TINJUAN PUSTAKA
-
Upload
hanung-merahbara -
Category
Documents
-
view
36 -
download
3
description
Transcript of TINJUAN PUSTAKA
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI DAN SEJARAH FORENSIK ODONTOLOGI
Ilmu kedokteran gigi forensik memiliki nama lain yaitu forensic dentistry dan
odontology forensic. Forensik odontologi adalah suatu cabang ilmu kedokteran gigi yang
mempelajari cara penanganan dan pemeriksaan benda bukti gigi serta cara evaluasi dan
presentasi temuan gigi tersebut untuk kepentingan peradilan. (Lukman, 2006)
Cabang ilmu ini sebenarnya telah di aplikasikan sejak jaman prasejarah,akan tetapi
baru mendapatkan perhatian pada akhir abad 19 ketika banyak artikel tentang forensik
odontologi ditulis dalam jurnal kedokteran gigi pada saat itu. (www.policensw.com, 2012)
Sejarah forensik odontologi sudah ada sejak sebelum masehi (SM) yaitu pada masa
pemerintahan Kaisar Roma Claudiuspada tahun 49 SM, Agrippina (yang kelak akan menjadi
ibu Kaisar Nero) membuat rencana untuk mengamankan posisinya. Janda kaya Lollia Paulina
merupakan saingannya dalam menarik perhatian kaisar, maka ia membujuk kaisar untuk
mengusir wanita tersebut dari Roma. Akan tetapi hal itu rupanya masih dianggap kurang
olehnya dan ia menginginkan kematian wanita tersebut. Tanpa sepengetahuan kaisar, ia
mengirim seorang serdadu untuk membunuh wanita tersebut. Sebagai bukti telah
melaksanakan perintahnya, kepala Lollia dibawa dan ditunjukkan kepada Agrippina. Karena
kepala tersebut telah rusak parah mukanya, maka Agrippina tidak dapat mengenalinya lagi
dari bentuk mukanya. Untuk mengenalinya Agrippina menyingkap bibir mayat tersebut dan
memeriksa giginya yang mempunyai ciri khas, yaitu gigi depan yang berwarna kehitaman.
Adanya ciri tersebut pada gigi mayat membuat Agrippina yakin bahwa kepala tersebut adalah
benar kepala Lollia. (en.wikipedia.org, 2012)
Pada tahun 1776, dalam suatu perang Bukker Hill terdapat korban Jendral Yoseph
Warren, oleh drg, Paul reveredapat dibuktikan bahwa melalui gigi palsu yang dibuatnya yaitu
berupa Bridge Work gigi depan taring kiri ke taring kanan yang ia buat sehingga drg. Paul
revere dapat dikatakan dokter gigi pertama yang menggunakan ilmu kedokteran gigi forensik
dalam pembuktian. (Lukman, 2006)
Pada tahun 1887 Godon dari perancis merekomendasikan penggunaan gigi untuk
identifikasi orang hilang. Untuk itu ia menganjurkan agar para dokter gigi menympan data
gigi para pasiennya, untuk berjaga-jaga jika kelak data tersebut diperlukan sebagai data
pembanding. (Atmadja, 2012)
Kasus identifikasi personal yang terkenal adalah kasus pembunuhan Dr. George
Parkman, seorang dokter dari Aberdeen, oleh Profesor J.W. Webster. Pada kasus ini korban
dibunuh, lalu tubuhnya dipotong-potong kemudian dibakar di perapian. Polisi mendapatkan
satu blok gigi palsu dari porselin yang melekat pada potongan tulang. Dr. Nathan Cooley
Keep, seorang dokter bedah mulut memberikan kesaksian bahwa gigi palsu itu adalah bagian
dari gigi palsu buatannya pada tahun 1846 untuk Dr. Parkman yang rahang bawahnya amat
protrusi. (Lukman, 2006)
Pada tanggal 4 mei 1897, sejumlah 126 orang farisi dibakar sampai meninggal di
Bazaar de la Charite. Para korban sulit diidentifikasi secara visual karena umumnya dalam
keadaan terbakar luas dan termutilasi. Berdasarkan pemeriksaan Dr. Oscar Amoedo (dokter
gigi Kuba yang berpraktek di Paris) dan dua orang dokter gigi Perancis, Dr, Davenport dan
Dr. Braul yang melakukan pemeriksaan gigi-geligi para korban kemudian ternyata mereka
berhasil mengidentifikasikan korban-korban ini.
