TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS...
Transcript of TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS...
i
TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS MODERNISASI
(STUDI KASUS MASYARAKAT GANDARIA SELATAN-CILANDAK)
DI SUSUN OLEH:
SYAMSUL BAHRI
NIM:10203224701
JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARUF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008
ii
Tradisi Tahlilan di Perkotaan Dalam Arus Modernisasi
(studi kasus Masyarakat Gandaria Selatan-Cilandak )
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat untuk Mencapai Gelar (S1)
Sarjana Sosial
Oleh
Syamsul Bahri
Nim : 102032224701
Dibawah bimbingan
Dra. Joharatul Jamilah M.Si
NIP. 150 282 401
JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARUF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008
iii
Pengesahan Panitia Skrispsi
Skripsi yang berjudul “ Tradisi Tahlilan diperkotaan dalam Arus Modernisasi
: Studi Kasus Masyarakat Gandaria Selatan Kec. Cilandak. Jakarta Selatan.” Telah
diajukan dalam sidang munaqasyah pada fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif
Hidayatullah 16 oktober 2008. Skripsi telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh Gelar Program Strata Satu (S1) pada jurusan Sosiologi Agama.
Sidang Munaqasyah
Ketua Sekretaris
Drs. Agus Darmaji.M.Fils Dra. Joharatul jamilah M.si
Nip : 150 262 447 Nip:150 282 401
Penguji I Penguji II
Dr. Masri Mansoer M.A Drs. M. Rifqi mukhtar M.A
Nip : 150 224 493 Nip : 150 282 120
Pembimbing
Dra. Joharatul Jamilah. M.si
Nip : 150 282 401
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Setiap individu selalu dibekali kemampuan untuk beradaptasi dengan
lingkungannya. Dalam memenuhi segala kebutuhannya manusia pasti dan selalu
membutuhkan kehadiran orang lain. Manusia adalah jenis mahluk yang hidup secara
kolektif . Tetapi, berbeda dengan kolektif binatang yang mendasarkan segala tingkah
lakunya pada naluri, maka segala tingkah laku manusia tercipta dengan cara belajar.
Segala tingkah laku manusia merupakan hasil belajar sehingga pola-pola tindakan dapat
berubah dengan cepat sesuai proses belajar manusia itu. Namun, kecepatan perubahan itu
tidak sama cepat pada berbagai kelompok manusia di muka bumi ini.
Masyarakat merupakan kumpulan individu yang berinteraksi, mereka saling
membutuhkan untuk memenuhi segala kebutuhannya. Dengan kemampuan akal budi
manusia menciptakan berbagai pola tingkah laku, ide dan materi budaya dalam usaha
adaptasinya. Kebudayaan sendiri dapat dirumuskan sebagai “seperangkat kepercayaan”.
Nilai-nilai dan cara berlaku (artinya kebiasaan ) yang dipelajari, umumnya dimiliki
bersama oleh para warga dari suatu masyarakat1 Oleh Linton, istilah kebudayaan
digunakan untuk, menyebut warisan sosial (social heredity) milik manusia.2 Kebudayaan
itu sendiri diartikan sebagai suatu keseluruhan, terbentuk dari sejumlah besar
1 T.O ihromi ( ed), pokok-pokok Antropolgi Budaya (Jakarta: PT Gramedia, 1980). H.22 2 Raplh Linton The study of Man (Bandung: jemmars, 1984) h.99
v
kebudayaan, yang masing-masing adalah karakteristik bagi sekelompok individu-
indivindu tertentu.
Berbekal akal pikiran, kemampuan belajar dan beradaptasi, manusia mampu
menghasilkan dan memiliki beragam pola kebudayaan. Pola-pola kebudayaan itu tidak
sama antara satu daerah dengan daerah lain didunia ini. Oleh karna itu, pola-pola
kebudayaan itu tidak memiliki unsur besar yang sama sehingga dapat dikelompokkan ke
dalam unsur-unsur kebudayaan universal. Unsur-unsur kebudayaan universal itu dapat di
jumpai di seluruh bangsa di dunia ini. Unsur- unsur kebudayaan universal itu ialah:
1. Sistem peralatan dan perlengkapan hidup
2. Sistem mata pencaharian hidup
3. Sistem kemasyarakatan
4. Bahasa
5. Kesenian
6. Sistem pengetahuan
7. Sistem religi3
Unsur-unsur kebudayaan universal itu merupakan isi dari kebudayaan umat
manusia pada umumnya. Hal itu berarti bahwa setiap kebudayaan yang ada selalu
mengandung ketujuh unsur tersebut dengan bentuk yang berbeda-beda baik masyarakat
maju perkotaan, masyarakat pedesaan sampai masyarakat primitif sekalipun.
Masyarakat di kota besar seperti di Jakarta yang telah diselimuti suatu proses
sosial yang dinamakan dengan proses modernisasi mempunyai banyak tanggapan para
tokoh besar di Indonesia tentang berbagai tentang pengertian modernisasi tersebut.
Menurut Cak Nur Modernisasi lebih dipahami sebagai proses industrilisasi yang diartikan
3 Koentjraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial (Jakarta : Dian Rakyat, 1992), h.7
vi
sebagai: “proses perubahan sosial, yaitu perubahan susunan kemasyarakatan dari suatu
sistem sosial praindustrial (agraris, misalnya) ke sistem sosial industrial. Kadang-kadang
juga disejajarkan dengan perubahan dari masyarakat pramodern ke masyarakat modern”
dalam konteks keagamaan kehidupan modern bisa menimbulkan efek negatif, dan
sekaligus menyimpan kandungan makna yang positif. Ia menyatakan bahwa bentuk
hubungan antara religiusitas dan industrilisasi atau modernisasi merupakan suatu
persoalan rumit yang banyak menimbulkan kontroversi.
Proses modernisasi menuntut adanya perubahan dengan penyesuaian diri dari
keadaan tradisional kepada keadaan yang modern. Kemoderanan ini merupakan keadaan
yang secara tidak disadari diinginkan oleh masyarakat. Akan tetapi keadaan modern ini
mempunyai konsekuensi kepada perubahan atau perampingan terhadap adat istiadat,
norma, nilai-nilai kebudayaan yang ada pada masyarakat sebelumnya.
Kebudayaan sebagai hasil belajar manusia selalu mengalami perubahan.
Perubahan yang terjadi dapat berlangsung di segala bidang. Arus modernisasi menjadikan
suatu perubahan antara lain mulai ditinggalkannya tata nilai yang lama maupun adat
istiadat yang telah menjadi bagian dari masyarakt itu sendiri, tetapi ada salah satu yang
menarik penulis dalam masayarakat kota di wilayah Jakarta Selatan yang nota benenya
adalah kota yang telah memiliki kapasitas masyarakat modern tetapi masih berkeyakinan
ataupun tradisi yang sampai saat ini masih bertahan dalam kehidupan masyarakat kota
dan memegang tradisi mereka secara turun temurun. Walaupun mereka telah menerima
banyak perubahan dalam hal kepercayaan, namun mereka tidak terlepas dari kepercayaan
terdahulu yang telah begitu lama mengakar dalam kehidupan mereka dan merupakan
kepercayaan yang diperoleh secara turun temurun. Ada beberapa sisi yang sampai
vii
sekarang masih terlihat, dimana hal itu merupakan perpaduan antara unsur kepercayaan
lama dengan kepercayaan baru mereka.
Tradisi dipahami sebagai suatu kebiasaan masyarakat yang memiliki pijakan
sejarah masa lampau dalam bidang adat, bahasa, tata masyarakat keyakinan dan
sebagainya, maupun proses penyerahan atau penerusan pada generasi berikutnya sering
proses penerusan terjadi tanpa pertanyaan sama sekali.4
Pada umumnya di Indonesia banyak tradisi-tradisi yang masih dijalankan oleh
masyarakat Indonesia yang multi etnik, Tetapi penulis tertarik pada tradisi membacakan
dzikir dan doa kepada orang yang sudah meninggal. pembacaan doa dan dzikir yang
dilaksanakan pada hari-hari tertentu ataupun rutinitas setiap minggunya baik di rumah-
rumah ataupun di masjid, di Indonesia tradisi itu dikenal dengan acara slametan,
ta’dziyah atau paling dikenal dengan acara Tahlilan.
Penghormatan seseorang yang hidup kepada orang yang telah meninggal agar
mendapatkan ampunan dari Tuhan yang maha Esa . Acara pembacaan tahlil atau Al-
quran yang dijadikan hadiah kepada mereka yang telah meninggal, pada hakikatnya
merupakan suatu doa atau istigfar yang dipanjatkan bagi orang yang meninggal dunia
agar pahala dari bacaan yang telah dibaca dihadiahkan kepada rohnya serta memohon
ampunan baginya, seperti yang tertera dalam surat Al-hasyr ayat 10:
��������� �� ���� ����
���������� ��� ������ � !�"
�#�$%&� �'()� �'(�*+��,-.�
�������� ��*����/�0
1�2�☺�4.��5� 67� �8��%9�� :5;
� 5���<�� �⌧�& �;�����>�
4 Hasan shadly, “tracy spenlor” Ensikklopedi Indonesia. Vol 6(Jakarta PT. Ichatiar Baru Van
aoeve)h.3608
viii
?� �� ��'(!�" �/A*5�
B��� " &CD�EF" 1GHI
Artinya:
“ Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor),
mereka berdoa: "Ya Rabb Kami, beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami
yang telah beriman lebih dulu dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan
kedengkian dalam hati Kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb
Kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang. (Q.S al-
hasyr 10)5
Tradisi tahlilan sebagai bagian budaya kolektif yang diwariskan secara turun
temurun itu sesungguhnya merupakan suatu kompleks ide-ide, gagasan, nilai-nilai dan
juga kompleks aktivitas manusia.
Menurut Budhi santoso, ada empat unsur yang diperlukan bagi kelestarian
kehidupan sosial, yaitu adanya pengelompokan sosial, pengendalian sosial, media sosial
dan norma sosial.6 Berkaitan dengan hal tersebut, maka tradisi tahlilan dapat dimasukan
ke dalam media sosial di mana acara tersebut berfungsi sebagai objek sikap emosional
mengingat ketahanannya sehingga dapat menghubungkan masa lampau dan menggerakan
atau menciptakan berbagai kegiatan.
Tradisi tahlilan bisa menjadi sebuah sarana peringatan atau dakwah yang baik
kepada setiap manusia yang beragama islam agar tidak lengah di kehidupan dunia ini,
sebagaimana dalam alquran menyebutkan:
"8 � JF%$�* �K)�M�)N ����K*OP� Q ��☺R*5�� �����O�� ���T"�UVW
�X���� �K�☺2YH�%�� ? ��☺)O
��Z[\E] 1�� "�A(�� 68^,�YVW�
5 Thohir Abdullah Al-Kaff, Status tahlil dalam Al-quran dan Al hadis (Surabaya;AL ustadz Umar
baradja,1997)hal.1 6 S. budhisantoso, Upacara Tradisional, “kedudukan dan fungsinya dalam masyarakat” Analisis
kebudayaan. Tahun IV no.2. 1983\1984
ix
)KA(�_%�� \�)�)O �]�)O Q ����
'`�Y�a%�� ��b�*"��� c75�
D2�e�� "�# %�� 1G5I
Artinya:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari
kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka
dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan
dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (7Q,S al-Imran
:185)
Status acara tradisi tahlilan dalam masyarakat Gandaria Selatan memiliki
kedudukan yang penting yaitu menyangkut masalah hubungan kepada Allah swt (
hablum minallah) dan hubungan kepada manusia (hablum minannas) . Melihat fenomena
semua ini, penulis sangat tertarik untuk mengkajinya lebih dalam . Terpenting untuk
penulis adalah bagaimana di masyarakat kota besar (metropolitan) ini seperti wilayah
Gandaria Selatan acara tersebut masih dijalankan dan bagaimana pengaruhnya bagi
masyarakat tersebut.
B. Batasan dan rumusan masalah
Pembahasan pokok masalah dari skripsi ini adalah : Bagaimanakah acara tradisi
tahlilan malam jumat pada warga Gandaria Selatan dapat menumbuhkan kekuatan
religiusitas dalam keberagamaan dimasyarakat Gandaria Selatan guna menfilterisasi
dampak negatif arus modernisasi.
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
7 Dr M. Quuraish shihab “membumikan al-quran” Jakarta: penerbit mizan 1993 h 237
x
Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui tentang pengertian tradisi tahlilan pada masyarakat Gandaria Selatan. Serta
kegunaan, motivasi dan hikmah tahlilan pada masyarakat Gandaria Selatan.
Adapun manfaat dari penelitian dan penulisan skripsi ini :
1. Sebagai referensi akademis bagi kajian sosiologi keagamaan.
2. Sedangkan yang bersifat praktis diantaranya dapat memberikan acuan atau
bahan pertimbangan bagi para calon peneliti yang ingin meneliti tradisi
tahlilan diperkotaan.
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian
1.1 Jenis Penelitian.
Jenis penelitan ini adalah penelitian sosial yang dilakukan di lapangan (field
research) yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan methode deskriptif analitik
yang mengambil di kelurahan Gandaria Selatan, kecamatan Cilandak. Subyek utama
penelitan adalah jamaah tahlilan 10 orang, dan 4 orang tokoh masyarakat yang banyak
mengetahui tentang kehidupan masyarakat Gandaria Selatan.
2. Teknik Pengumpulan Data.
Dalam pelaksanaan penelitan lapangan ini penulis menggunakan 3 (dua) macam
cara, yaitu:
2.1 Wawancara Mendalam (Depth Interview).
xi
Wawancara ialah tanya jawab dengan berhadapan muka untuk mendapatkan
keterangan secara lisan dari seorang responden.8 Wawancara dimaksudkan untuk
memperoleh informasi secara langsung dari responden atau informasi melalui tanya
jawab. Wawancara di sini dilakukan secara mendalam dan terfokus. Di harapkan dapat
memberikan informasi secara langsung dari responden atau informan termasuk
karakteristik sosial budaya (agama, suku, usia, tingkat pendidikan dan pekerjaan)
informan terhadap penulis.
2.2 Pengamatan (observasi).
Pengamatan merupakan pencatatan secara sistematik terhadap fenomena-fenomena
yang diselidiki.9 Tehnik pengamatan ini dimaksudkan agara peneliti dapat melihat
langsung aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh jamaah tahlilan agar memperoleh data
untuk kelengkapan hasil penelitian.
2.3. Metode Kepustakaan
Metode kepustakaan adalah dengan membaca, memahami dan menginterpretasikan
buku-buku yang diambil dari berbagai sumber sebagai kerangka acuan.
3. Instrumen Pengumpulan Data
Intstrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara dan buku
catatan. Pedoman wawancara di gunakan agar lebih fokus menggali apa yang menjadi
8 Sutrisno Hadi, metodologi research 2, (yogyakarta: yayasan penerbit fakultas psikologi
UGM,1981) h.136 9 Koentjoroningrat, metode-metode penelitian masyarakat,(Jakarta: Gramedia, 1985), h.129
xii
sasaran penelitaan. Sedangkan buku catatan digunkan untuk mencatat hal-hal yang dikira
sangat bermanfaat.
4.Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
Pendekatan ini digunakan untuk mempelajari masalah-masalah masyarakat, pandangan-
pandangan dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena ataupun fakta-fakta dimasyarakat
Gandaria Selatan. Adapun Data-data diperoleh melalui interview (wawancara) dan
observasi (pengamatan). Wawancara dilakukan secara mendalam dengan jamaah tahlilan
di Gandaria Selatan berkenaan dengan tradisi tahlilan dapat bertahan pada era
modernisasi di perkotaan. Wawancara ini dilakukan juga pada para ulama dan tokoh
masyarakat mengenai acara tahlilan dan perkembangan keagamaan di Gandaria Selatan.
Data-data tersebut di kumpulkan lalu diolah, dianalisis, dan dipaparkan secara deskriptif
yang kemudian disusun sebagai laporan tentang tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus
modernisasi di Gandaria Selatan kota madya Jakarta Selatan.
5. lokasi Penelitian.
Lokasi penelitian yang ditentukan oleh penulis berada di jalan Bahari kelurahan
Gandaria Selatan, kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan. Untuk menambah penelitian
yang lebih akurat, maka penulis mengunjungi tempat-tempat kegiatan acara tahlilan
dilakukan.
E. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdapat dari lima Bab yang masing-masing memiliki sub-sub bab
dengan penyusunan sebagai berikut:
xiii
Bab I Merupakan bab pendahuluan yang diawali : dari latar belakang masalah,
batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian , tinjauan literature,
metodologi penelitian, sistematika penulisan.
Bab II Menjelaskan tinjaun teoritis tentang pengertian tahlil, pengertian
modernisasi keberagamaan dalam pandangan sosiologi agama
Bab III Gambaran umum tentang kondisi masyarakat setempat, fasilitas umum:
bidang pendidikan, bidang ekonomi, bidang sosial, bidang agama.
Bab IV Acara tahlilan pada masyarakat kelurahan Gandaria selatan Jakarta selatan
meliputi , Bacaan tahlilan, interaksi dan integrasi jamaah tahlilan.
Berbagai pendapat tentang tahlilan menurut masyarakat Gandaria Selatan
Bab V Bab kelima merupakan tahap akhir dari penulisan skripsi, yang berisi
kesimpulan dan saran seputar persoalan yang diangkat dari awal sampai
akhir pembahasan.
xiv
BAB II
KAJIAN TEORI
A. PENGERTIAN TRADISI DAN TAHLILAN
1. Pengertian Tradisi
Setiap kelompok manusia yang hidup memiliki “warisan” tradisi yang berfungsi
sebagai struktur sosialnya, Istilah tradisi yang telah menjadi bahasa Indonesia, dipahami
sebagai sesuatu yang turun temurun dari nenek moyang.10
Tradisi merupakan pewarisan norma-norma, kaidah-kaidah, dan kebiasaan-
kebiasaan. Tradisi tersebut bukanlah suatu yang tak dapat diubah. Tradisi justru
dipadukan dengan aneka ragam perbuatan manusia dan diangkat dalam keseluruhannya.
Karena manusia yang membuat tradisi maka manusia juga yang dapat menerimanya,
menolak dan mengubahnya.11
Tradisi dalam kamus antropologi sama dengan adat istiadat yakni kebiasaan yang
bersifat magis religius dari kehidupan suatu penduduk asli yang meliputi mengunci nilai-
nilai budaya, norma-norma, aturan-aturan dan hukum yang saling berkaitan, dan
kemudian menjadi suatu sistem atau peraturan yang sudah mantap serta mencakup segala
konsepsi sistem budaya dari suatu kebudayaan untuk mengatur tindakan sosial.12
Tradisi dipahami sebagai suatu kebiasaan masyarakat yang memiliki pijakan
sejarah masa lampau dalam bidang adat, bahasa, tata kemasyarakatan, keyakinan dan
sebagainya, maupun proses penerusan yang terjadi tanpa dipertanyakan sama sekali
10 W.J.S poewadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta:balai pustaka 1995),h.1088 11 Van person, sosiologi kebudayaan,(Jakarta: konisius,1979)h.11 12Ariyono dan Aminuddi Siregar, Kamus Antropologi, (Jakarta: Akademika Pressindo,1985),h-4
xv
khusus dalam masyarakat tertutup dimana hal-hal yang telah lazim dianggap benar dan
lebih baik diambil alih begitu saja. Memang tidak ada kehidupan manusia tanpa sesuatu
tradisi.Tetapi bila tradisi diambil alih sebagai harga mati tanpa pernah dipertanyakan
maka masa kinipun menjadi tertutup dan tanpa garis bentuk yang jelas seakan-akan
hubungan dengan masa depanpun menjadi terselubung, tradisi lalu menjadi tujuan dalam
dirinya sendiri.13
Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tradisi merupakan segala
sesuatu yang telah dilakukakan dari zaman dahulu sampai sekarang, adapun baik - buruk
dari tradisi itu masyarakat tersebut yang menilainya.
Tradisi banyak mempunyai fungsi dan kekuatan dalam masyarakat setempat baik
di bidang spiritual maupun materiil. Karena dalam kehidupan masyarakat upaya manusia
untuk menciptakan rasa aman, tentram dan sejahtera merupakan simbolisasi dalam rantai
kehidupan agar tercipta tindakan-tindakan sosial yang teratur dalam masyarakatnya.
Tradisi keagamaan sebagai unsur dalam masyarakat dapat memberi peranan positif dalam
menciptakan rasa aman, tentram dan kesejahteraan selama masyarakat dan individu itu
menyakini kebenarannya secara mutlak
Seperti diketahui Indonesia yang multi etnik mempunyai macam-macam tradisi
yang berlandaskan pada simbol keagamaan yang ditransfer dalam bentuk upacara
ataupun ritual yang melambangkan kesakralan dalam pemaknaannya, sehingga
menjadikan tradisi tadi diakui dan diyakini mempunyai manfaat dan kebaikan baik bagi
individu ataupun bagi masyarkat sebagai wadah pengintergasian. Sebagaimana kata
Nottingham sebagai berikut:
13 Hasan shadily “tracy spenser” ensiklopedia indosia, Vol.6.(Jakarta : ichtiar baru van hoeve)
h.36.08
xvi
1. Masyarakat yang terbelakang dan nilai-nilai saklar. Tipe masyarakat ini
kecil, terisolasi, dan terbelakang. Anggota mayarakatnya menganut agama
yang sama. Tidak ada lembaga lain yang relatif berkembang selain lembaga
keluarga, agama menjadi fokus utama bagi pengintergasian dan persatuan
masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu , kemungkinan agama
memasukkan pengaruh yang saklar kedalam sistem nilai-nilai masyarakat
sangat mutlak.
2. Masyarakat praindustri yang sedang berkembang. Keadaan masyarakatnya
tidak terisolasi, ada perkembangan teknologi yang lebih dari tinggi dari tipe
pertama. Agama memberikan arti dan ikatan kepada sistem nilai dalam tipe
masyarakat ini.tetapi, pada saat yang sama, lingkungan yang saklar dan yang
sekuler sedikit-banyak masih dapat dibedakan. Misalnya, pada fase-fase
kehidupan sosial masih di isi oleh upacara-upacara keagamaan, tetapi pada
sisi kehidupan lain, pada aktivitas sehari-hari, agama kurang mendukung.
Agama hanya mendukung masalah adat istiadat saja. Nilai-nilai keagamaan
dalam masyarakat menempatkan fokus utamanya pada pengintergasian
tingkah laku perseorangan, dan pembentukan citra pribadi mempunyai
konsekuensi penting bagi agama. Salah satu akibatnya, anggota masyarakat
semakin terbiasa dengan penggunaan empiris yang berdasarkan penalaran
dan efisiensi dalam menanggapi masalah-masalah kemanusiaan sehingga
lingkungan yang bersifat sekuler semakin meluas.14
Keyakinan masyarakat pada suatu tradisi menjadikan masyarakat itu mempunyai
identitas sosial dan norma-norma yang menjadikan sebagai pijakan setiap individu-
individu guna mengatur suatu tindakan-tindakan sosial agar terbentuk citra pribadi dan
menumbuhkan kesatuan pada masyarakat akan ketergantungan salah satu anggota
masyarakat dengan anggota yang lainnya
Banyak teori yang dikemukakan para ahli untuk menjelaskan asal mula segala
bentuk religi di dunia ini, secara umum, teori tentang religi dapat dibagi kedalam tiga
bagian besar, yaitu teori-teori yang berorientasi kepada keyakinan religi, teori-teori yang
dalam pendekatan berorentasi kepada sikap manusia terhadap alam ghaib dan teori-teori
yang berorientasi kepada upacara religi. Dalam penelitian ini yang menjadi landasan teori
adalah teori tentang upacara religi karena fokus dalam penelitian ini adalah tentang
14 Elizabeth k.nottingham Religion and Society, terjemahan abdul muis naharong, penerbit cv
Rajawali, Jakarta, 1985, h, 31
xvii
proses pelaksanaan suatu upacara religi. Namun, hal ini tidak terlepas dari suatu
keyakinan dalam masyarakat yang mendasari tindakan dan menyebabkan mereka
berkelakuan serba religi. Dalam membahas prosesi upacara nanti, juga akan dianalisa
tentang komponen penting dalam ritus atau upacara religi yang dapat ditemui dalam
upacara tersebut.15
Manusia pada dasarnya menyadari bahwa di sekitarnya terdapat kekuatan di luar
kemampuannya yang mengatur dan memelihara alam semesta. Sejak permulaan manusia
menyadari hal itu sudah timbul berbagai upaya untuk menjelaskan kekuatan luar biasa
tersebut. Suatu bentuk keyakinan tertua menurut Lang adalah kepercayan terhadap dewa
tertinggi. Sementara Marret berpendapat bahwa bentuk tertua dari religi adalah keyakinan
akan hal luar biasa, emosi keagamaan dan upacara untuk menghormati kekuatan
itu.Kedua pendapat itu pada dasarnya menjelaskan bahwa manusia memang menyadari
segala kekuatan luar biasa yang mengelilinginya dan karena itu mereka melakukan
berbagai aktivitas yang bertujuan untuk menghormati kekuatan tersebut.16
Sebuah teori yang tidak berpangkal pada analisa sistem keyakinan atau pelajaran
doktrin dari religi, tetapi pada upacaranya dikemukakan oleh smith. Smith
mengemukakan gagasannya yang pertama, bahwa di samping sistem keyakinan dan
doktrin, sistem upacara juga merupakan suatu perwujudan dari religi atau agama yang
memerlukan studi dan analisa khusus. Dalam banyak agama, upacara tidak berubah,
namun latarbelakang, keyakinan, maksud atau doktrinnya berubah.
Kedua, upacara religi atau agama yang biasanya dilaksanakan oleh banyak warga
masyarakat pemeluk religi atau religi yang bersangkutan bersama-sama, mempunyai
15Koenjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi I (Jakarta: UI press,1988). H 58 16 Koenjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi I (Jakarta: UI press,1988). h 60-62
xviii
fungsi social untuk mengintensifkan solidaritas masyarakat. Ada diantara warga
masyarakat yang memang benar-benar ritual itu dengan sungguh-sungguh atau hanya
sekedar menjalankan kewajiban saja.
Ketiga, Smith mengajukan teori mengenai fungsi sesaji, menurutnya, upacara
pengorbanan atau sesaji itu merupakan aktivitas untuk mendorong rasa solidaritas dengan
dewa. Smith menggambarkan upacara sesaji sebagai suatu upacara yang gembira meriah
tetapi juga keramat dan tidak sebagai sebagai suatu upacara yang khidmat. Pemberian
sesaji di tempat-tempat keramat bertujuan untiuk mendukung kepercayaan mereka
terhadap adanya kekuatan mahluk halus agar jangan mengganggu. Selain itu juga
manusia mengharapkan berkah dan terhindar dari gangguan mahluk hidup lain.17
2. Pengertian Tahlilan
Tahlilan menurut bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata “ Hallala” yang
berarti mengucapkan “laa ilaaha illallah” seperti basmalah berarti membaca bismilla,
hamdala mengucapkan alhamdulillah dan seterusnya. Adapun bentuk kata kerjanya ialah
( hallala-yuhallilu) yang berarti membaca atau mengucapkan : Laa ilaaha illallah.
Bentuk masdarnya ialah: “Tahliilan-Attahliilu” yang berarti pembacaan ucapan: Laa
ilaaha illallah. 18
Tahlilan menurut definisi adalah pertemuan atau perkumpulan untuk membaca
tahlil yang dilakukan masyarakat di berbagai tempat, yaitu dengan membaca al-quran,
shalawat, istigfar, tahlil, dzikir kepada Allah swt dan di akhiri dengan doa kepada kepada
17 Koenjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi I (Jakarta: UI press,1988). h 68 18 Abdullah al-kaff thohir Status Tahlilan dalam Al-quran dan Al hadis (Surabaya: perguruan
islam “al ustadz umar baradja”,1997) hal. 7
xix
Allah swt yang isinya agar pahala dari bacaan yang telah dibaca dihadiahkan kepada
rohnya serta memohon ampun baginya.19
Kalimat la ilaha illah adalah kalimat yang menggambarkan tauhid, ia adalah
kalimat utama dalam maqam islam. Pertengahan dan tujuan akhirnya, ia adalah kaidah
atau aqidah islam, iman dan ihsan diatasnya dibangun agama dan kiblat. Ia meliputi
seluruh makna tauhid, dengan kalimat itu, semua utusan tuhan datang dan semua kitab
diturunkan, ia bisa menyelamatkan dari kecelakaan abadi dari siksa yang pedih. Semua
maqam yang tidak berdiri diatas kalimat la ilaha illah adalah batil. Semua amal dari
berbagai amal baik, tidak akan diterima kecuali dengannya makna kalimat tauhid adalah
mengesakan dzat yang qodim, azali dan Allahu ahad, ahad makna tidak terbilang Allah
adalah ismu al-azham (nama yang paling agung) sedang semua nama Allah yang lain
menjelaskan nama itu.20
Tahlil merupakan salah satu bentuk zikir, setiap zikir mempunyai keutamaan dan
kalimat “ laa ilaaha illallah” salah satu sigat zikir yang paling utama berdasarkan hadist
nabi “ Zikir yang paling utama adalah kalimat “laa ilaaha illallah”. Kenapa kalimat ini
sangat utama dan paling tinggi diantara sigat yang lain, kalimat laa ilaaha illallah kalimat
yang dibawa oleh para nabiyullah dalam berdakwah kepada seluruh umatnya mulai dari
nabi adam as sampai nabi kita Muhammad saw
Tradisi Tahlilan merupakan salah satu bagian dari bentuk sikap dalam konteks
sosial keagamaan. Istilah tahlilan sering dikaitkan dengan acara slametan ataupun
19 Thohir Abdullah Al-Kaff, Status tahlil dalam Al-quran dan Al hadis(Surabaya;AL ustadz Umar
baradja,1997) hal.1
20 Usman al sa,id al syarqawiy, makalh al-dzikr Bain al-Ibadat (kairo al-hai’ah al mishiriyyah al-
amanah ul kitab,1995), h 41-42
xx
ta’dziyah, karena ketiga hal tersebut merupakan kegiatan sosial dan keberagamaan yang
diyakini orang banyak dan mempunyai faedah-faedah bila dilaksanakan
Banyak masyarakat Islam menyakini tradisi tahlilan adalah suatu acara yang akan
menambah keimanan mereka dan solidaritas masyarakat akan semakin erat karena Islam
mempunyai banyak dimensi dalam memahami ajaran agamanya, keanekaragaman inilah
yang menimbulkan fenomena-fenomena sosial dalam masyarakat. Penulis sangat berhati-
hati dalam mejelaskan tulisan ini agar tidak terjadi kontradiktif dalam memahami tradisi-
tradisi Islam di masyarakat tersebut
Tradisi tahlilan yang masih dilaksanakan di setiap lapisan masyarakat di
Indonesia adalah tradisi yang turun temurun merupakan suatu kompleks ide-ide, gagasan,
nilai-nilai dan juga kompleks aktivitas manusia. Tradisi tahlilan merupakan apresiasi
keimanan yang bertujuan pendekatan manusia kepada tuhannya, karena iman bisa berada
pada tingkat keabstrakan yang sangat tinggi, yaitu sulit ditangkap hubungannya dengan
perilaku. Untuk menengahi antara iman yang abstrak dan tingkah laku atau amal
perbuatan yang konkret itu ialah melalui ibadah.21
Seperti diterangkan diatas isi pembacaan tahlil adalah mencakup semuanya
seperti membaca ayat Quran (Yaasin dan sebagainya) kemudian membaca Laa ila ha illa
Allah, Tasbih dan Takbir, sholawat dan salam atas junjungan Nabi Muhamad saw.
Setelah itu berdoa bersama pada Allah SWT, untuk roh-roh Anbiya (para Nabi-nabi),
ulama-ulama dan semua saudara-saudara muslimin yang telah meninggal agar
diampunkan dosa mereka, dinaikkan derajat mereka di surga dan rahmat Allah SWT agar
selalu mengiringi mereka. Kemudian berdoa pada Ilahi agar amalan-amalan, rahasia ilmu
21 Muhyidin Abdos Somad, Tahlil dalam pandangan Al-Quran dan As-Sunnah, (Kajian kitab
kuning); Surabaya PP. Nurul Islam 2005 h.7
xxi
dan kelebihan agama yang dikaruniakan oleh Allah SWT pada mereka waktu masih
hidup, semuanya itu agar Allah mengaruniakan juga pada manusia yang masih hidup ini.
