TRANSAKSI LINDUNG NILAI (HEDGING) SEBAGAI INSTRUMEN MANAJEMEN RISIKO DALAM KEBIJAKAN UTANG...

20
TRANSAKSI LINDUNG NILAI (HEDGING) SEBAGAI INSTRUMEN MANAJEMEN RISIKO DALAM KEBIJAKAN UTANG PEMERINTAH Hedging Transactions As Instrument of Risk Management In Government Debt Policies Amela Erliana Crhistine Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Tanggerang Selatan, Indonesia. [email protected] Abstrak Nilai utang luar negeri pemerintah dapat berubah sewaktu-waktu akibat fluktuasi nilai tukar mata uang asing. Hal ini terjadi karena pemerintah tidak melakukan lindung nilai terhadap utang luar negerinya. Walau telah banyak dilakukan oleh perusahaan swasta, transaksi lindung nilai merupakan hal yang baru dalam ranah keuangan negara. Makalah ini berusaha mendeskripsikan transaksi lindung nilai dan kaitannya dengan kebijakan pengelolaan utang pemerintah. Tujuan penulisan makalah ini adalah memberikan tambahan pengetahuaan kepada pembaca mengenai konsep transaksi lindung nilai sehingga pembaca dapat turut mengawasi pelaksaaan kebijakan lindung nilai pemerintah. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Dari telaah pustaka yang dilakukan penulis, dapat ditarik kesimpulan bahwa transaksi lindung nilai atas utang pemerintah penting untuk segera dilaksanakan. Efektivitas transaksi lindung nilai sangat tergantung pada proses perencanaan, terutama proyeksi biaya yang nantinya akan menentukan skema lindung nila yang akan digunakan pemerintah. Agar transaksi lindung nilai berjalan optimal, pemerintah perlu melakukan penyempurnaan pada peraturan- peraturan mengenai lindung nilai serta belajar dari negara-negara yang telah sukses menerapkan lindung nilai atas utang luar negerinya.

description

Seminar Keuangan Publik, Transaksi lindungg nilai, utang pemerintah, manajemen risiko, manajemen utang

Transcript of TRANSAKSI LINDUNG NILAI (HEDGING) SEBAGAI INSTRUMEN MANAJEMEN RISIKO DALAM KEBIJAKAN UTANG...

Page 1: TRANSAKSI LINDUNG NILAI (HEDGING) SEBAGAI INSTRUMEN MANAJEMEN RISIKO DALAM KEBIJAKAN UTANG PEMERINTAH

TRANSAKSI LINDUNG NILAI (HEDGING) SEBAGAI INSTRUMEN MANAJEMEN RISIKO DALAM KEBIJAKAN UTANG PEMERINTAH

Hedging Transactions As Instrument of Risk Management In Government Debt Policies

Amela Erliana CrhistineSekolah Tinggi Akuntansi Negara, Tanggerang Selatan, Indonesia.

[email protected]

Abstrak

Nilai utang luar negeri pemerintah dapat berubah sewaktu-waktu akibat fluktuasi nilai tukar

mata uang asing. Hal ini terjadi karena pemerintah tidak melakukan lindung nilai terhadap utang

luar negerinya. Walau telah banyak dilakukan oleh perusahaan swasta, transaksi lindung nilai

merupakan hal yang baru dalam ranah keuangan negara. Makalah ini berusaha mendeskripsikan

transaksi lindung nilai dan kaitannya dengan kebijakan pengelolaan utang pemerintah. Tujuan

penulisan makalah ini adalah memberikan tambahan pengetahuaan kepada pembaca mengenai

konsep transaksi lindung nilai sehingga pembaca dapat turut mengawasi pelaksaaan kebijakan

lindung nilai pemerintah.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Dari telaah pustaka yang

dilakukan penulis, dapat ditarik kesimpulan bahwa transaksi lindung nilai atas utang pemerintah

penting untuk segera dilaksanakan. Efektivitas transaksi lindung nilai sangat tergantung pada

proses perencanaan, terutama proyeksi biaya yang nantinya akan menentukan skema lindung nila

yang akan digunakan pemerintah. Agar transaksi lindung nilai berjalan optimal, pemerintah perlu

melakukan penyempurnaan pada peraturan-peraturan mengenai lindung nilai serta belajar dari

negara-negara yang telah sukses menerapkan lindung nilai atas utang luar negerinya.

Kata Kunci: kebijakan utang pemerintah, nilai tukar, transaksi lindung nilai.

Abstract

The value of government’s foreign debt can change at any time due to fluctuations in foreign

exchange rates. This happens because the government does not hedge its foreign debt. Although

there are many private companies that have done hedging transactions, it is still a new thing in the

realm of public finances. This paper tried to describe the hedging transactions that related to the

government debt policies. The purpose of this paper is to provide additional knowledge to the

readers about concept of hedging transactions so that they can supervise the implementation of

government’s hedging policies.

