Translated - The Research on Business Process Reengineering of Plant Management Based on Design...

18
Penelitian Business Process Reengineering dari Manajemen Mesin Industri didasarkan pada Design Structure Matrix Hui Wang, Hongmai Wu, Jing Sun, dan Guang Cheng Translator: Shahnaz Nadiva-1206262323-Teknik Industri Universitas Indonesia Abstrak Artikel ini didasarkan pada metode manajemen peralatan dengan business process reengineering sebagai objek penelitian dan bertujuan untuk memodelkan dan mengoptimalkan proses bisnis manajemen peralatan. Business process reengineering dari manajemen peralatan menggunakan analisis metode kuantitatif, melalui teori design structure matrix (DSM) dan perhitungan dengan fuzzy mathematics serta membangun struktur matrix dari model bisnis proses, mengelompokkan, menggabungkan dengan teori dan metode dari business process reengineering. Dapat diverifikasi bahwa melalui suku cadang dari proses bisnis dan peralatan dapat memperkuat hubungan antara masing-masing hubungan bisnis, sehingga mengurangi waktu tunggu yang meletakkan dasar teoritis untuk integrasi manajemen dan manajemen peralatan teknologi informasi konstruksi ICT. Kata Kunci: Manajemen Rantai Pasok, Manajemen Mesin Industri, Business Process Reengineering

description

Translated Journal The Research on Business Process Reengineering of Plant Management Based on Design Structure Matrix

Transcript of Translated - The Research on Business Process Reengineering of Plant Management Based on Design...

Penelitian Business Process Reengineering dari Manajemen Mesin Industri didasarkan pada Design Structure MatrixHui Wang, Hongmai Wu, Jing Sun, dan Guang Cheng

Translator: Shahnaz Nadiva-1206262323-Teknik Industri Universitas Indonesia

AbstrakArtikel ini didasarkan pada metode manajemen peralatan dengan business process reengineering sebagai objek penelitian dan bertujuan untuk memodelkan dan mengoptimalkan proses bisnis manajemen peralatan. Business process reengineering dari manajemen peralatan menggunakan analisis metode kuantitatif, melalui teori design structure matrix (DSM) dan perhitungan dengan fuzzy mathematics serta membangun struktur matrix dari model bisnis proses, mengelompokkan, menggabungkan dengan teori dan metode dari business process reengineering. Dapat diverifikasi bahwa melalui suku cadang dari proses bisnis dan peralatan dapat memperkuat hubungan antara masing-masing hubungan bisnis, sehingga mengurangi waktu tunggu yang meletakkan dasar teoritis untuk integrasi manajemen dan manajemen peralatan teknologi informasi konstruksi ICT.

Kata Kunci: Manajemen Rantai Pasok, Manajemen Mesin Industri, Business Process Reengineering

PENDAHULUANPerkembangan teknologi informasi serta jaringan teknologi yang pesat, memberikan kesempatan bagi perusahaan-perusahaan China untuk memperbaiki daya saing utama mereka. Pembangunan ICT dalam manajemen peralatan salah satunya digunakan sehingga sebagian besar perusahaan bisa mendapatkan keunggulan kompetitifnya secara bertahap, tetapi masih banyak perusahaan yang mendapatkan investasi yang kecil, problem ini disebut juga investasi tanpa dasar black hole (Jiang, 2004). Oleh karena itu, perlu diketahui bagaimana mengganti tipe awal dari manajemen perusahaan, yang akan menjadi integrasi dari manajemen dan teknologi informasi dari manajemen informasi perusahaan-perusahaan China yang sekarang masih menjadi permasalahan kritis. Business Process Reengineering perusahaan merupakan cara yang paling efektif dalam menyelesaikan masalah ini.