Setelah itu dikeluarkan hidangan-hidangan, menurut kemampuan dan kerelaan masing-
masing, untuk para hadirin. Tujuan hidangan ini tidak lain agar menyemarakkan serta
menggembirakan para hadirin serta tidak ada paksaan dalam hal ini.
Praktik tradisi tahlilan merupakan ritual zikir yang bertujuan untuk mendekatkan
diri pada Tuhan yang Maha Esa agar mendatangkan manfaat-manfaat bagi kehidupan
atas dasar keyakinan yang kuat sehingga tradisi tahlilan ini tidak hanya sekedar
berkumpul saja tetapi memang memberikan suatu kontribusi spiritual bagi siapa saja
yang menyakininya,
Penulis tidak bisa memungkiri bahwa di Indonesia terdapat ajaran-ajaran tarekat
yang berkembang pesat sejak dahulu ketika islam masuk ke Indonesia, karena setiap inti
dari ajaran tarekat itu adalah praktek tentang zikir pada Allah swt. Zikir adalah kunci dan
sekaligus menempati sisi yang amat penting dalam tradisi tarekat, karena pengikut tarekat
meyakini dengan membaca zikir atau wirid asma Allah merupakan cara dalam
pembersihan diri untuk mencapai sifat Allah, yakni bersifat dengan sifat-sifat NYA yang
mulia sehingga dapat mencapai derajat insan kamil. 22
Tradisi tahlilan di masyarakat mempunyai fungsi yang kompleks dan
pemaknaannya pun sejauh mana masyarakat memahami tentang ajaran tradisi Islam ini
dalam konteks ke Indonesian, sehingga pandangan agama di masyarakat bersifat menyatu
dan universal agar tidak terjadi konflik golongan yang hanya akan merugikan pengikut
agama itu saja.
22Amsal bakhtiar, tarekat qadiriyah:pelopor Aliran-Aliran Tarekat di Dunia ,refleksi,Vol
VI,No.!2004, Jakarta
xxii
3. Tahlilan dalam Prespektif al-Quran dan al-Hadis
Di muka telah dijelaskan bahwa tahlilan berasal dari bahasa arab yaitu Hailata-
yuhalilu-Hailalan-Wa hailaltan yang mempunyai arti membaca tahlil atau kalimat
Lailahaillah.23
Pada dasarnya kata tahlil bersumber dari hadist nabi saw yang
diriwayatkan oleh Jabir yang berbunyi: “sebaik-baik bacaan zikir adalah mengucapkan
Lailahaillah.”Dan kalimat tahlil itu terangkum dalam dua kalimah syahadat yang
termasuk salah satu rukun Islam .
Awal mula adanya Tahlilan atau majlis dzikir sudah ada sejak masa nabi saw,
sebab syariat Islam diturunkan dan dianjurkan untuk memperbanyak dzikir kepada
Allah, baik secara sendiri-sendiri atau berjamaah. Dzikir yang dilakukan secara
berjamaah itulah yang disebut dengan majlis dzikir yang saat ini orang menyebutnya
dengan nama majlis Tahlil atau Tahlilan. Didalam al-Qura terdapat banyak ayat yang
menganjurkan umat islam memperbanyak berdzikir yaitu bertasbih, tahmid, takbir dan
tahlil kepada Allah swt, firman Allah itu adalah:
�Kh���iR2�� �;������ ?� ��
?��j�k%N� ��� ☯#%��N
m#�n⌧� 1GI p�)5E/�0�
'�#Q� r⌧b�s�W� 1tI
Artinya: ”hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah kepada Allah sebanyak-
banyaknya dan bertasbihlah memuji-Nya pagi dan petang”
{Q.S al-Ahzab: 41-42)24
Dan di dalam firman Allah yang lain adalah:
)N5u)O vwe%Y6x)� p'`�p<yz��
?�#�T%N��)O ��� �n☺2Y��
23 Lihat catatan kaki nomor 16 Bab II 24Sufyan Raji Abdullah, Bid’ahkah Tahlilan dan Keselamatan Kematian?, : Jakarta 2006, Putra
Grafika h,2
xxiii
(Y����� `:p�� ���{5�� U ` )N5u)O ��|(�*Oi�☺\a� ?�☺Y���i)O
p'`�p<yz�� ` A}5� p'`�p<yz��
\4�*�⌧� :p� ��~� ���)☺%��
�(/2�e�� �(�����A� 1GHZI
Artnya “Apabila kamu telah selesai mengerjakan shalat, berdzikirlah kepada Allah
disaat kamu berdiri, duduk atau diwaktu kamu berbaring”
{Q.S an-Nisa;103}
Berdasarkan ayat diatas bahwa manusia dituntut oleh Allah agar selalu
mengingatnya baik dalam situasi apapun baik itu rasa senang, bahagia apalagi menderita
agar selalu mengingat Allah swt.
Ada juga hadist yang menerangkan bahwa pada masa Rasullah saw, para sahabat
mengadakan halaqah atau majlis dzikir.25
Dalam majlis tersebut dibaca tasbih, tahmid,
takbir dan tahlil, sehingga para malaikat datang untuk membawa rahmat dan bahkan
mengikuti majlis tersebut. Hadis ini menunjukkan bahwa majlis dzikir telah ada sejak
masa nabi saw. Seperti di ketahui bahwa nabi tidak pernah bicara atas hawa nafsunya,
setiap yang di katakan nabi saw adalah wahyu dari Allah. Pernyataan tersebut
berdasarkan dari firman Allah yang berbunyi:
���� ��� �� 1�� [�'�O�� 1ZI
�}5� ��� c75� ⌦��� `����� 1I
Artinya: “Dan Muhammad tidak mengatakan sesuatu atas hawa nafsunya, melainkan
wahyu yang di wahyukan kepadanya”{Q.S an-najm;3-4}26
Acara pada Tahlilan adalah hanya sebuah nama atau sebutan saja bagi sebuah
acara dzikir dan doa bersama. Dikatakan majlis dzikir sebab sejumlah orang berkumpul
bersama-sama untuk munajat kepada Allah dengan berdzikir kepadaNya. Dan dikatakan
25 Sufyan Raji Abdullah, Bid’ahkah Tahlilan dan Keselamatan Kematian?, : Jakarta 2006 Putra
Grafika h.23 26 Sufyan Raji Abdullah, Bid’ahkah Tahlilan dan Keselamatan Kematian?, : Jakarta 2006 Putra
Grafika h.5
xxiv
majlis Tahlilan sebab sejumlah orang berkumpul bersama dan bermunajat kepada Allah
dengan mengucapkan kalimat tahlil, tasbih tahmid, takbir asmaul husna, shalawat pada
nabi saw dan al-quran. Dengan demikian jelas bahwa majlis tahlil sama dengan majlis
dzikir yang berbeda hanya nama atau istilah sedangkan hakikatnya sama saja.27
Acara tahlilan atau majlis tahlil adalah suatu perkumpulan yang dibentuk oleh
sejumlah umat Islam guna munajat kepada Allah dengan berdzikir dan doa
bersama.Acara ini biasanya dilakukan secara rutin atau mingguan ataupun bulananan atau
setiap malam jumat silih berganti dari rumah kerumah ataupun dimasjid.28
Sebagian kecil kalangan umat islam di Indonesia menilai bahwa acara tersebut
adalah bi’dah karena tidak ada contohnya pada waktu Muhamaad saw. Anggapan itu
sangat keliru dan hanyalah warisan paham yang sesat. Bila dilihat bacaan tahlil tidak satu
hurufpun yang menyimpang dari syariaat islam. Sedangkan membaca dzikir atau tahlil
dianjurkan oleh syariat islam , baik secara sendiri atau berjamaah, karena merupakan
ibadah lisan kepada Allah swt sebagaimana firman Allah Swt;
�:5��# �%N��)O �� ��# �%N�W
?�#�{\��� :J 67� I}�#�$Q)
1G5tI
Artinya: ” dan dzikirlah kepadaku niscaya Aku ingat kepadamu dan bersyukurlah
kepadaku dan janganlah kamu menjadi orang kafir”
{Q.S al-Baqarah:152}
Agar lebih jelas lagi penulis akan mengemukakan beberapa pendapat tentang
hukum melaksanakan majlis atau acara tahlilan terutama dengan acara tahlil atau
27 Thohir Abdullah Al-kaff, Status Tahlil dalam Al-Quran dan Al-hadis, penerbit buku Teladan,
Surabaya, H4 28 Sufyan Raji Abdullah, Bid’ahkah Tahlilan dan Keselamatan Kematian?, : Jakarta 2006 Putra
Grafika
xxv
berdzikir bersama dengan acara kematian untuk mendoakan dan hadiah pahala kepada
orang yang telah meninggal dunia? Adalah sebagai berikut :
1. Haram, tahlilan kematian atau doa bersama bila dalam acara tahlilan tersebut.
Sama yang dilakukan oleh masyarakat jahiliyah yang terdapat unsur kemusyrikan
dan bertentangan dengan syariat islam. Adanya keyakinan tidak sah atau tidak
boleh mengadakan selamatan kematian pada malam-malam ruh hadir kerumah
duka, lalu sang keluarga menyajikan makanan untuk sesaji dibawah terakahir
tempat tidur terakhir mayat dan mempersembahkan sesaji berupa 7 macam
jajanan atau jenis bunga tertentu.
2. Makruh, sebagian ulama berpendapat tahlilan kematian atau doa bersama terkena
hukum makruh bila hanya sekedar berkumpul, makan-makan kemudian pulang
karena menurutnya masih adanya tradisi budha namun tanpa adanya keyakinan
seperti yang diyakini orang budha, adanya ratapan atau nihayah29
yang
berlebihan dan harta yang digunakan dipaksakan dan di ada-adakan.
3. Mubah, tahlilan kematian atau doa bersama untuk mayit yang diperbolehkan bila
acara tersebut diisi dengan membaca al-quran, shalawat , dzikir, tasbih, tahmid,
tahlil, takbir dan doa bersama yang ditujukan untuk si mayit.30
Mayoritas ulama Ahlus sunnah wal jama’ah berpendapat bahwa boleh mengadakan
acara dzikir dan doa bersama kepada orang islam yang telah meninggal dunia, sebab doa
29Nihayah adalah memperlihatkan kesedihan yang melewati batas seperti menangissambil
menjerit, berbicar tidak karuan, memukul-mukul kepala, pipi dan dadanya sendiri, menggunakan busana
yang tidak pantas , membanting piring dan lain sebagainya 30 Sufyan Raji Abdullah, Bid’ahkah Tahlilan dan Keselamatan Kematian?, : Jakarta 2006 Putra
Grafika 67-70
xxvi
dan hadiah pahala bermanfaat bagi mayit. Pendapat ini berdasarkan dalil-dalil sebagai
berikut:
1. Allah menganjurkan mendoakan pada sesama muslim baik yang hidup atau
yang telah meninggal dunia, maka diperbolehkan mengadakan acara doa
bersamauntuk memohonkan ampunan bagi orang yang telah meninggal dunia.
Firman Allah yang berbunyi :
wp<����)O �ER*�W �7 �E2)�5� c75�
��� �#�$%�|0�� ��5/�*)�5�
�;~� ���)☺O<���
�42'(���)☺%��� Q ����
�p<���� �� Q�/R<)��|�
�� Q������� 1GxI
Artinya : “Dan mohonlah ampunan pada Allah untuk dosamu dan dosa-dosa
orang mukmin laki-laki dan perempuan{yang hidup atau yang telah
meninggal dunia}
(Q.S Muhammad :19)
Ayat tersebut menganjurkan kepada orang islam untuk mohon ampunan atas
dosa-dosa sendiri dan dosa-dosa orang mukmin dan mukminat baik yang
masih hidup atau yang telah meninggal. Baik dilakukan dengan cara bersama-
sama ataupun sendiri
2. Allah memuji kepada orang-orang mukmin yang mendoakan kepada sesama
muslim baik yang masih hidup atau yang telah meninggal dunia. Firman Allah
yang berbunyi :
��������� �� ���� ����
���������� ��� ������ � !�"
�#�$%&� �'()� �'(�*+��,-.�
�������� ��*����/�0
1�2�☺�4.��5� 67� �8��%9�� :5;
� 5���<�� �⌧�& �;�����>�
xxvii
?� �� ��'(!�" �/A*5�
B��� " &CD�EF" 1GHI
Artinya ; “Dan orang-orang yang dating setelah mereka, mereka berdoa’ Ya
Allah, ampunilah dosa-dosa kami dan dosa-dosa saudara kami
yang telah mendahului kami dengan keimanan {meninggal} jangan
jadikan hati kami benci{tidak mau mendoakan} kepada orang-
orang yang beriman. Wahai tuhanku sesungguhnya Engkau maha
arif dan bijaksana” (Q.S al-Haysr :10}
Ayat tersebut menunjukkan bahwa diperbolehkan mendoakan orang islam
yang telah meninggal dunia. Adapun caranya tidak terikat dengan cara-cara
tertentu dan tidak menyimpang dengan syariat agama islam.
3. Menurut madzhab Al-imam Ahmad bin Hambal dan jumhur ulama salaf,
hadiah pahala untuk orang meninggal sampai kepadanya, yang merupakan
pendapat sebagian rekan abu Hanifah, al-imam Ahmad berpendapat
menetapkan hal seperti ini yang disebutkan dalam riwayat Muhammad bin
yahya al-kahhal, dia berkata” Abu Abdullah pernah ditanya, seseorang
melakukan kebaikan , berupa shalat atau sadaqah atau lainnya, lau dia
membagi separuhnya untuk ayah dan ibunya, bagaiman dengan hal ini ? Aku
menjawab, aku juga akan berharap seperti itu’ atau dia berkata “shadaqah atau
apappun bisa sampai kepada orang yang sudah meninggal” dia juga berkata,
bacalah ayat kursi tiga kali, lalu baca surah al-ikhlas, lalu ucapkanlah,”Ya,
Allah, sesungguhnya keutamaannya bagi ahli kubur.31
4. Dalam hadist dar Ashim bin kulaib dari ayahnya seorang sahabat anshar
diterangkan bahwa diperbolehkan mengadakan doa bersama untuk mendoakan
orang yang telah meninggal dunia dan diperbolehkan menghidangkan jamuan
ala kadarnya guna menghormati tamu yang hadir. Hadis mempunyai arti
31 Ibnu Qayyim al-Jauziyah ar-Ruh li ibnul Qayyim, terjemah oleh Kathur Sunardi, penerbit
Pustaka al-Kautsar, Jakarta 2003Cet.12 h.199
xxviii
sebagai berikut :” Kami keluar bersama Nabi saw, untuk menghantar jenazah,
maka setelah kami pulang datang istri si mayat untuk mengundang kami
datang kerumahnya, kemudian ia menghidangkan makanan, Nabi saw pun
mengambil makanan dan beliau makan, kemudian para sahabat yang ikut di
undang juga ikut makan-makanan tersebut (HR, Ahmad)32
hadis ini juga
diriwayatkan oleh Al-baihaqi dalam Dalail Al-Nubuwah, dengan demikian,
Hadist tersebut menyatakan bahwa nabi Muhammad saw di undang oleh
keluarga mayit, yakni isteri dari orang meninggal dunia itu, Nabi saw dan para
sahabatnya berkumpul dirumah duka sesudah jenazah dikubur dan memaka-
makana yang disuguhkan kepadanya. Dan ibrahim Al-Halabi berkata” hadis
ini menunjukkan kebolehan mayat membuat makanan dan mengundang untuk
makan, jika makanan itu disuguhkan kepada fakir miskin, hal itu baik kecuali
jika salah satu ahli warisnya ada yang masih kecil, maka tidak boleh
diambilkan, dari harta waris si mayit.33
Dzikir dan doa kepada orang yang sudah meninggal adalah suatu anjuran
Rasullah saw agar umat islam mendoakan orang yang telah meninggal dunia dengan
tulus dan ikhlas sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA yang
berbunyi: “ Aku mendengar Rasullah saw, bersabda, jika kamu semua menshalati
mayit maka berdoalah dengan ikhlas dan lagi hadis yang diriwayatkan oleh abu dzar
Ra : yang artinya “ Dari abu dzar Ra, ada beberapa sahabat berkata kepada nabi saw,
Ya rasullah, orang-orang yang kaya bisa beruntung mendapatkan pahala yang banyak,
32 Sufyan Raji Abdullah, Bid’ahkah Tahlilan dan Keselamatan Kematian?, Jakarta 2006 Putra
Grafika h.34 33 Muhyidin Abdos Somad, Tahlil dalam pandangan Al-Quran dan As-Sunnah, (Kajian kitab
kuning); Surabaya PP. Nurul Islam 2005 h.27
xxix
padahal mereka shalat seperti kami shalat, mereka berpuasa seperti kami puasa,
mereka sedekah dengan kelebihan harta mereka, Nabi saw menjawab” bukankah
Allah swt telah menyediakan untukmu sesuatu yang dapat kamu sedekahkan ?
sesunggunya satu tasbih yang kamu baca adalah sedekah, setiap tahmid adalah
sedekah, dan setiap tahli adalah sedekah.34
Dalam kitab tafsir khazin karangan syaikh alaudin Ali bin Muhammad al-
Bagdady diterangkan“ dan pada dua hadist yang terakhir adalah dalil bahwasannya
shadaqah dan pahalanya dihadiahkan kepada mayat adalah bermanfaat bagi mayat
dan pahalanya sampai pada mayat dan ini merupakan kesepakatan ulama dan para
Ulama juga sepakat bahwa doa untuk mayat dan melunasi hutang mayat adalah
sampai pada mayat karena terdapat nas (al-quran dan hadis) yang
menerangkannya”.35
Ulama Ahlus sunnah wal jamaah bahwa acara tahlilan dan doa bersama yang di
hadiahkan untuk mayat tidak ada larangan bahkan dianjurkkan dan boleh pula
menghidangkan makanan ala kadarnya untuk menghormati tamu dan jangan
memaksakan.