The method used in this paper is descriptive qualitative. From the literature review

conducted by the author, it can be concluded that the hedging transactions of government debt is

must be implemented immediately. The effectiveness of the hedging transaction is highly

dependent on the planning process, especially in the measurement of the estimated cost of that will

Page 2: TRANSAKSI LINDUNG NILAI (HEDGING) SEBAGAI INSTRUMEN MANAJEMEN RISIKO DALAM KEBIJAKAN UTANG PEMERINTAH

determine which hedging method will be choosed by the government. In order to implement the

optimal hedging transactions, the government needs to make improvements on the regulation of

hedging transactions and learn from other countries that have successfully hedged their foreign

debt.

Keywords: foreign exchange rate, government debt policy, hedging transaction.

Page 3: TRANSAKSI LINDUNG NILAI (HEDGING) SEBAGAI INSTRUMEN MANAJEMEN RISIKO DALAM KEBIJAKAN UTANG PEMERINTAH

PENDAHULUAN

Kontroversi kebijakan lindung nilai

(hedging) sempat memenuhi surat kabar dan

layar kaca pada pertengahan tahun 2014

kemarin. Hal tersebut bermula dari hasil

pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan atas

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun

2013 yang menunjukkan adanya kenaikan

utang luar negeri berdenominasi dollar AS

dari Rp1,981 triliun pada tahun 2012, menjadi

Rp2,375 triliun pada tahun 2013, atau naik

sebesar Rp393 triliun. Sekitar 41,43% dari

kenaikan utang tersebut, atau setara dengan

Rp163,24 triliun, merupakan kerugian selisih

kurs yang disebabkan melemahnya nilai tukar

rupiah terhadap dollar AS. Menurut BPK,

kerugian akibat selisih kurs tersebut dapat

dihindari apabila instansi pemerintah yang

memiliki pinjaman luar negeri dengan mata

uang asing melakukan transaksi lindung nilai

atau hedging.1

Hedging merupakan salah satu instrumen

manajemen risiko yang telah lazim digunakan

di industri keuangan. Mekanisme pelaksanaan

transaksi lindung nilai dalam pengelolaan

hutang pemerintah telah diatur melalui

Peraturan Menteri Keuangan Nomor

12/PMK.08/2013 dan Peraturan Menteri

BUMN Nomor 09/MBU/2013. Sementara itu,

mekanisme transaksi lindung nilai dari segi

1 Biro Humas dan Luar Negeri BPK. (2014). Siaran Pers Badan Pemeriksaan Keuangan - BPK : Perlunya Pengamanan Rupiah Melalui Transaksi Lindung Nilai (Hedging). Diakses pada tanggal 7 September 2014, dari http://www.bpk.go.id/news/bpk-perlunya-pengamanan-rupiah-melalui-transaksi-lindung-nilai-hedging

perbankan telah diatur dalam Peraturan Bank

Indonesia Nomor 15/8/PBI/2013.

Sebagai instrumen manajemen risiko,

hedging mampu melindungi suatu entitas dari

risiko kerugian akibat fluktuasi nilai tukar

mata uang. Namun, tidak tertutup

kemungkinan nilai tukar yang di sepakati

pada waktu kesepakatan kontrak hedging

ternyata lebih mahal dibandingkan nilai tukar

spot saat pelunasan utang, sehingga entitas

mengalami kerugian akibat selisih kurs.

Dalam ranah keuangan negara, selisih

tersebut dapat disalahtafsirkan sebagai

kerugian negara dan dapat berimplikasi

hukum bagi pejabat terkait. Hal ini

menimbulkan keraguan pemerintah dalam

pengambilan kebijakan terkait transaksi

lindung nilai.

Keraguan tersebut dapat dipahami

mengingat praktik hedging di Indonesia

masih jarang dilakukan. Perbedaan persepsi

antar entitas pemerintah mengenai kebijakan

hedging sangat mungkin terjadi. Hal tersebut

menjadi alasan BPK mengadakan rapat

koordinasi dengan Menteri Keuangan,

Menteri BUMN, Gubernur BI, Kapolri,

Kejaksaan Agung, KPK, dan BPKP untuk

membahas mengenai perlindungan nilai atas

utang pemerintah.2

Rapat koordinasi yang dimotori oleh BPK

tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan

hedging atas utang pemerintah telah menjadi

suatu kebutuhan, apalagi nilai mata uang 2 Ibid.

Page 4: TRANSAKSI LINDUNG NILAI (HEDGING) SEBAGAI INSTRUMEN MANAJEMEN RISIKO DALAM KEBIJAKAN UTANG PEMERINTAH

rupiah beberapa bulan terakhir sangat tidak

stabil dan cenderung melemah. Jika tak

segera menerapkan kebijakan lindung nilai,

dikhawatirkan utang luar negeri pemerintah

akan membengkak dan menyebabkan

jebolnya APBN saat jatuh tempo pelunasan

utang. Akan tetapi, benarkah hedging

merupakan langkah yang paling tepat untuk

mengatasi fluktuasi nilai tukar? Atau justru

akan menimbulkan kerugian negara yang

lebih besar?

Kontroversi kebijakan lindung nilai atas

utang pemerintah sangat menarik untuk

dibahas. Konsep hedging memang bukanlah

hal yang asing di pasar keuangan swasta. Tapi

harus kita akui, pelaksanaan hedging

merupakan hal yang baru dalam ranah

keuangan negara. Tak hanya isu kerugian

negara, pemilihan teknik hedging yang tepat

juga menjadi permasalahan utama.

