TKKS untuk Pupuk

16
TINJAUAN PUSTAKA Limbah Padat Tandan Kosong Kelapa Sawit Tandan kosong sawit berfungsi ganda yaitu selain menambah hara ke dalam tanah, juga meningkatkan kandungan bahan organik tanah yang sangat diperlukan bagi perbaikan sifat fisik tanah. Dengan meningkatnya bahan organik tanah maka struktur tanah semakin mantap dan kemampuan tanah menahan air bertambah baik, perbaikan sifat fisik tanah tersebut berdampak positif terhadap pertumbuhan akar dan penyerapan unsur hara (Deptan, 2006) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh PPKS, Pabrik Minyak Sawit menghasilkan limbah padat dan limbah cair memiliki potensi pemanfaatan sebagai pupuk organik bagi tanaman kelapa sawit. Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) merupakan bahan organik yang mengandung ; 42,8 % C, 2,90 % K2O, 0,80% N, 0,22% P2O5, 0,30% MgO dan unsur-unsur mikro antara lain 10 ppm B, 23 ppm Cu dan 51 ppm Zn. Dalam setiap 1 ton Tandan Kosong sawit mengandung unsur hara yang setara dengan 3 Kg Urea, 0,6 kg RP, 12 kg MOP dan 2 kg kiserit. (Humas, 2008) Tandan kosong ditumpuk dan dibiarkan sampai membusuk tidak akan menjadi kompos organik yang bermutu karena nilai C/N masih tinggi. Pengomposan adalah penurunan rasio atau perbandingan antara karbohidrat dan nitrogen dengan singkatan nilai C/N. Bahan organik yang berasal dari tanaman atau hewan / kotoran hewan yang masih segar mempunyai nilai C/N yang tinggi antara 50 – 400 (kayu yang tua). Bahan oprganik dapat diserap tanah adalah mempunyai C/N yang sama dengan tanah ialah sekitar 10 – 12 oleh karena itu 7 Universitas Sumatera Utara

description

TKKS untuk Pupuk

Transcript of TKKS untuk Pupuk

Page 1: TKKS untuk Pupuk

TINJAUAN PUSTAKA Limbah Padat Tandan Kosong Kelapa Sawit

Tandan kosong sawit berfungsi ganda yaitu selain menambah hara ke

dalam tanah, juga meningkatkan kandungan bahan organik tanah yang sangat

diperlukan bagi perbaikan sifat fisik tanah. Dengan meningkatnya bahan organik

tanah maka struktur tanah semakin mantap dan kemampuan tanah menahan air

bertambah baik, perbaikan sifat fisik tanah tersebut berdampak positif terhadap

pertumbuhan akar dan penyerapan unsur hara (Deptan, 2006)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh PPKS, Pabrik Minyak Sawit

menghasilkan limbah padat dan limbah cair memiliki potensi pemanfaatan sebagai

pupuk organik bagi tanaman kelapa sawit. Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)

merupakan bahan organik yang mengandung ; 42,8 % C, 2,90 % K2O, 0,80% N,

0,22% P2O5, 0,30% MgO dan unsur-unsur mikro antara lain 10 ppm B, 23 ppm

Cu dan 51 ppm Zn. Dalam setiap 1 ton Tandan Kosong sawit mengandung unsur

hara yang setara dengan 3 Kg Urea, 0,6 kg RP, 12 kg MOP dan 2 kg kiserit.

(Humas, 2008)

Tandan kosong ditumpuk dan dibiarkan sampai membusuk tidak akan

menjadi kompos organik yang bermutu karena nilai C/N masih tinggi.

Pengomposan adalah penurunan rasio atau perbandingan antara karbohidrat dan

nitrogen dengan singkatan nilai C/N. Bahan organik yang berasal dari tanaman

atau hewan / kotoran hewan yang masih segar mempunyai nilai C/N yang tinggi

antara 50 – 400 (kayu yang tua). Bahan oprganik dapat diserap tanah adalah

mempunyai C/N yang sama dengan tanah ialah sekitar 10 – 12 oleh karena itu

7

Universitas Sumatera Utara

Page 2: TKKS untuk Pupuk

limbah sawit (cair dan padat) yang mempunyai nilai C/N tinggi harus diturunkan

(IOPRI, 2002).

