TNIAL

99
Pelindung Kepala Staf TNI AL Penanggung Jawab Komandan Seskoal Wakil Penanggung Jawab Wakil Komandan Seskoal STAF REDAKSI Ketua Redaktur Kolonel Laut (P) B. Ken Tri Basuki Editor Mayor Laut (P) Arif Badrudin Mayor Laut (KH/W) Dra. Amin Lestari Mayor Laut (KH) Sholeh Amirudin, S.Ag. M.Si Penata Tk. I III/d Drs. Susmono Lettu Laut (KH/W) Dewi Rachmawati, S.Si Fotografer Penda III/a Eko Budiyanto Distribusi KLK TTU Miswanto KLK TTU Mulyono Tata Usaha Penata III/c Safreti Eliya Penda III/a Rosmei Sibagariang Alamat Redaksi Sekolah Staf dan Komando TNI AL, Cipulir Kebayoran Lama, Jakarta Selatan Telp. 7236611 Pesawat 236, 209 Fax : 7253377 Majalah Dharma Wiratama ini adalah Majalah Resmi Sekolah Staf dan Komando TNI AL (Seskoal). Majalah ini dimaksudkan sebagai sarana pembinaan alumni, disamping sebagai sarana komunikasi dalam bidang Pertahanan Keamanan matra laut. Pendapat dan pikiran yang tertuang dalam tulisan-tulisan di Majalah ini tidak selalu mencerminkan pendapat dan pikiran Sekolah Staf dan Komando TNI AL bahkan tulisan yang dimuat dalam majalah ini tidak ada hubungannya dengan kebijakan TNI AL, tetapi merupakan ide/gagasan murni penulis. Oleh karena itu isi atau bobot tulisan ini, merupakan tanggung jawab penuh penulis sendiri. Redaksi dapat menerima tulisan-tulisan warga TNI Angkatan Laut maupun tulisan- tulisan dari bukan warga TNI Angkatan Laut yang menyangkut bidang pertahanan keamanan matra laut. Dengan ketentuan : (1) Jumlah halaman minimal 15 halaman pada kertas kuarto dengan ketikan 2 spasi, (2) Sertakan Kepustakaan, DRH dan foto berwarna penulis ukuran 4 x 6, 1 (satu) lembar, (3) Tulisan yang dimuat akan mendapat imbalan, (4) Naskah yang telah diterima menjadi milik Redaksi Majalah Dharma Wiratama. SKEP MENPEN R.I. NO. 388/I/SK/DITJEN/PPG/STT/1977, Tgl. 27 September 1977 dan SKEP KASAL No.Skep/2085/X/1976, Tgl. 20 Oktober 1976 ISSN 0126-0952 DHARMA WIRATAMA

Transcript of TNIAL

Page 1: TNIAL

Pelindung Kepala Staf TNI AL

Penanggung Jawab Komandan Seskoal

Wakil Penanggung Jawab Wakil Komandan Seskoal

STAF REDAKSI

Ketua Redaktur Kolonel Laut (P) B. Ken Tri Basuki

Editor Mayor Laut (P) Arif Badrudin

Mayor Laut (KH/W) Dra. Amin Lestari

Mayor Laut (KH) Sholeh Amirudin, S.Ag. M.Si

Penata Tk. I III/d Drs. Susmono

Lettu Laut (KH/W) Dewi Rachmawati, S.Si

Fotografer Penda III/a Eko Budiyanto

Distribusi KLK TTU Miswanto

KLK TTU Mulyono

Tata Usaha Penata III/c Safreti Eliya

Penda III/a Rosmei Sibagariang

Alamat Redaksi Sekolah Staf dan Komando TNI AL, Cipulir

Kebayoran Lama, Jakarta Selatan

Telp. 7236611 Pesawat 236, 209

Fax : 7253377

Majalah Dharma Wiratama ini adalah Majalah Resmi Sekolah Staf dan Komando TNI AL (Seskoal). Majalah ini dimaksudkan sebagai sarana pembinaan alumni, disamping sebagai sarana komunikasi dalam bidang Pertahanan Keamanan matra laut. Pendapat dan pikiran yang tertuang dalam tulisan-tulisan di Majalah ini tidak selalu mencerminkan pendapat dan pikiran Sekolah Staf dan Komando TNI AL bahkan tulisan yang dimuat dalam majalah ini tidak ada hubungannya dengan kebijakan TNI AL, tetapi merupakan ide/gagasan murni penulis. Oleh karena itu isi atau bobot tulisan ini, merupakan tanggung jawab penuh penulis sendiri. Redaksi dapat menerima tulisan-tulisan warga TNI Angkatan Laut maupun tulisan-tulisan dari bukan warga TNI Angkatan Laut yang menyangkut bidang pertahanan keamanan matra laut. Dengan ketentuan : (1) Jumlah halaman minimal 15 halaman pada kertas kuarto dengan ketikan 2 spasi, (2) Sertakan Kepustakaan, DRH dan foto berwarna penulis ukuran 4 x 6, 1 (satu) lembar, (3) Tulisan yang dimuat akan mendapat imbalan, (4) Naskah yang telah diterima menjadi milik Redaksi Majalah Dharma Wiratama. SKEP MENPEN R.I. NO. 388/I/SK/DITJEN/PPG/STT/1977, Tgl. 27 September 1977 dan SKEP KASAL No.Skep/2085/X/1976, Tgl. 20 Oktober 1976

ISSN 0126-0952

DHARMA WIRATAMA

Page 2: TNIAL

» Pengambilan Keputusan Pada…

Dharma Wiratama

DAFTAR ISI

Pengantar Redaksi ................................................................................ i

1. Pengambilan keputusan pada Marjin (Unit Tambahan).

Oleh : Laksamana Pertama TNI Aswad, S.E., MM.....................

2. Optimalisasi Kerjasama Internasional Bidang Pertahanan Di

Wilayah Perbatasan Dapat Meningkatkan Sistem

Pertahanan Keamanan Dan Ketahanan Nasional Indonesia.

Oleh : Kolonel Laut (P) Sulistiyanto, M.Sc. ................................

3. Aneka Peristiwa. ...........................................................................

4. Pelajaran Berharga Dari Peristiwa Pembajakan MV Sinar Kudus.

Oleh :Kolonel Laut (S) Teguh Widodo, S.E., M.Si (Han) ............

5. Konsepsi Binter Dalam Rangka Pemulihan Keamanan

Di Daerah Rawan Konflik

Oleh : Letkol Marinir Baedhowi Oktafidia ………………………

6. Offset Pertahanan Dalam Akuisisi Alutsista:

Salah Satu Upaya Strategis Dalam Rangka Revitalisasi Industri

Pertahanan Indonesia.

Oleh : Mayor Laut (E) Ditya Farianto, M.T. …………………….

DHARMA WIRATAMA EDISI DW/151/2011

Page 3: TNIAL

» Pengambilan Keputusan Pada…

Dharma Wiratama

PENGANTAR REDAKSI

Sebagai insan yang beriman marilah senantiasa kita

memanjatkan rasa syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas Rahmat dan KaruniaNya, maka majalah Dharma

Wiratama Edisi DW/151/2011 dapat kami hadirkan kembali

kehadapan para pembaca, tak lupa kami sampaikan ucapan

terima kasih serta penghargaan yang sedalam-dalamnya

kepada pimpinan, terlebih para penulis naskah yang telah

menyumbangkan pikiran untuk turut berpartisipasi dalam

penerbitan majalah Dharma Wiratama. Majalah ini

diharapkan dapat menjadikan suatu referensi untuk

menciptakan tulisan kajian-kajian strategi maupun kajian

ilmiah lain yang sangat berguna bagi kemajuan TNI AL,

Bangsa dan Negara.

Sebagai tampilan pertama edisi ini Laksamana Pertama

TNI Aswad, S.E., MM., menyajikan karyanya tentang

”Pengambilan Keputusan Pada Marjin (Unit Tambahan)” Dalam penulisan tersebut disampaikan tentang elemen-elemen

dari sebuah keputusan, lingkungan keputusan, cara-cara

pendekatan analitis dalam menangani anggaran, aturan dalam

menggunakan serta contoh sederhana cara mengelola

anggaran tersebut dengan mengambil perumpamaan yang

berhubungan dengan kegiatan sehari-hari dan kegiatan militer

dari waktu ke waktu.

Pemerintah Republik Indonesia melaksanakan

hubungan dan kerjasama internasional yang diwujudkan

dalam perjanjian internasional guna mencapai tujuan nasional

yang tercantum di dalam Pembukaan UUD RI 1945, dalam hal

Page 4: TNIAL

» Pengambilan Keputusan Pada…

Dharma Wiratama

ini Kolonel Laut (P) Sulistiyanto, M.Sc. akan mengupas

tentang “Optimalisasi Kerjasama Internasional Bidang

Pertahanan Di Wilayah Perbatasan Dapat Meningkatkan

Sistem Pertahanan Keamanan Dan Ketahanan Nasional

Indonesia”.

Keberadaan IMO sangat membantu pemerintah

Indonesia terutama perusahaan pelayaran dalam

mengantisipasi terjadinya pembajakan. Demikian pula akan

memudahkan TNI khususnya TNI AL untuk menghadapai

kasus-kasus yang serupa. Lebih lanjut Kolonel Laut (S) Teguh

Widodo, S.E., M.Si (Han) membahas tentang ”Pelajaran

Berharga Dari Peristiwa Pembajakan MV Sinar Kudus”.

Fungsi pembinaan teritorial pada hakekatnya adalah

fungsi pembinaan potensi nasional di daerah untuk

didayagunakan guna mendukung upaya pertahanan negara.

Pada kesempatan kali ini Letkol Marinir Baedhowi Oktafidia

menyempatkan untuk berbagi dalam tulisannya dengan judul

“Konsepsi Binter Dalam Rangka Pemulihan Keamanan

Di Daerah Rawan Konflik.

Demikian pula sebagai penutup edisi kali ini, Mayor

Laut (E) Ditya Farianto, M.T. turut menyumbangkan karyanya

dengan judul “Offset Pertahanan Dalam Akuisisi Alutsista:

Salah Satu Upaya Strategis Dalam Rangka Revitalisasi

Industri Pertahanan Indonesia

Demikianlah sekilas tentang isi tulisan dalam majalah

Dharma Wiratama edisi DW/151/2011, semoga dapat

menambah wawasan pembaca serta memberikan sumbangsih

bagi kemajuan TNI AL.

Selamat membaca.

Dharma Wiratama

Page 5: TNIAL

» Pengambilan Keputusan Pada…

Dharma Wiratama

Jakarta, Juni 2011

Staf Redaksi

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA

MARJIN

(UNIT TAMBAHAN)

Oleh :

Laksamana Pertama TNI

Aswad, SE,MM.

Pendahuluan.

Judul yang disajikan tersebut apabila kita perhatikan secara seksama,

tentu akan timbul berbagai pendapat serta anggapan yang bersifat tanda

tanya, apa sebenarnya maksud dari tulisan tersebut di atas?. Pada saat

sekarang ini dalam situasi yang berubah secara cepat, kita sering

dihadapkan pada suatu situasi untuk mengambil suatu keputusan dengan

kondisi alokasi sumber daya yang minim diantara banyaknya pilihan

alternatif dalam kondisi ketidakpastian dari waktu ke waktu untuk

mencapai suatu tujuan tertentu. Hal tersebut tentunya bagi seorang

pengambil keputusan akan mencari cara penyelesaian yang terbaik dari

sekian banyak alternatif pilihan yang di sarankan oleh bawahan, kolega

maupun dari institusi-institusi lainnya yang dapat dipercaya sehingga

dana tersebut dapat dimanfaatkan secara efisien. Dikaitkan dengan

permasalahan yang sering dihadapi dalam kehidupan kita sehari-hari,

penulis berusaha mencoba menguraikan suatu pemecahan persoalan

(problem soulping) dengan judul ”Pengambilan Keputusan Pada

Marjin”.

Tulisan ini sengaja kami sampaikan mengingat situasi dan kondisi

dunia saat ini berada dalam keadaan yang tidak menentu atau tidak pasti

yang berada dalam bayang-bayang kelam (krisis ekonomi secara global),

sehingga mau tidak mau mengharuskan kita untuk bertindak secara tepat,

cepat, cerdas dan bijaksana dalam mengambil suatu keputusan sehingga

diharapkan kelak tidak terjadi kesalahan ataupun pemborosan dalam

mengelola anggaran yang terbatas yang dapat berakibat fatal dikemudian

Page 6: TNIAL

» Pengambilan Keputusan Pada…

Dharma Wiratama

hari. Dalam penulisan tersebut disampaikan tentang elemen-elemen dari

sebuah keputusan, lingkungan keputusan, cara-cara pendekatan analitis

dalam menangani anggaran, aturan dalam menggunakan serta contoh

sederhana cara mengelola anggaran tersebut dengan mengambil

perumpamaan yang berhubungan dengan kegiatan sehari-hari dan

kegiatan militer dari waktu ke waktu.

Tentunya penulis menyadari bahwa tulisan ini bukanlah satu-satunya

cara yang terbaik dalam menyelesaikan suatu persoalan dalam situasi

yang tidak pasti dengan sumber daya yang terbatas (minim), namun tentu

tidak ada salahnya apabila kami mencoba menulis melalui media ini,

mudah-mudahan dapat menambah dan memperkaya pengetahuan

pembaca dalam menangani suatu permasalahan yang timbul dari sekian

banyak persoalan yang menghimpit kita.

Pembahasan.

Dalam menangani suatu permasalahan, tentunya kita perlu untuk

mengetahui beberapa faktor diantaranya berupa elemen-elemen dari

suatu keputusan, yaitu kita perlu mengetahui tentang apa tujuan umum

dan tujuan khusus, alternatif pilihan dan rangkaian aksi dari pilihan

alternatif tersebut, kondisi sebenarnya dan kondisi masa depan, hasil

yang bermanfaat serta ukuran nilai yang digunakan. Dalam lingkungan

keputusan, kita mengenal 2 situasi yaitu tentang kepastian dan

ketidakpastian. Kepastian tidak dibahas disini karena hal tersebut sudah

pasti adanya, namun ketidakpastian akan kami bahas. Secara sekilas

kita sering dihadapkan pada 2 situasi ketidakpastian yaitu :

Ketidakpastian dengan informasi lengkap yaitu dengan mengetahui

semua alternatif, semua kondisi masa depan, manfaat dan kemungkinan

setiap kondisi masa depan sehingga kita dapat mengelola kondisi

tersebut.

Ketidakpastian dengan informasi yang tidak lengkap yaitu tidak

mengetahui semua alternatif, semua kondisi masa depan dan

kemungkinan setiap kondisi masa depan yang mengakibatkan kita akan

sangat kesulitan dalam mengelolanya. Kondisi tersebut, pada lingkung

an keputusan dapat digambarkan sebagai berikut :

Page 7: TNIAL

» Pengambilan Keputusan Pada…

Dharma Wiratama

(GAMBAR LINGKUNGAN KEPUTUSAN)

Dari gambar lingkungan keputusan tersebut di atas, penulis hanya

akan membahas tentang ketidakpastian dengan informasi lengkap,

sedangkan untuk pembahasan tentang ketidakpastian dengan informasi

tidak lengkap akan disampaikan pada lain waktu.

Dalam suatu perencanaan militer, apabila kita akan membangun

suatu kekuatan Angkatan bersenjata yang kuat dan modern, atau pada

tingkatan pembangunan kekuatan pokok minimal (Minimal Essential

Force), hal tersebut sudah ditentukan besaran anggarannya pada program

APBN yang diberikan kepada militer baik dalam bentuk tahunan

maupun dalam bentuk multitahunan, hal tersebut sering timbul

Page 8: TNIAL

» Pengambilan Keputusan Pada…

Dharma Wiratama

pertanyaan apakah itu cukup ?. Untuk menjawab pertanyaan ini,

tentunya kita harus mengetahui terlebih dahulu yaitu cukup itu

seberapa ?, tidak ada jawaban yang tepat untuk itu apabila dikaitkan

dengan masalah keamanan suatu negara, karena keamanan suatu negara

merupakan ”suatu fungsi derajat resiko yang bersedia diterima oleh

suatu negara ”.

Beberapa contoh yang dapat dijadikan perumpamaan dalam

mengelola ketidakpastian sebagai suatu gagasan nalar, contoh tersebut

menggunakan pendekatan analitis sebagai salah satu cara dengan

menyampaikan beberapa alternatif penyelesaian termasuk resiko yang

akan terjadi yaitu dengan menggunakan pendekatan pengambilan

keputusan pada MARJINAL. Tujuan penggunaan dengan pendekatan

Marjinal adalah untuk :

Memperkenalkan dan membahas pemikiran marjinal.

Membahas hubungan antara rata-rata marjin.

Memperkenalkan dan membahas dalil dasar pemikiran

pertama dan kedua.

Dalam pembahasan selanjutnya kita akan terlebih dahulu diperkenalkan

tentang Unit marjinal yaitu unit selanjutnya atau unit tambahan atau unit

kenaikan yang dapat digolongkan dalam 2 bagian yaitu :

Biaya marjinal (MC) adalah biaya kenaikan (tambahan)

dalam memproduksi unit tambahan dari output yaitu :

Perubahan TC ∆ TC

Biaya marjinal (MC) = -------------------------- = ---------

Perubahan kualitas ∆ Q

Keuntungan marjinal (MB) adalah keuntungan tambahan

(kenaikan) dari unit tambahan dalam output yaitu :

Perubahan TB ∆ TB

Keuntungan marjinal (MB) = ---------------------- = -------

--

Perubahan kualitas ∆ Q

Page 9: TNIAL

» Pengambilan Keputusan Pada…

Dharma Wiratama

Contoh biaya marjinal sebagai berikut :

Misalkan sebuah Pabrik dapat memproduksi 10.000 senapan

dengan biaya total sebesar $ 4.000.000. Ketika kita akan

memproduksi 11.000 senapan, biaya total naik menjadi

$5.200.000. Maka biaya marjinal (BM) adalah :

Perubahan TC ∆ TC

Biaya marjinal (MC) = -------------------------- = ---------

Perubahan kualitas ∆ Q

TC2 – TC1 5.200.000 – 4.000.000

MC = ----------------- = ------------------------------- = 1200

Q2 – Q1 11.000 - 10.000

Contoh keuntungan marjinal sebagai berikut :

Misalkan kita mempekerjakan 5 orang petugas penjaga perbatasan

yang dapat menangkap 10 penjahat dalam seminggu, ketika kita

menambah 1 orang lagi petugas penjaga perbatasan, maka

penangkapan total penjahat naik menjadi 14 penjahat perminggu,

maka keuntungan marjinalnya adalah :

Perubahan TB ∆ TB

Keuntungan marjinal (MB) = ---------------------- = ---------

Perubahan kualitas ∆ Q

TB2 – TB1 14 - 10

MB = ----------------- = ------------ = 4

Q2 – Q1 6 -5

Untuk dapat lebih menggambarkan dan memahami pemikiran

marjinal, penulis akan menyajikan beberapa contoh dengan

menampilkan biaya marjinal dan keuntungan marjinal dalam suatu kasus

penyelundupan yang terjadi di Selat Malaka sebagai berikut :

Penyelundup telah seringkali melaksanakan kegiatan melintasi

Selat Malaka dan menjual barang illegal dari Indonesia ke Malaysia,

demikian juga barang dari Malaysia ke Indonesia serta berusaha

menghindari pajak. Pemerintah ingin keadaan tersebut dapat diatasi

Page 10: TNIAL

» Pengambilan Keputusan Pada…

Dharma Wiratama

oleh penegak hukum sehingga kedaulatan dan hukum dapat ditegakkan

guna menjaga citra bangsa Indonesia dimata Internasional, selain itu juga

diharapkan dapat menambah penerimaan pajak bersih (biaya

penerimaan) untuk menutupi kekurangan anggaran APBN dengan cara

memerintahkan Kepala Staf Angkatan Laut untuk melaksanakan operasi

anti penyelundupan di Selat Malaka. Selanjutnya Kepala Staf Angkatan

Laut membentuk tim khusus satuan anti penyelundupan di Selat Malaka

dengan penekanan pada pelaksanaan operasi yang efektif serta

menggunakan dana yang seefisien mungkin. Untuk melaksanakan tugas

tersebut terutama dalam hal penggunaan dana agar seefisien mungkin,

hal ini dapat digunakan pendekatan pengambilan keputusan pada

marjinal yaitu teori tentang Pemikiran Marjinal. Berapa besar biaya

yang digunakan, berapa banyak personel yang dilibatkan serta berapa

besar keuntungan yang didapat dari operasi anti penyelundupan di Selat

Malaka tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

Umpama biaya yang digunakan setiap pasukan sebesar $

200/minggu, dengan pajak yang dapat dipungut dari setiap 1

penyelundup yang tertangkap sebesar $ 40, maka contoh tabelnya dapat

dibuat sbb :

PENJAGA

(L)

PENYELUNDUP

(Q)

TC

PENJAGA

TB

PEN PAJAK

1 15 200 600

2 28 400 1.120

3 38 600 1.520

4 47 800 1.880

DST....... .................... .......................... ..........................

