TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS...

73
i TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS MODERNISASI (STUDI KASUS MASYARAKAT GANDARIA SELATAN-CILANDAK) DI SUSUN OLEH: SYAMSUL BAHRI NIM:10203224701 JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARUF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008

Transcript of TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS...

Page 1: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

i

TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS MODERNISASI

(STUDI KASUS MASYARAKAT GANDARIA SELATAN-CILANDAK)

DI SUSUN OLEH:

SYAMSUL BAHRI

NIM:10203224701

JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARUF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2008

Page 2: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

ii

Tradisi Tahlilan di Perkotaan Dalam Arus Modernisasi

(studi kasus Masyarakat Gandaria Selatan-Cilandak )

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat untuk Mencapai Gelar (S1)

Sarjana Sosial

Oleh

Syamsul Bahri

Nim : 102032224701

Dibawah bimbingan

Dra. Joharatul Jamilah M.Si

NIP. 150 282 401

JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARUF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2008

Page 3: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

iii

Pengesahan Panitia Skrispsi

Skripsi yang berjudul “ Tradisi Tahlilan diperkotaan dalam Arus Modernisasi

: Studi Kasus Masyarakat Gandaria Selatan Kec. Cilandak. Jakarta Selatan.” Telah

diajukan dalam sidang munaqasyah pada fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif

Hidayatullah 16 oktober 2008. Skripsi telah diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh Gelar Program Strata Satu (S1) pada jurusan Sosiologi Agama.

Sidang Munaqasyah

Ketua Sekretaris

Drs. Agus Darmaji.M.Fils Dra. Joharatul jamilah M.si

Nip : 150 262 447 Nip:150 282 401

Penguji I Penguji II

Dr. Masri Mansoer M.A Drs. M. Rifqi mukhtar M.A

Nip : 150 224 493 Nip : 150 282 120

Pembimbing

Dra. Joharatul Jamilah. M.si

Nip : 150 282 401

Page 4: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

iv

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Setiap individu selalu dibekali kemampuan untuk beradaptasi dengan

lingkungannya. Dalam memenuhi segala kebutuhannya manusia pasti dan selalu

membutuhkan kehadiran orang lain. Manusia adalah jenis mahluk yang hidup secara

kolektif . Tetapi, berbeda dengan kolektif binatang yang mendasarkan segala tingkah

lakunya pada naluri, maka segala tingkah laku manusia tercipta dengan cara belajar.

Segala tingkah laku manusia merupakan hasil belajar sehingga pola-pola tindakan dapat

berubah dengan cepat sesuai proses belajar manusia itu. Namun, kecepatan perubahan itu

tidak sama cepat pada berbagai kelompok manusia di muka bumi ini.

Masyarakat merupakan kumpulan individu yang berinteraksi, mereka saling

membutuhkan untuk memenuhi segala kebutuhannya. Dengan kemampuan akal budi

manusia menciptakan berbagai pola tingkah laku, ide dan materi budaya dalam usaha

adaptasinya. Kebudayaan sendiri dapat dirumuskan sebagai “seperangkat kepercayaan”.

Nilai-nilai dan cara berlaku (artinya kebiasaan ) yang dipelajari, umumnya dimiliki

bersama oleh para warga dari suatu masyarakat1 Oleh Linton, istilah kebudayaan

digunakan untuk, menyebut warisan sosial (social heredity) milik manusia.2 Kebudayaan

itu sendiri diartikan sebagai suatu keseluruhan, terbentuk dari sejumlah besar

1 T.O ihromi ( ed), pokok-pokok Antropolgi Budaya (Jakarta: PT Gramedia, 1980). H.22 2 Raplh Linton The study of Man (Bandung: jemmars, 1984) h.99

Page 5: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

v

kebudayaan, yang masing-masing adalah karakteristik bagi sekelompok individu-

indivindu tertentu.

Berbekal akal pikiran, kemampuan belajar dan beradaptasi, manusia mampu

menghasilkan dan memiliki beragam pola kebudayaan. Pola-pola kebudayaan itu tidak

sama antara satu daerah dengan daerah lain didunia ini. Oleh karna itu, pola-pola

kebudayaan itu tidak memiliki unsur besar yang sama sehingga dapat dikelompokkan ke

dalam unsur-unsur kebudayaan universal. Unsur-unsur kebudayaan universal itu dapat di

jumpai di seluruh bangsa di dunia ini. Unsur- unsur kebudayaan universal itu ialah:

1. Sistem peralatan dan perlengkapan hidup

2. Sistem mata pencaharian hidup

3. Sistem kemasyarakatan

4. Bahasa

5. Kesenian

6. Sistem pengetahuan

7. Sistem religi3

Unsur-unsur kebudayaan universal itu merupakan isi dari kebudayaan umat

manusia pada umumnya. Hal itu berarti bahwa setiap kebudayaan yang ada selalu

mengandung ketujuh unsur tersebut dengan bentuk yang berbeda-beda baik masyarakat

maju perkotaan, masyarakat pedesaan sampai masyarakat primitif sekalipun.

Masyarakat di kota besar seperti di Jakarta yang telah diselimuti suatu proses

sosial yang dinamakan dengan proses modernisasi mempunyai banyak tanggapan para

tokoh besar di Indonesia tentang berbagai tentang pengertian modernisasi tersebut.

Menurut Cak Nur Modernisasi lebih dipahami sebagai proses industrilisasi yang diartikan

3 Koentjraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial (Jakarta : Dian Rakyat, 1992), h.7

Page 6: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

vi

sebagai: “proses perubahan sosial, yaitu perubahan susunan kemasyarakatan dari suatu

sistem sosial praindustrial (agraris, misalnya) ke sistem sosial industrial. Kadang-kadang

juga disejajarkan dengan perubahan dari masyarakat pramodern ke masyarakat modern”

dalam konteks keagamaan kehidupan modern bisa menimbulkan efek negatif, dan

sekaligus menyimpan kandungan makna yang positif. Ia menyatakan bahwa bentuk

hubungan antara religiusitas dan industrilisasi atau modernisasi merupakan suatu

persoalan rumit yang banyak menimbulkan kontroversi.

Proses modernisasi menuntut adanya perubahan dengan penyesuaian diri dari

keadaan tradisional kepada keadaan yang modern. Kemoderanan ini merupakan keadaan

yang secara tidak disadari diinginkan oleh masyarakat. Akan tetapi keadaan modern ini

mempunyai konsekuensi kepada perubahan atau perampingan terhadap adat istiadat,

norma, nilai-nilai kebudayaan yang ada pada masyarakat sebelumnya.

Kebudayaan sebagai hasil belajar manusia selalu mengalami perubahan.

Perubahan yang terjadi dapat berlangsung di segala bidang. Arus modernisasi menjadikan

suatu perubahan antara lain mulai ditinggalkannya tata nilai yang lama maupun adat

istiadat yang telah menjadi bagian dari masyarakt itu sendiri, tetapi ada salah satu yang

menarik penulis dalam masayarakat kota di wilayah Jakarta Selatan yang nota benenya

adalah kota yang telah memiliki kapasitas masyarakat modern tetapi masih berkeyakinan

ataupun tradisi yang sampai saat ini masih bertahan dalam kehidupan masyarakat kota

dan memegang tradisi mereka secara turun temurun. Walaupun mereka telah menerima

banyak perubahan dalam hal kepercayaan, namun mereka tidak terlepas dari kepercayaan

terdahulu yang telah begitu lama mengakar dalam kehidupan mereka dan merupakan

kepercayaan yang diperoleh secara turun temurun. Ada beberapa sisi yang sampai

Page 7: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

vii

sekarang masih terlihat, dimana hal itu merupakan perpaduan antara unsur kepercayaan

lama dengan kepercayaan baru mereka.

Tradisi dipahami sebagai suatu kebiasaan masyarakat yang memiliki pijakan

sejarah masa lampau dalam bidang adat, bahasa, tata masyarakat keyakinan dan

sebagainya, maupun proses penyerahan atau penerusan pada generasi berikutnya sering

proses penerusan terjadi tanpa pertanyaan sama sekali.4

Pada umumnya di Indonesia banyak tradisi-tradisi yang masih dijalankan oleh

masyarakat Indonesia yang multi etnik, Tetapi penulis tertarik pada tradisi membacakan

dzikir dan doa kepada orang yang sudah meninggal. pembacaan doa dan dzikir yang

dilaksanakan pada hari-hari tertentu ataupun rutinitas setiap minggunya baik di rumah-

rumah ataupun di masjid, di Indonesia tradisi itu dikenal dengan acara slametan,

ta’dziyah atau paling dikenal dengan acara Tahlilan.

Penghormatan seseorang yang hidup kepada orang yang telah meninggal agar

mendapatkan ampunan dari Tuhan yang maha Esa . Acara pembacaan tahlil atau Al-

quran yang dijadikan hadiah kepada mereka yang telah meninggal, pada hakikatnya

merupakan suatu doa atau istigfar yang dipanjatkan bagi orang yang meninggal dunia

agar pahala dari bacaan yang telah dibaca dihadiahkan kepada rohnya serta memohon

ampunan baginya, seperti yang tertera dalam surat Al-hasyr ayat 10:

��������� �� ���� ����

���������� ��� ������ � !�"

�#�$%&� �'()� �'(�*+��,-.�

�������� ��*����/�0

1�2�☺�4.��5� 67� �8��%9�� :5;

� 5���<�� �⌧�& �;�����>�

4 Hasan shadly, “tracy spenlor” Ensikklopedi Indonesia. Vol 6(Jakarta PT. Ichatiar Baru Van

aoeve)h.3608

Page 8: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

viii

?� �� ��'(!�" �/A*5�

B��� " &CD�EF" 1GHI

Artinya:

“ Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor),

mereka berdoa: "Ya Rabb Kami, beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami

yang telah beriman lebih dulu dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan

kedengkian dalam hati Kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb

Kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang. (Q.S al-

hasyr 10)5

Tradisi tahlilan sebagai bagian budaya kolektif yang diwariskan secara turun

temurun itu sesungguhnya merupakan suatu kompleks ide-ide, gagasan, nilai-nilai dan

juga kompleks aktivitas manusia.

Menurut Budhi santoso, ada empat unsur yang diperlukan bagi kelestarian

kehidupan sosial, yaitu adanya pengelompokan sosial, pengendalian sosial, media sosial

dan norma sosial.6 Berkaitan dengan hal tersebut, maka tradisi tahlilan dapat dimasukan

ke dalam media sosial di mana acara tersebut berfungsi sebagai objek sikap emosional

mengingat ketahanannya sehingga dapat menghubungkan masa lampau dan menggerakan

atau menciptakan berbagai kegiatan.

Tradisi tahlilan bisa menjadi sebuah sarana peringatan atau dakwah yang baik

kepada setiap manusia yang beragama islam agar tidak lengah di kehidupan dunia ini,

sebagaimana dalam alquran menyebutkan:

"8 � JF%$�* �K)�M�)N ����K*OP� Q ��☺R*5�� �����O�� ���T"�UVW

�X���� �K�☺2YH�%�� ? ��☺)O

��Z[\E] 1�� "�A(�� 68^,�YVW�

5 Thohir Abdullah Al-Kaff, Status tahlil dalam Al-quran dan Al hadis (Surabaya;AL ustadz Umar

baradja,1997)hal.1 6 S. budhisantoso, Upacara Tradisional, “kedudukan dan fungsinya dalam masyarakat” Analisis

kebudayaan. Tahun IV no.2. 1983\1984

Page 9: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

ix

)KA(�_%�� \�)�)O �]�)O Q ����

'`�Y�a%�� ��b�*"��� c75�

D2�e�� "�# %�� 1G5I

Artinya:

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari

kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka

dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan

dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (7Q,S al-Imran

:185)

Status acara tradisi tahlilan dalam masyarakat Gandaria Selatan memiliki

kedudukan yang penting yaitu menyangkut masalah hubungan kepada Allah swt (

hablum minallah) dan hubungan kepada manusia (hablum minannas) . Melihat fenomena

semua ini, penulis sangat tertarik untuk mengkajinya lebih dalam . Terpenting untuk

penulis adalah bagaimana di masyarakat kota besar (metropolitan) ini seperti wilayah

Gandaria Selatan acara tersebut masih dijalankan dan bagaimana pengaruhnya bagi

masyarakat tersebut.

B. Batasan dan rumusan masalah

Pembahasan pokok masalah dari skripsi ini adalah : Bagaimanakah acara tradisi

tahlilan malam jumat pada warga Gandaria Selatan dapat menumbuhkan kekuatan

religiusitas dalam keberagamaan dimasyarakat Gandaria Selatan guna menfilterisasi

dampak negatif arus modernisasi.

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

7 Dr M. Quuraish shihab “membumikan al-quran” Jakarta: penerbit mizan 1993 h 237

Page 10: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

x

Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui tentang pengertian tradisi tahlilan pada masyarakat Gandaria Selatan. Serta

kegunaan, motivasi dan hikmah tahlilan pada masyarakat Gandaria Selatan.

Adapun manfaat dari penelitian dan penulisan skripsi ini :

1. Sebagai referensi akademis bagi kajian sosiologi keagamaan.

2. Sedangkan yang bersifat praktis diantaranya dapat memberikan acuan atau

bahan pertimbangan bagi para calon peneliti yang ingin meneliti tradisi

tahlilan diperkotaan.

D. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian

1.1 Jenis Penelitian.

Jenis penelitan ini adalah penelitian sosial yang dilakukan di lapangan (field

research) yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan methode deskriptif analitik

yang mengambil di kelurahan Gandaria Selatan, kecamatan Cilandak. Subyek utama

penelitan adalah jamaah tahlilan 10 orang, dan 4 orang tokoh masyarakat yang banyak

mengetahui tentang kehidupan masyarakat Gandaria Selatan.

2. Teknik Pengumpulan Data.

Dalam pelaksanaan penelitan lapangan ini penulis menggunakan 3 (dua) macam

cara, yaitu:

2.1 Wawancara Mendalam (Depth Interview).

Page 11: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

xi

Wawancara ialah tanya jawab dengan berhadapan muka untuk mendapatkan

keterangan secara lisan dari seorang responden.8 Wawancara dimaksudkan untuk

memperoleh informasi secara langsung dari responden atau informasi melalui tanya

jawab. Wawancara di sini dilakukan secara mendalam dan terfokus. Di harapkan dapat

memberikan informasi secara langsung dari responden atau informan termasuk

karakteristik sosial budaya (agama, suku, usia, tingkat pendidikan dan pekerjaan)

informan terhadap penulis.

2.2 Pengamatan (observasi).

Pengamatan merupakan pencatatan secara sistematik terhadap fenomena-fenomena

yang diselidiki.9 Tehnik pengamatan ini dimaksudkan agara peneliti dapat melihat

langsung aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh jamaah tahlilan agar memperoleh data

untuk kelengkapan hasil penelitian.

2.3. Metode Kepustakaan

Metode kepustakaan adalah dengan membaca, memahami dan menginterpretasikan

buku-buku yang diambil dari berbagai sumber sebagai kerangka acuan.

3. Instrumen Pengumpulan Data

Intstrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara dan buku

catatan. Pedoman wawancara di gunakan agar lebih fokus menggali apa yang menjadi

8 Sutrisno Hadi, metodologi research 2, (yogyakarta: yayasan penerbit fakultas psikologi

UGM,1981) h.136 9 Koentjoroningrat, metode-metode penelitian masyarakat,(Jakarta: Gramedia, 1985), h.129

Page 12: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

xii

sasaran penelitaan. Sedangkan buku catatan digunkan untuk mencatat hal-hal yang dikira

sangat bermanfaat.

4.Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif.

Pendekatan ini digunakan untuk mempelajari masalah-masalah masyarakat, pandangan-

pandangan dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena ataupun fakta-fakta dimasyarakat

Gandaria Selatan. Adapun Data-data diperoleh melalui interview (wawancara) dan

observasi (pengamatan). Wawancara dilakukan secara mendalam dengan jamaah tahlilan

di Gandaria Selatan berkenaan dengan tradisi tahlilan dapat bertahan pada era

modernisasi di perkotaan. Wawancara ini dilakukan juga pada para ulama dan tokoh

masyarakat mengenai acara tahlilan dan perkembangan keagamaan di Gandaria Selatan.

Data-data tersebut di kumpulkan lalu diolah, dianalisis, dan dipaparkan secara deskriptif

yang kemudian disusun sebagai laporan tentang tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus

modernisasi di Gandaria Selatan kota madya Jakarta Selatan.

5. lokasi Penelitian.

