhammad, Mas Boyun, Abang Safir,
Kak Fuad, Kak Darmawan, Kak Jessy, Kak Ika, Kak Pustika, dan mahasiswa
S2, S3 Genetik yang telah memberikan motivasi, informasi, bimbingan serta
ilmunya.
5. Rekan-rekan seperjuangan : Ipha, Ami, Iday, Rima, Dita, Hikma, Daus, Fajar,
Adya dan Baehaki yang selalu membantu dan memberikan semangat.
6. Teman-teman terdekat : Rey, Ghieta, Lina, Intan, Rohimah, Tira, Ima, Nia dan
Titi yang telah memberikan motivasi.
7. Sahabat BDP 45 (2008), BDP 46, 47 atas dukungan dan persahabatan selama
ini, serta semua pihak yang telah memberikan dukungan baik secara langsung
maupun tidak langsung
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan masyarakat.
Bogor, Desember 2012
Sri Setyo Wulandari
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 25 April 1991. Mengawali
pendidikan di SD Negeri Kalijaga Permai Kota Cirebon lulusan tahun 2002.
Melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 7 Kota Cirebon (2002-2005) dan SMA
Negeri 9 Kota Cirebon (2005-2008). Tahun 2008 diterima di Institut Pertanian
Bogor (IPB) sebagai mahasiswa Departemen Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis merupakan mahasiswi yang aktif.
Penulis aktif sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA)
tahun 2010-2011. Asisten praktikum Mata Kuliah Dasar-dasar Genetika Ikan pada
tahun 2010-2011 dan 2011-2012.
Penulis menjadi salah satu delegasi IPB pada Pekan Ilmiah Nasional
(PIMNAS) XXV tahun 2012 yang dilaksanakan di Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta (UMY), melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang penelitian
(PKM-P) dan berhasil meraih penghargaan medali setara perak. Penulis pernah
melaksanakan magang di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar
(BBPBAT) Sukabumi dan Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung
(BBPLL). Penulis pernah melaksanakan praktik kerja lapangan dengan judul
“Pembesaran Udang Vaname (Litopanaeus vannamei) di Balai Layanan
Usaha Produksi Perikanan Budidaya Karawang Jawa Barat”. Tugas akhir
dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis Skripsi yang berjudul
“Transplantasi Sel Testikular Ikan Neon Tetra Paracheirodon innesi Pada
Benih Ikan Mas Umur Berbeda”.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii
I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
II. BAHAN DAN METODE .............................................................................. 4
2.1 Optimasi Teknik Pengambilan Sel Testikular Ikan Neon Tetra ............... 4
2.1.1 Disosiasi Sel Testikular Ikan Target ................................................ 4
2.1.2 Pewarnaan Sel Testikular Ikan Target ............................................. 5
2.2 Persiapan Benih Ikan Mas Untuk Transplantasi ...................................... 5
2.3 Teknik Transplantasi dan Perlakuan Penelitian ........................................ 6
2.4 Evaluasi Keberhasilan Transplantasi ....................................................... 6
III. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 7
3.1 Hasil .......................................................................................................... 7
3.1.1 Disosiasi Sel Testikular Ikan Neon Tetra ....................................... 7
3.1.2 Kelangsungan Hidup Larva dan Keberhasilan Kolonisasi Sel
Testikular ....................................................................................... 8
3.2 Pembahasan ............................................................................................... 10
IV. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 13
4.1 Kesimpulan .............................................................................................. 13
4.2 Saran ........................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 14
LAMPIRAN ................................................................................................... 16
x
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Jumlah sel testikular ikan neon tetra hasil disosiasi pada masing-masing
perlakuan transplantasi ..................................................................................... 7
2. Persentase kelangsungan hidup dan keberhasilan masuk serta
terkolonisasinya sel testikular ikan neon tetra pada benih ikan mas
pascatransplantasi ............................................................................................. 8
3. Hasil pengamatan kolonisasi sel testikular ikan neon tetra pada mikroskop
fluoresens ......................................................................................................... 9
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Sel testikular ikan neon tetra setelah pewarnaan dengan PKH-26; A)
Pengamatan sel testikular tanpa fluoresens; B) Pengamatan sel testikular
dengan fluoresens .............................................................................................. 5
2. Satu set alat mikroinjektor (A) dan posisi transplantasi sel testikular ikan
neon tetra ke rongga peritoneal benih ikan mas (B) .......................................... 6
3. Sel testikular ikan neon tetra hasil disosiasi ...................................................... 7
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Ukuran panjang ikan neon tetra yang digunakan untuk disosiasi sel ............... 16
2. Perbedaan jenis kelamin ikan neon tetra secara morfologi .............................. 17
3. Prosedur disosiasi sel testikular ikan neon tetra .............................................. 18
4. Contoh perhitungan dan penentuan dosis sel donor ......................................... 19
1
I. PENDAHULUAN
Ikan hias merupakan komoditas penting perikanan yang saat ini banyak
menghasilkan devisa bagi negara. Potensi pengembangan ikan hias di Indonesia
begitu besar. Ditjen Perikanan Budidaya menargetkan pencapaian produksi
budidaya ikan hias pada tahun 2014 sebesar 1,5 milyar ekor (KKP 2012).