Berdasarkan latar belakang tersebut,

penulis tertarik untuk menyusun makalah

berjudul “Transaksi Lindung Nilai (Hedging)

Sebagai Instrumen Manajemen Risiko Dalam

Kebijakan Utang Pemerintah” ini. Tujuan

penulisan makalah ini adalah memahami

konsep transaksi hedging dan mekanisme

pelaksanaannya terkait dengan manajemen

utang pemerintah. Melalui makalah ini,

pembaca diharapkan mendapatkan tambahan

pengetahuan mengenai transaksi hedging

sehingga dapat turut serta mengawasi

pelaksanaan kebijakan lindung nilai yang

dilakukan pemerintah atas utang luar negeri.

TINJAUAN PUSTAKA

Gambar-1: Kurs Transaksi USD Tahun 2012-

20143

Selama lima tahun terakhir, posisi utang

pemerintah dalam mata uang rupiah selalu di

atas 50% dari keseluruhan utang. Hal ini

selaras dengan kebijakan pemerintah yang

mengutamakan pinjaman dalam negeri

selama beberapa tahun terakhir. Walaupun

begitu, posisi utang pemerintah dalam mata

uang USD masih cukup besar, yaitu berkisar

di antara 20-28% selama enam tahun terakhir,

yang artinya Indonesia masih rentan terhadap

risiko nilai tukar.

Saat menerima pinjaman luar negeri

dalam valuta asing4, nilai utang maupun

jumlah cicilan utang yang harus dibayarkan

pemerintah sangat tergantung pada kurs saat

jatuh tempo. Jika mata uang rupiah

mengalami depresiasi terhadap mata uang

asing yang bersangkutan saat jatuh tempo,

3 Sumber: Profil Utang Pemerintah Pusat (Pinjaman dan Surat Berharga Negara) Edisi Desember 20134 komoditas yang terdiri atas mata uang asing yang diterbitkan negara-negara lain di luar mata uang domestik dan dapat diperjualbelikan di pasar valuta asing

Page 5: TRANSAKSI LINDUNG NILAI (HEDGING) SEBAGAI INSTRUMEN MANAJEMEN RISIKO DALAM KEBIJAKAN UTANG PEMERINTAH

jumlah mata uang rupiah yang dibutuhkan

untuk melunasi hutang dalam mata uang

asing akan menjadi lebih banyak. Untuk

meminimalkan dampak yang ditimbulkan

oleh kenaikan kurs mata uang asing tersebut,

pemerintah dapat melakukan lindung nilai

atas hutang luar negerinya.

Bank Indonesia mendefinisikan lindung

nilai sebagai cara atau teknik untuk

mengurangi risiko yang timbul maupun yang

diperkirakan akan timbul akibat adanya

fluktuasi harga di pasar keuangan.5 Sementara

itu dalam Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 12/PMK.08/2013, transaksi lindung

nilai didefinisikan sebagai transaksi yang

dilakukan oleh Pemerintah dengan

Counterparty6 dalam rangka mengendalikan

risiko fluktuasi beban pembayaran bunga dan

kewajiban pokok utang, dan/atau melindungi

posisi nilai utang, dari risiko yang timbul

maupun yang diperkirakan akan timbul akibat

adanya volatilitas faktor-faktor pasar

keuangan.

Transaksi lindung nilai telah lazim

digunakan oleh perusahaan yang bergerak di

bidang ekspor-impor atas hutang valuta

asingnya. Mereka melakukan perjanjian

dengan bank atau lembaga keuangan yang

menyediakan jasa lindung nilai untuk

membeli mata uang asing yang diinginkan di

5 Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/8/PBI/2013 Tentang Transaksi Lindung Nilai Kepada Bank Pasal 16 Bank atau Lembaga Keuangan Bukan Bank dan/atau Lembaga Keuangan Internasional yang bersedia dan sepakat melakukan Transaksi Lindung Nilai dengan pemerintah.

masa depan pada tingkat kurs yang telah

disepakati.

Transaksi lindung nilai bukannya tidak

mengandung risiko. Mungkin saja kurs yang

telah disepakati dengan Counterparty lebih

tinggi dari kurs spot mata uang saat jatuh

tempo. Namun, selisih yang timbul akibat

perbedaan kurs beli dengan kurs spot

seharusnya tidak dianggap sebagai ‘kerugian’

atau ‘keuntungan’, melainkan diperlakukan

sebagai biaya atau pendapatan atas proses

manajemen risiko.7

Walaupun segala biaya yang timbul

akibat transaksi lindung nilai, termasuk di

antaranya kerugian selisih kurs, menjadi

beban APBN dan tidak dianggap sebagai

kerugian negara, bukan berarti pemerintah

boleh mengambil kebijakan lindung nilai

secara serampangan. Pemerintah harus

melakukan perhitungan proyeksi nilai tukar di

masa mendatang secara hati-hati sehingga

dapat memilih teknik lindung nilai yang

paling tepat.