Pada tahun 1917 di dermaga Brooklyn ditemukan mayat yang kemudian dipastikan
sebagai wanita yang telah menghilang 8 bulan sebelumnya. Identifikasi pada kasus ini
ditegagkan berdasarkan temuan bridge pada gigi-geliginya.
Sekitar tahun 1960 ketika program instruksional formal kedokteran gigi forensik
pertama dibuat oleh Armed Force Institute of Pathology, sejak saat itu banyak kasus
penerapan odotologi forensik dilaporkan dalam literatur sehingga forensik odontologi mulai
banyak dikenal bukan saja di kalangan dokter gigi, tetapi juga di kalangan penegak hukum
dan ahli-ahli forensik.
2.2 RUANG LINGKUP ODONTOLOGI FORENSIK
Batasan dari forensik odontologi terdiri dari:
1. Identifikasi dari mayat yang tidak dikenal melalui gigi, rahang dan kraniofasial.
2. Penentuan umur dari gigi.
3. Pemeriksaan jejas gigit (bite-mark).
4. Penentuan ras dari gigi.
5. Analisis dari trauma oro-fasial yang berhubungan dengan tindakan kekerasan.
6. Dental jurisprudence berupa keterangan saksi ahli.
7. Peranan pemeriksaan DNA dari bahan gigi dalam identifikasi personal.
2.3 KEUNGGULAN METODE IDENTIFIKASI PEMERIKSAAN GIGI
Sebagai suatu metode identifikasi pemeriksaan gigi memiliki keunggulan sbb:
1. Gigi merupakan jaringan keras yang resisten terhadap pembusukan dan pengaruh
lingkungan yang ekstrim.
2. Karakteristik individual yang unik dalam hal susunan gigi geligi dan restorasi gigi
menyebabkan identifikasi dengan ketepatan yang tinggi.
3. Kemungkinan tersedianya data antemortem gigi dalam bentuk catatan medis gigi
(dental record) dan data radiologis.
4. Gigi geligi merupakan lengkungan anatomis, antropologis, dan morfologis, yang
mempunyai letak yang terlindung dari otot-otot bibir dan pipi, sehingga apabila terjadi
trauma akan mengenai otot-otot tersebut terlebih dahulu.
5. Bentuk gigi geligi di dunia ini tidak sama, karena berdasarkan penelitian bahwa gigi
manusia kemungkinan sama satu banding dua miliar.
6. Gigi geligi tahan panas sampai suhu kira-kira 400ºC.
7. Gigi geligi tahan terhadap asam keras, terbukti pada peristiwa Haigh yang terbunuh
dan direndam dalam asam pekat, jaringan ikatnya hancur, sedangkan giginya masih
utuh.
2.4 PERANAN ODONTOLOGI FORENSIK DALAM MENANGANI BENCANA
MASAL
Kematian yang tidak wajar atau tidak terduga, atau dalam kondisi bencana massal,
kerusakan fisik yang direncanakan, dan keterlambatan dalam penemuan jenazah, bisa
mengganggu identifikasi. Dalam kondisi inilah forensik odontologi diperlukan walaupun
tubuh korban sudah tidak dikenali lagi.
Identifikasi dalam kematian penting dilakukan, karena menyangkut masalah kemanusiaan dan
hukum. Masalah kemanusian menyangkut hak bagi yang meninggal, dan adanya kepentingan
untuk menentukan pemakaman berdasarkan agama dan permintaan keluarga. Mengenai
masalah hukum, seseorang yang tidak teridentifiksi karena hilang, tidak dipersoalkan lagi
apabila telah mencapai 7 tahun atau lebih. Dengan demikian surat wasiat, asuransi, masalah
pekerjaan dan hokum yang perlu diselesaikan, serta masalah status pernikahan menjadi tidak
berlaku lagi. Sebelum sebab kematian ditemukan atau pemeriksa medis berhasil
menentukan jenazah yang sulit diidentifikasi, harus diingat bahwa kegagalan menemukan
rekaman gigi dapat mengakibatkan hambatan dalam identifikasi dan menghilangkan semua
harapan keluarga, sehingga sangat diperlukan rekaman gigi setiap orang sebelum dia meninggal.
2.5 ANATOMI DAN MORFOLOGI GIGI MANUSIA
a. Anatomi Gigi
Gigi manusia terdiri dari tiga :
Akar gigi, yang berfungsi menopang gigi dan merupakan bagian gigi yang terletak
didalam tulang rahang.
Mahkota gigi yaitu bagian gigi yang berada diatas ginggiva.
Leher gigi, yaitu bagian yang menghubungkan akar gigi dengan mahkota gigi
b. Struktur Gigi
Badan dari gigi terdiri dari :
1. Email, merupakan jaringan keras yang mengelilingi mahkota gigi dan berfungsi
membentuk struktur luar mahkota gigi dan membuat gigi tahan terhadap tekanan
dan abrasi. Email tersusun dari mineral anorganik terutama kalsium dan fosfor, zat
organ ic dan air.
2. Dentin, merupakan bagian dalam struktur gigi yang terbanyak dan berwarna
kekuningan. Dentin bersifat lebih keras dari pada tulang tetapi lebih lunak dari
email. Dentin terdiri dari 70 % bahan organ ic, terutama Kalsium dan fosfor
serta 30 % bahan organic dan air.
3. Sementum, merupakan jaringan gigi yang mengalami kalsifikasi dan menutup
akar gigi. Sementum berfungsi sebagai tempat melekatnya jaringan ikat yang
memperkuat akar gigi pada alveolus. Sementum lebih lunak dari dentin dan terdiri
dari 50% bahan organic berupa Kalsium dan Fosfor dan 50% bahan organic.
4. Pulpa, merupakan jaringan ikat longgar yang menempati bagian ruang
tengah pulpa dan akar gigi. Pada pulpa terkandung pembuluh darah, syaraf, dan
sel pembentuk dentin. Pulpa berisi nutrisi dan berfungsi sebagai sensorik.
Gambar 5. Struktur gigi.
2.6 NOMENKLATUR GIGI
Nomenklatur yang biasa dipakai adalah :
1. Cara Zsigmondy
2. Cara Palmer : cara yang paling mudah dan universal untuk dental record
3. Cara Amerika : yaitu dengan menghitung dari atas kiri, ke kanan, ke bawahkanan,
lalu ke bawah kiri.
4. Cara Aplegate
Kebalikan dari cara Amerika yaitu dengan menghhitung dari atas kanan kekiri, kebawah kiri
lalu ke bawah kanan
5. Cara Haderup
6. System Scandinavian (tidak begitu banyak digunakan)
7. Cara G.B.Denton
8. Cara FID (Federation Internationale Dentaire)
2.7 IDENTIFIKASI DENTAL PERBANDINGAN
Dogma sentral identifikasi dental yaitu bahwa gigi postmortem tetap dapat
dibandingkan dengan dental record antemortem, termasuk catatan tertulis, studycasts,
radiografi dll, untuk mengkonfirmasi identitas korban. Seseorang yang sering melakukan
perawatan gigi biasanya lebih mudah diidentifikasi daripada seseorang yang jarang
melakukan perawatan giginya. Pada gigi geligi tidak hanya dapat memperlihatkan perawatan
yang melekat atau tertinggal pada gigi korban sebagai sesuatu yang unik dan mudah dikenali,
juga dapat bertahan selama postmortem bahkan dapat menyebabkan perubahan atau
kerusakan pada jaringan tubuh yang lainnya.
Biasanya, tubuh manusia yang ditemukan dan dilaporkan kepada polisi yang
kemudian akan meminta pemeriksaan identifikasi dental. Biasanya terdapat benda pengenal
pada korban (misalnya dompet atau izin mengemudi) pada tubuh korban dan pada benda ini
mungkin terdapat catatan antemortem korban. Pada kasus lain, lokasi geografis dimana tubuh
korban ditemukan atau karakter fisik lain maupun bukti - bukti tak langsung mungkin dapat
membantu dalam membuat identitas diduga, biasanya dengan menggunakan data dari data
orang hilang. Dental record antemortem kemudian dapat diperoleh dari data seorang dokter
gigi.
