Topik Utama...Tahun 1969, Amerika Serikat Mobil-mobil berukuran besar berseliweran di jalanan,...
Transcript of Topik Utama...Tahun 1969, Amerika Serikat Mobil-mobil berukuran besar berseliweran di jalanan,...
Topik UtamaSustainability: Mata Rantai yang Terputus 4
Karbon Dioksida: Kawan atau Lawan 10
Studi KasusMenghemat Energi dengan Pinch Analysis 13
IklanPEBE 9
Cognoscente 12
2
Editor
Zulfan Adi PutraTMC, Eindhoven
Editor Utama
Asep Bayu Dani NandiyantoUniversitas Pendidikan Indonesia,
Bandung
Editor
Muhammad Roil BiladNanyang Technological University,
Singapura
Editor
Oki MurazaKing Fahd University of Petroleum and
Minerals, Dhahran
Editor
Riezqa AndikaYeungnam University, Gyeongsan
Editor
Teguh KurniawanUniversitas Sultan Ageng Tirtayasa,
Serang
Editor
3
Editorial
Sustainability adalah kata kunci yang cukup
sering disebut saat ini. Kenaikan temperatur
global merupakan salah satu isu penting di
dalamnya. Berbagai macam konvensi dan
pertemuan internasional telah berlangsung
untuk membahas isu penting ini.
Industri kimia merupakan salah satu bidang
yang cukup disorot karena industri ini selain
menyumbangkan gas rumah kaca seperti
CO2 ke atmosfer, juga berpotensi untuk
membantu menyelesaikan permasalahan
yang ada. Beberapa usaha di antaranya
adalah dengan mendesain industri proses
yang secara inheren lebih efisien dalam
menggunakan energi, mengembangkan
proses yang justru memanfaatkan CO2
sebagai bahan bakunya, dan mendesain
sistem yang dapat menggunakan kembali
energi yang biasanya terbuang ke
atmosfer.
Majalah Teknik Kimia Indonesia edisi
Desember 2015 ini mencakup ketiga subjek
di atas dan merupakan majalah perdana
yang diterbitkan dari hasil kerja sama
beberapa insinyur dan peneliti teknik kimia
asal Indonesia dari berbagai negara di
dunia.
Selamat membaca!
Zulfan Adi Putra
Editor Utama
4
Topik Utama
Sustainability: Mata Rantai yang
Terputus
impor, menaikkan produksi minyak dalamnegeri, menghemat pemakaian energidan tentu saja, mencari energi alternatifyang terbarukan (renewable energy).
Semenjak krisis energi di era ‘70an riset-riset untuk mencari sumber energiterbarukan bermunculan. Mobil berbahanbakar bioetanol, pembangkit listrik tenagapanas bumi, dan rumah-rumah yangditerangi lampu listrik bertenaga matahariadalah beberapa contoh inovasi hasil daririset-riset tersebut. Tapi kemudian munculkesadaran bahwa energi terbarukanbukanlah solusi akhir untuk bisa keluar darikrisis energi. Ada mata rantai yangterputus yang membuat penerapanenergi terbarukan untuk menggantikanenergi fosil justru menimbulkan masalahbaru. Mata rantai itu bernamasustainability atau keberlanjutan.
Sustainable development ataupembangunan berkelanjutan secaraumum mengacu pada setiappembangunan yang didasari pada prinsip“memenuhi kebutuhan saat ini tanpamengorbankan pemenuhan kebutuhangenerasi yang akan datang [1]. Prinsip inijika dipahami dengan benar akanmembuka cakrawala berpikir kita, parainsinyur ataupun mahasiswa teknik kimia,bahwa segala sesuatunya saling berkaitan;bahwa ternyata seorang insinyur teknikkimia juga harus paham biologi dan ilmupertanian.
Yuli Amalia Husnil
Institut Teknologi Indonesia
Tahun 1969, Amerika Serikat
Mobil-mobil berukuran besar berseliweran
di jalanan, pendingin ruangan dinyalakan
hampir di tiap rumah untuk mengalahkan
cuaca terik di luar dan permintaan daya
listrik industri meningkat seiring
bertambahnya kapasitas produksi.
Sementara itu produksi minyak dalam
negeri menurun bersamaan dengan
bertambahnya ketergantungan pada
minyak impor. Harga minyak mentah
yang melompat naik serta embargo
minyak yang dicetuskan oleh negara-
negara di jazirah Arab pada tahun 1973
menjadi penanda resmi bahwa AS tengah
dilanda krisis energi.
Efek domino kemudian muncul (Gambar
1). Disebabkan oleh harga energi yang
tinggi, daya beli masyarakat untuk produk-
produk hasil industri menjadi lemah.