Produksi ikan hias domestik semakin meningkat terlihat dari nilai ekspor ikan hias
pada tahun 2011 sebesar US$ 13,262 juta, dan hingga April 2012 nilai ekspornya
sangat menjanjikan, yakni telah mencapai sebesar US$ 5,241 juta dan pada bulan
Mei 2012 mencapai US$ 8,52 juta dengan rata-rata peningkatan permintaan
ekspor dunia sebesar 8% per tahun (KKP 2012).
Salah satu komoditas ikan hias yang memiliki peluang pasar tinggi adalah
ikan neon tetra Paracheirodon innesi. Pasar ekspor ikan neon tetra mencakup
wilayah Eropa, Amerika Serikat dan Timur Tengah. Permintaan ikan neon tetra
untuk ekspor mencapai 2 juta ekor per bulan. Namun demikian, pada
kenyataannya produksi ikan neon tetra belum dapat mencukupi permintaan ekspor
tersebut, karena hanya mencapai 1 juta ekor/ bulannya (Kompas 2009). Hal ini
terkait dengan sarana dan prasarana produksi yang dimiliki petani masih terbatas
sehingga produksi yang dihasilkan rendah. Selain itu, fekunditas atau jumlah telur
yang dihasilkan induk ikan neon tetra yang sedikit, sekitar 180 telur per induk
dengan rerata telur yang dibuahi sebanyak 46,1% (Sudrajat 2003) membuat
petani membutuhkan induk yang cukup banyak untuk memproduksi benih ikan
neon tetra secara massal. Oleh karena itu, diperlukan sistem dan teknologi
budidaya yang memadai maupun upaya lain yang mampu menunjang produksi
ikan neon tetra yang efisien.
Salah satu teknologi yang berpotensi tinggi dapat menunjang produksi
benih ikan neon tetra secara efisien adalah teknologi transplantasi sel testikular.
Teknologi ini dilakukan untuk merekayasa teknik produksi ikan target dengan
memanfaatkan induk pengganti (surrogate broodstock). Teknologi ini telah
diaplikasikan oleh Okutsu et al. (2006) yang melakukan transplantasi
menggunakan testicular germ cell yang mengandung sel spermatogonia, dan
Yoshizaki et al. (2010) dengan memanfaatkan sel oogonia dari ovarium ikan
2
target yang belum terdiferensiasi ke dalam rongga peritoneal calon ikan semang,
kemudian sel dari ikan target tersebut dapat berdiferensiasi menjadi telur atau
sperma ikan target di dalam tubuh calon ikan semang. Ikan semang dapat
menghasilkan ikan target apabila ikan semang yang membawa sperma dan telur
yang berkembang dari sel target itu dipijahkan (Okutsu et al. 2006). Keberhasilan
teknologi ini telah ditunjukkan Takeuchi et al. (2003), dengan memproduksi ikan
rainbow trout (Oncorhynchus mykiss) menggunakan induk semang ikan salmon
masu (Oncorhynchus masou). Okutsu et al. (2007) juga menyatakan hasil
transplantasi dapat dioptimasi dengan menggunakan ikan resipien triploid, agar
dapat dihasilkan 100% larva ikan target.
Ketersediaan benih ikan neon tetra diduga dapat teratasi dengan cara
memproduksi secara massal benih ikan neon tetra menggunakan induk semang
ikan mas yang memiliki fekunditas yang relatif banyak, mencapai 85.000-125.000
butir telur/kg untuk ikan mas strain majalaya (SNI 1999), melalui teknologi
transplantasi sel testikular. Teknologi transplantasi sel germinal yang diterapkan
kali ini merupakan xenotransplantasi karena menurut klasifikasi ikan neon tetra
dan ikan mas berasal dari ordo yang berbeda, yakni ordo Cypriniformes untuk
ikan mas (Nelson 2006) sementara ikan neon tetra merupakan anggota dari ordo
Characiformes ( Lingga & Susanto 2001). Teknologi ini diharapkan dapat
menghasilkan ikan mas yang mampu memproduksi benih ikan neon tetra secara
berlipat ganda dibandingkan dengan menggunakan induk ikan neon tetra.
