Media : Gambar dan power point Alat dan : Laptop dan LCD ...
Traksasional Dan Tranfornasional
-
Upload
taufik-akmal -
Category
Documents
-
view
13 -
download
3
Transcript of Traksasional Dan Tranfornasional
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dengan judul “Kepemimpinan Traksasional dan Transfornasional”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan mendukung dalam penyusunan makalah ini.
Penulis sadar makalah ini belum sempurna dan memerlukan berbagai
perbaikan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
semua pihak.
Jatinangor, Maret 2015
Penulis,
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................1
C. Tujuan...............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................2
A. Kepemimpinan Transformasional....................................................................2
B. Pedoman untuk Kepemimpinan Transformasional...........................................5
C. Kepemimpinan Transaksional (Erdiyansyah, 2010).........................................9
D. Karakteristik Pemimpin Transaksional dan Transformasional......................10
E. Perbedaan Antara Kepemimpinan Transformasinal dengan Kepemimpinan
Transaksional (Muhtar, 2010).........................................................................11
F. Cakupan Utuh Model Kepemimpinan.............................................................12
BAB III PENUTUP....................................................................................................14
A. Kesimpulan.....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebanyakan teori baru dari kepemimpinan transformasional terpengaruh oleh
James Mc Gregor Burns (1987). Burns membedakan antara kepemimpinan
transformasinal dengan kepemimpinan transaksional. Kepemimpinan transformasional
menyerukan nilai-nilai moral dari para pengikut dalam upayanya untuk meningkatkan
kesadaran mereka tentang masalah etis dan untuk memobilisasi energi dan sumber daya
mereka untuk mereformasi institusi. Kepemimpinan transaksional memotivasi para
pengikut dengan menyerukan kepentingan pribadi mereka. Pada intinya, kedua teori
tersebut menjelaskan kepemimpinan sebagai sebuah proses mempengaruhi komitmen
untuk sasaran bersama dan memberikan wewenang para pengikut untuk mencapainya.
Namun dalam pembahasan ini, kami akan megupas dua konsep kepemimpinan yaitu
tranformasional dan transaksional beserta beberapa karakteristik dan perbedaannya
secara rinci dan jelas.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah kepemimpinan transformasional itu?
2. Bagaimanakah dengan pedoman kepemimpinan transformasional?
3. Bagaimanakah kepemimpinan transaksional?
4. Bagaimana karakteristik pemimpin transaksional dan transformasional?
5. Bagaimana perbedaan model kepemimpinan transaksional dengan kepemimpinan
transformasional?
6. Bagaimanakah cakupan utuh model kepemimpinan?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan kepemimpinan transformasional.
2. Memahami pedoman kepemimpinan transformasional.
3. Mendeskripsikan kepemimpinan transaksional.
4. Mengetahui karakteristik pemimpin transaksional dan transformasional.
5. Memahami perbedaan model kepemimpinan transaksional dengan kepemimpinan
transformasional.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kepemimpinan Transformasional
Model kepemimpinan transformasional adalah model yang komprehensif yang
menggunakan pendekatan normatif (Usman, 2009). Model ini lebih sentralistik, lebih
mengarahkan, lebih mengontrol sistem. Model ini cenderung berbuat sewenang-wenang
karena kepemimpinan yang kuat, berani berkorban sebagai pahlawan, karismatik, dan
konsisten dengan teman sejawat dalam berbagai nilai-nilai dan kepentingan-kepentingan
umum. Jika model ini berjalan optimal, maka model ini melibatkan stakeholders dalam
mencapai tujuan.
Beberapa teori tentang kepemimpinan transformasional atau inspirasional
didasarkan pada ide dari Burns (1978), tetapi telah ada lebih banyak penelitian empiris
mengenai versi dari teori yang diformulasikan oleh Bass (1985,1996) dari pada versi
lainnya. Inti dari teori itu adalah perbedaan antara kepemimpinan transformasional dan
kepemimpinan transaksional. Kedua jenis kepemimpinan itu didefinisikan dalam hal
perilaku komponen yang digunakan untuk mempengaruhi para pengikut dan pengaruh
dari pemimpin dari para pengikut.
