TK Gigih Sapon
-
Upload
nessaselvianylee -
Category
Documents
-
view
82 -
download
1
description
Transcript of TK Gigih Sapon
Nama : Gigih Tejo Purboyo NIM : 03111003067Shift : Selasa PagiKelompok : 1
Perbedaan Pembuatan Shampo dan Kondisioner
1. Bahan Baku Pembuatan Shampo
Bahan baku yang dipergunakan untuk membuat shampo sangat bervariasi.
Hal ini dapat dimengerti karena perkembangan produk shampo memang sangat
intensif. Berikut ini pengelompokkan bahan baku shampo secara umum :
1.1. Bahan Aktif ( Active Ingredient )
Bahan ini merupakan bahan utama membuat shampo, yang biasanya
disebut surfaktan. Berdasarkan proses kimianya, bahan ini mempunyai
“kemampuan “ mengikat dan mengangkat kotoran. Dari bahan surfaktan inilah
shampo dapat menghasilkan busa. Berdasar muatan ionnya, dalam produk shampo
dikenal tiga jenis surfaktan.
1.1.1. Surfakatan Anionik
Surfakatan anionik adalah surfaktan yang mengandung muatan ion
negative. Jenis surfaktan ini antara lain alkyl sulphate dan polyoxythylene alkyl
ether sulphate, yang kemudian dikembangkan menjadi beberapa tingkatan (grade)
dengan nama dagang (trade name), seperti Emal E70C, Alksurf ES 30, Emal TD,
Mackadet BS, Emal 20 C, Tigerfax AOS, Mackadet SBC-8. Jenis surfaktan
anionik ini merupakan surfaktan yang paling banyak dipakai.
1.1.2. Surfaktan Nonionik
Surfaktan nonionik adalah surfaktan yang tidak mengandung muatan ion,
baik ion negatif atau positif (netral). Umumnya, dikombinasikan dengan surfaktan
an-ionik. Surfaktan nonionik ini mempunyai struktur yang disebut fatty
alkanoolanide, dikenal dengan nama dagang, antara lain Standpol, Aminon S-01,
dan Aminon L-02.
1.1.3. Surfaktan Kationik
Surfaktan kationik bermuatan ion positif dan jarang dipakai karena
beberapa di antaranya dapat menimbulkan efek negatif pada mata, kecuali jika
jumlahnya sedikit. Perkembangan surfaktan kationik agak lambat. Perkembangan
antara surfaktan kationik dan an-ionik ini juga tidak lazim dilakukan karena tidak
cocok (incompatible). Meskipun demikian, kemungkinan menggabungkan
keduanya semakin terbuka. Bahan-bahan surfaktan di atas, umumnya berbentuk
cairan kental (sebagian mendekati bentuk pasta), jernih agak kekuningan.
1.2. Bahan Tambahan (Additive)
Bahan ini berfungsi sebagai pemberi nilai tambah yang merupakan
keunggulan dari suatu produk shampo. Contohnya, untuk menimbulkan efek
lembut pada rambut dipakai stearyl alcohol, cetyl alcohol, iso propyl myristate,
dan parafin cair. Meskipun dapat menimbulkan efek positif pada rambut, tetapi
penggunaan bahan ini sangat terbatas mengingat harganya cukup mahal.
Disamping itu, jika terlalu banyak dipakai dapat menurunkan busa pada produk.
Selain bahan kimia di atas, sesuai dengan kecenderungan zaman untuk lebih
kembali ke alam (back to nature), beberapa produk dikombinasikan dengan zat
aditif jenis nabati, seperti ekstrak seledri, lidah buaya, atau merang unutk memberi
nuansa alami dan kesan lebih ramah lingkungan.
1.3. Bahan Pengawet (Preservative)
Bahan pengawet lazim dipakai pada produk shampo. Hal ini dimaksudkan
untuk mencegah terbentuknya mikroba pada produk. Seperti diketahui bahwa
shampoo sebagai produk kosmetik yang penggunannya bersentuhan langsung
dengan badan manusia, keberadaan suatu mikroba (seperti jamur) tentu akan
mengontaminasi kulit tubuh. Beberapa jenis pengawet yang sering dipakai adalah
EDTA (Ethylen Diamine Tetra Acetic), sodium benzoate, sodium salicylate, dan
sebagainya.
