Tips PaMO PiMO Galeri Kegiatan PMO Metoda...

2
Sosok Dalam edisi kali ini bulen PMO menampilkan hasil wawancara dengan Prof. Ir. Lilik Hendrajaya, M.Sc., Ph.D., Rektor ITB periode 1997-2001. Semo- ga segenap civitas mampu mengambil pelajaran dari beliau. 1. Sebagai instusi pendidikan teknik tertua di Indonesia, menurut pandangan Bapak bagaimana kepeloporan ITB dalam memacu pertumbuhan IP- TEKS saat ini? ITB secara instusional sudah mewadahi kepelopo- ran pertumbuhan IPTEKS. Orang-orang ITB dituntut untuk menghasilkan paper dari ber-bagai riset yang dilakukan dapat memacu pihak ITB dalam meng- hasilkan publikasi penemuan atau discovery yang memicu pertumbuhan IPTEKS. Namun riset yang bersifat ‘ilmu ke ilmu’ harus diseimbangkan dengan yang lain. Saya pernah menemukan kasus kedakseimba- ngan. Ada pihak ingin jadi profesor, lalu murid-mu- ridnya dibawa ke riset pihak tersebut. Jika menemu- kan permasalahan, murid-murid tersebut diajari cara penyelesaiannya dengan soſtware. Pada akhirnya orang-orang tersebut dak belajar ilmu dasarnya, tetapi sekedar hanya belajar soſtware atau alat. Dulu, pernah ada yang datang ke ITB untuk mengi- ku riset yang menghasilkan paper agar naik pang- kat. Apakah hidup dosen seper itu? Tidak begitu, kan. Oleh karena itu, dalam menanggulangi hal-hal semacam itu, perlu ada orang yang membuat po- licy di seap prodi sekian persen sebagai ‘puncak monas’. Sedangkan sisanya adapf dalam menyele- saikan naon problem. Dari dulu saya telah meng- ingatkan tentang ini. Tidak apa-apa saat masih men- jadi calon profesor memiliki prinsip ‘dari aku untuk aku’ sebab ini aturannya sudah sama secara inter- nasional, scienst for science, atau ‘aku untuk pasar’ bagi engineer. Setelah jadi profesor, prinsip seharus- nya berubah menjadi ‘dari aku untuk negara’. Selanjutnya me- ngenai lead- ership. Leadership science to science atau a k u untuk aku, itu bagus. Tetapi leader- ship yang mem- bawa bangsa ini maju dengan tek- nolo- gi, itu yang belum kelihatan. Untuk masalah ini, ITB sudah banyak pesaing. ‘Anak’ dan ‘adik’nya ITB sudah mulai besar. Dari dulu sampai sekarang yang terja- di adalah orang hebat yang dari ITB kadang-kadang dak dikenal di ITB. Mereka punya ide, berbicara, namun sudah ‘dibentak’ dengan pihak lain yang se- bidang. Mereka mundur, lalu ide-ide mereka ditum- buhkan ditempat lain dan tumbuh. 2. Menurut Bapak, sejauhmana pertumbuhan IP- TEKS yang dihasilkan ITB saat ini mampu menghilir baik ke arah keberlanjutannya maupun ke arah pe- nalaran yang menghasilkan komoditas yang ber- manfaat bagi umat manusia? Science itu harus menghilir sebab kalau dak begi- tu namanya bukan science. Misalnya, untuk menger keilmuan Teknik Industri, seseorang harus menger Matemaka dan lainnya. Pengajar Matemaka untuk Teknik Industri harus menger mengenai Teknik In- dustri agar ilmu yang diajarkan relevan. Hal ‘menghi- lir’ seper ini yang belum terjadi di Indonesia, terma- suk di ITB juga. Tidak boleh memaksa orang yang talenta science to science yang sudah bagus untuk berubah. Biarkan yang champion tetap champion. Sekarang yang belum menjadi champion disiapkan untuk jadi champion. Begitu konsep sederhananya. Biarkan saja orang- orang yang sudah menghasilkan karya-karya science yang sudah mengglobal. Kita lihat peran-peran lain yang masih kosong, dihitung. Lalu dicari siapa-siapa yang potensial yang bisa dipindah ke bidang yang perlu ditumbuhkan tersebut. Pemindahan ini dilaku- kan sebaiknya saat orang tersebut sudah S3. Hal tersebut bisa melalui struktur atau penugasan dari pihak rektor kalau memang melihat ada peluang un- tuk menumbuhkan orang-orang tersebut. Entah mi- sal dengan diajak makan siang, lalu ditawari mengisi suatu peluang. Hal ini yang dulu saya lakukan keka menumbuhkan keilmuan Biofisika di Fisika ITB. Talenta science to science adalah “petarung” atau “petanding”, dia harus mempersiapkan diri sendiri untuk selalu menghasilkan yang baru. Bahwa pada umumnya petarung “selfish” karena selalu mengha- dapi pertandingan, Indonesia perlu “petarung-pe- tarung” tersebut untuk menonjolkan, mengangkat nama Indonesia di dunia internasional. Tetapi yang lebih diperlukan negara ini adalah orang berkualifikasi agent of change” di seluruh ngkat masyarakat di- mana dideteksi kelambatan. “Agent of change” harus banyak, karena “kelambatan” harus dihela (ditarik) , kalau terlalu berat harus beramai-ramai diangkat dan didorong. Mata tajam seorang pemimpin bisa meli- hat potensi dan membina orang-orang tersebut. Bisa melihat melalui jabatan di atas, maupun dari bawah. Tetapi perlu diingat, yang muda jan- gan dulu diberi kebebasan milih sendiri kalau ia belum banyak pengetahuan. Perlu guide dari tokoh-tokoh senior yang visioner yang bisa meli- hat secara fair dan dak berpihak kepada bidang apapun. Selanjutnya, hidup itu selalu revitalisasi ke atas dan sustainability ke bawah, arnya dia menguatkan diri lalu kemudian dia hidup berkelanjutan. Dia mem- perkuat teori kemudian mengembangkan yang hilir untuk dijual. Ini yang saya lihat mengenai kedak- sinkronan antara revitalisasi dan sustainability dalam ilmu. Mahasiswa jurusan teknik keka diluar negeri pas melakukan revitalisasi dengan misalnya mengam- bil kuliah advance calculus dan numerical analysis, kemudian dia kembali lagi ke bidangnya untuk men- ciptakan sesuatu (sustainability). Pengalaman-pe- ngalaman tersebut belum diceritakan keka kembali di ITB. Di sini belum ada hubungan yang jelas, misal- nya antara Matemaka dengan Teknik Industri, bah- kan Matemaka dengan Fisika kurang berhubungan secara keilmuan. Masalah ini menurut saya yang ha- rus dipecahkan atau dibiarkan saja, apakah kita tetap akan bekerja dengan situasi yang memang tak ber- hubungan atau kita pecahkan kedaksinkronan ini. Seseorang bisa melakukan revitalisasi dengan mem- pelajari basic. Ilmu yang kuat kemudian dia turun un- tuk mengembangkannya di hilir. Hal ini memicu diver- sifikasi prodi atau program menjadi lebih banyak dan jenisnya beragam. Kalaupun ada duplikasi, itu dak masalah. Lalu, dengan kesadaran mengenai hal yang telah di- jelaskan tadi, maka overlapping di tataran implemen- tasi bukan mengenai perebutan, tetapi penguatan. Jadi, pengetahuan mengenai basic sciences harus dikuatkan atau dipelajari sebelum berangkat ke luar negeri agar dak mendapat kesulitan yang berar. 