B. MASYARAKAT PERKOTAAN DAN MODERNISASI
34Muhyidin Abdos Somad, Tahlil dalam pandangan Al-Quran dan As-Sunnah, (Kajian kitab
kuning); Surabaya PP. Nurul Islam 2005.h.29 35 Sufyan Raji Abdullah, Bid’ahkah Tahlilan dan Keselamatan Kematian?, Jakarta 2006 Putra
Grafika h.35
xxx
1. Pengertian Modernisasi
Secara harfiah istilah modern mengacu kepada lawan dari istilah ancient atau
traditional. Modernisasi adalah perubahan nilai-nilai, perubahan cita-cita dan orientasi
kembali aspirasi, Modernisasi berarti mengembangkan rasionalitas dan cara-cara berfikir
yang baru dan masuknya cara-cara itu kedalam setiap bidang kegiatan manusia,
modernisasi tentu saja perubahan yang dinamis, tetapi implikasinya mencakup tidak
hanya luntur tradisionalisme, tak adanya ketakutan akan perubahan, tetapi juga meliputi
usaha mewujudkan perubahan-perubahan.36
Proses modernisasi mencakup proses yang sangat luas, menurut Niel.J.Smelser.
Istilah modernisasai ialah suatu konsep sekeluarga dengan istilah’pembangunan
ekonomi’, tetapi lebih luas jangkaunnya menunjukkan bahwa perubahan-perubahan
teknik ekonomi dan ekologi berlangsung dalam keseluruhan jaringan sosial dan
kebudayaan. Dalam suatu Negara yang baru akan timbul perubahan-perubahan besar
yang mencakup antaranya:
• Dalam bidang politik sewaktu-waktu sistem kewibawaan suku dan desa yang
sederhana itu digantikan dengan sistem-sistem pemilihan umum, kepartaian,
perwakilan dan birokrasi pegawai negeri;
• Dalam bidang pendidikan sewaktu-waktu masyarakat berusaha mengurangkan
ke buta hurufan dan meningkatkan keterampilan-keterampilan yang
membawa hasil ekonomi;
• Dalam bidang religi, sewaktu sistem-sistem kepercayaan sekuler mulai
menggantikan agama-agama tradisionalisme;
36 Calvin goldschieder, populasi modernisasi dan struktur sosial, peterjemah Al-ghozie usman dan
andre bayo ala (Jakarta : cv rajawali, 1985) hal,141
xxxi
• Dalam lingkungan keluarga, ketika unit-unit hubungan kekeluargaan yang
meluas menghilang,
• Dalam lingkungan stratifikasi ketika mobiltas geografis dan social cenderung
untuk merenggangkan siste-sistem hirarki yang sudah pastidan turun
temurun.37
Lain halnya yang dikemukan Cak Nur, yang mengartikan bahwa’modernisasi
sebagai rasionalisasi yang ditopang oleh dimensi-dimensi moral dengan berpijak pada
prinsip iman kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan baginya perombakan pola berpikir dan
tata kerja lama yang tidak akliah (non rasional) dan menggantinya dengan pola berpikir
dan tata kerja baru yang akliah (rasional) harus didepankan dengan memajukan
penemuan-penemuan mutakhir dibidang ilmu pengetahuan dan sains teknologi38
.
Jadi bagi Cak Nur modernisasi itu bukan mengambil apa yang datang dari barat
gaya dan cara hidupnya, tetapi cara berfikir dan tata kerja yang rasional yang perlu
dicontoh dan di kedepankan.
Pendapat Cak Nur tersebut didukung oleh pendapat dari Sidi Gazarba,
menurutnya”modernisasi secara sederhana sebagai suatu proses pembaharuan dan
perubahan yang mengarah kepada apa yang lebih efektif dan “lebih efisien” dengan
mempergunakan ilmu dan teknologi, manusia akan mampu untuk mengembankan suatu
kehidupan sosial yang lebih damai, suatu kehidupan ekonomi yang lebih makmur, suatu
kehidupan fiqosofis39
.
37 Myron weiner (ed), Modernisasi Dinamika Pertumbuhan (Yogyakarta, Gajah Mada University
press,1984) h, 60 38 Nurkholis Madjid, Islam Kemodernan dan Keindonesian, (Bandung : Mizan,1998) h,84 39 Sidi gazaba, Modernisasi Dalam Persoalan Bagaimana Sikap Islam( Jakarta ;bulan
bintang,1973) h18
xxxii
Adapun Moore, mendefinisikan bahwa “konsep modernisasi” ialah suatu
transformasi secara menyeluruh masyarakat tradisional atau masyarakat pra-modern
menjadi masyarakat yang secara teknologi serta organisasi sosialnya berkaitan seperti apa
yang terdapat di negara-negara barat yang maju. Makmur dari ekonomi dan secara
relative stabil dari segi politik.40
Bagi masyarakat islam kebenaran diyakini sebagai way of life, semua nilai dasar
yang tercantum dalam kitab suci al-quran. Dengan sendirinya juga menganut cara berfikir
yang islami dan berpendapat bahwa modernisasi adalah suatu keharusan, malahan suatu
kewajiban yang mutlak, modernisasi merupakan pelaksanaan dan ajaran tuhan yang maha
Esa. Modernisasi berarti berfikir dan bekerja menurut fitrah dan sunatullah yang haq
(sebab alam adalah Haq) sunatullah telah mengejawantahkan dirinya dalam hukum alam,
sehingga untuk dapat menjadi modern, manusia harus mengerti terlebih dahulu alam itu
(perintah Allah).
Bagaimanapun definisi modernisasi, bukan berarti modernisasi bergaya hidup
barat adalah modern, melainkan suatu perubahan yang didasarkan atas pertimbangan
kebebasan dan rasionalitas. Karena dalam masyarakat perubahan sosial merupakan suatu
keharusan dan sikap mental dari setiap masyarakat itu pula yang menanggapi hal-hal
yang baru itu boleh menjadi panutan ataupun diabaikan saja.
2. Karakteristik Masyarakat Modern.
Istilah modernisasi sering dipakai oleh masyarakat, namun tanpa ada suatu
batasan yang jelas sebab modernisasi mencakup dalam bidang yang sangat luas. Dalam
pengertian modernisasi mencakup suatu transformasi total dari kehidupan bersama yang
40 Norman long, Pengantar Sosiologi Pembangunan Pedesaan, (Jakarta : pt.bina aksara,1997)
h,12
xxxiii
bersifat tradisional atau pro modern dalam arti teknologi serta organisasi-organisasi sosial
kearah pola-pola ekonomis dan praktis yang menjadi cirinya Negara barat yang stabil.
Dalam ilmu pengetahuan sosial, modernisasi diartikan sebagai suatu sikap yang
mempunyai cenderung untuk mendahulukan sesuatu yang basru dari pada yang bersifat
tradisi atau suatu sikap pikiran yang hendak menyesuikan dengan soal-soal yang sudah
menatap menjadi adat kepada kebutuhan baru.
Modernisasi merupakan suatu proses perubahan sosial dimana masyarakat yang
sedang mempembaharui dirinya berusaha mendapat cri-ciri masyarakat modern
mencakup lingkungan intern antara lain seperti sikap, nilai dan perasaan sedangkan yang
mencakup ekstern antara lain masalah lingkungan urbanisasi, pendidikkan, politik,
komunikasi dan industri.
Ciri-ciri pada masyarakat modern menurut Prof, Alex Inkeles asal Amerika
Serikat, adalah:
1. Menghargai waktu dan lebih berorientasi kepada masa depan.
2. Percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Memiliki sifat untuk menerima hak-hak baru yang terbuka untuk perubahan.
4. Lebih bersifat demokratis.
5. Menjunjung tinggi tindakannya artinya pemberian imbalan sesui dengan
prestasinya.
6. Dalam melakukan tindakan lebih percaya diri.
7. Pekerjaannya selalu lebih diperhitungkan.
8. Memiliki perencanaan dan pengorganisasian yang jelas.
Cakupan dari proses modernisasi ini sangat luas, bahkan batasannya tidak dapat
ditetapkan secara mutlak. Modernisasi sebagai suatu konsep dalam ilmu sosial dapat
diartikan sebagai suatu sikap pikiran yang mempunyai kecenderungan untuk
mendahulukan sesuatu daripada yang bersifat tradisi. serta suatu pikiran yang hendak
menyesuaikan dengan soal-soal yang menetap dan menjadi kebutuhan baru.
xxxiv
sedangkan menurut lauer, diantara ciri-ciri kemodernan yang di sepakati para ahli
adalah :
1. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang terus berlanjut atau setidaknya tingkat
pertumbuhan yang cukup untuk meningkatkan produksi maupun konsumsi secara
tetap.
2. Kadar partisipasi rakyat dalam pemerintahan yang memadai.
3. Difusi norma-norma sekuler-rasional dalam kebudayaan.
4. Peningkatan mobilitas dalam masyarakat.
5. Transformasi kepribadian individu, sehingga dapat berfungsi secara efektif dalam
tatanan sosial yang sesuai dengan tuntutan kemodernan.41
3. Karakteristik Masyarakat Perkotaan.
Setiap negara memiliki definisinya masing-masing mengenai kota untuk
kepentingan sensusnya. Sosiolog Belanda, Grunfeld mendefinisikan kota adalah “suatu
pemukiman dengan kepadatan penduduk yang lebih besar daripada kepadatan wilayah
nasional, dengan struktur mata pencaharian non agraris dan guna tanah yang beraneka,
serta dengan pergedungan yang berdirinya berdekatan”. Dengan demikian maka
pengkotaan berjalan sejajar dengan perkembangan dimana penduduk tak tergantung
langsung dari alam lingkungan. Dengan kata lain, pengkotaan merupakan bagian dari
proses modernisasi.42
41 Robert H, Lauer, Perspektif Tentang Perubahan Sosial, Terj.( Jakarta : Rineka cipta,1993) h, 63 42 N. Daldjoeni, Seluk Beluk Masyarakat Kota (pusparagam Sosiologi Kota dan Ekolgi Sosial)
(Bandung :P.T Alumni) h.46
xxxv
Dalam proses urbanisasi di setiap Negara, perubahan sosial akan benar-benar
terjadi, urbanisasi dan pertumbuhan kota dipandang sebagai indikator modernisasi dan
kemajuan. Menurut Daniel Lerner menyatakan bahwa” urbanisasi merupakan prakondisi
untuk modernisasi dan pembangunan: adalah perpindahan penduduk dari daerah
pedalaman ke pusat-pusat kota yang menstimulasi kebutuhan dan menyediakan syarat-
syarat yang dibutuhkan untuk ‘tinggal landas’ kearah partisipasi yang lebih meluas.43
Urbanisasi merupakan salah satu proses yang tercepat diantara perubahan-
perubahan sosial diseluruh dunia, urbanisasi dapat pula dikatakan proses terjadinya
masyarakat perkotaan.
Adapun ciri-ciri pada masyarakat perkotaan adalah sebagai berikut:
1. Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan
kehidupan agama di desa. Ini disebabkan cara berfikir yang rasional, yang
didasarkan pada perhitungan eksak yang berhubungan dengan realta
masyarakat. Memang di kota-kota orang juga beragama, akan tetapi pada
umumnya pusat kegiatan hanya tampak ditempat-tempat ibadah.
2. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus
bergantung pada orang lain. Yang penting disini adalah manusia perseorangan
atau individu. Di desa orang lebih mementingkan kelompok atau keluarga. Di
kota kehidupan kelauarga sering sukar untuk disatukan, karena perbrdaan
agama dan seterusnya.
43 Evers,Hans Diater, sosiologi perkotaan; urbanisasi dan sengketa tanah di Indonesia dan
malaysia (Jakarta :LP3ES,1986) h.49
xxxvi
3. Pembagian kerja diwarga kota juga lebih tegas dan punya batas-batas nyata.
Di kota, tinggal orang-orang dengan aneka warna latar belakang sosial dan
pendidikan yang menyebabkan individu memperdalami suatu bidang
kehidupan khusus.
4. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan, juga lebih banyak
diperoleh warga kota daripada warga desa, karena sistem pembagian kerja
yang tegas tersebut diatas.
5. Jalan fikiran rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan,
menyebabkan interaksi-interksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor
pribadi.
6. Jalan kehidupan yang cepat dikota, mengakibatkan pentingnya faktor waktu,
sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting, untuk dapat mengejar
kebutuhan-kebutuhan seorang individu.
7. Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata dikota-kota, karena kota
biasanya terbuka dalam menerima pengaruh luar. Hal ini sering menimbulkan
pertentangan antara golongan tua dengan golongan muda. Oleh karena
golongan muda yang belum sepenuhnya terwujud kepribadiannya, lebih
senang mengikutu pola-pola baru dalam kehidupan.44
Memang perubahan sosial terjadi dimana-mana tidak dapat dihindari. Tidak
semua perubahan itu akan berpengaruh positif bagi masyarakat. Karena adakalanya
perubahan itu akan berdampak negatif. Adapun perubahan sosial itu yang membentuk
44
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Penganta Sosiologi suatu Pengantar, Jakarta, PT Raja
Grafindo, cet,ke33, Januari 1997
xxxvii
suatu komunitas karena adanya urbanisasi yang cukup besar dari daerah-daerah yang
terpencil.
Dalam sosiologi dikenal pula istilah community sebagai lawan mass society.
Community pada pedesaan dimana masyarakatnya bersatu dalam pemukiman,
mengidentikan diri dengan sesamanya, mampu bekerja sama, memiliki tradisi, nilai-nilai
dan perhatian bersama. Adapun mass society dikenakan pada kepada masyarakat kota
yang anggota-anggota saling terpisah, tak saling kenal, lebih terikat kontrak daripada
kekeluargaan, hubungannya serba lugas, lepas dari pribadi dan sentimen, tanpa ikatan
tradisi dan tanpa kepemimpinan mapan. Dengan keterangan ini sebenarnya di dalam
suatu mass society yang murni tak ada community lagi, memang mass society
mencerminkan masyarakat yang telah memiliki ciri-ciri modern.45
C. PENGERTIAN KEBERAGAMAAN DALAM PANDANGAN SOSIOLOGI
Sebelum masuk kedalam pembahasan mengenai pengertian keberagamaan dari
beberapa ilmu dan ahli, berikut akan dijabarkan keberagamaan secara etimologi.
