TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS...

56
TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS PADA GENERASI MUDA : ANALISIS TRANSFORMASI GENDONGAN LESUNG DI DESA WISATA KANDRI, KECAMATAN GUNUNG PATI, KOTA SEMARANG Srikpsi diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Seni Musik oleh Sugeng Nur Wahyudy 2501412010 JURUSAN PENDIDIKAN SENI DRAMA, TARI DAN MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2019

Transcript of TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS...

Page 1: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS

PADA GENERASI MUDA : ANALISIS TRANSFORMASI

GENDONGAN LESUNG DI DESA WISATA KANDRI,

KECAMATAN GUNUNG PATI, KOTA SEMARANG

Srikpsi

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Seni Musik

oleh

Sugeng Nur Wahyudy

2501412010

JURUSAN PENDIDIKAN SENI DRAMA, TARI DAN MUSIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2019

Page 2: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Page 3: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Page 4: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

iv

PERNYATAAN

Page 5: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai budayanya sendiri.

(Sugeng Nur Wahyudy)

PERSEMBAHAN

Pembuatan skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Kedua orang tua penulis, Bapak Yatino dan Ibu Daliyah

yang selalu mendukung baik secara moral maupun

material serta doa yang selalu terucap.

2. Al Maghfurlah Abah Kyai Masyrokhan dan Gus Agus

Romadhon yang telah mendidik penulis selama menjadi

santri di Pondok Pesantren Durrotu Ahlissunnah

Waljamaah dan semua guru penulis.

3. Mas Timbul Pranoto, Mas Santo, Mas Winarko, Mba

Sukanthi, Mba Ani, dan Adik Muhammad Ashari,

dengan motivasi, doa, kasih sayang kalian, menuntun

saya meraih cita-cita.

Page 6: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

vi

SARI

Nur Wahyudy, Sugeng. 2019. Transformasi Budaya Tradisi Masyarakat Agraris

Pada Generasi Muda : Analisis Transformasi Gendongan Lesung Di Desa Wisata

Kandri, Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang. Jurusan Pendidikan

Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.

Pembimbing I : Dra. Siti Aesijah, M. Pd. Pembimbing II: Abdul Rachman, S.Pd,

M.Pd.

Kata Kunci : Transformasi, Gendongan Lesung, Generasi Muda.

Generasi muda Omah Alas desa wisata Kandri melestarikan dan mengembangkan

Kesenian Gendongan Lesung yang menjadi warisan nenek moyang mereka.

Berdasarkan paparan tersebut, rumusan masalah penelitian ini adalah

bagaimanakah transformasi kesenian Gendongan Lesung pada generasi muda di

desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan

informasi tertulis bagi masyarakat umum tentang kesenian tradisional Gendongan

Lesung desa wisata Kandri dan sebagai bahan kajian untuk penelitian selanjutnya

yang sejenis.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data

yang digunakan adalah berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi.

Penelitian ini menggunakan tiga pendekatan yaitu pendekatan Sosiologi,

pendekatan Antropologi, dan pendekatan Etnomusikologi. Teknik analisis data

menggunakan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa transformasi kesenian Gendongan Lesung

merupakan transformasi budaya sebagai bentuk pelestarian kearifan lokal (local

genius) pada suatu masyarakat dengan tujuan utama agar budaya tersebut tidak

punah tergerus arus budaya global. Kesenian Gendongan Lesung berkolaborasi

dengan kesenian Kempling Kemanak sebagai bentuk transformasinya.

Transformasi kesenian Gendongan Lesung yang dilakukan oleh Omah Alas

menganut dua jenis sistem pewarisan yakni “Vertical

Transmission” dan “Horizontal Transmission”. “Vertical Transmission”

(Pewarisan Tegak) dilakukan melalui perantara orang tua para generasi muda

Omah Alas. Pendekatan Omah Alas kepada para orang tua tersebut agar

memahamkan kepada anak-anak mereka tentang pentingnya menjaga budaya dan

kesenian warisan nenek moyang. Pada sistem pewarisan “Horizontal

Transmission” (Pewarisan Miring), Omah Alas memberikan pendidikan seni

budaya dan kesadaran akan wisata secara non formal kepada generasi muda.

Keberadaan lembaga kepemudaan seperti halnya Omah Alas Desa Wisata Kandri

membuktikan bahwa sebuah lembaga kepemudaan memiliki peranan penting

untuk melembagakan kembali (reinstitusionalisasi) kearifan-kearifan lokal

tradisional, karena ia membantu menyelamatan lingkungan.

Saran penulis dalam penelitian ini adalah terus lah menjaga solidaritas serta

tingkatkan rasa cinta kesenian dan kebudayaan agar tetap lestari, terjaga sepanjang

jaman.

Page 7: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul Transformasi

Budaya Tradisi Masyarakat Agraris Pada Generasi Muda : Analisis Transformasi

Gendongan Lesung Di Desa Wisata Kandri, Kecamatan Gunung Pati, Kota

Semarang dapat terselesaikan dengan baik.

Dalam penyusunan skripsi ini peneliti mendapat bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang

telah memberikan kesempatan studi di Universitas Negeri Semarang.

2. Prof. Dr. Muhammad Jazuli, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS)

Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian.

3. Dr. Udi Utomo, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Sendratasik Universitas

Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam

penyusunan skripsi ini.

4. Dra. Siti Aesijah, M. Pd., Pembimbing yang telah memberi bimbingan dan

pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Abdul Rachman, S.Pd, M.Pd., Pembimbing yang telah memberi bimbingan dan

pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Muhammad Imron selaku pengasuh Omah Alas, Muhammad Wahid selaku

koordinator kesenian Gendongan Lesung, Muhammad Nur Khusaeni selaku

koordinator kesenian Kempling Kemanak, Bapak Syaeful Ansori selaku ketua

Page 8: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

viii

Pokdarwis Pandanaran, Mbah Sakdiyah selaku pemain terdahulu kesenian

Gendongan Lesung, Bapak Agus Muryanto selaku kepala kantor kelurahan

Kandri, segenap anggota kesenian Gendongan Lesung dan kesenian Kempling

Kemanak desa wisata Kandri, yang telah membantu penulis selama penyusunan

skripsi ini.

7. Segenap dosen jurusan pendidikan Sendratasik yang telah memberikan ilmunya

kepada peneliti.

8. Segenap keluarga besar jurusan Sendratasik UNNES.

9. Semua pihak yang telah membantu peneliti tidak dapat disebutkan satu per satu.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, kritik

dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat penulis harapkan.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya dan bagi

dunia pendidikan pada umumnya.

Semarang, 14 Maret 2019

Peneliti

Sugeng Nur Wahyudy

NIM 2501412010

Page 9: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING…......................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN........................................................................ iii

PERNYATAAN........................................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN.............................................................. v

SARI.............................................................................................................. vi

KATA PENGANTAR................................................................................. vii

DAFTAR ISI…............................................................................................ ix

DAFTAR BAGAN....................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian................................................................................... 5

1.5 Sistematika Skripsi.................................................................................. 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI....................... 7

2.1 Kajian Pustaka......................................................................................... 7

2.2 Landasan Teori….................................................................................... 10

2.2.1 Transformasi Budaya............................................................................ 10

2.2.2 Budaya Masyarakat Agraris................................................................. 13

2.2.3 Generasi Muda...................................................................................... 17

2.2.4 Kesenian Lesung.................................................................................. 19

2.2.5 Desa Wisata.......................................................................................... 23

2.26 Tindakan Sosial..................................................................................... 27

2.3 Kerangka Berpikir................................................................................... 34

BAB III METODE PENELITIAN............................................................ 35

Page 10: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

x

3.1 Metode Penelitian.................................................................................... 35

3.2 Pendekatan Penelitian.............................................................................. 35

3.3 Lokasi dan Sasaran Penelitian................................................................. 36

3.3.1 Lokasi penelitian.................................................................................. 36

3.3.2 Sasaran Penelitian................................................................................. 36

3.4 Sumber Data............................................................................................ 36

3.5 Teknik Pengumpulan Data...................................................................... 37

3.5.1 Teknik Observasi.................................................................................. 37

3.5.2 Wawancara........................................................................................... 38

3.5.3 Teknik Studi Dokumen dan Dokumentasi........................................... 41

3.6 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data..................................................... 42

3.7 Teknik Analisis Data............................................................................... 44

3.7.1 Reduksi Data........................................................................................ 45

3.7.2 Penyajian Data...................................................................................... 46

3.7.3 Menarik Kesimpulan / Verifikasi Data................................................. 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN........................... 48

4.1 Gambaran Umum.................................................................................... 48

4.1.1 Kondisi Geografis Lokasi Penelitian.................................................... 48

4.1.2 Latar Belakang Kondisi Sosial-Budaya................................................ 49

4.1.3 Latar Belakang Kehidupan Kesenian................................................... 51

4.1.4 Sejarah Kesenian Gendongan Lesung Desa Wisata Kandri................. 53

4.2 Transformasi Budaya Tradisi Masyarakat Agraris Pada Generasi

Muda..............................................................................................................

55

4.2.1 Sistem Peralatan dan Perlengkapan...................................................... 55

4.2.2 Sistem Mata Pencaharian Hidup.......................................................... 58

4.2.3 Sistem Kemasyarakatan........................................................................ 61

4.2.4 Bahasa................................................................................................... 64

4.2.5 Kesenian............................................................................................... 66

4.2.5.1 Musik Digunakan Sebagai Sarana Interaksi dalam Kegiatan

Transformasi Kesenian Gendongan Lesung Antar Pemain Alat Musik di

Desa Wisata Kandri.......................................................................................

69

Page 11: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

xi

4.2.6 Sistem Pengetahuan.............................................................................. 82

4.2.7 Sistem Religi........................................................................................ 85

BAB V PENUTUP....................................................................................... 88

5.1. Simpulan................................................................................................. 88

5.2. Saran....................................................................................................... 89

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 90

LAMPIRAN................................................................................................. 96

Page 12: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

xii

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 1. Kerangka Berfikir.............................................................. 34

Bagan 2. Analisis Data Kualitatif Menurut Miles dan Huberman.... 47

Page 13: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1. Generasi Muda Omah Alas bergotong royong

membuat tempat latihan baru kesenian Gendongan Lesung............

50

Gambar 4.2. Kesenian Gendongan Lesung berkolaborasi dengan

Kesenian Kempling Kemanak dan digunakan sebagai sebuah paket

wisata di desa wisata Kandri sebagai bentuk

transformasinya.................................................................................

67

Gambar 4.3. Para pemain alat musik sedang mempersiapkan alat

yang akan dimainkan pada saat latihan............................................

71

Gambar 4.4. Para pemain alat musik Lesung dibandingkan dengan

pemain biasanya (laki-laki), beberapa pemain sudah bergantian

(wanita) dalam memainkan alat musik Lesung................................

75

Gambar 4.5. Pada saat latihan, pemain Lesung saling memberikan

masukan ketika ada pemain lain yang kehilangan konsentrasi........

77

Gambar 4.6.. Para anggota diam dan memperhatikan ketika ada

yang sedang memimpin berbicara, atau yang sedang

mengarahkan, memberi masukan dalam kegiatan transformasi

kesenian Gendongan Lesung............................................................

