TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA...

47
i TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOE Oleh: Yoeldrin Martnugrah Tafui 712009031 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam bidang Teologi (S.Si.Teol) Program Studi IlmuTeologi FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017

Transcript of TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA...

Page 1: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

i

TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOE

Oleh:

Yoeldrin Martnugrah Tafui

712009031

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi guna memenuhi

sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam bidang

Teologi (S.Si.Teol)

Program Studi IlmuTeologi

FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017

Page 2: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

ii

Page 3: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

iii

Page 4: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

iv

Page 5: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

v

Page 6: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

vi

Motto :

“Dengan Berani Kalahkan Ketakutan, Dengan Upaya,

Usaha, dan Doa Sukses Digapai”

"Mintalah, maka akan di

berikan kepadamu; carilah,

maka kamu akan mendapat;

ketoklah maka pintu akan

dibukakan bagimu"

(Matius 7:7)

Page 7: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus

karena atas anugerah hikmat dan penyertaan Nya, penulis dapat menyelesaikan

penulisan tugas akhir ini. Syukur kembali penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus

Kristus karena penyertaan, anugerah, serta bimbingan Nya juga yang telah

menuntun penulis hingga sampai ke penghujung dari masa pendidikan di Fakultas

Teologi Universitas Kristen Satya Wacana.

Penulisan tugas akhir ini adalah untuk memenuhi persyaratan dalam

mencapai gelar sarjana dalam bidang ilmu Teologi (S.Si. Teol). Tugas akhir ini

berisi tentang analisa nazar yang dilakukan oleh anggota Jemaat GMIT Efata Soe.

Nazar merupakan satu tradisi yang populer di zaman Israel Kuno, dan seiring

berjalan nya waktu ketika nazar ada dalam Alkitab sebagai pedoman kehidupan

Kristen, kemudian telah menjadi fondasi dasar pemahaman jemaat untuk

melakukan nazar ini. Keunikan dalam praktek nazar yang dilakukan anggota

Jemaat GMIT Efata Soe membuat penulis tertarik untuk melihat lebih dekat

tentang hal ini lewat satu analisa terhadap nazar yang dilakukan oleh mereka.

Harapan penulis tantang tugas akhir ini, kiranya dapat memperkaya bahan

kepustakaan juga menambah pandangan teologis yang dapat dikaji tentang konsep

nazar ini. Tugas akhir ini juga kiranya dapat meningkatkan pemahaman serta

menambah wawasan jemaat tentang hal ini. Penulis juga tidak menutup

kemungkinan adanya pihak yang ingin melanjutkan penelitian lebih mendalam

tentang hal ini.

Penulis mengakui sebagai manusia biasa yang memiliki keterbatasan yang

memungkinkan ada nya kekurangan dalam rangkaian penulisan tugas akhir ini.

Oleh karena itu penulis meminta maaf kepada setiap pihak yang membaca atau

terlibat dalam penulisan jika terdapat kesalahan dalam penulisan tugas akhir ini.

Penulis juga mengharapkan ada nya kritik dan saran yang membangun dalam

melengkapi analisa dalam tugas akhir yang penulis buat ini.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah terlibat dalam membimbing dan membantu penulisa ketika menyusun tugas

akhir ini hingga terselesaikan dengan baik.

1. Dr. David Samiyono selaku dosen pembimbing utama yang telah

meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing dan

mengarahkan serta memberikan motivasi kepada penulis dalam

menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Terima kasih kepada Dekan, Kaprogdi, Wali Studi, Panitia Tugas Akhir

dan seluruh dosen, serta staff Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya

Wacana yang telah banyak membantu penulis dari awal perkuliahan

hingga pada penulisan tugas akhir ini.

Page 8: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

viii

3. Terima kasih kepada BPMF dan Senat Mahasiswa Fakultas Teologi

Universitas Kristen Satya Wacana yang telah banyak membantu penulis

dalam menjalani proses perkuliahan hingga selesai. Terima kasih

terkhusus untuk Ama dan Priska kalian luar biasa teman-teman, tetap solid

teman-teman tetap berjuang demi dan untuk mahasiswa.

4. Pdt. Dr. Ebenhaizer Nuban Timo dan Pdt. Merry Rungkat, terima kasih

bapak dan kakak yang telah menjadi reviewer untuk tugas akhir yang

penulis buat ini. Terima kasih atas nilai, waktu, dan masukan yang telah

diberikan kepada penulis sebagai bahan revisi agar tugas akhir menjadi

lebih baik.

5. Terima kasih kepada ketua Majelis Jemaat GMIT Efata Soe, beserta para

Pendeta, dan Mejelis yang telah meluangkan waktu dan pikiran dalam

membantu penulis mendapatkan informasi seputar penelitian ini. Tuhan

Yesus Kristus memberkati setiap tugas dan pelayanan.

6. Terima kasih kepada setiap informan yang tidak bisa penulis sebut satu

persatu yang telah meluangkan waktu dan pikiran serta membagi

pengalaman bagi penulis, sehingga penilitian ini dapat terlaksana hingga

selesai.

7. Terima kasih yang serasa tak cukup sekedar ucapan kepada Mama Ina

dengan Bapa Ande, yang dengan kasih dan cintanya selalu memberikan

motivasi, nasihat, dan mendukung penulis baik dari segi moril maupun

materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dan penyusunan

tugas akhir dengan baik. Terima kasih juga untuk dukungan doa terhadap

penulis dari kakak, kakak ipar, keponakan, Om Piter, Kaka Yuli, Kunyadu

Thobi, Ma‟ Heli, Om Ito, Ma Shary, Frany, Billy, Hana, Naina, Chelvin,

Embun.

8. Terima kasih untuk dukungan doa dari Mama Besa Be‟a, Tante Meli, yang

menguatkan penulis selalu. Tuhan memberkati pelayan Mama, dengan

Tante selalu.

9. Terima kasih untuk teman-teman Teologi 2009 yang telah menemani

penulis dalam beberapa masa. Senyuman dan canda kalian sangat

memotivasi penulis agar berusaha hingga selesai dalam perkuliahan ini.

Terima kasih kaka Desy, Delcya, Astrid, Fred, Vallian, Om Yoyo, Candra,

Rendra, Om Joshua, Bang Nico, Yapi, Dorlin, Maya, Mace Leny, Om

Angky kalian teman-teman terbaik.

10. Terima kasih kepada Kaka Ira Mangililo yang pernah menjadi dosen

pembibing penulis, yang banyak memberikan motivasi, mengorbankan

waktu dan pikiran untuk membantu penulis menyusun tugas akhir ini.

Tuhan memberkati kaka dalam pelayanan.

11. Terima kasih kepada Bu Tosca yang telah membantu di awal penulisan

tugas akhir ini. Tuhan memberkati Bu dalam pelayanan.

Page 9: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

ix

12. Terima kasih kepada Kaka Kristian yang luar biasa serta banyak

memberikan motivasi, bantuan terhadap penulis sampai selesai

mengerjakan tugas akhir ini. Tuhan memberkati kaka.

13. Terima kasih kepada teman, saudara, sahabat yang telah luar biasa

membantu memotivasi dan mendoakan penulis dalam mengerjakan tugas

akhir ini. Terima kasih Tuhan sudah menghadirkan mereka dalam

kehidupan penulis, Om Ryo, Bless, Kaka Lucky, Tio, Bungsu Anis,

Raymond, Piter, Pita, Iju, Pinus, Aii B, Zaam, Om Jow, Mace Uke, Kaka

Uthe, Kaka Salim, Marita, Iren, Melki, Anis Kambu, Maikel, Emerald,

Kakx Kris, Wandut, Natalie, Om Sony BLVCK. Tuhan menyertai dan

memberkati kalian semua.

14. Terima kasih untuk teman-teman “Timur Rap Peace” TRP Gank yang

sudah banyak membantu penulis dalam memberikan banyak canda yang

lebih sebagai refreshing bagi penulis.

15. Terima kasih atas doa, motivasi, dan banyak hal dilakukan sehingga

penulis kembali bangkit ketika jatuh, danke banya Ivonny Pattiruhu.

Tuhan berkati langkah lanjut dan setiap cita serta cinta nya.

16. Terima kasih untuk setiap pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu

demi satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir

ini, sekali lagi penulis ucapakan terima kasih. Tuhan Memberkati kalian

semua.

Penulis,

Page 10: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

x

Daftar Isi

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ ii

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT.................................................................. iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES....................................................... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI............................................... v

MOTTO............................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR........................................................................................ vii

DAFTAR ISI....................................................................................................... xi

ABSTRAK.......................................................................................................... xiii

PENDAHULUAN.............................................................................................. 1

Rumusan Masalah......................................................................................... 4

Tujuan Penelitian.......................................................................................... 4

Metode dan Lokasi Penelitian..................................................................... 4

Manfaat Penelitian........................................................................................ 7

Garis Besar Penulisan................................................................................... 8

LANDASAN TEORI............................................................................................ 8

Persembahan................................................................................................ 10

Nazar Secara Sosial....................................................................................... 12

Nazar Secara Teologis................................................................................... 14

HASIL WAWANCARA JEMAAT GMIT EFATA SOE................................... 17

Gambaran Umum Tempat Penelitian............................................................ 17

Pandangan Jemaat GMIT Efata Soe Tentang Nazar.................................... 18

Praktik Nazar Dalam Jemaat GMIT Efata Soe............................................ 19

Gereja Dalam Menaggapi Nazar Yang Dilakukan Anggota Jemaat............. 22

PEMBAHASAN................................................................................................. 26

Nazar dalam pemahaman dan praktik di Jemaat GMIT Efata Soe.............. 26

Sikap Majelis Jemaat Efata Soe dalam menanggapi Nazar yang

dilakukan oleh Warga Jemaat......................................................................

30

PENUTUP........................................................................................................... 32

Kesimpulan................................................................................................... 32

Saran............................................................................................................ 34

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 35

Page 11: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

xi

"TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOE"

Yoeldrin Martnugrah Tafui

712009031

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa tradisi nazar yang berkembang di Jemaat GMIT Efata

Soe. Dengan menganalisa maka dapat diketahui latar belakang, peran, serta tanggapan Majelis

Jemaat GMIT Efata Soe tentang tradisi nazar yang telah tertanam begitu lama dalam jemaat. Teori

yang digunakan dalam menunjang tulisan ini yaitu berdasarkan penelitian Jacques Berlinerblau

(1996), mengenai nazar dan kelompok kepercayaan populer Israel kuno. Penelitian ini

menggunakan metode deskriptif kualitatif atau descriptive research. Manfaat dari penelitian ini

secara akademis diharapkan dapat memperkaya bahan kepustakaan dan informasi mengenai

konsep nazar yang berkembang dalam jemaat secara lokal dalam hubungannya dengan prespektif

agama Kristen, demi pengembangan studi Teologi secara akadamis dan yang berikutnya yaitu

adanya perspektif Teologis yang dapat dikaji dari hasil penelitian ini, khususnya mengenai konsep

nazar. Manfaat paraktis dari penelitian ini yaitu meningkatkan pengetahuan jemaat tentang konsep

nazar yang mereka anut, serta memberikan dorongan kepada pihak gereja untuk mengembangkan

cara pandang cara pandang secara Teologi mengenai konsep nazar yang relevan. Hasil penelitian

menunjukan bahwa nazar yang dilakukan dalam jemaat GMIT Efata Soe adalah satu tradisi yang

telah diwariskan turun-temurun dan menjadi senjata pamungkas dalam menghadapi situasi yang

sangat sulit dalam kehidupan. Nazar adalah sebuah janji atau sumpah sakral dengan Tuhan karena

itu apa yang dijanjikan harus dan wajib dipenuhi. Keunikan nazar mereka tentang pemberian

persembahan pra nazar, atau persembahan sebelum terpenuhi permintaan mereka. Strata ekonomi

serta gender tidak menghambat seseorang untuk melakukan nazar. Nazar secara tidak langsung

adalah motivasi terhadap jemaat untuk lebih mendekatkan diri dengan Tuhan.

Keywords : Nazar, janji, sumpah, tradisi, jemaat.

Page 12: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

1

I. PENDAHULUAN

Kota Soe adalah ibukota dari kabupaten Timor Tengah Selatan yang

merupakan bagian dari wilayah provinsi Nusa Tenggara Timur. Kota Soe adalah

kota kecil dengan penduduk mayoritas beragama Kristen Prostestan. Hal yang

unik dari kota kecil ini adalah bahwa di kota kecil ini pernah terjadi gerakan roh

pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak mujizat terjadi

baik itu kesembuhan, hingga merubah air menjadi anggur. Peristiwa ini dianggap

sebagai peristiwa penting dalam kehidupan Gereja Masehi Injili di Timor

(GMIT)1 karena lewat peristiwa gerakan roh ini, kehidupan jemaat turut berubah.

Hal ini ditandai melalui kesediaaan mereka melepaskan azimat atau le‟u-le‟u2

yang mereka miliki dan bersedia dibaptis serta memeluk agama Kristen. Peristiwa

ini dikordinir oleh para pemuda yang belajar di SGA dan SMA maupun yang

sudah bekerja.3 Lebih lanjut gerakan roh ini juga mempengaruhi pola kehidupan

jemaat. Lewat peristiwa gerakan roh maka dalam jemaat timbul kelompok-

kelompok doa kecil yang kemudian berada di bawah naungan dua gereja yaitu

GMIT Efata dan GMIT Maranatha yang lebih tradisional dalam pelayanannya.

Kelompok-kelompok doa ini turut merubah bahkan memelihara kehidupan jemaat

yang lebih religius dalam kepercayaan Kristen. Kehidupan religius ini kemudian

tertanam kuat bahkan membudaya dalam diri masyarakat kota Soe. Bahkan dalam

mengambil tindakan-tindakan dalam menjalani kehidupan, mereka pun

menimbang dengan berpatokan pada Alkitab atau pun ajaran-ajaran gereja.

Sebagaimana dalam masyarakat Indonesia yang multikultural,4 hadir pula

kelompok yang menjalankan kehidupan religius yaitu jemaat yang merupakan

bagian dari agama. Perilaku dari jemaat sangat berkaitan dengan apa yang

diajarkan oleh gereja sebagai wadah jemaat itu berkumpul. Kegiatan pemeliharaan

dan peningkatan warga jemaat dilakukan gereja untuk bisa menghasilkan

1 Th. Van den End, Ragi Cerita 2 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989), 109.

2 Yohanes Manhitu, Kamus Ringkas Indonesia-Inggris-Dawan (Jogjakarta: Yohanes

Munhitu, 2007), 3. 3 Th. Van den End, 107.

4 Zakiyuddin Baidhawy, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural (Jakarta: Erlangga,

2005), 6.

Page 13: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

2

kemantapan dan keteguhan iman jemaat5 ini menunjukan bahwa gereja

mempunyai tanggung jawab dalam mengembangkan iman percaya jemaatnya.

Adapun salah satu gereja yang memiliki jumlah jemaat paling banyak di kota Soe

yaitu gereja Efata Soe yang merupakan bagian dari sinode GMIT. Gereja Efata

Soe juga telah menjadi wadah dari jemaat dan telah berfungsi mengembangkan

iman percaya jemaatnya, dengan adanya kelompok-kelompok doa yang bernaung

di bawah Gereja Efata Soe ini, pengembangan iman jemaat lebih mudah

dilakukan gereja. Lewat aspek sosial maupun budaya gereja ini telah mewartakan

nilai-nilai kepercayaan kepada jemaatnya. Salah satu nilai yang tertanam kuat

dalam aspek sosial budaya yang dipegang kuat dalam masyarakat Soe khususnya

jemaat Efata adalah nazar.

Nazar dilakukan oleh jemaat GMIT Efata Soe jika mereka menghadapi

permasalahan-permasalahan dalam kehidupan. Meraka melakukan praktik nazar

agar mendapat keberhasilan dalam menjalani permasalahan-permasalahan dalam

kehidupan. Ada keluarga yang telah melakukan nazar ini secara turun-temurun,

dari nenek yang mengajarkan kepada orang tua dan kemudian orang tua

mengajarkan pada anak-anaknya. Mereka diajarkan bahwa dalam menghadapi

persoalan kehidupan yang begitu rumit maka mereka dapat melakukan nazar agar

bisa mendapat bantuan dari Tuhan. Cara melakukan nazar adalah mereka

diajarkan untuk menyiapkan uang sebagai satu persembahan yang kemudian

didoakan. Doa ini berisikan penyampaian masalah yang dihadapi dan menunjuk

persembahan yang dibawa ini. Setelah berdoa maka uang ini akan disisipkan di

Alkitab dan nantinya akan dimasukan ke kantung persembahan pada hari minggu

nanti. Berdasarkan hal ini, nazar dapat dipandang sebagai satu tradisi6 yang telah

diajarkan dari orang tua ke anaknya, dan tidak menutup kemungkinan anaknya

akan mengajarkan hal yang sama kepada generasi yang berikutnya.

Dari bentuk pemahaman dan cara nazar dalam jemaat GMIT Efata Soe,

nazar dikaitkan dengan hal-hal berupa material yaitu uang yang terkait dengan

simbol material, dan yang berikut yaitu doa sebagai alat untuk membenarkan

tindakan yang hendak dilakukan, dan gereja sebagai landasan spiritual atas situasi

5 Suhato Prodjowijono, Manejemen Gereja Sebuah Alternatif (Jakarta: Gunung Mulia,

2008), 2. 6 Sukarni Sumarto, Sosiologi (Salatiga: Widya Sari Press Salatiga, 2004), 22.

Page 14: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

3

sosial yang dibangun. Dalam arti itu, nazar memiliki arti yang jauh lebih

mendalam dari sekedar hal material itu. Kebiasaan orang menyebut nazar dengan

istilah lain “uang sembayang”, berarti hal „sembayang‟ atau „doa‟ merupakan

esensinya. Ada suatu hal tertentu yang disampaikan sebagai „pengungkapan hati‟

yakni sebuah permohonan, perjanjian, dan bahkan komitmen dengan Tuhan.

Aspek keyakinan dan keseriusan ini yang menjadi kekuatan motivasi dari nazar

itu terkait dengan berbagai aktifitas di jemaat GMIT Efata Soe.

Adapun tradisi nazar merupakan salah satu cara yang sudah menjadi

fenomena sejak zaman Israel kuno. Nazar juga merupakan elemen penting dari

agama di seluruh dunia Timur kuno di milenium pertama,7 hal seperti ini juga

yang masih terpelihara di dalam kehidupan Jemaat GMIT Efata Soe. Namun nazar

bukan merupakan satu hal yang baru dikenal, nazar sudah ada sejak zaman Israel

kuno. Hal ini telah terbentuk di dalam jemaat GMIT Efata Soe menjadi satu

pemahaman yang primodialisme8 yang ditanamkan atas dasar kitab suci dengan

sturuktur fundamental.9 Dalam Perjanjian Lama nazar dapat dipahami sebagai

janji. Beberapa kisah tentang nazar dalam perjanjian lama misalnya kisah Yakub

(Kej 28:20-22), berikutnya Yefta seorang hakim10

Isreal (Hak 11 : 29-40), juga

Hanna yang adalah ibu dari Samuel (1 Sam 1:1-28). Kisah-kisah ini menjadi

landasan Jemaat GMIT Efata Soe melakukan nazar.

Dengan demikian pemahaman jemaat tentang nazar ini didasarkan pada

Alkitab sebagai bangunan fondasi pemahaman mereka. Bangunan teologi yang

dikembangkan seperti ini yang membuat masyarakat berkembang searah dengan

tradisi yang dibentuk.

Situasi inilah yang hendak dikaji oleh penulis, tentang bagaimana

pemaknaan nazar dalam Jemaat GMIT Efata Soe di tengah-tengah berbagai

aktifitas. Berdasarkan keadaan yang demikian maka penulis mengangkat jurnal

dengan judul:

“Tradisi Nazar Dalam Jemaat GMIT Efata Soe”

7 Cartledge dalam Jacques Berlinerblau, The Vow and „the popular religious groups‟ of

Acient Israel, (England: Sheffield Academic Press, 1996), 14. 8 Kun Muryati, Juju Suryawati, Sosiologi (Jakarta: Erlangga, 2006), 51

9 M Amin Abdullah, Studi Agama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996, 14).

10 W.S Lasor, D.A. Hubbard dan F.W.Bush, Pengantar Perjanjian Lama 1 (Jakarta:

Gunung Mulia, 2012), 301.

Page 15: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

4

A. Rumusan masalah

Mengapa nazar masih dilakukan di Jemaat GMIT Efata Soe?

Bagaimana peran nazar bagi kehidupan Jemaat GMIT Efata Soe?

Bagaimana sikap gereja dalam menanggapi nazar yang dilakukan dalam

Jemaat GMIT Efata Soe?

B. Tujuan penelitian

Mendeskripsikan latar belakang mengapa nazar masih dilakukan dalam

Jemaat GMIT Efata Soe.

Mendeskripsikan peran nazar dalam Jemaat GMIT Efata Soe.

Mendeskripsikan sikap gereja dalam menanggapi nazar yang dilakukan

dalam Jemaat GMIT Efata Soe.

C. Metode Dan Lokasi Penelitian

1. Jenis dan pendekatan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang hendak

dicapai, maka jenis penelitian yang digunakan untuk meneliti makna nazar

dalam Jemaat GMIT Efata Soe adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif

atau descriptive research.11

Peneliti mengembangkan konsep dan

menghimpun fakta, namun tidak melalui uji hipotesis.12

Lexy J. Moleong mengatakan bahwa penelitian deskriptif dilakukan jika

data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-

angka.13

Pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif. Menurut Mulyana, pendekatan kualitatif diletakkan atas

dasar pemahaman bahwa:14

Realitas manusia tidak dapat dipisahkan dari konteksnya, tidak pula

dapat dipisahkan agar bagian-bagiannya dapat dipelajari. Keseluruhan

lebih dari pada sekedar bagian-bagian.

11

Jacob Vredenbergt, Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia,

1978), 34. 12

M. Singarimbun, Metode dan Proses Penelitian (Jakarta: LP3ES, 1989), 4-5. 13

Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991), 6. 14

Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan

Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: Rosda, 2002), 159.

Page 16: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

5

Penggunaan pengetahuan tersembunyi (tacit knowledge) adalah absah.

Intuisi dan perasaan seabsah pengetahuan yang dinyatakan dalam

bahasa karena hal-hal tersebut mengekspresikan nuansa-nuansa realitas

ganda; dan karena interaksi manusia juga bersifat demikian.

Penafsiran atas data (termasuk penarikan kesimpulan) bersifat

ideografis atau berlaku khusus, bukan bersifat nomotetis atau mencari

generalisasi karena penafsiran yang berbeda lebih bermakna bagi

realitas yang berbeda pula; dan karena penafsiran bergantung pada

nilai-nilai kontekstual, termasuk hubungan peneliti-responden (objek)

yang bersifat khusus.15

Temuan (penelitian) bersifat tentatif. Hasil penelitian naturalistik

bersifat ragu untuk membuat generalisasi yang luas karena realitas bersifat

ganda dan berbeda dan karena temuan bergantung pada interaksi antara

peneliti dan responden dan mungkin tidak dapat ditiru karena melibatkan

nilai-nilai, lingkungan, pengalaman, dan orang-orang khusus.

2. Sumber data dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber data

Data yang dibutuhkan dalam proses penelitian ini, diperoleh dari

data primer maupun sekunder.

Data Primer

Data primer ini diperoleh dari informan (kunci) yakni 10 anggota

Jemaat yang telah melakukan tradisi nazar ini, 3 anggota majelis jemaat,

dan para pendeta jemaat GMIT Efata Soe.

Data Sekunder

Data sekunder ini diproleh dari dokumen atau tulisan-tulisan yang

berkaitan dengan topik yang dibahas.

Teknik pengumpulan data

Teknik Pengumpulan data meliputi instrumen, metode dan

prosedur yang berkaitan dengan proses pengumpulan data. Teknik

15

Deddy Mulyana, 160.

Page 17: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

6

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan

kebutuhan data di lapangan, yaitu data primer dan data sekunder. Teknik

pengambilan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

Wawancara Mendalam

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan jalan

komunikasi, yakni melalui kontak atau hubungan pribadi antara

pewawancara dengan sumber data atau responden.16

Komunikasi

berlangsung dalam bentuk tanya jawab dalam hubungan tatap muka.

Wawancara mendalam merupakan metode yang paling umum

digunakan dalam teknik penelitian kualitatif, di mana pewawancara

menanyakan pertanyaan dengan format terbuka, mendengarkan dan

merekamnya, dan kemudian menindaklanjuti dengan pertanyaan tambahan

yang terkait. Pertanyaan pendalaman digunakan untuk mendalami

tanggapan atas pertanyaan, meningkatkan kekayaan dari data yang

diperoleh, dan memberi petunjuk pada yang diwawancarai tentang tingkat

tanggapan yang diinginkan. Wawancara mendalam ini akan dilakukan

kepada para informan kunci (key informant) untuk diwawancarai karena

dianggap cukup memahami masalah yang sedang diteliti.17

Pengamatan / observation

Teknik observasi merupakan usaha untuk mengumpulkan kesan

atau gejala yang terjadi di sekitar. Dalam hal ini panca indera manusia

(penglihatan dan pendengaran) di perlukan untuk menangkap gejala yang di

amati.18

Penelitian dengan metode observasi ini tidak memerlukan

pengukuran dengan satu metode penjumlahan dan juga tanggapan yang

telah di perkirakan sebelumnya. Teknik pengumpulan data melalui

observasi ini akan membantu peneliti dalam memahami pola kehidupan

masyarakat di lokasi studi. Proses penelitian ini berlangsung dengan

menggunakan teknik observasi berperan serta ( participant observation ).

16

Rianto Adi dan Heru Prasadja, Langkah-Langkah Penelitian Sosial ( Jakarta:

ARCAN,1991 ), 73. 17

Rianto Adi dan Heru Prasadja, 74. 18

Rianto Adi dan Heru Prasadja, 70.

Page 18: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

7

3. Lokasi Penelitian

Lokasi di mana penulis akan meneliti tentang tradisi nazar ini

adalah di Jemaat GMIT Efata Soe. Jemaat GMIT Efata Soe adalah jemaat

yang memiliki kehidupan religius yang sangat baik dan merupakan bukti

sejarah gerakan roh yang terjadi di pulau timor pada tahun 1965-1969.

Semenjak peristiwa itu, aura spirirtual sangat kental terasa di kota ini.

Dengan adanya kelompok-kelompok doa yang muncul setelah gerakan roh

ini menolong jemaat dalam menjalankan ajaran-ajaran Kristen serta

memelihara kehidupan religius mereka. Kelompok-kelompok doa yang

berada dalam naungan GMIT Efata Soe telah berperan dalam perubahan

dan pemeliharaan pola kehidupan jemaat kota Soe. Hingga saat ini

kehidupan jemaat di kota Soe sangat berbeda dengan kehidupan jemaat di

tempat lain, dalam bertindak mereka sangat berpegang teguh pada ajaran-

ajaran Alkitab. Untuk itu maka menurut penulis akan sangat menarik jika

penulis meneliti tentang tradisi nazar ini di Jemaat GMIT Efata Soe.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat akademis

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya bahan kepustakaan

dan informasi mengenai konsep nazar yang berkembang dalam jemaat

secara lokal dalam hubungannya dengan prespektif agama Kristen,

demi pengembangan studi Teologi secara akadamis.

Adanya perspektif Teologis yang dapat dikaji dari hasil penelitian ini,

khususnya mengenai konsep nazar dan juga sekaligus menambah

literatur teologi.

2. Manfaat praksis

Hasil penelitian ini berguna untuk meningkatkan pengetahuan jemaat

tentang konsep nazar yang mereka anut yaitu sejauh mana konsep

Nazar yang sesungguhnya dalam Kekristenan.

Memberikan dorongan kepada pihak gereja untuk mengembangkan

suatu wawasan (cara pandang) Teologi mengenai konsep nazar yang

relevan dengan situasi sosial komunitas setempat.

Page 19: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

8

E. Garis besar penulisan

Secara sistematis tulisan ini dibagi dalam lima bagian, bagian I

pendahuluan, bagian II landasan teori, di mana pada bagian ini berisikan

pendekatan teoritis tentang nazar lewat teori–teori Jacques Berlinerblau, dan

beberapa teori yang berkaitan dengan nazar ini. Bagian III berisikan hasil

Penelitian di Jemaat GMIT Efata Soe. Bagian IV pembahasan dan bagian V

berisikan kesimpulan dan saran.

II. LANDASAN TEORI

Hasil kreatifitas manusia yang sangat kompleks, menimbulkan pengertian

yang sangat luas yaitu budaya. Secara etimologis kebudayaan berasal dari bahasa

sansekerta buddhaya merupakan bentuk jamak dari buddhi (akal). Dengan

demikian secara etimologis kebudayaan berarti hasil karya akal budi manusia

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.19

Kebudayaan adalah keseluruhan sistem

gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat

yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar.20

Unsur dari budaya meliputi

cipta, rasa, dan karsa atau kehendak menghasilkan unsur dan wujud kebudayaan

berupa bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan

teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi, dan sistem kesenian.21

Sistem kepercayaan atau religi merupakan rangkaian keyakinan dari satu

kelompok masyarakat manusia terhadap sesuatu yang (dianggap mempunyai

kekuatan) gaib. Teologi di dalam cara dan situasi apapun, adalah dialektika antara

yang abstrak (misteri) dan empirik (kontekstual). Dialektika itu menempatkan

manusia, sebagai subyek yang berteologi dalam ruang pemaknaan yang nyata.

Artinya ia hidup dan berada di dalam dunia dengan situasi yang dihadapinya, akan

tetapi di sisi lain ia menempatkan kepercayaannya sebagai pedoman dalam

menjawab problematika yang ia hadapi.22

James Fowler mengatakan bahwa

kepercayaan merupakan proses mencari makna, sebab manusia adalah subyek

19

Tri Widiarto, Pengantar Ilmu Antropologi, (Salatiga: Widya Sari Press Salatiga, 2005),26 20

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 1990), 180. 21

Koentjaraningrat, 203. 22

Roland Robertson, Agama dalam Analisa & Interpretasi Sosiologi, (Jakarta : Rajawali,

1988), 5.

Page 20: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

9

yang bermakna dan memberi/menciptakan makna pada iman (faith), dan

kepercayaan (belief), dengan konteks di mana makna itu ditujukan.23

Dalam

proses menciptakan makna itu, manusia juga yang mencari simbol (sign) yang

sinonim atau bisa merepresentasi hal yang dipercayainya. Karena itulah iman

merupakan suatu proses semantik yang dibuat oleh manusia.24

Kepercayaan juga sering kali dipandang sebagai cara tertentu untuk

menafasirkan dan menjelaskan seluruh peristiwa dan pengalaman yang

berlangsung dalam setiap aspek kehidupan yang kompleks. Aktifitas menafsir

(interpretation) dan menjelaskan (clarification, verstehen) disini mengamanatkan

bahwa kepercayaan adalah bagian dari suatu hermeneutika kehidupan, yang

terkait bukan semata-mata dengan dokumen-dokumen kudus yang turut menyusun

dogma agama melainkan dokumen-dokumen kehidupan yang selalu dijumpai

manusia dalam pengalaman nyata di masyarakat/dunianya.25

Manusia juga menyadari bahwa keberadaannya di dunia ini hanya

sementara. Kesadaran itu muncul setelah menyaksikan dan menghayati berbagai

misteri kehidupan, seperti kelahiran dan kematian.26

Kalau ditinjau sebanyak

mungkin bentuk religi dari berbagai suku bangsa di dunia, maka ada tampak

empat unsur pokok dari religi pada umumnya, ialah:

Pertama emosi keagamaan atau getaran jiwa yang menyebabkan manusia

menjalankan kelakuan keagamaan. Kedua sistem kepercayaan atau bayangan-

banyangan manusia tentang bentuk dunia, alam, gaib, hidup, maut, dsb. Ketiga

sistem upacara keagamaan yang bertujuan mencari hubungan dengan dunia gaib

berdasarkan atas sistem kepercayaan dalam bagian dua tadi. Terakhir kelompok

keagamaan atau kesatuan-kesatuan sosial yang mengonsepsikan dan mengaktifkan

religi beserta sistem upacara-upacara keagamaan.27

Proses pembentuk sebuah sistem religius adalah melalui serangkaian

simbol sakral yang terjalin menjadi sebuah keseluruhan tertentu yang teratur.28

23

Supratiknya A. (eds), Teori Perkembangan Kepercayaan: karya-karya Penting James W.

Fowler, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), 15. 24

Supratiknya A, 17. 25

Supratiknya A, 21. 26

Tri Widiarto, Pengantar Ilmu Antropologi, (Salatiga: Widya Sari Press Salatiga, 2005),26. 27

Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial, (Jogjakarta: PT. Dian Rakyat,

1977), 228. 28

Clifford Geertz, Kebudayaan dan Agama, (Jogjakarta: Kanisius, 1995), 53.

Page 21: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

10

Simbol atau lambang dipakai untuk mengacu pada banyak hal, seringkali

sejumlah hal sekaligus,29

salah satu fungsi simbol adalah untuk mengungkapkan

nilai budaya dalam kelompok.30

Didalam sistem kepercayaan atau religi ini

terdapat sebuah sistem terkait yaitu sistem ritus dan upacara yang merupakan

usaha manusia untuk berhubungan dengan Tuhan atau Al-Khalik. Di dalamnya

sistem religi ini ditemukan berbagai macam wujud perilaku yang termasuk dalam

unsur-unsur upacara keagamaan misalnya berdoa, bersujud, berpuasa,

membersihkan diri, ziarah ke tempat suci, bersaji, berkurban, makan bersama,

bersedekah, menari, menyanyi, berprosesi, bertapa, bersemedi, dan sebagainya.31

Namun demikian, dalam upacara keagamaan yang sering wajib dilakukan diantara

ritual-ritual keagamaan tersebut yang cukup berperan sentral adalah persembahan.

Sebab persembahan dapat dipandang sebagai proses menghargai, mengakui

keberadaan yang Ilahi, dan menjadi bentuk untuk meminta sesuatu kepada yang

Ilahi sesuai dengan tata caranya.

A. Persembahan

Simbol sakral adalah pembentuk dari sistem religius dan kurban

sedangkan bersaji merupakan simbol sakral yang menjadi bagian dari ritus.

Berkurban, dan bersaji adalah dua simbol yang lebih dekat pengertian nya sebagai

satu persembahan. Persembahan dalam setiap ritus keagamaan merupakan sebuah

ritual yang sangat penting, sehingga persembahan selalu diikutsertakan di

dalamnya baik dalam kepercayaan primitif atau yang masih bersifat tradisional

maupun dalam kalangan penganut agama modern.32

Dalam bentuknya yang paling

sederhana, dewa diberi satu hadiah, baik sebagai ucapan syukur atau sebagai balas

jasa atas sesuatu hal.33

Melalui kurban yang dipersembahkan dalam suatu ritus

manusia yakin bahwa hidupnya akan tentram, aman dan bahagia. Dengan kata lain

manusia mempersembahkan kurban dengan maksud tujuan, agar mereka diberkati

dan mendapatkan apa yang diinginkan. Hal ini dapat dipahami karena

29

Clifford Geertz, 6. 30

F.W. Dilistone, Daya Kekuatan Simbol, (Jogjakarta: Kanisius, 2002),15. 31

Tri widiarto, 27. 32

Emile Duekheim, The Elementary Forms of Religius Life, ( New York : Free

Press,1915),63 33

Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama, (Jogjakarta: Kanisius, 1995), 215.

Page 22: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

11

persembahan atau kurban merupakan sarana atau alat untuk menyenangkan dewa-

dewa atau ilah-ilah.34

Victor Turner berpendapat bahwa kegiatan persembahan-

persembahan yang umum atau penghormatan kepada dewa-dewa, pemberian

hadiah, penebusan dosa, komunikasi antara yang suci atau kudus dan fana yang

dapat dipahami sebagai perwujudan dari negoisasi.35

Menurut kitab imamat

persembahan memiliki arti sebagai “penyajian” atau “barang-barang yang di bawa

dekat”.36

Kurban juga dianggap sebagai tanda takluk atau tanda penghormatan,

sebagai permohonan berkat dan sebagai penolakan malapetaka. Kurban bisa

bertujuan melakukan perbuatan silih dan menyingkirkan kenajisan maupun dosa.37

Bersaji dan berkurban secara ritual benar-benar satu bentuk pertukaran

antara manusia dan makhluk adikodrati: manusia pengurban memberikan barang-

barang nya dan penerima bereaksi.38

G. Van der Leeuw menjelaskan arti

persembahan demikian: mempersembahkan sesuatu kepada seseorang adalah

memberikan dari dirinya sendiri; demikian pula, menerima bagian kodrat

spiritualnya, dari jiwanya; dan dalam keadaan itu, kodrat dari pemberian yang

timbal balik sangat nampak. Teori persembahan dalam upacara menurut beberapa

orang meliputi satu perjanjian: do ut des: saya memberi supaya engkau pun

memberi.39

Tylor mendefenisikan bahwa persembahan sama dengan sesaji. Sesaji

atau hadiah juga diberikan kepada dewa-dewa dengan keyakinan bahwa ada nilai

timbal balik yang terdapat di dalamnya.40

Marsel Mauss juga mendefenisikan

bahwa pada kenyataannya jumlah sesaji yang diberikan walaupun terlihat sedikit

namun itu bukanlah intinya, karena yang dilihat adalah nilai dari pemberian

persembahan itu sendiri.41

Secara khusus nazar merupakan bagian dari

persembahan kurban dan merupakan ritual keagamaan yang mempunyai dua

makna baik secara sosial, maupun teologis.

34

G.E. Wright & A.de Kuiper, Perjanjian Lama Terhadap sekitarnya, ( Jakarta BPK

Gunung Mulia,1976),120 35

Jefferey Cartes, Understanding Religious Sacrifice ( New York 2003 reprinted 2006

Meidek Lane ), 293-300 36

W.S. Lasor, D.A. Hubbard, F.W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 1, (jakarta : BPK

Gunung Mulia 2012), 217 37

Herbert Haag, Kamus Alkitab, (Ende: Nusa Indah, 1992), 239. 38

Herbert Haag,203 39

Mariasusai Dhavamony, 215. 40

Jefferey Cartes, 12-38. 41

Jefferey Cartes, 88-99.

Page 23: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

12

B. Nazar secara sosial

Jacques Berlinerblau yang mengutip Cartledge dalam tulisan tentang nazar

di zaman Israel kuno, mengatakan “ketika membuat nazar pemohon dasarnya

mengatakan kepada dewa dalam pertanyaan: 'jika, dan hanya jika, Anda

melakukan sesuatu untukku, maka aku akan melakukan sesuatu untuk Anda”.

Atau, seperti catatan Cartledge: “dabo si dederis”: “Aku akan memberikan jika

Anda akan memberikan”. Dengan demikian terlihat satu pola pertukaran jasa

antara pemuja dan dewa atau Allah. Pola seperti ini mirip dengan pertukaran

dalam ranah sosial yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok. Pertukaran

bersifat universal, dari beberapa alasan yang membuat pertukaran itu menarik

terdapat dua alsan yang berkaitan dengan nazar ini. Pertukaran adalah wahana

yang memungkinkan seseorang memperoleh sesuatu yang diperlukan. Pertukaran

selalu bermakna karena mengandung unsur simbolik dan seringkali dijadikan

metafora untuk kegiatan-kegiatan yang lain.42

Salah satu jenis pertukaran adalah pemberian, yang menurut Mauss

didasarkan pada tiga kewajiban, yakni menerima, memberi dan mengembalikan.

Ketiga unsur ini penerimaan, pemberian dan pengembalian merupakan prinsip

kunci dalam praktik pemberian.43

Sedangkan dalam nazar pelakunya berjanji

untuk melakukan sesuatu jika permintaannya di kabulkan. Nazar dibuat untuk

menguatkan permintaan, atau untuk membujuk TUHAN memberikan apa yang

diminta.44

Terdapat kemiripan dalam kedua konsep ini sedangkan perbedaaan

kedua jenis pertukaran ini terletak pada subjek dan objek pertukaran.

Tema lain yang memainkan peranan dalam ekonomi dan moralitas dari

pemberian yaang dilakukan untuk sesama manusia di hadapan dewa-dewa atau

alam.45

Banyak budaya dari berbagai tempat yang melakukan hal ini dan dengan

sendiri memulai teori sejarah kontrak korban. Interaksi sosial yang terjadi ketika

terjadi kontrak ini dilakukan. Borgas mengambil contoh adat istiadat Koliada

yang terdapat pada orang Rusia di mana anak-anak yang bertopeng pergi dari

42

Adam Kuper & Jessica Kuper, Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial, Edisi Kedua, (Jakarta : PT

RajaGrafindo Persada, 2000), 327 43

Adam Kuper & Jessica Kuper, 328. 44

Th.C. Vriezen, Agama Israel Kuno, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), hal. 91. 45

Marcel Mauss, Pemberian : Bentuk dan Fungsi Pertukaran di Masyarakat Kuno (Jakarta;

Yayasan Obor Indonesia, 1992), 17.

Page 24: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

13

rumah kerumah meminta telur dan tepung dan tidak ada seorang pun berani

menolak, mereka bertindak sebagai wakil dari roh-roh.46

Sebuah prinsip yang

sama dalam kontrak korban yaitu karena dewa-dewa yang memberi dan yang

membayar ada di sana, karena dewa-dewa memberi sesuatu yang agung sebagai

pertukaran bagi sesuatu yang begitu kecilnya.47

Kemunculan nazar dalam

kebudayaan di mana individu menerima pengetahuan dari masyarakat tentang

budaya yang diperlukan, yang digunakan untuk berburu, berbicara, bersumpah,

mengubur anggota keluarga, dan sebagainya.48

Dalam kebudayaan Israel kuno persembahan disertai janji, menunjukkan

adanya pertukaran di dalam nya dan sangat populer kala itu. Hal ini seperti

pernyataan yang dikemukakan oleh Jacob Milgrom dalam tulisan Jacques

Berlinerblau, The Vow and „the popular religious groups‟ of Acient Israel.

Bahkan nazar memiliki dua sisi yang cukup kuat religius dan ekonomis namun

tidak ada perbedaan kelas, dalam masyarakat.

Dikatakan demikian karena melihat pemberian nazar dari segi sosial

ekonomi, nampaknya pembuatan sumpah, janji atau nazar ini dapat dilakukan

oleh siapa saja, tak memandang tingkat ekonomi nya.49

Dalam kebudayaan Israel

kuno terdapat kisah dalam kitab Yeremia 44: 25, dimana orang Yehuda di Mesir

melakukan nazar atau janji bukan dengan TUHAN, tetapi bagi ratu sorga yang

kemungkinan adalah dewi Ishtar, dewi cinta dan kesuburan dari Mesopotamia

yang disembah pengungsi dari Yehuda di Mesir.50

Merupakan elemen heterodoks

dari sumpah atau nazar51

yang menyatakan setiap pengikut TUHAN yang sudah

terlepas dari kesetiaan mereka, juga melakukan nazar.52

Pada konteksnya, proses nazar dilaksanakan dalam kehidupan Israel kuno

yang menunjukkan bahwa pemuja TUHAN hidup berdampingan dengan para

pemuja Baal, dan di antara mereka terdapat mereka yang lebih heterodoks.

Demikian juga dengan Imam atau rahib mereka. Mereka tidak perlu khawatir akan

46

Marcel Mauss, 18. 47

Marcel Mauss, 18. 48

Jacques Berlinerblau, The Vow and „the popular religious groups‟ of Acient Israel,

(England: Sheffield Academic Press, 1996), 64. 49

Jacques Berlinerblau,125. 50

Tyndale House Publishers, Life Aplication Study Bible, terj. Gandum Mas dan Lembaga

Alkitab Indonesia, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2016), 1468. 51

Jacques Berlinerblau, 129. 52

Jacques Berlinerblau, 129.

Page 25: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

14

berjanji atau bernazar pada dewa yang salah, karena disaat itu permintaan nazar

ini bersifat anonim.

Perbedaan gender tidak menutup kemungkinan seseorang melakukan

nazar, baik seorang pria atau wanita dapat melakukan nazar. Para peneliti Alkitab

menemukan perempuan secara aktif berpartisipasi dalam sistem nazar Israel. C.

Brekelmans berbicara tentang kecenderungan perempuan cukup sering untuk

mengambil sumpah.53

Ada kemungkinan dalam masyarakat Israel kuno

melakukan pengajuan janji atau nazar secara berkelompok namun tetap saja hal

ini di prakarsai, dan oleh seorang individu. Sumpah yang diprakarsai oleh satu

orang bahkan ketika permohonan tersebut adalah kepentingan kelompok.54

Nazar

selalu dilakukan oleh satu orang, sebagai wakil dari aspirasi kelompok. oleh

karenanya Berdasarkan proses yang demikian maka terbentuklah makna teologis

dari nazar tersebut yang berkembang hingga saat ini dan khususnya dalam tradisi

kekristenan.

C. Nazar secara teologis

Tradisi Kristen memandang persembahan sebagai suatu bentuk ibadah

kepada Tuhan secara mendasar yang mengandung ucapan syukur jemaat untuk

melengkapi tubuh Kristus.55

Persembahan merupakan bagian yang penting dalam

tradisi Kristen, karena persembahan merupakan salah satu bagian dalam ritual

kekristenan. Mempersembahkan suatu persembahan kepada Allah dengan maksud

untuk memperoleh kemurahan hati Allah.56

Ucapan syukur dan puji-pujian yang

dipanjatkan kepada Allah dalam ibadah merupakan tujuan utama persembahan.57

Dalam antropologi sosial persembahan secara tidak langsung mengimplikasikan

satu pertukaran barang dan jasa, yang meskipun dianggap muncul dari kehendak

mereka, namun hal ini merupakan kewajiban dari tingkah laku sosial.58

Tindakan

yang merupakan bagian dari dokumen-dokumen kehidupan ketika menghadapi

53

Jacques Berlinerblau, 133. 54

Jacques Berlinerblau, 64. 55

A.M. Tambunan, Persembahan Persepuluhan (Jakarta: BPK GunungMulia, 1952), 16. 56

F L Baker, Sejarah Kerajaan Allah Perjanjian Lama. ( Jakarta BPK Gunung Mulia,1990

),367 57

Ulrich Beyer dan Evalina Simamora, Memberi Dengan Sukacita, (Jakarta: BPK

GunungMulia, 2008),139. 58

Mariasusai Dhavamony, 215.

Page 26: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

15

satu masalah adalah nazar, yang juga merupakan bagian dari sistem keagamaan.

Nazar, sumpah, pengesahan perjanjian, termasuk dalam wilayah perbatasan antara

kultus dan hukum.59

C. Barth mengemukakan bahwa “mengucap syukur” dan membayar nazar

kepada Tuhan. “siapa yang mempersembahkan syukur sebagai kurban, ia

memuliakan Aku; siapa yang jujur jalannya, keselamatan…. akan Ku perlihatkan

kepadanya (Mzr 50 :23) band ay. 14; suatu ungkapan yang sejajar sebagai kurban

pemerkokoh doa permintaan (Mzr 51:17-19). Barth juga menulis bahwa “justru

ucapan syukur diiringi oleh persembahan syukur itulah biasanya dinazarkan

dahulu”.60

Dengan demikian nazar bukan hanya mengenai persembahan syukur

kepada Allah semata, namun nazar adalah janji antara manusia dengan Allah. "A

vow usually originates when a supplicant requires some specific thing from the

deity",61

sumpah atau nazar dilakukan ketika ada yang diharapkan dari dewa.

Nazar sempat menjadi fenomena yang populer di zaman Israel kuno, Jacob

Milgrom mengatakan “Bahwa nazar tersebut sangat populer di zaman Israel kuno,

ini dibuktikan dengan referensi Raja Yoas untuk kontribusi mengenai masalah

keuangan ke Bait Allah di Yerusalem yang berpangkal pada kekususan dari "uang

yang setara dari orang-orang" (2 raja-raja 12:5).62

Menurut Cartledge, Pembuatan

sumpah jelas memainkan peran penting dalam kehidupan kultis Israel dan

tampaknya telah sangat lazim dalam domain kesalehan individu.63

Banyak dari tokoh-tokoh Alkitab yang melakukan praktik nazar ini,

misalnya Yakub, Yefta, Absalom, dan beberapa tokoh lainnya. Nazar (rdn)

berasal dari bahasa ibrani yang berarti disendirikan, dikuduskan. Seperti dalam

Amsal 2:11, nazar atau dalam bagian ini disebut dengan orang nazar adalah orang

yang dipanggil Tuhan dan oleh karena itu diharuskan berpantangan terhadap

berbagai hal (Hak 13:5,4 ; 1Sam 1:11). Di kemudian hari perbuatan Nazar diatur

oleh hukum (Bil 6:1-21): seperti sebuah kaul yang dilakukan untuk sementara

59

Th.C. Vriezen, Agama Israel Kuno, (Jakarta BPK Gunung Mulia, 2001), hal. 91. 60

C. Barth, Theologia Perjanjian Lama III, (Jakarta:BPK Gunungmulia, 1993), 110. 61

Cartledge dalam Jacques Berlinerblau, The Vow and „the popular religious groups‟ of

Acient Israel, (England: Sheffield Academic Press, 1996), 61 62

Milgrom dalam Jacques Berlinerblau, The Vow and „the popular religious groups‟ of

Acient Israel, (England: Sheffield Academic Press, 1996), 13. 63

Jacques Berlinerblau, The Vow and „the popular religious groups‟ of Acient Israel,

(England: Sheffield Academic Press, 1996),

Page 27: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

16

waktu.64

Untuk mengurangi komponen paling mendasar, sumpah (rdn) adalah

kontrak bersyarat Ibrani antara pemuja yang mencoba untuk membuatnya dengan

dewa. Ketika membuat nazar pemohon dasarnya mengatakan kepada dewa dalam

pertanyaan: 'jika, dan hanya jika, Anda melakukan sesuatu untukku, maka aku

akan melakukan sesuatu untuk Anda. Atau, seperti catatan Cartledge: “dabo si

dederis”: “Aku akan memberikan jika Anda akan memberikan”.65

Nazar adalah

janji yang dilakukan seseorang dalam arti individu bukan kelompok. Dalam

kehidupan Israel kuno kenyataannya tetap bahwa dalam janji ini, seperti dalam

semua janji epik lainnya, permohonan pemohon itu sendiri diartikulasikan oleh

pemohon individual.66

Jacques Berlinerblau mengutip pendapat Durkheim bahwa

sumpah Israel adalah dilakukan oleh individu sejauh diucapkan oleh satu orang.

Ini tidak berarti bahwa rahib yang terlibat di dalam nya menimbulkan

ketidaksesuaian, berpartisipasi dalam sistem keagamaan yang berbeda dan

otonom.67

Ketika membuat sumpah positif pemohon mendekati dewa dengan

kebutuhan khusus, diwujudkan dalam bentuk permintaan. Sebagai imbalan untuk

pemberian permintaan ini, imam menawarkan dewa objek nyata atau layanan

sebagai penggantian. Seperti telah tercatat, bahwa sumpah tersebut bersyarat, jika

permintaan terpenuhi maka harus memenuhi syarat-syarat atau janji nya.68

Serangkaian hukum dan peraturan dari D dan P dalam kitab Perjanjian Lama yang

mencoba untuk mengatur prosedur yang tepat untuk pembayaran sumpah (Bil 30:

3-4).

Berdasarkan penjelasan ini nazar mempunyai arti yang berhubungan

dengan kaul yang lebih bermakna sebuah janji, pelakunya berjanji untuk

melakukan sesuatu jika permintaannya di kabulkan. Nazar dibuat untuk

menguatkan permintaan, atau untuk membujuk TUHAN memberikan apa yang

diminta.69

Ini terjadi pada salah satu hakim Israel yaitu Yefta. “Yefta membunuh

putrinya, dan bahwa ia melakukan itu karena ia telah membuka mulutnya dan

64

Herbert Haag, Kamus Alkitab, (Ende:Nusa Indah, 1992), hal. 301. 65

Jacques Berlinerblau, 41. 66

Jacques Berlinerblau., 53. 67

Jacques Berlinerblau, 65. 68

Jacques Berlinerblau, 175. 69

Th.C. Vriezen, Agama Israel Kuno, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), hal. 91.

Page 28: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

17

bersumpah tanpa berpikir panjang...”70

Perjanjian Lama menawarkan contoh

sumpah dilakukan di medan perang. Dalam kasus seperti itu akan sulit untuk

berdebat inisiasi yang berlangsung di sebuah kuil.71

Tak selalu nazar dilakukan di

dalam tempat kudus dalam hal ini berkaitan dengn Bait Allah.

Sejarah Israel kuno setelah zaman hakim-hakim di zaman raja Daud pun

pernah terjadi peristiwa persembahan berupa manusia, mirip seperti yang

dilakukan oleh Yefta terhadap anaknya. Ini terjadi dalam kisah orang-orang

Gibeon yang mengorbankan keturunan Saul (2 Sam 21:1-14). Namun ini lebih

dekat artinya kepada pembalasan hutang darah bukan satu persembahan, tetapi

karena ini dilakukan di tempat persembahan pemujaan TUHAN maka agaknya ini

diklaim oleh klan Gibeon sebagai satu persembahan. Tujuan nya mereka ingin

TUHAN menjadi saksi pembalasan hutang darah mereka terhadap Saul yang

pernah ingin memunahkan klan Gibeon.

III. HASIL WAWANCARA JEMAAT GMIT EFATA SOE

A. Gambaran umum tempat penelitian

Nazar yang menjadi fenomena sejak zaman Israel kuno ternyata juga

masih terus dilakukan dalam kehidupan Jemaat GMIT Efata Soe, yang terletak di

provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS),

kecamatan kota Soe dengan luas wilayah 3947,1 km2 dengan total populasi

441.155 jiwa, dengan kepadatan penduduk 111,77 jiwa/km2. Kota Soe memiliki

presentase pemeluk agama Kristen Protestan sebanyak 78,72% dari jumlah

penduduk secara keseluruhan dengan fasilitas gedung gereja sebanyak 23 gedung

gereja protestan. Salah satu gereja yang terbesar dan memiliki jemaat yang sangat

banyak yaitu Gereja Efata Soe. Gereja Efata Soe yang berdiri sejak 30 november

1984 hingga sekarang telah memiliki jemaat sebanyak 15.621 jiwa, dengan

jumlah laki-laki 7774 jiwa, dan perempuan 7847 jiwa. Jumlah anggota sidi di

Gereja Efata Soe sebanyak 8907 jiwa, dengan jumlah laki-laki 4326 jiwa dan

70

Michael Wilcock, Hakim-Hakim, (Jakarta: Yayasan Komonikasi Bina Kasih, 2010), hal.

183. 71

Jacques Berlinerblau, 72.

Page 29: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

18

perempuan 4581 jiwa.72

Dapat dikatakan merupakan jemaat yang telah

berkembang dan cukup dewasa dengan melihat jumlah anggota sidi yang ada.

Mereka juga telah melakukan praktik-praktik keagamaan yang merupakan bagian

dari sistem religi. Di dalam jemaat ini berkembang sebuah model praktik

keagamaan yaitu nazar.

B. Pandangan Jemaat GMIT Efata Soe tentang nazar

Nazar kebanyakan dilakukan oleh orang dewasa dalam menghadapi

persoalan-persoalan kehidupan, ini terlihat dari umur informan yang melakukan

nazar dari kisaran umur 17 – 60 tahun. Kebanyakan para pelaku nazar,

mempraktikan nazar kepada Tuhan ini dikarenakan telah ada proses pewarisan

kebiasaan yang dilakukan sejak dahulu oleh orang tua mereka.73

Nazar bagi

mereka merupakan satu cara yang dilakukan ketika benar-benar dalam situasi

yang sangat sulit dimana mereka sudah tidak mampu untuk mengatasinya.74

Dalam beberapa keluarga, nazar telah menjadi andalan dalam menghadapi

masalah-masalah mereka. Menghadapi permasalahan ekonomi, menyangkut

keberhasilan dalam mengikuti tes atau ujian pegawai negeri, menyangkut masalah

selamat dalam menjalani proses persalinan, juga menyangkut masalah diberi anak

sesuai permintaan mereka, pengangkatan mereka dari status pegawai honorer

menjadi pegawai negeri tetap. Banyak sekali masalah-masalah yang ditanggulangi

dengan cara mereka bernazar. Dalam kebiasaan mereka menurut hasil wawancara

dengan salah seorang anggota jemaat, ketika mereka tidak sanggup lagi

berperkara dalam menjalani masalah, maka dengan bernazar mereka

menghadirkan sosok Tuhan agar menggantikan mereka berperkara dalam

menjalani masalah.75

Lewat pengalaman yang mereka telah lewati, nazar selalu

ampuh dalam menghadapi perosalan-persoalan kehidupan yang sangat rumit.

Salah satu informan mengatakan “nazar dan praktiknya ini sudah diajarkan oleh

orang tua saya, ketika menghadapi permasalahan kemudian saya melakukan

nazar, jawaban cepat atau lambat selalu diberikan Tuhan sesuai dengan apa yang

72

Data diperoleh dari informasi kantor gereja (GMIT EFATA SOE) 73

Hasil wawancara dengan salah seorang anggota jemaat, pelaku nazar (Ibu Naomi) Jan

2015. 74

Hasil wawancara dengan seorang anggota jemaat, pelaku nazar (Pak Victor) Jan 2015. 75

Hasil wawancara dengan seorang anggota jemaat, pelaku nazar (Pak Daniel) Jan 2015.

Page 30: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

19

saya minta dari pada Nya”. Dalam proses menunggu jawaban Tuhan, ini dianggap

sebagai satu proses pengujian kesabaran kita oleh Tuhan, "tak lupa juga kewajiban

saya untuk menepati nazar saya ketika jawaban Nya telah saya terima”.76

Tidak semua permasalahan dihadapi dengan bernazar karena yang mereka

pahami bahwa nazar ini adalah satu perjanjian dengan Tuhan.77

C. Barth juga

menuliskan hal yang sama bahwa "justru ucapan syukur diiringi oleh

persembahan syukur itulah biasanya dinazarkan dahulu".78

Mereka mengadakan

nazar agar Tuhan ikut berproses dalam permasalahan mereka. Namun nazar tetap

dipandang sebagai satu hal spesial dan tidak dapat dianggap sepele.79

C. Praktik nazar dalam Jemaat GMIT Efata Soe

Menurut hasil wawancara bahwa nazar ini dilakukan karena sudah menjadi

hal yang diajarkan turun-temurun, dengan cara-cara melakukan nazar cukup

beragam. Menurut salah satu informan, nazar mereka lakukan dengan menyiapkan

dahulu persembahan berupa uang yang telah didoakan dan kemudian dianggap

sebagai persembahan nazar, ini merupakan pemabayaran nazar sebelum apa yang

diminta di jawab Tuhan. Ada beberapa informan lainnya melakukan nazar dengan

perjanjian langsung tanpa persembahan uang nazar. Dalam salah satu keluarga

informan pelaku nazar yang menghadapi masalah berkaitan dengan tes pegawai

negeri sipil, mereka menyiapkan uang sebagai persembahan yang digenggam dan

kemudian digumuli dalam doa pada tengah malam jam 12 malam, namun didepan

mereka sudah juga disediakan semua bukti kelulusan atau ijazah dari jenjang

pendidikan yang telah dilewati diletakan pada sebuah nampan. Langkah

berikutnya ijazah digumuli dalam doa selama tiga hari, uang sebagai persembahan

terus ditimbun. Pada hari ke tiga bertepatan dengan hari minggu, persembahan

yang telah terkumpul selama tiga hari pergumulan itu dimasukan ke dalam

amplop kemudian disisipkan dalam Alkitab, dibawa ke gereja dan dimasukan

kedalam kantong persembahan. Janji dari pembuat nazar ini yaitu jika permintaan

76

Hasil wawancara dengan seorang anggota jemaat, pelaku nazar (Pak Victor) Jan 2015. 77

Hasil wawancara dengan seorang anggota jemaat, pelaku nazar (Ibu Heldrianty) Jan

2015. 78

C. Barth, Theologia Perjanjian Lama III, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1993 ),110. 79

Hasil wawancara dengan salah seorang anggota jemaat, pelaku nazar (Pak Victor) Jan

2015.

Page 31: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

20

nya terjawab maka dia akan mewujud nyatakan ungkapan terimakasih kepada

Tuhan lewat ibadah ungkapan syukur dan membaktikan diri dengan sungguh

lewat pekerjaannya untuk Tuhan.80

Sementara pada informan lainnya yang menghadapi masalah yang sama,

melakukan nazar tanpa menggunakan uang sebagai persembahan karena menurut

mereka persembahan berupa uang bukan segalanya, mereka terus bergumul dalam

doa keluarga setiap malam dengan pergumulan yang sama dan dengan janji

mereka sendiri yang berbunyi demikian “apabila Tuhan mengabulkan

permohonan kami maka yang akan kami lakukan adalah setia dalam panggilan

kami untuk melayani pekerjaan Tuhan dan setia dalam memeberikan

persepuluhan kami yang adalah hak Tuhan”.81

Ini merupakan penggalan hasil

waawancara dengan salah satu informan pelaku nazar yang menurutnya nazar ini

baru terkabulkan setelah melewati 25 tahun dari awal dia mulai melakukan doa

dan perjanjian dengan Tuhan. Dengan demikian ditemukan sistem nazar yang

unik yaitu pembayaran untuk melakukan permintaan yang dianggap sebagai

nazar. Keunikan berikut mengenai perjanjian dengan Tuhan lewat doa langsung

tanpa persembahan berupa uang namun berupa pengabdian seperti yang tertulis

dalam Alkitab tentang kisah Hanna.

Nazar yang dilakukan oleh salah seorang anggota Jemaat GMIT Efata Soe

tentang kesulitan dalam melahirkan anaknya juga merupakan satu nazar lewat

janji langsung dengan persembahan. Seperti yang dilakukan oleh Yefta dalam

kisah hakim-hakim Israel. Menurut informan dalam proses menuju operasi

persalinan. Dia berdoa dan didalam doa nya berisikan perjanjian dengan Tuhan.

Informan adalah seorang ibu yang sedang mengandung, namun dokter memfonis

ibu ini akan melahirkan secara sesar karena anak di dalam kandungan tidak tepat

pada posisi nya. Namun dalam doa secara langsung ibu ini berkata “jika Tuhan

berkenan saya ini melahirkan secara normal, maka saya akan memberikan

persembahan kepada Tuhan, yaitu uang yang telah disiapkan untuk operasi sesar,

biarlah diberikan sebagai bantuan bagi sekolah dasar luar biasa (SDLB)”.82

Tepat

80

Hasil wawancara dengan salah anggota jemaat, pelaku nazar (Pak Daniel) Jan 2015. 81

Hasil wawancara dengan salah anggota jemaat, pelaku nazar (Pak Yunus) Jan 2015. 82

Hasil wawancara dengan seorang anggota jemaat, pelaku nazar (Ibu Ina) Jan 2015.

Page 32: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

21

pada waktu melahirkan ibu ini melahirkan dengan normal dan dia pun menepati

nazar nya seperti yang dijanjikan sebelumnya.

Seorang ibu lainnya yang sangat mengharapkan anak sulung yang sedang

dikandung nya ini kiranya berjenis kelamin laki-laki. Dia melakukan pergumulan

di rumah setiap jam 12 tengah malam. Meski bukan hari minggu ibu ini pergi ke

gereja dan terus berdoa, terkadang tidak mendapat kesempatan untuk masuk

kedalam gedung gereja, ibu ini lalu berdoa di depan pintu gereja. Doa meminta

kira nya Tuhan memberikan anak laki-laki, sebagai anak sulung. Dengan janji

bahwa “jika Tuhan memberikan anak laki-laki sebagai yang sulung maka biarlah

sepanjang hidup anak yang akan lahir ini, Tuhan pakai untuk pekerjaan kemuliaan

Nama Tuhan. Perjanjian nazar seperti ini memerlukan tanggung jawab besar

dalam mengarahkan anak ini dalam keharusan menepati janji nazar yang telah

diucapkan orang tuanya.83

Janji langsung dalam hati dengan Tuhan juga dilakukan oleh seorang

anggota jemaat, dengan tujuan agar dapat diangkat menjadi PNS setelah sekian

lama tak mendapat perhatian untuk diangkat, dan tetap menjadi tenaga honorer di

salah satu instansi pemerintah. Ketika menjadi tenaga honorer ibu ini telah

berjanji bahwa jika Tuhan membuka jalan dan dia diangkat menjadi pegawai

negeri sipil maka hasil pertama atau gaji pertama semua nya akan diberikan untuk

Tuhan dan penghasilan di bulan yang kedua akan diberikan bagi orang tua. Inilah

janji dengan Tuhan lewat satu ungkapan langsung dan ketika diangkat menjadi

pegawai negeri sipil ibu ini menepati janji nazar nya. Hal ini dianggap sangat

sakral karena merupakan perjanjian dengan Tuhan oleh karena itu harus ditepati.

Informan ini juga menyatakan bahwa “nazar adalah sesuatu yang sangat sakral,

bukan sesuatu yang dapat dipermainkan oleh karena itu ketika telah berjanji maka

janji itu harus ditepati”.84

Nazar bagi mereka merupakan janji dengan Tuhan dan mereka imani,

sangat yakin bahwa nazar pasti dijawab oleh Tuhan. Bahkan menurut mereka

sebelum seseorang bernazar dia harus terlebih dahulu mengimani perjanjiannya

pasti terjawab oleh Tuhan.85

Ada proses menunggu yang harus mereka jalani

83

Hasil wawancara dengan seorang anggota jemaat, pelaku nazar (Ibu Naomi) Jan 2015. 84

Hasil wawancara dengan seorang anggota jemaat, pelaku nazar (Ibu Heli) Jan 2015. 85

Hasil wawancara dengan seorang anggota jemaat, pelaku nazar (Pak Yunus) Jan 2015.

Page 33: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

22

sambil terus bergumul dalam doa menanti jawaban Tuhan terhadap permintaan

mereka. Dalam wawancara, seorang informan optimis dengan kepastian adanya

jawaban atas permintaan dalam nazarnya. “Nazar bukan tidak di jawab, namun itu

adalah jawaban Tuhan yang tertunda dan memerlukan kesabaran kita dalam

menunggu jawaban Tuhan dan maksud Tuhan”.86

Proses menunggu dan bergumul

tentang hal yang sama akan terus dilakukan hingga jawaban diberikan Tuhan. ini

ditemukan dalam kasus seorang informan yang menunggu selama 25 tahun

barulah mendapat jawaban atas permintaan yang disertai nazar yang dilakukan

nya.

Bagi pelaku nazar, perjanjian dengan doa dan persembahan mereka dengan

Tuhan ini adalah bersifat rahasia. Bahkan menurut beberapa informan yang

diwawancarai, suami atau istri mereka saja tidak mengetahui akan perjanjian

nazar apa yang telah mereka lakukan. Menurut salah seorang informan nazar yang

digembar-gemborkan tidak berfaedah.87

Secara umum ditemukan dua bentuk nazar yaitu dengan berdoa yang di

dalamnya ada janji sakral di sertai persembahan yang akan dibawa ke gereja pada

hari minggu. Juga ada bentuk berikutnya yang merupakan bentuk perjanjian

langsung dengan Tuhan baik itu secara oral atau pun didalam hati. Kesamaan

bentuk praktik nazar ini adalah sama-sama wajib membayar janji dalam nazar

yang telah dilakukan.

Mengenai tempat melangsungkan janji, para informan mengatakan bahwa

nazar atau janji ini dapat dilakukan di mana saja. Mereka semua melakukan nazar

sebagai hal yang lebih privasi. Seorang informan mengatakan bahwa nazar atau

janji yang dilakukan oleh nya, hanya dia dengan Tuhan saja yang mengetahui.

bahkan orang terdekat, suaminya sendiri tidak mengetahui hal itu.88

D. Gereja dalam menaggapi nazar yang dilakukan anggota jemaat

Gereja sebagai wadah pembinaan iman jemaat tentunya mempunyai andil

besar dalam membentuk pola pemikiran jemaat tentang nazar. Sebelumnnya nazar

86

Hasil wawancara dengan seorang anggota jemaat, pelaku nazar (Pak Danial) Jan 2015. 87

Hasil wawancara dengan seorang anggota jemaat, pelaku nazar (Ibu Heli) Jan 2015. 88

Hasil wawancara dengan seorang anggota jemaat, pelaku nazar (Ibu Ina) Jan 2015.

Page 34: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

23

yang dipahami lewat ajaran turun-temurun dari orang tua namun juga berdasarkan

pemahaman jemaat atas kisah-kisah dalam Perjanjian Lama tentang hal bernazar

seperti kisah tentang Abraham, Hana, Yefta dan sebagainya. Dengan

perkembangan pemahaman dan praktik nazar dalam jemaat, gereja sebagai wadah

pembinaan iman memiliki pandangan terhadap perilaku bernazar yang dilakukan

jemaat nya.

Berdasarkan hasil Penelitian yang difokuskan pada para pelayan dalam

gereja yaitu para pendeta dan mejelis, nazar telah mendapat perhatian khusus.

Dalam warta jemaat yang biasanya dibacakan setiap awal ibadah minggu juga

tercantum ucapan terimakasih dari gereja terhadap jemaat yang telah memberikan

persembahan syukur, nazar, dan perpuluhan serta sumbangan. Dalam warta

jemaat ini hanya disebutkan nazar jemaat tanpa menyebutkan siapa dan apa yang

dinazarkan. Adapun dalam laporan keuangan gereja persembahan perpuluhan,

nazar, persembahan syukur juga dilaporkan dalam item tersendri, tidak

digabungkan dalam persembahan minggu biasa.89

Ini menunjukan keberadaan

persembahan nazar anggota jemaat telah diterima dan merupakan pengakuan

gereja tantang nazar yang telah dilakukan oleh jemaatnya.

Menurut hasil wawancara dengan salah seorang informan yang berjabatan

sebagai koster gereja yang biasanya turut bertugas menghitung kolekte atau

persembahan masuk setiap hari minggu. Persembahan jenis nazar yang diberikan

anggota jemaat biasanya pada amplop persembahan mereka telah tertulis

“nazar”.90

Nazar adalah tindakan iman91

seseorang dalam bentuk janji dengan Tuhan

yang bersifat mengikat dan harus ditepati. Janji ini terkait permohonan dan

persembahan yang dijanjikan pada Tuhan. Ketika di kemudian hari setelah sesuatu

niat atau pergumulan terkabulkan.92

Dalam ungkapan nazar terdapat permohonan

sesorang yang meminta pada Tuhan, dan lewat nazar ada harapan besar

permintaan itu dapat terkabulkan. Nazar dapat digunakan dalam menghadapi

berbagai pergumulan hidup. Nazar juga merupakan akta iman seseorang dalam

89

Hasil obsevasi pada warta jemaat GMIT Efata Soe. Jan 2015. 90

Hasil wawancara terhadap koster gereja (Pak Dek Ully) Jan 2015. 91

Hasil wawancara terhadap Pendeta Jemaat GMIT Efata Soe (Pak Sumarsono S) Jan

2015. 92

Hasil wawancara terhadap Pendeta Jemaat GMIT Efata Soe (Pak Hendrik K) Jan 2015.

Page 35: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

24

membangun relasi dengan Tuhan, karena itu nazar harus didasarkan pada

ketulusan hati dan kerendahan hati, meski demikian nazar bukan sesuatu yang

wajib dibayar dengan bentuk persembahan atau pemberian khusus namun juga

dapat berwujud perubahan sikap dan perbuatan bahkan lewat pengabdian diri

nazar dapat dibayar. Namun yang harus selalu diingat bahwa apa yang dijanjikan

itulah yang dibayarkan93

Di dalam Warta Jemaat GMIT Efata Soe, sudah menunjukan sikap gereja

yang menyetujui nazar yang dilakukan dalam jemaat. Kebanyakan dari majelis

dan pendeta menyatakan setuju dengan bersyarat tentang praktik nazar dalam

jemaat GMIT Efata Soe di karenakan bersumber dari Alkitab. Menurut seorang

pendeta di GMIT Efata Soe perilaku nazar ini juga mendorong jemaat untuk

berkomitmen dengan Tuhan secara pribadi, dengan demikian tercipta komunikasi

yang baik dengan Tuhan.94

Lewat perilaku bernazar dapat diketahui bahwa jemaat

meyakini tentang kemahakuasaan Tuhan. Serta lewat bernazar seseorang dapat

menyadari keterbatasan dirinya sebagai manusia, dan hanya pada Tuhan adalah

pihak yang tepat untuk mengadu atau mempertaruhkan hidup sambil

berpengharapan.95

Salah seorang pendeta yang setuju dengan nazar ini dipraktikan

oleh jemaat GMIT Efata Soe. Menurutnya “nazar ini adalah sebuah bentuk devosi

dalam ibadah Kristen, terutama ketika seseorang hendak melakukan sesuatu yang

dianggap peting atau besar yang menentukan masa depan nya.96

Berdasarkan hasil penelitian, seorang majelis di jemaat GMIT Efata Soe

bahwa kurang setuju dengan hal semacam ini, karena dianggap pemaksaan secara

halus pada Tuhan untuk mengabulkan doa mereka. Pernyataan dari majelis ini

juga tentang nazar yaitu apa bila permohonan itu baik hasil nya jika permohonan

itu berisi hal baik.97

Dalam menyikapi nazar yang dilakukan dalam jemaat GMIT Efata Soe,

gereja sebagai landasan spiritual dari jemaat memberi respon positif dengan cara

turut memberi dukungan doa terhadap semua pergumulan dalam nazar yang

93

Hasil wawancara terhadap Pendeta Jemaat GMIT Efata Soe (Pdt.Sara F) Jan 2015. 94

Hasil wawancara terhadap Pendeta Jemaat GMIT Efata Soe (Pdt. Sumarsono S) Jan

2015. 95

Hasil wawancara terhadap Pendeta Jemaat GMIT Efata Soe (Pdt. Salatial B) Jan 2015. 96

Hasil wawancara terhadap Pendeta Jemaat GMIT Efata Soe (Pdt. Yeni M) Jan 2015. 97

Hasil wawancara terhadap Pendeta Jemaat GMIT Efata Soe (Pdt Hendrik K) Jan 2015.

Page 36: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

25

dilakukan oleh jemaatnya. Menurut salah seorang pendeta di jemaat GMIT Efata

Soe, gereja sebagai corong kebenaran harus menyampaikan makna, arti dari nazar

ini agar dapat dipahami oleh umat melalui pemberitaan firman, khotbah, suara

gembala, atau sosialisasi. Gereja harus bisa merubah pandangan jemaat yang telah

salah tentang nazar, seolah-olah Allah dapat disogok dengan materi atau benda

yang diberi agar permintaan nya terkabulkan.98

Menurut Pak Dek Ully yang

biasanya turut dalam penghitungan kolekte yang masuk, persembahan nazar dari

jemaat jumlah nya tidak tentu, namun yang terkadang mengherankan dalam

amplop persembahan nazar terkadang berisi obat-obatan, pakian dalam wanita.

Menyikapi ini seperti hasil wawancara dengan salah seorang anggota majelis,

bahwa hal ini memang terjadi dan gereja mempunyai tugas untuk memberikan

pengertian yang benar tentang nazar ini. sehingga tidak muncul salah pengertian

tentang hal ini.99

Menurut hasil wawancara dengan pendeta GMIT Efata Soe, tindakan

kongkrit gereja dalam mengembangkan iman jemaat melalui kebiasaan jemaat

yang melakukan nazar dengan mengadakan pembinaan warga gereja tentang nazar

ini.100

Gereja harus memberikan pemahaman yang benar tentang nazar itu lewat

khotbah pada ibadah rumah tangga mau pun ibadah minggu, atau lewat

pemahaman Alkitab, persekutuan Doa.101

Menurut salah seorang pendeta jemaat

GMIT Efata Soe, banyak jemaat yang memahami nazar semacam transaksi

pribadi dengan Tuhan “apa yang diinginkan harus dikabulkan Tuhan” ini adalah

sikap memaksa Tuhan.102

Kebiasaan ini harus diarahkan agar jemaat tidak

mendasari pemahaman pada “do out des” yaitu memberi untuk menerima sebab

Tuhan dalam kemurahan Nya, dapat memberi bukan sesuai keinginan manusia

tetapi dalam kasih dan kehendak Nya yang bebas dan berdaulat.103

98

Hasil wawancara terhadap Pendeta Jemaat GMIT Efata Soe (Pdt. Belandina P) Jan 2015. 99

Hasil wawancara dengan Anggota Majelis Jemaat GMIT Efata Soe (Ibu Heldrianty T)

Jan 2015. 100

Hasil wawancara terhadap Pendeta Jemaat GMIT Efata Soe (Pdt.Sarah F) Jan 2015. 101

Hasil wawancara terhadap Pendeta Jemaat GMIT Efata Soe (Pdt.Saltaial B) Jan 2015. 102

Hasil wawancara terhadap Pendeta Jemaat GMIT Efata Soe (Pdt Sumarsono S) Jan

2015. 103

Hasil wawancara terhadap Pendeta Jemaat GMIT Efata Soe (Pdt. Sarah F) Jan 2015.

Page 37: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

26

IV. PEMBAHASAN

A. Nazar dalam pemahaman dan praktik di Jemaat GMIT Efata Soe

Proses menjalani hidup selalu saja ditemukan persoalan-persoalan yang

begitu berat dan susah untuk dilalui. Hal ini membuat manusia berusaha untuk

tetap bertahan. Mereka pun memilih jalan spriritual di mana manusia melibatkan

sosok berkuasa atau yang transenden untuk terlibat mengeluarkan mereka dari

persoalan-persoalan kehidupan tersebut. Seperti pernyataan Roland Robertson

dalam buku nya Agama dan Analisa dan Interpretasi Sosiologi, "manusia hidup

dan berada di dalam dunia dengan situasi yang dihadapinya, akan tetapi di sisi lain

ia menempatkan kepercayaannya sebagai pedoman dalam menjawab problematika

yang ia hadapi.104

Nazar adalah salah satu cara melibatkan sosok transenden itu

agar memperoleh jalan keluar dari masalah. Nazar yang mereka lakukan

merupakan satu proses harmenutika kehidupan seperti pernyataan Fowler di mana

jemaat telah menjalani kehidupan dan menemukan dokumen-dokumen kehidupan

yang menyusun paham dogma bagi mereka.105

Nazar yang dilakukan oleh jemaat GMIT Efata Soe telah membudaya.

Budaya ini telah melewati proses pewarisan. Mengenai praktik nazar, bagaimana

melakukan nya, hal ini telah diajarkan oleh orang tua kepada anak-anaknya nya

dan selanjutnya diteruskan dari generasi ke generasi. Dari masyarakat seorang

individu memperoleh pengetahuan yang digunakan untuk berburu, berbicara,

bersumpah, mengubur anggota keluarga, dan sebagainya.106

Pewarisan yang

terjadi telah membudaya dan menjamur dalam kehidupan jemaat, hal ini juga

terjadi di zaman Israel kuno. Banyak kebudayaan di Timur Tengah saat itu yang

mirip dengan nazar. Bahkan nenek moyang orang Timor-Dawan, mereka juga

pernah melakukan tradisi persembahan yang mirip dengan nazar yang di kenal

dengan Fuah Pah, tradisi ini merupakan satu tradisi mempersembahkan kurban

bagi penguasa bumi dan pemberi kesuburan (Uis Pah), terkadang mereka juga

104

Roland Robertson, Agama dan Analisa & Interpretasi Sosiologi, (Jakarta : Rajawali,

1988),5. 105

Supratiknya A. (eds), Teori Perkembangan Kepercayaan: karya-karya Penting James

W. Fowler, (Yogyakarta: Kanisius, 1995),21. 106

Jacques Berlinerblau, The Vow and „the popular religious groups‟ of Acient Israel,

(England: Sheffield Academic Press, 1996), 64.

Page 38: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

27

membuat janji layaknya nazar dalam kepercayaan Kristen. Mereka menanjikan

kurban besar berupa hewan jika Uis Pah memberikan hasil panen yang baik. Ini

telah dilakukan masyarakat Atoni Meto sebagai ritual yang berkaitan dengan

kepercayaan Halaika, sejak zaman dahulu.107

Semua nya dipahami sebagai cara

untuk bertahan dalam kehidupan, dengan mengambil jalan spiritual sebagai solusi

menghadapi persoalan kehidupan.

Nazar telah menjadi senjata pamungkas dalam menghadapi berbagai

persoalan kehidupan. Misalnya dalam menghadapi permasalahan ekonomi,

menyangkut keberhasilan dalam mengikuti tes atau ujian pegawai negeri,

menyangkut masalah selamat dalam menjalani proses persalinan, juga

menyangkut masalah diberi anak sesuai permintaan mereka, pengangkatan mereka

dari status pegawai honorer menjadi pegawai negeri tetap. Nazar menjadi pilihan

ketika mereka sudah tidak mampu lagi dalam menyelesaikan satu permasalahan.

Mereka mengadakan nazar agar mendapat pertolongan Tuhan dalam menjalani tes

pagawai negeri yang sulit ini.

Nazar bukan hanya mengenai persembahan syukur kepada Allah semata.

Namun nazar adalah janji antara manusia dengan Allah. Nazar hanya mereka

lakukan ketika memang menemui kebuntuan dalam menanggulangi permasalahan

kehidupan. Tidak dengan asal-asalan mereka melakukan nazar ini, karena ini

berkaitan dengan perjanjian dengan Tuhan yang harus ditepati. Anggota jemaat

telah memahami bagaimana nazar yang dilakukan itu harus ditepati, karena nazar

bukan hal yang dapat disepelekan. Menurut mereka nazar merupakan perilaku

mempersembahkan diikuti dengan janji yang di ikat dengan Tuhan. Hal tersebut

sepemahaman dengan teori-teori mengenai nazar yang dipahami sebagai satu

proses perjanjian dengan Tuhan dan wajib untuk ditepati. Seperti Dalam catatan

Cartledge: “dabo si dederis”: "Aku akan memberikan jika Anda akan

memberikan”.108

Artinya, bahwa sumpah tersebut bersyarat, jika permintaan

terpenuhi maka harus memenuhi syarat-syarat atau janji nya.109

Kewajiban pasca

107

Hasil wawancara dengan seorang nara sumber yang dulunya berkepercyaan halaik (Pak

Koebanu) Jan 2015. 108

Jacques Berlinerblau, 41. 109

Jacques Berlinerblau, 175.

Page 39: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

28

nazar mereka terjawab tetap mereka ingat karena mereka telah mengerti apa yang

pernah mereka janjikan itu harus ditepati.

Ketika bernazar seseorang mengadakan perjanjian dengan Tuhan, namun

demikian di dalam perjanjian tersebut terdapat unsur pertukaran. Seseorang

meminta kepada Tuhan dan orang tersebut juga harus memberi kepada Tuhan

sesuatu berupa persembahan. Pola pertukaran ini seperti yang terjadi dalam

dimensi kehidupan sosial masyarakat. Pertukaran ini bersifat universal, dari

beberapa alasan yang membuat pertukaran itu menarik terdapat dua alasan yang

berkaitan dengan nazar ini. Pertukaran adalah wahana yang memungkinkan

seseorang memperoleh sesuatu yang diperlukan.

Nazar dapat dilakukan oleh siapa saja, selama memperhatikan ketentuan

yang berlaku ketika nazar dijawab Tuhan. Esensi dari nazar sebenarnya yaitu

terletak pada bagaimana apa yang dijanjikan ketika Tuhan menjawab nazar itu

wajib dan harus dipenuhi. Strata ekonomi maupun jenis kelamin tidak menjadi

pengekang seseorang melakukan nazar. Anggota jemaat yang melakukan nazar

mempunyai latar belakang ekonomi yang beragam, dalam tingkat usia beragam

pula. Nazar dapat dilakukan oleh pria atau wanita, unsur patriarki tak menjamah

perihal pembutan nazar atau sumpah ini. Hal ini terjadi dalam jemaat, dan juga

dalam kisah-kisah Alkitab memuat tentang ini. Yakub, Yefta, Hanna,

membuktikan ini, bahkan mengenai regulasi pembayaran nazar juga dalam

Alkitab Perjanjian Lama yaitu pada Imamat 27; Bilangan 30; cukup menjelaskan

tentang nazar ini yang boleh dilakukan pria atau wanita dan dari kalangan miskin

atau kaya pun dapat melakukannya.

Nazar adalah janji yang dilakukan seseorang dalam arti individu bukan

kelompok,110

dalam melakukan nazar meski apa yang diminta dari Tuhan

merupakan permintaan kelompok namun selalu diwakilkan atau dilakukan oleh

satu orang saja. dalam konteks pergumulan keluarga jemaat yang kemudian

dinazarkan, kepala kelurga biasanya yang mewakili dalam membuat permohonan

dan membawa persembahan nazar. Namun dalam pergumulan, mereka

mengumuli atau mendoakan permintaan mereka bersama-sama.

110

Jacques Berlinerblau, 53.

Page 40: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

29

Nazar dalam tradisi Israel kuno, dilakukan dengan langsung mengucapkan

permintaan di ikuti dengan ikrar janji atau sumpah yang begitu mengikat.

Kemudian setelah semua permintaan terkabulkan, pembayaran wajib dilakukan ke

bait Allah, ritual selanjutnya diatur oleh rahib atau imam. Sebagai imbalan untuk

pemberian permintaan ini, imam menawarkan dewa objek nyata atau layanan

sebagai penggantian. Seperti telah tercatat, bahwa sumpah tersebut bersyarat, jika

permintaan terpenuhi maka harus memenuhi syarat-syarat atau janji nya.111

Sedangkan praktik nazar yang dilakukan oleh anggota jemaat GMIT Efata Soe,

ada keunikan tersendiri. Awali proses nazar dengan memberi persembahan yang

disertai dengan permintaan lewat doa yang bermuatan janji, ini dapat disebut

sebagai persembahan pra nazar. Pola pemikiran mereka mungkin dengan

memberi persembahan pra nazar, untuk membujuk Tuhan memberikan apa yang

diminta. Cara yang beragam ketika melakukan nazar dalam jemaat terjadi karena

ajaran yang diwariskan. Masing-masing mereka melakukan cara bernazar sesuai

paham dan ajaran yang diwariskan sejak orang tua mereka.

Pembayaran janji nazar bisa berupa apa saja, baik itu barang, jasa, uang,

atau berjanji mendedikasikan diri bagi Tuhan, bahkan juga ditemukan kasus nazar

dengan janji akan setia memberikan perpuluhan kepada Tuhan. Dalam kasus yang

lain, anggota jemaat yang bernazar berjanji akan melaksanakan acara ucapan

syukur. Jika ditelaah dari sudut pandang Alkitab mengenai pembayaran nazar,

Tuhan menginginkan satu pembayaran yang seimbang dengan apa yang diminta,

kemudian dalam pembayarannya nazar disesuaikan dengan kemampuan ekonomi

orang yang bernazar. Mengenai tempat dilakukan nazar tidak tentu, entah itu di

rumah, di tempat kerja, bahkan ditemukan adanya kasus seorang ibu melakukan

nazar di dalam ruang operasi. Dalam Alkitab dan juga dalam perjalanan sejarah

Israel kuno terdapat banyak janji yang dilakukan diluar dari tempat kudus,

bahkan Yefta melakukan nazar di arena pertempuran.112

111

Jacques Berlinerblau, 175. 112

Jacques Berlinerblau, 72.

Page 41: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

30

B. Sikap Majelis Jemaat Efata Soe dalam menanggapi Nazar yang

dilakukan oleh Warga Jemaat

Majelis jemaat sebagai alat gereja dalam mewujudkan pembinaan terhadap

jemaat mempunyai peran yang cukup penting dalam menanggapi hal ini. Majelis

jemaat turut membentuk pola pemikiran jemaat tentang berbegai ajaran Alkitab

yang dipakai oleh gereja termasuk nazar. Sumber tertulis yang dimiliki oleh gereja

yang membahas tentang nazar ini sangat minim bahkan hampir tidak ada. Namun

bagi jemaat Alkitab telah menjadi penuntun bagaimana mereka mempraktekan

nazar tersebut, juga berdasarkan apa yang telah diwariskan.

Warta jemaat yang biasanya dibacakan setiap awal ibadah minggu juga

tercantum ucapan terimakasih dari gereja terhadap jemaat yang telah memberikan

persembahan syukur, nazar, dan perpuluhan serta sumbangan.113

Dengan

demikian dapat dipahami bahwa majelis jemaat mempunyai perhatian dan

mengakui keberadaan nazar dalam lingkup warga jemaatnya. Jemaat yang

memberikan persembahan nazar biasanya telah menuliskan keterangan pada

amplop persembahan yang mereka berikan. Hal ini dilakukan agar jelas jenis

persembahan apa yang mereka berikan.

Terdapat tanggapan positif para pendeta jemaat GMIT Efata Soe, tentang

nazar. Mereka sudah menganggap bahwa nazar dapat digunakan dalam

menghadapi berbagai pergumulan hidup. Nazar juga merupakan akta iman

seseorang dalam membangun relasi dengan Tuhan, karena itu nazar harus

didasarkan pada ketulusan hati dan kerendahan hati, meski demikian nazar bukan

sesuatu yang wajib dibayar dengan bentuk persembahan atau pemberian khusus

namun juga dapat berwujud perubahan sikap dan perbuatan bahkan lewat

pengabdian diri nazar dapat dibayar. Meskipun demikian yang harus selalu diingat

bahwa apa yang dijanjikan itulah yang dibayarkan.114

Gereja mendukung nazar

dilakukan jemaatnya sebagai solusi menghadapi persoalan kehidupan, dan

menurut gereja apa yang dilakukan jemaat nya tentang nazar ini merupakan hal

yang baik karena termasuk sebagai tindakan membangun hubungan komitmen

dalam relasi dengan Tuhan.

113

Hasil obsevasi pada warta jemaat GMIT Efata Soe. 114

Hasil wawancara terhadap Pendeta Jemaat GMIT Efata Soe (Pdt.Sara F) Jan 2015.

