TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are...

106
TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA KABUPATEN BATURAJA SUMATERA SELATAN DALAM RUMAH TANGGADAN PERDAGANGAN: SEBUAH KAJIAN FOLKLOR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Oleh Lusiana Rosarini 024114012 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007

Transcript of TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are...

Page 1: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA

KABUPATEN BATURAJA SUMATERA SELATAN

DALAM RUMAH TANGGADAN PERDAGANGAN:

SEBUAH KAJIAN FOLKLOR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Oleh

Lusiana Rosarini

024114012

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2007

Page 2: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

ii

Page 3: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

iii

MOTTO

Page 4: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

iv

***Janganlah hendaknya kamu kuatir dengan apapun juga, tetapi nyatakanlah

dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan

ucapan syukur .

(filipi 4:6) ***

***Harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat,supaya nyata bahwa

kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah,

bukan dari diri kami. (2 Kor, 4-7)***

***Tidak ada kesulitan yang tak dapat dikalahkan oleh kasih yang dalam,…tak

peduli betapa besarnya kesulitan itu,

Betapa sirnanya harapan,

Betapa rumitnya masalah dan betapa besarnya kesalahan.

Maka kesadaran akan kasih yang dalam itu mampu menguraikan

Semuanya…(Elisabet Wisto)***

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan Skripsi ini untuk :

Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang suci dan tak bernoda. Puji syukur atas limpahan berkatMu.

( Bapak dan Ibuku terkasih, pembimbing dan semangat hidupku.

Kakak-kakakku tersayang, pendorong yang setia )

Page 5: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

v

Ia mengajariku membaca, memahami segala tanda

Ia mengajariku menulis, mengungkapkan petualangan hidup

Ia membesarkanku dengan kasih sayang, menemukan cinta dalam hidup

Ia senantiasa mengatakan dengan diam, dan menjelaskan dengan perbuatan.

( Tunanganku tercinta, pemberi semangatku.

Orang-orang terdekatku, yang selalu memahamiku )

Dengan kamu pijakanku terasa teguh

Dengan kamu peganganku tergenggam erat

Dengan kamu sandaranku semakin kokoh

Dengan kamu pula aku belajar tentang kesederhanaan,

Berpasrah diri dan memaknai hidup.

Dan dengan rendah hati aku persembahkan juga penelitian ini

Kepada yang pantas menerima ucapan

Selamat jalanku

Page 6: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan

daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Tanggal, 22 Januari 2007

Penulis

Lusiana Rosarini

Page 7: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

vii

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus, atas rahmat dan

karuniaNya yang melimpah sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah

membantu dan memperlancar proses penulisan skripsi ini.

1. Drs. Yoseph Yapi Taum, M. Hum, selaku dosen pembimbing I.

Terimakasih atas bimbingan, masukan, kesabaran, serta semangat yang

selama ini telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

2. Drs. B. Rahmanto, M. Hum, selaku dosen pembimbing II. Terima kasih

atas

bimbingan dan masukan yang telah diberikan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi.

3. Dr. Praptomo Baryadi I, M. Hum, Drs.P. Ari Subagyo, M. Hum, Drs .F.X

Santosa, Drs. Hery Antono, M. Hum , S.E. Peni Adji, S. S. M. Hum,

Dra. Tjandrasih, M. Hum. Terimakasih atas ilmu yang diberikan dan atas

jasa-jasanya dalam membimbing sebagai dosen Sastra Indonesia.

4. Staf sekertariat Universitas Sanata Dharma, terimakasih atas bantuannya

dalam mengurus keperluan kuliah.

5. Staf perpustakaan Universitas Sanata Dharma, terimakasih atas

pelayanannya yang ramah.

Page 8: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

viii

6. Orang tuaku terkasih, Bpk. Agustinus Suroto dan Ibu. Veronika. S.

Terimakasih atas pengorbanan, doa, dan kasih sayang yang selama ini

diberikan yang tidak ternilai.

7. Kakakku tersayang, Petrus Fajar Santoadi, S.Pd, dan Maria Indah

Prihutami. Terimakasih atas dukungannya

8. Tunanganku tercinta, Albertus Lukman. Terimakasih karena selalu ada di

setiap waktu, dan selalu memberi dukungan.

9. Omku tersayang, Petrus Pardamean Tamba Tua, S.T. Terimakasih atas

nasehat dan motifasi yang diberikan kepada penulis, hingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

10. Bpk. Andi Alfian, Manajer PT. Semesta Prima Mandiri. Terimakasih atas

dukungan dan bantuan yang diberikan kepada penulis.

11. Semua teman-temanku Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma

angkatan 2002, dan teman-teman kos. Terima kasih atas persahabatan

yang terjalin baik dan kebersamaan yang indah.

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat berguna bagi pembaca sekalian dan

dapat dijadikan acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

Yogjakarta, 22 Januari 2007

Penulis

Lusiana Rosarini

Page 9: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

ix

ABSTRAK

Rosarini, Lusiana. 2006. Tradisi HidupWanita Bakul dalam Rumah Tangga dan Perdagangan: di Desa Sumber Bahagia, Baturaja Sumatra Selatan: Sebuah Kajian Folklor. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi ini membahas tentang Tradisi Hidup Wanita Bakul dalam Rumah Tangga dan Perdagangan : di desa Sumber Bahagia, Baturaja Sumatra Selatan: sebuah Kajian Folklor. Studi ini memiliki dua tujuan, yakni (1) mendeskripsikan tradisi hidup wanita bakul dalam rumah tangga di desa Sumber Bahagia, Baturaja Sumatera Selatan. (2) menjelaskan tradisi hidup wanita bakul dalam perdagangan di Desa Sumber Bahagia, Baturaja Sumatera Selatan.

Studi ini menggunakan pendekatan folklor. Kerangka teori yamg digunakan dalam studi ini adalah folklor dan kajian etnografis. Penelitian ini menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu teknik observasi, kepustakaan, dan wawancara mendalam. Hasil penelitian mengenai tradisi hidup wanita bakul ini menunjukkan bahwa (i) kehidupan wanita bakul di desa Sumber Bahagia, Baturaja-SUMSEL memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan yang lain, (ii) Usaha yang dilakukan oleh para wanita bakul dalam mencukupi segala kebutuhan, baik dalam kebutuhan rumah tangga maupun untuk pendidikan anak.

Page 10: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

x

ABSTRACT

Rosarini, Lusiana, 2006. Living strategy of Woman Vendor in Household and Trade in Sumber Bahagia Village, District of Baturaja, South Sumatra Province: a Folklore Study. Thesis Strata I . Indonesian Letter Study Program, Letter Department, Sanata Dharma University.

The research studies about living strategy of women seller in household and

trade Trade in Sumber Bahagia Village, District of Baturaja, South Sumatra Province: a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village, District of Baturaja, South Sumatra Province. (2) describing trade living strategy of woman seller in Sumber Bahagia Village, District of Baturaja, South Sumatra Province. The research use folklore approach. Main Theoretical frame used in this study was folklore and ethnographical approach. Researcher used three methods of data collection: observation, deep interview, and documentation. Result of this research are: (i) Living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village, District of Baturaja, South Sumatra Province has its caracterirtics different from others (ii) efforts of woman seller in fulfilling all needs of household and children education.

Page 11: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

xi

DAFTAR TABEL

TABEL HAL

I. Jumlah Penduduk Menurut Umur .................................................... 22

II. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan.............................. 24

III. Jumlah Penduduk Yang Bekerja Menurut Jenis Pekerjaan.............. 25

Page 12: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ ii

MOTTO .................................................................................................. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................. v

KATA PENGANTAR ............................................................................ vi

ABSTRAK.............................................................................................. viii

ABSTRAC................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL .................................................................................. x

DAFTAR ISI .......................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian..................................................................... 6

1.4 Manfaat Penelitian................................................................... 7

1.5 Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori..................................... 7

1.5.1 Tinjauan Pustaka................................................................ 7

1.5.2 Landasan Teori ................................................................. 8

1.5.2.1 Folklor dan Kajian Etnografis .................................. 8

1.5.2.2 Folklor Wanita Bakul................................................ 13

1.6 Metodologi Penelitian............................................................. 18

1.6.1 Pendekatan......................................................................... 18

1.6.2 Metode ............................................................................... 18

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data ................................................ 19

1.6.3.1 Observasi .................................................................. 19

1.6.3.2 Wawancara ............................................................... 19

Page 13: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

xiii

1.6.3.3 Kepustakaan.............................................................. 20

1.7 Sumber Data ........................................................................... 20

1.8 Sistematika Penyajian............................................................. 20

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ................... 22

2.1 Lokasi Penelitian ..................................................................... 22

2.1.1 Letak dan Keadaan Alam................................................... 22

2.1.2 Penduduk dan Keadaan Sosial Keadaan Ekonomi ............ 24

2.1.3 Pasar Pucok ....................................................................... 29

2.2 Karakteristik Wanita Bakul ..................................................... 34

2.3 Rangkuman.............................................................................. 37

BAB III TRADISI HIDUP WANITA BAKUL DALAM

RUMAH TANGGA ................................................................ 38

3.1 Struktur Rumah Tangga .......................................................... 38

3.2 Aktivitas Rumah Tangga ........................................................ 39

3.3 Alokasi Waktu ........................................................................ 42

3.4 Pengambilan Keputusan dalam Keluarga ............................... 44

3.5 Strategi Rumah Tangga .......................................................... 47

3.6 Pendidikan Anak..................................................................... 52

3.7 Rangkuman............................................................................. 52

BAB IV TRADISI HIDUP WANITA BAKUL DALAM

PERDAGANGAN .................................................................. 55

4.1 Usaha Dagang ........................................................................ 55

4.1.1 Latar Belakang Memilih Jenis Barang Dagangan............ 55

4.1.2 Pengadaan Barang............................................................ 59

4.1.3 Pemasaran......................................................................... 62

4.2 Kehidupan Enam Orang Wanita Bakul .................................. 64

Page 14: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

xiv

4.2.1 Ibu Joyo ............................................................................ 65

4.2.2 Ibu Daonah....................................................................... 68

4.2.3 Ibu Roidah........................................................................ 72

4.2.4 Ibu Wastini ....................................................................... 74

4.2.5 Ibu Otang.......................................................................... 78

4.2.6 Ibu Tarso .......................................................................... 79

4.3 Rangkuman............................................................................. 82

BAB V PENUTUP................................................................................. 84

5.1 Kesimpulan............................................................................. 84

5.2 Saran....................................................................................... 85

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 86

LAMPIRAN ............................................................................................ 89

Page 15: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang banyak dihadapkan

pada berbagai masalah pembangunan, termasuk usaha untuk mencapai

pemerataan pembangunan. Seperti di negara yang sedang berkembang

lainnya, pada saat ini Indonesia juga merupakan negara yang sedang

mengadakan modernisasi di segala bidang atau segala aspek kehidupan.

Modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan sosial yang biasanya

merupakan perubahan sosial yang terarah yang didasarkan pada suatu

perencanaan, yang biasanya dinamakan “Social Planning”

(Soekanto,1977:273). Di Indonesia, modernisasi terutama ditekankan pada

sektor pertanian, karena modernisasi pertanian tidak hanya menyangkut

masalah peningkatan produksi, tetapi juga secara langsung menyangkut

sumber daya manusia yaitu petani dan penduduk pedesaan.

Modernisasi dalam bidang pertanian yang lebih dikenal dengan

sebutan “Revolusi Hijau”, ternyata mempunyai dampak yang sangat besar

terhadap pertanian dan pedesaan pada umumnya; terutama dalam menghadapi

peluang kesempatan kerja di pedesaan. Artinya bahwa dengan adanya

“Revolusi Hijau” mengakibatkan besarnya angkatan kerja yang ada di

pedesaan menjadi tidak seimbang dengan peluang kerja baru yang ada. Hal ini

terutama sangat dirasakan ole h kaum wanitanya karena, sebelum modernisasi

Page 16: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

2

pertanian mulai diterapkan oleh pemerintah, banyak tenaga kerja wanita yang

terserap dalam sektor pertanian mulai dari masa menanam sampai masa panen.

Namun dengan adanya modernisasi dalam bidang pertanian, menyebabkan

partisipasi wanita pedesaan dalam sektor pertanian menjadi berkurang. Proses

perubahan tersebut mengakibatkan peranan mereka dalam sektor pertanian

menjadi menurun sehingga sumbangan untuk mencukupi kebutuhan mereka di

dalam rumah tangga pun menjadi menurun pula.

Pembangunan pertanian yang pada mulanya bertujuan untuk

meningkatkan produktivitas pertanian dengan penggunaan teknologi moderen

yang bersifat efisien baik dalam pengolahan maupun tenaga kerja, ternyata

sangat berpengaruh pada penciptaan kesempatan kerja di pedesaan bahkan

mengakibatkan turunnya tingkat pendapatan sebagian penduduk pedesaan. Hal

inilah yang mengakibatkan banyak petani kemudian mencari pekerjaan lain di

luar sektor pertanian, untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Demikian

juga halnya kaum wanita yang kemudian ikut membantu memenuhi

kebutuhan rumah tangga, dengan melakukan aktivitas kerja di luar sektor

pertanian.

Wanita sebenarnya merupakan sumber daya yang tidak kalah

pentingnya dengan pria. Mereka memberi sumbangan yang besar bagi

kelangsungan hidup dan kesejahteraan rumah tangga serta masyarakat

(Kodiran dan Hudayana,1990:1). Pada kenyataannya wanita mempunyai

peranan yang sangat penting dalam keluarga, mulai dari menyiapkan

Page 17: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

3

makanan, mengatur keuangan, sebagai orientasi sosialisasi anak-anak, maupun

dalam melekatkan hubungan dengan keluarga lain yang sekerabat.

Namun di sisi lain, Budiman (1985:29) beranggapan bahwa

sebenarnya pekerjaan wanita di dalam rumah tangga dianggap tidak

mempunyai nilai pasar, tidak mempunyai nilai tukar, meskipun pekerjaan itu

berguna. Pekerjaan yang dilakukan dalam rumah tangga dianggap sebagai

pekerjaan ‘demi cinta’ oleh karena itu gratis.

Dengan me lihat pandangan tersebut, terdapat pertentangan dalam

melihat peranan wanita dalam rumah tangga. Penjelasan tersebut

menunjukkan bahwa di dalam rumah tangga terdapat pembagian kerja antara

pria dan wanita dengan tujuan agar tercapai keselarasan. Itulah kehidupan

sehari- hari para wanita bakul yang berbeda dengan kehidupan orang-orang

pada umumnya yang bukan berprofesi sebagai wanita bakul. Tradis i hidup

(living strategy) atau dapat disebut juga dengan kebiasaan maupun rutinitas

kehidupan sehari-hari para wanita bakul, memiliki ciri khas yang berbeda

yang dapat kita lihat juga sebagai ciri utama yang membedakannya dengan

wanita yang lain, yaitu para wanita yang berprofe si di luar bakul.

Masyarakat di desa Sumber Bahagia khususnya mereka yang bekerja

sebagai bakul pembagian kerja tidak didasarkan pada jenis kelamin, tetapi

berdasarkan kemampuan dan kesempatan dari masing- masing (pria dan

wanita) dalam memperoleh sumber penghasilan. Hal ini dikarenakan pada

masyarakat pedesaan tenaga kerja wanita dan anak-anak merupakan tenaga

tambahan mutlak di dalam memenuhi kebutuhan pokok mereka. Selain dalam

Page 18: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

4

bidang pertanian yang sudah sangat sulit bagi kaum wanita untuk dapat

memperoleh sumber penghasilan. Wanita-wanita tersebut kebanyakan

melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhannya di luar pertanian, seperti

bekerja pada industri kecil ataupun berdagang secara kecil-kecilan yang secara

populasi dikenal sebagai bakul kecil. Bakul merupakan aktivitas perdagangan

yang paling banyak diminati dan dilakukan oleh kaum wanita di pedesaan.

Oleh karena itu, keterlibatan wanita desa dalam perdagangan di pasar

sangatlah tinggi.

Di Baturaja, mereka yang bekerja sebagai bakul kecil atau berdagang

kecil-kecilan di rumah kebanyakan adalah kaum wanita. Para wanita bakul

tersebut berjualan sayuran, buah-buahan (yang sebagian dipetik dari

pekarangan sendiri), makanan kecil (jajanan), dan tempe (produksi lokal).

Dari hasil berjualan, para wanita tersebut dapat sedikit membantu memenuhi

kebutuhan harian rumah tangga.

Dari sudut pandang folklor, dapat disebutkan bahwa wanita bakul di

desa Sumber Bahagia merupakan sebuah folk tersendiri yang memiliki tradisi

dan kebiasaan tersendiri pula. Aktivitas hidup para wanita bakul memiliki ciri

khas tersendiri yang dapat dijadikan pembeda dengan aktivitas dan rutinitas

hidup wanita-wanita lain di luar yang tidak berperan sebagai bakul. Ciri yang

khas itu dapat di lihat dari peran mereka, yaitu bahwa Wanita Bakul memiliki

wewenang atau otoritas penuh dalam pengambilan keputusan, yang berbeda

dengan ibu-ibu rumah tangga biasa, yaitu pengambilan keputusan dalam

keluarga cenderung dipegang oleh suami. Begitu pula dengan wanita yang

Page 19: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

5

menikah dengan orang-oarang timur, disana wanita benar-benar tidak

memiliki wewenang apa-apa, semua keputusan ada di tangan suami karena,

bagi mereka wanita yang sudah dinikahi sama dengan sudah di beli dan

mereka merasa membelinya dengan mahal maka peran istri hanyalah

mengurus urusan rumah tangga saja, dan semua yang diluar urusan rumah

tangga merupakan urusan suami. Begitu pula dalam hal pengambilan

keputusan, istri tidak memiliki wewenang apa-apa karena, semua keputusan

ada di tangan suami. Itulah yang menjadi pembeda atau ciri khas dari Wanita

Bakul dengan wanita-wanita lain di luar bakul.

Aktivitas atau rutinitas hidup itu dapat juga disebut dengan sebua h

tradisi, yaitu tradisi wanita bakul yang memiliki ciri tertentu. Tradisi hidup

(living strategy) juga dapat diartikan sebagai kebiasaan atau rutinitas yang

dilakukan, dan di sini dimaksutkan sebagai pembeda yang membedakan

rutinitas kegiatan sehari-hari wanita bakul dengan wanita-wanita lain yang

bekerja di luar sektor perdagangan atau disebut dengan istilah bakul.

Sebuah kajian yang menda lam mengenai folklor wanita bakul di

sebuah lokasi tertentu dapat membantu kita memahami secara mendalam

peran ganda yang mereka jalankan, baik dalam sektor publik (perdagangan)

maupun sektor domestik (rumah tangga). Kajian semacam ini akan

bermanfaat pula bagi yang ingin mengkaji tentang studi wanita, khususnya

hal yang menyangkut isu kesetaraan gender.

