Tipe-Tipe Semen (Konstruksi Beton)
-
Upload
universitas-gunadarma -
Category
Education
-
view
1.172 -
download
4
description
Transcript of Tipe-Tipe Semen (Konstruksi Beton)
Tugas Konstruksi Beton
Semen adalah perekat hidraulis bahan bangunan, artinya akan jadi perekatan
bila bercampur dengan air. Bahan dasar semen pada umumnya ada 3 macam yaitu
klinker/terak (70% hingga 95%, merupakan hasil olahan pembakaran batu kapur,
pasir silika, pasir besi dan lempung), gypsum (sekitar 5%, sebagai zat pelambat
pengerasan) dan material ketiga seperti batu kapur, pozzolan, abu terbang, dan
lain-lain. Jika unsur ketiga tersebut tidak lebih dari sekitar 3 % umumnya masih
memenuhi kualitas tipe 1 atau OPC (Ordinary Portland Cement). Namun bila
kandungan material ketiga lebih tinggi hingga sekitar 25% maksimum, maka
semen tersebut akan berganti tipe menjadi PCC (Portland Composite Cement).
Sejarah
Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan,
tentu kerap mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan
batu-batu raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya.
Alhasil berdirilah bangunan fenomenal, sepertu Candi Borobudur atau Candi
Prambanan di Indonesia ataupun jembatan di Cina yang menurut legenda
menggunakan ketan sebagai perekat. Taupun menggunakan aspal alam
sebagaimana peradaban di Mahenjo Daro dan Harappa di India ataupun bangunan
kuno yang dijumpai di Pulau Buton. Terlepas dari benar atau tidaknya, cerita
legenda tadi menunjukkan dikenalnya fungsi semen sejak zaman dahulu. Sebelum
mencapai bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat bangunan ini awalnya
merupakan hasil pencampuran batu kapur dan abu vulkanis. Pertama kali
ditemukan di zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di Puzzuoli, dekat teluk Napoli
Italia. Bubuk itu lantas dinamai puzzoulana.
Semen adalah zat yang digunakan untuk merekatkan batu bata, batako,
maupun bahan bangunan lainnya. Sedangkan kata semen sendiri berasal dari
caementum (bahasa Latin), yang berarti “memotong menjadi bagian-bagian kecil
tak beraturan”. Meski sempat popular di zamannya, nenek moyang semen made in
Napoli ini tak berumur panjang. Menyusul runtuhnya kerajaan Romawi, sekitar
1Debora Elluisa Manurung Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Tugas Konstruksi Beton
abad pertengahan (tahun 1100-1500 Masehi) resep ramuan pozzuolana sempat
menghilang dari peredaran.
Pabrik semen di Australia
Baru pada abad ke 18 (ada juga sumber yang menyebut sekitar tahun 1700-
an Masehi), John Smeaton insinyur asal Inggris menemukan kembali ramuan
kuno berkhasiat luar biasa ini. Dia membuat adonan dengan memanfaatkan
campuran batu kapur dan tanah liat saat membangun menara suar Eddystone di
lepas pantai Cornwall, Inggris.
Ironisnya, bukan Smeaton yang akhirnya mematenkan proses pembuatan
cikal bakal semen. Joseph Aspdin, juga insinyur berkebangsaan Inggris pada
tahun 1824 mengurus hak paten ramuan yang kemudian dia sebut sebagai semen
Portland. Asal nama tersebut dikarenakan warna hasil olahannya mirip tanaah liat
Pulau Portland Inggris. Hasil rekayasa Aspdin inilah yang sekarang banyak
dipajang di took-toko bangunan.
Sebenarnya adonan Aspdin tak beda jauh dengan Smeaton. Dia tetap
menggunakan dua bahan utama, batu kapur (kaya akan kalsium karbonat) dan
tanah lempung yang banyak mengandung silica (sejenis mineral berbentuk pasir),
aluminium oksida (alumina) serta oksida besi. Bahan-bahan itu kemudia
dihaluskan dan diapanskan paa suhu tinggi sampai terbentuk campuran baru.
