Tipe Data

20
I.Berdasarkan tantangan yang ada buatlah suatu agenda pengembangan yang meliputi komponen-komponen masalah yang dihadapi, penyelesaian, pelaku, serta insentif yang dapat diberikan. Berikan penjelasan yang memadai mengenai hal ini. Berikan pula estimasi kerangka waktu pengembangan pengelolaan tersebut menurut versi Anda. Jawaban Agenda pengembangan untuk menjawab tantangan dalam hal lingkungan di setiap periode waktu dapat dinyatakan sebagai berikut: Era 1960 Masalah Kerusakan lingkungan Penyelesaian Pengenceran (metode sederhana untuk menurunkan konsentrasi limbah) Ad hoc problem (hanya fokus pada suatu masalah tertentu) Pelaku Pihak industri (pelaku pencemaran) Insentif Belum ada peraturan yang mengikat (menentukan emission standard maupun stream standar) Era 1970 Masalah Sudah mulai fokus pada masalah emisi (jika ada emisi maka harus dikendalikan) Penyelesaian Teknologi end of pipe Pelaku Otoritas dalam bidang lingkungan (environmental authorities) Insentif Memenuhi standar emisi (compliance with the law) Era 1980 Masalah Mulai fokus pada teknologi (apa yang menyebabkan limbah) Juga mulai fokus pada konsumsi sumber daya (resource consumption) Penyelesaian Pendekatan teknologi bersih (cleaner production) Pelaku Engineer, konsultan, otoritas dalam bidang lingkungan (environmental authorities) Insentif Hemat dalam penggunaan sumber daya, dapat memenuhi standar emisi (compliance with the law)

Transcript of Tipe Data

I. Berdasarkan tantangan yang ada buatlah suatu agenda pengembangan yang meliputi komponen-komponen masalah yang dihadapi, penyelesaian, pelaku, serta insentif yang dapat diberikan. Berikan penjelasan yang memadai mengenai hal ini. Berikan pula estimasi kerangka waktu pengembangan pengelolaan tersebut menurut versi Anda.

JawabanAgenda pengembangan untuk menjawab tantangan dalam hal lingkungan di setiap periode waktu dapat dinyatakan sebagai berikut:

Era 1960 MasalahKerusakan lingkungan

PenyelesaianPengenceran (metode sederhana untuk menurunkan konsentrasi limbah)Ad hoc problem (hanya fokus pada suatu masalah tertentu)

PelakuPihak industri (pelaku pencemaran)

InsentifBelum ada peraturan yang mengikat (menentukan emission standard maupun stream standar)

Era 1970MasalahSudah mulai fokus pada masalah emisi (jika ada emisi maka harus dikendalikan)

PenyelesaianTeknologi end of pipe

PelakuOtoritas dalam bidang lingkungan (environmental authorities)

InsentifMemenuhi standar emisi (compliance with the law)

Era 1980MasalahMulai fokus pada teknologi (apa yang menyebabkan limbah)Juga mulai fokus pada konsumsi sumber daya (resource consumption)

PenyelesaianPendekatan teknologi bersih (cleaner production)

PelakuEngineer, konsultan, otoritas dalam bidang lingkungan (environmental authorities)

InsentifHemat dalam penggunaan sumber daya, dapat memenuhi standar emisi (compliance with the law)

Era 1990MasalahFokus pada manajemen Fokus pada emisi dan konsumsi sumber dayaJuga fokus pada kondisi organisasi (organization recondition)

PenyelesaianPenerapan Environmental Management System (EMS) dalam ISO 14000Fokus pada manajemen dan continuous improvement

PelakuManajemen dan pekerja/employeeTrade organization dan konsultanEnvironmental authorities (sparing partner)

InsentifDinamik secara internal (internal dynamic) dan company image

Era 2000MasalahFokus pada manajemenFokus pada produk (dengan menerapkan triple bottom line). Dalam triple bottom line, suatu perusahaan/organisasi perlu memperhatikan profit (keuntungan), people (manusia), dan planet (alam) secara berkesinambungan

PenyelesaianAnalisis dampak lingkungan pada produkBahan kimia dan material yang baruPenerapan cleaner produk (POEMS dan LCM)

PelakuDesigner dan pengembang produkKonsumenCustomerPublic purchase

InsentifKeuntungan dalam berkompetisi dan membangun imege perusahaan

Era 2010 sd sekarangMasalahFokus pada manajemen dan penemuan teknoloi baru untuk mengurangi limbah dan sumberdaya

PenyelesaianLifesyceleEco-lifestye untuk setiap manajemen dan employeePenerapan Environmental Management system (EMS)