1.2 Rumusan Masalah

Page 20: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

6

Dengan melihat uraian latar belakang tersebut, tampaknya peranan

wanita bakul sangatlah kompleks. Wanita tidak hanya berperan sebagai ib u

rumah tangga, tetapi juga memerankan berbagai peran lain, baik sosial

maupun ekonomi yang seimbang sesuai dengan perkembangan masyarakat

yang ada. Demikian pula dengan wanita pada masyarakat petani di desa

Sumber Bahagia. Bertitik tolak dari uraian tersebut, muncul pertanyaan yang

akan dijawab dalam penelitian ini, yaitu :

1.2.1 Bagaimana tradisi hidup wanita bakul di desa Sumber Bahagia dalam

kehidupa n rumah tangga?

1.2.2 Bagaimana tradisi hidup wanita bakul di desa Sumber Bahagia dalam

aktivitas perdagangan?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan dan menggambarkan

tentang

1.3.1 Tradisi hidup hidup wanita bakul di desa Sumber Bahagia dalam

kehidupan rumah tangga.

1.3.2 Tradisi hidup wanita bakul di desa Sumber Bahagia dalam aktivitas

perdagangan.

1.4 Manfaat Penelitian

Page 21: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

7

Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat dalam beberapa hal,

diantaranya yaitu :

1.4.1 Penelitian ini dapat digunakan untuk memperkaya wawasan, terutama

dalam bidang kebudayaan ataupun folklor.

1.4.2 Penelitian ini dapat digunakan sebagai titik tolak untuk mengadakan

penelitian baru di bidang folklor ataupun kebudayaan yang lain.

1.4.3 Penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan penelitian atau kajian

tentang kesetaraan gender, da lam bidang studi wanita.

1.5. Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori

1.5.1 Tinjauan Pustaka

Abdullah (1986:28) dalam artikel yang berjudul “Strategi Ekonomi

Pedagang Kaki Lima, kasus-kasus orang Minang di Malioboro Yogyakarta”,

membahas tentang bagaimana orang-orang Minang yang berjualan di

Malioboro Yogyakarta menghadapi tantangan untuk hidup dengan jalan

berjualan di kaki lima, serta strategi ekonomi yang mereka gunakan,

bagaimana mereka tetap dapat makan untuk menyambung hidup serta

menyisakan uang untuk berjualan supaya dapat memperoleh uang dan

memenuhi kebutuhan hidup yang lain.

Elip (1986:9-10) dalam artikel yang berjudul ”Peranan Wanita Jawa

pada Masyarakat Jawa”, membahas tentang bagaimana para wanita Jawa ikut

ambil bagian dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi rumah tangga, yang

disebabkan oleh menurunnya pendapatan suami dan sulitnya para suami

Page 22: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

8

mendapatkan pekerjaan tetap untuk memperoleh penghasilan tetap sebagai

pemenuhan kebutuhan ekonomi tersebut.

Tinjauan yang secara khusus membahas tentang Tradisi Hidup Wanita

Bakul di Desa Sumber Bahagia belum pernah dilakukan, maka peneliti tertarik

untuk menelitinya. Dalam penelitian yang meneliti tentang Strategi Hidup

Wanita Bakul ini membahas tentang bagaimana strategi hidup yang mereka

jalankan untuk pemenuhan segala kebutuhan, dan bagaimana peran Wanita

Bakul tersebut dalam rumah tangga yang berhubungan dengan hal

pengambilan keputusan, yaitu peran istri yang lebih dominan dibanding peran

suami.

1.5.2 Landasan Teori

1.5.2.1 Folklor dan Kajian Etnografis

Teori folklor digunakan sebagai landasan dalam penelitian ini

. Sesuai dengan apa yang menjadi objek, akan diungkapkan tentang

folklor wanita bakul. Menurut Dundes (Danandjaja,1998:53) via

Endraswara folk adalah kelompok orang yang memiliki ciri-ciri

pengenal fisik, sosial, dan kebudayaan, sehingga dapat dibedakan

dari kelompok yang lainnya. Ciri fisik, antara lain berwujud warna

kulit. Ciri lain yang tidak kalah pentingnya adalah mereka memiliki

tradisi tertentu yang telah turun-temurun. Trad isi inilah yang sering

dinamakan lore. Folklor memiliki ragam yang bermacam-macam.

Dalam kaitannya dengan budaya, ada beberapa pendapat tentang

Page 23: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

9

unsur-unsur folklor. Misalnya saja menurut Bascom, folklor terdiri

dari: budaya material, organisasi, dan religi (Endraswara, 2006: 217).

Kelompok wanita bakul merupakan folk yang realistis,

mereka memiliki tradisi hidup yang berbeda, perbedaannya adalah

terletak pada peran mereka dalam hal pengambilan keputusan.

Wanita bakul lebih dominan dalam hal penagmbilan kep utusan di

bandingkan suami, mereka memiliki otoritas itu karena, dalam

perekonomian keluarga wanita bakul memiliki penghasilan sendiri

yang sangat membantu kehidupan mereka, dan cenderung

penghasilan wanita bakul lebih besar dibandingkan penghasilan

suami, sehingga mereka tidak harus bergantung pada suami pada saat

mereka hendak memutuskan membeli sesuatu atau mengatur

perekonomian keluarga.

Folklor merupakan bagian kebudayaan suatu kolektif. Ada

beberapa bentuk folklor menurut Brunvand via Danandjaja (2002 21-

22) yaitu: mentifact (folklor lisan), sociofact (folklor sebagian lisan),

dan artifact (folklor bukan lisan). Bentuk folklor yang termasuk

sastra lisan antara lain bahasa rakyat, ungkapan tradisional,

pertanyaan tradisional, puisi rakyat, dan cerita prosa rakyat. Bentuk

folklor sebagian lisan, seperti kepercayaan rakyat, te ater rakyat,

tradisi rit ual rakyat, dan adat istiadat, sedangkan folklor bukan lisan

biasanya akan lebih menarik bidang kajian lain, seperti arsitektur

rakyat. Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:243) melihat atau

Page 24: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

10

mengaitkan folklor sebagai adat istiadat tradisional dan cerita rakyat

yang diwariskan turun- temurun tetapi tidak dibakukan. Bekerja

sebagai bakul merupakan sebuah pekerjaan sekaligus kenyataan

hidup yang turun-temurun dialami oleh masyarakat kalangan bawah,

terutama yang berada di desa dan bekerja sebagai petani. Bakul

diartikan sebagai komunitas pedagang yang berjualan disuatu tempat

umum (pasar, pinggir jalan, emperan toko) tanpa menggunakan izin

usaha dari pemerintah, ata u pedagang yang hanya berjualan barang

dagangan tertentu dalam skala kecil-kecilan atau eceran

(Abdullah,1986:28). Jadi wanita bakul adalah wanita yang berjualan

dagangan tertentu dalam skala kecil atau eceran.

Wanita bakul disebut sebagai folklor karena, kelompok ini

memiliki ciri yang menonjol, baik dilihat dari pekerjaan, rutinitas

hidup, sosial, kebudayaan dan ciri fisik yang berbeda dengan

kelompok lain di luar bakul. Dari Pekerjaan mereka jelas sekali

terlihat bahwa para wanita itu bekerja sebagai bakul atau pedagang

kecil. Rutinitas hidup mereka adalah berdagang di pasar selain

mengurus segala urusan rumah tangga, yaitu mengurus suami dan

anak. Dalam hal sosial pun mereka tetap berperan, seperti

berorganisasi, membantu warga yang memerlukan bantuan, dan

lainnya yang berhubungan dengan kahidupan bermasyarakat mereka

tetap turut berperan di dalamnya. Dalam hal kebudayaan atau tradisi

yang merupakan ciri utama adalah peran mereka dalam rumah

Page 25: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

11

tangga yang dominan dalam hal pengambilan keputusan. Wanita

bakul memiliki wewenang untuk memutuskan segala sesuatu yang

berhubungan dengan keperluan rumah tangga dan mengurus segala

keperluan anak, baik keperluan sekolah maupun keperluan di rumah.

Dalam penelitian ini juga digunakan kajian etnografis. Model

etnografis adalah penelitian untuk mendeskripsikan kebudayaan

sebagaimana adanya. Model ini berupaya mempelajari peristiwa

kultural, yang menyajikan pandangan hidup subjek sebagai objek

studi. Studi ini akan terkait bagaimana subjek berpikir, hidup, dan

berprilaku. Tentu saja perlu dipilih peristiwa yang unik yang jarang

teramati oleh kebanyakan orang. Penelitian etnografi adalah kegiatan

pengumpulan bahan keterangan atau data yang dilakukan secara

sistematik mengenai cara hidup serta berbagai aktivitas sosial dan

berbagai benda kebudayaan dari suatu masyarakat, dan berbagai

peristiwa serta kejadian unik dari komunitas budaya yang menarik

perhatian (Endraswara, 2006: 207). Etnografi pada dasarnya lebih

memanfaatkan teknik pengumpulan data pengamatan. Hal ini sejalan

dengan pengertian istilah etnografi yang berasal dari kata ethno

(bangsa) dan graphy (menguraikan atau menggambarkan). Etnografi

merupakan ragam pemaparan penelitian budaya untuk memahami

cara orang-orang berinteraksi dan bekerja sama melalui fenomena

yang teramati dalam kehidupan sehari-hari (Endraswara, 2006: 208).

Dari sini akan terungkap pandangan hidup dari sudut pandang

Page 26: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

12

penduduk setempat. Hal ini cukup bisa dipahami karena , melalui

etnografi akan mengangkat keberadaan senyatanya dari fenomena

budaya. Dengan demikian akan ditemukan makna dari tindakan

budaya suatu komunitas yang dideskripsikan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kajian etnografis

diartikan sebagai kajian yang dilakukan secara etnografi. Etnografi

sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indone sia diartikan sebagai

kajian deskripsi tentang kebudayaan suku bangsa yang hidup, atau

ilmu tentang pelukisan kebudayaan suku-suku bangsa yang hidup

tersebar di muka bumi (KBBI, 1990:237). Kebudayaan masyarakat

yang dijadikan kajian dalam penelitian ini adalah masyarakat yang

berada di Baturaja -Sumsel, khususnya di desa Sumber Bahagia.

Bahan-bahan penelitian etnografi berasal dari masyarakat yang

disusun secara deskriptif. Deskripsi etnografi menurut

Koentjaraningrat (1990:333) via Endraswara sudah baku, yaitu

bahasa, sistem teknologi, sistem ekonomi, organisasi sosial, sistem

pengetahuan, kesenian dan sistem religi.

Di dalam kehidupan manusia, setiap individu mempunyai

kemampuan untuk melakukan usaha sesuai dengan kemampuan yang

ada pada diri manusia itu dan segala sumber daya lain yang tersedia

dilingkungannya guna memenuhi kebutuhan. Namun setiap manusia

mempunyai kemampuan yang berbeda-beda di dalam kehidupan

masyarakat, sehingga hal ini mengakibatkan munculnya tata

Page 27: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

13

kelakuan yang berbeda-beda pula di dalam pemenuhan kebutuhan.

Oleh karena itu, dalam usaha memenuhi kebutuhannya, manusia

menggunakan kebudayaan yang dimilikinya sebagai kerangka

kesadaran. (Suparlan,1983:70).

1.5.2.2 Folklor Wanita Bakul

Kata folklor adalah pengindonesiaan dari kata inggris

folklore. Kata itu adalah kata majemuk, yang berasal dari dua kata

dasar folk dan lore. Folk adalah sekelompok orang yang memiliki

ciri-ciri pengenal fisik, sosial, dan kebudayaan, sehingga dapat

dibedakan dari kelompok-kelompok lainnya. Ciri pengenal fisik itu

antara lain dapat berwujud: warna kulit yang sama, bentuk rambut

yang sama, mata pencaharian yang sama, bahasa yang sama, taraf

pendidikan yang sama, dan agama yang sama. Namun, yang lebih

penting lagi adalah bahwa mereka telah memiliki suatu tradisi, yakni

kebudayaan yang telah mereka warisi turun-temurun, sedikitnya dua

generasi, yang dapat mereka akui sebagai milik bersama. Di samping

itu yang paling penting adalah bahwa mereka sadar akan identitas

kelompok mereka sendiri (Danandjaja, 2002:1-2)

Dari uraian di atas bila dikaitkan dengan kehidupan para

wanita bakul yang ada saat ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa

wanita bakul merupakan sebuah folk tersendiri, karena mereka

memiliki kekhasan tersendiri, yaitu mereka hidup dalam aktivitas

yang relatif sama dan melakukan kegiatan sosial dalam satu lingkup.

Page 28: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

14

Kesamaan yang paling menonjol adalah mereka memiliki mata

pencaharian yang sama, yaitu berdagang eceran di pasar maupun di

rumah yang dikenal dengan sebutan wanita bakul. Kesamaan lain

dari para wanita bakul tersebut adalah bahasa yang mereka gunakan

cenderung sama, untuk konteks bahasa Jawa, sesuai dengan asal

mereka yang mayoritas datang dari Pulau Jawa. Selain itu, para

wanita bakul tersebut taraf pendidikannya tidaklah berbeda jauh

antara satu dengan yang lainnya yaitu SD dan maksimal SMP, begitu

pula dengan agama yang mereka anut, mereka mayoritas beragama

islam.

Dari sekian banyak ciri khas tersebut, dalam kehidupan

rumah tangga sehari-hari pun mereka memiliki rutinitas. Para wanita

bakul tersebut memiliki aktivitas lain selain berdagang, mereka

meiliki kelompok arisan khusus para pedagang, yang lazim

digolongkan sebagai lembaga berciri sosial dan ekonomi, para

wanita bakul yang terlibat dalam kelompok arisan memperoleh

manfaat dari lembaga itu. Jelas bahwa keterlibatan dalam kelompok

arisan ini merupakan bagian dari cara hidup dan strategi yang paling

menonjol di sektor non-produksi. Selain itu juga ada kelompok

pengajian (doa merangkap arisan) yang merupakan contoh lembaga

yang mencoba memadukan tujuan sosial (keagamaan) dan ekonomi.

Dengan cara demikian, orang miskin yang terlibat dalam lembaga itu

Page 29: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

15

masih memperoleh manfaat ekonomi (dari arisan), sebagai

kompensasi waktu yang disisihkan untuk mengaji atau berdoa.

Manfaat yang diperoleh dari kelompok arisan ataupun

kelompok pengajian (doa merangkap arisan), umumnya berkenaan

dengan terbukanya kemungkinan untuk membiayai kebutuhan yang

memerlukan biaya agak besar. Penerimaan dari arisan itu lazimnya

dimanfaatkan untuk keperluan-keperluan yang cukup besar, misalnya

untuk biaya sekolah anak, ataupun untuk modal yang lainnya. Selain

itu juga ada perkumpulan kematian, perkumpulan tersebut

merupakan lembaga yang bertujuan sosial, yaitu membantu anggota

yang mengalami kemalangan. Jadi manfaat yang diperoleh sebagian

besar rumah tangga yang terlibat dalam lembaga itu terutama adalah

kebersamaan atau solidaritas dalam wujud bantuan sosial.

Bagi anggota perkumpulan, bantuan sosial itu membawa

implikasi yang sangat berarti, yaitu keringanan beban yang

diperlukan untuk ritus kemalangan. Dengan demikian dapat

dipahami jika ada rumah tangga yang merasa memperoleh manfaat

dari perkumpulan tersebut.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa folklor adalah

sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan

turun temurun, serta memiliki ciri khas. Dari ciri yang ada,

penelitian ini difokuskan pada folk wanita bakul yang berada di

Baturaja dan dikususkan lagi di desa Sumber Bahagia.

Page 30: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

16

Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia

sebagai makhluk sosial, yang digunakan untuk memahami dan

menginterpretasikan lingkungan dan pengalamannya untuk

mewujudkan dan mendorong terwujudnya kelakuan

(Suparlan,1983:67). Di samping itu, sebenarnya sistem pengetahuan

yang ada di dalam kebudayaan suatu masyarakat juga berkaitan

dengan masalah peranan wanita, dan hal ini akan tampak dalam pola-

pola tingkah laku dalam berbagai aktivitas yang dilakukan untuk

memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga tersebut (Elip,1985:9).

Begitu pula dengan apa yang terjadi pada wanita-wanita bakul

tersebut, dengan kemampuan dan pengetahuan yang dimilikinya,

mereka mengatur perilaku serta mengikuti aturan-aturan yang ada,

yang berlaku dalam sistem perdagangan di pasar, dan pengetahuan

ini kemudian dijadikan pegangan mereka di dalam melakukan

perdagangan di pasar.

Pasar pada hakikatnya merupakan tempat para penjual dan

pembeli saling bertemu, dan tempat yang menyediakan barang serta

jasa untuk dijual belikan sehingga terjadi perpindahan hak milik.

Adapun bakul merupakan salah satu bagian dalam proses

perdagangan, yaitu sebagai perantara atau orang yang menjual atau

menyampaikan barang ke konsumen. Dengan demikian, bakul juga

merupakan salah satu basis dalam perdagangan ekonomi, karena

melalui bakul inilah maka perekonomian pasar dapat berjalan lancar,

Page 31: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

17

dalam arti bahwa melalui bakul ini akan terjadi hubungan timbal

balik serta saling ketergantungan antara kedua belah pihak.

Untuk memahami pasar dapat dilihat dari tiga sudut pandang,

yaitu pasar sebagai arus barang dan jasa menurut pola tertentu,

kemudian pasar sebagai rangkaian mekanisme ekonomi untuk

memelihara dan mengatur arus barang dan jasa tersebut, dan ketiga

pasar sebagai sistem sosial dan kebudayaan di mana mekanisme itu

tertanam (Geertz,1977:31).

Oleh karena itu, pasar sebagai arus barang dan jasa

merupakan tempat yang memungkinkan bagi para wanita bakul

untuk mendapatkan peluang penghasilan karena, di tempat ini

mereka dapat memperoleh pekerjaan yaitu sebagai bakul kecil. Pasar

selain sebagai mekanisme yang menunjang kehidupan setiap orang,

juga merupakan tempat berkumpulnya bermacam-macam pedagang

baik pedagang besar, kecil, maupun menengah yang kesemuanya itu

berdasarkan besar kecilnya usaha yang dilakukan. Masing- masing

bakul tersebut mempunyai peranan yang berbeda-beda pula di dalam

kehidupan rumah tangganya. Namun di antara bakul-bakul tersebut,

peranan bakul kecil yang paling banyak berpengaruh di dalam

kehidupan rumah tangga karena, kebanyakan dari mereka adalah

wanita yang berasal dari masyarakat golongan bawah.