Selama proses pemanasan terbentuklah campuran padat yang mengandung zat
besi, agar tak mengeras seperti abut ramuan diberi bubuk gips dan dihaluskan
hingga berbentuk partikel-partikel kecil mirip bedak.
2Debora Elluisa Manurung Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Tugas Konstruksi Beton
Pengaduk semen sederhana
Lazimnya untuk mencapai kekuatan tertentu semen Portland berkolaborasi
dengan bahan lain. Jika bertemu air (minus bahan-bahan lain) akan memunculkan
reaksi kimia yang sanggup mengubah ramuan menjadi sekeras batu. Jika
ditambahkan pasir, terciptalah perekat tembok yang kokoh. Namun, untuk
pembuatan pondasi bangunan campuran tadi biasanya masih ditambah dengan
bongkahan batu atau kerikil yang sering kita sebut concrete atau beton.
Meski bahan baku sama, “dosis” semen sebenarnya bias disesuaikan dengan
beragam kebutuhan. Misalnya, jika kadar aluminanya diperbanyak, kolaborasi
dengan bahan bangunan lainnya bias menghasilkan bahan tahan api. Ini karena
sifat alumina yang tahan terhadap suhu tinggi. Ada juga smeen yang cocok buat
mengecor karena campurannya bias mengisi pori-pori bagian yang hendak
diperkuat.
Kandungan kimia yang terkandung di dalam semen biasanya terdiri dari :
Trikalsium silikat
Dikalsium silikat
Trikalsium aluminat
Tetrakalsium aluminofe
Gypsum
Jenis Semen menurut Standarisasi Nasional
Indonesia (SNI)
1. Semen Putih (White Cement)
3Debora Elluisa Manurung Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Tugas Konstruksi Beton
Digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), sebagai filler atau
pengisi. Semen putih dibuat umtuk tujuan dekoratif, bukan untuk tujuan
konstruktif. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone
murni. Pembuatan semen ini membutuhkan persyaratan bahan baku dan proses
pembuatan yang khusus, seperti misalnya bahan mentahnya mengandung oksida
besi dan oksida manganese yang sangat rendah (dibawah 1 %).
2. Semen Portland
Jenis yang paling umum dari semen dalam penggunaan umum di seluruh
dunia karena merupakan bahan dasar beton, dan plesteran semen. Macam-macam
Tipe Semen Portland yaitu :
a. Semen Portland Tipe I (Ordinary Portland Cement)
Digunakan untuk keperluan konstruksi umum yang tidak memakai
persyaratan khusus terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan awal.
Cocok dipakai pada tanah dan air yang mengandung sulfat 0, 0% – 0,
10 % dan dapat digunakan untuk bangunan rumah pemukiman, gedung-
gedung bertingkat, perkerasan jalan, struktur rel, jembatan, landasan
pacu dan lain-lain
b. Semen Portland Tipe II (Moderate Sulfat Resistance)
Digunakan untuk konstruksi bangunan dari ebton massa yang
memerlukan ketahanan sulfat (pada lokasi tanah dan air yang
mengandung sulfat antara 0,10-0,20%) dan panas hidrasi sedang.
Misalnya bangunan dipinggir laut, bangunan di bekas tanah rawa,
saluran irigasi, beton massa untuk dam-dam, bandar udara dan landasan
jembatan.
c. Semen Portland Tipe III (High Early Strength Portland Cement)
Digunakan untuk konstruksi bangunan yang memerlukan kekuatan
tekan awal tinggi pada fase permulaan setelah pengikatan terjadi.