PelakuDesigner dan pengembang produkKonsumenCustomerPublic purchase (wakil rakyat)

InsentifKeuntungan dalam berkompetisi dan membangun imege perusahaan, hemat dalam biaya produksi

POEMS =LCM =

Era 2020 MasalahFokus pada manajemen dan penemuan teknoloi baru untuk mengurangi limbah dan sumberdaya

PenyelesaianLifecycleEco-lifestye untuk setiap manajemen dan employeePenerapan Environmental Management system (EMS)

PelakuDesigner dan pengembang produkKonsumenCustomerPublic purchase (wakil rakyat)

InsentifKeuntungan dalam berkompetisi dan membangun imege perusahaan, hemat dalam biaya produksi

Era 2030 MasalahFokus pada manajemen dan penemuan teknoloi baru untuk mengurangi limbah dan sumberdaya

PenyelesaianLifecycleEco-lifestye untuk setiap manajemen dan employeePenerapan Environmental Management system (EMS)

PelakuDesigner dan pengembang produkKonsumenCustomerPublic purchase (wakil rakyat)

InsentifKeuntungan dalam berkompetisi dan membangun imege perusahaan, hemat dalam biaya produksi

II. Data merupakan modal dasar bagi pengembangan LCA. Menurut Saudara data seperti apa yang hendaknya senantiasa dapat dikumpukan oleh pelaku industri (UKM, besar) untuk memperkuat data base nasional untuk kepentingan pelaku industri.JawabanUntuk mendukung database nasional, ada beberapa hal mengenai data yang perlu senantiasa dikumpulkan dan diperhatikan oleh pelaku industri, jenis data tersebut terdiri dari:1) Product-spesific dataAdalah data yang diperoleh langsung dari proses yang berhubungan dengan produk referensi (contohnya data yang diperoleh dari proses manufaktur untuk menghasilkan suatu jenis referensi produk atau penggunaan yang terukur secara spesifik untuk suatu referensi produk)

2) Site-spesific dataAdalah data yang diperoleh dari proses di suatu lokasi (company, wilayah, dsb), namun tidak secara langsung mencakup referensi produk (contoh data yang berasal dari pekerjaan baja lokal atau insinerator), namun data tersebut biasanya tidak spesifik termasuk dalam data yang dihasilkan dalam proses suatu produk referensi

3) General dataData ini bukan termasuk data spesifik dari proses atau dari lokasi (contohnya data produksi polyethelene in Eropa, atau electricity di USA).

Tabel 2.1 menunjukkan jenis data yang perlu dikumpulkan berdasarkan masing-masing tahapan proses dalam siklus produk.

Tabel 2.1 Jenis Data di Setiap Tahapan Sistem ProdukSpesifik ProdukSite SpesifikGeneral

Ekstraksi Materal Dasarxx

Produksi Materialxx

Produk Manufacturxxx

Use and Maintenancex

Proses disposalxxx

Proses Transporxxx

Produksi Energixx

Beberapa jenis data yang perlu dikumpulkan oleh pelaku industri adalah EnergiEnergi yang dimaksud adalah energi yang dibutuhkan untuk mengoperasikan subsistem proses seperti reaktor, pemanas, blower, pompa, dan boiler. Energi pada transportasi adalah energi yang diperlukan untuk proses transportasi seperti truk, convenyor, kapal laut, dan sebaginya. Daya listrik Konsumsi airKonsumsi air yang dinyatakan adalah banyaknya jumlah air yang dibutuhkan untuk setiap sistem atau subsistem dalam pembuatan produk. Emisi Emisi Emisi yang dimaksud dibagi menjadi emisi udara, limbah cair, dan juga limbah padat. Produk Produk yang dimaksud dievaluasi berdasarkan sistem atau subsistem. Transportasi Alokasi co produk

Di samping itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan mengenai data yang dikumpulkan oleh pelaku industri, diantaranya:1) UnitSemua data sebaiknya dinyatakan dalam satuan internasional (SI). Jika data masih dalam satuan non SI, maka harus menggunakan faktor konversi untuk membuat data dalam satuan internasional.Contoh satuan data untuk berbagai pengukuran data: Material: gram or kg Electricity (daya listrik): kWh Heat: MJ Transport: km

2) Data FormatData yang dikumpulkan dikategorikan dalam 3 kategori: Deskripsi dari unit proses (nama, siklus proses, operasi, lingkungan kerja, komponen karakteristik, proses modifikasi, dan lainnya) Hubungan/perubahan dalam unit proses (input, output, dampak pada lingkungan kerja) Karakterisasi data (definisi lingkup proses, co-produk, sumber data, dan defisiensi).