1.4. Garam
Garam atau natrium klorida (NaCl) daalm campuran shampo berperan
unutk mengatur kekentalan. Semakin kental produk shampo, penggunaannya
semakin hemat dan cenderung disukai konsumen. Namun, penambahan garam
yang terlalu banyak dapat menimbulkan efek keruh pada produk.
1.5. Parfum dan Pewarna
Berdasarkan fungsi teknisnya, keberadaan parfum dan pewarna memang
tidak signifikan. Artinya, suatu produk shampo secara fungsional adalah sama
meskipun diberi atau tidak ditambahi parfum atau pewarna. Namun, dari segi
marketing, pemilihan parfum dan pewarna yang tepat akan sangat berarti bagi
produk yang akan dipasarkan
1.6. Air
Produk yang berbasis cair (liquid based) idealnya menggunakan air yang
telah diproses terlebih dahulu yang disebut deionized water. Hal ini untuk
mencegah terjadinya reaksi ionic yang akan menurunkan kualitas produk jika air
yang dipakai mengandung unsur yang jumlahnya di ambang batas.
2. Proses Pembuatan Shampo
Pada proses pembuatan shampo akan digunakan bahan utama yaitu sodium
lauryl ether sulfonat, dimana bahan ini dibuat menggunakan lauryl ether (C12) dan
oleum. Jika senyawa lauryl digunakan dalam shampo, senyawa ini akan
menghasilkan busa dan meningkatkan busa, kestabilannya, meningkatkan
pencucian, menstabilkan kekentalan, dan yang paling penting adalah senyawa ini
merupakan senyawa yang paling baik untuk membuat surfaktan dibandingkan
yang lain. Penggunaan oleum pada persenyawaan ini hanya untuk membantu
dalam pembuatan sodium lauryl sulfate yaitu pada proses sulfanosi.
Proses pembuatan shampo diawali dengan proses pembuatan sodium
lauryl ether sulfonat, pertama lauryl ether dicampurkan dengan oleum 20% di
sulfonator yang dilengkapi dengan jaket dan alat pendingin yang dipanaskan
dengan suhu 460C dengan tekanan 1 atm waktu tinggal 4 jam, dengan reaksi :
C12H25OC2H4OH+ SO3+H2SO4 C12H25OC2H4O SO3H+ H2SO4 (1)
Llauryl ether Oleum 20% Llauryl ether sulfonat As.sulfat
Dalam rekasi ini asam sulfat tidak ikut bereaksi. Hasil keluaran dari
sulfonator berupa lauryl ether sulfonat,ether, asam sulfat dan lauryl ether.
Kemudian hasil keluran ini dimasukkan kedalam mixer dimana air ditambahkan
sampai konsentrasi asam sulfat dari 99% menjadi 78%. Lalu dicampurkan dari
mixer ke dekanter. Didalam dekanter inilah terjadi pemisahan lauryl ether, ether
dan asam sulfat karena memiliki perbedaan densitas yang tinggi. Selain perbedaan
densitas yang tinggi pemisahan asam sulfat dan lauryl ether sulfonat karena kedua
zat ini tidak saling terlarut.
Kemudian lauryl ether sulfonat ini dinetralisai dengan menggunakan
NaOH 20% didalam netralizer dengan temperatur operasi 510C dengan reaksi :
C12H25OC2H4O SO3H+ NaOH C12H25OC2H4O SO3Na+H2O (2)
Lauryl ether sulfonat Sodium lauryl ether sulfonat
Shampo merupakan suatu produk yang dibuat dengan cara pencampuran
bahan baku seperti air deionisasi, NaCl, larutan sodium lauret sulfat , gelatin,
danlain- lain. Proses pertama pembuatan shampo adalah dengan pengadukan 2%
NaCl dengan 10% air deionisasi. Air deionisasi adalah air yang tidak mengandung
garam dan mineral-mineral. Air deionisasi dibuat dengan cara menganbil air yang
masih mengandung mineral dan garam-garam, lalu dimasukkan ke sebuah resin
bermuatan listrik yang dapat menarik garam-garam dan mineral tersebut.
Sehingga nantinya pada air hanya mengandung molekul H2O, bakteri, dan virus.
Natrium klorida dikenal juga sebagai garam, garam dapur, garam meja.