Akibatnya kegiatan produksi menjadi lesu
dan berujung pada banyaknya industri
yang gulung tikar. Kesadaran selalu hadirketika situasi telah menjadi semakingenting. Sebagai usaha untuk keluar dari
kris is ini , pemerintah AS kemudian
menggalakkan berbagai regulasi dan
g e r a k a n u n t u k m e n g u r a n g i
ketergantungan negara itu pada minyak
5
digunakan sebagai bahan baku produksi
bioetanol di AS; dibuktikan dari berhektar-
hektar lahan yang dipakai untuk
menanam jagung, salah satu tujuannya
untuk memproduksi bioetanol [3]. Jika
pada sebuah lahan yang sangat luas
terdapat hanya satu jenis tanaman maka
sistem pertanian ini disebut sebagai
monokultur. Sistem pertanian seperti ini
membawa dampak negatif tidak hanya
untuk tanah namun juga bagi
keberlangsungan hidup lebah madu.
1 Sebelum kebijakan energi terbarukan
dicanangkan oleh pemerintah AS di era
‘70an, pemakaian etanol sebagai bahan
bakar mobil telah dipopulerkan oleh
Henry Ford sejak tahun 1896. Ia bahkan
memprediksi etanol sebagai bahan bakar
mobil masa depan [5]
Bioetanol dan menghilangnya lebah
madu
Lebah madu adalah serangga mungil
yang menghidupi dirinya dengan
menghisap nektar dari berbagai jenis
bunga. Koloni lebah madu tidak bisa
berkembang jika mereka hanya ‘makan’
dari satu bunga seperti halnya manusia
yang tidak bisa tumbuh sehat jika hanya
makan nasi. Serangga ini, kita sadari atau
tidak, adalah penentu apakah di piring
makan kita tersedia sayur-mayur dan biji-
bijian. Bahkan ia menentukan apakah di
dapur kita masih tersedia minyak untuk
menggoreng. Tanpa lebah madu, tidak
akan ada proses penyerbukan dan kita
akan kehilangan sepertiga dari bahan
pangan yang kita makan [2].
Ketika embargo minyak berlaku dan
pemerintah AS mencanangkan program
energi terbarukan, bioetanol menjadi lebih
populer1. Di awal perkembangannya
jagung adalah biomass utama yang
Gambar 1. Efek domino seputaran krisis energi di AS era ‘70an.
6
Menurut hasil sebuah survey disebutkan
bahwa pada musim dingin 2012/2013,
dikarenakan oleh berbagai sebab, 35.8%
dari total seluruh lebah madu yang ada di
AS menghilang [6]. Sistem pertanian
monokultur adalah salah satu
penyebabnya. Dan jika ditarik garis
mundur, semua ini berkaitan dengan
kebijakan pencarian energi alternatif yang
terbarukan. Tentu saja tidak ada yang
salah dari kebijakan ini karena pada satu
titik kita harus bisa melepaskan
ketergantungan pada energi fosil. Namun
kita perlu menganalisis kembali metode
yang kita gunakan untuk memproduksi
energi alternatif itu serta mencari cara
bagaimana menyambungkan mata rantai
yang terputus itu.
Adalah sebuah kesadaran yang harus
ditanamkan pada pihak industri apapun,
dalam kasus ini produsen energi, bahwa
segala daya upaya untuk mengeksplorasi
dan memproduksi energi, dari mana pun
sumbernya, akan menyentuh berbagai
aspek kehidupan. Siapa yang menyangka
sebelumnya bahwa niat untuk
memproduksi energi alternatif terbarukan
justru berujung pada musnahnya
sejumlah besar koloni lebah. Barangkali
sebelum pihak industri membeli berhektar-
hektar lahan untuk ditanami jagung ada
beberapa hal yang harus ditelaah terlebih
dahulu.
Adakah life cycle assessment (LCA)
d i l a k u k a n u n t u k m e m p e r k i r a k a n
bagaimana dampak sistem pertanian
monokultur ini terhadap organisme lain
Tanah yang digunakan untuk
menumbuhkan satu jenis tanaman dalam
kurun waktu setahun akan kehilangan
banyak unsur hara dan menyisakan tanah
yang lemah. Untuk meningkatkan
pertumbuhan tanaman monokultur ini,
petani harus bergantung pada pupuk
kimia. Pupuk kimia ini dalam penggunaan
jangka panjang akan mengganggu
peremajaan tanah secara alami yang
kemudian akan memperparah
berkurangnya komposisi nutrisi di tanah
tersebut.