Semen tipe III ini dibuat dengan kehalusan yang tinggi blaine biasa
mencapai 5000 cm2/gr dengan nilai C3S nya juga tinggi. Beton yang
4Debora Elluisa Manurung Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Tugas Konstruksi Beton
dibuat dengan menggunakan semen Portland tipe III ini dalam waktu 24
jam dapat mencapai kekuatan yang sama dengan kekuatan yang dicapai
semen Portland tipe I pada umur 3 hari, dan dalam umur 7 hari semen
Portland tipe III ini kekuatannya menyamai beton dengan menggunakan
semen portlan tipe I pada umur 28 hari. Misalnya untuk pembuatan
jalan beton, bangunan-bangunan tingkat tinggi, bangunan-bangunan
dalam air yang tidak memerlukan ketahanan terhadap serangan sulfat,
pembuatan jalan raya, bangunan tingkat tinggi dan bandara udara.
d. Semen Portland Tipe IV (Low Heat Of Hydration)
Tipe semen dengan panas hidrasi rendah. Semen tipe ini digunakan
untuk keperluan konstruksi yang memerlukan jumlah dan kenaikan
panas harus diminimalkan. Oleh karena itu semen jenis ini akan
memperoleh tingkat kuat beton dengan lebih lambat ketimbang
Portland tipe I. Tipe semen seperti ini digunakan untuk struktur beton
masif seperti dam gravitasi besar yang mana kenaikan temperatur akibat
panas yang dihasilkan selama proses curing merupakan faktor kritis.
e. Semen Portland Tipe V (Sulfat Resistance Cement)
Digunakan untuk konstruksi bangunan-bangunan pada tanah/ air yang
mengandung sulfat melebihi 0, 20 % dan sangat cocok untuk instalasi
pengolahan limbah pabrik, konstruksi dalam air, jembatan, terowongan,
pelabuhan, dan pembangkit tenaga nuklir.
3. Blended Cement (Semen Campur)
Semen campur dibuat karena dibutuhkannya sifat-sifat khusus yang tidak
dimiliki oleh semen portland. Untuk mendapatkan sifat khusus tersebut diperlukan
material lain sebagai pencampur. Jenis semen campur :
a. Semen Portland Pozzolan/ Portland Pozzolan Cement (PPC)
Semen yang memenuhi persyaratan mutu semen Portland Pozzoland
SNI 15-0302-2004 dan ASTM C 595 M-05 s. Dapat digunakan secara
luas seperti :
5Debora Elluisa Manurung Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Tugas Konstruksi Beton
konstruksi beton massa ( bendungan, dam dan irigasi)
konstruksi Beton yang memerlukan ketahanan terhadap
serangan sulfat (Bangunan tepi pantai, tanah rawa) .
Bangunan / instalasi yang memerlukan kekedapan yang lebih
tinggi.
Pekerjaan pasangan dan plesteran.
b. Portland Blast Furnace Slag Cement
Portland Blast Furnace Slag Cement adalah semen Portland yang
dicampur dengan kerak dapur tinggi secara homogen dengan cara
mencampur bubuk halus semen Portland dengan bubuk halus slag atau
menggiling bersama antara klinker porland dengan butiran slag.
Activitas slag (Slag Activity) bertambah dengan bertambahnya ratio
CaO + MgO/SiO2 + Al2O3 dan glass content. Tetapi biasanyan
keberadaan ratio oksida dan glass Content tersebut saling berkebalikan.
Beberapa sifat slag semen adalah sabagai berikut :
Jika kehalusannya cukup, mempunyai kekuatan tekan yang
sama dengan semen portland.