3. Menurut Bapak, tantangan-tantangan apa saja yang dihadapi ITB dalam mempertahankan ke- peloporan dalam memacu pertumbuhan IPTEKS dan menghilirnya? Harus membuat breakthrough dengan memanfaat- kan otonomi atau kebebasan perguruan nggi dalam membuat sesuatu yang luas atau masih dalam ling- karan akademik, pengabdian, dan budaya. Tidak bisa hanya menunggu instruksi Menteri. Yang perlu ditemukan bahwa ada masalah yang perlu penyelesaian dan bahan penyelesaian ada di lapangan. Contoh: Perlu dihasilkan dosen bidang-bidang hilir (teknik) strategis yang sulit menghasilkannya apalagi untuk kepenngan perguruan nggi luar jawa, agar meng- hasilkan sarjana bidang-bidang tersebut. Solusi: ba- han solusi ada di lapangan (di daerah). Di ap propin- si rata-rata dihasilkan 400 orang S.Si.. S.Pd. bidang matemaka, fisika, dan kimia ap tahunnya atau seki- tar 12.000 orang seluruh Indonesia. Sementara ini se- bagian besar mereka jadi guru (dosen) yang gajinya sekitar Rp 1,5 juta/bulan padahal ilmu mereka bisa mendasari teknologi terkaitnya. Sebaiknya ITB punya program mengkonversi mereka menjadi MT melalui matrikulasi ke prodi-prodi teknik yang dibutuhkan daerahnya. Inilah pelopor atau patriot pembangun bangsa. Saya sudah mencobanya dengan lulusan S1 (S.Si, S.Pd.) dari daerah 3T (Terdepan, Terluar, Ter- KEPELOPORAN ITB DALAM MEMACU PERTUMBUHAN IPTEKS DAN MENGHILIRNYA DI INDONESIA Rubrik Tips PaMO PiMO Melengkapi Sepuluh Kiat Praks untuk Presentasi yang Efekf pada Bulen PMO Edisi III, berikut disampaikan Metode KUPAS, yaitu suatu pendekatan praks da- lam melaksanakan presentasi agar dapat berlangsung secara efekf. Metode KUPAS adalah 5 jurus yang terdiri dari: Kuasai Ungkapkan Peragakan Ajukan pertanyaan Simpulkan Pada jurus pertama, KUASAI hal-hal berikut: » Kuasai materi yang akan disampaikan. Arnya persiapkan materi dengan baik sehingga Anda benar-benar memahami garis besar materi, pokok bahasan materi, dan target materi. » Kuasai diri Anda sendiri. Arnya pada saat presentasi Anda dapat tampil de- ngan percaya diri, menghadirkan kesan yang membangkitkan movasi audiens, ser- ta memancarkan opmisme melalui ekspresi wajah dan gerak tubuh » Kuasai audiens Anda. Arnya sebelum sessi presentasi Anda mencoba menggali informasi berkenaan dengan audiens, antara lain dari segi usia, latar belakang, dan pengalaman mereka. Pada jurus kedua, UNGKAPKAN hal-hal berikut: » Pada saat pembukaan, yakinkan peserta bahwa materi yang akan Anda sam- paikan bermanfaat bagi mereka dengan cara menjelaskan tujuan dan target materi » Selama presentasi, gunakan intonasi dan pilihan kata yang baik, namun dak membuat suasana menjadi kaku » Tekankan bagian yang penng dengan cara memperlambat intonasi suara, me- ngulang kalimat, dan memberikan penegasan » Sesuaikan bahasa dengan peserta » Selingi dengan humor, cerita, puisi, dan peribahasa agar suasana menjadi cair » Pancing perhaan peserta dengan pertanyaan Pada jurus kega, PERAGAKAN hal-hal berikut: » Penggunaan bahasa non-verbal yang tepat antara lain dari: arkulasi ucapan, variasi tempo, nada, dan volume, ekspresi wajah, body language, dan posisi tubuh » Pemanfaatan alat bantu (visual) untuk menarik dan mempertahankan perha- an, menguatkan in permasalahan, mengilustrasikan dan memperkuat kata-kata yang diucapkan, mengurangi distorsi informasi, meningkatkan retensi, serta bagi presenter sendiri membantu mengorganisasikan pikiran dan meningkatkan percaya diri » Pelaksanaan akvitas dengan persiapan yang matang Pada jurus keempat, AJUKAN PERTANYAAN dengan memperhakan hal-hal beri- kut: » Ajukan pertanyaan dalam satu waktu » Hindari pertanyaan tertutup dan direkf » Pertanyaan harus terfokus, dak kabur » Ajukan pertanyaan yang memungkinkan peserta menunjukkan kepandaiannya » Ajukan pertanyaan yang merangsang interaksi peserta » Perhakan peserta yang diam » Tunggu jawaban beberapa saat Pada jurus kelima, SIMPULKAN di akhir sessi dalam cakupan berikut: » Tanyakan pada peserta apa yang mereka dapatkan selama sessi berlangsung » Ajukan pertanyaan berkenaan dengan materi untuk mengevaluasi pemahaman audiens » Review materi dari awal-akhir secara garis besar, untuk memberi pemahaman yang lebih komprehensif kepada audiens » Simpulkan seluruh materi dengan simpel dan sistemas Sumber: dinus.ac.id/repository/docs/ajar/Teknik-Presentasi-Efekf.ppt Desember 2016 | Edisi 4 Edisi 4 | Desember 2016 4 | Buletin UPT PMO Kantor WRSO ITB Buletin UPT PMO Kantor WRSO ITB | 1 Metoda KUPAS untuk Presentasi yang Efektif Buletin PMO diterbitkan oleh UPT PMO Kantor WRSO ITB Penanggung Jawab: Yassierli Ph.D. (Kepala UPT PMO ITB) Pemimpin Redaksi: Ir. Ari Saptari MES Kontributor: Rudiwan Drs. M. Tatang Somantri, M. Si. Layout: Kurnia Sandi Girsang Alamat: Gedung Sabuga Lt. 3 Jl. Tamansari No. 73 Bandung Telp/Fax: 022-2532081 Website: www.pmo.itb.ac.id Email: [email protected] Galeri Kegiatan PMO Pak Mislan Menata Kehidupan dengan Gigih Bekerja, Disiplin Menabung, dan Skala Prioritas. Oleh: Ir. Ari Saptari, MES Sertifikasi Kompetensi Pegawai Administrasi Perkantoran ITB Metoda KUPAS untuk Presentasi yang Efektif Kursus B. Inggris Batch I Apr-Ags ‘16 Kursus B. Inggris Batch II Ags-Nov ‘16 Asesmen Pegawai ITB Ags ‘16 Talks On Career 15 Ags ‘16 Sosialisasi Asesmen dan Sertifikasi Kompetensi Tenaga Pendidik 16 Sept ‘16 Workshop Penulisan Jurnal Internasional 27 Sept ‘16 Finalisasi Penulisan SOP 30 Sept ‘16 Pelatihan Service Excelent Pegawai LPPM 8 Okt ‘16 Service Excellent Pegawai ITB 19 Okt ‘16 Training for Trainers ITB Harmoni 29 Okt ‘16 Workshop Learning Center Education 17 Okt ‘16 Talks on Entrepreneurship 16 Nov ‘16 Pra Asesmen dan Sertifikasi Kompetensi Tenaga Pendidik 17 Nov ‘16 T ips PaMO PiMO Prof. Ir. Lilik Hendrajaya, M.Sc., Ph.D. | Rektor ITB periode 1997-2001 Talks on Leadership 02 Ags ‘16 Talks on Leadership 03 Nov ‘16