Dengan kepemimpinan transformasional, para pengikut merasakan kepercayaan,
kekaguman, kesetiaan, dan penghormatan terhadap pemimpin dan mereka termotivasi
untuk melakukan lebih dari pada yang awalnya diharapkan dari mereka. Menurut Bass,
pemimpin mengubah dan memotivasi para pengikut dengan:
1. Membuat mereka lebih menyadari pentingnya hasil tugas
2. Membujuk mereka untuk mementingkan kepentingan tim atau organisasi mereka
dibandingkan dengan kepentingan pribadi dan
3. Mengaktifkan kebutuhan mereka yang lebih tinggi.
Sebaliknya, kepemimpinan transaksional melibatkan sebuah proses pertukaran yang
dapat menghasilkan kepatuhan pengikut akan permintaan pemimpin tetapi
2
tidak mungkin menghasilkan antuasisme dan komitmen terhadap sasaran tugas. Bagi
Bass (1985), kepemimpinan transformasional dan transaksional itu berbeda tetapi bukan
proses yang sama-sama eksklusifnya. Kepemimpinan transformasional lebih
meningkatkan motivasi dan kinerja pengikut dibandingkan dengan kepemimpinan
transaksional, tetapi pemimpin yang efektif menggunakan kombinasi dari kedua jenis
kepemimpinan tersebut.
1. Perilaku Pemimpin
Perilaku pemimpin transformasional dan transaksional dijelaskan dalam hal dua
kategori luas atas perilaku, yang masing-masing memiliki sub kategori khusus.
Taksonominya terutama dikenali oleh analisis faktor dari kuesioner gambaran perilaku
yang disebut “Multifactor Leadership Questionnaire” (MLQ/ Kuesioner Kepemimpinan
Multifaktor). Formulasi asli teori tersebut (Bass, 1985) meliputi tiga jenis perilaku
transformasional: pengaruh ideal, stimulasi intelektual dan pertimbangan individual.
Pengaruh ideal adalah perilaku yang membangkitkan emosi dan identifikasi yang kuat
dari pengikut terhadap pemimpin. Stimulasi intelektual adalah perilaku yang
meningkatkan kesadaran pengikut akan permasalahan dan mempengaruhi para pengikut
untuk memandang masalah dari perspektif yang baru. Pertimbangan individual meliputi
pemberian dukungan, dorongan, dan pelatihan bagi pengikut. Sebuah revisi dari teori itu
telah menambahkan perilaku transformasional lainnya yang disebut “motivasi
inspirasional” yang meliputi penyampaian visi yang menarik dengan menggunakan
simbol untuk memfokuskan upaya bawahan dan membuat model perilaku yang tepat
(Bass dan Avolio, 1990).
Formulasi awal dari teori meliputi dua jenis perilaku transaksional: penghargaan
yang berhubungan dan manajemen pasif dengan pengecualian. Perilaku penghargaan
yang berhubungan meliputi klarifikasi pekerjaan yang dibutuhkan untuk mendapatkan
penghargaan dan penggunaan insentif dan penghargaan yang berhubungan untuk
mempengaruhi motivasi. Manajemen pasif dengan pengecualian meliputi penggunaaan
hukuman ya ng berhubungan dan tindakan korektif lainnya sebagai respons atas
penyimpangan dari standar kinerja yang diterima. Perilaku transaksional lainnya disebut
“manajemen aktif dengan pengecualian” telah ditambahkan dalam versi terbaru (Bass
3
dan Avolio, 1990). Perilaku ini didefinisikan dalam hal mencari kesalahan dan
melaksanakan peraturan untuk menghindari kesalahan.
Versi yang lebih baru dari teori ini juga meliputi laissez-faire, yaitu perilaku
yang memperlihatkan pengabaian pasif atas tugas dan bawahan. Kategori perilaku ini
paling baik dijelaskan sebagai tidak adanya kepemimpinan yang efektif bukannya
sebagai sebuah contoh dari kepemimpinan transaksional.
2. Proses Mempengaruhi
Proses mempengaruhi yang mendasari bagi kepemimpinan transaksional dan
transformasional tidak dijelaskan dengan jelas, tetapi mereka dapat disimpulkan dari
gambaran perilaku dan pengaruhnya pada motivasi pengikut. Proses mempengaruhi
yang utama bagi kepemimpinan transaksional barang kali merupakan kepatuhan
instrumental. Kepemimpinan transformasional barang kali melibatkan internalisasi
karena motivasi inspirasional meliputi pengucapan visi yang menarik yang
menghubungkan sasaran tugas dengan nilai-nilai dan idealisme pengikut.