79

Page 14: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Glosarium….................................................................. 97

Lampiran 2 SK Dosen Pembimbing…............................................. 101

Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian................................. 102

Lampiran 4 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian........ 103

Lampiran 5 Transkrip Wawancara.................................................... 104

Lampiran 6 Biodata Narasumber...................................................... 131

Lampiran 7 Dokumentasi.................................................................. 134

Page 15: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bangsa Indonesia mempunyai beragam kesenian tradisional yang

merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan masyarakat.

Kesenian tradisional lahir dan berkembang sesuai kebudayaan dan adat istiadat

masyarakat Indonesia. Bermacam-macam suku, adat, dan budaya masyarakat

Indonesia menjadikan Indonesia kaya akan karya seni terutama kesenian

tradisional yang berbeda-beda di setiap daerahnya.

Salah satu jenis seni bebunyian yang dianggap tua dan masih bertahan

sampai sekarang di Jawa adalah Gendongan Lesung. Lesung merupakan alat

untuk menumbuk padi yang digunakan oleh masyarakat agraris di pelosok

pedesaan. Lesung sendiri sebenarnya hanya wadah cekung, terbuat dari kayu

besar yang dibuang bagian dalamnya. Dahulu kala konon alat pengolah padi ini

menjadi alat musik yang merupakan hiburan para petani ketika selesai menumbuk

padi di Lesung, mereka kemudian bernyanyi dengan iringan ketukan alu

(penumbuk padi) ke Lesung kosong (Aesijah, 2011).

Kota Semarang sebagai ibu kota provinsi Jawa Tengah saat ini sedang

gencar mempromosikan potensi pariwisata yang ada. Salah satu potensi pariwisata

yang dimiliki kota semarang adalah desa wisata Kandri. Desa wisata Kandri

memiliki berbagai keunikan dan potensi wisata yang menarik minat wisatawan

seperti wisata Gua kreo, wisata Outbond, adanya berbagai macam home industry

seperti pengrajin souvenir untuk buah tangan wisatawan, budidaya ikan, industri

tape dan banyak potensi adat dan budaya yang bisa dinikmati salah satunya yaitu

Page 16: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

2

kesenian Gendongan Lesung. Kesenian yang dianggap tua dan masih bertahan

sampai sekarang di Jawa ini bisa ditemukan di desa wisata Kandri (Rahmad

Safitra & Yusman, 2014).

Pemain Lesung ibu-ibu separuh baya mampu memainkan Lesung yang

menghadirkan irama musik khas tradisional yang indah didengar. Meskipun tanpa

syair, irama musiknya bisa membuat hanyut dalam suasana tempo dulu.

Menggunakan alat musik seadanya, ibu-ibu separuh baya ini mampu memainkan

irama musik seperti lagu Kucing Loncat, Kothek Loro Gendhong Loro, dan

Samaela. Setiap kali acara penting di desa wisata Kandri mereka selalu tampil.

Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pandanaran, tokoh masyarakat

desa wisata Kandri yaitu Bapak Syaeful Ansori mengatakan mereka tergabung

dalam grup Samaela yang dibentuk di bawah Pokdarwis Pandanaran. (Sumber :

Wawancara dengan Bapak Syaeful Ansori pada tangggal 16 November 2018).

Grup ini didirikan sejak 2012 setelah desa wisata Kandri ditetapkan sebagai

klaster desa wisata berbasis daya tarik alam dan budaya.

Grup ini didirikan sebagai salah satu langkah melestarikan kearifan budaya

lokal. Mereka sengaja dibentuk grup di samping melestarikan budaya lokal juga

untuk mendukung potensi yang mereka miliki. Ibu-ibu ini sudah memiliki

keterampilan bermain musik dengan alat lesung dan alu sudah sejak kecil. Mereka

sering membantu ibunya menumbuk padi dengan alat lesung dan alu. (Sumber :

Wawancara dengan Bapak Syaeful Ansori pada tangggal 16 November 2018).

Permainan Lesung ini dipertunjukkan setiap ada acara penting di desa wisata

Kandri dan ketika diundang untuk mengisi acara di luar Kandri. Kesenian

Page 17: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

3

tradisional ini diharapkan terus hidup di tengah-tengah masyarakat modern dan

sekaligus menjadi upaya menjaga kelestarian, menggugah kesadaran masyarakat

tentang pentingnya kesenian tradisional serta upaya untuk tumbuh regenerasi

baru. Pertunjukan permainan Lesung itu termasuk upaya promosi destinasi wisata

di Kota Semarang. Melalui wisatawan yang berkunjung, dengan citra positif yang

diperoleh dari hasil kunjungan akan menjadi ajang promosi dari mulut ke mulut

sekaligus memperkenalkan budaya setempat yang ada, tandasnya. (Sumber :

Wawancara dengan Bapak Syaeful Ansori pada tangggal 16 November 2018).

Akhir-akhir ini perkembangan teknologi dan zaman yang menjadi

penyebab perlahan-lahan seni ini hampir tidak diminati lagi orang-orang tua

apalagi kaum muda di RW 2 desa wisata Kandri. Para remaja masih minim minat

untuk menekuni kesenian ini. Padahal, kesenian ini semestinya dijaga oleh

generasi muda, apalagi pemain asli Gendongan Lesung sudah menua bahkan

sudah ada beberapa yang meninggal dunia. Melestarikan kesenian tradisional

yang nyaris punah ini penting. Melestarikan sebuah seni itu sama saja mengabdi

atau berusaha mengangkat budaya ataupun seni yang menjadi aset penting bangsa,

dengan begitu apa yang menjadi milik kita tetap ada dan tidak diakui oleh bangsa

lain. Sangat disayangkan jika budaya-budaya leluhur kita yang mempunyai makna

positif ini akan punah tergerus oleh perkembangan zaman dan teknologi sekarang

ini. Hingga 10-20 tahun mendatang Gendongan Lesung itu hanya akan menjadi

sebuah cerita rakyat saja jika tidak segera diselamatkan oleh generasi muda atau

generasi penerus. (Sumber : Wawancara dengan Bapak Syaeful Ansori pada

tangggal 16 November 2018).

Page 18: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

4

Merujuk adanya fenomena tersebut, Kandri sebagai Desa Wisata berupaya

melestarikan kebudayaan sekaligus kesenian Gendongan Lesung yang sangat

berharga dan hampir punah ini. Kegiatan ini mendapatkan dukungan baik dari

masyarakat RW 1 desa wisata Kandri dan dipelopori oleh Omah Alas desa wisata

Kandri. Omah Alas adalah tempat untuk memperkenalkan budaya Jawa atau

nguri-nguri budaya Jawa. Omah Alas mempunyai tujuan agar masyarakat luas

mengetahui dan selalu berupaya melestarikan budaya yang ada. (Sumber :

Wawancara dengan Bapak Syaeful Ansori pada tangggal 16 November 2018).

Melalui perkumpulan pemuda di Omah Alas, kesenian tradisional

Gendongan Lesung yang menjadi aset penting desa wisata Kandri perlahan-lahan

dapat dilestarikan dan penyajiannya lebih bervariatif dari musik Gendongan

Lesung terdahulu. (Sumber : Wawancara dengan Bapak Syaeful Ansori pada

tangggal 16 November 2018). Berdasarkan fenomena tersebut, yakni desa wisata

Kandri yang merupakan salah satu destinasi wisata di Kota Semarang, mempunyai

banyak potensi wisata alam, adat dan budaya, salah satunya kesenian Gendongan

Lesung. Perlahan-lahan kesenian tradisonal ini hampir punah. Sebagai pelopor,

generasi muda Omah Alas desa wisata Kandri dapat melestarikan dan kesenian

tradisional Gendongan Lesung yang menjadi aset penting untuk desa wisata

Kandri penyajiannya lebih bervariatif dari musik Gendongan Lesung aslinya,

maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul "TRANSFORMASI BUDAYA

TRADISI MASYARAKAT AGRARIS PADA GENERASI MUDA : ANALISIS

TRANSFORMASI GENDONGAN LESUNG DI DESA WISATA KANDRI,

KECAMATAN GUNUNG PATI, KOTA SEMARANG".

Page 19: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan pokok yang akan

dikaji adalah bagaimanakah transformasi kesenian Gendongan Lesung pada

generasi muda di desa wisata Kandri?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui dan menganalisis transformasi kesenian Gendongan Lesung

pada generasi muda di desa wisata yaitu desa wisata Kandri.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, hasil penelitian diharapkan dapat

bermanfaat sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoretis

1.4.1.1 Sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut tentang kesenian

tradisional Gendongan Lesung yang ada di desa wisata Kandri.

1.4.1.2 Sebagai sumbangan pemikiran bagi lembaga perguruan tinggi UNNES

khususnya mahasiswa jurusan pendidikan Sendratasik dalam hal penelitian

serta dapat menambah pemahaman mengenai kesenian Gendongan

Lesung.

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1Menambah kecintaan generasi muda umumnya terhadap kesenian

tradisional masyarakat agraris terutama kesenian Gendongan Lesung.

1.4.2.2Memberikan motivasi khususnya kepada generasi muda pelaku kelompok

kesenian tradisional Gendongan Lesung yang ada di desa wisata Kandri,

kecamatan Gunung Pati, kota Semarang.

Page 20: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

6

1.5 Sistematika Skripsi

Penelitian skripsi terbagi dalam tiga bagian diantaranya sebagai berikut:

1.5.1 Bagian awal skripsi berisi halaman sampul, halaman pengesahan, halaman

pernyataan, halaman moto, dan persembahan, sari, halaman kata pengantar,

halaman daftar isi, daftar tabel, daftar bagan, daftar gambar dan daftar lampiran.

1.5.2 Bagian isi skripsi terbagi atas 5 bab yaitu:

BAB I merupakan Pendahuluan, pada bab ini diuraikan latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika skripsi.

BAB II merupakan Kajian Pustaka, Landasan Teori, dan Kerangka Berpikir.

BAB III merupakan Metode Penelitian, berisi tentang metode penelitian,

pendekatan penelitian, lokasi dan sasaran penelitian, sumber data, teknik

pengumpulan data, teknik keabsahan data dan teknik analisis data.

BAB IV adalah Hasil Penelitian dan Pembahasan, bab ini berisi tentang hasil

penelitian dan pembahasan atas masalah yang telah dirumuskan pada bab

pendahuluan secara jelas, sistematis dan tuntas.

BAB V merupakan Kesimpulan dan Saran. Ini Merupakan bab terakhir yang

memuat tentang simpulan dan saran dari penulis.

1.5.3 Bagian Akhir Skripsi

Bagian akhir penelitian ini berisi daftar pustaka yang digunakan untuk landasan

teori, dan lampiran lampiran terkait penelitian ini. Lampiran dipakai untuk

mendapatkan data dan keterangan yang melengkapi uraian skripsi.