SEKILAS MENGENAI BUSINESS PROCESS REENGINEERING MANAJEMEN PERALATANSistem manajemen peralatan terdiri dari dimensi waktu, dimensi ruang, sumber daya, dan dimensi fungsional dari ruang empat dimensi (Li et al., 2004). Dalam dimensi waktu, proses bisnis dilakukan sesuai dengan proses linear, dalam aliran bisnis, aliran informasi tidak berarah, seringkali dari satu acara ke selanjutnya tiba-tiba informasi muncul tidak melalui audit, yang menyebabkan masalah iterasi serta menunggu aktivitas transfer informasi selesai. Dalam dimensi spasial, proses bisnis terdiri dari sejumlah sector independen, seperti departemen manajemen peralatan, gudang, dan departemen pengadaan. Dalam dimensi informasi, informasi diikuti dengan transmisi dalam proses bisnis berbagai kegiatan dengan input berupa informasi aktivitas, lalu informasi diproses, dan output dialirkan ke aktivitas selanjutnya seperti yang ditunjukkan Gambar 1.

Gambar 1: Model Grafik Proses Bisnis PMIS

Business Process Reengineering (BPR) dalam hal ini memikirkan bisnis proses yang dasar sehingga menghasilkan perbaikan yang dramatis dalam hal harga, kualitas, layanan, dan kecepatan. Di dalam beberapa aspek flow chart, activity cost analysis, hierarchical colored Petri, serta IDEF digunakan dalam tahap memperoleh data dan memodelkannya, dalam proses evaluasi dan diagnosis biasanya digunakan analisis fishbone, cognitive maps, dan matrix technology. Metode-metode ini dievaluasi dengan investigasi lapangan, kuesioner, statistics process activities, dan banyak juga yang menggunakan metode kualitatif untuk melihat redudansi dalam aliran aktivitas. Oleh karena itu, cara menggunakan metode kuantitatif dibutuhkan dalam memodelkan proses bisnis manajemen peralatan untuk menyelesaikan masalam dalam proses manajemen peralatan di perusahaan

ANALISIS DARI MANAJEMEN PERALATAN MENGGUNAKAN BISNIS PROSES DENGAN MODEL DSM DAN METODE REKONSTRUKSIDSM ditawarkan pertama kali oleh sarjana Amerika Dr. Steward, untuk merencanakan dan analisis perangkat matrix dari proses pengembangan produk (Steward, 1981). DSM merupakan permodelan sistem dalam bentuk matrix, alat bantu (Huang et al., 2008) yang mendeskripsikan setiap bagian dari hubungan sistem dengan berbagai keuntungan (Qian et al., 2008) yaitu: Mendeskripsikan komposisi dan struktur dari sistem, terutama struktur kopel dan sirkulasi Sederhana, padat, visualisasinya kuat, dan gampang dikomunikasikan ke pengguna lain Melalui bentuk matrix, analisis kualitatif dan algoritma kuantitatif bisa digabungkan agar optimisasi sistem proses lebih kondusifInformasi proses bisnis manajemen peralatan merupakan istilah umum untuk berbagai aktivitas dari pengetahuan manajemen peralatan, data, grafik. Berdasarkan analisis dari karakteristik aktivitas proses manajemen peralatan, berdasarkan interaksi informasi antara aktivitas-aktivitas yang berbeda, struktur dasar dari model proses manajemen peralatan dapat dibagi menjadi tiga jenis pola dasar yaitu seri, parallel, dan kopel serta struktur matrix Boolean (Gao, 2009), seperti yang ditunjukkan di Gambar 2.

Gambar 2(a-c): Model proses bisnis dari pola dasar interaksi informasi (a) pola dasar (b) Boolean dan (c) Struktur Matrix

Membangun Struktur Matrix Model Bisnis ProsesBerdasarkan manajemen bisnis proses, proses dibagi menjadi 3 tingkat: aliran utama, level 2, dan aliran proses level 3. Pengumpulan dari proses-proses mendeskripsikan bisnis peralatan utama yang releven dalam manajemen dari semua aliran proses. Deskripsi proses dari tahap 2 akan menjadi proses bisnis setelah perbaikan lebih lanjut dari aktivitas dan hubungan antar proses bisnis. Stuktur hierarkikal dari bisnis proses untuk manajemen peralatan ditunjukkan di Gambar 3.