Kepemimpinan transformasional juga terlihat melibatkan identifikasi pribadi karena
pengaruh ideal menghasilkan atribusi kharisma oleh pengikut kepada pemimpin.
Menurut Bass “kharisma merupakan unsur kepemimpinan transformasional yang
dibutuhkan, tetapi dirinya sendiri tidaklah mencukupi bagi proses transformasional”.
3. Kondisi yang Memudahkan
Menurut Bass kepemimpinan transformasional dianggap efektif dalam situasi
atau budaya apapun. Teori ini tidak menyebutkan suatu kondisi dimana kepemimpinan
transformasional autentik tidak relevan atau tidak efektif. Untuk mendukung posisi ini
hubungan positif antara kepemimpinan transformasional dengan efektifitas telah ditiru
oleh banyak pemimpin yang berada pada tingkatan otoritas yang berbeda, dalam jenis
organisasi yang berbeda dan dalam beberapa Negara berbeda (Bass, 1997). Kriteria dari
efektifitas kepemimpinan telah meliputi berbagai jenis ukuran berbeda. Bukti-bukti
mendukung kesimpulan bahwa dalam sebagian besar, jika bukan semua situasi,
beberapa aspek kepemimpinan transformasional adalah relevan. Namun, relevansi
universal tidak berarti bahwa kepemimpinan transformasional sama efektifnya dalam
semua situasi atau sama-sama mungkin terjadi. Sejumlah variabel situasional dapat
4
memperbesar kemungkinan kepemimpinan transformasional atau menguatkan
pengaruhnya pada pengikut. Contohnya meliputi sebuah lingkungan yang tidak stabil,
sebuah struktur organik (bukannya birokrasi mekanistik), budaya pengusaha, dan
dominasi dari unit perluasan batasan atas inti teknis.
B. Pedoman untuk Kepemimpinan Transformasional
Walaupun masih banyak hal yang harus dipelajari mengenai kepemimpinan
transformasional, terdapat cukup banyak pemusatan pandangan dalam temuan-temuan
dari jenis penelitian berbeda untuk menyatakan menyatakan beberapa pedoman tentatif
bagi para pemimpin yang berusaha untuk menginspirasikan dan memotivasi pengikut.
Pedoman itu didasarkan pada teori dan temuan penelitian yang meliputi:
1. Menyatakan misi yang jelas dan menarik
Para pemimpin transformasional memperkuat visi yang ada atau membangun
komitmen terhadap visi baru. Sebuah visi yang jelas mengenai apa yang dapat
dicapai organisasi atau akan jadi apakah sebuah organisasi itu akan membantu
orang untuk memahami tujuan, sasaran dan prioritas dari organisasi. Hal ini
memberikan makna pada pekerjaan, berfungsi sebagai sebuah sumber keyakinan
diri dan memupuk rasa tujuan bersama. Akhirnya, visi membantu memandu
tindakan dan keputusan dari setiap anggota organisasi, yang amatlah berguna saat
orang-orang atau kelonpok diberikan otonomi dan keleluasaan yang cukup besar
dalam keputusan ke pekerjaan mereka.
Keberhasilan dari sebuah visi bergantung pada bagaimana baiknya hal ini
disampaiakan kepada orang. Hal ini harus disampaikan berulang kali pada setiap
kesempatan dan dalam cara-cara yang berbeda. Bertemu dengan orang-orang
secara langsung untuk menjelaskan visi itu dan menjawab pertanyaan tentangnya.
Barangkali lebih efektif daripada bentuk komunikasi lainnya. Saat digunakan
bentuk komunikasi yang tidak terlalu interaktif (misalnya, surat atau pesan email
kepada pengikut, artikel newsletter, konferensi berita yang disiarkan ditelevisi,
pidato yang direkam di kaset video), amatlah berguna untuk memberikan
kesempatan kepada pengikut untuk mengajukan pertanyaan setelahnya (misalnya,
menggunakan email, hotline, pertemuan terbuka, atau kunjungan ke pertemuan
Departemen). Aspek ideologis dari sebuah visi dapat dikomunikasikan dengan
5
lebih jelas dan persuasif dengan bahasa emosional yang pernuh warna yang
meliputi perumpamaan yang hidup, metafora, anekdot, cerita, simbol dan slogan.
