Transisi Demografi
Transcript of Transisi Demografi
1
TRANSISI DEMOGRAFITRANSISI DEMOGRAFITRANSISI DEMOGRAFITRANSISI DEMOGRAFI
Transisi Demografi terjadi di hampir semua negara
� Dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam kurun waktu
yang berbeda
� Teori klasik dalam demografi yang mencoba
mempelajari interaksi antara dinamika kependudukan
dan pembangunan
� Merupakan suatu proses perubahan dari tingkat
kelahiran dan kematian yang tinggi hingga menjadi
tingkat kelahiran dan kematian yang rendah, diikuti
dengan berbagai kondisi perkembangan penduduk
Dengan berdasar pada definisi tersebut, maka dapat
diketahui bahwa teori ini sebenarnya terdiri dari 2 bagian:
1. Bagian I: mencoba memberi gambaran/deskripsi proses
tersebut
2. Bagian II: mencoba menerangkan faktor sosial ekonomi
yang menentukan kapan proses itu beralih dari satu
tahap ke tahap yang lain, dan berapa lama suatu
masyarakat berada di suatu tahap.
Teori Transisi Demografi didasarkan pada pengalaman
sejarah masyarakat Eropa abad-19 (akhir PD- II) dan Amerika
Utara.
2
Pada prinsipnya teori ini ada 3 tahap:
Tahap I:
� Tingkat mortalitas maupun fertilitas tinggi, dengan
tingkat fertilitas umumnya sedikit lebih tinggi dari
tingkat mortalitas ;
� Pertambahan penduduk umumnya rendah atau hampir
tidak mengalami pertumbuhan (“quasi-stable” = angka
pertumbuhan mendekati nol);
� Kondisi sosial ekonomi buruk, banyak kelaparan dan
epidemi;
� Merupakan tahap masyarakat agraris;
� Tahap ini umumnya cukup lama, kendati pun berbeda
dari negara satu ke negara lain.
Tahap II:
� Disebut tahap tansisi;
� Disebut pula tahap peledakan penduduk;
� Tahap menuju masyarakat modern
� Ditandai dengan penurunan angka mortalitas;
� Dimulai ketika angka harapan hidup mulai meningkat,
tetapi angka kelahiran masih tinggi;
� Tingkat fertilitas menurun tetapi tidak sebanyak
mortalitas, sehingga angka pertambahan penduduk amat
tinggi;
� Biasanya terdapat pada masyarakat yang sedang
berkembang;
� Terjadi pertumbuhan ekonomi yang cepat, peningkatan
urbanisasi, dan transformasi struktural;
3
� Pada akhir tahap ini: angka kelahiran mulai menurun
mendekati angka kematian.
Tahap III:
� Angka fertilitas dan mortalitas rendah, dan
kecenderungan ini dianggap tidak akan berbalik
(irreversibel);
� Biasanya terdapat pada masyarakat industri;
� Angka kelahiran umumnya telah mendekati atau bahkan
lebih rendah dari replacement level yaitu NNR ≤ 1;
� Bila NNR ≤ 1 dalam jangka waktu lama, maka
pertumbuhan penduduk dapat menjadi negatif (jumlah
penduduk secara absolut dapat menurun) Bila hal
ini terjadi, maka tahap III bukanlah akhir transisi
demografi.
United Nations (1989), membagi proses transisi vital menjadi
empat tahap berdasarkan indikator:
• TFR: Total Fertility Rate
• eo: Life expectancy at birth
1. Tahap I:
• Angka fertilitas masih tinggi
• TFR > 6 per wanita 15-49 th
• Angka mortalitas masih tinggi
• eo <<<< 45 tahun
4
2. Tahap II:
• Angka mortalitas dan fertilitas mulai menurun
• 45 ≤≤≤≤ eo <<<< 55 tahun
• 4,5 <<<< TFR ≤≤≤≤ 6 per wanita 15-49 th
3. Tahap III:
• Angka fertilitas dan mortalitas menurun dengan cepat
• 55 ≤≤≤≤ eo <<<< 65 tahun
• 3 <<<< TFR ≤≤≤≤ 4,5 per wanita 15-49 th
4. Tahap IV:
• Angka fertilitas dan mortalitas rendah
• TFR ≤≤≤≤ 3 per wanita 15-49 th
• eo ≥≥≥≥ 65 tahun
Proses transisi vital dianggap berakhir pada saat fertilitas
mencapai NRR = 1 atau mendekati 1.
