TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

73
TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN TEUPAH TENGAH KABUPATEN SIMEULUE SKRIPSI Diajukan Oleh: SRI RAHAYU NENGSIH NIM. 160501069 Mahasiswi Fakultas Adab dan Humaniora Program Studi Sejarah dan Kebudayaan Islam FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY DARUSSALAM-BANDA ACEH TAHUN 2021 M/1442 H

Transcript of TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

Page 1: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN

DI KECAMATAN TEUPAH TENGAH

KABUPATEN SIMEULUE

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

SRI RAHAYU NENGSIH

NIM. 160501069

Mahasiswi Fakultas Adab dan Humaniora

Program Studi Sejarah dan Kebudayaan Islam

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

DARUSSALAM-BANDA ACEH

TAHUN 2021 M/1442 H

Page 2: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN

DI

Page 3: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

v

Page 4: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

vi

Page 5: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

vii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat dan salam penulis

persembahkan ke haribaan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa

manusia dari alam kegelapan ke alam yang terang benderang seperti yang

dirasakan sekarang ini.

Alhamdulillah, dengan petunjuk dan hidayah-Nya, penulis telah selesai

menyusun sebuah skripsi untuk memenuhi dan melengkapi syarat-syarat guna

mencapai gelar sarjana pada jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam fakultas Adab

dan Humaniora Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, dengan judul:

“Tradisi Papar Dalam Adat Kematian Di Kecamatan Teupah Tengah

Kabupaten Simeulue”, dengan berbagai macam bantuan salah satunya dengan

adanya panduan penulisan skripsi dari pihak fakultas. Dalam hal ini tentu sangat

membantu bagi mahasiswa/i dalam menjalankan tugas skripsi.

Ucapan terima kasih, rasa cinta dan kasih sayang penulis yang sedalam-

dalamnya penulis persembahkan yang teristimewa untuk kedua orang tua yaitu

Ayahanda tercinta Badion dan Ibunda tercinta Ainun, yang tidak pernah letih

memberikan bimbingan, pengorbanan dan do’a serta memberikan dukungan moral

dan material sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini.

Page 6: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

viii

Ucapan terima kasih penulis untuk Bapak Dr. Aslam Nur, MA, selaku

pembimbing I dan Bapak Ikhwan. MA. Selaku pembimbing II yang dengan sabar,

tulus dan ikhlas untuk meluangkan waktu dan pikiran serta memberikan

bimbingan, motivasi, arahan dan saran-saran yang sangat bermanfaat kepada

penulis selama menyusun dan dapat menyelesaikan skripsi ini.

Tidak lupa pula ucapan terima kasih penulis kepada Bapak Dr. Fauzi

Ismail, M.Si selaku dekan Fakultas Adab dan Humaniora, Ketua Jurusan Bapak

Sanusi, S. Ag., M.Hum. Kepada penasehat akdemik Bapak M. Yunus Ahmad,

S.Hum, M.Us serta semua dosen di program studi Sejarah dan Kebudayaan Islam

yang telah mendidik penulis selama ini, dan kepada semua pihak memberikan

dukungan, semangat dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Ucapan terima kasih penulis kepada Bapak Syamsuddin, Bapak Abdul

Rahman, dan kepada Ibu Beriah dan kepada informan lainnya, yang telah

menyediakan waktunya dan memberikan informasi yang penulis butuhkan dan

kepada semua sumber yang telah bersedia memberikan informasi yang penulis

butuhkan sehingga penulisan karya ini dapat diselesaikan.

Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada teman dan sahabat

seperjuangan Prodi Sejarah dan Kebudayaan Islam angkatan ke-16 yang selalu

memberikan dukungan dan banyak membantu serta memberikan saran untuk

penulis. Terima kasih kepada teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu namanya. Karena berkat dukungan dan bantuan teman-teman baik selama

perkuliahan maupun dalam penulisan skripsi ini serta memberikan semangat dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Page 7: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

ix

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penulisan skripsi ini masih

terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman

penulis sendiri. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

penulis harapkan guna kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya kepada Allah SWT, penulis berserah diri semoga Allah SWT

membalas semua amal dan jasa-jasa yang telah mereka berikan kepada penulis,

amin-aminya Rabbal alamin.

Banda Aceh, 12 Januari 2021

Penulis,

Sri Rahayu Nengsih

Page 8: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

x

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Tradisi Papar Dalam Adat Kematian Di Kecamatan

Teupah Tengah Kabupaten Simeulue”. Papar di Kabupaten Simeulue

Khususnya di desa Busung Indah Kecamatan Teupah Tengah diartikan sebagai

pembagian harta atau pemaparan harta. Papar hanya dilakukan dalam perpisahan

mati, sementara perpisahan hidup disebut frait (perceraian). Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui sejarah dari tradisi papar, kekhasan tradisi papar, dan

makna simbolik dari peralatan yang di gunakan pada saat tradisi papar. Adapun

teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam skripsi ini melalui obeservasi,

wawancara, dan dokumentasi. Sementara sampel dalam penelitian papar adalah

orang-orang yang mengetahui tentang tradisi papar, seperti tokoh adat, tokoh

agama, dan masyarakat yang terlibat dalam pelaksanaan tradisi papar. Kemudian

data dianalisis dengan menggunakan metode diskriptif kualitatif yang bertujuan

untuk memberikan jawaban tentang tradisi papar. Hasil penelitian tradisi papar

menunjukkan bahwa tradisi papar dilaksanakan pada acara kenduri malam ke

tujuh seorang kepala keluarga meninggal, perkembangan tradisi papar bagi

masyarakat Desa Busung Indah sudah mulai jarang dilaksanakan salah satu

alasannya adalah hanya beberapa yang sanggup melaksanakan saja, yakni bagi

keluarga yang mampu untuk melaksanakannya, namun dalam pelaksanannya

masih ada juga beberapa desa terpencil yang sering melaksanakan tradisi papar.

Bentuk penyajian makanan yang terdapat dalam tradisi papar ialah diawali

makan bersama lalu ketika acara adat dimulai, makanan utama yang sudah di

hidangkan dalam tudung saji yakni lima talam yang berisikan pulut dan pisang,

beberapa simbol yang terkandung dalam tradisi papar memiliki beberapa makna

tersendiri, seperti tudung saji yang di beri selendang masing-masing berbeda

warnanya dimaknai sebagai penghormatan bagi masing masing warna tersebut,

pulut sebagai pengikatan pembicaraan papar. Oleh karena itu, untuk menjaga

kelestarian adat dan budaya di Kabupaten Simeulue khususnya tradisi papar,

maka dukungan dari pihak pemerintah sangat dibutuhkan seperti sosialisasi

kepada masayarakat yang belum paham tentang tradisi papar.

Kata Kunci : Tradisi, Papar, Adat, Kematian, Masyarakat Simeulue.

Page 9: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PEMBIMBING .................................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................. v

ABSTRAK................................................................................................................ vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................ vii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ viii

BAB I: PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................. 4

C. Tujuan Penelitian................................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian................................................................................. 4

E. Penjelasan Istilah ................................................................................... 5

F. Kajian Pustaka ....................................................................................... 6

G. Landasan Teori ...................................................................................... 7

H. Sistematika Penulisan ............................................................................ 10

BAB II: METODE PENELITIAN ........................................................................ 12

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ......................................................... 12

B. Lokasi Penelitian ................................................................................ 13

C. Sumber Data ....................................................................................... 13

D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 14

E. Teknik Analisis Data .......................................................................... 15

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .................................. 16

A. Geografis dan Luas Wilayah .............................................................. 16

B. Penduduk dan Mata Pencaharian ....................................................... 17

C. Pendidikan ......................................................................................... 21

D. Ada Istiadat ....................................................................................... 22

E. Keadaan Sosial Keagamaan dan Budaya ........................................... 23

BAB IV: PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN

TEUPAH TENGAHKABUPATEN SIMEULUE ................................. 26

A. Sejarah Tradisi Papar Di Kabupaten Simeulue .................................. 26

B. Proses Pelaksanaan Tradisi Papar ...................................................... 31

C. Kekhasan Tradisi Papar ..................................................................... 36

D. Makna Simbolik Peralatan Yang Digunakan Pada Saat Tradisi Papar

Dilaksanakan ...................................................................................... 37

E. Analisis Penulis .................................................................................. 44

BAB V: PENUTUP ................................................................................................ 47

A. Kesimpulan ......................................................................................... 47

B. Saran ................................................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTRA RIWAYAT HIDUP

Page 10: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Adat atau tradisi biasanya diartikan sebagai suatu ketentuan yang berlaku

dalam masyarakat tertentu, dan menjelaskan satu keseluruhan cara hidup dalam

bermasyarakat.1 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tradisi mempunyai dua

arti: Pertama, adat kebiasaan turun temurun yang masih dijalankan masyarakat.

Kedua, penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan cara

yang paling baik dan benar. Dengan demikian, tradisi merupakan istilah generik

untuk menunjuk segala sesuatu yang hadir menyertai kekinian. Pada era modern

ini, masih banyak tradisi yang tetap dipertahankan secara turun temurun dari nenek

moyang hingga ke anak cucu pada suatu masyarakat.

Demikian juga yang terjadi di Dusun Teluk Indah, Desa Busung Indah,

Kecamatan Teupah Tengah, Kabupaten Simeulue. Salah satu Tradisi yang masih

dijaga dan dilaksanakan oleh masyarakat adalah Tradisi Papar. Tradisi papar

adalah salah satu upacara yang dilakukan setelah kematian seseorang. Upacara ini

dilaksanakan pada malam ketujuh setelah meninggalnya kepala keluarga atau

suami. Pada malam tersebut keluarga almarhum mengundang saudara serta dari

pihak lainnya seperti Kepala Desa, Tetuah Kampong dan masyarakat setempat.

Kegiatan pada malam papar tersebut biasanya diawali dengan membaca surah al-

fatihah, Yasin, Tahlil dan doa untuk almarhum atau almarhumah secara bersama.