Telah disebutkan di atas bahwa lebah
madu harus mengumpulkan nektar dari
bunga yang berbeda-beda karena ia
butuh variasi nutrisi. Seekor lebah madu
akan terbang sejauh mungkin untuk bisa
mengumpulkan berbagai nektar namun
berat badannya akan berkurang di tiap
mile jarak yang ia tempuh[4]. Jika ia terus
terbang berkilo-kilometer jarak untuk
melewati ladang jagung, berat badannya
tentu tak akan cukup untuk menempuh
perjalanan pulang ke koloninya.
Pada sistem pertanian monokultur jika satu
tanaman terkena wabah penyakit maka
kemungkinan penyakit itu untuk
menyebar ke seluruh tanaman akan lebih
cepat dibanding jika lahan itu ditanami
beragam tumbuhan. Untuk mencegah
hal ini, pemilik lahan akan
menyemprotkan lebih banyak pestisida
dan herbisida. Lebah madu yang daya
tahan tubuhnya melemah karena kurang
nutrisi akan semakin rentan terhadap efek
negatif yang dibawa oleh pestisida.
7
semua data input dan output yang
berkaitan dengan pembuatan sebuah
produk, pelaksanaan sebuah proses atau
jasa, (2) mengevaluasi potensi dampak
dari tiap input dan output tersebut
terhadap lingkungan, dan (3)
menginterpretasikan hasil evaluasi sebagai
dasar pengambilan keputusan.
Sebagai contoh, LCA bioetanol terdiri dari
6 komponen seperti terlihat pada Gambar
2. Set iap komponen pada gambar
tersebut memiliki kontribusi tersendiri
terhadap perubahan di lingkungan.
Seperti penanaman bahan baku yang
b e r p o t e n s i , d a n s u d a h t e r b u k t i ,
mengacaukan keseimbangan lingkungan
atau proses produksi yang berpotensi
menyumbangkan gas-gas polutan ke
udara dan sebagainya. Analisa dilakukan
secara menyeluruh pada tiap komponen
yang berada di sekitar lahan itu?
Sudahkah para pelaku industri duduk
bersama para ahli biologi, pemerhati
lingkungan atau masyarakat sekitar lahan
industri untuk mendiskusikan metode
terbaik agar proses produksi energi yang
akan dibangun bisa terus berkelanjutan
tanpa mengorbankan apapun, terutama
mengorbankan kemaslahatan generasi
yang akan datang? Sudahkah pihak
industri membuat sebuah rencana jika
sekiranya pabrik bioetanol yang telah
dibangun karena alasan tertentu suatu
hari harus ditutup, bagaimana dengan
lahan yang ditinggalkan?
Sekelumit tentang LCA
LCA adalah sebuah teknik analisa yang
dilakukan untuk menilai potensi dampak
sebuah produk, proses dan jasa terhadap
lingkungan [7]. LCA dilakukan melalui tiga
tahapan utama: (1) mengumpulkan
Gambar 2. Contoh diagram LCA bioetanol.
8
mengeksploitasi sumber itu denganserampangan. Sebelum terlambat dan kitamewariskan tidak hanya krisis energinamun juga krisis pangan untuk generasimasa depan—karena lebah madu telahpunah dari muka bumi—ada baiknya kita,para insinyur teknik kimia, menengokkembali paradigma dan metode yang kitagunakan saat meneliti dan mengeksplorasisumber energi baru juga saat merancangdan membangun proses produksi energi.Sudahkah kita menyambungkan matarantai yang bernama keberlanjutan itu?
Referensi
1. Butlin, J. (1989), Our common future.By World commission onenvironment and development.(London, Oxford University Press,1987, pp.383 £5.95.). J. Int. Dev., 1:284–287. doi:10.1002/jid.3380010208
2. Beasley, A. (2015). If bees die, we die:Why the honeybee is so important toyour food (VIDEO). [online] NJ.com.Available at:http://www.nj.com/news/index.ssf/2015/04/on_the_brink_the_fight_to_save_bees_and_our_food_s.html[Accessed 6 Aug. 2015].
3. Capehart, T. (2015). USDA ERS - Corn:Background. [online] Ers.usda.gov.Available at:http://www.ers.usda.gov/topics/crops/corn/background.aspx [Accessed 6Aug. 2015].
4. Traynor, J. (2015). How Far Do BeesFly? One Mile, Two, Seven? AndWhy? – Beesource Beekeeping.[online] Beesource.com. Available at:http://www.beesource.com/point-of-view/joe-traynor/how-far-do-bees-fly-one-mile-two-seven-and-why/[Accessed 6 Aug. 2015].
yang berkaitan dengan siklus hidup
bioetanol. Hasil analisa ini kemudian
dijadikan sebagai dasar penentuan
metode terbaik untuk menjalankan atau
menghasilkan 6 komponen tersebut.