Page 21: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

Banyak karya skripsi yang mengambil topik transformasi atau pelestarian

dan topik musik tradisional Lesung. Beberapa diantaranya penelitian ini

mempunyai persamaan dan perbedaan dengan hasil penelitian sebelumnya, yang

pertama yaitu dari (Aesijah, 2011), yang berjudul “Makna Simbolik dan Ekspresi

Musik Kotekan”. Musik Kotekan adalah musik tradisional yang ada di desa Ledok

Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Kesenian Kotekan adalah kesenian yang berawal

dari kegiatan panen petani padi masyarakat desa Ledok untuk mengusir rasa lelah

dan ngantuk pada saat mengolah padi. Permainan musik kotekan di desa Ledok

dimainkan oleh 3 hingga 4 orang. Pola ritme permainan dengan menggabungkan

tugas antara lain thintil (arang loro), arang (arang siji), kerep, dhundhung dan

ghendong.

Penelitian diatas lebih berfokus pada makna simbolik dan ekspresi estetik.

Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu

sama-sama meneliti kesenian tradisional Lesung. Penelitian yang peneliti lakukan

yaitu “Transformasi Budaya Tradisi Masyarakat Agraris pada Generasi Muda :

Analisis Transformasi Gendongan Lesung di desa wisata Kandri, Kecamatan

Gunung Pati, Kota Semarang” memiliki beberapa perbedaan, diantaranya yakni

jumlah pemain, nama kesenian, tempat penelitian yang peneliti lakukan yaitu di

desa wisata, dan topik yang dibahas juga berbeda. Jika pada penelitian yang

diteliti oleh Siti Aesijah mengangkat topik permasalahan mengulas dan lebih

Page 22: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

8

berfokus pada makna simbolik dan ekspresi estetik, sedangkan pada penelitian

yang peneliti lakukan mengambil topik permasalahan tentang transformasi

Gendongan Lesung terhadap generasi muda di desa yang mempunyai klaster desa

wisata yaitu desa wisata Kandri, Kota Semarang.

Penelitian yang kedua yaitu penelitian oleh (Hanif, 2017) dengan judul

“Kesenian Ledug Kabupaten Magetan (Studi Nilai Simbolik dan Sumber

Ketahanan Budaya)”. Kesenian Ledug merupakan seni musik yang mempadu-

padankan suara Lesung dan Bedug sebagai instrumen utama. Kesenian ini sebagai

pengharmonian budaya Jawa (Lesung) dan Islam (Bedug) dan bersifat adaptif.

Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan

nilai simbolik kesenian Ledug Kabupaten Magetan dan potensinya yang dapat

dijadikan sebagai sumber membangun ketahanan budaya. Penelitian ini memiliki

kesamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu sama-sama meneliti

kesenian tradisional di Jawa yaitu Lesung, namun mempunyai perbedaan dalam

segi nama kesenian. Jika di Kabupaten Magetan, Propinsi Jawa Timur adalah

kesenian Ledug pengharmonian budaya Jawa (Lesung) dan Islam (Bedug), di desa

wisata Kandri, Kota Semarang, Propinsi Jawa Tengah adalah kesenian

Gendongan Lesung. Topik yang dibahas juga berbeda. Jika pada penelitian yang

diteliti oleh Muhammad Hanif mengangkat topik permasalahan menganalisis dan

mendeskripsikan nilai simbolik kesenian Ledug Kabupaten Magetan dan

potensinya yang dapat dijadikan sebagai sumber membangun ketahanan budaya,

sedangkan pada penelitian yang peneliti lakukan mengambil topik permasalahan

tentang transformasi Gendongan Lesung terhadap generasi muda di desa wisata.

Page 23: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

9

Selanjutnya yaitu penelitian yang ketiga dilakukan oleh (Emri, 2016)

dengan judul “Lasuang Sebagai Sumber Penciptaan Tari Modern Lasuang

Tatingga di Sumatera Barat”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan

Lasuang atau Lesung sebagai sumber penciptaan tari modern yang bernama

Lasuang Tatingga di Sumatera Barat. Setiap peristiwa budaya yang ada dalam

cerita rakyat Minangkabau, banyak ditemukan aktifitas masyarakat yang

berhubungan dengan Lesung. Setiap aktifitas tersebut selalu menghadirkan cerita-

cerita yang menarik. Kondisi tersebut menimbulkan keinginan untuk menciptakan

seni tari yang berangkat dari fenomena Lesung tersebut. Fenomena Lesung yang

dijadikan dasar penciptaan seni tari adalah fenomena yang berhubungan dengan

kebudayaan Minangkabau pada masa lalu.

Karya tari yang berangkat dari Lasuang ini merupakan sebuah tari yang

tidak menggelarkan sebuah cerita. Tari ini hanya menggambarkan sebuah suasana

para ibu-ibu yang sedang bekerja, bercerita, dan bersenda gurau di Lasuang.

Lasuang Tatingga adalah judul yang diberikan untuk karya tari ini. Lasuang

berarti lesung, sedangkan Tatingga berarti tertinggal karena perubahan zaman dan

budaya. Lasuang Tatingga diartikan sebagai akibat dari perkembangan teknologi,

yang menyebabkan ibu-ibu lebih suka terhadap hal-hal yang bersifat praktis.

Penelitian tersebut mempunyai kesamaan dengan penelitian dari peneliti

yaitu sama-sama meneliti kesenian Lesung yang juga memiliki fungsi yang sama

dulunya yaitu untuk mengolah padi. Namun penelitian tersebut mempunyai

perbedaan dengan penelitian dari peneliti. Beberapa perbedaan diantaranya adalah

dalam penamaan alat Lesung. Di Minangkabau Lesung biasa disebut dengan

Page 24: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

10

istilah Lasuang, jika di desa wisata Kandri dinamakan Lesung dan keseniannya

diberi nama Gendongan Lesung. Penelitian tersebut berfokus pada kesenian

Lasuang sebagai dasar sumber penciptaan seni tari modern bernama Lasuang

Tatingga di Sumatera Barat, tetapi penelitian dari peneliti berfokus pada

transformasi kesenian Lesung pada generasi muda yang ada di desa wisata yaitu

desa wisata Kandri, Kota Semarang, propinsi Jawa Tengah.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Transformasi Budaya

Kebudayaan bangsa Indonesia yang sangat berharga perlu dipertahankan.

Namun, dalam mempertahankan kebudayaan segala sesuatunya membutuhkan

perubahan yang sebaiknya mengkuti perkembangan zaman. Karena sesuatu yang

terus berubah dan berkembanglah yang akan mampu bertahan. Maka, solusinya

adalah transformasi budaya mendesak untuk segera dilakukan.

Puspitasari, Sabana, & Ahmad (2016) menyatakan bahwa budaya sudah

pasti bergerak, berinteraksi, bertentangan, dan bertukar dengan budaya lain. Hasbi

(2017) berpendapat bahwa transformasi merupakan perpindahan atau pergeseran

suatu hal ke arah yang lain atau baru tanpa mengubah struktur yang terkandung di

dalamnya, meskipun dalam bentuknya yang baru telah mengalami perubahan.

Kerangka transformasi budaya adalah struktur dan kultur. Transformasi budaya

tersebut merupakan bentuk pelestarian kearifan lokal (local genius) pada suatu

masyarakat tertentu dengan tujuan utama agar budaya tersebut tidak punah

digerus arus budaya global. Sartini (2004) Local Genius adalah ide-ide lokal yang

ditandai seperti: bijak, penuh kebijakn, nilai-nilai baik, yang ditanam dan diikuti

Page 25: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

11

masyarakat. Local Genius mjuncul ke dalam nilai, norma, iman, adat, dan lain-

lain. Ambarwangi (2014) kearifan lokal sering disebut local genius dapat

dipahami sebagai upaya manusia menggunakan kecerdasannya untuk bertindak

dan berperilaku terhadap benda-benda objek atau peristiwa yang terjadi dalam

ruang yang diberikan.

Ismawati (2013) transformasi budaya secara teoretis diartikan sebagai

suatu proses dialog yang terus-menerus antara kebudayaan lokal, kebudayaan

donor, sampai tahap tertentu membentuk proses sintesa dengan berbagai wujud

yang akan melahirkan format akhir budaya yang mantap. Proses dialog, sintesa,

dan bentuk format akhir tersebut didahului oleh proses inkulturisasi dan

akulturasi. Siegel (1996) transformasi budaya adalah satu generasi mentrasfer

budaya ke generasi berikutnya tanpa generasi sumber kehilangan budaya setelah

berhasil mentransfer budaya tersebut ke generasi target. Jazuli (2011) menyatakan

bahwa transformasi atau pewarisan merupakan transfer of knowlwdge karena pada

prinsipnya mencakup proses pengalihan kompetensi dari generasi awal ke

generasi berikutnya. Wahyudi (2013) menyatakan bahwa transformasi adalah

perubahan dengan menjaga kontinuitas konsep terdahulu. Mellou (2006)

menyatakan bahwa transformasi dapat dilihat sebagai pengembangan asimilasi

dan akomodasi. Transformasi mengandung sebuah fenomena timbal balik antara

individu dan budayanya.

Darma (2011) menjelaskan bahwa pelestarian seni budaya berbasis

kearifan lokal dimaknai sebagai usaha pemeliharaan dan pengembangan seni

budaya tradisi masyarakat pendukungnya. Cahyono (2006) menjelaskan

Page 26: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

12

pewarisan atau transmisi nilai budaya adalah hal yang ditradisikan secara turun

temurun, walaupun seringkali sulit untuk durunut pangkal mulanya. Strategi

transformasi budaya dapat dilakukan menggunakan sistem pewarisan. Rochmat

(2013) mengemukakan terdapat dua jenis sistem pewarisan yakni “Vertical

Transmission” dan “Horizontal Transmission”. “Vertical Transmission”

(Pewarisan Tegak) ialah sistem pewarisan yang berlangsung melalui mekanisme

genetik yang diturunkan dari waktu ke waktu secara lintas generasi yakni

melibatkan penurunan ciri-ciri budaya dari orang tua kepada anak-cucu. Dalam

pewarisan tegak, orang tua mewariskan nilai, keterampilan, keyakinan, motif

budaya, dan sebagainya kepada anak-cucu mereka. Oleh karena itu pewarisan

tegak disebut juga “Biological Transmission” yakni sistem pewarisan yang

bersifat biologis. “Horizontal Transmission” (Pewarisan Miring) ialah sistem

pewarisan yang berlangsung melalui lembaga-lembaga pendidikan seperti

sekolah-sekolah atau sanggar-sanggar. “Horizontal Transmission” terjadi ketika

seseorang belajar dari orang dewasa atau lembaga-lembaga (misalnya dalam

pendidikan formal) tanpa memandang apakah hal itu terjadi dalam budaya sendiri

atau dari budaya lain.

Mismada (2013) berkaitan kebudayaan, kesenian merupakan salah satu

unsur atau elemen kebudayaan yang harus tetap dilestarikan keberadaanya, karena

sebagai bentuk aktivitas seni budaya, kesenian mempunyai nilai yang sangat

tinggi yang harus dilestarikan demi lestarinya budaya bangsa. Aesijah (2011)

menyatakan bahwa musik tradisional pada saat ini makin hari makin menyusut,

kepunahan seni musik tradisi dalam era transformasi budaya dari masyarakat

Page 27: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

13

agraris ke semi industrial terutama akibat minimnya kesempatan genre ini untuk

eksis menjadi bagian yang dulu seolah tak terpisahkan dari masyarakat

pendukungnya.