1 Husni Thamrin, Orang Melayu : Agama, Kekerabatan, Prilaku Ekonomi, (Lpm : Uin

Suska Riau), 2009, hlm. 1

Page 11: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

2

Setelah itu dilanjutkan dengan acara makan dan minum yang disediakan

oleh keluarga arwah atau ahlul bait/ahlul musibah. Keyakinan masyarakat setempat

pada hari pertama sampai hari ke tiga itu arwah yang telah meninggal pulang ke

rumah dan masih berada di dalam rumah dan masih tidur di tempat yang sering ia

tiduri selama ia hidup. Oleh karena itu jika seseorang telah meninggal dunia, dari

pihak keluarga akan membersikan tempat tidurnya dan mengumpulkan barang

barang miliknya seperti pakaian dan benda lain. Barang barang yang sudah

dikumpulkan diletakkan di atas ranjang yang suda dibersihkan tadi, lalu diletakkan

juga kemenyan di ranjang bagian kepala selama tujuh hari.

Pada malam pelaksanaan tradisi papar semua anggota keluarga dan

masyarakat berkumpul untuk membicarakan hal-hal yang terkait dengan harta

pencaharian bersama dan harta pembawaan masing masing. Setelah hari ke tujuh,

dipercayai bahwa arwah tersebut tidak berada di dalam rumah lagi, akan tetapi

berada di luar mengelilingi rumah atau berada di ujung atap rumah. Arwah tersebut

dapat melihat apa yang diperbuat oleh keluarganya di dalam rumah.

Tidak hanya itu, dari pelaksanaan papar terdapat banyak makna dan

simbol, makna dan simbol dalam tradisi ini dapat dinilai dari bahasa dan peralatan

yang digunakan sewaktu tradisi berlangsung. Seperti “awal rasam akhir rasam”

atau indah mangindahkan mulia memuliakan, di mana setiap yang diawali dengan

baik harus berakhir dengan baik. Kalimat tersebut ialah kalimat yang sering

digunakan untuk acara ritual atau sering disebut dengan nasehat dari ketua adat di

Desa. Bukan hanya dari bahasa yang digunakan, tetapi juga peralatan yang

digunakan itu memiliki makna dan simbol.

Page 12: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

3

Demikian pula dengan makanan yang disajikan pada malam itu disusun di

atas lima talam khusus untuk ketua ketua adat desa, setelah disusun rapi di atas

talam lalu talam yang berisi makanan tersebut harus ditutupi dengan tudung saji

yang dihiasi selendang merah, kuning, putih, hijau, dan merah jambu. Masing

masing dari selendang tersebut menandakan atau memberikan simbol siapa saja

yang berhak membuka dan memakan makanan yang ada di dalam tudung tersebut.

Tradisi Papar saat ini tidak lagi terlalu sering dilaksanakan di tengah

tengah masyarakat, khususnya di Kecamatan Teupah Tengah Kabupaten simeulue.

Menurut beberapa sumber, salah satu faktor yang paling dominan dari hasil

penelitian ialah faktor ekonomi, namun peneliti belum yakin akan hal tersebut.

Oleh karena itu peneliti ingin meneliti lebih dalam tentang trasisi papar.

Dari pemaparan di atas, tradisi papar ini perlu diteliti untuk memberikan

informasi dan pengetahuan kepada masyarakat, baik masyarakat Simeulue maupun

masyarakat lainnya mengenai proses, makna, dan hal hal lain yang terkandung di

dalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan

tradisi papar dalam adat kematian di Desa Busung Indah dan bagaimana proses

papar yang diadakan oleh masyarakat di Desa Busung Indah.

Tradisi ini unik dilihat dari proses awal hingga akhir pelaksaannya

membuat penasaran di mana banyak hal yang belum diketahui orang tentang tradisi

papar. Salah satunya ialah bagaimana proses pelaksanaannya, mengapa harus

mengumpulkan banyak masyarakat serta keluarga, dan siapa saja yang ikut

melakukan atau yang tidak melakukan tradisi ini.

Page 13: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

4

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti fenomena sosial ini dengan

judul: “Tradisi Papar Dalam Upacara Kematian Di Kecamatan Teupah Tengah

Kabupaten Simeulue.”

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah terkait latar belakang masalah si atas ialah:

1. Bagaimana sejarah tradisi papar di Kecamanata Teupah Tengah Kabupaten

Simeulue?

2. Apa saja kekhasan dari tradisi papar?

3. Apa makna simbolik dari peralatan yang digunakan pada saat tradisi papar di

Kecamatan Teupah Tengah Kabupaten Simeulue?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui sejarah dari tradisi papar yang ada di Simeulue.

2. Untuk mengetahui kekhasan dari tradisi papar.

3. Untuk mengetahui makna simbolik yang terkandung dalam tradisi papar.

D. Manfaat Penelitian

Kajian terhadap Tradisi ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik

secara langsung maupun tidak langsung bagi semua pihak yang terkait, antara lain

sebagai berikut:

Page 14: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

5

A. Manfaat praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mempermuda bagi peneliti yang

ingin meneliti kembali yang berhubungan dengan Tradisi Papar.

b. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat

yang membacanya. Agar lebih mengetahui tentang tradisi dan budaya.

Dan juga untuk membantu masyarakat lain yang tidak tahu apa itu

tradisi Papar.

B. Manfaat teoritis

a. Secara teoritis penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi

yang lebih jelas mengenai Tradisi Papar.

E. Penjelasan Istilah

Sebelum membahas lebih lanjut, terlebih dahulu akan dijelaskan istilah

yang tidak diketahui oleh pembaca. Hal ini dilakukan agar lebih memudahkan

pembaca dalam mengetahui istilah istilah yang ditulis.

1. Tradisi

Tradisi merupakan sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan

menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari

suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling

mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke

generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu

tradisi dapat punah.

Page 15: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

6

2. Adat Istiadat

Adat Istiadat merupakan suatu sistem norma atau tata kelakuan yang

tumbuh, berkembang, dan dijunjung tinggi oleh suatu masyarat secara turun-

temurun sehingga kuat integrasinya dengan pola perilaku masyarakat.

3. Papar

Papar merupakan suatu tradisi dalam adat istiadat di kabupaten Simeulue

yang dilakukan pada acara perceraian dan kematian yakni penghitungan harta

dari pihak lelaki dan perempuan.

F. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah usaha untuk menemukan tulisan yang berkaitan

dengan penulisan, yang bertujuan untuk menemukan apakah ada penelitian yang

sama dengan yang peneliti kaji. Penelitian tentang tradisi papar dalam adat

kematian sudah pernah ditulis oleh para peneliti lain, tapi hanya sedikit yang

mengkaji secara mendalam mengenai tradisi papar di Teupah Tengah. Tulisan

sebelumnya yang membahas tentang tradisi papar, di antaranya:

Dalam buku yang disusun oleh Alfian Afif dan kawan-kawan yang

berjudul “Buku panduan Adat dan Reusam Perkawinan Kabupaten Simeulue

Provinsi Aceh”. 2 Dalam buku ini membahas mengenai tentang cerai dan mati yang

sedikit membahas tentang penelitian saya. Dalam buku ini juga membahas tentang

adat pernikahan dan kematian di kabupaten Simeulue.

2 Alfian Afif, dkk, Buku panduan Adat dan Reusam Perkawinan Kabupaten Simeulue

Provinsi Aceh. (Simeulue 2014).

Page 16: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

7

Dalam skripsi Lisa Zuana dengan judul “Tradisi Reuhab dalam

Masyarakat Gampong Kuta Aceh (Studi Kasus Kecamatan Seunagan Kabupaten

Nagan Raya).3 Skripsi, UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Skripsi ini membahas tentang

Tradisi yang telah mengakar di tengah-tengah masyarakat adalah salah satunya

tradisi upacara kematian, dimana terdapat suatu tata cara yang sering dilakukan

oleh masyarakat yaitu jika ada yang meninggal dunia maka dilakukan upacara

mulai dari hari pertama orang meninggal hingga proses penguburan dan khanduri.

Upacara kematian ini tidak terlepas daripada tradisi reuhab yang merupakan suatu

adat dalam upacara kematian dan sudah menjadi bagian dari kebiasaan turun-

temurun yang dilakukan oleh masyarakat Nagan Raya pada umumnya jika tradisi

tersebut tidak dilakukan maka akan dianggap sebagai suatu penghinaan dalam

kehidupannya.

Kajian lain dilakukan oleh Irma Suriani yang berjudul “Makna Simbolik

Patѐe 40 Hari Kematian pada Masyarakat Desa Blang Padang Kecamatan

Tangan-Tangan Kabupaten Aceh Barat Daya” Skripsi, UIN Ar-Raniry Banda

Aceh. Dalam skripsi ini membahas tentang Kenduri 40 hari kematian adalah salah

satu kenduri rutin yang dilakukan masyarakat Gampong Blang Padang, yang

dilaksanakan pada 40 hari setelah kematian di rumah duka.4

Dari dalam buku dan hasil penelitian yang peneliti rujukan pembahasan

banyak yang sudah men eliti tentang tradisi kematian. Akan tetapi masih sedikit

3 Lisa Zuana, Tradisi Reuhab dalam Masyarakat Gampong Kuta Aceh (Studi Kasus

Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya). Skripsi, UIN Ar-Raniry Banda Aceh 2018. 4 Irma Surianti, Makna Simbolik Patѐe 40 Hari Kematian pada Masyarakat Desa Blang

Padang Kecamatan Tangan-Tangan Kabupaten Aceh Barat Daya, Skripsi, UIN Ar-Raniry Banda

Aceh 2018.

Page 17: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

8

sekali informasi dan penelitian tentang tradisi papar masyarakat Simeulue. Oleh

karena itu peneliti mengadakan kajian lebih lanjut terfokus pada nilai-nilai budaya

dalam teradisi kematian dengan judul “Tradisi Papar dalam Adat Kematian di

Kecamatan Teupah Tengah Kabupaten Simeulue.

G. Landasan Teori

Tradisi merupakan adat kebiasaan turun temurun atau sesuatu yang telah

dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok

masyarakat. Adapun untuk menunjang penelitian ini penulis mengambil beberapa

teori tokoh yang terkemuka. Penulis menilai teori ini dapat disesuaikan dengan

masalah yang dikaji.