Transcript of Tips PaMO PiMO Galeri Kegiatan PMO Metoda...

Page 1: Tips PaMO PiMO Galeri Kegiatan PMO Metoda …pmo.itb.ac.id/wp-content/uploads/buletin-edisi-4.pdf · TEKS yang dihasilkan ITB saat ini mampu ... cerita, puisi, dan peribahasa agar

Sosok

Dalam edisi kali ini buletin PMO menampilkan hasil wawancara dengan Prof. Ir. Lilik Hendrajaya, M.Sc., Ph.D., Rektor ITB periode 1997-2001. Semo-ga segenap civitas mampu mengambil pelajaran dari beliau. 1. Sebagai institusi pendidikan teknik tertua di Indonesia, menurut pandangan Bapak bagaimana kepeloporan ITB dalam memacu pertumbuhan IP-TEKS saat ini? ITB secara institusional sudah mewadahi kepelopo-ran pertumbuhan IPTEKS. Orang-orang ITB dituntut untuk menghasilkan paper dari ber-bagai riset yang dilakukan dapat memacu pihak ITB dalam meng-hasilkan publikasi penemuan atau discovery yang memicu pertumbuhan IPTEKS. Namun riset yang bersifat ‘ilmu ke ilmu’ harus diseimbangkan dengan yang lain. Saya pernah menemukan kasus ketidakseimba- ngan. Ada pihak ingin jadi profesor, lalu murid-mu-ridnya dibawa ke riset pihak tersebut. Jika menemu-kan permasalahan, murid-murid tersebut diajari cara penyelesaiannya dengan software. Pada akhirnya orang-orang tersebut tidak belajar ilmu dasarnya, tetapi sekedar hanya belajar software atau alat. Dulu, pernah ada yang datang ke ITB untuk mengi-kuti riset yang menghasilkan paper agar naik pang-kat. Apakah hidup dosen seperti itu? Tidak begitu, kan. Oleh karena itu, dalam menanggulangi hal-hal semacam itu, perlu ada orang yang membuat po- licy di setiap prodi sekian persen sebagai ‘puncak monas’. Sedangkan sisanya adaptif dalam menyele-saikan nation problem. Dari dulu saya telah meng- ingatkan tentang ini. Tidak apa-apa saat masih men-jadi calon profesor memiliki prinsip ‘dari aku untuk aku’ sebab ini aturannya sudah sama secara inter-nasional, scientist for science, atau ‘aku untuk pasar’ bagi engineer. Setelah jadi profesor, prinsip seharus-nya berubah menjadi ‘dari aku untuk negara’. Selanjutnya me- ngenai lead-ership. Leadership sc ience to science atau a k u untuk aku, itu bagus. Tetapi leader- s h i p yang mem- b a w a bangsa ini m a j u d e n g a n t e k - n o l o -