Merupakan senyawa ionik dengan rumus NaCl. NaCl adalah garam yang paling
bertanggung jawab atas salinitas dari laut dan dari cairan ekstrakulikuler dari
multiser banyak organisme sebagai bahan utama dalam garam yang dapat
dimakan ini, biasanya digunakan sebagai bumbu makan dan makanan pengawet.
Dalam pembuatan sabun cair /shampo fungsinya sebagai pengental sabun yang
masih berupa air.
Selain pengadukan 2 bahan tersebut dilakukan juga pengadukan larutan 2
% sodium lauret sulfat. Pemasukkan SLS ke dalam larutan harus hati-hati karena
bila teralu panas akibatnya akan terbentuk banyak buih, apalagi bila dengan
pengadukan yang cepat maka akan terjadi buih yang sangat banyak. Pengadukan
dilakuakn pelan sampai SLS homogen dalam larutan tersebut. Sodium lauret
sulfat adalah surfaktan pada shampo atau produk lainnya yang yang bersifat
sebagai pengemulsi dan pembersih. Sodium lauret sulfat adalah surfaktan anion
yang biasa terdapat dalam produk-produk pembersih. Garam kimia ini adalah
organosulfur anion yang mengandung 12-ekor karbon terikat ke gugus sulfat,
membuat zat kimia ini mempunyai sifat ambifilik yang merupakan syarat
sebagai deterjen.
SLS adalah jenis surfaktan yang sangat kuat dan umum digunakan dalam
produk-produk pembersih noda minyak dan kotoran. Sebagai contoh, SLS ini
banyak ditemukan dalam konsentrasi tinggi pada produk-produk industri seperti
pembersih mesin (engine degreaser), pembersih lantai, dan shampo mobil. SLS
digunakan dalam kadar rendah di dalam pasta gigi, shampo dan busa pencukur.
Zat kimia ini merupakan bahan utama di dalam formulasi kimia untuk mandi busa
karena efek pengentalnya dan kemampuan untuk menghasilkan busa. Sodium
lauret sulfat inilah yang nantinya akan menghasilkan busa pada shampo.
Penggunaan larutan ini sangat dibatasi karna bersifat karsinogen dan dapat
menyebabkan iritasi maka dalam pembuatan shampo hanya digunakan 2% .
Setelah itu, dilakukan pencampuran 2 % sodium lauret sulfat dengan 2%
NaCl dengan 10% air deionisasi. Dari hasil pencampuran ini didapat sediaan satu
yang nantinya dicampur kembali dengan gelatin dan 5 % cocoamidopropil betain.
Gelatin berasal dari pencampuran dengan air deionisasi yang dipanaskan pada
suhu 65-70 0C. Penggunaan gelatin pada shampo akan berpengaruh pada bentuk
kekentalan shampo dan membuuat shampo berkilaun seperti mutiara. Berfungsi
sebagai 'surfactant' singkatan dari "surface acting agent'. Cocoamidopropil betain
seperti Sodium Lauryl Etner Sulfate, zat ini memiliki kegunaan yang hampir sama
sebagai pembersih atau 'pembuang' kotoran yang menempel. Cocoamidopropil
betain ini juga akan menguatkan fungsi gabungan SLS sehingga daya
surfaktannya kan menjadi sangat kuat. Sifatnya yang juga sebagai surfaktan ini
adalah untuk membuat shampo menjadi tidak mengiritasi mata sehingga daspat
digunakan oleh anak-anak.
Setelah homogen kemudian ditambahkan juga asam sitrat dan bronidoxl.
Fungsi asam sitrat adalah untuk menyeimbangkan pH agar dapat menetralisir
reaksi basa yang yang terjadi dalam penyampoan rambut. Setelah ditunggu dingin
kemudian ditambahkan bahan pewangi. Ditambahkan saat dingin karena minyak
atsiri tidak stabil oleh pemanasan. Kemudian yang terakhir adalah pengecekan pH
agar tetap di range netral yakni 6-7.