Lokasi penelitian yang ditentukan oleh penulis berada di jalan Bahari kelurahan

Gandaria Selatan, kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan. Untuk menambah penelitian

yang lebih akurat, maka penulis mengunjungi tempat-tempat kegiatan acara tahlilan

dilakukan.

E. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdapat dari lima Bab yang masing-masing memiliki sub-sub bab

dengan penyusunan sebagai berikut:

Page 13: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

xiii

Bab I Merupakan bab pendahuluan yang diawali : dari latar belakang masalah,

batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian , tinjauan literature,

metodologi penelitian, sistematika penulisan.

Bab II Menjelaskan tinjaun teoritis tentang pengertian tahlil, pengertian

modernisasi keberagamaan dalam pandangan sosiologi agama

Bab III Gambaran umum tentang kondisi masyarakat setempat, fasilitas umum:

bidang pendidikan, bidang ekonomi, bidang sosial, bidang agama.

Bab IV Acara tahlilan pada masyarakat kelurahan Gandaria selatan Jakarta selatan

meliputi , Bacaan tahlilan, interaksi dan integrasi jamaah tahlilan.

Berbagai pendapat tentang tahlilan menurut masyarakat Gandaria Selatan

Bab V Bab kelima merupakan tahap akhir dari penulisan skripsi, yang berisi

kesimpulan dan saran seputar persoalan yang diangkat dari awal sampai

akhir pembahasan.

Page 14: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

xiv

BAB II

KAJIAN TEORI

A. PENGERTIAN TRADISI DAN TAHLILAN

1. Pengertian Tradisi

Setiap kelompok manusia yang hidup memiliki “warisan” tradisi yang berfungsi

sebagai struktur sosialnya, Istilah tradisi yang telah menjadi bahasa Indonesia, dipahami

sebagai sesuatu yang turun temurun dari nenek moyang.10

Tradisi merupakan pewarisan norma-norma, kaidah-kaidah, dan kebiasaan-

kebiasaan. Tradisi tersebut bukanlah suatu yang tak dapat diubah. Tradisi justru

dipadukan dengan aneka ragam perbuatan manusia dan diangkat dalam keseluruhannya.

Karena manusia yang membuat tradisi maka manusia juga yang dapat menerimanya,

menolak dan mengubahnya.11

Tradisi dalam kamus antropologi sama dengan adat istiadat yakni kebiasaan yang

bersifat magis religius dari kehidupan suatu penduduk asli yang meliputi mengunci nilai-

nilai budaya, norma-norma, aturan-aturan dan hukum yang saling berkaitan, dan

kemudian menjadi suatu sistem atau peraturan yang sudah mantap serta mencakup segala

konsepsi sistem budaya dari suatu kebudayaan untuk mengatur tindakan sosial.12

Tradisi dipahami sebagai suatu kebiasaan masyarakat yang memiliki pijakan

sejarah masa lampau dalam bidang adat, bahasa, tata kemasyarakatan, keyakinan dan

sebagainya, maupun proses penerusan yang terjadi tanpa dipertanyakan sama sekali

10 W.J.S poewadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta:balai pustaka 1995),h.1088 11 Van person, sosiologi kebudayaan,(Jakarta: konisius,1979)h.11 12Ariyono dan Aminuddi Siregar, Kamus Antropologi, (Jakarta: Akademika Pressindo,1985),h-4

Page 15: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

xv

khusus dalam masyarakat tertutup dimana hal-hal yang telah lazim dianggap benar dan

lebih baik diambil alih begitu saja. Memang tidak ada kehidupan manusia tanpa sesuatu

tradisi.Tetapi bila tradisi diambil alih sebagai harga mati tanpa pernah dipertanyakan

maka masa kinipun menjadi tertutup dan tanpa garis bentuk yang jelas seakan-akan

hubungan dengan masa depanpun menjadi terselubung, tradisi lalu menjadi tujuan dalam

dirinya sendiri.13

Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tradisi merupakan segala

sesuatu yang telah dilakukakan dari zaman dahulu sampai sekarang, adapun baik - buruk

dari tradisi itu masyarakat tersebut yang menilainya.

Tradisi banyak mempunyai fungsi dan kekuatan dalam masyarakat setempat baik

di bidang spiritual maupun materiil. Karena dalam kehidupan masyarakat upaya manusia

untuk menciptakan rasa aman, tentram dan sejahtera merupakan simbolisasi dalam rantai

kehidupan agar tercipta tindakan-tindakan sosial yang teratur dalam masyarakatnya.

Tradisi keagamaan sebagai unsur dalam masyarakat dapat memberi peranan positif dalam

menciptakan rasa aman, tentram dan kesejahteraan selama masyarakat dan individu itu

menyakini kebenarannya secara mutlak

Seperti diketahui Indonesia yang multi etnik mempunyai macam-macam tradisi

yang berlandaskan pada simbol keagamaan yang ditransfer dalam bentuk upacara

ataupun ritual yang melambangkan kesakralan dalam pemaknaannya, sehingga

menjadikan tradisi tadi diakui dan diyakini mempunyai manfaat dan kebaikan baik bagi

individu ataupun bagi masyarkat sebagai wadah pengintergasian. Sebagaimana kata

Nottingham sebagai berikut:

13 Hasan shadily “tracy spenser” ensiklopedia indosia, Vol.6.(Jakarta : ichtiar baru van hoeve)

h.36.08

Page 16: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

xvi

1. Masyarakat yang terbelakang dan nilai-nilai saklar. Tipe masyarakat ini

kecil, terisolasi, dan terbelakang. Anggota mayarakatnya menganut agama

yang sama. Tidak ada lembaga lain yang relatif berkembang selain lembaga

keluarga, agama menjadi fokus utama bagi pengintergasian dan persatuan

masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu , kemungkinan agama

memasukkan pengaruh yang saklar kedalam sistem nilai-nilai masyarakat

sangat mutlak.

2. Masyarakat praindustri yang sedang berkembang. Keadaan masyarakatnya

tidak terisolasi, ada perkembangan teknologi yang lebih dari tinggi dari tipe

pertama. Agama memberikan arti dan ikatan kepada sistem nilai dalam tipe

masyarakat ini.tetapi, pada saat yang sama, lingkungan yang saklar dan yang

sekuler sedikit-banyak masih dapat dibedakan. Misalnya, pada fase-fase

kehidupan sosial masih di isi oleh upacara-upacara keagamaan, tetapi pada

sisi kehidupan lain, pada aktivitas sehari-hari, agama kurang mendukung.

Agama hanya mendukung masalah adat istiadat saja. Nilai-nilai keagamaan

dalam masyarakat menempatkan fokus utamanya pada pengintergasian

tingkah laku perseorangan, dan pembentukan citra pribadi mempunyai

konsekuensi penting bagi agama. Salah satu akibatnya, anggota masyarakat

semakin terbiasa dengan penggunaan empiris yang berdasarkan penalaran

dan efisiensi dalam menanggapi masalah-masalah kemanusiaan sehingga

lingkungan yang bersifat sekuler semakin meluas.14

Keyakinan masyarakat pada suatu tradisi menjadikan masyarakat itu mempunyai

identitas sosial dan norma-norma yang menjadikan sebagai pijakan setiap individu-

individu guna mengatur suatu tindakan-tindakan sosial agar terbentuk citra pribadi dan

menumbuhkan kesatuan pada masyarakat akan ketergantungan salah satu anggota

masyarakat dengan anggota yang lainnya

Banyak teori yang dikemukakan para ahli untuk menjelaskan asal mula segala

bentuk religi di dunia ini, secara umum, teori tentang religi dapat dibagi kedalam tiga

bagian besar, yaitu teori-teori yang berorientasi kepada keyakinan religi, teori-teori yang

dalam pendekatan berorentasi kepada sikap manusia terhadap alam ghaib dan teori-teori

yang berorientasi kepada upacara religi. Dalam penelitian ini yang menjadi landasan teori

adalah teori tentang upacara religi karena fokus dalam penelitian ini adalah tentang

14 Elizabeth k.nottingham Religion and Society, terjemahan abdul muis naharong, penerbit cv

Rajawali, Jakarta, 1985, h, 31

Page 17: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

xvii

proses pelaksanaan suatu upacara religi. Namun, hal ini tidak terlepas dari suatu

keyakinan dalam masyarakat yang mendasari tindakan dan menyebabkan mereka

berkelakuan serba religi. Dalam membahas prosesi upacara nanti, juga akan dianalisa

tentang komponen penting dalam ritus atau upacara religi yang dapat ditemui dalam

upacara tersebut.15

Manusia pada dasarnya menyadari bahwa di sekitarnya terdapat kekuatan di luar

kemampuannya yang mengatur dan memelihara alam semesta. Sejak permulaan manusia

menyadari hal itu sudah timbul berbagai upaya untuk menjelaskan kekuatan luar biasa

tersebut. Suatu bentuk keyakinan tertua menurut Lang adalah kepercayan terhadap dewa

tertinggi. Sementara Marret berpendapat bahwa bentuk tertua dari religi adalah keyakinan

akan hal luar biasa, emosi keagamaan dan upacara untuk menghormati kekuatan

itu.Kedua pendapat itu pada dasarnya menjelaskan bahwa manusia memang menyadari

segala kekuatan luar biasa yang mengelilinginya dan karena itu mereka melakukan

berbagai aktivitas yang bertujuan untuk menghormati kekuatan tersebut.16

Sebuah teori yang tidak berpangkal pada analisa sistem keyakinan atau pelajaran

doktrin dari religi, tetapi pada upacaranya dikemukakan oleh smith. Smith

mengemukakan gagasannya yang pertama, bahwa di samping sistem keyakinan dan

doktrin, sistem upacara juga merupakan suatu perwujudan dari religi atau agama yang

memerlukan studi dan analisa khusus. Dalam banyak agama, upacara tidak berubah,

namun latarbelakang, keyakinan, maksud atau doktrinnya berubah.

Kedua, upacara religi atau agama yang biasanya dilaksanakan oleh banyak warga

masyarakat pemeluk religi atau religi yang bersangkutan bersama-sama, mempunyai

15Koenjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi I (Jakarta: UI press,1988). H 58 16 Koenjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi I (Jakarta: UI press,1988). h 60-62

Page 18: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

xviii

fungsi social untuk mengintensifkan solidaritas masyarakat. Ada diantara warga

masyarakat yang memang benar-benar ritual itu dengan sungguh-sungguh atau hanya

sekedar menjalankan kewajiban saja.

Ketiga, Smith mengajukan teori mengenai fungsi sesaji, menurutnya, upacara

pengorbanan atau sesaji itu merupakan aktivitas untuk mendorong rasa solidaritas dengan

dewa. Smith menggambarkan upacara sesaji sebagai suatu upacara yang gembira meriah

tetapi juga keramat dan tidak sebagai sebagai suatu upacara yang khidmat. Pemberian

sesaji di tempat-tempat keramat bertujuan untiuk mendukung kepercayaan mereka

terhadap adanya kekuatan mahluk halus agar jangan mengganggu. Selain itu juga

manusia mengharapkan berkah dan terhindar dari gangguan mahluk hidup lain.17

2. Pengertian Tahlilan

Tahlilan menurut bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata “ Hallala” yang

berarti mengucapkan “laa ilaaha illallah” seperti basmalah berarti membaca bismilla,

hamdala mengucapkan alhamdulillah dan seterusnya. Adapun bentuk kata kerjanya ialah

( hallala-yuhallilu) yang berarti membaca atau mengucapkan : Laa ilaaha illallah.

Bentuk masdarnya ialah: “Tahliilan-Attahliilu” yang berarti pembacaan ucapan: Laa

ilaaha illallah. 18

Tahlilan menurut definisi adalah pertemuan atau perkumpulan untuk membaca

tahlil yang dilakukan masyarakat di berbagai tempat, yaitu dengan membaca al-quran,

shalawat, istigfar, tahlil, dzikir kepada Allah swt dan di akhiri dengan doa kepada kepada

17 Koenjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi I (Jakarta: UI press,1988). h 68 18 Abdullah al-kaff thohir Status Tahlilan dalam Al-quran dan Al hadis (Surabaya: perguruan

islam “al ustadz umar baradja”,1997) hal. 7

Page 19: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

xix

Allah swt yang isinya agar pahala dari bacaan yang telah dibaca dihadiahkan kepada

rohnya serta memohon ampun baginya.19

Kalimat la ilaha illah adalah kalimat yang menggambarkan tauhid, ia adalah

kalimat utama dalam maqam islam. Pertengahan dan tujuan akhirnya, ia adalah kaidah

atau aqidah islam, iman dan ihsan diatasnya dibangun agama dan kiblat. Ia meliputi

seluruh makna tauhid, dengan kalimat itu, semua utusan tuhan datang dan semua kitab

diturunkan, ia bisa menyelamatkan dari kecelakaan abadi dari siksa yang pedih. Semua

maqam yang tidak berdiri diatas kalimat la ilaha illah adalah batil. Semua amal dari

berbagai amal baik, tidak akan diterima kecuali dengannya makna kalimat tauhid adalah

mengesakan dzat yang qodim, azali dan Allahu ahad, ahad makna tidak terbilang Allah

adalah ismu al-azham (nama yang paling agung) sedang semua nama Allah yang lain

menjelaskan nama itu.20

Tahlil merupakan salah satu bentuk zikir, setiap zikir mempunyai keutamaan dan

kalimat “ laa ilaaha illallah” salah satu sigat zikir yang paling utama berdasarkan hadist

nabi “ Zikir yang paling utama adalah kalimat “laa ilaaha illallah”. Kenapa kalimat ini

sangat utama dan paling tinggi diantara sigat yang lain, kalimat laa ilaaha illallah kalimat

yang dibawa oleh para nabiyullah dalam berdakwah kepada seluruh umatnya mulai dari

nabi adam as sampai nabi kita Muhammad saw

Tradisi Tahlilan merupakan salah satu bagian dari bentuk sikap dalam konteks

sosial keagamaan. Istilah tahlilan sering dikaitkan dengan acara slametan ataupun

19 Thohir Abdullah Al-Kaff, Status tahlil dalam Al-quran dan Al hadis(Surabaya;AL ustadz Umar

baradja,1997) hal.1

20 Usman al sa,id al syarqawiy, makalh al-dzikr Bain al-Ibadat (kairo al-hai’ah al mishiriyyah al-

amanah ul kitab,1995), h 41-42

Page 20: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

xx

ta’dziyah, karena ketiga hal tersebut merupakan kegiatan sosial dan keberagamaan yang

diyakini orang banyak dan mempunyai faedah-faedah bila dilaksanakan

Banyak masyarakat Islam menyakini tradisi tahlilan adalah suatu acara yang akan

menambah keimanan mereka dan solidaritas masyarakat akan semakin erat karena Islam

mempunyai banyak dimensi dalam memahami ajaran agamanya, keanekaragaman inilah

yang menimbulkan fenomena-fenomena sosial dalam masyarakat. Penulis sangat berhati-

hati dalam mejelaskan tulisan ini agar tidak terjadi kontradiktif dalam memahami tradisi-

tradisi Islam di masyarakat tersebut

Tradisi tahlilan yang masih dilaksanakan di setiap lapisan masyarakat di

Indonesia adalah tradisi yang turun temurun merupakan suatu kompleks ide-ide, gagasan,

nilai-nilai dan juga kompleks aktivitas manusia. Tradisi tahlilan merupakan apresiasi

keimanan yang bertujuan pendekatan manusia kepada tuhannya, karena iman bisa berada

pada tingkat keabstrakan yang sangat tinggi, yaitu sulit ditangkap hubungannya dengan

perilaku. Untuk menengahi antara iman yang abstrak dan tingkah laku atau amal

perbuatan yang konkret itu ialah melalui ibadah.21

Seperti diterangkan diatas isi pembacaan tahlil adalah mencakup semuanya

seperti membaca ayat Quran (Yaasin dan sebagainya) kemudian membaca Laa ila ha illa

Allah, Tasbih dan Takbir, sholawat dan salam atas junjungan Nabi Muhamad saw.

Setelah itu berdoa bersama pada Allah SWT, untuk roh-roh Anbiya (para Nabi-nabi),

ulama-ulama dan semua saudara-saudara muslimin yang telah meninggal agar

diampunkan dosa mereka, dinaikkan derajat mereka di surga dan rahmat Allah SWT agar

selalu mengiringi mereka. Kemudian berdoa pada Ilahi agar amalan-amalan, rahasia ilmu

21 Muhyidin Abdos Somad, Tahlil dalam pandangan Al-Quran dan As-Sunnah, (Kajian kitab

kuning); Surabaya PP. Nurul Islam 2005 h.7

Page 21: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

xxi

dan kelebihan agama yang dikaruniakan oleh Allah SWT pada mereka waktu masih

hidup, semuanya itu agar Allah mengaruniakan juga pada manusia yang masih hidup ini.