Tabel 2.2 Format Data over theLife Cycle of Concrete and Steel Frames. Goteburg: Chalmers University of Technology, 1996.

Berikut ini pihak-pihak yang berperan dalam penyediaan data:

Tabel 2.3 Penyedia DataAsosiasiIndutri/companyPemegang OtoritasExperts

Ekstraksi Materal Dasarxx

Produksi Materialx

Produk Manufacturx

Use and Maintenancex

Proses disposalx

Proses Transporx

Produksi Energix

Aksesibiltas Data (kemudahan yang dapat diperoleh dengan rangkuman data yang terkumpul)1. Input Data Merangkum konsumsi materi dan bahan kimia per produk atas setiap bagian (sebgain besar manufaktur bersedia menyediakan data ini hingga detail) Menghitung konsumsi energi per unit produk berdasarkan dari total penggunaan di perusahaan Meringkas waktu yang diperlukan dalam proses dampak

2. Output data Memperoleh data pengukuran yang biasa dilakukan oleh perusahaan (contoh pollutant discharge) Kalkulasi output berdasarkan keseluruhan input (jika ini dapat membuktikan output lebih komplit daripada pengukuran secara langsung)

III. Terdapat bagian impact category yang dapat menjadi bagian suatu LCA. Jelaskan dan uraikan deskripsi impact category. Jelaskan end point dan safe guard terkait masing-masing impact category tersebut. Berikan pula diagram yang menjelaskan rangkuman penjelasan yang diberikan.

JawabanTahapan impact assessment dalam studi LCA merupakan tahapan yang dilakukan setelah tahapan goal and scope definition kemudian tahapan inventory analysis.Pada tahapan impact assessment ini dilakukan beberapa tahapan, yakni tahapan klasifikasi dan karakterisasi yang merupakan tahapan wajib kemudian tahapan normalisasi dan weighting yang merupakan tahapan pilihan.

Proses yang dilakukan dalam impact assessment adalah seperti berikut:

Life Cycle Inventory resultsImpact categoriesCategory indicator resultsEnvironmental profileWeightingOne-dimensional environmental score

Normalization

Characterization

Classification

Impact assessment bertujuan untuk mengerti dan mengevaluasi seberapa besar dan signifikannya suatu dampak potensial lingkungan dari sistem produk (ISO 14040). Pada tahapan inventory analysis, tidak dilakukan karakterisasi performansi lingkungandari suatu sistem produk. Impact assessment bertujuan untuk menghubungkan sejauh mungkin emisi dan ekstraksi yang terdaftar pada inventory analysis terhadap potensial kerusakan lingkungan yang dapat terjadi. Berdasarkan ISO 14042, hasil inventory analysis diklasifikasikan ke dalam berbagai impact category yang relevan dan sesuai dengan tujuan dan lingkup studi LCA yang dilakukan.

Pada dasarnya terdapat dua metode utama dalam metode impact assessment, yaitu:1) Metode Impact Assessment yang berorientasi pada masalah (problem oriented). Pada metode ini, model kuantifikasi berhenti dilakukan sebelum dampak terakhir yang dapat diakibatkan oleh substansi dan substansi yang diperoleh dalam inventory analysis didefinisikan/diklasifikasikan dalam midpoint category (masalah lingkungan) seperti asidifikasi, penipisan lapisan ozon, dan sebagainya2) Metode Impact Assessment yang berorientasi pada kerusakan (damage oriented), dimana model sebab akibat dihubungkan sampai titik akhir (endpoint) atau kerusakan lingkungan. Midpoint category yang telah diperoleh dihubungkan pada endpoint category.

Berikut ini adalah diagram yang menunjukkan proses klasifikasi dalam tahapan impact assessment berdasarkan UNEP/SETAC Life Cycle Initiative pada tahun 2003.

Human toxicityPhotochemical oxidant formationOzone depletionClimate changeAcidificationEutrophicationEcotoxicityLand use impactsSpecies & organism dispersalAbiotic resources depletionBiotic resources depletionLCIresultsHuman HealthBiotic & abioticnatural environmentBiotic & abioticnatural resourcesBiotic & abioticmanmade resourcesMidpoint categories(environmental problems)Endpoint categories(environmental damages)