Kecocokan ikan taget dengan ikan semang dapat dilihat dari keberhasilan
transplantasi, yaitu kolonisasi, proliferasi dan diferensiasi sel ikan target di dalam
gonad calon ikan semang (Okutsu et al. 2006) dan tahapan kolonisasi merupakan
tahapan pertama yang menentukan keberhasilan transplantasi sel ke dalam tubuh
calon ikan semang, sehingga parameter tersebut perlu untuk dianalisis. Selain itu,
aspek penting yang perlu diperhatikan dalam teknologi transplantasi adalah
ketepatan waktu transplantasi yang terkait dengan umur induk semang. Hal ini
terkait dengan adanya mekanisme rejection immune system ketika sel target
ditransplantasikan ke dalam calon induk semang yang imun sistemnya telah
berkembang sempurna. Oleh karena itu dilakukan penelitian mengenai umur
optimum calon induk semang yang mampu menerima sel target. Seperti yang
3
telah dilaporkan Takeuchi et al. (2003) bahwa sel target tidak terkolonisasi ketika
calon induk semang (ikan rainbow trout) yang digunakan telah berumur 45 hari
setelah fertilisasi. Calon induk semang yang digunakan dalam penelitian ini
adalah larva ikan mas yang berumur 7, 10 dan 14 hari setelah penetasan. Hal ini
dilakukan dengan pertimbangan bahwa ukuran larva ikan mas terlalu kecil apabila
dilakukan penyuntikan di bawah umur 7 hari sehingga dapat menyulitkan dalam
proses penyuntikan. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan umur optimum
ikan mas (induk semang) yang mampu menerima sel testikular ikan neon tetra
(donor) dengan baik dan memiliki keberhasilan kolonisasi tinggi.
4
II. BAHAN DAN METODE
2.1 Optimasi Teknik Pengambilan Sel Testikular Ikan Neon Tetra
Optimasi teknik pengambilan sel testikular diawali dengan pemilihan ikan
neon tetra. Ikan neon tetra jantan yang digunakan berukuran M (ukuran panjang
ikan neon tetra untuk setiap perlakuan disajikan pada Lampiran 1), diperoleh dari
petani ikan di Desa Cibereum, Bogor, Jawa Barat. Sebelum diambil gonadnya
untuk transplantasi, ikan neon tetra dipelihara di akuarium berdimensi 100 cm x
50 cm x 50 cm. Pakan berupa cacing sutera diberikan setiap hari selama masa
pemeliharaan berlangsung. Ikan neon tetra jantan dapat dibedakan dengan melihat
ciri-ciri morfologinya, yaitu pada garis sepanjang tubuh neon tetra jantan terlihat
lurus dan tubuh jantan terlihat ramping (Lampiran 2). Teknik pengambilan sel
testikular ikan target meliputi disosiasi sel testikular ikan target, dan pewarnaan
sel testikular.
2.1.1 Disosiasi Sel Testikular Ikan Target
Ikan neon tetra sebanyak 20 ekor dibedah dan diambil testisnya dengan
bantuan mikroskop stemi DV4 Zeiss. Sebelum dilakukan proses disosiasi, testis
dibersihkan menggunakan larutan phosphate buffer saline (PBS). Tahap pertama
yang dilakukan adalah testis dicacah selama sekitar 5 menit. Setelah itu, sebanyak
1-2 ml larutan tripsin 0,5% dalam PBS (Jasmadi 2011) dimasukkan ke dalam
cawan petri yang berisi cacahan testis. Testis tersebut dicacah kembali dan
dipipeting (pengadukan di dalam mikropipet) dengan menggunakan mikropipet
selama 5 menit sampai keruh dan terlihat buih membentuk suspensi sel.
Selanjutnya, suspensi sel disaring dengan saringan ukuran 60 μm. Hasil
penyaringan dimasukkan ke dalam tabung mikro, dan disentrifugasi selama 10
menit dengan kecepatan 12000 rpm agar sel mengendap. Supernatan hasil
sentrifugasi dibuang, dan sel dicuci sebanyak 2 kali dengan PBS sebanyak 1 ml
untuk menjaga sel agar tidak rusak dan membuang tripsin. Setelah itu, sel
diresuspensi menggunakan PBS sebanyak 400 μL, dan dihomogenasi
menggunakan vorteks. Suspensi sel diambil beberapa mikroliter untuk dihitung
kepadatannya menggunakan haemocytometer. Kepadatan sel diatur menjadi
40.000 sel/μl PBS.