Seorang dokter gigi forensic membuat dental record postmortem dengan menyusun
dan menuliskan gambaran struktur maupun gambaran radiologis dental yang didapatkan. Jika
catatan dental record antemortem tersedia pada saat itu, gambaran radiografis harus dilakukan untuk
membuat replikasi tipe dan sudutnya.
Gambar 6. Contoh catatan dental postmortem
Setelah dental record postmortem telah lengkap, dapat dilakukan perbandingan
antara kedua catatan tersebut, postmortem dan antemortem. Diperlukan pemeriksaan
perbandingan yang sistematis dan metodik, dengan memeriksa setiap gigi dan struktur
disekitarnya walaupun ditemukannya suatu bentuk restorasi gigi merupakan point identifikasi
yang penting, banyak bagian oral lain yang dapat dinilai. Semakin banyak data ciri - ciri oral
yang ditemukan semakin berarti data yang dikumpulkan khususnya pada kasus dengan
restorasi gigi minimal. Dengan semakin menurunnya kasus karier gigi, maka kasus
nonrestorasi akan semakin sering ditemukan.
Gambar 7. Contoh perbandingan radiografi dental postmortem dan antemortem untuk
menentukan identitas.
Pola, bentuk dan ukuran perawatan gigi tampak dalam satu gambar radiografi (record)
yang kemudian dibandingkan dengan sifat dan karakteristik yang serupa pada gambar radiografi
lainnya. Pada kasus diatas, tampak bahwa kedua foto tersebut berasal dari orang yang sama,
menandakan identifikasi positif.
Persamaan dan perbedaan yang didapatkan dari kedua dental record (postmortem dan
antemortem) harus dicatat. Ada dua jenis perbedaan, yaitu perbedaan yang dapat dijelaskan
dan perbedaan yang tidak dapat dijelaskan. Perbedaan yang dapat dijelaskan biasanya
berhubungan dengan waktu diantara dental record antemortem dan postmortem misalnya
terdapat ekstraksi gigi atau restorasi gigi. Perbedaan yang tidak dapat dijelaskan, misalnya
pada antemortem record tidak terdapat gigi sedangkan pada postmortem record terdapat gigi.
Beberapa kategori yang disarankan digunakan dalam menentukan hasil investigasi
identifikasi odontology forensik. American Board of Forensic Odontology
merekomendasikannya dalam 4 kesimpulan hasil, antara lain:
1. Positif Identification (identifikasi posistif) : jika dental record antemortem
dan postmortem memiliki kesesuaian untuk dapat diputuskan bahwa kedua data tersebut
berasal dari orang yang sama. Sebagai tambahan tidak terdapat perbedaan yang tidak
dapat dijelaskan.
2. Possible Identification (kemungkinan identifikasi) : jika pada dental record antemortem
dan postmortem memiliki bagian - bagian yang sesuai namun karena kualitas keadaan
sisa - sisa tubuh postmortem atau bukti antemortem sehingga tidak memungkinkan
mengambil keputusan identitas adalah positif.
3. Insufficient Evidence (barang bukti kurang) : jika data - data yang didapatkan tidak mencukupi
untuk menjadi dasar dalam mengambil keputusan.
4. Exclusion (pengecualian) : data antemortem dan postmortem jelas tidak sama.
2.8 PROFIL DENTAL POST MORTEM
Jika dental record antemortem tidak tersedia dan medote identifikasi lain tidak dapat
dilakukan, kedoteran gigi forensic dapat membantu mengurangi jumlah kemungkinan
populasi untuk mengidentifikasi jenasah. Metode ini dikenal sebagai profil dental
postmortem. Informasi yang didapatkan dari metode ini dapat membantu dalam
memfokuskan pencarian dental record antemortem. Dengan profil dental postmortem dapat
membantu dalam menemukan informasi mengenai umur, latar belakang keturunan, jenis
kelamin dan status ekonomi. Pada beberapa kasus, metodeini dapat memberikan informasi
tambahan mengenai pekerjaan, kebiasaan konsumsimakanan, perilaku sehari - hari bahkan
penyakit gigi maupun penyakit sistemik.
Dengan profil dental postmortem dapat membantu mengenali jenis kelamin maupun
latar belakang individu. Pada dasarnya, dari bentuk tengkorak, seorang dokter gigi forensic
dapat membedakan ras dalam tiga kelompok besar yaitu : Kaukasoid, Mongoloid dan
Negroid. Ciri tambahan pada gigi seperti tonjolan Carabelli, shovel-shape incisor, dan
multicusped premolar juga dapat membantu dalam membedakan ras. Penentuan jenis kelamin
biasanya dilakukan dengan melihat tampilan tengkorak, karena jenis kelamin tidak memberikan
bentuk morfologi ggi yang khas. Pemeriksaan mikroskopi gigi dapat membantu mengenali
jenis kelamindengan melihat ada atau tidak kromatin Y serta dengan pemeriksaan DNA.
Struktur gigi dapat memberikan informasi umur seseorang. Umur pada
anak (termasuk fetus dan neonatus) dapat ditentukan dengan analisa perkembangan gigi dan
membandingkannya dengan table perkembangan gigi geligi. Kesimpulan biasanya akurat
hingga sekitar 1,5 tahun. Tabel perbandingan yang biasa digunakanadalah table Ubelaker,
yang mengilustrasikan perkembangan gigi geligi dari umur 5 bulan antenatal hingga umur 35
tahun. Oleh karena itu, table ini memperlihatkan gambaran susunan gigi dari gigi susu, campuran
gigi susu dan permanen, hingga susunan gigi permanen. Gigi molar ketiga digunakan oleh beberapa
ahli gigi forensik yang menandakan usia dewasa muda. Terdapatnya tanda penyakit
periodontal, pemakaian berlebihan, multiple restoration, ekastraksi, dapat memberikan
informasi usia yang lebih tua. Beberapa ahli gigi forensic menggunakan pemeriksaan
rasemisasiasam aspartat, metode SEM-EDXA (pemeriksaan dentin untuk menentukan umur).
Beberapa penelitian terbaru di Amerika Serikat menggunakan panjang akar gigi dalam
menentukan usia pada anak.
Didapatkan erosi pada gigi mengarahkan pada penggunaan alkohol
atau penyalahgunaan zat sedangkan noda pada gigi mengarahkan pada kebiasaan
merokok, pengunaan tetrasiklin atau kebiasaan mengunyah sirih. Kualitas, kuantitas serta
adan tidaknya perawatan dental memberikan informasi status ekonomi atau kemungkinan
negara tempat tinggalnya. Jika profil dental postmortem tidak dapat menunjukkan
kemungkinan identitas jenazah maka dibutuhkan rekonstruksi tampilan individu saat hidup
dengan bantuan profil dental.
2.9 PENENTUAN USIA
a. Pendekatan Atlas (Morfologi)
Teknik ini menggunakan gambaran radiografi gigi dimana dapat dilihat perbedaan
tingkat mienralisasi pada setiap gigi. Dibandingkan mineralisasi tulang, proses
mineralisasi gigi kurang dipengaruhi oleh keadaan nutrisi danstatus endokrin,
sehingga memberikan informasi yang lebih akurat dalammenentukan umur.
1) Tables Schour and Massler. Table Schour dan Massler merupakan pendekatan atlas
yang klasik. Schour dan Massler menggambarkan 20 urutan perkembangan gigi
dimulai sejak usia 4 bulan kelahiran hingga usia 21 tahun. Dilakukan
perbandingan perkembangan gigi seseorang dengan table hingga dapat
menentukan estimasi usia.
2) Moorrees et all, membuat tabel berdasarkan maturasi gigi permanen dalam 14
tingkat dimulai sejak awal pembentukan penonjolan gigi hingga penutupan apeks
sempurna, dan dibuat tabel berbeda untuk pria dan wanita.
3) Anderson et all, melanjutkan tabel Moorrees et all hingga gigi molar ketiga.
b. Sistem Skor
Demirjian et all menyederhanakan estimasi kronologi perkembangan gigi dalam 8
tingkat (A-H), dan membatasinya untuk 7 gigi pertama mandibula kiri.