Setelah itu dikeluarkan hidangan-hidangan, menurut kemampuan dan kerelaan masing-

masing, untuk para hadirin. Tujuan hidangan ini tidak lain agar menyemarakkan serta

menggembirakan para hadirin serta tidak ada paksaan dalam hal ini.

Praktik tradisi tahlilan merupakan ritual zikir yang bertujuan untuk mendekatkan

diri pada Tuhan yang Maha Esa agar mendatangkan manfaat-manfaat bagi kehidupan

atas dasar keyakinan yang kuat sehingga tradisi tahlilan ini tidak hanya sekedar

berkumpul saja tetapi memang memberikan suatu kontribusi spiritual bagi siapa saja

yang menyakininya,

Penulis tidak bisa memungkiri bahwa di Indonesia terdapat ajaran-ajaran tarekat

yang berkembang pesat sejak dahulu ketika islam masuk ke Indonesia, karena setiap inti

dari ajaran tarekat itu adalah praktek tentang zikir pada Allah swt. Zikir adalah kunci dan

sekaligus menempati sisi yang amat penting dalam tradisi tarekat, karena pengikut tarekat

meyakini dengan membaca zikir atau wirid asma Allah merupakan cara dalam

pembersihan diri untuk mencapai sifat Allah, yakni bersifat dengan sifat-sifat NYA yang

mulia sehingga dapat mencapai derajat insan kamil. 22

Tradisi tahlilan di masyarakat mempunyai fungsi yang kompleks dan

pemaknaannya pun sejauh mana masyarakat memahami tentang ajaran tradisi Islam ini

dalam konteks ke Indonesian, sehingga pandangan agama di masyarakat bersifat menyatu

dan universal agar tidak terjadi konflik golongan yang hanya akan merugikan pengikut

agama itu saja.

22Amsal bakhtiar, tarekat qadiriyah:pelopor Aliran-Aliran Tarekat di Dunia ,refleksi,Vol

VI,No.!2004, Jakarta

Page 22: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

xxii

3. Tahlilan dalam Prespektif al-Quran dan al-Hadis

Di muka telah dijelaskan bahwa tahlilan berasal dari bahasa arab yaitu Hailata-

yuhalilu-Hailalan-Wa hailaltan yang mempunyai arti membaca tahlil atau kalimat

Lailahaillah.23

Pada dasarnya kata tahlil bersumber dari hadist nabi saw yang

diriwayatkan oleh Jabir yang berbunyi: “sebaik-baik bacaan zikir adalah mengucapkan

Lailahaillah.”Dan kalimat tahlil itu terangkum dalam dua kalimah syahadat yang

termasuk salah satu rukun Islam .

Awal mula adanya Tahlilan atau majlis dzikir sudah ada sejak masa nabi saw,

sebab syariat Islam diturunkan dan dianjurkan untuk memperbanyak dzikir kepada

Allah, baik secara sendiri-sendiri atau berjamaah. Dzikir yang dilakukan secara

berjamaah itulah yang disebut dengan majlis dzikir yang saat ini orang menyebutnya

dengan nama majlis Tahlil atau Tahlilan. Didalam al-Qura terdapat banyak ayat yang

menganjurkan umat islam memperbanyak berdzikir yaitu bertasbih, tahmid, takbir dan

tahlil kepada Allah swt, firman Allah itu adalah:

�Kh���iR2�� �;������ ?� ��

?��j�k%N� ��� ☯#%��N

m#�n⌧� 1GI p�)5E/�0�

'�#Q� r⌧b�s�W� 1tI

Artinya: ”hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah kepada Allah sebanyak-

banyaknya dan bertasbihlah memuji-Nya pagi dan petang”

{Q.S al-Ahzab: 41-42)24

Dan di dalam firman Allah yang lain adalah:

)N5u)O vwe%Y6x)� p'`�p<yz��

?�#�T%N��)O ��� �n☺2Y��

23 Lihat catatan kaki nomor 16 Bab II 24Sufyan Raji Abdullah, Bid’ahkah Tahlilan dan Keselamatan Kematian?, : Jakarta 2006, Putra

Grafika h,2

Page 23: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

xxiii

(Y����� `:p�� ���{5�� U ` )N5u)O ��|(�*Oi�☺\a� ?�☺Y���i)O

p'`�p<yz�� ` A}5� p'`�p<yz��

\4�*�⌧� :p� ��~� ���)☺%��

�(/2�e�� �(�����A� 1GHZI

Artnya “Apabila kamu telah selesai mengerjakan shalat, berdzikirlah kepada Allah

disaat kamu berdiri, duduk atau diwaktu kamu berbaring”

{Q.S an-Nisa;103}

Berdasarkan ayat diatas bahwa manusia dituntut oleh Allah agar selalu

mengingatnya baik dalam situasi apapun baik itu rasa senang, bahagia apalagi menderita

agar selalu mengingat Allah swt.

Ada juga hadist yang menerangkan bahwa pada masa Rasullah saw, para sahabat

mengadakan halaqah atau majlis dzikir.25

Dalam majlis tersebut dibaca tasbih, tahmid,

takbir dan tahlil, sehingga para malaikat datang untuk membawa rahmat dan bahkan

mengikuti majlis tersebut. Hadis ini menunjukkan bahwa majlis dzikir telah ada sejak

masa nabi saw. Seperti di ketahui bahwa nabi tidak pernah bicara atas hawa nafsunya,

setiap yang di katakan nabi saw adalah wahyu dari Allah. Pernyataan tersebut

berdasarkan dari firman Allah yang berbunyi:

���� ��� �� 1�� [�'�O�� 1ZI

�}5� ��� c75� ⌦��� `����� 1I

Artinya: “Dan Muhammad tidak mengatakan sesuatu atas hawa nafsunya, melainkan

wahyu yang di wahyukan kepadanya”{Q.S an-najm;3-4}26

Acara pada Tahlilan adalah hanya sebuah nama atau sebutan saja bagi sebuah

acara dzikir dan doa bersama. Dikatakan majlis dzikir sebab sejumlah orang berkumpul

bersama-sama untuk munajat kepada Allah dengan berdzikir kepadaNya. Dan dikatakan

25 Sufyan Raji Abdullah, Bid’ahkah Tahlilan dan Keselamatan Kematian?, : Jakarta 2006 Putra

Grafika h.23 26 Sufyan Raji Abdullah, Bid’ahkah Tahlilan dan Keselamatan Kematian?, : Jakarta 2006 Putra

Grafika h.5

Page 24: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

xxiv

majlis Tahlilan sebab sejumlah orang berkumpul bersama dan bermunajat kepada Allah

dengan mengucapkan kalimat tahlil, tasbih tahmid, takbir asmaul husna, shalawat pada

nabi saw dan al-quran. Dengan demikian jelas bahwa majlis tahlil sama dengan majlis

dzikir yang berbeda hanya nama atau istilah sedangkan hakikatnya sama saja.27

Acara tahlilan atau majlis tahlil adalah suatu perkumpulan yang dibentuk oleh

sejumlah umat Islam guna munajat kepada Allah dengan berdzikir dan doa

bersama.Acara ini biasanya dilakukan secara rutin atau mingguan ataupun bulananan atau

setiap malam jumat silih berganti dari rumah kerumah ataupun dimasjid.28

Sebagian kecil kalangan umat islam di Indonesia menilai bahwa acara tersebut

adalah bi’dah karena tidak ada contohnya pada waktu Muhamaad saw. Anggapan itu

sangat keliru dan hanyalah warisan paham yang sesat. Bila dilihat bacaan tahlil tidak satu

hurufpun yang menyimpang dari syariaat islam. Sedangkan membaca dzikir atau tahlil

dianjurkan oleh syariat islam , baik secara sendiri atau berjamaah, karena merupakan

ibadah lisan kepada Allah swt sebagaimana firman Allah Swt;

�:5��# �%N��)O �� ��# �%N�W

?�#�{\��� :J 67� I}�#�$Q)

1G5tI

Artinya: ” dan dzikirlah kepadaku niscaya Aku ingat kepadamu dan bersyukurlah

kepadaku dan janganlah kamu menjadi orang kafir”

{Q.S al-Baqarah:152}

Agar lebih jelas lagi penulis akan mengemukakan beberapa pendapat tentang

hukum melaksanakan majlis atau acara tahlilan terutama dengan acara tahlil atau

27 Thohir Abdullah Al-kaff, Status Tahlil dalam Al-Quran dan Al-hadis, penerbit buku Teladan,

Surabaya, H4 28 Sufyan Raji Abdullah, Bid’ahkah Tahlilan dan Keselamatan Kematian?, : Jakarta 2006 Putra

Grafika

Page 25: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

xxv

berdzikir bersama dengan acara kematian untuk mendoakan dan hadiah pahala kepada

orang yang telah meninggal dunia? Adalah sebagai berikut :

1. Haram, tahlilan kematian atau doa bersama bila dalam acara tahlilan tersebut.

Sama yang dilakukan oleh masyarakat jahiliyah yang terdapat unsur kemusyrikan

dan bertentangan dengan syariat islam. Adanya keyakinan tidak sah atau tidak

boleh mengadakan selamatan kematian pada malam-malam ruh hadir kerumah

duka, lalu sang keluarga menyajikan makanan untuk sesaji dibawah terakahir

tempat tidur terakhir mayat dan mempersembahkan sesaji berupa 7 macam

jajanan atau jenis bunga tertentu.

2. Makruh, sebagian ulama berpendapat tahlilan kematian atau doa bersama terkena

hukum makruh bila hanya sekedar berkumpul, makan-makan kemudian pulang

karena menurutnya masih adanya tradisi budha namun tanpa adanya keyakinan

seperti yang diyakini orang budha, adanya ratapan atau nihayah29

yang

berlebihan dan harta yang digunakan dipaksakan dan di ada-adakan.

3. Mubah, tahlilan kematian atau doa bersama untuk mayit yang diperbolehkan bila

acara tersebut diisi dengan membaca al-quran, shalawat , dzikir, tasbih, tahmid,

tahlil, takbir dan doa bersama yang ditujukan untuk si mayit.30

Mayoritas ulama Ahlus sunnah wal jama’ah berpendapat bahwa boleh mengadakan

acara dzikir dan doa bersama kepada orang islam yang telah meninggal dunia, sebab doa

29Nihayah adalah memperlihatkan kesedihan yang melewati batas seperti menangissambil

menjerit, berbicar tidak karuan, memukul-mukul kepala, pipi dan dadanya sendiri, menggunakan busana

yang tidak pantas , membanting piring dan lain sebagainya 30 Sufyan Raji Abdullah, Bid’ahkah Tahlilan dan Keselamatan Kematian?, : Jakarta 2006 Putra

Grafika 67-70

Page 26: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

xxvi

dan hadiah pahala bermanfaat bagi mayit. Pendapat ini berdasarkan dalil-dalil sebagai

berikut:

1. Allah menganjurkan mendoakan pada sesama muslim baik yang hidup atau

yang telah meninggal dunia, maka diperbolehkan mengadakan acara doa

bersamauntuk memohonkan ampunan bagi orang yang telah meninggal dunia.

Firman Allah yang berbunyi :

wp<����)O �ER*�W �7 �E2)�5� c75�

��� �#�$%�|0�� ��5/�*)�5�

�;~� ���)☺O<���

�42'(���)☺%��� Q ����

�p<���� �� Q�/R<)��|�

�� Q������� 1GxI

Artinya : “Dan mohonlah ampunan pada Allah untuk dosamu dan dosa-dosa

orang mukmin laki-laki dan perempuan{yang hidup atau yang telah

meninggal dunia}

(Q.S Muhammad :19)

Ayat tersebut menganjurkan kepada orang islam untuk mohon ampunan atas

dosa-dosa sendiri dan dosa-dosa orang mukmin dan mukminat baik yang

masih hidup atau yang telah meninggal. Baik dilakukan dengan cara bersama-

sama ataupun sendiri

2. Allah memuji kepada orang-orang mukmin yang mendoakan kepada sesama

muslim baik yang masih hidup atau yang telah meninggal dunia. Firman Allah

yang berbunyi :

��������� �� ���� ����

���������� ��� ������ � !�"

�#�$%&� �'()� �'(�*+��,-.�

�������� ��*����/�0

1�2�☺�4.��5� 67� �8��%9�� :5;

� 5���<�� �⌧�& �;�����>�

Page 27: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

xxvii

?� �� ��'(!�" �/A*5�

B��� " &CD�EF" 1GHI

Artinya ; “Dan orang-orang yang dating setelah mereka, mereka berdoa’ Ya

Allah, ampunilah dosa-dosa kami dan dosa-dosa saudara kami

yang telah mendahului kami dengan keimanan {meninggal} jangan

jadikan hati kami benci{tidak mau mendoakan} kepada orang-

orang yang beriman. Wahai tuhanku sesungguhnya Engkau maha

arif dan bijaksana” (Q.S al-Haysr :10}

Ayat tersebut menunjukkan bahwa diperbolehkan mendoakan orang islam

yang telah meninggal dunia. Adapun caranya tidak terikat dengan cara-cara

tertentu dan tidak menyimpang dengan syariat agama islam.

3. Menurut madzhab Al-imam Ahmad bin Hambal dan jumhur ulama salaf,

hadiah pahala untuk orang meninggal sampai kepadanya, yang merupakan

pendapat sebagian rekan abu Hanifah, al-imam Ahmad berpendapat

menetapkan hal seperti ini yang disebutkan dalam riwayat Muhammad bin

yahya al-kahhal, dia berkata” Abu Abdullah pernah ditanya, seseorang

melakukan kebaikan , berupa shalat atau sadaqah atau lainnya, lau dia

membagi separuhnya untuk ayah dan ibunya, bagaiman dengan hal ini ? Aku

menjawab, aku juga akan berharap seperti itu’ atau dia berkata “shadaqah atau

apappun bisa sampai kepada orang yang sudah meninggal” dia juga berkata,

bacalah ayat kursi tiga kali, lalu baca surah al-ikhlas, lalu ucapkanlah,”Ya,

Allah, sesungguhnya keutamaannya bagi ahli kubur.31

4. Dalam hadist dar Ashim bin kulaib dari ayahnya seorang sahabat anshar

diterangkan bahwa diperbolehkan mengadakan doa bersama untuk mendoakan

orang yang telah meninggal dunia dan diperbolehkan menghidangkan jamuan

ala kadarnya guna menghormati tamu yang hadir. Hadis mempunyai arti

31 Ibnu Qayyim al-Jauziyah ar-Ruh li ibnul Qayyim, terjemah oleh Kathur Sunardi, penerbit

Pustaka al-Kautsar, Jakarta 2003Cet.12 h.199

Page 28: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

xxviii

sebagai berikut :” Kami keluar bersama Nabi saw, untuk menghantar jenazah,

maka setelah kami pulang datang istri si mayat untuk mengundang kami

datang kerumahnya, kemudian ia menghidangkan makanan, Nabi saw pun

mengambil makanan dan beliau makan, kemudian para sahabat yang ikut di

undang juga ikut makan-makanan tersebut (HR, Ahmad)32

hadis ini juga

diriwayatkan oleh Al-baihaqi dalam Dalail Al-Nubuwah, dengan demikian,

Hadist tersebut menyatakan bahwa nabi Muhammad saw di undang oleh

keluarga mayit, yakni isteri dari orang meninggal dunia itu, Nabi saw dan para

sahabatnya berkumpul dirumah duka sesudah jenazah dikubur dan memaka-

makana yang disuguhkan kepadanya. Dan ibrahim Al-Halabi berkata” hadis

ini menunjukkan kebolehan mayat membuat makanan dan mengundang untuk

makan, jika makanan itu disuguhkan kepada fakir miskin, hal itu baik kecuali

jika salah satu ahli warisnya ada yang masih kecil, maka tidak boleh

diambilkan, dari harta waris si mayit.33

Dzikir dan doa kepada orang yang sudah meninggal adalah suatu anjuran

Rasullah saw agar umat islam mendoakan orang yang telah meninggal dunia dengan

tulus dan ikhlas sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA yang

berbunyi: “ Aku mendengar Rasullah saw, bersabda, jika kamu semua menshalati

mayit maka berdoalah dengan ikhlas dan lagi hadis yang diriwayatkan oleh abu dzar

Ra : yang artinya “ Dari abu dzar Ra, ada beberapa sahabat berkata kepada nabi saw,

Ya rasullah, orang-orang yang kaya bisa beruntung mendapatkan pahala yang banyak,

32 Sufyan Raji Abdullah, Bid’ahkah Tahlilan dan Keselamatan Kematian?, Jakarta 2006 Putra

Grafika h.34 33 Muhyidin Abdos Somad, Tahlil dalam pandangan Al-Quran dan As-Sunnah, (Kajian kitab

kuning); Surabaya PP. Nurul Islam 2005 h.27

Page 29: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

xxix

padahal mereka shalat seperti kami shalat, mereka berpuasa seperti kami puasa,

mereka sedekah dengan kelebihan harta mereka, Nabi saw menjawab” bukankah

Allah swt telah menyediakan untukmu sesuatu yang dapat kamu sedekahkan ?

sesunggunya satu tasbih yang kamu baca adalah sedekah, setiap tahmid adalah

sedekah, dan setiap tahli adalah sedekah.34

Dalam kitab tafsir khazin karangan syaikh alaudin Ali bin Muhammad al-

Bagdady diterangkan“ dan pada dua hadist yang terakhir adalah dalil bahwasannya

shadaqah dan pahalanya dihadiahkan kepada mayat adalah bermanfaat bagi mayat

dan pahalanya sampai pada mayat dan ini merupakan kesepakatan ulama dan para

Ulama juga sepakat bahwa doa untuk mayat dan melunasi hutang mayat adalah

sampai pada mayat karena terdapat nas (al-quran dan hadis) yang

menerangkannya”.35

Ulama Ahlus sunnah wal jamaah bahwa acara tahlilan dan doa bersama yang di

hadiahkan untuk mayat tidak ada larangan bahkan dianjurkkan dan boleh pula

menghidangkan makanan ala kadarnya untuk menghormati tamu dan jangan

memaksakan.