Rusmin Tumanggor mendefinisikan budaya adalah konsep, keyakinan, nilai

dan norma yang dianut masyarakat yang memengaruhi prilaku mereka dalam

upaya menjawab tantangan kehidupan yang berasal dari alam sekelilingnya.5

Emile Durkheim mengatakan teori fungsionalisme dapat dilihat sebagai

pendekatan fungsionalisme umum yang menjelaskan keberadaan lembaga lembaga

sosial seperti lembaga lembaga agama yang menjadi kebutuhan dalam

masyarakat.6

Durkheim mengatakan bahwa sebuah lembaga keagamaan berfungsi untuk

membimbing pemeluknya menjadi anggota masyarakat yang baik dan penuh

pengabdian untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, selain itu lembaga

5 Rusmin Tumanggor, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Prenada Media2010), hal.

141 6 Tim Gama Press, Kamus Ilmiah Populer, (Jakarta: Gama Press, 2012), hal. 267

Page 18: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

9

keagamaan memiliki peran penting untuk mewujudkan masyarakat yang

berkualitas dan dinamis.7

Koentjaraningrat menjelaskan wujud ideal dari kebudayaan ialah yang

sering disebut sistem sosial mengenai kelakuan berpola dari manusia itu sendiri.

Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas manusia-manusia yang berinteraksi,

berhubungan, serta bergaul antara satu dengan yang lain dari detik ke detik, hari ke

hari bahkan dari tahun ke tahun, selalu menurut pola tertentu yang berdasarkan

adat tata kelakuan.8

Adat istiadat merupakan seperangkat nilai-nilai, kaedah-kaedah, dan

kepercayaan sosial yang tumbuh sejak semula bersama dengan pertumbuhan

masyarakat yang bersangkutan, telah dikenal, dihayati, dan dinikmati oleh

masyarakat secara berulang-ulang dan terus menerus sampai sepanjang masa

dalam kehidupan masyarakat Aceh.9 Salah satu fungsi adat istiadat adalah

mengharmonis kan kehidupan masyarakat berupa penyeimbangan kehidupan antar

pribadi dan antar kelompok, dalam melaksanakan fungsi tersebut adat istiadat

berpegang teguh kepada landasan sejalan dengan Ajaran Islam yang dianut oleh

masyarakat Aceh.10

Darwis A. Soelaiman membahas adat kematian dalam masyarakat Aceh,

apabila seorang warga meninggal dunia, maka oleh bilal meunasah dibunyikan

beduk khusus sebagai tanda bahwa dalam kampung itu ada musibah kematian.

7 Soetomo, Masalah Sosial Pembangunan, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), hal. 15 8 Koentjaranigrat, Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan, (Jakarta: Gramedia, 1974),

hal. 16. 9 Badruzzaman Ismail, Membangun Keistimewaan Aceh Dari Sisi Adat dan Budaya,

(Banda Aceh: MAA Banda Aceh 2008), hal. 22. 10 Amirul Hadi, Aceh Sejarah Budaya dan Tradisi, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor

Indonesia, 2010), hal. 173.

Page 19: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

10

Semua penduduk baik laki-laki maupun wanita mendatangi orang yang

kemalangan tersebut untuk melayat dan memberi bantuan apa yang dapat

dibantunya.11

Syamsuddin Daut menjelaskan tradisi melayat kematian, yaitu

ta‟ziahdimulai begitu terjadi kematian dan berlangsung sampai tujuh hari, orang-

orang yang datang melayat itu pada umumnya diterima di ruangan bawah tanah

(yup moh) jika laki-laki sedangkan perempuan menyampaikan belasungkawa di

dalam rumah itu sendiri.12

Pemaparan di atas dapat dipahami bahwa tradisi yang merupakan adat

kebudayaan sangat diperlukan dan sudah menjadi bagian dari pada kehidupan

masyarakat itu sendiri. Selain itu tradisi memiliki peran penting dalam mengatur

kehidupan manusia dalam berinteraksi antar sesamanya.

H. Sistematika penulisan

Untuk mempermudah penelaahan dalam penelitian ini, maka akan dibahas

per bab, masing masing bab mempunyai sub bab tersendiri antara satu bab dengan

bab lain yang saling berkaitan.

Dalam bab pertama adalah pendahuluan, yang berisi tentang latar belakang

masalah, yaitu memuat alasan pemilihan judul penelitian serta beberapa poin

penting yang harus diuraikan secara rinci mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

penelitian. Dalam bab ini juga berisikan rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, penjelasan istilah, kajian pustaka, dan sistematika penulisan.

11 Darwis A. Soelaiman, Kompilasi Adat Aceh, (Banda Aceh: Pusat Studi Melayu Aceh,

2011), hal. 277. 12 Syamsuddin Daut, Adat Perkawinan Aceh, (Majelis Adat Aceh, 2014), hal. 177.

Page 20: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

11

Bab dua menjelaskan tentang metodelogi penelitian yang meliputi

pendekatan dan jenis penelitian, dijelaskan secara singkat mengenai lokasi

penelitian, sumber data yang diperoleh, teknik pengumpulan data baik melalui

observasi, wawancara dan dokumentasi, serta teknik analisis data yang digunakan.

Bab tiga menguraikan secara jelas tentang gambaran umum lokasi

penelitian yang memuat tentang gambaran masyarakat Desa Busung Indah

Kecamatan Teupah Tengah Kabupaten Simeulue, letak geografis dan luas

wilayah, penduduk dan mata pencaharian, pendidikan, adat istiadat, keadaan sosial

keagamaan dan budaya.

Bab ke empat yaitu membahas tradisi Papar dalam Adat Kematian Di

Kecamatan Teupah Tengah Kabupaten Simeulue. Dalam bab ini di uraikan

mengenai sejarah tradisi papar, proses pelaksanaan tradisi papar, kekhasan tradisi

papar, makna simbolik dari peralatan yang digunakan pada saat tradisi papar

dilaksanakan.

Terakhir bab ke lima berisikan penutup yang merupakan kesimpulan dari

bab-bab sebelumnya, menjelaskan secara singkat akan tetapi menjawab semua

permasalahan yang dikaji serta beberapa saran yang ditujukan kepada semua pihak

yang terlibat.

Page 21: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

12

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penulisan sebuah karya ilmiah, metode penelitian merupakan salah

satu bagian yang penting untuk meyelesaikan semua rumusan masalah yang telah

ditentukan sebelumnya. Penelitian adalah proses yang selalu ada dalam kehidupan

intelektual manusia berdasarkan sifat ingin tahu yang ada dalam hidup ilmuan.

Dalam memenuhi hasrat tersebut ada dua cara yang dapat digunakan pertama

menggunakan akal sehat memacu pada kelaziman dalam kehidupan sehari-hari.

Kedua melakukan kegiatan penelitian yang bersifat ilmiah berdasarkan kaidah dan

cara berpikir yang sistematis melengkapi keseluruhan proses penelitian.13

Berdasarkan masalah serta tujuan dalam yang sudah ditetapkan maka

penulis menggunakan pendekatan kualitatif bersifat Participant Observation yang

penulis sendiri menjadi instrument dalam pengumpulan data. Penelitian kualitatif

adalah pengumpulan data dengan cara turun langsung ke lapangan dan melihat

secara objek yang akan diteliti. Pada metode kualitatif ini peneliti akan melihat

bagaimana tradisi papar yang dilaksanakan bagi masyarakat Simeulue. Selain dari

penelitian partisipan observasi, peneliti juga akan mengurai data penelitian dengan

menggunakan metode pustaka sebagai pelengkap dalam mengembangkan suatu

rumusan masalah.

13 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi dan Duskursus Teknologi Komuniikasi dan,

Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2016), hlm.29.

Page 22: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

13

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat atau objek untuk diadakan suatu penelitian.

Lokasi penelitian ada di Kabupaten Simeulue, peneliti mengambil lokasi penelitian

tersebut karena upacara tradisi ini menarik perhatian peneliti, upacara tradisi ini

sudah sangat jarang dilaksanakan namun tetap dilestarikan oleh masyarakat Desa

Busung Indah yang masyarakatnya sudah modern, selain itu upacara tradisi ini

sudah dilaksanakan secara turun temurun dari nenek moyang, sehingga peneliti

ingin mencari informasi tentang tradisi Papar tersebut. Selain itu, dikarenakan

peneliti ingin mengungkap tradisi dan budaya, di mana masih banyak masyarakat

yang tidak mengerti dan juga dapat mengembangkan tradisi dan budaya di

Kabupaten Simeulue.

C. Sumber Data

Dalam penelitian ini peneliti mengandalkan sumber data dari beberapa

sumber yang dikelompokkan kepada dua bagian yaitu sumber data primer dan

sumber data skunder. Adapun sumber data primer dalam kajian ini adalah tokoh

adat, masyarakat sebagai pelaksanaan tradisi tersebut, atau masyarakat yang sudah

mengetahui dan berpengalaman dalam melaksanakan tradisi papar yang ada di

Desa Busung Indah. Sedangkan sumber data sekunder diperoleh dari literatur atau

teori-teori dari buku dan lain-lain yang termasuk didalamnya hasil wawancara

sebelumnya yang menjadi jawaban rumusan masalah berkaitan terhadap objek

yang diteliti.

Page 23: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

14

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam setiap kegiatan penelitian dibutuhkan objek atau sasaran penelitian.

Dalam melakukan survey penelitian, tidak harus diteliti semua individu yang ada

dalam populasi objek tersebut.14 Untuk memperoleh data yang akurat dan agar

dapat memahami secara jelas makna dan sistem pelaksanaan tradisi papar di

Kabupaten Simeulue. Maka digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut.

1. Observasi

Salah satu teknik dalam penelitian lapangan adalah dengan cara

melakukan observasi terlebih dahulu terhadap objek yang hendak diteliti.

Tujuannya adalah untuk melihat secara langsung sekaligus berada ditempat dan

waktu keberadaan objek dengan segala unsur-unsur pendukung objek yang

hendak diteliti.

2. Wawancara

Setelah mengadakan beberapa pengamatan maka penulis dapat memiliki

sedikit wawasan tentang objek yang hendak diteliti. Maka kegiatan penelitian ini

penulis lanjutkan dengan kegiatan wawancara.

Wawancara (interview) adalah cara untuk memperoleh data dengan

berhubungan langsung, bercakap-cakap, baik antara individu maupun kelompok.15

Wawancara dilakukan dengan cara mempersiapkan beberapa pertanyaan yang

14 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada,2006), hlm.65

15 Nyoman Katha Ratna, Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial

Humaniora Pada Umumnya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 222

Page 24: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

15

akan diajukan kepada masyarakat berkaitan dengan objek yang akan diteliti. Oleh

sebab itu penulis dianjurkan untuk membuat beberapa pertanyaan sebelum

melakukan wawancara. Adapun orang yang akan diwawancarai pada penelitian

ini adalah tokoh agama, pelaku adat, tokoh adat, dan tokoh masyarakat.

