Transformasi Spasial dan Fenomena Urban Sprawl

34
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Aspek Fisik Spasial Analisis aspek fisik spasial dengan melakukan kajian terhadap 3 (tiga) elemen morfologi kota di kawasan penelitian, yaitu : 1). Karakteristik pemanfaatan lahan (land use characteristics) 2). Karakteristik bangunan (building characteristics) 3). Karakteristik sirkulasi (circulation characteristics) 5.1.1. Karakteristik Pemanfaatan Lahan (land use characteristics) Pengamatan proses urban sprawling dari aspek kenampakan fisik spasial di kawasan penelitian dikaji terhadap perubahan pemanfaatan guna lahan (land use) pada periode waktu tahun 2003 - 2010 (7 tahun). Perkembangan penggunaan lahan selama pengamatan di kawasan penelitian di koridor Jalan Gagak Hitam – Ngumban 47

Transcript of Transformasi Spasial dan Fenomena Urban Sprawl

Page 1: Transformasi Spasial dan Fenomena Urban Sprawl

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisis Aspek Fisik Spasial

Analisis aspek fisik spasial dengan melakukan kajian terhadap 3 (tiga)

elemen morfologi kota di kawasan penelitian, yaitu :

1). Karakteristik pemanfaatan lahan (land use characteristics)

2). Karakteristik bangunan (building characteristics)

3). Karakteristik sirkulasi (circulation characteristics)

5.1.1. Karakteristik Pemanfaatan Lahan (land use characteristics)

Pengamatan proses urban sprawling dari aspek kenampakan fisik spasial di

kawasan penelitian dikaji terhadap perubahan pemanfaatan guna lahan (land use)

pada periode waktu tahun 2003 - 2010 (7 tahun). Perkembangan penggunaan lahan

selama pengamatan di kawasan penelitian di koridor Jalan Gagak Hitam –

Ngumban Surbakti, Kecamatan Medan Sunggal disajikan dalam bentuk peta pola

penggunaan lahan dan tabel perubahan penggunaan lahan.

Untuk maksud identifikasi bentuk lahan yang berkonotasi kekotaan, maka

klasifikasi bentuk pemanfaatan lahan dapat diklasifikasikan ke dalam dua bentuk

saja, yaitu bentuk pemanfaatan lahan non agraris dan bentuk pemanfaatan lahan

agraris. Bentuk pemanfaatan lahan non agraris adalah bentuk pemanfaatan lahan

yang diklasifikasikan sebagai settlement built up area yang berasosiasi dengan

47

Page 2: Transformasi Spasial dan Fenomena Urban Sprawl

sektor kekotaan dan bentuk pemanfaatan lahan agraris khususnya vegetated area

yang berasosiasi dengan sektor kedesaan.

Bentuk pemanfaatan lahan non agraris sebagai settlement built up area di

kawasan penelitian adalah berupa jaringan jalan, perumahan, ruko, sekolah, rumah

ibadah, perkantoran, kios-kios, bengkel dan berbagai fasilitas perkotaan lainnya.

Namun secara khusus di koridor jalan ini terdapat juga lahan-lahan kosong yang

tidak atau belum di manfaatkan baik untuk pertanian maupun menjadi lahan

terbangun, yang bukan merupakan vegetated area maupun settelement built up

area.

Gambar 5.1. Peta Pola Penggunaan Lahan Tahun 2003

48

Page 3: Transformasi Spasial dan Fenomena Urban Sprawl

Tabel 5.1. Perubahan Guna Lahan Tahun 2003 – 2006

No Guna LahanLuas (m2)