Dekomposisi tandan kosong kelapa sawit secara alami sangat lambat,

memerlukan waktu yang cukup lama yaitu antara 6 – 12 bulan. Menurut Khalid

dkk (2000) kecepatan dekomposisi TKS di lapangan dipengaruhi oleh iklim

makro, iklim mikro, kualitas bahan dan aktivitas organisme pada areal tersebut.

Secara rata-rata residu tanaman kelapa sawit di lapangan terdekomposisi selama

12 – 18 bulan.

Komponen bahan padat terbesar TKS terdiri dari selulosa, hemiselulosa

dan lignin dalam jumlah yang lebih kecil sehingga limbah TKS ini disebut juga

lignoselulosa. Menurut Syafwina et al (2002) dalam Hermiati dkk (2010)

kandungan selulosa, hemiselulosa dan lignin pada tandan kosong kelapa sawit

adalah 41,30 – 46,50 % selulosa, 25,30 – 33,80 % hemiselulosa dan 27,60 – 32,50

% lignin.

Deptan (2006) menyatakan melalui kegiatan mikroorganisme tanah atau

proses mineralisasi, unsur hara yang didapati pada tandan kosong kelapa sawit

kembali ke dalam tanah. Namun unsur hara tersebut tidak seluruhnya dapat

diserap oleh akar tanaman disebabkan terimmobilisasi (digunakan langsung oleh

mikroorganisme tanah untuk menunjang kelangsungan hidupnya.

Penempatan Tandan Kosong Kelapa Sawit

- Piringan

Penempatan Tankos pada tanaman belum menghasilkan (TBM) dapat

dilakukan dengan cara meletakkannya atau menyusun dipiringan pada jarak ± 30

8

Universitas Sumatera Utara

Page 3: TKKS untuk Pupuk

cm dari pangkal batang pada TBM 0, dan pada jarak ± 50 cm dari pangkal batang

pada TBM 1-3, jarak ini dimaksudkan sebagai tempat menaburkan pupuk.

Penebaran Tankos pada tanaman menghasilkan dilaksanakan tanpa berlapis di

gawangan. Penebaran dilakukan merata hingga ke pinggir piringan (Deptan,

2006). Dosis aplikasi yang digunakan adalah sebanyak 40 ton TKKS/Ha/thn

(Darmosarkoro dan Rahutomo, 2000).

- Rorak

Rorak adalah lubang-lubang buntu dengan ukuran tertentu yang dibuat

pada bidang olah dan sejajar dengan garis kontur. Fungsi rorak adalah

untuk menjebak dan meresapkan air ke dalam tanah serta menampung sedimen-

sedimen dari bidang olah. Pembuatan rorak dapat dikombinasikan dengan mulsa

vertikal untuk memperoleh kompos.

Adanya rorak akan menjebak aliran permukaan dan memberikan

kesempatan kepada air hujan untuk terinfiltrasi ke dalam tanah. Dengan demikian

rorak akan menurunkan aliran permukaan yang keluar dari lahan secara

signifikan.

Ukuran dan jarak rorak yang direkomendasikan cukup beragam. Arsyad

(2006) merekomendasikan dimensi rorak : dalam 60 cm, lebar 50 cm dengan

panjang berkisar antara satu meter sampai 5 meter. Jarak ke samping disarankan

agar sama dengan panjang rorak dan diatur penempatannya di lapangan dilakukan

secara berselang-seling agar terdapat penutupan areal yang merata. Jarak searah

lereng berkisar dari 10 sampai 15 meter pada lahan yang landai (3% - 8%) dan agak

miring (8% - 15%), 5 sampai 3 meter untuk lereng yang miring (15% ± 30%).

9

Universitas Sumatera Utara

Page 4: TKKS untuk Pupuk

Hasil penelitian dari Brata (1992) dalam Pemanfaatan Jerami Padi Sebagai

Mulsa Vertikal Untuk Mengendalikan Aliran Permukaan menyatakan bahwa

mulsa vertikal dapat menekan jumlah aliran permukaan selama musim tanam

jagung dibandingkan dengan mulsa konvensional. Bertambahnya permukaan

resapan oleh adanya saluran dan terhambatnya aliran permukaan oleh adanya

guludan akan memberikan kesempatan aliran permukaan untuk meresap ke dalam

tanah di sekitar saluran lebih lama, sehingga jumlah kelebihan aliran permukaan

yang hilang dari petakan berkurang. Dengan jarak antar saluran yang sama,

perlakuan mulsa vertikal (T3) lebih efektif dalam menekan aliran permukaan

dibandingkan dengan teras gulud (T2). Hal ini terjadi karena laju infiltrasi saluran

