Tipe-Tipe Perubahan Bunyi

17
TIPE-TIPE PERUBAHAN BUNYI Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Linguistik Historis Komparatif (LHK) Dosen Pengampu Iwan Marwan, M.Hum Oleh : 1. Anik Yuliatin (076015) 2. Aristin Wahyu Ningati (076022) 3. Hanik Nur Azizah (076070) 4. Hetik Dwi Handayani S. (076072) 5. Hidayatul Mustafida (076073) 6. Imroatul Hasanah (076077) 7. Iswahyudi (066172) 8. Nurul Azkiya (076135) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

Transcript of Tipe-Tipe Perubahan Bunyi

Page 1: Tipe-Tipe Perubahan Bunyi

TIPE-TIPE PERUBAHAN BUNYI

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah

Linguistik Historis Komparatif (LHK)

Dosen Pengampu

Iwan Marwan, M.Hum

Oleh :

1. Anik Yuliatin (076015)2. Aristin Wahyu Ningati (076022)3. Hanik Nur Azizah (076070)4. Hetik Dwi Handayani S. (076072)5. Hidayatul Mustafida (076073)6. Imroatul Hasanah (076077)7. Iswahyudi (066172)8. Nurul Azkiya (076135)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

JOMBANG

2010

Page 2: Tipe-Tipe Perubahan Bunyi

LENISI REDUKSI GUGUS KONSONAN

(PELEMAHAN) APOKOPE

SINKOPE

HAPLOLOGI

KOMPRESI

PENAMBAHAN ANAPTIKSIS

BUNYI EPENTESIS

TIPE-TIPE PROTESIS

PERUBAHAN BUNYI

METATESIS

FUSI

Page 3: Tipe-Tipe Perubahan Bunyi

TIPE-TIPE PERUBAHAN BUNYI

1. Pengantar

Meskipun bukan hal yang terlalu mengagumkan untuk diketahui bahwa semua bahasa

berubah dari masa ke masa, yang perlu dikagumi karena bahasa-bahasa tersebut berubah

dengan berbagai cara yang mirip dan pantas ditelaah. Salah satunya perubahan bunyi, dalam

perubahannya bahasa-bahasa tersebut dapat dikelompokkan beraneka macam perubahan

bunyi yang sesungguhnya terekam. Untuk maksud itu perlu dicari seluas mungkin peringkat

perubahan bunyi pada bahasa-bahasa sedunia dan menemukan generalisasinya. Tujuan

pembahasan ini adalah berusaha memperlihatkan beberapa tipe perubahan bunyi yang lazim

sekali terjadi dan memperlihatkan sejumlah contoh untuk setiap tipe itu.

2. Pelemahan Bunyi (Lenisi)

Jenis perubahan bunyi yang pertama yang akan dibicarakan adalah pelemahan bunyi

atau lenisi, atau adakalanya disebut pelemahan (weakening). Konsep pelemahan bunyi

sesungguhnya belum didefinisikan secara memuaskan, dan para linguis yang

menggunakannya kerapkali lebih mengandalkan intuisi atau usaha menebak dari pada

pemahaman yang rinci tentang pelenisan itu.

Ada sejumlah jenis pelesapan bunyi yang tercakup dalam ‘sejumlah istilah khusus.

Istilah-istilah tersebut lebih lanjut akan diuraikan dalam uraian berikut.

a. Reduksi gugus konsonan

Apabila terdapat konsonan berurutan di dalam sebuah kata tanpa disisipkan vokal

diantaranya, hal itu yang dimaksudkan dengan gugus konsonan. Seringkali gugus konsonan

itu direduksi dengan melesapkan sebuah konsonan atau lebih. Contoh, kosakata serapan dari

bahasa inggris yang mengalami perubahan dalam sejarah perkembangan menjadi anggota

perbendaharaan kata bahasa tok pisin

Bahasa Inggris Bahasa Tok Pisin

Kould

Ka : dz

Kol ‘ dingin ‘

Kas / kat ‘ kartu ‘

Page 4: Tipe-Tipe Perubahan Bunyi

Gavement

Distrik

Poust

Gavman ‘ pemerintah ‘

Distrik ‘ daerah ‘

Pos ‘ pos ‘

Bahkan di dalam sejarah bahasa inggris sendir, reduksi gugus konsonan telah

dianggap lazim terjadi. Patut dicatat bahwa ucapan kata government ‘ pemerintah ‘

menunjukan bahwa gugus konsonan (nm) telah direduksi hingga menjadi (m) saja.