Keterangan2003 2006 Perubahan

1 Perumahan 85.658,8500 65.003,7383 -20655,1117 Berkurang

2 Ruko/Kios 0 31.516,0810 31516,0810 Bertambah

3

Rumah

Ibadah 0 1.761,3496 1761,3496 Bertambah

4

Tanah

Kosong 104.183,0353 160.727,6367 56544,6014 Bertambah

5 Pertanian 83.999,3967 1.105,7276 -82893,6691 Berkurang

6

Fasilitas

Umum 1.531,3496 6.590,1118 5058,7622 Bertambah

7 Pergudangan 2.211,9486 10.879,9352 8667,9866 Bertambah

  Total 277584,5802 277584,5802  

Sumber : Hasil Analisa

A. Analisis Guna Lahan Tahun 2003 - 2006

1). Guna lahan perumahan/permukiman

Kondisi pada tahun 2003-2006 lahan pada koridor Jalan Ringroad dengan

fungsi sebagai perumahan/permukiman penduduk. Terdapat kecenderungan

pengelompokan guna lahan permukiman di setiap persimpangan seperti simpang

49

Page 4: Transformasi Spasial dan Fenomena Urban Sprawl

jalan sunggal, jalan perjuangan, dan lainnya. Pembangunan Jalan Lingkar Luar

belum mengalami kemajuan, sehingga tata guna lahan di sekitar kawasan sebagian

masih permukiman.

2). Guna lahan komersil (ruko/kios)

Pada tahun 2003-2006 bangunan ruko yang ada di koridor Jalan Ringroad

sangat sedikit atau hampir tidak ada, sedangkan bangunan fungsi ganda rumah dan

kios terletak di lokasi yang berdekatan dengan rumah penduduk yang ada di

sepanjang koridor jalan tersebut.

3.) Rumah Ibadah

Pada tahun 2003 tidak terdapat rumah ibadah di sepanjang koridor jalan

ringroad. Seiring perkembangan jalan Ringroad dan mendesaknya kebutuhan

rumah ibadah, baru di tahun 2006 dilaksanakan pembangunan rumah Ibadah.

4). Tanah Kosong

Tanah kosong di koridor sepanjang jalan Ringroad memiliki jumlah lahan

terbesar dibandingkan tata guna lahan yang lain. Ini dikarenakan saat tahun 2003

belum dilaksanakannya pembangunan koridor Ringroad. Tanah kosong di koridor

Ringroad terdapat di simpang Jalan Bunga Asoka hingga Jalan membentang

sepanjan 800 m. Tanah ini merupakan lahan yang masih dipersengketakan di

pengadilan. Hingga tahun 2010 sebagian besar tanah yang berdampingan dengan

Komplek Bukit Hijau Regency belum dilaksanakan pembangunan. Lalu tanah

kosong berada di beberapa titik, yaitu Simpang ringroad – Gatot subroto dan di

beberapa sisi perumahan penduduk sepanjang koridor.

50

Page 5: Transformasi Spasial dan Fenomena Urban Sprawl

Pada perkembangannya, seiring tahun berganti, tanah kosong ini pun

berubah tata guna lahannya menjadi fungsi komersial atau fungsi fasilitas umum.

5). Lahan Pertanian

Lahan pertanian adalah lahan yang mengalami konversi yang sangat tinggi

di kawasan ini, baik yang menjadi perumahan dan fungsi komersil lainnya. Lahan

pertanian banyak dikonversi menjadi perumahan berupa kompleks.

Peralihan fungsi lahan pertanian ini terutama terjadi di kawasan Jalan

Gagak Hitam di bagian Pertengahan koridor Ringroad yang menjadi penelitian

kami, dan jalan Ngumban Surbakti bagian utara perbatasan jalan Amal hingga

Kompleks Bumi Seroja Permai.

6). Lahan Fasilitas Umum

Keberadaan fasilitas umum berupa Sarana Pengisian Bahan Bakar Umum

di Koridor Ringroad hanya terdapat di persimpangan Jalan Raya Sunggal dan Jalan

Gagak Hitam.

Lahan perkuburan berada di persimpangan Jalan Kasuari dan Ringroad.

8). Prasarana Jalan

Pergudangan berada di jalan Gagak Hitam. Pergudangan terdapat di daerah

ini dikarenakan jalan Lingkar Luar Ringroad ini merupakan jalan perlintasan

menuju NAD.

8). Prasarana Jalan

51

Page 6: Transformasi Spasial dan Fenomena Urban Sprawl

Prasarana infrastruktur Jalan Ringroad yang masuk wilayah administratif

Kota Medan dan menjadi subyek penelitian kami adalah sepanjang 3320 meter

mulai persimpangan Jalan Bunga Asoka sampai persimpangan Jalan Gatot

Subroto. Kondisi jalan sampai pada periode tahun 2003 - 2006 merupakan jalan

aspal hotmix dengan lebar 8,00 meter. Dalam rencana Master Plan Medan 1974,

Jalan ini menghubungkan daerah pinggiran kota Medan dari Jalan Cemara hingga

Jalan Tritura.