3. Dokumentasi

Untuk memperoleh data yang lebih jelas, peneliti melakukan

pengumpulan-pengumpulan dokumen. Dengan cara mengambil gambar

menggunakan kamera serta alat rekan sebagai alat wawancara. Dalam melengkapi

penelitian ini, maka peneliti memerlukan buku untuk memperluas struktur

wawancara peneliti.

E. Teknik Analisi Data

Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,

dengan cara mengorganisasikan data ke dalam ketegori, menjabarkan ke

dalam unit – unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana

yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah

difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Page 25: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

16

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Peneliti melaksanakan penelitian tentang tradisi papar di Desa Busung

Indah, namun karena Desa Busung Indah merupakan salah satu desa yang ada di

Kecamatan Teupah Tengah Kabupaten Simeulue, maka deskripsi lokasi penelitian

ialah di Kecamatan Teupah Tengah.16

A. Geografis Dan Luas Wilayah

Kecamatan Teupah Tengah merupakan salah satu Kecamatan yang berada

dalam wilayah Kabupaten Simeulue. Ibu kota Kecamatan ini adalah Lasikin,

Kabupaten Simeulue, Propinsi Aceh. Kecamatan Teupah Tengah memiliki luas

83,659 Km² yang terdapat dua wilayah Mukim yaitu: Mukim Delog Kulungan dan

mukim Delog Antengan. Wilayah Kecamatan Teupah Tengan memiliki batas-batas

sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Samudera Hindia

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Simeulue Timur dan Teupah

Selatan

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Teupah Barat.

Menurut Topografi wilayah Desa yang ada dalam Kecamatan Teupah

Tengah rata-rata terletak di dataran, hanya ada dua Desa yang terletak di lereng

atau punggung bukit yaitu Desa Kahad dan Desa Nancawa, sedangkan yang

16 Kantor Camat Kecamatan Teupah Tengah Kabupaten Simeulue.

Page 26: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

17

terletak di daerah lembah atau sering disebut dengan daerah aliran sungai ialah

Desa Abail.

B. Penduduk Dan Mata Pencaharian

Kecamatan Teupah Tengah memiliki 12 Desa yang terbagi ke dalam 2

mukim yaitu, kemukiman Delog Kulungan yang membawahi 5 Desa dan

kemukiman Delog Antengan yang membawahi 7 Desa. Jumlah Penduduk

Kecamatan Teupah Tengah pada tahun 2018 tercatat sebanyak 6.622 jiwa yang

terdiri dari 3.355 jiwa penduduk laki-laki dan 3.267 jiwa penduduk perempuan. Di

lihat dari rasio jenis kelamin jumlah jiwa penduduk laki-laki lebih banyak daripada

jiwa penduduk perempuan.

Kepadatan penduduk Kecamatan Teupah Tengah mencapai 50 jiwa per Km

dengan luas wilayah 83,659 Km² jumlah rumah tangga di Kecamatan Teupah

Tengah mencapai 1.877 dengan rata-rata jiwa per rumah tangga adalah 4 jiwa.

Dilihat secara garis besar mata pencaharian masyarakat Teupah Tengah

adalah petani dan nelayan, dengan lahan yang sangat luas sehingga memudahkan

sebagian masyarakat setempat untuk bercocok tanam begitu pula dengan laut yang

sangat luas sehingga dapat di manfaatkan oleh masyarakat untuk mencari rezeki,

tetapi ada juga sebagai pegawai negeri, pedagang, pekebun, dan buruh.

a. Nelayan

Nelayan merupakan istilah bagi orang yang sehari harinya bekerja

menangkap ikan atau biota lainnya yang hidup di perairan. Di kabupaten Simeulue,

Page 27: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

18

Perairan yang menjadi daerah aktivitas nelayan adalah perairan laut. Khususnya di

Desa Busung Indah Kecamatan Teupah Tengah, dimana Desa ini terdapat 75%

masyarakat nya itu nelayan, masyarakat mengandalkan sektor laut sebagai mata

pencaharian. Dari pengamatan penulis bahwa profesi umumnya adalah nelayan.

Awalnya nelayan di Desa Busung Indah ini memakai peralatan tradisional namun

seiring berjalan nya waktu masyarakat banyak mendengar masukan yang positif

dari pakar di bidang nelayan atau dari mahasisiwa yang sudah belajar di bidang

perikanan atau bidang biota laut. Namun sekarang banyak nelayan yang turun ke

laut menggunakan robin/bot besar dan di lengkapi peralatan yang sudah memakai

mesin agar tidak mendayung lagi, dan juga dilengkapi peralan lain yang sudah

cukup canggih.

Dengan peralatan yang semakin canggih masyarakat pun merasa semakin

banyak rezeki yang mereka dapat. Para nelayan ini, selain turun ke laut mereka

juga berkebun seperti: cengkeh, pala, sawit dan lainnya. Setiap hasil dari kebun

sudah bisa dipanen maka masyarakat berhenti sejenak dari aktifitas di laut beralih

ke gunung untuk memanen hasil kebun. Jika hasil panen sudah habis maka

masyarakat akan kembali ke aktifitas semula yaitu melaut, akan tetapi jika cuaca

tidak mendukung maka masyarakat nelayan tersebut hanya bisa berdiam diri di

rumah dan melakukan aktifitas lainnya sampai cuaca membaik.

b. Pertanian

Pertanian merupakan usaha pengelohan untuk pembudidayaan tanaman

pangan. Masyarakat di Desa Busung Indah memanfaatkan lahan kosong sebagai

Page 28: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

19

lahan pertanian. Persawahan merupakan pertanian tetap (tidak berpindah) yang

menggunakan lahan basah yang diairi secara teratur. Tanaman yang biasanya

ditanam pada persawahan di Desa Busung Indah adalah padi. Di zaman dulu

pertanian dapat dikatakan sebagai mata pencaharian juga, namun seiring

berjalannya waktu banyak masyarakat yang tidak lagi ikut dalam pertanian,

dikarenakan oleh banyak faktor yang mempengaruhi salah satunya ialah bidang air.

Jika ingin mendapatkan hasil panen padi yang sangat bagus, yang sangat

penting ketika awal penanaman itu harus di tanah yang lembek dan berair, jika

tanahnya kering maka padi yang dihasilkan tidak akan bagus. Dari masalah

tersebut banyak masyarakat yang berpindah profesi dari petani ke profesi lain

karena tidak sanggup mendapatkan air yang cukup untuk ladang padinya. Dari

pengamatan penulis, masyarakat yang masih menetap sebangai petani di Desa

Busung Indah sekitar 5 %.

Perladangan, selain dilakukan secara menetap pertanian juga dilakukan

secara berpindah-pindah yang disebut dengan perladangan. Perlandangan

merupakan usaha pengelohan tanah untuk pembudidayaan tanaman pangan dengan

cara berpindah-pindah untuk mencari lahan yang kosong yang bertanah subur.

Lahan yang digunakan dalam perladangan biasanya merupakan lahan kering,

selain berpindah-pindah, pertanian ladang juga belum mengenal sistem irigasi,

pengolahan tanah, dan pemupukan. Perladangan biasanya dilakukan penduduk

dengan cara membabat pohon pada lahan yang ada di hutan dan kemudian

ditanami dengan tanaman-tanaman tertentu. Tanaman yang biasa ditanam di

ladang antara lain tanaman-tanaman palawija, umbi-umbian, dan lain sebagainya.

Page 29: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

20

Perladangan kurang baik bagi kelestarian hutan bila berlangsung secara terus-

menerus dapat membuat hutan menjadi gundul sehingga mudah terkena erosi.

Sistem pertanian ladang atau petani nomaden banyak dijumpai di daerah daerah

yang masih mempunyai kawasan hutan yang luas.

c. Perkebunan

Tanaman yang ditanam pada perkebunan di Desa Busung Indah tidak

terbatas pada tanaman pangan utama namun juga berbagai jenis tanaman pangan

tambahan semacam buah-buahan dan sayur-sayuran. Beberapa jenis tanaman yang

perlu dalam industri juga biasanya ditanam di perkebunan, buah pala, kelapa sawit,

cengkeh, dan sebagainya. Perkebunan dapat dijalankan pada lahan yang luas

seperti perbukitan atau gunung.

d. Kerja Bangunan

Masyarakat yang ada di Desa Busung Indah juga ada yang bekerja dibagian

kerja bangunan, tergantung keahlian atau kemampuan yang mereka punya. Ada

yang menjadi tukang dan ada juga yang menjadi buruh, namun tukang lebih

banyak pengahsilannya sedangkan buruh tidak seberapa banyak, tidak sedikit

masyarakat yang ada di Desa Busung Indah bekerja dibidang kerja bangunan untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari, yang memiliki skill dibidang pembangunan

menjadi kerja bangunan ini sebagai kerja rutinitasnya.

Page 30: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

21

e. Pegawai Negeri Sipil.

Masyarakat di Desa Busung Indah sebagian ada yang bekerja sebagai

Pegawai Negeri Sipil (PNS) di beberapa kantor yang berbeda seperti : kantor

Bupati, kantor Camat, dan kantor dinas lainnya. Tidak hanya itu di Desa Busung

Indah juga terdapat beberapa profesi lain yaitu TNI dan POLRI. Meskipun sudah

memiliki pekerjaan menetap, PNS di Desa Busung Indah juga menggeluti hobi

bermacam macam, contohnya memancing, menjalah ikan, berkebun, dan lainnya.

Tentu hobi tersebut mereka lalukan ketika pekerjaan kantor suda selesai atau

mereka lakukan di hari libur saja.

C. Pendidikan

Peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting

dalam suatu masyarakat yang rendahnya tingkat pendidikan akan semakin terpuruk

dan semakin ketinggalan dengan penduduk-penduduk lainnya. Oleh sebab itu,

peran semua pihak untuk terus mensosialisasikan pentingnya peningkatan mutu

pendidikan merupakan suatu hal yang mutlak yang diperlukan dalam setiap

masyarakat yang ada di Desa Busung Indah Kecamatan Teupah Tengah.