Sedangkan contoh dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

No Kata Serapan Asalnya Transliterasi

1 Musolla مصلى Musholla

2 Tamat تمت Tammat

3 Tasawuf تصوف Tashawwuf

b. Apokope

Apokope hanya merupakan nama untuk jenis perubahan karena pelepasan bunyi-

bunyi vokal pada akhir kata. Gejala ini merupakan perubahan yang sangat lazim dalam

hampir semua bahasa. Pemenggalan satu bunyi atau lebih dari ujung kata. Perubahan yang

disebabkan karena pelesapan bunyi-bunyi pada akhir kata ini merupakan perubahan bunyi

yang sangat lazim terjadi dalam berbagai bahasa. Apokope juga dapat diartikan penghilangan

fonem di akhir kata.

Contoh : kata tidak menjadi tida (dialek)

kata import menjadi impor

kata eksport menjadi ekspor

Jadi fonem |k| dan |t| dihilangkan di akhir kata.

Contoh dalam Bahasa Perancis adalah sebagai berikut:

Contoh : eglize ? egliz ?gereja?

ru e ? ru ?merah

Page 5: Tipe-Tipe Perubahan Bunyi

No Kata Serapan Asalnya Transliterasi

1 Baka بقاء Baqo’

2 Fana فناء Fana’

3 Fukoha فقهاء Fuqoha’

Sedangkan contoh dalam bahasa Arab sebagai berikut:

c. Sinkope

Sinkope lebih mengacu pada pelepasan bunyi-bunyi vokal pada posisi tengah kata

dari pada pelesapan pada posisi akhir kata. Sinkope inilah yang sering kali menyebabkan

adanya gugus konsonon pada berbagai bahasa yang semulah tidak mengenalnya.

Hilangnya bunyi di tengah kata atau perubahan yang terjadi karena pelesapan bunyi-

bunyi pada posisi tengah kata ini sering menyebabkan terbentuknya urutan konsonan pada

berbagai bahasa yang semula tidak mengenalnya.

Contoh : dalam bahasa Indonesia

kata sahaya menjadi saya

kata kelemarin menjadi kemarin

Jadi kata sahaya menjadi saya, terjadi penghilangan fonem di tengah kata. Begitu

juga kata kelemarin menjadi kemarin terjadi penghilangan (pelemahan) fonem di

tengah kata.

Sedangkan contoh dalam bahasa Arab adalah sebagai berikut

No Kata Serapan Asalnya Transliterasi

1 Adil عادل ‘Adil

2 Batin باطن Bathin

3 Dlolim ظالم Zhalim

d. Haplologi

Haplologi adalah sejenis perubahan bunyi yang penerapannya cenderung sangat

sporadis dan jarang dijumpai. Haplologi mengacu pada penghilangan silabe seutuhnya. Dapat

juga diartikan adalah proses di mana sebuah kata kehilangan suatu silaba (suku kata) di

tengahnya.

Page 6: Tipe-Tipe Perubahan Bunyi

    Contoh:

Samanantara (Sansekerta) – ( sama+an+antara) = sementara

Budhidaya  > budaya.

Mahardika ( Sansekerta) – (maha+ardhika) = merdeka

Apabila silabe itu berdampingan dengan silabe yang identik atau sekurang-kurangnya

silabe itu mirip. Ini merupakan suatu proses yang dialami apabila diucapkan kata bahasa

inggris, seperti Library ‘perpustakaan’[laibri] disamping [laibreri]. Kedua silabe yang

direduksi menjadi hanya satu silabe saja dengan proses Haplologi dan sebagai hasil atau

akibat dari proses tersebut, maka sekarang hanya ada satu 1 dalam kata yaitu “Library”.

e. Kompresi

Kompresi adalah proses pelesapan satu atau lebih silabe di akhir atau tengah kata.

Penghilangan terjadi pada kata tunggal dan kata yang tersusun menjadi sebuah frase maupun

kalimat. Kompresi juga merupakan sejenis perubahan yang terjadi hanya pada beberapa kata

di dalam suatu bahasa dan cenderung tidak berlaku sangat umum.

Contoh:

Administration admin

University uni

Konedubo kone

Popondeta pop

Tokarara tok

Ada beberapa jenis kompresi yang khusus menyangkut pemakaian akronim atau

ungkapan campuran(woro mixes) dan bentuk singkatan yang berhubungan dengan reduksi

fonologis yang hanya menggunakan singkatan.