Dengan demikian dampak negatif yang
bisa ditimbulkan dari life cycle bioetanol ini
dapat ditekan.
Teringat semasa saya masih berstatus
sebagai mahasiswa teknik kimia, ada dua
hal yang selalu ditekankan dalam
kaitannya dengan perancangan pabrik;
konsumsi energi minimum dengan profit
maksimum. Rekayasalah proses sedemikian
rupa agar kedua hal itu tercapai.
Sepanjang ingatan, saya tidak pernah
mendapatkan mata kuliah yang berkaitan
dengan bagaimana merancang pabrik
dengan prinsip sustainable development.Padahal menurut hemat saya, kita, para
insinyur teknik kimia, yang justru harus
paling paham tentang prinsip ini.
Mahasiswa teknik kimia yang tidak dididik
untuk memahami prinsip ini, lagi-lagi
menurut pendapat saya, akan lulus
menjadi insinyur yang tidak awas dengan
kehidupan sosial yang sangat berkaitan
dengan lingkup pekerjaannya.
Dulu, minyak mentah mudah didapat.
Kemudian sumber energi itu dieksploitasi
dengan serampangan tanpa memikirkan
dampaknya pada lingkungan, kehidupan
sosial dan terutama ketersediaan sumber
energi itu untuk generasi penerus. Kini,
barangkali karena kelabakan mencari
alternatif pengganti energi fosil, kita
tergesa-gesa mencari sumber baru dan
k e l i h a t a n n y a j u g a a k a n k e m b a l i
9
Yuli Amalia Husnil adalah
CEO dari Cognoscente
(www.cscente.com). Yuli
menerima gelar Ph.D di
bidang teknik kimia dari
Yeungnam Univers i ty ,
Korea Selatan pada tahun 2014. Saat ini,
Yuli juga bekerja sebagai staf pengajar di
Institut Teknologi Indonesia. Bidang
penelitian yang pernah digelutinya
semasa menempuh program Ph.D adalah
perancangan struktur kontrol
pengoptimasi energi untuk proses
pencairan gas alam.
5. _________. (2015). Ethanol FuelHistory.. [online] Fuel-testers.com.
Available at: http://www.fuel-
testers.com/ethanol_fuel_history.html
[Accessed 6 Aug. 2015].
6. vanEngelsdorp, D., Hayes, J.,
Underwood, R. and Pettis, J. (2008). A
Survey of Honey Bee Colony Losses in
the U.S., Fall 2007 to Spring 2008.
PLoS ONE, 3(12), p.e4071.
7. Pryshlakivsky, J. and Searcy, C. (2013).
Fifteen years of ISO 14040: a review.
Journal of Cleaner Production, 57,
pp.115-123.
PEBE Consulting (http://www.pebecons.com/about-us.html) merupakan sebuah
konsultan yang terdiri dari kumpulan profesional yang telah memiliki pengalaman di
bidang riset bioenergi dan energi terbarukan. Para engineer dan researcher-nya
berpengalaman mengerjakan berbagai macam proyek termasuk desain gasifikasi
biomassa sebagai pembangkit listrik, produksi biodiesel dari waste vegetable oil dan virginvegetable oil, biogas dari landfill, system integration, studi kelayakan, dan review teknologi.
Pengalaman biogas kami mencakup digester dan gas landfill. Dengan portofolio berbagai
proyek energi nasional dan internasional, kami percaya dapat menyelesaikan proyek
bioenergi yang memberikan hasil terbaik untuk klien.
10
Topik Utama
Karbon Dioksida: Kawan atau
Lawan?
bahan yang bermanfaat bagi makhluk
hidup dinilai para pengambil kebijakan
sebagai langkah antisipatif yang lebih
bermanfaat. Para peneliti sejak beberapa
dekade terakhir terus mencari cara untuk
menggunakan karbon dioksida dalam
berbagai kebutuhan baik secara langsung
maupun sebagai bahan baku dalam reaksi
kimia seperti digambarkan dalam skema
sederhana Gambar 1.
Karbon dioksida dapat dimanfaatkan
secara langsun g untuk berbaga i
keperluan. Membekukannya hingga
-78.5°C dapat menjadikan karbon dioksida
menjadi dry ice yang biasa digunakan
untuk pendingin es krim atau sebagai
properti panggung untuk memberikan
efek asap dalam pertunjukan teater.