pada perlakuan teras gulud (T2) menurun lebih cepat akibat penyumbatan pori

makro dinding saluran oleh sedimen yang terangkut aliran permukaan; sedangkan

pada perlakuan mulsa vertikal (T3) penyumbatan pori makro pada dinding saluran

dapat dihambat oleh sisa tanaman. Aktivitas binatang dan mikroba tanah yang

memanfaatkan mulsa dalam saluran bahkan dapat memperbaiki sifat fisik tanah

disekitar saluran seperti dilaporkan oleh Parr (1959). Peningkatan efektivitas

mulsa vertikal dalam penurunan laju aliran permukaan dengan makin pendeknya

jarak antar saluran (dari T3 sampai T5) disebabkan makin pendeknya panjang

lereng yang berarti makin sempitnya luas daerah tampungan hujan untuk setiap

saluran.

Murtilaksono, dkk (2009) dalam penelitiannya Upaya Peningkatan

Produksi Kelapa Sawit melalui Penerapan Teknik Konservasi Tanah dan Air

menyatakan bahwa aplikasi teras gulud dan rorak yang dikombinasikan dengan

10

Universitas Sumatera Utara

Page 5: TKKS untuk Pupuk

lubang resapan meningkatkan jumlah pelepah daun, jumlah tandan, rataan

berat tandan, dan produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit tanaman contoh

di setiap blok. Aplikasi teras gulud berpengaruh paling tinggi terhadap

produksi TBS per blok atau per hektar (25,2 t ha-1) dibandingkan produksi

TBS pada perlakuan rorak (23,6 t ha-1) dan blok tanpa aplikasi konservasi tanah

dan air atau kontrol (20,8 t ha-1) yang masih tinggi baik dari produksi TBS

rataan afdeling (19,0 kg ha-1). Aplikasi teras gulud memberikan hasil tertinggi

berat rataan TBS per tandan (RBT) (21 kg) dibandingkan dengan RBT pada

perlakuan rorak (19 kg) dan RBT terendah pada perlakuan kontrol (18 kg).

- Lubang Biopori

Lubang biopori membantu menekan terjadinya genangan/banjir pada tapak

lahan. Lubang biopori sedalam 1 meter berdiameter 10 cm dapat menampung air

sebanyak 0,03 m3 (30 liter) menggemburkan tanah sehingga memudahkan

terjadinya pertukaran udara di dalam tanah. Fungsi lain, dapat digunakan sebagai

lubang pembuat kompos dengan memasukkan sampah organik ke dalamnya

(Rauf, 2010).

Keunggulan dan manfaat biopori yaitu meningkatkan daya resapan air,

kehadiran lubang resapan biopori secara langsung akan menambah bidang resapan

air, setidaknya sebesar luas kolom/dinding lubang. Sebagai contoh bila lubang

dibuat dengan diameter 10 cm dan dalam 100 cm maka luas bidang resapan akan

bertambah sebanyak 3140 cm2 atau hampir 1/3 m2. Dengan kata lain suatu

permukaan tanah berbentuk lingkaran dengan diameter 10 cm, yang semula

11

Universitas Sumatera Utara

Page 6: TKKS untuk Pupuk

mempunyai bidang resapan 78,5 cm2 setelah dibuat lubang resapan biopori

dengan kedalaman 100 cm, luas bidang resapannya menjadi 3.218 cm2

Dengan adanya aktivitas fauna tanah pada lubang resapan maka biopori

akan terbentuk dan senantiasa terpelihara keberadaannya. Oleh karena itu bidang

resapan ini akan selalu terjaga kemampuannya dalam meresapkan air. Dengan

demikian kombinasi antara luas bidang resapan dengan kehadiran biopori secara

bersama-sama akan meningkatkan kemampuan dalam meresapkan air.

.

1. Mengubah sampah organik menjadi kompos, lubang resapan biopori

‘diaktifkan’ dengan memberikan sampah organik kedalamnya. Sampah ini

akan dijadikan sebagai sumber energi bagi organisme tanah untuk melakukan

kegiatannya melalui proses dekomposisi. Sampah yang telah didekomposisi

ini dikenal dengan kompos. Dengan melalui proses seperti itu maka lubang

resapan biopori selain berfungsi sebagai lubang peresap air juga sekaligus

berfungsi sebagai ‘pabrik’ pembuat kompos. Kompos dapat dipanen pada

setiap periode tertentu dan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik pada

berbagai jenis tanaman, seperti tanaman hias, sayuran, dan jenis tanaman

lainnya.