Menurut Rahman Azahari (2016) fpelaku eksternal yang menjadi

penghambat dalam upaya pelestarian budaya tradisi adalah kurangnya sosialisasi

dan mediasi baik itu dari pihak yang bertanggung jawab menangani masalah

tersebut maupun media massa dan media sosial sebagai sarana public relations

yang menjembatani informasi kepada masyarakat. Selain itu, peran masyarakat

juga cukup penting untuk mengajarkan pada generasi muda agar memiliki

keahlian untuk melestarikan budaya yang dimilikinya. Namun, realisasi di

lapangan hal tersebut tidak terlaksana sehingga generasi muda tidak peduli dengan

eksistensi budayanya sendiri. Upaya pelestarian budaya tradisi mampu berjalan

baik jika semua pihak ikut serta mengawal bahkan menjadi pelaksana. Hanif

(2017) ketahanan budaya berkaitan erat dengan proses transformasi nilai-nilai

yang telah teruji pada jamannya dan prospektus diwariskan kepada berikutnya

sebagai bekal membangun dirinya dan bersama-sama dengan sesamanya

membangun masyarakat dan bangsa.

2.2.2 Budaya Masyarakat Agraris

Wuryani & Purwiyastuti (2012) kata kebudayaan berasal dari kata

Sanskerta “buddayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi dan akal.

Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan

dengan akal. Namun adapula yang mengartikan kebudayaan sebagai hasil cipta,

karsa dan rasa. Sunarto (2007) Budaya adalah merupakan sebagai cara hidup

Page 28: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

14

sebuah masyarakat secara keseluruhan. Merujuk pada unsur budaya yang

dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1991), maka ada tujuh unsur budaya, yakni

sistem peralatan dan perlsengkapan hidup, sistem mata pencaharian hidup,

sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, sistem religi.

Aesijah (2011) menyatakan bahwa masyarakat agraris adalah masyarakat

yang bermata pencarian pertanian biasanya hidup di daerah-daerah yang subur.

Menurut Boga Andri (2016) pada masyarakat dengan sistem perekonomian yang

agraris, keluarga dan rumah tangga merupakan produksi, konsumsi, reproduksi

serta interaksi sosial-ekonomi. Petani adalah manusia biasa seperti manusia pada

umumnya. Mereka hidup dan berkembang di tengah-tengah kehidupan

masyarakat umum. Mereka juga bekerja mencari nafkah untuk keluarga, bersosial

seperti pada umumnya, dan juga beragama. Sebagai manusia yang mempunyai

potensi, akal, dan perasaan, mereka menciptakan dan dibentuk oleh

kebudayaannya. Umam (2015) menyatakan bahwa hingga memasuki masa panen

padi, masyarakat Agraris melakukan tradisi ritual yang di lakukan secara

komunal, yaitu mapag sri. “Mapag” dalam bahasa Indonesia berarti menjemput.

“Sri” adalah dewi padi yang disimbolkan oleh masyarakat sebagai tanaman padi.

Jadi mapag sri adalah ritual yang sengaja diadakan secara bersama-sama oleh

masyarakat dengan tujuan memohon agar hasil panennya dapat maksimal. Umam

(2015) berpendapat bahwa agama dalam kebudayaan sebuah masyarakat memiliki

peran yang sangatlah penting. Agama dapat mempengaruhi setiap kebudayaan dan

tradisi yang mengakar di masayarakat.

Page 29: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

15

Perjalanan budaya masyarakat agraris, terdapat fpelaku-fpelaku yang

mempengaruhi budaya masyarakat agraris. Beberapa diantaranya yaitu:

1. Boga Andri (2016) Perubahan penggunaan lahan pertanian ke penggunaan non

pertanian akan menyebabkan hilangnya kelembagaan tradisional. Pada

masyarakat pedesaan agraris yang mata pencahariannya tergantung pada lahan

pertanian, tumbuh berbagai kelembagaan tradisional dan itu semua akan hilang

bersama perubahan penggunaan lahan yang terjadi.

2. Menurut Boga Andri (2016) apabila tanah pertanian sudah tidak ada (tidak

mampu) memberi pekerjaan bagi masyarakat setempat, mereka akan memberikan

reaksi terhadap lingkungan untuk mencari jenis pekerjaan di sektor non pertanian.

Penyebab itu juga akan sangat berpengaruh dalam budaya yang ada dalam

masyarakat agraris itu. Karena kebudayaan masyarakat agraris itu terbentuk dari

kebiasaan mereka dalam bertani.

3. Hilangnya lahan pertanian maka hilang kelembagaan ekonomi tradisional dan

sistim sosial yang telah lama hidup dalam masyarakat agraris (Boga Andri, 2016).

4. Globalisasi, selain menimbulkan dampak negatif berupa kerusakan alam

(ekologis), globalisasi telah menimbulkan efek samping lain yang tidak

diharapkan berupa pengikisan nilai-nilai luhur budaya bangsa, digantikan dengan

budaya asing yang seringkali bertentangan dengan budaya yang dianut (Effendi S,

2011).

Budaya masyarakat agraris juga mempunyai keunggulan. Beberapa

diantaranya yaitu:

1. Effendi S (2011) “Sistem budaya lokal merupakan modal sosial (social capital)

Page 30: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

16

yang besar, telah tumbuh-berkembang secara turun-temurun yang hingga kini kuat

berurat-berakar di masyarakat”.

2. Effendi S (2011) penting untuk melembagakan kembali (reinstitusionalisasi)

kearifan-kearifan lokal tradisional, karena membantu menyelamatan lingkungan.

3. Saling bahu membahu, bergotong royong, dengan rasa ikhlas tanpa imbalan,

hanya sekedar makan itupun kalau ada, seperti mendirikan rumah, ada hajatan,

kerja bakti lingkungan, semua itu tidak ada rasa terpaksa tetapi dikerjakan dengan

rasa ikhlas dan tanggung jawab merupakan budaya petani (Emri, 2016).

Keberadaan adanya keunggulan dalam masyarakat agraris, terdapat juga

kelemahan dalam masyarakat agraris. Mata pencaharian masyarakat agraris sangat

bertumpu pada hasil pertanian mereka. Beberapa dekade terakhir ini, konversi

lahan pertanian untuk berbagai bermacam kegiatan non pertanian semakin

bertambah banyak. Menurut Boga Andri (2016) alih fungsi lahan ini merugikan

karena: (1) mengurangi potensi memproduksi beras nasional, (2) menyulitkan

tenaga kerja di sektor pertanian, (3) mendorong terjadinya urbanisasi. Ketika

keberadan mata pencaharian masyarakat agraris terganggu, maka kondisi ini

berakibat terjadinya proses perubahan sosial yang ada di masyarakat, baik

terhadap stuktur maupun orientasi nilai budaya. Soemardjan dalam Boga Andri

(2016) menyatakan pendapatnya bahwa perubahan sosial adalah segala bentuk

perubahan yang ada pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu

masyarakat, yang sangat mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya

ada nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola perilaku diantara kelompok-kelompok

yang ada di dalam masyarakat itu.

Page 31: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

17

2.2.3 Generasi Muda

Patria Rori (2015) Masa remaja telah didefinisikan oleh beberapa ahli.

Masa remaja secara psikologi merupakan masa peralihan dari masa anak–anak ke

masa dewasa, pada masa remaja terjadi kematangan secara kognitif yaitu interaksi

dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas

yang memungkinkan remaja untuk berfikir abstrak. Patria Rori (2015) Klasifikasi

remaja menurut umur meliputi remaja awal yaitu 12-15 tahun, remaja madya 15-

18 tahun dan remaja akhir 19-22 tahun. Analisis cermat mengenai semua aspek

perkembangan masa remaja yang secara global berlangsung antara umur 12 dan

21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa

remaja pertengahan, 18-21 tahun masa remaja akhir, akan mengemukakan banyak

fpelaku yang masing-masing perlu mendapat tinjauan tersendiri.

Kresna (2013) generasi muda Indonesia saat ini adalah generasi yang lahir

dan besar di era digital. Kresna (2013) terhadap remaja atau generasi muda,

keberadaan lembaga kepemudaan bukan hanya sekedar simbol kepedulian semata,

tetapi dapat memberikan nuansa khusus dan senantiasa memunculkan warna

tersendiri di lingkungan masyarakat. Effendi S (2011) Salah satu fpelaku yang

berpengaruh terhadap generasi muda adalah nilai-nilai yang lahir pada masa lalu.

Masa lalu adalah sebuah mata rantai kehidupan umat manusia yang tidak mungkin

diabaikan. Masa lalu adalah bagian penting dari perjalanan waktu manusia dan

memiliki pengaruh kuat terhadap kejadian masa kini dan masa yang akan datang.

Nilai-nilai yang lahir pada masa lalu adalah hal yang berharga untuk diwariskan

kepada generasi muda.

Page 32: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

18

Suprapto & Kariadi (2018) menyatakan pendapatnya bahwa generasi

muda punya peranan penting dalam pembangunan suatu negara. Maju dan

mundurnya sebuah negara tidak dapat dilepaskan dari keberadaan pemuda

termasuk dalam konteks ini adalah keberadaan keseniaan di negeri ini. Kesenian

di Indonesia banyak yang mengalami kepunahan dan hal ini disinyalir akan terus

berlanjut sampai detik ini. Karena itu, sangat diperlukan peran serta pemuda agar

kesenian daerah tidak mengalami kepunahan. Pelibatan pemuda dalam konteks ini

dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan.

Menurut Effendi S., (2011) menyatakan pendapatnya bahwa kekaguman

generasi muda terhadap budaya Barat terlihat dari berbagai bentuk imitasi yang

dilakukan mulai dari cara berpakaian hingga pola tingkah laku yang sudah

mendekati tradisi Barat tetapi sering mengabaikan makna yang terkandung di

dalamnya. Hal ini merupakan bentuk ketidakmampuan individu masyarakat

menghadapi dinamika sosial-budaya melalui proses belajar dari budaya asing baik

akulturasi maupun asimilasi. Paramita (2016) menyatakan pendapatnya bahwa

masalah generasi muda yaitu sering kali tidak memanfaatkan peluang untuk

melakukan entrepreneurship dalam new media, kurangnya kesadaran akan

entrepreneurship dalam new media. Generasi muda biasanya hanya tertarik

dengan social media. Sehingga generasi muda mudah dipengaruhi berbagai pihak

tanpa disadarinya, dan minat entrepreneurship cenderung masih rendah. Paramita

(2016) menyatakan pendapatnya bahwa generasi muda merupakan generasi

penerus bangsa yang harusnya kreatif dan berinovasi dalam menyambut dan ikut

serta dalam industri pasar global.

