Perkembangan Lampu Kayu yang Sampai Saat Ini Masih Dipakai ...
Perkembangan Lampu Neon
-
Upload
julita-anggrek -
Category
Education
-
view
2.394 -
download
8
Transcript of Perkembangan Lampu Neon
2013
Julita 22-2010-006
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
Perencanaan dan Perancangan
Produk
Perkembangan Lampu Neon
Perkembangan Generik Lampu Neon 2
PERKEMBANGAN GENERIK LAMPU NEON
A. Fase Perkembangan Generik
Perkembangan lampu neon hemat energi dimulai sejak munculnya lampu pijar
sebagai pengembangan produk penerangan bertenaga listrik pertama. Perkembangan ini
berkembang menghasilkan lampu neon jenis compact fluorescent. Berikut ini adalah
penjelasan fase perkembangan generik dari produk lampu neon hemat energi.
A.1 Perkembangan Lampu Pijar
Berikut ini adalah enam fase perkembangan munculnya lampu pijar sebagai
sarana penerangan.
0. Perencanaan
Pada mulanya manusia membutuhkan penerangan pada malam hari dengan cara
menggosok-gosokan batu hingga mengeluarkan api/cahaya, kemudian dari api
dikembangkan dengan membakar benda-benda yang mudah menyala hingga
membentuk sekumpulan cahaya, seterusnya sampai ditemukan bahan bakar minyak
dan gas yang digunakan untuk lampu obor, lampu minyak, dan lampu gas.
Penerangan yang dioperasikan kurang praktis ini menjadikan munculnya ide untuk
menciptakan lampu yang dapat bertahan dalam waktu lama dan praktis.
1. Pengembangan Konsep
1.1 Identifikasi Kebutuhan Pelanggan
Sebelum adanya lampu pijar tahun 1879, manusia masih menggunakan
penerangan berupa lampu minyak, obor, atau gas. Hal ini tidaklah praktis dalam
penggunaanya bagi manusia. Manusia membutuhkan sarana penerangan yang:
a. Dapat menyala secara otomatis
b. Praktis penggunaannya
c. Dapat digunakan dalam waktu lama
1.2 Alternatif Konsep Produk
Para ilmuwan telah memulai merencanakan konsep lampu yang terus dilengkapi
satu sama lain.
a. Konsep Sir Humphry Davy (1802) yaitu arus listrik dapat memanaskan
seuntai logam tipis hingga menyala putih.
b. Konsep Warren De la Rue (1820) yaitu menempatkan sebuah kumparan
logam mulia platina di dalam sebuah tabung lalu mengalirkan arus listrik
melaluinya akan membentuk lampu.
c. Konsep Sir Joseph Swan (1860) yaitu arus listrik dialirkan ke kertas karbon
sebagai filamen di ruang vacuum.
d. Konsep Thomas Alva Edison (1870-an) yaitu merancang filamen elemen
platina sebagai media aliran listrik.
e. Konsep Thomas Alva Edison dengan penyempurnaan oleh John Ambrose
Fleming (1879) yaitu arus listrik yang dialirkan menggunakan filamen spiral
dari karbon dengan adanya penambahan sebuah flat (anoda).
Perkembangan Generik Lampu Neon 3
1.3 Seleksi Konsep
Dari sejumlah konsep di atas, diambilah konsep Sir Joseph Swan dan Thomas
Alva Edison dan Fleming dengan filamen karbon. Hal ini dikarenakan
penggunaan platina sebagai filamen tidak efisien. Platina mempunyai harga yang
sangat tinggi. Inilah yang menyebabkan percobaan platina dihentikan. Berikut
konsep lampu pijar secara garis besar.
Lampu pijar adalah sumber cahaya buatan yang dihasilkan melalui penyaluran
arus listrik melalui filamen yang kemudian memanas dan menghasilkan cahaya.
Kaca yang menyelubungi filamen panas tersebut menghalangi udara untuk
berhubungan dengannya sehingga filamen tidak akan langsung rusak akibat
teroksidasi.