B. MASYARAKAT PERKOTAAN DAN MODERNISASI

34Muhyidin Abdos Somad, Tahlil dalam pandangan Al-Quran dan As-Sunnah, (Kajian kitab

kuning); Surabaya PP. Nurul Islam 2005.h.29 35 Sufyan Raji Abdullah, Bid’ahkah Tahlilan dan Keselamatan Kematian?, Jakarta 2006 Putra

Grafika h.35

Page 30: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

xxx

1. Pengertian Modernisasi

Secara harfiah istilah modern mengacu kepada lawan dari istilah ancient atau

traditional. Modernisasi adalah perubahan nilai-nilai, perubahan cita-cita dan orientasi

kembali aspirasi, Modernisasi berarti mengembangkan rasionalitas dan cara-cara berfikir

yang baru dan masuknya cara-cara itu kedalam setiap bidang kegiatan manusia,

modernisasi tentu saja perubahan yang dinamis, tetapi implikasinya mencakup tidak

hanya luntur tradisionalisme, tak adanya ketakutan akan perubahan, tetapi juga meliputi

usaha mewujudkan perubahan-perubahan.36

Proses modernisasi mencakup proses yang sangat luas, menurut Niel.J.Smelser.

Istilah modernisasai ialah suatu konsep sekeluarga dengan istilah’pembangunan

ekonomi’, tetapi lebih luas jangkaunnya menunjukkan bahwa perubahan-perubahan

teknik ekonomi dan ekologi berlangsung dalam keseluruhan jaringan sosial dan

kebudayaan. Dalam suatu Negara yang baru akan timbul perubahan-perubahan besar

yang mencakup antaranya:

• Dalam bidang politik sewaktu-waktu sistem kewibawaan suku dan desa yang

sederhana itu digantikan dengan sistem-sistem pemilihan umum, kepartaian,

perwakilan dan birokrasi pegawai negeri;

• Dalam bidang pendidikan sewaktu-waktu masyarakat berusaha mengurangkan

ke buta hurufan dan meningkatkan keterampilan-keterampilan yang

membawa hasil ekonomi;

• Dalam bidang religi, sewaktu sistem-sistem kepercayaan sekuler mulai

menggantikan agama-agama tradisionalisme;

36 Calvin goldschieder, populasi modernisasi dan struktur sosial, peterjemah Al-ghozie usman dan

andre bayo ala (Jakarta : cv rajawali, 1985) hal,141

Page 31: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

xxxi

• Dalam lingkungan keluarga, ketika unit-unit hubungan kekeluargaan yang

meluas menghilang,

• Dalam lingkungan stratifikasi ketika mobiltas geografis dan social cenderung

untuk merenggangkan siste-sistem hirarki yang sudah pastidan turun

temurun.37

Lain halnya yang dikemukan Cak Nur, yang mengartikan bahwa’modernisasi

sebagai rasionalisasi yang ditopang oleh dimensi-dimensi moral dengan berpijak pada

prinsip iman kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan baginya perombakan pola berpikir dan

tata kerja lama yang tidak akliah (non rasional) dan menggantinya dengan pola berpikir

dan tata kerja baru yang akliah (rasional) harus didepankan dengan memajukan

penemuan-penemuan mutakhir dibidang ilmu pengetahuan dan sains teknologi38

.

Jadi bagi Cak Nur modernisasi itu bukan mengambil apa yang datang dari barat

gaya dan cara hidupnya, tetapi cara berfikir dan tata kerja yang rasional yang perlu

dicontoh dan di kedepankan.

Pendapat Cak Nur tersebut didukung oleh pendapat dari Sidi Gazarba,

menurutnya”modernisasi secara sederhana sebagai suatu proses pembaharuan dan

perubahan yang mengarah kepada apa yang lebih efektif dan “lebih efisien” dengan

mempergunakan ilmu dan teknologi, manusia akan mampu untuk mengembankan suatu

kehidupan sosial yang lebih damai, suatu kehidupan ekonomi yang lebih makmur, suatu

kehidupan fiqosofis39

.

37 Myron weiner (ed), Modernisasi Dinamika Pertumbuhan (Yogyakarta, Gajah Mada University

press,1984) h, 60 38 Nurkholis Madjid, Islam Kemodernan dan Keindonesian, (Bandung : Mizan,1998) h,84 39 Sidi gazaba, Modernisasi Dalam Persoalan Bagaimana Sikap Islam( Jakarta ;bulan

bintang,1973) h18

Page 32: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

xxxii

Adapun Moore, mendefinisikan bahwa “konsep modernisasi” ialah suatu

transformasi secara menyeluruh masyarakat tradisional atau masyarakat pra-modern

menjadi masyarakat yang secara teknologi serta organisasi sosialnya berkaitan seperti apa

yang terdapat di negara-negara barat yang maju. Makmur dari ekonomi dan secara

relative stabil dari segi politik.40

Bagi masyarakat islam kebenaran diyakini sebagai way of life, semua nilai dasar

yang tercantum dalam kitab suci al-quran. Dengan sendirinya juga menganut cara berfikir

yang islami dan berpendapat bahwa modernisasi adalah suatu keharusan, malahan suatu

kewajiban yang mutlak, modernisasi merupakan pelaksanaan dan ajaran tuhan yang maha

Esa. Modernisasi berarti berfikir dan bekerja menurut fitrah dan sunatullah yang haq

(sebab alam adalah Haq) sunatullah telah mengejawantahkan dirinya dalam hukum alam,

sehingga untuk dapat menjadi modern, manusia harus mengerti terlebih dahulu alam itu

(perintah Allah).

Bagaimanapun definisi modernisasi, bukan berarti modernisasi bergaya hidup

barat adalah modern, melainkan suatu perubahan yang didasarkan atas pertimbangan

kebebasan dan rasionalitas. Karena dalam masyarakat perubahan sosial merupakan suatu

keharusan dan sikap mental dari setiap masyarakat itu pula yang menanggapi hal-hal

yang baru itu boleh menjadi panutan ataupun diabaikan saja.

2. Karakteristik Masyarakat Modern.

Istilah modernisasi sering dipakai oleh masyarakat, namun tanpa ada suatu

batasan yang jelas sebab modernisasi mencakup dalam bidang yang sangat luas. Dalam

pengertian modernisasi mencakup suatu transformasi total dari kehidupan bersama yang

40 Norman long, Pengantar Sosiologi Pembangunan Pedesaan, (Jakarta : pt.bina aksara,1997)

h,12

Page 33: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

xxxiii

bersifat tradisional atau pro modern dalam arti teknologi serta organisasi-organisasi sosial

kearah pola-pola ekonomis dan praktis yang menjadi cirinya Negara barat yang stabil.

Dalam ilmu pengetahuan sosial, modernisasi diartikan sebagai suatu sikap yang

mempunyai cenderung untuk mendahulukan sesuatu yang basru dari pada yang bersifat

tradisi atau suatu sikap pikiran yang hendak menyesuikan dengan soal-soal yang sudah

menatap menjadi adat kepada kebutuhan baru.

Modernisasi merupakan suatu proses perubahan sosial dimana masyarakat yang

sedang mempembaharui dirinya berusaha mendapat cri-ciri masyarakat modern

mencakup lingkungan intern antara lain seperti sikap, nilai dan perasaan sedangkan yang

mencakup ekstern antara lain masalah lingkungan urbanisasi, pendidikkan, politik,

komunikasi dan industri.

Ciri-ciri pada masyarakat modern menurut Prof, Alex Inkeles asal Amerika

Serikat, adalah:

1. Menghargai waktu dan lebih berorientasi kepada masa depan.

2. Percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi.

3. Memiliki sifat untuk menerima hak-hak baru yang terbuka untuk perubahan.

4. Lebih bersifat demokratis.

5. Menjunjung tinggi tindakannya artinya pemberian imbalan sesui dengan

prestasinya.

6. Dalam melakukan tindakan lebih percaya diri.

7. Pekerjaannya selalu lebih diperhitungkan.

8. Memiliki perencanaan dan pengorganisasian yang jelas.

Cakupan dari proses modernisasi ini sangat luas, bahkan batasannya tidak dapat

ditetapkan secara mutlak. Modernisasi sebagai suatu konsep dalam ilmu sosial dapat

diartikan sebagai suatu sikap pikiran yang mempunyai kecenderungan untuk

mendahulukan sesuatu daripada yang bersifat tradisi. serta suatu pikiran yang hendak

menyesuaikan dengan soal-soal yang menetap dan menjadi kebutuhan baru.

Page 34: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

xxxiv

sedangkan menurut lauer, diantara ciri-ciri kemodernan yang di sepakati para ahli

adalah :

1. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang terus berlanjut atau setidaknya tingkat

pertumbuhan yang cukup untuk meningkatkan produksi maupun konsumsi secara

tetap.

2. Kadar partisipasi rakyat dalam pemerintahan yang memadai.

3. Difusi norma-norma sekuler-rasional dalam kebudayaan.

4. Peningkatan mobilitas dalam masyarakat.

5. Transformasi kepribadian individu, sehingga dapat berfungsi secara efektif dalam

tatanan sosial yang sesuai dengan tuntutan kemodernan.41

3. Karakteristik Masyarakat Perkotaan.

Setiap negara memiliki definisinya masing-masing mengenai kota untuk

kepentingan sensusnya. Sosiolog Belanda, Grunfeld mendefinisikan kota adalah “suatu

pemukiman dengan kepadatan penduduk yang lebih besar daripada kepadatan wilayah

nasional, dengan struktur mata pencaharian non agraris dan guna tanah yang beraneka,

serta dengan pergedungan yang berdirinya berdekatan”. Dengan demikian maka

pengkotaan berjalan sejajar dengan perkembangan dimana penduduk tak tergantung

langsung dari alam lingkungan. Dengan kata lain, pengkotaan merupakan bagian dari

proses modernisasi.42

41 Robert H, Lauer, Perspektif Tentang Perubahan Sosial, Terj.( Jakarta : Rineka cipta,1993) h, 63 42 N. Daldjoeni, Seluk Beluk Masyarakat Kota (pusparagam Sosiologi Kota dan Ekolgi Sosial)

(Bandung :P.T Alumni) h.46

Page 35: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

xxxv

Dalam proses urbanisasi di setiap Negara, perubahan sosial akan benar-benar

terjadi, urbanisasi dan pertumbuhan kota dipandang sebagai indikator modernisasi dan

kemajuan. Menurut Daniel Lerner menyatakan bahwa” urbanisasi merupakan prakondisi

untuk modernisasi dan pembangunan: adalah perpindahan penduduk dari daerah

pedalaman ke pusat-pusat kota yang menstimulasi kebutuhan dan menyediakan syarat-

syarat yang dibutuhkan untuk ‘tinggal landas’ kearah partisipasi yang lebih meluas.43

Urbanisasi merupakan salah satu proses yang tercepat diantara perubahan-

perubahan sosial diseluruh dunia, urbanisasi dapat pula dikatakan proses terjadinya

masyarakat perkotaan.

Adapun ciri-ciri pada masyarakat perkotaan adalah sebagai berikut:

1. Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan

kehidupan agama di desa. Ini disebabkan cara berfikir yang rasional, yang

didasarkan pada perhitungan eksak yang berhubungan dengan realta

masyarakat. Memang di kota-kota orang juga beragama, akan tetapi pada

umumnya pusat kegiatan hanya tampak ditempat-tempat ibadah.

2. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus

bergantung pada orang lain. Yang penting disini adalah manusia perseorangan

atau individu. Di desa orang lebih mementingkan kelompok atau keluarga. Di

kota kehidupan kelauarga sering sukar untuk disatukan, karena perbrdaan

agama dan seterusnya.

43 Evers,Hans Diater, sosiologi perkotaan; urbanisasi dan sengketa tanah di Indonesia dan

malaysia (Jakarta :LP3ES,1986) h.49

Page 36: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

xxxvi

3. Pembagian kerja diwarga kota juga lebih tegas dan punya batas-batas nyata.

Di kota, tinggal orang-orang dengan aneka warna latar belakang sosial dan

pendidikan yang menyebabkan individu memperdalami suatu bidang

kehidupan khusus.

4. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan, juga lebih banyak

diperoleh warga kota daripada warga desa, karena sistem pembagian kerja

yang tegas tersebut diatas.

5. Jalan fikiran rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan,

menyebabkan interaksi-interksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor

pribadi.

6. Jalan kehidupan yang cepat dikota, mengakibatkan pentingnya faktor waktu,

sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting, untuk dapat mengejar

kebutuhan-kebutuhan seorang individu.

7. Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata dikota-kota, karena kota

biasanya terbuka dalam menerima pengaruh luar. Hal ini sering menimbulkan

pertentangan antara golongan tua dengan golongan muda. Oleh karena

golongan muda yang belum sepenuhnya terwujud kepribadiannya, lebih

senang mengikutu pola-pola baru dalam kehidupan.44

Memang perubahan sosial terjadi dimana-mana tidak dapat dihindari. Tidak

semua perubahan itu akan berpengaruh positif bagi masyarakat. Karena adakalanya

perubahan itu akan berdampak negatif. Adapun perubahan sosial itu yang membentuk

44

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Penganta Sosiologi suatu Pengantar, Jakarta, PT Raja

Grafindo, cet,ke33, Januari 1997

Page 37: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

xxxvii

suatu komunitas karena adanya urbanisasi yang cukup besar dari daerah-daerah yang

terpencil.

Dalam sosiologi dikenal pula istilah community sebagai lawan mass society.

Community pada pedesaan dimana masyarakatnya bersatu dalam pemukiman,

mengidentikan diri dengan sesamanya, mampu bekerja sama, memiliki tradisi, nilai-nilai

dan perhatian bersama. Adapun mass society dikenakan pada kepada masyarakat kota

yang anggota-anggota saling terpisah, tak saling kenal, lebih terikat kontrak daripada

kekeluargaan, hubungannya serba lugas, lepas dari pribadi dan sentimen, tanpa ikatan

tradisi dan tanpa kepemimpinan mapan. Dengan keterangan ini sebenarnya di dalam

suatu mass society yang murni tak ada community lagi, memang mass society

mencerminkan masyarakat yang telah memiliki ciri-ciri modern.45

C. PENGERTIAN KEBERAGAMAAN DALAM PANDANGAN SOSIOLOGI

Sebelum masuk kedalam pembahasan mengenai pengertian keberagamaan dari

beberapa ilmu dan ahli, berikut akan dijabarkan keberagamaan secara etimologi.