Gambar 3.1 Diagram

Framework pada Gambar 3.1 menunjukkan hubungan antara intervensi lingkungan, baik berupa konsumsi sumber daya dan emisi yang terhitung dalam analisis inventory siklus hidup, dan kategori perbedaan sampak, seperti climate change, penggunaan air, eutrofikasi, dan kategori kerusakan final seperti human health, kualitas ekosistem, penurunan jumlah sumber daya sebagai area perlindungan.Adapun penjelasan dari masing-masing impact category yang terangkum dalam dokumen UNEP/SETAC adalah sebagai berikut:

Global Impact Global warming Global warmingadalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan bumi telah meningkat 0.740.18C (1.330.32F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia seperti kebakaran hutan, aktivitas kendaraan bermotor, pemakaian pengggunaan alat-alat elektronik seperti AC dan sebagainya

Substansi sebagai contributor dampak global warming adalah: CO2 Methane (CH4) Nitrous oxide (N2O) CFC HCFC HFC Halons Tetrachloromethane 1,1,1 Trichloroethane Crabon monoxide

Ozone depletionSubstansi yang memberikan kontribusi pada deplesi stratosfer ozon didefiniskan sebgai substansi yang: Cukup stabil di atmosfer untuk memmungkinkan sebagian besar fraksi untuk mencapai stratosfer Mengandung korin atau bromin yang ketika dilepaskan ke atmosfer akan bergabung dalam dekomposisi kimia pada ozon

Yang termasuk substansi tersebut adalah CFCs (CFC-11, -12, -113, -114, -115) HCFCs (HCFC-22, -123, -124, -141b, -142b) tetrachloromethane (CCl4) 1,1,1-trichloroethane (CCl3CH3)

Penurunan jumlah sumber daya (resource depletion)Sumber daya menjadi berkurang jumah dan jenisnya karena adanya pemakaian yang tidak bijaksana. Hal ini menyebabkan menurunnya sumber daya untuk generasi berikutnya

Regional Impact Photochemical ozone formationOzon terbentuk di troposfer di bawah pengauh sinar matahari. Ketika VOC hadir, radikal proksida juga dapat diproduksi. Radikal peroksi adalah senyawa yang sangat reaktif dan beracun. Adanya radikal peroksi dapat mengakibatkan peningkatan konsentrasi ozon melalui pola reaksi yang kompleks. Ozon adalah sekunder polutan, karena praktis tidak ada ozon hadir dalam emisi sumber berasaldari aktivitas manusia. Ozon troposfer, atau permukaan tanah ozon, telah diakui sebagai salah satu ancaman lingkungan yang paling penting pada skala regional. pada tinggi konsentrasi itu berbahaya bagi kesehatan manusia, tetapi sudah pada konsentrasi yang lebih rendah hal itu menyebabkan kerusakan pada vegetasi

Zat yang berkontribusi: NOx VOC termasuk CH4 CO

AsidifikasiAsidifikasi dipertimbangkan sebagai efek regional. Asidifikasi dipengaruhi oleh terlepasnya proton ke ekosistem. Substansi pengasaman hanya berkontribusi pada proses asidifikasi jika anion dikeluarkan dari sistem. Asidifikasi dapat meningkatkan mobilitas dari logam berat dan aluminium.

Substansi dipertimbangkan dapat menyebabkan efek asidifikasi jika menghasilkan: Supply atau mengeluarkan ion hidrogen (H+) pada lingkungan Pencucian anion yang sesuai dari sistem yang bersangkutanZat-zat yang dapat menyebabkan asidifikasi adalah sebagai berikut: sulfur dioxide (SO2) sulfur trioxide (SO3) nitrogen oxides (NOx) hydrogen chloride (HCl) nitric acid (HNO3) sulfuric acid (H2SO4) phosphoric acid (H3PO4) (note: the anion does not leach and the contribution to acidification is in practice equal to zero) hydrogen fluoride (HF) hydrogen sulfide (H2S) ammonia (NH3)

Local Impact Human healthMeningkatkan morbiditas dan mortalitas pada masyarakat Eutrofikasi (nutrient enrichment)Eutrofikasi merupakan masalah lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbahfosfat(PO3-), khususnya dalamekosistemair tawar. Definisi dasarnya adalah pencemaran air yang disebabkan oleh munculnya nutrient yang berlebihan ke dalam ekosistem air. Air dikatakan eutrofik jika konsentrasi total phosphorus (TP) dalam air berada dalam rentang 35-100 g/L. Sejatinya, eutrofikasi merupakan sebuah proses alamiah di mana danau mengalami penuaan secara bertahap dan menjadi lebih produktif bagi tumbuhnya biomassa. Diperlukan proses ribuan tahun untuk sampai pada kondisi eutrofik. Proses alamiah ini, oleh manusia dengan segala aktivitas modernnya, secara tidak disadari dipercepat menjadi dalam hitungan beberapa dekade atau bahkan beberapa tahun saja. Maka tidaklah mengherankan jika eutrofikasi menjadi masalah di hampir ribuan danau di muka Bumi, sebagaimana dikenal lewat fenomena algal bloom.