Lampu pertama konsep percobaan Joseph Wilson Swan
2. Perancangan Tingkatan Sistem
2.1 Arsitektur Produk
Berikut ini adalah arsitektur produk yang dibuat oleh Thomas Alva Edison dan
Fleming untuk menyempurnakan konsep Swan.
ruang hampa udara
Filamen kawat
karbon
Arus listrik Cahaya yang
menyala
Perkembangan Generik Lampu Neon 4
2.2 Uraian dan Tata Letak Bentuk Produk
Komponen utama dari lampu pijar adalah bola lampu yang terbuat dari kaca,
filamen yang terbuat dari wolfram, dasar lampu yang terdiri dari filamen, bola
lampu, gas pengisi, dan kaki lampu.
1. Bola lampu
2. Gas bertekanan rendah (argon, neon, nitrogen)
3. Filamen wolfram
4. Kawat penghubung ke kaki tengah
5. Kawat penghubung ke ulir
6. Kawat penyangga
7. Kaca penyangga
8. Kontak listrik di ulir
9. Sekrup ulir
10. Isolator
11. Kontak listrik di kaki tengah
2.3 Spesifikasi secara fungsional
a. Bola lampu
Selubung gelas yang menutup rapat filamen suatu lampu pijar disebut dengan
bola lampu. Macam-macam bentuk bola lampu antara lain adalah bentuk bola,
bentuk jamur, bentuk lilin, dan bentuk lustre. Warna bola lampu antara lain
yaitu bening, warna susu atau buram, dan warna merah, hijau, biru, atau
kuning.
b. Gas pengisi
Pada awalnya bagian dalam bola lampu pijar dibuat hampa udara namun
belakangan diisi dengan gas mulia bertekanan rendah seperti argon, neon,
kripton, dan xenon atau gas yang bersifat tidak reaktif seperti nitrogen
sehingga filamen tidak teroksidasi. Konstruksi lampu halogen juga
menggunakan prinsip yang sama dengan lampu pijar biasa, perbedaannya
terletak pada gas halogen yang digunakan untuk mengisi bola lampu.
c. Kaki lampu
Dua jenis kaki lampu adalah kaki lampu berulir dan kaki lampu bayonet yang
dapat dibedakan dengan kode huruf E (Edison) dan B (Bayonet), diikuti
dengan angka yang menunjukkan diameter kaki lampu dalam milimeter
seperti E27 dan E14.
3. Perancangan Detail
3.1 Spesifikasi komponen produk
Komponen yang dibutuhkan adalah sebagai berikut.
Komponen Bahan Dimensi
Bola lampu Low sodium lead free
glass tube
Diameter luar 12,2 ± 0,2 mm
Ketebalan 1,0 ± 0,1 mm
Panjang 1000 mm ~ 1300 mm
Perkembangan Generik Lampu Neon 5
Kawat tembaga Dumet wire Diameter 0,45 mm
Panjang 62 mm
Filamen Triple coil
Tungsten 38um: 4.38 mg
Molybdenum 60um
Panjang 13.0 ± 0,5 mm
3.2 Peralatan produksi
Peralatan yang dibutuhkan adalah:
1. Mesin flare
2. Mesin stem
3. Mesin mounting
4. Mesin sealex
5. Mesin basing
3.3 Rencana Proses Produksi
Diagram proses produksi secara singkat adalah sebagai berikut.
a. Filamen diproduksi seperti pada gambar, dimana tungsten dicampur dengan
bahan pengikat dan ditarik melalui kawat. Kawat kemudian mengelilingi
sebuah logam yang disebut mandrel untuk membentuk lilitan, kemudian
dipanaskan dalam suatu proses yang dikenal dengan annealing. Proses ini
akan melembutkan kawat dan membuat struktur yang lebih seragam. Mandrel
ini kemudian dilarutkan dalam asam.
b. Filamen dilekatkan pada lead in wire. Kait lead in wire ini akan menekan di
ujung filamen.