Page 33: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

19

2.2.4 Kesenian Lesung

Hasan (2015) seni adalah salah satu sistem budaya universal yang ada di

masyarakat dunia. Salah satu jenis seni yang memegang peranan penting dalam

masyarakat adalah seni tradisional. Dari prespektif sejarah, seni tradisional adalah

sumber sejarah kritis yang mengandung keberlanjutan, dinamika, dan identitas

pemilik. Sementara itu, kesenian tradisional secara budaya menjadi metode

mentransmisikan nilai lintas generasi. Seni tradisional adalah seni yang hidup

secara turun-temurun di dalam masyarakat. Mereka adalah karya manusia

termasuk pola pikir mereka baik secara pribadi maupun kolektif. Subuh (2016)

seni pada dasarnya merupakan hasil kerja kolektif yang dalam

penciptaan/pengungkapannya melibatkan orang lain. Dalam melakukan proses

kreatifnya seorang seniman akan berkomunikasi dan beriteraksi dengan orang lain

di luar dirinya. Sutrisno (2011) seni tradsional adalah bentuk seni dalam

kenikmatan landskap (landscape) yang agraris dan feodal, yakni mengabdi kepada

harmoni serta keseimbangan abadi dari sang kosmos. Julia & Supriyadi (2017)

menyatakan bahwa setiap seni lokal memiliki karakteristik sendiri yang dapat

dibedakan dengan jenis seni yang lainnya.

Tarwiyah & Sam (2010) Musik ialah ungkapan rasa indah manusia dalam

bentuk suatu konsep pemikiran yang bulat, dalam wujud nadanada atau bunyi

lainnya yang mengandung ritme dan harmoni. Di samping itu musik mempunyai

suatu bentuk dalam ruang dan waktu yang dikenal oleh diri sendiri dan manusia

lain dalam lingkungan hidupnya, sehingga dapat dimengerti dan dinikmatinya.

Mistortoify, Haryono, Simatupang, & Ganap (2010) musik tidak dapat

Page 34: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

20

berkembang jika tanpa asosiasi makna diantara masyarakatnya. Oleh karenanya,

musik memiliki hubungan mendalam dengan perasaan dan pengalaman

masyarakatnya. Utomo & Syah Sinaga (2009) Pendidikan seni musik dengan

pendekatan seni budaya merupakan suatu alternatif solusi dan antisipasi pada

persaingan global yang kompetitif. Ganap (2012) mengatakan bahwa pada

dasarnya musik non-klasik adalah bagian dari musik industri yang produknya

berorientasi pada pasar.

Menurut Aesijah (2011) alat untuk membantu petani dalam mengolah

hasil panen khususnya padi sebagai makanan pokok masyarakat yaitu lesung.

Suprapto & Kariadi (2018) jaman dulu baik lesung dan alu memiliki posisi tawar

utama dalam sistem pengolahan hasil tanaman padi. Padi jaman itu dirontokkan

dengan memasukkannya ke dalam lesung kemudian di tumbuk menggunakan alu.

Potret penggunaan lesung dan alu ini dilakukan karena keterbatasan teknologi

pertanian masyarakat saat itu. Menurut Suharto & Aesijah (2014) musik lesung

adalah musik tradisional dengan instrumen atau alat musik alu dan lesung. Pada

awalnya, kesenian tradisional ini tumbuh dan berkembang di tengah-tengah

masyarakat agraris karena sebagian besar orang mengandalkan pertanian untuk

hidup.

Aesijah (2011) menyatakan bahwa mula-mula lesung digunakan sebagai

alat penghibur dikala menumbuk padi, kemudian sebagai penanda saat ada bahaya

antara lain bencana alam- gerhana, sebagai penanda berkumpul bagi masyarakat

pada saat ada upacara panen padi, perhelatan, bersih desa. Menurut Emri (2016)

mengenang masa lalu, lesung merupakan salah satu tempat untuk bermain dengan

Page 35: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

21

sesama, lesung juga tempat mendapatkan pengalaman untuk hidup di masa

mendatang. Seorang ibu tidak hanya memberikan nasehat ketika berada di rumah

saja, namun si anak juga biasa mendapatkan petuah-petuah ini disaat berada di

lokasi lesung. Aesijah (2011) yang menyatakan bahwa musik kotekan adalah

sebuah permainan musik yang menggunakan instrumen pokok alu dan lesung dari

suara yang terdengar kotekan itulah asal mula kata kotekan. Suprapto & Kariadi

(2018) kesenian rakyat ini berasal dari suara alu yang dipukul-pukulkan secara

teratur pada kayu besar yang dibuat seperti perahu yang disebut lesung. Pada

umumnya, lesung dibuat dari kayu nangka atau munggur. Suprapto & Kariadi

(2018) bahwa kesenian rakyat ini berasal dari suara alu yang dipukul-pukulkan

secara teratur pada kayu besar yang dibuat seperti perahu yang disebut lesung.

Pada umumnya, lesung dibuat dari kayu nangka atau munggur.

Suprapto & Kariadi (2018) dewasa ini kesenian lesung mulai ditinggalkan

pencintanya karena kalah bersaing dengan kesenian modern. Aesijah (2011)

generasi muda meninggalkan musik tradisional yang dimiliki nenek moyangnya

karena mereka kurang memahami tentang musik tradisional tersebut, terutama

makna yang terkandung dalam musik tradisi. Mereka menganggap musik

tradisional adalah musik kuno atau musik terbelakang yang tidak sesuai dengan

selera. Suprapto & Kariadi (2018) perkembangan teknologi pun ternyata turut

berdampak pada bidang pertanian warga. Warga yang dulunya menggunakan

lesung dan alu sebagai media perontoh padi seolah harus mengganti kearifan lokal

mereka dengan teknologi perontoh padi. Alih teknologi ini disadari atau tidak

ternyata berpengaruh pada keberadaan kesenian lesung. Hal ini diperparah oleh

Page 36: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

22

makin modernnya permainan saat ini sehingga anak-anak muda lebih

menggandrunginya. Mulyadi (2015) menyatakan pendapatnya bahwa keterbatasan

sumber-sumber pemenuhan kebutuhan tersebut yang menyebabkan manusia mulai

berpikir, bagaimana cara untuk mendapatkan kebutuhan-kebutuhan itu. Proses

berpikir dan cara untuk memenuhi kebutuhan itulah yang akan menjadi bagian

dari kebudayaan suatu masyarakat, termasuk proses perkembangan teknologi dan

perkembangan masyarakatnya. Perkembangan masyarakat ini pada dasarnya

adalah proses perubahan, dimana dinamika pembangunan yang terjadi pada

masyarakat adalah proses perubahan yang dilakukan secara sengaja untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang bersangkutan.

Suharto & Aesijah (2014) menyatakan pendapatnya bahwa tidak bisa

dipungkiri bahwa kemajuan teknologi, pergeseran budaya dan konsep-konsep

kehidupan sosial akibat kemajuan teknologi informasi mempengaruhi eksistensi

musik lesung ini dari waktu ke waktu. Suprapto & Kariadi (2018) menyatakan

pendapatnya bahwa generasi muda punya peranan penting dalam pembangunan

suatu negara. Maju dan mundurnya sebuah negara tidak dapat dilepaskan dari

keberadaan pemuda termasuk dalam konteks ini adalah keberadaan keseniaan di

negeri ini. Kesenian di Indonesia banyak yang mengalami kepunahan dan hal ini

disinyalir akan terus berlanjut sampai detik ini. Karena itu, sangat diperlukan

peran serta pemuda agar kesenian daerah tidak mengalami kepunahan. Pelibatan

pemuda dalam konteks ini dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan. Sarana

pelatihan dapat menjadi wadah generasi muda dalam belajar kesenian tradisional

nenek moyang mereka.

Page 37: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

23

2.2.5 Desa Wisata

Zakaria & Suprihardjo (2014) pariwisata adalah keseluruhan rangkaian

kegiatan yang berhubungan dengan gerakan manusia yang melakukan perjalanan

atau persinggahan sementara dari tempat tinggalnya, ke suatu atau beberapa

tempat tujuan di luar lingkungan tempat tinggal yang didorong oleh beberapa

keperluan tanpa bermaksud mencari nafkah. Pariwisata merupakan salah satu

sektor penggerak perekonomian yang perlu diberi perhatian lebih agar dapat

berkembang dengan baik. Sugianto (2016) produk wisata konvensional sekarang

sudah mulai banyak ditinggalkan. Masyarakat sekarang lebih memilih produk

wisata yang menghargai kelestarian alam, budaya, serta ramah lingkungan.

Sebagai respon pergeseran minat wisata tersebut, maka salah satu alternatiifnya

adalah desa wisata. Sebutan sebagai desa wisata itu memiliki ciri khas atau

karakter tertentu yang memiliki daya jual berupa kekayaan alam, budaya ataupun

lingkungan yang memadai sehingga masyarakat yang berkunjung dapat

menikmati, mengenal, dan mempelajari keunikan desa beserta segala daya

tariknya. Jakti Putri & Manaf (2013) Rural tourism merupakan pariwisata yang

terdiri dari keseluruhan pengalaman pedesaan, atraksi alam, tradisi, unsur-unsur

yang unik yang secara keseluruhan dapat menarik minat wisatawan.

Zakaria & Suprihardjo (2014) desa wisata adalah sebuah kawasan

pedesaan yang memiliki beberapa karakteristik khusus untuk menjadi daerah

tujuan wisata. Di kawasan ini, penduduknya masih memiliki tradisi dan budaya

yang relatif masih asli. Selain itu, beberapa fpelaku pendukung seperti makanan

khas, sistem pertanian dan sistem sosial turut mewarnai sebuah kawasan desa

Page 38: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

24

wisata. Di luar fpelaku-fpelaku tersebut, alam dan lingkungan yang masih asli dan

terjaga merupakan salah satu fpelaku terpenting dari sebuah kawasan tujuan

wisata. Raharjana (2012) desa wisata merupakan suatu wilayah perdesaan yang

dapat dimanfaatkan berdasarkan kemampuan unsur-unsur yang memiliki atribut

produk wisata secara terpadu, di mana desa tersebut menawarkan secara

keseluruhaan suasana yang memilikan tema dengan mencerminkan keaslian

pedesaan, baik dari tatanan segi kehidupan sosial budaya dan ekonomi serta adat

istiadat keseharian yang mempunyai ciri khas arsitektur dan tata ruang desa

menjadi suatu rangkaian aktivitas pariwisata. Menurut Sugianto (2016) desa

wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi, dan fasilitas

pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang

menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.

Hermawan (2017) menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

10 Tahun 2009, daya tarik wisata dapat dijelaskan sebagai segala sesuatu yang

memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berwujud keanekaragaman

kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau

tujuan kunjungan wisata. Secara lebih spesifik disebutkan bahwa daya tarik wisata

alam, merupakan segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, keaslian,

dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam yang menjadi sasaran atau

tujuan kunjungan wisatawan.

Suniastha Amerta (2017) desa wisata didefinisikan sebagai daerah

pedesaaan yang menawarkan suasana yang menceminkan seluruh keaslian

pedesaannya, baik tata ruang, arsitektur bangunan, kebiasaan kehidupan sehari-

Page 39: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

25

hari, maupun pola sosial dan kehidupan budaya masyarakat. Hardini, Putu

Agustini Karta, & Putu Suarthana (2015) desa wisata adalah semacam

implementasi produk budaya dalam industri pariwisata. Wisata budaya telah

menjadi sarana pendukung ekonomi yang vital untuk kegiatan tradisional dan

kreativitas lokal. Desa wisata terbentuk dari pengembangan warisan budaya

melalui pariwisata. Selain bertujuan menjelajahi budaya dan alam, ini merupakan

upaya untuk mempertahankan warisan budaya.

Sutawa (2012) pengembangan pariwisata di Indonesia bertujuan untuk

mengurangi kemiskinan, melestarikan alam, lingkungan, sumber daya,

mengembangkan budaya, meningkatkan citra bangsa, dan memperkuat hubungan

dengan negara lain. Salazar (2011) Pariwisata pedesaan yang ada sebenarnya

adalah sebuah konsekuensi dari desentralisasi kekuasaan dimana pariwisata dilihat

oleh otoritas lokal sebagai cara cepat untuk mendapatkan uang dan respon

terhadap meningkatnya permintaan dunia internasional terhadap pariwisata.

Vitasurya (2016) pengembangan desa wisata berada sejalan dengan tuntutan

pedesaan sebagai tujuan wisata. Keberlanjutan desa wisata dimulai dengan

motivasi desa untuk berkembang sambil menjaga kelestarian lingkungan.

Su, Long, Wall, & Jin (2016) pariwisata etnis berpotensi untuk

merangsang pembangunan ekonomi lokal khususnya di daerah berkembang diakui

secara luas. Pariwisata etnis memberikan peluang bagi kelompok etnis untuk

memamerkan budaya dan tradisi mereka, berkontribusi pada kebangkitan kembali

budaya etnis, penguatan identitas etnis, dan gerakan penghormatan terhadap

budaya etnis. Sangchumnong & Kozak (2017) wisata budaya adalah perjalanan

Page 40: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

26

mengunjungi atau menonton atraksi budaya dan acara seperti seni visual,

kerajinan, seni pertunjukan, pusat budaya, museum, festival, situs bersejarah, dan

pusat interpretatif.

Huttasin (2008) pariwisata sebagai solusi pembangunan ekonomi di

beberapa negara di seluruh dunia. Oleh karena itu, pengembangan pariwisata

didorong untuk merangsang ekonomi di Indonesia khususnya dalam

pengembangan Negara. Pariwisata dapat menghasilkan peningkatan devisa,

pertumbuhan pendapatan dan pekerjaan bagi masyarakat sehingga sering

dipandang sebagai sesuatu yang bermanfaat. Widiyanto, Handoyo, & Fajarwati,

2008) pengembangan pariwisata pedesaan layak dikembangkan terutama untuk

mendorong kegiatan non pertanian yang pada harapannya nanti dapat mendukung

difersivikasi pedesaan. Hermawan (2016) isu utama dalam pengembangan desa

wisata adalah mengenai kontribusi positif aktifitas pariwisata di desa wisata

terhadap kehidupan ekonomi masyarakat lokal. Keberhasilan pengembangan desa

wisata adalah sejauh mana kegiatan desa wisata mampu meningkatan

kesejahteraan ekonomi masyarakat lokalnya. Pariwisata akan dianggap gagal jika

manfaat ekonomi dari kegiatan wisata justru dinikmati oleh orang-orang luar,

pemodal-pemodal besar, sedangkan masyarakat lokalnya justru termarginalkan

secara ekonomi.

Sugianto (2016) unsur-unsur dari desa wisata adalah memiliki potensi

wisata, seni, dan budaya khas setempat, aksesibilitas dan infrastruktur mendukung

program desa wisata, terjaminnya keamanan, ketertiban, dan kebersihan. Sugianto

(2016) setidaknya, sebagai desa wisata memiliki kebutuhan dasar yang memadai

Page 41: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

27

sebagai sarana menuju desa wisata yaitu melibatkan berbagai kompononen baik

SDM (Sumber Daya Manusia), maupun SDA (Sumber Daya Alam) dalam

pengembangan sebagai desa wisata.

Tanpa adanya kerja sama, kesatuan tujuan dan persepsi antar warga, serta

warga bersama organisasi desa maupun institusi pemerintah desa melakukan

“mengatur dan mengurus” maka dalam pengembangan desa wisata tidak akan

pernah tercapai (Sidik, 2015). Trisnawati, Wahyono, & Wardoyo (2018)

pembinaan desa wisata yang berbasis potensi lokal memerlukan kepedulian dan

partisipasi masyarakat untuk senantiasa berinovasi dan kreatif dalam

mengembangan wilayah desa yang dijadikan sebagai desa wisata. Peran atau

partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat bisa dilihat mulai dari tahap

perencanaan, pelaksanaan, pembinaan atau pemanfaatan, pengawasan, menikmati

hasil dan evaluasi. Menurut Sugianto (2016) desa wisata berbasis masyarakat

merupakan aktifitas ekonomi yang sangat penting jika dikembangkan dengan

baik, maka dapat mengatasi sejumlah tantangan pembangunan seperti halnya

kemiskinan.

2.2.6 Tindakan Sosial

Teori yang digunakan dalam mengkaji masalah dalam penulisan kali ini

adalah teori tindakan sosial yang dikemukakan oleh Max Weber (1864-1920).

Tindakan sosial menurut Weber adalah suatu tindakan individu sepanjang

tindakan itu mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya dan diarahkan

kepada tindakan orang lain (Weber dalam Ritzer dalam Wadiyo, 2008).

Page 42: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

28

Max Weber menyebutkan bahwa metode yang bisa digunakan untuk

memahami arti-arti subjektif tindakan sosial seseorang adalah dengan verstehen.

Istilah ini tidak hanya sekedar introspeksi yang hanya bisa digunakan untuk

memahami arti subjektif tindakan diri sendiri, bukan tindakan subjektif orang lain.

Sebaliknya, apa yang dimaksud oleh Weber dengan verstehen adalah kemampuan

untuk berempati atau kemampuan untuk menempatkan diri dalam kerangka

berpikir orang lain yang perilakunya mau dijelaskan dan situasi serta tujuan-

tujuannya mau dilihat menurut perpektif itu (Johnson dalam Narwoko dan

Suyanto, 2007:18).

Dalam teori tindakannya, tujuan Weber tidak lain adalah untuk

memfokuskan perhatian pada individu, pola dan regularitas tindakan, dan bukan

pada kolektifitas. “Tindakan dalam pengertian orientasi perilaku yang dapat

dipahami secara subjektif hanya hadir sebagai perilaku seorang atau beberapa

orang manusia individual” (Weber dalam Ritzer, 2004:137). Dalam hubungannya

dengan konsep tindakan sosial yang dikemukakan oleh Weber melalui telaah yang

dikemukakan oleh para sosiolog tersebut, dalam konteks ini dapat digunakan

untuk melihat dan/ atau untuk memahami suatu kegiatan kesenian yang dilakukan

oleh invividu dan/ atau kelompok orang, apakah suatu kegiatan berkesenian yang

dilakukannya termasuk sebagai suatu tindakan sosial sebagaimana yang

dikemukakan oleh Weber tersebut (Wadiyo, 2008:125).

Weber menggunakan metodologi tipe idealnya untuk menjelaskan makna

tindakan dengan cara mengidentifikasi empat tipe tindakan dasar. Tipologi ini

tidak hanya sangat penting untuk memahami apa yang dimaksud Weber dengan

Page 43: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

29

tindakan, namun juga menjadi salah satu dasar bagi minat Weber pada struktur

dan intuisi sosial yang lebih luas. Yang terpenting adalah pembedaan yang

dilakukan Weber terhadap kedua tipe dasar tindakan sosial (Ritzer, Goerge.

2004:137). Weber dalam Narwoko dan Suyanto (2007:18); Campbell dalam

Wadiyo (2008); Ritzer dalam Alimandan (1992); dan Johnson dalam Lawang

(1986) mengemukakan, bahwa Max Weber mengklasifikasi ada empat jenis

tindakan sosial yang mempengaruhi sistem dan struktur sosial masyarakat.

Menurut Weber semakin rasional tindakan itu, semakin mudah dipahami. Empat

Tindakan Sosial yang dimaksud adalah :

2.2.6.1 Rasionalitas Instrumental / Sarana-Tujuan (Zwerk Rational)

Weber dalam Ritzer (2004) mengartikan tindakan rasionalitas instrumental

adalah tindakan yang ditentukan oleh harapan terhadap perilaku objek dalam

lingkungan dan perilaku manusia lain; harapan-harapan ini digunakan sebagai

“syarat” atau “sarana” untuk mencapai tujuan-tujuan pelaku lewat upaya dan

perhitungan yang rasional (Weber, 1921/1968: 24). Weber dalam Narwoko dan

Suyanto (2007), rasionalitas instrumental adalah tindakan sosial yang dilakukan

seseorang didasarkan atas pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan

dengan tujuan tindakan itu dan ketersediaan alat yang dipergunakan untuk

mencapainya. Weber dalam Wadiyo (2008), dalam tindakan rasional tujuan,

pelaku menilai dan menentukan tujuan itu dan bisa saja tindakan itu dijadikan cara

untuk mencapai tujuan lain.

Dapat disimpulkan berdasarkan teori yang ada, pengertian mengenai

rasionalitas instrumental adalah tindakan yang berdasarkan pertimbangan pelaku

Page 44: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

30

dan ketersediaan alat yang digunakan dalam mencapai tujuan. Pilihan sadar dari

pelaku dan harapan sebagai syarat atau sarana dalam melandasi tindakan dalam

mencapai atau menentukan sebuah tujuan. Contoh seorang mahasiswa yang sering

terlambat kuliah dikarenakan mahasiswa tersebut tidak memiliki alat transportasi.

Pada akhirnya, dia membeli sepeda motor agar ia datang ke kampus lebih awal

dan tidak terlambat. Tindakan ini telah dipertimbangkan dengan matang agar ia

mencapai tujuan tertentu.

2.2.6.2 Tindakan Rasional Nilai (Werk Rational)

Weber dalam Narwoko dan Suyanto (2007), rasionalitas yang berorientasi

nilai, sifat rasional tindakan jenis ini adalah bahwa alat-alat yang ada hanya

merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sementara tujuan-tujuannya

sudah ada di dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut.

Artinya, nilai itu merupakan nilai akhir bagi individu yang bersangkutan dan

bersifat nonrasional, sehingga tidak memperhitungkan alternatifnya.

Weber dalam Ritzer (2004) mengartikan tindakan rasionalitas nilai adalah

tindakan yang ditentukan oleh keyakinan dengan penuh kesadaran akan nilai

perilaku-perilaku etis, estetis, religius atau bentuk perilaku lain, yang terlepas dari

prospek keberhasilannya (Weber, 1921/1968: 24-25). Weber dalam Wadiyo

(2008), tindakan rasional nilai, pelaku dalam memilih cara sudah menentukan

tujuan yang diinginkannya.

Dapat disimpulkan berdasarkan teori yang ada, pengertian rasionalitas nilai

yang dijabarkan diatas bahwa tindakan rasionalitas nilai adalah tindakan yang

bersifat rasional sedangkan alat-alat yang ada merupakan pertimbangan dan

Page 45: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

31

perhitungan yang sadar, tujuan-tujuannya sudah ada di dalam hubungannya

dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut. Pelaku bertindak ditentukan oleh

keyakinan yang penuh kesadaran akan nilai perilaku-perilaku etis, estetis, religius

atau bentuk perilaku lain sehingga merupakan wujud nilai akhir bagi invividu

yang bersifat nonrasional, sehingga tidak memperhitungkan alternatifnya.