Menurut Jeff Madura dalam bukunya

yang berjudul International Financial

Management, terdapat empat metode hedging

yang dapat digunakan untuk melindungi nilai

hutang, yaitu futures hedge, forward hedge,

money market hedge, dan currency option

hedge.

Future Hedge dan Forward Hedge

7 Widya Octavia Dian AP. (2013). Mendudukkan Untung Rugi Dalam Neraca Hedging. Gerai Info Bank Indonesia Edisi, 43, hlm. 12

Page 6: TRANSAKSI LINDUNG NILAI (HEDGING) SEBAGAI INSTRUMEN MANAJEMEN RISIKO DALAM KEBIJAKAN UTANG PEMERINTAH

Forward contract dan future contract

memungkinkan suatu entitas untuk membeli

mata uang tertentu pada kurs. Pembeli dan

penjual akan melakukan negosiasi untuk

menentukan:

Mata uang yang akan entitas bayarkan

Mata uang yang akan entitas terima

Jumlah mata uang yang akan diterima

oleh entitas

Tingkat nilai tukar atas mata uang

tersebut

Waktu transaksi pertukaran

Konsep forward hedge dan future hedge

sangatlah mirip. Perbedaan antara keduanya

adalah dengan siapa entitas melakukan

perjanjian. Forward contract merupakan hasil

negosiasi antara entitas dan bank komersial,

sementara future contract dilakukan di pasar

modal secara terorganisir dan terstandarisasi.

Money Market Hedge

Penggunaan metode money market

hedging menggunakan instrumen pasar uang

untuk melindungi nilai hutang atau piutang di

masa yang akan datang dengan melakukan

pengambilan posisi di pasar uang. Beberapa

waktu sebelum utangnya jatuh tempo, entitas

meminjam mata uang domestik ke pasar uang

dan mengkonversikannya ke dalam mata

uang tertentu. Setelah itu, mata uang asing ini

akan diinvestasikan hingga pembayaran

hutang jatuh tempo. Ketika waktu jatuh

tempo tiba, entitas akan menarik uang yang

diinvestasikan beserta keuntungan yang

diperoleh untuk membayar utang luar

negerinya.

Currency Option Hedge

Dalam metode ini, entitas membayarkan

sejumlah uang sebagai premi atas hak/opsi

pembelian valuta asing pada harga yang

ditentukan dalam rentang waktu yang telah

disepakati. Berbeda dengan forward contract

dan future contract, entitas tidak diwajibkan

membeli mata uang pada harga yang telah

ditentukan. Jika saat jatuh tempo, kurs spot

lebih rendah dari kurs yang telah ditentukan

dalam kontrak, entitas dapat membiarkan opsi

tersebut berakhir dan membeli valuta asing

dalam kurs spot. Tentu saja apabila hal

tersebut terjadi, premi yang telah dibayarkan

dianggap ‘hangus’.

Cross Currency Swap

Selain keempat metode hedging di atas,

terdapat metode lain yang lazim digunakan

untuk melindungi nilai aset atau kewajiban

suatu entitas, yaitu tranksasi swap. Transaksi

swap merupakan gabungan dari transaksi spot

dan forward.

Pada metode cross currency swap,

terdapat dua pihak yang saling menukar dua

mata uang berbeda, dengan kurs yang

disepakati bersama. Praktik ini biasanya

berjangka panjang. Saat jatuh tempo, kedua

mata uang dipertukarkan kembali berdasarkan

kurs yang telah ditentukan dalam kontrak

swap.

Page 7: TRANSAKSI LINDUNG NILAI (HEDGING) SEBAGAI INSTRUMEN MANAJEMEN RISIKO DALAM KEBIJAKAN UTANG PEMERINTAH

METODOLOGI

Metode penelitian yang digunakan dalam

makalah ini adalah metode deskriptif

kualitatif. Menurut Nazir (1988: 63), metode

deskriptif merupakan suatu metode dalam

meneliti status sekelompok manusia, suatu

objek, suatu set kondisi, suatu sistem

pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada

masa sekarang.8

Makalah ini berusaha mendeskripsikan

fenomena pelaksanaan transaksi lindung nilai

sebagai bagian dari manajemen utang

pemerintah dan pengaruhnya terhadap pasar

mata uang. Teknik penelitian yang akan

digunakan adalah studi kepustakaan, yaitu

kegiatan mengamati berbagai literatur yang

berhubungan dengan pokok permasalahan

yang diangkat baik itu berupa buku, makalah

ataupun tulisan yang sifatnya membantu

sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman

dalam proses penelitian.