Perkembangan Generik Lampu Neon 6
c. Bola lampu diproduksi dengan mesin sealing dengan proses manufaktur
otomatis dengan kecepatan 50.000 lampu perjam. Setelah itu, filamen dirakit
ke bohlam, udara dievakuasi dan dimasukkan gas argon/nitrogen dengan
pompa masuk. Kemudian bola lampu ditutupi dengan silika agar silau untuk
menghilangkan silau dari filamen. Lambang perusahaan kemudian dicetak.
d. Dasar bohlam dibuat dengan cetakan sedemikian sehingga membentuk seperti
sekrup yang nantinya mudah masuk ke soket lampu.
e. Setelah dasar lampu dibuat, filamen dipasang ke batang perakitan (stem)
engan ujung-ujungnya dijepit dengan dua lead in wire. Selanjutnya, dasar
bohlam ditutup dan dilakukan pengujian
Perkembangan Generik Lampu Neon 7
4. Pengujian dan Perbaikan Prototype lampu pertama yang dibuat oleh Swan adalah dengan menggunakan karbon
pensil yang kemudian dikembangkan oleh Edison seperti pada gambar disebelah
kanannya.
Prototipe betha pun dikembangkan dengan perubahan pada jenis filamen yaitu
tungsten, dan filamen dibuat spiral, serta bentuk bola lampu yang juga dibuat lebih
praktis pemakaiannya.
Dari pengujian prototipe tersebut, diperoleh keandalan dan kinerja dari lampu pijar ini
yaitu:
Mempunyai nilai ”color rendering index” 100% yang cahayanya tidak merubah
warna asli obyek;
Mempunyai bentuk fisik lampu yang sederhana, macam-macam bentuknya yang
menarik, praktis pemasangannya;
Harganya relatif lebih murah serta mudah didapat di toko-toko;
Instalasi murah, tidak perlu perlengkapan tambahan;
Lampu dapat langsung menyala;
Terang-redupnya dapat diatur denga dimmer;
Cahayanya dapat difokuskan.
Perkembangan Generik Lampu Neon 8
5. Produksi awal
Produksi awal lampu pijar dimulai oleh Thomas Alva Edison di Menlo Park, New
Jersey sejak tahun 1890 mulai diperjualkan. Perkembangan model prototipe ini terus
dikembangan dan disempurnakan hingga terbentuk lampu-lampu pijar yang saat ini
banyak diperjualbelikan di seluruh dunia.
A.2 Perkembangan Lampu Neon Compact Fluorescent
Berikut ini enam fase perkembangan lampu neon compact fluorescent atau lampu
hemat energi yang merupakan perkembangan lampu pijar disamping lampu neon biasa.
0. Perencanaan
Lampu pijar yang sudah ada sejak tahun 1879 ternyata memiliki beberapa kekurangan
yaitu:
a. Mempunyai efisiensi rendah, karena energi yang dihasilkan untuk cahaya hanya
10% dan sisanya memancar sebagai panas (400oC);
b. Mempunyai efikasi rendah yaitu sekitar 12 lumen/watt;
c. Umur lampu pijar relatif pendek dibandingkan lampu jenis lainnya (sekitar 1.000
jam);
d. Sensitif terhadap tegangan;
e. Silau
Untuk itulah, dimulailah pemikiran untuk membentuk lampu yang dapat mengatasi
kekurangan tersebut yaitu lampu neon.
1. Pengembangan Konsep
1.1 Identifikasi Kebutuhan Pelanggan
Berdasarkan kekurangan dari lampu pijar di atas, maka munculah pemikiran
untuk menciptakan lampu yang lebih efisien, tidak silau, dan umur yang panjang
Perkembangan Generik Lampu Neon 9
sehingga memberikan kenyamanan bagi konsumen. Untuk itulah dikembangkan
lampu neon fluorescent.
1.2 Alternatif Konsep Produk
Tahun 1902, Georges Claude, seorang insinyur dan ahli kimia Prancis berusaha
mengembangkan aliran listrik ke dalam tabung gas neon. Lampu neon merupakan
lampu listrik yang terdiri dari tabung kaca, dilapisi di dalam dengan zat
fluorescent. Lampu neon menghasilkan 3,5 kali lebih terang per watt, memiliki
waktu hidup lebih lama dan biaya pembuatan yang lebih rendah dari lampu pijar.