Metafora dan analogi amatlah efektif saat membangkitkan imajinasi dan
melibatkan para pendengarnya dalam upaya untuk memahaminya. Anekdot dan
cerita lebih efektif jika mereka lebih efektif jika mereka meminta simbol yang
memiliki akar budaya yang dalam, seperti pahlawan legendaries, tokoh yang
keramat dan cobaan berat dan kemenangan historis. Gaya berbicara yang dramatis
dan ekspresif memperbesar penggunaan bahasa yang penuh warna dalam
melakukan daya tarik emosional. Pendirian dan intensitas perasaan disampaikan
dengan suara si pembaca, ekspresi wajah, sikap dan gerak tubuh. Penggunaan
sajak, ritme dan pengulangan kata-kata dan kalimat penting dapat membuat visi
tersebut menjadi lebih berwarna dan menarik.
2. Menjelaskan bagaimana visi tersebut dapat dicapai
Tidaklah cukup hanya menyampaikan sebuah visi yang menarik; pemimpin juga
harus meyakinkan para pengikut bahwa visi itu memungkinkan. Amatlah penting
untuk membuat hubungan yang jelas antara visi itu dengan sebuah strategi yang
dapat dipercaya untuk mencapainya. Hubungan ini lebih mudah dibangun jika
strateginya memiliki beberapa tema jelas yang relevan dengan nilai bersama dari
para anggota organisasi (Nadler, 1998). Tema-tema memberikan label untuk
membantu orang memahami hal-hal dan permasalahan. Jumlah tema haruslah
cukup banyak untuk memfokuskan perhatian pada permasalahan penting, tetapi
tidak terlalu besar hingga menyababkan kebingungan dan membuang energi.
Tidak terlalu perlu untuk menyajikan sebuah rencana yang teliti dengan langkah
tindakan yang rinci. Para pemimpin tidak boleh berpura-pura mengetahui semua
jawaban tentang bagaimana mencapai visi itu, tetapi malahan harus member tahu
para pengikut bahwa mereka akan memiliki sebuah peran penting dalam
menemukan tindakan khusus apa yang diperlukan. Strategi untuk mencapai visi
itu paling mungkin berbentuk persuasif saat strateginya tidak konvensional
namun terus terang. Jika sederhana atau konvensional strategi itu tidak akan
mendatangkan keyakinan ada pemimpin, khususnya saat terdapat sebuah krisis.
3. Bertindak secara rahasia dan optimis
6
Para pengikut tidak akan meyakini sebuah visi kecuali pemimpinnya
memperlihatkan keyakinan diri dan pendirian. Adalah penting untuk tetap optimis
tentang kemungkinan keberhasilan kelompok itu dalam mencapai visinya,
khususnya di hadapan halangan dan kemunduran sementara. Keyakinan dan
optimisme seorang manajer dapat amat menular. Amatlah baik untuk menekankan
pada apa yang telah dicapai sejauh ini daripada berapa banyak lagi yang harus
dilakukan. Amatlah baik untuk menekankan pada apa yang telah dicapai sejauh
ini daripada berapa banyak lagi yang harus dilakukan. Amatlah baik untuk
menekankan aspek positif dari visi itu daripada halangan dan bahaya yang akan
dihadapi. Keyakinan diperlihatkan baik dalam perkataan maupun tindakan.
Kurangnya keyakinan diri dicerminkan dalam bahasa yang tentatif dan beberapa
isyarat non verbal.
4. Memperlihatkan keyakinan terhadap pengikut
Pengaruh yang memberikan motivasi dari sebuah visi tergantung pada dimana
bawahan yakin akan kemampuan mereka untuk mencapainya. Penelitian
mengenai “pengaruh Pygmalion” menemukan bahwa orang memiliki kinerja yang
lebih baik saat seorang pemimpin memiliki harapan yang tinggi bagi mereka dan
memperlihatkan keyakinan terhadap mereka. Terdapat kebutuhan yang lebih
besar untuk memupuk keyakinan dan optimism dalam diri mereka sendiri. Jika
tepat, pemimpin harus mengingatkan para pengikut tentang bagaimana para
pengikut dapat mengatasi halangan untuk mencapai kemenangan sebelumnya.