Sedangkan tindakan rasional nilai memiliki sifat bahwa alat-alat yang ada

hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sementara tujuan

tujuannya sudah ada di dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang

bersifat absolut. Contoh dalam kehidupan sehari hari adalah perilaku shalat

seseorang yang selalu tepat waktu dalam mengerjakan shalat. Hal lain seperti

seseorang mendahulukan orang yang lebih tua ketika duduk di kendaraan umum.

Artinya adalah tindakan sosial ini telah dipertimbangkan terlebih dahulu karena

mendahulukan nilai-nilai sosial maupun nilai agama yang pelaku miliki.

2.2.6.3 Tindakan Afektif (Affectual Action)

Weber dalam Ritzer (2004) mengartikan tindakan afektif adalah tindakan

yang ditentukan oleh kondisi emosi pelaku. Weber dalam Narwoko dan Suyanto

(2007), tipe tindakan ini didominasi oleh perasaan atau emosi tanpa refleksi

intelektual atau perencanaan secara sadar. Tindakan afektif sifatnya adalah

spontan, tidak rasional, dan merupakan ekspresi emosional dari individu.

Weber dalam Wadiyo (2008), tindakan afektif lebih didominasi oleh emosi

dan atau kepura-puraan yang menjadikan tindakan pelaku susah dipahami. Weber

sebagaimana dikemukakan oleh Campbell menjelaskan bahwa tindakan afektif

Page 46: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

32

dan tindakan tradisional hanya merupakan tindakan tanggapan atas rangsangan

dari luar yang bersifat otomatis sehingga bisa dimengerti sebagai kurang arti.

Dapat disimpulkan berdasarkan teori tersebut bahwa pengertian mengenai

tindakan afektif yang dijabarkan diatas adalah tindakan afektif bersifat spontan,

tidak rasional dan tanpa perencaan secara sadar oleh pelaku. Tindakan ini

didominasi oleh emosi atau perasaan sebagai ekspresi emosional dari individu dan

merupakan tindakan tanggapan atas rangsangan dari luar yang bersifat otomatis.

Contoh dalam hubungan kasih sayang antara dua remaja yang sedang dimabuk

asmara, tindakan ini biasanya terjadi atas rangsangan dari luar yang bersifat

otomatis. Seseorang wanita yang menangis tersedu-sedu karena bersedih,

merupakan contoh lain dari tindakan ini.

2.2.6.4 Tindakan Tradisional (Traditional Action)

Weber dalam Ritzer (2004) mengartikan tindakan tradisional ditentukan oleh

cara bertindak pelaku yang biasa dan telah lazim dilakukan. Weber dalam

Narwoko dan Suyanto (2007) mengemukakan bahwa tindakan jenis ini, seseorang

memperlihatkan perilaku tertentu karena kebiasaan yang diperoleh dari nenek

moyang pe;aku tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan.

Weber dalam Wadiyo (2008), mengemukakan bahwa tindakan tradisional

merupakan tindakan yang lebih didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan dalam

mengerjakan sesuatu dimasa lalu. Weber sebagaimana dikemukakan oleh

Campbell menjelaskan bahwa tindakan afektif dan tindakan tradisional, kedua

tindakan ini pada waktu tertentu dapat berubah menjadi tindakan yang penuh arti

atau sebagai tindakan yang sepenuhnya dapat dengan mudah dipahami.

Page 47: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

33

Dapat disimpulkan berdasarkan teori tersebut, pengertian mengenai tindakan

tradisional yang dijabarkan diatas adalah perilaku yang dilandasi oleh kebiasaan

dari nenek moyang pelaku, tanpa perencanaan dan mengikuti kebiasaan dimasa

lalu sehingga tercipta perilaku tertentu. Pelaku bertindak tanpa mengetahui

dengan pasti apa manfaat yang didapatkan setelah melakukan hal tersebut. Contoh

dalam tindakan ini adalah sebuah keluarga yang melaksanakan syukuran dalam

rangka membeli mobil baru, tanpa tahu maksud dari diadakan acara syukuran

tersebut. Dalam tindakan jenis ini, seseorang memperlihatkan perilaku tertentu

karena kebiasaan yang diperoleh dari nenek moyang, tanpa refleksi yang sadar

atau perencanaan.

Kedua tipe tindakan yang terakhir sering halnya menggunakan tanggapan

secara otomatis terhadap rangsangan yang datang dari luar, oleh karena itu tidak

termasuk ke dalam jenis tindakan yang penuh arti yang menjadi sasaran penelitian

sosiologi. Namun dengan demikian pada waktu tertentu kedua tipe tindakan

tersebut dapat berubah menjadi tindakan yang penuh arti sehingga dapat

dipertanggung jawabkan untuk dipahami (Weber dalam Campbell dalam Wadiyo,

2008 : 125). Tindakan sosial menurut Max Weber menyatakan pendapatnya

bahwa tindakan sosial adalah suatu tindakan individu sepanjang tindakan itu

mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan

orang lain. Suatu tindakan individu yang diarahkan kepada benda mati tidak

termasuk dalam kategori yang merupakan tindakan sosial, suatu tindakan akan

dikatakan sebagai tindakan sosial ketika tindakan tersebut benar-benar diarahkan

kepada orang lain atau terhadap individu lainnya.

Page 48: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

34

2.3 Kerangka Berpikir

Bagan 1. Skema kerangka berpikir Transformasi Budaya Tradisi Masyarakat

Agraris pada Generasi Muda : Analisis Transformasi Gendongan Lesung di desa

wisata Kandri, Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang.

Skema tersebut dapat dijelaskan bahwa desa wisata Kandri sebagai desa

wisata mempunyai kesenian Gendongan Lesung yang hampir punah. Dipelopori

oleh perkumpulan pemuda yang ada di Omah Alas, perlahan-lahan musik

tradisional Gendongan Lesung yang menjadi aset penting untuk desa wisata

Kandri dapat dilestarikan. Bahkan penyajiannya pun lebih bervariatif dari musik

Gendongan Lesung aslinya. Pada akirnya kesenian Gendongan Lesung

bertransformasi dan tetap tumbuh berkembang hingga sekarang.

Desa Wisata Kandri

Gendongan Lesung

Generasi Muda (Omah Alas)

Transformasi

Page 49: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

88

BAB V

PENUTUP

5.1. Simpulan

Kesenian Gendongan Lesung merupakan kesenian warisan nenek moyang

desa wisata Kandri, kecamatan Gunung Pati, kota Semarang. Berbekal kecintaan

terhadap kebudayaan warisan nenek moyang, generasi muda Omah Alas desa

wisata Kandri melakukan transformasi kesenian Gendongan Lesung. Kesenian

Gendongan Lesung berkolaborasi dengan kesenian Kempling Kemanak sebagai

bentuk transformasinya. Transformasi kesenian Gendongan Lesung yang

dilakukan oleh Omah Alas menganut dua jenis sistem pewarisan yakni “Vertical

Transmission” dan “Horizontal Transmission”. Muhammad Imron beserta rekan-

rekan Omah Alas melakukan “Vertical Transmission” (Pewarisan Tegak) melalui

perantara orang tua para generasi muda Omah Alas. Pendekatan Muhammad

Imron kepada orang tua agar memahamkan kepada anak-anak mereka tentang

pentingnya menjaga budaya dan kesenian warisan nenek moyang. Pada sistem

pewarisan “Horizontal Transmission” (Pewarisan Miring), Omah Alas

memberikan pendidikan seni budaya dan kesadaran akan wisata secara non formal

kepada generasi muda.

Dalam kegiatan transformasi kesenian Gendongan Lesung menunjukan

pola komunikasi secara vertikal dan horizontal. Namun dalam hubungannya antar

pemain alat musik dalam grup ini, pola komunikasi lebih didominasi dengan pola

komunikasi vertikal. Pola komunikasi vertikal para pemain alat musik

dikarenakan lebih sering berkomunikasi kepada pelatih atau ketua grup kesenian

Page 50: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

89

karena peran ketua grup kesenian lebih sering dekat dengan para pemain alat

musik. Pola komunikasi ini terjadi karena dalam penerapanya para pemain alat

musik lebih mendominasi jalannya latihan dikarenakan iringan musik merupakan

hal yang pokok untuk kelancaran dalam sesi latihan.

Keberadaan lembaga kepemudaan seperti halnya Omah Alas desa wisata

Kandri membuktikan bahwa sebuah lembaga kepemudaan memiliki peranan

penting untuk melembagakan kembali (reinstitusionalisasi) kearifan-kearifan

lokal tradisional, karena ia membantu menyelamatan lingkungan.

5.2. Saran

Setelah peneliti mengadakan penelitian, peneliti mengajukan beberapa

saran antara lain yaitu kepada generasi muda Omah Alas desa wisata Kandri,

sebagai generasi penerus, terus lah menjaga solidaritas serta tingkatkan rasa cinta

kesenian dan kebudayaan untuk mempertahankan kesenian dan kebudayaan

tersebut agar tetap lestari dan terjaga sepanjang jaman. Kepada masyarakat desa

wisata Kandri, sebagai masyarakat yang berada di desa wisata harus bisa menjaga

potensi-potensi wisata yang ada di desa wisata Kandri agar bisa terus berkembang

sepanjang jaman dan agar ikut terdorong perekonomiannya.

Page 51: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

90

DAFTAR PUSTAKA

Aesijah, S. (2011). Makna simbolik dan ekspresi musik kotekan. Harmonia:

Journal Of Arts Research And Education, 8(3).

Ali, Mohamad. 1985. Penelitian Kependidikan, Prosedur dan Strategi. Bandung:

Angkasa.

Ambarwangi, S. (2014). Reog as Means of Students Apreciation and Creation in

arts and Culture Baseed on The Local Wisdom. Jurnal Harmonia, 14(1).

Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Boga Andri, K. (2016). Sejarah Perubahan Sosial Masyarakat Agraris Akibat

Pembangunan Waduk Di Banjarnegara, Jawa Tengah. Jurnal

Agriekonomika, 5(1), 1–15.

Cahyono, A. (2006). Pola Pewarisan Nilai-nilai Kesenian Tayub. Jurnal

Harmonia, 7(1), 23–36.

Darma, B. (2011). Penciptaan Naskah Drama Ambu Hawuk Berdasarkan Tradisi

Lisan Dan Prespektif Jender. Jurnal Resital, 12(1), 55–64.

Effendi S, A. (2011). Implementasi Kearifan Lingkungan Dalam Budaya

Masyarakat Adat Kampung Kuta Sebagai Sumber Pembelajaran IPS. Jurnal

Edisi Khusus, (2), 164–177.

Emri. (2016). Lasuang Sebagai Sumber Penciptaan Tari Modern Lasuang

Tatingga Di Sumatera Barat. Jurnal Ekspresi Seni, 18(1), 131–147.

Ganap, V. (2012). Membangun Industri Kreatif Di Maluku Melalui Pendidikan

Seni. Jurnal Harmonia, 12(1), 1–13.

Hanif, M. (2017). Kesenian Ledug Kabupaten Magetan (Studi Nilai Simbolik Dan

Sumber Ketahanan Budaya). Jurnal Studi Sosial, 2(2), 79–90.

Hardini, W., Putu Agustini Karta, N. L., & Putu Suarthana, J. H. (2015). The

Study on Bali Tourism Village Management towards Four Dimensions of

Experience Economy. E-Journal of Tourism, 2(1), 49–54.