Lampu neon terdiri dari sebuah tabung kaca panjang yang menyegel komponen
bagian dalam dari atmosfer. Komponen-komponen dalam meliputi dua elektroda
yang memancarkan aliran elektron, uap merkuri, yang merupakan sumber radiasi
ultraviolet, gas argon, yang membantu dalam memulai lampu dengan kompak
lampu hemat energi neon yang mengandung ballast.
2. Perancangan Tingkat Sistem
2.2 Arsitektur Produk
2.3 Uraian Produk dan Spesifikasinya
Lampu fluorescent adalah lampu dengan yang prinsip kerjanya dalam
mengubah energi listrik menjadi energi cahaya berdasarkan pada berpendarnya
radiasi ultra violet pada permukaan yang dilapisi dengan serbuk fluorescent
misalnya jenis phospor. Radiasi ultra violet akan terjadi bilamana elektron–
elektron bebas hasil dari emisi elektron pada elektroda bertumbukan dengan
atom–atom gas yang terdapat dalam tabung pelepas muatan.
Perkembangan Generik Lampu Neon 10
Agar elektroda–elektroda dapat memancarkan elektron, maka perlu bagi
elektroda untuk mendapatkan mekanisme pembantu proses tersebut. Pada lampu
fluorescent biasa, maka proses emisi elektron ini dilakukan dengan proses
pemanasan elektroda–elektroda terlebih dahulu, proses ini dilakukan oleh alat
yang kita kenal dengan nama starter (penganjak). Untuk dapat menyala maka
lampu tabung fluorescent memerlukan tegangan yang cukup tinggi yaitu kurang
lebih 400 Volt, jadi tegangan ini jauh lebih tinggi dari tegangan jala–jala yang
tersedia, oleh karena itu fungsi starter selain membantu memanaskan elektroda,
juga berfungsi sebagai alat untuk menciptakan tegangan penyalaan bagi lampu.
Jika penyalaan telah selesai dilakukan, arus listrik akan mengalir melalui
tabung lampu fluorescent, dan karena tegangan pada starter lebih besar sehingga
bimetal pada starter akan terbuka. Oleh karena lampu fluorescent memiliki
karakteristik arus - tegangan negatif, artinya tegangan pada lampu akan turun bila
arus naik dan sebaliknya tegangan pada lampu akan naik bila arus turun, maka
setelah proses penyalaan berlangsung, arus yang lewat pada tabung akan naik
sampai tegangan kerja pada lampu tercapai. Tegangan ini jauh lebih rendah dari
tegangan jala–jala.
Untuk memelihara tegangan kerja inilah maka pada lampu jenis
fluorescent digunakan alat bernama ballast. Fungsi utama dari ballast adalah
membatasi besar arus dan mengoperasikan lampu pada karakteristik listrik yang
sesuai.
Seperti yang telah dijelaskan didepan, lampu fluorescent banyak
digunakan oleh masyarakat karena apabila dibandingkan dengan lampu jenis
pijar, maka lampu jenis fluorescent tampak mempunyai efisiensi yang lebih tinggi
yaitu dengan besar daya yang sama, diperoleh kuat penerangan yang lebih besar,
selain itu pada lampu jenis pijar, banyak energi listrik yang diubah menjadi energi
panas saja.
Walaupun lampu jenis fluorescent mempunyai efisiensi lebih tinggi dari
pada lampu jenis pijar, tetapi lampu ini masih mempunyai kerugian – kerugian
yang cukup berarti yaitu :
Harga lebih mahal, hal ini tidak terlalu menjadi masalah, sebab masih
terjangkau oleh masyarakat kalangan tertentu. Memerlukan ballast, dengan
adanya ballast ini akan menimbulkan kerugian daya pada ballast sendiri, yang
kerugian cukup besar, dan juga rendahnya harga faktor kerja ( Cos φ ) karena
pada lampu jenis fluorescent yang konvensional digunakan ballast jenis induktor (
kumparan ).