Karena karbon dioksida merupakan
senyawa yang relatif stabil dan tidak
mempunyai nilai bakar, dia dapat pula
digunakan sebagai gas untuk injeksi
pneumatik di alat-alat industri dan alat
pemadam api portable di gedung
gedung perkantoran. Selain itu karbon
dioksida dalam tekanan tinggi yang
dimasukkan kedalam minuman membuat
minuman tersebut menjadi minuman
berkarbonasi. Peran karbon dioksida pada
minuman ini adalah untuk memberikan
sensasi ledakan kecil dimulut sehingga
terasa lebih menyegarkan.
Anatta Wahyu Budiman
Korea University of Science Technology
Karbon dioksida (CO2) merupakan
komponen terbesar bertanggungjawab
atas peningkatan suhu bumi atau apa
yang oleh para ahli disebut sebagai globalwarming effect. Meski sebagian ilmuwan
masih meragukan teori tersebut, namun
fakta bahwa konsentrasi gas rumah kaca
yang meningkat dari tahun ketahun dan
suhu bumi yang terus meningkat adalah
dua hal yang tidak bisa kita pungkiri.
Selama satu milenium terakhir konsentrasi
gas karbon dioksida meningkat sebanyak
1.5 ppm per tahun yang artinya apabila
terdapat total 5.3 x 1021 gram udara di
atmosfir, maka peningkatan jumlah
karbon dioksida pertahunnya mencapai
sekitar 8 ton per tahun [1]. Hal ini
mungkin disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara peningkatan
gas buang industri dan penggunaan
bahan bakar minyak terhadap
peningkatan jumlah pepohonan di dunia.
Namun demikian memandang karbon
dioksida sebagai musuh yang ditakuti
un tuk kemudian menyerah ka lah
bukanlah sebuah pandangan yang
bijaksana. Berdamai dengan karbon
dioksida, mencari cara alternatif untuk
menjadikan karbon dioksida sebagai
11
tulisan selanjutnya.
Salah satu cara yang paling menjanjikan
untuk memanfaatkan karbon dioksida
secara tidak langsung adalah dengan
mengubahnya menjadi synthesis gas(syngas) melalui reaksi carbon dioxider e f o r m i n g . R e a k s i i n i b e r u s a h a
menggantikan peran steam reformingyang biasa digunakan untuk menyediakan
syngas karena punya dua keunggulan; (1)
syngas yang diproduksi oleh reaksi ini
memiliki rasio H2/CO yang rendah yang
memudahkan untuk dikonversi menjadi
zat kimia lain seperti methanol; (2) proses
ini mampu menurunkan konsentrasi gas
rumah kaca di udara. Syngas sendiri
adalah zat antara yang digunakan untuk
membuat syntetic fuel (bahan bakar
Dalam industri perminyakan, karbon
dioksida digunakan sebagai enhancementoil recovery agent. Di Kanada misalnya,
Conovus Oil menginjeksikan sebanyak 18
juta ton karbon dioksida sehingga ter-
recovery minyak bumi sebanyak 130 juta
barel. Metode ini juga pada akhirnya
mampu memanjangkan usia ladang
minyak tersebut selama 25 tahun lebih
lama.
Sementara itu, untuk penggunaan karbon
d i o k s i d a s e c a r a t i d a k l a n g s u n g
(penggunaan karbon dioksida sebagai
bahan baku reaksi), ada banyak pilihan
reaksi untuk menggunakan karbon
dioksida. Penjelasan mengenai berbagai
jalan reaksi untuk mengkonversi karbon
dioksida menjadi bahan-bahan lain yang
memiliki nilai tambah akan dibahas dalam
Gambar 1. Skema potensi pemanfaatan karbon dioksida.
12
diandalkan untuk mengubah karbon
dioksidamenjadi oksigen.
Referensi
1. Budiman, A.W., Song, S.-H., Chang, T.-
S., Shin, C.-H., and Choi, M.-J. (2012).
Dry Reforming of Methane Over
Cobalt Catalyst: A Literature Review of
Catalyst Development. CatalysisSurveys from Asia, 16(4), pp.183-197.
Anatta Wahyu Budiman
saat ini sedang menempuh
pendidikan doktor di Korea
Un i v e r s i t y o f Sc ience
Technology, laboratorium
Environmental Resource
and Research Center, Korea Research
Institute of Chemical Technology (KRICT)
untuk bidang riset pemanfaatan gas
rumah kaca.
Pada tahun 2015, Anatta mendapatkan
penghargaan “Excellent Research Student
Awards” pada ulang tahun KRICT yang ke
39. Pemilik dua paten dan dua publikasi
ilmiah ini juga aktif sebagai tutor dan
pembimbing karya ilmiah di Univeritas
Tebuka Korea Selatan.
sintetis), methanol dan amoniak.