Contoh:

Preliminary PY

Page 7: Tipe-Tipe Perubahan Bunyi

Like Good One LGO

Televition TV

National Broadcasting Commision NBC

Dengan ungkapan campuran (akronim) diartikan bentuk-bentuk yang sebagian

katanya ditambahkan untuk pada bagian kata lain untuk membentuk kata baru

Contoh:

Electricity Commision Elcom

University of Technologi Unitech

Perubahan semacam ini tampak nya berlaku umum terutama di kalangan depertemen

pemerintah dan dalam hubungannya dengan admnistrasi pada umumnya. Di Indonesia

sesungguhnya telah berkembang sejumlah besar register bahasa yang lazim digunakan dalam

Koran-koran yang memanfaatkan ungkapan campuran serupa ini. Sejumlah penutur bahasa

Indonesia seringkali benar-benar sulit membaca beberapa bagian Koran karena sedemikian

banyak akronim dan singkatan yang baru digunakan.

3. Penambahan Bunyi

Di samping pelenisian, dan terutama pelesapan bunyi seluruhnya jenis perubahan

bunyi yang sangat lazim berlaku, sering pula dijumpai bahwa bunyi-bunyi sesungguhnya

justru ditambahkan, selain mungkin pula dihilangkan. Penambahan bunyi sangat lazim

terjadi dengan posisi akhir kata yang berakhiran konsonan. Dalam kebanyakan bahasa apabila

terjadi hal demikian caranya adalah penambahan bunyi vokal. Kebanyakan bahasa cenderung

terarah pada terbentuknya silabe yang berstruktur konsonan plus vokal, tanpa gugus

konsonan dan tanpa konsonan pada posisi akhir kata, serta penambahan vokal akhir yang

merefleksikan kecenderungan itu. Misalnya, apabila bunyi-bunyi vokal ditambah pada akhir

kata bahasa Motu yang berasal dari serapan bahasa Inggris dapat terlihat contoh yang baik

tentang proses serupa ini.

Motu Inggris

gavamani government ‘pemerintah’

maketi market ‘pasar’

Page 8: Tipe-Tipe Perubahan Bunyi

traka truck ‘truk’

Beberapa penambahan bunyi dikenal dengan istilah-istilah khusus dalam pustaka

linguistik komparatif. Berikut ini dipaparkan istilah-istilah tersebut bersama contoh-contoh

proses yang diacunya.

a. Ekskresens atau Anaptiksis

Ekskresens atau anaptiksis adalah proses penambahan konsonan di antara dua

konsonan dalam kata atau perubahan bunyi dengan jalan menambahkan bunyi vokal tertentu

di antara dua konsonan untuk memperlancar ucapan. Bunyi yang biasa ditambahkan adalah

bunyi vokal lemah. Dalam bahasa Indonesia, penambahan bunyi vokal lemah ini biasa

terdapat dalam kluster. Perubahan cara ini kerjanya cukup berlawanan dengan kecenderungan

umum dalam bahasa-bahasa untuk menghilangkan silabe (suku kata) berstuktur konsonan

plus vokal dalam hal ini justru diciptakannya gugus konsonan yang lebih panjang, namun hal

ini hampir merupakan jenis perubahan yang umum berlaku. Ekskresens juga dialami pada

kata-kata dalam bahasa Inggris, dan konsonan yang ditambahkan dinyatakan juga sekarang

dalam sistem ejaannya. Misalnya:

Protobahasa Inggris

amtig → mpti ‘kosong’

ᶱumle → ᶱimbl ‘timbel’

Dari contoh di atas bunyi hambat yang muncul disisipkan itu titik artikulasinya sama

dengan (bersifat homogran) nasal yang mendahuluinya. Selain dalam bahasa Inggris,

ekskresens juga terjadi dalam kata-kata bahasa Indonesia. Seperti dalam contoh di bawah ini:

putra menjadi putera

putri menjadi puteri

bahtra menjadi bahtera

srigala menjadi serigala

sloka menjadi seloka

Page 9: Tipe-Tipe Perubahan Bunyi

Akibat penambahan [ə] tersebut, berdampak pada penambahan jumlah silaba.

Konsonan pertama dari kluster yang disisipi bunyi [ə] menjadi silaba baru dengan puncak

silaba pada [ə]. Jadi, [tra] menjadi [tə+ra], [tri] menjadi [tə+ri], [sri] menjadi [sə+ri], dan [slo]

menjadi [sə+lo].

b. Epentesis (Penyisipan Konsonan)

Epentesis adalah proses penambahan atau pembubuhan bunyi pada tengah kata.