Karena semakin mahalnya energi listrik, maka dimulailah beberapa cara
untuk menghemat energi listrik, sehingga semakin banyak misalnya digunakan
lampu – lampu jenis tabung fluorescent karena dianggap lebih efisien dalam
mengubah energi listrik menjadi energi cahaya, tetapi kendala timbul setelah
Perkembangan Generik Lampu Neon 11
digunakan dalam jumlah yang banyak dan beban
yang cukup besar mengakibatkan menurunya
faktor daya sumber yang berakibat tidak
tercapainya jumlah beban dan jumlah daya
tersedia dari sumber, akibatnya penggunaan
lampu jenis ini akan menurunkan jumlah daya
yang tersedia dari sumber, juga kesulitan lain
berupa sulit menyala dengan normal pada saat
terjadi beban puncak dan menurunya tegangan
sumber.
Untuk mengatasi hal ini maka
penggunaan lampu jenis fluorescent yang tetap
dapat dioperasikan seimbang antara jumlah
beban (jumlah lampu) dengan jumlah daya yang
tersedia dari sumber. Dengan kata lain kita
berusaha agar daerah atau rentangan beban
(lampu TL) yang masuk pada sistem mempunyai
faktor daya lebih tinggi mendekati faktor daya
dari sumber agar tercapai efisiensi penggunaan
daya listrik, sehingga akan sama atau mendekati
sama antara daya nominal beban dengan daya nominal sumber.
3. Perancangan Detail
3.1 Spesifikasi komponen produk
Komponen yang dibutuhkan adalah sebagai berikut.
Komponen Bahan Dimensi
Bola lampu Low sodium lead free
glass tube
Diameter luar 12,2 ± 0,2 mm
Ketebalan 1,0 ± 0,1 mm
Panjang 1000 mm ~ 1300 mm
Exhaust tube Lead glass (21% lead
contained at least)
Diameter luar 4,1 ± 0,15 mm
Ketebalan 0,45 ± 0,1 mm
Panjang 75 ± 0,7 mm
Lead in wire Demmet wire Cr6 Diameter 0,45 mm
Panjang 62 mm
Filament Triple coil: tungsten
38um: 4,38 mg, dan
molybdenum 60um
Panjang 13 ± 0,5 mm
Fosfor, Emittor
Perkembangan Generik Lampu Neon 12
(oxide)/carbonate
suspension
Cane glass for
beads mount
Lead glass Diameter luar 2 ~ 2,5 mm
Panjang 1000 mm
Amalgam Merkuri, argon
Base cement
3.2 Peralatan Produksi
Mesin yang dibutuhkan terdiri dari:
Top Fusion Machine
Washing & Coating Machine
Baking Machine
End Sealing Machine
Stem Machine
Mounting Machine
Sealing Machine
Fusion Machine
Exhaust Machine
Aging Machine
Flare Machine
Warna perlengkapan yang dibutuhkan:
List Color
Equipment original color
safety cover
gas piping yellow
air piping
high pressure air white
low pressure air white
clean air white
oxygen black
argon gas gray
nitrogen gas green
water light blue
heating heat-proof silver
control box (outer) light blue
control box (inner) yellow-gray
operation box and middle box light blue
cable slot standard
commercial parts standard
Perkembangan Generik Lampu Neon 13
3.3 Rencana Proses Produksi
Produksi lampu fluorescent yang dilakukan dalam empat tahap. Sebagian besar
pekerjaan dilakukan dengan mesin otomatis, sehingga hanya sedikit pekerja yang
dibutuhkan. Keempat tahapan produksi adalah:
1) Pembuatan mount
Tiga mesin yang digunakan untuk membuat mount. Mesin ini dapat digunakan
untuk membuat batang untuk berbagai jenis lampu:
a) Pembuatan flare
Flare batangan (tube) dimasukkan ke dalam mesin flare yang memiliki 12
head, dengan putaran head sekitar 1550 rpm. Batangan head turun sesuai
panjang yang diinginkan, kemudian ujung paling bawah dipanasi sebanyak
empat tahap (sekitar 700oC. Pada pemanasan tersebut ditambah serbuk
belerang untuk menurunkan titik lebur coating dan mempermudah
pembentukan ramer. Flare yang ujungnya telah dipanaskan kemudian
dilewatkan pada alat yang berputar sehingga ujungnya melebar membentuk
ramer (bibir flare). Kemudian dilakukan pendinginan dengan blower sebanyak
dua kali. Setelah itu dilakukan proses penggoresan memakai cuiter dan
dilanjutkan pemotongan dengan menggunakan panas api. Setelah
pemotongan, flare yang sudah jadi turun ke dalam cawan annealing (sekitar
400oC untuk mengembalikan tekstur, menghaluskan permukaan pemotongan,
menyamakan suhu dan seluruh bagian flare dan menghilangkan tegangan
permukaan. Hasil proses ini disebut flare.