Keberagamaan berasal dari kata beragama yang mendapatkan imbuhan ke-an

konteks nominal, yang berarti mempunyai ciri/sifat.46

Adapun definisi agama dari

pandangan sosiologi agama yaitu, secara teoritis agama adalah suatu sistem kepercayaan

dan secara praktis agama adalah suatu sistem kaidah yang mengikat penganutnya. Dapat

dikatakan bahwa individu yang beragama adalah individu yang memiliki kepercayaan

dan keterikatan terhadap agama yang dianutunya dan ia berinteraksi sosial sesuai dengan

ajaran agamanya. Sedangkan pengertian keberagmaan dari sarasehan yang dilakukan oleh

45 N. Daldjoeni, Seluk Beluk Masyarakat Kota (pusparagam Sosiologi Kota dan Ekolgi Sosial)

(Bandung :P.T Alumni) h.46 46 Peter salim, et al, kamus bahasa Indonesia kontemporer, ( Jakarta : Modern English, 1991), h.

678-679

Page 38: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

xxxviii

fisikawan Fritjof Copra, teologiawan David Stindi Rast dan Thomas Matius yang

membahas tentang agama, beragama dan kerohanian telah menghailkan pengertian

tentang sifat beragama yaitu naluri yang disinggung oleh Tuhan dalam diri manusia.47

Agama memiliki peran penting terhadap pemeliharaan masyarakat, ialah dalam

kehidupan masyarakat mereka pasti akan melaksanakan tugas-tugas sosial untuk

kelangsungan hidupnya dan pemeliharaannya sampai batas-batas tertentu. Agama

merupakan salah satu bagian yang memenuhi kebutuhan itu. Sebagai contoh adalah

kehidupan ekonomi, bahwa roda ekonomi akan berjalan tergantung pada apakah antara

manusia yang satu dan yang lain saling menaruh kepercayaan bahwa mereka akan

memenuhi kewajiban –kewajiban bersama dibidang tersebut. Hal ini memerlukan

kekuatan yang memaksa dan mengikat pihak-pihak yang bersangkutan dan mau

mengorbankan kepentingan pribadinya demi kepentingan tugas dan kewajiban.48

Agama telah mampu mendorong terciptanya persetujuan mengenai sifat dan isi

kewajiban-kewajiban tersebut dengan memberikan nilai-nilai yang berfungsi

menyalurkan sikap-sikap para anggotanya dan menetapkan kewajiban-kewajiban sosial

mereka. Agama juga memiliki kekuatan memaksa yang mendukung dan memperkuat

adat istiadat.

Agama memberikan pengukuhan nilai-nilai, hal ini karena kerangka acuan adalah

bersumber pada yang sakral dan absolut dengan adanya sanksi-sansi yang sakral pula. Ia

memiliki kekuatan yang otoritatif dan memaksa, karena di satu sisi manusia berusaha

untuk mencapai keinginan-keinginan mereka tetapai di sisi lain mereka harus bisa

47 Joachim wach, sosiologi of religion, Chicago, 1994, dikutip oleh: J.Milton Yinger, Religion

Society and individual, h. 12 48 Elizabeth K. Nothingham, Agama dan Masyarakat: suatu Pengantar Sosiologi Agama, (Jakarta:

Rajawali Press,1997), cet ke-5. h,34-26

Page 39: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

xxxix

menyesuaikan diri dengan nilai-nilai tersebut.49

Nilai-nilai tersebut merupakan standar

tingkah laku yang ideal yang membentuk nilai-nilai sosial, yang dalam sosiolgi

dinamakan sebagai norma-norma sosial.

Sumbangan agama dibidang sosial adalah memiliki fungsi penentu, di mana

agama menciptakan suatu ikatan bersama antara anggota-anggota beberapa masyarakat

maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka.

Karena nilai-nilai mendasari sistem-sistem kewajiban didukung bersama oleh kelompok

keagamaan. Maka agama menjamin adanya persetujuan bersama dalam masyarakat .

Oleh karena kesakralan sebagai fakta, maka nilai keagamaan tidak mudah untuk diubah.

Agama memiliki fungsi sosialisasi individu, karena disaat seseorang menjadi

dewasa memerlukan suatu sistem nilai sebagai tuntutan umum untuk mengarahkan

aktivitas manusia dalam masyarakat, dan berfungsi sebagai tujuan akhir pengembangan

kepribadian seseorang.

Kehidupan manusia yang terbentang sepanjang sejarah selalu dibayang-bayangi

oleh keberadaan agama.50

Bagaimanapun majunya ilmu pengetahuan dan teknologi

manusia tidak luput dari persoalan agama. Agama lahir sebelum sejarah modern, sebelum

masyarakat dan dunia diwarnai oleh perkembangan yang pesat ilmu pengetahuan dan

teknologi, agama merupakan suatu kebutuhan dasar manusia, karena agama merupakan

sarana untuk membela diri terhadap segala kekacuan yang melanda kehidupan manusia.

Agama memberi makna kehidupan individu dan kelompok.

Kaitan agama dan masyarakat banyak melalui pengetahuan agama yang meliputi

berbagai disiplin ilmu yang memperlihatkan aktivitas kehidupan masyarakat baik

49 Elizabeth K. Nothingham, Agama dan Masyarakat: suatu Pengantar Sosiologi Agama,

(Jakarta: Rajawali Press,1997), cet ke-5.h38-39 50 Dadang kahmad, Sosiologi Agama (Bandung: Remaja Rosada Karya,2000), cet,ke-1

Page 40: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

xl

mengenai hakikat kehidupan, tentang ketuhanan dan kesadaran akan adanya ancaman dan

janji serta kedatangan maut yang tidak mungkin untuk dipungkiri. Hal ini telah membuat

perilaku masyarakat yang dimanifestasikan pada kepercayaan atas agama.

Agama juga diyakini sebagai sumber motivasi bagi hidup manusia baik individu

ataupun kelompok, agama merupakan tempat untuk mencari makna hidup yang final dan

ultimate. Pengalaman agama dari diri manusia juga akan terrefleksikan pda tindakan

sehari-hari dalam lingkungan sosial.51

Agama merupakan gejala sosial yang terjadi dimana-mana dan terdapat dalam

jiwa manusia, agama juga merupakan alat untuk usaha-usaha mengetahui makna

keberadaan dirinya sendiri bagi manusia. Kadang manusia juga memiliki perasaan

berdosa, penderitaan, rasa semangat, rasa sakit, rasa lemah dan lain-lain, hal ini

membutuhkan “pengukuhan” perasaan-perasaan tersebut yang dilakukan dengan

pendekatan agama. Agama sebagai sistem yang mencakup individu dan masyarakat,

dengan adanya emosi keagamaan dan keyakinan serta keimanan dan rasa persatuan umat

bisa mewujudkan dalam sistem simbol yang memantapkan peranan dan motivasinya,

kemudian terstrukturnya mengenai hukum-hukum yang berlaku umum.

Dalam kehidupan sehari-hari juga manusia dihadapkan dengan masalah-masalah

gaib dan masalah kesakralan. Walaupun manusia tidak bisa mendefinisikan dengan kata-

kata, tetapi manusia mengenal dan memahami hal-hal yang demikian. Ini memerlukan

jawaban yang mendasar yang bisa menjawab atas hal-hal seperti ini. Jawaban ini

manifestasikan dengan menyembahan dan pemujaan terhadap hal dianggap sakral

(Tuhan) bagi yang mempercayainya. Walaupun kadang-kadang pemujaan tersebut

51 Elizabeth K. Nothingham, Agama dan Masyarakat: suatu pengantar sosiologi Agama, (Jakarta:

Rajawali Press,1997) Cet ke-5, h.1-9

Page 41: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

xli

bersifat konkrit tetapi dibalik itu memiliki aspek kegaiban seperti adanya, salib, altar dan

patung.

Di dalam masyarakat, karena berlatar belakang sosial yang berbeda, masyarakat

akan memiliki pemahaman dan prinsip-prinsip keagamaan yang berbeda pula. Sehingga

keberagamaan kelompok dalam masyarakat, akan mencerminkan perbedaan jenis

kebutuhan keagaman. Terdapat hubungan timbal-balik antara masyarakat dan agama,

tidak hanya kondisi sosial saja yang menyebabkan lahir dan menyebarkan ide-ide serta

nilai-nilai, tetapi bila ide-ide dan nilai itu telah terlembaga maka akan mempengaruhi

tindakan manusia. Karena itu perlu mempelajari pengaruh struktur sosial terhadap agama,

dan juga perlu mempelajari pengaruh agama terhadap struktur sosial.

Sosiologi memandang banyak hal yang perlu diperhatikan dalam kenyataan hidup

manusia yang tidak lepas dari keberadaan agama, oleh karena itu tidak terlalu berlebihan

para sosiolog mencoba menyingkap keberadaan agama, untuk di ukur dan dipelajari

dengan ilmu-ilmu sosial yang mereka milki. Ini merupakan prestasi yang baik untuk

menghasilkan kajian agama secara ilmiah.

Oleh karena itu masalah agama tak akan mungkin dapat dipisahkan dari

kehidupan masyarakat, karena agama itu sendiri diperlukan dalam kehidupan

bermasyarakat. Dalam prakteknya fungsi agama dalam masyarakat antara lain :

1. Berfungsi edukatif

para penganut agama berpendapat bahwa ajaran agama yang mereka anut

memberikan ajaran-ajaran yang harus dipatuhinya.

memberikan ajaran-ajaran yang harus dipatuhi. Ajaran agama secara yuridis

berfungsi menyuruh dan melarang. Kedua unsur suruhan dan larangan ini

Page 42: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

xlii

mempunyai latar belakang mengarahkan bimbingan agar pribadi penganutnya

menjadi baik dan terbiasa dengan yang baik menurut ajaran agama masing-

masing.

2. Berfungsi penyelamat

Dimanapun manusia berada dia selalu menginginkan dirinya selamat.

Keselamatan yang meliputi bidang yang luas adalah keselamatan yang

diajarkan oleh agama.

3. Berfungsi sebagai perdamaian

melalui agama seseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapai

kedamaian batin melalui tuntutan agama.

Para penganut agama sesui dengan ajaran, agama yang dipeluknya terikat

batin kepada tuntutan ajaran tersebut, sehingga dalam hal ini agama dapat

berfungsi sebagai pengawasan sosial secara individu maupun

kelompok,karena:

a. Agama secara instasi, merupakan norma bagi pengikutnya.

b. Agama secara dogmatis (ajaran) mempunyai kritis yang bersifat profetis

{kenabian}.

4. Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas.

Para penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa memiliki

kesamaan dalam satu kesatuan : iman dan kepercayaan.

5. Berfungsi transformatif

Page 43: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

xliii

Ajaran agama dapat merubah kehidupan kepribadian seseorang atau kelompok

menjadi kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.

6. Berfungsi kreatif.

Ajaran agama mendorong dan mengajak para penganutnya untuk bekarja

produktif bukan saja untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi juga untuk

kepentingan orang lain.52

Semua fungsi agama menumbuhkan perhatian pada sumbangan fungsi agama

yang diberikan terhadap masyarakat dan sistem sosial. Agama yang dapat

menghubungkan dengan yang berada diluar jangkuan dan keyakinan bahwa manusia

berkepentingan pada sesuatu yang diluar jangkuan itu telah memberikan suatu pandangan

realitas supra-empiris menyeluruh pada yang lebih luas. Dari sudut ini agama dibatasi

sebagai “ pendayagunaan sarana non-emperis atau supra-empiris untuk maksud-maksud

empiris”.

52 Ramayulis H, Pengantar psikologi agama (Jakarta penerbit kalam mulia, 2002) h.133

Page 44: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

xliv

BAB III

GAMBARAN UMUM MASYARAKAT GANDARIA SELATAN

A. Letak Geografis

Kelurahan Gandaria Selatan kecamatan Cilandak yang menjadi obyek penelitian

memiliki luas wilayah 177 Ha, dengan jumlah penduduk 16.044 jiwa yang terdiri dari

8.236 laki-laki dan 7.802 perempuan. Secara geografis kelurahan gandaria selatan

memiliki empat perbatasan yaitu sebelah utara berbatasan dengan Jl. H. Nawi Raya /

Margaguna Raya, di sebelah timur dibatasi dengan JL. Fatmawati, di sebelah selatan

dibatasi dengan JL.Bahari / Terogong Raya, di sebelah barat dibatasi dengan kali Grogol.

Walaupun pada awalnya wilayah Gandaria Selatan ini merupakan tanah yang

menjadi tempat tinggal bagi kebanyakan etnis Betawi. tetapi karena perkembangan

zaman semakin maju. Penduduk asli banyak menjual lahan-lahan miliknya dan dijadikan

pertokoan, jalan raya serta perumahan-perumahan elit dibangun dan kebanyakan dari

penduduk asli setempat pindah kedaerah-daerah pinggiran Jakarta seperti Parung, Depok

dan sebagainya.

Dengan dibangunnya pusat perdagangan dan pertokoan maka semakin menarik

perhatian orang desa yang berdatangan tertarik untuk mengadu nasib di sini. Walaupun

mereka pada awalnya datang sendiri, namun setelah mereka mendapat pekerjaan dan

hidup mapan, mereka mengajak sanak saudara mereka untuk bekarja dan tinggal didaerah

ini. Dengan demikian Gandaria selatan bukan lagi dihuni olehg mayoritas etnis Betawi

Page 45: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

xlv

saja, akan tetapi para pendatang. Hal ini membuat daerah Gandaria Selatan padat akan

penduduk yang sangat kompleks dari berbagai suku, bahasa dan agama.

Jumlah pendudk asli di Gandaria Selatan hamper sekitar 78% dan sisanya yang

25% adalah pendatang. Adapun alat tranportasi yang digunakan untuk mencapai

Gandaria Selatan sangatlah mudah karena tersedia angkutan-angkutan umum yang

menuju kesana. Dengan tersedianya sarana prasarana yang cukup,menjadikan Gandaria

Selatan daerah yang terbuka dan banyak didatangi oleh para pendatang dari daerah lain.

B. Keadaan Pendidikkan

Dunia pendidikkan di Gandaria Selatan sangat berkembang pesat pada semua

jenjang, mulai dari tingkat dasar sampai keperguruan tinggi. Bagi masyarakat pada

umumnya, pendidikkan keagamaan lebih diutamakan daripada pendidikkan umum.

Penekanan pada pendidikkan agama islam ini merupakan salah satu manifestasi dari

pengaruh agama Islam cukup kuat dalam kehidupan sehari-hari kehidupan orang Betawi.

Banyak warga Gandaria Selatan asli terutama yang telah dewasa maupun yang

sudah lanjut usia, walaupun mereka tidak pandai membaca dan menulus latin, namun

mereka pandai membaca al-Qur’an. Berbeda dengan keadaan sekarang ini, meeka sudah

terbuka dalam menerapkan pendidikkan pada anak-anak mereka. Disamping mereka

mewajibkan anak-anaknya untuk sekolah agama, mereka juga menyekolahkan anak-

anaknya disekolah-sekolah umum bahkan sampai pada perguruan tinggi. Hal ini sejalan

dengan proses kemajuan zaman yang semakin menuntut orang untuk maju dan semakin

berkembang bukan hanya agama tetapi juga ilmu pengetahuan.

Tabel I

Page 46: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

xlvi

Tingkat Pendidikan

NO JENIS PENDIDIKAN JUMLAH KET

1 SD/ Sederejat 1204 -

2 SMP/Sederajat 528 -

3 SMA/Sederajat 887 -

4 DIPLOMA/D1, D2, D3 421 -

5 SI 301 -

6 S2 71 -

7 S3 8 -

sumber: data statistik kependudukkan kelurahan Gandaria Selatan

C. Kondisi Sosial Ekonomi

Gandaria Selatan adalah salah kelurahan yang padat penduduk di daerah Jakarta

Selatan yang kepadatannya 2 ribu per Km. Mereka adalah penduduk asli Betawi dan

kaum migran yang datang ke Jakarta untuk mengadu nasib, dengan bekal pendidikkan

seadanya. Warga Gandaria Selatan menjemput rezeki sebagai karyawan swasta, buruh,

pedagang, PNS, ABRI, Pensiunan, dan Swasta lainnya.

Pola perekonomian masyarakat Gandaria Selatan pada awalnya bersumber pada

tanah yang mereka miliki. Tanah bagi mereka merupakan suatu sumber kehidupan.