Epentesis digunakan untuk memerikan perubahan yang memperlihatkan penambahan vokal

pada tengah kata untuk memisahkan dua konsonan di dalam gugus konsonan. Oleh karena

itu, perubahan itu menghasilkan silabe berstruktur konsonan plus vokal, yang memberikan

ilustrasi tentang kecenderungan umum yang berlaku bagi bahasa-bahasa yang menghindari

gugus konsonan dan bunyi-bunyi konsonan pada posisi akhir kata. Kebanyakan penutur

bahasa Inggris menyisipkan bunyi [es] yang bersifat epentesis di antara konsonan terakhir

seperti pada kata “film” menjadi [f i l e m]. Epentesis hampir selalu di hadapi dalam

sejarah Tok Pisin. Contoh tabel perbandingan antara bahasa Inggris dengan Tok Pisin:

Inggris Tok Pisin

Blaek ------> bilak ‘hitam’

Blu ------> bulu ‘biru’

N kst ------> nekis ‘kemudian’

Skin ------> sikin ‘kulit’

Contoh dalam bahasa indonesia:

Kata kapak menjadi kampak

Kata sajak menjadi sanjak

Kata upama menjadi umpama

Page 10: Tipe-Tipe Perubahan Bunyi

c. Protesis

Protesis adalah penambahan atau pembubuhan sebuah bunyi pada awal kata. Dalam

bahasa motu misalnya, apabila kata dimulai dengan bunyi [a], bunyi [i] yang bersifat protesis

ditambahkan mendahuluinya, seperti diperlihatkan contoh-contoh berikut.

(protobahasa) motu

* api → lahi ‘api’

* asan → lada ‘insang ikan ‘

* au → lau ‘aku / saya’

Sedangkan contoh dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

-mpu menjadi empu

-mas menjadi emas

- tik menjadi ketik

4. Metatesis

Metathesis adalah perubahan letak huruf, bunyi, atau suku kata dalam kata. Perubahan

ini jarang terjadi, dalam penyerapan kata dari bahasa Arab. Dari data yang terkumpul hanya

didapatkan sebuah kata yang mengandung perubahan metatesis.

Perubahan yang disebut metatesis merupakan perubahan yang hampir kurang lazim

berlaku. Perubahan jenis ini tidak termasuk pelesapan atau penambahan bunyi atau mengubah

wujud bunyi tertentu; tetapi secara singkat lebih merupakan perubahan dalam urutan bunyi

sebagaimana kejadiannya. Jika kita salah mengucapkan kata bahasa inggris relevan yang

berkaitan sebagai revelant, itu salah satu gejala yang dinamakan metatesis.

Metatesis dialami dalam sejarah beberapa kata bahasa Inggris dan bentuk-bentuk yang

merubah itu telah berhasil diterima sebagai bentuk-bentuk baku. Kata bahasa Inggris

[be;d]’burung’ (bird) mulanya di ucapkan sebagai [bird] melalui proses metatesis, dan ini

merupakan bentuk yang masih terus ditampilkan dalam sistem ejaan, tentu saja bunyi [-ir]

telah mengalami perubahan lebih lanjut menjadi [e:], meskipun dalam sejumlah dialek bahasa

Inggris, seperti Amerika bunyi [r] yang asli masih diucapkan dengan jelas..

Page 11: Tipe-Tipe Perubahan Bunyi

Pada umumnya, metatesis merupakan jenis perubahan yang hampir jarang terjadi, dan

cenderung berlaku hanya pada satu atau dua kata dalam suatu bahasa, ada kasus-kasus yang

memperlihatkan berlakunya metatesisyang hampir dapat dikatakan teratur. Dalam bahasa

Ilokano (philipina) misalnya, berlaku perubahan metatesis yang dapat dikatakan taat asas

pada kata yang terakhir denganbunti [s] dan berawal dengan [t], seperti tempat pada contoh-

contoh berikut:

Talagog Ilokano

Tanis sa;nit ‘menangis’

Tubus subbot ‘menebus’

Tigis si;git ‘menuangkan’

Tamis samqit ‘manis’

5. Fusi

Fusi adalah perubahan bunyi yang hampir sering ditemukan, yang memperlihatkan

menyatunya bunyi yang mulanya merupakan dua bunyi yang berbeda dan akibatnya bunyi

tunggal mengandung sejumlah ciri fonetis dari kedua bunyi. Misalnya diambil contoh

perubahan yang terkenal menyangkut fusi dan diamati bagaimana sesungguhnya hal itu

terjadi. Adapun contohnya sebagai berikut:

(Protobahasa) Prancis

Oen -------> Oe ’sesutau’

ton -------> Bo ’baik’

ven -------> Ve ’anggur’

Blan ------> Bla ’putih’

(penjelasan : simbol – di atas vokal bahasa Prancis menandakan bahwa vokal itu dinasalkan

dengan udara yang keluar melalui hidung maupun mulut).

Contoh dalam bahasa Indonesia

Kalen ‘sungai kecil’ ------> kali+an ---> penyatuan fonem /i/ dan /a/ menjadi

fonem /e/