Tabel perkembangan gigi Demirjian et all ini dibuat berbeda untuk anak laki - laki
dan perempuan. Untuk menentukan usia seorang anak kedelapan skor tersebut
dijumlahkan untuk mendapatkan kronologi usia.
Gambar 8. Tabel presentasi perkembangan gigi oleh Demirijian et all.
Penentuan umur pada orang dewasa :
a. Teknik Morfologi
1) Metode Gustaffson
Penentuan umur berdasarkan table Gustaffson pada umumnya bermanfaat selama gigi
masih dalam masa pertumbuhan. Untuk memperkirakan umur seseorang setelah masa itu
digunakan 6 metode, antara lain :
1. Atrisi
Penggunaan gigi setiap hari membuat gigi mengalami keausan yang sesuai dengan
bertambahnya usia.
2. Sekunder dentin
Sejalan dengan adanya atrisi, maka di dalam ruang pulpa akan dibentuk sekunder
dentin untuk melindungi gigi, sehingga semakin bertambah usiamaka sekunder
dentin akan semakin tebal.
3. Ginggiva attachment
Pertambahan usia juga ditandai dengan besarnya jarak antara perlekatangusi dan
gigi.
4. Pembentukan foramen apikalis
Semakin lanjut usia, semakin kecil juga foramen apikalis.
5. Transparansi akar gigi
Semakin tua usia seseorang maka akar giginya semakin bening, hal ini
dipengaruhi oleh mineralisasi yang terjadi selama kehidupan.
6. Sekunder sement
Ketebalan semen sangat berhubungan dengan usia. Dengan bertambahnya usia
ketebalan sement pada ujung akar gigi juga semakin bertambah.
Setiap parameter diatas diberi skala berbeda (dari 1-3) dan dengan menjumlahkan
keenam parameter tersebut didapatkan perkiraan kronologi usia.
b. Teknik Radiografi
1) Kvaal et all mengembangkan teknologi untuk menentukan perkiraan umur menilai ukuran pulpa
gigi dari gambaran radiografi periapical dari tipe gigi : insisivus sentral dan lateral
maksila, kaninus, dan premolar pertama. Perkiraan umur berdasarkan jenis kelamin
dan perhitungan beberapa ratio panjang dan lebar pulpa untuk mengimbangi
pembesaran dan angulasi dari gambar gigi yang asli dengan gambaran radiografi.
2) Kvaal and Solheim juga mempresentasikan metode yang mengkombinasikan teknik
morfologi dan radiografi untuk menentukan perkiraan umur. Berdasarkan gigi yang
diukur, beberapa parameter yang dinilai : translusensiapical dalam mm (T), retraksi
ligamentum periodontal dalam mm (P), panjang pulpa yang diukur dari gambar
radiografi (PL), panjang akar gigi yang diukur dari permukaan mesial gambar
radiologi (RL), lebar pulpa pada daerah cementoenal junction pada gambar radiografi
(PWC), lebar akar pada daerah cementoenal junction pada gambar radiografi (RWC),
lebar pulpa pada daerah pertengahan akar (RWM), lebar akar pada daerah
pertengahan akar (RWM).
c. Metode Asam Aspartat
Hapusan asam aspartat telah digunakan untuk menentukan usia berdasarkan pada
terdapatnya bahan tersebut pada dentin manusia. Komponen protein terbanyak pada tubuh
manusia berbentuk L-amino Acid, D-amino acid yang ditemukan pada tulang, gigi, otak
dan lensa mata. D-amino acid dipercaya mempunyai proses metabolisme yang lambat dan
tiap bagiannya mempunyai laju pemecahan yang lebih lambat dan mempunyai ratio
dekomposisi yang lebih lambat juga. Asam aspartat mempunyai kemampuan
penghapusan paling tinggi dari semua asam amino.
Pada 1976 Helfman dan Bada menggunakan informasi ini untuk
mempelajari perkiraan umur dengan membandingkan rasio D-Laspartat acid dengan 20
subyek dengan hasil bagus (r=0,979) rasio yang tinggi pada D/L rasio banyak
ditemukan pada usia muda dan menurun akibat pertambahan usia dan perubahan lingkungan.