Keadaan pendidikan di Desa Busung Indah tergolong sudah maju, keadaan

tersebut dapat terlihat dari tingkat pendidikan masyarakat yang sudah meningkat,

tingkat pendidikan memang menjadi sesuatu yang mempengaruhi kehidupan sosial

masyarakat. Keadaan kehidupan sosial masyarakat tingkat pendidikan selalu

berubah-berubah sesuai tuntutan zaman, sama halnya dengan keadaan sosial

masyarakat Desa Busung Indah dulu dengan sekarang sangat terlihat perubahan

khususnya ditingkat pendidikan, dahulu minat pendidikan masyarakat yang ada di

Page 31: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

22

Desa Busung Indah sangat minim berbeda dengan sekarang, contohnya dulu tidak

ada Pendidikan TK (Taman Kanak-kanak) sekarang TK sudah banyak di temukan

di daerah Teupah Tengah. Contoh lain ialah dimana dulu anak tidak banyak yang

di sekolah kan karena masyarakat merasa tidak sanggup untuk membiayai sekolah

anak. Perbedaan nya dengan sekarang itu sangat meningkat kerena sudah ada

Pendidikan sekolah dini di Desa Busung Indah.

D. Adat Istiadat

1. Pernikahan dan Kematian

Pada umumnya adat istiadat di Simeulue tidak ada perbedaan, yang

membedakan pada masa sekarang ialah masih atau tidak berjalannya tradisi

tersebut. Seperti di Desa Busung Indah Kecamatan Teupah Tengah, tradisi-tradisi

di dalam masyarakatnya masih terjaga meskipun ada sebagian kecil yang tidak

mengikutinya. Masyarakat Desa busung Inadah sangat kental dengan adat istiadat

warisan leluhur, yaitu melakukan upacara adat dalam masa hidup, seperti upacara

adat kelahiran, kebiasaan yang dilakukan ialah seperti Aqiqah di hari ketujuh

sesudah melahirkan, Aqiqah dilaksanakan bagi yang mampu saja dan tidak

diwajibkan.

a. Pernikahan

Dalam adat pernikahan, biasanya masyarakat Simeulue sangat

menghormati adat rasam tatanan budaya serta nilai nilai keagamaan termasuk

dalam hal perkawinan “Adat bersandingkan syarak, syarak bersandingkan hukum,

hukum bersandingkan kitabullah.” Adat adalah aturan yang bersendikan syariat

Islam yang lazim berlaku dan di hormati sejak dahulu. Agar adat dan rasam

Page 32: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

23

perkawinan di Simeulue dapat berhasil guna dan berdaya guna perlu

diadakan/diinventarisasikan kembali sehingga adat dan rasam perkawinan yang

sudah mulai hilang dapat tergali kembali sesuai dengan aslinya.

b. Kematian

Adat adat rasam carai mati tetap berlaku di kabupaten Simeulue pada

suatu saat takdir Allah SWT. Seorang suami meninggal dunia yang ditinggalkan

istri dan beberapa orang anak, maka dari pihak wali waris terhadap istri almarhum

yang ditinggalkan ada beberapa hal/tugas tanggung jawab dari pihak yang

bermalu/family dari almarhum yaitu mengembalikan istri yang yang di tinggalkan

kepada orang tua/wali siperempuan sesuai dengan adat rasam yang berlaku.17

Dari hasil pengamatan peneliti, bahwa masyarakat di Desa Busung Indah

menjalankan dua tradisi ini sesuai dengan kemampuan yang ada. Namun ada juga

sebagian tidak melakukan dikarenakan beberapa faktor yang diantaranya ialah

faktor perekonomian. Dilihat dari hasil pengamatan peneliti, hampir 60%

masyarakat melaksanakan kedua tradisi di atas.

E. Keadaan sosial Keagamaan dan Budaya

Sosial keagamaan masyarakat Desa Busung Indah Kecamatan Teupah

Tengah, tidak jauh berbeda dari daerah-daerah lainnya. Sosial keagamaan dalam

masyarakat masih tetap dilakukan seperti pengajian dan gotong royong serta

maulid Nabi Saw yang dilakukan secara besar-besaran. Adapun pengajian biasanya

dilakukan pada malam jum’at secara bergiliran dari satu Desa ke Desa lainnya, dan

juga ketika ada undangan dari pihak mana pun. Begitu juga dengan gotong royong,

17 Alfian Afif, dkk, Buku panduan Adat..., hal. 35.

Page 33: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

24

dalam hal ini pihak laki-laki yang biasa melakukannya, dalam khanduri blang juga

terlihat bagaimana kekerabatan antar-warga masih tetap terjaga, ketika

dilakukannya khanduri blang beberapa masyarakat berpartisipasi dalam membuat

hidangan makanan, biasanya makanan diminta perorang atau keluarga sesuai

dengan kemampuan.

Bagi masyarakat Desa Busung Indah Kecamatan Teupah Tengah, jika

hukum adat tidak dilakukan maka merupakan hal yang dianggap tabu (asing).

Meskipun masyarakat tidak seluruhnya berAgama Islam namun tradisi lama masih

tetap terjaga, dalam hal ini masyaraka ada yang pro danmada juga yang kontra

terhadap tradisi-tradisi yang ada. Tidak dapat dipungkiri bahwa terjadi perpecahan

dalam satu atau beberapa desa mengenai adat yang dijalani dalam masyarakat.

Imam berperan besar dalam melakukan tradisi-tradisi tersebut, karena Imam

merupakan panutan bagi masyarakat. Hal ini sangat didukung oleh masyarakat,

dimana Simeulue merupakan kabupaten yang banyak memiliki adat yang muncul

berdasarkan ide-ide dan alasan-alasan yang menguatkan untuk mengadakan suatu

adat atau kegiatan yang banyak berkaitan dengan upacara kelahiran, pernikahan,

dan juga kematian.

Adapun keadaan sosial kebudayaan dalam masyarakat yang ada di

Kecamatan Teupah Tengah adalah sebagai berikut:

a. Memiliki jiwa gotong-royong yang sangat besar dan sangat menjunjung

tinggi rasa kebersamaan antar sesame.

b. Memiliki rasa kekeluargaan yang masih sangat erat.

c. Sering mengadakan peringatan acara acara keagamaan dan adat

kebudayaan.

Page 34: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

25

Masyarakat mudah memberikan bantuan baik secara moral maupun secara

spiritual untuk terlaksanakan nya kegiatan yang bersifat kebersamaan. Adapun

bidang sosial budaya sudah banyak mengalami kemajuan di mana para generasi

baru sudah banyak yang aktif dan mau mengikuti dibidang seni seperti nandong,

debus, silat, rapa’i geleng, dan rebana. Keahlian yang dimiliki oleh generasi-

generasi muda ini tidak hanya sebatas itu saja tetapi juga banyak di sukai oleh

masyarakat di luar daerah untuk diundang atau di pertandingkan dengan grup seni

lainnya. Disini perlu adanya pelestarian ataupun menjaga budaya yang telah ada

dengan sebaik-baiknya.

Page 35: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

26

BAB IV

PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN

DI KECAMATAN TEUPAH TENGAH KABUPATEN SIMEULUE

A. Sejarah Tradisi Papar

Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua Majelis Adat Aceh (MAA)

Kabupaten Simeulue, asal mula tradisi Papar ialah dimulai dari ambuama, indatu-

indatu, susupiu, nenek moyang hingga keturunan.18 Meskipun tidak ada paksaan

bagi masyarakat untuk melaksanakan tradisi ini, Masyarakat Kecamatan Teupah

Tengah khususnya Desa Busung Indah masih sangat menjaga tradisi Papar secara

turun-temurun. Seiring berjalannya waktu, perekonomian di Desa Busung Indah

ada yang maju dan ada yang tidak maju. Berdasarkan informasi yang didapat oleh

peneliti, tradisi ini dilakukan dengan beberapa proses. Untuk melaksanakan

serangkaian proses tersebut maka pelaksana tradisi ini harus menyediakan berbagai

peralatan mulai dari makanan hingga peralatan lain yang akan diperlukan. Dari

penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat di Desa Busung

Indah yang melaksanakan tradisi Papar yaitu 70% saja.

1. Pengertian Papar

Papar di Kabupaten Simeulue Khususnya di Desa Busung Indah

Kecamatan Teupah Tengah diartikan sebagai pembagian harta atau pemaparan

harta. Papar hanya dilakukan dalam perpisahan mati, sementara perpisahan hidup

disebut frait (perceraian). Jika seorang suami meninggal, maka akan dilaksanakan

lima tahapan, di antaranya ialah :

18 Hasil wawancara dengan Syamsuir Djam, (Ketua Majelis Adat Aceh Kabupaten

Simeulue) pada tanggal 04 Agustus 2020.

Page 36: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

27

a. Tahap Sarak papar.

Sarak adalah penyampaian, sedangkan papar adalah rincian. Dalam tahap

awal dari tradisi papar, proses sarak papar ini dilaksanakan pada malam ke tujuh

meninggalnya almarhum dan tahap ini dilaksanakan diawal acara karena yang

mengawali pembicaraan dan yang bertanggung jawab dalam tradisi papar adalah

pihak hukum dengan adat yang disaksikan di hadapan wali dan waris pihak

almarhum dan pihak isteri. Sarak papar ini dilaksanakan jika almarhum tidak

menuliskan wasiat masalah harta.

Gambar 3.1 : gambar diatas menujukan duduk awal

pembicaraan dari hukum dan adat.

b. Tahap Manjalang tuaik faten.

Tahap kedua ini adalah merupakan tahap pemutusan hubungan antara

suami dan isteri yang telah berpisah disebabkan oleh meninggal, dalam adat

Simeulue ketika pernikahan dilaksanakan dengan adat maka dipulangkan juga

secara adat. Dari pemaparan tersebut dapat diketahui bahwa ketika dilaksanakan

tradisi Papar, keluarga harus mengundang kembali wali dan waris serta hukum

Page 37: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

28

dan adat untuk membicarakan dan memaparkan harta suami dan istri semasa

hidup.

Gambar 3.2 : gambar diatas menunjukan bahwa

wali dan waris yang telah hadir duduk di depan hukum dan adat.

c. Tahap Mangatuk lulumang

Proses mangatuk lulumang adalah suatu proses yang mana jika seorang

anak telah ditinggal oleh orang tuanya dan berubah status menjadi anak yatim,

maka anak-anak dari suami atau istri yang meninggal tersebut memberitahukan hal

ini kepada hukum adat dan wali waris. Anak-anak juga meminta kepada hukum

adat dan wali waris agar dididik seperti didikan orang tuanya sendiri, yang

berperan sangat penting untuk mendidik atau mengasuh anak-anak tersebut ialah

dari pihak wali waris almarhum. Tetapi jika anak tersebut suda dewasa dan sudah

berkeluarga, cukup memberi tahu bahwa mereka sudah tidak memiliki ayah.