Pemanfaatan tanah sebagai suatu sumber kehidupan diantaranya adalah lahan yang ada

digunakan menjadi lahan pertanian atau berkebun, yang ditanami seperti sayur mayur dan

buah-buahan. sudah menjadi kebiasaan mereka untuk pergi berkebun untuk bercocok

tanam sebagai sunber penghasilan bagi keluarganya. selain untuk dikonsumsi sendiri ada

juga hasil kebunnya dijual agar dapat ditukar menjadi rupiah. Mata pencaharian

Page 47: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

xlvii

penduduk asli Gandaria Selatan ini didapat dari warisan secara turun temurun dari para

orang tua mereka terdahulu.53

Pemanfaatan tanah sebagai sumber kehidupan dalam perkembangan selanjutnya

menjalani pergeseran seiring dengan kemajuan zaman. kebutuhan eonomi yang semakin

hari semakin mendesak, banyak mendorong masyarakat asli Gandaria Selatan untuk

pemanfaatan sebidang tanahnya untuk usaha lainnya, misalnya dengan membangun

kontrakan yang hasilnya dirasakan lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan

menunggu dari hasil bercocok tanam. dengan cara ini pertimbangan secara ekonomis

memang lebih menguntungkan karena tanah yang tidak terlalu luas dapat menghasilkan

uang dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, walaupun dari segi kelestarian

lingkungan memang tidak menguntungkan.54

berbeda pada masa sekarang ini, masyarakat Gandaria Selatan terutama penduduk

asli-mereka tidak hanya mengandalkan tanah mereka sebagai salah satu sumber

penghidupan, tetapi mereka sudah mulai banyak yang bekarja pada sektor-sektor formal

maupun non-formal yang sesuai dengan pendidikan mereka dan menunjang kegiatan

perekonomian mereka.

Tabel 2

Mata Pencaharian Penduduk

No Uraian Jumlah

1 Buruh 2217

53 Data dari kelurahan berbentuk wawancara dengan pihak kelurahan dan dewan kelurahan bapak

Drs. mulyadin pada tanggal 11 November 2007 54 Data dari kelurahan berbentuk wawancara dengan pihak kelurahan dan dewan kelurahan bapak

Drs. mulyadin pada tanggal 11 November 2007

Page 48: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

xlviii

2 Pedagang 3712

3 Karyawan swasta 3927

4 PNS 1673

5 ABRI 39

6 Pensiunan 217

7 Swasta lainnya 1973

Sumber: Data Statistik kependudukkan Kelurahan Gandaria Selatan

Dengan demikian secara umum kegiatan perekonomian masyarakat Gandaria

Selatan menurut sifatnya dapat dibagi menjadi tiga bagian. bersifat formal, kedua

informal dan ketiga bersifat tradisional. pekerjaan yang bersifat formal mempunyai ciri

khusus, yaitu mempunyai penghasilan tetap dan pasif, seperti pegawai, baik pegawai

negeri maupun pegawai swasta, anggota ABRI. pekerjaan yang bersifat tradisional sudah

tidak dijalani lagi karena lahan-lahan sudah tidak dapat digarap.

Tabel .3.

Sentra Ekonomi

No Uraian Jumlah

1 Bank pemerintahan -

2 Bank Swasta 3

3 Pusat Perdagangan/Mall 1

4 Koperasi 3

Page 49: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

xlix

5 Pertokoan 167

6 Showroom 13

7 Kios/Toko 823

Sumber: Data Statistik kependudukan kelurahan Gandaria Selatan

D. Kondisi Budaya

Kebudayaan manusia itu (masyarakat) bagaikan satu mesin atau organisme,

dimana setiap onderdil berinterealisasi satu sama lain merupakan satu kesatuan utuh, hal

ini antara lain mencerminkan oleh reaksi masyarakat terhadap satu inovasi atau satu ide

pembaharuan.

Masyarakat Gandaria Selatan adalah masyarakat yang majemuk, masyarakat yang

mempunyai latar belakang sejarah yang berbeda tetapi bila di usut dengan teliti

masyarakat Gandaria Selatan adalah masyarakat asli betawi karena bahasa yang dipakai

mereka sehari-hari adalah bahasa Betawi. seperti diketahui masyarakat Betawi mayoritas

memeluk agama islam dan sangat menyakini agamanya.

Melihat latar belakang yang demikian sama, maka adat istiadat dan kebudayaan

memiliki kesamaan. misalnya di Betawi, ketika menyelengarakan upacara

perkawinan/khitanan, sebelum mereka menentukan hari yang baik untuk perayaan,

biasanya ada hari-hari tertentu untuk satu keluarga dilarang mengadakan sesuatu, baik

hendak bepergian ataupun acara-acara lainnya.

Tradisi lain yang juga banyak dilakukan orang Islam di Gandaria Selatan adalah

bagi orang yang akan berangkat menunaikan ibadah haji, mereka mengadakan acara

Page 50: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

l

Walimatush Saffar.55

Upacara yang penuh dengan nuasa kegamaan ini biasanya

dilakukan minimal tujuh hari sebelum calon haji memasuki asrama haji. Acara ini diawali

dengan pembacaan surat al-fatihah yang kemudian dirangkai dengan pembacaan ratib al-

Hadad. upacara ini juga diisi dengan ceramah agama yang biasanya berupa nasehat yang

disampaikan untuk mereka yang mau berangkat berhaji. Acara ini dilakukan agar orang

yang berangkat haji diberi kesehatan, kekuatan serta keselamatan dalam perjalanan pergi

ketanah suci sampai kembali ketanah air.

Begitu pula dengan kepulangan seorang haji dari tanah suci juga disambut dengan

upacara yang hampir sama yang disebut dengan Tasyakuran. beberapa hari setelah

kepulangannya. para haji dikunjungi oleh sanak kerabat, karena saat-saat itu diyakini oleh

masyarakat Gandaria Selatan sebagai waktu yang tepat untuk memperoleh “berkah

mekkah”, mereka menyakini bahwa seorang yang baru datang dari tanah suci rumah

didatangi oleh 40 malaikat rahmat. oleh sebab itu, masih banyak para haji yang baru tiba,

khususnya di Gandaria Selatanyang tidak keluar rumah sebelum genap 40 hari.

E. Kehidupan Beragama

Sejak dilahirkan manusia hidup di suatu lingkungan tertentu yang menjadi wadah

bagi kehidupannya. Lingkungan tersebut termasuk kondisi dan benda yang mengitari

manusia dan mempengaruhi seluruh kehidupan manusia. dengan begitu, dapatlah

dikatakan bahwa lingkungan tersebut merupakan segala sesuatu yang ada disekeliling

manusia, baik yang bersifat material maupun immaterial dan juga yang hidup maupun

55pertemuan yang dilakukan oleh orang yang akan berangkat haji, dimana orang tersebut meminta

maaf kepada sanak famili, tetangga dan handai tolan.

Page 51: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

li

yang tidak hidup. semua itu mempengaruhi kehidupan manusia dan dipengaruhi oleh

manusia.56

Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa Gandaria Selatan adalah Masyarakat

yang majemuk dan multietnis. Dimana berbagai etnis, bahasa dan agama yang mendiami

wilayah tersebut. Masyarakat Gandaria pada umumnya beragama Islam, akan tetapi

mereka tetap menjaga kerukunan antar umat beragama. Hal ini terbukti jika pada hari-

hari besar islam seperti perayaan Idul Fitri dan Idul Adha, ada sebagian warga non-

muslim datang berkunjung kerumah-rumah orang islam untuk mengucapkan selamat

lebaran. Begitu pula sebaliknya bila orang non-muslim merayakan hari besarnya maka

masyarakat muslimpun menghormati mereka yang merayakannya.

Selain itu, mereka juga taat dalam menjalankan ibadahnya. hal ini dapat terlihat

pada saat shalat Jum’at yang jamaahnya berlimpah, masjid dan mushalla terpelihara

dengan baik. Ketaatan masyarakat Gandaria Selatan dalam menjalankan agamanya ini

juga terlihat pada banyaknya kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan di masjid-masjid

maupun di mushalla-mushalla.

Gandaria Selatan merupakan mayoritas beragama Islam, sedangkan Kristen

menduduki peringkat kedua dari agama-agama yang lain, akan tetapi kehidupan

keagamaan di wilayah tersebut sangatlah harmonis, di mana agama satu dengan agama

yang lain saling hormat menghormati antar pemeluk agama.

TABEL IV

Jumlah Penduduk Menurut Agama

No AGAMA JUMLAH

56Ssoerjono Soekanto, Teori Sosiologi: Tentang Pribadi dalam Masyarakat (Jakarta:Ghalia

Indonesia, 1984) h.1

Page 52: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

lii

1 ISLAM 15049

2 KRISTEN 551

3 HINDU 33

4 BUDHA 32

Sumber: Data Statistik Kependudukkan kelurahan Gandaria Selatan

Kebanyakan yang mendiami wilayah tersebut beragama islam fanatik, karena itu

masjid dan mushalla merupakan tempat berkumpuknya semua komponennya masyarakat,

tua dan muda. persoalan kehidupan menjadi perbincangan mereka, di masjid dan

mushalla-mushalla, termasuk masalah-masalah yang berkaitan langsung dengan

kehidupan mereka, baik ekonomi maupun keyakinan agamanya, selain masjid dan

mushalla, majlis ta’lim yang ada di kelurahan Gandaria Selatan sebanyak 40 buah.

Sedangkan umat yang beragama selain islam menjalankan aktivitas

keagamaannya dengan mengunjungi tempat-tempat ibadahnya yang terdekat dengan

tempat kediaman mereka seperti di daerah Cipete dan Cilandak, sebagaimana data yang

didapatkan bahwa tempat ibadah yang ada diwilayah Gandaria Selatan hanya peribadatan

umat islam saja tetapi, kebebasan beragama disana memperbolehkan mengadakan acara

kegiatan agama masing-masing selama tidak mengganggu kepentingan umum. Misalkan

umat Kristen mengadakan kebaktian atau doa bersama di tempat tinggal mereka dengan

mengundang kerabatnya dan jamaah gereja. Sikap toleransi beragama di Gandaria

Selatan cukup tinggi dan mematuhi aturan-aturan dalam beragama adalah cermin

masyarakat yang agamis.

Tabel V

Page 53: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

liii

Tempat Ibadah

No Nama Tempat Ibadah Jumlah Ket

1 MASJID 8

2 MUSHALLA 18

3 GEREJA - -

4 KELENTENG - -

5 Majlis Ta’lim 40 -

Sumber: Data Statistik kependudukkan Kelurahan Gandaria Selatan

Aktivitas keagamaan yang juga masih banyak dilakukan yaitu tradisi Tahlilan

yang menjadi obyek penelitian penulis tentang pengaruh acara tersebut dalam prilaku

masyarakat, yang dilakukan pada malam jumat ataupun dalam acara-acara yang

dilaksanakan dirumah-rumah warga. Jadi dapat dikatakan bahwa masyarakat Gandaria

Selatan merupakan masyarakat agamis, karena masih memegang tradisi atau adat istiadat

yang masih dilandasi oleh ajaran islam.

Page 54: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

liv

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Bacaan dan Praktek Tradisi Tahlilan

Pada dasarnya semua manusia baik primitif ataupun modern memiliki kesamaan

kecenderungan alamiah, yaitu kebutuhan akan ekspresi dan rasa kesucian. Hal ini

tercermin dalam individu manusia beragama yang selalu akan adanya kedekatan dengan

sang pencipta. tereflesikan dalam kehidupan sehari-hari, yang berpijak pada ukuran-

ukuran radikal suatu agama. sehingga dalam kehidupan banyak simbol-simbol

keagamaan dan emosi keagamaan individu.57

Tradisi tahlilan merupakan aplikasi dari ritual keagaman yang sangat

memperhatikan nilai-nilai kemanusian dan keagamaan, tradisi tahlilan ini memang suatu

bentuk kesadaran kolektif dalam sebuah masyarakat yang di yakini masyarakat Gandaria

Selatan atau pun masyarakat daerah lainnya secara turun temurun. Tradisi tahlilan

merupakan aktivitas masyarakat yang dilaksanakan pada khususnya di saat seseorang

warga mengalami musibah kematian umumnya ataupun acara-acara pada setiap

meyambut hari jum’at sering terdengar dimasjid-masjid membacakan tahlil dan maulid

nabi Muhammad saw yang bertujuan untuk menumbuhkan rasa keyakinan yang tinggi

terhadap ajaran islam karena acara tersebut mempunyai makna yang dalam menyangkut

57 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung : Remaja Rosda Karya. 2000). cet. ke-1 h. 164-

165

Page 55: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

lv

kepada dimensi agama islam yaitu syariat dan hakikat, sebagaimana dikutip dalam

wawancara penulis kepada al ustadz drs. Muhammad Idris sebagai tokoh masyarakat di

daerah Gandaria Selatan.

Beliau mengatakan “Apalagi mengadakan acara tahlilan dalam rangka

mendoakan orang yang meninggal maka akan membantu atau mengirimkan pahala

orang yang berada dalam barzah sehingga dapat mengampuni dari dosa-dosanya yang

dilakukan pada waktu hidupnya, Apalagi bila dilaksanakan pada malam jumat selain

banyak hadist yang memperkuat tentang bacaan-bacaan pada malam jumat selain

menyambut penghulunya Hari atau saidul ayyam masyarakat di Gandaria Selatan sudah

turun temurun melakukan acara tersebut. Tradisi tahlilan ini juga membentuk solidaritas

antar warga untuk mengurangi rasa sedih diadakan pertemuan atau perkumpulan untuk

membaca tahlil, yang tidak lain membacakan doa-doa yang pahalanya dihadiahkan

kepada orang yang telah meninggal dunia selain itu untuk menghibur keluarga si mayit

juga memelihara hubungan silaturahmi agar tidak terputus”.58

Untuk lebih sempurna dalam melaksanakan tradisi tahlilan maka para jamaah

hendaknya memperhatikan adab-adab berdzikir, sebagaimana yang diterangkan sebagai

berikut :

1. Hendaknya duduk ditempat suci seperti duduk didalam sembahyang atau

duduk bersila.

2. Kedua telapak tangan ditaruh diatas kedua lutut.

3. Menghadap kiblat jika ia berdzikir seorang diri dan jika berkelompok atau

berjamaah hendaknya berkeliling atau membentuk lingkaran.

4. Mengharuskankan memakai wangi-wangian bahwasan tempat duduk dalam

berdzikir tiada sunyi dari malaikat yang mendengarkannya.

5. Mengerjakan dengan hati dan berprilakuan ikhlas.

6. Melakukan ucapan dzikirnya dengan benar dan mengikuti kepada pimpinan

majlis dzikir

7. Memakai pakaian yang bersih serta suci menyucikan

8. Suasana tempat waktu berdzikir harus tenang

9. Memejamkan kedua matanya agar tidak timbul rasa was-was

10. Mengerti setiap bacaan yang dibaca pada waktu melakukan dzikir

11. Menetapkan pada hatinya tiada yang maujud selain asma Allah agar tidak

hadir was-was syetan

12. Mengucapkan dzikir dengan suara keras (jahar) agar hatinya tidak berpaling

kepada selain Allah59

.