PEMBAHASAN

Gambaran Praktik Transaksi Lindung

Nilai Oleh Pemerintah Pusat Berdasarkan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor

12/PMK.08/2013

Secara garis besar, praktik transaksi

lindung nilai atas utang pemerintah dapat

diuraikan menjadi lima tahap, yaitu:

1. Penyusunan Kebijakan Lindung Nilai

8  Nazir. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Kebijakan Lindung Nilai disusun sebagai

pedoman dalam pelaksanaan kegiatan

Transaksi Lindung Nilai dan paling kurang

memuat tentang tujuan kebijakan lindung

nilai; target risiko pasar dari portofolio utang;

target batas volatilitas pembayaran kewajiban

utang; instrumen Lindung Nilai yang dapat

digunakan; dan masa berlaku kebijakan

2. Identifikasi Kebutuhan Transaksi Lindung

Nilai

Pada tahap ini, UPRU9 menyusun

kebutuhan Transaksi Lindung Nilai dengan

melakukan identifikasi eksposur utang,

identifikasi risiko, dan melakukan

pengukuran besaran risiko. Kebutuhan

Transaksi Lindung Nilai merupakan rencana

kebutuhan Transaksi Lindung Nilai yang

dapat dilaksanakan untuk periode suatu tahun

anggaran.

Kebutuhan Transaksi Lindung Nilai

disusun berdasarkan Kebijakan Lindung Nilai

yang meliputi: jenis dan besar eksposur; trend

pasar; toleransi risiko; kemungkinan untuk

dilakukan natural hedging; dan jenis

instrumen Lindung Nilai. Kebutuhan

Transaksi Lindung Nilai kemudian akan

disampaikan kepada Komite10 untuk ditelaah

dan diberikan rekomendasi. Setelah itu,

9 Unit Pengelola Risiko Utang - Unit eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang yang melaksanakan tugas di bidang analisis risiko utang.10 Komite Risiko Pengelolaan Utang - komite yang beranggotakan pejabat eselon II terkait di lingkungan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang yang bertugas memberikan rekomendasi kepada Direktur Jenderal dalam menetapkan kebijakan pengelolaan risiko utang yang bersifat strategis, signifikan dan memerlukan koordinasi antar direktorat di lingkungan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang.

Page 8: TRANSAKSI LINDUNG NILAI (HEDGING) SEBAGAI INSTRUMEN MANAJEMEN RISIKO DALAM KEBIJAKAN UTANG PEMERINTAH

Kebutuhan Transaksi Lindung Nilai akan

diteruskan kepada Dirjen Pengelolaan Utang

untuk mendapat persetujuan.

3. Pelaksanaan Transaksi Lindung Nilai

Berpedoman pada Kebutuhan Transaksi

Lindung Nilai, UPT11 menyusun proposal

Transaksi Lindung Nilai yang mencakup uji

prospektif, pilihan instrumen Lindung Nilai,

Counterparty yang direkomendasikan, dan

Hedging Trigger Point. Proposal kemudian

diteruskan kepada Komite untuk ditelaah dan

diberi rekomendasi.

Setelah mendapat proposal persetujuan

Dirjen Pengelolaan Utang, UPT melakukan

kontak dengan Counterparty yang tercantum

untuk mendapatkan kuotasi Transaksi

Lindung Nilai. Selanjutnya UPT menyusun

term sheet Transaksi Lindung Nilai dan surat

konfirmasi. Surat konfirmasi kemudian

dikirimkan kepada UPSP12.

4. Penatausahaan Transaksi Lindung Nilai

UPSP melakukan penatausahaan

Transaksi Lindung Nilai berdasarkan Surat

Konfirmasi yang diterima dari UPT dan

dokumen lainnya yang mencakup verifikasi

dan konfirmasi Transaksi Lindung Nilai,

pencatatan Transaksi Lindung Nilai, setelmen

atas Transaksi Lindung Nilai sesuai

dengan Perjanjian Induk, akuntansi dan

11 Unit Pelaksana Transaksi - unit eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang yang melaksanakan tugas di bidang penerbitan Surat Berharga Negara atau pengadaan pinjaman12 Unit Pelaksana Setelmen dan Pencatatan - unit eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang yang melaksanakan tugas di bidang setelmen dan pencatatan utang

pelaporan, dan penatausahaan dokumen-

dokumen Transaksi Lindung Nilai

5. Monitoring dan Evaluasi

UPRU melakukan monitoring dan

evaluasi terhadap kondisi dan kinerja

Counterparty serta efektivitas Transaksi

Lindung Nilai. Hasil monitoring dan evaluasi

tersebut kemudian disampaikan kepada

Komite dan unit terkait.

Gambaran Praktik Transaksi Lindung

Nilai Oleh Perusahaan BUMN

Berdasarkan Peraturan Menteri BUMN

Nomor 09/MBU/2013

Dalam rangka memitigasi risiko pasar,

BUMN wajib melakukan identifikasi,

pengukuran, pemantauan, dan pengendalian

risiko pasar secara efektif dalam rangka

memitigasi risiko pasar.Untuk mengendalikan

risiko pasar, BUMN dapat melakukan

Transaksi Lindung Nilai dengan

memperhatikan prinsip tata kelola perusahaan

yang baik, penerapan manajemen risiko, serta

Standar Akuntansi dan perpajakan.

Pelaksanaan Transaksi Lindung Nilai

dilakukan melalui lembaga keuangan BUMN

yang memiliki kapasitas dan kapabilitas yang

memadai. Dalam hal lembaga keuangan

BUMN tidak dapat melaksanakan dan/atau

tidak memenuhi persyaratan sebagaimana

dimaksud, Transaksi Lindung Nilai dapat

dilakukan dengan pihak lain yang memiliki

kapasitas dan kapabilitas memadai.