Tiga ekuivalen faktor yang didefinisikan untuk kalkukasi dari kontribusi potensial adalah sebagai berikut N potensial yang menyatakan jumlah nitrogen dalam senyawa P potensial yang menyatakan jumlah posfor dalam senyawa Equivalence factor untuk total ntutrien, dimana nitrogen dan posfor diagregasi dengan asumsi perbandingan 16:1 di anatara nitrogen dan posfor pada sistem akuatik.

EcotoxicitySubstansi yang berkontribusi pada ekotoksisitas sangat banyak dan tidak dapat dideskripsikan dalam jumlah grup yang jelas. Sangat mungkin untuk memasukkan semua aktivitas dalam kontribusi meskipun kontribusi substansi tersebut cukup rendah. Beberapa substansi yang berkontribusi pada ekotoksisitas diantaranya adalah:

Senyawa organik Logam Pestisida Organic substances/persistent organic pollutants (POP)

Water UseKehilangan ketersediaan air baik yang berasal dari air permukaan ataupun air tanah

Land UseKehilangan habitat terestial yang dapat digunakan sebagai tempat hidup spesies terpelihara dan menurunkan jumlah lahan yang dapat dimanfaatkan sebagai landfill

BiodiversityMenurunnya jumlah keragaman makhluk hidup (baik hewan maupun tumbuhan) di lingkungn karena adanya proses produksi secara tidak terkendali

IV. Saat ini banyak dikembangkan pendekatan Waste Accounting dan Water Footprint. Jelaskanlah deskripsi kedua hal ini secara cukup rinci. Uraikanlah apakah kedua hal ini telah dapat dikatakan suatu LCA atau tidak?

JawabanWater footprint (WF)adalah suatu konsep yang digunakan untuk melacak jumlah air yang dipergunakan oleh seseorang, suatu komunitas dan bisnis tertentu ataupun yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk. Konsep ini pertama kali dicetuskan oleh Prof. A.Y. Hoekstra dariUniversity of Twentepada tahun 2002 sebagai suatu indikator dari penggunaan air. Konsep WF ini meliputi dimensi waktu dan ruang yang berkaitan dengan kapan dan dimana air itu digunakan. Informasi dariwater footprintsuatu produk ataupun suatu komunitas akan membantu kita memahami bagaimana caranya mencapai keberlanjutan dan pemerataan dalam penggunaan sumber daya air khususnya freshwater.

WFdari suatu produk mengindikasikan jumlah air yang terkandung di dalam produk tersebut, tidak terkandung dalam makna sebenarnya, tetapi secara virtual. Diartikan secara virtual karena menunjukkan total air yang digunakan pada seluruh proses produksi produk tersebut yang meliputi jumlah air hujan (green water footprint), air permukaan dan dalam tanah (blue waterfootprint) dan juga air yang diperlukan untuk mengolah limbah dari produk tersebut(grey waterfootprint). Sebagai contoh, untuk memproduksi sebuah kemeja katun, mulai dari proses penanaman kapas, pemanenan, penggilingan, pembuatan benang, dan seterusnya, water footprintnya adalah sebesar 2500 liter. Selain itu, beberapa contoh jumlah WF dari produk lainnya yang biasa kita konsumsi sehari-hari diantaranya adalah sebagai berikut:

WF dari produk-produk tersebut dihitung dengan menghitung jumlah air yang digunakan dalam seluruh proses produksinya. Dengan adanya penemuan hasil WF beberapa produk yang biasa kita konsumsi sehari-hari tersebut, kita juga dapat menghitung berapa sebenarnya WF kita dalam 1 hari, 1 minggu, 1 bulan, ataupun 1 tahun. Selain itu, kita juga dapat menghitung total WF dari suatu provinsi dan suatu negara per kapita, bahkan kita dapat memperkirakan WF secara global dari semua negara di seluruh dunia.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa rata-rata jumlah WF dari seluruh manusia di dunia adalah 1240 m3 m3/kapita/tahun. Kenyataannya, beberapa negara mempunyai WF yang lebih tinggi dari WF rata-rata dunia, misalnya WF dari Amerika Serikat adalah 2480 m3/kapita/tahun, Iran sebesar 1624 m3/kapita/tahun) dan WF dari Indonesia adalah 1317 m3/kapita/tahun.