Dalam tahap ini si anak yang masih kecil dan belum berkeluarga wajib menerima

Page 38: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

29

harta dari alhamrhum ayah yaitu satu banding setengah untuk laki-laki dan

perempuan.

Gambar 3.3 : gambar anak yang sedang berbicara dengan pihak hukum dan

adat.

d. Tahap Mangameleng

Tahap ini hampir sama dengan proses di atas, di mana awal pembicaraan di

proses ini akan diingatkan kembali dengan situasi awal lamaran yang dilakukan

secara adat, dalam proses ini saat suami telah meninggal, maka anak yang masih

kecil akan dibesarkan dan diurus oleh pihak keluarga almarhum dan isteri

almarhum akan dikembalikan oleh keluarga almarhum kepada wali waris pihak

isteri juga secara adat, tetapi jika anak-anak sudah dewasa hanya isteri almarhum

saja yang dikembalikan oleh anak ke pada wali waris pihak isteri.

Page 39: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

30

e. Tahap manidau

Manidau artinya ialah meminta. Pada proses ini anak-anak yang sudah

dewasa meminta kembali ibu mereka yang pada proses sebelumnya telah

dikembalikan kepada wali dan waris dengan disaksikan oleh hukum adat.

Permintaan ini dimaksudkan agar sang ibu diurus oleh anaknya sendiri dan bukan

oleh wali waris. Selain itu, si anak juga berjanji akan mengurus lahir dan batin

ibunya hingga meninggal bahkan hingga melaksanakan tradisi Papar seperti yang

telah dilaksanakan pada almarhum ayah, dengan catatan bagian harta warisan yang

ibu dapat dari warisan ayah itu dipegang atau disimpan oleh anak yang mengasuh

ibu nya nnti.

Gambar 3.4 : gambar di atas menunjukan ketika anak yang sedang meminta

ibunya dari pihak wali waris pihak ibu.

Setelah tahapan di atas selesai dilaksanakan, maka selesai juga

dilaksanakan tradisi papar. Dalam hal ini setiap adat kematian selalu diiringi oleh

Page 40: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

31

tradisi papar. Menurut masyarakat, tradisi papar adalah hal yang wajib untuk

dilakukan setelah empat perkara yang merupakan fardhu kifayah. Menurut tatanan

hukum sosial masyarakat, hal ini sangat berpengaruh bagi kelangsungan kehidupan

keluarga. Jika tradisi papar tidak dilakukan maka akan menjadi sebuah kehinaan

bagi sanak famili yang ditinggalkan, karena masyarakat menganggap tradisi papar

merupakan perwujudan bentuk kasih sayang kepada almarhum yang telah

menghadap kepada Yang Maha Kuasa. Selain itu, dilaksanakannya tradisi ini juga

bertujuan agar keluarga tidak saling menyalahkan masalah harta warisan yang

ditinggalkan oleh almarhum, sehingga bagi kebanyakan masyarakat di Desa

Busung Indah tradisi papar menjadi sebuah perantara dari perwujudan bentuk

kasih sayang tersebut sekaligus sebagai perwujudan harmonisasi di dalam

keluarga.19

B. Proses Pelaksanaan Tradisi Papar

a. Persiapan Pelaksanaan Tradisi papar

Setelah selesai dilakukan penguburan, tahap terakhir dalam upacara

kematian adalah khanduri yang berlangsung di rumah almarhum Bapak Basir,

yang dilakukan sejak hari pertama hingga keempat, kelima, keenam, ketujuh,

kesepuluh, keempat belas, keempat puluh, dan keseratus. Khanduri pada hari

ketiga, kelima, dan ketujuh dari hari kematian, biasanya dilaksanakan lebih besar

(adanya penyembelihan kambing atau kerbau), dikarenakan pada waktu-waktu

tersebut diadakannya pembacaan Al-Qur’an, tahlilan, samadiah, dan doa di rumah

19 Hasil wawancara dengan Kamaruddin, (Tokoh Adat Kecamatan Teupah Tengah) pada

tanggal 22 Juli 2020.

Page 41: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

32

almarhum Bapak Basir dan tradisi papar ini dilaksanakan di malam ketujuh

meninggalnya Pak Basir.

Persiapan pelaksanaan yang dilakukan oleh keluarga terdekat almarhum

ialah menyediakan beberapa kebutuhan yang diperlukan pada saat dilaksanakannya

papar. Persiapan yang harus disediakan oleh pihak keluarga almarhum ialah

makanan dan peralatan lain untuk digunakan seperti : tikar, kasur yang sudah

disarungkan dengan warna sarung yang berbeda, taber, lagik-langik,dan masi

banyak lainnya. Selain makanan, ketika acara papar akan dilaksanakan maka

keluarga almarhum harus menyediakan dan menyajikan beberapa talam yang

sudah diisi dengan pulut putih ditambah pisang dipinggir piring dan dua pisang di

atas pulut, setelah empat talam tersebut suda diisi maka akan ditutupi dengan

tudung saji yang dihiasi oleh selendang berbeda warnanya. Makanan yang

disediakan oleh keluarga almarhum ini disajikan kepada pihak-pihak tertentu

berdasarkan warna dari selendang, yakni:

a. Satu talam pulut untuk pihak Adat yang berselendang warna kuning

b. Satu talam pulut untuk pihak Hukum yang berselendang warna putih

c. Satu talam pulut untuk pihak Wali Waris isteri yang berselendang warna

hijau

d. Satu talam pulut untuk pihak Talangkae yang berselendang warna Merah

e. Satu talam pulut untuk meminta kembali dari pihak anak almarhum kepada

pihak wali waris dari ibu yang berselendang warna Merah Muda.

Selain dari persiapan keluarga almarhum, yang ikut serta dalam

menyiapkan perlengkapan untuk proses papar ialah keluarga terdekat dan

Page 42: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

33

masyarakat yang juga ikut membantu menyediakan perlengkapan agar proses

papar dapat dilaksanakan dengan baik.

Menurut hasil wawancara dengan Ibu Ainun, beliau menganggap bahwa

berkunjung ke tempat duka dengan ikut merayakan dalam acara khanduri menjadi

amal kebaikan dan memperoleh pahala. Setiap yang hidup pasti akan mati, oleh

karena itu akan memperoleh nasib yang sama. Dengan hadirnya masyarakat ke

rumah duka, diharapkan akan menghibur keluarga yang ditinggalkan. Hal ini

dilakukan dengan harapan ketika musibah tersebut terjadi pada diri masing-

masing, maka orang lain juga akan datang menghibur dan turut serta dalam

membantu. Hubungan seperti ini sudah menjadi hal yang umum di dalam

masyarakat Desa Busung Indah karena masyarakat memiliki sistem hubungan

timbal-balik.20

Gambar 3.5 : gambar di atas menunjukan beberpa saudara dan masyarakat

yang ikut membantu masak dan menyiapkan peralatan untuk acara papar.

20 Hasil wawancara dengan Ainun, (38 tahun sebagai anggota yang melaksanakan

sekaligus Ibu PKK di Desa Busung Indah) pada tanggal 26 Juli 2020.

Page 43: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

34

Gambar 3.6 : gambar di atas merupakan salah satu dari hidangan lima talam

yang disediakan.

b. Hari Dilaksanakan Acara Tradisi Papar

Menurut hasil wawancara dengan Kamaruddin bahwa tradisi Papar tetap

berlaku pada saat terjadinya kematian.21 Saat seorang suami meninggal dan

meninggalkan istri juga beberapa orang anak, maka terhadap istri almarhum

terdapat beberapa hal atau tugas dan tanggung jawab dari pihak wali waris atau

pihak yang bermalu/famili dari almarhum salah satunya yaitu mengembalikan istri

yang ditinggalkan kepada orang tua/wali si perempuan sesuai dengan adat dan

rasam yang berlaku. Adapun adat dan rasam tersebut ialah sebagai berikut:

1. Setelah almarhum meninggal, selama tiga bulan sepuluh hari (habis

masa ‘iddah), pihak wali almarhum mengadakan acara sarak papar dan

menghadirkan wali waris, laulu, talangkai/anak talangkai dari kedua

belah pihak, sesuai adat dan rasam yang berlaku di Simeulue. Sarak

papar artinya menghitung pencaharian bersama, ini merupakan proses

menghitung pencaharian yang didapat semasa hidup almarhum dan

21 Hasil wawancara dengan Kamaruddin, (Tokoh Adat Kecamatan Teupah Tengah) pada

tanggal 22 Juli 2020.

Page 44: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

35

pembahagian harta untuk istri dan anak yang ditinggalkan sesuai

dengan hukum Fharaid.

2. Mengembalikan istri almarhum kepada wali waris secara adat dan

rasam. Dalam hal ini ada dua cara pengembalian, yaitu:

a. Putui tali batali-tali, putui tali dipasambatkan yang artinya

dari pihak keluarga ada yang bersedia menggantikan

almarhum sebagai suami (malabet).

b. Putui krawang rampung hidung yang artinya istri

dikembalikan secara adat kepada walinya. Sebagaimana

awal tentu sedemikian akhirnya, sesuai dengan istilah anak

ayam pulang kalasong anak itik pulang ke air. Dengan

rasam-rasam yang disampaikan oleh pihak wali waris

almarhum sebanyak empat buah pulot masing-masing:

1. Satu talam pulut untuk adat

2. Satu talam pulut untuk hukum

3. Satu talam pulut untuk wali waris pihak perempuan

4. Satu talam pulut untuk talangkae

5. Satu talam pulut untuk meminta kembali dari pihak anak

almarhum kepada pihak wali waris dari ibu.22

Dengan ketentuan dalam masa seratus hari (sampai habis masa ‘iddah),

dalam hal keperluan hidup istri maupun anak tetap menjadi tanggung jawab

saudara dari almarhum.23

22 Hasil wawancara dengan Kamaruddin, (Tokoh Adat Kecamatan Teupah Tengah) pada

tanggal 22 Juli 2020. 23 Hasil wawancara dengan Syamsuir Djam, (Ketua Majelis Adat Aceh Kabupaten

Simeulue) pada tanggal 04 Agustus 2020.