58

.Drs.muhammad idris, wawancara, dirumah beliau,14 november 2007 59 Wawancara dengan ustadz Jamal As Syaban, Dirumah beliau, 17 November 2007

Page 56: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

lvi

Puji-pujian dan bacaan dzikir yang dibaca pada waktu mengadakan acara Tahlilan

adalah sebagai berikut:

1. Membaca tawasul kepada nabi Muhammad saw. para shuhada, para ulama dan para

wali-wali Allah

2. Membaca surat al-ikhlas :

�8�� ��� ��� &��E�W 1GI ���

��☺yz�� 1tI ��)� \�5�� ��)��

\�)��� 1ZI ��)�� � Q�� �W��

��$�T /��E�W 1I

3. Membaca surat al-falaq :

�8�� �N��W H}��#5� I�p<⌧$%��

1GI ��� 5�m6� ��� ��p<�� 1tI ����

5�m6� 8�^0��� )N5� �<)�� 1ZI ����

Z�#⌧� �42)n2�$A �� �5; ��)��%��

1I ���� Z�#⌧� ��^0��p )N5� �����E

15I

4. Membaca surat an-nas :

�8�� �N��W H}��#5� A�A(��

1GI ^/5<�� A�A(�� 1tI �E2)�5�

A�A(�� 1ZI ��� Z�#⌧�

A�0�%�� A�A()�%�� 1I

[����� �AI�0�� �5; "��s

�A(�� 15I ,��� �KA(H_%��

A�A(��� 1�I

5. Membaca awal surah al-baqarah dari ayat 1-4:

�w�� 1GI �/��+)N �<2�|^{%�� 67

�<��" � �Eb�O � [����

,�YH�!e☺O<�>� 1tI �;������

�}� ���)� <%b�%���5�

�}��bH��� p'`�p<yz�� ��$G�

��92 %��]" �}����$ � 1ZI

�;������� �}� ���)� ��'$�Q

��Z[*VW �/%b)�5� ����� ��Z[*VW

Page 57: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

lvii

��� �/5<�/)� '�#^,e���5��

��_ �}� ���� 1I

6. Membaca ayat kursi :

��� �7 �E2)�5� c75� ��� j��%��

X��b)�%�� ` 67 �p b��Oi)  K ^0

67�  X���* ` �E�� ��� :5;

��+�2�☺���� ���� :5; 1¡�"e��

Q ��� )N [����� D⌧$\¢'£

$�p��(� c75� ¤�E�*%N5u5� ` �p<���� ��� ���~�� w59������W

���� ��9⌧$O<�, ? 67� �}� �Y^)�

W ��¥5� \��¦� $¤�E�☺O<� c75�

��☺5� ��⌧� ` �D^0� E�b^0�# �

��+�2�☺���� ¡�"e��� ? 67�

�pY� §�� ��9¨�%$�E ` ����

j:��%�� vwY����%��

7. Membaca akhir surat al-Baqarah:

67 �h<)Q� ��� �©�%$�* c75�

��9��0� ` ��9)� ��� \4�{��⌧�

�Kh�mp<�� ��� \4�{���e%�� Q �'(!�" 67 ���*b��⌧)� }5�

�� Y^��ª ���W ��*Oi)��,�W ` �'(!�" 67� �8�☺)) �� %Yp<�

-#\s5� ��☺⌧� �E�eO<�☺�E :p�

�������� ��� � 5<�{)� ` � !�" 67� �'(O<��☺�)� ��� 67

)K)��)a �'()� ¤�E5� ? \��

�A(� �#�$%&�� �'()�

�� \☺�E�"�� ` �4*�W

� �)����� ��*�#¨z*��)O :p�

�P��)�%�� ���#�$2⌧{%��

8. Membaca istigfar:

ا��ا����� ا

Page 58: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

lviii

9. Membaca kalimat tahlil:

ا��� ا�� آ� ���� ا��

��د(�ا�� ا�ا �� ��(

�"!�د(�ا�� ا�ا ��(

� ب� ق(�ا�� ا�ا�(

� و��... �ا�� ا�ا�� �-,+ ر��ل ا )�' ا

10. Membaca kalimat tahmid dan shalawat pada nabi Muhammad saw

�-,+ا��. )� ��' �� +�

�!-�ن ا ا�"�

�-,+ و��' ا�� و)-!� و�� �� +� 0!. ا��. )� ��' �!

�-,+ و��' ا�� و)-!� وب�رك و�� �� +� 0! ا��. )� ��' �!

2",��-,+ و��' ا�� و)-!� وب�رك و�� ا �� +� 0! ا��. )� ��' �!

11. Membaca doa tahlil:

ب3 ا ا���,2 ا���

5+ �5� ا�و�52 وا��56ی2 ا�-,+ ,-� �5� +و)�5 و��5 , رب ا�"�,2 ا��. )� و�� ��5� '5

2� آ� و:9 و�� +,-� �� +� �5+ �5� ا�,5> ا� ��5' ا�5' ی�5م , ��,-� �� +و)� �� ��ى3

����5ح ب�5ب ر�,5< ا , ا�+ی2 +5,-� �5� +5� ��5 �5� ��5 ا , ا��. )�5 و��5 ��5�)5>ة , �5+د

�2 ب+وام ,Aو��,� دا �2 ا��Bان ا�"�. ��0 ا Cا���: ��و�� , ا��. ا�"� واو)� وت�D �!Bا ب

Page 59: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

lix

�2 :�ل �ا�� ا�ا C�F�: , C+,-و ب �2 :�ل �!-�ن ا C�F�: ��05 �5+�� . و!!� '5�� C�F�( ��و

��5< , ور�,5< ��5ز �5< , �� ه�ا�,H�I ا�,!�رك ه+ی< وا )�< . �-,+ )�' ا و �� �5K وب�آ�5ة ,

�-,+ ر��ل ا ا�' ���ة � �� + . 25D 5D . ا�5' ارواح اب�5A �5 وا�6ا��5 �25 ا��!�5ء وا�,���5

MN�� ا�' ���ك وآ�B��ب3!!� �!+ك ا �Fه�ه �F",��او )� ا��. �Dاب ذ�05 ......ا�' روح �2 ا

.�2 ا��Fر, وا�"� ا��Fر ی3"' ب2 ی+ی. , ��F ا� .� �B�� 0�ا ب ذ�D �"�وا��Iب� �. �2 , وا

2 ,ا��FرF�Q5 ا��5ت ا�,�35,� ا��. ا��S �. وار�,. و���. وا�F� R. ووا�+ی�F ووا�+یN و

��!-�ن رب05 رب ا�"M5ة �,�5 ی��T5ن و�5>م ��5' ا�,���52 وا�-,5+ , وا��F!3 ا و�" ا��آ

2 60 ا��� ت-<..... ا رب ا�"��,

Dzikir diatas adalah pembacaan isi dari acara tradisi tahlilan atau dzikir yang lazim

dilaksanakan disetiap warga melakukan acara tahlilan di Gandaria Selatan.

B. Tradisi Tahlilan dalam Pandangan Masyarakat Gandaria Selatan

Tradisi tahlilan merupakan suatu acara keagamaan yang umumnya dilakukan oleh

masyarakat diberbagai tempat, yaitu dengan membaca al-Quran, shalwat, istogfar, tahlil,

dan dzikir yang lain yang pahalanya dihadiahkan kepada orang yang telah meninggal

dunia.61

Acara Tahlilan memiliki status dalam syariat, bukan hanya dibenarkan bahkan

Allah Swt telah memuji bagi mereka yang mengamalkannya, pandangan al-Quran dan al-

Hadist banyak membenarkan tentang acara tersebut. karena dalam acara tahlilan adalah

Dzikir menurut pendapat para ulama artinya ialah Segala sesuatu yang dilakukan oleh

60 Sufyan Raji Abdullah, Bid’ahkah Tahlilan dan Keselamatan Kematian?, : 2006 Jakarta Putra

Grafika h.38 61 Wawancara dengan ustadz muh. soleh iskandar, dirumah beliau, 17 november 2007

Page 60: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

lx

manusia untuk mengingat pada Allah Swt dan RasulNya disebut dzikir. Misalnya sholat,

bertasbih, bertahlil, memuji Allah dan RasulNya, menyebutkan sifat-sifat kebesaranNya,

sifat-sifat keindahanNya, sifat-sifat kesempuraannya telah dimilikiNya, membaca riwayat

para utusan Allah dan sebagainya. tak lain semuanya ini agar manusia mencintai dan

dicintai Allah Swt dan RasulNya. Sebagaimana firman Allah Swt agar kita banyak

berdzikir sebagaimana diperintahkan dalam al-Qur’an

�Kh���iR2�� �;������ ?� ��

?��j�k%N� ��� ☯#%��N

m#�n⌧� 1GI p�)5E/�0�

'�#Q� r⌧b�s�W� 1tI

Artinya :

“ Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah,

zikir yang sebanyak-banyaknya.Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan

petang.” (Q,S, al-Ahzab 41-42)62

Dari nash ini memberikan pengertian bahwa acara tahlilan merupakan sebuah

zikir dan doa yang ditujukan kepada Allah dan rasulnya dan ditujukan bagi arwah yang

telah meninggal agar mereka mendapat manfaat dan pengampunan dari Allah Swt.

Terdapat hadist yang menerangkan dari bukhari, muslim, Abu daud dan Ahmad

bin hambal dan juga abu hurairah yang berbunyi “apabila meninggal anak cucu adam

maka akan terputuslah segala amal kecuali tiga perkara yaitu sadaqah jariyah, ilmu yang

bermanfaat dan anak yang sholeh yang selalu mendoakan kedua orang tuanya , banyak

penafsiran tentang ini yang dimaksud terputus dalam hadis ini adalah amalnya sendiri,

sedangkan amal orang lain tidak terputus, maka bila diadakan acara doa bersama seperti

adanya acara tahlilan, karena bakti seorang anak yang soleh pada orang tua agar

62

Wawancara dengan ustadz Jamal As Syaban, Dirumah beliau, 17 November 2007

Page 61: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

lxi

mendapatkan rahmat dari Allah maka diundanglah para tetangga dan kyai-kyai yang

mempunyai ilmu agama untuk mendoakan ahli kubur agar pahala-pahalanya diterima dan

dosa-dosanya diampuni oleh Allah Swt63

Pandangan yang sama juga di lontarkan oleh tokoh masyarakat setempat yang

memberikan pengertian tentang hakekat tradisi tahlilan dimana isi pembacaan tahlilan

atau maulid adalah mencakup semuanya seperti membaca ayat Quran (Yaasin dan

sebagainya) kemudian membaca Laa ila ha illa Allah, Tasbih dan Takbir, kemudian kita

membaca riwayat Nabi saw, sholawat dan salam atas junjungan kita Nabi Muhamad saw.

Setelah itu kita berdoa bersama pada Allah Swt, untuk roh-roh Anbiya (para Nabi-nabi),

ulama-ulama dan semua saudara-saudara kita muslimin yang telah meninggal agar

diampunkan dosa mereka, dinaikkan derajat mereka di surga dan rahmat Allah SWT agar

selalu mengiringi mereka. Kemudian kita berdoa pada Ilahi agar amalan-amalan, rahasia

ilmu dan kelebihan agama yang dikaruniakan oleh Allah SWT pada mereka waktu masih

hidup, semuanya itu agar Allah mengaruniakan juga pada kita yang masih hidup ini.

Setelah itu dikeluarkan hidangan-hidangan, menurut kemampuan dan kerelaan masing-

masing, untuk para hadirin. Tujuan hidangan ini tidak lain agar menyemarakkan serta

menggembirakan para hadirin serta tidak ada paksaan dalam hal ini.64

Acara tahlilan sudah menjadi tradisi keagamaan yang kuat dan mempunyai

hukum boleh atau jaiz bila dilaksanakan, dan kegiatan ini bukan tidak ada dasarnya

dalam al-quran karena didalam al-quran dan hadist-hadist Nabi menyatakan bahwa ada

kehidupan sesudah mati, sebelum seseorang dibangkitkan untuk masuk surga atau

dijerumuskan ke neraka, Kehidupan tersebut dinamai kehidupan alam barzah , yang

63 Wawancara dengan ustadz Jamal As Syaban, Dirumah beliau, 17 November 2007 64

Wawancara dengan ustadz muh. soleh iskandar, dirumah beliau, 17 november 2007

Page 62: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

lxii

terjemahannya harfiahnya adalah “pemisah” seseorang yang hidup dialam tersebut dapat

melihat apa yang menantinya dan dengan diadakan acara tahlilan ini maka orang yang

hidup mendoakan kepada ahli kuburnya agar Allah Swt memberikan ampunannya

sebagaimana firman Allah dalam surah Muhammad ayat 19 yang berbunyi:.

wp<����)O �ER*�W �7 �E2)�5� c75�

��� �#�$%�|0�� ��5/�*)�5�

�;~� ���)☺O<���

�42'(���)☺%��� Q ����

�p<���� �� Q�/R<)��|�

�� Q������� 1GxI

Artinya

“Maka ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan)

selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang

mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha

dan tempat kamu tinggal.”

( Q.S Muhammad:19)65

Apa yang dikemukan diatas bisa menjadikan suatu dasar mengapa banyak

dimasyarakat mempercayai tradisi tahlilan dan memberikan kemanfaatan terhadap ahli

kubur dan manusia yang masih hidup, Insya Allah dengan beberapa firman Allah SWT

serta Hadits-hadits di atas ini kita sudah bisa mengambil manfaatnya dan akan paham

serta jelas apa yang dianjurkan oleh Allah Swt dengan perantara junjungan kita Nabi

besar Muhammad Saw. Dengan demikian insya Allah saudara-saudara kita muslimin

yang belum pernah menghadiri atau mendapat kesalahan informasi mengenai bacaan

tahlil ini tidak akan mencela dan mensyirikkan lagi orang yang membuat majlis dzikir

seperti Tahlil, peringatan-peringatan Maulud, isra Mi’raj dan lain-lain. Sehingga

hubungan silaturrahmi dengan saudara-saudara muslimin lainnya tidak akan terputus.66

65 Drs.muhammad idris, wawancara, dirumah beliau,14 november 2007 66 DrsMuhammad idris, wawancara, dirumah beliau,14 november 2007

Page 63: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

lxiii

C. Interaksi dan Integrasi Jamaah Tahlilan

Manusia merupakan mahluk yang bersegi jasmaniah (raga) dan ruhaniah (jiwa).

segi rohaniah manusia terdiri dari fikiran dan perasaan. Apabila diserasikan akan

menghasilkan kehendak yang kemudian menjadi sikap tindak. Sikap tindak itulah yang

kemudian menjadi landasan gerak segi jasmaniah manusia.

Manusia mempunyai naluri untuk senantiasa berhubungan dengan sesamanya.

hubungan yang berkesinambungan tersebut menghasilkan pola pergaulan yang

dinamakan pola interaksi sosial. pergaulan tersebut menghasilkan norma-norma yang

mengikat baik buruknya suatu individu dalam bertindak dalam masyarakat. Tradisi

Tahlilan merupakan acara keagamaan yang dapat menampakkan kelakuan pada setiap

individunya didalam penghayatan bacaan-bacaannya dengan meresepinya kedalam

hatinya sehingga merespon kelakuan yang positif.

Dengan adanya tradisi tahlilan ini di masyarakat Gandaria selatan menciptakan

suatu interaksi sosial yang dinamis di dalam kehidupan masyarakat. Sebagai contoh yang

sederhana, penduduk Gandaria Selatan sekarang sudah menjadi multi etnik dengan

berkumpul dalam suatu acara kegamaan mereka dapat berinteraksi dengan baik para

penduduk asli dengan para pendatang sehingga menciptaka kerukunan dan keharmonisan

dalam bermasyarakat ataupun dalam hubungan-hubungan yang bersifat pribadi lainnya.

Integrasi sosial yang diciptakan merupakan suatu proses pada dasarnya merujuk

pada interaksi sosial dan kontak sosial dari para jamaah yang mengikuti Tahlilan baik

yang penduduk asli ataupun para pendatang dan didalam adanya suatu proses saling

mempengaruhi antar jamaah lainya, sehingga dapat mencapai terjadinya suatu

Page 64: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

lxiv

ketergantungan antar jamaah agar para jamaah menciptakan kepentingan bersama untuk

terwujudnya suatu hubungan sosial yang harmonis antara jamaah tahlilan tersebut.

Dari hubungan sosial yang terjadi maka dibentuk suatu lembaga yaitu kerukunan

kematian yang pelopori oleh Drs. moh. Idris, Beliau “mengatakan karena banyak para

masyarakat yang melaksanakan acara tahlilan tapi tidak mengerti apa yang

dijalankannya serta anggapan miring dari acara tersebut yang hanya merepotkan

keluarga simayit maka dengan kesadaran sosial yang tinggi dan pemahaman keagamaan

maka di buat sebuah lembaga Tahlilan yang bertujuan untuk membantu keluarga yang

ditinggal, beliau juga mengatakan ‘bahwa tradisit tahlilan ini bukan saja bermanfaat

bagi orang sudah wafat saja tetapi bermanfaat bagi manusia yang masih hidup.” 67

Ikatan sosial yang terjalin antar warga Gandaria Selatan dalam pelaksanaan acara

tahlilan secara sosiologis menurut fitrahnya adalah mahluk yang suka hidup berkelompok

dengan pengertian bahwa manusia dalam hidupnya memerlukan bantuan orang lain.

setiap manusia hidup sangat begantung pada interaksi kehidupan bertetangga,

berkelompok dan bermasyarakat, dan merupakan malapetaka yang besar bila masyarakat

tidak mau menerima kerjasama didalam masyarakat. selain untuk menjalin silaturahmi

antara warga tradisi ini bertujuan untuk membina dan mengembangkan hubungan yang

santun dan serasi antara manusia dengan Allah, antara manusia dengan manusia.

D. Fungsi Tahlilan Pada Masyarakat Kelurahan Gandaria Selatan

Abad ke-21 menandai fenomena menarik dalam kehidupan masyarakat kota di

Indonesia, yaitu munculnya minat lebih tinggi dari biasanya terhadap jalan spiritual (the

spiritual path). Sampai dikatakan, abad ini merupakan abad spiritual. Tampaknya jalan

spiritual telah menjadi pilihan ketika manusia modern membutuhkan jawaban-jawaban

esensial atas eksistensi dirinya dalam hidup di tengah dinamika perkotaan.Mengapa

kecenderungan ini terjadi bisa ditelusuri secara historis dan psikologis pada budaya

67 DrsMuhammad idris, wawancara, dirumah beliau,14 november 2007

Page 65: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

lxv

Indonesia secara umum. Namun, pada dasarnya, fenomena yang belakangan ini marak

berakar pada gejolak masyarakat perkotaan di Indonesia sebagai akibat krisis

berkepanjangan yang menimpa negeri ini. Juga dekadensi moralitas yang memengaruhi

gaya hidup orang kota.