Jika mereka tidak pernah berhasil pemimpin dapat membuat sebuah analogi antar
situasi saat ini dengan keberhasilan dari tim atau unit organisatoris serupa.
5. Menggunakan tindakan dramatis dan simbolis untuk menekankan nilai-nilai
penting
Sebuah visi diperkuat dengan perilaku kepemimpinan yang konsisten dengannya.
Perhatian akan nilai atau sasaran diperlihatkan dengan cara bagaimana seorang
manajer menghabiskan waktunya, dengan keputusan alokasi sumber daya yang
dibuat saat terdapat pertukaran antar sasaran, dengan pertanyaan yang ditanyakan
manajer, dan dengan tindakan apa yang dihargai oleh manajer tersebut. Tindakan
dramatis dan jelas terlihat merupakan cara efektif untuk menekankan nilai
penting.
7
Tindakan simbolis untuk mencapai sebuah sasaran penting atau mempertahankan
sebuah nilai penting akan lebih mungkin memberikan pengaruh saat manajer itu
membuat resiko kerugian pribadi yang cukup besar, membuat pengorbanan diri,
atau melakukan hal-hal yang tidak konvensional. Pengaruh dari tindakan simbolis
makin meningkat saat mereka menjadi subjek dari cerita dan mitos yang tersebar
di antara para anggota organisasi dan diceritakan kembali terus menerus secara
bertahun-tahun kepada karyawan baru.
6. Memimpin dengan memberikan contoh
Satu cara seorang pemimpin dapat mempengaruhi komitmen bawahan adalah
dengan menetapkan sebuah contoh dari perilaku yang dapat dijadikan contoh
dalam interaksi keseharian dengan bawahan. Memimpin dengan memberikan
contoh terkadang disebut “pembuatan model peran”. Ini amatlah penting untuk
tindakan yang tidak menyenangkan, berbahaya, tidak konvensional, atau
kontroversial. Seorang manajer yang meminta bawahan untuk mengamati standar
tertentu juga harus mengamati standar yang sama. Seorang manajer yang
meminta bawahan untuk membuat pengorbanan khusus harus menetapkan sebuah
contoh dengan melakukan hal yang sama. Beberapa pemimpin militer yang paling
inspirasional adalah orang-orang yang memimpin orang-orang mereka di
peperangan dan bersama-sama menghadapi bahaya dan keadaan sulit bukannya
tinggal di belakang yang relatif aman dan nyaman. Sebuah contoh negatif
diberikan oleh para eksekutif dalam perusahaan besar yang mengalami kesulitan
keuangan. Setelah meminta karyawan untuk menangguhkan kenaikan gaji yang
diharapkan, para eksekutif menghargai diri mereka sendiri dengan bonus yang
besar. Tindakan ini menciptakan perlawanan di antara karyawan dan
merendahkan kesetian mereka kepada organisasi dan komitmen kepada misinya.
Sebuah pendekatan yang lebih efektif adalah menetapkan sebuah contoh dengan
memotong bonus untuk manajemen puncak sebelum meminta pengorbanan dari
karyawan lain.
7. Memberikan kewenangan kepada orang-orang untuk mencapai visi itu
Sebuah bagan penting dari kepemimpinan transformasional adalah memberikan
kewenangan kepada orang-orang untuk mencapai visi itu. Pemberian kewenangan
berarti mendelegasikan kewenangan untuk keputusan tentang bagaimana
8
melakukan pekerjaan kepada orang-orang dan tim. Ini berarti meminta orang
untuk menentukan sendiri cara terbaik untuk menetapkan strategi atau mencapai
sasaran, bukannya memberitahu mereka secara rinci tentang apa yang harus
dilakukan. Ini berarti mendorong bawahan untuk mengusulkan solusi masalah
dan mendukung bawahan yang memegang tanggung jawab untuk menyelesaikan
masalah itu sendiri. Memberikan kewenangan juga berarti mengurangi halangan
birokrasi atas bagaimana pekerjaan itu dilakukan sehingga orang memiliki lebih
banyak keleluasaan. Akhirnya, memberikan kewenangan berarti memberikan
sumber daya yang memadai bagi bawahan untuk menjalankan sebuah tugas
dimana mereka diberikan tanggung jawab.