5
2.1.2 Pewarnaan Sel Testikular Ikan Target
Pewarna sel pada penelitian ini menggunakan PKH-26 (SIGMA). PKH-26
merupakan penanda sel yang mewarnai membran sel sehingga sel tersebut akan
berpendar warna merah ketika diamati di bawah mikroskop berpendar filter merah
(Gambar 1). Metode pewarnaan dilakukan dengan cara memasukkan sel testikular
yang telah didisosiasi ke dalam tabung mikro. Kemudian 50 µl diluent C
dimasukkan ke dalam tabung mikro yang berisi 50 µl suspensi sel ( pada tabung
A), lalu 100 µl diluent C yang telah dicampurkan pewarna PKH-26 sebanyak 3 μl
ditaruh pada tabung B. Kemudian larutan pada tabung A dimasukkan pada larutan
tabung B lalu disatukan. Setelah pengadukan tersebut, suspensi sel didiamkan
selama 10 menit. Selanjutnya ditambahkan PBS sampai suspensi sel mencapai
volume 1 ml.
Suspensi sel disentrifugasi sebanyak dua kali dengan kecepatan 10.000
rpm pada suhu 20°C selama 10 menit. Setelah itu, pelet sel diresuspensi dengan
larutan PBS sebanyak 50 µl.
Gambar 1. Sel testikular ikan neon tetra setelah pewarnaan dengan PKH-26; A)
Pengamatan sel testikular tanpa fluoresens; B) Pengamatan sel
testikular dengan fluoresens. Garis skala setara dengan 50 μm.
2.2 Persiapan Benih Ikan Mas Untuk Transplantasi
Benih ikan mas yang digunakan adalah berumur 7, 10, dan 14 hari setelah
menetas yang diperoleh dari pembudidaya ikan di Desa Situ Gede, Bogor.
Sebelum benih siap digunakan untuk proses transplantasi, terlebih dahulu
dipelihara di akurium berukuran 100 cm x 50 cm x 50 cm dan diberi pakan berupa
6
Daphnia sp. dan cacing sutera hingga larva siap ditransplantasi. Pemberian pakan
dilakukan secara at satiation.
2.3 Teknik Transplantasi dan Perlakuan Penelitian
Transplantasi sel dilakukan menggunakan alat mikroinjektor dengan bantuan
mikroskop stemi DV4 Zeiss (Gambar 2A) untuk memudahkan penentuan posisi
transplantasi. Sel testikular ikan neon tetra sebanyak 20.000 sel ditransplantasikan
ke dalam rongga peritoneal benih ikan mas yang berumur 7, 10 dan 14 hari
setelah menetas (Gambar 2B) sebanyak 80 ekor setiap perlakuan, sesuai prosedur
Budi (2011) dan Jasmadi (2011).
Gambar 2. Satu set alat mikroinjektor (A) dan posisi transplantasi sel testikular
ikan neon tetra ke rongga peritoneal benih ikan mas (B).
2.4 Evaluasi Keberhasilan Transplantasi
Keberhasilan transplantasi didasarkan pada persentase benih ikan mas yang
terkolonisasi atau mengandung sel testikular ikan neon tetra dalam tubuhnya yang
dideteksi di bawah mikroskop berpendar filter merah pada hari ke-7, 14, dan 21
pascatransplantasi. Deteksi sel testikular dilakukan dengan pengambilan sampel 5
ekor setiap perlakuannya. Selain itu, kelangsungan hidup (KH) benih 30 hari
pascatransplantasi serta keberhasilan transplantasi secara kumulatif yang
diketahui dengan cara perhitungan antara kelangsungan hidup akhir dengan
jumlah kolonisasi pada pengamatan hari ke-21 juga dianalisis untuk mengetahui
ketahanan benih ikan mas terhadap proses transplantasi. Data disajikan dalam
bentuk tabel, gambar, dan dianalisis secara deskriptif.
7
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Disosiasi Sel Testikular Ikan Neon Tetra
Hasil disosiasi dari gabungan 20 testis ikan neon tetra menunjukkan jumlah
sel testikular yang bervariasi (Tabel 1). Jumlah sel testikular hasil disosiasi yang
digunakan pada proses transplantasi umur 7 hari sebanyak 5.200.000 sel,
sedangkan pada proses transplantasi umur 10 hari sebanyak 8.880.000 sel, dan
pada proses transplantasi umur 14 hari sebanyak 7.660.000. Berdasarkan hasil
penelitian Firdaus (2012), ukuran sel spermatogonia paling besar (sekitar 5-10
µm), diikuti oleh spermatosit (sekitar 3-5 µm), spermatid dan sel somatik (1,5-3
µm) (Gambar 3).
Tabel 1. Jumlah sel testikular ikan neon tetra hasil disosiasi pada masing-masing
perlakuan transplantasi.
Jumlah Ikan
(ekor)
Panjang
rerata ikan
(cm)
Jumlah Sel
Testikular
(sel)
Keterangan
20 2,24 ± 0,20 5.200.000 Digunakan untuk transplantasi umur 7 hari
20 2,00 ± 0,23 8.880.000 Digunakan untuk transplantasi umur 10 hari
20 2,20 ± 0,22 7.660.000 Digunakan untuk transplantasi umur 14 hari
Gambar 3. Sel testikular ikan neon tetra hasil disosiasi menggunakan tripsin 0,5%.