Betonnya lebih stabil dari pada beton semen Portland
Mempunyai permebility yang rendah
c. Semen Mosonry
Semen masonry pertama kali diperkenalkan di USA, kemudian
berkembang kebeberapa negara.Secara tradisional plesteran untuk
bangunan umumnya menggunakan kapur padam, kemudian meningkat
dengan dipakainya semen portland yang dicampur dengan kapur
padam. Namun karena dianggap kurang praktis maka diperkanalkan
Semen Masonry. Semen ini lebih tepat digunakan untuk konstruksi
perumahan gedung, jalan dan irigasi yang struktur betonnya maksimal
K 225. Dapat juga digunakan untuk bahan baku pembuatan genteng
beton, paving block, hollow brick, tegel dan bahan bangunan lainnya.
d. Semen Portland Campur (SPC)
6Debora Elluisa Manurung Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Tugas Konstruksi Beton
Suatu bahan pengikat hidrolis hasil penggilingan bersama-sama dari
terak semen portland dan gips dengan satu atau lebih bahan anorganik
yang bersifat tidak bereaksi (inert).
e. Portland Composite Cement (PCC)
Semen memnuhi persyratan mutu portland Composite Cement SNI 15-
7064-2004. Digunakan untuk bangunan-bangunan pada umumnya,
sama dengan penggunaan Semen Portland Tipe I dengan kuat tekan
yang sama. PCC mempunyai panas hidrasi yang lebih rendah selama
proses pendinginan dibandingkan dengan Semen Portland Tipe I,
sehingga pengerjaannya akan lebih mudah dan menghasilkan
permukaan beton/plester yang lebih rapat dan lebih halus. Dapat
digunakan secara luas untuk konstruksi umum pada semua beton.
Struktur bangunan bertingkat, struktur jembatan, struktur jalan beton,
bahan bangunan, beton pra tekan dan pra cetak, pasangan bata,
Plesteran dan acian, panel beton, paving block, hollow brick, batako,
genteng, potongan ubin, lebih mudah dikerjakan, suhu beton lebih
rendah sehingga tidak mudah retak, lebih tahan terhadap sulfat, lebih
kedap air dan permukaan acian lebih halus.
4. Water Proofed Cement
Water proofed cement adalah campuran yang homogen antara semen
Portland dengan “Water proofing agent”, dalam jumlah yang kecil seperti:
Calcium, Aluminium, atau logam stearat lainnya. Semen ini banyak dipakai untuk
konstruksi beton yang berfungsi menahan tekanan hidrostatis, misalnya tangki
penyimpanan cairan kimia.
5. High Alumina Cement
High Alumina Cement dapat menghasilkan beton dengan kecepatan
pengerasan yang cepat dan tahan terhadap serangan sulfat asam, akan tetapi tidak
tahan terhadap serangan alkali. Semen tahan api juga dibuat dari High Alumina
7Debora Elluisa Manurung Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Tugas Konstruksi Beton
Cement. Semen ini juga mempunyai kecepatan pengerasan awal yang lebih baik
dari semen Portland tipe III. Bahan baku semen ini terbuat dari batu kapur dan
bauksit, sedangkan kegunaannya adalah :
Refactory Concrete
Heat resistance concret
Corrosion resistance concret
6. Semen Anti Bakteri
Semen anti bakteri adalah campuran yang homogeny Antara semen Portland
drngan “anti bacterial agent” seperti germicide. Bahan tersebut ditambahkan pada
semen Portland untuk “Self Desinfectant” beton terhadap serangan bakteri dan
jamur yang tumbuh. Sifat-sifat kimia dan fisiknya hamper sama dengan semen
Portland tipe I. Penggunaan semen anti bakteri antara lain yaitu :
Kamar mandi
Kolam-kolam
Lantai industri makanan
Keramik
Bangunan dimana terdapat jamur pathogenic dan bakteri
7. Oil Well Cement Class G-HSR ( High Sulfate Resistance)
Merupakan semen Khusus yang digunakan untuk pembuatan sumur minyak
bumi dan gas alam dengan konstruksi sumur minyak bawah permukaan laut dan
bumi, OWC yang telah diproduksi adalah class G-HSR ( High Sulfat Resistance)
disebut juga sebagai ” BASIC OWC”. Adaptif dapat ditambahkan untuk
pemakaian pada berbagai kedalaman dan temperatur. Oil well cement adalah
semen Portland semen yang dicampur dengan bahan retarder khusus seperti asam
borat, casein, lignin, gula atau organic hidroxid acid. Fungsi dari retarder disini
adalah untuk mengurangi kecepatan pengerasan semen, sehingga adukan dapat
dipompakan kedalam sumur minyak atau gas. Pada kedalaman 1800 sampai
dengan 4900 meter tekanan dan suhu didasar sumur minyak atau adalah tinggi.