Page 45: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

36

Gambar 3.7 : gambar di atas menunjukan masyarakat dan keluarga yang hadir pada

malam papar di rumah almarhum pak Basir.

C. Kekhasan Tradisi Papar

Seperti halnya di daerah-daerah lain, Kabupaten Simeulue khususnya di

Desa Busung Indah Kecamatan Teupah Tengah, memiliki kekhasan adat yang

belum tentu dan bahkan mungkin tidak dimiliki oleh daerah lain. Desa Busung

Indah memiliki beragam adat di dalam kehidupannya di samping juga memiliki

adat-adat yang dilakukan pada umumnya di Aceh. Namun, Desa Busung Indah

memiliki keunikannya sendiri. Kekhasan tersebut dapat dilihat pada adat kematian

di Desa Busung Indah, terutama dalam tradisi papar. Papar merupakan sebuah

Page 46: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

37

adat yang pada intinya untuk menghormati jenazah dengan menyediakan beberapa

peralatan untuk melaksanakan proses tradisi. Hingga pada saat masa sekarang,

tradisi tersebut masih terdapat pada masyarakat Desa Busung Indah.24

Daerah Kabupaten lainnya yang ada di Provinsi Aceh tidaklah memiliki

adat seperti tradisi papar. Dalam tatanan upacara kematian, daerah lain hanya

berfokus kepada pelaksanaan fardhu kifayah terhadap mayat dan khanduri, yang

umumnya dilaksanakan dengan hanya berzikir dan membaca Al-Qur’an.

Persamaannya ialah waktu khanduri tersebut dilaksanakan pada hari ketiga,

kelima, ketujuh, keempat puluh, dan keseratus, hanya saja di daerah lain yang ada

di Aceh khanduri masih dilaksanakan pada hari kesepuluh, kedua puluh, ketiga

puluh dan keempat puluh. Masyarakat Desa Busung Indah, dalam melaksanakan

tradisi papar pada acara khanduri itu disaksikan oleh masyarakat desa. Umumnya

mereka yang dari kalangan atas atau yang berpenghasilan tinggi, mengadakan

acara yang lebih besar dibandingkan masyarakat menengah ke bawah lainnya.

D. Makna Simbolik Dari Peralatan Yang Digunakan Pada Saat Tradisi

Papar Dilaksanakan

1. Taber

Taber merupakan simbol adat yang dipakai secara turun-temurun dan telah

menjadi suatu budaya di kalangan masyarakat Kabupaten Simeulue khususnya di

Desa Busung Indah Kecamatan Teupah Tengah. Taber mencerminkan kehidupan

sosial budaya dalam kehidupan masyarakat secara keseluruhan yang terwujud

24 Hasil wawancara dengan Ainun, (39 tahun sebagai masyarakat yang melaksanakan

sekaligus Ibu PKK di Desa Busung Indah) pada tanggal 26 Juli 2020.

Page 47: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

38

dalam warna-warna tertentu dan simbol-simbol lainnya. Warna-warni taber dapat

diartikan sebagai lambang ganda:

a. Warna kuning melambangkan adat

b. Warna putih melambangkan hukum

c. Warna merah melambangkan panglima

d. Warna hijau melambangkan ulam

e. Warna hitam melambangkan cendikiawan

f. Warna merah muda melambangkan rasam

g. Warna biru tua melambangkan masyarakat

Gambar 3.8 : gambar di atas menunjukan warna-warna taber.

Selain itu, taber juga dapat dilihat bentuk mata-mata, yang terdiri dari:

a. Mata lolak artinya pandangan atau cara pandang masyarakat Simeulue

terhadap diri sendiri dan juga kepemimpinannya.

Gambar 3.9

Page 48: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

39

b. Mata Empat bermakna bahwa masyarakat Simeulue lebih

mengedepankan gotong royong dan kebersamaan dalam berbuat dan

bertindak terutama dalam sosial kemasyarakatan.

Gambar 3.11

c. Mata Sembilan bermakna bahwa pulau Simeulue yang didiami oleh

beraneka ragam masyarakat yang terdiri dari beberapa suku, tetap

mengedepankan persatuan dan kebersamaan dalam memaknai hidup.

Gambar 3.12

d. Mata barambang dengan corak dan bentuk seperti sinar matahari, hal

ini bermakna sumber kehidupan yang berarti bahwa kelak masyarakat

akan senantiasa hidup bahagia, rukun dan damai dalam mengarungi

hidup dan senantiasa mendapat sumber kehidupan yang baik, juga buah

barambang merupakan kesukaan ibu-ibu pada masa itu.

Page 49: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

40

Gambar 3.13

e. Kaok alian dalam bahasa Indonesia dikenal dengan lipan artinya

keamanan dari berbagai kemungkinan yang akan terjadi, sehingga

diberi tanda yang bersangkutan dengan pelindung dan dinaungi.

Gambar 3.14

f. Mata tapak itik artinya melambangkan kehati-hatian dalam melangkah

dan bertindak untuk sesuatu yang akan dikerjakan.

Page 50: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

41

Gambar 3.15

g. Mata lida-lida bermakna bahwa dalam kehidupan, masyarakat Simeulue

menerapkan dan mengedepankan kesantunan dalam berbicara atau

bertutur kata. Hal ini diharapkan dengan kesantunan dan etika berbicara

yang dimiliki akan dapat menyampaikan maksud secara baik dan

terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Gambar 3.16

h. Mata pucuk rabung bermakna seorang pemimpin yang tegas dan

berwibawa dalam mengayomi masyarakat.

Gambar 3.17

Page 51: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

42

2. Langik-langik atau langit-langit

Langik-langik atau langit-langit artinya sebentuk simbol adat yang dipasang

pada suatu tempat bersamaan dengan taber. Kata langik-langik yang berarti tinggi

menunjukkan ketinggian kedudukan hukum dan adat yang harus dipatuhi di

tengah-tengah masyarakat, melindungi dan melambangkan setiap ada bumi maka

ada langit. Lanik-langik ini digunakan sebagai penutup plafon rumah bagian atas.

Gambar 3.18 : gambar di atas menunjukan contoh pemakaian langik-langik.

3. Kasur

Kasur digunakan sebagai tembat duduk pihak tamu yang diundang.

a. Kasur kuning ditambah dengan tikar lambak artinya melambangkan

kedudukan adat atau raja.

b. Kasur putih ditambah dengan tikar lambak artinya melambangkan

kedudukan hukum.

c. Kasur merah jambu artinya melambangkan kedudukan wali waris dan

laulu.

Sedangkan posisi kasur kuning berada di sebelah timur dan kasur putih

berada di sebelah barat dan kasur warna merah jambu menyesuaikan.

Page 52: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

43

Gambar 3.19 : gambar di atas menunjukkan posisi peletakan kasur.

4. Batel

a. Batel mondam dibungkus dengan kain warna kuning dan warna putih,

posisinya tetap pada kasur kuning dan putih.

b. Batel biasa dibungkus dengan sapu tangan umumnya digunakan sebagai

pengantar pembuka kata dalam suatu acara.

c. Batel rasam dibungkus dengan sapu tangan warna merah jambu sebagai

batel rasam.

d. Sarano memakai sarung warna merah berlukisan dengan benang emas,

bertutup segi empat juga dilengkapi dengan lukisan benang emas

ditambah variasi lida-lida. Hal ini melambangkan kebesaran adat dan

hukum dalam masyarakat.25

25 Hasil wawancara dengan Kamaruddin, (Tokoh Adat Kecamatan Teupah Tengah) pada

tanggal 22 Juli 2020.

Page 53: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

44

Gambar 3.20 : gambar di atas menunjukkan posisi batel.

E. Analisis Tentang Tradisi Papar dalam Adat Kematian Di Kecamatan

Teupah Tengah Kabupaten Simeulue

Proses kematian merupakan bagian dari suatu bentuk tradisi

dalam masyarakat Simeulue khususnya Desa Busung Indah Kecamatan Teupah

Tengah yang pada umumnya sudah melakukan proses tersebut secara turun-

temurun menurut kebiasaan masyarakat mulai dari dulu hingga sekarang.

Masyarakat Desa Busung Indah menganggap proses kematian merupakan tradisi

yang sangat penting dilakukan, terutama dimulai dari masa memandikan,

mengkafankan, menyalatkan, dan menguburkan. Setelah itu dilanjutkan proses

upacara kematian yang biasanya dimulai dari hari pertama dan malam pertama

sampai dengan hari ketujuh dan malam ketujuh. Kemudian dilanjutkan khanduri

pada hari kesepuluh, keempat belas, keempat puluh, hingga hari keseratus.

Penulis melihat bahwa tradisi papar ini merupakan kombinasi antara agama

Islam dan juga kepercayaan kepercayaan masyarakat Simeulue yang sudah ada

Page 54: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

45

sebelum Islam, salah satu indikasinya adalah kemenyan. Kemenyan merupakan

bagian dari pada kepercayaan sebelum Islam, sedangkan unsur Islam adalah dalam

menggunakan hukum mawaris itu sesuai dengan aturan-aturan Fiqih.

Menurut hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa tradisi papar ini masih

sering dilaksanakan oleh masyarakat. Di desa Busung Indah, tradisi papar sudah

menjadi kewajiban bagi keluarga yang ditinggalkan untuk memaparkan hasil

pencaharian mereka selama hidup. Sejak zaman dulu tradisi papar sudah

dilaksanakan oleh masyarakat Simeulue khususnya di Desa Busung Indah, namun

seiring berjalan nya waktu tradisi papar sudah jarang dilaksanakan. Jarangnya

dilaksanakan tradisi papar di Simeulue sekarang ini disebabkan oleh semakin

menipisnya nilai-nilai budaya di daerah kota, tetapi di daerah pedesaan yang agak

jauh dari daerah kota masih melaksanakan tradisi tradisi yang sering dilaksanakan

pada zaman dulu salah satunya tradisi papar. Selain itu, faktor perekonomian dan

juga ilmu tentang tradisi papar sudah tidak dikuasai atau diketahui oleh

masyarakat pada saat ini.