gi, itu yang belum kelihatan. Untuk masalah ini, ITB sudah banyak pesaing. ‘Anak’ dan ‘adik’nya ITB sudah mulai besar. Dari dulu sampai sekarang yang terja-di adalah orang hebat yang dari ITB kadang-kadang tidak dikenal di ITB. Mereka punya ide, berbicara, namun sudah ‘dibentak’ dengan pihak lain yang se-bidang. Mereka mundur, lalu ide-ide mereka ditum-buhkan ditempat lain dan tumbuh. 2. Menurut Bapak, sejauhmana pertumbuhan IP-TEKS yang dihasilkan ITB saat ini mampu menghilir baik ke arah keberlanjutannya maupun ke arah pe-nalaran yang menghasilkan komoditas yang ber-manfaat bagi umat manusia? Science itu harus menghilir sebab kalau tidak begi-tu namanya bukan science. Misalnya, untuk mengerti keilmuan Teknik Industri, seseorang harus mengerti Matematika dan lainnya. Pengajar Matematika untuk Teknik Industri harus mengerti mengenai Teknik In-dustri agar ilmu yang diajarkan relevan. Hal ‘menghi- lir’ seperti ini yang belum terjadi di Indonesia, terma-suk di ITB juga. Tidak boleh memaksa orang yang talenta science to science yang sudah bagus untuk berubah. Biarkan yang champion tetap champion. Sekarang yang belum menjadi champion disiapkan untuk jadi champion. Begitu konsep sederhananya. Biarkan saja orang-orang yang sudah menghasilkan karya-karya science yang sudah mengglobal. Kita lihat peran-peran lain yang masih kosong, dihitung. Lalu dicari siapa-siapa yang potensial yang bisa dipindah ke bidang yang perlu ditumbuhkan tersebut. Pemindahan ini dilaku-kan sebaiknya saat orang tersebut sudah S3. Hal tersebut bisa melalui struktur atau penugasan dari pihak rektor kalau memang melihat ada peluang un-tuk menumbuhkan orang-orang tersebut. Entah mi- sal dengan diajak makan siang, lalu ditawari mengisi suatu peluang. Hal ini yang dulu saya lakukan ketika menumbuhkan keilmuan Biofisika di Fisika ITB. Talenta science to science adalah “petarung” atau “petanding”, dia harus mempersiapkan diri sendiri untuk selalu menghasilkan yang baru. Bahwa pada umumnya petarung “selfish” karena selalu mengha-dapi pertandingan, Indonesia perlu “petarung-pe-tarung” tersebut untuk menonjolkan, mengangkat nama Indonesia di dunia internasional. Tetapi yang lebih diperlukan negara ini adalah orang berkualifikasi ‘agent of change” di seluruh tingkat masyarakat di-mana dideteksi kelambatan. “Agent of change” harus banyak, karena “kelambatan” harus dihela (ditarik) , kalau terlalu berat harus beramai-ramai diangkat dan didorong.

Mata tajam seorang pemimpin bisa meli-hat potensi dan membina orang-orang tersebut. Bisa melihat melalui jabatan di atas, maupun dari bawah. Tetapi perlu diingat, yang muda jan-gan dulu diberi kebebasan milih sendiri kalau ia belum banyak pengetahuan. Perlu guide dari tokoh-tokoh senior yang visioner yang bisa meli-hat secara fair dan tidak berpihak kepada bidang apapun.

Selanjutnya, hidup itu selalu revitalisasi ke atas dan sustainability ke bawah, artinya dia menguatkan diri lalu kemudian dia hidup berkelanjutan. Dia mem-perkuat teori kemudian mengembangkan yang hilir untuk dijual. Ini yang saya lihat mengenai ketidak-sinkronan antara revitalisasi dan sustainability dalam ilmu. Mahasiswa jurusan teknik ketika diluar negeri pasti melakukan revitalisasi dengan misalnya mengam-bil kuliah advance calculus dan numerical analysis, kemudian dia kembali lagi ke bidangnya untuk men-ciptakan sesuatu (sustainability). Pengalaman-pe- ngalaman tersebut belum diceritakan ketika kembali di ITB. Di sini belum ada hubungan yang jelas, misal-nya antara Matematika dengan Teknik Industri, bah-kan Matematika dengan Fisika kurang berhubungan secara keilmuan. Masalah ini menurut saya yang ha-rus dipecahkan atau dibiarkan saja, apakah kita tetap akan bekerja dengan situasi yang memang tak ber-hubungan atau kita pecahkan ketidaksinkronan ini. Seseorang bisa melakukan revitalisasi dengan mem-pelajari basic. Ilmu yang kuat kemudian dia turun un-tuk mengembangkannya di hilir. Hal ini memicu diver-sifikasi prodi atau program menjadi lebih banyak dan jenisnya beragam. Kalaupun ada duplikasi, itu tidak masalah. Lalu, dengan kesadaran mengenai hal yang telah di-jelaskan tadi, maka overlapping di tataran implemen-tasi bukan mengenai perebutan, tetapi penguatan. Jadi, pengetahuan mengenai basic sciences harus dikuatkan atau dipelajari sebelum berangkat ke luar negeri agar tidak mendapat kesulitan yang berarti. 3. Menurut Bapak, tantangan-tantangan apa saja yang dihadapi ITB dalam mempertahankan ke-peloporan dalam memacu pertumbuhan IPTEKS dan menghilirnya? Harus membuat breakthrough dengan memanfaat-kan otonomi atau kebebasan perguruan tinggi dalam membuat sesuatu yang luas atau masih dalam ling-karan akademik, pengabdian, dan budaya. Tidak bisa hanya menunggu instruksi Menteri. Yang perlu ditemukan bahwa ada masalah yang perlu penyelesaian dan bahan penyelesaian ada di lapangan. Contoh: Perlu dihasilkan dosen bidang-bidang hilir (teknik) strategis yang sulit menghasilkannya apalagi untuk kepentingan perguruan tinggi luar jawa, agar meng-hasilkan sarjana bidang-bidang tersebut. Solusi: ba-han solusi ada di lapangan (di daerah). Di tiap propin-si rata-rata dihasilkan 400 orang S.Si.. S.Pd. bidang matematika, fisika, dan kimia tiap tahunnya atau seki-tar 12.000 orang seluruh Indonesia. Sementara ini se-bagian besar mereka jadi guru (dosen) yang gajinya sekitar Rp 1,5 juta/bulan padahal ilmu mereka bisa mendasari teknologi terkaitnya. Sebaiknya ITB punya program mengkonversi mereka menjadi MT melalui matrikulasi ke prodi-prodi teknik yang dibutuhkan daerahnya. Inilah pelopor atau patriot pembangun bangsa. Saya sudah mencobanya dengan lulusan S1 (S.Si, S.Pd.) dari daerah 3T (Terdepan, Terluar, Ter-