Tanda panah menunjukkan sel spermatogonia.
8
3.1.2 Kelangsungan Hidup Benih dan Keberhasilan Kolonisasi Sel Testikular
Tingkat kelangsungan hidup (KH) larva ikan mas yang diamati 30 hari
pascatransplantasi disajikan pada Tabel 2. KH larva ikan mas yang ditransplantasi
pada umur 7 hari (31,25%) menunjukkan nilai yang paling kecil dibandingkan
dengan perlakuan lain. Dari data tersebut juga dapat diketahui adanya
kecenderungan peningkatan KH seiring dengan meningkatnya umur larva ikan
transplantasi.
Tabel 2. Persentase kelangsungan hidup dan keberhasilan masuk serta
terkolonisasinya sel testikular ikan neon tetra pada larva ikan mas
pascatransplantasi
Keterangan: kolonisasi sel testikular ikan neon tetra pada benih ikan mas dideteksi dengan
mengamati pendaran merah dari PKH-26 menggunakan mikroskop flouresens.
Berdasarkan deteksi kolonisasi (Tabel 2) terlihat bahwa rerata kolonisasi
setiap pengamatan menunjukkan nilai 80% untuk perlakuan transplantasi umur 7
hari, 86,67% pada perlakuan transplantasi umur 10 hari, dan 73,33% pada
perlakuan transplantasi umur 14 hari. Pada tabel juga terdapat dua perlakuan
(transplantasi umur 10 hari dan 14 hari) yang mengalami kecenderungan
penurunan persentase kolonisasi sel testikular pada setiap kali pengamatan.
Apabila dilihat pada keberhasilan transplantasi secara kumulatif (Tabel 2),
transplantasi yang dilakukan pada umur 14 hari memperlihatkan hasil yang
tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lain, sehingga diduga perlakuan
penyuntikan umur 14 hari merupakan perlakuan terbaik.
Sel berpendar yang ditunjukkan dengan tanda panah (Tabel 3) merupakan
sel testikular ikan neon tetra yang telah diwarnai dengan PKH-26. Pada
pengamatan pascatransplantasi hari ke-7 pada setiap perlakuan terlihat sel-sel
testikular masih menyebar dan adapula yang terlihat di sekitar daerah penyuntikan
(sekitar rongga peritoneal). Pada pengamatan hari ke-14 dan ke-21 sel testikular
ikan neon tetra sudah mulai terlihat berjajar ke arah genital ridge ikan mas.
Perlakuan KH
(%)
Persentase keberhasilan sel testikular ikan
neon tetra masuk dan terkolonisasi diamati
pada hari ke-
Keberhasilan
transplantasi
(%) Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21
Umur 7 hari 31,25 80 80 80 25,00
Umur 10 hari 37,50 100 80 80 30,00
Umur 14 hari 56,25 80 80 60 33,75
9
Tabel 3. Hasil pengamatan kolonisasi sel testikular ikan neon tetra menggunakan mikroskop fluoresens
Perlakuan Pengamatan hari ke-7 Pengamatan hari ke-14 Pengamatan hari ke-21
Kontrol
Transplantasi hari
ke-7
Transplantasi hari
ke-10
Transplantasi hari
ke -14
Ket: Tanda panah menunjukkan spermatogonia ikan neon tetra yang berhasil terkolonisasi pada perbesaran 40x.
10
3.2 Pembahasan
Salah satu teknologi yang berpotensi tinggi dapat menunjang produksi benih
ikan neon tetra secara efisien adalah teknologi transplantasi sel testikular dengan
memanfaatkan induk semang. Transplantasi sel testikular yang mengandung sel
stem spermatogonia telah dilakukan, berhasil terkolonisasi pada gonad ikan calon
induk semang, serta dapat berkembang menjadi telur dan sperma yang fungsional
(Okutsu et al. 2006). Sel testikular yang mengandung sel spermatogonia dari ikan
target yang digunakan untuk proses transplantasi dapat diperoleh dengan cara
disosiasi sel (pemisahan sel dari jaringan). Untuk mengoptimasi pengambilan sel
testikular yang banyak mengandung sel spermatogonia, maka pada penelitian ini
ikan neon tetra yang digunakan adalah ikan neon yang rata-rata berukuran M
dengan kisaran ukuran panjang tubuh 2,00±0,23 s.d 2,24±0,20 cm.
Pada penelitian ini telah berhasil diperoleh sel testikular hasil disosiasi gonad
ikan neon tetra (ikan target) menggunakan tripsin 0,5% di dalam larutan PBS.