KETERANGAN :

L : PENJAGA

Q : PENYELUNDUP

TC : TOTAL BIAYA

TB : TOTAL KEUNTUNGAN

Apabila kita akan melibatkan penjaga sebanyak 15 orang, maka

tabelnya dapat kita lihat sbb :

Page 11: TNIAL

» Pengambilan Keputusan Pada…

Dharma Wiratama

Biaya Penjaga 1 orang $ 200,00/ Minggu

Pajak yang dipungut dari tiap penyelundup yang ditangkap $ 40,00

Penjaga

( L )

Penyelundup

(Q )

Total biaya

( TC )

Total Penerimaan

( TB )

1 15 200 600

2 28 400 1.120

3 38 600 1.520

4 47 800 1.880

5 55 1000 2.200

6 63 1200 2.520

7 70 1400 2.800

8 76 1600 3.040

9 80 1800 3.200

10 84 2000 3.360

11 88 2200 3.520

12 91 2400 3.640

13 94 2600 3.760

14 96 2800 3.840

15 97 3000 3.880

Tabel tersebut di atas agar lebih memudahkan pembaca memahaminya,

dapat digambarkan dalam grafik sebagai berikut :

Page 12: TNIAL

» Pengambilan Keputusan Pada…

Dharma Wiratama

Dari grafik tersebut di atas dapat dibuat tabel berikutnya yaitu

berapa banyak personel yang harus dipekerjakan untuk memenuhi

keinginan pemimpin dalam menggunakan dana seefisien mungkin, hal

tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Page 13: TNIAL

» Pengambilan Keputusan Pada…

Dharma Wiratama

Biaya Penjaga 1 orang $ 200,00/ Minggu

Pajak yang dipungut dari tiap penyelundup yang ditangkap $ 40,00

L

Q

TC

TB

(TC/L)

AC

(TB/L)

AB

0 0 $0 $0 $0 $0

1 15 200 600 200,00 600,00

2 28 400 1.120 200.00 560,00

3 38 600 1.520 200.00 506.67

4 47 800 1.880 200.00 470.00

5 55 1000 2.200 200.00 440.00

6 63 1.200 2.520 200.00 420.00

7 70 1.400 2.800 200.00 400.00

8 76 1.600 3.040 200.00 380.00

9 80 1.800 3.200 200.00 355.56

10 84 2.000 3.360 200.00 336.00

11 88 2.200 3.520 200.00 320.00

12 91 2.400 3.640 200.00 303.33

13 94 2.600 3.760 200.00 289.23

14 96 2.800 3.840 200.00 274.29

15 97 3.000 3.880 200.00 258.67

KETERANGAN :

AC = BIAYA RATA-RATA

AB = KEUNTUNGAN RATA-RATA

Berapa personel yang harus dipekerjakan di Selat Malaka serta

berapa keuntungan yang didapat dan berapa biaya total yang dikeluarkan

pemerintah, hal tersebut untuk memudahkan memahami, dapat dilihat

pada grafik sebagai berikut :

Page 14: TNIAL

» Pengambilan Keputusan Pada…

Dharma Wiratama

KETERANGAN :

AC = BIAYA RATA-RATA

AB = KEUNTUNGAN RATA-RATA

Selanjutnya pada tabel berikut ini kita akan melihat perubahan

maksimum biaya tiap penambahan 1 orang/personel dan perubahan

maksimum keuntungan tiap penambahan 1 orang/personel sbb :

Page 15: TNIAL

» Pengambilan Keputusan Pada…

Dharma Wiratama

Biaya Penjaga 1 orang $ 200,00/ Minggu

Pajak yang dipungut dari tiap penyelundup yang ditangkap $ 40,00

L

Q

TC

TB

PerubahanTC/

Perubahan L

MC

PerubahanTB/

Perubahan L

MB

0 0 $0 $0 $0 $0

1 15 200 600 200,00 600,00

2 28 400 1.120 200.00 520,00

3 38 600 1.520 200.00 400.00

4 47 800 1.880 200.00 360.00

5 55 1000 2.200 200.00 320.00

6 63 1.200 2.520 200.00 320.00

7 70 1.400 2.800 200.00 280.00

8 76 1.600 3.040 200.00 240.00

9 80 1.800 3.200 200.00 160.00

10 84 2.000 3.360 200.00 160.00

11 88 2.200 3.520 200.00 160.00

12 91 2.400 3.640 200.00 120.00

13 94 2.600 3.760 200.00 120.00

14 96 2.800 3.840 200.00 80.00

15 97 3.000 3.880 200.00 40.00

KETERANGAN :

MC : PERUBAHAN BIAYA MARJINAL

MB : PERUBAHAN KEUNTUNGAN MARJINAL

Dari tabel tersebut di atas, berapa orang penjaga yang harus

dipekerjakan serta berapa biaya dan keuntungan marginal per penjaga,

hal tersebut dapat dilihat grafik di bawah ini :

Page 16: TNIAL

» Pengambilan Keputusan Pada…

Dharma Wiratama

Berikut pada tabel di bawah ini dapat dilihat berapa besar

penggunaan satuan atau personel yang digunakan sehingga

menghasilkan penerimaan pajak yang besar dengan tinggkat penggunaan

personel yang minimal sebagai berikut :

Page 17: TNIAL

» Pengambilan Keputusan Pada…

Dharma Wiratama

Upah Penjaga 1 orang $ 200,00/ Minggu

Pajak yang dipungut dari tiap penyelundup yang ditangkap $ 40,00

L

Q

TC

TB

TB-TC

Pen bersih

0 0 $0 $0 $0

1 15 200 600 $ 400

2 28 400 1.120 $ 720.00

3 38 600 1.520 $ 920.00

4 47 800 1.880 $ 1.080.00

5 55 1000 2.200 $ 1.200.00

6 63 1.200 2.520 $ 1,320.00

7 70 1.400 2.800 $ 1.400.00

8 76 1.600 3.040 $ 1.440.00

9 80 1.800 3.200 $ 1.400.00

10 84 2.000 3.360 $ 1.360.00

11 88 2.200 3.520 $ 1.320.00

12 91 2.400 3.640 $ 1.240.00

13 94 2.600 3.760 $ 1.160.00

14 96 2.800 3.840 $ 1.040.00

15 97 3.000 3.880 $ 880.00

KETERANGAN :

L : PENJAGA

Q : PENYELUNDUP

TC : TOTAL BIAYA

TB : TOTAL KEUNTUNGAN

Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa penerimaan pajak

bersih terbesar (maksimum) ada pada baris ke 8 yaitu sebesar $ 1,440,

sehinga penggunaan satuan yang efisien dengan hasil yang maximum

adalah sebanyak 8 orang. Hal tersebut dapat digambarkan pada grafik

seperti di bawah ini :

Page 18: TNIAL

» Pengambilan Keputusan Pada…

Dharma Wiratama

Dari penjelasan dan beberapa contoh tabel yang telah disampaikan

sebelumnya, penulis dapat menarik kesimpulan singkat tentang

bagaimana cara pengambilan keputusan pada Marjinal dengan contoh

persoalan pada penyelundupan di Selat Malaka yaitu untuk setiap unit

satuan khusus agar lebih efisien, sebaiknya jumlah personel yang

dibentuk untuk setiap 1 unitnya adalah maksimum 8 orang, karena

apabila lebih akan terjadi ketidakefektifan dalam tugas.

Page 19: TNIAL

» Pengambilan Keputusan Pada…

Dharma Wiratama

Kesimpulan.

Kesimpulan yang dapat disampaikan sehubungan dengan contoh

persoalan yang telah diuraikan tersebut di atas dengan judul Pengambilan

Keputusan pada Marjinal sebagai berikut :

a. Bila tidak ada anggaran yang mengikat atau keterbatasan sumber

daya, maka perluas suatu kegiatan sepanjang keuntungan marjinalnya

lebih besar dari pada biaya marjinalnya.

b. Dengan batasan anggaran yang mengikat, hasil optimal dapat dicapai

manakala kegiatan dilakukan hingga ke titik saat pengembalian marjinal

per unit biaya yang dikeluarkan sama untuk semua unit kegiatan.***

Page 20: TNIAL

» Pengambilan Keputusan Pada…

Dharma Wiratama

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Phelps Edmund, Teori tentang Prinsip-prinsip Ekonomi dan

Pertumbuhan Ekonomi.

Thomas Khun, The Structure of Scientific Economi.

Carl Menger, Marginal Revolutions.

Gregory Till, Collections and Cash Management Moderniza tions.

Dr Yasin Ohn, Modern Management Theories.

International Defence Management Course (IDMC) USA.

-o0o-

Page 21: TNIAL

RIWAYAT HIDUP

Nama : Aswad, SE, MM

Pangkat : Laksamana Pertama TNI

Jabatan : Komandan Pangkalan Utama-II

Armada RI Kawasan Barat

Tempat/Tgl Lahir: Palopo, 22 Oktober 1958

Alamat : Jl. Kalisari Sayangan 4

Surabaya. Pendidikan : a. Umum :

SDN, SMPN, SMAN IPA,

S-1 (Ekonomi Pembangunan),

S-2 (Magister Management SDM).

b. Militer :

1) AAL – 28 Thn 1983.

2) Dikspespa Arteleri Thn 1989

3) Diklapa II/Koum Thn 1992

4) Seskoal Thn 1998

5) Seskogab Thn 2004

6) Opschool Belanda Thn 1987

7) Kursus NBCD Denhelder Belanda Thn 1987

8) Kursus Rudal Harpoon Thn 1994

9) Kursus Binlat Opsgab Thn 2002

10) Kursus Manajement Pertahanan Thn 2005

Riwayat Penugasan: a. Danlantamal II sampai sekarang

b. Asrena Pangarmatim

c. Paban I/Renstra Srena Mabesal

d. KS Guspurlatim

e. Dansatkor Armabar

f. Dosen Utama, Paban I/ Doktrin Sesko TNI

g. Danlanal Pontianak

h. Asops Guskamlabar

i. Asops Lantamal III Jakarta

j. Komandan KRI Selamet Riyadi

k. Komandan KRI TUM

l. Komandan KRI HBS

m. Komandan KRI Kerapu

n. Komandan KRI SWI.

-o0o-

Page 22: TNIAL

» Optimalisasi Kerjasama Internasional…

Dharma Wiratama

OPTIMALISASI

KERJASAMA INTERNASIONAL BIDANG PERTAHANAN

DI WILAYAH PERBATASAN DAPAT MENINGKATKAN

SISTEM PERTAHANAN KEAMANAN DAN KETAHANAN

NASIONAL INDONESIA

Oleh :

KOLONEL LAUT (P)

SULISTIYANTO, M.Sc.

1. Pendahuluan.

Pemerintah Republik Indonesia melaksanakan hubungan dan kerja

sama internasional yang diwujud kan dalam perjanjian internasional

guna mencapai tujuan nasional yang tercantum di dalam Pembukaan

UUD RI 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh

tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahtera an umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban

dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan

sosial. Kerjasama internasional bidang pertahanan berkaitan dengan

kebijakan politik luar negeri, sehingga harus senantiasa dilaksanakan

dengan prinsip one gate policy (kebijakan satu pintu). Segala bentuk

kerja sama internasional agar meng hindari pembentukan suatu pakta

pertahanan yang dapat mengurangi makna politik luar negeri Indonesia

yang bebas dan aktif. Dalam meningkatkan hubungan kerjasama

internasional pemerintah RI melalui kebijakan politik luar negeri

“Banyak Arah” (Multy Direction), sehingga memungkinkan Indonesia

melakukan kerjasama dengan banyak negara menerapkan kebijakan

“Seribu Kawan dan Tidak Ada Musuh” (One Thousand Friends and

Zero Enemy)1.

Negara Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang

terdiri dari 17.504 pulau2 yang berada di lokasi yang sangat strategis

yaitu di antara dua benua, benua Asia dengan benua Australia dan dua

1 Pernyataan Menlu RI DR. Marty Natalegawa tentang kebijakan Polurgi setelah

pelantikan kabinet Bersatu jilid- II tanggal 22 Oktober 2009. 2 Dinas Hidro-Oseanografi TNI-AL, Mabesal, Jakarta, 2003.

Page 23: TNIAL

» Optimalisasi Kerjasama Internasional…

Dharma Wiratama

samudera, samudera Pasifik dengan samudera Hindia. Indonesia

memiliki perbatasan laut dengan sepuluh negara tetangga (India,

Thailand, Malaysia, Filipina, Palau, PNG, Australia, Timor Leste, Veit

Nam dan Singapura) dan memiliki perbatasan darat dengan tiga negara

tetangga (Malaysia, Timor Leste dan PNG).

Dalam menjalin kerjasama internasional bidang pertahanan baik

secara bilateral maupun multilateral Indonesia selalu berpedoman

dengan asas dan kebijakkan politik luar negeri bebas aktif sesuai yang

tertuang dalam pembukaan UUD 1945 serta kepentingan-kepentingan

lain sesuai kebijaksanaan pemerintah di mana sebagai leading sector

Kementerian Luar Negeri serta kebijakan umum pertahanan berada di

Kementerian Pertahanan dalam rangka melaksanakan pembangunan

nasional menuju tujuan dan cita-cita bangsa.

Tentara Nasional Indonesia sebagai alat pertahanan Negara Kesatuan

Republik Indonesia, bertugas melaksanakan kebijakan pertahanan negara

untuk menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan

wilayah, dan melindungi keselamatan bangsa, yang dilaksanakan dengan

operasi militer untuk perang (OMP) dan operasi militer selain perang

(OMSP). Dalam menjalankan tugasnya, TNI sebagai alat pertahanan

negara selama ini telah menjalin kerjasama dengan beberapa Angkatan

Bersenjata (AB) negara lain sesuai dengan tataran kewenangan, tugas

dan tanggung jawab. Kegiatan kerja sama internasional yang

dilaksanakan meliputi bidang intelijen, operasi dan latihan, personel serta

logistik.

2. Pembahasan.

Kerjasama bidang pertahanan antara Indonesia dengan negara lain

sudah dilaksanakan sejak awal kemerdekaan dalam rangka

meningkatkan kerjasama bilateral maupun multilateral untuk tujuan

meningkatkan kemampuan bidang pertahanan negara, baik SDM,

Alutsista maupun kebijakan, metode atau prosedur dan saat ini

berpedoman dengan Bujukmin Kerjasama Internasional bidang militer

dan pertahanan di lingkungan TNI, pelaksanaan kerja sama militer

internasional di kelompokkan ke dalam beberapa bidang yaitu : Intelijen,

Operasi dan latihan, Personnel, dan Logistik; dengan tujuan sebagai

berikut :

Page 24: TNIAL

» Optimalisasi Kerjasama Internasional…

Dharma Wiratama

a. Menciptakan kepercayaan dan meningkatkan persahabatan (Con

fidence Building Measure) dengan sasaran:

1) Terwujudnya hubungan per sahabatan yang lebih kondusif dan

saling menguntungkan antara TNI dengan AB negara lain.

2) Terwujudnya rasa saling menghormati dan itikad baik untuk

menjaga hubungan bilateral dalam memandang suatu potensi konflik

yang dapat bermuara pada persengketaan.

3) Terselenggaranya kerja sama Internasional yang saling

menguntungkan, bertingkat dan berlanjut.

b. Upaya diplomasi mencegah konflik (Preventive Diplomacy).

1) Menurunnya tingkat konflik dan pertikaian antara TNI dengan

AB negara lain.

2) Meningkatnya pengaruh dan diplomasi TNI dalam upaya

menciptakan stabilitas ke amanan dan mencegah konflik di kawasan

regional.

3) Pengakuan dan penerimaan peran dan kontribusi TNI sebagai

mediator dalam penyelesaian konflik pada skala regional dan

internasional.

c. Meningkatkan kemampuan militer dan pertahanan (Defense

Capacity) dengan sasaran:

1) Meningkatnya kemampuan dan profesionalitas personel TNI.

2) Meningkatnya efektifitas dan efisiensi operasional TNI dalam

melaksanakan tugas pokok TNI.

3) Mengoptimalkan pengguna an dan pemeliharaan terhadap

Alutsista dan sistem Kodalops TNI guna melaksanakan Tupok TNI.

d. Menciptakan keamanan kawasan (Security Enhancement) dengan

sasaran:

1) Meningkatnya keamanan dan menurunnya tingkat kejahatan

transnasional di wilayah nasional dan wilayah regional.

Page 25: TNIAL

» Optimalisasi Kerjasama Internasional…

Dharma Wiratama

2) Tersusunnya Standing Operating Procedure (SOP) Multinational

Forces (MNF) guna memelihara keamanan di kawasan regional.

3) Meningkatnya pengakuan dunia terhadap peran dan kontribusi

TNI dalam upaya memelihara stabilitas keamanan kawasan regional.

e. Melaksanakan misi damai dalam memberikan bantuan kemanusiaan

dan penanggulangan bencana serta pemeliharaan perdamaian dunia

(Humanitarian Assistance, Disaster Relief dan Peace Keeping

Operation) dengan sasaran:

1) Meningkatnya kemampuan dan peran serta TNI dalam misi

damai di forum internasional untuk bantuan kemanusiaan dan

penanggulangan bencana.

2) Meningkatnya pengakuan dunia terhadap profesionalitas Satgas

TNI pada misi perdamaian PBB.

3) Terpenuhinya standard kemampuan Alutsista dan peralatan

pendukung yang dipersyaratkan kepada Satgas TNI pada misi

perdamaian PBB.3

Kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu peraturan dibuat

dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan logis.

Jelas dalam artian tidak menimbulkan keragu-raguan (multi-tafsir) dan

logis dalam artian ia menjadi suatu sistem norma dengan norma lain

sehingga tidak berbenturan atau menimbulkan konflik norma. Konflik

norma yang ditimbulkan dari ketidakpastian aturan dapat berbentuk

kontestasi norma, reduksi norma atau distorsi norma. Pemikiran

mainstream beranggapan bahwa kepastian hukum merupakan keadaan

dimana perilaku manusia, baik individu, kelompok, maupun organisasi,

terikat dan berada dalam koridor yang sudah digariskan oleh aturan

hukum. Kepastian hukum sangat diperlukan dalam kerjasama

internasional baik bilateral maupun multilateral karena dampak dari

kegiatan bersama bidang pertahanan sangat membutuhkan kepastian

hukum pada implemen tasinya di lapangan, bila tidak dapat

3 Peraturan Panglima TNI Nomor Perpang/89/XII/2009 tanggal 22 Desember 2009

tentang Buku Petunjuk Administrasi Kerjasama Internasional Bidang Militer dan

Pertahanan di Lingkungan Tentara Nasional Indonesia.

Page 26: TNIAL

» Optimalisasi Kerjasama Internasional…

Dharma Wiratama

mengakibatkan friksi antar aparat kedua negara dan memberikan

keraguan dalam bertindak bagi para aparat di lapangan.

Kondisi dan Kinerja Pertahanan dan keamanan Indonesia diwarnai

berbagai keterbatasan, yang berpengaruh terhadap wibawa dan integritas

negara baik dalam lingkup internasional maupun regional. Permasalahan

perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar (PPKT) yang berbatasan dengan

negara tetangga juga belum bisa tertangani secara proporsional, dan

dapat dipastikan akan jadi sumber bagi munculnya permasalahan-

permasalahan perbatasan dengan negara tetangga di masa yang akan

datang.

Dalam rangka Pengamanan dan Penegasan Batas dan menyelesai kan

masalah-masalah perbatasan antar Negara dan Pulau-Pulau Kecil Terluar

dengan Negara Tetangga, telah dilakukan berbagai kerjasama bilateral

yang diwadahi dalam lembaga Joint Border Committee (JBC) antara RI-

Papua New Guinea (PNG), RI-Republic Democratic Timor Leste

(RDTL) dan General Border Committee (GBC) antara RI-Malaysia

dengan kegiatan antara lain :

a. Kerjasama pengamanan dan mempererat pertahanan antara kedua

negara, seperti pertukaran informasi dalam bidang Intelijen, Latihan

bersama, Patroli ter koordinasi di perbatasan dan menggelar Pos-pos

pengamanan perbatasan bersama. Demikian pula kerjasama dalam

bidang sosial ekonomi, imigrasi, bea-cukai, kepolisian serta kerjasama

penyelesaian penegasan batas dan pemeriksaan/perawatan patok-patok

perbatasan antar negara.

b. Perundingan penegasan batas dilaksanakan sesuai dengan

kesepakatan antara dua negara, beberapa kegiatan perundingan yang

menonjol belakangan ini meliputi penegasan batas darat antara RI-

Malaysia, RI-PNG dan RI-RDTL, demikian pula dalam batas

maritim/laut dengan Singapura, Malaysia, Filipina dan Kepulauan Palau.

c. Pos-pos Pengamanan bersama atau atas persetujuan kedua negara

telah di gelar di sepanjang wilayah perbatasan negara, sebanyak 55 Pos

(RI-Malaysia), 48 Pos (RI-RDTL), 14 Pos (RI-PNG) dan Pos-pos

Sementara di Pulau-pulau Kecil Terluar.

Page 27: TNIAL

» Optimalisasi Kerjasama Internasional…

Dharma Wiratama

Selama ini bagian terlemah dari manajemen di wilayah perbatasan

adalah karena lemahnya atau tidak efektifnya simpul koordinasi dalam

pembangunan di wilayah perbatas an; sehingga pemerintah pusat berikut

semua kementerian /lembaganya (terdapat 25 kementerian/lembaga dan

71 pejabat setingkat eselon satu) semua berupaya membangun wilayah

perbatasan; tetapi yang terjadi adalah institusi tersebut berjalan sendiri-

sendiri sehingga sama sekali tidak mampu memberikan solusi seperti

yang diharapkan. Sehingga boleh dikatakan pemerintah dan masyarakat

perbatasan ingin dan merasakan sudah saatnya semua pemangku

kepentingan memikirkan problem perbatasan secara kultural yang

melihatnya dari sisi budaya. Jangan semata-mata hanya memakai

pendekatan “kacamata Jakarta” dan bukan asal bangun saja.

Pembangunan wilayah perbatasan harus sesuai dengan budaya dan

karakteristik masyarakat di sana, sehingga memerlukan upaya Riset.

Universitas Pertahanan salah satu lembaga pendidikan milik

Kementerian Pertahanan terpanggil untuk melaksanakan penelitian di

wilayah perbatasan, hal itu muncul karena secara fakta wilayah

perbatasan merupakan bagian dari pertahanan. Sentuhan pemikiran para

ahli pertahanan di perlukan guna melengkapi upaya pembangun an

wilayah perbatasan4.

Kerjasama internasional bidang pertahanan dan permasalahannya.

Kerjasama internasional bidang pertahanan di wilayah perbatasan saat

ini dinilai belum optimal masih banyak permasalahan yang harus

disempurnakan antara lain :

a. Diperlukan dasar hukum yang mengikat para pihak, belum semua

kerjasama pertahanan memiliki DCA (Defence Cooperation Agreement)

termasuk untuk dua negara tetangga (Malaysia dan Singapura) yang

sudah sangat intensive untuk implementasi kegiatan kerjasama

pertahanannya. Sesuai dengan UU RI No 24 tahun 2000 tentang

perjanjian Inter nasional, kerjasama di bidang pertahanan diwadahi

dalam DCA prosesnya diratifikasi sebagai UU melalui DPR bila

dipertimbangkan perjanjian tersebut bersifat strategis atau di ratifikasi

sebagai Peraturan Presiden (Per Pres) melalui Pemerintah/Sekretariat

Negara bila dipertimbangkan perjanjian tersebut lebih bersifat teknis.

4 Kemhan, Universitas Pertahanan, Rektor, Riset & Laboraturium Wilayah Perbatasan

juni 2010.