b) Proses stem
Proses stem merupakan proses penggabungan antara flare, exhaust tube, dan
lead in wire. Proses ini diawali dengan masuknya flare pada chuck head,
kemudian diberi dua buah lead in wire yang diletakkan di dalam flare, dan
selanjutnya ditengah-tengah flare diberi exhaust tube yang sebelumnya telah
dipotong-potong sesuai dengan panjang yang diinginkan. Proses selanjutnya
adalah proses pengapian dengan 10 head pengapian (sekitar 900oC). Exhaust
tube bagian atas dibakar untuk menghaluskan permukaan potong. Pada
puncak pemanasan terdapat stem proses yang berfungsi mengapit lead in wire
dan menggabungkan flare dan exhaust tube. Selanjutnya dilakukan proses
penutupan proses dari atas yang berfungsi untuk membuat lubang pada
Perkembangan Generik Lampu Neon 14
exhaust tube (blow hole) dan setelah itu dilakukan proses pendinginan yang
berfungsi untuk mengembalikan kekerasan setelah pelumeran. Akhir dari
proses stem ini adalah proses annealing yang menggunakan oven (200oC)
dengan tujuan menyamakan suhu dan membuat bahan lebih bersifat homogen
dan kuat sebab jika mendinginkan langsung dapat menimbulkan retak atau
pecah pada stem.
c) Proses Mounting
Proses ini diawali dengan memasukkan stem ke dalam head berupa konveyor
yang menuju ke head mounting. Proses selanjutnya adalah pelurusan lead in
wire ke samping dan penekukan ujung lead in wire sebagai tempat penjepit
filament. Setelah filament dipasang pada kaitan tersebut dan kemudian kaitan
tersebut ditutup. Proses pengapian dilakukan untuk membentuk ujung exhaust
tube menjadi pipih. Ketika ujung exhaust tube masih dalam keadaan lunak
ditancapkan 4 buah molydenum wire sebagai penyangga filament kemudian
filament dikaitkan pada keempat penyangga tersebut. Akhir dari proses
mounting ini adalah proses perapatan lead in wire seperti posisi semula.
Kemudian produk yang ada diberi getter yang berfungsi mengikat gas-gas lain
dalam lampu dan membuat bola lampu menjadi vaccum sehingga tidak ada
gas-gas lain di dalam lampu seperti O2. Proses getter dilakukan dengan
mencelupkan hasil mounting pada larutan getter selama beberapa detik dan
setelah itu hasil mounting diletakkan dalam konveyor hasil akhir sambil
menunggu keringnya getter sehingga melekat pada lampu. Getter yang
digunakan adalah phospor red dan barium acid. Phospor red digunakan pada
lampu dnegan cara pencelupan oleh filamen pada saat diproses di mesin
automounting yang berfungsi membuat lampu menjadi vaccum (bekerja pada
saat penyalaan awal atau flashing), sedangkan barium acid bekerja
menmvacuumkan lampu yang dioleskan di exhaust tube setelah prosduk
melewati mesin automounting. Barium acid ini bekerja sering berhubungan
dengan umur lampu. Pada lampu yang baik atau siap pakai maka getter ini
berwarna hitam dan jika ada kebocoran ada berwarna putih.