Keterlibatan wanita dalam perdagangan di desa, ternyata

telah didasarkan pada pertimbangan kemampuan fisik alamiah

Page 32: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

18

wanita karena, wanita mempunyai sifat telaten dan luwes dalam

aktivitas tawar-menawar yang merupakan unsur pokok dalam

perdagangan.

1.6 Metodologi Penelitian

1.6.1 Pendekatan

Penelitian yang akan membahas tentang wanita bakul ini

menggunakan pendekatan folklore dengan menggunakan kajian

etnografis dan folklore wanita bakul sebagai objeknya.

1.6.2 Metode

Untuk mengumpulkan data di lapangan, penelitian ini

menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu dengan melakukan

observasi atau terjun langsung ke lapangan untuk mengamati dan

mencatat gejala sosial serta tradisi atau cara hidup sehari- hari wanita

bakul yang ditemui di lapangan atau bisa disebut juga sebagai metode

penelitian di kampung. Selain observasi, juga dilakukan wawancara

tersetruktur dengan kepala kampung, pemuka adat, dan beberapa

informan kunci lainnya. Studi kasus ini juga menggunakan metode

wawancara mendalam terhadap responden, sedangkan terhadap informan

dilakukan wawancara bebas sebagai pelengkap data dari para responden.

Dalam penelitian ini subjek penelitian yang dipakai adalah populasi dan

sampel. Populasinya adalah masyarakat yang tinggal di Baturaja pada

Page 33: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

19

umumnya, sedangkan sampelnya dikususkan pada masyarakat yang

tinggal di desa Sumber Bahagia, khususnya wanita bakul.

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data

1.6.3.1 Observasi

Observasi menghasilkan deskripsi yang khusus tentang apa

yang telah terjadi (Komaruddin,1974:97). Cara ini digunakan untuk

mendukung wawancara. Dengan cara ini dapat diperoleh gambaran

tentang bagaimana tradisi hidup wanita bakul. Cara ini akan menambah

kelengkapan data hasil wawancara.

1.6.3.2 Wawancara

Wawancara adalah suatu proses interaksi dan komunikasi.

Salah satu metode pengumpulan data ialah dengan jalan wawancara,

dengan tujuan mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung

kepada responden. Wawancara merupakan salah satu bagian yang

penting dari setiap survei. Tanpa wawancara peneliti akan kehilangan

informasi yang hanya dapat diperoleh dengan jalan bertanya langsung

kepada responden. Dalam proses ini hasil wawancara ditentukan oleh

beberapa faktor yang berinteraksi dan mempengaruhi arus informasi.

Faktor-faktor tersebut adalah : pewawancara, responden, topik penelitian

yang tertuang dalam daftar pertanyaan dan situasi wawancara.

(Effendi,1986:145).

Page 34: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

20

1.6.3.3 Kepustakaan

Metode kepustakaan adalah mencari data mengenai hal-hal

atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,

dan lain sebagainya. (Arikunto,1993:234). Teknik kepustakaan

dipergunakan untuk mendapatkan data yang konkret.

1.7 Sumber Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan metode

populasi dan sampel. Populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu

objek yang merupakan perhatian peneliti (Kountour , 2003:137-138). Dalam

penelitian ini populasinya adalah wanita bakul yang tinggal (menetap) di desa

Sumber Bahagia, sedangkan sampelnya adalah 6 orang wanita bakul yang

dipilih secara acak.

1.8 Sistematika Penyajian

Laporan hasil penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I berisi

pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan perihal latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

landasan teori dan tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika

penyajian. Bab II berisi tentang gambaran umum daerah penelitian. Bab III

berisi tentang tradisi hidup wanita bakul dalam pemenuhan kebutuhan rumah

Page 35: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

21

tangga. Bab IV berisi tentang tradisi hidup wanita bakul dalam aktivitas

perdagangan. Bab V berisi kesimpulan dan saran.

Page 36: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

22

BAB II

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Gambaran umum daerah penelitian ini akan membahas tiga hal pokok,

yakni:(1) Lokasi penelitian. (2) Gambaran tentang Pasar Pucok, (3) Karakteristik

wanita bakul. Pada setiap bab akan di beri sedikit rangkuman dari keseluruhan isi,

supaya dapat dipahami secara mendalam sebelum mengkaji permasalahan

berikutnya. Kemudian pada bagian ke empat berisi rangkuman tentang tradisi

hidup wanita bakul dalam aktivitas rumah tangga dan perdagangan kususnya

masyarakat Baturaja yang berdomisili di desa Sumber Bahagia.

2.1 Lokasi Penelitian

2.1.1 Letak dan Keadaan Alam

Desa Sumber Bahagia adalah salah satu dari beberapa desa yang

berada di Kecamatan Peninjauan, Kabupaten Baturaja (OKU Induk-

SUMSEL). Desa Sumber Bahagia terletak di bagian timur Kecamatan

Peninjauan dengan jarak sekitar 20 km dari kantor camat peninjauan atau

sekitar 23 km ke arah timur dari batas kota Kabupaten Baturaja.

Wilayah desa Sumber Bahagia secara administratif berbatasan dengan

Desa Mandi Angin di sebelah barat, dengan desa Gunung Meraksa di

sebelah timur. Jalan utama menuju ke desa Sumber Bahagia adalah Jalan

Lintas Baturaja- Palembang. Desa Sumber Bahagia ada karena sekitar 25

tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1981 banyak transmigran yang

Page 37: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

23

datang ke Sumatera untuk mendapatkan lahan dan pekerjaan dengan

cuma-cuma. Dari sekian banyak transmigran yang datang dari Pulau

Jawa, kurang lebih 100 kepala keluarga ditempatkan di desa tersebut,

yang sekarang ini dikenal dengan Desa Sumber Bahagia oleh

masyarakat setempat.

Desa Sumber Bahagia sebagai salah satu desa yang terletak di

pinggir kota, merupakan desa yang masih mempunyai lahan sawah dan

tegal serta pekarangan yang cukup luas. Tanah yang ada tersebut

dimanfaatkan oleh masyarakat setempat dengan menanam berbagai

tanaman pangan dan juga karet sebagai sumber penghasilan yang cukup

dapat diandalkan untuk membantu memenuhi kebutuhan. Hal tersebut

mereka lakukan karena, potensi tanah di daerah ini sangat baik dan

subur. Berdasarkan data monografi, wilayah desa Sumber Bahagia seluas

42,4928 ha, yang terbagi atas beberapa bagian, di antaranya yaitu: lahan

sawah dengan luas 15,2200 ha (35,82%), tegal 9,6330 ha (22,67%),

pekarangan 9,7275 ha (22,9%), dan selebihnya seluas 7,0098 ha (16,5%)

sebagai tempat pemukiman, sisanya 0,9025 ha (2,12%) merupakan tanah

lain-lain (lapangan, jalan, kuburan, dan lain-lain). Dengan demikian,

dapat dikatakan bahwa sebagian wilayah Desa ini terdiri dari tanah

pertanian.

Pertanian di daerah penelitian baik, walaupun tidak cukup

mengandung air, namun masyarakat dapat menyiasatinya dengan cara

menanam padi tegal yang tidak begitu membutuhkan air. Oleh karena

Page 38: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

24

itu, potensi tanah di daerah ini sangat baik sebagai penunjang kehidupan

perekonomian masyarakat setempat. Selain itu, keadaan ini juga

ditunjang oleh adanya sebuah jalan beraspal yang dilewati oleh

kendaraan umum, yaitu angkutan kota. Dengan adanya jalan yang baik

serta transportasi umum tersebut, sangat membantu kelancaran kegiatan

penduduk baik yang menyangkut bidang pertanian maupun non

pertanian. Dengan adanya sarana dan prasarana tersebut ternyata sangat

menunjang penduduk dalam mengembangkan perekonomian mereka.

2.1.2 Penduduk dan Keadaan Sosial Ekonomi

Desa Sumber Bahagia dihuni oleh 294 kk dengan jumlah 1,151

jiwa, yang terdiri atas 578 (50,22%) laki-laki dan 573 (49,78%)

perempuan, pada tahun 2006 (berdasarkan sensus RT dan RW Desa

Sumber Bahagia). Kompisisi penduduk menurut umur dapat dilihat secara

rinci pada tabel I berikut.

Tabel I

Jumlah Penduduk Menurut Umur

Page 39: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

25

Kelompok Umur Jumlah %

0- 4 128 11,12

5- 9 109 9,47

10- 14 123 10,69

15- 60 752 65,33

60+ 39 3,39

Jumlah 1,151 100,00

Sumber data: Monogarfi tahun 2006 Desa Sumber Bahagia

Pada tabel 1 tersebut, terlihat bahwa penduduk yang berumur 15-

60 tahun merupakan kelompok terbesar, yaitu 65,33%. Adapun penduduk

yang berumur di bawah 15 tahun ( bayi dan anak-anak) sebesar 31,28%,

sedangkan yang berumur d i atas 60 tahun hanya sebesar 3,39%. Dengan

demikian, dari tabel tersebut terlihat bahwa Desa Sumber Bahagia

merupakan desa yang mempunyai jumlah penduduk usia produktif ( 15-

60 tahun ) yang cukup tinggi yaitu 65,33%.

Desa Sumber Bahagia selain mempunyai potensi alam, juga

mempunyai potensi penduduk yang sudah cukup baik. Hal tersebut

ditunjang oleh kesadaran penduduk akan pentingnya pendidikan, walau

pada kenyataannya usaha untuk pendidikan selalu terbentur oleh biaya

(76,5% penduduknya berpendidikan) dan untuk lebih jelasnya dapat

dilihat secara rinci pada tabel 2. Walaupun jarak yang ditempuh cukup

jauh untuk dapat sekolah kejenjang yang lebih tinggi, masyarakat Desa

Sumber Bahagia tetap memiliki kemauan karena, hanya sekolah dasar saja

Page 40: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

26

yang jaraknya dekat, sedangkan SMP ataupun SMA hanya ada di kota.

Desa Sumber Bahagia belum memiliki SMP maupun SMA yang dapat

dijadikan sebagai sarana untuk menuntut ilmu, namun penduduk tetap

bersemangat dan berusaha keras. Tidak tersedianya sarana pendidikan ke

jenjang yang lebih tinggi tidaklah menyurutkan niat mereka untuk terus

menuntut ilmu karena, ilmu adalah hal yang sangat berharga dibandingkan

segala-galanya, kata mereka.

Tabel 2

Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah %

Blm/ tdk sekolah 370 30,46

SD 319 28,47

SMP 317 27,54

SMU 105 10,81

Sarjana Muda 17 1,16

Sarjana 23 1,56

Jumlah 1.151 100,00

Sumber data: Monografi tahun 2006 Desa Sumber Bahagia

Selain pendidikan, pembangunan di bidang lain di desa ini juga

berkembang, perkembangan ini kemudian mempengaruhi kondisi sosial

ekonomi penduduk. Hal ini tampak dari masyarakat yang mencoba

membuka lahan pertanian lain, yaitu dengan menanam karet karena, karet

adalah tanaman yang harus ditunggu bertahun-tahun baru dapat dipanen

Page 41: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

27

hasilnya, jadi kebanyakan petani karet rata -rata dikerjakan oleh kaum laki-

laki, sedangkan para perempuan atau ibu rumah tangga tetap dengan

usahanya sebagai wanita bakul baik di rumah maupun di pasar. Namun

demikian para perempuan juga tetap membantunya dalam hal perawatan,

karena walaupun tanaman berjangka waktu yang lama, karet merupakan

tabungan yang lumayan menjanjikan bagi hidup mereka. Tidak jarang

mereka juga membiayai anaknya dari hasil panen karet setiap bulannya.

Tabel 3

Jumlah Penduduk Yang Bekerja Menurut

Jenis Pekerjaan

Jenis Pekerjaan Jumlah %

Petani 254 52,92

Pedagang/ Bakul 97 20,21

Page 42: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

28

Buruh 71 14,79

Karyawan/ Pegawai/ Guru 27 5,63

Pertukangan 18 3,75

Lain- lain 13 2,70

Jumlah 480 100,00

Sumber data: Monografi Tahun 2006 Desa sumber Bahagia

Tabel 3 menunjukkan bahwa penduduk yang mempunyai mata

pencaharian sebagai petani sebesar 254 orang atau (52,92%) merupakan

kelompok terbesar. Mereka rata-rata petani pemilik lahan sendiri.

Sementara itu penduduk yang bermata pencaharian sebagai pedagang atau

bakul sebanyak 97 orang (20,21%) yang terdiri dari bakul kecil dan

pedagang warung. Adapun dari ke 97 orang pedagang tersebut, yang

paling banyak adalah mereka yang bekerja sebagai bakul cilik. Pada

umumnya mereka berjualan kebutuhan sehari- hari. Kemudian 71 orang

(14,79%) bekerja sebagai buruh ada yang bekerja sebagai buruh bangunan

dan tukang, tapi yang paling banyak mereka bekerja sebagai buruh di

perkebunan kelapa sawit baik milik pemerintah maupun milik usaha

perorangan atau kelompok. Mereka yang bekerja sebagai karyawan hanya

27 Orang (5,63%). Selebihnya 31orang (6,45%) adalah mereka yang

bekerja sebagai tukang maupun lain- lain. Mereka ya ng termasuk dalam

kelompok lain- lain diantaranya adalah pengusaha industri rumah tangga

yaitu industri tempe, rengginang dan kerupuk dari singkong.

Page 43: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

29

Dengan melihat kondisi yang ada di Desa Sumber Bahagia ini

tampak bahwa penduduk di desa ini memiliki keinginan yang besar untuk

maju, baik dalam pendidikan, sistem mata pencaharian, perekonomian,

dan penghasilan, serta hal yang berhubungan dengan perkembangan

wilayah desa tersebut. Walaupun demikian, di dalam kehidupan sehari-

hari mereka mempertahankan sifat kegotong royongan yang merupakan

sifat khas yang dimiliki oleh masyarakat desa di Indonesia.

2.1.3 Pasar Pucok

Di dalam kehidupan sehari- hari, manusia memerlukan berbagai

macam kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut,

manusia memerlukan berbagai sarana maupun tempat, di antaranya

adalah pasar. Pasar merupakan tempat berbagai macam kebutuhan

sehari- hari rumah tangga tersedia. Selain itu, pasar juga merupakan

tempat para penjual dan pembeli saling bertemu untuk melakukan

kegiatan jual- beli, baik barang maupun jasa. Dengan demikian, pasar

muncul atau ada karena adanya kebutuhan manusia yang bermacam-

macam.

Pasar biasanya berada di persimpangan jalan atau tempat- tempat

yang strategis, dan juga sering kali mengambil nama dari tempat atau

daerah dimana pasar itu berada (Koentjaraningrat, 1984: 187). Demikian

pula dengan Pasar Pucok (Pucok merupakan nama pasar), pasar ini

berada di tengah Kota Baturaja, Di pasar inilah para wanita bakul

Page 44: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

30

berjualan sehari-hari. Pasar tersebut diberi nama Pasar Pucok oleh

penduduk setempat karena letak atau posisi pasar berada di tempat yang

berdataran tinggi, maka masyarakat setempat dan para pedagang yang

berjualan di pasar tersebut memberi nama Pasar Pucok. Mengapa diberi

nama Pucok dan menggunakan bahasa daerah? Pemberian nama

tersebut dilatarbelakangi oleh penduduk setempat karena , mereka

mayoritas orang Sumatera (penduduk asli) dan bahasa yang mereka

gunakan adalah bahasa daerah, bahasa itu mereka sebut dengan istilah

Bahasa Ogan (bahasa ibu penduduk Baturaja asli). Nama Ogan sendiri

diambil dari nama sungai yang ada di Baturaja, yaitu sungai ogan. Kota

Baturaja pun memiliki cerita tersendiri. Konon ada orang tua (sesepuh)

yang setiap harinya mencari ikan di Sungai Ogan, pada saat mencari ikan

itulah orang tua tersebut melihat ada bongkahan batu yang amat sangat

besar dipinggir sungai. Orang tua tersebut terkejut dan menggumam

dengan bahasa ogan. “ besaknyo batu ini cak rajo bae, apo ini rajonyo

segalo batu” (artinya: besar sekali batu ini, seperti raja, apa ini rajanya

semua batu).

Setelah saat itu banyak orang yang mengetahuinya, dan orang

mengenalnya kota tersebut dengan nama Baturaja. Bongkahan batu itu

sekarang ini sudah tidak terlihat seiring dengan semakin banyaknya

masyarakat Baturaja yang sering datang ke Sungai, batu terebut habis

terkikis oleh masyarakat setempat yang bermata pencaharian mencari

batu dan pasir di sungai. Mereka terpaksa mengambil batu tersebut

Page 45: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

31

karena semakin langkanya batu di sungai, yang telah habis diambil oleh

para pencari batu .

Di pasar inilah para bakul kecil yang berasal dari beberapa desa

yang berada di Baturaja berjualan atau melakukan transaksi. Selain

bertransaksi di pasar itu pula masyarakat banyak belajar dan banyak

mengetahui tentang dunia luar. Apa yang tidak mereka ketahui di rumah,

mereka ketahui di pasar, karena selain berjualan mereka juga

berinteraksi dengan orang-orang yang ada di pasar.

Awal mula berdirinya Pasar Pucok adalah karena adanya

kebutuhan masyarakat yang berada di Baturaja. Pasar ini sudah ada sejak

kira-kira tahun 1970 an. Pada waktu itu Pasar Pucok belum memiliki

bangunan yang bersifat permanen dengan los-los yang berjumlah

banyak, dan bakul-bakul yang ada pun hanya merupakan bakul-bakul

kecil yang menjual keperluan sehari-hari, meliputi sayuran, bumbu

dapur, buah-buahan dan sebagainya yang berasal dari hasil kebun

sendiri, namun dari waktu-kewaktu Pasar Pucok mengalami kemajuan,

dari sarana-prasarananya sampai pada pedagangnya. Hingga pada tahun

1993 pasar yang sudah semakin maju dan ramai penduduknya karena,

penduduk Baturaja pun sudah semakin banyak dan dari semua desa yang

ada rata -rata datang kepasar tersebut. Pasar Pucok kebakaran dan

semuanya terbakar habis, dan kegitan jual beli pun sempat macet dan

terhambat karena mau tidak mau lokasi dan bangunan yang ada harus

Page 46: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

32

direnovasi. Akhirnya pasar pun direnovasi dan menjadi lebih bagus serta

rapi hingga saat ini.