C. Kepemimpinan Transaksional (Erdiyansyah, 2010)
Model kepemimpinan transaksional adalah hubungan antara pemimpin dengan
pengikut berdasarkan kesepakatan nilai atau proses pertukaran (transaksi uang).
Transaksi ini diharapkan menguntungkan kedua belah pihak.
Bass mengemukakan bahwa hubungan pemimpin transaksional dengan
karyawan tercermin dari tiga hal yakni:
1. Pemimpin mengetahui apa yang diinginkan karyawan dan menjelasakan apa yang
akan mereka dapatkan apabila kerjanya sesuai dengan harapan;
2. Pemimpin menukar usaha-usaha yang dilakukan oleh karyawan dengan imbalan;
dan
3. Pemimpin responsif terhadap kepentingan pribadi karyawan selama kepentingan
tersebut sebanding dengan nilai pekerjaan yang telah dilakukan karyawan.
Karakteristik kepemimpinan transaksional ditunjukkan dengan prilaku atasan
sebagai berikut (Bass dalam Robbins – Judge, 2008) :
1. Imbalan Kontingen (Contingensi Reward). Pemimpin melakukan kesepakatan
tentang hal-hal apa saja yang dilakukan oleh bawahan dan menjanjikan
imbalan apa yang akan diperoleh bila hal tersebut dicapai.
2. Manajemen dengan pengecualian / eksepsi Aktif (Active Manajemen By
exception). Pada manajemen eksepsi aktif pemimpin memantau deviasi dari
standar yang telah ditetapkan dan melakukan tindakan perbaikan, serta melakukan
tindakan perbaikan.
9
3. Manajemen dengan pengecualian / eksepsi pasif (Pasive Manajemen By
exception). Pada manajemen eksepsi pasif pemimpin melakukan tindakan jika
standar tidak tercapai.
Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja adalah sesuatu perasaan yang dimiliki masing2 individu
khususnya dalam menilai kerja. Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan sesuatu yang
bersifat individual, setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda sesuai
dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Makin tinggi penilaian terhadap kegiatan
dirasakan sesuai dengan keinginan individu, maka makin tinggi kepuasannya terhadap
kegiatan tersebut, dengan demikian kepuasan merupakan evaluasi yang
menggambarkan seseorang atas perasaan sikapnya senang atau tidak senang, puas atau
tidak puas dalam bekerja.
Kepuasan kerja adalah suatu perasaan yang menyokong atau tidak menyokong
diri pegawai yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun dengan kondisi dirinya.
Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek seperti upah atau
gaji yang diterima, kesempatan pengembangan karir, hubungan dengan pegawai
lainnya, penempatan kerja,jenis pekerjaan, struktur organisasi perusahaan, mutu
pengawasan. Sedangkan perasaan yang berhubungan dengan dirinya, antara lain umur,
kondisi kesehatan, kemampuan, pendidikan.
D. Karakteristik Pemimpin Transaksional dan Transformasional
Pemimpin transaksional (transactional leaders) mengarahkan atau memotivasi
bawahannya menjadi pada tujuan yang telah ditetapkan dengan cara memperjelas peran
dan tugas mereka. Pemimpin transformasional (transformational leaders) menginspirasi
para bawahannya untuk menyampingkan kepentingan pribadi mereka demi kebaikan
organisasi dan mereka mampu memiliki pengaruh yang luar biasa pada diri para
bawahannya. Pemimpin transformasional menaruh perhatian terhadap kebutuhan
pengembangan diri bawahannya, mengubah kesadaran atas isu-isu yang ada dengan
cara membantu orang lain memandang masalah lama dengan cara baru, serta mampu
menyenangkan hati dan menginspirasi bawahannya untuk bekerja keras guna mencapai
tujuan-tujuan bersama.