KEPELOPORAN ITB DALAM MEMACU PERTUMBUHAN IPTEKS DAN MENGHILIRNYA DI INDONESIA

Rubrik

Tips PaMO PiMO

Melengkapi Sepuluh Kiat Praktis untuk Presentasi yang Efektif pada Buletin PMO Edisi III, berikut disampaikan Metode KUPAS, yaitu suatu pendekatan praktis da-lam melaksanakan presentasi agar dapat berlangsung secara efektif. Metode KUPAS adalah 5 jurus yang terdiri dari:• Kuasai• Ungkapkan• Peragakan• Ajukan pertanyaan• SimpulkanPada jurus pertama, KUASAI hal-hal berikut:» Kuasai materi yang akan disampaikan. Artinya persiapkan materi dengan baik sehingga Anda benar-benar memahami garis besar materi, pokok bahasan materi, dan target materi.» Kuasai diri Anda sendiri. Artinya pada saat presentasi Anda dapat tampil de- ngan percaya diri, menghadirkan kesan yang membangkitkan motivasi audiens, ser-ta memancarkan optimisme melalui ekspresi wajah dan gerak tubuh » Kuasai audiens Anda. Artinya sebelum sessi presentasi Anda mencoba menggali informasi berkenaan dengan audiens, antara lain dari segi usia, latar belakang, dan pengalaman mereka.Pada jurus kedua, UNGKAPKAN hal-hal berikut:» Pada saat pembukaan, yakinkan peserta bahwa materi yang akan Anda sam-paikan bermanfaat bagi mereka dengan cara menjelaskan tujuan dan target materi» Selama presentasi, gunakan intonasi dan pilihan kata yang baik, namun tidak membuat suasana menjadi kaku» Tekankan bagian yang penting dengan cara memperlambat intonasi suara, me- ngulang kalimat, dan memberikan penegasan» Sesuaikan bahasa dengan peserta» Selingi dengan humor, cerita, puisi, dan peribahasa agar suasana menjadi cair» Pancing perhatian peserta dengan pertanyaan Pada jurus ketiga, PERAGAKAN hal-hal berikut:» Penggunaan bahasa non-verbal yang tepat antara lain dari: artikulasi ucapan, variasi tempo, nada, dan volume, ekspresi wajah, body language, dan posisi tubuh» Pemanfaatan alat bantu (visual) untuk menarik dan mempertahankan perha-tian, menguatkan inti permasalahan, mengilustrasikan dan memperkuat kata-kata yang diucapkan, mengurangi distorsi informasi, meningkatkan retensi, serta bagi presenter sendiri membantu mengorganisasikan pikiran dan meningkatkan percaya diri» Pelaksanaan aktivitas dengan persiapan yang matangPada jurus keempat, AJUKAN PERTANYAAN dengan memperhatikan hal-hal beri-kut:» Ajukan pertanyaan dalam satu waktu» Hindari pertanyaan tertutup dan direktif» Pertanyaan harus terfokus, tidak kabur» Ajukan pertanyaan yang memungkinkan peserta menunjukkan kepandaiannya» Ajukan pertanyaan yang merangsang interaksi peserta» Perhatikan peserta yang diam» Tunggu jawaban beberapa saatPada jurus kelima, SIMPULKAN di akhir sessi dalam cakupan berikut:» Tanyakan pada peserta apa yang mereka dapatkan selama sessi berlangsung» Ajukan pertanyaan berkenaan dengan materi untuk mengevaluasi pemahaman audiens » Review materi dari awal-akhir secara garis besar, untuk memberi pemahaman yang lebih komprehensif kepada audiens» Simpulkan seluruh materi dengan simpel dan sistematisSumber: dinus.ac.id/repository/docs/ajar/Teknik-Presentasi-Efektif.ppt

Desember 2016 | Edisi 4Edisi 4 | Desember 20164 | Buletin UPT PMO Kantor WRSO ITB Buletin UPT PMO Kantor WRSO ITB | 1

Metoda KUPAS untuk Presentasi yang Efektif

Buletin PMO diterbitkan oleh UPT PMO Kantor WRSO ITB

Penanggung Jawab: Yassierli Ph.D. (Kepala UPT PMO ITB)Pemimpin Redaksi: Ir. Ari Saptari MES

Kontributor: RudiwanDrs. M. Tatang Somantri, M. Si.Layout: Kurnia Sandi Girsang

Alamat: Gedung Sabuga Lt . 3J l . Tamansar i No. 73 Bandung

Telp/Fax: 022-2532081Website: www.pmo. i tb.ac. id

Emai l : off ice@pmo. i tb.ac. id

Galeri Kegiatan PMOPak MislanMenata Kehidupan dengan Gigih Bekerja, Disiplin Menabung, dan Skala Prioritas.

Oleh: Ir. Ari Saptari, MESSertifikasi Kompetensi Pegawai Administrasi Perkantoran ITB

Metoda KUPAS untuk Presentasi yang Efektif

Kursus B. InggrisBatch I Apr-Ags ‘16

Kursus B. InggrisBatch II Ags-Nov ‘16

Asesmen Pegawai ITBAgs ‘16

Talks On Career15 Ags ‘16

Sosialisasi Asesmendan Sertifikasi KompetensiTenaga Pendidik16 Sept ‘16

Workshop PenulisanJurnal Internasional

27 Sept ‘16

Finalisasi Penulisan SOP30 Sept ‘16

Pelatihan Service Excelent Pegawai LPPM

8 Okt ‘16

Service Excellent Pegawai ITB

19 Okt ‘16

Training for Trainers ITB Harmoni29 Okt ‘16

Workshop Learning Center Education17 Okt ‘16

Talks on Entrepreneurship16 Nov ‘16

Pra Asesmen dan Sertifikasi Kompetensi Tenaga Pendidik17 Nov ‘16

Tips PaMO PiMO

Prof. Ir. Lilik Hendrajaya, M.Sc., Ph.D. | Rektor ITB periode 1997-2001

Talks on Leadership02 Ags ‘16

Talks on Leadership03 Nov ‘16

Page 2: Tips PaMO PiMO Galeri Kegiatan PMO Metoda …pmo.itb.ac.id/wp-content/uploads/buletin-edisi-4.pdf · TEKS yang dihasilkan ITB saat ini mampu ... cerita, puisi, dan peribahasa agar

tinggal) 2 angkatan (2012, 2013) di ITB (prodi-prodi di FITB, di FTTM, Teknik Lingkungan) dan di ITS (pro-di-prodi teknik lainnya. Dalam hal ini Menteri lebih berperan dalam hal administrasi, sedangkan Rektor memiliki otoritas nomor satu. Jadi, sebenarnya ITB bisa tumbuh ke mana saja dengan tetap dilakukan dengan benar.4. Kebijakan apa yang perlu diterapkan ITB un-tuk mempertahankan kepeloporan dalam mema-cu pertumbuhan IPTEKS dan menghilirnya? Contohnya seperti ini, digilir dari setiap daerah atau sebagainya, diundang para bupati atau wa-likota untuk mengikuti workshop dengan ITB. Lalu, ditanyakan apakah bapak ibu tersebut masih mera-sa memiliki ITB yang menggunakan pendekatan teknologi dan apa yang bisa ITB sumbangkan atau kerjakan untuk kepentingan bapak ibu di daerah- nya. Diundang saja ke ITB para bupati dan walikota, atau kalau gubernur, ITB yang melakukan kunju- ngan langsung ke provinsi tersebut. Hal tersebut dilakukan agar pemecahan ma-salah melibatkan konteks daerah semisal APBD dan sebagainya. Dengan strategi semacam itu, ITB mengatur Indonesia. Dilakukan listing daerah, lalu pihak rektorat mengagendakan kunjungan dengan didampingi oleh orang yang mengenal seluk beluk daerah tersebut. Selanjutnya dibentuk tim untuk mengaturnya. Tetapi maaf, jangan selalu harus if the price is right. Dengan hal tersebut ITB bisa me-warnai pembangunan di daerah-daerah, atau bisa juga dengan membuka peluang orang sekolah di ITB untuk level madya di sana. Ini pastinya sangat sibuk, jadi harusnya kesibukan tersebut perlu dibagi-bagi. Atau misalnya dengan saling mengajari ilmu manajemen atau lainnya di internal ITB agar kesibukan tersebut dapat dibagi rata. Tidak perlu memanggil orang luar padahal kita sendiri sudah memiliki banyak orang hebat di dalam.