Pada tahun 2003 koridor Ringroad Gagak Hitam – Ngumban Surbakti

belum terbangun sepenuhnya.

Gambar 5.2. Peta Pola Penggunaan Lahan Tahun 2006

Sumber : Hasil Analisa

52

Page 7: Transformasi Spasial dan Fenomena Urban Sprawl

Gambar 5.3. Peta Pola Penggunaan Lahan Tahun 2010

Sumber : Hasil Analisa

Tabel 5.2. Perubahan Guna Lahan Tahun 2006-2010

No Guna LahanLuas (m2)

Keterangan2003 2006 Perubahan

1 Perumahan 85.658,8500 65.003,7383 -20655,1117 Berkurang

2 Ruko/Kios 0 31.516,0810 31516,0810 Bertambah

3 Rumah Ibadah 0 1.761,3496 1761,3496 Bertambah

4 Tanah Kosong 104.183,0353 160.727,6367 56544,6014 Bertambah

5 Pertanian 83.999,3967 1.105,7276 -82893,6691 Berkurang

6

Fasilitas

Umum 1.531,3496 6.590,1118 5058,7622 Bertambah

7 Pergudangan 2.211,9486 10.879,9352 8667,9866 Bertambah

  Total 277584,5802 277584,5802  

53

Page 8: Transformasi Spasial dan Fenomena Urban Sprawl

B. Analisis Guna Lahan Tahun 2006-2010

A. Analisis Guna Lahan Tahun 2006-2010

1). Guna lahan perumahan/permukiman

Kondisi pada tahun 2006 - 2010 lahan pada koridor Jalan Ringroad dengan

fungsi sebagai perumahan/permukiman penduduk beserta jauh berkurang dan

digantikan lahan komersial.

Perkembangan perumahan tidak berada di sepanjang koridor yang diteliti,

namun berpindah ke sisi jalan sekunder di kawasan Ringroad, seperti jalan

Perjuangan, Jalan Balam, Jalan Merak, dan lain-lain.

2). Guna lahan komersil (ruko/kios)

Terjadi lonjakan besar-besaran perkembangan tata guna lahan komersil

berupa ruko berikut rumah tinggal sekaligus kios. Hampir di sepanjang jalan

Ringroad berubah menjadi lahan komersial.

Hasil dari kuesioner yang kami berikan adalah 83 % memiliki usaha

kegiatan komersial di lahan ini.

Apakah anda memiliki usaha/ kegiatan komersial di tempat ini?

Ya Tidak

25 5

83% 17%Tabel 5.3. Tabel Kuesioner Kepemilikan Usaha

54

Page 9: Transformasi Spasial dan Fenomena Urban Sprawl

Usaha/ kegiatan komersial itu kebanyakan berupa perdagangan (warung,

toko, restoran) sebesar 60 %. Ringroad terkenal dengan pusat kuliner kota Medan.

60%20%

7% 13%

Jika Ya, kegiatan komersial apa yang anda lakukan?

PerdaganganJasa KomersialIndustri RTPergudanganLainnyaTidak menjawab

3.) Rumah Ibadah

Sepanjang 2006-2010 terdapat pembangunan rumah ibadah yaitu sebuah

Gereja, Vihara, dan Mushola di kawasan Ringroad. Gereja dan Vihara berada di

jalan Ngumban Surbakti, dan Mushola berada di Jalan Gagak Hitam.

4). Tanah Kosong

Guna lahan pada tahun 2003 didominasi oleh tanah kosong dan lahan

pertanian. Dengan dibukanya jalan Lingkar Luar Ringroad yang menghubungkan

Gagak Hitam dan Jalan Ngumban Surbakti, terjadi pelonjakan perubahan guna

lahan dari tanah kosong yang dibangun menjadi lahan komersial. Hampir di

sepanjang jalan Gagak Hitam dan Ngumban Surbakti telah terbangun rumah toko 3

lantai.

55

Page 10: Transformasi Spasial dan Fenomena Urban Sprawl

Tanah kosong masih terdapat di jalan Ngumban Surbakti, di sisi Timur dan

sebagian kecil Barat, dan juga Jalan Gagak Hitam yang dahulu lahan pertanian

namun sekarang telah dirubah menjadi tanah kosong.