2) Kaca Tabung
a) Proses washing and coating. Persiapan Tabung kaca dari panjang yang sesuai
ditempatkan di cuci dan mesin coating. Mesin ini menggunakan air panas dan
udara panas untuk mencuci dan mengeringkan tabung kaca sebelum dinding
bagian dalam tabung yang dilapisi dengan bubuk fluorescent.
b) Proses baking. Setelah dilapisi dengan bubuk neon tabung secara otomatis
ditempatkan ke rol konveyor yang mengangkut mereka melalui oven dan
melalui ruang pendingin. Sebagai tabung melewati oven, lapisan neon
dipanggang ke tabung.
c) Ketika mereka melewati ruang pendingin, dua mesin pembersih akhir
otomatis menyikat lapisan neon dari ujung tabung. Conveyor kemudian
mengangkut tabung ke mesin penyegel untuk perakitan akhir.
Perkembangan Generik Lampu Neon 15
3) Pembuatan base cement
Bagian yang diperlukan dari bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat
senyawa penyegel dicampur dalam mesin semen-pencampuran. Senyawa
penyegelan ini kemudian dibagikan ke dasar dari lampu dengan mesin pengisian
otomatis. Dasar-dasar tersebut kemudian diteruskan ke mesin mendasarkan untuk
perakitan akhir.
4) Perakitan akhir
a) Tahap sintering, pada proses ini, tube-tube diberi cairan putih (mount) agar
lampu dapat menyala lebih terang.
b) Tahap pumping, dimana tube diberi argon atau mercuri agar nyala lampu
dapat lebih merata dan nyalanya tidak berat disatu sisi saja.
c) Tahap basing, dimana tube diberi komponen elektronik oleh bagian
assembling, dan diberi pengait.
d) Tahap aging, dimana lampu yang sudah jadi diuji coba, lampu yang nyala
akan ke tahap berikutnya sedangkan lampu yang tidak menyala harus
dilakukan pengulangan dari pertama.
e) Tahap pengepakan dan pengiriman.
4. Pengujian dan Perbaikan
Sebagian besar literatur menyebutkan, prototype lampu neon ciptaan Georges
Claude, memiliki sebuah tabung kaca tertutup yang mengandung sangat sedikit udara,
sedikit air raksa, bubuk putih fosfor, dan dua elektroda (katoda dan anoda) pada
setiap ujung tabung. Selain itu terdapat transformer yang mengatur aliran listrik ke
tabung. Begitu saklar dihidupkan transformer mengaliri listrik ke dalam tabung.
Aliran listrik tersebut meloncat (arc) dari katoda ke anoda sehingga menguapkan air
raksa menjadi ion. Gas air raksa mengeluarkan sinar ultraviolet yang tidak tampak
yang membentur bubuk putih fosfor sehingga menghasilkan cahaya yang memancar.
Namun penemuan lampu neon belum sempurna. Sinar tabung-tabung merah
itu tak seperti sumber cahaya lainnya yang berguna untuk keperluan umum sehari-
hari, seperti menerangi rumah atau jalan tangga, akibatnya lampu neon menjadi
lembap. Pada waktu itu, para ilmuwan dan saintis menyebutkan, kelemahan lampu
neon pada waktu itu diakibatkan neon tak bisa di kompilasikan dengan elemen lain
pada tabung lainnya, artinya gas baru tak membutuhkan katup gas.
Meski demikian, Claude tidak menyerah dan berusaha untuk
menyempurnakan temuannya ini. Setelah melakukan penelitian, lampu neon yang
memancarkan warna merah ini menarik perhatian dan kemampuannya bertahan di
tengah siraman hujan dan kabut. Alhasil, temuan yang spektakuler ini cukup efektif
digunakan untuk iklan dan reklame. Hasil temuannya ini, ia publikasikan di Paris
Perkembangan Generik Lampu Neon 16
pada 1910. Atas bantuan kawannya, ia
memperkenalkan lampu buatannya itu ke
Amerika. Agar temuannya tidak ditiru orang.