Selain menggunakan karbon dioksida
sebagai zat yang memiliki nilai guna,
untuk menghindari dampak lebih lanjut
dari dari tingginya konsentrasi karbon
dioksida ini dilakukan pula usaha
“menangkap” dan mengumpulkan karbon
dioksida untuk kemudian diinjeksikan
kedalam perut bumi. Usaha ini dikenal
sebagai carbon capture and storage(CCS). Selain untuk mengurangi
konsentrasi karbon dioksida diudara, para
ilmuwan berpendapat bahwa karbon
dioksida didalam tanah ini akan sangat
berguna untuk dimanfaatkan kembali
suatu saat ketika dibutuhkan.
Kendatipun semua hal telah diusahakan
untuk mengurangi jumlah konsentrasi
karbon dioksida di undara baik untuk
keperluan komers i l maupun untuk
penjagaan lingkungan, semua usaha
yang telah dilakukan belum mampu
mengkonversi karbon dioksida menjadi
oksigen seperti yang dilakukan oleh
pepohonan. Usaha usaha perbaikan
h u t a n , p e n a n a m a n p o h o n d a n
pelestarian alam senantiasa tetap
menjadi satu satunya cara yang bisa
www.cscente.com
13
Studi Kasus
Menghemat Energi dengan
Pinch Analysis
Di dalam skema sintesis proses, analisis ini
dilakukan ketika sistem reaktor dan
separator telah didesain, aliran recycletelah ditutup, dan neraca massa dan
energinya telah dihitung. Di fase ini,
seluruh data yang diperlukan untuk
melakukan pinch analysis telah lengkap.
Data-data tersebut berupa nama aliran,
besar laju alir aliran, kapasitas kalor (heatcapacity), temperatur awal dan
temperatur akhir. Onion diagram di
Gambar 1 menunjukkan fase dimana
desain sistem jaringan penukar kalor
dilakukan.
Prosedur kerja pinch analysis
Prosedur kerja analisis pinch secara singkat
dapat dijelaskan sebagai berikut. Langkah
pertama yang sangat perlu dilakukan
dalam analisis pinch adalah pengambilan
Zulfan Adi Putra
TMC
Pengenalan
Pinch analysis adalah sebuah metode
yang pada awalnya dikembangkan untuk
mengevaluasi satu sistem pertukaran kalor
secara menyeluruh. Metode ini pada
mulanya diperkenalkan oleh Hohman [1]
di awal 1970an. Di akhir 1970an, hampir
secara bersamaan di tempat terpisah,
Linnhoff (UK) dan Umeda (Jepang)
mengembangkan metode pinch analysisyang kita kenal sekarang. Krisis minyak
bumi di akhir tahun 1970an mempercepat
pengenalan metode baru ini ke dunia
industri. Oleh karena sistem
pengevaluasian ini melibatkan pembuatan
kurva antara aliran-aliran panas (hotcomposite curve) dan aliran dingin (coldcomposite curve) yang bertemu pada satu
titik jepit (pinch).
Pada perkembangan selanjutnya, konsep
yang sama juga dikembangkan dan
diaplikasikan di berbagai bidang seperti
meminimalkan penggunaan air bersih [2],
pengolahan air limbah [3], konsumsi
hidrogen [4], menentukan properti
senyawa yang diperlukan [5], sampai
kepada menentukan desain optimum
strategi proses berbahan dasar karbon
seperti tipe pembangkit energi [6] dan
biorefinery [7].
Gambar 1. Onion diagram.
14
data dengan benar. Terlepas dari keberadaan unit-unit penukar kalor yang ada, aliran-
aliran yang akan dianalisis didefinisikan sebagai aliran panas dan aliran dingin. Aliran
panas (hot stream) adalah aliran yang ingin diturunkan temperaturnya. Sementara aliran
dingin (cold stream) adalah aliran yang ingin dinaikkan temperaturnya. Di Gambar 2
terlihat contoh sederhana pengambilan data. Tahap pengambilan data ini sangat
penting dan biasanya memakan waktu yang jauh lebih lama jika dibandingkan dengan
tahap-tahap lainnya.
Data-data yang diperoleh kemudian diurutkan berdasarkan temperatur masuknya untuk
seluruh aliran panas dan dingin. Tabel 1 adalah contoh data yang diperoleh dari contoh
kasus ini.
dTmin = 10°C. Steam tersedia pada 200°C dan air pendingin pada 25°C. Temperatur air pendingin maksimal 30°C.
(a) Diagram alir proses.
Gambar 2. Contoh pengambilan data.
(b) Diagram alir pengambilan data.