Adapun sejarah munculnya Pasar Pucok ini bermula dari

seseorang yang berasal dari desa Kampung Baru yang berjualan di

pinggir jalan. Pada waktu itu, dia hanya menjual sayuran dan buah-

buahan yang merupakan hasil pertanian setempat. Hal ini kemudian

diikuti oleh orang lain, dan lama-kelamaan tempat tersebut menjadi

ramai oleh penjual atau bakul yang tidak hanya berasal dari satu desa

saja. Namun kesemua bakul yang ada tersebut hanya merupakan bakul

kecil ( pedagang kecil). Dengan semakin banyaknya bakul yang

berjualan di tempat tersebut, mengakibatkan tempat yang ada dianggap

kurang memadai lagi. Setelah beberapa tahun ( kurang lebih 6 tahun).

Kemudian oleh pemerintah daerah Baturaja didirik an bangunan pasar

yang permanen yang bertempat di tempat semula, karena tempat yang

sudah ada dianggap tempat yang cukup strategis.

Sekarang dalam perkembangannya, Pasar Pucok merupakan

sebuah pasar yang pe rmanen, artinya pasar yang memiliki prasarana fisik

yang tetap. Bangunan fisik yang tersedia di Pasar Pucok berupa kios-

kios dan los-los. Kios-kios tersebut disewa oleh mereka yang berjualan

agak besar dan mampu. Sedangkan los- los yang ada dipakai oleh para

bakul, namun demikian ba nyak juga para bakul-bakul kecil yang menata

dagangannya di luar los, tapi di tempat yang sekiranya masih dapat

dipakai untuk menata dagangannya dengan hanya dialasi terpal ataupun

Page 47: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

33

karung-karung bekas saja (di pinggir-pinggir bangunan induk). Bakul-

bakul yang berjualan di pinggir-pinggir bangunan induk, biasanya

mereka dalam berjualan barang dagangannya hanya diletakkan di atas

tanah yang diberi alas ( di sebut bakul lesehan).

Berdasarkan tempat yang digunakan dalam menyajikan barang

dagangan para pedagang di pasar dibedakan atas dua golongan, yaitu

pedagang pasar dan pedagang kecil ( bakul cilik ). Pedagang pasar

adalah mereka yang menjual barang dagangannya pada tempat-tempat

yang telah ditetapkan sebagai tempat transaksi umum (los), sedangkan

pedagang kecil

( bakul cilik) adalah mereka yang berjualan di luar los. Pedagang yang

berasal dari desa Sumber Bahagia termasuk golongan yang kedua. Para

wanita bakul ini berjualan di Pasar Pucok karena di desa mereka (

Sumber Bahagia ) tidak ada pasar, adanya hanya kalangan saja.

Kalangan juga bisa disebut pasar, bedanya aktivitas yang sama dengan

pasar ini hanya bisa dinikmati se tiap hari minggu saja (satu kali dalam

seminggu).

Oleh karena itu mereka memilih berjualan ke Pasar Pucok.

Wanita bakul yang berjualan di pasar tersebut hanya menjual barang

dagangan dalam jumlah sedikit, baik yang berupa produksi sendiri

seperti tempe, jajanan, ataupun yang berasal dari kulakan ( membeli dari

orang lain untuk dijual lagi) seperti sayuran, bahan-bahan mentah dan

sebagainya. Untuk lamanya waktu berdagang biasanya mereka

Page 48: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

34

menghabiskan waktu sampai setengah hari. Mereka pulang apabila

dagangan yang dibawa terjual habis. Dengan demikian, mereka tidak

perlu seharian berada di pasar, sehingga mereka dapat mengurus rumah

tangga. Sebelum pulang terlebih dahulu mereka berbelanja kebutuhan

rumah tangga serta kebutuhan unutk persiapan perdagangan keesokan

harinya, khususnya bagi mereka yang berjualan makanan jadi.

Demikian sedikit gambaran tentang Pasar Pucok, yang

merupakan sebuah pasar dengan aktifitas perekonomian setiap hari, yaitu

dari pagi hingga siang hari dan jenis komoditas yang diperjualbelikan,

meliputi hasil pertanian seperti sayuran, buah-buahan (produksi lokal

seperti pisang, pepaya, nanas dan sebagainya), bumbu dapur dan lain-

lain. Setiap hari tidak kurang dari 300 orang pedaga ng yang melakukan

aktivitas di Pasar P ucok, dan ada sebagian dari para bakul-bakul kecil itu

berasal dari desa Sumber Bahagia .

2.2 Karakteristik Wanita Bakul

Peran wanita dalam ekonomi rumah tangga semakin penting sejalan

dengan menurunnya peranan sektor pertanian dalam perekonomian desa. Hal

ini yang mendorong munculnya perdagangan berskala kecil karena,

perdagangan berskala kecil tidak mengikat wanita untuk terus menerus

berdagang sepanjang hari, sehingga peranannya di dalam rumah tangga tidak

terlalu terganggu. Di samping itu bidang perdagangan kecil-kecilan sangat

mudah dimasuki oleh siapa saja karena , tidak ada syarat tertentu, seperti

pendidikan, keterampilan tertentu atau modal yang cukup besar yang harus

Page 49: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

35

dipenuhi. Dengan demikian, keterlibatan wanita dalam perdagangan sangat

menguntungkan bagi rumah tangga petani, karena dengan begitu mereka dapat

membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga harian.

Sebagian besar bakul di Desa Sumber Bahagia adalah wanita, bahkan

mereka yang berjualan di Pasar Pucok kesemuanya adalah wanita. Kesemua

wanita ini merupakan bakul kecil karena , barang yang mereka perdagangkan

hanya dalam skala kecil ata u berjumlah sedikit. Bakul kecil itu terdiri dari

bakul lesehan, bakul los, bakul walik dasar dan bakul ider. Bakul lesehan

adalah mereka yang menjual dagangannya dengan cara menggelar alas ( terpal

ataupun karung) di tanah ( lesehan). Bakul los adalah mereka yang menjual

dagangannya di los-los pasar. Sedangkan bakul walik dasar adalah pedagang

yang memperoleh barang dagangan serta menjual barang dagangan di tempat

yang sama, dan bakul ider adalah pedagang yang menjalankan usahanya

hanya dengan cara berkeliling menjajakan barang dagangannya, baik hasil

pertanian maupun nonpertanian. (Kutanegara, 1989:13- 16)

Di Pasar Pucok, para wanita bakul yang berjualan pada umumnya

berusia antara 40- 60 tahun. Hal ini disebabkan karena mereka yang berusia

relatif muda cenderung memilih bekerja di bidang lain, seperti buruh di

perkebunan, pembantu rumah tangga di kota, penjaga toko di kota dan

pedagang pasar di kota. Para wanita bakul ini pada umumnya berpendidikan

rendah, bahkan ada pula yang tidak berpendidikan. Akan tetapi, mereka

menerapkan arti pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya. Meskipun para

wanita bakul rata-rata kurang mengenyam bangku pendidikan, tetapi tidak

Page 50: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

36

mempengaruhi pengetahuan dan keterampilan mereka dalam berdagang,

karena menurut mereka keberhasilan dalam berdagang ditentukan oleh faktor

keberuntungan.

Di samping bekerja sebagai baku l, para wanita ini juga mempunyai

aktivitas lain sebagai kerja sampingan. Kerja sampingan adalah semua

pekerjaan yang dilakukan di luar aktivitas rumah tangga. Pekerjaan sampingan

tersebut meliputi sebagai buruh tani, buruh pembuat tempe, membantu suami

mengolah sawah, mencari kayu atau pun rumput, dan lain sebagainya. Namun,

walaupun mereka mempunyai aktivitas kerja yang bermacam- macam, tetapi

mereka tetap tidak melalaikan tugas utama mereka di dalam rumah tangga.

Oleh karena itu, mereka berusaha mengatur waktu dengan sebaik -baiknya,

sehingga semua pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik. Bila

dilihat dari segi waktu yang mereka pergunakan, terkadang tidak seimbang

dengan penghasilan yang mereka peroleh. Namun bagi mereka, hal tersebut

tidaklah menjadi permasalahan, karena yang penting bagi mereka adalah

mereka dapat memperoleh penghasilan tambahan. Di samping itu semua ini

juga tidak terlepas dari peranan atau keterlibatan suami di dalam aktivitas

mereka.

Dari beberapa suami responden, mereka mempunyai pekerjaan

berragam, ada yang bekerja sebagai petani, buruh dan ada juga yang nyambi

atau mempunyai pekerjaan sampingan sebagai tukang. Keterlibatan mereka

dalam aktivitas istri tampak pada saat mereka mempersiapkan barang

dagangan, bahkan seringkali juga mereka membantu dalam pengolahan,

Page 51: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

37

seperti membuat tempe. Misalnya membungkus tempe atau membantu

membuatkan biting ( alat penjepit bungkus tempe).

Dengan demikian, walaupun di antara suami dan istri masing- masing

mempunyai aktivitas kerja sendiri-sendiri, tetapi sebenarnya tidak dapat

bekerja secara terpisah. Contohnya, suami selain bertani seringkali juga ikut

membantu istri, dan istri pun selain mengurus anak, mengurus rumah dan

berdagang juga membantu suami mengolah sawah.

2.3 Rangkuman

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa peran wanita dalam proses

pemenuhan kebutuhan ekonomi rumah tangga semakin penting dan sangat

dibutuhkan untuk membantu suami yang dianggap sebagai kepala keluarga,

yang bertugas mencarikan nafkah untuk anak dan istri mereka. Sudah jelas

mengapa kebanyakan para istri turut serta mencari nafkah. Alasannya adalah

karena, penghasilan yang diperoleh suami tidak tetap dan tidak mencukupi.

Bagi masyarakat yang tinggal di pedesaan, hal semacam itu bukanlah

sesuatu yang aneh. Seorang istri ikut mencari nafkah untuk keluarganya

merupakan hal yang sangat lumrah (biasa) karena , yang terpenting bagi

mereka adalah mereka dapat memperoleh penghasilan tambahan. Berbeda

dengan keadaan masyarakat menengah ke atas. Walaupun mereka juga

bekerja, namun mereka bekerja bukan semata-mata untuk mencari nafkah dan

memenuhi kebutuhan rumah tangga karena, mereka memiliki suami yang

berpenghasilan cukup, mereka bekerja hanya untuk mencari kesibukan supaya

Page 52: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

38

tidak jenuh dengan rutinitas sebagai ibu rumah tangga. Itulah yang

membedakan antara masyarakat petani didesa dengan masyarakat kalangan

menengah keatas. Sama-sama wanita dan sama-sama bekerja, tetapi peran

mereka sangat jauh berbeda.

Page 53: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

39

BAB III

TRADISI HIDUP WANITA BAKUL

DALAM RUMAH TANGGA

3.1 Struktur Rumah Tangga

Di Desa Sumber Bahagia, antara suami dan istri dalam keluarga

mempunyai penghasilan yang tidak terlalu berbeda. Keduanya sama-sama

berusaha untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan rumah

tangga. Oleh karena itu, mereka berusaha melakukan berbagai kegiatan agar

kebutuhan rumah tangga tersebut dapat terpenuhi. Hal ini mereka lakukan

karena, pertanian yang mereka usahakan dianggap tidak lagi menjamin

stabilitas pendapatan rumah tangga mereka. Maka dari itulah banyak wanita

dari desa ini yang memilih bekerja di luar sektor pertanian. Namun, hal ini

ternyata tidak mengakibatkan terjadinya perubahan dalam keseimbangan kerja

antara suami dan istri dalam rumah tangga, walaupun keduanya sama-sama

melakukan aktivitas kerja. Hal tersebut karena antara keduanya sudah ada

pembagian kerja ataupun tugas dan tanggung jawab sesuai peranan masing-

masing, misalnya suami berperan dalam mengolah sawah atau mencari nafkah

dan istri mengurus rumah tangga, walaupun ia juga bekerja sebagai bakul.

Oleh karena itu, walaupun sibuk ia (istri) tetap harus bertanggung jawab

mengurus rumah tangga. Pembagian peran ataupun tanggung jawab tersebut,

bagi mereka sudah merupakan hal yang wajar karena, kesemua aktivitas kerja

Page 54: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

40

yang mereka lakukan tersebut semata-mata hanya untuk kepentingan rumah

tangga sendiri.

Adapun yang dimaksud dengan struktur ekonomi keluarga dalam

rumah tangga pada tulisan ini adalah keadaan, hubungan, serta peranan suami

dan istri dalam keluarga bakul, yang berkaitan dengan pendapatan rumah

tangga mereka, karena masing- masing dari mereka melakukan suatu pekerjaan

untuk tujuan yang sama yaitu demi kepentingan rumah tangga. Oleh karena

itu, dalam tulisan ini akan diungkapkan tentang aktivitas rumah tangga,

pembagian waktu, serta peranan suami dan istri dalam rumah tangga dalam

hal pengambilan keputusan.

3.2 Aktivitas Rumah Tangga

Dalam kehidupan masyarakat di daerah penelitian, keterlibatan pihak

laki- laki dalam sektor pertanian sangat menonjol, sedangkan wanita banyak

terlibat dalam sektor non pertanian, yaitu perdagangan. Keterlibatan wanita

dalam perdagangan ternyata menghasilkan keuntungan bagi rumah tangga

mereka, karena dengan berdagang mereka dapat memberikan bantuan dalam

memenuhi kebutuhan rumah tangga harian walaupun hasil yang diperoleh

terbatas.

Masyarakat desa pada umumnya secara normatif masih menganggap

bahwa peranan seorang wanita dalam rumah tangga adalah mengurus seluruh

kebutuhan anggota keluarga, sedangkan mencari nafkah merupakan urusan

kaum pria. Berbeda dengan masyarakat desa yang tinggal di daerah penelitian.

Pada masyarakat desa ini, tidak terdapat perbedaan peranan antara pria dengan

Page 55: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

41

wanita (suami dan istri) di dalam rumah tangga. Semua aktivitas sebisa

mungkin dikerjakan bersama-sama, apa yang bisa dilakukan mereka kerjakan

tanpa harus menyinggung peran masing- masing. Oleh karena itu, walaupun

seorang istri ikut berperan dalam membantu perekonomian rumah tangga,

dengan melakukan aktivitas perekonomian di luar rumah, tetapi tanggung

jawab mereka tetap berkewajiban mengelola rumah tangga, karena kegiatan

rumah tangga secara rutin merupakan pekerjaan utama bagi wanita. Begitu

pula dengan laki-laki, mereka tetap membantu pekerjaan rumah walaupun

mereka sudah bekerja mencari nafkah.

Bagi wanita bakul yang ada di desa Sumber Bahagia, peranan

sebagai ibu rumah tangga merupakan peranan yang utama. Jadi semua

aktivitas kerja yang dilakukan di luar aktivitas rumah tangga bagi mereka

hanya merupakan aktivitas sampingan, meskipun usaha kecil-kecila n yang

mereka lakukan tersebut sebenarnya merupakan usaha yang sangat

menguntungkan, walaupun keuntungan yang diperoleh tidak tetap dan

terbatas. Namun bagi mereka bentuk keuntungan yang diperoleh tidaklah

selalu dalam bentuk uang, karena sisa berjualan ya ng tidak laku dapat diolah

kembali di rumah. Hal seperti itu pun bagi mereka juga merupakan bentuk dari

keuntungan.

Aktivitas dalam rumah ta ngga sebagai aktivitas utama ibu-ibu tidak

pernah mereka lupakan, walaupun dalam keadaan sesibuk apa pun. Hal ini

terlihat pada waktu mereka sedang mempersiapkan barang-barang dagangan

atau ketika sedang mengolah bahan-bahan untuk dijual keesokan harinya.

Page 56: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

42

Pada waktu mereka sibuk mengurus hal-hal tersebut, mereka selalu

menyisihkan waktu untuk mengurus rumah, mencuci, ataupun memasak,

bahkan mereka juga ke sawah ataupun ke ladang untuk ikut membantu

suaminya. Begitu pula setelah pulang dari berjualan, mereka kemudian

kembali mengurus urusan rumah tangga, dan tidak lupa juga mengurus anak-

anak mereka, mengawasi dan membantunya dalam belajar. Semua aktivitas

tersebut mereka lakukan dari pagi hingga malam. Oleh karenanya, mereka

sering kali harus dapat membagi pencurahan waktu baik untuk aktivitas rumah

tangga maupun di luar rumah tangga.

Para wanita bakul tersebut harus dapat membagi waktu, agar semua

peran dapat dijalankan dengan baik dan seimbang. Selain menjalankan

kewajiban dalam rumah tangga, mereka kadang-kadang juga masih harus

memenuhi kewajiban-kewajiban sosial sebagai anggota masyarakat desa

tempat di mana dia tinggal. Contohnya seperti: nyumbang (memberi

sumbangan kepada saudara atau tetangga yang mempunyai hajat, ataupun ada

acara lainnya) yang melibatkan semua warga kampung atau warga desa.

Dengan demikian terlihat bahwa aktivitas yang harus mereka lakukan

sangatlah banyak, sehingga mereka harus dapat membagi peran dengan

sebaik-baiknya. Selain aktivitas dalam rumah tangga, berjualan sebagai

aktivitas sampingan memang tidak rutin mereka lakukan, misalnya jika

mereka sedang memiliki keperluan seperti pada saat panen, tandur (tanam),

atau keperluan lainnya, mereka akan berhenti berjualan untuk sesaat. Namun

demikian, berdagang merupakan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan

Page 57: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

43

rumah tangga karena , selain dapat membantu memenuhi kebutuhan pangan

sehari- hari, pendapatan dari berdagang ini juga memungkinkan bagi mereka

untuk memenuhi kewjiban-kewajiban sosial mereka di lingkungan

masyarakat. Di samping itu, dengan berdagang mereka juga memiliki

kekuatan atau wewenang untuk mengambil keputusan terutama dalam hal

memutuskan masalah kepentingan sehari- hari rumah tangga, seperti keputusan

dalam memberikan sumbangan, dalam mengelola urusan rumah tangga, serta

pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari rumah tangga dan sebagainya. Hal

seperti yang diungkapkan oleh salah seorang wanita bakul dari desa Sumber

Bahagia. Ia mengatakan bahwa aktivitas berjualan merupakan aktivitas

ekonomi yang sangat menguntungkan baginya, karena dengan berdagang

selain dapat membantu keperluan rumah tangga, ia juga dapat memperoleh

otonomi dalam mengelola rumah tangga. Misalnya, apabila ia ingin membeli

sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhan rumah tangga sehari-hari, maka ia

tidak perlu menunggu atau meminta uang dari suaminya. Begitu pula jika

anaknya meminta uang untuk jajan atau membeli kebutuhan sekolah, ia dapat

langsung memberikannya. Dengan demikian, adanya kekuatan dalam

memutuskan sesuatu kepentingan harian rumah tangga (otonomi) tersebut,

para wanita bakul tersebut dapat menunjukan peranan mereka yang sangat

penting dalam rumah tangga.