Claude mematenkan lampu neon di Amerika
Serikat. Semenjak itu ia mulai dikenal sebagai
seorang jenius yang berhasil menemukan lampu
neon yang merupakan pelopor lampu pijar
untuk keperluan periklanan
Pada 1915, untuk pertama kalinya
lampu neon dijual kepada khalayak umum.
Seorang Pengusaha Earle C. Anthony, membeli
lampu neon seharga U$ 24 ribu. Lampu itu, ia
gunakan untuk menerangi papan reklame
perusahaan penjualan mobil miliknya di Los
Angeles. Pertama kali lampu neon Claude
hanya berwarna biru dan merah. Bisa dikatakan
sejak saat itu hingga kini lampu bikinan Claude
kerap dipakai untuk menerangi papan reklame seperti kasino, hotel, swalayan,
maupun lampu lalu lintas dan keperluan lainnya.
Claude lalu mengembangkan teknologi neon buatannya itu. Ia menemukan
elektroda-elektroda nonreaktif yang cukup untuk menangani gempuran ion tanpa
membuatnya panas. Temuan itu membuka pemikiran bagi perawatan tabung-tabung
neon sehingga menjadi awet digunakan.
5. Produksi awal
Produksi lampu neon semakin berkembang karena keuntungan-keuntungan
dibandingkan dengan lampu pijar. Produksi awal lampu neon ini dimulai di Amerika
tahun 1915 yang akhirnya terus disempurnakan sehingga warna lampu menjadi putih
dan banyak digunakan hingga saat ini.
Perkembangan Generik Lampu Neon 17
B. Jenis Proses Pengembangan Produk Proses pengembangan produk lampu neon dapat digolongkan sebagai jenis
market pull hal ini dikarenakan pengembangan produk dimulai dengan adanya peluang
peluang pasar dan kemudian mendapatkan teknologi yang sesuai untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan. Jadi dalam hal ini, karena kebutuhan akan lampu dengan kriteria-
kriteria tertentu menjadikan para ilmuwan/tim pengembang melakukan perkembangan
terhadap lampu pijar dan darisitu untuk segi efisiensi pabrik, ditemukan dan
dikembangkan teknologi otomasi untuk membuat lampu tersebut.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, lampu neon dikembangkan untuk
menangani keluhan pelanggan diantaranya:
a. Mempunyai efisiensi rendah, karena energi yang dihasilkan untuk cahaya hanya 10%
dan sisanya memancar sebagai panas (400oC);
b. Mempunyai efikasi rendah yaitu sekitar 12 lumen/watt;
c. Umur lampu pijar relatif pendek dibandingkan lampu jenis lainnya (sekitar 1.000
jam);
d. Sensitif terhadap tegangan;
e. Silau
Hal inilah yang menjadikan muncul berbagai teknologi untuk mengatasi kebutuhan ini
sehingga diproduksilah lampu neon.
REFERENSI
http://forum.viva.co.id/aneh-dan-lucu/196071-ini-dia-lampu-bohlam-pertama-di-
dunia.html
http://imroee.blogspot.com/2011/01/thomas-alva-edison-penemu-bola-lampu.html
http://labsky2012b.blogspot.com/2012/09/lampu-pijar-lampu-pijar-sumber-cahaya.html
http://pandri-16.blogspot.com/2011/02/sejarah-pertama-lampu-pijar-dan-penemu.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Lampu_pijar
http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=2&submit.x=13&submit.y=12&submit=next&
qual=high&submitval=next&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Feman%2F2005%2Fji
unkpe-ns-s1-2005-31401148-2854-matsushita-chapter4.pdf
http://tebuz.blogspot.com/
http://itsallaboutbusiness.com/Manufacturing.htm
http://panasonic.co.jp/es/environment/report/pdfs/asia05.pdf
http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=2&submit.x=18&submit.y=14&submit=next&
qual=high&submitval=next&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Ftmi%2F2009%2Fjiu
nkpe-ns-s1-2009-25405008-12352-philips-chapter4.pdf
http://www.youtube.com/watch?v=mKDjW2FWSsE
http://www.youtube.com/watch?v=dZLIeY51HL8
http://www.youtube.com/watch?v=YwsDvINxA84