Hasil disosiasi (Tabel 1) menunjukkan bahwa terdapat variasi jumlah sel testikular
pada ikan target yang digunakan. Variasi jumlah sel testikular pada hasil disosiasi
diduga terkait adanya variasi umur ikan dan status perkembangan gonad ikan
neon tetra yang digunakan pada masing-masing proses disosiasi. Selanjutnya,
perbedaan umur dan kematangan gonad ikan dapat menyebabkan perbedaan
jumlah sel spermatogonia. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Takeuchi et al.
(2009) yang menyatakan ikan nibe croaker (Nibea mitsukurii) muda umur 3 bulan
memiliki persentase jumlah spermatogonia yang lebih banyak dalam testisnya
dibandingkan dengan ikan nibe berumur 6 bulan dan 16 bulan.
Tingkat kelangsungan hidup (KH) benih ikan mas diamati 30 hari
pascatransplantasi untuk mengetahui tingkat ketahanan benih terhadap proses
transplantasi. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa KH transplantasi umur 7 hari
(31,25%) menunjukkan nilai yang paling kecil dibandingkan dengan perlakuan
lainnya, yakni 37,50% pada transplantasi umur 10 hari, dan 56,25% pada
transplantasi umur 14 hari. Pada Tabel 2 juga dapat diketahui adanya
kecenderungan peningkatan KH seiring dengan meningkatnya umur benih ikan
yang ditranplantasi. Dengan kata lain bahwa efek transplantasi terhadap kematian
lebih besar pada benih yang lebih muda. Diduga umur benih yang lebih muda
11
memiliki daya tahan tubuh lemah dan masih rentan terhadap gangguan fisik dari
luar, sehingga proses transplantasi lebih beresiko mengenai organ lain yang dapat
menyebabkan kerusakan organ tersebut sehingga benih dapat mudah mati seusai
proses transplantasi. Hal ini sesuai dengan Takeuchi et al. (2009) yang
menyatakan bahwa resipien yang lebih kecil memiliki tingkat kelangsungan hidup
yang lebih kecil juga, hal ini diperlihatkan dengan menurunnya KH larva dari
63,3% (pada resipien ikan nibe larva ukuran 6 mm) menjadi 2,9% (pada resipien 3
mm). Kemampuan teknis dalam metode mikroinjeksi (transplantasi) sendiri
memiliki peran penting terhadap keberhasilan masuknya sel target ke dalam
rongga perut benih yang ditransplantasi.
Keberhasilan proses transplantasi ditunjukkan dengan adanya sel testikular
dari ikan target yang masuk, terkolonisasi, mengalami proliferasi dan diferensiasi
sel di dalam gonad resipien. Pada penelitian ini masuknya sel testikular serta
kolonisasi dalam gonad ikan mas dideteksi dengan menggunakan pewarna sel
(PKH-26). PKH-26 merupakan pewarna sel yang tidak beracun sehingga dapat
dijadikan sebagai marka dalam proses transplantasi. Selain itu, metode identifikasi
dengan menggunakan pewarna PKH-26 lebih sensitif dibandingkan dengan
metode PCR (Hermawan 2010).
Hasil penelitian menunjukkan persentase keberhasilan kolonisasi (Tabel 2)
pada setiap pengamatan memiliki rerata 80% untuk perlakuan transplantasi umur
7 hari, 86,67% pada perlakuan transplantasi umur 10 hari, dan 73,33% pada
perlakuan transplantasi umur 14 hari. Dari 5 ekor ikan mas hasil transplantasi
yang diperiksa, terdapat 4 ekor yang positif berpendar. Selain itu, pada Tabel 2
terdapat dua perlakuan yang mengalami kecenderungan penurunan persentase
kolonisasi sel testikular pada setiap kali pengamatan. Penurunan persentase
kolonisasi diduga oleh adanya kemampuan ikan dalam menolak adanya bentuk sel
dari luar. Nakanishi (1985) menyatakan bahwa beberapa ikan dapat melakukan
allograft rejection (penolakan transplantasi jaringan atau organ dari individu lain
yang sama spesies oleh sistem imun) setelah umur tertentu, untuk ikan mas sendiri
sekitar umur 16 hari setelah menetas pada suhu 20-22ºC.
Keberhasilan kolonisasi sel testikular ikan neon tetra di dalam tubuh ikan mas
diduga disebabkan rejection immune system resipien belum berkembang dengan
12
sempurna sehingga resipien masih mampu menerima sel donor dari luar yang
dimasukkan ke dalam rongga peritonialnya. Selain itu, keberhasilan kolonisasi
dapat dipengaruhi oleh molekul atraktan yang dapat mendukung migrasi sel
donor, dan atraktan ini biasa ditemukan dalam genital ridges pada larva yang baru
menetas. Atraktan akan berkurang seiring dengan perkembangan gonad (Takeuchi
et al. 2003). Apabila dilihat dari keberhasilan transplantasi secara kumulatif
(Tabel 2) menunjukkan bahwa transplantasi yang dilakukan pada umur 14 hari
memperlihatkan hasil yang tinggi dibandingkan perlakuan lain. Dengan demikian
perlakuan penyuntikan umur 14 hari merupakan perlakuan yang lebih baik dari
perlakuan lain karena jumlah ikan mas yang terkolonisasi lebih banyak dari
perlakuan lain dan secara teknis penyuntikan benih ikan mas umur 14 hari lebih
mudah dibandingkan benih benih umur 7. Benih umur 7 hari masih kecil sehingga
menyulitkan transplantasi.