Berbagai variasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Penduduk di Amerika memiliki WF yang tinggi ternyata karena penduduk di negara ini mengkonsumsi daging yang banyak (satu kilogram daging membutuhkan 16.000 liter air). Sedangkan kebanyakan penduduk Indonesia menggunakan konsumsi airnya kebanyakan untuk produksi produk-produk pertanian. Di sisi lain, Iran memiliki WF yang tinggi bukan karena hasil pertanian ataupun konsumsi daging yang tinggi melainkan karena faktor cuaca (evaporasi air yang tinggi) di negara ini, yang sangat berpengaruh dalam menentukanwaterfootprint-nya.

Data-data mengenai WF dari setiap penduduk di berbagai negara ini memberikan gambaran bagaimana besarnya konsumsi air dari semua orang di seluruh dunia. Hal ini juga memberikan kesadaran kepada kita semua untuk mulai berpikir bagaimana caranya mengurangi konsumsi air kita, sehingga ikut berkontribusi dalam pemerataan penggunaan air di seluruh dunia.

Mengurangiwater footprintdapat dilakukan melalui beberapa cara. Misalnya, untuk mengurangi WF dalam suatu proses produksi dapat dilakukan dengan mengadopsi teknik produksi yang membutuhkan air yang lebih sedikit dari setiap unit produksinya. Lalu, produktivitas air dalam praktik agrikultural juga dapat ditingkatkan dengan mengaplikasikan teknik yang lebih maju sepertirain water harvestingdan irigasi suplementer. Sementara itu, penguranganwater footprint dalam kehidupan sehari-hari dapat dilakukan adalah mengubah pola konsumsi kita menjadi pola yang membutuhkan lebih sedikit air, misalnya dengan mengurangi konsumsi daging dan barang-barang tertentu yang ternyata membutuhkan banyak air dalam proses produksinya. Pendekatan yang lain bisa dilakukan adalah dengan adanya pemberian harga yang tepat terhadap barang-barang yang membutuhkan konsumsi air yang tinggi, peningkatan kesadaran (publikasi, dll), dan pemberian label atau produk atau pemberian insentif sehingga orang dapat mengubah pola konsumsinya.

Selain itu, pengurangan juga dapat dilakukan dengan memindahkan produksi dari daerah yang mempunyai tingkat produktivitas air yang rendah ke daerah yang memiliki tingkat produktivitas air yang tinggi sehingga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air secara global. Cara seperti ini belum dilakukan secara luas seperti cara-cara sebelumnya, tetapi salah satu contoh adalah seperti yang sudah dilakukan adalah oleh negara Jordania yang mengeksternalisasi WF-nya dengan mengimpor produk gandum dan beras dari USA, karena negara ini mempunyai tingkat produktivitas air yang lebih tinggi daripada negara Jordania.Water footprintsaat initelah berkembang menjadi alat analisis yang digunakan untuk mengarahkan perumusan kebijakan kearah isu-isu mengenai keamanan air dan penggunaan air yang berkelanjutan.

Konsep Water FootprintIde yang mempertimbangkan penggunaan air di sepanjang tahapan produksi mulai mendapatkan perhatian setelah perkenalan pada konsep water footprint yang dilakukan oleh Hoekstra pada tahun 2002. Water footprint merupakan indicator dari penggunaan air permukaan yang melihat bukan hanya pada penggunaan air secara langsung oleh konsumen atau produsen, tetapi juga penggunaan air secara tidak langsung. Water footprint dapat dinyatakan sebagai indikator komprehensif dari penggunaan sumber daya air, di samping pengukuran secara tradisional dan terbatas dari penggunaan air. Water footprint suatu produk adalah volume dari sumber daya air yang digunakan untuk memproduksi suatu produk, yang diukur dari seluruh tahapan supply chain. Indicator tersebut merupakan indicator multidimensional, yang menunjukkan volume konsumsi air oleh sumber dan volume yang tercemar oleh semua tipe pencemar; semua komponen dari water footprint dispesifikasikan secara geografis dan temporal. Blue water footprint menunjukkan konsumsi dari sumber daya air (air permukaan dan air tanah) di sepanjang tahapan produksi. Konsumsi menunjukkan pada banyaknya air yang hilang dari air permukaan dan air tanah yang tersedia. Kehilangan terjadi ketika air mengalami evaporasi, kembali ke daerah tangkapan lain atau laut atau dimasukkan ke dalam produk. Green water footprint menunjukkan pada konsumsi air hujan selama tidak menjadi run-off. Grey water footprint menunjuk pada volume air yang diperlukan untuk mengasimilasi polutan untuk memenuhi standar kualitas ambient yang ditentukan.