Gambar 3: Diagram Hierarki Bisnis proses dari Manajemen Peralatan

Struktur matrix dari diagram tersebut direpresentasikan sebagai berikut:

Fo merupakan struktur matrix dari total proses dan Mi merupakan aliran umum dari matrix Fo. Melalui informasi bisnis proses yang menghubungkan antara konstruksi matrix proses, jika matrix M1, Ai, Aj masing masing ditujukan untuk 2 aktivitas di proses yang sama, Rij merupakan aktivitas dependen dari aktivitas Ai dan Aj.Dalam tipe seri, dapat dilihat dari Gambar 2, aktivitas Aj mendapatkan output informasi dari aktivitas Ai alias aktivitas Aj bergantung dengan informasi aktivitas Ai dengan model matrix:

Untuk tipe parallel, tidak ada hubungan informasi antara aktivitas yang satu dengan yang lainnya, dengan model matrix:

Untuk mode kopel, aktivitas Aj dengan eksistensi dari informasi dependensi aktivitas Ai dan aktivitas Ai memiliki dependensi informasi dengan aktivitas Aj. Model matrix bisa diekspresikan sebagai berikut:

Analisis berdasarkan metode dari Model DSM dan BPRManajemen peralatan perusahaan bisa dilihat sebagai kumpulan dari bisnis proses, informasi manajemen peralatan dari tiap-tiap departemen dan tiap-tiap hubungan, akhirnya mendapatkan manajer peralatan yang membutuhkan informasi. Untuk mengekspresikan serta mempelajarinya, maka dibuat asumsi-asumsi berikut untuk bisnis proses manajemen peralatan: Setiap proses terdiri dari jumlah aktivitas bisnis Bisnis proses dalam semua aktivitas bisnis adalah diskrit Tiap aktivitas bisnis bisa dilihat sebagai sebuah data prosesor Interaksi informasi bisa diekspresikan dalam hal hubungan mereka dengan kekuatan numerical Pembelajaran ini hanya dari dimensi informasi bisnis proses dari manajemen peralatan, tanpa mempertimbangkan factor lainAsumsi (1) merupakan perbaikan multistage process, tidak termasuk diskusi antar proses dan jaringan kompleks dari hubungan-hubungannya. Asumsi (2) dan (3) merupakan bisnis proses dari aktivitas-aktivitas bisnis direpresentasikan dengan grafik berarah. Asumsi (4) digunakan untuk mengkuantifikasikan interaksi informasi dan bisa menggunakan fuzzy mathematics untuk dihitung. Asumsi (5) merupakan efek beberapa factor terhadap aktivitas-aktivitas bisnis.

Definisi dari Hubungan FuzzyKeputusan fuzzy dalam kumpulan domain U mengacu kepada (Li dan Wang, 1993) hubungan u U, yang menentukan jumlah yang sesuai dengan [1] [0,1] dan bisa dibilang sebagai derajat subordinatif (derajat membership). Untuk membangun sebuah mapping, model struktur proses harus diciptakan untuk membangun matrix struktur proses yang sesuai, hubungan antar aktivitas merupakan hubungan yang fuzzy, diekspresikan sebagai hubungan matrix. Hubungan dari derajat membership mengekspresikan dependensi antar aktivitas, dependensi struktur dan aktivitas untuk memahami process dan intensitas dependensi yang akan membuat proses optimasi dan reengineering lebih efektif.

PengelompokanBerdasarkan bisnis proses dari manajemen peralatan yang telah disempurnakan, aliran bisnis digambar dalam bentuk grafik berarah dan dari gambar tersebut dibuat matrix structural, maka diantara berbagai aktivitas bisnis dalam bisnis proses terjadi pergantian informasi antara kalkulasi numerical. Dalam model bisnis proses, jumlah pangkat dari elemen-elemen pengelompokkan mengandung ukuran pengelompokkan. Agar pengelompokkan lebih masuk akal, maka asumsi-asumsi beriku dibuat: Bobot antara aliran informasi dan koneksi antar elemen proporsional terhadap peringkat-peringkat Manajemen pengelompokkan dengan skala besar jauh lebih mudah Untuk merendahkan elemen-elemen manajemen kontak dengan pengelompokan internal yang sama lebih sulit dibandingkan dengan elemen-elemen manajemen kontak yang berbeda Pengelompokkan dengan jumlah elemen-elemen yang ada di peringkat pengelompokkan bertambah lebih banyak Metode pengelompokkan berdasarkan transformasi pengelompokkan baris dan kolom. Pertama-tama, untuk mencegah pengaruh yang besar dari ikatan yang lemah dari hasil pengelompokkan, di dalam nilai numerical dari ikatan yang lemah, pisahkan koneksi yang lemah dari struktur proses yang akan dimodelkan dalam bentuk matrix, agar mengurangi kompleksitas dalam pengelompokkan; kedua, setelah koneksi yang lemah dipisahkan, elemen-elemen independen dipisahkan; kemudian setelah model transformasi matrix didapatkan dari 2 langkah diatas, maka posisi diagonal dari model dipangkatkan sedekat mungkin dengan sel yang bukan 0; lalu, koneksi yang lemah, elemen-elemen independen ditambahkan ke model; akhirnya, berdasarkan sel matrix yang bukan 0 yang didapatkan dari model dibagi menjadi jumlah pengelompokkan.