Di masyarakat modern sekarang ini kadang-kadang kelompok yang menganggap

bahwa kesucian terletak pada daerah mental spiritual. pendapat seperti ini menyebabkan

timbulnya pemisahan yang tajam pada daerah materi. Pemisahan-pemisahan seperti ini

sampai pada tahap penggantian agama dengan positivisme. akan tetapi didunia modern

ini juga tidak sedikit manusia merendahkan arti kehidupan materi, sehingga lebih

memilih hidup menyendiri dan menjauhkan dari kehidupan masyarakat.68

Tradisi Tahlilan pada masyarakat Gandaria Selatan merupakan ritual spiritualitas

yang didalam penghayatan batiniah kepada Tuhan melalui laku-laku tertentu yang

sebenarnya berguna bagi setiap pemeluk agama islam. Namun, tidak semua penganut

agama islam menekuninya. Bahkan beberapa aliran memperlakukan aktivitas Tradisi

tahlilan kurng bermanfaat yang mereka berpendapat bahwa nabi Muhammad Saw tidak

menjalakan pada zamannya sehingga terjadilah berbedaan pendapat dikalangan ulama di

Indonesia .69

Spiritualitas pada acara tradisi tahlilan dalam ajaran agama islam yang mengarah

pada diri manusia. Bila wilayah psikologi mengkaji jiwa sebagai psyche (dalam

terminologi spiritual lebih dikenal sebagai ego), spiritualitas menyentuh jiwa sebagai

spirit. Budaya Barat menyebutnya inner self (diri pribadi), sesuatu yang "diisikan" Tuhan

pada saat manusia diciptakan. Meski diyakini bahwa agama berasal dari Tuhan, namun

68 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung : Remaja Rosda Karya. 2000). cet. ke-1 h. 164-

165 69 Drs.muhammad idris, wawancara, dirumah beliau,14 november 2007

Page 66: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

lxvi

spiritualitas adalah area manusia. Spiritualitas adalah sikap yang meyakini adanya

kehadiran dan campur tangan Tuhan dalam diri manusia, meski tidak mesti demikian

Trend modern pada masyarakat perkotaan lebih berorientasi kepada hal-hal yang

bersifat material dan rasional sehingga hubungan-hubungan menjadi imperasional dan

sekunder, bukan lagi “relation oriented”, seperti yang terdapat dalam komunitas

pedesaan yang mengandalkan hubungan-hubungan emosional dan primer dimana orang

saling mengenal secara pribadi dan hampir semua aspek kehidupan. Di kota, orang saling

mengenal dalam hubungan dengan aspek-aspek tertentu saja berdasarkan perhatian dan

kepentingan. Hubungan kekerabatan dan kekeluargaan menjadi renggang kalau masih

ada, maka hanya terbatas pada ikatan keluarga batin (Nuclear family). individu menjadi

teranomisasi dan teratomisasi sehingga masing-masing harus mencari jalanya sendiri-

sendiri untuk tetap hidup.70

Dampak negatif modernisasi membuat pergeseran nilai-nilai dan norma

kehidupan sosial sehingga bila dibiarkan akan menimbulkan pergeseran niali-nilai

tradisional dan keagamaan. pergeseran ini menimbulkan masalah-masalah sosial serta

semakin menipisnya rasa kepedulian sesama penduduk apalagi ditambah fasilitas-fasilitas

seperti tempat hiburan, hotel, serta ditambah adanya tempat-tempat minuman-minuman

yang memabukkan dan juga tempat prostitusi illegal. Kondisi demikian sungguh sangat

memperhatinkan dan merupakan tantangan besar yang perlu mendapat penanganan

khusus baik dari pemerintah dan tokoh-tokoh masyarakat pada umumnya, jika hal ini

terus belanjut dikhawtirkan pengaruhnya akan lebih besar melanda masyarakat setempat

khususnya bagi para remaja, selanjutnya hal ini tentu saja akan timbul dampak lain yaitu

kenakalan remaja.

70 Menno S, et,al. Antropologi perkotaan, (Jakarta : Rajawali press,1992) h.44

Page 67: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

lxvii

Dari pengamatan penulis dan hasil wawancara dengan tokoh agama maka perlu

suatu usaha penangulangan dari persoalan-persoalan tersebut, dan salah satunya untuk

menangulangi dampak negatif modernisasi yang menyentuh langsung adalah dakwah

islamiyah yang salah satunya adalah pelaksanaannya ketika melaksanakan tahlilan yang

mewadahi dakwah bil hikmah serta memiliki kekuatan religiusitas dan perenungan diri

bagi masyarakat.

Kegiatan keagamaan sebagai alat untuk menyampaikan nasihat yang baik dan

bertukar pikiran seperti acara tradisi tahlilan yang sudah berakar pada masyarakat di

Indonesia mencerminkan bahwa kegiatan keagaamaan ini mempunyai motivasi

keagamaan yang tinggi dan dalam al-Quran mempunyai pandangan bahwa tradisi tahlilan

satuan bentuk zikir yang subtansial sama dengan shalat, puasa dan lain-lain, sebagaimana

diterangkan dalam al-Quran pada surat al-Imran ayat 191 yang berbunyi :

�;������ �}�# �b�� ���

�n☺2Y�� (Y����� `:p��

��595�� U �}�#�{⌧$�|��� :5;

I�O<�, ��+�2�����

1¡�"e��� � !�" ��� �4%�p<�,

⌧b2�� �⌧��2�� �/'(2�)�{0

�'(H�)O ,�⌧b� "�A �� 1GxGI

Artinya :

“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau

dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan

bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini

dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. (Q.S al-Imran:191)

71

Ayat tersebut diatas telah memberikan pedoman bagaimana cara mengatasi untuk

tidak mengabaikan tuhan dalam hal keadaan apapun baik sedang sibuk dengan pekerjaan

71

Wawancara dengan ustadz Jamal As Syaban, Dirumah beliau, 17 November 2007

Page 68: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

lxviii

duniawi dan keadaan susah ataupun senang agar manusia selalu mengingat tuhan yang

menciptakannya.

Dalam kaitan kondisi psikologis akibat krisis berkepanjangan, landasan pertama

dapat diterima sebagai latar belakang maraknya tren kebutuhan akan Jalan Spiritual di

tengah dinamika perkotaan. Di samping itu, juga kemerosotan nilai-nilai moral yang

demikian mudah merembes ke gaya hidup masyarakat kota

Ketika intelektualisme dan materialisme kian mengakar dalam segala segi

kehidupan kota, masyarakat mulai gamang, terutama sejak pukulan krisis ekonomi

berdampak pada merosotnya nilai materi sebagai solusi kebahagiaan. Intelektualisme

pun, pada tingkat tertentu, berbenturan dengan dinding kokoh yang menghalangi jalan

manusia menuju Tuhan. Hakikatnya, manusia adalah makhluk spiritual yang hidup di

alam materi.

Pengaruh tradisi tahlilan pada malam Jumat untuk masyarakat Gandaria Selatan

selain suatu bentuk ibadah merupakan alat untuk memproteksi diri para jamaah dalam

serangan keyakinan-keyakinan yang dapat memecah persatuan dimasyarakat karena

masyarakat disini sudah memiliki pendidikkan formal yang lumayan tinggi sehingga

pandangan mereka bisa berbeda-beda tentang informasi ajaran agama dan lingkungan

kita berada dikota besar secara moral dan budaya memang masyarakat sedang mengalami

ancaman yang cukup berat, dan tradisi tahlilan ini bisa dipakai sebagai alat untuk

menyampaikan da’wah keislaman sebagai siraman rohani atau pembersihan diri dari

bacaan zikir dan ceramah para ustadz pada acara tahlilan72

Bila banyak kegiatan keagamaan selama ini termarginalisasi dimasyarakat

perkotaan. Dan memang konsepsi penghayatan kepada kekuasaan Tuhan dapat diterima

72 Drs.muhammad idris, wawancara, dirumah beliau,14 november 2007

Page 69: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

lxix

dengan mudah oleh alam bawah sadar masyarakat pedesaan karena hidup mereka yang

"apa adanya". Mereka bekerja untuk memenuhi keperluan hidup. Berbeda dengan

kecenderungan masyarakat perkotaan yang menjadikan agama sekadar kewajiban, bagi

masyarakat desa agama adalah kebutuhan, yang secara praktis-setelah melalui proses

pemberdayaan sisi spiritualitasnya-dapat memberi mereka jawaban-jawaban esensial

untuk melakoni hidup. Bagi masyarakat kota, situasi kehidupan materialisme membuat

materi menjadi solusi kebahagiaan sehingga penghayatan agama terkesampingkan.

Masa depan keberlangsungan menyangkut tradisi-tradisi kegamaan dan

spiritualitas perkotaan susah ditebak. Semuanya tergantung pada kondisi mental spiritual

masyarakat dan perkembangan sosial, ekonomi, dan politik. Sampai beberapa waktu lalu,

pendidikan agama lebih ditekankan pada pengembangan nalar sehingga manusia sibuk

berintelektualisasi dan berasionalisasi, tapi kurang mengembangkan spiritualitas. Padahal

dalam diri manusia terdapat potensi dan kecenderungan yang berorientasi pada obyek

pemikiran dan kontemplasi pada realitas di luar wilayah materi, yang biasa disebut

realitas spiritual..

Spiritualitas masyarakat kota dewasa ini di mana nilai-nilai, tujuan hidup, dan

kesadaran bahwa diri mereka adalah bagian kecil dari sesuatu yang jauh lebih besar

sebagai ciptaan Tuhan, telah menjadi dasar dari pengembangan kepribadian yang sangat

menentukan kebahagiaan hidup lahir dan batin mereka di tengah dinamika perkotaan

Page 70: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

lxx

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan.

Dari uraian pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat mengambil kesimpulan

sebagai berikut :

Pada masyarakat Gandaria Selatan tradisi tahlilan merupakan suatu kegiatan

agama yang sudah lama dilakukan dimasyarakat dan tidak dapat dipisahkan dalam

kehidupan keagamaan di Gandaria Selatan. Disamping itu tahlilan juga merupakan salah

satu alat mediasi (perantara) yang paling memenuhi syarat yang bisa dipakai sebagai

media komunikasi keagamaan baik interaksi dan integrasi masyarakat di Gandaria

Selatan. hal tersebut didasarkan kenyataan dimasyarakat.

Tahlilan pada malam jumat ataupun ketika ada salah satu masyarakat yang

meninggal dunia merupakan sebuah tradisi yang memiliki dimensi ketuhanan (habl min

Allah) yang mampu memberikan siraman rohani, ketenangan, kesejukan hati dan

peningkatan keimanan, sekaligus juga memiliki dimensi sosial (habl min anas) yang

mampu menumbuhkan rasa persaudaraan, interaksi sosial dan kesatuan umat islam

dimasyarakat muslim pada umumnya dan di masyarakat Gandaria Selatan pada

khususnya.

Walaupun berada di perkotaan besar tradisi keagaamaan ini telah mempengaruhi

masyarakatnya menjadi suatu masyarakat yang agamis karena sebagaimana kita ketahui

dampak negatif masyarakat kota salah satunya itu menjadikan kehidupan masyarakat

Page 71: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

lxxi

yang individualistis hal ini kebanyakkan masyarakat kota lebih memilih kepentingan

materialistis atau duniawi daripada hubungan antar masyarakatnya.

Perbedaan pendapat tradisi tahlilan pada masyarakat Indonesia masih banyak

diperdebatkan, tetapi itu hanya perbedaan pendapat antara para ulama di elit atas saja.

tetapi kenyataan yang ada masyarakat Indonesia pada umumnya dan khususnya di

masyarakat Gandaria Selatan tradisi keagamaan ini sudah lama dikenal dan dijalankan

dimasyarakat dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan masyarakat

B. Saran-Saran

1. Sebaiknya para ustadz dan para ulama selalu mensosialisasikan agar masyarakat

tidak merasa ragu meneruskan tradisi keagamaan yang mempunyai manfaat baik

didunia dan akhirat ini

2. Untuk masyarakat yang menyakini tradisi tahlilan jangan memaksakan diri

bersedekah dengan berhutang karena malu kepada tetangga jika tidak

melaksanakannya.

3. Menyelenggarakan tradisi tahlilan hendaknya dilandasi dengan niat yang ikhlas,

bukan karena malu pada tetangga, dan ingin dipuji atau lainnya.

Page 72: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

lxxii

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Syani, Sosiologi dan Perubahan Masyarakat, Lampung: PT Dunia Pustaka Jaya,

cet, ke-1,1995

Geertz, Clifford Abangan, santri, priyayi dalam masyarakat jawa. Jakarta: pustaka jaya,

1989

Ihromi, T O(Ed). Pokok-pokok antropologi budaya, Jakarta: PT. Gramedia, 1980

Kahmad, Dadang, Sosiologi Agama, Bandung: Remaja Rosda Karya, cet ke-1,2000

Koentjaraningrat. Pengantar ilmu Antropologi. Jakarta : Aksara Baru, 1985

--------------------, Beberapa Pokok Anropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat, 1992

--------------------, Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai pustaka, 1985

--------------------, Ritus Peralihan di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1993

--------------------, Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: UI Press, 1988

-------------------------, Sosiologi suatu pengantar, Jakarta : Rajawali.1983

-------------------------, Sosiologi suatu Pengantar, Jakarta:UI Press, cet,ke-7,1981

-------------------------,Sosiologi suatu Pengantar, Jakarta, Pt Raja Grafindo,

Mardimin, Johannes (Ed), Jangan Tangisi Tradisi. Yogyakarta: Kanisius, 1994

Milles, Matthew B. Analisis Data kualitatif. Jakarta: UI Press. 1992

Muhyididin Abdusshomad, Tahlil dalam perspektif Al-quran dan As-sunnah (Kajian

Kitab Kuning), Surabaya: PP Nurul Islam,2005

Nothingham, Elizabeth K, Agama dan Masyarakat: Suatu pengantar Sosiologi Agama.

Jakarta : Rajawali Press, cet. ke-5,1997

Puspito, Hendro, Sosiologi Agama, Jakarta: BPK Gunung Mulia, cet. ke-5, 1989

Qutb, Muhammad, Islam di Tengah Pertarungan Tradisi, Bandung: Mizan, cet, ke-3

1993

Rendra, Mempertimbangkan Tradisi, Jakarta: PT Gramedia, 1983

Page 73: TRADISI TAHLILAN DI PERKOTAAN DALAM ARUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/20022/1/SYAMSUL... · tradisi tahlilan di perkotaan dalam arus modernisasi (studi kasus

lxxiii

S, Martono H, et al, Geografi dan Kependudukkan, Jakarta : Tiga serangkai. 1980

S, Menno, et. al, Antropologi Perkotaan, Jakarta : Rajawali Press, cet ke-1, 1992

Salim, Peter, et.al, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modern English,

1991

Shihab, M. Quraish, Wawasan al-quran, Bandung: Mizan, cet.ke -1,1996

Smith, Donald Eugene, Agama dan Modernisasi Politik, Suatu Kajian analitis,

diterjemahkan oleh machmun husein, (Jakarta: CV. Rajawali.1985), Cet,ke-1

Soekanto, Soerjono, Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat, Jakarta;

Rajawali Press, cet ke-1,1983

Surakahmad, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tasito, 1986), Cet,Ke-7

Taher, Tarmizi, et al, Radikalisme Agama, (Jakarta: PPIM-IAIN, 1998), Cet.ke-1

Thohir Abdullah Al-Kaff, Status Tahlil dalam Al-quran dan Al hadis, Surabaya:

yayasaan perguruan islam “al Ustadz Umar Baradja,1997

Tim Penyusun Ensiklopedi Islam, (Jakarta : PT Ichtiar Baru Van Hoerve, 1993), jilid V

Turner, Bryan, Teori-Teori Sosiologi Modernitas Post-Modernitas, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar), 2000,Cet,ke-1

W.J.S. Poerwadaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia , (Jakarta: Balai Pustaka

1976)Cet,Ke-5

Wiliam, Montgomery Watt, Fundamentalisme Islam dan Modernitas, (Jakarta: Pt

Rajagrafindo Persada,1997)Cet.ke-1