Komponen dari water footprint ditunjukkan seperti Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Representasi Skematik dari Komponen Water Footprint

Water footprint menawarkan perspektif yang lebih baik dan lebih luas terhadap bagaimana pengaruh konsumen atau produsen terhadap penggunaan air. Ini merupakan pengukuran volumetrik dari konsumsi air dan pencemaran air. Water footprint memberikan informasi eksplisit secara spasiotemporal mengenai bagaimana air sangat cocok untuk berbagai kebutuhan manusia.

Water Footprint Assessment

Water foot print assessment mengacu pada 3 aktivitas, diantaranya:1. Mengkuatifikasi dan menentukan lokasi water footprint dari proses, produk, produsen, juga konsumen atau mengkuantifikasi dalam ruang dan waktu dalam area geografis yang spesifik2. Menganalisa keberlanjutan lingkungan, sosial dan ekonomi dari suatu water footprint3. Merumuskan strategi untuk member respon.Dapat dikatakan, tujuan dari analisa water footprint adalah bagaimana aktivitas manusia atau suatu produk spesifik berhubungan dengan isu kehilangan air dan polusi, serta untuk melihat bagaimana aktivitas dan produk dapat menjadi lebih berkelanjutan dalam water-perspektif.Ada 4 tahapan penting dalam menganalisis water foorprint:1. Menentukan tujuan dan ruang lingkup2. Menghitung water footprint3. Analisa sustainabilitas water footprint4. Perumusan respon yang diambil dari water footprint.

Tahapan-tahapan dalam analisa water footprint dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Tahapan dalam Analisa Water Foodprint

Tahapan menghitung water footprint merupakan tahapan dimana data dikumpulkan dan perhitungan dikembangkan. Ruang lingkup dan level dari detailnya perhitungan bergantung pada keputusan dari tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Setelah tahapan perhitungan, adalah tahapan menganalisa sustainabilitas water footprint, dimana water footprint dievaluasi dari perspektif lingkungan juga dari perspektif sosial dan ekonomi. Pada tahapan akhir adlah tahapan penentuan respon, strategi atau kebijakan ditentukan dari tahapan ini.

Waste accounting (Pembukuan Limbah)Ada banyak permintaan bagi organisasi-organisasi untuk memperluas pembukuan internal dan eksternal mereka demi mencerminkan faktor-faktor sosial dan lingkungan yang lebih luas . Pembukuan baru yang diperluas ini dapat menyediakan data yang diukur secara sistematis untuk meningkatkan pengambilan keputusan dan akuntabilitas (US EPA tahun 1995, Gray et al 1993) serta mengubah arah organisasi dan menciptakan pandangan baru yang jelas dari faktor-faktor lingkungan dan sosial dalam organisasi (Gray et al 1993, Powers 1992). Sama dengan pembukuan lainnya, pembukuan lingkungan dapat dianggap memiliki dimensi teknis dan dimensi sosial .

Banyak kritik-kritik terhadap akuntansi non-lingkungan juga relevan dalam konteks pembukuan lingkungan (Miller (1992), Munro (1994)). Untuk memisahkan aspek teknis dan aspek sosial dari pembukuan lingkungan mungkin juga dapat ditiru (Munro, 1994) bahwa untuk menyorot satu bagian hanya dapat menerangkan sebagian dari keseluruhan cerita yang ada.

Perwujudan dari pembukuan lingkungan yang akan dibahas dalam soal ini adalah pembukuan limbah. Karakter pembukuan limbah dibedakan menjadi teknis dan sosial untuk kemudahan analisis, tetapi juga karena banyak resep untuk perubahan pembukuan lingkungan ditulis terutama dalam aspek teknis. Begitupun, aspek teknis dan aspek sosial akan diintegrasikan kembali - dengan mencoba menganalisis pembukuan limbah dari perspektif pengumpulan yang lokal dan sementara.

Sebuah studi di AS menunjukkan perusahaan yang mengoperasikan sistem pembukuan limbah lebih mungkin untuk mengadopsi solution teknologi yang lebih bersih, (INFORM 1985, INFORM 1992, US EPA 1995). Gray et al (1993) dengan jelas mengidentifikasi limbah' sebagai masalah bisnis yang perlu dikelola seperti sumber daya bisnis lainnya. Ada semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa praktik pengelolaan limbah di perusahaan-perusahaan Inggris membutuhkan perubahan radikal (Johnston , N. (1994) Rendan dan Kruger (1994)).