Pewangi dan Pewarna berfungsi sebagai bahan tambahan) dan tidak akan
mengurangi kualitas dari shampo. Jadi penambahan parfum dan pewarna dapat
mempengaruhi perhatian konsumen terhadap produk yang dihasilkan, jadi akan
cepat terjual bila akan dijual. biasanya di gunakan warna kuning dan aroma jeruk
agar lebih dapat menghilangkan bau kotoran yang akan di bersihkan
3. Bahan Baku Pembuatan Kondisioner
Kondisioner memiliki fungsi untuk melembabkan rambut dengan
menggantikan lemak alami yang ikut tercuci saat kita keramas menggunakan
shampo. Lemak dengan kadar rendah dari kondisioner dapat menjaga rambut dari
kekeringan sehabis keramas. Selain untuk melembabkan rambut, kondisioner juga
dapat berfungsi untuk merapikan kutikula rambut. Jika rambut kita dilihat dengan
cara diperbesar menggunakan mikroskop, maka kutikula rambut kita akan terlihat
berantakan karena penggunaan rambut sehingga terasa kasar dan kusam. Itulah
mengapa rambut terasa lembut setelah kita menggunakan conditioner.
3.1. Bahan Utama
Quats, lemak alkohol, mungkin komponen minyak dan korektor pH,
Laurex 30 – 32,5 gram , luxemul cs-20 5 gram, ipm (isopropyl meryistat)
secukupnya, methyl paraben (nipagin), propyl paraben (nipaso ) 0,5 gram bht
(butil hydroksi siluen), empigen cm secukupnya, armotan 3 ml, mpg (mono
propylen glycol), karboxylic acid 0,5 gram, aquadest panas 500 ml, aquadest
dingin 500 ml pewarna secukupnya dan parfum secukupnya
3.2. Bahan Khusus
Selain dari bahan utama sudah disebutkan (quats, lemak alkohol, mungkin
komponen minyak dan korektor pH), kondisioner rambut mengandung bahan-
bahan lain yang digunakan untuk melengkapi properti untuk perawatan rambut.
Terutama yang mempunyai kandungan nitrogent dan polimer kationik yang
dimodifikasi.. Modifikasi lebih lanjut dari polimer sangat penting untuk tipe efek
pada conditioner.
Tabel 1. Komposisi Bahan Khusus Awal
Pre shampoo conditioner %
1. Water / aquaPolyquaternium-10
Ad 1000,50
2. HydroxyethylcelluloseOleth-20PPG-10 methyl gliucose etherACETAMIDE MEA
3. Polyquaternium-23Fragrance / parfum
0,753,001,0012,00
5,000,20
Sumber : http://upload.chougt.org/dhotyku/commons/datecomposition
Derivatif silikon seperti quaternium-80 atau Amodimethicone yang
biasanya digunakan untuk membuat lebih bersinar dan memberikan rasa sangat
lembut. Namun, efek sebaliknya juga dapat dicapai dengan silikon yang
mengandung kelompok polieter, misalnya meningkatkan efek volume dari bilasan
rambut dapat ditingkatkan dengan Metoksi PEG/PPG 7/3 Aminopropil
dimethicone 80.
Tabel 2. Komposisi Pelembut
Hair rinse for optimal combability and shine %
A. Cetearath-25Cethyl alcoholStearamidopropyl dimethylamineQuaternium-80 9ABIL quat 3474, Degussa)
B. Propylene glycolCitric acid monohydrateWater / aqua
Preservative, fragrance/parfume
0,52,01,02,0
2.00,393,2
q.sSumber : http://upload.chougt.org/dhotyku/houlop.-composition of shine.jmdfn
Tabel 3. Komposisi Pelengkap
Hair rinse for fine, good combability without redused volume %
a. Behentrimoniumchloride 80%Cetyl alcoholMethoxy PEG/PPG 7/3 aminoprophyl dimethicone(ABIL soft AF 100, Degussa)
b. GlycerinWater / aquaCitric acid monohydrate, adjust to pH 4 – 5
Preservative, fragrance / parfume
1,02,00,5
2,094,2q.s
q.sSumber :
http://upload.chougt.or/compositions of complte,dsj.
Polyquaternium-11 adalah kopolimer dari vinil pirolidon dan dimetil
aminoetil-metakrilat dan quaternized dengan dietil sulfat. Jenis ini berasal dari
pengaturan polimer untuk aplikasi penataan. Membentuk lapisan film
memberikan efek bodying dan meningkatkan efek gloss.
Tabel 4. Komposisi Krim
Cream rinse for fine hair, gives good hold %
Water / aquaPolyquaternium-11 (gafquat 755 N, ISP)Distearyl dimethylammonium chlorideGlyceryl stearateCitric acid 10%, add to pH 5-5,5Preservative, fragrance / parfume
90,32,05,62,00,1q.sSumber :
http://upload.chougt.or/compositions of cream,dsj.