3.3 Alokasi Waktu

Di daerah penelitian, alokasi waktu yang digunakan oleh para wanita

bakul satu dengan yang lainnya berbeda-beda, tergantung dari jenis barang

Page 58: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

44

dagangan yang mereka jual. Bagi bakul makanan, waktu yang mereka

butuhkan lebih banyak dalam kegiatan berjualan. Dalam satu hari mereka

memerlukan waktu kurang lebih delapan jam untuk mengurus kegiatan

berdagang, dan sisanya untuk mengurus aktivitas rumah tangga. Adapun

untuk bakul tempe, waktu yang mereka pergunakan untuk mengurus kegiatan

berdagang juga lebih banyak, karena untuk mengolah kedelai memerlukan

waktu yang cukup lama. Pengolahan tersebut dimulai dari mencuci, memasak,

sampai membungkus serta menjualnya, kurang lebih memerlukan waktu 10

jam setiap harinya.

Bagi mereka yang berjualan sayuran dan bahan-bahan mentah, dalam

satu hari hanya memerlukan waktu kurang lebih lima jam untuk

mempersiapkan serta menjual ke pasar, sedangkan sisa waktu yang ada

dipergunakan untuk mengurus rumah tangga, sawah, tegalan, dan sebagainya.

Namun demikian, walaupun waktu yang mereka pergunakan banyak tersita

untuk mengurus kesemua aktivitas tersebut, tetapi mereka tetap menempatkan

suami dan anak sebagai prioritas utama dalam pencurahan waktu, kemudian

barulah dagangan dan lainnya. Dengan demikian, waktu yang mereka miliki

lebih mereka utamakan untuk keluarga, karena kesemua aktivitas tersebut bagi

mereka hanya merupakan aktivitas sampingan dalam rumah tangga. Hal inilah

yang membuat mereka terlihat berbeda dibanding wanita biasa lainnya (ibu-

ibu rumah tangga lain yang tidak bekerja sebagai bakul), karena walaupun

mereka memiliki aktivitas yang bermacam- macam namun kesemua aktivitas

tersebut tidak mempengaruhi peranan utama mereka di dalam rumah tangga.

Page 59: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

45

Menurutnya, walaupun berjualan dapat memberikan penghasilan

yang lumayan, namun tidak boleh meninggalkan tugasnya untuk selalu

mengurus suami dan anak. Jadi setiap selesai berjualan, mereka segera cepat

pulang agar dapat mengurus rumah, meskipun kadang-kadang anak

perempuannya sudah membantu mengurusnya. Di samping itu, para wanita

bakul ini pun selalu meluangkan waktu untuk dapat selalu bercakap-cakap

dengan suami dan anak-anak. Hal tersebut mereka lakukan agar antara

anggota keluarga dapat terjalin hubungan yang baik dan harmonis, cara

tersebut juga mereka maksutkan untuk memberikan perhatian kepada anak-

anaknya, karena para wanita bakul tersebut merasa telah menghabiskan

waktunya untuk berjualan.

Bagi para wanita bakul, pembagian waktu sangatlah penting agar

terjadi keselarasan dalam rumah tangga, dan masing-masing dari wanita bakul

tersebut sudah mempunyai pembagian waktu yang rutin dalam setiap harinya,

baik untuk aktivitas rumah tangga, berjualan, ke sawah, maupun kegiatan

kemasyarakatan.

3.4 Pengambilan Keputusan dalam Keluarga

Wanita selain sebagai ibu rumah tangga yang mengelola kegiatan

rutin rumah tangga dan sebagai pencari nafkah juga memiliki peran sebagai

pengambil keputusan. Mereka mempunyai peran sebagai pengambil keputusan

dalam hal mengatur ekonomi rumah tangga. Pada kehidupan keluarga wanita

bakul, mereka mempunyai pembagian peran dalam proses pengambilan

keputusan antara suami dan istri. Dalam berbagai bidang dalam lingkup rumah

Page 60: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

46

tangga, keputusan istri cenderung lebih do minan atau berperan. Sebaliknya

keputusan suami lebih berperan pada lingkup yang lebih luas, seperti hal-hal

yang berhubungan langsung dengan masyarakat. Adapun dalam bidang rumah

tangga seperti perjodohan anak, membangun rumah, ataupun membeli barang-

barang sekunder (televisi, radio, dan lain sebagainya) keputusan bersama lebih

dominan. Untuk pemberian sumbangan kepada orang yang mempunyai hajad,

cenderung diputuskan oleh istri. Hal ini seperti yang dialami oleh dua orang

bakul yang diambil sebagai responden, ketika mereka bermaksud membangun

rumah, mereka membicarakannya dan memutuskan bersama-sama. Dengan

demikian, kegiatan membangun rumah tersebut dapat terlaksana setelah

adanya kesepakatan di antara keduanya. Mereka menganggap kesepakatan

tersebut sanga t penting, karena hal ini menyangkut masalah ekonomi rumah

tangga mereka.

Adapun bakul lainnya mengatakan, ketika ia memutuskan berjualan

guna mencari tambahan penghasilan bagi rumah tangganya, mereka juga

membicarakan terlebih dahulu dengan suaminya, begitu pula dengan jenis

dagangan yang akan dijual juga merupakan kesepakatan bersama suaminya.

Bakul lainnya mengatakan bahwa segala urusan rumah tangga seperti

kebutuhan rumah tangga sehari-hari, biaya sekolah anak-anaknya,

memberikan sumbangan untuk orang yang mempunyai hajad, dan sebagainya

diserahkan kepadanya , katanya : “pokoke kulo sing ngurusi kebutuhan griya,

bapake lare-lare niku mung manut-manut mawon” ( Artinya, pokoknya saya

yang mengurus kebutuhan rumah, bapaknya anak-anak hanya ikut saja).

Page 61: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

47

Untuk pengolahan sawah atau tegalan, seperti memilih jenis padi atau sayuran

yang akan ditanam, pemupukan, dan sebagainya, kesemuanya ditentukan oleh

suami.

Salah seorang wanita bakul lainnya mengatakan bahwa semua

pengeluaran ataupun pemasukan dana rumah tangga selalu dipercayakan

kepadanya, karena dia yang dianggap tahu mana kebutuhan rumah tangga

yang perlu dan mana yang tidak. Kadang-kadang ada juga hal- hal tertentu

yang dibicarakan terlebih dahulu dengan suaminya. Hal ini biasanya

menyangkut pengeluaran dalam jumlah besar, seperti pada waktu mereka akan

membangun rumah, membeli kebutuhan sekunder rumah tangga, semua hal

tersebut selalu dibicarakan terlebih dahulu dengan suami. Demikian juga

dengan bakul lainnya, yang mengatakan bahwa semua pendapatan yang

diperoleh suaminya baik dari hasil sawah atau buruh, selalu diserahkan

kepadanya, karena menurut suaminya, wanitalah yang lebih tahu mengenai

urusan rumah tangga. Begitu pula ketika ia memutuskan untuk mengikuti

berbagai arisan guna mengatur strategi ekonomi rumah tangga mereka.

Dari kasus-kasus yang ada di desa Sumber Bahagia tersebut,

menunjukkan bahwa para wanita bakul yang ada di desa ini mempunyai

peranan yang sangat penting dalam memegang atau mengatur kebijaksanaan

keuangan rumah tangga. Mereka dipandang lebih mampu untuk mengatur

keuangan rumah tangga dari pada suaminya, dan terutama yang berkaitan

dengan masalah pengeluaran kebutuhan rumah tangga harian. Begitu pula

dengan pendapat dari Kodiran dan Hudayana (1990:10) yang mengatakan

Page 62: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

48

bahwa pria mempunyai wewenang yang lebih kuat dalam pekerjaan teknis

seperti bercocok tanam, sedangkan wanita lebih berkuasa dalam menentukan

anggaran belanja baik dalam aktivitas sosial maupun ekonomi.

3.5 Strategi Rumah Tangga

Dewasa ini, dalam perekonomian pedesaan pun uang telah menjadi

alat tukar yang makin penting. Permintaan akan barang dan jasa yang hanya

dapat diperoleh dengan uang telah mengakibatkan terjadinya peningkatan

kebutuhan akan uang pada kaum wanita di pedesaan. Dengan semakin

meningkatnya kebutuhan tersebut, menyebabkan mereka merasa bahwa hasil

yang diperoleh dari bertani dianggap kurang memadai, sehingga mereka

kemudian melakukan berbagai aktivitas kerja, di antaranya adalah berdagang.

Mereka memilih berdagang, karena berdagang merupakan aktivitas

perekonomian yang paling mudah dimasuki kaum wanita. Oleh karenanya,

sektor ini merupakan sektor yang banyak menyerap tenaga kerja, karena

perdagangan merupakan aktivitas ekonomi yang tidak memerlukan berbagai

macam syarat.

Berdagang bagi wanita bakul yang ada di desa Sumber Bahagia

merupakan aktivitas yang dilakukan untuk membantu ekonomi rumah tangga

atau suami, dan aktivitas ini hanya merupakan aktivitas sampingan di samping

rumah tangga dan bertani yang merupakan aktivitas utama mereka. Sebagai

aktivitas sampingan, berdagang juga memerlukan pencurahan waktu dan

tenaga seperti aktivitas rumah tangga dan lainnya. Untuk itu, mereka harus

Page 63: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

49

membuat berbagai strategi agar kesemua tugas dan tanggung jawab mereka

menjadi lebih ringan, sehingga mereka dapat menjalankan peranan di dalam

ataupun di luar rumah tangga dengan baik.

Adapun yang dimaksud dengan strategi dalam tulisan ini adalah segala

usaha yang dilakukan untuk mengatur rumah tangga berdasarkan potensi yang

dimiliki, untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien. Jadi

sebagai strategi yang dilakukan oleh para wanita bakul di desa ini merupakan

salah satu usaha yang dilakukan oleh mereka dalam mengatur rumah tangga

dengan melihat kondisi sosial dan ekonomi rumah tangga mereka masing-

masing. Dengan demikian, diharapkan beban dan tanggung jawab mereka

menjadi lebih ringan, sehingga keinginan mereka untuk membantu

meningkatkan kesejahteraan di dalam rumah tangga dapat tercapai.

Sebagai aktivitas sampingan, ternyata berdagang kadang-kadang dapat

menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi daripada penghasilan yang

diperoleh suaminya. Demikian kata salah seorang bakul. Ia mengatakan,

bahwa suaminya selain bertani juga bekerja serabutan, namun pekerjaan itu

tidak dilakukannya setiap hari. Kerja serabutan adalah pekerjaan yang bersifat

tidak tetap yang hanya dilakukan jika ada yang membutuhkan, serta berkaitan

dengan masalah pembelian suatu barang, dan dari pekerjaan ini pihak yang

membelikan akan mendapat upah sesuai dengan barang yang dibelikan. Jadi

dari kerja yang semacam itu penghasilnya tidaklah tetap, karena besar

kecilnya penghasilan yang diperoleh tergantung dari jenis barang yang

Page 64: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

50

dibelikan (seperti ketela, kayu, kacang kedelai, dan sebagainya tergantung

permintaan)

Penghasilan yang diperoleh setiap kali bekerja serabutan kadang-

kadang kurang dari Rp30.000,00 namun dapat juga mencapai Rp50.000,00

jika ia mendapatkan pekerjaan itu lebih dari satu orang. Istrinya sebagai bakul

makanan dalam satu hari dapat memperoleh uang Rp200.000,00 bahkan

kadang-kadang lebih.

Bakul lainnya mengatakan bahwa suaminya juga bekerja sebagai buruh

tani, selain mengolah sawah sendiri. Sebagai buruh tani, setiap kali bekerja ia

hanya mendapatkan kurang lebih Rp40.000,00 Sedangkan istrinya yang

berjualan di pasar, pendapatan hariannya kurang lebih Rp150.000,00 setiap

harinya. Dengan demikian, penghasilan yang diperolehnya kadang-kadang

lebih besar daripada suaminya. Namun para wanita bakul tersebut tidak pernah

mempersoalkan hal tersebut, karena yang terpenting bagi mereka adalah usaha

untuk membantu suami atau rumah tangga. Adapun penghasilan dari

berdagang tersebut sebagian besar dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan

atau biaya hidup sehari-hari, dan apabila ada sisa, mereka gunakan untuk

membeli barang kebutuhan sekunder atau disimpan. Jadi strategi dagang yang

mereka lakukan hanya didasarkan pada kepentingan menyelamatkan atau

memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka, sehingga mereka tidak pernah

memikirkan keuntungan yang diperolehnya hari ini, tetapi berapa banyak

kebutuhan hari ini yang dapat tercukupi. Dapat pula dikatakan bahwa mereka

Page 65: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

51

berdagang bukan untuk mengumpulkan modal tetapi untuk mendapatkan

barang konsumsi yang mereka butuhkan.

Untuk mencukupi kebutuhan ekonomi rumah tangga, masing- masing

dari wanita bakul yang ada di desa Sumber Bahagia memiliki strategi yang

berbeda-beda. Mereka selain bertani juga melakukan berbagai aktivitas kerja

seperti berdagang, menjadi buruh sawah maupun ladang, bahkan ada juga

yang bekerja sebagai tukang serta bekerja serabutan. Di samping itu, mereka

juga mengikuti kegiatan sosial kemasyarakatan, arisan, dan sebagainya. Dari

keenam wanita bakul, tidak semuanya memilih kegiatan arisan sebagai salah

satu strategi dalam mengatur keuangan rumah tangga mereka, walaupun

mereka mengakui bahwa arisan merupakan salah satu saran untuk menyimpan

uang. Dengan demikian, arisan bagi para wanita bakul di desa Sumber

Bahagia ini mempunyai fungsi ekonomis.

Arisan berfungsi ekonomis karena biasanya mereka yang mengikuti

kegiatan arisan sudah mempunyai rencana mengenai uang yang akan mereka

peroleh nantinya, apakah untuk membeli barang, untuk kebutuhan sekolah

anak, atau kebutuhan lainnya. Oleh karena itu, bagi mereka kegiatan arisan ini

sangat menolong dalam memecahkan masalah keuangan. Ini seperti yang

diungkapkan oleh seorang bakul. Bakul tersebut mengatakan bahwa untuk

mengatur ekonomi rumah tangga, dia mempunyai strategi sebagai berikut:

untuk keperluan sehari-hari dan membeli barang dagangan, dia mengambilnya

dari hasil berjualan di pasar, sedangkan untuk membeli beras diperoleh dari

hasil panen sawah dan hasil buruh. Adapun untuk biaya sekolah anak-anaknya

Page 66: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

52

diambil dari hasil perolehan arisan yang diikutinya. Bakul tersebut mengikuti

dua kegiatan arisan, yaitu arisan pasar untuk harian sebesar Rp5.000,00 dan

arisan bulanan sebesar Rp50.000,00 Dari kedua arisan yang diikutinya

terkumpul mencapai Rp1.000.000,00 dan dari pendapatan tersebut

dipergunakan untuk membiayai sekolah anak-anaknya. Arisan baginya

merupakan salah satu cara untuk memecahkan masalah keuangan rumah

tangganya. Alasan lain mengapa mereka mengikuti kegiatan arisan adalah,

karena dengan mengikuti kegiatan arisan ia dapat berkumpul dan

bersosialisasi dengan teman-teman dan tetangganya. Selain itu, ia juga dapat

memperoleh tambahan informasi se rta pengetahuan di luar masalah rumah

tangga dan perdagangan, sehingga dapat menambah wawasan.

Dari uraian tersebut, terlihat bahwa masing- masing wanita bakul yang

ada di desa Sumber Bahagia mempunyai strategi ekonomi sendiri-sendiri

dalam mengatur ekonomi rumah tangganya agar kebutuhan rumah tangga

mereka dapat tercukupi. Kesemua strategi tersebut mereka lakukan, karena

mereka merasa berkewajiban mengatur pengeluaran-pengeluaran maupun

pemasukan biaya rumah tangga dengan sebaik -baiknya, agar beban ekonomi

menjadi lebih ringan. Adapun berbagai macam strategi tersebut mereka

lakukan sesuai dengan kondisi sosial ekonomi rumah tangga mereka masing-

masing. Selain itu, kesemua aktivitas tersebut mereka lakukan semata- mata

untuk menjaga kelangsungan hidup seluruh anggota dalam rumah tangga.

3.6 Pendidikan Anak

Page 67: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

53

Dalam hal pendidikan anak-anak mereka, para wanita bakul sangat

mengutamakannya. Masalah biaya dan keperluan sekolah selalu menjadi

pertimbangan yang paling utama. Para wanita bakul ini tidak ingin anak-anak

mereka mengikuti jejak sang orang tua. Di luar masalah biaya, para wanita

bakul ini juga sangat memeperhatikan bagaimana anak-anaknya belajar di

rumah, walaupun para wanita bakul tersebut memiliki keterbatasan dalam hal

pelajaran atau ilmu pengetahuan, namun mereka tidak patah semangat untuk

terus melatih anak-anaknya, membimbing dan mengawasi dalam belajar.

Selain pendidikan formal di sekolah, mereka juga memperhatikan

bagaimana pengetahuan anak-anaknya tentang agama. Oleh sebab itu mereka

juga menganjurkan anak-anaknya untuk selalu belajar mengaji setiap sore

hari, karena mayoritas dari mereka adalah beragama islam. Mereka sangat

memperhatikan tentang agama, karena menurut mereka pengetahuan tentang

agama dapat dijadikan bekal hidup anaknya dimasa mendatang.

3.7 Rangkuman

Dari uraian tentang tradisi hidup wanita bakul dalam rumah tangga ini

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

3.7.1 Dalam struktur ekonomi rumah tangga, mereka antara suami dan istri

sama-sama bekerja untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi

kebutuhan rumah tangga. Peran wanita bakul dalam rumah tangga sangat

penting, selain mengurus kepentingan rumah tangga, mereka juga sangat

membantu dalam hal mencari nafkah. Para wanita bakul tersebut dapat

Page 68: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

54

menunjukkan peran mereka yang sangat penting dalam ekonomi rumah

tangga.

3.7.2 Alokasi waktu yang digunakan oleh para wanita bakul tersebut sangat

berbeda antara satu dengan yang lain, yaitu tergantung dari jenis barang

dagangan yang mereka jual, yaitu berkisar antara pukul 07.00-13.00.

Namun demikian, tanggung jawab untuk keluarga selalu mereka

utamakan

3.7.3 Pada kehidupan keluarga wanita bakul ,mereka mempunyai pembagian

peran dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian, para

wanita bakul tersebut memiliki kekuatan dalam memutuskan sesuatu

dalam berbagai bidang dalam lingkup rumah tangga. Keputusan istri

cenderung lebih dominan atau berperan. Sebaliknya keputusan suami

lebih berperan pada lingkup yang lebih luas, yaitu hal-hal yang

berhubungan langsung dengan masyarakat.

3.7.4 Strategi ekonomi yang dilakukan oleh para wanita bakul tersebut adalah

dengan melakukan aktivitas sampingan yaitu dengan berdagang. Dari

berdagang itulah mereka dapat memenuhi kebutuhan atau biaya hidup

sehari- hari.