2. Memanfaatkan fauna tanah dan akar tanaman, seperti disebutkan diatas,

lubang bipori diaktifkan oleh organisme tanah, khususnya fauna tanah dan

perakaran tanaman. Aktivitas mereka yang selanjutnya akan menciptakan

rongga-rongga atau liang-liang dalam tanah yang akan dijadikan ‘saluran’ air

untuk meresap kedalam tubuh tanah. Dengan memanfaatkan aktivitas mereka

maka rongga – rongga atau liang-liang tersebut akan terpelihara dan terjaga

12

Universitas Sumatera Utara

Page 7: TKKS untuk Pupuk

keberadaannya sehingga kemampuan peresapannya akan tetap terjaga tanpa

campur tangan manusia untuk pemeliharaannya. Hal ini tentunya akan sangat

menghemat tenaga dan biaya. Kewajiban faktor manusia dalam hal ini adalah

memberikan pakan kepada mereka berupa sampah organik pada periode

tertentu. Sampah organik yang dimasukkan kedalam lubang akan menjadi

humus dan tubuh biota dalam tanah, tidak cepat diemisikan ke atmosfir

sebagai gas rumah kaca; berarti mengurangi pemanasan global dan

memelihara biodiversitas dalam tanah.

(Tim Biopori IPB, 2007)

Mikroorganisme Perombak Bahan Organik Pengertian umum yang saat ini banyak dipakai untuk memahami

organisme perombak bahan organik atau biodekomposer adalah organisme

pengurai nitrogen dan karbon dari bahan organik (sisa-sisa organik jaringan

tumbuhan atau hewan yang telah mati) yaitu bakteri, fungi dan aktinomisetes.

Perombak bahan organik terdiri atas perombak primer dan perombak sekunder.

Perombak primer adalah mesofauna perombak bahan organik, seperti Colemboll

dan Acarina yang berfungsi meremah-remah bahan organik/serasah menjadi

berukuran kecil. Cacing tanah memakan sisa-sisa remah tadi yang lalu

dikeluarkan sebagai feases setelah melalui pencernaan dalam tubuh cacing.

Perombak sekunder ialah mikroorganisme perombak bahan organik seperti

Trichoderma reesei, T. Harzianum, T. Koningii, Phanerochaeta crysosporium,

Cellulomonas, Pseudomonas, Thermospora, Aspergillus niger, A. Terreus,

Penicillium dan Streptomyces. Adanya aktivitas fauna tanah, memudahkan

13

Universitas Sumatera Utara

Page 8: TKKS untuk Pupuk

mikroorganisme untuk memanfaatkan bahan organik, sehingga proses

mineralisasi berjalan cepat dan penyediaan unsur hara bagi tanaman lebih baik

(Saraswati dkk, 2006)

Mikroorganisme perombak bahan organik merupakan aktivator biologis

yang tumbuh alami atau sengaja diberikan untuk mempercepat pengomposan dan

meningkatkan mutu kompos. Jumlah dan jenis mikroorganisme menentukan

keberhasilan proses dekomposisi atau pengomposan. Proses dekomposisi bahan

organik di alam tidak dilakukan oleh satu mikroorganisme monokultur tetapi

dilakukan oleh konsorsia mikroorganisme. Beberapa jenis mikroorganisme yang

umum ditemukan dalam tumpukan sampah tercantum dalam Tabel 1.

Tabel 1. Mikroorganisme yang umum berasosiasi dalam tumpukan sampah

Bakteri Fungi

Mesofil

- Pseudomonas spp - Achromobacter spp - Bacillus spp - Flavobacterium spp - Clostridium spp - Sterptomyces spp

- Alternaria spp - Cladosporium spp - Aspergillus spp - Mucor spp - Humilo spp - Penicillium spp

Termofil

- Bacillus spp - Streptomyces spp - Thermoactinomyces spp - Thermus spp - Thermonospora spp - Microplyspora spp

- Aspergillus dpp - Mucor pusillus - Chaetomium thermophile - Humicola lanuginosa - Absidia ramosa - Sprotricbum thermofphile - Torula thermophile (Yeast) - Thermoascus aurenticus