Keberagamaan berasal dari kata beragama yang mendapatkan imbuhan ke-an
konteks nominal, yang berarti mempunyai ciri/sifat.46
Adapun definisi agama dari
pandangan sosiologi agama yaitu, secara teoritis agama adalah suatu sistem kepercayaan
dan secara praktis agama adalah suatu sistem kaidah yang mengikat penganutnya. Dapat
dikatakan bahwa individu yang beragama adalah individu yang memiliki kepercayaan
dan keterikatan terhadap agama yang dianutunya dan ia berinteraksi sosial sesuai dengan
ajaran agamanya. Sedangkan pengertian keberagmaan dari sarasehan yang dilakukan oleh
45 N. Daldjoeni, Seluk Beluk Masyarakat Kota (pusparagam Sosiologi Kota dan Ekolgi Sosial)
(Bandung :P.T Alumni) h.46 46 Peter salim, et al, kamus bahasa Indonesia kontemporer, ( Jakarta : Modern English, 1991), h.
678-679
xxxviii
fisikawan Fritjof Copra, teologiawan David Stindi Rast dan Thomas Matius yang
membahas tentang agama, beragama dan kerohanian telah menghailkan pengertian
tentang sifat beragama yaitu naluri yang disinggung oleh Tuhan dalam diri manusia.47
Agama memiliki peran penting terhadap pemeliharaan masyarakat, ialah dalam
kehidupan masyarakat mereka pasti akan melaksanakan tugas-tugas sosial untuk
kelangsungan hidupnya dan pemeliharaannya sampai batas-batas tertentu. Agama
merupakan salah satu bagian yang memenuhi kebutuhan itu. Sebagai contoh adalah
kehidupan ekonomi, bahwa roda ekonomi akan berjalan tergantung pada apakah antara
manusia yang satu dan yang lain saling menaruh kepercayaan bahwa mereka akan
memenuhi kewajiban –kewajiban bersama dibidang tersebut. Hal ini memerlukan
kekuatan yang memaksa dan mengikat pihak-pihak yang bersangkutan dan mau
mengorbankan kepentingan pribadinya demi kepentingan tugas dan kewajiban.48
Agama telah mampu mendorong terciptanya persetujuan mengenai sifat dan isi
kewajiban-kewajiban tersebut dengan memberikan nilai-nilai yang berfungsi
menyalurkan sikap-sikap para anggotanya dan menetapkan kewajiban-kewajiban sosial
mereka. Agama juga memiliki kekuatan memaksa yang mendukung dan memperkuat
adat istiadat.
Agama memberikan pengukuhan nilai-nilai, hal ini karena kerangka acuan adalah
bersumber pada yang sakral dan absolut dengan adanya sanksi-sansi yang sakral pula. Ia
memiliki kekuatan yang otoritatif dan memaksa, karena di satu sisi manusia berusaha
untuk mencapai keinginan-keinginan mereka tetapai di sisi lain mereka harus bisa
47 Joachim wach, sosiologi of religion, Chicago, 1994, dikutip oleh: J.Milton Yinger, Religion
Society and individual, h. 12 48 Elizabeth K. Nothingham, Agama dan Masyarakat: suatu Pengantar Sosiologi Agama, (Jakarta:
Rajawali Press,1997), cet ke-5. h,34-26
xxxix
menyesuaikan diri dengan nilai-nilai tersebut.49
Nilai-nilai tersebut merupakan standar
tingkah laku yang ideal yang membentuk nilai-nilai sosial, yang dalam sosiolgi
dinamakan sebagai norma-norma sosial.
Sumbangan agama dibidang sosial adalah memiliki fungsi penentu, di mana
agama menciptakan suatu ikatan bersama antara anggota-anggota beberapa masyarakat
maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka.
Karena nilai-nilai mendasari sistem-sistem kewajiban didukung bersama oleh kelompok
keagamaan. Maka agama menjamin adanya persetujuan bersama dalam masyarakat .
Oleh karena kesakralan sebagai fakta, maka nilai keagamaan tidak mudah untuk diubah.
Agama memiliki fungsi sosialisasi individu, karena disaat seseorang menjadi
dewasa memerlukan suatu sistem nilai sebagai tuntutan umum untuk mengarahkan
aktivitas manusia dalam masyarakat, dan berfungsi sebagai tujuan akhir pengembangan
kepribadian seseorang.
Kehidupan manusia yang terbentang sepanjang sejarah selalu dibayang-bayangi
oleh keberadaan agama.50
Bagaimanapun majunya ilmu pengetahuan dan teknologi
manusia tidak luput dari persoalan agama. Agama lahir sebelum sejarah modern, sebelum
masyarakat dan dunia diwarnai oleh perkembangan yang pesat ilmu pengetahuan dan
teknologi, agama merupakan suatu kebutuhan dasar manusia, karena agama merupakan
sarana untuk membela diri terhadap segala kekacuan yang melanda kehidupan manusia.
Agama memberi makna kehidupan individu dan kelompok.
Kaitan agama dan masyarakat banyak melalui pengetahuan agama yang meliputi
berbagai disiplin ilmu yang memperlihatkan aktivitas kehidupan masyarakat baik
49 Elizabeth K. Nothingham, Agama dan Masyarakat: suatu Pengantar Sosiologi Agama,
(Jakarta: Rajawali Press,1997), cet ke-5.h38-39 50 Dadang kahmad, Sosiologi Agama (Bandung: Remaja Rosada Karya,2000), cet,ke-1
xl
mengenai hakikat kehidupan, tentang ketuhanan dan kesadaran akan adanya ancaman dan
janji serta kedatangan maut yang tidak mungkin untuk dipungkiri. Hal ini telah membuat
perilaku masyarakat yang dimanifestasikan pada kepercayaan atas agama.
Agama juga diyakini sebagai sumber motivasi bagi hidup manusia baik individu
ataupun kelompok, agama merupakan tempat untuk mencari makna hidup yang final dan
ultimate. Pengalaman agama dari diri manusia juga akan terrefleksikan pda tindakan
sehari-hari dalam lingkungan sosial.51
Agama merupakan gejala sosial yang terjadi dimana-mana dan terdapat dalam
jiwa manusia, agama juga merupakan alat untuk usaha-usaha mengetahui makna
keberadaan dirinya sendiri bagi manusia. Kadang manusia juga memiliki perasaan
berdosa, penderitaan, rasa semangat, rasa sakit, rasa lemah dan lain-lain, hal ini
membutuhkan “pengukuhan” perasaan-perasaan tersebut yang dilakukan dengan
pendekatan agama. Agama sebagai sistem yang mencakup individu dan masyarakat,
dengan adanya emosi keagamaan dan keyakinan serta keimanan dan rasa persatuan umat
bisa mewujudkan dalam sistem simbol yang memantapkan peranan dan motivasinya,
kemudian terstrukturnya mengenai hukum-hukum yang berlaku umum.
Dalam kehidupan sehari-hari juga manusia dihadapkan dengan masalah-masalah
gaib dan masalah kesakralan. Walaupun manusia tidak bisa mendefinisikan dengan kata-
kata, tetapi manusia mengenal dan memahami hal-hal yang demikian. Ini memerlukan
jawaban yang mendasar yang bisa menjawab atas hal-hal seperti ini. Jawaban ini
manifestasikan dengan menyembahan dan pemujaan terhadap hal dianggap sakral
(Tuhan) bagi yang mempercayainya. Walaupun kadang-kadang pemujaan tersebut
51 Elizabeth K. Nothingham, Agama dan Masyarakat: suatu pengantar sosiologi Agama, (Jakarta:
Rajawali Press,1997) Cet ke-5, h.1-9
xli
bersifat konkrit tetapi dibalik itu memiliki aspek kegaiban seperti adanya, salib, altar dan
patung.
Di dalam masyarakat, karena berlatar belakang sosial yang berbeda, masyarakat
akan memiliki pemahaman dan prinsip-prinsip keagamaan yang berbeda pula. Sehingga
keberagamaan kelompok dalam masyarakat, akan mencerminkan perbedaan jenis
kebutuhan keagaman. Terdapat hubungan timbal-balik antara masyarakat dan agama,
tidak hanya kondisi sosial saja yang menyebabkan lahir dan menyebarkan ide-ide serta
nilai-nilai, tetapi bila ide-ide dan nilai itu telah terlembaga maka akan mempengaruhi
tindakan manusia. Karena itu perlu mempelajari pengaruh struktur sosial terhadap agama,
dan juga perlu mempelajari pengaruh agama terhadap struktur sosial.
Sosiologi memandang banyak hal yang perlu diperhatikan dalam kenyataan hidup
manusia yang tidak lepas dari keberadaan agama, oleh karena itu tidak terlalu berlebihan
para sosiolog mencoba menyingkap keberadaan agama, untuk di ukur dan dipelajari
dengan ilmu-ilmu sosial yang mereka milki. Ini merupakan prestasi yang baik untuk
menghasilkan kajian agama secara ilmiah.
Oleh karena itu masalah agama tak akan mungkin dapat dipisahkan dari
kehidupan masyarakat, karena agama itu sendiri diperlukan dalam kehidupan
bermasyarakat. Dalam prakteknya fungsi agama dalam masyarakat antara lain :
1. Berfungsi edukatif
para penganut agama berpendapat bahwa ajaran agama yang mereka anut
memberikan ajaran-ajaran yang harus dipatuhinya.
memberikan ajaran-ajaran yang harus dipatuhi. Ajaran agama secara yuridis
berfungsi menyuruh dan melarang. Kedua unsur suruhan dan larangan ini
xlii
mempunyai latar belakang mengarahkan bimbingan agar pribadi penganutnya
menjadi baik dan terbiasa dengan yang baik menurut ajaran agama masing-
masing.
2. Berfungsi penyelamat
Dimanapun manusia berada dia selalu menginginkan dirinya selamat.
Keselamatan yang meliputi bidang yang luas adalah keselamatan yang
diajarkan oleh agama.
3. Berfungsi sebagai perdamaian
melalui agama seseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapai
kedamaian batin melalui tuntutan agama.
Para penganut agama sesui dengan ajaran, agama yang dipeluknya terikat
batin kepada tuntutan ajaran tersebut, sehingga dalam hal ini agama dapat
berfungsi sebagai pengawasan sosial secara individu maupun
kelompok,karena:
a. Agama secara instasi, merupakan norma bagi pengikutnya.
b. Agama secara dogmatis (ajaran) mempunyai kritis yang bersifat profetis
{kenabian}.
4. Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas.
Para penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa memiliki
kesamaan dalam satu kesatuan : iman dan kepercayaan.
5. Berfungsi transformatif
xliii
Ajaran agama dapat merubah kehidupan kepribadian seseorang atau kelompok
menjadi kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.
6. Berfungsi kreatif.
Ajaran agama mendorong dan mengajak para penganutnya untuk bekarja
produktif bukan saja untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi juga untuk
kepentingan orang lain.52
Semua fungsi agama menumbuhkan perhatian pada sumbangan fungsi agama
yang diberikan terhadap masyarakat dan sistem sosial. Agama yang dapat
menghubungkan dengan yang berada diluar jangkuan dan keyakinan bahwa manusia
berkepentingan pada sesuatu yang diluar jangkuan itu telah memberikan suatu pandangan
realitas supra-empiris menyeluruh pada yang lebih luas. Dari sudut ini agama dibatasi
sebagai “ pendayagunaan sarana non-emperis atau supra-empiris untuk maksud-maksud
empiris”.
52 Ramayulis H, Pengantar psikologi agama (Jakarta penerbit kalam mulia, 2002) h.133
xliv
BAB III
GAMBARAN UMUM MASYARAKAT GANDARIA SELATAN
A. Letak Geografis
Kelurahan Gandaria Selatan kecamatan Cilandak yang menjadi obyek penelitian
memiliki luas wilayah 177 Ha, dengan jumlah penduduk 16.044 jiwa yang terdiri dari
8.236 laki-laki dan 7.802 perempuan. Secara geografis kelurahan gandaria selatan
memiliki empat perbatasan yaitu sebelah utara berbatasan dengan Jl. H. Nawi Raya /
Margaguna Raya, di sebelah timur dibatasi dengan JL. Fatmawati, di sebelah selatan
dibatasi dengan JL.Bahari / Terogong Raya, di sebelah barat dibatasi dengan kali Grogol.
Walaupun pada awalnya wilayah Gandaria Selatan ini merupakan tanah yang
menjadi tempat tinggal bagi kebanyakan etnis Betawi. tetapi karena perkembangan
zaman semakin maju. Penduduk asli banyak menjual lahan-lahan miliknya dan dijadikan
pertokoan, jalan raya serta perumahan-perumahan elit dibangun dan kebanyakan dari
penduduk asli setempat pindah kedaerah-daerah pinggiran Jakarta seperti Parung, Depok
dan sebagainya.
Dengan dibangunnya pusat perdagangan dan pertokoan maka semakin menarik
perhatian orang desa yang berdatangan tertarik untuk mengadu nasib di sini. Walaupun
mereka pada awalnya datang sendiri, namun setelah mereka mendapat pekerjaan dan
hidup mapan, mereka mengajak sanak saudara mereka untuk bekarja dan tinggal didaerah
ini. Dengan demikian Gandaria selatan bukan lagi dihuni olehg mayoritas etnis Betawi
xlv
saja, akan tetapi para pendatang. Hal ini membuat daerah Gandaria Selatan padat akan
penduduk yang sangat kompleks dari berbagai suku, bahasa dan agama.
Jumlah pendudk asli di Gandaria Selatan hamper sekitar 78% dan sisanya yang
25% adalah pendatang. Adapun alat tranportasi yang digunakan untuk mencapai
Gandaria Selatan sangatlah mudah karena tersedia angkutan-angkutan umum yang
menuju kesana. Dengan tersedianya sarana prasarana yang cukup,menjadikan Gandaria
Selatan daerah yang terbuka dan banyak didatangi oleh para pendatang dari daerah lain.
B. Keadaan Pendidikkan
Dunia pendidikkan di Gandaria Selatan sangat berkembang pesat pada semua
jenjang, mulai dari tingkat dasar sampai keperguruan tinggi. Bagi masyarakat pada
umumnya, pendidikkan keagamaan lebih diutamakan daripada pendidikkan umum.
Penekanan pada pendidikkan agama islam ini merupakan salah satu manifestasi dari
pengaruh agama Islam cukup kuat dalam kehidupan sehari-hari kehidupan orang Betawi.
Banyak warga Gandaria Selatan asli terutama yang telah dewasa maupun yang
sudah lanjut usia, walaupun mereka tidak pandai membaca dan menulus latin, namun
mereka pandai membaca al-Qur’an. Berbeda dengan keadaan sekarang ini, meeka sudah
terbuka dalam menerapkan pendidikkan pada anak-anak mereka. Disamping mereka
mewajibkan anak-anaknya untuk sekolah agama, mereka juga menyekolahkan anak-
anaknya disekolah-sekolah umum bahkan sampai pada perguruan tinggi. Hal ini sejalan
dengan proses kemajuan zaman yang semakin menuntut orang untuk maju dan semakin
berkembang bukan hanya agama tetapi juga ilmu pengetahuan.
Tabel I
xlvi
Tingkat Pendidikan
NO JENIS PENDIDIKAN JUMLAH KET
1 SD/ Sederejat 1204 -
2 SMP/Sederajat 528 -
3 SMA/Sederajat 887 -
4 DIPLOMA/D1, D2, D3 421 -
5 SI 301 -
6 S2 71 -
7 S3 8 -
sumber: data statistik kependudukkan kelurahan Gandaria Selatan
C. Kondisi Sosial Ekonomi
Gandaria Selatan adalah salah kelurahan yang padat penduduk di daerah Jakarta
Selatan yang kepadatannya 2 ribu per Km. Mereka adalah penduduk asli Betawi dan
kaum migran yang datang ke Jakarta untuk mengadu nasib, dengan bekal pendidikkan
seadanya. Warga Gandaria Selatan menjemput rezeki sebagai karyawan swasta, buruh,
pedagang, PNS, ABRI, Pensiunan, dan Swasta lainnya.
Pola perekonomian masyarakat Gandaria Selatan pada awalnya bersumber pada
tanah yang mereka miliki. Tanah bagi mereka merupakan suatu sumber kehidupan.