5). Lahan Pertanian

Lahan pertanian mengalami perubahan paling dominan. Pada tahun 2010

hampir tidak ada lahan pertanian yang berada di sisi jalan Ngumban Surbakti dan

jalan Gagak HItam. Lahan pertanian banyak dikonversi menjadi lahan komersial,

atau sudah diolah menjadi tanah kosong yang siap bangun.

6). Lahan Fasilitas Umum

Sejalan dengan pembangunan koridor Ringroad, Pembangunan fasilitas

umum berupa SPBU bertambah dengan keberadaan Pertamina dan Petronas, di sisi

Barat kompleks TASBI 2. Keberadaan fasilitas umum berupa Sarana Pengisian

Bahan Bakar Umum di Koridor Ringroad di persimpangan Jalan Raya Sunggal dan

Jalan Gagak Hitam juga masih tetap ada.

Lahan perkuburan berada di persimpangan Jalan Kasuari.

8). Prasarana Jalan

Pergudangan memiliki pengurangan guna lahan dan digantikan dengan

lahan komersial.

7). Prasarana Jalan

56

Page 11: Transformasi Spasial dan Fenomena Urban Sprawl

Prasarana infrastruktur jalan telah melalui perkembangan yang pesat

berupa aspal hotmix sebesar kurang lebih 33 meter, yang dapat menampung 8 ruas

jalan untuk mobil. Jalan Gagak Hitam terhubung dengan jalan baru yang dibangun

yaitu jalan Ngumban Surbakti dan telah membelah jalan Kenanga Raya.

5.1.2. Karakteristik Bangunan (building characteristics)

Perubahan karakteristik penggunaan bangunan diartikan sebagai fungsi dan

perubahan bentuk bangunan atau perubahan wujud (form), dalam penelitian ini

perubahan penggunaan bangunan diartikan perubahan bentuk dari bentuk aslinya

menjadi bentuk baru yang disesuaikan dengan kebutuhan sehingga terjadi

perubahan fungsi, atau bisa saja bentuk asli tidak berubah namun fungsi bangunan

yang berubah.

Perubahan bentuk dan fungsi bangunan yang terjadi disepanjang koridor

jalan Gagak Hitam – Ngumban Surbakti ini karena kawasan yang telah

berkembang menjadi kawasan perdagangan dengan harga lahan yang semakin

tinggi, mengakibatkan pemilik bangunan lama maupun baru banyak mengalih

fungsikan bangunan rumah menjadi berfungsi ganda untuk tempat tinggal dan

kegiatan komersil (perdagangan) dengan membangun kios-kios permanen di

halaman depan rumahnya dan bangunan-bangunan baru yang berbentuk ruko.

Kondisi terakhir karakteristik bangunan di sepanjang koridor Jalan jalan

Gagak Hitam – Ngumban Surbakti pada umumnya adalah bangunan permanen

dan bertingkat (ruko) dengan fungsi sebagai tempat usaha (perdagangan), rumah

tempat tinggal, klinik, praktek dokter, bengkel mobil dan sebagainya.

57

Page 12: Transformasi Spasial dan Fenomena Urban Sprawl

Dari karakteristik bangunan-bangunan tersebut yang difungsikan untuk

kegiatan perkotaan antara lain untuk perdagangan, kesehatan, bengkel dan

berbagai kegiatan non-agraris lainnya mengindikasikan karakter bangunan berciri

kota. Sedangkan bangunan yang murni untuk tempat tinggal tetap berkembang

namun cenderung saja makin sedikit, sebagian bangunan telah direnovasi menjadi

fungsi ganda terutama bagian depan rumah yang dijadikan sebagai kios tempat

berusaha (berjualan) dan sebagainya. Sedangkan kegiatan agraris di kawasan

koridor jalan Gagak Hitam – Ngumban Surbakti pada tahun kondisi terakhir sudah

tidak ada lagi.