TRANSISI VITAL DI INDONESIA
Indonesia diperkirakan mengakhiri proses transisi vital tahun 2000-2005. Benarkah? Diperkirakan tahun 2005:
• eo ±±±± 65,8 tahun
• TFR ±±±± 2,25 per wanita 15-49 th
• NRR = 1
5
Fakta tahun 2005:
• e0= 68 tahun
• TFR= 2.3 per wanita 15-49 th
• NRR 1990-2005: 1.4%
Blacker (1949) menyusun lima tahap evolusi demografi:
1. Tahap stasioner tinggi (high stationary)
� tingkat kelahiran dan kematian tinggi
2. Tahap perkembangan awal (early expanding)
� tingkat kelahiran tinggi, tetapi tingkat kematian
menurun
3. Tahap perkembangan akhir (late expanding)
� tingkat kelahiran menurun, tetapi tingkat
kematian menurun lebih cepat
4. Tahap stasioner rendah (low stationary)
� tingkat kelahiran rendah diimbangi oleh tingkat
kematian rendah
5. Tahap menurun (declining)
� tingkat kelahiran rendah tetapi tingkat
kematian lebih rendah, dan penurunan
kematian melebihi kelahiran
6
Teori transisi demografi belum bisa menjawab:
a. Kapan suatu masyarakat beralih dari tahap pertama ke
tahap transisi, dan dari tahap transisi ke tahap terakhir;
b. Berapa TFR, CBR, eo, CDR yang diperlukan untuk
terjadinya peralihan dari satu tahap ke tahap lain;
c. Struktur usia seperti apa yang dibutuhkan untuk beralih
dari satu tahap ke tahap berikutnya;
d. Faktor sosial ekonomi seperti apa yang diperlukan untuk
terjadinya peralihan dari satu tahap ke tahap lainnya;
e. Tingkat agraris, industrialisasi, dan urbanisasi yang
bagaimana yang akan membuat suatu masyarakat
beralih dari satu tahap ke tahap lainnya;
f. Perubahan tata nilai seperti apa yang diperlukan;
g. Berapa lama proses transisi harus dijalani (baik untuk
setiap tahap maupun secara keseluruhan);
h. Dapatkah proses transisi dipercepat; dan apa
dampaknya.
7
Perlu diperhatikan:
- Pertumbuhan penduduk yang mendekati nol tidak
diinginkan oleh negara manapun
- Setiap masyarakat akan berusaha mencapai angka
harapan hidup yang tinggi bila demikian angka
kelahiran harus berapa?
- Tidak ada masyarakat yang menginginkan kondisi
stationary population (NRR = 1), yang lebih
diinginginkan adalah quasi stable (komposisi usia dan
jenis kelaminnya)
akan memudahkan perencanaan pembangunan ekonomi
dan sosial
Zelinsky (1971) menyebutkan :
� Transisi demografi terdiri dari transisi fertilitas dan
transisi mortalitas serta transisi mobilitas;
� Transisi vital terdiri dari transisi fertilitas dan mortalitas
� mobilitas adalah suatu konsep yang lebih luas daripada
migrasi.
Kesalahan pengertian yang telah sering terjadi adalah:
Transisi demografi terdiri dari transisi fertilitas dan
mortalitas, padahal perubahan demografi terdiri dari
perubahan dalam mortalitas, fertilitas, dan migrasi.
8
TRANSISI MORTALITAS
Secara umum ada dua kategori penentu kematian:
1. Variabel yang berhubungan dengan pembangunan
sosial ekonomi, yang biasanya diukur dengan tingkat
pendapatan;
2. Variabel yang berhubungan dengan kemajuan dalam
teknologi kedokteran, kes. masyarakat, dan sanitasi.
Terjadinya proses transisi mortalitas tidak dapat dilepaskan
dari proses transisi epidemiologi, yaitu perubahan pola
penyakit penyebab kematian dari penyakit infeksi
penyebab utama kematian digantikan (walau tidak secara
keseluruhan) oleh penyakit degeneratif dan penyakit akibat
perbuatan manusia.
Ada dua pendapat tentang penurunan angka kematian:
1. Kenaikan pendapatan per kapita yang cukup siknifikan
dan disertai dengan perbaikan sarana sosial ekonomi
secara otomatis akan menurunkan angka kesakitan yang
pada akhirnya akan menurunkan angka kematian,
biasanya di negara maju.
9
2. Penurunan angka kematian tidak ada hubungannya
dengan pendapatan per kapita, tetapi lebih disebabkan
import teknologi kesehatan dari negara-negara maju.
� Tetapi import teknologi kesehatan tanpa perbaikan
kondisi sosial ekonomi, hasilnya hanya sementara
dan sia-sia.
Seperti halnya transisi vital, maka transisi epidemiologi juga
dibagi menjadi tiga tahap:
1. Tahap I:
Masa penyakit sampar dan kelaparan.
� Tahap I transisi vital
2. Tahap II:
Masa menyusutnya pendemi, baik dalam frekuensi
maupun ukuran.
� Tahap II transisi vital.
3. Tahap III:
Masa penyakit degeneratif dan buatan manusia.
� Tahap III transisi vital.
Proses transisi mortalitas yang terjadi selama ini tak lepas
dari kaitan dengan modernisasi yang terjadi.