Pada tahun 1990 Ritz et all melaporkan adanya asam aspartat pada dentin untuk
menentukan usia pada orang yang telah meninggal, berdasarkan hal tersebut metode ini
dapat menyediakan informasi yang lebih akurat tentang penentuan usia dibandingkan
dengan parameter yang lain.
Untuk penentuan usia digunakan persamaan linier sebagai berikut :
Ln (1+ D/L) / (1± D/L) = 2k (aspartat)t + konstanta
K : first order kinetic
t : actual age
Gigi yang digunakan dalam kasus ini adalah gigi seri tengah bagian bawah
dan premolar pertama. Mereka menemukan perkiraan umur yang lebih baik dari fraksi
total asam amino dengan membagi menjadi fraksi kolagen yang tidak larut dan fraksi
peptide. Dibandingkan dengan total asam amino, fraksi kolagen yang tidak larut dan
fraksi peptide yang terlarut, mempunyai konsentrasi glutamine danasam aspartat yang
lebih tinggi.
2.10PENENTUAN JENIS KELAMIN
—-Ukuran dan bentuk gigi juga digunakan untuk penentuan jenis kelamin. Gigi geligi
menunjukkan jenis kelamin berdasarkan kaninus mandibulanya. Anderson mencatat bahwa
pada 75% kasus, mesio distal pada wanita berdiameter kurang dari 6,7 mm, sedangkan pada
pria lebih dari 7 mm. Saat ini sering dilakukan pemeriksaan DNA dari gigi untuk
membedakan jenis kelamin.
2.11PENENTUAN RAS
Gambaran gigi untuk Ras Mongoloid adalah sebagai berikut:
1. Shovel-shaped insisivus. Insisivus pada maksila secara nyata menunjukkan bentuk
sekop pada 85-99% ras mongoloid. 2 sampai 9% ras kaukasoid dan 12% ras
negroid memperlihatkan adanya bentuk seperti sekop walaupun tidak terlalu jelas.
2. Dens evaginatus. Tuberkel asecoris pada permukaan oklusal premolar bawah pada
1-4 % ras mongoloid.
3. Akar distal tambahan pada molar pertama mandibula ditemukan pada 20%
mongoloid dan hanya 1% pada kaukasoid.
4. Lengkungan palatum berbentuk elips dengan dasar yang lebih datar.
5. Batas bagian bawah mandibula berbentuk lurus.
Gambar 10. Shovel-shaped incisors pada seorang wanita China.
Gambaran gigi untuk Ras Kaukasoid adalah sebagai berikut:
1. Cusp Carabelli, yakni berupa tonjolan tambahan pada permukaan mesiolingual yang
hampir selalu ditemukan pada gigi molar pertama permanen maksilaris dan pada gigi
susu molar kedua mandibularis.
2. Pendataran daerah sisi bucco-lingual pada gigi premolar kedua dari mandibula.
3. Maloklusi pada gigi anterior.
4. Palatum sempit, mengalami elongasi, berbentuk lengkungan parabola.
5. Dagu menonjol.
Gambar 10. Mesiongual cusps of Carabelli pada gigi molar pertama atas dari seorang ras
Caucasoid.
Gambaran gigi untuk Ras Negroid adalah sebagai berikut :
1. Pada gigi premolar 1 dari mandibula terdapat dua sampai tiga tonjolan
pada permukaan lingual.
2. Sering terdapat open bite.
3. Palatum lebar, hiperbolik, dengan dasar palatum sempit.
4. Sering didapatkan maloklusi klas III.
5. Palatum berbentuk lebar.
6. Protrusi bimaksila, tulang alveolar maksila dan mandibula menonjol dengan gigi seri
miring ke arah labium ras mongoloid dan non-Anglo Caucasoid juga dapat memperlihatkan
hal tersebut namun lebih sering ditemukan pada populasi negroid.
7. Sekitar 20 persen orang ras negroid sudah tidak menunjukkan ciri tersebut karena
telah terjadi perkawinan silang ras.
8. Tuberkulum intermedium, terdapat penonjolan tambahan diantara distolingual dan
mesiolingual pada gigi molar pertama.