Sumber : Saraswati dkk, 2006

14

Universitas Sumatera Utara

Page 9: TKKS untuk Pupuk

Jumlah total sel bakteri pada lokasi aplikasi mengindikasikan bahwa

aplikasi ini telah menyediakan cukup nutrisi berupa senyawa karbon sederhana

monosakarida, asam amino, dan asam lemak yang secara umum lebih mudah

dimetabolisme kelompok bakteri dibandingkan senyawa kompleksnya seperti

selulosa atau amilum, protein, dan lemak (Widhiastuty dkk, 2006)

Rao (1994) menyatakan beberapa mikroba seperti Trichoderma,

Aspergillus dan Penicillium mampu merombak sellulosa menjadi bahan senyawa-

senyawa monosakarida, alkohol, CO2

Irawan dan Yulianti (2004) yang menyimpulkan bahwa diketahui 3 spesies

fungi dekomposer dominan dari perkebunan kopi yaitu : Fusarium sp,

Aspergillus sp dan Trichoderma sp. Fungi ini berkembang hebat di tanah-tanah

asam, netral dan alkali, beberapa diantaranya menyukai pH rendah. Pitt dan

Hocking (1997) yang menyatakan jenis-jenis fungi antara lain Fusarium sp,

Mucor sp, Rhizopus sp, dan Trichoderma sp, mampu bertahan hidup dan bersaing

dengan fungi lain untuk mendapatkan ruang tumbuh serta unsur lain yang

diperlukan untuk pertumbuhannya.

dan asam-asam organik lainnya dengan

dikeluarkannya enzim selulase. Dermiyati (1997) dan Utomo (2010) menyatakan

Penicillium sp mampu menguraikan bahan organik lebih baik dibandingkan fungi

lain, karena dari tanah gambut saprik dan hemik, Penicilliumm sp merupakan

fungi yang dominan.

Jumlah total sel bakteri pada lokasi aplikasi limbah mengindikasikan

bahwa aplikasi telah menyediakan cukup nutrisi berupa senyawa karbon

sederhana monosakarida, asam amino, dan asam lemak yang secara umum lebih

15

Universitas Sumatera Utara

Page 10: TKKS untuk Pupuk

mudah dimetabolisme kelompok bakteri dibandingkan senyawa kompleksnya

seperti selulosa atau amilum, protein, dan lemak (Widhiastuty dkk, 2006).

Imasari (2011) ) pengaruh aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit

terhadap sifat biologi tanah menunjukkan jumlah mikroorganisme baik bakteri,

jamur dan aktinomesetes lebih tinggi pada lahan yang diaplikasi limbah cair

pabrik kelapa sawit dibanding tanpa aplikasi, distribusi mikroorganisme tanah

makin kedalam semakin rendah

.

Proses Perombakan Bahan Organik

Proses biologi untuk menguraikan bahan organik mejadi bahan humus

oleh mikroorganisme dikenal sebagai dekompoisi atau pengomposan. Aktivitas

dasar mikroorganisme tanah sama seperti kehidupan lainnya, bertahan hidup

melalui reproduksi. Mikroorganisme tanah menggunakan komponen residu

tanaman sebagai substrat untuk memperoleh energi yang dibentuk melalui

oksidasi senyawa organik, dengan produk utama CO2

Proses pengomposan akan segera berlansung setelah bahan-bahan mentah

dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap,

yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen

dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh

mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat.

yang dilepas kembali ke

alam, dan sumber karbon untuk sintesis sel baru. Dekomposisi atau pengomposan

disebut juga sebagai respirasi mikroba atau mineralisasi, yang merupakan salah

satu bagian dari siklus karbon.

16

Universitas Sumatera Utara

Page 11: TKKS untuk Pupuk

Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan

meningkat hingga di atas 50o- 70o C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu

tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu

mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekmposisi/penguraian

bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan

menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2

Reaksi yang terjadi pada perombakan sistem aerobik :

, uap air dan

panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-

angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat

lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan

terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat

mencapai 30 – 40% dari volume/bobot awal bahan (Isroi, 2006)

Gula (CH2O)x + O2 xCO2 + H2(Sellulosa, hemisellulosa)

O + E

N-organik (protein) NH4

+ NO2 - NO3-

+ E

Sulfur organik (S) + xO2 SO42-

+ E

Fosfor organik H3BO3 Ca(HPO4(Fitin, lesitin)