Lihat gambar tentang Putaran Spiral Daur Aktivitas Manajerial dan gambar Kegiatan Akademik dan Karir Dosen di atas. Satu tahapan kenaikan jabatan akademik (gam-bar kedua) sebaiknya diatur sinkron dengan satu atau dua uliran di spiral manajemen (gambar perta-ma), sehingga dapat membentuk tenaga akademik yang matang dalam manajerial.5. Apa saran-saran Bapak kepada para dosen muda ITB untuk mempertahankan kepeloporan ITB dalam memacu pertumbuhan IPTEKS dan menghilirnya? Kalau dosen muda sebaiknya mengandalkan Dekan dalam memberikan pengetahuan-pengeta-huan atau pelatihan-pelatihan yang sifatnya mem-bangun kompetensi dirinya masing-masing. ITB memang kurang di pelatihan softskill sebab yang seperti itu memang sensitif. Strategi yang bisa diterapkan adalah dengan me-manggil orang luar yang memiliki keilmuan berbe-da tetapi didampingi dengan dosen yang mengerti keilmuan tersebut. Hal tersebut dilakukan agar kampus ini menciptakan orang-orang hebat. Beri peluang dosen-dosen itb untuk jadi orang hebat tetapi tetap bermartabat. Selain yang telah saya jelaskan sebelumnya, mari kita lihat seminar atau temu ilmiah yang diseleng-garakan di ITB (panitianya dosen-dosen muda). Saya coba kritisi sekaligus saran untuk bidang saya (Fisika), antara lain:a. Seminar dihadiri cukup dengan total pem-

bicara sekitar 200 orang selama 2 hari kegiatan. Pembukaan diisi oleh keynote speaker yang bicara kompetensi unggulannya. Pendengar yang paham dapat langsung berinteraksi, ini sudah terjadi dengan baik. Hal yang masih harus diperbaiki ada-lah mengundang tokoh yang bertanggung jawab dengan pertumbuhan ilmu Fisika di Indonesia (fasilitator) untuk memberikan saran atau arahan ke kelebihan bangsa (menghilir). Jadi ada keku-

rangan wawasan untuk hidup berlanjut ke depan.b. Pada sidang paralel tiap orang punya 10 menit

via infocus, dimana jika sudah dimatikan tidak me-mungkinkan diskusi lanjut. Harusnya, seluruh pe-serta diminta membuat poster untuk menjadi jem-batan komunikasi selama pleno (Aula Barat, Aula Timur). Ketika bicara di ruang presentasi (paralel), poster tersebut ditarik ke dalam untuk membantu flash disk dan infocus tadi dan normal bisa dilan-jutkan setelah itu: diskusi di depan poster. Poster adalah album prestasi bagi si penyaji, disimpan dan dipamerkan lagi jika ada kegiatan.

c. Yang sekarang terjadi adalah cara-cara “pokok- nya datang dan bicara” maka para dosen langsung dapat “kum” naik pangkat tanpa tantangan apa- pun, dan itu diselenggarakan di ITB. Saya kira perlu cara lain yang lebih baik dalam meningktkan mutu, misalnya ITB sebagai penyelenggara membentuk “tim evaluasi” makalah. Jika makalah itu kelak ha-rus dinilai di kampus penyaji, Tim Evaluasi telah memberikan evaluasinya.

6. Apa pesan-pesan Bapak untuk para tenaga kependidikan agar dapat berperan secara optimal dalam mempertahankan kepeloporan ITB terse-but? Pegawai saat ini saya rasa sudah cukup baik, artinya pembagian atau rotasi divisi-divisi tugas tugas sudah baik sehingga setiap orang bisa bela-jar berbagai hal yang berbeda. Seperti yang telah saya singgung, ini dipengaruhi dari bagaimana pe- mimpin melihat dan memberi penghargaan sebab bagaimanapun juga tenaga kependidikan bekerja untuk mendukung kegiatan akademik, terma-suk pula di dalamnya mendukung akademik ma- sing-masing pribadi dosen. Tetapi tetap memperhatikan pangkat atau diri- nya sendiri ketika mengurus orang lain. Jangan le- pas dari hal-hal dikotomi seperti itu. Cukup bagus jika mampu diseimbangkan. Sungguh baik jika seorang tenaga kependidikan yang telah mempunyai anak di jenjang pendidikan SMA dimotivasi untuk belajar sungguh-sungguh agar dapat mengikuti ujian masuk ITB, dan jika ini sedikit dapat perhatian untuk dipertimbangkan (tetap dengan kompetisi dan juga untuk mengisi prodi-prodi penting tetapi kurang “popular” dalam artian kurang banyak pelamarnya). Saya yakin para rekan tenaga kependidikan “ber-harap” dan ini merupakan penghargaan Rektor ke-pada pengabdian, kesetiaan, dan upaya peningkat mutu kependidikan.