Pemanfaatan tanah sebagai suatu sumber kehidupan diantaranya adalah lahan yang ada
digunakan menjadi lahan pertanian atau berkebun, yang ditanami seperti sayur mayur dan
buah-buahan. sudah menjadi kebiasaan mereka untuk pergi berkebun untuk bercocok
tanam sebagai sunber penghasilan bagi keluarganya. selain untuk dikonsumsi sendiri ada
juga hasil kebunnya dijual agar dapat ditukar menjadi rupiah. Mata pencaharian
xlvii
penduduk asli Gandaria Selatan ini didapat dari warisan secara turun temurun dari para
orang tua mereka terdahulu.53
Pemanfaatan tanah sebagai sumber kehidupan dalam perkembangan selanjutnya
menjalani pergeseran seiring dengan kemajuan zaman. kebutuhan eonomi yang semakin
hari semakin mendesak, banyak mendorong masyarakat asli Gandaria Selatan untuk
pemanfaatan sebidang tanahnya untuk usaha lainnya, misalnya dengan membangun
kontrakan yang hasilnya dirasakan lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan
menunggu dari hasil bercocok tanam. dengan cara ini pertimbangan secara ekonomis
memang lebih menguntungkan karena tanah yang tidak terlalu luas dapat menghasilkan
uang dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, walaupun dari segi kelestarian
lingkungan memang tidak menguntungkan.54
berbeda pada masa sekarang ini, masyarakat Gandaria Selatan terutama penduduk
asli-mereka tidak hanya mengandalkan tanah mereka sebagai salah satu sumber
penghidupan, tetapi mereka sudah mulai banyak yang bekarja pada sektor-sektor formal
maupun non-formal yang sesuai dengan pendidikan mereka dan menunjang kegiatan
perekonomian mereka.
Tabel 2
Mata Pencaharian Penduduk
No Uraian Jumlah
1 Buruh 2217
53 Data dari kelurahan berbentuk wawancara dengan pihak kelurahan dan dewan kelurahan bapak
Drs. mulyadin pada tanggal 11 November 2007 54 Data dari kelurahan berbentuk wawancara dengan pihak kelurahan dan dewan kelurahan bapak
Drs. mulyadin pada tanggal 11 November 2007
xlviii
2 Pedagang 3712
3 Karyawan swasta 3927
4 PNS 1673
5 ABRI 39
6 Pensiunan 217
7 Swasta lainnya 1973
Sumber: Data Statistik kependudukkan Kelurahan Gandaria Selatan
Dengan demikian secara umum kegiatan perekonomian masyarakat Gandaria
Selatan menurut sifatnya dapat dibagi menjadi tiga bagian. bersifat formal, kedua
informal dan ketiga bersifat tradisional. pekerjaan yang bersifat formal mempunyai ciri
khusus, yaitu mempunyai penghasilan tetap dan pasif, seperti pegawai, baik pegawai
negeri maupun pegawai swasta, anggota ABRI. pekerjaan yang bersifat tradisional sudah
tidak dijalani lagi karena lahan-lahan sudah tidak dapat digarap.
Tabel .3.
Sentra Ekonomi
No Uraian Jumlah
1 Bank pemerintahan -
2 Bank Swasta 3
3 Pusat Perdagangan/Mall 1
4 Koperasi 3
xlix
5 Pertokoan 167
6 Showroom 13
7 Kios/Toko 823
Sumber: Data Statistik kependudukan kelurahan Gandaria Selatan
D. Kondisi Budaya
Kebudayaan manusia itu (masyarakat) bagaikan satu mesin atau organisme,
dimana setiap onderdil berinterealisasi satu sama lain merupakan satu kesatuan utuh, hal
ini antara lain mencerminkan oleh reaksi masyarakat terhadap satu inovasi atau satu ide
pembaharuan.
Masyarakat Gandaria Selatan adalah masyarakat yang majemuk, masyarakat yang
mempunyai latar belakang sejarah yang berbeda tetapi bila di usut dengan teliti
masyarakat Gandaria Selatan adalah masyarakat asli betawi karena bahasa yang dipakai
mereka sehari-hari adalah bahasa Betawi. seperti diketahui masyarakat Betawi mayoritas
memeluk agama islam dan sangat menyakini agamanya.
Melihat latar belakang yang demikian sama, maka adat istiadat dan kebudayaan
memiliki kesamaan. misalnya di Betawi, ketika menyelengarakan upacara
perkawinan/khitanan, sebelum mereka menentukan hari yang baik untuk perayaan,
biasanya ada hari-hari tertentu untuk satu keluarga dilarang mengadakan sesuatu, baik
hendak bepergian ataupun acara-acara lainnya.
Tradisi lain yang juga banyak dilakukan orang Islam di Gandaria Selatan adalah
bagi orang yang akan berangkat menunaikan ibadah haji, mereka mengadakan acara
l
Walimatush Saffar.55
Upacara yang penuh dengan nuasa kegamaan ini biasanya
dilakukan minimal tujuh hari sebelum calon haji memasuki asrama haji. Acara ini diawali
dengan pembacaan surat al-fatihah yang kemudian dirangkai dengan pembacaan ratib al-
Hadad. upacara ini juga diisi dengan ceramah agama yang biasanya berupa nasehat yang
disampaikan untuk mereka yang mau berangkat berhaji. Acara ini dilakukan agar orang
yang berangkat haji diberi kesehatan, kekuatan serta keselamatan dalam perjalanan pergi
ketanah suci sampai kembali ketanah air.
Begitu pula dengan kepulangan seorang haji dari tanah suci juga disambut dengan
upacara yang hampir sama yang disebut dengan Tasyakuran. beberapa hari setelah
kepulangannya. para haji dikunjungi oleh sanak kerabat, karena saat-saat itu diyakini oleh
masyarakat Gandaria Selatan sebagai waktu yang tepat untuk memperoleh “berkah
mekkah”, mereka menyakini bahwa seorang yang baru datang dari tanah suci rumah
didatangi oleh 40 malaikat rahmat. oleh sebab itu, masih banyak para haji yang baru tiba,
khususnya di Gandaria Selatanyang tidak keluar rumah sebelum genap 40 hari.
E. Kehidupan Beragama
Sejak dilahirkan manusia hidup di suatu lingkungan tertentu yang menjadi wadah
bagi kehidupannya. Lingkungan tersebut termasuk kondisi dan benda yang mengitari
manusia dan mempengaruhi seluruh kehidupan manusia. dengan begitu, dapatlah
dikatakan bahwa lingkungan tersebut merupakan segala sesuatu yang ada disekeliling
manusia, baik yang bersifat material maupun immaterial dan juga yang hidup maupun
55pertemuan yang dilakukan oleh orang yang akan berangkat haji, dimana orang tersebut meminta
maaf kepada sanak famili, tetangga dan handai tolan.
li
yang tidak hidup. semua itu mempengaruhi kehidupan manusia dan dipengaruhi oleh
manusia.56
Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa Gandaria Selatan adalah Masyarakat
yang majemuk dan multietnis. Dimana berbagai etnis, bahasa dan agama yang mendiami
wilayah tersebut. Masyarakat Gandaria pada umumnya beragama Islam, akan tetapi
mereka tetap menjaga kerukunan antar umat beragama. Hal ini terbukti jika pada hari-
hari besar islam seperti perayaan Idul Fitri dan Idul Adha, ada sebagian warga non-
muslim datang berkunjung kerumah-rumah orang islam untuk mengucapkan selamat
lebaran. Begitu pula sebaliknya bila orang non-muslim merayakan hari besarnya maka
masyarakat muslimpun menghormati mereka yang merayakannya.
Selain itu, mereka juga taat dalam menjalankan ibadahnya. hal ini dapat terlihat
pada saat shalat Jum’at yang jamaahnya berlimpah, masjid dan mushalla terpelihara
dengan baik. Ketaatan masyarakat Gandaria Selatan dalam menjalankan agamanya ini
juga terlihat pada banyaknya kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan di masjid-masjid
maupun di mushalla-mushalla.
Gandaria Selatan merupakan mayoritas beragama Islam, sedangkan Kristen
menduduki peringkat kedua dari agama-agama yang lain, akan tetapi kehidupan
keagamaan di wilayah tersebut sangatlah harmonis, di mana agama satu dengan agama
yang lain saling hormat menghormati antar pemeluk agama.
TABEL IV
Jumlah Penduduk Menurut Agama
No AGAMA JUMLAH
56Ssoerjono Soekanto, Teori Sosiologi: Tentang Pribadi dalam Masyarakat (Jakarta:Ghalia
Indonesia, 1984) h.1
lii
1 ISLAM 15049
2 KRISTEN 551
3 HINDU 33
4 BUDHA 32
Sumber: Data Statistik Kependudukkan kelurahan Gandaria Selatan
Kebanyakan yang mendiami wilayah tersebut beragama islam fanatik, karena itu
masjid dan mushalla merupakan tempat berkumpuknya semua komponennya masyarakat,
tua dan muda. persoalan kehidupan menjadi perbincangan mereka, di masjid dan
mushalla-mushalla, termasuk masalah-masalah yang berkaitan langsung dengan
kehidupan mereka, baik ekonomi maupun keyakinan agamanya, selain masjid dan
mushalla, majlis ta’lim yang ada di kelurahan Gandaria Selatan sebanyak 40 buah.
Sedangkan umat yang beragama selain islam menjalankan aktivitas
keagamaannya dengan mengunjungi tempat-tempat ibadahnya yang terdekat dengan
tempat kediaman mereka seperti di daerah Cipete dan Cilandak, sebagaimana data yang
didapatkan bahwa tempat ibadah yang ada diwilayah Gandaria Selatan hanya peribadatan
umat islam saja tetapi, kebebasan beragama disana memperbolehkan mengadakan acara
kegiatan agama masing-masing selama tidak mengganggu kepentingan umum. Misalkan
umat Kristen mengadakan kebaktian atau doa bersama di tempat tinggal mereka dengan
mengundang kerabatnya dan jamaah gereja. Sikap toleransi beragama di Gandaria
Selatan cukup tinggi dan mematuhi aturan-aturan dalam beragama adalah cermin
masyarakat yang agamis.
Tabel V
liii
Tempat Ibadah
No Nama Tempat Ibadah Jumlah Ket
1 MASJID 8
2 MUSHALLA 18
3 GEREJA - -
4 KELENTENG - -
5 Majlis Ta’lim 40 -
Sumber: Data Statistik kependudukkan Kelurahan Gandaria Selatan
Aktivitas keagamaan yang juga masih banyak dilakukan yaitu tradisi Tahlilan
yang menjadi obyek penelitian penulis tentang pengaruh acara tersebut dalam prilaku
masyarakat, yang dilakukan pada malam jumat ataupun dalam acara-acara yang
dilaksanakan dirumah-rumah warga. Jadi dapat dikatakan bahwa masyarakat Gandaria
Selatan merupakan masyarakat agamis, karena masih memegang tradisi atau adat istiadat
yang masih dilandasi oleh ajaran islam.
liv
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Bacaan dan Praktek Tradisi Tahlilan
Pada dasarnya semua manusia baik primitif ataupun modern memiliki kesamaan
kecenderungan alamiah, yaitu kebutuhan akan ekspresi dan rasa kesucian. Hal ini
tercermin dalam individu manusia beragama yang selalu akan adanya kedekatan dengan
sang pencipta. tereflesikan dalam kehidupan sehari-hari, yang berpijak pada ukuran-
ukuran radikal suatu agama. sehingga dalam kehidupan banyak simbol-simbol
keagamaan dan emosi keagamaan individu.57
Tradisi tahlilan merupakan aplikasi dari ritual keagaman yang sangat
memperhatikan nilai-nilai kemanusian dan keagamaan, tradisi tahlilan ini memang suatu
bentuk kesadaran kolektif dalam sebuah masyarakat yang di yakini masyarakat Gandaria
Selatan atau pun masyarakat daerah lainnya secara turun temurun. Tradisi tahlilan
merupakan aktivitas masyarakat yang dilaksanakan pada khususnya di saat seseorang
warga mengalami musibah kematian umumnya ataupun acara-acara pada setiap
meyambut hari jum’at sering terdengar dimasjid-masjid membacakan tahlil dan maulid
nabi Muhammad saw yang bertujuan untuk menumbuhkan rasa keyakinan yang tinggi
terhadap ajaran islam karena acara tersebut mempunyai makna yang dalam menyangkut
57 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung : Remaja Rosda Karya. 2000). cet. ke-1 h. 164-
165
lv
kepada dimensi agama islam yaitu syariat dan hakikat, sebagaimana dikutip dalam
wawancara penulis kepada al ustadz drs. Muhammad Idris sebagai tokoh masyarakat di
daerah Gandaria Selatan.
Beliau mengatakan “Apalagi mengadakan acara tahlilan dalam rangka
mendoakan orang yang meninggal maka akan membantu atau mengirimkan pahala
orang yang berada dalam barzah sehingga dapat mengampuni dari dosa-dosanya yang
dilakukan pada waktu hidupnya, Apalagi bila dilaksanakan pada malam jumat selain
banyak hadist yang memperkuat tentang bacaan-bacaan pada malam jumat selain
menyambut penghulunya Hari atau saidul ayyam masyarakat di Gandaria Selatan sudah
turun temurun melakukan acara tersebut. Tradisi tahlilan ini juga membentuk solidaritas
antar warga untuk mengurangi rasa sedih diadakan pertemuan atau perkumpulan untuk
membaca tahlil, yang tidak lain membacakan doa-doa yang pahalanya dihadiahkan
kepada orang yang telah meninggal dunia selain itu untuk menghibur keluarga si mayit
juga memelihara hubungan silaturahmi agar tidak terputus”.58
Untuk lebih sempurna dalam melaksanakan tradisi tahlilan maka para jamaah
hendaknya memperhatikan adab-adab berdzikir, sebagaimana yang diterangkan sebagai
berikut :
1. Hendaknya duduk ditempat suci seperti duduk didalam sembahyang atau
duduk bersila.
2. Kedua telapak tangan ditaruh diatas kedua lutut.
3. Menghadap kiblat jika ia berdzikir seorang diri dan jika berkelompok atau
berjamaah hendaknya berkeliling atau membentuk lingkaran.
4. Mengharuskankan memakai wangi-wangian bahwasan tempat duduk dalam
berdzikir tiada sunyi dari malaikat yang mendengarkannya.
5. Mengerjakan dengan hati dan berprilakuan ikhlas.
6. Melakukan ucapan dzikirnya dengan benar dan mengikuti kepada pimpinan
majlis dzikir
7. Memakai pakaian yang bersih serta suci menyucikan
8. Suasana tempat waktu berdzikir harus tenang
9. Memejamkan kedua matanya agar tidak timbul rasa was-was
10. Mengerti setiap bacaan yang dibaca pada waktu melakukan dzikir
11. Menetapkan pada hatinya tiada yang maujud selain asma Allah agar tidak
hadir was-was syetan
12. Mengucapkan dzikir dengan suara keras (jahar) agar hatinya tidak berpaling
kepada selain Allah59
.