10
Karakteristik pemimpin transaksional dan transformasional (Robbin, 2008)
1. Pemimpin transaksional
Penghargaan bersyarat: menjalankan pertukaran kontraktual antara penghargaan
dan usaha, menjanjikan penghargaan untuk kinerja yang bagus, dan mengakui
pencapaian yang diperoleh. Manajemen dengan pengecualian (aktif): mengamati dan
mencari penyimpangan dari aturan-aturan dan standar, serta melakukan tindakan
perbaikan. Manajemen dengan pengecualian (pasif): dilakukan hanya jika standar tidak
tercapai. Laissez-Faire: melepaskan tanggung jawab dan menghindari pengambilan
keputusan.
2. Pemimpin transformasional
Pengaruh yang ideal: memberikan visi dan misi, menanamkan kebanggaan, serta
mendapatkan respek dan kepercayaan. Motivasi yang inspirasional: mengomunikasikan
ekspektasi yang tinggi, menggunakan simbol-simbol untuk berfokus pada upaya, dan
menyatakan tujuan-tujuan penting secara sederhana. Stimulasi intelektual:
meningkatkan kecerdasan, rasionalitas, dan pemecahan masalah yang cermat.
Pertimbangan yang bersifat individual: memberikan perhatian pribadi, memperlakukan
masing-masing karyawan secara individual, serta melatih dan memberikan saran.
Kepemimpinan transaksional dan transformasional hendaknya tidak dipandang
sebagai pendekatan yang saling bertentangan. Kedua jenis kepemimpinan ini saling
melengkapi, tetapi tidak berarti keduanya sama penting. Kepemimpinan
transformasional lebih unggul daripada kepemimpinan transaksional.
E. Perbedaan Antara Kepemimpinan Transformasinal dengan Kepemimpinan
Transaksional (Muhtar, 2010)
Menurut para ahli setidaknya terdapat dua gaya kepemimpinan, kepemimpinan
transaksional dan kepemimpinan transformasional. Kedua jenis ini mempunyai cara
pengertian yang berbeda, yang pada gilirannya akan mewujud dalam sistem dan praktik
yang berbeda. Kepemimpinan transformasional adalah sebuah proses yang memotivasi
orang dengan menarik cita-cita dan nilai moral yang lebih tinggi, mendefinisikan dan
mengartikulasikan visi masa depan dan membentuk basis kredibilitas. Sebaliknya,
kepemimpinan transaksional berdasarkan pada standar birokrasi dan organisasi.
11
Perbedaan antara gaya kepemimpinan transfomasional dan transaksional dapat
didefinisikan dengan menyebut gaya transformasional sebagai pemimpin inovasi dan
gaya transaksional sebagai manajer perencanaan dan kebijakan. Pandangan lain adalah
bahwa gaya transformasional mencipakan jalur baru dalam sebuah organisasi,
sementara gaya transaksional tergantung pada struktur yang ada. Sedangkan gaya
transaksional menggunakan kekuasaan dan kewewenangan yang telah ada pada
organisasi, pemimpin transformasional memotivasi orang untuk bekerja demi tujuan
baru yang lebih besar dan menciptakan perubahan. Kepemimpinan transaksional
sebaiknya berada pada jaringan kekuasaan; akan tetapi, kepemimpinan transformasional
memberikan motivasi yang lebih tinggi dan menambahkan kualitas hidup pada orang
dan organisasi. Kepemimpinan trasformasional memberikan karakteristik yang
menghasilkan tenaga yang memicu perubahan baru bagi organisasi, yang tidak dapat di
hasilkan pada kepemimpinan transaksional. Pemimpin transformasional yang bagus
menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memberikan semangat dan motivasi
orang agar percaya dan mengikuti teladannya.
F. Cakupan Utuh Model Kepemimpinan
Laissez-faire adalah model yang paling pasif dan karena itu merupakan perilaku
pemimpin yang paling tidak efektif. Para pemimpin yang menggunakan gaya ini jarang
dianggap efektif. Manejemen dengan pengecualian entah aktif ataukah pasif sedikit
lebih baik daripada Laissez-faire, tetapi masih dianggap tipe kepemimpinan yang tidak
efektif. Pemimpin yang menerapkan manajemen dengan pengecualian cenderung hanya
memberikan reaksi saat ada masalah, yang seringkali sudah terlambat.