3.7.5 Mengenai pendidikan anak, para wanita bakul juga sangat

memperhatikan. Baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal.

Biaya pendidikan tersebut mereka peroleh dari hasil berdagang yang

sengaja mereka sisihkan.

Page 69: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

55

Demikianlah tradisi hidup para wanita bakul dalam rumah tangga

dengan segala aktivitas dan tanggung jawabnya. Inilah ciri aktivitas rumah

tangga yang menjadi ciri folk kelompok wanita bakul, dengan segala masalah

dan kenyataan hidup yang harus mereka hadapi. Uraiaan tentang tradisis hidup

wanita bakul dalam aktivitas perdagangan akan dikemukakan pada bab

berikutnya.

Page 70: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

56

BAB IV

TRADISI HIDUP WANITA BAKUL

DALAM AKTIVITAS PERDAGANGAN

Dalam bab ini akan dibagi menjadi dua bagian, yaitu: pertama berisi

tentang aktivitas perdagangan para wanita bakul dari desa Sumber Bahagia, dan

menguraikan tentang usaha dagang yang mereka kerjakan, diantaranya meliputi

latar belakang memilih jenis dagangan atau komoditas tertentu, pengadaan

barang, serta pemasaran. Kemudian yang kedua akan membahas tentang

gambaran atau profil beberapa wanita bakul yang diambil sebagai sampel (contoh

kasus).

4.1 Usaha Dagang

4.1.1 Latar Belakang Memilih Jenis Barang Dagangan

Pasar memiliki peranan yang sangat penting bagi petani, karena

selain sebagai tempat untuk memasarkan barang-barang produksi juga

merupakan tempat untu006B mencari penghasilan dengan cara

berdagang (Wolf, 1983:65). Demikian pula dengan bakul-bakul yang

berasal dari Desa Sumber Bahagia. Pasar bagi mereka merupakan

tempat yang mempunyai peranan sangat penting, baik dari segi

ekonomi maupun dari segi sosial. Di pasar mereka dapat menjual

bermacam barang–barang produksi hasil pertanian maupun non

pertanian, selain itu di pasar mereka juga dapat memperoleh

Page 71: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

57

bermacam-macam informasi seperti: Harga barang-barang kebut uhan

sehari- hari, perkembangan suatu desa atau dusun tetangga, tentang

kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah dan sebagainya. Hal ini dapat

menambah wawasan serta pengetahuan mereka tentang keadaan di luar

aktivitas rumah tangga. Namun hal terpenting bagi mereka adalah

pasar merupakan tempat yang dapat membantu mereka untuk

memperoleh uang. Hal ini seperti diungkapkan oleh salah seorang

responden, yang mengatakan. “Kalau di rumah mau pinjam uang lima

ribu rupiah saja sulit, tetapi kalau di pasar mau pinjam uang ratusan

ribu tidak terasa, karena bisa di bayar dengan barang dagangan.”

Oleh karena itu, mereka memilih berdagang sebagai pekerjaan

untuk mendapatkan tambahan penghasilan, karena jika mereka pergi

ke pasar maka mereka akan mendapatkan uang, tetapi jika mereka

hanya di rumah saja maka sulit untuk mendapatkan uang. Dengan

demikian, dengan ke pasar mereka dapat membantu memenuhi

kebutuhan harian ruamah tangga.

Semua bakul yang ada di desa Sumber Bahagia merupakan bakul

kecil yang menjual barang dagangannya secara eceran. Jenis dagangan

yang mereka jual adalah tempe, sayuran, jajanan dan bahan-bahan

mentah, seperti telur, beras dan kebutuhan sembako lainnya. Adapun

mereka memilih jenis barang dagangan tersebut karena, jenis dagangan

ini merupakan barang-barang yang setiap hari dibutuhkan oleh

masyarakat, dan juga dengan alasan bahwa jenis dagangan semacam

Page 72: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

58

itu merupakan jenis dagangan yang cepat laku terjual karena,

masyarakat membutuhkannya setiap hari. Alasan lain mengapa

memilih jenis dagangan tersebut karena, sejak sebelum menikah sudah

berjualan dagangan tersebut, contohnya pedagang tempe. Usaha

dagang tempe telah mereka lakukan sejak belasan tahun lamanya,

mereka hanya meneruskan usaha yang sudah ada atau yang sudah

mereka lakukan ketika masih muda. Dengan demikian berdagang bagi

mereka bukanlah hal yang baru, mereka sudah melakuaknnya selama

bertahun-tahun.

Dari beberapa wanita bakul yang diambil sebagai contoh,

sebenarnya mereka sudah berdagang sejak mereka belum menikah.

Pada waktu itu mereka masih menjual bermacam- macam jenis

dagangan, baik bahan mentah, sayuran atau pun bahan kebutuhan

rumah tangga lain yang dapat langsung terjual. Kesemua barang

dagangan tersebut selain mereka peroleh dari kulakan (membeli dalam

jumlah yang lumayan banyak), ada juga yang merupakan hasil

produksi sendiri. Mereka menyebut cara berjualan seperti ini sebagai

pedagang serabutan. Adapun tempat yang mereka gunakan selain di

pasar adalah di rumah, kalau barang dagangan tidak habis terjual di

pasar mereka juga menjualnya di rumah.

Setelah menikah pun masih banyak dar i mereka yang tetap

berjualan, namun ada juga diantara mereka yang setelah menikah

berhenti berjualan untuk sementara waktu karena melahirkan. Setelah

Page 73: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

59

anaknya mulai besar dan bisa ditinggal, barulah kembali untuk

berjualan lagi. Ada pun mereka yang tetap berdagang, ada yang mulai

menjual satu jenis dagangan, bermacam –macam jenis dagangan, atau

pun malah berganti jenis dagangan. Seperti yang dilakukan oleh salah

seorang wanita bakul di desa Sumber Bahagia, pada mulanya hanya

berjualan tempe saja yang diproduksi sendiri, tetapi sekarang pindah

usaha dengan menjual sembako, karena menurutnya berjualan bahan-

bahan mentah lebih mudah dan tidaklah merepotkan.

Wanita bakul yang lainnya mengatakan bahwa alasan mereka

berjualan bermacam jenis dagangan karena pada saat itu anak-anak

mereka masih kecil-kecil sehingga mereka masih memerlukan banyak

biaya mulai dari biaya sekolah, jajan, maupun kebutuhan harian

lainnya. Kesemua biaya tersebut harus mereka peroleh secara cepat,

karena jika menunggu panen, terlalu lama. Bahkan kadang-kadang

hasil yang diperoleh pun belum tentu dapat diandalkan dan bahkan

sering kali habis dipergunakan untuk mengolah sawah berikutnya.

Maka dari itu, mereka lebih memilih untuk berjualan, dengan menjual

bermacam-macam jenis dagangan dapat lebih mudah untuk

mendapatkan uang. Mereka mau berdagang apa saja yang penting

cepat laku sehingga mendapatkan uang, demikian kata mereka.

Di sisi lain, mereka yang hanya menjual satu macam dagangan

saja mengatakan bahwa, mereka memilih jenis dagangan tersebut

(tempe) karena semenjak belum menikah sudah menjual jenis

Page 74: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

60

dagangan tersebut bersama orang tuanya, sehingga mereka hanya

meneruskan saja. Namun salah seorang bakul tempe yang lain

mengatakan bahwa dia menjual jenis dagangan ini karena untuk

membuat tempe tidaklah memerlukan modal yang terlalu besar. Selain

jenis dagangan, jumlah barang yang dijual oleh para wanita bakul

tersebut kebanyakan juga dalam jumlah yang cukup banyak. Untuk

mengangkut barang dagangannya ke pasar mereka harus dengan

angkutan umum, karena jarak yang harus ditempuh cukup jauh dan

tidak mungkin bila harus berjalan kaki. Begitu pula dengan bakul

tempe, dalam satu hari tidak kurang dari 30 kg kedelai yang

dibutuhkan untuk membuat tempe. Biasnya mereka merdagang sampai

tengah hari sampai dagangan yang mereka jual habis terjual, namun

jika sudah siang dagangan mereka masih tersisa, mereka membawanya

pulang kembali.

Dari latar belakang tersebut, terlihat bahwa keterlibatan para

wanita dalam usaha dagang ini sebenarnya merupakan alternatif untuk

meningkatkan taraf hidup. Adapun alasan memilih jenis dagangan

sangatlah beragam. Namun pada intinya mereka memilih jenis

dagangan tertentu yang cepat laku dan cepat mendapatkan uang.

Alasan lain karena , barang dagangan tersebut (sembako) merupakan

barang yang dibutuhkan oleh masyarakat banyak.

4.1.2 Pengadaan Barang

Page 75: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

61

Untuk pengadaan bahan-bahan mentah biasanya mereka membeli

dari pedagang besar di pasar setelah selesai berjualan, seperti bahan-

bahan untuk membuat makanan jadi atau jajanan. Bahan-bahan

tersebut mereka beli dalam jumlah yang cukup banyak, terutama untuk

bahan-bahan yang tahan lama karena , jika sewaktu-waktu mereka tidak

mempunyai uang mereka sudah mempunyai persediaan bahan. Hal ini

mereka lakukan karena, pendapatan dalam setiap harinya tidak tetap

dan bahkan kadang habis untuk belanja kebutuhan sehari- hari. Seperti

yang dialami oleh pedagang jajanan, untuk dapat berjualan setiap hari

banyak bahan yang dibutuhkan, seperti terigu, gula, minyak, telur dan

bahan-bahan lain yang diperlukan, padahal pendapatan yang

diperolehnya tidak tetap. Oleh karena itu, jika pendapatan yang

diperoleh lebih dari biasanya, maka akan dibelanjakan bahan-bahan

dalam jumlah yang lebih banyak, supaya dapat disimpan dan sewaktu-

waktu diperlukan tidak perlu bingung lagi. Menurut bakul tersebut

untuk menjual jajanan di pasar memerlukan sekitar Rp 200.000,00

setiap kali berjualan, karena sekarang ini harga-harga kebutuhan pokok

sangatlah mahal. Dalam pengolahan ia dibantu ole h suami dan

anaknya. Setiap kali berjualan, kurang lebih menjual 500 butir jajanan.

Berbeda dengan bakul makanan jadi, bakul tempe memperoleh

kedelai dari membeli di KUD (semua bakul tempe yang ada di Desa

Sember Bahagia merupakan anggota KUD). Namun karena letak KUD

yang jauh, maka mereka menggunakan sistem drop per unit di tempat

Page 76: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

62

salah seorang penduduk di Desa Sumber Bahagia. Alasan mereka

membeli kedelai di KUD, karena harganya yang lebih murah serta

mutunya lebih baik, seperti sekarang ini (April 2006) satu kg kedelai di

pasar mencapai Rp5.000,00 sedangkan di KUD berkisar antara

Rp4.000,00 sampai dengan Rp4.500,00 . Di samping itu, kedelai yang

berasal dari KUD dapat bertahan lama. Selain harga dan mutu, dalam

pembayarannya pun dapat dibayar sesudahnya (mengambil terlebih

dahulu). Oleh karena itu, mereka lebih memilih membeli di KUD,

sedangkan banyaknya kedelai yang mereka butuhkan dalam satu hari

sebanyak 40-50 kg, yang dapat dibuat menjadi tempe kurang lebih

sebanyak 400-500 bungkus, tergantung besar ke cil serta tinggi

rendahnya harga kedelai, tetapi biasanya mereka membuat tempe

dalam ukuran kecil dengan harga yang murah. Dengan demikian,

modal yang mereka pergunakan untuk berdagang pun juga berbeda-

beda. Para bakul ini tidak mau memakai buruh dalam pengolahan,

karena jika memakai buruh berarti mereka harus mengeluarkan biaya

untuk membayar buruh, sedangkan keuntungan yang mereka peroleh

tidak tetap. Oleh karena itu mereka memilih untuk mengolah sendiri

bersama keluarga (industri rumah tangga).

Berbeda dengan bakul sayuran. Bakul sayuran membeli atau

kulakan barang dagangannya dari tengkulak yang datang dari desa lain

yaitu Danau Ranau dan Liwa. Setiap pagi mereka menunggu sampai

mobil sayuran itu datang, lalu memborong atau membeli dalam jumlah

Page 77: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

63

yang tidak terlalu banyak sesuai dengan uang yang ada, baru kemidian

mereka menjualnya di pasar tersebut dengan mengecerkannya dengan

harga yang sudah berbeda karena, mereka juga mengambil untung,

walaupun tidak dalam jumlah yang banyak.

Dari uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa bakul kecil

merupakan usaha yang tidak memerlukan banyak modal. Ada pun

untuk modal awal, biasanya mereka meminjam dari saudara atau pun

dari hasil sawah. Namun seringkali dalam berjualan, mereka tidak

membedakan antara modal dan keuntungan sehingga hasil yang

diperoleh dari berjualan juga digunakan untuk berbelanja kebutuhan

sehari- hari.

4.1.3 Pemasaran

Bakul kecil merupakan usaha yang tidak memerlukan banyak

modal. Walaupun hanya merupakan jenis usaha kecil-kecilan, namun

di dalam menjalankan usahanya mereka juga berusaha mencari

keuntungan dan mengurangi kerugian sekecil mungkin. Demikian pula

di dalam memasarkan barang dagangannya, mereka juga

mengupayakan agar barang dagangannya cepat laku terjual. Salah satu

cara yang umum mereka lakukan adalah menawarkan barang dengan

harga yang murah. Dengan cara ini, mereka mengambil keuntungan

serendah mungkin untuk setiap jenis satuan barang, seperti untuk

tempe baik di pasar maupun di rumah dijual dengan harga Rp100,00

untuk setiap butirnya (dengan ukuran kacil), tetapi jika yang membeli

Page 78: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

64

juga bakul biasanya diberi tambahan, setiap kelipatan sepuluh pasti

ditambah dua, supaya tidak merasa rugi tetapi mendapat untung juga.

Begitulah cara mereka berbagi keuntungan dalam berjualan tempe.

Demikian dengan bakul jajanan, dia juga hanya mengambil

keuntungan sedikit untuk setiap satuan jenis makanan (biasanya

berkisar Rp 100 per butir ). Untuk bakul bahan mentah, mereka

biasanya sudah mempunyai kesepakatan harga dengan pedagang

tempat mereka kulakan, sehingga mereka tinggal mengambil

keuntungan dari harga jual yang diberikan. Selain masalah harga, cepat

tidaknya barang dagangn laku terjual sebenarnya tergantung pula dari

banyak sedik itnya pembeli. Ada saat-saat dimana barang dagangan

mereka lebih cepat laku, seperti pada saat musim liburan. Begitu pula

dengan bakul jajanan, jika musim liburan sekolah mereka dapat

menjual dagangannya lebih banyak, dan biasanya pendapatan pun

lebih banyak yaitu dua kali lipat dari hari biasa. Namun demikian,

tidak jarang pula barang dagangan mereka lambat laku bahkan

mungkin tidak laku. Maka dari itulah, untuk mencegah kerugian

karena barang dagangan cepat membusuk (seperti sayuran dan jajanan,

ataupun barang yang tidak dpat tahan lama) maka bakul harus

membanting harga, tetapi jika ada yang mau menjualkannya maka

barang dagangan tersebut akan dititipkan pada pedagang lain, namun

sering kali bakul harus berkeliling pasar untuk menawarkan barang

dagangannya. Apa bila barang dagangan yang tidak laku tersebut

Page 79: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

65

masih dapat diolah menjadi makanan jadi, maka barang dagangan

tersebut akan dibawa pulang ke rumah dan diolah sendiri untuk di

makan sendiri. Bagi mereka, hal ini juga dianggap sebagai bentuk

keuntungan dari usaha mereka.

Dalam pemasaran barang dagangan, mereka tidak pernah

mempermasalahkan tentang persaingan antar sesama bakul. Walaupun

mereka tidak pernah membuat kesepakatan bersama mengenai harga

barang yang dijual, tetapi harga jual yang mereka tawarkan biasanya

hanya berbeda sekitar Rp100,00-Rp200,00 setiap barangnya, dan hal

tersebut bagi mereka sudah dianggap sebagai hal yang wajar. Di

samping itu, diantara mereka sudah ada saling pengertian sebagai

sesama bakul.

Dari uraian tersebut terlihat bahwa bakul sebagai pedagang

berskala kecil mempunyai pendapatan yang bervariasi

setiap harinya, tergantung ramai atau sepinya pembeli. Padahal

pengeluaran mereka terus-menerus dalam setiap harinya. Dengan

demikian, walaupun pendapatan yang mereka peroleh terbatas, namun

ternyata mereka dapat membantu memenuhi kebutuhan harian rumah

tangga.

4.2 Kehidupan Enam Orang Wanita Bakul

Bakul kecil yang berjualan di Pasar Pucok cukup banyak

jumlahnya, tetapi yang berasal dari Desa Sumber Bahagia ada kurang lebih

Page 80: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

66

dua puluh orang. Seperti wanita pedesaan Jawa pada umumnya, mereka juga

ikut membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga dengan berdagang.

Mereka berjualan dengan menggunakan karung atau pun terpal untuk

mengalasi barang dagangannya, kecuali mereka yang menjual makanan,

mereka menggunakan tampah atau baskom untuk tempat dagangannya.

Mereka setiap hari dengan sabar menunggui barang dagangannya di Pasar

Pucok.

Sebagai contoh kasus, disini penulis memaparkan sebagian kecil

dari gambaran kehidupan enam orang wanita bakul dari desa Sumber

Bahagia. Dari studi kasus ini diharapkan dapat diungkapkan secara lebih

mendalam faktor- faktor yang menyebabkan mereka terlibat dalam

perdagangan. Berikut ini pemaparan tentang keenam wanita bakul yang

diambil sebagai responden.

4.2.1 Bu Joyo

Bu Joyo merupakan salah satu responden yang berjualan

tempe, dan ia merupakan responden tertua dari enam responden

dalam penelitian ini. Walaupun usianya sudah mencapai 65 tahun,

tetapi ia masih aktif berjualan, ke sawah, ke ladang, mencarikan

rumput untuk kambing-kanbingnya, maupun mengerjakan rutinitas

rumah tangga lainnya. Selintas terlihat bahwa apa yang dikerjakan

tidak selaras dengan usianya yang sudah tua. Dalam satu hari kurang

lebih selama 12 jam lamanya ia bekerja, mulai dari mengolah

Page 81: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

67

kedelai, menjual ke pasar, mengurus rumah tangga sampai pergi ke

ladang. Semua aktivitas dan rutinitas itu ia kerjakan dengan senang

hati dan tanpa mengeluh.