58
.Drs.muhammad idris, wawancara, dirumah beliau,14 november 2007 59 Wawancara dengan ustadz Jamal As Syaban, Dirumah beliau, 17 November 2007
lvi
Puji-pujian dan bacaan dzikir yang dibaca pada waktu mengadakan acara Tahlilan
adalah sebagai berikut:
1. Membaca tawasul kepada nabi Muhammad saw. para shuhada, para ulama dan para
wali-wali Allah
2. Membaca surat al-ikhlas :
�8�� ��� ��� &��E�W 1GI ���
��☺yz�� 1tI ��)� \�5�� ��)��
\�)��� 1ZI ��)�� � Q�� �W��
��$�T /��E�W 1I
3. Membaca surat al-falaq :
�8�� �N��W H}��#5� I�p<⌧$%��
1GI ��� 5�m6� ��� ��p<�� 1tI ����
5�m6� 8�^0��� )N5� �<)�� 1ZI ����
Z�#⌧� �42)n2�$A �� �5; ��)��%��
1I ���� Z�#⌧� ��^0��p )N5� �����E
15I
4. Membaca surat an-nas :
�8�� �N��W H}��#5� A�A(��
1GI ^/5<�� A�A(�� 1tI �E2)�5�
A�A(�� 1ZI ��� Z�#⌧�
A�0�%�� A�A()�%�� 1I
[����� �AI�0�� �5; "��s
�A(�� 15I ,��� �KA(H_%��
A�A(��� 1�I
5. Membaca awal surah al-baqarah dari ayat 1-4:
�w�� 1GI �/��+)N �<2�|^{%�� 67
�<��" � �Eb�O � [����
,�YH�!e☺O<�>� 1tI �;������
�}� ���)� <%b�%���5�
�}��bH��� p'`�p<yz�� ��$G�
��92 %��]" �}����$ � 1ZI
�;������� �}� ���)� ��'$�Q
��Z[*VW �/%b)�5� ����� ��Z[*VW
lvii
��� �/5<�/)� '�#^,e���5��
��_ �}� ���� 1I
6. Membaca ayat kursi :
��� �7 �E2)�5� c75� ��� j��%��
X��b)�%�� ` 67 �p b��Oi) K ^0
67� X���* ` �E�� ��� :5;
��+�2�☺���� ���� :5; 1¡�"e��
Q ��� )N [����� D⌧$\¢'£
$�p��(� c75� ¤�E�*%N5u5� ` �p<���� ��� ���~�� w59������W
���� ��9⌧$O<�, ? 67� �}� �Y^)�
W ��¥5� \��¦� $¤�E�☺O<� c75�
��☺5� ��⌧� ` �D^0� E�b^0�# �
��+�2�☺���� ¡�"e��� ? 67�
�pY� §�� ��9¨�%$�E ` ����
j:��%�� vwY����%��
7. Membaca akhir surat al-Baqarah:
67 �h<)Q� ��� �©�%$�* c75�
��9��0� ` ��9)� ��� \4�{��⌧�
�Kh�mp<�� ��� \4�{���e%�� Q �'(!�" 67 ���*b��⌧)� }5�
�� Y^��ª ���W ��*Oi)��,�W ` �'(!�" 67� �8�☺)) �� %Yp<�
-#\s5� ��☺⌧� �E�eO<�☺�E :p�
�������� ��� � 5<�{)� ` � !�" 67� �'(O<��☺�)� ��� 67
)K)��)a �'()� ¤�E5� ? \��
�A(� �#�$%&�� �'()�
�� \☺�E�"�� ` �4*�W
� �)����� ��*�#¨z*��)O :p�
�P��)�%�� ���#�$2⌧{%��
8. Membaca istigfar:
ا��ا����� ا
lviii
9. Membaca kalimat tahlil:
ا��� ا�� آ� ���� ا��
��د(�ا�� ا�ا �� ��(
�"!�د(�ا�� ا�ا ��(
� ب� ق(�ا�� ا�ا�(
� و��... �ا�� ا�ا�� �-,+ ر��ل ا )�' ا
10. Membaca kalimat tahmid dan shalawat pada nabi Muhammad saw
�-,+ا��. )� ��' �� +�
�!-�ن ا ا�"�
�-,+ و��' ا�� و)-!� و�� �� +� 0!. ا��. )� ��' �!
�-,+ و��' ا�� و)-!� وب�رك و�� �� +� 0! ا��. )� ��' �!
2",��-,+ و��' ا�� و)-!� وب�رك و�� ا �� +� 0! ا��. )� ��' �!
11. Membaca doa tahlil:
ب3 ا ا���,2 ا���
5+ �5� ا�و�52 وا��56ی2 ا�-,+ ,-� �5� +و)�5 و��5 , رب ا�"�,2 ا��. )� و�� ��5� '5
2� آ� و:9 و�� +,-� �� +� �5+ �5� ا�,5> ا� ��5' ا�5' ی�5م , ��,-� �� +و)� �� ��ى3
����5ح ب�5ب ر�,5< ا , ا�+ی2 +5,-� �5� +5� ��5 �5� ��5 ا , ا��. )�5 و��5 ��5�)5>ة , �5+د
�2 ب+وام ,Aو��,� دا �2 ا��Bان ا�"�. ��0 ا Cا���: ��و�� , ا��. ا�"� واو)� وت�D �!Bا ب
lix
�2 :�ل �ا�� ا�ا C�F�: , C+,-و ب �2 :�ل �!-�ن ا C�F�: ��05 �5+�� . و!!� '5�� C�F�( ��و
��5< , ور�,5< ��5ز �5< , �� ه�ا�,H�I ا�,!�رك ه+ی< وا )�< . �-,+ )�' ا و �� �5K وب�آ�5ة ,
�-,+ ر��ل ا ا�' ���ة � �� + . 25D 5D . ا�5' ارواح اب�5A �5 وا�6ا��5 �25 ا��!�5ء وا�,���5
MN�� ا�' ���ك وآ�B��ب3!!� �!+ك ا �Fه�ه �F",��او )� ا��. �Dاب ذ�05 ......ا�' روح �2 ا
.�2 ا��Fر, وا�"� ا��Fر ی3"' ب2 ی+ی. , ��F ا� .� �B�� 0�ا ب ذ�D �"�وا��Iب� �. �2 , وا
2 ,ا��FرF�Q5 ا��5ت ا�,�35,� ا��. ا��S �. وار�,. و���. وا�F� R. ووا�+ی�F ووا�+یN و
��!-�ن رب05 رب ا�"M5ة �,�5 ی��T5ن و�5>م ��5' ا�,���52 وا�-,5+ , وا��F!3 ا و�" ا��آ
2 60 ا��� ت-<..... ا رب ا�"��,
Dzikir diatas adalah pembacaan isi dari acara tradisi tahlilan atau dzikir yang lazim
dilaksanakan disetiap warga melakukan acara tahlilan di Gandaria Selatan.
B. Tradisi Tahlilan dalam Pandangan Masyarakat Gandaria Selatan
Tradisi tahlilan merupakan suatu acara keagamaan yang umumnya dilakukan oleh
masyarakat diberbagai tempat, yaitu dengan membaca al-Quran, shalwat, istogfar, tahlil,
dan dzikir yang lain yang pahalanya dihadiahkan kepada orang yang telah meninggal
dunia.61
Acara Tahlilan memiliki status dalam syariat, bukan hanya dibenarkan bahkan
Allah Swt telah memuji bagi mereka yang mengamalkannya, pandangan al-Quran dan al-
Hadist banyak membenarkan tentang acara tersebut. karena dalam acara tahlilan adalah
Dzikir menurut pendapat para ulama artinya ialah Segala sesuatu yang dilakukan oleh
60 Sufyan Raji Abdullah, Bid’ahkah Tahlilan dan Keselamatan Kematian?, : 2006 Jakarta Putra
Grafika h.38 61 Wawancara dengan ustadz muh. soleh iskandar, dirumah beliau, 17 november 2007
lx
manusia untuk mengingat pada Allah Swt dan RasulNya disebut dzikir. Misalnya sholat,
bertasbih, bertahlil, memuji Allah dan RasulNya, menyebutkan sifat-sifat kebesaranNya,
sifat-sifat keindahanNya, sifat-sifat kesempuraannya telah dimilikiNya, membaca riwayat
para utusan Allah dan sebagainya. tak lain semuanya ini agar manusia mencintai dan
dicintai Allah Swt dan RasulNya. Sebagaimana firman Allah Swt agar kita banyak
berdzikir sebagaimana diperintahkan dalam al-Qur’an
�Kh���iR2�� �;������ ?� ��
?��j�k%N� ��� ☯#%��N
m#�n⌧� 1GI p�)5E/�0�
'�#Q� r⌧b�s�W� 1tI
Artinya :
“ Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah,
zikir yang sebanyak-banyaknya.Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan
petang.” (Q,S, al-Ahzab 41-42)62
Dari nash ini memberikan pengertian bahwa acara tahlilan merupakan sebuah
zikir dan doa yang ditujukan kepada Allah dan rasulnya dan ditujukan bagi arwah yang
telah meninggal agar mereka mendapat manfaat dan pengampunan dari Allah Swt.
Terdapat hadist yang menerangkan dari bukhari, muslim, Abu daud dan Ahmad
bin hambal dan juga abu hurairah yang berbunyi “apabila meninggal anak cucu adam
maka akan terputuslah segala amal kecuali tiga perkara yaitu sadaqah jariyah, ilmu yang
bermanfaat dan anak yang sholeh yang selalu mendoakan kedua orang tuanya , banyak
penafsiran tentang ini yang dimaksud terputus dalam hadis ini adalah amalnya sendiri,
sedangkan amal orang lain tidak terputus, maka bila diadakan acara doa bersama seperti
adanya acara tahlilan, karena bakti seorang anak yang soleh pada orang tua agar
62
Wawancara dengan ustadz Jamal As Syaban, Dirumah beliau, 17 November 2007
lxi
mendapatkan rahmat dari Allah maka diundanglah para tetangga dan kyai-kyai yang
mempunyai ilmu agama untuk mendoakan ahli kubur agar pahala-pahalanya diterima dan
dosa-dosanya diampuni oleh Allah Swt63
Pandangan yang sama juga di lontarkan oleh tokoh masyarakat setempat yang
memberikan pengertian tentang hakekat tradisi tahlilan dimana isi pembacaan tahlilan
atau maulid adalah mencakup semuanya seperti membaca ayat Quran (Yaasin dan
sebagainya) kemudian membaca Laa ila ha illa Allah, Tasbih dan Takbir, kemudian kita
membaca riwayat Nabi saw, sholawat dan salam atas junjungan kita Nabi Muhamad saw.
Setelah itu kita berdoa bersama pada Allah Swt, untuk roh-roh Anbiya (para Nabi-nabi),
ulama-ulama dan semua saudara-saudara kita muslimin yang telah meninggal agar
diampunkan dosa mereka, dinaikkan derajat mereka di surga dan rahmat Allah SWT agar
selalu mengiringi mereka. Kemudian kita berdoa pada Ilahi agar amalan-amalan, rahasia
ilmu dan kelebihan agama yang dikaruniakan oleh Allah SWT pada mereka waktu masih
hidup, semuanya itu agar Allah mengaruniakan juga pada kita yang masih hidup ini.
Setelah itu dikeluarkan hidangan-hidangan, menurut kemampuan dan kerelaan masing-
masing, untuk para hadirin. Tujuan hidangan ini tidak lain agar menyemarakkan serta
menggembirakan para hadirin serta tidak ada paksaan dalam hal ini.64
Acara tahlilan sudah menjadi tradisi keagamaan yang kuat dan mempunyai
hukum boleh atau jaiz bila dilaksanakan, dan kegiatan ini bukan tidak ada dasarnya
dalam al-quran karena didalam al-quran dan hadist-hadist Nabi menyatakan bahwa ada
kehidupan sesudah mati, sebelum seseorang dibangkitkan untuk masuk surga atau
dijerumuskan ke neraka, Kehidupan tersebut dinamai kehidupan alam barzah , yang
63 Wawancara dengan ustadz Jamal As Syaban, Dirumah beliau, 17 November 2007 64
Wawancara dengan ustadz muh. soleh iskandar, dirumah beliau, 17 november 2007
lxii
terjemahannya harfiahnya adalah “pemisah” seseorang yang hidup dialam tersebut dapat
melihat apa yang menantinya dan dengan diadakan acara tahlilan ini maka orang yang
hidup mendoakan kepada ahli kuburnya agar Allah Swt memberikan ampunannya
sebagaimana firman Allah dalam surah Muhammad ayat 19 yang berbunyi:.
wp<����)O �ER*�W �7 �E2)�5� c75�
��� �#�$%�|0�� ��5/�*)�5�
�;~� ���)☺O<���
�42'(���)☺%��� Q ����
�p<���� �� Q�/R<)��|�
�� Q������� 1GxI
Artinya
“Maka ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan)
selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang
mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha
dan tempat kamu tinggal.”
( Q.S Muhammad:19)65
Apa yang dikemukan diatas bisa menjadikan suatu dasar mengapa banyak
dimasyarakat mempercayai tradisi tahlilan dan memberikan kemanfaatan terhadap ahli
kubur dan manusia yang masih hidup, Insya Allah dengan beberapa firman Allah SWT
serta Hadits-hadits di atas ini kita sudah bisa mengambil manfaatnya dan akan paham
serta jelas apa yang dianjurkan oleh Allah Swt dengan perantara junjungan kita Nabi
besar Muhammad Saw. Dengan demikian insya Allah saudara-saudara kita muslimin
yang belum pernah menghadiri atau mendapat kesalahan informasi mengenai bacaan
tahlil ini tidak akan mencela dan mensyirikkan lagi orang yang membuat majlis dzikir
seperti Tahlil, peringatan-peringatan Maulud, isra Mi’raj dan lain-lain. Sehingga
hubungan silaturrahmi dengan saudara-saudara muslimin lainnya tidak akan terputus.66
65 Drs.muhammad idris, wawancara, dirumah beliau,14 november 2007 66 DrsMuhammad idris, wawancara, dirumah beliau,14 november 2007
lxiii
C. Interaksi dan Integrasi Jamaah Tahlilan
Manusia merupakan mahluk yang bersegi jasmaniah (raga) dan ruhaniah (jiwa).
segi rohaniah manusia terdiri dari fikiran dan perasaan. Apabila diserasikan akan
menghasilkan kehendak yang kemudian menjadi sikap tindak. Sikap tindak itulah yang
kemudian menjadi landasan gerak segi jasmaniah manusia.
Manusia mempunyai naluri untuk senantiasa berhubungan dengan sesamanya.
hubungan yang berkesinambungan tersebut menghasilkan pola pergaulan yang
dinamakan pola interaksi sosial. pergaulan tersebut menghasilkan norma-norma yang
mengikat baik buruknya suatu individu dalam bertindak dalam masyarakat. Tradisi
Tahlilan merupakan acara keagamaan yang dapat menampakkan kelakuan pada setiap
individunya didalam penghayatan bacaan-bacaannya dengan meresepinya kedalam
hatinya sehingga merespon kelakuan yang positif.
Dengan adanya tradisi tahlilan ini di masyarakat Gandaria selatan menciptakan
suatu interaksi sosial yang dinamis di dalam kehidupan masyarakat. Sebagai contoh yang
sederhana, penduduk Gandaria Selatan sekarang sudah menjadi multi etnik dengan
berkumpul dalam suatu acara kegamaan mereka dapat berinteraksi dengan baik para
penduduk asli dengan para pendatang sehingga menciptaka kerukunan dan keharmonisan
dalam bermasyarakat ataupun dalam hubungan-hubungan yang bersifat pribadi lainnya.
Integrasi sosial yang diciptakan merupakan suatu proses pada dasarnya merujuk
pada interaksi sosial dan kontak sosial dari para jamaah yang mengikuti Tahlilan baik
yang penduduk asli ataupun para pendatang dan didalam adanya suatu proses saling
mempengaruhi antar jamaah lainya, sehingga dapat mencapai terjadinya suatu
lxiv
ketergantungan antar jamaah agar para jamaah menciptakan kepentingan bersama untuk
terwujudnya suatu hubungan sosial yang harmonis antara jamaah tahlilan tersebut.
Dari hubungan sosial yang terjadi maka dibentuk suatu lembaga yaitu kerukunan
kematian yang pelopori oleh Drs. moh. Idris, Beliau “mengatakan karena banyak para
masyarakat yang melaksanakan acara tahlilan tapi tidak mengerti apa yang
dijalankannya serta anggapan miring dari acara tersebut yang hanya merepotkan
keluarga simayit maka dengan kesadaran sosial yang tinggi dan pemahaman keagamaan
maka di buat sebuah lembaga Tahlilan yang bertujuan untuk membantu keluarga yang
ditinggal, beliau juga mengatakan ‘bahwa tradisit tahlilan ini bukan saja bermanfaat
bagi orang sudah wafat saja tetapi bermanfaat bagi manusia yang masih hidup.” 67
Ikatan sosial yang terjalin antar warga Gandaria Selatan dalam pelaksanaan acara
tahlilan secara sosiologis menurut fitrahnya adalah mahluk yang suka hidup berkelompok
dengan pengertian bahwa manusia dalam hidupnya memerlukan bantuan orang lain.
setiap manusia hidup sangat begantung pada interaksi kehidupan bertetangga,
berkelompok dan bermasyarakat, dan merupakan malapetaka yang besar bila masyarakat
tidak mau menerima kerjasama didalam masyarakat. selain untuk menjalin silaturahmi
antara warga tradisi ini bertujuan untuk membina dan mengembangkan hubungan yang
santun dan serasi antara manusia dengan Allah, antara manusia dengan manusia.