Berikut adalah beberapa gambar visual yang dapat kami dokumentasikan

dari hasil survey lapangan di koridor jalan Gagak Hitam – Ngumban Surbakti yaitu

bangunan-bangunan yang berkarakter kekotaan dengan berbagai fungsi yang

mendukung kegiatan-kegiatan berciri kota yang kami klasifikasikan berdasarkan

bentuk dan fungsi bangunan sebagai berikut :

A. Bentuk (form) Bangunan Berubah dan Fungsi Berubah/bertambah

Jenis bangunan yang dapat kami identifikasi sebagai bentuk (form)

bangunan yang berubah (mengalami renovasi dan penambahan luas) setelah

dibangun pertama kali dan kemudian mengalami perubahan fungsi ataupun

menjadi fungsi ganda yang umumnya adalah berupa bangunan kios baik permanen

ataupun tidak permanen di bagian depan halaman rumah tersebut adalah :

58

Page 13: Transformasi Spasial dan Fenomena Urban Sprawl

Gambar 5.4. Form Bangunan berubah Fungsi Berubah

Keterangan gambar:

1, 2. rumah dengan kios (warung) yang dibangun didepan sebagai fungsi ganda

rumah dan komersil

59

Page 14: Transformasi Spasial dan Fenomena Urban Sprawl

B. Bentuk (Form) Bangunan Ruko Fungsi Komersil

Jenis bangunan yang sejak pembangunan awal memang bertujuan untuk

fungsi komersil dan sampai saat ini berfungsi sama sejak awal pembangunan pada

umumnya adalah bangunan-bangunan ruko yang dimanfaatkan sebagai tempat

tinggal dan tempat berbagai jenis usaha komersil (perdagangan).

Gambar 5.5. Ruko Komersial

Keterangan gambar:

1, 3. ruko dengan fungsi perdagangan

2. ruko sedang dalam proses pembangunan fisik

60

Page 15: Transformasi Spasial dan Fenomena Urban Sprawl

C. Bentuk (Form) Bangunan Fungsi Non Komersil

Jenis bangunan yang dibangun untuk tujuan non komersil di lokasi

penelitian adalah bangunan-bangunan rumah penduduk, perkantoran pemerintah,

sekolah dan rumah ibadah.

Gambar 5.6. Rumah Ibadah

Keterangan gambar:

1, 2, 3. Rumah ibadah

61

Page 16: Transformasi Spasial dan Fenomena Urban Sprawl

5.1.3. Karakteristik Sirkulasi (Circulation Characteristics)

Karakteristik sirkulasi juga digunakan untuk mengidentifikasi apakah

kenampakan fisikal merupakan bagian dari daerah kekotaan. Secara harafiah

pengertian sirkulasi sendiri adalah peredaran dan sirkulasi yang dalam hal ini

berkaitan dengan peredaran barang, jasa dan informasi, namun yang ditekankan

adalah prasarana yang memfasilitasi peredaran tersebut yaitu jaringan transportasi

dan telekomunikasi (Yunus, 2006).

Dalam penelitian ini kajian karakteristik sirkulasi meliputi kajian terhadap

perubahan (perkembangan) jaringan transportasi berupa infrastruktur jalan selama

periode waktu tahun 2003, 2005 dan 2010 serta trayek angkutan umum yang

melintasi ruas Jalan Ngumban Surbakti-Gagak Hitam, Medan.

A. Perkembangan Jaringan Jalan dan Pola Sirkulasi

Jaringan jalan ini adalah termasuk jalan lingkar luar selatan – timur yaitu

Persimpangan jalan Setia Budi – Industri – Ngumban Surbakti dan Persimpangan

Djamin Ginting – Jenderal Abdul Haris Nasution – Ngumban Surbakti. Kedua

persimpangan ini merupakan titik masuk/keluar lalu lintas dari arah Pancur Batu,

Brastagi, Sidikalang dan Propinsi NAD.

Pada tahun 2003 lebar Jalan Ngumban Surbakti-Gagak Hitam baru

mencapai 5-6 m dengan kondisi jalan hanya sebagian saja yang sudah diaspal dan

bentuk dari jalan tersebut berbeda dengan kondisi sekarang, bentuk dari jalan ini

pada 2003 belum melingkar seperti sekarang. Namun kondisi eksisting saat ini

62

Page 17: Transformasi Spasial dan Fenomena Urban Sprawl

tahun 2010 lebar jalan telah mencapai 26 m dengan kondisi jalan mulus di hotmix,

status jalan ini adalah jalan provinsi ditangani oleh Dinas Jalan dan Jembatan

Provinsi Sumatera Utara.