Wanita yang berasal dari desa Sumber Bahagia ini

mempunyai tujuh orang anak, lima orang sudah menikah sedangkan

yang dua orang masih bersekolah yaitu STM dan SMP. Walaupun

Bu Joyo tidak pernah mengenyam bangku pendidikan, namun

hampir semua anaknya mengenyam pendidikan sampai bangku

SMA, kecuali yang masih bungsu dan sekarang masih duduk di

bangku SMP. Bu Joyo dengan susah payah menyekola hkan anak-

anaknya karena, menurutnya pendidikan merupakan hal yang sangat

penting.

Bu Joyo mulai berdagang sejak usia 15 tahun. Pada waktu

itu, ia masih berjualan gula, beras, tempe dan sebagainya termasuk

juga bumbu-bumbu dapur. Di usia itu Bu Joyo hanya membantu

ibunya. Namun karena terus- menerus rugi, akhirnya ia memutuskan

untuk berjualan sendiri. Awal mula berjualan sendiri Bu Joyo

berjualan tempe, sama seperti orang tuanya. Sebagai modal awal, ia

meminta bantuan oarng tuanya. Ia mengambil dagangan orang

tuanya, menjualkannya dan mengambil untung sedikit demi sedikit

dan hasil itu kemudian digunakan untuk membuka usaha sendiri

yang bertahan sampai sekarang ini. Bu Joyo bekerja memproses

kedelai mulai pukul 04.30 pagi hari, kemudian sambil merebus

Page 82: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

68

kedelai ia juga mengerjakan pekerjaan rumah sampai pukul 06.30,

lalu setelah itu baru Bu Joyo berangkat ke Pasar Pucok untuk

menjual tempe yang sudah jadi, yang sudah di buat dua hari

sebelumnya. Dalam menjual tempe ini, biasanya ia hanya menjual

dalam jumlah yang tidak terlalu banyak, karena biasanya tempe hasil

buatannya seringkali sudah dibeli oleh tetangganya atau bakul-bakul

lain di rumah. Bu Joyo akan segera pulang apa bila dagangan yang

dibawanya sudah terjual habis, biasanya berkisar antara jam 11.00-

11.30. Sering kali Bu Joyo pulang dengan membawa belanjaan

kebutuhan sehari- hari yang dibelinya di pasar. Kemudian setelah itu,

ia kembali bekerja mengolah kedelai sampai pada pembungkusan,

baru kemudian disimpan dan menjadi tempe yang siap dijual

kembali. Dalam membungkusnya, ia dibantu oleh anak perempuan

dan menantunya.

Sekarang, dalam satu hari Bu Joyo hanya membutuhkan

kedelai sebanyak 40 kg untuk membuat tempe. Hal ini disebabkan

sekarang sudah banyak penduduk di Desa Sumber Bahagia yang

membuat dan menjual tempe. Dengan menurunnya jumlah tempe

yang dijualnya, maka pendapatan yang diperoleh Bu Joyo menurun

pula. Sekarang dalam satu hari, ia hanya memperoleh uang sekitar

Rp 200.000,00. Berbeda dengan dulu, sebelum banyak pedegang

tempe. Pendapatan yang diperolehnya bisa lebih besar, yaitu sekitar

kurang lebih Rp400.000,00.

Page 83: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

69

Suami Bu Joyo adalah seorang petani, dan tidak memiliki

penghasilan yang tetap. Itulah alasan mengapa Bu Joyo bertahan

dengan pekerjaannya sebagai seorang pedagang tempe, karena jika

tidak kebutuhan hidupnya akan diperoleh dari mana. Hasil dari

kebun tidak dapat diandalkan, jika ada hasilnya pun itu cuma cukup

untuk biaya sekolah dua orang anaknya. Pak Joyo tidak memiliki

kebun karet seperti yang lainnya, alasan Pak Joyo tidak menanam

karet karena lahan yang dia punya cuma sedikit dan tidak luas, dan

lahan itu tiap tahun ditanami padi. Jadi kalau dia menanam karet

maka dia tidak bisa menanam padi,untunglah apa yang dimiliki

keluarga Pak Joyo, baik rumah maupun tanah adalah miliknya

pribadi yang sah.

Namun demikian, walaupun mereka hidup dengan pas-pasan

tetapi mereka tetap bahagia. Bu Joyo iklas membantu suaminya

mencari nafkah dan bekerja dengan senang hati, karena berdagang

merupakan pekerjaan yang biasa dilakukannya sejak muda, sejak ia

masih tinggal di Salatiga. Dengan penghasilan yang tidak begitu

banyak, berkisar antara Rp40.000,00-Rp50.000,00 pada waktu itu,

dan menurutnya cukup membantu perekonomian rumah tangga. Oleh

karena itu pekerjaan ini tetap dilakukannya, di samping itu dengan

berdagang ia dapat membantu memenuhi kebutuhan harian lainnya,

Jadi menurut Bu Joyo, jika orang ingin mendapatkan sesuatu maka ia

Page 84: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

70

harus bekerja. Jika tidak bekerja, maka ia tidak akan mendapatkan

apa-apa.

4.2.2 Bu Daonah

Pengetahuan lebih mendalam tentang kehidupan bakul dapat

dilihat dalam hal- hal yang sungguh di luar dugaan. Pada dasarnya

keberadaan mereka sebagai wanita bakul di desa bukanlah wanita yang

pantas disebut bodoh atau terbelakang. Misalnya Bu Daonah, ibu dari

tiga orang anak ini berhasil menghantarkan dua orang anaknya menjadi

sarjana.

Bu Sarimpi berusia 55 tahun dan berasal dari Wonosobo.

Pekerjaan sebagai bakul sudah dilakukannya sejak masih tinggal di

Wonosobo. Namun pada saat itu, sebelum ia menikah, ia masih

berjualan tempe bersama orang tuanya. Namun setelah ia menikah

dengan Pak Suryo yang berasal dari Banjarnegara, kemudian ia pindah

dan bertransmigrasi ke Sumatra tepatnya di desa yang sampai saat ini

dihuninya yaitu desa Sumber Bahagia, dan untuk sementara waktu ia

berhenti berjualan. Ketika anak-anaknya mulai besar dan dirasa sudah

dapat ditinggal, kemudian ia mulai berjualan kembali sekitar tahun

1986. Hanya dengan bermodalkan Rp15.000,00 akhirnya Bu Daonah

memutuskan untuk berjualan bahan-bahan mentan seperti, beras, telur,

gula. ikan asin, bumbu dapur dan sayuran. Kesemua barang dagangan

tersebut diperoleh dari kulakan pada tengkulak yang ada di Pasar

Page 85: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

71

Pucok. Adapun alasan Bu Daonah berganti jenis dagangan dari

berjualan tempe berpindah menjadi berjualan bahan-bahan mentah,

karena menurutnya untuk membuat tempe memerlukan tenaga yang

cukup banyak serta waktu yang lama, dan dia tidak dapat lagi pergi ke

sawah untuk membantu suaminya, padahal sawah yang seluas kurang

lebih 1.000 m2 tersebut harus selalu diolah setiap harinya.

Suami Bu Daonah hanyalah seorang petani dan tidak memiliki

pekerjaan serta penghasilan lain selain dari hasil sawahnya, mereka

sama-sama tidak mengenyam bangku pendidikan jadi mereka merasa

tidak memeliki modal untuk mencari pekerjaan di kota. Dari hasil

sawah yang dikerjakan oleh pak Suryo hasilnya tidak begitu banyak,

dan terkadang sawahnya harus gagal panen. Jadi hasil sawah tersebut

dikhususkan mereka untuk biaya sekolah, dan untuk makan sehari- hari

diambil dari hasil berdagang sang istri, dengan pendapatan yang cukup

lumayan, kurang lebih Rp300.000,00 per hari. Itulah alasan mengapa

Bu Daonah harus tetap bertahan berdagang sampai sekarang, karena

jika ia tidak berdagang maka keluarganya harus makan apa. Namun

mereka tetap beruntung karena lahan sawah dan pekarangan serta

rumah yang mereka tempati adalah milik pribadi, mereka tidak perlu

menyewa lagi. Itu semua mereka dapatkan dari pemerintah semenjak

pertama kali datang, karena mereka adalah keluarga transmigran.

Dahulu Bu Daonah merupakan seorang bakul bahan mentah yang

cukup besar. Ia tidak hanya menjual barang dagangannya ke Pasar

Page 86: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

72

Pucok saja, tetapi juga menjualnya setiap kali ada kalangan (pasar

mingguan). Di samping berjualan, sering kali ia juga membelanjakan

bahan-bahan mentah lainnya untuk kemudian dijual kembali. Oleh

karena itu, waktu yang dipergunakan dalam melakukan aktivitas

perdagangan cukup lama. Kesemua usaha tersebut ia lakukan karena

pada waktu itu anak-anaknya masih kecil serta membutuhkan banyak

biaya, di samping kebutuhan harian rumah tangga dan sebagainya,

yang kesemuanya memerlukan biaya yang cukup banyak, bahkan

kadang-kadang harus diperoleh dengan cepat. Sementara hasil sawah

yang diperoleh terkadang sudah habis digunakan untuk pengolahan

sawah selanjutnya, seperti membayar orang-orang yang membantu

menanam padi, membajak, maupun untuk biaya memberi makan dan

minum orang-orang tersebut. Oleh sebab itulah, kemudian ia

berdagang untuk membantu memenuhi tambahan kebutuhan rumah

tangga tersebut.

Setelah anak-anaknya dewasa da n selesai sekolah dan ada yang

sudah menjadi sarjana, kemudian ia berhenti berjualan dalam skala

besar, karena sudah tidak lagi membiayai anak-anaknya yang sudah

tamat sekolah dan bahkan sudah ada yang bekeja. Sekarang, berjualan

bagi Bu Daonah merupakan salah satu aktivitas sehari-hari yang biasa

dilakukannya. Selain dapat untuk menambah kebutuhan harian rumah

tangga, juga dapat untuk menambah wawasan, di samping itu dengan

pergi ke pasar dapat menghilangkan kejenuhan dari aktivitas rumah

Page 87: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

73

tangga. Namun satu hal yang terpenting menurut Bu Daonah adalah,

sebenarnya antara sawah dan bakul merupakan dua hal yang berkaitan

dalam membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga.

4.2.3 Bu Roidah

Bu Roidah dan suaminya bukanlah penduduk asli Desa Sumber

Bahagia yang mulanya berangkat menjadi transmigran. Bu Roidah dan

suaminya berasal dari desa Barito. Setelah mereka menikah, kemudian

membeli tanah dan pindah ke Desa Sumber Bahagia pada tahun 1990,

jadi rumah yang ditempatinya sekarang ini sudah sah menjadi miliknya.

Sebelum pindah Bu Roidah sudah berjualan, dan ketika pindah pun Bu

Roidah tetap berjualan. Dia berjualan jajanan (makanan kecil) di Pasar

Pucok sejak tahun 1986, sebelum pindah ke Desa Sumber Bahagia pun

ia sudah berjualan di pasar tersebut. Bu Roidah sekarang berumur 52

tahun, ia memiliki empat orang anak, dan dari keempat anaknya itu

sekarang sudah menikah semua. Sampai saat ini suami Bu Roidah tidak

memiliki pekerjaan apa-apa, mereka pun tidak memiliki ladang atau

sawah yang bisa diolah untuk menambah penghasilan, karena ketika

pindah, uang yang mereka punya hanya cukup untuk membeli rumah

saja. Maka dari itu untuk dapat menyambung hidup dan makan setiap

hari Bu Roidah rela berjualan jajanan. Selain sebagai istri, Bu Roidah

merupakan tulang punggung keluarga. Untungnya ia hanya membiayai

Page 88: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

74

hidup dirinya sendiri serta suaminya, karena anak-anak mereka sudah

tidak lagi bergantung padanya melainkan pada suami mereka masing-

masing, karena tidak memiliki pekerjaan tetap, maka suami Bu Roidah

pun hanya bekerja serabutan, ia bekerja apabila ada tetangganya yang

meminta bantuannya, seperti nukang (menjadi tukang), membelikan

kayu, dan lainnya (apapun yang diminta tetangganya ia lakukan), itu pun

tidak setiap hari ada yang membutuhkan tenaganya, namun demikian

menurutnya itu lumayan untuk tambah-tambah uang belanja.

Selain berjualan di Pasar Pucok, Bu Roidah juga menjual

jajanannya di desa. Ia berkeliling desa menawarkan jajanannya pada

penduduk setempat, itu ia lakukan dua kali dalam seminggu, karena bila

setiap hari ia takut orang akan bosan dan tidak laku. Bukan hasil yang ia

dapat tapi malah rugi. Bu Roidah memilih berjualan jajanan karena

modal yang ia punya hanya cukup untuk membuka usaha itu saja. Uang

yang dimiliki sudah habis untuk membeli rumah yang sekarang ini ia

tempati bersama suami. Sebetulnya ia ingin sekali berganti usaha, tapi

apa boleh buat, ia hanya mampu berjualan itu saja. Namun demikian Bu

Roidah tetap bersemangat dan tidak mengeluh, karena menurutnya

memang itu jalan hidup yang harus ia lalui bersama suami.

Ibu berputera empat orang ini berpenampilan tenang dan agak

pendiam dalam kesehariannya. Namun hal ini tidak mengurangi lakunya

dagangan yang ia jual. Dalam satu hari ia dapat memperoleh uang antara

Rp200.000,00-Rp250.000,00 dari hasil berjualan tersebut Bu Roidah

Page 89: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

75

mendapatkan keuntungan kurang lebih Rp50.000,00 dan biasanya

pendapatan tersebut langsung dibelanjakan bahan-bahan kebutuhan

untuk dagangan yang akan dijual berikutnya serta kebutuhan harian. Jika

pendapatan yang diperolehnya berlebih, maka ia akan belanja lebih

banyak dari biasanya, dan ia simpan sebagai persediaan. Dalam

mengolahnya Bu Roidah tidak jarang dibantu juga oleh suami. Apalagi

bila akan berjualan di pasar, ia harus bangun lebih awal karena pukul

06.30 sudah harus berangkat. Berbeda ketika ia akan berjualan keliling

desa, karena berangkatnya siang hari maka ia tidak perlu tergesa-gesa

dalam pengolahan, dan ia pun memiliki sedikit waktu untuk istirahat.

Anak-anak Bu Roidah semuanya mengenyam bangku pendidikan

walaupun hanya sampai SMP. Ia tetap bersyukur walaupun anak-

anaknya tidak sekolah sampai jenjang yang lebih tinggi. Menurutnya itu

lumayan dari pada yang tidak pernah sekolah sama sekali.Tidak terlepas

dari segala usaha yang dilakukan Bu Roidah, sebenarnya usaha tersebut

tidak terlepas dari prinsip yang dimilikinya. Ia berprinsip bahwa di

dalam rumah tangga, baik pria maupun wanita (suami dan istri) sama-

sama mempunyai tanggung jawab terhadap rumah tangga. Oleh karena

itu, mereka harus bersama-sama untuk saling membantu ba ik di dalam

mengolah rumah tangga maupun di dalam memenuhi kebutuhan hidup

keluarga.

4.2.4 Bu Wastini

Page 90: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

76

Jam sudah menunjukan pukul 11.00 ketika Bu Wastini di temui

dirumahnya. Ia baru pulang dari pasar, katanya:

“ Nyuwun ngapunten nggih mbak, kulo seg wangsul saking peken amargi

rampung dodolan, kulo langsung belonjo kebutuhan” ( maaf mbak, saya

baru pulang dari pasar, karena setelah selesai berjualan saya langsung

belanja kebutuhan).

Ibu berbadan gemuk tetapi ramah dan supel ini merupakan

responden termuda, ia berusia 41 tahun. Ibu dari enam orang anak ini

berjualan sayuran di Pasar Pucok. Hal yang mengagumkan dari ibu ini

adalah walaupun tidak berpendidikan, namu ia sangat mengutamakan

pendidikan bagi anak-anaknya. Bahkan anak yang tertua sudah menjadi

seorang guru SD di desa Gunung Meraksa. Sedangkan yang lainnya masih

duduk di bangku SMU serta SD.

Berdagang bagi Bu Wastini merupakan usaha yang sudah lama

dilakukannya. Sebelum berjualan sayuran, ia berjualan tape ketan dan ubi,

serta menjualkan atau memb elikan barang kebutuhan harian rumah tangga

tetangganya. Pekerjaan itu kemudian terhenti untuk sementara waktu

karena melahirkan dan d i samping itu juga karena ibu mertua yang biasa

mengasuh anak-anaknya jika ia sedang berjualan, telah meninggal. Jadi ia

harus mengasuh dan merawat anak-anaknya sendiri.

Suami Bu Wastini adalah seorang buruh, ia bekerja mengurus kebun

karet milik kepala desa Sumber Bahagia yang bernama Ir. Didik. Dari

buruhnya itu suami Bu Wastini memperoleh setengah dari hasil yang

Page 91: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

77

didapat setiap bulan, dan yang setengahnya lagi diberikan kepada pemilik

ladang. Hasil yang diperolehnya setiap bulan ia gunakan untuk membiayai

sekolah anak-anaknya. Itu sebabnya mengapa Bu Wastini memilih tetap

berjualan sayuran, karena penghasilan suami tidak memungkinkan untuk

mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. “ Dapur tidak akan keluar asap

kalau saya tidak ikut cari uang, mbak. Bagi saya tidak apa-apa hidup

prihatin, yang penting adalah anak-anak saya bisa sekolah dan hidup

senang nantinya. Orang tua kan selalu mengalah demi anak-anaknya”, ujar

Bu Wastini dengan tegar. Mereka tidak memiliki ladang sendiri, yang

mereka miliki adalah rumah yang sekarang ini ditempati dan sedikit

pekarangan di belakang rumah yang hanya ¼ ha. Walaupun tidak luas tapi

tanah dan rumah itu merupakan milik mereka pribadi dengan surat

kepemilikan yang sah. Pada lahan pekarangan yang tidak luas itu, mereka

menanam sayuran dan pisang serta rambutan. Bila saat panen hasil kebun

tersebut mereka jual sendiri ke pasar, walaupun hasilnya tidak seberapa

tapi lumayan untuk tambah-tambah uang belanja dan modal berdagang.

Sayuran lain yang bukan hasil kebun sendiri itu ia peroleh dari membeli

pada tengkulak yang datang dari desa lain yaitu Danau Ranau dan Liwa,

karena memang hanya disanalah sayuran dapat hidup dengan subur.

Suyuran itu berupa sawi, kol, buncis,wortel, dan lainnya. Bu Wastini tidak

pernah membeli dalam jumlah yang terlalu banyak, karena keterbatasan

modal. Ia membeli secukupnya, dengan uang yang dimiliki.