Nomor
AliranJenis Aliran
Temperatur
Awal (°C)
Temperatur
Akhir (°C)
Kapasitas Kalor Laju
Alir (kW/°C)
1 Panas 180 80 20
2 Panas 130 40 40
3 Dingin 60 100 80
4 Dingin 30 120 36
Tabel 1. Data yang diambil.
15
Dari data ini, dibuatlah kurva komposit aliran panas seperti di Gambar 3 berikut. Sumbu Y
menunjukkan rentang temperatur rentang temperatur system secara keseluruhan. Sumbu
X menunjukkan jumlah energi yang terkandung di sistem tersebut.
Setelah kurva komposit aliran panas dan aliran dingin dibuat, maka kurva aliran dingin
(cold composite curve) digeser sepanjang sumbu X sehingga jarak terdekatnya dengan
kurva aliran panas (hot composite curve) adalah dTmin yang kita tentukan (dalam kasus
ini, 10°C). Lokasi dTmin ini lah yang disebut sebagai titik pinch. Daerah yang saling
tumpang tindih (overlapping) di antara kedua kurva adalah daerah di mana kalor bisa
dipertukarkan dari aliran panas ke aliran dingin. Daerah di mana kurva aliran dingin tidak
mengalami tumpang-tindih dengan kurva aliran panas merupakan keperluan utilitas
pemanas. Sebaliknya, daerah di mana kurva aliran panas tidak tumpang tindih dengan
kurva aliran dingin adalah kebutuhan utilitas pendingin. Dengan langkah ini, kita telah
mengetahui target utilitas pemanas dan pendingin yang kita perlukan untuk dTmin yang
kita tetapkan tanpa desain sama sekali. Untuk lebih jelasnya, silahkan lihat Gambar 4. Jika
seluruh temperatur aliran panas diturunkan sebesar ½ dT min sementara temperatur
aliran dingin dinaikkan sebesar ½ dT min, maka kedua kurva akan bersentuhan di titik
pinch yang sama. Ini bisa dilihat di studi kasus yang akan dijelaskan nanti.
Dengan menggunakan kurva komposit dan titik pinch ini, ada tiga aturan utama (goldenrules) yang bisa kita amati. Aturan-aturan ini adalah sebagai berikut (lihat Gambar 5 untuk
lebih jelasnya):
1. Aliran-aliran panas di zona di atas pinch (zona buang energi atau sink) tidak boleh
dikirim ke utilitas pendingin seperti menara pendingin (cooling tower). Pelanggaran
akan aturan ini ditunjukkan dengan penalti energi sebesar γ, yang harus “dibayar”
dengan menaikkan beban utilitas pemanas dan pendingin, masing-masing sebesar γ.
Gambar 3. Pembuatan kurva komposit aliran panas.
16
2. Aliran-aliran dingin di zona di bawah pinch (zona sumber energi atau source) tidak
boleh dikirim ke utilitas pemanas seperti steam bertekanan tinggi. Pelanggaran
terhadap aturan ini ditunjukkan dengan penalti energi sebesar β, yang juga harus
“dibayar” oleh utilitas pemanas dan pendingin, masing-masing sebesar β.
3. Tidak boleh ada energy yang dipindahkan dari aliran-aliran yang berada di daerah di
atas pinch ke aliran-aliran yang berada di bawah pinch. Pelanggaran terhadap
aturan ini ditunjukkan dengan penambahan beban utlitas pemanas dan pendingin,
masing-masing sebesar α.
Gambar 4. Penentuan target kebutuhan utilitas panas dan dingin.
Gambar 5. Golden rules di pinch analysis.
17
Untuk lebih detail lagi mengenai pinch analysis, berikut prosedur mendesain jaringan
penukar kalornya (heat exchanger network) pembaca diharapkan merujuk ke beberapa
buku teks seperti Chemical Process Design & Integration [8] atau Process Integration [9].
Atau bisa juga merujuk ke laman Teknik Kimia Indonesia
(indonesianchemicalengineers.com) yang akan mencakup artikel-artikel tentang ini.
Contoh kasus di industri
Satu kasus industri yang pernah penulis lakukan adalah menganalisis jaringan penukar
kalor untuk crude oil preheat train (pemanasan awal minyak bumi) di sebuah pabrik
pengilangan minyak bumi. Di Gambar 6 ini adalah skema sederhana jaringan penukar
kalornya.
Dari data yang diambil, kurva aliran panas dan dingin dibuat seperti Gambar 7.
Kebutuhan saat itu untuk utilitas panas adalah sebesar 35.15 MW dan utilitas dingin
sebesar 6 MW. Target yang bisa dicapai adalah sebesar 33.8 MW (utilitas panas) dan 4.8
MW (utilitas dingin). Perhatikan bahwa kedua kurva saling menyentuh di titik pinch154°C. Kedua kurva tersebut saling menyentuh karena temperature seluruh aliran panas
diturunkan sebesar ½ dT min, sementara temperature aliran dingin dinaikkan sebesar ½
dT min.