Berdasarkan hasil deteksi sel menggunakan mikroskop berpendar diketahui
sel yang berpendar yang ditandai oleh tanda panah (Tabel 3) merupakan sel
testikular ikan neon tetra yang telah diwarnai dengan PKH-26. Pada pengamatan
pascatransplantasi hari ke- 7 pada setiap perlakuan terlihat sel-sel testikular yang
berpendar masih menyebar dan adapula yang terlihat pada sekitar daerah
penyuntikan, yaitu sekitar rongga peritoneal. Pada pengamatan hari ke-14 dan ke-
21 sel tersebut sudah mulai terlihat berjajar ke arah genital ridge. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Takeuchi et al. (2003) yaitu sebelum terinkorporasi dengan
daerah genital (genital ridges) ikan calon induk semang, sel ikan target tersebar
pada rongga peritonial dan kemudian menempel pada dinding peritonial induk
semang. Sel ikan donor menggunakan pseudopodia untuk bergerak ke arah
genital ridges. Setelah terinkorporasi/terkolonisasi dalam genital ridges,
selanjutnya sel ikan donor akan berproliferasi dan berdiferensiasi hingga menjadi
telur atau spermatozoa (Takeuchi et al. 2003; Okutsu et al. 2006; Yoshizaki et al.
2010).
13
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Transplantasi sel testikular ikan neon tetra pada benih ikan mas telah berhasil
dilakukan, dan umur optimum benih ikan mas yang terbaik untuk ditransplantasi
adalah 14 hari setelah menetas.
4.2 Saran
Disarankan untuk melakukan transplantasi pada benih ikan mas umur 14 hari
setelah menetas. Penelitian lanjutan dengan mengenai karakterisasi perkembangan
gonad ikan mas yang positif membawa sel target perlu dilakukan untuk
mengetahui bahwa sel donor dapat berproliferasi dan berdiferensiasi dalam gonad
ikan mas.
14
DAFTAR PUSTAKA
Budi D.S. 2011. Transplantasi sel testikular ikan gurame pada ikan nila. [Skripsi].
Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Institut Pertanian Bogor.
Firdaus M. 2012. Studi morfologi, proporsi, serta keberhasilan kolonisasi sel
testikular ikan neon tetra Paracheirodon innesi (Characidae) pada larva ikan
mas Cyprinus carpio (Cyprinidae). [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Hermawan A. 2009. Deteksi sel donor ikan gurame Osphronemus gouramy pada
larva ikan nila Oreochromis niloticus. [Skripsi]. Departemen Budidaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Jasmadi. 2011. Transplantasi sel testikular ikan gurame Osphronemus goramy
pada ikan nila Oreochromis niloticus umur 1-4 hari. [Skripsi]. Departemen
Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian
Bogor.
KKP. 2012. Mendulang devisa dari bisnis ikan hias. http://www.kkp.go.id [8
Oktober 2012]
Kompas. 2009. Budidaya ikan neon tetra masih menjanjikan.
html://www.kompas.com [2 Mei 2012].
Lingga P, Susanto H. 2001. Ikan Hias Air Tawar. Ed. ke-16. Depok: PT Penebar
Swadaya.
Nakanishi T. 1985. Ontogeneic development of the immune response in the
marine teleost Sebasticus marmoratus. Bulletin Japanese Sci Fisheries 53(3),
473-477.
Nelson J.S. 2006. Fishes of the World. 4th Edition. John Wiley & Sons, Inc.
Hoboken, New Jersey, USA.
Okutsu T. Suzuki, K., Takeuchi, Y., Takeuchi, T., Yoshizaki, G., 2006. Testicular
germ cells can colonize sexually undifferentiated embryonic gonad and
produce functional egg in fish. Proc Natl Acad Sci USA 103, 2725-2729.
Okutsu T, Shikina S, Kanno M, Takeuchi Y, Yoshizaki G. 2007. Production of
trout offspring from triploid salmon parents. Science 317, 1517.
SNI. 1999. Induk ikan mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain majalaya kelas
induk pokok (parent stock). Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
15
Sudrajat A.O. 2003. Modul: Pemijahan Induk Ikan Tetra. Direktorat Pendidikan
Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah,
Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Takeuchi Y. Higuchi, K., Yatabe, T., Miwa, M., Yoshizaki, G., 2009.