)

Reaksi utuh : Bahan organik CO2 (484-674 kcal/mol glukosa)

+ H2O + hara + humus + E

Proses perombakan bahan organik secara alami membutuhkan waktu

relatif lama (3-4 bulan) sehingga sangat menghambat upaya pelestarian

penggunaan bahan organik untuk lahan-lahan pertanian, apalagi jika dihadapkan

dengan masa tanam yang mendesak untuk menghasilkan produksi tinggi, sehingga

sering dianggap kurang ekonomis dan tidak efisien. Bahan dasar serasah tanaman,

Aktivitas mikroorganisme

17

Universitas Sumatera Utara

Page 12: TKKS untuk Pupuk

secara alami adalah selulosa, hemiselulosa dan lignin. Sebagian besar materi

limbah bahan organik Gimnospermae dan Angiospermae merupakan senyawa

selulosa dan 15 – 36 % adalah senyawa lignin (Erikson et al, 1989).). Lignin

berikatan dengan hemiselulosa dan selulosa membentuk segel fisik diantara

keduanya, yang merupakan barier yang mencegah penetrasi larutan dan enzim

(Howart et al, 2003). Oleh karena itu lignin menjadi penghalang akses enzim

selulolitik pada degradasi bahan berligno-selulosa. Hal ini menghambat proses

dekomposisi, yang pada akhirnya menyebabkan penumpukan limbah organik

yang berdampak negatif lingkungan. Polimer tersebut dapat didegradasi oleh

beberapa macam mikroorganisme yang mampu memproduksi enzim yang relevan.

Strategi untuk mempercepat proses biodekomposisi bahan organik dengan

memanfaatkan mikroba lignoselulolitik (dekomposer) (Saraswati dkk, 2006)

Penelitian Mardiana (2004) mendekomposisi tandan kosong kelapa sawit

dengan penambahan mikroorganisme selulolitik, amandemen dan limbah cair

kelapa sawit. Kesimpulan penelitian tersebut menyatakan interaksi perlakuan

penambahan mikroorganisme selulolitik dan amandemen berpengaruh nyata

terhadap penurunan nilai C/N dan peningkatan kadar K kompos.

Sifat Fisik dan Kimia Tanah Serta Hubungannya Dengan Pertumbuhan Tanaman

Hanafiah (2007) menyatakan porositas mencerminkan tingkat kecepatan

aliran air untuk melewati massa tanah. Penyediaan air dan O2 untuk pertumbuhan

tanaman dan jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan erat dengan jumlah

pori-pori tanah. Harahap (2010) menyatakan perkembangan perakaran dan

produksi akan membaik jika terjadi perimbangan antara jumlah air dan udara

18

Universitas Sumatera Utara

Page 13: TKKS untuk Pupuk

dalam pori-pori tersebut. Ruang pori-pori total pada tanah berpasir semakin

rendah tetapi sebagian besar dari pori-pori itu terdiri dari pori-pori makro dan

sangat efisien dalam lalu lintas air maupun udara.

Harahap (2010) menyatakan infiltrasi tanah ternyata berperan positif

terhadap produksi dan perkembangan perakaran tanaman pada kedalaman 0 – 25

cm. Suatu infiltrasi ke dalam profil dengan lapisan tekstur halus yang berada di

atas lapisan kasar, maka laju infiltrasi ditentukan oleh lapisan atas akan tetapi saat

air mencapai bidang pertemuan dengan lapisan kasar yang lebih rendah laju

infiltrasi akan berkurang.

Laju infiltrasi dibagi atas beberapa kelas :

Tabel 2. Kelas Laju Infiltrasi

Kelas Kriteria cm/jam 1 Sangat lambat < 0,1 cm/jam 2 Lambat 0,1 – 0,5 cm/jam 3 Agak Lambat 0,5 – 2,0 cm/jam 4 Sedang 2,0 – 6,0 cm/jam 5 Agak Cepat 6,0 – 12,5 cm/jam 6 Cepat 12,5 – 25 cm/jam 7 Sangat cepat >25 cm/jam

Su Sumber : Arsyad, 1989

Harahap (2010) menyatakan dilihat dari hubungan keeratan antara tekstur

dengan perkembangan perakaran dan produksi, ternyata semakin tinggi

kandungan liat maka perkembangan perakaran dan produksi menjadi berkurang,

hal ini dapat difahami karena semakin tinggi liat maka relatif tanah menjadi

semakin tidak porous. Tanah yang tidak porous menyebabkan akar sulit

berpenetrasi, makin sulit air dan udara untuk bersirkulasi dan juga menyebabkan

gerakan air kebagian tanah bawah terhambat.