10
Dampak modernisasi terhadap penurunan angka kematian
penduduk dunia dapat dikategorikan dalam empat tahap:
1. Tahap I: periode pertengahan abad ke-18 s.d awal abad
ke-19
� ditandai dengan kemajuan dalam bidang pertanian
� adanya perbaikan dalam bidang kesehatan
� ditemukan vaksin cacar oleh Jenner pada tahun
1796
2. Tahap II: periode akhir abad ke-19
� adanya revolusi pertama dalam bidang kedokteran
dari hasil kerja Pasteur dan Koch dalam identifikasi
pathogens untuk pencegahan dan pengobatan
dengan vaksin dan serum.
3. Tahap III: periode Perang Dunia I
� adanya perluasan kemajuan dalam bidang teknologi
kedokteran dan meluasnya pendidikan kesehatan.
4. Tahap IV: periode Perang Dunia II
� ditemukan penicilin pada tahun 1929 dan
sintesisnya oleh Flemming pada tahun 1943
� menyusul ditemukan antibiotika seperti
steptomycin (1944) dan aureomycin (1946)
11
Pengelompokan tahap proses penurunan angka mortalitas
menurut Bourgeois Pichart berdasarkan penyebab kematian:
1. Tahap I:
� IMR ≥≥≥≥ 100 per 1.000 kelahiran hidup
� sebagian besar penyakit berkaitan dengan infeksi,
misal: diare, penyakit yang berhubungan dgn
pernapasan.
� disebut tahap soft rock
� kematian lebih mudah ditanggulangi dengan
teknologi kesehatan seperti imunisasi dan
antibiotik.
2. Tahap II:
� IMR antara 30 - 100 per 1.000 kelahiran hidup
� disebut tahap intermediate rock
� kematian diturunkan dengan perbaikan kondisi
sosial ekonomi.
3. Tahap III:
� IMR: <<<< 30 per 1000 kelahiran hidup
� disebut juga tahap hard rock
� penurunan angka kematian sangat dipengaruhi
kondisi sosial ekonomi termasuk tingkat
pendapatan dan cara hidup masyarakat
� penyakit yang muncul adalah penyakit degeneratif
non infeksi: kanker, jantung, diabetes, asthma, dll
12
Proses transisi vital akan menyebabkan perubahan dalam
struktur dan komposisi penduduk.
Perubahan struktur dan komposisi penduduk yang terjadi di
Indonesia dapat dibagi menjadi empat tahap:
1. Tahap I:
� Terjadi perluasan dasar piramida penduduk,
sehingga menjadi bentuk V terbalik
Akibat dari:
� Penurunan angka kematian terutama angka
kematian bayi
� Peningkatan fertilitas dalam jangka pendek
2. Tahap II:
� terjadi proses penuaan penduduk di bagian dasar
piramida
� piramida menjadi berbentuk spade profile ( bagian
dasar piramida mengecil) fertilitas mulai menurun
3. Tahap III:
� proses menua terjadi pada bagian tengah dan atas
piramida
� piramida berbentuk seperti cendawan (mushroom)
� angka fertilitas mulai menunjukkan kestabilan
13
4. Tahap IV:
� proses stabilisasi
� piramida berbentuk hampir seperti empat persegi
panjang
� terjadi penurunan jumlah penduduk kelompok umur
tua
� ditandai meninggalnya generasi terakhir dari proses
transisi.
INDONESIA saat ini berada pada tahap kedua (II) dan
hampir ke tahap ketiga (III) dari proses transisi vital
berdasarkan struktur dan komposisi penduduk.
TRANSISI FERTILITAS
Tahapan Transisi Fertilitas:
1. Tahap I:
� Anak mempunyai nilai ekonomi tinggi
� Dibutuhkan jumlah anak yang besar, sedang angka
kematian tinggi
� Natural fertility tidak seperti yang diinginkan
masyarakat.
� Tahap “defisit”
� Tidak dibutuhkan alat pengatur kelahiran
� Kemajuan sosial ekonomi akan meningkatkan
fertilitas
14
2. Tahap II:
� Natural fertility >>>> harapan masyarakat
� Ada “surplus” kelahiran yang diharapkan
� Ada keinginan mengatur kelahiran namun banyak
kendala :
∗ Biaya (materi dan non materi)
∗ Medis
� Fertilitas masih sama dengan natural fertility
3. Tahap III:
� Biaya pengaturan kelahiran mulai menurun
� mulai ada pengaturan kelahiran
� Fertilitas <<<< natural fertility
� Fertilitas >>>> yang diharapkan
4. Tahap IV:
� Fertilitas <<<< natural fertility
� Fertilitas = yang diharapkan
� Biaya pengaturan kelahiran ↓↓↓↓
Faktor-faktor yang menyebabkan angka fertilitas menurun:
1. Menurunkan angka kematian bayi dan anak
2. Ada keinginan mempertahankan dan memperbaiki
standar hidup
3. Meluasnya pendidikan
4. Adanya penurunan nilai atau manfaat dari mempunyai
anak
15
5. Semakin banyaknya wanita ikut berpartisipasi dalam
kegiatan ekonomi, khususnya di sektor formal
6. Semakin meluasnya pengetahuan akan kontrasepsi.
7. Adanya perbaikan dalam tenologi kontrasepsi.