Jika diagram blok digambar ulang di diagram grid seperti di Gambar 8, terlihat bahwa
penukar kalor (heat exchanger) HE-6, CW2, dan HE-4 melintasi titik pinch. Hal ini
bertentangan dengan aturan ketiga dalam mendesain jaringan penukar kalor yang telah
disebutkan di atas. Besar masing-masing beban yang melintasi titik pinch ditunjukkan
dengan tulisan berwarna biru di gambar tersebut.
Gambar 6. Skema blok jaringan penukar kalor untuk crude oil preheat train.
18
Gambar 7. Kurva komposit aliran panas dan dingin dalam penentuan kebutuhan utilitas.
Gambar 8. Kurva komposit aliran panas dan dingin dalam penentuan kebutuhan utilitas.
19
Untuk mencapai target yang telah diketahui, maka seluruh beban yang melintasi titik
pinch dimodifikasi. Modifikasi yang harus dilakukan cukup hanya menyusun ulang system
perpipaan dan target kebutuhan utilitas panas dan dingin pun tercapai. Investasi yang
diperlukan sangat kecil dan biaya operasi bisa diturunkan. Hasil akhirnya terlihat di
Gambar 9.
Penutup
Metode pinch analysis yang dikembangkan di akhir tahun 1970an telah merupakan
bagian dari standar praktik engineering. Pinch analysis dapat memberikan gambaran
menyeluruh terhadap penggunaan energi suatu sistem. Hal ini kemudian digunakan
untuk meminimumkan penggunaan energi. Berbagai cara dapat dilakukan seperti
dengan mengoptimalkan kondisi operasi unit-unit proses atau memodifikasi jaringan
penukar kalor yang tidak optimum. Contoh aplikasi praktis yang telah ditunjukkan
memberi gambaran mengenai modifikasi yang bisa dilakukan dalam pinch analysis ini.
Dalam perkembangan selanjutnya, metode dan aplikasi pinch analysis telah
dikembangkan ke berbagai bidang seperti desain jaringan air limbah, air bersih,
manajemen hidrogen, sampai ke biorefinery. Kedepannya, pinch analysis merupakan
salah satu keahlian yang harus dikuasai oleh process engineer atau konsultan processdesign.
Referensi
1. Hohmann EC: Optimum networks for heat exchange. PhD thesis, Los Angeles, USA:
University of Southern California, 1971.
Gambar 9. Jaringan penukar kalor yang telah dimodifikasi.
20
2. Wang YP, Smith R: Wastewater Minimization. Chemical Engineering Science, 1994,
49:981-1006.
3. Kuo WJ, Smith R.: Effluent treatment system design. Chemical Engineering Science,
52(23): 4273-4290, 1997.
4. Hallale N, Moore I, Vauk D: Hydrogen: Liability or Asset?, Chemical Engineering
Progress, September 2002.
5. Kazantzi, V., Qin, X., El-Halwagi, M., Eljack, F. and Eden, M., Simultaneous Process and
Molecular Design through Property Clustering – A Visualization Tool, Industrial
Engineering Chemistry Research, 46, 3400-3409, 2007.
6. Tan R, Foo DCY: Pinch analysis approach to carbon-constrained energy sector
planning. Energy 2007, 32: 1422-1429.
7. NG, DKS. Automated Targeting For The Synthesis Of An Integrated Biorefinery.
Chemical Engineering Journal. 162(1), 67-74, 2010.
8. Smith R: Chemical Process: Design and Integration. Chichester, UK: John Wiley & Sons
Ltd.; 2005.
9. El Halwagi MM: Process Integration, Elsevier; 2006.
Zulfan Adi Putra bekerja sebagai konsultan desain proses, engineering dan
teknologi, dan pernah bekerja di beberapa perusahaan kimia seperti
AkzoNobel, SABIC, Momentive (Hexion), dan DSM. Berbagai tipe proyek
yang pernah ditangani meliputi uji kelayakan, desain proses konseptual,
basic engineering, optimasi pabrik, debottlenecking, dan engineering
support. Terkait dengan pinch analysis, penulis pernah terlibat dalam
mendesain, mengevaluasi, dan mengoptimalkan penggunaan energi (maximizing heatrecovery), dan meminimalkan penggunaan/pengolahan air (water and wastewaterminimization) di berbagai industri. Penulis memegang gelar PDEng dari Technische
Universiteit Eindhoven.