19

20

Universitas Sumatera Utara

Page 14: TKKS untuk Pupuk

Menurut Surasta, 2011 pada tanaman yang tumbuh di lapangan akar-akar

tersebut terutama berada 2,0 — 2,5 m dari pokok dan terbanyak dijumpai pada

kedalaman 0 — 30 cm dari permukaan tanah serta dapat tumbuh memanjang ke

samping hingga mencapai 6 m dengan pola penyebaran yang berbeda-beda.

Harahap (2010) menyatakan dengan berkembangnya perakaran semakin

memperpendek jarak antara air dan unsur-unsur hara tersedia di dalam tanah yang

dibutuhkan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi. Produktivitas kelapa sawit

meningkat dengan cepat dan mencapai maksimum pada umur tanaman 8-12

tahun, kemudian menurun secara perlahan-lahan dengan tanaman yang makin tua

hingga umur ekonomis 25 tahun (Manurung, 2011).

Hardjowigeno (1995) menyatakan erosi akan meningkat apabila lereng

semakin curam atau semakin panjang. Apabila lereng semakin curam maka

kecepatan aliran permukaan meningkat sehingga kekuatan mengangkut meningkat

pula. Lereng yang semakin panjang menyebabkan volume air yang mengalir

menjadi semakin besar. Apabila dalamnya air menjadi dua kali lipat, maka

kecepatan aliran menjadi 4 kali lebih besar akibatnya besar benda ataupun berat

benda yang terangkut juga berlipat ganda.

Perkembangan akar kelapa sawit pada tanah berkerapatan lindak yang

ekstrim tinggi ternyata tidak terganggu, tetapi bukan berarti tidak dapat

ditembusnya. Bila berdasarkan kebutuhannya sebagai jangkar untuk

memperkokoh berdirinya batang maupun untuk mencari unsur hara dan air,

kerapatan lindak tanah yang ekstrim tinggi masih mampu dimasukinya walaupun

dengan kecepatan tumbuh yang rendah. Nilai kerapatan lindak 1,50 merupakan

Universitas Sumatera Utara

Page 15: TKKS untuk Pupuk

batas bagi akar dapat berkembang dengan tidak mengalami hambatan (Harahap,

1999).

Bahan organik bereperan dalam memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah,

Lubis (2006) menyatakan beberapa kontribusi bahan organik tanah terhadap

kesuburan tanah adalah melalui aktifitas mikroorganisme, dengan memberikan

suplai hara tersedia nitrogen, fosfor, kalium dan hara mikro secara terus menerus

dengan laju tetap; memperbaiki struktur tanah; memberikan faktor-faktor

pertumbuhan yang sesuai dan proses kelasi.

Ketersediaan bahan organik menurut Tan (1992) menyebabkan terjadinya

pembentukan kompleks pengkhelatan yang memegang peranan penting dalam

meningkatkan kesuburan tanah. Pengkhelatan menyebabkan meningkatnya

mobilitas banyak kation sehingga tersedia bagi tanaman, mempercepat proses

dekomposisi mineral-mineral tanah sehingga mempercepat pelepasan hara-hara

terlarut. Asam – asam humat dan fulfat meningkatkan pelepasan K yang tersemat

diantara ruang antar misel liat. Asam – asam humat dan fulfat mempunyai afinitas

yang tinggi terhadap Al, Fe dan Ca sehingga asam-asam tersebut akan bersaing

atas unsur-unsur tersebut dengan senyawa-senyawa fosfat melalui pembentukan

kompleks, sehingga ion fosfat terbebaskan ke dalam larutan tanah.

Bahan organik melalui perannya akan meningkatkan porositas tanah dan

ketersediaan unsur hara P. Menurut Hardjowigeno (1995), hara P berperan

penting bagi tanaman terutama dalam pembelahan sel, pembentukan bunga, buah

dan biji, memperkuat batang agar tidak mudah roboh, merangsang perkembangan

akar dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit.

21

Universitas Sumatera Utara

Page 16: TKKS untuk Pupuk

Universitas Sumatera Utara