Informasi yang lebih baik dan pandangan yang lebih jelas pada masalah limbah akan menyoroti irasionalitas ekonomi dan lingkungan dari praktik pengelolaan limbah pada kebanyakan organisasi. Seringkali limbah perusahaan meliputi produk yang masih dapat dijual yang dibuang karena prosedur operasional yang ceroboh. Seorang konsultan minimasi limbah yang diwawancarai selama proyek ini membanggakan bahwa ia dapat pergi ke perusahaan Inggris manapun dan dengan segera menyarankan tindakan yang akan mengurangi limbah setidaknya 10% dengan biaya yang rendah atau tanpa biaya sama sekali.Perkembangan teknis dari sistem pembukuan limbah relatif mudah karena 'limbah' dapat dengan mudah diartikulasikan dalam pola akuntansi konvensional dan keuntungan keuangan yang jelas dapat ditunjukkan. Pembenaran dan legitimasi keputusan minimisasi limbah didasarkan pada penetapan kembali biaya pribadi/manfaat bagi organisasi. Jika jenis pembukuan limbah dipandang sebagai teknologi yang lebih bersih, maka hal ini dapat diterima dalam ideologi pasar saat ini dan juga mungkin memberikan manfaat lingkungan dan/atau sosial jangka pendek, tetapi akan berpengaruh sedikit untuk mengubah nilai-nilai fundamental serta keyakinan yang diperlukan untuk mempertahankan kesetimbangan ekologi.Salah satu faktor penting dalam menilai 'kebersihan' dari teknologi ini adalah parameter definisi biaya yang digunakan oleh organisasi. Apakah itu sudah termasuk biaya pribadi saat ini, ataukah itu meliputi biaya masa depan yang mungkin dikeluarkan oleh organisasi ataukah itu mencakup biaya sosial atau biaya ekologi . Semakin sempit definisi biaya semakin kurang efektif pembukuan baru ini untuk mempertahankan ksetimbangan ekologi.Power( 1992) mengakui potensi pembukuan untuk isu-isu lingkungan hidup: perubahan pembukuan dapat menggeser pola arah organisasi dan dari sudut pandang ini entitas pembukuan dapat dianggap sebagai cakrawala fleksibel dari kemungkinan-kemungkinan pengetahuan. Kita dapat berspekulasi bahwa bahasa baru dari limbah dan kesetimbangan ekologi dapat menciptakan lingkungan moralitas baru dalam suatu organisasi. Suatu alam semesta baru dari fakta untuk perilaku lama, daripada perilaku yang telah ada di alam semesta fakta-fakta (Powers 1992)Kemampuan pembukuan untuk menentukan atau membangun realitas perusahaan dan parameter keputusan kontekstual sangatlah kuat (Hines 1988) dan berpotensi sebagai agen utama perubahan. Proses sosial dan budaya dari perusahaan dapat dipengaruhi dengan penggantian pembukuan konvensional sebagai pembuat definisi satu-satunya ataupun parsial dari masalah yang harus dipecahkan . Salah satu isu strategis dalam mengembangkan pembukuan lingkungan adalah untuk mempertimbangkan apakah akuntansi baru ini harus dimasukkan dalam proses sistem akuntansi yang formal untuk mengubah sistem itu dari dalam, atau apakah itu harus dikembangkan sebagai sistem paralel yang beroperasi secara independen dari sistem pembukuan resmi. Sistem paralel ini akan memberi suatu 'realitas ' alternatif dan akan membutuhkan suatu integrasi dari dua pandangan ini pada tingkat yang lebih tinggi .Telah dihipotesis bahwa pendekatan dialektis yang terakhir akan lebih kuat , jika tujuannya adalah untuk secara radikal mengubah organisasi untuk mengadopsi tujuan yang mempertahankan kesetimbangan ekologi.Pembukuan bukanlah satu-satunya hal yang negatif dan tidak bersesuaian dengan keinginan organisasi untuk mempertahankan kesetimbangan ekologi. Sangat sedikit disiplin lain yang lebih maju dalam mempertimbangkan implikasi penuh dalam kesetimbangan ekologi. Disiplin yang berbeda memiliki nilai-nilai mereka sendiri , metode-metode untuk mengevaluasi situasi dan solusi yang dipertimbangkan dan kesetimbangan ekologi merupakan ancaman yang signifikan terhadap mode operasi mereka saat ini. Pembukuan limbah mungkin akan memperlihatkan lebih banyak arah aksi yang mempertahankan kesetimbangan ekologi dari insiniyur kimia, eksekuti pemasaran atau manajer hubungan masyarakat dari suatu perusahaan/organisasi.