2 | Buletin UPT PMO Kantor WRSO ITB Edisi 4 | Desember 2016 Desember 2016 | Edisi 4 Buletin UPT PMO Kantor WRSO ITB | 3

Dengan motto “kita yang mengatur uang, bukan uang yang me- ngatur kita” Pak Mis-lan menata kehidupan diri dan keluarganya. Sebagai tenaga kebersihan ruangan dan selasar gedung CCAR Rektorat ITB,

penghasilan Pak Mislan tentunya sangat terbatas. Namun demikian, beliau mencoba mengaturnya sebaik mungkin dengan selalu menyisihkan untuk tabungan dari berapapun penghasilan yang diper-olehnya. Tabungan dialokasikan untuk membiayai hal-hal sesuai dengan skala prioritas yang telah direncanakannya. Membuat rencana dan mere-lisasikannya dengan dana yang dikumpulkannya dari hasil kegigihan bekerja apapun rupanya telah

menjadi perilaku yang dipupuknya sejak kecil. Terlahir dari keluarga kurang mampu di wilayah pedesaan Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Mislan kecil menjalani masa kanak-kanak dalam kondisi ekonomi yang memprihatinkan. Hal tersebut membuat nya bertekad untuk memperbaiki standar kehidupan. Lepas pendidikan Sekolah Dasar (SD) pada usia 13 tahun di tahun 1979, remaja kecil Mis-lan berangkat ke Bandung dengan berbekal tabu- ngan dari hasil bekerja apa saja di desanya. Ban- dung menjadi tujuannya karena sepengetahuannya kota tersebut adalah tempat yang sejuk. Berkelana beberapa waktu di Bandung tanpa sanak, tanpa pa-pan yang jelas, dan tanpa keterampilan kerja, Pak Mislan menopang kelangsungan hidupnya dengan bekerja sebagai kuli bangunan. Dalam 6 bulan pertama sebagai kuli bangunan, tabungan Pak Mislan cukup untuk biaya pulang ke kampung halaman untuk menunjukkan kepa-

da kedua orang tua dan teman-temannya bahwa dia telah dapat menjalani kehidupan lebih baik di Bandung. Selanjutnya, secara periodik beliau me- ngunjungi keluarganya di Sleman. Pada tahun 1986, Pak Mislan meninggalkan pekerjaan sebagai buruh bangunan di berbagai proyek pembangunan ge-dung-gedung perkantoran, dan melamar menjadi tenaga kebersihan toilet di kampus ITB berdasarkan informasi yang diperoleh dari temannya. Maka Pak Mislan yang telah beranjak dewasa memulai babak kehidupannya sebagai tenaga kebersihan dengan status honorer lepas. Cakupan wilayah tugas Pak Mislan meluas ke ru-ang kuliah di Gedung Kuliah Umum (GKU) Barat, Liga Film, Jurusan Fisika, dan Jurusan Teknik Lingkungan. Pada tahun 1991, beliau diangkat menjadi tenaga ho- norer tetap dengan tugas yang sama dengan se-belumnya. Ketekunan dalam menjalani pekerjaan- nya, mengantarkan Pak Mislan untuk mendapatkan

Sosok

Menata Kehidupan Dengan Gigih Bekerja, Disiplin Menabung, dan Skala PrioritasPak Mislan

Rubrik

Oleh: Ir. Ari Saptari, MESSertifikasi Kompetensi Pegawai Administrasi Perkantoran ITB

Gambar: Kegiatan Akademik

Sebagaimana telah dipaparkan dalam Konsep Pengembangan Kompetensi Pegawai (Buletin PMO Ed-isi 2), seluruh pegawai administrasi diharapkan bekerja dengan kompetensi bidang administrasi perkantoran rata-rata pada level mandiri artinya mampu melak-sanakan tugas dengan cara yang standar. Kemandirian tenaga kependidikan dalam men-jalankan tugas-tugasnya merupakan keharusan agar dapat mengimbangi tuntutan layanan administrasi yang profesional baik dari internal ITB maupun dari

para pihak yang menjadi mitra ITB, sejalan dengan visi ITB untuk menjadi Entre-preneurial University. ITB telah menetapkan kebijakan berkenaan dengan pembinaan tenaga kependidikan bahwa pengakuan terhadap kompetensi teknis tenaga kepen-didikan diintegrasikan dengan kenaikan jenjang karir dan sistem remunerasi. Implikasi dari kebijakan tersebut adalah yang pertama, ITB harus memfasilitasi para tenaga kependidikan agar dapat mencapai tingkat kompetensi yang di-harapkan; dan yang kedua, secara kelembagaan ITB harus mampu memberikan penilaian terhadap kompetensi teknis pegawai. Standar kompetensi yang dapat digunakan untuk tenaga administrasi per-kantoran adalah SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia), yakni standar yang tercantum dalam Lampiran Surat Keputusan Menteri Transmigra-si dan Tenaga Kerja Nomor KEP.195/MEN/IV/2007 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Jasa Perusahaan Sub Sektor Jasa Perusahaan Lainnya Bidang Jasa Administrasi Perkantoran. Standar ini menja-di acuan BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi) untuk penerbitan sertifikat kompetensi bidang terkait. Skema Kompetensi Administrasi Perkantoran sesuai rumusan SKKNI men-cakup 8 Klaster (Cluster) yang masing-masingnya terdiri dari sejumlah unit kom-petensi. Daftar Klaster pada Skema Kompetensi Administrasi Perkantoran terse-but beserta masing-masing jumlah unit kompetensinya adalah sebagai berikut:

No Klaster Unit Kompetensi Jumlah Unit Kompetensi1 Mail Handling 6

2 FIling 6

3 Korespondensi 8

4 Phone Handling 6

5 Petty Cash 8

6 Service Excellence 6

7 Business Trip 7

8 Daily Agenda 6Tabel Jumlah Unit Kompetensi

Untuk menjadi tenaga yang kompeten dalam bidang administrasi perkan-toran, maka yang bersangkutan perlu mendapat sertifikat seluruh klaster kompetensi pada skema kompetensi administrasi perkantoran di atas. Dengan demikian UPT PMO perlu menyusun program Pelatihan dan Ujian Sertifikasi kompetensi teknis secara bertahap agar setiap pegawai yang menangani ad-ministrasi perkantoran mendapat kesempatan untuk mendapat sertifikat kom-petensi teknis terkait secara keseluruhan. Secara kelembagaan, UPT PMO adalah unit kerja yang mendapat mandat untuk melakukan penilaian kompetensi teknis para pegawai. Namun UPT PMO belum menjadi sebuah Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang mendapatkan li-sensi dari BNSP untuk memberikan penilaian tentang kompetensi seseorang. Oleh karenanya, dalam menjalankan mandatnya UPT PMO merintis kerja sama

dengan LSP APSI (Lembaga Sertifikasi Profesi Administratif Profesional dan Sek-retaris Indonesia) yang telah terlisensi BNSP. Program kerja sama UPT PMO dengan LSP APSI akan diawali dengan pelaksa-naan Pelatihan dan Ujian Sertifikasi kompetensi teknis Klaster Unit Kompetensi Korespondensi bagi 20 orang tenaga kependidikan ITB, yang dijadwalkan pada Januari 2017. Berdasarkan cakupan unit kompetensi pada masing-masing Klaster pada ske-ma kompetensi administrasi perkantoran, maka Klaster Korespondensi dinilai sebagai lingkup kompetensi teknis yang paling perlu dikuasai oleh para pegawai administrasi di seluruh unit kerja di ITB. Adapun untuk sertifikasi Klaster Korespondensi, peserta sertifikasi harus menguasai pengetahuan, keterampilan serta sikap perilaku yang mencakup 8 unit kompetensi, yang pada SKKNI terdaftar sebagai berikut:

No Judul Unit Kompetensi Kode Unit Kompetensi

1 Mengoperasikan Komputer/Perangkat Keras

ADM.PK01.005.01

2 Mengoperasikan Aplikasi Perangkat Lunak ADM.PK02.001.01

3 Mengakses dan Penarikan Data Komputer ADM.PK02.002.01

4 Menciptakan dan Menggunakan Dokumen dan Lembar Kerja Sederhana

ADM.PK02.003.01

5 Memproduksi Dokumen di Komputer ADM.PK02.004.01

6 Menggunakan Teknologi Kantor ADM.PK02.005.01

7 Melakukan Prosedur Administrasi ADM.PK02.006.01

8 Menulis dalam Bahasa Inggris ADM.PK02.021.01Tabel SKKNI Klaster Korespondensi

Guna memfasilitasi para pegawai dalam meningkatkan kompetensi teknis- nya, UPT PMO memprogramkan untuk menyelenggarakan Pelatihan dan Ujian Sertifikasi Kompetensi Klaster Korespondensi bagi tenaga kependidikan. Untuk tahap awal, pelaksanaan Pelatihan dan Ujian Sertifikasi Kompetensi tersebut diperuntukan bagi para pegawai yang akan dipilih dari peserta yang mengikuti program evaluasi mandiri yang diselenggarakan UPT PMO pada bulan Novem-ber 2016. Sejalan dengan Pelatihan dan Ujian Kompetensi Teknis Administrasi Per-kantoran, UPT PMO mempersiapkan diri untuk menjadi sebuah LSP. Untuk memenuhi salah satu persyaratannya, yaitu memiliki sejumlah tenaga asesor, maka UPT PMO akan melaksanakan program pengiriman sejumlah pegawai ITB untuk mengikuti Pelatihan dan Ujian Asesor Kompetensi de- ngan lisensi BNSP. Tujuan UPT PMO mendapatkan lisensi BNSP sebagai sebuah LSP adalah agar dapat secara mandiri menyelenggarakan Pelatihan dan Ujian Sertifikasi Kom-petensi Teknis bagi tenaga kependidikan ITB. Dengan demikian, program sert-ifikasi kompetensi administrasi perkantoran tersebut akan dapat dilaksanakan secara intensif, sehingga dapat dilakukan proses percepatan peningkatan jum-lah tenaga kependidikan yang diakui kompetensi teknisnya. Para pegawai yang telah dinyatakan lulus sehingga berhak atas sertifikat kompetensi teknis yang diterbitkan BNSP, dapat mendaftarkannya ke dalam sistem remunerasi. Hal itu berarti bahwa yang bersangkutan akan menda- patkan penyesuaian, dalam arti peningkatan, standar gaji. Selain itu, sertifikat kompetensi teknis akan menjadi salah satu persyaratan promosi jabatan struk-tural dari pegawai yang memperolehnya. Adapun kerja sama UPT PMO dengan LSP APSI di masa depan akan diarah-kan pada kegiatan layanan publik berupa penyelenggaraan Pelatihan dan Ujian Kompetensi Administrasi Perkantoran bagi tenaga administrasi di luar ITB.

kesempatan peningkatan status kepegawaiannya menjadi tenaga tetap di ITB dan kemudian diangkat menjadi CPNS pada tahun 2014 dengan pangkat juru muda, golongan 1a, dan tahun 2016 menjadi PNS. Perjalanan hidupnya membentuk persepsi bah-wa menempuh pendidikan tinggi, menyediakan papan yang layak, serta mendapatkan nilai tambah dari tabungannya adalah prioritas dalam mening-katkan standar kehidupan. Pak Mislan memotivasi kedua anaknya untuk selalu bersemangat menem-puh pendidikan setinggi-tingginya. Untuk pendidikan anak-anaknya, Pak Mislan lebih mengandalkan sum-ber dana hasil kedisiplinannya menabung. Saat ini, putra sulungnya telah berhasil menyelesaikan pendi-

dikan S-1 (Strata Satu) di STKS (Sekolah Tinggi Kese-jahteraan Sosial) dan bekerja di Kementerian Sosial, Jakarta. Sementara putrinya masih menempuh pen-didikan di sebuah SMK. Mengenai penyediaan papan, beliau mampu merealisasikan rencananya untuk memiliki tempat tinggal sederhana bagi keluarganya setelah 5 tahun menikah. Pak Mislan menikah pada tahun 1990. Pada tahun 1995 beliau telah memiliki sebidang tanah di mana secara bertahap dibangun sebuah rumah tum-buh. Saat ini rumahnya telah menjadi bangunan tem-pat tinggal 2 lantai. Sejak putranya bekerja di Jakarta, Pak Mislan memperoleh nilai tambah dari lantai 2 rumahnya de-

ngan cara menyewakannya. Menjadi pemilik rumah sewaan adalah cara yang dipilih Pak Mislan dalam meningkatkan nilai tambah dari tabungannya. Pada tahun 2010, Pak Mislan menginvestasikan sebagian dari tabungannya pada sebidang lahan yang lebih luas dari tempat tinggalnya serta membangun rumah di atasnya untuk kemudian disewakan. Begitulah Pak Mislan menata kehidupannya. Pela-jaran yang dapat diambil dari kisah pak Mislan ada-lah bahwa untuk meraih kehidupan yang lebih baik, kita perlu merumuskan visi, membuat rencana, ser-ta fokus dan disiplin dalam merealisasikan rencana yang telah dibuat.

Gambar:Putaran Spiral Daur Manajerial

• KEMAJUAN DAN• KEKUATAN INSTITUSI• LEADERSHIP• APRESIASI

• PRESTASI• KONTRIBUSI• DINAMISATOR

• LOYAL• SOP• ADAPTASI

SEMANGAT KERJA / BELAJAR

• VISIONER• FOKUS TUGAS• GAUL

PENINGKATAN MATURITAS