Page 28: TNIAL

» Optimalisasi Kerjasama Internasional…

Dharma Wiratama

b. Bidang kerjasama pertahanan di wilayah perbatasan seharusnya

mengarahkan kepada terciptanya kepastian hukum, termasuk mendukung

upaya-upaya dalam proses perundingan penentuan batas wilayah kedua

negara.

c. Kegiatan-kegiatan yang berada di bawah kerjasama pertahanan

bilateral/multilateral seyogyanya dilaksanakan sesuai dengan pro sedur

dan aturan hukum nasional dan internasional. Kegiatan latihan bersama

dan patroli terkoordinasi seyogyanya tetap menghormati wilayah

kedaulatan masing-masing negara.

d. Pengembangan kawasan per batasan belum optimal, karena

lemahnya atau tidak efektifnya simpul koordinasi dalam pem bangunan

di wilayah perbatasan, sehingga banyak institusi yang terlibat namun

belum dapat terfokus dengan baik, terkesan masih berjalan sendiri-

sendiri.

e. Pengamanan wilayah perbatas an tidak dibebankan kepada TNI-

Polri semata, tetapi merupakan tugas seluruh komponen bangsa termasuk

komponen cadangan dan pendukung, diutamakan se maksimal mungkin

melibatkan masyarakat di wilayah perbatasan dengan pengembangan

pada keseimbangan dari aspek ke amanan dan kesejahteraan yang

menyesuaikan dengan karakteristik daerah.

f. Wilayah laut dan udara Indonesia berada pada posisi silang jalur lalu

lintas internasional, sehingga rentan terhadap serangan dari negara-

negara lain; masalah perbatasan laut/darat dengan negara-negara

tetangga; adanya kesenjangan antar daerah akibat belum meratanya

pembangunan; Pemanfaatan ruang hidup yang belum proporsional,

sehingga daerah-daerah Indonesia yang relatif “kosong” beserta

kekayaan alamnya yang potensial dan melimpah dapat dijadikan sasaran

bagi pencarian lebenstraum oleh kekuatan-kekuatan dari luar.

g. Kerjasama pertahanan bilateral di beberapa negara masih dapat

dikembangkan atau dioptimalkan untuk kepentingan dan kemajuan

bersama, bahkan dapat digunakan sebagai ajang promosi hasil industri

pertahanan dalam negeri dan produk nasional pendukung kegiatan

pertahanan dan AB.

Page 29: TNIAL

» Optimalisasi Kerjasama Internasional…

Dharma Wiratama

Arah Pembinaan terhadap permasalahan-permasalahan di wilayah

perbatasan negara di masa mendatang yang diharapkan antara lain :

a. Wilayah kedaulatan dan yurisdiksi Republik Indonesia harus jelas dan

diketahui oleh seluruh bangsa di dunia. Perbatasan wilayah kedaulatan

dan yurisdiksi ditetapkan melalui perjanjian dengan negara tetangga

yang berbatasan langsung. Pada bagian wilayah yang tidak berbatasan

dengan negara lain (di Samudera Hindia dan Pasifik) ditetapkan sesuai

ketentuan internasional.

b. Indonesia menjamin kepentingan bangsa-bangsa di dunia bagi

kepentingan lintas damai, baik melalui laut maupun udara sesuai

ketentuan. Udara di sepanjang wilayah khatulistiwa mempunyai arti

penting bagi pemanfaatan Geospasial Orbit (G.S.O) secara maksimal.

RUU Geospasial ini sudah sampai pembahasan di DPR RI yang

didedikasikan untuk mendukung pengelolaan sumber daya alam dan

sumber daya lainnya bagi kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.

c. Pemanfaatan wilayah didasarkan atas konsepsi tata ruang dengan

pendekatan kesejahteraan dan keamanan, mempertahankan ada nya

pelestarian alam dan lingkungan hidup yang layak dalam wilayah ruang

hidup bangsa Indonesia dan dengan memperhati kan ciri khas potensi

wilayah.

d. Membangun seluruh wilayah Indonesia secara seimbang dan merata

guna menekan kesenjangan spasial (antar wilayah/daerah).

e. Untuk mewujudkan kesatuan wilayah perlu penyediaan sarana,

prasarana komunikasi dan transportasi yang menjamin mobilitas

informasi, orang, barang dan jasa serta pelaksanaan pembangunan

nasional secara utuh menyeluruh.

f. Menanamkan kesadaran masyarakat sedini mungkin, tentang

konstelasi geografis Indonesia, kerawanan maupun potensinya.

g. Pembangunan daerah per batasan. Pengelolaan kawasan perbatasan

selama ini belum dilakukan secara terpadu dengan mengintegrasikan

seluruh sektor terkait. Dibentuknya Badan Nasional Pengelola

Page 30: TNIAL

» Optimalisasi Kerjasama Internasional…

Dharma Wiratama

Perbatasan (BNPP) pada tanggal 28 Januari 2010 berdasar Perpres RI

Nomor 12 tahun 2010 dengan Menteri Dalam Negeri sebagai Kepala

Badan BNPP, diharapkan pem bangunan kawasan perbatasan lebih

terkoordinasi dan mencapai hasil yang optimal.

h. Pos Lintas Batas. Keberadaan Pos Lintas Batas (PLB) beserta

fasilitas kepabean, imigrasi, karantina dan keamanan (Customs,

Imigration, Quarantine and Security /CIQS) sangat penting sebagai

gerbang yang mengatur arus keluar masuk orang dan barang di kawasan

perbatasan. PLB sebagai pintu gerbang negara dapat mengatur hubungan

sosial dan ekonomi Indonesia-negara tetangga khususnya di perbatasan

serta men cegah keluar-masuknya barang-barang ilegal.

Analisia Politik Luar Negeri.

Diperlukan kemampuan diplo masi pro aktif guna memperjuang kan

kepentingan nasional dalam berbagai forum internasional. Perlu

diwaspadai adanya dominasi negara adidaya yang memaksakan

kehendaknya berdampak negatif bagi kepentingan negara-negara

berkembang. Arah pembinaan Politik Luar Negeri RI yang sudah

digariskan oleh Pemerintah dalam rangka pembinaan Ketahanan

Nasional adalah sebagai berikut5 :

a. Hubungan luar negeri ditujukan untuk lebih meningkatkan kerja sama

internasional diberbagai bidang atas dasar saling meng untungkan,

meningkatkan citra positif Indonesia di luar negeri, memantapkan

persatuan kesatuan bangsa dan keutuhan NKRI.

b. Politik luar negeri terus dikembangkan dan dievaluasi secara

berkelanjutan menurut prioritas dalam rangka me ningkatkan

persahabatan dan kerjasama antar negara berkembang dan antara negara

berkembang dengan negara maju sesuai dengan kemampuan dan demi

kepentingan nasional.

c. Citra positif Indonesia terus ditingkatkan dan diperluas antara lain

melalui promosi, peningkatan diplomasi dan lobi internasional,

pertukaran pemuda, pelajar dan mahasiswa serta kegiatan olah raga.

5 Modul Sistem Manajemen Nasional, Lemhannas RI , Jakarta, 2011

Page 31: TNIAL

» Optimalisasi Kerjasama Internasional…

Dharma Wiratama

d. Perkembangan, perubahan dan gejolak dunia terus diikuti dan dikaji

dengan seksama agar secara dini dapat diperkirakan terjadinya dampak

negatif yang dapat mempengaruhi stabilitas nasional serta yang

menghambat kelancaran pembangunan dan pencapaian tujuan nasional.

e. Langkah bersama negara berkembang untuk memperkecil

ketimpangan dan mengurangi ketidakadilan dengan negara industri maju

perlu ditingkatkan dengan melaksanakan perjanjian perdagangan

internasional serta kerjasama dengan lembaga-lembaga keuangan

internasional.

f. Perjuangan mewujudkan tata nan dunia baru dan ketertiban dunia

yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial

melalui penggalangan dan pemupukan solidaritas dan kesamaan sikap

serta kerjasama internasional dengan memanfaatkan berbagai forum

regional dan global.

g. Peningkatan kualitas sumber daya manusia perlu dilaksanakan

dengan pembenahan secara menyeluruh terhadap sistem pendidikan,

pelatihan dan penyuluhan calon diplomat agar dapat menjawab tantangan

tugas yang dihadapi. Selain itu, perlu ditingkatkan aspek-aspek ke

lembagaan dan sarana penunjang lainnya.

h. Perjuangan bangsa Indonesia di dunia yang menyangkut kepenting

an nasional seperti melindungi kepentingan Indonesia dari kegiatan

diplomasi negatif negara lain dan hak-hak warga negara Republik

Indonesia di luar negeri perlu di tingkatkan.

Asas Ketahanan Nasional Mawas Ke Dalam dan Mawas Ke

Luar6.

Sistem kehidupan nasional merupakan segenap aspek ke hidupan

bangsa yang saling ber interaksi. Di samping itu, sistem kehidupan

nasional juga ber interaksi dengan lingkungan sekelilingnya (regional

dan internasional). Dalam proses interaksi tersebut dapat timbul berbagai

dampak, baik yang bersifat positif maupun negatif. Untuk itu perlu

diantisipasi dampak yang akan mempengaruhi kebijakan sehingga

6 Modul Ketahanan Nasional, Lemhannas RI, Jakarta, 2011.

Page 32: TNIAL

» Optimalisasi Kerjasama Internasional…

Dharma Wiratama

diperlukan sikap mawas ke dalam maupun mawas ke luar, sebagai

berikut :

a. Mawas ke dalam. Mawas ke dalam bertujuan menumbuhkan hakikat,

sifat dan kondisi kehidupan nasional itu sendiri berdasarkan nilai-nilai

kemandirian yang proporsional untuk meningkatkan kualitas derajat

kemandirian bangsa yang ulet dan tangguh. Hal ini tidak berarti bahwa

ketahanan nasional mengandung sikap isolasi atau nasionalisme sempit.

b. Mawas ke luar. Mawas ke luar bertujuan untuk dapat meng antisipasi

dan ikut berperan serta menghadapi dan mengatasi dampak lingkungan

strategis luar negeri serta menerima kenyataan adanya saling interaksi

dan ketergantungan dengan dunia internasional. Untuk menjamin

kepentingan nasional, kehidupan nasional harus mampu

mengembangkan kekuatan nasional agar memberikan dampak ke luar

dalam bentuk daya tangkal dan daya tawar. Namun demikian, interaksi

dengan pihak lain diutamakan dalam bentuk kerja sama yang saling

menguntungkan.

Dalam upaya mencapai tujuan nasionalnya, bangsa Indonesia

senantiasa dihadapkan pada berbagai bentuk tantangan, ancaman,

hambatan dan gangguan, baik yang secara langsung maupun tidak

langsung dapat membahaya kan integritas, identitas, kelangsung an

hidup bangsa dan negara. Untuk itu, diperlukan adanya Ketahanan

Nasional (Tannas) yaitu keuletan dan ketangguhan bangsa yang

mengandung kemampuan mengem bangkan kekuatan nasional dalam

aspek dan dimensi kehidupan nasional.

Pada Asta Gatra Ketahanan Nasional di bidang Hankam dapat

disimpulkan sebagai daya dan upaya seluruh rakyat Indonesia

merupakan bagian dari sistem pertahanan dan keamanan negara dalam

mempertahankan dan mengamankan negara demi kelangsungan hidup

dan kehidupan bangsa dan negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pertahanan dan keamanan negara Republik Indonesia dilaksanakan

dengan menyusun, mengerahkan dan menggerakkan potensi nasional

termasuk kekuatan masyarakat di seluruh bidang kehidupan nasional

secara terintegrasi dan terkoordinasi. Penyelenggaraan pertahanan dan

keamanan secara nasional merupakan salah satu fungsi utama dari

pemerintah dan negara Republik Indonesia dengan TNI dan Polri sebagai

intinya, guna menciptakan keamanan bangsa dan negara dalam rangka

Page 33: TNIAL

» Optimalisasi Kerjasama Internasional…

Dharma Wiratama

mewujudkan ketahanan nasional Indonesia. Wujud ketahanan pertahanan

dan keamanan tercermin dalam kondisi daya tangkal bangsa yang

dilandasi kesadaran bela negara seluruh rakyat yang mengandung

kemampuan memelihara stabilitas pertahanan dan keamanan negara

yang dinamis, mengamankan pembangunan dan hasil-hasilnya, serta

kemampuan mempertahankan kedaulatan negara dan menangkal segala

bentuk ancaman. Analog dengan pengertian ketahanan nasional maka

ketahanan pertahanan dan keamanan pada hakikatnya adalah keuletan

dan ketangguhan bangsa dalam mewujudkan kesiapsiagaan serta upaya

bela negara, suatu perjuangan rakyat semesta, ketika seluruh potensi dan

kekuatan idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya, militer dan kepolisian

disusun dan dikerahkan secara terpimpin terintegrasi dan terkoordinasi,

untuk menjamin penyelenggaraan sistem pertahanan dan keamanan

rakyat semesta (SISHANKAMRATA) menjamin kesinambungan

pembangunan nasional dan kelangsungan hidup bangsa dan negara

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Dalam rangka mengoptimalkan kerjasama bidang pertahanan di

wilayah perbatasan dapat dibahas sesuai bidang sebagai berikut :

a. Bidang Inteljen. Bidang inteljen merupakan bidang yang paling awal

dan banyak dilaksanakan kerjasama secara bilateral, biasanya diawali

dengan saling berkunjung antara pejabat kedua AB baru dilanjutkan

kerjasama bidang inteljen yakni saling bertukar informasi (sharing

information). Untuk kondisi dewasa ini sangat diperlukan, manfaatnya

akan nampak apabila dilaksanakan dengan benar dan tepat sasaran

khususnya dalam mengatasi kegiatan ilegal, kegiatan kriminal dan

ancaman terorisme inter nasional yang kerap terjadi di wilayah

perbatasan. Kerjasama Indonesia dengan Philipina dan Malaysia

disekitar wilayah Philipina Selatan telah banyak membantu mengungkap

dan menfasilitasi ancaman terror dan kegiatan ilegal yang kerap terjadi di

wilayah tersebut.

b. Bidang Operasi dan Latihan.

Bidang operasi dan latihan biasanya dilaksanakan setelah kedua

negara merasa memerlukan kerjasama yang lebih intensive dan

dipertimbangkan kegiatan tersebut akan memberi manfaat pada kedua

pihak antara lain dapat meng eliminir kegiatan kriminal dan ilegal di

wilayah perbatasan. Indonesia cukup banyak melaksana kan kegiatan

Page 34: TNIAL

» Optimalisasi Kerjasama Internasional…

Dharma Wiratama

kerjasama bidang Opslat dengan negara tetangganya antara lain kegiatan

Patkor (Coordinating Patrol): Malaysia, Singapura, Philipina, India,

Australia dan Thailand yang baru dimulai pada tahun 2011. Selain itu

negara pantai di selat Malaka juga memiliki kegiatan Patkor multilateral

yaitu Malacca Strait Sea Patrol (MSSP) yang terdiri dari Indonesia,

Malaysia, Singapura dan Thailand yang didukung oleh pengamatan

udara keempat negara pantai Eyes in the Sky (EiS), yang sudah diakui

keberadaannya oleh internasional telah dapat mengurangi ancaman

perompakan yang terjadi diperairan selat Malaka dan selat Singapura,

dan saat ini dijadikan model untuk mengatasi permasalahan keamanan

maritim di kawasan lain antara lain perairan Afrika khususnya Somalia,

Teluk Benggala dll.

c. Bidang Personel. Kerjasama pertahanan pada bidang personel yang

paling sering dan banyak dilaksanakan adalah dalam rangka

meningkatkan kualitas SDM yaitu pada kegiatan pendidikan dan

pelatihan. Khususnya diharapkan oleh negara yang merasa relatif lebih

tertinggal kepada negara yang lebih maju atau pada negara yang

sebanding/selevel, bahkan be berapa negara sudah mempersiap kan

dengan dukungan anggaran pendamping selama menerima siswa negara

lain. Keuntungan-keuntungan bagi negara donor (pemberi

dana/kesempatan) adalah dapat memberikan wawasan dan

mempengaruhi pemikiran para peserta siswa tentang kebijakan-kebijakan

dan menginformasikan kemampuan dan dukungan industri pertahanan

kepada negara penerima yang nantinya dapat dipromosikan apabila siswa

telah kembali ke negaranya masing-masing.

d. Bidang Logistik. Bidang logistik biasanya yang paling akhir

dilaksanakan dalam kerjasama bilateral maupun multilateral karena

kerjasama ini perlu pengkajian yang lebih mendalam mengingat

diperlukan sarana pendukung yang lebih lengkap dan membutuhkan

dukungan anggaran yang lebih besar dan terencana termasuk dari

pertimbangan aspek hukum. Sementara ini di bidang pertahanan

Indonesia sudah memiliki kerjasama logistik dengan beberapa negara

antara lain: Amerika Serikat (AQSA/ Acquisition and cross Servicing

Agreement) dan Australia (MLSA/ Mutual Logistics Support

Arrangement) sedang dengan Korea Selatan saat ini masih dalam proses

penjajakan. Untuk kerjasama pertahanan Indonesia dengan negara

tetangga yang lain saat ini belum ada kerjasama yang khusus di bidang

logistik.

Page 35: TNIAL

» Optimalisasi Kerjasama Internasional…

Dharma Wiratama

Dalam forum kerjasama pertahanan Indonesia-Philipina, DCA sudah

ditandatangani di Jakarta pada tanggal 27 Agustus 1997 dan diratifikasi

dengan UU Nomor 20 tahun 2007. Pengalaman dari pihak Philipina pada

kegiatan forum pertemuan pernah me nyampaikan perlu dipresentasikan

hasil industri pertahanan dan produksi dalam negeri yang mendukung

bidang pertahanan untuk AB Indonesia, karena mereka

mempertimbangkan kualitasnya cukup baik dengan harga yang relatif

lebih kompetitif, akan dipertimbangkan dapat digunakan oleh AB

Philipina. Hal tersebut perlu dipertimbangkan dapat dilaksanakan hal

yang sama bagi negara-negara tetangga yang kondisi perekonomian

sebanding atau relatif lebih rendah dari Indonesia, dimaksudkan dalam

rangka promosi untuk memperkenalkan hasil industri pertahanan

Indonesia dan produk-produk nasional yang selama ini sudah

mendukung bidang pertahanan dan AB Indonesia.

Kerjasama bidang pertahanan di wilayah perbatasan yang sudah

terjalin sejak era tahun tujuh puluhan diawali dengan Malaysia dalam

forum GBC yang kalau itu dilaksanakan setelah hubungan yang kurang

baik semasa pemerintahan Orde Lama dimana pemerintahan presiden

Soekarno pernah melaksanakan konfrontasi terhadap Malaysia dan

Singapura. Kerjasama bidang pertahanan RI – Malaysia awalnya

berdasarkan referensi Security Arrangement (SA) 1972 kemudian karena

kegiatan kerjasama yang dilaksana kan sudah semakin berkembang dan

substansinya sudah banyak berubah yang semula antara lain untuk

memerangi musuh bersama ancaman komunis di wilayah perbatasan

kedua negara, namun di era tahun delapanpuluhan sudah tidak terdapat

lagi ancaman komunis di wilayah perbatasan seperti pada era tahun

tujuhpuluhan, sehingga dilaksana kan revisi SA 72 menjadi SA 84 yang

pelaksanaannya dikoordinir oleh sekretariat GBC kedua negara dapat

diselesaikan pada tahun 1984. Sejak tahun 2002 Kerjasama bidang

pertahanan RI-Malaysia tidak hanya dilaksanakan di wilayah perbatasan

kedua negara saja, sehingga SA 84 pun dipertimbang kan tidak sesuai

lagi dipergunakan sebagai referensi, sehingga perlu direvisi, saat ini

proses revisi sedang berlangsung dimana pihak Indonesia diwakili

Kemhan RI dan Mabes TNI (sekretariat Satker terkait). Dimulai pada

tanggal 25 Agustus 2005 forum GBC dipimpin oleh kedua Menteri

Pertahanan dan pertemuan tersebut yang semula dilaksanakan setiap

tahun di mundurkan menjadi dua tahun sekali, sedangkan untuk kedua

Panglima AB di wadahi dalam forum HLC (High Level Committe),

Page 36: TNIAL

» Optimalisasi Kerjasama Internasional…

Dharma Wiratama

beserta beberapa suborganisasi turunan dibawahnya yang mewadahi

kerjasama kedua AB yang sudah bersifat teknis.

Pada saat terjadi friksi antara kedua aparat keamanan Indonesia-

Malaysia di perairan karang Unarang, laut Sulawesi beberapa tahun yang

lalu dimana situasi politik dimasing-masing negara saat itu juga

cenderung memanas, khususnya di Indonesia. Ternyata kerjasama yang

telah terjalin selama itu, khususnya ditingkat pimpinan telah dapat

meredam konflik karena komunikasi yang ada khususnya ditingkat

pengambil keputusan mampu meyakinkan aparat pelaksana di lapangan

untuk tidak melakukan tindakan sampai dengan terjadi perintah buka

tembakan (open fire), karena apabila hal tersebut terjadi akan dapat

berakibat fatal bagi hubungan kedua negara.

Kerjasama bidang pertahanan RI-Papua New Guinea /PNG dan RI-

Republic Democratic Timor Leste/ RDTL yang berada di bawah forum

JBC dimana sebagai leading sector adalah Kementerian Dalam Negeri,

bidang pertahanan diwakili oleh Kemhan RI dan Mabes TNI. Dalam

kerjasama pertahanan dengan PNG dan RDTL, Indonesia akan lebih

banyak memberikan asistensi dan bantuan mengingat kondisi sosial

ekonomi kedua negara tersebut relatif berada di bawah Indonesia. Hal

yang sama berlaku pada kerjasama pertahanan antara RI-Amerika

Serikat dimana Amerika akan lebih banyak memberikan bantuan dan

asistensi kepada Indonesia, antara lain pada bantuan pelatihan maupun

melengkapi peralatan TNI diantaranya: Penggelaran sistem Radar pantai

Integrated Maritime Surveilance System (IMSS) di sepanjang selat

Malaka dan Laut Sulawesi serta beberapa program perbaikan/

pemeliharaan Alutsista TNI. Kerjasama pertahanan dengan PNG dan

RDTL memberikan kesempat an dan peluang bagi Indonesia untuk

promosi industri pertahanan dan produksi nasional yang telah mampu

memberikan dukungan kepada AB Indonesia. DCA antara RI-PNG

sudah ditandatangani kedua Menhan pada tanggal 12 Maret 2010, pada

saat kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Port Moresby

selanjutnya diteruskan dengan proses ratifikasi melalui DPR RI,

sedangkan antara RI-RDTL masih belum mengarah ke penanda tangaan

DCA baru dimulai pada kunjungan antar Pejabat militer, kelanjutan

persetujuan Komisi Kebenaran dan Persahabatan (KKP) antara lain

rencana pemindahan 13 lokasi Taman Makam Pahlawan Indonesia yang

Page 37: TNIAL

» Optimalisasi Kerjasama Internasional…

Dharma Wiratama

berada di RDTL7, beberapa program pelatihan bagi personel AB dan

rencana kerjasama antara pasukan penjaga wilayah perbatasan kedua

negara.

Kerjasama bidang pertahanan RI-India. DCA antara RI-India sudah

ditandatangani oleh kedua Menhan di Jakarta pada tanggal 11 Januari

2001, berikut perjanjian kerjasama tersebut juga sudah diratifikasi

sebagai UU Nomor 21 tahun 2006. Pada implementasinya di lapangan

sudah dilaksanakan baik Mabes TNI maupun ketiga matra, namun yang

paling intensive melaksanakan kerjasama baru dari matra laut, sedang

matra udara dan darat baru mulai melaksanakan penjajakan kerjasama.

India memiliki keunggulan dalam bidang teknologi militer dan industri

pertahanan, beberapa Alutsista produksi Barat dan Rusia sudah berhasil

diproduksi di India antara lain pesawat tempur Sukoy, kapal selam,

peluru kendali Bramos, Tank dll. Indonesia dapat meningkatkan

kerjasama bidang pertahanan dengan India dalam rangka meningkatkan

kualitas SDM dan pengembangan industri pertahanan khususnya yang

India sudah menguasai dan memproduksi dengan hasil yang sudah

diakui kualitasnya.

Kerjasama pertahanan RI-Australia. Kerjasama bidang pertahanan

dengan Australia sudah berlangsung lama dan mengalami pasang surut.

Peran partai yang berkuasa di Australia juga sangat berpengaruh

terhadap kebijakan kerjasama pertahanan yang diberlakukan, titik

terendah terjadi pada saat lepasnya Timor Timur dari Indonesia, saat itu

AB Australia sebagai pimpinan pasukan koalisi seakan-akan melupakan

kerjasama yang sebelumnya sudah terjalin dengan sangat baik, kemudian

perlahan kembali membaik. Lombok Treaty yang ditandatangai kedua

Menteri Luar Negeri pada tanggal 13 November 2006 masih digunakan

sebagai referensi bagi kerjasama di bidang pertahanan dan keamanan, di

anggap setara dengan DCA. Saat ini Kemhan RI dengan melibatkan

Mabes TNI dengan counterpartnya di Australia sedang menyusun

Defence Cooperation Arrangement sebagai turunan dari Lombok Treaty.

Kementerian Pertahanan RI dan Mabes TNI setiap tahun melaksanakan

pertemuan dengan counterpart dari Australia dalam forum Indonesia

Australia Defence and Security Dialogue (IADSD) secara rutin dan

bergantian dalam lokasi penyelenggaraannya, im- plementasi kegiatan

pada ketiga matra juga sudah terprogram dan terlaksana baik, bahkan

7 Perumusan Kerjasama pertahanan RI-RDTL, Srenum TNI, Jakarta, 5 Juli 2010.

Page 38: TNIAL

» Optimalisasi Kerjasama Internasional…

Dharma Wiratama

pihak Australia mengharapkan untuk dapat meningkatkan jumlah Patkor

perbatasan yang dilaksanakan oleh Koarmatim dengan Northcomm

antara perairan utara Darwin dengan perairan wilayah timur Indonesia

(perairan NTT s/d laut Arafuru) yang saat ini sudah terlaksana satu kali

dalam setahun. Hal ini perlu dikaji secara mendalam oleh Indonesia

dengan berbagai pertimbangan mengingat tujuan utama Australia adalah

dalam rangka mencegah masuknya illegal migrant ke negara tersebut

sedangkan kepentingan nasional Indonesia antara lain mencegah illegal

fishing dan illegal activity termasuk kemungkinan pelarian simpatisan

OPM dalam rangka mencari suaka politik atau dukungan simpati

internasional melalui selat Torres dari Papua ke Australia

3. Penutup.

a. Kesimpulan.

Kepentingan Nasional di per batasan adalah menjamin ke sejahteraan

seluruh rakyat dalam menjaga keutuhan wilayahnya dan itu mutlak.

Dalam konteks pertahanan di perbatasan, maka kepentingan nasional

yang dituangkan dalam Kebijakan Pertahanan adalah mewujudkan

kondisi aman di sepanjang perbatasan antar negara, dengan jalan

terwujudnya penyelenggaraan pertahanan yang mampu menjamin upaya

pemenuhan kepentingan nasional di perbatasan. Oleh karena itu,

penyelenggaraan pertahanan masing-masing negara di perbatasan

memiliki peran dan fungsi untuk mempertahankan eksistensi bangsanya

dari setiap ancaman dan gangguan dengan mengedepankan terciptanya

ke amanan dan kesejahteraan khusus nya bagi masyarakat di wilayah

perbatasan. Kerjasama bidang pertahanan di wilayah perbatasan perlu

dikembangkan sesuai skala prioritas dengan kebijakan satu pintu melalui

Kemhan RI selanjutnya ke Mabes TNI serta seyogyanya selalu

dievaluasi dan dikaji secara komprehensif inter kementerian secara ber

kesinambungan.

Ketahanan nasional perlu ditingkatkan dan dipupuk atau dibina terus

menerus berdasarkan Wawasan Nusantara melalui upaya pembangunan

nasional di segenap aspek dan dimensi kehidupan. Saling keterkaitan

antara Wawasan Nusantara, ketahanan nasional dan pembangunan

nasional, menempat kan Wawasan Nusantara berfungsi sebagai

pedoman, tuntunan dan sebagai rambu-rambu pemandu bagi perwujudan

ketahanan nasional. Keterkaitan ketahanan nasional terhadap

Page 39: TNIAL

» Optimalisasi Kerjasama Internasional…

Dharma Wiratama

pembangunan nasional, tercermin pada konsepsi ketahanan nasional

untuk menumbuhkan kondisi kehidupan nasional yang diinginkan

melalui pembangunan nasional. Makin meningkatnya intensitas pem

bangunan nasional akan meningkatkan ketahanan nasional dalam hal ini

termasuk yang berada di wilayah perbatasan negara, sebaliknya

kokohnya ketahanan nasional akan mendorong lajunya pembangunan

nasional. Secara implisit ketahanan nasional mengandung konsepsi

tentang pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan

dalam segala aspek dan dimensi kehidupan nasional berdasarkan nilai

Pancasila, norma UUD 1945 dan Wawasan Nusantara.

b. Saran.

1) Penanganan wilayah perbatasan negara perlu ditingkatkan dan

dilaksanakan secara Komprehensif Integral Holistik dan Net Working

yang baik diantara instansi pemerintah terkait dan stake holder karena

selain sebagai beranda atau pintu masuk ke wilayah Indonesia juga

sebagai simbol kedaulatan negara.

2) TNI perlu mendorong dan membantu pemerintah untuk

mempercepat proses penetapan garis batas wilayah negara RI-negara

tetangga, sehingga kerja sama TNI dengan AB negara tetangga dapat

lebih ditingkatkan dengan kejelasan/kepastian hukum pada wilayah

perbatasan dan membangun infrastruktur di perbatasan untuk menunjang

pelaksanaan pengamanan per batasan.

3) Mempromosikan Alutsista produksi BUMNIP dan peralatan/

perlengkapan militer produksi Indonesia kepada AB negara tetangga

dalam rangka ikut serta mengembangkan dan member- dayakan

kemampuan ekonomi nasional.

4) Perlu diantisipasi penyusunan draf DCA antara RI-negara tetangga

(khususnya yang belum memiliki DCA) dengan leading sector Kemhan

RI sebagai payung hukum untuk kegiatan kerjasama bidang pertahanan,

yang disesuai kan dengan skala prioritas.

********

Page 40: TNIAL

» Optimalisasi Kerjasama Internasional…

Dharma Wiratama

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Dewan Pertimbangan Presiden RI, Seminar Pengelolaan Wilayah

Perbatasan, Pontianak, 7 Oktober 2010.

Dinas hidro osenografi, Mabes TNI AL, Jakarta, 2003.

Ermaya Suradinata, Alex Dinuth, Geopolitik dan Konsepsi Ketahanan

Nasional, Jakarta, 2003.

Perumusan Kerjasama TNI dengan AB RDTL, Srenum TNI, Jakarta, 5

Juli 2010.

Perumusan Optimalisasi Kerjasama TNI dengan AB PNG, Srenum

TNI, Jakarta, 15 Oktober 2010.

Perumusan Optimalisasi Kerjasama TNI dengan AB Malaysia,

Srenum TNI, Jakarta, 17 Desember 2010.

Kementerian Pertahanan RI, Universitas Pertahanan, Riset &

Laboratorium Wilayah Perbatasan Negara, Jakarta, Juni 2010.

Modul Ketahanan Nasional, Lemhannas RI, Jakarta, 2011.

Modul Sistem Manajemen Nasional, Lemhannas RI, Jakarta, 2011.

Undang-undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Ratifikasi terhadap

Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS 1982).

Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Undang-Undang RI Nomor 6 Tahun 1996 tentang perairan Indonesia.

Page 41: TNIAL

» Optimalisasi Kerjasama Internasional…

Dharma Wiratama

Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.

Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemda.

Undang-Undang RI Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNl.

Peraturan Presiden RI Nomor 12 Tahun 2010 tanggal 28 Januari

2010, tentang Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP).

******

Page 42: TNIAL

Kolonel Laut (P) Sulistiyanto, M.Sc NRP. 8310/P Riwayat Pendidikan : Dik Umum : SD tahun 1973. SMP tahun 1976. SMA tahun 1980. S-2 Defence and Strategic Studies, Madras University India tahun 1998.

Riwayat Penugasan : Ass Padiv Aks KRI Samadikun-341 Satkor Armada RI tahun 1984. Padiv Bah KRI Lambung Mangkurat-374 Satkorarmatim tahun 1985. Pa Bah KRI Akhmad Yani-351 Satkorarmatim tahun 1986. Padiv Nagi KRI W.Z Yohannes-332 Satkorarmatim tahun 1989. Kadep Ops KRI Badik-623 Satkatarmatim tahun 1990. Padiv Aks KRI M.K Tiahahu-331 Satkoramatim tahun 1990. Dan KRI Sibarau-847 Satrolarmabar tahun 1991. Pabanda Staf/ Pabandya I Patjab/ Paban III Binkar Spers ABRI tahun 1993 – 1997 (Military Observer Unikom/ United Nation Iraq Kuwait Observation Mission tahun 1994 – 1995). Palaksa KRI Tanjung Oisina-972 tahun 1997. Dan KRI Amboina-503 tahun 1997 - 1999. Dan KRI Teluk Langsa-501 Satlinlamil Jakarta Kolinlamil tahun 1999 - 2002. Pabandya-3 Rahgunkuat Ban IV Ops Sops Mabes TNI tahun 2002. Pabandya E-32 Dit “E” Bais TNI Mabes TNI tahun 2002 - 2003. Ass Athan RI Ur Laut di Kuala Lumpur Malaysia tahun 2003 - 2006. Aspers Pangarmabar Desember 2006-2008. Paban VI Kersin Srenum TNI Maret 2009-2011. Sahli “A” Pangarmabar (peserta PPRA XLVI Lemhannas RI TA 2011).

**********

Dik Militer : AAL-29 tahun 1980-1984. Van Speykklase Fregatten Course tahun 1986. Long ASW Course, India TA. 1989/ 1990. TAR Amdal Mabes TNI AL tahun 1992. Diklapa-II/ Koum Angk-6 TA. 1992/ 1993. DSSC India (Sesko ) TA. 1996/ 1997. Maritime Studies, Australia tahun 1998. Sus Intelstrat Tk. I TA 2002. Sus Athan RI Angk-6 TA 2003. Sesko TNI Susreg XXXV TA 2008.

Page 43: TNIAL

» Pelajaran Berharga dari..

.

Dharma Wiratama

ANEKA PERISTIWA DHARMA WIRATAMA

Page 44: TNIAL

» Pelajaran Berharga dari..

.

Dharma Wiratama

Komandan Seskoal Laksamana Muda TNI Sumartono membuka secara resmi Seminar Forum Strategi I Pasis Dikreg-49 TP 2011 dengan tema “Prediksi Ancaman dan Penentuan Pilihan Strategi Pertahanan Negara di Laut Lima Tahun Ke Depan”. Bumi Cipulir, 13 April 2011.

Page 45: TNIAL

» Pelajaran Berharga dari..

.

Dharma Wiratama

“Setetes Darah Anda Sangat Berarti Bagi Sesama” hikmah yang dapat dirasakan pada kegiatan Donor Darah yang dilaksanakan dalam rangka peringatan Paskah TNI AL Jakarta tahun 2011, Bumi Cipulir 12 April 2011.

Page 46: TNIAL

» Pelajaran Berharga dari..

.

Dharma Wiratama

Kepedulian antar umat terwujud dalam kegiatan Kerja Bhakti di lingkungan Ciangsana - Bogor dalam rangka peringatan Paskah TNI AL Jakarta tahun 2011, Bogor 15 April 2011.

Page 47: TNIAL

» Pelajaran Berharga dari..

.

Dharma Wiratama

Wakil Komandan Seskoal Laksamana Pertama TNI S.M. Darodjatim

beserta Pejabat Teras Seskoal melaksanakan pemeriksaan terhadap

Kendaraan Dinas Seskoal, Bumi Cipulir 20 April 2011.

Page 48: TNIAL

» Pelajaran Berharga dari..

.

Dharma Wiratama

Kebersamaan Pasis Dikreg Seskoal Angkatan ke-49 TP 2011 dengan Komandan Seskoal dan seluruh Personel Seskoal dalam rangkaian kegiatan olah raga bersama serta penanaman pohon di lingkungan Seskoal.

Page 49: TNIAL

» Pelajaran Berharga dari..

.

Dharma Wiratama

Komandan Seskoal melaksanakan kegiatan Olah raga bersama dengan Pasis Susjemenstra Angkatan ke-6, Pasis Dikreg Seskoal Angkatan ke-49 dan seluruh personel Seskoal, 1 Juni 2011.

Page 50: TNIAL

» Pelajaran Berharga dari..

.

Dharma Wiratama

Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Soeparno selaku inspektur upacara pada upacara serah terima jabatan Komandan Seskoal. dari Laksamana Muda TNI Sumartono kepada Laksamana Pertama TNI Arif Rudianto, S.E.

Page 51: TNIAL

» Pelajaran Berharga dari..

.

Dharma Wiratama

Rangkaian kegiatan serah terima jabatan Komandan Seskoal dari Laksamana Muda TNI Sumartono kepada Laksamana Pertama TNI Arif Rudianto, S.E., Bumi Cipulir 6 Juni 2011.

Page 52: TNIAL

» Pelajaran Berharga dari..

.

Dharma Wiratama

Pembekalan Awal PKB Kejuangan TP 2011 Pasis Dikreg Seskoal Angkatan ke-49 dengan tema “Dengan meningkatkan Kepemimpinan Nasional Kita wujudkan Pemerintahan yang Bersih dan Berwibawa”, Bandung 9 Juni 2011.

Page 53: TNIAL

» Pelajaran Berharga dari..

.

Dharma Wiratama

Pertandingan Bola voli, Bulu tangkis dan tennis meja dilaksanakan dalam rangka POR Jalasenastri 7-8 Juni 2011 di Seskoal.

Page 54: TNIAL

» Pelajaran Berharga dari..

.

Dharma Wiratama

PELAJARAN BERHARGA

DARI PERISTIWA PEMBAJAKAN MV SINAR KUDUS

Oleh :

Kolonel Laut (S)

Teguh Widodo, S.E., M.Si (Han)

Pendahuluan.

Perkembangan lingkungan strategi pada abad ini menunjukan bahwa

tantangan terhadap operasi Angkatan Laut semakin dinamis dan

intensitas nya cenderung meningkat, baik ancaman yang berupa

tradisional maupun non tradisional. Sehingga tugas Angkatan Laut

secara universal menjadi sangat luas dan kompleks mulai dari jenis dan

jumlah maupun dalam jangkauan area pelibatan kekuatannya. Dimana

isu-isu tentang keamanan maritim, ke amanan energi menjadi tantangan

baru bagi TNI. TNI Angkatan Laut sebagai salah satu bagian dari

instrumen kekuatan nasional Indonesia tidak dapat lepas dari dinamika

lingkungan strategi yang demikian.

Keamanan maritim mem punyai keterkaitan erat dengan good order at

sea. Untuk mewujudkannya selain dibutuh kan kemampuan Angkatan

Laut tiap negara untuk menjaganya, diperlukan pula komitmen politik

dari tiap pemerintah untuk mengadopsi konvensi dan protokol yang

terkait dengan keamanan maritim. Seiring dengan makin meningkatnya

eskalasi ancaman terhadap keamanan maritim di perairan tertentu di

dunia, sejak 2008 sejumlah aturan hukum internasional tersebut telah

dilengkapi pula dengan perangkat politik internasional yaitu Resolusi

Dewan Keamanan PBB.

Sejak awal berdirinya NKRI perhatian penyelenggara negara sudah

diamanatkan melalui Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 pada

alinea keempat “bahwa negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan ke sejahteraan

umum, mencerdas kan kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan

ketertiban dunia”. Dari amanat tersebut dapat diartikan bahwa upaya

melindungi segenap bangsa Indonesia tidak dibatasi pada wilayah

yuridiksi nasional Indonesia, tetapi dimanapun kepentingan dan warga

negara Indonesia berada pemerintah wajib melindunginya.

Page 55: TNIAL

» Pelajaran Berharga dari..

.

Dharma Wiratama

Apa yang sedang disaksikan dunia saat ini yaitu maraknya

pembajakan di lepas pantai Somalia yang sudah dimulai sejak tahun

1990-an, termasuk pembajakan kapal Indonesia MV Sinar Kudus pada

tanggal 16 Maret 2011. Pembajakan tersebut telah menjadi ancaman

bagi pelayaran internasional, dan telah membuat banyak negara maritim

sibuk mengerahkan kekuatan kapal perangnya untuk mengamankan

kapal-kapal niaga yang berlayar melewati perairan Somalia dan

sekitarnya. Aksi pembajak dan perompak Somalia telah menimbulkan

kerugian ekonomi secara signifikan bagi sebahagian negara maritim di

dunia serta menimbulkan keresahan yang berkepanjangan. Untuk itulah

Angkatan Laut kembali dituntut melaksanakan tugas asasinya yang

sudah diemban sejak dulu, baik di dalam negeri maupun di luar wilayah

teritorial.

Bagi bangsa Indonesia dinamika pembebasan MV Sinar Kudus

melalui proses negosiasi sekaligus operasi militer me rupakan

pembelajaran penting yang sangat berharga agar bangsa Indonesia

kedepan lebih siap dalam menghadapi hal serupa. Penataan kembali

perangkat lunak maupun perangkat keras dalam meng hadapi

pembajakan merupakan kebutuhan yang wajar dan bersifat segera.

1. Situasi Politik Somalia.

Somalia merupakan salah satu negara gagal (failed state), yakni

negara yang diakui oleh dunia secara de jure, dimana secara hukum

negara itu ada, namun pemerintahannya tidak mampu untuk mengatur

negaranya dengan efektif. Pada kenyataannya, Somalia terbagi atas

tiga bagian:

a. Pemerintah resmi Somalia yang hanya menguasai beberapa

bagian kecil Somalia, termasuk se bagian ibu kota Mogadishu, dan

Kedutaan Besar Somalia di Indonesia mewakili pemerintah ini.

b. Somaliland, wilayah yang secara de facto sudah memisahkan

diri dari Somalia, melingkupi wi layah Utara Somalia yang

merupakan bekas jajahan Inggris. Somaliland tidak diakui secara

resmi oleh dunia, namun beberapa negara tetangga seperti Ethiopia

memiliki konsulat di ibu kota Somaliland di Hergaisa.

Page 56: TNIAL

» Pelajaran Berharga dari..

.

Dharma Wiratama

c. Sisanya merupakan wilayah tanpa pemerintah, yang dikuasai

berbagai kelompok militan bersenjata, termasuk diantaranya AI-

Shabaab, kelompok Islam ekstrimis yang diduga bekerja sama

dengan Al Qaeda. Wilayah ini meliputi Somalia bekas jajahan

Italia.

Walaupun Pemerintah Indonesia mengajak atau meminta bantuan

Pemerintah resmi Somalia di Mogadishu, pemerintah ini pun

sebetulnya tidak memiliki kemampuan untuk bertahan melawan AI-

Shabaab, apalagi untuk mencoba membasmi kelompok bajak laut di

wilayah tersebut.

Pemerintah Somaliland yang tidak diakui dunia, mereka hanya

menjaga keamanan di wilayah perairan Somaliland sendiri. Selain itu

data terakhir menyebutkan bahwa mereka hanya memiliki delapan

kapal cepat untuk mengawasi jalur pantai sepanjang 500 NM.

Sehingga mereka tak akan bisa berbuat banyak. Sementara itu, kelompok militan AI-Shabaab justru terlibat dalam

pembajakan untuk mendapatkan dana dalam perang saudara di Somalia.

Namun kelompok ini juga mengalami pertikaian dengan kelompok-

kelompok bajak laut sendiri, karena AI-Shabaab dianggap terlalu brutal

sedangkan para bajak laut biasanya cenderung menghabiskan bagian

mereka untuk bermabuk-mabukan, membeli barang keperluan mereka,

dan lain-lain.

2. Komposisi dan Strategi Bajak Laut.

Bajak-bajak laut pertama Somalia sebetulnya adalah nelayan di

sepanjang pesisir. Alasan mereka membajak karena seringnya

terjadi penangkapan ikan secara ilegal oleh kapal-kapal asing

yang memanfaatkan situasi Somalia yang kacau dan tidak terpatroli

dengan baik. Mereka pun memanfaatkan kesempatan dengan banyak

membuang limbah diperairan Somalia, sehingga berimbas mematah

kan mata pencarian nelayan Somalia.

Apapun alasannya, sewaktu beberapa nelayan Somalia mampu

menyandera kapal-kapal asing dan mendapatkan keuntungan cukup

Page 57: TNIAL

» Pelajaran Berharga dari..

.

Dharma Wiratama

besar dari tebusan, industri pembajakan berkembang secara drastis.

Dalam satu tahun terakhir ini, beberapa pengamat menemukan

perubahan dari sikap para bajak laut. Mereka tidak lagi menahan

diri, tetapi mengguna kan kekerasan kepada para tawanan sebagai

jalan akhir.

Ada beberapa faktor yang diduga menjadi penyebabnya, seperti

semakin banyaknya kapal-kapal perang Amerika Serikat dan negara-

negara Eropa yang berpatroli dan mempersulit usaha pembajakan

kapal. Disamping itu kapal-kapal asing mulai menghindari perairan

Somalia, sehingga para bajak laut pun semakin meluaskan daerah

serangan mereka. Hal ini menyebabkan tindakan mereka pun semakin

brutal, karena situasi yang keras menyebabkan sikap yang keras juga.

Di sisi lain, yang terjadi adalah faktor regenerasi, akibat banyaknya

patroli dan semakin jauhnya perairan Somalia menyebabkan kenaikan

jumlah bajak laut yang tetangkap patroli dan banyak bajak laut tua

memutuskan untuk mengundurkan diri karena situasi yang semakin

sulit dan menyerahkan komando kepada anak-anak muda. Mereka

tidak berpengalaman, secara mental merekapun belum cukup matang

sehingga melihat bajak laut bukan sebagai cara untuk bertahan hidup,

namun sebagai cara menjadi kaya. Hal ini terlihat dalam negosiasi

yang berlangsung antara AS dengan bajak laut untuk membebaskan

empat warga AS yang tertangkap.

Ada beberapa versi tentang peristiwa ini, namun yang pasti adalah

kapal AS menahan dua orang utusan bajak laut yang dianggap tidak

berunding dengan serius dan mengabarkan kepada beberapa bajak

laut yang lain untuk mengirimkan orang yang memang mampu

berunding. Di kapal terjadi keributan antara anak-anak muda yang

ketakutan dengan tentara AS dan mau menyerah, sementara yang lain

ingin terus mencoba bertahan dan terjadi baku tembak yang berujung

dengan tewasnya empat sandera tersebut.

Bagi bajak laut yang berpengalaman, membunuh tawanan adalah

Page 58: TNIAL

» Pelajaran Berharga dari..

.

Dharma Wiratama

ide buruk, karena mereka seakan-akan memutuskan jalur keluar

mereka sendiri dan menyebab kan negara-negara yang dirugikan

semakin agresif. Namun untuk anak-anak muda, mereka ingin kaya

dan menganggap sebagai suatu petualangan. Hal inilah yang

memperumit usaha-usaha untuk melakukan perundingan. Golongan

tua mafia biasanya cenderung lebih hati-hati, sehingga kekerasan

terkontrol. Sementara anak-anak muda yang menjadi anggota geng

kriminal cenderung lebih beringas dan mudah panik sehingga

menyebabkan banyak terjadi tindakan kekerasan.

Karena posisi mereka semakin jauh daratan Somalia, maka para

bajak laut pun melakukan improvisasi yaitu kapal yang sudah

disandera digunakan sebagai kapal Induk untuk menjadi markas

operasi. Sementara itu, mereka pun menggunakan para sandera

sebagai tameng agar kapal tersebut tidak mudah diserang. Dengan

penggunaan kamuflase ini, maka daerah operasi pun semakin besar

dan bajak laut semakin sulit untuk dideteksi, apalagi jika kapal yang

bersangkutan tidak banyak berkomunikasi sebelum di tangkap,

misalnya karena mengangkut barang-barang illegal.

3. Aspek Legalitas.

Pemerintah Somalia di Mogadishu memiliki wewenang secara

hukum. Namun pada prakteknya, pemerintah Somalia sangat

impoten, dan tidak mampu untuk menangkap ataupun mengadili

para perompak. Pemerintah Somaliland sendiri hanya tertarik untuk

mengurusi bajak laut di wilayah mereka, bukan di wilayah Somalia

Selatan.

Mengingat para bajak laut biasa bersarang di wilayah tak

bertuan, maka yang mampu mempengaruhi sikap mereka hanyalah

ketua-ketua klan/suku di sana, orang-orang yang dianggap dituakan.

Namun, setelah terjadinya regenerasi, para ketua tersebut pun tidak

lagi memiliki banyak pengaruh, meski mereka dapat dijadikan

sebagai mediator.

Page 59: TNIAL

» Pelajaran Berharga dari..

.

Dharma Wiratama

Negara-negara yang men coba menyelesaikan masalah bajak

laut pun akhirnya bertindak sendiri-sendiri, sesuai kebijakan mereka.

Negara-negara Eropa, misalnya, setelah mereka menangkap bajak

laut, langsung melepaskan-nya lagi. Alasannya mereka khawatir jika

para bajak laut itu dibawa untuk diadili di Eropa, mereka akan

meminta suaka politik.

Selain itu, hal yang sulit adalah asas pembuktian, bahwa para bajak

laut itu terbukti melakukan kejahatan di tengah laut. Jika mereka

tertangkap sebelum berhasil menyandera kapal, mereka biasanya

melemparkan senjata ke laut, dan mengaku bahwa mereka hanya

nelayan. Tak ada bukti bahwa mereka akan merampok kapal,

walaupun mereka memiliki radio penyadap dan GPS untuk

menentukan posisi.

Jika negara-negara Eropa tersebut berkeinginan untuk menyeret para

bajak laut ke pengadilan, maka biasanya mereka diadili di Mombasa,

Kenya, Hergaisa, atau Somaliland. Namun Somaliland biasanya

menolak, hanya mau mengadili bajak laut yang berasal dari Somaliland,

sedangkan pengadilan di Mombasa sudah sangat penuh dan Kenya pun

pada bulan April 2010 menolak kasus baru, karena tidak mau menjadi

tempat penampungan bajak laut. Pengadilan di Mogadishu tidak bisa

diandalkan, mengingat bahwa mereka sangat kekurangan biaya untuk

penjara, pengadilan, dan penjagaan para bajak laut tersebut.

Rusia yang tidak peduli dengan HAM, memutuskan untuk langsung

membunuh para pembajak dan melempar kan mayatnya ke laut.

Namun, jika hal ini terekspos, maka bisa menjadi masalah baru

pelanggar an HAM.

Dewan Keamanan Perserikat an Bangsa-Bangsa (PBB) menyerukan

terbentuknya peng adilan, penjara, dan perangkat hukum khusus untuk

menindak para perompak asal Somalia. Keputusan dewan itu diambil

dalam sidang di New York, Senin 11 April 2011 "Mempertimbangkan

kebutuhan untuk meningkatkan aksi melawan perompakan, memutus kan

untuk segera mem pertimbangkan terbentuknya pengadilan khusus di

Page 60: TNIAL

» Pelajaran Berharga dari..

.

Dharma Wiratama

Somalia untuk mengadili para perompak, baik yang berada di Somalia

maupun di kawasan sekitarnya".

Dalam resolusi-resolusi se belumnya, Dewan Keamanan PBB juga

merestui semua negara dan organisasi yang berkepentingan untuk masuk

ke perairan teritorial Somalia dan "menggunakan cara-cara yang

dibutuhkan" untuk memerangi perompakan, termasuk mengerah kan

kekuatan militer. Mereka juga diperbolehkan menindak para perompak

yang berada di perairan Somalia.

Dubes Somalia untuk Indonesia menyampaikan bahwa permasalahan

eksistensi pe rompak jangan dibesar-besarkan, karena menyebabkan

mereka kian tinggi nilai tawarnya. Selain itu, Dubes juga meminta

Indonesia tegas, kalau perlu melakukan aksi militer dengan menggelar

operasi militer untuk membebaskan para sandera. Hal ini diungkapkan

Duta Besar Somalia Mohamud Onow Barow kepada Ketua Umum Partai

Golkar Aburizal Bakrie saat bertemu di Jakarta, Selasa sore, 12 April

2011.

4. Pilihan Indonesia.

Pilihan Indonesia dalam usaha pembebasan kapal MV Sinar Kudus

sering dianggap setara dengan usaha pembebasan pesawat Garuda

(Woyla) di Bangkok pada 1981, Pembebasan Kapal Tanker MT Bunga

Laurel Malaysia, dan juga kasus serupa yang menimpa Kapal Samho

Jewelery Korsel. Namun, ada beberapa perbedaan mendasar yang perlu

diingat:

a. Kasus Woyla sangat mungkin dilakukan karena Thailand

merupakan negara sahabat yang dapat diandal kan untuk memberikan

bantuan. Jumlah pembajak serta persenjataan relatif terbatas

serta dalam lokasi yang terbatas, sehingga relatif mudah untuk

dilakukan pembebasan sandera.

b. Pembebasan kapal Malaysia dan kapal Korea dapat

dilakukan dengan mudah karena saat dibajak kapal berada di

laut Internasional (cenderung dekat dengan perairan Oman)

dengan kekuatan personel dan persenjataan pembajak relatif

terbatas serta dilakukan dengan serangan yang cepat.

Page 61: TNIAL

» Pelajaran Berharga dari..

.

Dharma Wiratama

c. Sejak tanggal 16 Maret 2011 KM Sinar Kudus sudah

dikuasai pembajak 100 %. Posisi terakhir MV Sinar Kudus TW

04.18.06.00 berada di 6°35‟00”N – 49°12‟0.00”E (lego jangkar

di perairan Somalia jarak Pantai terdekat 4 km) sehingga

termasuk dalam wilayah laut teritorial Somalia dan diperkirakan

sandera sudah ditempatkan terpecah men jadi beberapa

kelompok. Hal ini merupakan pilihan sulit bagi pemerintah

Indonesia untuk melakukan satu opsi yaitu pembebasan dengan

cara operasi militer.

d. Kondisi lain yang tidak mendukung dilakukannya operasi

pembebasan adalah minimnya data kekuatan riil para pembajak,

baik dari segi jumlah maupun persenjataan, serta kemampu an

kontra intelijen mereka yang sudah disebar di berbagai wilayah,

baik di Indonesia, Mesir bahkan negara-negara Arab di sekitarnya.

e. Jika Indonesia memutus kan untuk membayar tebusan, maka

tindakan tersebut mengandung sebuah political cost yang tidak

kecil, dan akan menjadi negara yang paling diincar oleh para

pembajak. Hal itu akan diterjemahkan sebagai cerminan

kelemahan sikap dan wibawa Indonesia tidak saja di mata

pembajak, tetapi di seluruh dunia.

f. Secara politis, jika Indonesia mampu melakukan usaha

pembebasan dengan korban minimal, maka pemerintahan dan juga

martabat TNI akan meningkat secara drastis. Namun jika operasi

gagal, apalagi setelah dalam beberapa hari ini media massa dipenuhi

"para ahli" yang menyatakan mudah saja untuk membebaskan

sandera, maka pukulan untuk reputasi Pemerintah dan TNI akan

sangat besar.

5. Negosiasi atau operasi militer ?

Sebuah Negara biasanya hanya memilih satu pilihan. Misalnya,

negara-negara barat dan Singapura menolak untuk melakukan negosiasi

dan menyatakan bahwa itu urusan maskapai pelayaran. Hal ini dilakukan

Page 62: TNIAL

» Pelajaran Berharga dari..

.

Dharma Wiratama

untuk mencegah tekanan politik dalam negeri yang justru akan

memperkeruh negosiasi. Tekanan politik di dalam negeri akan

dimanfaatkan oleh para pembajak untuk menaikan harga tebusan. Tidak

mengherankan kalau proses negosiasi biasanya berlangsung berbulan-

bulan.

Pemerintah Indonesia memilih opsi kedua-duanya proses negosiasi

berjalan, operasi militer disiapkan. Konsekwensi dari pemilihan kedua

opsi maka pemerintah membuka diri untuk mendapat tekanan publik.

Opsi yang diambil pemerintah Indonesia, dijadikan posisi tawar bagi

para pembajak untuk menaikan jumlah tebusan sementara publik

utamanya keluarga korban terus menuntut pembebasan para ABK MV

Sinar Kudus.

Perkembangan di lapangan ternyata tidak semudah yang diprediksi,

bila hanya dilakukan negosiasi tanpa dibayang-bayangi oleh kapal

perang Indonesia, sudah dapat dipastikan upaya pembebasan MV Sinar

Kudus beserta ABK nya tidak akan berhasil sempurna.

Tidak ada jaminan begitu dilakukan negosiasi, dapat dipastikan akan

dilepas dengan selamat. Terbukti setelah dibayar tebusan, ada pihak

pembajak dari kelompok lain yang mencoba untuk membajak lagi. Atas

kesigapan pasukan yang tergabung dalam Satgas Merah Putih, para

“pembajak baru” dapat dilumpuhkan dan MV Sinar Kudus beserta ABK

nya dapat diselamatkan.

6. Pelajaran berharga.

a. Intelijen.

Keberhasilan sebuah operasi militer salah satunya didukung data

intelijen yang lengkap dan akurat. Langkah awal adalah melakukan

kegiatan intelijen untuk mengetahui secara pasti posisi kapal saat

dibajak, komposisi dan kekuatan pembajak sebagai bahan dalam

mengambil langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengatasi

pembajakan. Kegiatan intelijen sangat ditentukan oleh kerahasiaan,

kecepatan dan pendadakan.

Pada kenyataannya di lapangan tahapan-tahapan intelijen tidak

Page 63: TNIAL

» Pelajaran Berharga dari..

.

Dharma Wiratama

berjalan dengan semestinya. Terbukti pembebasan MV Sinar Kudus

dilaksanakan melalui proses secara paralel untuk mencari informasi

tentang pembajak, pada saat yang sama dirancang operasi militer.

Dengan data yang sangat minim tentang kekuatan pembajak,

akhirnya pemerintah memutuskan untuk melakukan negosiasi

sekaligus operasi militer. Konsekwensi dengan pilihan dua opsi

mengakibatkan pemerintah mengeluarkan biaya yang sangat besar.

b. Kesiapan Alut Sista.

Operasi militer untuk menyelamatkan para awak kapal dan kapal

MV Sinar Kudus yang dijalankan TNI sebenarnya dirancang untuk

menghadang dan merebut kapal MV Sinar Kudus ketika masih

berada di tengah laut perairan internasional, namun kapal MV Sinar

Kudus sudah terlebih dahulu merapat di pantai Somalia sebelum dua

KRI mampu mengejarnya. Peristiwa ini hendaknya menjadi

pelajaran bagi pemerintah Indonesia dan para petinggi militer, bahwa

Angkatan Laut Indonesia tidak mempunyai kapal perang jenis

penjelajah terutama kelas fregate berkecepatan tinggi, dua KRI yang

dikirim adalah kapal kelas Van Speijk (Leander Class) dengan fungsi

asasi memburu kapal selam yang dilengkapi kemampuan anti

peperangan udara dan permukaan sehingga ke cepatan jelajahnya

hanya berkisar di kecepatan 18 knot. Untuk itu Indonesia perlu

membangun kekuatan laut yang diperlengkapi dengan kapal perang

kelas fregate berkecepatan tinggi, yang mempunyai kemampu an

jelajah di atas 20 knot, agar mampu bereaksi lebih cepat dalam

menghadapi ancaman khususnya yang berada di luar wilayah NKRI.

c. Kurangnya kontrol media.

Strategi pembajak dalam memuluskan negosiasi dengan pemilik

kapal adalah upaya para pembajak untuk menekan pemerintah dalam

mendorong proses negosiasi antara pembajak dengan pemilik kapal.

Upaya tersebut dilakukan dengan memanfaat kan media masa di

dalam negeri untuk memberitakan tentang pembajakan.

Page 64: TNIAL

» Pelajaran Berharga dari..

.

Dharma Wiratama

Dengan adanya pemberita an secara terus menerus maka daya tawar

pembajak menjadi naik dan pencapaian kesepakatan menjadi lebih

alot, disamping itu kebebasan media masa yang cenderung sangat

liberal, mampu me nekan pemerintah Indonesia. Kebebasan

mengeksploitasi emosi pihak keluarga sandera dengan berbagai

keluhan, bahkan melakukan protes dan menekan pemerintah me

nyebabkan pemerintah tidak bisa secara efektif melakukan pilihan

negosiasi atau melakukan operasi militer.

Dengan adanya tekanan dari keluarga sandera dan publik,

menyebabkan pilihan operasi militer untuk membebaskan MV Sinar

Kudus diurungkan. Opsi negosiasi membayar tebusan menjadi pilihan

pemerintah. Hal ini di manfaatkan para pembajak untuk menaikkan

uang tebusan dan kelompok-kelompok bajak laut lainnya menganggap

remeh Indonesia.

Lambatnya pemerintah me nguasai keadaan, menyebab kan setiap

keputusan yang diambil dipertanyakan dan dikritisi di media massa.

Pada akhirnya tingkat kepercayaan masyarakat semakin berkurang

dengan menolaknya pem bebasan yang diambil secara operasi militer

dikarenakan ketidakpercayaan masyarakat bahwa tentara kita mampu

melaksanakan hal tersebut.

Pembelajaran dari kasus pembajakan MV Sinar Kudus diperlukan

kontrol media oleh pemerintah, dengan lebih menghidupkan fungsi

jumpa pers, juru bicara, dan media komunikasi pemerintah dengan

media massa lainnya. Semakin media massa dilibat kan dan diajak

bekerjasama tentang apa yang boleh atau tidak boleh dikeluarkan,

maka mereka bisa lebih bertanggung jawab.

d. Pertimbangan Politik Mengalahkan Pertimbangan Strategis.

Keputusan yang diambil berdasarkan nuansa politis yang tidak

mempertimbangkan kondisi strategis secara geopolitis ataupun di

lapangan. Hal ini terlihat dari tindakan-tindakan pemerintah semasa

Page 65: TNIAL

» Pelajaran Berharga dari..

.

Dharma Wiratama

krisis penyanderaan. Biasanya pemerintah negara-negara mengambil

hanya satu tindakan: berunding uang tebusan atau mengirimkan tim

penyelamat. Indonesia meng ambil dua-duanya, karena di satu sisi

khawatir kalau operasi penyelamatan tak akan berhasil tapi di sisi lain,

ada ketakutan diserang secara politis jika pemerintah terkesan

menyerah terhadap para bajak laut.

Jika langkah perundingan diambil, biasanya yang dilakukan

pemerintah adalah mengulur waktu, untuk mem perlihatkan bahwa

pemerintah tak terlalu menganggap hal ini penting. Pada kasus

Singapura, pemerintah dengan tegas menyatakan bahwa itu bukan

urusan pemerintah Singapura, namun urusan maskapai pelayaran itu

sendiri. Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya tekanan politik

yang menyebabkan pemerintah terkesan terburu-buru untuk membayar

uang tebusan dan ujung-ujungnya dipermainkan" oleh perompak

dengan menaikkan jumlah uang tebusan.

Jika langkah penyelamatan yang diambil, maka pemerintah pun

dengan tegas menyatakan bahwa tak ada namanya perundingan

dengan perompak. Negara-negara Eropa dan Amerika Serikat

mengambil jalur ini, tapi dengan caveat bahwa mereka

mempersiapkan armada mereka di wilayah tersebut dan jikalau terjadi

usaha perundingan antara maskapai pelayaran dan bajak laut, campur

tangan pemerintah pun biasanya sangat minim.

e. Penataan ulang Standard Operating Procedure (SOP)

Standard Operating Procedure merupakan sebuah mekanisme

pendelegasian sebuah negara, sehingga sebuah keputusan penting

yang memerlukan tindakan secepatnya tidak harus selalu dibuat di

tingkat tertinggi, mengingat pada umumnya pengambilan keputusan di

tingkat atas akan memakan waktu terlalu lama.

Seorang komandan KRI, jika menghadapi ancaman atau masalah

di lapangan, diberikan wewenang dan kebebasan secara penuh untuk

bertindak, selama sesuai dengan prosedur yang ditetapkan dalam SOP.

Misalnya, komandan kapal perang milik Korea Selatan dan Malaysia

diberi kebebasan untuk mengambil beberapa tindakan tertentu setelah

terjadi pembajakan, seperti tindakan pengejaran tanpa lagi menunggu

perintah.

Page 66: TNIAL

» Pelajaran Berharga dari..

.

Dharma Wiratama

Walaupun pada akhirnya usaha pembebasan tetap perlu

mendapatkan lampu hijau dari para petinggi, namun berkat flexibilitas

yang dimiliki komandan kapal, maka begitu perintah diberikan, semua

elemen sudah berada pada posisi dan tak ada waktu yang terbuang.

Pengambilan kebijakan di Indonesia terlalu terpusat sehingga begitu

kapal dibajak, kelihatannya seluruh birokrasi mengalami

kebekuan/para lysis. Tak ada yang berinisiatif untuk langsung

menyiapkan operasi penyelamatan atau pengejaran.

Terlihat juga di sini keinginan untuk "better safe than sorry," bahwa

peng ambilan kebijakan langsung dilempar ke tangan Presiden, dua

hari setelah pembajakan terjadi, tidak ada satu pun yang mengambil

alih situasi, melakukan langkah-langkah pendahuluan sehingga begitu

Presiden memerintahkan operasi penyelamatan pada tanggal 22 Maret

2011, kapal sudah berada di lautan lepas mendekati para pembajak.

Akibat kebekuan ini, maka baru tanggal 30 Maret 2011, dua KRI baru

bergerak dan bergabung dengan kapal-kapal perang multi nasional

yang beroperasi di Teluk Aden.

Kebekuan yang meng akibatkan penyia-nyiaan waktu ini bisa

dihindari jika Indonesia memiliki standar operasi, di mana begitu

berita pembajakan diketahui, maka Panglima TNI memiliki

wewenang untuk segera mengirimkan kapal ke wilayah tersebut. Jika

pada akhirnya kebijakan yang berbeda yang diambil, Panglima TNI

tak bisa disalahkan, karena keputusan yang beliau ambil sudah sesuai

dengan prosedur yang ditetapkan.

f. Peranan International Maritime Organisation (IMO).

Kasus pembajakan MV Sinar Kudus menjadi pembelajaran sangat

penting bagi Indonesia, dapat dijadikan pintu masuk dalam pem

benahan Strategi Keamanan Nasional. Tertanggal 14 April 2011

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia Direktorat Jenderal

Hukum dan Perjanjian Internasional telah menerim surat dari

Sekertaris Jenderal Inter national Maritime Organi sation (IMO) yang

ditujukan kepada Menteri Perhubungan mengenai himbauan kepada

negara-negara anggota IMO untuk meningkatkan kerjasama

menangani perompak yang terjadi di perairan lepas pantai Somalia,

kawasan laut Afrika Timur dan laut Arab.

Page 67: TNIAL

» Pelajaran Berharga dari..

.

Dharma Wiratama

Lebih lanjut Sekjen IMO juga telah menyampaikan upaya IMO

untuk menggalang kerjasama negara anggota IMO melalui circular

letter No. 3146 tentang responding to the scourge of piracy. Selain itu

IMO bekerjasama dengan berbagai asosiasi perkapalan internasional

juga telah menyusun sebuah dokumen rekomendasi yaitu Best

Management Practices to Deter Piracy off the Coast of Somalia and

in the Arabian Sea Area (BMP3) yang merupakan suatu dokumen

mengenai perencanaan dan operasional yang dire komendasikan

kepada seluruh industri perkapalan, termasuk operator kapal, dan

nahkoda kapal yang akan melintasi Teluk Aden dan Laut Arab.

Dengan adanya penataan terhadap BMP3 dinilai efektif dan berhasil

menghindari kapal dari ancaman perompak an dengan cara melindungi

diri sendiri. Sampai saat ini, pelaksanaan BMP3 masih kurang dari 40

% dan perlu ditingkatkan lagi karena terbukti bahwa kapal-kapal yang

saat ini berada dalam tawanan perompak tidak mengikuti BMP3

termasuk MV Sinar Kudus.

Keberadaan IMO sangat membantu pemerintah Indo nesia terutama

perusahaan pelayaran dalam meng antisipasi terjadinya pem bajakan.

Demikian pula akan memudahkan TNI khususnya TNI AL untuk

menghadapai kasus-kasus yang serupa. Pastinya, tidak ada hal yang

paling buruk dibandingkan dengan kegagalan belajar dari pengalaman

atau peristiwa yang telah terjadi.***

Page 68: TNIAL

» Pelajaran Berharga dari..

.

Dharma Wiratama

Daftar Pustaka

Articles:

Colin Freeman, "Return to Somalia's pirate coast," The Telegraph,

October 18, 2009.

-----, "Somali pirates on trial in Holland," The Telegraph, June 13,

2010.

-----, "Somali Pirates Raise Ransom Stakes," The Telegraph, April 10,

2011.

Mary Harper, "Life in Somalia's Pirate Town," BBC, September 18,

2008.

Mike Pflanz, "How the Chandlers' Release Could Spur Somali Pirate

Kidnappings," Christian Science Monitor, November 15, 2010.

Richard Weitz, "Countering the Somali Pirates: Harmonizing the

International Response," Journal of Strategic Security, 2(3), 2009, 1-12.

Scott Baldauf, "Pirates, Inc.: Inside the booming Somali business,"

Christian Science Monitor, May 31, 2009.

-----,"Why did Somali Pirates Kill Four American Yachters?"

Christian Science Monitor, February 22, 2011.

International Maritime Organisation (IMO), Circular letter No.3146 ,

“Responding to the scourge of piracy”.

Book:

Verkantesh, Sudhir, Gang Leader for a Day (New York: Penguin

Press, 2008).

-o0o-

Page 69: TNIAL

» Pelajaran Berharga dari..

.

Dharma Wiratama

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

N A M A : TEGUH WIDODO, S.E, M.Si (Han)

N R P : 8696/P

PANGKAT : KOLONEL

TEMPAT / TGL. LAHIR : BANDUNG, 30 MARET 1963

AGAMA : ISLAM

JABATAN : KASETUMAL

PENDIDIKAN UMUM :

SD TH.1975 S1 FE/MANAJEMEN TH.2003

SMP TH.1979 S2 UNHAN TH.2010 SMA TH.1982

PENDIDIKAN MILITER : AAL ANGK-31 TH.1986 DIKLAPA-II/BANPUR ANGK-10 TA.1996/1997

DIKSPESPA ADM ANGK-3 TA.1988/1989

SESKOAL ANGK-37 TA.1999/2000

KURSUS : SUSPAJA TA. 1986

SUSPABUK ABRI ANGK-21 TA. 1993/1994 SUSPAMEN POMAL TA. 2002

SUSOPSGAB SESKO TNI TA. 2003

EXECUTIVE PROGRAM IN DEFENSE DECISION MAKING, NAVAL POSTGRADUATE SCHOOL (NPS), MONTEREY,CA 2010

RIWAYAT PANGKAT : 02-09-1986 LETDA 01-10-1997 MAYOR

01-10-1989 LETTU 01-10-2001 LETKOL 01-10-1992 KAPTEN 01-10-2006 KOLONEL

RIWAYAT JABATAN : 01-10-1986 DPB KRI RLI (RATULANGI-400) 16-01-1987 ASS KADEP MINLOG KRI KDA (KI HAJAR DEWANTARA-364)

17-11-1987 KADEP MINLOG KRI TBT (TELUKBANTEN-516)

01-06-1990 KADEPLOG KRI KRS (KERIS-624) 15-05-1992 PEKAS LANAL PTK

15-02-1994 PEKAS LANAL TPI

01-06-2000 PEKAS BRIGIF-2 MARINIR 01-03-2001 PEKAS MAKO KOLINLAMIL

15-03-2002 KADEPDIK PUSDIKBANMIN KODIKAL

15-12-2003 KASI TABPLIN KPR DISKUAL 20-12-2005 KADISKU KOLINLAMIL

20-06-2006 KOORSPRI KASAL

16-11-2007 DAN LANAL BENOA 07-08-2008 SAHLI PANG "D" JEMEN KOARMATIM

08-06-2009 SAHLI KASAL BID SUMDA HANNEG

24-09-2009 SAHLI PANG "D" JEMEN KOARMABAR 30-03-2011 KASETUMAL

-----o0o-----

Page 70: TNIAL

» Daftar Isi

Dharma Wiratama

KONSEPSI BINTER

DALAM RANGKA PEMULIHAN KEAMANAN DI DAERAH

RAWAN KONFLIK

Oleh :

Letkol Marinir

Baedhowi Oktafidia

1. Umum.

a. Fungsi pembinaan teritorial pada hakekatnya adalah fungsi

pembinaan potensi nasional di daerah untuk didayagunakan guna

mendukung upaya pertahanan negara. Selanjutnya sistem pertahanan

yang bersifat semesta tersebut melibatkan seluruh warga negara, wilayah

dan sumdanas lainnya yang dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan

diselenggarakan secara total, terpadu, terarah dan berlanjut untuk

menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan

segenap bangsa dari segala ancaman.

b. Paradigma baru peran TNI yaitu cara cara pandang yang mendasari

seluruh gerak dan langkah TNI saat ini yang dasar terbentuknya adalah

hasil dari pemahaman TNI terhadap lingkungan eksternal dan internal

yang mengalami perubahan yang sangat cepat. Pergeseran-pergeseran

yang terjadi saat ini bukan lagi pada pendekatan ideologis tetapi kepada

pendekatan ekonomi dan politik.

c. Keadaan keamanan negara kita sejak bergulirnya reformasi telah

membawa perubahan besar pada kebebasan individu dan kelompok

dalam mengekspresi kan hak-haknya yang terkadang justru mengarah

pada rusaknya tatanan kebangsaan, jiwa persatuan dan kesatuan bangsa.

d. Kebebasan tersebut ternyata memicu munculnya daerah-daerah

rawan konflik baru, sehingga peran binter dalam memulihkan keamanan

di daerah rawan konflik menjadi sangat signifikan agar keutuhan dan

keselamatan bangsa tetap terjaga.

Page 71: TNIAL

» Daftar Isi

Dharma Wiratama

2. Binter Di Era Reformasi.

Reformasi telah membawa perubahan besar dalam tata kehidupan

masyarakat dan politik negara Indonesia. Beberapa hal yang dapat

dikemukakan sebagai contoh nyata pelaksanaan binter di era reformasi

saat ini adalah :

a. Nuansa dan sikap anti militeristik sangat jelas sekali muncul di

kalangan kampus. Keadaan tersebut terlihat ketika para mahasisiwa (

dari kelompok tertentu ) melakukan kegiatan demonstrasi. Sikap

penentangan terhadap dominasi militer demikian kental sehingga dalam

beberapa kegiatan demonstrasi atau unjuk rasa, seringkali mereka berani

bentrok fisik dengan aparat keamanan untuk memaksakan keinginannya.

Demokrasi dengan nuansa anti militer yang dilakukan oleh kelompok

akademisi ini tentunya secara tidak langsung berimbas pada sikap

masyarakat terhadap aparat keamanan khususnya TNI. Sebagian

masyarakat memihak kelompok mahasiswa tanpa tahu duduk

permasalahan sebenarnya. Meski TNI telah melakukan tindakan nyata

dengan menghapus Dwi Fungsi dan lebih terfokus pada fungsi

pertahanan namun upaya tersebut dinilai masih belum cukup. Hal ini

jelas merupakan pertanda bahwa sosialisasi paradigma baru peran TNI

kurang dipahami oleh sebagian masyarakat utamanya dikalangan

mahasiswa..

b. Gagasan pembubaran Komando Teritorial mendapat tanggapan

beragam dari seluruh elemen bangsa. Pendapat saling silang termasuk

didalam tubuh TNI sendiri bermunculan antara yang mendukung

pembubaran dan sebaliknya menginginkan dipertahankanya Komando

Teritorial. Kontroversi pendapat itu akhirnya perlahan-lahan menghilang,

sementara itu konsistensi TNI untuk tetap mempertahankan Komando

Teritorial mulai mendapat dukungan. Apalagi dengan munculnya

gejolak-gejolak di beberapa daerah yang secara serius mengancam

keutuhan dan integritas bangsa. Disinilah sebenarnya peluang dan

kesempatan bagi TNI untuk menunjukkan bahwa peran binter akan

sangat berguna dalam mengatasi persoalan yang timbul.

3. Penyimpangan Binter di Daerah Rawan Konflik.

Page 72: TNIAL

» Daftar Isi

Dharma Wiratama

Sudah bukan merupakan rahasia lagi bahwa satuan-satuan teritorial

seolah telah “kebablasan” dalam meng aktualisasikan perannya. Hal-

hal yang terlihat dalam potret negatif realita keadaan tersebut ternyata

tetap terjadi meskipun di daerah rawan konflik, antara lain adalah :

a. Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh oknum-oknum

disatuan-satuan teritorial semakin memojokkan peran dan fungsi institusi

tersebut. Kebobrokan mental itu seringkali terlihat didepan mata

masyarakat yang secara langsung memberikan opininya terhadap

perilaku prajurit TNI secara keseluruhan. Hal tersebut yang meng

akibatkan penilaian secara umum terhadap kinerja TNI menjadi kontra

produktif dalam membangun jiwa kemanunggalan nya dengan rakyat.

Di kalangan intern TNI sendiri bukan hal yang mengherankan apabila

banyak prajurit yang berkeinginan bertugas di satuan kewilayahan

dengan harapan memperoleh keuntungan finansial. Situasi ini terjadi

karena lebih terbukanya peluang bagi prajurit di satuan teritorial yang

langsung berinteraksi dengan orang-orang di luar institusi TNI yang

memiliki kepentingan bisnis atau usaha dengan memanfaatkan keberada

an prajurit TNI. Kesejahteraan prajurit yang terbatas dihadapkan

dengan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan secara cepat akan

mempengaruhi sikap mental prajurit dan akhirnya bersedia berbuat apa

saja asal bisa memperoleh kesejahteraan.

b. Di daerah-daerah rawan konflik, dimana aparat dari berbagai

kesatuan yang didatangkan dari daerah lain mencari keuntungan materi

dalam pelibatannya di daerah tersebut. Satuan kewilayahan sendiri

seringkali tidak mampu bertindak karena jangkauan wilayah yang

menjadi tanggung jawabnya begitu luas, kemampuan dan jumlah

personil terbatas. Aksi-aksi pemerasan, pungli, kerjasama illegal,

backing orang-orang tertentu dan tempat terlarang hingga tindak

kekerasan adalah bentuk-bentuk pelanggaran yang sering dilakukan oleh

prajurit TNI saat bertugas di daerah rawan konflik. Keadaan ini

seringkali tidak mampu di cegah oleh Komandan Satuannya sendiri yang

kadangkala justru ikut berperan serta dalam aksi tersebut. Keadaan

demikian tentunya sangat menyulitkan bagi upaya membangun

dukungan rakyat sebagai salah satu persyaratan tercapainya sasaran

binter.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peran Binter.

Page 73: TNIAL

» Daftar Isi

Dharma Wiratama

a. Pengaruh Eksternal. Faktor-faktor eksternal yang berpengaruh

terhadap peran binter pada saat ini adalah :

1) Krisis ekonomi yang mengakibatkan banyak negara mengalami

tekanan yang luar biasa termasuk dukungan anggaran untuk pertahanan

negara.

2) Kebebasan pers yang kurang bertanggung jawab turut mempengaruhi

opini sebagian masyarakat yang memojokkan peran/posisi TNI.

3) Situasi politik negara yang diwarnai perseteruan elit-elit politik pasca

jatuhnya orde baru mengakibatkan penilaian negatif dan lemahnya

dukungan masyarakat terhadap peran TNI.

b. Pengaruh Internal. Faktor-faktor internal yang berpengaruh terhadap

peran binter pada saat ini adalah :

1) Masih kurangnya pembinaan personil di satuan teritorial dalam

pemahaman dan aktualisasi binter.

2) Masih kurangnya pengetahu an prajurit tentang pembinaan teritorial

dihadapkan pada perkembangan masyarakat yang semakin kritis.

3) Masih belum dipahaminya fungsi dan peran binter di kalangan

prajurit.

4) Masih kurangnya sosialisasi tentang pelaksanaan reformasi TNI.

5. Binter yang Diharapkan.

Yang menjadi harapan bagi terciptanya peluang binter pada saat ini

adalah :

a. Terciptanya fungsi teritorial dengan penataan peran yang terarah,

transparan, dan mampu memberikan rasa aman kepada masyarakat.

b. Tersedianya dukungan anggaran negara yang ideal bagi pelaksanaan

operasi territorial di daerah rawan konflik.

Page 74: TNIAL

» Daftar Isi

Dharma Wiratama

c. Terciptanya fungsi Pembina an potensi nasional di daerah untuk di

daya gunakan dalam mendukung upaya pertahanan negara.

d. Terbentuknya sebuah organi sasi fungsional dan struktural di

pemerintahan yang mampu melaksanakan fungsi sesuai kewenangannya

agar masing-masing daerah memiliki kemandirian dalam menangkal

segala bentuk ancaman yang timbul.

6. Konsep Strategi Pembinaan Teritorial Pada Daerah Rawan

Konflik.

a. Pengelolaan Pertahanan Negara.

1) Kewenangan dalam penge lolaan Pertahanan negara ditentukan oleh

DPR dan Pemerintah melalui kebijakan dan strategi nasional. Wilayah

Nasional terbagi habis ke dalam wilayah-wilayah daerah, maka semua

sumber daya nasional yang ada di daerah berada dibawah kewenangan

Kepala Daerah. Namun dalam kewenangan fungsi supervisi, koordinasi

dan sinkronisasi pemberdayaan wilayah dan sumber daya nasional untuk

kepentingan pertahanan, dapat dilaksanakan oleh Kementrian

Pertahanan.

2) Pemahaman tataran kewenangan pengelolaan pertahanan negara

mengacu pada UU Pertahanan Negara yang substansinya sebagai berikut

:

a) Pengelolaan pertahanan negara merupakan bagian dari fungsi

pemerintahan dan mengalir dari kewenangan Presiden selaku Kepala

Pemerintahan dan Kepala Negara.

b) Wilayah Indonesia yang merupakan satu kesatuan wilayah /daerah

dapat dimanfaatkan untuk pembinaan kemampuan pertahanan dengan

memperhati kan hak masyarakat dan peraturan perundang-undangan.

c) Pengelolaan sumber daya nasional untuk kepentingan Pertahanan

Negara tidak hanya dikoordinasikan oleh Kementrian Pertahanan saja,

melainkan dilakukan secara nasional untuk kepentingan nasional.

3) Pengelolaan pertahanan negara pada dasarnya dilakukan secara

nasional dan ditujukan untuk menjamin serta mendukung kepentingan

Page 75: TNIAL

» Daftar Isi

Dharma Wiratama

nasional dan semua kebijakan nasional bangsa Indonesia. Bagi bangsa

Indonesia, hakekat pertahanan negara didasarkan kesadaran akan

tanggungjawab tentang hak dan kewajiban warga negara serta

berdasarkan keyakinan akan kekuatan sendiri, keyakinan akan

kemenangan dan tidak mengenal menyerah. Penyelenggaraannya

disusun dengan mendayagunakan sumber daya nasional secara

menyeluruh, terpadu, terarah, adil dan merata.

b. Konsep strategi.

Konsep strategi binter dilaksanakan pada dasarnya diarahkan pada

keadaan dimana keputusan politik menyatakan negara dalam keadaan

darurat. Namun demikian beberapa daerah rawan konflik seperti Aceh,

Poso, Kalimantan Barat dan Papua tidak ditetapkan dalam keadaan

darurat sehingga konsepsi binter harus mampu menjangkau daerah-

daerah rawan konflik tersebut.

1) Strategi Binter yang perlu dirumuskan adalah sbb:

a) Menciptakan harmonisasi hubungan TNI dan rakyat dengan pola

hubungan mutual trust dan mutual respect.

b) Menciptakan kesadaran yang tinggi akan rasa persatuan dan kesatuan

dengan tetap menghormati keberagaman sebagai karunia terbesar Tuhan

Yang Maha Esa.

c) Membuka peluang bagi pengembangan kreasi, inovasi dan karya

melalui kerjasama dengan Kementrian / instansi terkait.

d) Menciptakan sinergi kekuat an yang kompak dan harmonis antara

semua elemen masyarakat (pemuda, akademisi, tokoh agama, tokoh

adat/masyarakat) dengan aparat keamanan untuk menciptakan daya

tangkal yang kuat.

e) Menciptakan kebanggaan dan rasa percaya yang tinggi dari rakyat

terhadap langkah-langkah yang dilakukan TNI dalam mengayomi dan

memberi rasa aman.

f) Menciptakan ketersediaan dukungan logistik yang

berkesinambungan pada daerah-daerah penyangga yang dipersiapkan.

Page 76: TNIAL

» Daftar Isi

Dharma Wiratama

2) Indikator keberhasilan Binter.

a) Terciptanya kemanungalan TNI – Rakyat yang saling

menguntungkan.

b) Adanya rasa persatuan dan kesatuan yang kompak.

c) Adanya daya tangkal yang kuat dari seluruh elemen masyarakat.

d) Terciptanya rasa aman di masyarakat.

e) Tersedianya dukungan logistik yang cukup.

3) Subyek.

a) Pemerintah / Instansi terkait.

b) Mabes TNI dan Angkatan.

c) Kotama TNI dan seluruh satuan kewilayahan TNI.

d) Satgas-satgas TNI yang beroperasi.

4) Obyek.

a) Seluruh elemen mayarakat.

b) Prajurit TNI.

5) Metode.

a) Edukasi.

Dengan memberikan pelatih an yang bersifat peningkatan

kemampuan dan pengetahuan ttg pentingnya arti bela negara bagi

masyarakat dan peran dan fungsi Binter bagi prajurit TNI.

b) Ceramah, Seminar, Diskusi.

Page 77: TNIAL

» Daftar Isi

Dharma Wiratama

Sebagai langkah me masyarakatkan kebijakan TNI yang perlu

diketahui dan dipahami oleh masyarakat.

c) Penegakan hukum.

Dilakukan dalam rangka memberikan rasa keadilan dan kepercayaan

kepada masyarakat terhadap tindakan prajurit yang melanggar aturan.

7. Kesimpulan.

a. Eforia reformasi telah membawa bangsa Indonesia kepada suatu

keadaan dimana kontrol moral dan budaya bangsa semakin tidak

terkendali. TNI sebagai bagian dari warga negara adalah yang paling

merasakan tekanan terhadap fungsi, peran dan eksistensinya. Masa-

masa sulit TNI tersebut dijawab dengan reformasi internal di tubuh TNI

sekaligus melakukan introspeksi dan pembenahan pada berbagai bidang.

b. Rapuhnya persatuan dan kesatuan bangsa mulai tampak secara nyata

dengan munculnya daerah-daerah rawan konflik di tanah air. Keadaan

demikian diakibatkan adanya krisis multidimensi yang melanda bangsa Indonesia dan lambatnya aksi pemerintah pusat maupun daerah terhadap

masalah-masalah mendasar di masyarakat yang butuh penyelesaian

segera.

c. Munculnya daerah-daerah rawan konflik di tanah air semakin

menjelaskan bahwa fungsi teritorial sebagai salah satu elemen

pembangun dan perekat kesatuan dan persatuan bangsa belum dapat

sepenuhnya diimplementasikan oleh aparat teritorial secara baik. Hal

inilah yang mendorong diperlukannya konsep yang mendasar dan mudah

dilakukan di lapangan bagi seluruh prajurit agar dapat meredam gejolak,

menciptakan rasa aman dan damai serta sekaligus mendorong peran serta

rakyat dalam setiap proses membangun kebersamaan.

8. Saran. Agar dalam aktualisasi peran pembinaan territorial dapat

dilaksanakan secara terarah, tepat sasaran dan berdaya guna maka

disarankan hal-hal sebagai berikut :

Page 78: TNIAL

» Daftar Isi

Dharma Wiratama

a. Meningkatkan anggaran binter seluruh matra yang diarahkan pada

pembinaan wilayah setingkat desa selanjutnya dapat dikembangkan

menjadi wilayah yang lebih luas, untuk dijadikan contoh melalui

pembinaan secara khusus bagi wilayah lain disekitarnya pada daerah

rawan konflik.

b. Memantapkan dan men sinkronisasikan rencana program kegiatan

binter selaras dengan rencana pembangunan dari pemerintah daerah

dengan penyertaan Kementrian / instansi terkait pada sasaran kegiatan

yang memiliki dampak jangkauan strategis.

c. Mendidik dan melatih prajurit agar menjadi SDM yang berkualitas

sesuai potensi wilayah dengan dukungan dana yang memadai, tenaga

pengajar yang berkualitas dan materi ajaran yang disesuaikan tuntutan

jaman sekaligus memiliki kemampuan intelijen.

d. Membentuk tim penyelidik dan investigasi penyimpangan-

penyimpangan implementasi binter di lapangan secara independen untuk

ditindak lanjuti dengan memberikan hukuman sampai dengan 2 tingkat

diatas sesuai peraturan yang berlaku.

**********

Page 79: TNIAL

» Daftar Isi

Dharma Wiratama

DAFTAR PUSTAKAAN

Penyelenggaraan Fungsi Teritorial Dalam Sishanneg, Staf

Teritorial TNI, Jakarta Agustus 2002.

Implementasi Paradigma Baru TNI Dalam Berbagai Keadaan

Mutakhir, Mabes TNI 2001.

Kebijakan dan Strategi Pembinaan Potensi Nasional Dalam

Rangka Pertahanan Negara, Dirjen Pothan Dephan RI, Jakarta Juli

2002.

**********

Page 80: TNIAL

» Daftar Isi

Dharma Wiratama

RIWAYAT PENULIS

Nama : BAEDHOWI OKTAFIDIA

Pangkat/Korps : LETKOL MARINIR

NRP : 9890/P

Jabatan : DOSEN SBS OPSRAT

SESKOAL

Pendidikan Militer :

- AAL XXXVI TH 1990

- DIKPASIS III TH 1991

- DIKSPESPA VII TH 1993

- DIKLAPA KOPUR XIII TH 1998

- DIKREG SESKOAL XLII TH 2004

Penugasan :

* PASUKAN

- DANTON 3 KI F YONIF 4 MAR

- PASI 3/PERS YONIF 6 MAR

- PASI 2/OPS SATGAS MAR RENCONG SAKTI VII/ACEH

- DANYON RANRATFIB 1 MAR

- DANYONMARHANLAN V/SBY

- DANYONIF 1 MAR

* STAF

- DAN UNSUR 3 DIV D FLOTILA TARUNA AAL

- KASI JAB SUBDISDIK DISMINPERS KORMAR

- KASUBSI DALDIK BANGSPES SUBDISOPSDIK DISDIKAL

MABESAL

- ADC MENKO PEREKONOMIAN

- SPRI MENTERI KEUANGAN

- KASI DIKMA SUBDISOPSDIK DISDIKAL MABESAL

- PASPERS KOLATMAR

- KASETUM KORMAR

- PABANOPSLAT SOPS KORMAR

- PASPERS LANMAR SBY

- PBDYA EVLAT KODIKLAT TNI

- DOSEN SBS OPSRAT SESKOAL

**********

Page 81: TNIAL

» Daftar Isi

Dharma Wiratama

OFFSET PERTAHANAN DALAM

AKUISISI ALUTSISTA:

SALAH SATU UPAYA STRATEGIS

DALAM RANGKA REVITALISASI

INDUSTRI PERTAHANAN INDONESIA

Oleh:

Mayor Laut (E) Ditya Farianto, M.T.8

„…necessity is mother of inventions, innovations and creativities…‟

Cambridge Idioms Dictionary

1. Pengantar.

Industri pertahanan nasional memiliki peran strategis dalam

penyelenggaraan pertahanan negara, sehingga perlu didorong dan

ditumbuhkembangkan agar mampu memenuhi kebutuhan alat pertahanan

(Alutsista) untuk mendukung sistem pertahanan nasional. Industri

pertahanan nasional juga diharapkan dapat mendukung kepentingan

Indonesia, sehingga tidak sepenuhnya bergantung terhadap produk

Alutsista dari negara asing. Setelah melalui proses panjang sejak tahun

2005, Pemerintah menyatakan, bahwa revitalisasi industri pertahanan

merupakan prioritas dalam program kerja Kabinet Indonesia Bersatu II

untuk 5 (lima) tahun mendatang.9 Sampai dengan akhir tahun 2010 telah

diterbitkan 3 (tiga) kebijakan dalam bentuk Peraturan Presiden, masing-

masing adalah Perpres Nomor 41 Tahun 2010 tentang Kebijakan Umum

Pertahanan Negara; Perpres Nomor 42 Tahun 2010 tentang Komite

Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) dan Perpres Nomor 54 Tahun

tentang Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa. Berbagai Keppres tersebut

saling berinterrelasi dan memuat berbagai kebijakan yang ditujukan, salah

satunya untuk mendorong kemajuan industri pertahanan nasional.

Mendiskusikan industri pertahanan tidak akan terlepas dari terminologi

akuisisi pertahanan, di mana di dalamnya terdapat suatu mekanisme atau

8 Penulis merupakan Perwira Staf pada Direktorat Pengkajian Strategi dan Operasi

(Ditjianstraops), Seskoal dan merupakan anggota Kelompok Kerja Kebijakan Offset

Pertahanan yang dibentuk oleh Direktorat Teknologi dan Industri (Dittekin), Kemhan

RI dalam rangka mendukung proses Revitalisasi Industri Pertahanan Indonesia. 9 Pidato Presiden RI dalam “Workshop Revitalisasi Industri Pertahanan” di

Istana Negara, Jakarta,

9 Desember 2009.

Page 82: TNIAL

» Daftar Isi

Dharma Wiratama

praktek ekonomi yang dikenal sebagai market bias. Selanjutnya, dalam

tulisan singkat ini akan dibahas tentang mekanisme atau praktek

ekonomi market bias yang, lazim disebut atau dikenal sebagai Offset

Pertahanan (Defence Offset).

2. Fenomena Global Tentang Offset Pertahanan.

Dalam konteks ekonomi, offset adalah perjanjian kompensasi

tambahan atas transaksi yang mungkin akan terjadi. Offset bisa diusulkan

pihak pembeli maupun penjual, dan mempengaruhi pembeli dalam

memilih penyedia barang. Dalam konteks akuisisi dan suplai pertahanan,

offset pertahanan adalah penjanjian kompensasi tambahan yang

ditawarkan penjual atau dikehendaki pembeli, dengan harapan bisa

mendatangkan keuntungan, yang biasanya terkait dengan industri negeri

pembeli. Kebijakan offset pertahanan dapat dilakukan secara suka-rela,

maupun sebagai suatu bentuk keharusan. Offset pertahanan sendiri bisa

berupa imbal-dagang (counter-trade), local content (sebagian dari

pekerjaan diberikan kepada industri lokal), atau dalam bentuk bundling

(beberapa bentuk aktifitas sekaligus). Mengapa offset pertahanan

menjadi salah satu pilihan dalam proses akuisisi pertahanan? Hal

tersebut dikarenakan, skema offset pertahanan menawarkan berbagai

alternatif fleksibel dalam dimensi utama akuisisi pertahanan, dari

mendesain, mengembangkan dan memproduksi sendiri secara

keseluruhan peralatan pertahanan.

Dari sudut pandang lain, Offset pertahanan dapat didefinisikan,

diartikan dan/atau dipahami sebagai kesepakatan antara Pemerintah dan

penyedia alat pertahanan asing untuk mengembalikan sebagian

keuntungan dari nilai kontrak jual-beli tersebut kepada negara pembeli

sebagai prasyarat jual-beli. Offset pertahanan merupakan bagian dari

imbal dagang (counter-trade) yang bisa dibagi ke dalam 2 (dua)

kategori: langsung (direct) dan tidak langsung (indirect). Offset

pertahanan yang sifatnya langsung, adalah kompensasi yang berkaitan

dengan alat pertahanan yang dibeli; Sedangkan offset pertahanan tidak

langsung adalah kompensasi yang tidak berkaitan langsung dengan alat

pertahanan yang dibeli. Lebih jauh lagi, offset pertahanan tidak langsung

dapat dibagi ke dalam sektor pertahanan dan komersil. Selanjutnya,

offset pertahanan langsung dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) bentuk:

a. Co-production, yaitu kesepakatan untuk memproduksi lokal part

atau sebagian dari barang yang dibeli;

Page 83: TNIAL

» Daftar Isi

Dharma Wiratama

b. Licensed Production, yaitu kesepakatan untuk memproduksi

peralatan yang dibeli di dalam negeri di bawah ijin lisensi dari negara

penjual;

c. Buy-back, yaitu pembelian kembali komponen yang diproduksi

lokal oleh negara penjual kepada negara pembeli.

Selain itu juga dikenal terminologi tolling, di mana produsen alat

pertahanan menyediakan bahan baku untuk pembuatan komponen dan

membeli jasa produksi yang akan dibayar oleh pembeli. Kondisi tersebut

hampir serupa dengan “Contract Manufacturing” di mana pihak pembeli

alat pertahanan-lah yang menyediakan bahan bakunya. Selanjutnya,

dapat digambarkan tipologi offset pertahanan sebagai berikut:

Sumber: Defence Economics and Finance, Ron Matthews (2008)

Gambar 1. Tipologi offset pertahanan.

Negara yang mempraktekkan offset pertahanan meningkat dari hanya

lima belas (15) negara di tahun 70an menjadi lebih dari seratus (100)

negara pada tahun 90an dan sebagian besar terjadi akibat adanya

transaksi akuisisi alat pertahanan. Data dari the General Agreement on

Tariffs and Trade (GATT) menunjukkan praktek offset pertahanan ini

mencapai 5% dari total perdagangan dunia. Sementara British

Department of Trade and Industry memperkirakan praktek offset

pertahanan sekitar 15% sampai dengan 30% dari total perdagangan

dunia, sedangkan konsensus para ahli dan peneliti di bidang offset

pertahanan menyatakan antara 20% sampai dengan 25%. Menurut

Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), pada tahun

2007 ekspor alat pertahanan dunia diperkirakan mencapai nilai 51 milyar

USD, di mana diperkirakan bisnis, transaksi dan praktek offset

Counter-Trade

Barter Counter Purchase Offsets

Switch Trade Clearing Arrangements Simple Indirect Direct

Co-production Licensed Production Buy Back

Page 84: TNIAL

» Daftar Isi

Dharma Wiratama

pertahanan yang terjadi serta mengiringi kegiatan ekspor alat pertahanan

tersebut berkisar antara 5-10 milyar USD per tahun.

Di Asia, offset pertahanan telah menjadi mekanisme penting dalam

mempromosikan industrialisasi pertahan an, seperti halnya yang

dilakukan oleh Malaysia sejak dekade 90-an. India menganggap offset

pertahanan sebagai penggerak utama pertumbuhan dan modernisasi

industri pertahanan mereka. Indonesia juga tidak terlepas dari fenomena

ini, bahkan semenjak tahun 70an Indonesia merupakan negara pioneer

dalam program offset pertahanan langsung di Asia Tenggara, melalui

kolaborasi ekstensif dengan pabrikan pesawat terbang di Amerika dan

Eropa. Dengan menggunakan pendekatan kasuistik, Indonesia

sebenarnya telah melaksanakan berbagai praktek offset pertahanan mulai

dari licensed production, co-production hingga buy-back.

Semua informasi di atas telah menunjukan, bahwa offset pertahanan

sudah menjadi sebuah fenomena global.

3. Alasan Kebutuhan Offset Pertahanan.

Salah satu tujuan offset pertahanan adalah untuk menyeimbangkan

balance of trade dan menjadi bagian integral dalam persaingan penjualan

alat pertahanan. Secara resmi negara-negara eksportir „besar‟ alat

pertahanan, seperti Amerika Serikat, Jerman dan Perancis tidak

mendukung mekanisme dan praktek offset pertahanan dan menganggap

hal tersebut sebagai salah satu bentuk proteksi yang dapat mengganggu

praktek pasar bebas. Namun dipihak pembeli senjata yang juga memiliki

kepentingan untuk mengembang kan industri pertahanannya, maka offset

pertahanan dapat menjadi alat persaingan dan menjadi bagian dalam

rangka penawaran penjualan alat pertahanan. Offset pertahanan juga

terjadi atau menjadi pilihan strategi karena kurangnya hard currency,

seperti pada kesepakatan antara India dan Iraq dalam program barter "oil

for wheat and rice", di mana Iraq mengirimkan 300,000 Barrels minyak

per hari kepada India dengan harga 6.85 USD per barrel, jauh di bawah

harga pasar (harga pasar adalah berkisar 22 USD per barrel), pada tahun

2000 guna mendapatkan alat pertahanan dari India.

Terdapat beberapa alasan mengapa banyak negara menghendaki

offset pertahanan, di antaranya:

a. Akuisisi pertahanan dianggap sebagai pengeluaran yang tidak

produktif, dan offset pertahanan membantu banyak negara untuk

Page 85: TNIAL

» Daftar Isi

Dharma Wiratama

membuat justifikasi pembelian alat pertahanan karena offset pertahanan

diyakini dapat memberikan keuntungan ekonomi.

b. Bagi negara-negara berkembang offset pertahanan dianggap sebagai

salah satu strategi pembangunan ekonomi, di mana negara-negara

tersebut bisa mengarahkan keuntungan dari offset pertahanan untuk

membangun comparative advantage dalam sektor komersil yang lebih

memberikan keuntungan secara umum (dalam konteks ini, termasuk

offset pertahanan tidak langsung). c. Negara yang ingin membangun industri pertahanan, dapat melihat

offset pertahanan sebagai wahana yang dapat mengakomodir proses

indigenisasi teknologi pertahanan dengan lebih cepat.

4. Perkembangan Offset Pertahanan.

a. Konteks Pembangunan Kemampuan Pertahanan Pada Abad Ke-

21.

Pasca berakhirnya Perang Dingin, terdapat beberapa kecenderungan

yang mempengaruhi industri pertahanan secara global, sebagai berikut:

1) Dipopulerkannya Doktrin Revolution in Military Affairs (RMA)

oleh Amerika Serikat, yang kemudian dikenal sebagai military

transformation, telah mengakibatkan meningkatnya unit production

cost alat pertahanan.

2) Menurunnya anggaran pertahanan secara serempak di berbagai

negara di dunia (peace dividend), menjadi salah satu penyebab

turunnya permintaan alat pertahanan. Hal ini mempertinggi

persaingan antar industri pertahanan dan meningkatkan hambatan

bagi pelaku-pelaku baru untuk memasuki pasar global industri

pertahanan.

3) Fokus akuisisi pertahanan saat ini lebih menekankan pada

affordability, sehingga membuat banyak negara meninggalkan total

self-sufficiency, dan bergerak ke arah selective self-sufficiency,

sehingga membuka-diri terhadap globalisasi dalam bentuk akuisisi

produk off-the-shelf (OTS), kolaborasi produksi alat pertahanan

strategis (konsorsium) dan lain sebagainya. Selective self-sufficiency

dilakukan dengan melindungi kemampuan atau teknologi yang

dianggap strategis di dalam negeri, berkolaborasi dengan rekan

terpercaya dalam membangun teknologi tinggi dan mengakuisisi

teknologi pertahanan non strategis dari supplier asing.

Page 86: TNIAL

» Daftar Isi

Dharma Wiratama

Mengalir dari beberapa kecenderungan yang mempengaruhi industri

pertahanan secara global di atas, maka terdapat beberapa catatan penting

yang perlu untuk dipahami dalam konteks pembangunan kemampuan

pertahanan pada abad ke-21 ini, yaitu:

1) Perubahan karakter cara berperang (the nature of warfare),

disebabkan oleh doktrin military transformation yang menekankan

pentingnya penggunaan teknologi tinggi, seperti precision guide

munitions, information technology dan sebagainya.

2) Menguatnya dominasi Amerika Serikat yang memiliki anggaran

pertahanan melebihi kombinasi anggaran pertahanan beberapa negara

lain di dunia, telah menjadi rujukan dalam menetapkan benchmark

baru dalam hal kemampuan pembiayaan pertahanan (affordability).

Produksi senjata menjadi semakin mahal, sehingga mencapai titik di

mana negara-negara besar kemudian melakukan strategi kolaborasi

seperti dalam konsorsium Joint Strike Fighter (JSF - F-35 Lightning).

3) Dinamika globalisasi memberikan tantangan berikutnya bagi

affordability. Negara-negara kini bergerak ke arah perdagangan

senjata yang semakin terbuka, mendobrak relasi monopoli-

monopsoni (satu pedagang-satu pembeli) dalam negeri antara

industri pertahanan dan Pemerintah.

4) Kondisi tersebut di atas telah memaksa banyak negara untuk

menetapkan strategi yang berfokus kepada pembangunan kapabilitas

industri pertahanan yang spesifik. Kemandirian (self-sufficiency)

pada akhirnya menjadi sekedar aspirasi yang mustahil dicapai karena

biaya yang terlalu tinggi, sehingga banyak negara menyiasatinya

dengan menggunakan offset pertahanan untuk mencapai target

pembangunan kapasitas industri secara selektif (tidak sepenuhnya

mandiri).

b. Offset Pertahanan Dalam Pentahapan Akuisisi Pertahanan.

Dalam prosesnya, akuisisi pertahanan dapat dibagi ke dalam lima (5)

tahap, mulai dari posisi ketergantungan teknologi sampai dengan tahap

kemandirian, yaitu:

1) Impor barang jadi (off-the-shelf), di mana tidak ada

pengembangan dan produksi dilakukan di dalam negeri.

Page 87: TNIAL

» Daftar Isi

Dharma Wiratama

2) Perakitan bernilai rendah (low-value assembly), di mana

komponen impor dirakit di dalam negeri.

3) Produksi berlisensi (licensed-production), di mana seluruh

tahapan manufaktur dilakukan secara lokal tanpa melalui proses riset

dan pengembangan (Research and Development, R&D).

4) Joint venture dan kolaborasi international (international joint

venture and collaboration), di mana riset, pengembangan dan

produksi barang dilakukan bersama-sama dengan negara lain.

5) Pembangunan dan produksi asli dalam negeri (indigenous

development and production), di mana riset, pengembangan dan

produksi dilakukan di dalam negeri.

Perkembangan yang terjadi setelah adanya doktrin transformasi

militer, adalah terciptanya proses globalisasi pertahanan, di mana

terdapat gerak mundur dari kemandirian ke arah affordability, yang

menekankan pada kolaborasi, licensed-production dan pembelian barang

jadi. Untuk memecahkan masalah affordability tersebut, maka beberapa

negara seperti, Inggris membuka diri terhadap kompetisi, namun akhir-

akhir ini Inggris bergerak kembali ke arah proteksionisme. Hal tersebut

pada akhirnya mendorong Inggris untuk menerbitkan strategi industri

pertahanan dengan mengidentifikasi teknologi mana yang harus

dilindungi keberadaan dan hak ciptanya (niche-technologies; niche-

products). Negara yang bersikeras untuk mandiri akan menghadapi

tantangan sangat besar, apabila dihadapkan pada masalah affordability.

Seperti hanya Indonesia di akhir dekade 90an yang harus meniadakan

subsidi untuk industri strategis dan menuruti tekanan International

Monetary Fund (IMF) untuk membuka kompetisi. Permasalahannya bagi

negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, adalah kesulitan untuk

dapat bersaing dengan negara lain yang memiliki industri pertahanaan

dan skala ekonomi yang lebih baik.

c. Spektrum Strategi Kebijakan Offset Pertahanan di Beberapa

Negara.

Spektrum strategi kebijakan offset pertahanan di beberapa negara

sangat bervariasi, bergerak dari proteksionisme ke arah kompetisi, adalah

sebagai berikut: kemandirian (self-sufficiency) diterapkan oleh Russia,

keharusan membeli (local/buy American) dilakukan oleh Amerika

Serikat, campuran (hybrid) dilaksanakan oleh Saudi Arabia dan

Page 88: TNIAL

» Daftar Isi

Dharma Wiratama

Malaysia, selektif digunakan oleh India, kasuistis dipilih oleh Jepang dan

Singapura, suka-rela diterapkan oleh Inggris dan akuisisi

terbuka/kompetitif yang dilaksanakan oleh Australia.

Rusia merupakan satu-satunya negara di dunia yang memiliki

industri pertahanan secara mandiri. Setelah mempraktekkan dan

melakukan mekanisme offset pertahanan selama 20 tahun, Australia

tidak lagi meyakini, bahwa offset pertahanan bisa memberikan manfaat,

sehingga tidak menjadikan offset pertahanan sebagai keharusan

(mandatory). Sedangkan India memanfaatkan offset pertahanan untuk

membangun industri penting dan mewajibkan offset secara selektif.

Jepang dan Singapura sukses dalam program offset pertahan, dengan

lebih disebabkan oleh faktor kemampuan untuk menyerap teknologi

tinggi, dalam prakteknya mereka menggunakan mekanisme offset

pertahanan secara kasuistis dan tidak memiliki kebijakan khusus yang

mengatur offset tersebut. Saudi Arabia dan Malaysia menetapkan

kebijakan offset pertahanan campuran (hybrid), dengan memanfaatkan

mekanisme offset pertahanan langsung (direct offset) maupun tidak

(indirect offset) secara maksimal. Pemerintah Inggris saat ini

mengundang partisipasi dari perusahaan asing untuk memastikan, bahwa

industri Inggris bisa mengakses industri pertahanan global. Selanjutnya

Pemerintah Inggris juga mensyaratkan dilakukannya offset pertahanan

senilai seratus persen (100%) dari nilai kontrak yang dinegosiasikan

dengan fleksibilitas dan semangat kemitraan, melalui pendekatan best

endeavour.

d. Dapatkah Offset Pertahanan Berhasil Diterapkan dan Berdaya

Guna?

Untuk dapat menjawab pertanyaan di atas, maka akan digunakan

pendekatan dengan mengutip pendapat akademis dua (2) pakar di bidang

offset pertahanan yang berbagai pendapat serta gagasan akademiknya

banyak mempengaruhi kebijakan offset pertahanan berbagai negara

(termasuk Indonesia), yaitu Prof. Dr. Ronald Matthews,10

dan Prof

(Emeritus) Dr. Peter Hall.11

1) Pendapat Prof. Dr. Ronald Matthews.

10

Dari Nanyang Technological University (NTU), Singapore in associated with

Cranfield University (CU), UK. 11

Dari Australian Defence Force Academy (ADFA), Australia in associated with

University of New South Wales (UNSW), Australia.

Page 89: TNIAL

» Daftar Isi

Dharma Wiratama

Professor Matthews menekankan bahwa offset pertahanan

merupakan konsep yang kompleks dan bukan merupakan sesuatu

yang cuma-cuma; hanya karena kita mendapat licensed-production,

hal tersebut tidak berarti kita mendapat semua akses teknologi yang

terkandung dalam alat persenjatan yang kita akuisisi. Sangat

diperlukan adanya interrelasi dan sinergitas antara manajemen

pertahanan, manajemen industri, manajemen teknologi secara

konsisten untuk mendapatkan semua akses teknologi yang

terkandung dalam alat persenjatan yang kita akuisisi dalam rangka

membangun industri pertahanan dengan menerapkan praktek dan

mekanisme offset pertahanan.

Beberapa praktek offset pertahanan yang dapat dikatakan berhasil,

adalah dalam studi kasus Arab Saudi, melalui program Peace Shield

yang berhasil menciptakan enam (6) perusahaan offset pertahanan.

Untuk menjaga keberlangsungan perusahan tersebut, Arab Saudi

menggunakan offset sipil-sipil (pembelian barang komersil yang

menghasilkan offset komersil), untuk menyalurkan pekerjaan dari

pembelian pesawat sipil ke perusahaan offset sipil yang awalnya

untuk offset pertahanan.

Studi kasus praktek offset pertahanan yang dapat dikatakan

berhasil lainnya, adalah Malaysia yang menggunakan offset

pertahanan untuk membuat perusahaan komposit yang kemudian

memproduksi komposit bagi pesawat komersil. Hal yang sama

dilakukan juga oleh India. Selain itu, banyak negara yang melakukan

offset pertahanan dengan selektif dan berhasil, di antaranya Australia

dengan mengidentifikasi kemampuan strategis yang harus dilindungi,

sedangkan permintaan offset pertahanan oleh Inggris diarahkan

kepada teknologi kritis yang ingin dilindungi.

2) Prof (Emeritus) Dr. Peter Hall: Studi Kasus Australia.

Dengan menggunakan studi kasus Australia, Professor Hall,

secara komprehensif menekankan beberapa hal tentang offset

pertahanan. Kebijakan offset pertahanan di Australia (Australian

Industrial Involvement, AII) telah berevolusi, dari dilaksanakannya

praktek offset pertahanan secara best endeavour (pelaksanaan

tergantung komitmen produsen/supplier). Setelah mengalami proses

evaluasi, maka praktek tersebut telah dinyatakan tidak memenuhi

harapan Australia. Kemudian praktek offset pertahanan dijadikan

sebagai suatu bentuk kewajiban keharusan (mencakup 30% dari

Page 90: TNIAL

» Daftar Isi

Dharma Wiratama

kontrak pembelian alat pertahanan bernilai minimal 2.5 milyar

AUSD). Dalam praktek offset pertahanan tersebut, aktifitas yang

dikehendaki didefinisikan dengan tegas, seperti R&D, training,

transfer teknologi, pembelian produk Australia, usaha kolaborasi,

bantuan pemasaran dan sebagainya. Dalam praktek tersebut, juga

dikenalkan konsep multiplier,12

pada aktifitas yang memiliki nilai

tambah, dan sifatnya langsung (direct) daripada tidak langsung

(indirect), misalnya R&D dan pelatihan khusus. Dalam

pelaksanaannya, proyek digolongkan menurut jenis, nilai dan waktu.

Kriteria kelayakan offset yang digunakan, adalah sebagai berikut:

a) Commercial viability. Offset pertahanan harus mengarahkan

pada kemampuan kompetisi internasional, aktifitas yang secara

komersil berkelanjutan, tanpa adanya bantuan subsidi dari

Pemerintah.

b) Harga. Harga pembelian melalui praktek offset pertahanan

tidak boleh lebih mahal daripada harga pembelian tanpa offset

pertahanan. Pengalaman praktek offset pertahanan yang dilakukan

dalam akuisisi alat pertahanan Pesawat F-18/A Hornet, menunjukkan

bahwa cost premium yang harus dibayar mencapai 17% dari nilai

total kontrak.

c) Teknologi. Aktivitas offset pertahanan secara teknologi harus

setara atau secanggih barang yang dibeli dalam kontak.

d) Pekerjaan baru. Aktivitas offset pertahanan dilaksanakan untuk

menambah atau memperpanjang apa yang sudah dilakukan oleh

penjual.

Kriteria kelayakan tersebut menunjukkan adanya proses

pembelajaran. Skema offset pertahanan bisa mengakibatkan

dilakukannya aktifitas yang tidak kompetitif dan berkelanjutan,

berupa penambahan cost premium pada harga pembelian sebagai

kompensasi biaya offset pertahanan, impor dan penggunaan teknologi

yang tidak memberikan nilai tambah. Selanjutnya, dalam

pelaksanaan rezim multiplier terdapat implikasi yang menunjukkan

rendahnya nilai offset pertahanan yang sesungguhnya.

12

Multiplier adalah insentif yang digunakan negara pembeli untuk menarik jenis offset

alat pertahanan tertentu; namun dihindari karena bisa mendistorsi nilai transaksi offset

pertahanan yang sesungguhnya.

Page 91: TNIAL

» Daftar Isi

Dharma Wiratama

Pengalaman Australia menunjukkan pencapaian hasil-hasil offset

pertahanan, berdasarkan strategi yang digunakan, adalah sebagai

berikut:

a) Strategi best endeavour (1981/2 s.d. 1990/1). Praktek offset

pertahanan yang dilaksanakan, pada akhirnya ditinggalkan

(discharged) karena hanya menghasilkan atau memberikan

kontribusi sebesar 19% keuntungan dari total tuntutan program offset

pertahanan yang direncanakan atau dikehendaki.

b) Strategi mandatory dominant (1984/5 s.d. 1993/4). Praktek

offset pertahanan yang dilaksanakan, hanya menghasilkan atau

memberikan kontribusi sebesar 42% keuntungan dari total tuntutan

program offset pertahanan yang direncanakan atau dikehendaki.

Penelitian akademis yang berhubungan dengan kontribusi offset

pertahanan berdasarkan kategori, mengungkap beberapa hal sebagai

berikut:

a) Produksi bagian atau merangkai (assembly) memberikan

kontribusi offset terbesar, hingga mencapai 32.7%.

b) Pembelian produk Australia mencapai 23.9%.

c) Teknologi transfer hanya mencakup 18.4% dari total

tuntutan kebutuhan offset pertahanan.

d) Bantuan pemasaran ke luar negeri mencakup 6%.

e) Kegiatan lain bernilai 19%.

Evaluasi pengalaman kebijakan offset pertahanan Australia

tersebut, menunjukkan bahwa jika melihat pencapaian tujuan

program offset pertahanan, maka dapat disimpulkan bahwa tidak

didapat keuntungan dari praktek offset pertahanan terhadap upaya

kemandirian industri pertahanan Australia melalui penguatan

kapabilitas berkelanjutan. Hanya kurang dari 25% kontribusi dari

aktifitas dan praktek offset pertahanan dalam bentuk transfer

teknologi. Kemudian, offset pertahanan dianggap hanya memberikan

keuntungan minimal bagi kepentingan nasional Australia, misalnya

untuk bidang non-pertahanan, termasuk keuntungan bagi komunitas

yang lebih luas dan kecilnya efek bagi potensi ekspor.

Page 92: TNIAL

» Daftar Isi

Dharma Wiratama

Pada akhirnya, yang menjadi kesimpulan Professor Hall adalah,

bahwa perubahan strategi offset pertahanan best endeavour memang

mempengaruhi persentase kewajiban offset pertahanan yang

terlaksana. Akan tetapi, nilai kewajiban offset pertahanan tersebut

belum jelas dan sangat mungkin hanya kecil nilainya, disebabkan

oleh beberapa hal, di antaranya:

a) Opportunity cost (biaya kesempatan yang hilang), sumber daya

domestik yang digunakan oleh ekonomi sektor non pertahanan dinilai

lebih memiliki nilai tambah atau lebih produktif.

b) Produksi lokal memiliki keterbatasan masa penggunaan (daur

hidup), meski ini merupakan aktifitas offset pertahanan yang paling

banyak digunakan, tetapi dianggap tidak memiliki manfaat

berkelanjutan.

c) Rendahnya nilai transfer teknologi, dikarenakan penentuan

bagaimana offset pertahanan yang diberikan, ditentukan oleh pihak

produsen.

Selama dua dekade (1970-92) Pemerintah Australia

melaksanakan praktek offset pertahanan. Namun pada akhirnya,

Departemen Pertahanan Australia sampai pada kesimpulan, bahwa

offset pertahanan tidak berhasil. Offset pertahanan dianggap

kontraproduktif karena membentengi perusahaan lokal dari aktivitas

kompetisi, menghambat pencapaian produktifitas dan menekan

kompetisi antar perusahaan lokal. Program Australian Industry

Involvement (AII) dikritik karena tidak memiliki indikator

pencapaian keberhasilan yang jelas. Kebijakan offset pertahanan

Australia ditinggalkan setelah dilaksanakan selama 20 tahun, karena

fakta menunjukkan rendahnya kinerja program, sehingga tidak

mencapai tujuan yang diharapkan. AII dianggap sebagai upaya

terakhir offset pertahanan, Audit Nasional Australia juga

menyatakan, bahwa manfaat dari AII sulit untuk dipastikan.

Belajar dari pengalaman tersebut, sejak tahun 1992 Australia

meniadakan kewajiban untuk melaksanakan offset pertahanan dalam

akuisisi alat pertahanannya. Sebagai aturan baru, diperkenalkan

program kapabilitas industri Australia (Australian Industri

Capability, AIC) sebagai pengganti program AII dan ditujukan

untuk:

Page 93: TNIAL

» Daftar Isi

Dharma Wiratama

1) Menggunakan proyek pertahanan yang besar untuk menciptakan

kesempatan bagi industri pertahanan Australia.

2) Memberikan kesempatan kepada perusahaan lokal untuk

berkompetisi dalam memenuhi kebutuhan alat pertahanan

berdasarkan kemampuan sendiri.

3) Meminta perusahaan jasa konsultan professional dari Amerika

Serikat untuk menganalisa kesempatan bagi industri Australia pada

saat menawarkan peralatan pertahanan melalui skema Foreign

Military Sales (FMS).

Pada tahun 2009, AII memperkenalkan kebijakan inovatif, yakni

program Global Supply Chain (GSC) yang bertujuan untuk

meningkatkan kesempatan bagi perusahaan lokal yang mampu untuk

berkompetisi dalam mendapatkan pekerjaan pada mata rantai suplai

global dari perusahaan multinasional kontraktor utama (prime

contractor) dan penyuplai besar mereka. Program yang berlangsung

selama sepuluh (10) tahun ini bernilai 59.9 juta AUSD, dan

melibatkan produsen-produsen besar seperti Boeing, Thales,

Raytheon, yang mengikat perjanjian dengan organisasi yang

bertanggung jawab dalam akuisisi alat pertahanan di Australia, DMO

(Defence Materiel Organisation).

5. Offset Pertahanan di Indonesia. Sebagaimana telah

disebutkan di atas, bahwa offset pertahanan sebagai bagian dari counter

trade bukan merupakan hal yang baru bagi Indonesia. Praktek offset

tersebut pada masa lalu lebih didasarkan pada kebijakan dan kepentingan

tertentu serta dilaksanakan tanpa adanya regulasi yang mengatur dan

tidak terintegrasi dengan kebijakan lain yang terkait dengan

pembangunan dan pengembangan industri strategis/pertahanan pada saat

itu. Ketiadaan regulasi dan kebijakan offset pertahanan tersebut, telah

menjadikan praktek-praktek offset pertahanan selama ini tidak

terkoordinir dan sangat sulit untuk diukur kontribusinya terhadap industri

pertahanan. Ketiadaan pedoman ini juga mengakibatkan ketidakjelasan

tujuan dari praktek offset pertahanan terhadap penguasaan teknologi

yang mendukung kemandirian industri alat pertahanan, sebagai

akibatnya keberlangsungan program yang dilaksanakan terhenti dengan

selesainya implementasi offset pertahanan (project-based).

Krisis ekonomi yang melanda di akhir tahun 90an telah menyebabkan

terhentinya atau menurunnya proses industrialisasi (alat pertahanan) di

Page 94: TNIAL

» Daftar Isi

Dharma Wiratama

Indonesia, perjanjian pinjaman dengan IMF mensyaratkan dihentikannya

subsidi kepada industri strategis. Hal tersebut turut menyebabkan

terhentinya praktek offset pertahanan di Indonesia. Mengalir dari hal

tersebut, dapat disimpulkan bahwa jeda praktek offset pertahanan di

Indonesia terjadi karena offset pertahanan merupakan isu yang erat

kaitannya dengan unsur politis dan persaingan dagang. Selanjutnya dapat

disimpulkan pula, bahwa terhentinya praktek offset tersebut bukan

disebabkan oleh kurangnya pengalaman dan kompetensi dari para

praktisi, tapi lebih disebabkan oleh karena offset pertahanan merupakan

isu yang kompleks.

Sampai awal tahun 2000, upaya pemulihan ekonomi belum

mengizinkan digunakannya cadangan devisa untuk pembelian alat

pertahanan. Di sisi lain, offset pertahanan tidak lagi diperhitungkan

dalam akuisisi alat pertahanan. Dengan keterbatasan anggaran

Pemerintah, maka skema offset menjadi semakin dibutuhkan dalam

rangka revitalisasi industri pertahanan. Skema offset pertahanan maupun

offset untuk keperluan sipil yang pernah dilakukan Indonesia, adalah saat

General Dynamics diwajibkan memberikan sub-contract kepada P.T.

IPTN dalam rangka pembelian satu skuadron pesawat tempur F-16

Fighting Falcon. Juga kewajiban Transfer of Technology (ToT) bagi

Hughes dalam rangka pembelian satelit Palapa. Skema offset yang cukup

rumit, adalah saat CASA memberikan lisensi kepada P.T. IPTN dengan

meminta Indonesia menggunakan teknologi hydro-cracking dalam

pembangunan kilang bensin/premium Pertamina. Berikut ini adalah data

dari SIPRI (2010) tentang pengadaan alat pertahanan oleh Pemerintah

Indonesia.

Tabel 1. Basis Data Transfer Alat Pertahanan Indonesia Periode 2004 - 2009.

Indonesia Arms Transfers Database in mill US$ (SIPRI, 2010)

2004 2005 2006 2007 2008 2009 Total

Canada 1 1 2 4

China 12 5 3 20

Czech Republic 0 1 1

France 9 14 31 44 21 13 131

Germany 32 7 1 40

Italy 15 4 4 23

Netherlands 7 297 149 149 601

Poland 9 12 21

Page 95: TNIAL

» Daftar Isi

Dharma Wiratama

Russia 27 41 184 251

South Africa 0 0

South Korea 2 185 7 90 284

Spain 5 5 5 16

Sweden 3 3

USA 4 2 10 16 15 47

Total 82 31 58 577 241 452 1.441

Sumber: Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) Year

Book 2010 (Arms Transfer Database).

Dengan jumlah pengadaan alat pertahanan sebesar itu, belum

terlihat adanya korelasi kerjasama dengan industri dalam negeri.13

Padahal dengan skema offset pertahanan 1:5 saja, industri dalam negeri

seharusnya bisa mendapatkan “nilai - sales” yang besar tanpa harus

membebani APBN.14

Dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin kuat dan

diramalkan akan mencapai 6.9% pada akhir tahun 2011, maka anggaran

untuk pertahanan negara diharapkan bisa meningkat dari 0.9% PDB

menjadi 1.5% PDB pada tahun 2012. Dengan perkembangan yang positif

ini, diharapkan Indonesia akan segera memiliki kemampuan finansial

penuh untuk memulai modernisasi Alutsista. Meningkatnya kemampuan

perekonomian nasional saat ini, merupakan sebuah peluang untuk

melaksanakan reorientasi terhadap kebijakan offset pertahanan dalam

melaksanakan akuisisi alat pertahanan. Proses revitalisasi industri

pertahanan Indonesia dengan mengacu pada pengalaman embargo

senjata 1992-2005, diharapkan dapat kembali memperhitungkan offset

pertahanan sebagai bagian dari rencana revitalisasi tersebut. Kesiapan

alat pertahanan yang rendah dan rentan terhadap ancaman embargo alat

pertahanan telah mengakibatkan menurunnya kemampuan militer

Indonesia, untuk melaksanakan Operasi Militer Perang (OMP), maupun

untuk melaksanakan Operasi Militer Selain Perang (OMSP). Sebagai

konsumen, ketergantungan kepada negara lain berarti

mengkompromikan kedaulatan negara. Dengan memperhitungkan

kembali offset pertahanan, terdapat peluang untuk secara bertahap dan

13

Offset Pertahanan Sebagai Suatu Kebijakan Untuk Mengembangkan Industri

Pertahanan. Paparan Fajar Sampoerno, Direktur Keuangan P.T. Dahana. Pada Seminar

Offset Pertahanan. Kemhan RI, Hotel Borobudur, Jakarta. November 2010. 14

Ibid.

Page 96: TNIAL

» Daftar Isi

Dharma Wiratama

berlanjut mengurangi ketergantungan akan produk alat pertahanan dari

negara lain.

Pengembangan industri pertahanan mencakup investasi barang modal,

infrastruktur industri seperti mesin peralatan produksi, penelitian dan

pengembangan teknologi serta pengembangan SDM disamping untuk

kebutuhan modal kerja. Dengan menyertakan program offset pertahanan

dalam akuisisi alat pertahanan, maka terdapat kesempatan yang dapat

dimanfaatkan untuk membangun dan meningkatkan kapasitas industri

pertahanan. Peningkatan kapasitas industri pertahanan tidak mungkin

diserahkan hanya kepada industri/perusahaan sendiri mengingat skala

kapasitas dan kemampuan serta dukungan ekonomi yang terbatas. Titik

sentral dari strategi offset pertahanan terletak pada bagaimana

mendapatkan keuntungan dalam bentuk capacity utilisation guna

peningkatan skill atau kompetensi SDM, sehingga kemampuan

penguasaan teknologi untuk kepentingan revitalisasi industri pertahanan

dapat semakin cepat dan industri pertahanan nasional dapat semakin

mandiri. Menjadi konsumen berarti meniadakan keuntungan secara

ekonomi dalam pembelanjaan alat pertahanan, seperti kapal perang dan

pesawat tempur. Praktek offset pertahanan memberikan sebuah

kesempatan untuk mengembalikan keuntungan dari kontrak pembelian

alat pertahanan dan dapat menjadi sarana untuk menciptakan berbagai

keuntungan sektor ekonomi, melalui investasi, ketersediaan lapangan

kerja baru dan berbagai hal bermanfaat lainnya bagi Indonesia melalui

kontrak pembelian alat pertahanan. Melalui offset pertahanan, industri

nasional juga berkesempatan untuk meningkatkan kapasitas dan

kemampuannya, dalam bentuk kompetensi dan keahlian serta

keterampilam khusus, produksi dan lain sebagainya.

Peluang untuk mendapatkan keuntungan bagi peningkatan kapasitas

dan pengembangan industri pertahanan Indonesia, melalui program offset

pertahanan masih sangat terbuka dan karenanya dapat dilaksanakan

dalam kerangka revitalisasi industri pertahanan. Mengalir dari hal

tersebut, maka terdapat urgensi untuk menghidupkan kembali praktek

offset pertahanan dan menjadikannya sebagai bagian dari strategi

revitalisasi industri pertahanan Indonesia. Komitmen kuat dan political

will Pemerintah untuk mendukung implementasi upaya-upaya tersebut

sangatlah diperlukan. Salah satu bentuk dukungan tersebut, adalah

dengan mendorong kegiatan perumusan dan penyusunan sebuah

kebijakan offset pertahanan yang komprehensif, mencakup definisi,

maksud dan tujuan, prinsip-prinsip, mekanisme pelaksanaan (kontrak)

Page 97: TNIAL

» Daftar Isi

Dharma Wiratama

dan pengawasannya, institusi dan kelembagaan, serta perumusan critical

technology list yang secara strategis memiliki nilai tambah (value

added), berikut besarannya (persentase) yang perlu dikuasai serta

dikembangkan dalam konteks competitive advantage. Selanjutnya,

kebijakan offset pertahanan tersebut diharapkan dapat diwujudkan dalam

bentuk ketentuan, peraturan dan/atau perundangan yang dapat bertindak

sebagai acuan dalam melaksanakan perjanjian offset pertahanan guna

mendapatkan keuntungan optimal dari program akuisisi alat pertahanan.

Peraturan tersebut, perlu secara rinci mengatur detail prinsip-prinsip dan

mekanisme dari pelaksanaan offset pertahanan, memiliki tujuan dan

dapat memberikan arah yang jelas, bagi pengembangan industri nasional

pada umumnya dan industri pertahanan nasional pada khususnya.

Ketentuan dimaksud diharapkan juga dapat mengakomodasi berbagai

kepentingan stakeholders dalam industri pertahanan, utamanya

kepentingan untuk secara bersama-sama mengoptimalkan hubungan

sinergitas dan interrelasi antar entitas dalam konteks triple-helixs industri

pertahanan. 15

6. Penutup.

Terlepas dari berbagai perdebatan tentang kompleksitas offset

pertahanan, apabila ditinjau dari satu sisi atau sudut pandang tertentu,

Indonesia sebagai salah satu negara pioneer dalam program offset

pertahanan langsung di Asia Tenggara pada era 70an, masih perlu

mengimplementasikan mekanisme atau skema offset pertahanan dalam

pengadaan alat pertahanan (Alutsista). Skema masa depan offset

pertahanan Indonesia diharapkan dapat terregulasi, sehingga terkoordinir

dan dapat diukur kontribusinya terhadap pengembangan industri

pertahanan yang telah ada dan dimiliki. Dengan demikian, maka offset

pertahanan sebagai bagian dari proses akuisisi Alutsista akan dapat

menjadi salah satu upaya strategis dalam rangka (percepatan) revitalisasi

industri pertahanan Indonesia. Semoga.***

Referensi:

15

Triple-helixs, merupakan terminologi yang digunakan untuk mengambarkan

sinergitas dan interrelasi hubungan yang terjadi di lingkungan industri, antara para

pemangku kepentingan yang terdiri dari kalangan akademisi (academics), kalangan

pelaku atau praktisi di sektor usaha/industri (business sector) dan pemerintah

(goverment) selaku pemangku kebijakan. Terminologi ini juga dikenal sebagai ABG

(Academia-Business-Government) di lingkungan Kementerian Pertahanan Indonesia

dan TNI.

Page 98: TNIAL

» Daftar Isi

Dharma Wiratama

Defence Offsets: Basic Concepts and Australia’s Policy Experience.

Prof. (Emiritus) Dr. Peter Hall, Australian Defence Force Academy

(ADFA), Australia in associated with University of New South

Wales (UNSW), Australia. Pada Seminar Offset Pertahanan.

Kemhan RI, Hotel Borobudur, Jakarta. November 2010.

Evolution, Effectiveness and Evaluation of Defence Offsets and Dual-

Use Policy. Prof. Dr. Ronald Matthews, Nanyang

Technological University (NTU), Singapore in associated with

Cranfield University (CU), UK. Pada Seminar Offset Pertahanan.

Kemhan RI, Hotel Borobudur, Jakarta. November 2010.

Offset Pertahanan Sebagai Suatu Kebijakan Untuk Mengembangkan

Industri Pertahanan. Paparan Fajar Harry Sampurno, MBA, Ph.D.,

Direktur Keuangan P.T. Dahana. Pada Seminar Offset Pertahanan.

Kemhan RI, Hotel Borobudur, Jakarta. November 2010.

Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) Year Book

2010, Arms Transfer Database, Stockholm, 2010.

-o0o-

Page 99: TNIAL

» Daftar Isi

Dharma Wiratama

Kutipan Riwayat Hidup:

Mayor Laut (E) Ditya Farianto, M.T. yang sejak tahun

2008 hingga saat ini menjabat sebagai Kasi Stranas pada

Direktorat Pengkajian Strategi dan Operasi

(Ditjianstraops), Seskoal, lahir di Surabaya pada tanggal

11 Februari 1972. Setelah menyelesaikan pendidikan

Sarjana (S1) di bidang Manajemen Informatika (1997)

dan mendapatkan pengalaman bekerja sebagai System

Engineer IBM AS/400 Mid-Range Computer System

(1995 s.d 1997) pada IBM-BP, memutuskan untuk

berkarir di bidang militer. Menyelesaikan Pendidikan

Pertama (Dikma) Militer melalui program pendidikan

Perwira Prajurit Karier ABRI (PA PK ABRI) angkatan Ke-5 di Akmil Magelang pada

tahun 1998, dan dinyatakan lulus menempuh Pendidikan Dasar Golongan (Diksargol)

Angkatan Ke-2 di Kobangdikal pada tahun yang sama. Dalam perjalanan karir

militernya, serangkaian penugasan telah dilalui, di antaranya sebagai Perwira Staff di

Disinfolahtal (1999), Disminpersal (2000) dan Akademi Angkatan Laut (2003). Dalam

penugasannya, serangkaian pendidikan militer juga telah ditempuh, yaitu Dikpespa

Personel (2003) dan Diklapa Aplikasi (2008). Selain pendidikan militer, pendidikan

Pasca Sarjana (S2) di bidang Manajemen Pertahanan di Institut Teknologi Bandung

(ITB) yang bekerjasama dengan Cranfield University (CU), UK, juga melengkapi

pengetahuan akademiknya dan telah diselesaikan (2007) dalam masa penugasannya

sebagai Perwira TNI AL. Selain pendidikan umum, maka pengalaman akademis

lainnya, adalah sebagai penerima beasiswa penelitian (Full Year Visiting Research

Fellow) di Justus-Liebig University of Gießen, Jerman pada tahun 2007 s.d 2008 serta

kesempatan untuk mengikuti berbagai kegiatan kursus dalam rangka mengasah

kompetensi akademiknya, yaitu beberapa International Summer Course di bidang

pertahanan dan Keamanan dengan tema-tema Civil-Military Relations dan Security

Sector Reform (SSR), di antaranya International Summer Course 2007 yang

diselenggarakan oleh Justus-Liebig University (JLU) of Gießen, Jerman; International

Summer Course 2008 dan 2009 yang diselenggarakan oleh JLU dan Friedrich-Schiller

University of Jena, Jerman; International Summer Course 2011 yang diselenggarakan

oleh JLU dan Tehnische Universität (TU) of Dortmund, Jerman. Beberapa tulisan

akademiknya telah turut mewarnai berbagai jurnal ilmiah maupun beberapa majalah

terbitan Kemhan, TNI maupun TNI AL. Tulisan penerima tanda jasa Satya Lencana

Kesetiaan VIII Tahun dan Satya Lencana Dwidya (Ulangan I dan II) kali ini, khusus

disusun untuk Majalah Dharma Wiratama, Seskoal, dalam rangka menyebarkan

pengetahuan dan pegalamannya sebagai salah satu anggota Kelompok Kerja Offset

Pertahanan pada Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI.

-o0o-