Kepemimpinan yang memberikan penghargaan bersyarat bisa menjadi gaya
kepemimpinan yang efektif. Namun, pemimpin seperti ini tidak bisa mendorong
bawahannya untuk brekerja di luar cakupan tugasnya. Hanya dengan empat gaya
kepemimpinan yang lain semuanya merupakan aspek dari kepemimpinan
transformasional, pemimpin bisa memotivasi karyawan untuk bekerja di atas ekspektasi
dan mengorbankan kepentingan pribadi mereka demi kepentingan organisasi. Perhatian
individual, stimulasi intelektual, motivasi inspirasional dan pengaruh yang ideal,
seluruhnya mendorong bawahan untuk bekerja lebih keras, meningkatkan produktivitas,
memiliki moral kerja serta kepuasan kerja yang lebih tinggi, meninggikan efektivitas
12
organisasi, meminimalkan perputaarn karyawan, menurunkan tingkat kehadiran, dan
memiliki kemampuan menyesuaikan diri secara organisasional yang lebih tinggi.
Berdasarkan model ini, pemimpn umumnya paling efektif bila mereka secara rutin
menerapkan masing-masing dari keempat perilaku transformasional.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kepemimpinan transaksional merupakan sebuah kepemimpinan dimana seorang
pemimpin mendorong bawahannya untuk bekerja dengan menyediakan sumberdaya dan
penghargaan sebagai imbalan untuk motivasi, produktivitas dan pencapaian tugas yang
efektif.
Kepemimpinan transaksional menurut Bass memiliki karakteristik yaitu
Contingent reward (kontrak pertukaran penghargaan untuk usaha, penghargaan yang
dijanjikan untuk kinerja yang baik, mengakui pencapaian), Active management by
exception (melihat dan mencari penyimpangan dari aturan atau standar, mengambil
tindakan perbaikan), Pasive management by exception (intervensi hanya jika standar
tidak tercapai), Laissez-faire (melepaskan tanggung jawab, menghindari pengambilan
keputusan).
Kepemimpinan transformasional adalah kemampuan seorang pemimpin dalam
bekerja dengan dan atau melalui orang lain untuk mentransformasikan secara optimal
sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang bermakna sesuai dengan
target capaian yang telah ditetapkan.
Kepemimpinan transformasional menurut Bernard M. Bass memiliki
karakteristik yaitu Charisma (memberikan visi dan misi yang masuk akal, menimbulkan
kebanggaan, menimbulkan rasa hormat dan percaya), Inspiration (mengkomunikasikan
harapan yang tinggi, menggunakan simbol untuk memfokuskan upaya,
mengekspresikan tujuan penting dengan cara yang sederhana), Intellectual stimulation
(meningkatkan intelegensi, rasionalitas, dan pemecahan masalah secara teliti),
Individualized consideration (memberikan perhatian pribadi, melakukan pelatihan dan
konsultasi kepada setiap bawahan secara individual).
Perbedaan kepemimpinan transaksional dengan kepemimpinan transformasional
yaitu kepala sekolah transaksional bekerja di dalam budaya organisasi sekolah seperti
yang ada, sedangkan kepala sekolah transformasional mengubah budaya organisasi
sekolah.
14
DAFTAR PUSTAKA
Bustari, Meilina. Kepemimpinan Transformasional kepala Sekolah dalam
Meningkatkan Kinerja Organisasi,
http://eprints.uny.ac.id/76/1/5._KEPEMIMPINAN__TRANSFORMASIONAL__
KEPALA_SEKOLAH__DALAM_MENINGKATKAN_KINERJA_ORGANISASI.p
df diakses pada tanggal 29 November 2012 pukul 14.47
Danim, Sudarwan. 2010. Kepemimpinan Pendidikan (Kepemimpinan Jenius (IQ+EQ),
Etika, Perilaku Motivational dan Mitos). Bandung: Alfabeta.
Danim, Sudarwan. 2003. Menjadi Komunitas Pembelajar ( Kepemimpinan
Transformasional dalam Komunitas Organisasi Pembelajaran). Jakarta: Bumi
Aksara.
Mulyono. 2009. Educational Leadership (Mewujudkan Efektivitas Kepemimpinan
Pendidikan). Malang: UIN Malang Press.
Widodo, Joko. Kepemimpinan Pendidikan Transaksional dan Transformasional di SMK
Non Teknik. Fakultas Ekonomi UNNES.
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/DP/article/download/437/390 diakses
pada tanggal 29 November 2012 pukul 14.44
15