METODE DARI BUSINESS PROCESS REENGINEERINGDalam struktur dari diagram matrix, process reengineering perlu mengelompokkan pangkat elemen-elemen yang memiliki struktur yang sama. Untuk pengelompokkan, tidak hanya sampai disitu. Struktur matrix pengelompokkan dianalisis kembali, dan digabungkan dengan teori BPR. Metode BPR yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Integrasi Bisnis ProsesDari struktur matrix pengelompokkan yang ditunjukkan pada Gambar 4, dapat diketahui bahwa diantara aktivitas menunggu informasi dan masalah iterasi, perlu diterapkan metode BPR, yaitu integrasi bisnis proses.

Gambar 4: Struktur Model Dependensi Informasi

Dalam model, elemen-elemen yang bukan 0 berada di garis diagonal dekat Ai-1, Ai, Ai+1, 3 aktivitas bisnis ini dibagi ke kelas yang sama. Dalam pengelompokkan Ai-1 terlihat bahwa aktivitas Ai memiliki hubungan. Hubungan ini akan membuat informasi jadi menunggu dan aktivitas jadi berulang-ulang, maka hubungan antar aktivitas harus diperkecil.

Dalam manajemen peralatan, hubungan antar aktivitas perlu pemeriksaan dan persetujuan. Namun kegiatan ini jika terlalu banyak dilakukan akan mengurangi efisiensi dari manajemen peralatan. Oleh karena itu, integrasi bisnis proses dilakukan untuk situasi perusahaan peralatan sekarang untuk mencegah hubungan antar aktivitas di semua proses. Contohnya, penggunaan teknologi informasi untuk koordinasi pekerjaan antar departemen sehingga pekerjaan jadi lebih praktis.

Penyederhanaan Bisnis ProsesSetelah pengelompokkan struktur matrix ditunjukkan pada Gambar 5, dapat diidentifikasi dependensi informasi secara lengkap.

Gambar 5: Stuktur Model Dependensi Informasi secara Lengkap

Dari gambar, dapat dilihat aktivitas Ai diterima dari output informasi Ai-1, aktivitas Ai+1 menerima output informasi Ai-1, sehingga aktivitas Ai tidak ada output informasi. Dalam proses yang ada, bisnis proses berada di bawah kegiatan Ai-1, Ai, Ai+1, jadi bisa kita analisis bahwa aktivitas bisnis Ai merupakan output informasi Ai-1 yang secara langsung merupakan aktivitas bisnis Ai+1, tapi ini merupakan manajemen bukan pemrosesan informasi. Dalam transformasi bisnis proses, langkah-langkah yang tidak memiliki nilai bisa dikurangi jika diperlukan.

KESIMPULANStudi ini menganalisis bisnis proses manajemen peralatan, menggunakan teori DSM dan metode perhitungan fuzzy mathematics, lalu struktur matrix untuk membangun model bisnis proses, pengelompokkan, dan menggabungkannya dengan teori dan metode business process reengineering untuk merekayasa bisnis proses. Sehingga organisasi yang tidak mengalami penyesuaian prinsip, bisa memiliki sistem informasi untuk manajemen peralatan dalam memaksimalkan realisasi dari seluruh sistem. Dan juga computer memiliki analisis statistika untuk menjalankan fungsi pemrosesan data, sehingga efisiensi pekerja dalam manajemen peralatan bisa meningkat secara pesat.

REFERENSI