D. Fungsi Tahlilan Pada Masyarakat Kelurahan Gandaria Selatan
Abad ke-21 menandai fenomena menarik dalam kehidupan masyarakat kota di
Indonesia, yaitu munculnya minat lebih tinggi dari biasanya terhadap jalan spiritual (the
spiritual path). Sampai dikatakan, abad ini merupakan abad spiritual. Tampaknya jalan
spiritual telah menjadi pilihan ketika manusia modern membutuhkan jawaban-jawaban
esensial atas eksistensi dirinya dalam hidup di tengah dinamika perkotaan.Mengapa
kecenderungan ini terjadi bisa ditelusuri secara historis dan psikologis pada budaya
67 DrsMuhammad idris, wawancara, dirumah beliau,14 november 2007
lxv
Indonesia secara umum. Namun, pada dasarnya, fenomena yang belakangan ini marak
berakar pada gejolak masyarakat perkotaan di Indonesia sebagai akibat krisis
berkepanjangan yang menimpa negeri ini. Juga dekadensi moralitas yang memengaruhi
gaya hidup orang kota.
Di masyarakat modern sekarang ini kadang-kadang kelompok yang menganggap
bahwa kesucian terletak pada daerah mental spiritual. pendapat seperti ini menyebabkan
timbulnya pemisahan yang tajam pada daerah materi. Pemisahan-pemisahan seperti ini
sampai pada tahap penggantian agama dengan positivisme. akan tetapi didunia modern
ini juga tidak sedikit manusia merendahkan arti kehidupan materi, sehingga lebih
memilih hidup menyendiri dan menjauhkan dari kehidupan masyarakat.68
Tradisi Tahlilan pada masyarakat Gandaria Selatan merupakan ritual spiritualitas
yang didalam penghayatan batiniah kepada Tuhan melalui laku-laku tertentu yang
sebenarnya berguna bagi setiap pemeluk agama islam. Namun, tidak semua penganut
agama islam menekuninya. Bahkan beberapa aliran memperlakukan aktivitas Tradisi
tahlilan kurng bermanfaat yang mereka berpendapat bahwa nabi Muhammad Saw tidak
menjalakan pada zamannya sehingga terjadilah berbedaan pendapat dikalangan ulama di
Indonesia .69
Spiritualitas pada acara tradisi tahlilan dalam ajaran agama islam yang mengarah
pada diri manusia. Bila wilayah psikologi mengkaji jiwa sebagai psyche (dalam
terminologi spiritual lebih dikenal sebagai ego), spiritualitas menyentuh jiwa sebagai
spirit. Budaya Barat menyebutnya inner self (diri pribadi), sesuatu yang "diisikan" Tuhan
pada saat manusia diciptakan. Meski diyakini bahwa agama berasal dari Tuhan, namun
68 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung : Remaja Rosda Karya. 2000). cet. ke-1 h. 164-
165 69 Drs.muhammad idris, wawancara, dirumah beliau,14 november 2007
lxvi
spiritualitas adalah area manusia. Spiritualitas adalah sikap yang meyakini adanya
kehadiran dan campur tangan Tuhan dalam diri manusia, meski tidak mesti demikian
Trend modern pada masyarakat perkotaan lebih berorientasi kepada hal-hal yang
bersifat material dan rasional sehingga hubungan-hubungan menjadi imperasional dan
sekunder, bukan lagi “relation oriented”, seperti yang terdapat dalam komunitas
pedesaan yang mengandalkan hubungan-hubungan emosional dan primer dimana orang
saling mengenal secara pribadi dan hampir semua aspek kehidupan. Di kota, orang saling
mengenal dalam hubungan dengan aspek-aspek tertentu saja berdasarkan perhatian dan
kepentingan. Hubungan kekerabatan dan kekeluargaan menjadi renggang kalau masih
ada, maka hanya terbatas pada ikatan keluarga batin (Nuclear family). individu menjadi
teranomisasi dan teratomisasi sehingga masing-masing harus mencari jalanya sendiri-
sendiri untuk tetap hidup.70
Dampak negatif modernisasi membuat pergeseran nilai-nilai dan norma
kehidupan sosial sehingga bila dibiarkan akan menimbulkan pergeseran niali-nilai
tradisional dan keagamaan. pergeseran ini menimbulkan masalah-masalah sosial serta
semakin menipisnya rasa kepedulian sesama penduduk apalagi ditambah fasilitas-fasilitas
seperti tempat hiburan, hotel, serta ditambah adanya tempat-tempat minuman-minuman
yang memabukkan dan juga tempat prostitusi illegal. Kondisi demikian sungguh sangat
memperhatinkan dan merupakan tantangan besar yang perlu mendapat penanganan
khusus baik dari pemerintah dan tokoh-tokoh masyarakat pada umumnya, jika hal ini
terus belanjut dikhawtirkan pengaruhnya akan lebih besar melanda masyarakat setempat
khususnya bagi para remaja, selanjutnya hal ini tentu saja akan timbul dampak lain yaitu
kenakalan remaja.
70 Menno S, et,al. Antropologi perkotaan, (Jakarta : Rajawali press,1992) h.44
lxvii
Dari pengamatan penulis dan hasil wawancara dengan tokoh agama maka perlu
suatu usaha penangulangan dari persoalan-persoalan tersebut, dan salah satunya untuk
menangulangi dampak negatif modernisasi yang menyentuh langsung adalah dakwah
islamiyah yang salah satunya adalah pelaksanaannya ketika melaksanakan tahlilan yang
mewadahi dakwah bil hikmah serta memiliki kekuatan religiusitas dan perenungan diri
bagi masyarakat.
Kegiatan keagamaan sebagai alat untuk menyampaikan nasihat yang baik dan
bertukar pikiran seperti acara tradisi tahlilan yang sudah berakar pada masyarakat di
Indonesia mencerminkan bahwa kegiatan keagaamaan ini mempunyai motivasi
keagamaan yang tinggi dan dalam al-Quran mempunyai pandangan bahwa tradisi tahlilan
satuan bentuk zikir yang subtansial sama dengan shalat, puasa dan lain-lain, sebagaimana
diterangkan dalam al-Quran pada surat al-Imran ayat 191 yang berbunyi :
�;������ �}�# �b�� ���
�n☺2Y�� (Y����� `:p��
��595�� U �}�#�{⌧$�|��� :5;
I�O<�, ��+�2�����
1¡�"e��� � !�" ��� �4%�p<�,
⌧b2�� �⌧��2�� �/'(2�)�{0
�'(H�)O ,�⌧b� "�A �� 1GxGI
Artinya :
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. (Q.S al-Imran:191)
71
Ayat tersebut diatas telah memberikan pedoman bagaimana cara mengatasi untuk
tidak mengabaikan tuhan dalam hal keadaan apapun baik sedang sibuk dengan pekerjaan
71
Wawancara dengan ustadz Jamal As Syaban, Dirumah beliau, 17 November 2007
lxviii
duniawi dan keadaan susah ataupun senang agar manusia selalu mengingat tuhan yang
menciptakannya.
Dalam kaitan kondisi psikologis akibat krisis berkepanjangan, landasan pertama
dapat diterima sebagai latar belakang maraknya tren kebutuhan akan Jalan Spiritual di
tengah dinamika perkotaan. Di samping itu, juga kemerosotan nilai-nilai moral yang
demikian mudah merembes ke gaya hidup masyarakat kota
Ketika intelektualisme dan materialisme kian mengakar dalam segala segi
kehidupan kota, masyarakat mulai gamang, terutama sejak pukulan krisis ekonomi
berdampak pada merosotnya nilai materi sebagai solusi kebahagiaan. Intelektualisme
pun, pada tingkat tertentu, berbenturan dengan dinding kokoh yang menghalangi jalan
manusia menuju Tuhan. Hakikatnya, manusia adalah makhluk spiritual yang hidup di
alam materi.
Pengaruh tradisi tahlilan pada malam Jumat untuk masyarakat Gandaria Selatan
selain suatu bentuk ibadah merupakan alat untuk memproteksi diri para jamaah dalam
serangan keyakinan-keyakinan yang dapat memecah persatuan dimasyarakat karena
masyarakat disini sudah memiliki pendidikkan formal yang lumayan tinggi sehingga
pandangan mereka bisa berbeda-beda tentang informasi ajaran agama dan lingkungan
kita berada dikota besar secara moral dan budaya memang masyarakat sedang mengalami
ancaman yang cukup berat, dan tradisi tahlilan ini bisa dipakai sebagai alat untuk
menyampaikan da’wah keislaman sebagai siraman rohani atau pembersihan diri dari
bacaan zikir dan ceramah para ustadz pada acara tahlilan72
Bila banyak kegiatan keagamaan selama ini termarginalisasi dimasyarakat
perkotaan. Dan memang konsepsi penghayatan kepada kekuasaan Tuhan dapat diterima
72 Drs.muhammad idris, wawancara, dirumah beliau,14 november 2007
lxix
dengan mudah oleh alam bawah sadar masyarakat pedesaan karena hidup mereka yang
"apa adanya". Mereka bekerja untuk memenuhi keperluan hidup. Berbeda dengan
kecenderungan masyarakat perkotaan yang menjadikan agama sekadar kewajiban, bagi
masyarakat desa agama adalah kebutuhan, yang secara praktis-setelah melalui proses
pemberdayaan sisi spiritualitasnya-dapat memberi mereka jawaban-jawaban esensial
untuk melakoni hidup. Bagi masyarakat kota, situasi kehidupan materialisme membuat
materi menjadi solusi kebahagiaan sehingga penghayatan agama terkesampingkan.
Masa depan keberlangsungan menyangkut tradisi-tradisi kegamaan dan
spiritualitas perkotaan susah ditebak. Semuanya tergantung pada kondisi mental spiritual
masyarakat dan perkembangan sosial, ekonomi, dan politik. Sampai beberapa waktu lalu,
pendidikan agama lebih ditekankan pada pengembangan nalar sehingga manusia sibuk
berintelektualisasi dan berasionalisasi, tapi kurang mengembangkan spiritualitas. Padahal
dalam diri manusia terdapat potensi dan kecenderungan yang berorientasi pada obyek
pemikiran dan kontemplasi pada realitas di luar wilayah materi, yang biasa disebut
realitas spiritual..
Spiritualitas masyarakat kota dewasa ini di mana nilai-nilai, tujuan hidup, dan
kesadaran bahwa diri mereka adalah bagian kecil dari sesuatu yang jauh lebih besar
sebagai ciptaan Tuhan, telah menjadi dasar dari pengembangan kepribadian yang sangat
menentukan kebahagiaan hidup lahir dan batin mereka di tengah dinamika perkotaan
lxx
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Dari uraian pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut :
Pada masyarakat Gandaria Selatan tradisi tahlilan merupakan suatu kegiatan
agama yang sudah lama dilakukan dimasyarakat dan tidak dapat dipisahkan dalam
kehidupan keagamaan di Gandaria Selatan. Disamping itu tahlilan juga merupakan salah
satu alat mediasi (perantara) yang paling memenuhi syarat yang bisa dipakai sebagai
media komunikasi keagamaan baik interaksi dan integrasi masyarakat di Gandaria
Selatan. hal tersebut didasarkan kenyataan dimasyarakat.
Tahlilan pada malam jumat ataupun ketika ada salah satu masyarakat yang
meninggal dunia merupakan sebuah tradisi yang memiliki dimensi ketuhanan (habl min
Allah) yang mampu memberikan siraman rohani, ketenangan, kesejukan hati dan
peningkatan keimanan, sekaligus juga memiliki dimensi sosial (habl min anas) yang
mampu menumbuhkan rasa persaudaraan, interaksi sosial dan kesatuan umat islam
dimasyarakat muslim pada umumnya dan di masyarakat Gandaria Selatan pada
khususnya.
Walaupun berada di perkotaan besar tradisi keagaamaan ini telah mempengaruhi
masyarakatnya menjadi suatu masyarakat yang agamis karena sebagaimana kita ketahui
dampak negatif masyarakat kota salah satunya itu menjadikan kehidupan masyarakat
lxxi
yang individualistis hal ini kebanyakkan masyarakat kota lebih memilih kepentingan
materialistis atau duniawi daripada hubungan antar masyarakatnya.
Perbedaan pendapat tradisi tahlilan pada masyarakat Indonesia masih banyak
diperdebatkan, tetapi itu hanya perbedaan pendapat antara para ulama di elit atas saja.
tetapi kenyataan yang ada masyarakat Indonesia pada umumnya dan khususnya di
masyarakat Gandaria Selatan tradisi keagamaan ini sudah lama dikenal dan dijalankan
dimasyarakat dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan masyarakat
B. Saran-Saran
1. Sebaiknya para ustadz dan para ulama selalu mensosialisasikan agar masyarakat
tidak merasa ragu meneruskan tradisi keagamaan yang mempunyai manfaat baik
didunia dan akhirat ini
2. Untuk masyarakat yang menyakini tradisi tahlilan jangan memaksakan diri
bersedekah dengan berhutang karena malu kepada tetangga jika tidak
melaksanakannya.
3. Menyelenggarakan tradisi tahlilan hendaknya dilandasi dengan niat yang ikhlas,
bukan karena malu pada tetangga, dan ingin dipuji atau lainnya.
lxxii
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Syani, Sosiologi dan Perubahan Masyarakat, Lampung: PT Dunia Pustaka Jaya,
cet, ke-1,1995
Geertz, Clifford Abangan, santri, priyayi dalam masyarakat jawa. Jakarta: pustaka jaya,
1989
Ihromi, T O(Ed). Pokok-pokok antropologi budaya, Jakarta: PT. Gramedia, 1980
Kahmad, Dadang, Sosiologi Agama, Bandung: Remaja Rosda Karya, cet ke-1,2000
Koentjaraningrat. Pengantar ilmu Antropologi. Jakarta : Aksara Baru, 1985
--------------------, Beberapa Pokok Anropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat, 1992
--------------------, Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai pustaka, 1985
--------------------, Ritus Peralihan di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1993
--------------------, Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: UI Press, 1988
-------------------------, Sosiologi suatu pengantar, Jakarta : Rajawali.1983
-------------------------, Sosiologi suatu Pengantar, Jakarta:UI Press, cet,ke-7,1981
-------------------------,Sosiologi suatu Pengantar, Jakarta, Pt Raja Grafindo,
Mardimin, Johannes (Ed), Jangan Tangisi Tradisi. Yogyakarta: Kanisius, 1994
Milles, Matthew B. Analisis Data kualitatif. Jakarta: UI Press. 1992
Muhyididin Abdusshomad, Tahlil dalam perspektif Al-quran dan As-sunnah (Kajian
Kitab Kuning), Surabaya: PP Nurul Islam,2005
Nothingham, Elizabeth K, Agama dan Masyarakat: Suatu pengantar Sosiologi Agama.
Jakarta : Rajawali Press, cet. ke-5,1997
Puspito, Hendro, Sosiologi Agama, Jakarta: BPK Gunung Mulia, cet. ke-5, 1989
Qutb, Muhammad, Islam di Tengah Pertarungan Tradisi, Bandung: Mizan, cet, ke-3
1993
Rendra, Mempertimbangkan Tradisi, Jakarta: PT Gramedia, 1983
lxxiii
S, Martono H, et al, Geografi dan Kependudukkan, Jakarta : Tiga serangkai. 1980
S, Menno, et. al, Antropologi Perkotaan, Jakarta : Rajawali Press, cet ke-1, 1992
Salim, Peter, et.al, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modern English,
1991
Shihab, M. Quraish, Wawasan al-quran, Bandung: Mizan, cet.ke -1,1996
Smith, Donald Eugene, Agama dan Modernisasi Politik, Suatu Kajian analitis,
diterjemahkan oleh machmun husein, (Jakarta: CV. Rajawali.1985), Cet,ke-1
Soekanto, Soerjono, Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat, Jakarta;
Rajawali Press, cet ke-1,1983
Surakahmad, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tasito, 1986), Cet,Ke-7
Taher, Tarmizi, et al, Radikalisme Agama, (Jakarta: PPIM-IAIN, 1998), Cet.ke-1
Thohir Abdullah Al-Kaff, Status Tahlil dalam Al-quran dan Al hadis, Surabaya:
yayasaan perguruan islam “al Ustadz Umar Baradja,1997
Tim Penyusun Ensiklopedi Islam, (Jakarta : PT Ichtiar Baru Van Hoerve, 1993), jilid V
Turner, Bryan, Teori-Teori Sosiologi Modernitas Post-Modernitas, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar), 2000,Cet,ke-1
W.J.S. Poerwadaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia , (Jakarta: Balai Pustaka
1976)Cet,Ke-5
Wiliam, Montgomery Watt, Fundamentalisme Islam dan Modernitas, (Jakarta: Pt
Rajagrafindo Persada,1997)Cet.ke-1