Page 42: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

31

Nazar ini adalah sebuah bentuk devosi dalam ibadah Kristen, terutama

ketika seseorang hendak melakukan sesuatu yang dianggap peting atau besar yang

menentukan masa depan nya.115

Nazar merupakan satu ritual ibadah non liturgi

pasti yang memicu jemaat untuk menyerahkan kehidupannya pada Tuhan. Banyak

banyak yang setuju dari anggota majelis jemaat dengan pemahaman yang

demikian, namun ada pula yang tidak setuju. Alasannya, karena menurut nya

nazar ini adalah pemaksaan halus terhadap Tuhan. Walaupun kembali dilihat dari

prinsip dasar dari persembahan itu sendri "do ut des" sebagai bentuk negosiasi

spiritual dimana akan memberi jika diberi. Lebih lanjut, Meskipun ada pernyataan

tidak setuju, namun pada dasarnya persembahan adalah tindak mengambil

perhatian Tuhan untuk ambil bagian dalam proses kehidupan. Ini bukan tindak

pemaksaan halus namun lebih tepat nya dapat dipahami sebagai sebuah bujukan

dengan persembahan kepada Tuhan. Dalam pernyataan seorang pendeta yang

menyatakan kebiasaan ini harus diarahkan agar jemaat tidak mendasari

pemahaman pada “do out des” yaitu memberi untuk menerima sebab Tuhan

dalam kemurahan Nya, dapat memberi bukan sesuai keinginan manusia tetapi

dalam kasih dan kehendak Nya yang bebas dan berdaulat.116

Ini merupakan

tanggapan yang baik dalam memberikan kesan positif terhadap persembahan

nazar, sebab esensi persembahan memang demikian tujuannya. Dan gereja lah

yang harus menjelaskan mekanisme kerja dari persembahan nazar dengan lebih

baik.

Gereja sebagai landasan spiritual dari jemaat memberi respon positif

dengan cara turut memberi dukungan doa terhadap semua pergumulan dalam

nazar yang dilakukan oleh jemaatnya.117

Dalam tradisi Israel kuno dukungan dari

imam hampir tidak ada, namun mereka adalah jembatan dalam pembayaran nazar.

Melihat gereja sebagai tempat pembinaan warga jemaat, memang gereja harus

turut mendukung tindakan ini sebagai wujud suport dalam binaan.

Keunikan nazar yang dilakukan jemaat dengan membuat persembahan pra-

nazar mengharuskan gereja harus lebih berperan dalam menjelaskan nazar ini.

115

Hasil wawancara terhadap Pendeta Jemaat GMIT Efata Soe (Pdt. Yeni M) Jan 2015. 116

Hasil wawancara terhadap Pendeta Jemaat GMIT Efata Soe (Pdt.Sara F) Jan 2015. 117

Hasil wawancara terhadap Pendeta Jemaat GMIT Efata Soe (Pdt. Belandina P) Jan

2015.

Page 43: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

32

Menemukan fakta yang diketahui pihak gereja tentang adanya keanehan dalam

nazar yang dilakukan jemaat nya "dalam amplop persembahan nazar terkadang

berisi obat-obatan, pakaian dalam wanita" menunjukan gereja belum melakukan

tugas nya dengan baik dalam memberikan penjelasan ini. Gereja harus melakukan

penjelasan, memberi pengertian yang dan benar tentang nazar. Pernyataan seorang

pendeta yang ingin untuk memberikan pemahaman yang benar tentang nazar itu

lewat khotbah pada ibadah rumah tangga mau pun ibadah minggu, atau lewat

pemahaman Alkitab, persekutuan doa118

merupakan cara yang cukup efektif dan

efisien.

Demikian nazar adalah tradisi yang telah melewati proses pewarisan dan

merupakan senjata pamungkas dalam melewati berbagai masalah yang teramat

sulit dalam kehidupan. Perlu diingat bahwa nazar adalah satu perjanjian sakral

dengan Tuhan karena itu apa yang telah dinazarkan harus ditepati. Nazar dapat

dilakukan oleh siapa saja baik pria maupun wanita namun harus memahami

dahulu bagaimana cara bernazar. Dalam jemaat GMIT Efata Soe nazar dipahami

sebagai sesuatu yang bersifat rahasia dan hanya dikatehui oleh pelaku nazar dan

Tuhan. Nazar tidak harus dilakukan di gereja, atau di tempat kudus, nazar dapat

dilakukan dimana saja. Keunikan nazar yang dilakukan oleh jemaat GMIT Efata

Soe terletak pada persembahan pra-nazar. Gereja sebagai landasan spritual, telah

mengetahui dan cukup mendukung jemaat nya yang melakukan nazar, tetapi

gereja kurang dalam memberikan pemahaman terhadap jemaat tentang bernazar

itu.

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Janji atau sumpah yang dilakukan antara manusia dengan Tuhan, yang

dikenal dengan nazar ini, adalah hal fenomenal yang terjadi dalam kehidupan

Jemaat GMIT Efata Soe. Dalam Jemaat GMIT Efata Soe, nazar telah menjadi

tradisi yang terus menerus diwariskan dari orang tua ke anak dan seterusnya.

Tradisi nazar ini dipandang sebagai senjata pamungkas dalam menghadapi

118

Hasil wawancara terhadap Pendeta Jemaat GMIT Efata Soe (Pdt.Salatial B) Jan 2015.

Page 44: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

33

persoalan kehidupan. Berdasarkan pengalaman kehidupan para pelaku nazar,

cepat atau lambat apa yang mereka nazarkan itu pasti terjawab. Kepuasan mereka

akan jawaban Tuhan membuat mereka terus mempertahankan dan mengimani

tradisi ini dalam menjalani kehidupan.

Nazar termasuk dalam sumpah atau janji yang sakral, karena merupakan

perjanjian dengan Tuhan. Karena merupakan perjanjian sakral maka nazar tidak

boleh dilakukan dengan sebarangan. Apa yang telah dijanjikan atau dinazarkan itu

haruslah ditepati karena jika tidak ditepati akan menimbulkan efek yang fatal bagi

pelaku nazar. Proses menunggu jawaban permintaan dalam bernazar adalah satu

ujian bagi pelaku nazar untuk tetap bertekun dalam pergumulan doa mereka.

Dengan demikian mereka harus dan semestinya tetap mendekatkan diri dengan

Dia sebagai sumber jawaban atas pergumulan mereka. Nazar juga bagi jemaat

adalah ungkapan permintaan hati kepada Tuhan, agar Tuhan turut berperkara

dalam masalah kehidupan orang yang bernazar. Nazar hanya dilakukan ketika

masalah yang dihadapi begitu menyulitkan untuk dilalui.

Strata ekonomi maupun jenis kelamin tidak menjadi pengekang jemaat

dalam melakukan nazar. Anggota jemaat yang melakukan nazar mempunyai latar

belakang ekonomi yang beragam, dalam tingkat usia bergam pula.

Keunikan nazar yang dilakukan oleh jemaat terletak pada persembahan

pra-nazar, sebelum permintaan mereka dipenuhi, mereka telah memberikan

persembahan. Pandangan beberapa kalangan terhadap ini memang unik, namun

memberi kesan bahwa ini adalah satu model penyuapan atau penyogokan terhadap

Tuhan.

Dalam kehidupan sebagai jemaat gereja, maka sudah seharusnya untuk

mendekatkan diri dengan Tuhan sebagai pemilik kehidupan ini. Bukan satu

kewajiban jemaat harus bernazar, namun ketika jemaat bernazar, maka tersirat

jelas bahwa mereka masih mengakui keterbatasan mereka dan mengakui

kekuasaan Allah dalam kehidupan. Berjanji dengan Tuhan menjadi motivasi

tersendiri untuk jemaat terus lebih dekat dengan Tuhan sebagai pemberi jawaban.

Nazar yang dilakukan oleh jemaat diketahui oleh gereja, bahkan gereja

telah memberikan tempat khusus bagi persembahan nazar jemaat dan juga

mendoakan nazar jemaat. Gereja adalah sebagai media jemaat memberikan

Page 45: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

34

persembahan nazar mereka. Gereja yang mendidik jemaat dalam menjalankan

tindak-tindak spiritual menjadi lebih mengetahui bahwa jemaat telah melakukan

apa yang diberitakan lewat gereja. Namun gereja juga mengingatkan bahwa nazar

adalah janji sakral dan harus ditepati.

B.` Saran

Bagi Gereja Masehi Injili di Timor Efata Soe :

Dengan temuan adanya cara bernazar yang salah maka gereja sebagai

media yang bertugas mendidik jemaat harus memberi pengertian yang benar

tentang nazar ini. sehingga tidak muncul salah pengertian tentang hal ini. Dalam

ibadah minggu, ibadah rumah tangga, ibadah wanita GMIT atau ibadah kaum

bapak, bahkan dalam ibadah pemuda, majelis jemaat GMIT Efata Soe dapat

mengadakan pembinaan warga gereja tentang nazar ini.

Bagi Fakultas Teologi :

Lewat penelitian ini menunjukan pemahaman jemaat tentang ajaran-ajaran

dalam Alkitab perlu diperhatikan, agar dipahami dan dilakukan dengan benar.

Fakultas Teologi sebagai lembaga yang mempersiapkan mahasiswa sebagai calon

pemimpin-pemimpin jemaat harus mempersiapkan dengan baik. Sebagai saran

bagi fakultas teologi agar dapat mengembangkan integrasi ilmu sistematika

teologi bahkan hemeneutik, agar mahasiswa sebagai calon pemimpin jemaat ini

dapat menerapkan dengan baik dan benar ketika menjadi pemimpin jemaat nanti.

Page 46: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

35

Daftar Pustaka

A, Supratiknya (eds). 1995. Teori Perkembangan Kepercayaan: karya-karya

Penting James W. Fowler. Yogyakarta: Kanisius

Abdullah, Amin M. 1996. Studi Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Adi, Rianto dan Prasadja, Heru. 1991. Langkah-Langkah Penelitian Sosial.

Jakarta: ARCAN

Baker, F L. 1990. Sejarah Kerajaan Allah Perjanjian Lama. Jakarta BPK Gunung

Mulia,1990

Baidhawy, Zakiyuddin. 2005. Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural.

Jakarta: Erlangga

Berlinerblau, Jacques. 1996. The Vow and „the popular religious groups‟ of

Acient Israel. England: Sheffield Academic Press

Beyer, Ulrich dan Simamora, Evalina. 2008. Memberi Dengan Sukacita. Jakarta:

BPK Gunung Mulia

Cartes, Jefferey. 2003 reprinted 2006. Understanding Religious Sacrifice. New

York: Meidek Lane

Dhavamony, Mariasusai. 1995. Fenomenologi Agama. Jogjakarta: Kanisius

Dilistone, F.W. 2002. Daya Kekuatan Simbol. Jogjakarta: Kanisius

Duekheim, Emile. 1915. The Elementary Forms of Religius Life. New York : Free

Press

Geertz, Clifford. 1995. Kebudayaan dan Agama. Jogjakarta: Kanisius

Haag, Herbert. 1992. Kamus Alkitab. Ende: Nusa Indah

Koentjaraningrat. 1977. Beberapa Pokok Antropologi Sosial, Jogjakarta: PT. Dian

Rakyat

Kuper, Adam dan Kuper, Jessica. 2000. Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta :

PT Raja Grafindo Persada

Lasor, W.S, Hubbard, D.A. dan Bush, F.W. 2012. Pengantar Perjanjian Lama 1,

Jakarta: Gunung Mulia

Manhitu, Yohanes. 2007. Kamus Ringjas Indonesia-Inggris-Dawan Jogjakarta:

Yohanes Manhitu

Page 47: TRADISI NAZAR DALAM JEMAAT GMIT EFATA SOErepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13382/1/T1_712009031_Full text.pdf · pada tahun 1965-1969, dalam peristiwa gerakan roh ini banyak

36

Moleong, Lexy J. 1991. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Mulyana, Deddy. 2002. Metode Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru Ilmu

Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Rosda.

Mauss, Marcel. 1992. Pemberian : Bentuk dan Fungsi Pertukaran di Masyarakat

Kuno. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Muryati, Kun dan Suryawati, 2006. Sosiologi. Jakarta: Erlangga

Prodjowijono, Suhato. 2008. Manejemen Gereja Sebuah Alternatif. Jakarta:

Gunung Mulia

Robertson, Roland. 1988. Agama dalam Analisa & Interpretasi Sosiologi,

Jakarta: Rajawali

Singarimbun, M. 1989. Metode dan Proses Penelitian. Jakarta: LP3ES

Sumarto, Sukarni. 2004. Sosiologi. Salatiga: Widya Sari Press Salatiga

Sutrdi, Tedi. 2007. Antropologi-Mengungkap Keberagaman Budaya. Bandung:

Sentia Purna Inves

Tambunan, A.M. 1952. Persembahan Persepuluhan. Jakarta: BPK GunungMulia,

1952

Tyndale House Publishers. 2016. Life Aplication Study Bible. Diterjemahkan oleh:

Gandum Mas dan Lembaga Alkitab Indonesia. Jakarta: Lembaga

Alkitab Indonesia.

Van den End, Th. 1989. Ragi Cerita 2. Jakarta: Gunung Mulia

Vredenbergt, Jacob. 1978. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta:

Gramedia

Vriezen, Th.C. 2001. Agama Israel Kuno. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Widiarto, Tri. 2005. Pengantar Ilmu Antropologi. Salatiga: Widya Sari Press

Salatiga

Michael Wilcock. 2010. Hakim-Hakim. Jakarta: Yayasan Komonikasi Bina Kasih

Wright, G.E. dan Kuiper, A.de. 1976. Perjanjian Lama Terhadap sekitarnya.

Jakarta: BPK Gunung Mulia