Page 9: TRANSAKSI LINDUNG NILAI (HEDGING) SEBAGAI INSTRUMEN MANAJEMEN RISIKO DALAM KEBIJAKAN UTANG PEMERINTAH

Dalam rangka melaksanakan Transaksi

Lindung Nilai, Direksi wajib menyusun

Kebijakan Lindung Nilai dan Prosedur

Operasional Standar dengan berpedoman

pada peraturan perundang-undangan dan

Anggaran Dasar Perusahaan. Kebijakan

Lindung Nilai dan Prosedur Operasional

Standar tersebut harus dievaluasi secara

berkala.

Pencatatan dan Pelaporan atas Transaksi

Lindung Nilai

Hingga saat ini pencatatan dan pelaporan

atas transaksi lindung nilai belum diatur

secara spesifik dalam standar akuntansi

pemerintah. Akan tetapi dalam sektor privat,

pencatatan dan pelaporan atas transaksi

lindung nilai telah diatur dalam PSAK No 55

mengenai Akuntansi Instrumen Derivatif dan

Aktivitas Lindung Nilai.

Berdasarkan PSAK No 55, Lindung Nilai

dapat dilakukan atas arus kas dari transaksi

dalam valuta asing yang diperkirakan akan

terjadi atau transaksi antar-perusahaan dalam

valuta asing yang diperkirakan akan terjadi

jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

Unit operasional yang memiliki risiko

valuta asing merupakan salah satu pihak

yang akan melakukan lindung nilai atas

instrumen valuta asing;

Transaksi yang dilindungi dilakukan

dalam valuta yang bukan merupakan mata

uang fungsional unit operasional tersebut;

Instrumen yang dilindungi nilainya

memenuhi seluruh kriteria akuntansi

lindung nilai yang ditetapkan dalam

PSAK13;

Jika transaksi yang dilindungi terdiri dari

sekelompok transaksi individual dalam

valuta asing, arus kas masuk dan keluar

dalam valuta asing yang diperkirakan

akan terjadi tidak boleh dimasukkan ke

dalam satu kelompok.

Urgensi Pelaksanaan Transaksi Lindung

Nilai

Hasil Pemeriksaan BPK atas Laporan

Keuangan Pemerintah Pusat, menunjukkan

adanya kenaikan utang luar negeri dari tahun

2012 senilai Rp1,981 triliun menjadi senilai

Rp2,375 triliun atau naik senilai Rp393

triliun, diantara kenaikan utang tersebut

adalah merupakan akibat selisih kurs senilai

Rp163,24 triliun atau sebesar 41,43%.

Pemerintah harus membayar adanya selisih

kurs tanpa adanya tambahan manfaat dari

pembayaran tersebut.

Sementara pada tahun 2014, pembayaran

cicilan pokok utang luar negeri yang jatuh

tempo dalam tahun 2014 diperkirakan

mencapai Rp64.536,2 miliar. Kenaikan

kewajiban pembayaran cicilan pokok utang

luar negeri tersebut terutama disebabkan oleh

depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar

Amerika Serikat, dan proyeksi perhitungan

terkini atas kewajiban pembayaran pokok

13 PSAK Nomor 55 Paragraf 41-42

Page 10: TRANSAKSI LINDUNG NILAI (HEDGING) SEBAGAI INSTRUMEN MANAJEMEN RISIKO DALAM KEBIJAKAN UTANG PEMERINTAH

utang yang akan jatuh tempo sampai dengan

akhir tahun 2014.14

Gambar2: Kurs Transaksi USD Tahun 2012-

2014

Dari gambar di atas dapat kita lihat bahwa

kurs transaksi USD mengalami peningkatan

tajam di paruh kedua tahun 2013. Sejak saat

itu, kurs USD terus berfluktuasi di kisaran

angka 11.000 – 12.250. Kenaikan kurs USD

tersebut berdampak negatif terhadap anggaran

pembiayaan, terutama utang luar negeri dan

SBN valas.15 USD Hal ini dikarenakan

depresiasi mata uang rupiah terhadap USD

membuat utang pemerintah Indonesia

meningkat.

Pelaksanaan transaksi lindung nilai dapat

meminimalkan dampak yang ditimbulkan

kenaikan kurs USD terhadap utang luar

negeri pemerintah. Badan Pemeriksa

Keuangan menganjurkan perusahaan BUMN

untuk segera menerapkan transaksi lindung

nilai atas utang luar negerinya dikarenakan

beberapa alasan sebagai berikut:

14 Berdasarkan Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan Tahun 201415 Ditjen Anggaran. (2014). Dasar-Dasar Praktek Penyusunan APBN di Indonesia Edisi II. Jakarta: Kementerian keuangan

Porsi BUMN dalam pembelian valas di

pasar valas domestic sangat dominan,

terutama dilakukan oleh Pertamina dan

PLN, sekitar 30% dari total pembelian

valas korporasi;

Pemenuhan kebutuhan valas BUMN

dalam jumlah besar tersebut dilakukan

hamper seluruhnya melalui jenis transaksi

TOD, TOM, dan SPOT;

Penggunaan transaksi lindung nilai

tersebut berdampak positif terhadap

kestabilan nilai tukar rupiah juga

bermanfaat dalam melindungi BUMN

dari kemungkinan kerugian kurs yang

lebih besar apabila terjadi gejolak nilai

tukar

Selain dapat melindungi utang luar negeri

pemerintah dari risiko fluktuasi nilai tukar,

penerapan transaksi lindung nilai juga dapat

berdampak positif terhadap kestabilan nilai

tukar.

Ketika pemerintah tidak melakukan

lindung nilai dan membeli mata uang asing di

pasar spot secara today saat tanggal jatuh

tempo, permintaan atas mata uang asing saat

akan tiba-tiba meningkat. Apabila hal ini

tidak diimbangi dengan jumlah penawaran

mata uang asing, maka kurs mata uang asing

tersebut akan mengalami apresiasi.

Sebaliknya jika pemerintah melakukan

transaksi lindung nilai, misalnya dengan

menggunakan forward contract,

Counterparty mempunyai kelonggaran waktu

Page 11: TRANSAKSI LINDUNG NILAI (HEDGING) SEBAGAI INSTRUMEN MANAJEMEN RISIKO DALAM KEBIJAKAN UTANG PEMERINTAH

untuk memenuhi kebutuhan mata uang asing

pemerintah. Transaksi forward juga memecah

konsentrasi pembelian today menjadi

transaksi yang lebih kecil dengan waktu yang

tersebar sehingga tekanan terhadap rupiah

akan lebih terkendali.16

Pemilihan Jenis Metode Lindung Nilai

Sebagaimana telah dijelaskan dalam

Tinjauan Pustaka, ada beberapa metode

lindung nilai yang dapat dipilih oleh

pemerintah. Agar dapat memilih metode

lindung nilai yang paling optimal, pemerintah

pusat dan BUMN dapat melakukan langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Memilih antara future hedge dan forward

hedge

Pada dasarnya metode future hedge dan

forward hedge sangatlah mirip, sehingga

entitas hanya perlu memilih metode mana

yang lebih disukai.

2. Memilih antara future/forward hedge dan

money market hedge

Ketika hendak memutuskan akan memilih

metode forward (future) hedge atau money

market hedge, entitas dapat melakukan

perhitungan atas biaya masing-masing

metode lindung nilai dan memutuskan

metode mana yang lebih cocok.

3. Menilai kelayakan Currency Option

Hedge

Distribusi estimasi arus kas keluar dari

metode Currency Option Hedge dapat diukur

16 Gatot Miftahul Manan. (2013). Mendorong Hedging BUMN. Gerai Info Bank Indonesia Edisi, 43, hlm. 6

dengan menentukan nilai yang diharapkan

dan kemungkinan bahwa biaya yang

dikeluarkan untuk metode ini lebih murah

dari metode lainnya.

4. Mempertimbangkan kemungkinan

penerapan metode Swap

Transaksi swap biasanya dilakukan oleh

bank yang bisa berperan sebagai perantara

atau sebagai lawan transaksi serta melibatkan

jumlah dana yang besar. Apabila terdapat

bank yang menawarkan lindung nilai dengan

metode swap, tidak ada salahnya untuk

menghitung estimasi biaya yang dikeluarkan

serta membandingkan dengan metode lindung

nilai lainnya.

Evaluasi atas Kebijakan Lindung Nilai

Setelah transasksi lindung nilai

dilaksanakan, pemerintah sebaiknya

mengukur hasil dari kebijakan lindung nilai

yang telah diambil. Evaluasi dapat dilakukan

dengan menghitung selisih antara biaya atas

kewajiban yang dilindung nilai dan biaya atas

utang yang tidak dilindung nilai sehingga

diperoleh Real Cost of Hedging Payable

(RCHp) dari kewajiban tersebut.

Jika ternyata biaya atas transaksi yang

dilindung nilai lebih besar dari transaksi spot

pasar uang. Maka perlu dicari tahu

penyebabnya apakah karena kesalahan dalam

proses perencanaan atau murni karena

mekanisme pasar. Dengan melakukan

evaluasi, pemerintah dapat memperbaiki

mekanisme transaksi lindung nilai di masa

depan sehingga diperoleh hasil yang optimal.

Page 12: TRANSAKSI LINDUNG NILAI (HEDGING) SEBAGAI INSTRUMEN MANAJEMEN RISIKO DALAM KEBIJAKAN UTANG PEMERINTAH

KESIMPULAN DAN SARAN

KEBIJAKAN

Transaksi lindung nilai merupakan salah

satu bentuk mitigasi atas risiko fluktuasi nilai

tukar yang telah umum digunakan di pasar

keuangan. Transaksi lindung nilai dapat

dilaksanakan baik atas aset maupun

kewajiban valuta asing yang dimiliki suatu

entitas

Fluktuasi nilai tukar mata uang rupiah

atas USD yang tidak stabil selama dua tahun

terakhir menyebabkan kenaikan utang luar

negeri pemerintah. Untuk meminimalkan

dampak risiko nilai tukar, pemerintah dapat

melakukan transaksi lindung nilai atas

instrumen utang pemerintah, baik dalam

bentuk pinjaman maupun SBN. Selain itu,

transaksi lindung nilai juga membawa efek

positif bagi stabilitas nilai tukar mata uang

asing.