Oleh karena itu, walaupun jarang dilaksanakan di Desa Busung Indah,

namun ada juga yang melaksanakan khususnya bagi masyarakat yang mampu

untuk di papar saja, karena bagaimanapun juga tradisi papar merupakan bagian

dari upaya untuk mempertahankan tradisi ini. Selain itu, untuk mempertahankan

tradisi papar ini langkah-langkah yang harus dilaksanakan ialah menumbuhkan

tradisi yang sudah tertanam dan mensosialisasikan kembali kepada masyarakat

agar tradisi yang ada tidak dilupakan begitu saja. Dengan menggunakan cara

tersebut pihak dinas seperti dinas MAA dan dinas PEMDA daerah Kabupaten

Page 55: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

46

Simeulue bisa bekerja sama untuk membangun dan membangkitkan kembali

tradisi Simeulue yang sudah tertanam.

Page 56: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

47

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua Majelis Adat Aceh (MAA)

Kabupaten Simeulue, asal mula tradisi Papar ialah dimulai dari ambuama, indatu-

indatu, susupiu, nenek moyang hingga keturunan. Selain itu, tradisi papar juga

merupakan ritual yang sering dilaksanakan oleh masyarakat simeulue. Tradisi

papar sudah dilaksanakan secara turun temurun oleh masyarakat simeulue khusus

nya di Desa Busung Indah Kecamatan Teupah Tengah Kabupaten Simeulue.

Kegiatan tradisi papar memiliki kekhasan tersendiri yaitu dilaksanakan di

malam ketujuh meninggalnya almarhum, di mana pada malam ini pihak wali waris

dari keluarga alhmarhum harus mengundang pihak wali waris dari pihak isteri.

Pada malam tersebut juga diundang beberapa pihak yang ada di Desa seperti pihak

hukum, pihak adat, pihak ulama, dan pihak masyarakat atau sanak saudara.

Disamping itu, Daerah Kabupaten lainnya yang ada di Provinsi Aceh tidaklah

memiliki adat seperti tradisi papar. Dalam tatanan upacara kematian, daerah lain

hanya berfokus kepada pelaksanaan fardhu kifayah terhadap mayat dan khanduri,

yang umumnya dilaksanakan dengan hanya berzikir dan membaca Al-Qur’an.

Namun persamaannya ialah waktu khanduri tersebut dilaksanakan pada

hari ketiga, kelima, ketujuh, keempat puluh, dan keseratus, hanya saja di daerah

lain yang ada di Aceh khanduri masih dilaksanakan pada hari kesepuluh, kedua

puluh, ketiga puluh dan keempat puluh. Masyarakat Desa Busung Indah, dalam

Page 57: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

48

melaksanakan tradisi papar pada acara khanduri itu disaksikan oleh masyarakat

desa.

Tradis papar memiliki makna simbolik dari pralatan yang di gunakan saat

melaksanakan kegiatan papar, seperti taber, langik-langik, kasur, dan batel. Taber

merupakan simbol adat yang dipakai secara turun-temurun dan telah menjadi suatu

budaya di kalangan masyarakat Kabupaten Simeulue khususnya di Desa Busung

Indah Kecamatan Teupah Tengah. Taber mencerminkan kehidupan sosial budaya

dalam kehidupan masyarakat secara keseluruhan yang terwujud dalam warna-

warna tertentu dan simbol-simbol lainnya.

Selanjutnya langik-langik atau langit-langit artinya sebentuk simbol adat

yang dipasang pada suatu tempat bersamaan dengan taber. Kata langik-langik yang

berarti tinggi menunjukkan ketinggian kedudukan hukum dan adat yang harus

dipatuhi di tengah-tengah masyarakat, melindungi dan melambangkan setiap ada

bumi maka ada langit. Lanik-langik ini digunakan sebagai penutup plafon rumah

bagian atas. Peralatan selanjutnya ialah kasur, kasur digunakan sebagai tempat

duduk pihak tamu yang diundang. Selain peralatan di atas batel juga di gunakan

sebagai peralatan saat papar dilaksanakan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti laksanakan, maka di bawah ini

peneliti menyimpulkan beberapa hal terkait tradisi papar dalam adat kematian di

Kecamatan Teupah Tengah Kabupaten Simeulue, antara lain :

Page 58: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

49

1. Kepada pemerintah Kabupaten Simeulue diharapkan agar lebih memberi

perhatian lebih terhadap tradisi-tradisi yang ada di Kabupaten Simeulue,

khususnya mengenai tradisi papar yang sudah jarang dilaksanakan. Ada

baiknya jika pemerintah memberikan sosialisasi kepada masyarakat agar tradisi

di Simeulue tidak hilang begitu saja.

2. Kepada masyarakat diharapkan lebih meningkatkan solidaritas terhadap tradisi-

tradisi yang ada di Kabupaten Simeulue. Seperti mengikuti seminar atau

sosialisasi yang diadakan oleh pemerintah mengenai hal-hal penting yang ada

di Kabupaten Simeulue, khususnya mengenai tradisi papar.

3. Kepada semua pihak yang membaca dapat mempergunakan karya ilmiah ini

seperlunya baik untuk sumber referensi bacaan atau hanya sekedar menambah

ilmu pengetahuan mengenai tradisi papar dalam adat kematian di Kecamatan

Teupah Tengah Kabupaten Simeulue. Penulis menyadari betul bahwa

penulisan karya ilmiah ini jauh dari kata sempurna, namun penulis berharap

bahwa tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua dan masukan dari pembaca

sangat dibutuhkan untuk memperbaiki kekurangan dalam karya ilmiah ini.

Akhir kata penulis berharap banyak kiranya Skripsi ini bisa di jadikan salah

satu pedoman atau referensi untuk menggali lebih dalam mengenai pengetahuan

tentang adat istiadat yang ada di Simeulue.

Page 59: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

50

DAFTAR PUSTAKA

Alfian Afif, dkk. Buku panduan Adat dan Reusam Perkawinan Kabupaten

Simeulue Provinsi Aceh. Simeulue, 2014.

Amirul Hadi. Aceh Sejarah Budaya dan Tradisi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor

Indonesia, 2010.

Badruzzaman Ismail. Membangun Keistimewaan Aceh Dari Sisi Adat dan Budaya.

Banda Aceh: Majelis Adat Aceh, 2008.

Darwis A. Soelaiman. Kompilasi Adat Aceh. Banda Aceh: Pusat Studi Melayu

Aceh, 2011.

Dwi Restika, dkk. Bentuk Penyajian Tari Langkir Dehwer di Kecamatan Teupah

Selatan Kabupaten Simeulue, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni,

Drama, Tari dan Musik Unsyiah Vol. 1 No. 3 Agustus 2016.

Husni Thamrin. Orang Melayu: Agama, Kekerabatan,Prilaku Ekonomi. Lpm: Uin

Suska Riau, 2009.

Irma Surianti, Makna Simbolik Patѐe 40 Hari Kematian pada Masyarakat Desa

Blang Padang Kecamatan Tangan-Tangan Kabupaten Aceh Barat Daya.

Skripsi UIN Ar-Raniry. Banda Aceh, 2018.

Koentjaranigrat. Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia,

1974.

Lisa Zuana. Tradisi Reuhab dalam Masyarakat Gampong Kuta Aceh (Studi Kasus

Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya. Skripsi UIN Ar-Raniry.

Banda Aceh, 2018.

M. Burhan Bungin. Penelian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan,

Kebijakan Public, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana, 2010.

Rusmin Tumanggor. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Prenada Media,

2010.

Page 60: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

51

Soetomo. Masalah Sosial Pembangunan. Jakarta: Pustaka Jaya, 1995.

Syamsuddin Daut. Adat Perkawinan Aceh. Banda Aceh : Majelis Adat Aceh, 2014.

Tim Gama Press, Kamus Ilmiah Populer. Jakarta: Gama Press, 2012.

Page 61: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …
Page 62: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …
Page 63: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …
Page 64: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …
Page 65: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Syamsuir Djam

Umur : 72 Tahun

Pekerjaan : Ketua Majelis Adat Aceh Simeuelu

Alamat : Simeuelue

2. Nama : Kamaruddin

Umur : 63 Tahun

Pekerjaan : Tokoh Adat di Kecamatan Teupah Tengah

Alamat : Simeulue

3. Nama : Ainun

Umur : 39 Tahun

Pekerjaan : Ketua PKK di Desa Busung Indah/Ibu rumah tangga

Alamat : Simeulue

4. Nama : Safrizal

Umur : 47 Tahun

Pekerjaan : Wiraswasta/Imam Masjid

Alamat : Simeulue

5. Nama : Munawara

Umur : 40 Tahun

Pekerjaan : Kepala Desa

Alamat : Simeulue

6. Nama : Cek Taruna Saputra

Umur : 52 Tahun

Pekerjaan : Wiraswasta/masyarakat yang sering melaksanakan

Alamat : Simeulue

7. Nama : Safari

Umur : 46 Tahun

Pekerjaan : Tukang Becak/masyarakat yang tidak melaksanakan

Alamat : Simeulue

Page 66: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

DAFTAR PERTANYAAN

1. Apa yang dimaksud dengan tradisi papar?

2. Kapan tradisi papar dilaksanakan?

3. Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan tradisi papar?

4. Apa saja makanan yang dihidangkan waktu tradisi papar?

5. Apakah makanan yang dihidangkan khusus atau apa saja boleh?

6. Apakah masyarakat Simeulue masih melaksanakan tradisi papar hingga

saat ini?

7. Bagaimana pelaksanaan tradisi papar saat ini?

8. Apakah ada perbedaan pelaksanan terdahulu dengan pelaksanaan yang

sekarang?

9. Apakah ada aturan saat melaksanakan tradisi papar?

10. Apa saja peralatan yang digunakan saat tradisi papar dilaksanakan?

11. Apa makna dari peralatan yang digunakan?

12. Apa manfaat tradisi papar bagi keluarga dan masyarakat?

Page 67: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

DOKUMENTASI WAWANCARA

Foto bersama dengan kepala dan staf-staf dinas MAA Kabupaten

Simeulue

Wawancara dengan bapak Syamsuir Djam

Page 68: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

Wawancara dengan bapak Kamaruddin

Wawancara dengan ibu Ainun

Page 69: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

Dokumentasi dengan bapak Safrizal

Dokumentasi dengan bapak Cek Taruna Saputra

Page 70: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

Dokumentasi dengan bapak Safari

Page 71: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …

DOKUMENTASI SIDANG MUNAQASYAH SKRIPSI

Page 72: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …
Page 73: TRADISI PAPAR DALAM ADAT KEMATIAN DI KECAMATAN …