Pada dasarnya tidak ada batas untuk penggunaan zat kondisioner lainnya,
komposisi bahan dan zat modifikasi kationik bukanlah satu-satunya pilihan yang
tersedia. Hidrolisat protein, humectan, ekstrak tumbuhan dan banyak golongan
bahan lainnya dapat digunakan. Pilihan bahan lain akan tergantung terutama pada
kepentingan pemasaran. Fungsi utama pembilasan rambut terpenuhi, oleh
surfaktan kationik, pengental dan pH.
4. Prosedur Pembuatan Kondisioner
Bahan-bahan dibagian I masukkan semua di wadah A dipanaskan sampai
semua bahan meleleh. Wadah B aquades panas 500 ml aduk rata sampai semua
bahan larut. Sedikit demi sedikit aduk rata terus samapi homogeny dan terbentuk
emulsi. Panthenol aduk rata, sisa aquades 500ml sedikit demi sedikit di aduk rata,
parfum secukupnya aduk rata, Laurex, lexemul Cs-20 sebagai basis cream. Laurex
sebagai basis cream yang membentuk cream supaya lbh padat dan mempunyai
sifat sebagai emollient/lembut di kulit. Laxemul CS-20 merupakan basis bentuk
cram yg bersifat emollient dan denagn laurex membentuk basis cream yang stabil.
Parafin liquid selain sebagai basis pembentuk cream juga dapat membantu
membersihkan kotoran/minyak. MPG ( Mono Propilen Glycol) digunakan sebagai
pelembab dan akan membentuk cream menjadi halus dan bagus. Empigen CM
dan Armotan sebagai Solubilizer (pelarut), yang membantu fase minyak dan fase
air supaya bisa bercampur dan membentuk emulsi / cream yang bagus dan tidak
memisah. Selain itu Empigen CM juga bersifat untuk melicinkan rambut,
sehingga contioner akan lebih lembut. BHT di pakai terutama untuk cream yg
banyak kandungan fase minyak sebagai anti tengik. Metyl paraben / nipagin,
pengawet yg digunakan untuk fase air , berfungsi sebagai anti jamur. Propil
paraben / nipasol, pengawet yg digunakan fase minyak, berfungsi sebagai anti
jamur. Carboxylic Acid berguna sebagai pengatur keasaman/PH balance parfum
disesuaikan selera atau sekitar 3 – 4 ml aja
Panaskan air sampai 500C dan dispersikan polimer IR 400 secara
menyeluruh. Ketika solusi selesai, dispersikan natrosol 250 sampai larut.
Tambahkan sisa bahan dalam urutan yang tercantum, panaskan hingga 750 C
sebelum penambahan gafquat 755. Aduk dan dinginkan hingga 300C
Panaskan fase A dan B sampai 700C. Tambahkan B ke A dan diaduk
sampai dingin. Homogenkan pada 650C dan tambahkan parfume pada suhu 450C.
aduk sampai emulsi dingin (300C)
Panaskan fase A dan B hingga suhu sekitar 800C (behentrimonium
chloride telah melebur). Masukkan A ke B dan aduk hingga homogen dan dingin
selama pengadukan. Tambahkan parfum ketika suhu 450C
Campurkan bahan-bahan pada suhu 600C sesuai urutan. Adjust pH dengan
asam sitrat. Setelah dingin hingga suhu 350C tambahkan pengawet dan parfum.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Pembuatan Kondisioner [Online].(http://www.globalspec.com/
learnmore/manufacturing_process_equipment/air_quality/conditioner).
Diakses tanggal 24 September 2014
Anonim. 2010. Pembatan Shampo [Online].(http://www.globalspec.com/learn
more/manufacturing_make of shampoo_cold editionsdab.html ).Diakses
tanggal 23 September 2014
Armandilah. 2011. Sampo dan Komposisinya. [Online]. (http://www.hx-
comp_shamp/dnkkjd.com/nn/n65.html) Diakses tanggal 23 September 2014
Sunaryo. 2013. Bahan Baku Pembuatan Kondisioner [Online]. (http://upload.
chougt.org/dhotyku/houlop.-composition of shine.jmdfn ). Diakses tanggal
24 September 2014
Zukarnani. 2011. Bahan Baku Pembuatan [Online]. (http://www.
Naturallife.blogspot.com/cds/masek_erpoter_shine of shampo.tl.html).
Diakses tanggal 24 September 2014