Page 92: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

78

Dari menjual sayuran Bu Wastini tidak mengambil keuntungan

yang banyak, yang penting baginya adalah dagangannya terjual habis dan

tidak rugi karena busuk. Sayuran bukanlah barang yang dapat bertahan

lama, jadi setiap hari Bu Wastini harus berusaha bagaimana caranya

supaya dagangannya tidak bersisa. Biasanya bila sampai siang hari dan

sudah waktunya untuk pulang dagangannya masih tersisa, maka ia

menjualnya di rumah, kadang ia pun membawa dagangannya keliling desa

. Dalam sehari Bu Wastini biasanya mendapatkan uang antara

Rp300.000,00-Rp350.000,00. Itulah gambaran keuletan dan kerja keras

seorang wanita yang berjuang untuk keluarganya.

Menurut Bu Wastini, wanita bekerja merupakan hal yang wajar,

apalagi hal itu dilakukannya untuk kepentingan rumah tangga. Hal tersebut

juga berlaku pada dirinya. Sejak kecil ia sudah biasa bekerja, karena orang

tuanya bukanlah orang yang mampu, sehingga sebagai anak pertama ia

harus bekerja membantu orang tuanya, itu ia lakukan sejak ia masih sangat

muda, dengan demikian ia banyak sekali memdapat pengalaman tentang

berjualan. Mulai dari berjualan ketela, tape, daun pisang, gori, atau bahan-

bahan mentah yang dititipkan oleh tetangganya untuk dijualkan. Kesemua

itu dilakukannya untuk membantu ekonomi rumah tangga, karena

penghasilan yang didapat dari bekerja sebagai buruh yang dilakukan

suaminya tidaklah cukup. Demikianlah Bu Wastini, walaupun hanya

seorang wanita desa yang sederhana dan lugu, tetapi merupakan wanita

Page 93: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

79

yang sangat ulet dalam bekerja demi membantu kebutuhan ekonomi rumah

tangga.

4.2.5 Bu Otang

Bu Otang berusia 50 tahun dan berasal dari Bandung. Ia dan

suaminya pindah ke Desa Sumber Bahagia pada Tahun 1991, mereka

membeli tanah pekarangan dan sawah milik warga yang hendak di jual

pada waktu itu. Sawahnya seluas 1 ha, sedangkan tanah pekarangannya

seluas ¼ ha, yang sekarang ini sudah sah menjadi miliknya. Suami Bu

Otang bekerja mengerjakan sawah miliknya sendiri, sedangkan Bu

Otang membantu ekonomi rumah tangga dengan cara berjualan kecil-

kecilan. Dengan modal yang sedikit ia mencoba mencari keuntungan

dengan menjual buah pisang, dan hasilnya pun lumayan. Namun,

kadang-kadang ia juga dititipin dagangan lain hasil kebun sendiri oleh

tetangganya, seperti daun ubi, pepaya, kangkung dan lain- lain. Dari situ

pun Bu Otang mendapatkan sedikit keuntungan. Bila dagangannya tidak

laku, biasanya ia tawarkan kepada bakul-bakul lainnya atau di bawa

pulang dan bila masih bagus akan dijual kembali keesokan harinya. Dari

hasil berjualan pisang tersebut, sekarang dalam satu hari ia dapat

memperoleh uang antara Rp250.000,00- Rp300.000,00.

Page 94: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

80

Bu Otang berjualan di Pasar Pucok sudah sekitar 14 tahun

lamanya. Namun pengalaman berjualan sudah dialaminya selama

puluhan tahun, karena selama di Bandung ia sudah berjualan ikan di

pasar tempat ia tinggal dulu. Sebagai bakul walik dasar, ia harus pergi

ke pasar pagi-pagi sekitar pukul 05.30 untuk menunggu bakul-bakul

pisang datang dan kemudian membeli atau mengambilnya terlebih

dahulu dan di bayar setelah dagangannya laku. Pada pukul 11.00 barulah

ia pulang dengan membawa be lanja kebutuhan sehari- hari rumah tangga.

Bu Otang selain mengurus rumah tangga dan bakul, ia juga

membantu suami mengolah sawah. Walaupun demikian, semua

pekerjaan tersebut dikerjakannya dengan senang hati, karena menurutnya

semua pekerjaan tersebut merup akan tugas yang harus dikerjakannya.

Adapun untuk biaya sekolah ke tiga anak-anaknya mereka kumpulkan

dari hasil panenan setip tahun yang ketiga-tiganya masih duduk di

bangku SMA.

Bu Otang mengambil keputusan untuk berdagang karena,

penghasilan suami dari mengolah sawah tidak dapat diandalkan,

sedangkan anak-anaknya butuh biaya untuk sekolah, dan setiap harinya

juga butuh makan supaya dapat terus bekerja. Menurutnya, berdagang

adalah pekerjaan yang sudah biasa ia lakukan, dan pendapatan yang di

peroleh juga lumayan untuk tambahan kebutuhan harian dan bisa juga

untuk membelikan seragam sekolah anak-anaknya.

Page 95: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

81

4.2.6 Bu Tarso

Bu Tarso berjualan di Pasar Pucok juga sudah puluhan tahun

lamanya. Ibu yang membunyai 6 orang anak ini juga berjualan tempe.

Bu Tarso berjualan tempe sudah sejak sebelum menikah, dan setelah

menikah pun ia tetap berjualan tempe. Selain berjualan tempe, ia juga

membantu suami dan anaknya mengolah sawah. Kedua anaknya sudah

menikah, dan untuk membantu ekonomi keluarga anak-anaknya, suami

Bu Tarso mengajaknya untuk ikut mengolah sawah yang dimilikinya itu,

dan hasil yang diperoleh kemudian dibagi tiga. Sawah yang dimiliki Bu

Tarso seluas 2,5 ha, serta tanah pkarangan seluas ¼ ha. Itu semua milik

pribadi yang sah.

Ibu dengan badan gemuk serta rambut yang mulai memutih ini

selalu kelihan gembira bila berangkat dan pulang dari pasar, walaupun

beban berat ditanggung dipundaknya. Ia sekarang sudah berusia 57

tahun. Bu Tarso mencoba mencari peruntungan dengan berdagang,

karena penghasilan yang diperoleh suami tidak tetap, dan harus dibagi

tiga. Ia setiap hari berangkat ke pasar pukul 06.00 dan pulang pada pukul

10.30.Berbeda dengan Bu Joyo, Bu Tarso menjual tempe dengan harga

lebih mahal, selain ukurannya yang lebih besar, ia juga mengutamakan

mutu ya ng baik dari hasil produksinya. Hal tersebut dibedakan dalam

pemberian ragi sewaktu pembuatan tempe. Biasanya para bakul tempe

yang ada di Desa Sumber Bahagia hanya menggunakan ragi yang

dibelinya dengan harga Rp4.000,00 per kantungnya, sedangkan Bu

Page 96: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

82

Tarso lebih suka memakai ragi yang dibelinya dengan harga Rp8.000,00

per kantungnya (orang menyebutnya ragi super). Di lihat dari hasil yang

diperoleh, tempe milik Bu Tarso memang terlihat lebih putih, dan tidak

cepat busuk. Sedangkan untuk pembelinya, kebanyakan adalah bakul-

bakul yang kemudian dijual lagi.

Kegiatan berdagang Bu Tarso ini, ternyata sangat didukung oleh

keluarganya. Hal ini tampak pada saat melaksanakan proses pengolahan

kedelai, karena hampir seluruh anggota keluarganya ikut dalam proses

pembutan tempe. Pada saat membantu dalam proses pembuatan tempe

tersebut, di dalam keluarganya ada pembagian kerja. Untuk memcuci

kedelai dilakukan oleh dua orang anaknya, kemudian yang merebusnya

adalah Bu Tarso. Setelah matang dan diberi ragi, kemudian dibungkus

oleh Bu Tarso, suaminya serta anak-anaknya. Biasanya pada pukul 15.00

semua kegiatan tersebut sudah selesai. Untuk aktivitas rumah tangga

seperti memasak, memcuci, membersihkan rumah, serta kegiatan rumah

tangga lainnya semuanya dikerjakan oleh Bu Tarso sambil mengolah

kedelai, tetapi ketika ke pasar, aktivitas tersebut digantikan oleh

anaknya.

Pekerjaan Bu Tarso sebagai bakul tempe, ternyata sangat

membantu dalam memenuhi kebutuhan harian ruamah tangga mereka.

Dalam satu hari, ia dapat memperoleh uang antara Rp250.000,00-

Rp300.000,00 ,oleh sebab itu Bu Tarso tetap bertahan dengan

pekerjaannya sebagai bakul tempe, selain untuk mencukupi kebutuhan

Page 97: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

83

ekonomi sehari- hari, ia juga masih harus membiayai ke empat orang

anaknya yang masih tinggal bersamanya, ka rena belum menikah dan ada

yang masih sekolah. Baginya bekerja merupakan aktivitas yang sudah

biasa dilakukan, selain itu hasil yang di peroleh dapat digunakan untuk

membantu keperluan rumah tangga sehari-hari.

3.3 Rangkuman

Dari uraian tentang profil keenam wanita bakul di atas, dapat disimpulkan

dalam beberapa hal sebagai berikut:

1. Motivasi mereka menjadi wanita bakul adalah untuk membantu memenuhi

kebutuhan harian rumah tangga, dan sedikit meringankan beban suami

mereka.

2. Pendapatan para wanita bakul tersebut sangat beragam, dan terkadang lebih

besar dibanding pendapatan suami.

3. Sistem perdagangan yang mereka lakukan sangat tradisional. Pada umumnya

mereka tidak memikirkan berapa keuntungan yang didapat, tetapi bagaimana

dagangan mereka habis terjual, dan mereka tidak rugi. Dengan terjualnya

semua degangan tersebut berarti mereka telah mendapatkan uang yang dapat

digunakan untuk membeli dan mencukupi kebutuhan hari itu serta modal

untuk berdagang keesokan harinya. Pada intinya dalam berdagang mereka

tidak begitu memiliki sistem perdagangan yang cukup berarti

4. Kepuasan kerja yang mereka rasakan sebagai wanita bakul adalah, ketika

mereka dapat membantu suaminya mencari uang untuk memenuhi kebutuhan

Page 98: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

84

harian rumah tangga, juga dalam hal pengambilan keputusan. Dalam hal

pengambilan keputusan mereka memiliki wewenang untuk dapat memutuskan

segala sesuatu yang berhubungan dengan pengeluaran harian rumah tangga.

Para wanita itu tidak lagi memikirkan tentang pembagian kerja yang

sebagai mana layaknya, yang ada da lam benak mereka adalah bagaimana

mereka dapat bersama-sama bekerja, dan mencari nafkah untuk kelangsungan

hidup dan masa depan anak. Itulah ga mbaran wanita yang hidup Wanita

Bakul, dengan segala macam rutinitasnya. Hal ini dapat dikatakan sebagai

karakteristik wanita bakul yang berbeda dengan karakteristik ibu rumah

tangga biasa.

Ada beberapa hal yang tercakup dalam konsep kebudayaan, para ahli

ilmu sosial mengartikan konsep kebudayaan itu dalam arti yang sangat

luas,yaitu seluruh total dari pikiran,karya, dan hasil karya manusia yang tidak

berakar kepada nalurinya, dan itu hanya bisa dicetuskan oleh manusia sesudah

suatu proses belajar. Konsep itu adalah amat luas karena, meliputi hampir

seluruh aktivitas manusia dalam kehidupannya (Koentjaraningrat,2000:1-2).

Begitu pula halnya dengan budaya bakul. Aktivitas para wanita bakul yang

diteliti ternyata berbeda dengan aktivitas para wanita yang berprofesi bukan

sebagai bakul dianggap sebagai suatu budaya bakul. Wujud aktiv itas yang

berbeda itu di antaranya adalah prilaku, sistem pengetahuan, organisasi

kemasyarakatan, dan paling utama adalah mata pencaharian yang disebut

dengan istilah bakul.

Page 99: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

85

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari uraian yang dikemukakan di atas, telah memberikan banyak

gambaran mengenai peran kaum wanita di Desa Sumber Bahagia yang terlibat

dalam kegiatan perdagangan berskala kecil, yang disebut dengan istilah

bakul, yang dianggap memiliki folk tersendiri. Secara umum, bakul dapat

diartikan sebagai orang yang menjual dagangan dalam skala kecil-kecilan.

Para bakul ini menjual berbagai macam barang mulai dari bahan mentah

sampai makanan jadi. Peranan sebagai bakul mereka pilih tidak lain untuk

mewujudkan tuntutan hidup atau membantu memenuhi kebutuhan keluarga

mereka.

Secara lebih rinci, penulis menyimpulkan sebagai berikut:

1. Tradisi hidup wanita bakul di Desa Sumber Bahagia dalam aktivitas ruma h

tangga. Dalam aktivitas rumah tangga para wanita bakul ini menunjukkan

berperan dan bertanggung jawab mereka dalam menyediakan makanan,

bertanggung jawab mengurus pendidikan anak serta mengurus suami

ditengah-tengah kesibukannya mejadi seorang wanita bakul.

2. Tradisi hidup wanita bakul di Desa Sumber Bahagia dalam aktivitas

perdagangan. Wanita bakul memiliki peran cukup penting dalam hal

perdagangan itu sendiri. Dalam perdagangan mereka bertanggung jawab

atas hal yang berhubungan dengan pemilihan produk, modal, pelanggan,

Page 100: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

86

serta keamanan di dalam aktivitas perdagangan. Hal inilah yang

membedakan folk wanita bakul dengan folk ibu rumah tangga biasa.

5.2 Saran

Penelitian ini hanya membahas mengenai tradisi wanita bakul dalam

aktivitas rumah tangga dan perdagangan. Penelitian ini diharapkan dapat

dikembangkan lebih luas oleh peneliti selanjutnya. Peneliti berikut dapat

mengunakan teori dan sudut pandang yang berbeda seperti masalah gender

yang dialami oleh para wanita pedesaan, serta faktor latar belakang agama

para wanita bakul, ataupun permasalahan lainnya yang berhubungan dengan

wanita, sehingga hasil penelitian ini dijadikan acuan untuk penelitian

selanjutnya.

Page 101: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

87

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Irwan.1986.”Strategi Ekonomi Pedagang Kaki Lima,

Kasus-kasus orang Minang di Malioboro Yogyakarta”. Buletin

Antropologi.Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

_______ . 1989. Wanita Bakul di Pedesaan Jawa. Yogyakarta : Pusat Penelitian

Kependudukan. Universitas Gajah Mada.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek.

Edisi revisi III. Jakarta : P.T. Rineka Cipta.

Budiman, Arif. 1982. Pembagian Kerja Secara Seksual. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama.

Danandjaja, James. 1984. Folklor Indonesia : Ilmu Gosip, Dongeng dan lain-lain.

Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Suparlan, Parsudi. 1984. Kemiskinan Di Perkotaan. Jakarta: Sinar Harapan dan

Yayasan Obor Indonesia.

Effendi, Djoehan. 1982. Masyarakat Petani dan Kebudayaan. Jakarta: CV

Rajawali.

Elip, Emilianus.1986. “Peranan Wanita Jawa pada Masyarakat Jawa”. Bulletin

Antropologi UGM : Yogykarta.

Endraswara, Suwardi. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian kebudayaan:

Ideologi, Epistemologi, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

Geertz, Hildred. 1983. Keluarga Jawa. Jakarta : Grafis Press.

Page 102: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

88

Kodiran, Hudayana B. 1990. Peranan Wanita Dalam Sawah Surjan. Yogyakarta:

Pusat Penelitian Kependudukan UGM.

Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Jawa. Jakarta : Penerbit Balai Pustaka.

____________ . 2000. Kebudayan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Kutanegara, Pande Mede.1989. Pedagang dan Perdagangan Di Jatinom.

Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan UGM.

Komaruddin, P. 1974. Metode Penulisan Skripsi dan Tesis. Bandung : Angkasa.

Kountour, Ronny. 2003. Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis.

Jakarta : Penerbit PPN.

Soekanto, Soerjono. 1977. Perubahan-Perubahan Sosial dan Kebudayaan Dalam

Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Yayasan Penerbit UI.

Tim Penyusun. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Tjondronegoro, Soediono M.P. 1990. “Revisi Hijau dan Perubahan Sosial di

Pedesaan Jawa “, dalam Prisma. 2. Jakarta : LP3ES.

Wolf, Eric R. 1983. Petani : Suatu Tinjauan Antroplogis. Jakarta : rajawali Press.

Page 103: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

LAMPIRAN

Page 104: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA TERSTRUKTUR

1. Identitas Responden - Nama - Umur - Pendidikan - Status perkawinan - Jumlah anggota keluarga 2. Latar Belakang Responden - Daerah Asal - Awal mula berjualan - Pekerjaan yang pernah dilakukan sebelumnya - Sejarah hidup sampai akhirnya memilih untuk berdagang 3. Pola Pembagian Kerja - Bagaimana kegitan rutin sehari- hari dalam rumah tangga?

- Bagaimana pembagian waktu antara berdagang dengan pekerjan rumah tangga?

- jam mulai berdagang dan pulang berdagang - Bagaiman jika dagangan tidak habis terjual, apa yang dilakukan? - Siapa yang mengurus rumah tangga dan anak ketika sedang berdagang? - Apa kesibukan lain di luar rumah tangga dan berdagang? 4. Pemilihan Jenis Usaha - Jenis barang yang di jual? - Asal barang dan alasan memilih barang tersebut? - Bagaimana penentuan harganya? - Bagaimana perhitungan keuntungannya? 5. Pengetahuan Modal - Modal awal - Asal modal - Pendapatan sehari- hari dan penggunaannya - Pendapatan lain Selain berdagang 6. Pola Pemasaran - Lokasi daerah berdagang sekarang - Perilaku tawar menawar 7. Pandangan Terhadap Pekerjaan - Pandangan mereka tentang wanita yang bekerja di luar rumah - Awal mula atau alasan mereka berdagang - Motif- motif yang mempengaruhi mereka memilih jenis usaha dagang

Page 105: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

8. Strategi Rumah Tangga - Berapa penghasilan suami, dan apa pekerjaannya?

- Uang di pegang dan di kelola oleh siapa dalam mengatur keuangan keluarga?

- Status kepemilikan rumah - Luas tanah/rumah

Page 106: TRADISI HIDUP WANITA BAKULDI DESA SUMBER BAHAGIA …a Folklore Study.The purposes of this study are (1) describing living strategy of woman seller in household in Sumber Bahagia Village,

DAFTAR NAMA-NAMA NARA SUMBER

NAMA PEKERJAAN 1. Ir. Didiek Kepala Desa 2. Bpk. Hartono 3. Bpk. Nurdin Kepala Pasar 3. Bu Joyo Bakul 4. Bu Sarimpi Bakul 5. Bu Roidah Bakul 6. Bu Wastini Bakul 7. Bu Otang Bakul 8. Bu Tarso Bakul