8Debora Elluisa Manurung Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Tugas Konstruksi Beton
Karena pengentalan dan pengerasan semen itu dipercepat oleh kenaikan
temperature dan tekanan, maka semen yang mengental dan mengeras secara
normal tidak dapat digunakan pada pengeboran sumur yang dalam. Semen ini
masih dibedakan lagi menjadi beberapa kelas sesuai dengan API Spesification 10
1986, yaitu:
Kelas A Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 1830 meter,
apabila sifat-sifat khusus tidak dipersyaratkan.
Kelas B Digunakan untuk sumur sampai kedalaman 1830 meter, apabila
kondisi membutuhkan tahan terhadap sulfat sedang.
Kelas C Digunakan untuk sumur sampai kedalaman 1830 meter, apabila
kondisi membutuhkan sifat kekuatan tekan awal yang tinggi.
Kelas D Digunakan untuk sumur dengan kedalaman 1830-3050 meter,
dengan kondisi suhu dan tekanan yang sedang.
Kelas E Digunakan untuk sumur dengan kedalaman 3050-4270 meter,
dengan kondisi suhu dan tekanan yang tinggi.
Kelas F Digunakan untuk sumur dengan kedalaman 3050-4880 meter,
dengan kondisi suhu dan tekanan yang tinggi.
Kelas G Digunakan untuk cementing mulai surface casing sampai dengan
kedalaman 2440 meter, akan tetapi dengan penambahan
accelerator atau retarder. Dapat digunakan untuk semua range
pemakaian mulai dari A sampai kelas F.
9Debora Elluisa Manurung Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Tugas Konstruksi Beton
10Debora Elluisa Manurung Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Tugas Konstruksi Beton
Konsumsi dan Ekspor Semen Indonesia dari Tahun ke Tahun
Tahun Konsumsi Nasional (dalam ton) Ekspor(dalam ton)
1990 13.762.000 2.516.000
1991 15.513.000 1.041.000
1992 15.801.000 2.570.000
1993 17.804.000 1.409.000
1994 21.527.000 536.000
1995 23.979.000 154.000
1996 25.374.000 330.000
1997 27.940.000 801.000
1998 19.243.000 4.420.000
1999 18.769.000 5.108.000
2000 22.290.000 4.903.000
2001 25.530.000 5.750.000
2002 27.180.000 4.183.000
2003 27.528.000 3.073.000
2004 30.069.000 2.946.000
2005 31.433.000 3.289.000
2009 38.400.000
2010 41.500.000* 3.000.000
2011 45.000.000 2.000.000*
11Debora Elluisa Manurung Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Tugas Konstruksi Beton
2012 48.150.000*
Catatan :
Sumber: Untuk tahun 1991 sampai 2005 dari Departemen Perindustrian,
Direkterat Agro dan Kimia tahun 2006
Keterangan = (*) : Prediksi
Pangsa Pasar Industri Semen Nasional Tahun 2008
12Debora Elluisa Manurung Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Tugas Konstruksi Beton
Produksi Semen di Indonesia
Produksi semen di Indonesia saat ini terus meningkat sehingga Indonesia telah menguasai pasar semen Asean. Untuk itu para produsen semen di Indonesia membuat proyeksi peningkatan produksi sampai tahun 2016 berdasarkan data tahun 2012 dan 2013.
13Debora Elluisa Manurung Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma