Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus....

54

Transcript of Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus....

Page 1: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan
Page 2: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

BANK INDONESIAUntuk informasi lebih lanjut hubungi:Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi KebijakanTim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi KebijakanTim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi KebijakanTim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi KebijakanTim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi KebijakanBiro Kebijakan MoneterBiro Kebijakan MoneterBiro Kebijakan MoneterBiro Kebijakan MoneterBiro Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter

Telepon : +62 61 3818163+62 21 3818206 (sirkulasi)

Fax. : +62 21 3452489E-mail : [email protected] : http://www.bi.go.id

Page 3: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

i

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INDONESIA

Laporan Kebijakan Moneter dipublikasikan secara triwulanan oleh Bank Indonesia setelah

Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada bulan Januari, April, Juli, dan Oktober. Selain dalam

rangka memenuhi ketentuan pasal 58 UU Bank Indonesia No. 23 Tahun 1999 sebagaimana

telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004, laporan ini berfungsi untuk dua maksud

utama, yaitu: (i) sebagai perwujudan nyata dari kerangka kerja antisipatif yang mendasarkan

pada prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan dalam perumusan kebijakan moneter, dan

(ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat

luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan kebijakan yang melandasi keputusan

kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

Dewan Gubernur

Boediono Gubernur

Miranda S. Goeltom Deputi Gubernur Senior

Hartadi A. Sarwono Deputi Gubernur

Siti Ch. Fadjrijah Deputi Gubernur

S. Budi Rochadi Deputi Gubernur

Muliaman D. Hadad Deputi Gubernur

Ardhayadi Mitroatmodjo Deputi Gubernur

Budi Mulya Deputi Gubernur

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERTRIWULAN I-2009

Page 4: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

ii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INDONESIA

Page 5: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

iii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INDONESIA

Strategi Kebijakan Moneter

Prinsip Dasar

Kebijakan moneter dengan ITF menempatkan sasaran inflasi sebagai tujuan utama (overriding objective) dan jangkarnominal (nominal anchor) kebijakan moneter. Dalam hubungan ini, Bank Indonesia menerapkan strategi antisipatif(forward looking) dengan mengarahkan respon kebijakan moneter saat ini untuk pencapaian sasaran inflasi jangkamenengah ke depan.

Penerapan ITF tidak berarti bahwa kebijakan moneter tidak memperhatikan pertumbuhan ekonomi. Paradigmadasar kebijakan moneter untuk menjaga keseimbangan (striking the optimal balance) antara inflasi dan pertumbuhanekonomi tetap dipertahankan, baik dalam penetapan sasaran inflasi maupun respon kebijakan moneter, denganmengarahkan pada pencapaian inflasi yang rendah dan stabil dalam jangka menengah-panjang.

Sasaran Inflasi

Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia telah menetapkan dan mengumumkan sasaran inflasi IHKuntuk tahun 2008, 2009, dan 2010 masing-masing sebesar 5%+1%, 4,5%+1%, dan 4%+1%. Sasaran inflasidimaksud sejalan dengan proses penurunan inflasi secara bertahap (gradual disinflation) mengarah pada sasaraninflasi jangka menengah-panjang yang kompetitif dengan negara lain sekitar 3%.

Instrumen dan Operasi Moneter

BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh BankIndonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate merupakan suku bunga sinyaling dalam rangka mencapai sasaraninflasi jangka menengah panjang, yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu.

Dalam rangka implementasi penyempurnaan kerangka operasional kebijakan moneter, terhitung sejak tanggal 9Juni 2008 Bank Indonesia melakukan perubahan sasaran operasional dari suku bunga SBI 1 bulan menjadi sukubunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N).

BI Rate diimplementasikan dalam operasi moneter melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uanguntuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter yang tercermin pada perkembangan suku bunga Pasar UangAntar Bank Overnight (PUAB O/N). Untuk meningkatkan efektivitas pengendalian likuiditas di pasar, operasi moneterharian dilakukan dengan menggunakan seperangkat instrumen moneter dan koridor suku bunga (standing facilities).

Proses Perumusan Kebijakan

BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur melalui mekanisme Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan. Dalam halterjadi perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan stance kebijakan moneter dapat dilakukan sebelum RDGBulanan melalui RDG mingguan. Perubahan dalam BI Rate pada dasarnya menunjukkan respons kebijakan moneterBank Indonesia untuk mengarahkan prakiraan inflasi ke depan agar tetap berada dalam lintasan sasaran inflasi yangtelah ditetapkan.

Transparansi

Kebijakan moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasankepada press dan pelaku pasar, website, maupun penerbitan Laporan Kebijakan Moneter (LKM). Transparansidimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan sekaligus pembentukan ekspektasi masyarakat atas prakiraanekonomi dan inflasi ke depan serta respon kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

Koordinasi dengan Pemerintah

Untuk koordinasi dalam penetapan sasaran, pemantauan dan pengendalian inflasi, Pemerintah dan Bank Indonesiatelah membentuk Tim yang melibatkan pejabat-pejabat dari berbagai instansi terkait. Dalam pelaksanaan tugasnya,Tim membahas dan merekomendasikan kebijakan-kebijakan yang diperlukan baik dari sisi Pemerintah maupunBank Indonesia untuk mengendalikan tekanan inflasi dalam rangka pencapaian sasaran inflasi yang telah ditetapkkan.

Langkah-langkah PenguatanKebijakan Moneter dengan Sasaran Akhir Kestabilan Harga

(Inflation Targeting Frameworks)

Mulai Juli 2005 Bank Indonesia telah mengimplementasikan penguatan kerangka kerja kebijakan moneter konsisten denganInflation Targeting Framework (ITF), yang mencakup empat elemen dasar: (1) penggunaan suku bunga BI Rate sebagai policyreference rate, (2) proses perumusan kebijakan moneter yang antisipatif, (3) strategi komunikasi yang lebih transparan, dan(4) penguatan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah. Langkah-langkah dimaksud ditujukan untuk meningkatkan efektivitasdan tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukungpertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Page 6: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

iv

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INDONESIA

Page 7: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

v

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INDONESIA

Kata Pengantar

Semakin memburuknya perekonomian global mulai terasa imbasnya pada perekonomian domestikSemakin memburuknya perekonomian global mulai terasa imbasnya pada perekonomian domestikSemakin memburuknya perekonomian global mulai terasa imbasnya pada perekonomian domestikSemakin memburuknya perekonomian global mulai terasa imbasnya pada perekonomian domestikSemakin memburuknya perekonomian global mulai terasa imbasnya pada perekonomian domestik. Kinerja

ekspor yang menurun serta melemahnya daya beli masyarakat mendorong perekonomian tumbuh

melambat pada triwulan I-2009. Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus.

Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan di pasar keuangan

belum mereda. Ke depan, perekonomian Indonesia di tahun 2009 akan dipengaruhi oleh dinamika

perekonomian global. Karenanya, Bank Indonesia akan senantiasa mengarahkan kebijakan moneter yang

kondusif dan tetap berkomitmen untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam jangka menengah panjang.

Perekonomian pada triwulan I-2009 diprakirakan tumbuh melambat sebesar 4,6%.Perekonomian pada triwulan I-2009 diprakirakan tumbuh melambat sebesar 4,6%.Perekonomian pada triwulan I-2009 diprakirakan tumbuh melambat sebesar 4,6%.Perekonomian pada triwulan I-2009 diprakirakan tumbuh melambat sebesar 4,6%.Perekonomian pada triwulan I-2009 diprakirakan tumbuh melambat sebesar 4,6%. Kinerja ekspor yang

menurun sejalan dengan resesi ekonomi global menjadi salah satu faktor pendorong perlambatan ekonomi.

Namun perlambatan ekonomi lebih jauh diharapkan tidak terjadi seiring dengan meningkatnya aktivitas

ekonomi terkait dengan PEMILU. Sektor-sektor ekonomi yang diperkirakan mengalami perlambatan tajam

adalah sektor industri dan pertambangan.

Neraca Pembayaran Ind0nesia diperkirakan mencatat surplus sebesar USD 3,5 miliarNeraca Pembayaran Ind0nesia diperkirakan mencatat surplus sebesar USD 3,5 miliarNeraca Pembayaran Ind0nesia diperkirakan mencatat surplus sebesar USD 3,5 miliarNeraca Pembayaran Ind0nesia diperkirakan mencatat surplus sebesar USD 3,5 miliarNeraca Pembayaran Ind0nesia diperkirakan mencatat surplus sebesar USD 3,5 miliar. Di sisi transaksi

berjalan, penurunan impor yang lebih tajam dibandingkan penurunan ekspor mendorong surplus transaksi

berjalan pada triwulan I-2009. Sementara itu, neraca finansial juga mencatat surplus dengan adanya

aliran modal masuk hasil dari penerbitan global bond oleh Pemerintah. Kondisi tersebut menyebabkan

cadangan devisa pada triwulan I-2009 mencapai USD 54,8 miliar atau setara dengan 5,9 bulan impor dan

pembayaran utang luar negeri (ULN) Pemerintah.

Pasar keuangan domestik masih tertekan walaupun menunjukkan perbaikan pada akhir periodePasar keuangan domestik masih tertekan walaupun menunjukkan perbaikan pada akhir periodePasar keuangan domestik masih tertekan walaupun menunjukkan perbaikan pada akhir periodePasar keuangan domestik masih tertekan walaupun menunjukkan perbaikan pada akhir periodePasar keuangan domestik masih tertekan walaupun menunjukkan perbaikan pada akhir periode. Pelepasan

aset portfolio oleh investor asing masih berlangsung. Secara rata-rata maupun point to point, nilai tukar

rupiah terdepresiasi 5,7% sehingga mencapai level Rp11,555/ USD. Adanya kerjasama Bilateral Currency

Swap Arrangement (BCSA) dengan Bank Sentral China dan peningkatan jumlah Bilateral Swap Arrange-

ment (BSA) dengan Pemerintah Jepang menjadi sentimen positif pada akhir periode.

Gubernur Bank Indonesia

Page 8: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

vi

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INDONESIA

Tekanan inflasi menurun seiring dengan melambatnya aktivitas ekonomiTekanan inflasi menurun seiring dengan melambatnya aktivitas ekonomiTekanan inflasi menurun seiring dengan melambatnya aktivitas ekonomiTekanan inflasi menurun seiring dengan melambatnya aktivitas ekonomiTekanan inflasi menurun seiring dengan melambatnya aktivitas ekonomi. Laju inflasi pada triwulan I-2009

mencapai 0,36% (qtq) atau 7,92% (yoy). Menurunnya tekanan inflasi membuka ruang bagi Bank Indone-

sia untuk menurunkan BI Rate ke level 7,50%. .

Sektor perbankan domestik masih memiliki daya tahan yang cukup baikSektor perbankan domestik masih memiliki daya tahan yang cukup baikSektor perbankan domestik masih memiliki daya tahan yang cukup baikSektor perbankan domestik masih memiliki daya tahan yang cukup baikSektor perbankan domestik masih memiliki daya tahan yang cukup baik. Rasio kecukupan modal (CAR)

masih cukup tinggi dan kondisi likuiditas perbankan meningkat. Namun, perbankan perlu lebih mewaspadai

potensi peningkatan risiko kredit di tengah kondisi global yang kurang kondusif saat ini.

Ke depan, dinamika perekonomian global akan mewarnai pertumbuhan ekonomi Indonesia. Masih

berlangsungnya resesi ekonomi global mendorong perekonomian di tahun 2009 diperkirakan tumbuh

pada kisaran 4% -5%. Menurunnya tekanan inflasi juga masih akan berlanjut sehingga laju inflasi pada

tahun 2009 diperkirakan berada pada batas bawah kisaran 5% - 7%.

Bank Indonesia akan senantiasa mengarahkan kebijakan moneter yang kondusif bagi permintaan domestik

dengan tetap berkomitmen untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam jangka menengah panjang. Di bidang

perbankan, Bank Indonesia akan terus melanjutkan program konsolidasi dan intermediasi perbankan

serta memperkuat daya tahan perbankan ditengah gejolak global. Demikian gambaran singkat materi

laporan pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama triwulan I-2009.

Jakarta, 31 Maret 2009

GUBERNUR BANK INDONESIAGUBERNUR BANK INDONESIAGUBERNUR BANK INDONESIAGUBERNUR BANK INDONESIAGUBERNUR BANK INDONESIA

BoedionoBoedionoBoedionoBoedionoBoediono

Page 9: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

vii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INDONESIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2009Daftar Isi

Daftar Isi

1. Tinjauan Umum ........................................................................... 1

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini ..................................... 4

Pertumbuhan Ekonomi .................................................................. 4

Neraca Pembayaran Indonesia ........................................................ 10

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2009 ........ 13

Inflasi ............................................................................................. 13

Nilai Tukar Rupiah .......................................................................... 15

Kebijakan Moneter ........................................................................ 17

4. Perekonomian Indonesia ke Depan ........................................... 22

Asumsi dan Skenario yang Digunakan............................................ 22

Prospek Pertumbuhan Ekonomi ..................................................... 23

Prakiraan Inflasi ............................................................................. 32

Faktor Risiko .................................................................................. 33

5. Respon Kebijakan Moneter Triwulan I-2009 ............................. 34

Tabel Statistik .................................................................................. 35

Page 10: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

viii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INDONESIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2009 Daftar Isi

Page 11: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

Tinjauan Umum

1

1. Tinjauan Umum

Terus memburuknya perekonomian global semakin dirasakan dampaknya padaTerus memburuknya perekonomian global semakin dirasakan dampaknya padaTerus memburuknya perekonomian global semakin dirasakan dampaknya padaTerus memburuknya perekonomian global semakin dirasakan dampaknya padaTerus memburuknya perekonomian global semakin dirasakan dampaknya pada

perekonomian domestik selama triwulan I-2009.perekonomian domestik selama triwulan I-2009.perekonomian domestik selama triwulan I-2009.perekonomian domestik selama triwulan I-2009.perekonomian domestik selama triwulan I-2009.ΩΩHal tersebut mengakibatkan

perekonomian Indonesia diperkirakan tumbuh lebih lambat dari perkiraan.

Perlambatan tersebut selain disebabkan oleh kinerja ekspor yang turun, juga

dikarenakan mulai melemahnya daya beli masyarakat. Meski demikian,

berlangsungnya aktivitas ekonomi selama dilakukannya pesta demokrasi dalam

rangka Pemilihan Umum, diperkirakan mampu menahan lebih jauh perlambatan

ekonomi domestik. Ke depan, pada tahun 2009 perekonomian masih dihadapkan

pada ketidakpastian pemulihan ekonomi global sehingga perekonomian Indonesia

diperkirakan tumbuh lebih rendah dari yang diperkirakan pada awal tahun sebesar

4,0-5,0%. Dengan mempertimbangkan perkembangan dan prospek perekonomian

tersebut, pada April 2009, Bank Indonesia kembali menurunkan BI rate sebesar 25

bps menjadi 7,5%. Penurunan BI Rate ini adalah kali kelima sejak Desember 2008.

Secara akumulatif (Des 08-April 09), BI Rate telah turun sebesar 175 bps.

Selama triwulan I-2009, pertumbuhan ekonomi diprakirakan sebesarΩ 4,6%.Selama triwulan I-2009, pertumbuhan ekonomi diprakirakan sebesarΩ 4,6%.Selama triwulan I-2009, pertumbuhan ekonomi diprakirakan sebesarΩ 4,6%.Selama triwulan I-2009, pertumbuhan ekonomi diprakirakan sebesarΩ 4,6%.Selama triwulan I-2009, pertumbuhan ekonomi diprakirakan sebesarΩ 4,6%. Dari

sisi pengeluaran, seluruh komponen pertumbuhan mengalami perlambatan

terutama ekspor. Namun demikian, aktivitas ekonomi selama berlangsungnya pesta

demokrasi yang ditandai oleh kampanye partai politik dan pelaksanaan pemilu di

seluruh Indonesia, diperkirakan dapat mencegah perlambatan konsumsi masyarakat

yang lebih dalam. Di sisi sektoral, sektor-sektor yang diperkirakan mengalami

perlambatan tajam adalah sektor industri dan pertambangan. Sementara itu sektor-

sektor yang non-tradable seperti pengangkutan dan komunikasi serta sektor listrik,

gas dan air bersih masih akan tumbuh tinggi dengan tren yang melambat. Apabila

dilihat secara regional, anjloknya ekspor sangat berpengaruh terhadap perlambatan

ekonomi di beberapa daerah, seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku,

dan Papua.

Kecenderungan penurunan tekanan inflasi terus berlanjut.Kecenderungan penurunan tekanan inflasi terus berlanjut.Kecenderungan penurunan tekanan inflasi terus berlanjut.Kecenderungan penurunan tekanan inflasi terus berlanjut.Kecenderungan penurunan tekanan inflasi terus berlanjut. Tekanan inflasi selama

triwulan I-2009 masih cenderung menurun mencapai 0,36% (secara triwulanan,

qtq) atau 7,92% (secara tahunan, yoy). Penurunan tekanan inflasi tersebut terutama

disebabkan oleh masih berlanjutnya dampak langsung dan tidak langsung dari

penurunan BBM. Selain itu membaiknya ekspektasi inflasi serta melemahnya

permintaan domestik juga menjadi penyumbang dari rendahnya tekanan inflasi.

Sementara itu, tekanan dari harga-harga barang yang dikendalikan pemerintah

(administered prices) dan harga makanan bergejolak (volatile food) juga masih

rendah terkait dengan terjaganya produksi pangan domestik.

Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia pada Triwulan I-2009 diperkirakanDi sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia pada Triwulan I-2009 diperkirakanDi sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia pada Triwulan I-2009 diperkirakanDi sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia pada Triwulan I-2009 diperkirakanDi sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia pada Triwulan I-2009 diperkirakan

mencatat surplus sebesar 3,5 miliar dolar AS.mencatat surplus sebesar 3,5 miliar dolar AS.mencatat surplus sebesar 3,5 miliar dolar AS.mencatat surplus sebesar 3,5 miliar dolar AS.mencatat surplus sebesar 3,5 miliar dolar AS. Volume ekspor beberapa komoditas

unggulan seperti minyak sawit, tembaga, dan kertas, tetap menunjukkan kinerja

yang positif. Adapun beberapa komoditas seperti batu bara dan produk kimia

Page 12: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2009

2

mengalami penurunan seiring dengan melemahnya permintaan global. Sementara

itu, impor tercatat mengalami penurunan baik impor bahan baku maupun bahan

modal untuk industri di dalam negeri, seiring dengan melemahnya permintaan

domestik. Sementara itu, di neraca finansial, penerbitan global bond oleh pemerintah

telah menyebabkan neraca finansial mencatat surplus. Dengan kondisi tersebut,

posisi cadangan devisa pada triwulan I-2009 diperkirakan menjadi USD 54,8 miliar

atau setara dengan 5,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri (ULN)

pemerintah.

Di pasar keuangan, tekanan terhadap pasar keuangan dirasakan masih terusDi pasar keuangan, tekanan terhadap pasar keuangan dirasakan masih terusDi pasar keuangan, tekanan terhadap pasar keuangan dirasakan masih terusDi pasar keuangan, tekanan terhadap pasar keuangan dirasakan masih terusDi pasar keuangan, tekanan terhadap pasar keuangan dirasakan masih terus

berlangsung walaupun membaik di akhir triwulan.berlangsung walaupun membaik di akhir triwulan.berlangsung walaupun membaik di akhir triwulan.berlangsung walaupun membaik di akhir triwulan.berlangsung walaupun membaik di akhir triwulan. Tekanan tersebut terkait dengan

kinerja perusahaan-perusahaan yang belum membaik, dan masih tingginya persepsi

risiko para pemilik modal. Namun, di penghujung triwulan I-2009, muncul sentimen

positif di pasar keuangan sehubungan dengan bertambahnya cadangan devisa

terkait dengan penerbitan global bond Pemerintah RI, peningkatan jumlah Bilateral

Swap Arrangement (BSA) dengan Pemerintah Jepang, dan penandatanganan

Bilateral Currency Swap Arrangement (BCSA) dengan Bank Sentral China.

Di tengah kondisi perekonomian global yang kian memburuk, serta seiring denganDi tengah kondisi perekonomian global yang kian memburuk, serta seiring denganDi tengah kondisi perekonomian global yang kian memburuk, serta seiring denganDi tengah kondisi perekonomian global yang kian memburuk, serta seiring denganDi tengah kondisi perekonomian global yang kian memburuk, serta seiring dengan

melemahnya tekanan inflasi, Bank Indonesia tetap mengarahkan perhatian padamelemahnya tekanan inflasi, Bank Indonesia tetap mengarahkan perhatian padamelemahnya tekanan inflasi, Bank Indonesia tetap mengarahkan perhatian padamelemahnya tekanan inflasi, Bank Indonesia tetap mengarahkan perhatian padamelemahnya tekanan inflasi, Bank Indonesia tetap mengarahkan perhatian pada

upaya menjaga pertumbuhan ekonomi dan menghindari terjadinya penurunan dayaupaya menjaga pertumbuhan ekonomi dan menghindari terjadinya penurunan dayaupaya menjaga pertumbuhan ekonomi dan menghindari terjadinya penurunan dayaupaya menjaga pertumbuhan ekonomi dan menghindari terjadinya penurunan dayaupaya menjaga pertumbuhan ekonomi dan menghindari terjadinya penurunan daya

beli masyarakat yang semakin dalam.beli masyarakat yang semakin dalam.beli masyarakat yang semakin dalam.beli masyarakat yang semakin dalam.beli masyarakat yang semakin dalam. Berbagai kebijakan moneter Bank Indonesia

ditempuh dalam rangka mendukung bangkitnya sektor riil, khususnya UMKM, guna

mendukung pertumbuhan ekonomi negeri.

Selain melakukan pelonggaran kebijakan moneter, paket suplemen kebijakan Bank

Indonesia lainnya yang dapat dilakukan adalah mempercepat penyaluran kredit

perbankan dan menurunkan risiko kredit. Beberapa paket tambahan dilakukan

oleh Bank Indonesia berupa early restructuring perbankan, meminta adanya

penjaminan Pemerintah terhadap kredit untuk proyek-proyek strategis seperti air

minum, listrik, perumahan, serta infrastruktur jalan dan jembatan, yang

pembangunannya dibiayai oleh APBN, serta memfasilitasi pertemuan perbankan

dengan sektor-sektor yang berpotensi mendorong peningkatan intermediasi

perbankan. Upaya memfokuskan kegiatan usaha bank ke UMKM dan linkage

program antara bank umum dan bank perkreditan rakyat (BPR), atau lembaga

keuangan mikro, seperti koperasi dan baitul maal wa tamwil (BMT), terus dilakukan

dengan gencar. Hal tersebut diharapkan dapat mendukung kehidupan masyarakat

dan mencegah terjadinya perlambatan lebih dalam pada perekonomian.

Ke depan, perekonomian Indonesia tahun 2009 akan sangat dipengaruhi olehKe depan, perekonomian Indonesia tahun 2009 akan sangat dipengaruhi olehKe depan, perekonomian Indonesia tahun 2009 akan sangat dipengaruhi olehKe depan, perekonomian Indonesia tahun 2009 akan sangat dipengaruhi olehKe depan, perekonomian Indonesia tahun 2009 akan sangat dipengaruhi oleh

dinamika perekonomian global. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2009dinamika perekonomian global. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2009dinamika perekonomian global. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2009dinamika perekonomian global. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2009dinamika perekonomian global. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2009

diperkirakan berada lebih rendah dari perkiraan awal tahun sebesar 4,0-5,0%.diperkirakan berada lebih rendah dari perkiraan awal tahun sebesar 4,0-5,0%.diperkirakan berada lebih rendah dari perkiraan awal tahun sebesar 4,0-5,0%.diperkirakan berada lebih rendah dari perkiraan awal tahun sebesar 4,0-5,0%.diperkirakan berada lebih rendah dari perkiraan awal tahun sebesar 4,0-5,0%.Ω

Meski demikian, Bank Indonesia memperkirakan bahwa pertumbuhan harga

komoditas intenasional saat ini telah mencapai titik terendah sehingga terdapat

tanda-tanda pembalikan yang dapat mendorong perbaikan harga-harga, dan pada

gilirannya mendukung pertumbuhan ekspor. Di sisi lain, semakin melambatnya

Page 13: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

Tinjauan Umum

3

perekonomian dunia, dan menurunnya permintaan agregat, terus mendorong

turunnya tekanan inflasi. Ke depan, pada tahun 2009, dengan prospek pertumbuhan

ekonomi yang diperkirakan terus melambat, tren inflasi diperkirakan akan berada

pada batas bawah kisaran 5% - 7%.

Di sisi perbankan, industri perbankan dalam negeri diprakirakan akan mengalamiDi sisi perbankan, industri perbankan dalam negeri diprakirakan akan mengalamiDi sisi perbankan, industri perbankan dalam negeri diprakirakan akan mengalamiDi sisi perbankan, industri perbankan dalam negeri diprakirakan akan mengalamiDi sisi perbankan, industri perbankan dalam negeri diprakirakan akan mengalami

dampak dari krisis keuangan global dan perlambatan pertumbuhan ekonomi.dampak dari krisis keuangan global dan perlambatan pertumbuhan ekonomi.dampak dari krisis keuangan global dan perlambatan pertumbuhan ekonomi.dampak dari krisis keuangan global dan perlambatan pertumbuhan ekonomi.dampak dari krisis keuangan global dan perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Namun secara umum, perbankan nasional masih tetap memiliki daya tahan yang

cukup baik, yang tercermin dari indikator utama perbankan CAR dan NPL. Rasio

kecukupan modal (CAR) masih tetap tinggi yakni 17,7%. Kondisi likuiditas

perbankan juga mengalami peningkatan sejalan dengan tingginya peningkatan

Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 19,8%. Namun, tren perlambatan pertumbuhan

kredit masih berlangsung terkait dengan sikap kehati-hatian perbankan dalam

kondisi ketidakpastian terhadap prospek ekonomi.

Dengan mempertimbangkan berbagai perkembangan tersebut di atas, DewanDengan mempertimbangkan berbagai perkembangan tersebut di atas, DewanDengan mempertimbangkan berbagai perkembangan tersebut di atas, DewanDengan mempertimbangkan berbagai perkembangan tersebut di atas, DewanDengan mempertimbangkan berbagai perkembangan tersebut di atas, Dewan

Gubernur Bank Indonesia pada April 2009 memutuskan untuk menurunkan BIGubernur Bank Indonesia pada April 2009 memutuskan untuk menurunkan BIGubernur Bank Indonesia pada April 2009 memutuskan untuk menurunkan BIGubernur Bank Indonesia pada April 2009 memutuskan untuk menurunkan BIGubernur Bank Indonesia pada April 2009 memutuskan untuk menurunkan BI

Rate sebesar 25 bps menjadi 7,50 %.Rate sebesar 25 bps menjadi 7,50 %.Rate sebesar 25 bps menjadi 7,50 %.Rate sebesar 25 bps menjadi 7,50 %.Rate sebesar 25 bps menjadi 7,50 %. Bank Indonesia akan senantiasa mengarahkan

kebijakan moneter yang kondusif bagi permintaan domestik dengan tetap

berkomitmen untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam jangka menengah panjang.Ω

Secara operasional, ruang penurunan BI rate ke depan masih terbuka jika prospek

inflasi tetap mengarah pada sasaran inflasi jangka menengah.Ω Di bidang perbankan,

Bank Indonesia akan terus berupaya untuk melanjutkan langkah dalam mewujudkan

perbankan yang sehat, kuat dan kompetitif.Ω Di samping itu, upaya meningkatkan

kehati-hatian industri perbankan dalam melewati krisis global senantiasa menjadi

perhatian Bank Indonesia.

Page 14: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2009

4

2. Perkembangan MakroekonomiTerkini

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2009 diprakirakan akan mengalami

perlambatan seiring dengan memburuknya perekonomian global. Di sisi permintaan,

konsumsi rumah tangga diprakirakan tumbuh melambat akibat melemahnya daya

beli masyarakat. Penurunan pertumbuhan ekonomi negara mitra dagang yang

disertai dengan rendahnya harga komoditas ekspor mengakibatkan pertumbuhan

ekspor pada triwulan I-2009 melemah. Kegiatan investasi dan kinerja impor

diprakirakan turut tumbuh melemah karena penurunan permintaan baik yang

berasal dari domestik maupun eksternal. Selain itu, faktor risiko ketidakpastian

perekonomian dunia yang masih tinggi juga turut berpengaruh terhadap

melemahnya investasi. Di sisi penawaran, hampir seluruh sektor ekonomi

diprakirakan akan tumbuh melambat. Meskipun demikian, perlambatan beberapa

sektor ekonomi yang berorientasi pasar domestik (nontradables) diperkirakan akan

sedikit tertahan.

PERTUMBUHAN EKONOMI

Permintaan Agregat

Perlambatan ekonomi pada triwulan sebelumnya diprakirakan masih terus berlanjut

pada triwulan ini. PDB pada triwulan I-2009 diprakirakan berpotensi tumbuh lebih

rendah menjadi sebesar 4,6% (yoy, Grafik 2.1). Melemahnya pertumbuhan PDB

tersebut terutama didorong oleh kinerja ekspor yang menurun tajam sejalan dengan

memburuknya perekonomian global dan melemahnya daya beli masyarakat.

Sementara itu, perlambatan permintaan domestik dan eksternal disertai melemahnya

tendensi bisnis pelaku usaha mendorong penurunan investasi. Di sisi eksternal,

pertumbuhan ekspor diprakirakan menurun cukup tajam akibat merosotnya

pertumbuhan ekonomi pasar ekspor utama dan harga komoditas

yang relatif masih rendah. Sejalan dengan perlambatan kegiatan

investasi dan permintaan eksternal, impor pada triwulan I-2009

diprakirakan tumbuh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya (Tabel 2.1).

Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2009 diprakirakanKonsumsi rumah tangga pada triwulan I-2009 diprakirakanKonsumsi rumah tangga pada triwulan I-2009 diprakirakanKonsumsi rumah tangga pada triwulan I-2009 diprakirakanKonsumsi rumah tangga pada triwulan I-2009 diprakirakan

tumbuh melemah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.tumbuh melemah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.tumbuh melemah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.tumbuh melemah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.tumbuh melemah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Perlambatan tersebut sejalan dengan perkembangan indikator

penuntun konsumsi rumah tangga yang mengindikasikan siklus

kontraksi akan berlangsung setidaknya hingga satu triwulan ke

depan (Grafik 2.2). Penurunan pertumbuhan konsumsi swasta

pada triwulan laporan diprakirakan seiring dengan melemahnya

daya beli masyarakat akibat turunnya penghasilan dan

peningkatan jumlah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Namun

Grafik 2.1

Pertumbuhan PDB

% y-o-y

2005I II III IV

5,0

6,0

6,5

5,5

4,5

7,0

4,0

2006I II III IV

2007I II III IV

2008I II III IV I*

2009

Page 15: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

Perkembangan Makroekonomi Terkini

5

Grafik 2.2

Indikator Penuntun Konsumsi

demikian, mulai menurunnya tekanan inflasi yang disusul

dengan implementasi berbagai kebijakan Pemerintah seperti

penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT), kenaikan gaji Pegawai

Negeri Sipil (PNS) serta kegiatan Pemilu diprakirakan mampu

menahan laju penurunan pertumbuhan yang terlampau dalam.

Berdasarkan perkembangan tersebut, konsumsi rumah tangga

pada triwulan laporan diprakirakan tumbuh melambat yaitu

sebesar 4,1% (yoy).

Selain itu, beberapa indikator dini lainnya turut mengkonfirmasiSelain itu, beberapa indikator dini lainnya turut mengkonfirmasiSelain itu, beberapa indikator dini lainnya turut mengkonfirmasiSelain itu, beberapa indikator dini lainnya turut mengkonfirmasiSelain itu, beberapa indikator dini lainnya turut mengkonfirmasi

perlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga padaperlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga padaperlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga padaperlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga padaperlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada

triwulan I-2009, seperti penjualan produk elektronika dantriwulan I-2009, seperti penjualan produk elektronika dantriwulan I-2009, seperti penjualan produk elektronika dantriwulan I-2009, seperti penjualan produk elektronika dantriwulan I-2009, seperti penjualan produk elektronika dan

kendaraan bermotor serta pertumbuhan impor barang konsumsikendaraan bermotor serta pertumbuhan impor barang konsumsikendaraan bermotor serta pertumbuhan impor barang konsumsikendaraan bermotor serta pertumbuhan impor barang konsumsikendaraan bermotor serta pertumbuhan impor barang konsumsi

yang bergerak menurun.yang bergerak menurun.yang bergerak menurun.yang bergerak menurun.yang bergerak menurun. Pada sisi pembiayaan, indikator M1 riil

dan kredit konsumsi riil menunjukkan tren yang melambat. Di

sisi lain, tingkat keyakinan konsumen cenderung meningkat

meskipun daya beli masyarakat melemah. Indeks Keyakinan

Konsumen Bank Indonesia (IKK-BI, Grafik 2.3) menunjukkan

adanya perbaikan terutama karena membaiknya ekspektasi

kondisi ekonomi ke depan yang didorong oleh ekspektasi

kenaikan gaji PNS dan rencana penyaluran stimulus fiskal

Pemerintah. Sementara itu, sampai dengan pertengahan triwulan

I-2009, indeks penjualan eceran tumbuh melambat yang

didorong oleh turunnya penjualan barang kelompok makanan

dan tembakau.

Namun demikian, laju perlambatan pertumbuhan konsumsiNamun demikian, laju perlambatan pertumbuhan konsumsiNamun demikian, laju perlambatan pertumbuhan konsumsiNamun demikian, laju perlambatan pertumbuhan konsumsiNamun demikian, laju perlambatan pertumbuhan konsumsi

swasta diprakirakan dapat tertahan oleh pertumbuhan transferswasta diprakirakan dapat tertahan oleh pertumbuhan transferswasta diprakirakan dapat tertahan oleh pertumbuhan transferswasta diprakirakan dapat tertahan oleh pertumbuhan transferswasta diprakirakan dapat tertahan oleh pertumbuhan transfer

pendapatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dan pengeluaranpendapatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dan pengeluaranpendapatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dan pengeluaranpendapatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dan pengeluaranpendapatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dan pengeluaran

belanja Pemilu 2009.belanja Pemilu 2009.belanja Pemilu 2009.belanja Pemilu 2009.belanja Pemilu 2009. Total remitansi TKI sampai dengan triwulan

IV-2008 masih menunjukkan tren yang meningkat. Sementara

itu, maraknya kegiatan kampanye partai politik serta calon

% Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

I II III IV I II III IV* I*Indikator

Tabel 2.1

Pertumbuhan Ekonomi - Sisi Permintaan

2007

* Angka Proyeksi Bank Indonesia

Total Konsumsi 4,6 4,6 5,3 5,0 4,9 5,5 5,5 6,3 6,4 5,9 5,0

Konsumsi Swasta 4,7 4,7 5,1 5,5 5,0 5,7 5,5 5,3 4,8 5,3 4,1

Konsumsi Pemerintah 3,7 3,8 6,5 2,0 3,9 3,6 5,3 14,1 16,4 10,4 13,3

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 7,6 7,6 9,7 12,4 9,4 13,7 12,0 12,2 9,1 11,7 4,8

Ekspor Barang dan Jasa 8,6 10,4 7,4 7,9 8,5 13,6 12,4 10,6 1,8 9,5 -5,1

Impor Barang dan Jasa 8,5 6,5 7,0 13,9 9,0 18,0 16,1 11,0 -3,5 10,0 -7,1

PDBPDBPDBPDBPDB 6,06,06,06,06,0 6,66,66,66,66,6 6,66,66,66,66,6 5,85,85,85,85,8 6,36,36,36,36,3 6,26,26,26,26,2 6,46,46,46,46,4 6,46,46,46,46,4 5,25,25,25,25,2 6,16,16,16,16,1 4,64,64,64,64,6

20072008

2008*2009

Grafik 2.3

Indeks Keyakinan Konsumen - Survei Konsumen BI

Impor Barang Konsumsi, M1 Riil, CPI

99

99

99

100

100

100

100

100

101

gPDBKonsRT cli Konsumsi RT97,5

98,0

98,5

99,0

99,5

100,0

100,5

101,0

101,5

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Indeks

2007 2008

60

70

80

90

100

110

120

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 32009

Ekspektasi KonsumenKondisi Ekonomi Saat IniIndeks Keyakinan konsumen

optimis

pesimis

Page 16: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2009

6

Grafik 2.5

Pertumbuhan Investasi Bangunan & Nonbangunan

legislatif menjelang Pemilu 2009 mendorong besarnya

pengeluaran konsumsi nonmakanan pada triwulan laporan.

Investasi pada triwulan I-2009 diprakirakan akan tumbuh lebih

rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu sebesar

4,8% (yoy). Hal tersebut tercermin pada perkembangan indikator

penuntun investasi swasta yang berada pada siklus kontraksi

setidaknya sampai satu triwulan ke depan (Grafik 2.4).

Berlanjutnya penurunan permintaan eksternal menyusul masih

tingginya risiko ketidakpastian perekonomian global dan kondisi

dalam negeri menjelang Pemilu mendorong pengusaha untuk

menunda investasinya pada triwulan laporan. Di sisi lain,

penurunan harga BBM, tarif dasar listrik industri serta inisiasi

penyaluran stimulus fiskal pada proyek infrastruktur dan

beberapa subsektor utama diperkirakan tidak berdampak

signifikan dalam menahan semakin dalamnya perlambatan

investasi. Berdasarkan komponennya, pertumbuhan investasi

triwulan I-2009 diprakirakan masih bersumber dari investasi

bangunan (Grafik 2.5).

Penurunan pertumbuhan investasi juga dikonfirmasi oleh

indikator dini investasi seperti pertumbuhan indeks produksi dan

konsumsi semen yang cenderung melambat dan melemahnya

impor barang modal (Grafik 2.6). Di sisi pembiayaan,

pertumbuhan kredit investasi riil juga bergerak melambat seiring

dengan turunnya permintaan domestik dan eksternal. Sementara

itu, perkembangan sentimen bisnis pelaku usaha

mengindikasikan penurunan kegiatan investasi. Berdasarkan hasil

survei BPS, menurunnya jumlah pendapatan usaha pada triwulan

I-2009 diperkirakan mendorong tendensi bisnis pengusaha

melemah (Grafik 2.7). Indikasi tersebut juga disukung oleh hasil

Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang memperkirakan

berkurangnya investasi serta jumlah usaha yang akan berinvestasi

pada semester I-2009 dibandingkan dengan semester tahun

sebelumnya.

Sejalan dengan melemahnya kegiatan perekonomian global,Sejalan dengan melemahnya kegiatan perekonomian global,Sejalan dengan melemahnya kegiatan perekonomian global,Sejalan dengan melemahnya kegiatan perekonomian global,Sejalan dengan melemahnya kegiatan perekonomian global,

pertumbuhan ekspor diprakirakan melemah mencapai -5,1%pertumbuhan ekspor diprakirakan melemah mencapai -5,1%pertumbuhan ekspor diprakirakan melemah mencapai -5,1%pertumbuhan ekspor diprakirakan melemah mencapai -5,1%pertumbuhan ekspor diprakirakan melemah mencapai -5,1%

(yoy). (yoy). (yoy). (yoy). (yoy). Meluasnya tekanan perlambatan ekonomi global pada

negara mitra dagang disertai masih rendahnya harga komoditas

ekspor berdampak signifikan terhadap kemerosotan

pertumbuhan ekspor. Penurunan ekspor juga didorong oleh

berkurangnya penyerapan sektor industri pasar utama ekspor

khususnya pada komoditas pertanian dan hasil industri (Grafik

2.8). Dukungan skema pembiayaan ekspor juga diperkirakan

Grafik 2.4

Indikator Penuntun Investasi

Grafik 2.6

Pertumbuhan Impor Barang Modal

IPI, Sales Commercial Car, IPI Machinery and Equipment,Cement Consumption

PMTB cli Investasi

97

98

98

99

99

100

100

101

101

102

102

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

(%, yoy)

0

2

4

6

8

10

12

14

16

-20

-10

0

10

20

30

40

(%, yoy)

2006* 2007** 2008***I II III IV I II III IV I II III IV

2009***I

Bangunan Non Bangunan PMTB (rhs)

(%)

-10

-5

0

5

10

15

20

25(%)

gPMTB (yoy)

Imp_brg_modal

-30

-10

10

30

50

70

90

110

2006 2007 2008 2009I II III IV I II III IV I II III IV I

Page 17: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

Perkembangan Makroekonomi Terkini

7

belum mampu meredam laju penurunan pertumbuhan ekspor

pada triwulan laporan.

Seiring dengan melemahnya permintaan domestik dan eksternal,

kinerja impor pada triwulan I-2009 diprakirakan tumbuh

melambat. Hal tersebut ditunjukkan oleh pergerakan indikator

penuntun impor yang masih berada pada siklus kontraksi

setidaknya hingga satu triwulan ke depan (Grafik 2.9). Turunnya

pertumbuhan impor terutama disebabkan melambatnya

intensitas kegiatan produksi terutama pada sektor industri

pengolahan berorientasi ekspor serta penurunan konsumsi

masyarakat yang dibarengi dengan pengetatan impor barang

konsumsi. Dengan perkembangan tersebut, impor pada triwulan

I-2009 diprakirakan tumbuh melemah yaitu sebesar -7,1% (yoy).

Operasi Keuangan Pemerintah

Sampai dengan Februari 2009, operasi keuangan PemerintahSampai dengan Februari 2009, operasi keuangan PemerintahSampai dengan Februari 2009, operasi keuangan PemerintahSampai dengan Februari 2009, operasi keuangan PemerintahSampai dengan Februari 2009, operasi keuangan Pemerintah

mencatat surplus anggaran sebesar Rp10,3 triliun (0,2% PDB),mencatat surplus anggaran sebesar Rp10,3 triliun (0,2% PDB),mencatat surplus anggaran sebesar Rp10,3 triliun (0,2% PDB),mencatat surplus anggaran sebesar Rp10,3 triliun (0,2% PDB),mencatat surplus anggaran sebesar Rp10,3 triliun (0,2% PDB),

lebih rendah dibandingkan dengan surplus periode yang samalebih rendah dibandingkan dengan surplus periode yang samalebih rendah dibandingkan dengan surplus periode yang samalebih rendah dibandingkan dengan surplus periode yang samalebih rendah dibandingkan dengan surplus periode yang sama

tahun lalu sebesar Rp26,6 triliun (0,5% dari PDB).tahun lalu sebesar Rp26,6 triliun (0,5% dari PDB).tahun lalu sebesar Rp26,6 triliun (0,5% dari PDB).tahun lalu sebesar Rp26,6 triliun (0,5% dari PDB).tahun lalu sebesar Rp26,6 triliun (0,5% dari PDB). Dibandingkan

dengan targetnya, realisasi pendapatan negara dan hibah lebih

rendah dibandingkan dengan kinerja periode yang sama tahun

lalu akibat dari kinerja sektor perpajakan yang melambat.

Sementara itu, penyerapan belanja negara pada periode laporan

mengalami peningkatan yang cukup signifikan, baik dari belanja

Pemerintah Pusat maupun transfer ke daerah.

Perlambatan ekonomi domestik yang masih terus berlanjut danPerlambatan ekonomi domestik yang masih terus berlanjut danPerlambatan ekonomi domestik yang masih terus berlanjut danPerlambatan ekonomi domestik yang masih terus berlanjut danPerlambatan ekonomi domestik yang masih terus berlanjut dan

kebijakan di bidang perpajakan mempengaruhi kinerjakebijakan di bidang perpajakan mempengaruhi kinerjakebijakan di bidang perpajakan mempengaruhi kinerjakebijakan di bidang perpajakan mempengaruhi kinerjakebijakan di bidang perpajakan mempengaruhi kinerja

penerimaan perpajakan. penerimaan perpajakan. penerimaan perpajakan. penerimaan perpajakan. penerimaan perpajakan. Sejalan dengan melambatnya aktivitas

perekonomian dan diimplementasikannya ketentuan perpajakan

mengenai pengurangan tarif Pajak Penghasilan (PPh) dan

kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), penerimaan pajak

utama yaitu Pajak Penghasilan Nonmigas mengalami

perlambatan pertumbuhan. Selain itu, komponen penerimaan

pajak yang sensitif terhadap pertumbuhan ekonomi seperti Pajak

Pertambahan NIlai (PPN) mengalami pertumbuhan yang negatif

selama Januari-Februari 2009. Penerimaan pajak ekspor juga

terus mengalami perlambatan sejak semester II-2008

mengindikasikan masih belum pulihnya kondisi ekspor Indonesia.

Di sisi nonpajak, perkembangan harga minyak yang jauh lebih

rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya

menyebabkan lebih rendahnya penerimaan migas pada periode

ini.

Grafik 2.7

Sentimen Bisnis - BPS

Grafik 2.8

Pertumbuhan Ekspor Menurut Sektor

Grafik 2.9

Indikator Penuntun Impor

ITB Jumlah Jam KerjaPendapatan UsahaPenggunaan Kapasitas Produksi

Indeks

2006 2007 2009

80

90

100

110

120

130

I II III IV I II III IV I II III IV I*2008

(%) (%)

gEkspor (yoy) rhs ekspor_pertanian

ekspor industri ekspor_mineral

-50

-20

10

40

70

100

130

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

2006 2007 2008 2009I II III IV I II III IV I II III IV Feb

Industrial Production Index, Volume Listrik Industri, Produksi Kendaraan,IP Industri Pengolahan Japan, IP Kertas dan Produk dari Kertas,IP Pakaian dan Perlengkapannya, PSI Korea, Rp to USD, Rp to JPY,Kredit Kons Riil, M1 Riil

98

99

99

100

100

101

101

102

102pdb_imp

cli_impor

99,2

99,4

99,6

99,8

100,0

100,2

100,4

100,6

100,8fase kontraksifase

kontraksi

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

Page 18: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2009

8

Kinerja belanja negara mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya dengan realisasi belanja Pemerintah Pusat dan Transfer ke Daerah

yang lebih tinggi. Realisas belanja Pemerintah Pusat yang lebih tinggi bersumber

dari peningkatan belanja K/L, pembayaran subsidi dan bunga utang. Membaiknya

realisasi Belanja K/L seperti Belanja Pegawai, Barang dan Modal mengindikasikan

kontribusi fiskal pada sektor riil yang meningkat walaupun masih terlihat minimal.

Selama periode laporan pengeluaran subsidi sebagian besar digunakan untuk subsidi

listrik sementara meningkatnya beban utang Pemerintah berdampak pada bunga

utang yang lebih besar. Dengan kondisi tersebut, realisasi Belanja Pemerintah Pusat

selama tahun 2009 mencapai 6,7% dari APBN, sedikit lebih tinggi dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 6,2% dari APBN. Di sisi pengeluaran

daerah, transfer ke daerah juga meningkat akibat rapel pembayaran DAU untuk

Januari-Februari yang dilakukan pada Januari. Sementara itu, Dana Bagi Hasil

mengalami penurunan yang cukup signifikan seiring dengan menurunnya harga

minyak di pasar internasional. Dengan perkembangan tersebut realisasi Transfer ke

Daerah telah mencapai 14,7% dari APBN, lebih baik dibandingkan periode yang

sama tahun lalu sebesar 12,2% dari APBN.

Penawaran Agregat

Sektor perekonomian sisi penawaran pada triwulan I-2009 diprakirakan tumbuhSektor perekonomian sisi penawaran pada triwulan I-2009 diprakirakan tumbuhSektor perekonomian sisi penawaran pada triwulan I-2009 diprakirakan tumbuhSektor perekonomian sisi penawaran pada triwulan I-2009 diprakirakan tumbuhSektor perekonomian sisi penawaran pada triwulan I-2009 diprakirakan tumbuh

melambat searah dengan perkembangan pada sisi permintaan (Tabel 2.2). melambat searah dengan perkembangan pada sisi permintaan (Tabel 2.2). melambat searah dengan perkembangan pada sisi permintaan (Tabel 2.2). melambat searah dengan perkembangan pada sisi permintaan (Tabel 2.2). melambat searah dengan perkembangan pada sisi permintaan (Tabel 2.2). Sektor

tradables seperti sektor pertambangan dan sektor pertanian terutama subsektor

perkebunan diprakirakan tumbuh melambat seiring dengan belum membaiknya

permintaan dunia dan harga komoditas internasional. Kinerja sektor nontradables

seperti sektor perdagangan, sektor bangunan, serta sektor pengangkutan dan

komunikasi diperkirakan mulai terpengaruh oleh melambatnya sektor tradables.

Perlambatan pertumbuhan sektoral pada triwulan laporan dikonfirmasi oleh hasil

survei SKDU-BI dan Survei Tendensi Bisnis BPS yang menunjukkan adanya penurunan

% Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

I II III IV I II III IV* I*Sektor

Tabel 2.2

Pertumbuhan Ekonomi - Sisi Penawaran

2007

* Angka Proyeksi Bank Indonesia

Pertanian -2,1 5,6 7,7 2,0 3,4 6,3 4,8 3,4 4,7 4,8 4,2

Pertambangan dan Penggalian 6,2 3,2 1,0 -2,0 2,0 -1,7 -0,5 2,1 2,1 0,5 1,1

Industri Pengolahan 5,2 5,1 4,5 3,8 4,7 4,3 4,2 4,3 1,8 3,7 1,7

Listrik, Gas, dan Air Bersih 8,2 10,2 11,3 11,6 10,3 12,3 11,8 10,4 9,3 10,9 9,0

Bangunan 8,4 7,7 8,3 9,9 8,6 8,0 8,1 7,6 5,7 7,3 4,7

Restoran, Hotel, dan Perdagangan 9,3 7,8 8,0 8,6 8,4 6,9 8,1 8,4 5,6 7,2 5,2

Pengangkutan dan Komunikasi 13,0 13,7 14,8 14,5 14,0 18,3 17,3 15,5 15,8 16,7 13,7

Keuangan, Persewaan, dan Jasa 8,1 7,6 7,6 8,6 8,0 8,3 8,7 8,6 7,4 8,2 6,8

Jasa-Jasa 7,0 7,0 5,2 7,2 6,6 5,9 6,7 7,2 6,0 6,4 5,5

PDBPDBPDBPDBPDB 6,06,06,06,06,0 6,66,66,66,66,6 6,66,66,66,66,6 5,85,85,85,85,8 6,36,36,36,36,3 6,26,26,26,26,2 6,46,46,46,46,4 6,46,46,46,46,4 5,25,25,25,25,2 6,16,16,16,16,1 4,64,64,64,64,6

20072008

2008*2009

Page 19: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

Perkembangan Makroekonomi Terkini

9

ekspektasi pelaku bisnis pada triwulan I-2009. Sementara itu, dilihat dari

kontribusinya, penyumbang utama terhadap pertumbuhan masih berasal dari sektor

perdagangan, hotel, dan restoran (PHR), sektor industri pengolahan, serta sektor

pengangkutan dan komunikasi.

Sektor industri pengolahan pada triwulan I-2009 diprakirakan masih berada dalamSektor industri pengolahan pada triwulan I-2009 diprakirakan masih berada dalamSektor industri pengolahan pada triwulan I-2009 diprakirakan masih berada dalamSektor industri pengolahan pada triwulan I-2009 diprakirakan masih berada dalamSektor industri pengolahan pada triwulan I-2009 diprakirakan masih berada dalam

tren yang melambat, yaitu tumbuh sebesar 1,7% (yoy). tren yang melambat, yaitu tumbuh sebesar 1,7% (yoy). tren yang melambat, yaitu tumbuh sebesar 1,7% (yoy). tren yang melambat, yaitu tumbuh sebesar 1,7% (yoy). tren yang melambat, yaitu tumbuh sebesar 1,7% (yoy). Namun demikian,

perlambatan tersebut diperkirakan akan tertahan oleh meningkatnya permintaan

domestik menjelang Pemilu. Distribusi terbesar sektor industri masih berasal dari

subsektor industri alat angkutan, mesin dan peralatannya, subsektor industri

makanan, minuman dan tembakau, serta subsektor industri kimia dan barang dari

karet. Sementara itu, penyumbang terbesar terhadap pertumbuhan sektor industri

pengolahan berasal dari subsektor industri alat angkutan, mesin dan peralatannya,

subsektor industri makanan, minuman dan tembakau, serta subsektor industri kimia

dan barang dari karet.

Di sisi lain, kinerja subsektor industri yang berorientasi domestik menunjukkan

adanya perbaikan pada awal triwulan I-2009. Perkiraan tertahannya perlambatan

sektor industri pengolahan terlihat dari perkembangan indeks dan kapasitas produksi

subsektor yang berorientasi domestik seperti subsektor industri makanan, minuman

dan tembakau serta subsektor tekstil yang mengindikasikan adanya peningkatan.

Namun demikian, subsektor yang berorientasi ekspor seperti subsektor alat

angkutan, mesin dan peralatannya, serta subsektor barang galian bukan logam

masih menunjukkan tren penurunan. Sementara itu, indikator dini lainnya seperti

produksi mobil dan sepeda motor menunjukkan adanya sedikit perbaikan pada

pertengahan triwulan I-2009. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh relatif stabilnya

pertumbuhan kredit perbankan yang disalurkan kepada sektor industri sampai

dengan pertengahan triwulan I-2009.

Sektor perdagangan, hotel dan restoran diperkirakan akan tumbuh melambat padaSektor perdagangan, hotel dan restoran diperkirakan akan tumbuh melambat padaSektor perdagangan, hotel dan restoran diperkirakan akan tumbuh melambat padaSektor perdagangan, hotel dan restoran diperkirakan akan tumbuh melambat padaSektor perdagangan, hotel dan restoran diperkirakan akan tumbuh melambat pada

triwulan I-2009 sebesar 5,2% (yoy).triwulan I-2009 sebesar 5,2% (yoy).triwulan I-2009 sebesar 5,2% (yoy).triwulan I-2009 sebesar 5,2% (yoy).triwulan I-2009 sebesar 5,2% (yoy). Salah satu faktor yang mendorong melambatnya

pertumbuhan sektor PHR adalah menurunnya permintaan akibat melemahnya daya

beli masyarakat. Namun demikian, adanya faktor Pemilu diperkirakan dapat

meningkatkan permintaan domestik dan menahan laju perlambatan pertumbuhan

sektor perdagangan lebih lanjut. Indikator dini sektor PHR seperti indeks penjualan

eceran (SPE-BI) juga menunjukkan penurunan pada pertengahan triwulan I-2009.

Hal yang sama juga terlihat pada indikator subsektor hotel, yaitu rata-rata tingkat

hunian hotel di Bali yang tumbuh dalam tren melambat hingga pertengahan triwulan

I-2009. Dari sisi pembiayaan, sampai dengan pertengahan triwulan I-2009, kredit

perbankan pada sektor perdagangan mengalami peningkatan, namun masih berada

dibawah rata-rata pertumbuhan tahun 2008.

Pada triwulan I-2009, sektor pertanian diprakirakan akan tumbuh relatif stabilPada triwulan I-2009, sektor pertanian diprakirakan akan tumbuh relatif stabilPada triwulan I-2009, sektor pertanian diprakirakan akan tumbuh relatif stabilPada triwulan I-2009, sektor pertanian diprakirakan akan tumbuh relatif stabilPada triwulan I-2009, sektor pertanian diprakirakan akan tumbuh relatif stabil

sebesar 4,2% (yoy). sebesar 4,2% (yoy). sebesar 4,2% (yoy). sebesar 4,2% (yoy). sebesar 4,2% (yoy). Relatif stabilnya pertumbuhan sektor pertanian terutama

tercermin dari perkembangan subsektor tanaman bahan pangan yaitu padi.

Berdasarkan Angka Ramalan I BPS, produksi padi diperkirakan akan relatif stabil

Page 20: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2009

10

yang didukung oleh perkembangan luas panen padi dan produktivitasnya. Namun

demikian, subsektor perkebunan sampai dengan awal triwulan I-2009 masih

menunjukkan tren perlambatan terkait dengan belum membaiknya permintaan

ekspor. Dari sisi pembiayaan, sampai dengan pertengahan triwulan I-2009,

penyaluran kredit perbankan kepada sektor pertanian mengalami peningkatan,

namun masih dibawah rata-rata tahun 2008.

Sektor pertambangan dan penggalian diprakirakan akan tumbuh melambatSektor pertambangan dan penggalian diprakirakan akan tumbuh melambatSektor pertambangan dan penggalian diprakirakan akan tumbuh melambatSektor pertambangan dan penggalian diprakirakan akan tumbuh melambatSektor pertambangan dan penggalian diprakirakan akan tumbuh melambat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya menjadi sebesar 1,1% (yoy).dibandingkan dengan triwulan sebelumnya menjadi sebesar 1,1% (yoy).dibandingkan dengan triwulan sebelumnya menjadi sebesar 1,1% (yoy).dibandingkan dengan triwulan sebelumnya menjadi sebesar 1,1% (yoy).dibandingkan dengan triwulan sebelumnya menjadi sebesar 1,1% (yoy).

Melambatnya pertumbuhan sektor pertambangan terutama disebabkan oleh

menurunnya permintaan ekspor dan turunnya harga komoditas pertambangan seperti

ditunjukkan oleh perkembangan ekspor bijih, kerak dan abu logam, batubara, serta

alumunium. Pertumbuhan sektor pertambangan yang melambat juga dikonfirmasi

oleh sisi pembiayaan, dimana kredit yang disalurkan kepada sektor pertambangan

menunjukkan tren penurunan sampai dengan pertengahan triwulan I-2009.

Sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan akan tumbuh melambatSektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan akan tumbuh melambatSektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan akan tumbuh melambatSektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan akan tumbuh melambatSektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan akan tumbuh melambat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu menjadi sebesar 13,7% (yoy).dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu menjadi sebesar 13,7% (yoy).dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu menjadi sebesar 13,7% (yoy).dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu menjadi sebesar 13,7% (yoy).dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu menjadi sebesar 13,7% (yoy).

Melambatnya pertumbuhan subsektor komunikasi tercermin pada indikator jumlah

pelanggan seluler yang sampai dengan triwulan IV-08 mulai mengindikasikan adanya

perlambatan. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh subsektor pengangkutan yang

tumbuh dalam tren yang melambat. Hal tersebut tercermin pada perkembangan

jumlah penumpang angkutan udara dan kereta api yang menurun sampai dengan

pertengahan triwulan I-2009. Pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi

yang melambat juga dikonfirmasi oleh sisi pembiayaan, dimana kredit yang

disalurkan kepada sektor tersebut menunjukkan tren penurunan sampai dengan

pertengahan triwulan I-2009.

Sektor bangunan pada triwulan I-2009 diprakirakan akan tumbuh melambatSektor bangunan pada triwulan I-2009 diprakirakan akan tumbuh melambatSektor bangunan pada triwulan I-2009 diprakirakan akan tumbuh melambatSektor bangunan pada triwulan I-2009 diprakirakan akan tumbuh melambatSektor bangunan pada triwulan I-2009 diprakirakan akan tumbuh melambat

menjadi sebesar 4,7% (yoy). menjadi sebesar 4,7% (yoy). menjadi sebesar 4,7% (yoy). menjadi sebesar 4,7% (yoy). menjadi sebesar 4,7% (yoy). Melambatnya pertumbuhan sektor bangunan ini

dikonfirmasi oleh pertumbuhan pembangunan properti komersial yang cenderung

menurun (Survei Properti Komersial - BI). Melambatnya pertumbuhan juga

tercermin dari perkembangan konsumsi semen yang sampai dengan awal triwulan

I-2009 tumbuh dalam tren yang melambat. Sementara itu, di sisi pembiayaan,

kredit yang disalurkan perbankan baik melalui kredit properti maupun kredit

konstruksi tumbuh dalam tren yang melambat. Stimulus infrastruktur yang semula

diharapkan dapat menahan perlambatan sektor bangunan masih mengalami

berbagai kendala, diantaranya masih rendahnya tingkat kesiapan proyek-proyek

infrastruktur yang akan didanai.

NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI)

Sejalan dengan menurunnya impor karena melemahnya kegiatan ekonomi domestikSejalan dengan menurunnya impor karena melemahnya kegiatan ekonomi domestikSejalan dengan menurunnya impor karena melemahnya kegiatan ekonomi domestikSejalan dengan menurunnya impor karena melemahnya kegiatan ekonomi domestikSejalan dengan menurunnya impor karena melemahnya kegiatan ekonomi domestik

dan berhasilnya Pemerintah menerbitkan GMTN, kinerja NPI triwulan I-2009dan berhasilnya Pemerintah menerbitkan GMTN, kinerja NPI triwulan I-2009dan berhasilnya Pemerintah menerbitkan GMTN, kinerja NPI triwulan I-2009dan berhasilnya Pemerintah menerbitkan GMTN, kinerja NPI triwulan I-2009dan berhasilnya Pemerintah menerbitkan GMTN, kinerja NPI triwulan I-2009

diperkirakan mencatat surplus sebesar USD3,5 miliar. diperkirakan mencatat surplus sebesar USD3,5 miliar. diperkirakan mencatat surplus sebesar USD3,5 miliar. diperkirakan mencatat surplus sebesar USD3,5 miliar. diperkirakan mencatat surplus sebesar USD3,5 miliar. Dampak perlambatan ekonomi

global di pasar barang tercermin pada melambatnya aktivitas arus perdagangan,

Page 21: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

Perkembangan Makroekonomi Terkini

11

baik ekspor maupun impor. Kinerja ekspor mengalami perlambatan seiring

menurunnya permintaan global. Meskipun demikian, volume ekspor beberapa

komoditas unggulan seperti minyak sawit dan tembaga tetap menunjukkan kinerja

yang positif. Kinerja impor terkoreksi lebih tajam terkait dengan melemahnya

perekonomian domestik. Dengan kombinasi kedua komponen tersebut, neraca

transaksi berjalan diprakirakan mencatat surplus. Sementara itu, aliran dana asing

dalam bentuk penempatan obligasi valas Pemerintah dan investasi langsung

memberi sumbangan positif di sisi transaksi modal dan finansial. Dengan

perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa pada akhir triwulan I-2009

mencapai USD54,8 miliar atau setara dengan 5,9 bulan impor dan pembayaran

utang luar negeri (ULN) Pemerintah.

Transaksi Berjalan

Kinerja neraca transaksi berjalan diprakirakan mencatat surplus akibat lajuKinerja neraca transaksi berjalan diprakirakan mencatat surplus akibat lajuKinerja neraca transaksi berjalan diprakirakan mencatat surplus akibat lajuKinerja neraca transaksi berjalan diprakirakan mencatat surplus akibat lajuKinerja neraca transaksi berjalan diprakirakan mencatat surplus akibat laju

perlambatan impor yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor.perlambatan impor yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor.perlambatan impor yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor.perlambatan impor yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor.perlambatan impor yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor. Impor khususnya

minyak diprakirakan menurun lebih tajam sejalan dengan pelemahan ekonomi

domestik yang lebih dalam dari yang diperkirakan. Di sisi lain, tanda-tanda perbaikan

ditunjukkan oleh volume ekspor beberapa komoditas unggulan seperti minyak sawit,

tembaga, dan kertas. Lemahnya permintaan akan produk Indonesia akibat resesi

ekonomi negara mitra dagang, sebagian dapat dikompensir melalui perkembangan

harga yang tertahan penurunannya pada triwulan I-2009. Adapun, komoditas utama

lainnya seperti batubara dan produk kimia mengalami penurunan. Dengan

perkembangan tersebut, neraca perdagangan barang diprakirakan masih mencatat

surplus.

Kinerja ekspor mendapat dukungan positif sejalan dengan tertahannya penurunanKinerja ekspor mendapat dukungan positif sejalan dengan tertahannya penurunanKinerja ekspor mendapat dukungan positif sejalan dengan tertahannya penurunanKinerja ekspor mendapat dukungan positif sejalan dengan tertahannya penurunanKinerja ekspor mendapat dukungan positif sejalan dengan tertahannya penurunan

harga komoditas lebih lanjut pada triwulan I-2009.harga komoditas lebih lanjut pada triwulan I-2009.harga komoditas lebih lanjut pada triwulan I-2009.harga komoditas lebih lanjut pada triwulan I-2009.harga komoditas lebih lanjut pada triwulan I-2009. Ekspor nonmigas menurun

disebabkan oleh penurunan ekspor kelompok barang pertanian, pertambangan,

dan industri. Di sisi impor, prakiraan pelemahan ekonomi domestik lebih lanjut

berdampak pada revisi kebawah nilai impor pada triwulan I-2009. Sejalan dengan

melemahnya konsumsi dan sektor industri pengolahan, impor kelompok barang

konsumsi dan bahan baku menurun, sementara impor barang modal terindikasi

masih cukup positif. Pengaruh melemahnya kegiatan ekonomi domestik juga

berdampak pada kinerja sektor migas. . . . . Defisit neraca perdagangan minyak

diprakirakan menurun seiring dengan terbatasnya peningkatan harga minyak dan

melemahnya konsumsi minyak domestik.

Defisit sektor jasa, pendapatan, dan transfer pada NPI triwulan I-2009 diprakirakanDefisit sektor jasa, pendapatan, dan transfer pada NPI triwulan I-2009 diprakirakanDefisit sektor jasa, pendapatan, dan transfer pada NPI triwulan I-2009 diprakirakanDefisit sektor jasa, pendapatan, dan transfer pada NPI triwulan I-2009 diprakirakanDefisit sektor jasa, pendapatan, dan transfer pada NPI triwulan I-2009 diprakirakan

menurun.menurun.menurun.menurun.menurun. Turunnya defisit neraca jasa terkait dengan penurunan ongkos impor

sejalan dengan prakiraan impor yang melemah. Sementara itu, turunnya defisit

neraca pendapatan terkait dengan penurunan repatriasi hasil investasi asing di aset

keuangan domestik terkait penyesuaian portofolio asing akibat risk aversion. Namun,

aliran remitansi di current transfer masih terbantu oleh konsistensi aliran remitansi

dari Timur Tengah yang bergerak di sektor rumah tangga.

Page 22: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2009

12

Neraca Modal dan Finansial

Transaksi modal dan Finansial (TMF) pada triwulan I-2009 diprakirakan mencatatTransaksi modal dan Finansial (TMF) pada triwulan I-2009 diprakirakan mencatatTransaksi modal dan Finansial (TMF) pada triwulan I-2009 diprakirakan mencatatTransaksi modal dan Finansial (TMF) pada triwulan I-2009 diprakirakan mencatatTransaksi modal dan Finansial (TMF) pada triwulan I-2009 diprakirakan mencatat

surplus akibat keberhasilan penerbitan obligasi valas pemerintah dan aliran masuksurplus akibat keberhasilan penerbitan obligasi valas pemerintah dan aliran masuksurplus akibat keberhasilan penerbitan obligasi valas pemerintah dan aliran masuksurplus akibat keberhasilan penerbitan obligasi valas pemerintah dan aliran masuksurplus akibat keberhasilan penerbitan obligasi valas pemerintah dan aliran masuk

modal pada investasi langsung neto. modal pada investasi langsung neto. modal pada investasi langsung neto. modal pada investasi langsung neto. modal pada investasi langsung neto. Aliran modal masuk pada investasi langsung

tersebut terkait dengan investasi di sektor telekomunikasi. Selain itu, investasi

langsung neto yang meningkat juga dipengaruhi terbatasnya outflow dari investasi

langsung di sektor migas sejalan dengan ketentuan cost recovery. Di tengah gejolak

pasar finansial global yang masih berlangsung, penerbitan obligasi valas pemerintah

jenis Global Medium Term Notes (GMTN) senilai USD3 miliar berhasil memperkuat

TMF. . . . . Respons investor global terhadap penerbitan GMTN positif tercermin dari

total penawaran yang jauh di atas yang dimenangkan. GMTN tersebut dalam 2

tranche masing-masing USD1 miliar jatuh tempo 5 tahun dan USD2 miliar dengan

tenor 10 tahun.

Cadangan Devisa

Dengan perkembangan pada transaksi berjalan serta neraca modal dan finansial

tersebut di atas, posisi cadangan devisa sampai dengan akhir triwulan I-2009posisi cadangan devisa sampai dengan akhir triwulan I-2009posisi cadangan devisa sampai dengan akhir triwulan I-2009posisi cadangan devisa sampai dengan akhir triwulan I-2009posisi cadangan devisa sampai dengan akhir triwulan I-2009

mencapai USD54,8 miliarmencapai USD54,8 miliarmencapai USD54,8 miliarmencapai USD54,8 miliarmencapai USD54,8 miliar atau setara dengan 5,9 bulan impor dan pembayaran

Utang Luar Negeri Pemerintah.

Page 23: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2009

13

3. Perkembangan dan KebijakanMoneter Triwulan I-2009

Memasuki triwulan I-2009 kondisi ekonomi global masih belum menunjukkan tanda-

tanda perbaikan. Beberapa perkembangan justru mengindikasikan kondisi yang

lebih buruk dari perkiraan semula. Sejalan dengan hal tersebut, pertumbuhan

ekonomi Indonesia pada triwulan I-2009 diperkirakan akan melambat. Perlambatan

tersebut terutama disebabkan oleh kinerja ekspor yang menurun signifikan akibat

anjloknya pertumbuhan ekonomi negara-negara mitra dagang, serta melemahnya

daya beli akibat meningkatnya PHK. Di sisi lain, tekanan terhadap inflasi selama

triwulan I-2009 cenderung menurun. Pada akhir triwulan, inflasi IHK tercatat hanya

sebesar 0,36% (qtq) atau jauh lebih rendah dibandingkan dengan pola historisnya.

Demikian pula secara tahunan, inflasi IHK juga mencatat penurunan yakni sebesar

7,92% jauh lebih rendah dibandingkan dengan akhir Desember 2008 yang

mencapai 11,06%. Sementara itu, perkembangan nilai tukar rupiah pada triwulan

I-2009 masih mengalami tekanan sejalan dengan belum kondusifnya kondisi

eksternal. Rupiah terdepresiasi sebesar 5,67% (ptp) menjadi Rp11.555 per dolar

AS atau melemah 5,74% secara rata-rata. Namun, perkembangan di akhir periode

laporan menunjukkan sedikit perbaikan sejalan dengan kinerja NPI yang lebih baik

dari perkiraan dan membaiknya persepsi risiko.

Sejalan dengan perkembangan global, kondisi di pasar keuangan domestik juga

menunjukkan tren menurun. Pasar saham domestik masih mengalami tekanan

terkait dengan kinerja emiten yang belum membaik, sedangkan di pasar SUN,

persepsi risiko yang masih tinggi menyebabkan yield SUN cenderung meningkat.

Namun demikian, sentimen positif terkait pasar keuangan dunia pada akhir triwulan

mampu mendorong penguatan IHSG dan penurunan yield SUN.

Mencermati berbagai perkembangan yang terjadi selama

triwulan I-2009, kebijakan Bank Indonesia terus diarahkan untuk

tetap mendukung pertumbuhan ekonomi domestik dengan tetap

mengawal inflasi dan kestabilan sektor keuangan dalam jangka

menengah. Pada akhir triwulan laporan, Bank Indonesia

memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 50 bps menjadi

7,75%.

INFLASI

Sepanjang triwulan I-2009, laju inflasi bulanan cenderungSepanjang triwulan I-2009, laju inflasi bulanan cenderungSepanjang triwulan I-2009, laju inflasi bulanan cenderungSepanjang triwulan I-2009, laju inflasi bulanan cenderungSepanjang triwulan I-2009, laju inflasi bulanan cenderung

menurun terutama disebabkan oleh dampak langsung danmenurun terutama disebabkan oleh dampak langsung danmenurun terutama disebabkan oleh dampak langsung danmenurun terutama disebabkan oleh dampak langsung danmenurun terutama disebabkan oleh dampak langsung dan

tidak langsung penurunan harga BBM. tidak langsung penurunan harga BBM. tidak langsung penurunan harga BBM. tidak langsung penurunan harga BBM. tidak langsung penurunan harga BBM. Secara tahunan, laju

inflasi IHK pada akhir triwulan laporan mencapai 7,92% (yoy),

jauh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

yang mencapai 11,06% (yoy) (Grafik 3.1). Pada Maret 2009,

Grafik 3.1

Perkembangan Inflasi IHK

%, yoy

20

18

16

14

12

10

8

6

4

2

IHK

2007 2008 20091 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

Administered Price

Volatile Food

Inti (exclusion)

Page 24: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2009

14

inflasi bulanan tercatat sebesar 0,22% (mtm) sehingga

menjadikan laju inflasi secara triwulanan hanya tercatat sebesar

0,36% (qtq). Berdasarkan kelompok pengeluaran, rendahnya

inflasi Maret 2009 terutama bersumber dari kelompok

transportasi sejalan dengan kebijakan strategis administered

prices terkait BBM. Sementara itu, kelompok pengeluaran

lainnya masih mencatat inflasi dengan inflasi tertinggi terjadi

pada kelompok sandang terkait dengan kenaikan harga emas

perhiasan.

Rendahnya laju inflasi selama triwulan I-2009 disebabkan olehRendahnya laju inflasi selama triwulan I-2009 disebabkan olehRendahnya laju inflasi selama triwulan I-2009 disebabkan olehRendahnya laju inflasi selama triwulan I-2009 disebabkan olehRendahnya laju inflasi selama triwulan I-2009 disebabkan oleh

penurunan tekanan yang terjadi baik pada sisi fundamentalpenurunan tekanan yang terjadi baik pada sisi fundamentalpenurunan tekanan yang terjadi baik pada sisi fundamentalpenurunan tekanan yang terjadi baik pada sisi fundamentalpenurunan tekanan yang terjadi baik pada sisi fundamental

maupun sisi non-fundamental.maupun sisi non-fundamental.maupun sisi non-fundamental.maupun sisi non-fundamental.maupun sisi non-fundamental. Dari sisi fundamental, inflasi inti

yang relatif menurun disebabkan oleh membaiknya ekspektasi

inflasi yang didukung oleh terjaganya pasokan kebutuhan

pokok dan penurunan harga BBM. Di samping itu, anjloknya

permintaan domestik menyebabkan tekanan dari sisi permintaan relatif rendah.

Di lain pihak, dari sisi non-fundamental, menurunnya harga-harga komoditas

internasional serta terjaganya pasokan bahan kebutuhan pokok di dalam negeri

menyebabkan inflasi volatile food relatif rendah. Sementara itu, dampak langsung

maupun tidak langsung dari penurunan harga BBM menyebabkan tekanan inflasi

pada kelompok administered prices menurun sangat cepat, bahkan menyebabkan

deflasi.

Inflasi inti pada triwulan I-2009 cenderung menurunInflasi inti pada triwulan I-2009 cenderung menurunInflasi inti pada triwulan I-2009 cenderung menurunInflasi inti pada triwulan I-2009 cenderung menurunInflasi inti pada triwulan I-2009 cenderung menurun. Secara tahunan, inflasi inti

pada akhir triwulan I-2009 tercatat sebesar 7,15% (yoy) dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya sebesar 8,29% (yoy). Tren penurunan inflasi inti pada triwulan

laporan terkait dengan membaiknya ekspektasi inflasi dan minimnya tekanan dari

sisi permintaan. Membaiknya ekspektasi inflasi didukung oleh terjaganya pasokan

kebutuhan pokok dalam negeri serta penurunan harga BBM. Sementara itu, faktor

kesenjangan permintaan dan penawaran masih minimal seiring

dengan anjloknya permintaan domestik. Namun, meskipun

berada pada tren yang menurun, inflasi inti mendapat tekanan

yang relatif meningkat dari faktor eksternal yang berasal dari

imported inflation dan depresiasi Rupiah.

Sejalan dengan inflasi inti, inflasi Sejalan dengan inflasi inti, inflasi Sejalan dengan inflasi inti, inflasi Sejalan dengan inflasi inti, inflasi Sejalan dengan inflasi inti, inflasi volatile food volatile food volatile food volatile food volatile food jugajugajugajugajuga masihmasihmasihmasihmasih

melanjutkan tren penurunanmelanjutkan tren penurunanmelanjutkan tren penurunanmelanjutkan tren penurunanmelanjutkan tren penurunan. Secara tahunan, inflasi volatile food

mencapai 10,57% (yoy) pada triwulan I-2009, menurun

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 16,48%

(yoy). Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh masih

berlanjutnya tren penurunan harga komoditas internasional serta

membaiknya pasokan barang-barang kebutuhan pokok di dalam

negeri, terutama untuk komoditas cabe merah dan ikan segar,

selama triwulan laporan. Di samping itu, masa panen yang relatif

Grafik 3.3

Ekspektasi Inflasi - Consensus Forecast

Grafik 3.2

Inflasi dan Sumbangan Inflasi per Kelompok

Barang dan Jasa Triwulan I-2009 (y-o-y)

-4,87

Bahan Makanan

Makanan Jadi, Minuman, Rokok,dan Tembakau

Perumahan, Listrik, Air, Gas,dan Bahan Bakar

Sandang

Kesehatan

Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga

Transportasi, Komunikasi, danJasa Keuangan

%

-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5

0,42

1,44

2,40

4,48

1,27

0,22

-0,84

0,31

0,40

0,11

0,32

0,05

0,02 Sumbangan (qtq)Inflasi (qtq)

%, yoy

5

6

7

8

9

2008 20091 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

20102009

6,8 6,8

6,4

6,9

7,6

8,0 7,9

8,38,5

8,2

7,7 7,6

6,8

6,5

6,26,0

6,2 6,3

Page 25: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2009

15

baik menyebabkan penurunan harga beras yang memberikan

sumbangan terhadap deflasi sebesar 0,02%.

DeflasiDeflasiDeflasiDeflasiDeflasi administered prices administered prices administered prices administered prices administered prices di triwulan I-2009 semakin tajam di triwulan I-2009 semakin tajam di triwulan I-2009 semakin tajam di triwulan I-2009 semakin tajam di triwulan I-2009 semakin tajam

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Inflasi administered

prices secara tahunan tercatat sebesar 8,27% (yoy) menurun

dari triwulan sebelumnya yang mencapai 15,99% (yoy).

Minimalnya kebijakan administered price dan pelaksanaan

program konversi yang tidak menimbulkan kelangkaan

sebagaimana di awal program, memberikan sumbangan

terhadap turunnya tekanan inflasi dari administered price.

Berdasarkan komoditasnya, sumbangan deflasi pada triwulan

laporan terutama berasal dari dampak langsung (1st round effect)

penurunan harga BBM yakni bensin dan solar. Penurunan harga

yang cukup signifikan tersebut pada gilirannya memberikan

dampak lanjutan (2nd round effect) berupa penurunan tarif

berbagai angkutan.

NILAI TUKAR RUPIAH

Selama triwulan I-2009, tekanan terhadap rupiah masih cukupSelama triwulan I-2009, tekanan terhadap rupiah masih cukupSelama triwulan I-2009, tekanan terhadap rupiah masih cukupSelama triwulan I-2009, tekanan terhadap rupiah masih cukupSelama triwulan I-2009, tekanan terhadap rupiah masih cukup

tinggi terutama berasal dari faktor eksternal. tinggi terutama berasal dari faktor eksternal. tinggi terutama berasal dari faktor eksternal. tinggi terutama berasal dari faktor eksternal. tinggi terutama berasal dari faktor eksternal. Secara rata-rata,

nilai tukar rupiah terdepresiasi sebesar 5,7% dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya, dari Rp10.914 per dolar AS menjadi

Rp11.578 per dolar AS (Grafik 3.5). Pada akhir periode laporan,

Rupiah ditutup pada level Rp11.555/USD atau melemah 5,67%

secara point-to-point. Pelemahan nilai tukar lebih dipengaruhi

oleh sentimen negatif terkait semakin pesimisnya outlook

ekonomi global. Kondisi tersebut mendorong investor beralih

ke safe haven assets dan menarik dananya dari emerging market

yang dianggap lebih berisiko termasuk Indonesia. Perkembangan

tersebut akhirnya menimbulkan tekanan pada rupiah. Namun,

pada akhir triwulan laporan, tekanan terhadap rupiah berkurang

dipengaruhi sentimen positif terhadap pasar keuangan global

karena laporan keuntungan beberapa lembaga keuangan dan

respons kebijakan the Fed, ditambah sentimen positif domestik

terhadap kinerja NPI yang lebih baik dari perkiraan. Sementara

itu, volatilitas rupiah menunjukkan penurunan dari 9,8% menjadi

2,6% (Grafik 3.6).

Masih berlanjutnya «Masih berlanjutnya «Masih berlanjutnya «Masih berlanjutnya «Masih berlanjutnya «risk aversionrisk aversionrisk aversionrisk aversionrisk aversion» terhadap aset » terhadap aset » terhadap aset » terhadap aset » terhadap aset emerging marketemerging marketemerging marketemerging marketemerging market

(termasuk rupiah) tercermin pada EMBIG (termasuk rupiah) tercermin pada EMBIG (termasuk rupiah) tercermin pada EMBIG (termasuk rupiah) tercermin pada EMBIG (termasuk rupiah) tercermin pada EMBIG spreadspreadspreadspreadspread yang masih yang masih yang masih yang masih yang masih

berada pada level tinggi (Grafik 3.7)berada pada level tinggi (Grafik 3.7)berada pada level tinggi (Grafik 3.7)berada pada level tinggi (Grafik 3.7)berada pada level tinggi (Grafik 3.7). Selama triwulan I-2009,

EMBIG Spread cenderung turun dari level 724 pada akhir triwulan

IV-2008 menjadi 628 pada akhir triwulan I-2009 sejalan dengan

Grafik 3.4

Nilai Tukar dan Inflasi Negara Mitra Dagang

Grafik 3.5

Rata-Rata Nilai Tukar Rupiah

Grafik 3.6

Volatilitas Nilai Tukar Rupiah

Rp/$ %

8000

8500

9000

9500

10000

10500

11000

11500

12000

12500

-

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00Kurs Harian

Volatilitas Harian

Volatilitas Triwulanan

2007 2008Jan JulApr Okt Jan JulApr Okt Jan

2009

11555

9,78

2,59

%, yoy %, yoy

Inflasi Komoditas Impor (lhs)

Inflasi Mitra Dagang (rhs)

Dep (+)/Apr(-) Rp (lhs)

-5

0

5

10

15

20

25

-1.0

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

2004 2005 2006 2007 2008 2009

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3

Dampak Depresiasi Rupiah menahanpenurunan tekanan inflasi komoditas impor

Kurs Harian

Rata-rata Triwulanan

2007 2008

Rp/USD

8600

9000

9400

9800

10200

10600

11000

11400

11800

12200

12600

1Jan

29Jan

26Feb

26Mar

23Apr

21Mei

18Jun

16Jul

13Ags

10Sep

8Okt

5Nov

3Des

31Des

28Jan

25Feb

24Mar

21Apr

19Mei

16Jun

14Jul

11Ags

8Sep

6Okt

3Nov

1Des

29Des

Rata-rata Bulanan

26Jan

23Feb

23Mar

11555

9.103 9.221

10.914

11.578

2009

Page 26: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2009

16

tertekannya bursa saham global. Namun demikian, pada akhir

periode laporan, risk appetite investor asing menunjukkan

perbaikan dan mendorong faktor risiko kembali membaik.

Sementara itu, premi swap sebagai salah satu indikator ekspektasi

arah pergerakan rupiah kembali berfluktuasi untuk semua tenor

(1, 3, 6 dan 12 bulan) (Grafik 3.8). Namun, langkah kebijakan

yang diambil oleh Bank Indonesia mampu berperan menurunkan

premi risiko yang sempat tinggi, sehingga di akhir triwulan

menurun.

Sejalan dengan pelonggaran kebijakan moneter, imbal hasilSejalan dengan pelonggaran kebijakan moneter, imbal hasilSejalan dengan pelonggaran kebijakan moneter, imbal hasilSejalan dengan pelonggaran kebijakan moneter, imbal hasilSejalan dengan pelonggaran kebijakan moneter, imbal hasil

rupiah cenderung turun namun masih pada kisaran yang tetaprupiah cenderung turun namun masih pada kisaran yang tetaprupiah cenderung turun namun masih pada kisaran yang tetaprupiah cenderung turun namun masih pada kisaran yang tetaprupiah cenderung turun namun masih pada kisaran yang tetap

terjagaterjagaterjagaterjagaterjaga. Selisih suku bunga Dalam Negeri dan Luar Negeri

(Uncovered Interest Parity Rate - UIP) menyempit pada level

8,22% atau menurun dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya pada level 10,94%. Meskipun demikian, UIP masih

berada pada level tertinggi dibandingkan dengan negara

kawasan asia lainnya. Meningkatnya faktor risiko menyebabkan

suku bunga Covered Interest Parity Rate (CIP) bergerak turun

hingga level 0,74 atau terendah sekawasan Asia setelah Korea.

Namun demikian, spread antara domestic government bond dan

US Treasury Note masih tertinggi di kawasan Asia yang

menjadikan daya tarik investasi obligasi masih lebih besar

dibandingkan dengan negara-negara kawasan Asia lainnya

(Grafik 3.9).

Pelaku asing menarik dananya dari instrumen rupiah terutamaPelaku asing menarik dananya dari instrumen rupiah terutamaPelaku asing menarik dananya dari instrumen rupiah terutamaPelaku asing menarik dananya dari instrumen rupiah terutamaPelaku asing menarik dananya dari instrumen rupiah terutama

dari SUN, namun dari SUN, namun dari SUN, namun dari SUN, namun dari SUN, namun inflowinflowinflowinflowinflow masih terjadi pada SBI dan Saham. masih terjadi pada SBI dan Saham. masih terjadi pada SBI dan Saham. masih terjadi pada SBI dan Saham. masih terjadi pada SBI dan Saham.

Selama triwulan I-2009, kepemilikan investor asing pada SBI

meningkat mencapai 694,5 juta dolar AS sehingga posisinya

menjadi 1,39 miliar dolar AS. Sementara itu, posisi kepemilikan

SUN oleh investor asing menjadi 6,64 miliar dolar AS. Total posisi

penempatan asing di SBI dan SUN tercatat 8,04 miliar dolar AS,

sedangkan di pasar saham, asing masih mencatat net beli tipis

sebesar 1,5 juta dolar AS.

Secara umum, kondisi pasar valas masih ekses permintaan,

meskipun tidak sebesar pada triwulan IV-2008. Selama triwulan

I-2009, ekses permintaan tercatat sebesar 421 juta dolar AS

terutama berasal dari permintaan valas domestik yang hanya

dapat dipenuhi sebagian oleh inflow dana asing yang terbatas

sebesar 229 juta dolar AS (Grafik 3.10). Volume transaksi valas

selama triwulan I-2009 menurun signifikan dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Total volume pasar valas menurun dari 157

miliar dolar pada triwulan sebelumnya menjadi 78 miliar dolar

Grafik 3.8

Premi Swap Berbagai Tenor

Grafik 3.7

EMBIG Spread

Grafik 3.9

Perbandingan Imbal Hasil Beberapa Negara

Sumber: Bloomberg

Risk Worsen World Equity Drop

bps Indeks900

800

700

600

500

400

300

600

700

800

900

1000

1200

1400

1100

1300

Sep

2009

Okt Nov Des Jan Feb Mar

EMBI Global

MSCI World (RHS)-inverted scale

2008

Sumber : Reuters (diolah)

%

Premi 6 M Premi 12 M

Premi 1 M Premi 3 M

2008

Jul Ags Sep Okt Mar4

9

14

19

24

Nov Des Jan Feb

%

10 year domestik generic bond spread AsiaSumber: Bloomberg

2009

Jan Feb Jun Sep Nov Des

Indonesia Malaysia Filipina

Thailand Singapore

-5

0

5

10

15

20

Mar Apr Mei Jul Ags Okt Jan Feb Mar

2008

9,5

0,99

5,39

0,78-0,73

Page 27: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2009

17

AS pada triwulan laporan. Korporasi mencatat net beli valas,

sedangkan nasabah mencatat net pasokan valas.

KEBIJAKAN MONETER

Strategi Kebijakan

Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan BI RateBank Indonesia memutuskan untuk menurunkan BI RateBank Indonesia memutuskan untuk menurunkan BI RateBank Indonesia memutuskan untuk menurunkan BI RateBank Indonesia memutuskan untuk menurunkan BI Rate

sebanyak 150 bps selama triwulan I-2009. sebanyak 150 bps selama triwulan I-2009. sebanyak 150 bps selama triwulan I-2009. sebanyak 150 bps selama triwulan I-2009. sebanyak 150 bps selama triwulan I-2009. Hingga akhir triwulan

laporan, level BI Rate turun menjadi 7,75% dari 9,25% pada

akhir Desember 2008. Kebijakan tersebut dilakukan dalam

rangka mendukung pertumbuhan ekonomi domestik dengan

tetap mengawal inflasi serta stabilitas makroekonomi dan sektor

keuangan.

Penurunan BI Rate sebesar 150 bps selama triwulan I-2009

kemudian ditransmisikan ke sektor keuangan melalui berbagai

jalur. Di pasar uang, suku bunga PUAB berbagai tenor bergerak

mengikuti BI Rate. Sementara itu, suku bunga deposito 1 bulan mulai menunjukkan

penurunan, sedangkan respons suku bunga kredit terhadap penurunan BI Rate

berlangsung lebih lambat dengan besaran yang sangat rendah. Di pasar saham,

kinerja IHSG secara umum pada triwulan I-2009 masih mengalami tekanan dengan

sedikit perbaikan pada akhir periode laporan. Perbaikan kinerja pada akhir periode

laporan juga terjadi di pasar SUN, meskipun secara umum masih mengalami tekanan.

Penurunan yield SUN masih terbatas pada jangka pendek, khususnya terkait

tingginya minat investor pada SPN. Sementara itu, penurunan untuk yield SUN

tenor jangka menengah dan panjang masih tertahan terkait dengan kondisi likuiditas

di pasar SUN.

Dari sisi kebijakan nilai tukar, Bank Indonesia terus melakukan serangkaian upayaDari sisi kebijakan nilai tukar, Bank Indonesia terus melakukan serangkaian upayaDari sisi kebijakan nilai tukar, Bank Indonesia terus melakukan serangkaian upayaDari sisi kebijakan nilai tukar, Bank Indonesia terus melakukan serangkaian upayaDari sisi kebijakan nilai tukar, Bank Indonesia terus melakukan serangkaian upaya

untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah.untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah.untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah.untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah.untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah. Upaya menjaga kestabilan nilai tukar

rupiah dilakukan melalui penerapan kebijakan moneter yang berhati-hati serta upaya

stabilisasi nilai tukar yang ditempuh secara konsisten untuk mencegah volatilitas

yang berlebihan dengan tetap menjaga kecukupan cadangan devisa untuk

memenuhi kebutuhan fundamental perekonomian. Di samping itu, penguatan

strategi komunikasi serta peningkatan efektivitas peraturan prudensial dan

monitoring lalu lintas devisa terus dilakukan untuk menopang pengelolaan kebijakan

tersebut.

Suku Bunga

Suku bunga PUAB O/N yang bergerak di sekitar BI Rate dengan peningkatanSuku bunga PUAB O/N yang bergerak di sekitar BI Rate dengan peningkatanSuku bunga PUAB O/N yang bergerak di sekitar BI Rate dengan peningkatanSuku bunga PUAB O/N yang bergerak di sekitar BI Rate dengan peningkatanSuku bunga PUAB O/N yang bergerak di sekitar BI Rate dengan peningkatan

volatilitas yang terjaga mencerminkan kondisi pasar uang yang semakin membaik.volatilitas yang terjaga mencerminkan kondisi pasar uang yang semakin membaik.volatilitas yang terjaga mencerminkan kondisi pasar uang yang semakin membaik.volatilitas yang terjaga mencerminkan kondisi pasar uang yang semakin membaik.volatilitas yang terjaga mencerminkan kondisi pasar uang yang semakin membaik.

Penurunan BI Rate sebesar 150 bps selama triwulan I-2009 diikuti oleh penurunan

suku bunga PUAB O/N dengan volatilitas yang relatif terjaga. Rata-rata harian suku

bunga PUAB O/N menurun sebesar 123 bps dari 9,62% pada triwulan IV-2008

menjadi 8,39% pada triwulan I-2009. Membaiknya kondisi likuiditas pasar uang

Grafik 3.10

Permintaan dan Penawaran Valas

Net S(+)/D(-) dari Pelaku LN Net S(+)/D(-) dari Pelaku DNNet S(+)/D(-) Total Pelaku DN+LN Kurs - rhs

US$ Juta IDR/USD

Excess Supply

Excess Demand

-1000

-5000

-3000

1000

3000

5000

8600

9100

9600

10100

10600

11100

11600

2008

Jun Ags OktAprFeb DesJan Mar Mei Jul Sep Nov FebJan Mar

2009

Page 28: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2009

18

juga tercermin pada suku bunga PUAB dengan tenor yang lebih panjang. Suku

bunga PUAB dengan tenor yang lebih panjang tercatat menurun dengan besaran

yang lebih besar dari penurunan BI Rate. Hal tersebut mencerminkan cenderung

menurunnya risiko di pasar uang khususnya PUAB, sebagaimana tampak pada

term premium1 PUAB yang menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Transmisi penurunan BI Rate direspons oleh penurunan suku bunga deposito danTransmisi penurunan BI Rate direspons oleh penurunan suku bunga deposito danTransmisi penurunan BI Rate direspons oleh penurunan suku bunga deposito danTransmisi penurunan BI Rate direspons oleh penurunan suku bunga deposito danTransmisi penurunan BI Rate direspons oleh penurunan suku bunga deposito dan

kredit lebih lambat dan dengan besaran yang relatif terbataskredit lebih lambat dan dengan besaran yang relatif terbataskredit lebih lambat dan dengan besaran yang relatif terbataskredit lebih lambat dan dengan besaran yang relatif terbataskredit lebih lambat dan dengan besaran yang relatif terbatas. Sejalan dengan

membaiknya persepsi risiko, penurunan BI Rate yang telah dimulai sejak Desember

2008 baru ditransmisikan ke suku bunga deposito pada Januari 2009. Penurunan

tersebut pun masih terbatas pada suku bunga deposito dengan tenor 1 dan 24

bulan. Selanjutnya, transmisi penurunan BI Rate terus berlanjut hingga Februari

meskipun masih tetap terbatas pada tenor tertentu. Sementara itu, untuk tenor

lainnya yaitu 6 dan 12 bulan, suku bunga deposito masih menunjukkan peningkatan.

Dibandingkan dengan BI Rate yang turun secara agresif, penurunan suku bunga

deposito sepanjang triwulan I-2009 tergolong masih rendah, yaitu sebesar 27 bps.

Di sisi lain, respon spenurunan BI Rate pada suku bunga kredit baru berjalan sejak

Februari 2009 dan masih sangat terbatas. Di Februari, penurunan terjadi pada suku

bunga Kredit Modal Kerja (KMK) dan Kredit Investasi (KI) masing-masing sebesar

15 bps dan 14 bps, sementara suku bunga Kredit Konsumsi masih meningkat 7

bps. Pada akhir triwulan laporan, suku bunga kredit diindikasikan akan kembali

mengalami penurunan, termasuk pada suku bunga Kredit Konsumsi.

Rendah dan lambatnya respons suku bunga kredit bersumber dari tingginya Rendah dan lambatnya respons suku bunga kredit bersumber dari tingginya Rendah dan lambatnya respons suku bunga kredit bersumber dari tingginya Rendah dan lambatnya respons suku bunga kredit bersumber dari tingginya Rendah dan lambatnya respons suku bunga kredit bersumber dari tingginya costcostcostcostcost

of fundof fundof fundof fundof fund dan masih tingginya persepsi risiko perbankan. dan masih tingginya persepsi risiko perbankan. dan masih tingginya persepsi risiko perbankan. dan masih tingginya persepsi risiko perbankan. dan masih tingginya persepsi risiko perbankan. Masih cukup tingginya cost

of fund ini sejalan dengan meningkatnya proporsi dana perbankan dalam bentuk

dana mahal berupa deposito. Sementara itu, masih tingginya persepsi risiko

perbankan sejalan dengan meningkatnya NPL perbankan dan masih besarnya risiko

pasar yang diantaranya tercermin dari perkembangan yield SBN yang masih tinggi.

Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb MarSuku Bunga (%)

BI Rate 8,00 8,25 8,50 8,75 9,00 9,25 9,50 9,50 9,25 8,75 8.25 7,75

Penjaminan Deposito 8.00 8,25 8,25 8,25 8,75 8,75 10,00 10,00 10,00 9,50 9,50 9,50

Dep 1 bulan (Weighted Average) 6,86 6,98 7,19 7,51 8,04 9,26 10,14 10,40 10,75 10,52 9,88 n.a

Dep 1 bulan (Counter Rate) 6,85 6,84 7,01 7,18 7,42 7,74 7,74 8,51 8,69 8,70 8,47 8,20

Base Lending Rate 12,75 12,77 12,80 12,95 13,21 13,26 13,26 14,07 14,16 14,21 14,01 n.a

Kredit Modal Kerja (KMK) 12,93 12,92 12,99 13,14 13,42 13,93 14,67 15,13 15,22 15,23 15,08 n.a

Kredit Investasi (KI) 12,47 12,36 12,51 12,61 12,86 13,32 13,88 14,28 14,40 14,37 14,23 n.a

Kredit Konsumsi (KK) 15,74 15,67 15,71 15,73 15,78 15,87 16,05 16,24 16,40 16,46 16,53 n.a

Tabel 3.1

Perkembangan Berbagai Suku Bunga

Triwulan II-2008

1 Selisih antara suku bunga PUAB jangka pendek (O/N) dengan jangka waktu lebih panjang (> 30 hari).

Triwulan III-2008 Triwulan IV-2008 Triwulan I-2009

Page 29: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2009

19

Dana, Kredit, dan Uang Beredar

Di tengah penurunan BI Rate, posisi dana secara agregat pada triwulan I-2009Di tengah penurunan BI Rate, posisi dana secara agregat pada triwulan I-2009Di tengah penurunan BI Rate, posisi dana secara agregat pada triwulan I-2009Di tengah penurunan BI Rate, posisi dana secara agregat pada triwulan I-2009Di tengah penurunan BI Rate, posisi dana secara agregat pada triwulan I-2009

justru meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. justru meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. justru meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. justru meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. justru meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Menurunnya aktifitas

perekonomian dan masih tingginya suku bunga perbankan mendorong masyarakat

untuk cenderung memindahkan jenis investasinya ke deposito, termasuk investasi

dari pasar saham. Pertumbuhan DPK pada Februari 2009 sedikit meningkat menjadi

sebesar 19,8% (yoy) dari 16,1% (yoy) pada triwulan sebelumnya (Grafik 3.11).

Namun demikian, peningkatan tersebut relatif terbatas sehubungan dengan

lambatnya realisasi kredit perbankan yang diindikasi terkait dengan kebijakan

pemberian kredit perbankan yang lebih ketat seiring dengan masih tingginya persepsi

risiko kredit. Selanjutnya pada Maret 2009, pertumbuhan dana diperkirakan akan

sedikit menurun seiring dengan periode pembayaran pajak.

Melambatnya aktivitas perekonomian domestik yang disertaiMelambatnya aktivitas perekonomian domestik yang disertaiMelambatnya aktivitas perekonomian domestik yang disertaiMelambatnya aktivitas perekonomian domestik yang disertaiMelambatnya aktivitas perekonomian domestik yang disertai

dengan masih tingginya suku bunga kredit berdampak padadengan masih tingginya suku bunga kredit berdampak padadengan masih tingginya suku bunga kredit berdampak padadengan masih tingginya suku bunga kredit berdampak padadengan masih tingginya suku bunga kredit berdampak pada

menurunnya pertumbuhan kreditmenurunnya pertumbuhan kreditmenurunnya pertumbuhan kreditmenurunnya pertumbuhan kreditmenurunnya pertumbuhan kredit. Pada Februari 2009, kredit

secara agregat (termasuk chanelling) tumbuh sebesar 27,6%

(yoy) melambat dari pertumbuhan kredit akhir triwulan

sebelumnya sebesar 29,5% (yoy). Perlambatan tersebut diindikasi

terkait dengan melambatnya permintaan kredit dari masyarakat

seiring dengan pertumbuhan ekonomi domestik yang juga

diperkirakan melambat dan masih terbatasnya respon suku

bunga kredit terhadap penurunan BI Rate. . . . . Berdasarkan

penggunaannya, melambatnya pertumbuhan tahunan kredit

terjadi terutama pada kredit modal kerja dan kredit konsumsi.