Payung hukum atas pelaksanaan transaksi

lindung nilai terkait utang pemerintah telah

diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan,

Peraturan Menteri BUMN, dan Peraturan

Bank Indonesia. Dalam peraturan-peraturan

tersebut telah ditekankan bahwa segala biaya,

termasuk di antaranya kerugian akibat selisih

kurs, dianggap sebagai beban APBN dan

bukan merupakan kerugian negara.

Efektivitas transaksi lindung nilai sangat

tergantung pada ketepatan perhitungan

estimasi biaya yang dilakukan pemerintah

saat proses perencanaan. Dengan hasil

proyeksi yang tepat, pemerintah dapat

memilih metode lindung nilai yang paling

aman dan optimal. Untuk mendukung proses

perencanaan.

Payung hukum pelaksanaan transaksi

lindung nilai atas utang pemerintah telah

cukup kuat. Harusnya pemerintah tidak perlu

ragu lagi untuk melaksanakan lindung nilai

atas utang luar negerinya. Untuk mendukung

pelaksanaan kebijakan lindung nilai, penulis

menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Pemerintah perlu membuat aturan turunan

mengenai petunjuk teknis serta standard

operating procedure mengenai transaksi

lindung nilai yang dilakukan pemerintah;

2. Perlu disusun Standar Akuntansi

Pemerintah mengenai pencatatan dan

pelaporan atas transaksi lindung nilai

dalam laporan keuangan pemerintah.

3. Pemerintah dapat belajar kepada negara-

negara yang telah sukses menerapkan

transaksi lindung nilai atas transaksi

keuangannya, misalnya Australia dan

Singapura.

DAFTAR PUSTAKA

Biro Humas dan Luar Negeri BPK. (2014).

Siaran Pers Badan Pemeriksaan

Keuangan - BPK : Perlunya Pengamanan

Rupiah Melalui Transaksi Lindung Nilai

(Hedging). Diakses pada tanggal 7

September 2014, dari

http://www.bpk.go.id/news/bpk-

perlunya-pengamanan-rupiah-melalui-

transaksi-lindung-nilai-hedging

Page 13: TRANSAKSI LINDUNG NILAI (HEDGING) SEBAGAI INSTRUMEN MANAJEMEN RISIKO DALAM KEBIJAKAN UTANG PEMERINTAH

Ditjen Anggaran. (2014). Dasar-Dasar

Praktek Penyusunan APBN di Indonesia

Edisi II. Jakarta: Kementerian keuangan

Ditjen Pengelolaan Utang. (2013). Profil

Utang Pemerintah Pusat (Pinjaman dan

Surat Berharga Negara) Edisi Desember

2013. Jakarta: Kementerian Keuangan

Hanafi, Mamduh. (2009). Manajemen Risiko.

Edisi ke 2. Yogyakarta: UPP STIM

YKPN.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor

113/PMK.08/2014 Tentang Strategi

Pengelolaan Utang Negara Tahun 2014-

2017

Madura, Jeff. (2004). Manajemen Keuangan

Internasional Jilid 1. Edisi ke 4. Jakarta:

Erlangga.

Nazir. (1988). Metode Penelitian. Jakarta:

Ghalia Indonesia

Nurmalasari, Made Ratih dan Purnawati, Ni

Ketut. (2013). Perbandingan

Penggunaan Teknik Hedging Dengan

Open Position Dalam Meminimalisasi

Nilai Hutang Impor.

Peraturan Bank Indonesia Nomor

15/8/PBI/2013 Tentang Transaksi

Lindung Nilai Kepada Bank

Peraturan Menteri BUMN Nomor

09/MBU/2013. Tentang Kebijakan

Umum Transaksi Lindung Nilai Badan

Usaha Milik Negara

Peraturan Menteri Keuangan Nomor

12/PMK.08/2013 Tentang Transaksi

Lindung Nilai Dalam Pengelolaan Utang

Pemerintah

Republik Indonesia. (2013). Nota Keuangan

dan Rancangan Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara Perubahan 2013.

____. (2014). Laporan Keuangan Pemerintah

Pusat Tahun 2013 (Audited).

____. (2014). Nota Keuangan dan

Rancangan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara Perubahan 2014.

Sulistyo, Budi. (2014). Hedging Nilai Tukar

untuk Mengurangi Risiko Pelebaran

Defisit Anggaran. Diakses pada 7

September 2014, dari

http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/

files/Hedging%20Nilai%20Tukar

%20untuk%20Mengurangi%20Risiko

%20Pelebaran%20Defisit

%20Anggaran.pdf

Tim Redaksi Bank Indonesia. (2014). Gerai

Info Bank Indonesia Edisi 41. Jakarta:

Bank Indonesia