Sedangkan lalu lintas di Jalan Ngumban Surbakti-Gagak Hitam ini

senantiasa lancar karena didukung prasarana jalan yang sangat lebar. Padahal

untuk intensitas kendaraan yang melintas sendiri dapat dikatakan sangat tinggi

karena Jalan Ngumban Surbakti-Gagak Hitam ini merupakan jalan utama yang

digunakan sebagai jalan antar provinsi. Hal inilah yang menyebabkan jalan ini

memegang peranan penting dalam akses transportasi di pulau sumatera. Bahkan

peranan vital yang dimainkan jalan ini menyebabkan beberapa penyedia jasa

transportasi barang memilih lokasi ini sebagai pusat usaha mereka.

Untuk pola sirkulasi di Jalan Ngumban Surbakti-Gagak Hitam ini dapat dilalui

melalui dua arah dengan median di antara kedua lajur yang ada. Segala jenis

kendaraan ini diperbolehkan untuk melintas di Jalan Ngumban Surbakti-Gagak

Hitam

B. Perkembangan Trayek Angkutan Umum

Pada Jalan Ngumban Surbakti-Gagak Hitam ini tidak terdapat angkutan

umum dalam kota yang melintas. Akan tetapi jalan ini kerap kali dilintasi oleh

kendaraan angkutan antar kota atau antar provinsi yang didominasi oleh angkutan

yang beroperasi antar Sumatera Utara-NAD. Bahkan di ruas jalan ini terdapat

stasiun atau pangkalan bus yang melayani penumpang ingin ke NAD.

63

Page 18: Transformasi Spasial dan Fenomena Urban Sprawl

Gambar 5.7. Kondisi Jalan

Gambar 1 : Jalan Gagak Hitam

Gambar 2 : Jalan Gatot Subroto

Gambar 3 : Jalan Kenanga Raya

64

Page 19: Transformasi Spasial dan Fenomena Urban Sprawl

5.2. Analisis Aspek Non Fisik

5.2.1 Penduduk Kawasan

Apakah anda penduduk asli kawasan ini?Ya Tidak10 20

33% 67%Tabel 5.4. Tabel Kuesioner Penduduk Asli

Melalui penyebaran kuesioner dan wawancara kami coba menggambarkan

terjadinya perubahan penduduk yang menempati lahan di sisi jalan koridor jalan

Ngumban Surbakti – Gagak Hitam. Kebanyakan adalah kaum pedatang bukan

penduduk asli kawasan yang menempati lahan komersial di sisi jalan. Pada tahun

2006, saat pengerjaan proyek jalan, banyak penduduk asli yang menjual lahannya

yang di kemudian hari dibeli pengembang atau penduduk kawasan lain yang

membangun usahanya di sini. Dari 30 orang responden, 20 orang menjawab bukan

penduduk asli kawasan ini.

33%

67%

Apakah anda penduduk asli kawasan ini?

Ya Tidak

5.2.2 Lamanya penduduk mendiami kawasan

65

Page 20: Transformasi Spasial dan Fenomena Urban Sprawl

Sudah Berapa lama anda tinggal/menempati/berusaha di

lahan ini?

0-5 tahun 5-10 tahun 10-15 tahun

> 15 tahun

21 8 1 0

70% 27% 3% Tabel 5.5. Tabel Kuesioner Lama Menempati Usaha

Guna Lahan di kawasan sebelumnya adalah permukiman warga, pertanian,

dan tanah kosong. Dari tanah kosong dan lahan pertanian inilah kemudian banyak

dikonversi menjadi lahan komersial dengan banyak dibangunnya deretan ruko.

Dari hasil kuesioner menunjukkan hampir 70 % adalah orang-orang yang

baru menempati lahan di kawasan Gagak Hitam – Ngumban Surbakti selama 0-5

tahun. Responden kebanyakan adalah pendatang yang berniat mengadu nasib

dengan membangun usaha di kawasan ini. Sedangkan 27% responden yang telah

mendiami lahan selama 5-10 tahun adalah penduduk yang sudah lama memiliki

lahan di kawasan ini. Sebelumnya guna lahan mereka adalah rumah tinggal yang

kemudian ditransformasi menjadi rumah usaha, dengan menambah bentuk depan

bangunan rumah mereka.

5.2.3 Status Kepemilikan Lahan

Sebutkan status kepemilikan lahan yang anda tempati?