Development of spermatogonia cell transplantation in nibe croaker Nibe
mistsukurii (Perciformes, Sciaenidae). Biology of Reproduction 81, 1055-
1063.
Takeuchi Y. Yoshizaki, G., Takeuchi, T., 2003. Generation of live fry from
intraperitonially transplanted primordial germ cells in rainbow trout. Biology of
Reproduction 6, 1142-1149.
Yoshizaki G. Okutsu, T., Ichikawa, M., Hayashi, M., Takeuchi, Y., 2010. Sexual
plasticity of rainbow trout germ cells. Animal Reproduction 7, 187-196.
LAMPIRAN
LAMPIRAN
16
Lampiran 1. Ukuran panjang ikan neon tetra yang digunakan untuk
disosiasi sel
Berikut ini merupakan data ukuran panjang ikan neon tetra yang digunakan
pada proses didosiasi sel untuk setiap perlakuan transplantasi baik transplantasi
umur 7 hari, 10 hari maupun 14 hari.
No
Panjang ikan neon tetra (cm) untuk disosiasi sel
Transplantasi
umur 7 hari
Transplantasi
umur 10 hari
Transplantasi
umur 14 hari
1 2,40 2,00 2,00
2 2,30 2,20 2,50
3 2,30 2,00 1,80
4 2,20 2,20 2,20
5 2,10 2,30 2,40
6 2,30 2,20 2,10
7 2,00 1,60 2,00
8 2,20 1,70 2,40
9 2,10 1,80 2,20
10 2,00 1,90 1,80
11 2,00 2,30 2,30
12 2,20 1,80 2,30
13 2,60 2,00 2,10
14 2,30 2,10 2,50
15 2,60 2,20 2,40
16 2,10 2,00 2,50
17 2,20 2,30 2,20
18 2,30 2,00 2,20
19 2,00 1,60 1,80
20 2,60 1,80 2,30
Rerata 2,24 2,00 2,20
Simpangan
baku 0,20 0,23 0,22
17
Lampiran 2. Perbedaan jenis kelamin ikan neon tetra secara morfologi
Ciri Morfologi tubuh ikan neon tetra dapat diamati dari garis neon yang
terdapat sepanjang bagian lateral tubuh. Pada ikan jantan garis neon cenderung
terlihat lurus, sementara pada ikan betina garis terlihat melengkung.
18
Lampiran 3. Prosedur disosiasi sel testikular neon ikan neon tetra
19
Lampiran 4. Contoh perhitungan dan penentuan dosis sel donor
Metode perhitungan sel testikular ikan donor
1 mm
Perhitungan sel hasil disosiasi dilakukan menggunakan hemocytometer di bawah
mikroskop perbesaran 100x. Hemocytometer dan cover glas dipasang pada mikroskop
kemudian suspensi sel dimasukkan ke hemocytometer melalui celah di bawah cover
glass. Sebanyak 5 sampel (kotak warna biru muda) dihitung jumlah sel pada setiap
kotaknya. Contoh perhitungan,
Jumlah sel pada kotak biru muda:
Pertama : 76 sel
Ke dua : 88 sel
Ke tiga : 80 sel
Ke empat : 90 sel
Ke lima : 110 sel
444 sel (dalam 5 kotak)
Karena total kotak serupa dengan kotak biru muda sebanyak 25 kotak dengan luas
total 1 mm2 dan kedalaman (tinggi dari hemocytometer sampai ke cover glass) adalah
0,1 mm sehingga volumenya 0,1 mm3 atau 10
-1 µl, maka rumusnya:
Jumlah sel = 444 x 25 x 10
-1
5
= 22,20 x 103 sel/ µl
Untuk mendapatkan dosis penyuntikan (20.000 sel/μl), maka dilakukan proses
pengenceran dari suspensi sel awal (stok), menggunakan formula :
M1 x V1 = M2 x V2
20
Keterangan:
M1= konsentrasi awal (22,20 x 103 sel/μl)
V1= volume (stok) yang diambil untuk membuat suspensi sel baru yang
diinginkan
M2= konsentrasi yang diinginkan (20.000 sel/μl)
V2= volume yang diinginkan untuk membuat suspensi sel baru (misalnya 50 μl)
Sehingga diperoleh,
22,20 x 103 sel/μl x V1 μl = 20.000 sel/μl x 50 μl
V1 = 1 x 106 sel/μl
22,20 x 103 μl
V1 = 45 μl
Jadi, volume (stok) yang diambil untuk membuat suspensi sel baru yang
diinginkan adalah sebanyak 45 μl.
Untuk mendapatkan sebanyak 50 μl suspensi sel dengan konsentrasi 20.000 sel/μl,
maka sebanyak 45 μl suspensi sel stok ditambahkan 5 μl PBS.