Hasan, A. R. (2015). Traditional Art Kayori as an Identitiy of Taa Society in

District of Tojo. Jurnal Harmonia, 15(2), 133–137.

Hasbi, A. (2017). Transformasi Nilai-nilai Kearifan Lokal (Local Genius) Dalam

Proses Pembelajaran Sebagai Upaya Pembentukan Karakter Bangsa Pada

SMA Se-Kabupaten Simeulue. Jurnal PKn Progresif, 12(1), 528–542.

Page 52: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

91

Hermawan, H. (2016). Dampak pengembangan desa wisata nglanggeran terhadap

ekonomi masyarakat lokal. Jurnal Pariwisata, III(2), 105–117.

Hermawan, H. (2017). Pengaruh Daya Tarik Wisata, Keselamatan, Dan Sarana

Wisata Terhadap Kepuasan Serta Dampaknya Terhadap Loyalitas

Wisatawan : Studi Community Based Tourism di Gunung Api Purba

Nglanggeran. Jurnal Media Wisata, 15(1), 562–577.

Huttasin, N. (2008). Perceived Social Impacts of Tourism by Residents in the

OTOP Tourism Village, Thailand. Asia Pacific Journal of Tourism Research,

13(2), 37–41. https://doi.org/10.1080/10941660802048498

Ismawati, E. (2013). Karakter Perempuan Jawa dalam Novel Indonesia Berwarna

Lokal Jawa: Kajian Perspektif Gender dan Transformasi Budaya. Jurnal

Metasastra, 6(1), 10–21.

Jakti Putri, H. P., & Manaf, A. (2013). Faktor-faktor Keberhasilan Pengembangan

Desa Wisata Di Dataran Tinggi Dieng. Jurnal Teknik PWK, 2(3), 559–568.

Jazuli, M. (2011). Model Pewarisan Kompetensi Dalang. Jurnal Harmonia, 11(1),

68–82.

Julia, & Supriyadi, T. (2017). The Inheritance of Values in Sundanese Song of

Cianjuran in West Java. Jurnal Harmonia, 17(2), 120–128.

Koentjaraningrat. 1987. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka.

Koentjaraningrat (Ed.). 1991. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta :

Djambatan.

Kuntjara, Esther. 2006. Penelitian Kebudayaan Sebuah Panduan Praktis.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Kresna, A. (2013). Pembentukan Karakter Generasi Muda Berwawasan Nilai-nilai

Pancasila Melalui Video Game Bertema RPG. Jurnal Filsafat, 2(2), 141–

159.

Mellou, E. (2006). Creativity: The transformation condition. Journal Early Child

Development and Care, 101(1), 81–88.

Merriam, A.P. (1964). The Antropology of Music. Bloomington: Norhwestern

University Press.

Mismada, P. (2013). Peranan Masyarakat Desa Karangmalang Kecamatan

Ketanggungan Kabupaten Brebes Terhadap Kehidupan Kesenian Tradisional

Page 53: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

92

Damar Sewu. Jurnal Seni Musik, 2(2), 1–12.

Mistortoify, Z., Haryono, T., Simatupang, L. L., & Ganap, V. (2010). Kejhungan :

Gaya Nyanyian Madura Dalam Pemaknaan Masyarakat Madura Pada

Penyelenggaraan Tadisi Remoh. Jurnal Resital, 11(1), 1–14.

Moleong, Lexi. J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Muhadjir, Noeng. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Bayu

Indra Grafika.

Mulyadi, M. (2015). Perubahan Sosial Masyarakat Agraris ke Masyarakat Industri

dalam Pembangunan Masyarakat di Kecamatan Tamalate Kota Makassar.

Jurnal Bina Praja, 7(4), 311–322. https://doi.org/10.15575/jid.v5i2.375

Narwoko, Dwi dan Bagong Suyanto. 2007. Sosiologi Teks pengantar dan

Terapan. Jakarta : Kencana

Paramita, S. (2016). Entrepreneurship Dan New Media Pada Generasi Muda.

Jurnal Pemberdayaan Masyarakat, 3(1), 1–8.

Patria Rori, P. L. (2015). Pengaruh Penggunaan Minuman Keras Pada Kehidupan

Remaja Di Desa Kali Kecamatan Pineleng Kabupaten Minahasa. Jurnal

Holistik, 8(16), 1–12.

Puspitasari, D. G., Sabana, S., & Ahmad, H. A. (2016). The Cultural Identity of

Nusantara in a Movie Entitled Sang Pencerah by Hanung Bramantyo. Jurnal

Harmonia, 16(1), 57–65. https://doi.org/10.15294/harmonia.v16i1.6768

Raharjana, D. T. (2012). Membangun Pariwisata Bersama Rakyat : Kajian

Partisipasi Lokal Dalam Membangun Desa Wisata Di Dieng Plateau. Jurnal

Kawistara, 2(3), 225–237.

Rahmad Safitra, A., & Yusman, F. (2014). Pengaruh Desa Wisata Kandri

Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Kelurahan Kandri Kota

Semarang. Jurnal Teknik PWK, 3(4), 908–917.

Rahman Azahari, A. (2016). Kendala Pelestarian Olahraga Masyarakat Sebagai

Material Culture Pada Generasi Muda Perkotaan: A Grounded Research.

Jurnal Cendekia, 10(2), 207–216.

Rochmat, N. (2013). Pewarisan Tari Topeng Gaya Dermayon : Studi Kasus Gaya

Rasinah. Jurnal Resital, 14(1), 33–40.

Page 54: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

93

Rohidi, Tjeptjep Rohendi. 2000. Kesenian dalam Pendekatan Kebudayaan.

Bandung: STISI.

Salazar, N. B. (2011). The Power of Imagination in Transnational Mobilities.

Journal Identities, 18(6), 1–23.

Sangchumnong, A., & Kozak, M. (2017). Sustainable cultural heritage tourism at

Ban Wangka Village, Thailand. Anatolia An International Journal of

Tourism and Hospitality Research, 29(2), 1–11.

Sartini. (2004). Menggali Kearifan Lokal Nusantara Sebuah Kajian Filsafati.

Jurnal Filsafat, 14(2), 111–120.

Sidik, F. (2015). Menggali Potensi Lokal Mewujudkan Kemandirian Desa. Jurnal

Kebijakan & Administrasi Publik, 19(2), 115–131.

Siegel, H. (1996). Education and cultural transmission/transformation.

Philosophical reflections on the historian’s task. Paedagogica Historica

International Journal of the History of Education, 32(sup1), 25–46.

Soekanto, Soejono. 2000. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. PT Raja Grafindo

Persada.

Su, M. M., Long, Y., Wall, G., & Jin, M. (2016). Tourist – community

interactions in ethnic tourism : Tuva villages , Kanas Scenic Area , China.

Journal of Tourism and Cultural Change, 14(1), 1–26.

Subuh. (2016). Garap Gending Sekaten Keraton Yogyakarta. Jurnal Resital,

17(3), 178–188.

Sugianto, A. (2016). Kajian Potensi Desa Wisata Sebagai Peningkatan Ekonomi

Masyarakat Desa Karang Patihan Kecamatan Balong Ponorogo. Jurnal

Ekuilibrium, 11(1), 56–66.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung

Alfabeta.

Suharto; Aesijah, S. (2014). The Lesung Music in the Village of Ledok Blora

Regency. Harmonia: Journal of Arts Research and Education, 14(1), 65–71.

Sunarto. (2007). Components in Music-Culture. Jurnal Harmonia, 8(1).

Suniastha Amerta, I. M. (2017). The Role of Tourism Stakeholders at Jasri

Tourism Village Development , Karangasem Regency. International Journal

of Social Sciences and Humanities, 1(2), 20–28.

Page 55: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

94

Suprapto, W., & Kariadi, D. (2018). Pelatihan Gejog Lesung pada Pemuda Dusun

Gunturan, Triharjo, Pandak, Bantul Sebagai Upaya Pelestarian Budaya

Bangsa. Jurnal ABDINUS, 2(1), 51–61.

Sutawa, G. K. (2012). Issues on Bali Tourism Development and Community

Empowerment to Support Sustainable Tourism Development. Journal

Procedia Economics and Finance, 4, 413–422.

Sutrisno, L. B. (2011). Pengaruh Islam Dalam Kesenian Setrek. Jurnal Resital,

12(1), 14–30.

Tarwiyah, T., & Sam, A. (2010). Permainan Anak yang Mmenggunakvn

Nyanyian (Kajian Wilayah: Jakarta, Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi).

Jurnal Harmonia, 10(2).

Trisnawati, A. E., Wahyono, H., & Wardoyo, C. (2018). Pengembangan Desa

Wisata dan Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Potensi Lokal. Jurnal

Pendidikan, 3(1), 29–33.

Umam, K. (2015). Akulturasi Islam Dan Budaya Lokal Pada Masyarakat Agraris

(Pengalaman Petani Klutuk di Kabupaten Indramayu). Jurnal Universum,

9(2), 213–223.

Utomo, U., & Syah Sinaga, S. (2009). Pengembangan Materi Pembelajaran Seni

Musik Berbasis Seni Budaya Berkonteks Kreatif, Kecakapan Hidup, Dan

Menyenangkan Bagi Siswa SD/MI. Jurnal Harmonia, 9(2).

Vitasurya, V. R. (2016). Local Wisdom for Sustainable Development of Rural

Tourism , Case on Kalibiru and Lopati Village , Province of Daerah

Istimewa Yogyakarta. Juornal Procedia - Social and Behavioral Sciences,

216, 97–108. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.12.014

Wadiyo. 2008. Sosiologi Seni (Seni Pendekatan Multi Tafsir). Semarang : Unnes

Press

Wadiyo. 2013. Seni sebagai Sarana Interaksi Sosial. Jurnal Harmonia. Mei-

Agustus 2006. Volume VII. Nomor 2. Semarang : Universitas Negeri

Semarang

Wahyudi, A. (2013). Transformasi Yudhisthira Mahabarata dalam Tradisi

Pedalangan. Jurnal Harmonia, 14(1), 71–80.

Widiyanto, D., Handoyo, J. P., & Fajarwati, A. (2008). Pengembangan Pariwisata

Pedesaan (Suatu Usulan Strategi Bagi Desa Wisata Ketingan). Jurnal Bumi

Lestari, 8(2), 205–210.

Page 56: TRANSFORMASI BUDAYA TRADISI MASYARAKAT AGRARIS …lib.unnes.ac.id/34925/1/2501412010_Optimized.pdf · desa wisata Kandri. Manfaat teoritis secara umum agar dapat memberikan informasi

95

Wuryani, E., & Purwiyastuti, W. (2012). Menumbuhkan Peran Serta Masyarakat

Dalam Melestarikan Kebudayaan Dan Benda Cagar Budaya Melalui

Pemberdayaan Masyarakat Di Kawasan Wisata Dusun Ceto. Jurnal Satya

Widya, 28(2), 147–154.

Zakaria, F., & Suprihardjo, D. (2014). Konsep Pengembangan Kawasan Desa

Wisata di Desa Bandungan Kecamatan Pakong Kabupaten Pamekasan.

Jurnal Teknik Pomits, 3(2), 245–249.