Sewa Milik Pribadi Lainnya

10 17 3

57% 33% 10%Tabel 5.6. Tabel Kuesioner Status Kepemilikan Lahan

Dari status kepemilikan lahan, 57% responden banyak menjawab lahan

yang ditempati adalah hasil sewa. Kebanyakan lahan hasil sewa ini adalah ruko 3

66

Page 21: Transformasi Spasial dan Fenomena Urban Sprawl

lantai. Dengan dibangunnya jalan outer ring road ini, pasar property banyak

membidik kawasan ini dengan membangun ruko-ruko.

Responden yang menjawab 33% kebanyakan adalah penduduk asli

kawasan, yang memiliki lahan di pinggir jalan, lalu membangun kios untuk

berdagang.

33%

57%

10%

Sebutkan status kepemilikan lahan yang anda tempati?

SewaMilik PribadiLainnya

5.2.3 Alasan pemilihan lahan

Mengapa anda memilih lahan di

kawasan ini?

Strategis Murah Lokasi sejenis

Lainnya Tidak tahu

19 2 4 4 1

64% 7% 13% 13% 3%Tabel 5.7. Tabel Kuesioner Alasan Pemilihan Lahan

Baik penduduk asli dan pendatang memilih lahan ini sebagai kawasan yang

strategis dalam bertempat tinggal ataupun sebagai tempat usaha. Responden yang

memilih strategis sebesar 64 % yaitu 19 orang.

67

Page 22: Transformasi Spasial dan Fenomena Urban Sprawl

5.3. Faktor Penyebab terjadinya Urban Sprawling

5.3.1. Faktor Aksessibilitas

Pembangunan Jalan Outer Ring Road Kota Meda telah direncanakan

Pemko Medan sejak 1974. Namun baru tertuang pada Master Plan 1994.

Pembangunan dilaksanakan secara bertahap.

Dengan adanya kebijakan pembukaan pembangunan infrastruktur jalan di

kawasan pertanian kemudian diikuti oleh perubahan pola penggunan lahan di

sepanjang jalan yang dibuka tersebut antara lain menjadi perumahan, ruko,

perdagangan, perkantoran, sekolah dan sebagainya. Hal ini sejalan dengan Teori

Gravitasi Hansen (Tarigan, 2006) dalam (Hartini dkk, 2008) dan Lee (1979) dalam

Yunus (2005) tentang lokasi strategis yang diindikasikan adanya faktor

aksesibilitas berupa infrasruktur jaringan jalan yang baik dan holding capacity

(ketersediaan lahan) yang mendorong terjadinya perubahan penggunaan lahan

pertanian menjadi berbagai penggunaan built up area, bahkan pada perkembangan

selanjutnya built up area bukan sekedar lahan permukiman saja namun sudah

berfungsi menampung berbagai kegiatan berkarakter kekotaan antara lain

perdagangan, perkantoran, kesehatan, pendidikan, bank dan sebagainya.

5.3.2. Faktor Kebutuhan Masyarakat

Peningkatan kebutuhan masyarakat akan perumahan yang diakibatkan oleh

pertumbuhan penduduk, sementara harga lahan di pusat kota yang semakin tinggi

sehingga tidak terjangkau oleh masyarakat kebanyakan. Hal ini mengakibatkan

68

Page 23: Transformasi Spasial dan Fenomena Urban Sprawl

pergeseran pola pembangunan ke daerah pinggiran kota yang harga lahan relatif

lebih murah namun tidak terlalu jauh dari pusat kota.

Dilain pihak masyarakat pemilik lahan pertanian atau yang sebelumnya

berkerja di sektor pertanian banyak beralih pekerjaan dan menjual lahan

pertaniannya baik kepada perseorangan maupun kepada investor/developer yang

kemudian membangun perumahan dan ruko di kawasan tersebut.

5.3.3. Faktor Politik/Kebijakan Pemerintah

Faktor politik yang menurut Webster (2002) sebagai faktor

kebijakan publik berupa aturan (regulasi) dan implementasi kebijakan

pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah kota, mengakibatkan perubahan

pola penggunaan lahan pertanian menjadi built up area yang didominasi oleh

perumahan/permukiman penduduk. Faktor ini juga secara khusus oleh Lee (1979)

dalam Yunus (2005) disebut juga sebagai faktor keberadaan peraturan yang

mengatur tata ruang.

69

Page 24: Transformasi Spasial dan Fenomena Urban Sprawl

Gambar 5.7 Peta Jaringan Jalan

70