Sementara posisi kredit investasi meningkat menjadi 38,4% (yoy)

dari 37,4% (yoy) di triwulan sebelumnya.

Sejalan dengan aktifitas perekonomian yang melambat, likuiditasSejalan dengan aktifitas perekonomian yang melambat, likuiditasSejalan dengan aktifitas perekonomian yang melambat, likuiditasSejalan dengan aktifitas perekonomian yang melambat, likuiditasSejalan dengan aktifitas perekonomian yang melambat, likuiditas

perekonomian khususnya M1 pada triwulan I-2009 cenderungperekonomian khususnya M1 pada triwulan I-2009 cenderungperekonomian khususnya M1 pada triwulan I-2009 cenderungperekonomian khususnya M1 pada triwulan I-2009 cenderungperekonomian khususnya M1 pada triwulan I-2009 cenderung

menurun dibandingkan triwulan sebelumnyamenurun dibandingkan triwulan sebelumnyamenurun dibandingkan triwulan sebelumnyamenurun dibandingkan triwulan sebelumnyamenurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara rata-rata,

pertumbuhan M1 pada triwulan I-2009 tercatat menurun menjadi

sebesar 6,86% (yoy) dari 8,65% (yoy) pada triwulan sebelumnya

(Grafik 3.12). Namun, pelaksanaan periode Pemilu 2009

diperkirakan mampu menahan penurunan M1 yang lebih dalam.

Sementara itu, M2 secara triwulanan masih tercatat naik menjadi

sebesar 18% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh

sebesar 16,88% (yoy). Masih relatif tingginya pertumbuhan M2

tersebut merupakan cerminan bahwa masyarakat masih

cenderung menanamkan dananya di perbankan di dalam negeri.

Di tengah menurunnya aktifitas perekonomian, masyarakat

cenderung untuk memindahkan jenis penanaman dananya ke

jenis simpanan deposito. Dengan kondisi menurunnya inflasi,

maka secara riil pertumbuhan M1 dan M2 pada triwulan I-2009

masing-masing mencapai -1,7% dan 9% (yoy).

Grafik 3.12

Pertumbuhan Nominal M1 dan M2

Grafik 3.11

Perkembangan Dana vs Kredit

Suku Bunga Kredit dan Depo (%)(%, y-o-y)

6

9

12

15

18

21

24

33

36

39

6

8

10

12

14

16

18

2005 2006 2007 2008

Total DPK Total Kredit rKredit (rata-rata) rDepo (rata-rata)

30

27

Jul Sep Nov Jul Sep NovJan MarMei Jul Sep NovJan MarMei Jul Sep NovJan Mar Mei Jan Mar

2009

M1

M2

M2 Rp

0

3

6

9

12

15

18

21

24

27

30

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

1 3 5 79111 3 57 91113 5 7 9111 3 57 9111 35 7 9111 3 5 79111 35 7 91113 5 7 9111 3 57 911 2

%, y-o-y

Page 30: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2009

20

Grafik 3.13

IHSG dan Net Beli Asing Saham

Pasar Keuangan

Kinerja pasar saham yang pada awal triwulan I-2009 terus tertekan, pergerakannyaKinerja pasar saham yang pada awal triwulan I-2009 terus tertekan, pergerakannyaKinerja pasar saham yang pada awal triwulan I-2009 terus tertekan, pergerakannyaKinerja pasar saham yang pada awal triwulan I-2009 terus tertekan, pergerakannyaKinerja pasar saham yang pada awal triwulan I-2009 terus tertekan, pergerakannya

membaik dan ditutup rebound pada akhir periode laporan.membaik dan ditutup rebound pada akhir periode laporan.membaik dan ditutup rebound pada akhir periode laporan.membaik dan ditutup rebound pada akhir periode laporan.membaik dan ditutup rebound pada akhir periode laporan. Pada awal periode

laporan, IHSG terus mengalami tekanan akibat gejolak yang terjadi di sisi eksternal

serta minimnya sentimen positif dari sisi internal. Namun, pada akhir periode laporan,

risiko eksternal menurun terkait dengan langkah The Fed yang berencana membeli

obligasi dalam jumlah besar guna menekan suku bunga jangka panjang sekaligus

menurunkan suku bunga mortgage. Hal tersebut berpotensi mendorong arus

portofolio global ke imbal hasil yang lebih tinggi di emerging market, termasuk

pasar saham Indonesia. Dengan perkembangan tersebut, IHSG kembali rebound

dan ditutup pada level 1434 atau menguat sebesar 5,8% dibandingkan dengan

akhir tahun 2008. Selain itu, kapitalisasi pasar juga kembali meningkat sebesar

Rp61,4 triliun atau ditutup pada posisi Rp1.091 triliun.

Perbaikan IHSG pada akhir triwulan I-2009 tersebut belum diikuti oleh membaiknyaPerbaikan IHSG pada akhir triwulan I-2009 tersebut belum diikuti oleh membaiknyaPerbaikan IHSG pada akhir triwulan I-2009 tersebut belum diikuti oleh membaiknyaPerbaikan IHSG pada akhir triwulan I-2009 tersebut belum diikuti oleh membaiknyaPerbaikan IHSG pada akhir triwulan I-2009 tersebut belum diikuti oleh membaiknya

likuiditas di pasar saham.likuiditas di pasar saham.likuiditas di pasar saham.likuiditas di pasar saham.likuiditas di pasar saham. Nilai perdagangan saham secara rata-rata harian pada

triwulan-2009 hanya mencapai Rp1,59 triliun per hari atau turun dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang memiliki rata-rata perdagangan harian sebesar

Rp2,6 triliun per hari. Rata-rata nilai perdagangan saham tersebut jauh lebih rendah

dibandingkan dengan kondisi normal nilai perdagangan yang dapat mencapai Rp3-

4 triliun per hari. Menurunnya likuiditas pasar saham antara lain disebabkan oleh

perilaku investor yang masih »wait and see». Namun demikan, kembali masuknya

arus modal asing pada akhir periode laporan yang diikuti oleh membaiknya kinerja

IHSG membuka peluang bagi peningkatan likuiditas pasar saham.

Kepercayaan pelaku pasar mulai pulih sebagaimana tercermin pada aktivitas investorKepercayaan pelaku pasar mulai pulih sebagaimana tercermin pada aktivitas investorKepercayaan pelaku pasar mulai pulih sebagaimana tercermin pada aktivitas investorKepercayaan pelaku pasar mulai pulih sebagaimana tercermin pada aktivitas investorKepercayaan pelaku pasar mulai pulih sebagaimana tercermin pada aktivitas investor

asing yang mulai membukukan net beli pada akhir triwulan I-2009asing yang mulai membukukan net beli pada akhir triwulan I-2009asing yang mulai membukukan net beli pada akhir triwulan I-2009asing yang mulai membukukan net beli pada akhir triwulan I-2009asing yang mulai membukukan net beli pada akhir triwulan I-2009. Pada awal

periode laporan, investor asing yang dalam kondisi normal menjadi motor penggerak

bursa justru membukukan net jual sebesar Rp1,98 triliun2 terhitung sejak Januari

sampai dengan Februari 2009. Kondisi tersebut merupakan cermin dari respon

pelaku asing dalam menghadapi ketidakpastian pasar keuangan

global pada periode tersebut. Memasuki Maret 2009, persepsi

asing terhadap emerging market mulai membaik. Hal tersebut

diikuti oleh net beli investor asing di pasar saham pada periode

tersebut yang mencapai sebesar Rp1,78 triliun. Namun secara

keseluruhan triwulan I-2009, asing masih mencatat net jual

sebesar Rp 0,2 triliun.

Searah dengan pergerakan bursa saham, kinerja pasar SUN jugaSearah dengan pergerakan bursa saham, kinerja pasar SUN jugaSearah dengan pergerakan bursa saham, kinerja pasar SUN jugaSearah dengan pergerakan bursa saham, kinerja pasar SUN jugaSearah dengan pergerakan bursa saham, kinerja pasar SUN juga

mengalami tekanan pada awal triwulan laporan dan berangsurmengalami tekanan pada awal triwulan laporan dan berangsurmengalami tekanan pada awal triwulan laporan dan berangsurmengalami tekanan pada awal triwulan laporan dan berangsurmengalami tekanan pada awal triwulan laporan dan berangsur

membaik pada akhir triwulan laporanmembaik pada akhir triwulan laporanmembaik pada akhir triwulan laporanmembaik pada akhir triwulan laporanmembaik pada akhir triwulan laporan. Memburuknya kinerja SUN

pada awal periode laporan tercermin pada kenaikan rata-rata

2 Meskipun demikian, pelaku asing yang melakukan penjualan pada pasar saham hanya sebataspada investor asing yang bersifat non strategic. Sementara itu investor asing dalam bentukstrategic investor diperkirakan masih bertahan mengingat karakteristik investasi yang bersifatlong term horizon dan laporan keuangan emiten yang masih terjaga.

Net Beli/Jual Asing

IHSG Rata-Rata (RHS)

Rp, Triliun

(2)

-

2

4

6

8

10

12

14

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

2007 2008 2009

I II III IV I II III IV I

Page 31: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2009

21

bulanan yield SUN yang terjadi secara merata untuk seluruh tenor. Penyebabnya

adalah perilaku portofolio adjustment investor asing yang memindahkan aset-

asetnya di emerging market ke arah corporate bond dan government bond AS

yang diyakini lebih aman. Rata-rata volume perdagangan SUN pada triwulan I-

2009 tercatat sebesar Rp3 triliun atau turun jika dibandingkan dengan rata-rata

volume perdagangan triwulan sebelumnya. Sementara itu, frekuensi rata-rata harian

perdagangan SUN tercatat sebesar 193 kali, juga lebih rendah dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang mencapai 202,5 kali. Hal tersebut merupakan indikasi

bahwa pelaku pasar masih wait and see dalam menyikapi volatilitas yang terjadi di

pasar keuangan global. Selain itu, aktivitas investor asing yang masih membukukan

net jual pada triwulan I-2009 turut mengganggu pulihnya kepercayaan investor

domestik dan berakibat pada penyusutan likuiditas di pasar SUN.

Perbaikan kinerja SUN, meskipun masih terbatas, terjadi di tengah sedikitPerbaikan kinerja SUN, meskipun masih terbatas, terjadi di tengah sedikitPerbaikan kinerja SUN, meskipun masih terbatas, terjadi di tengah sedikitPerbaikan kinerja SUN, meskipun masih terbatas, terjadi di tengah sedikitPerbaikan kinerja SUN, meskipun masih terbatas, terjadi di tengah sedikit

membaiknya membaiknya membaiknya membaiknya membaiknya credit default swapcredit default swapcredit default swapcredit default swapcredit default swap serta relatif terjaganya faktor domestik serta relatif terjaganya faktor domestik serta relatif terjaganya faktor domestik serta relatif terjaganya faktor domestik serta relatif terjaganya faktor domestik. Perbaikan

tersebut lebih disebabkan oleh besarnya minat investor pada lelang SPN di pasar

perdana, sedangkan penurunan credit default swap jangka panjang yang relatif

terbatas berakibat pada kenaikan yield SUN di tenor jangka menengah dan panjang.

Sementara itu, terjaganya faktor domestik sebagaimana tercermin dari prospek

pertumbuhan ekonomi yang masih cukup baik serta meredanya ekspektasi inflasi3

mampu menahan koreksi kinerja pasar SUN lebih jauh. Faktor

positif domestik lainnya adalah harga minyak yang relatif rendah

dan minat investor pada lelang SUN yang masih cukup besar.

Di sisi lain, kondisi reksadana secara triwulanan sejalan dengan

pelemahan underlying asset. Kinerja underlying asset yang belum

menunjukan perbaikan secara memadai menyebabkan kinerja

reksadana juga masih tertekan. Hal tersebut tercermin pada NAB

reksadana per Februari 2009 yang mencapai Rp73,4 triliun atau

turun dibandingkan dengan posisi Desember 2008. Rebound

underlying asset pada akhir triwulan I-2009 mendorong

perbaikan kinerja NAB reksadana. Selain itu, faktor lain yang

diharapkan dapat mengangkat kinerja reksadana lebih lanjut

adalah kebijakan pengenaan PPH final sebesar 0% untuk bunga

dan diskonto atas obligasi yang diperoleh pada 2009-2010.

Grafik 3.14

Aktivitas Perdagangan SUN (Rata-Rata)

3 Hal ini sebagai dampak lanjutan dari penurunan harga BBM bersubsidi pada 1 Desember2009, 15 Desember 2009, dan 15 Januari 2009

Yield (RHS)

Rp, Triliun %

-

1

2

3

4

5

6

7

Rata-Rata Perdagangan Harian

8

9

10

11

12

13

14

15

I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009

Page 32: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2009

22

4. Perekonomian Indonesia ke Depan

Perkembangan ekonomi global masih menunjukkan perlambatan yang dalam

sebagai dampak masifnya krisis keuangan yang terjadi dan hilangnya kepercayaan.

Hal tersebut tercermin dari proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia yang kembali

direvisi ke bawah oleh lembaga-lembaga internasional. Perlambatan kondisi ekonomi

global diprakirakan berdampak terhadap perekonomian Indonesia melalui

penurunan ekspor. Penurunan ekspor pada gilirannya akan berdampak negatif

pada permintaan domestik terutama melalui income effect yang ditimbulkannya

terhadap pelaku ekonomi domestik. Dari sisi produksi, merosotnya permintaan

eksternal akan memukul kinerja berbagai sektor perekonomian melalui penurunan

sektor tradable. Secara keseluruhan, PDB Indonesia pada tahun 2009 diprakirakanPDB Indonesia pada tahun 2009 diprakirakanPDB Indonesia pada tahun 2009 diprakirakanPDB Indonesia pada tahun 2009 diprakirakanPDB Indonesia pada tahun 2009 diprakirakan

tumbuh pada kisaran 3%-4%.tumbuh pada kisaran 3%-4%.tumbuh pada kisaran 3%-4%.tumbuh pada kisaran 3%-4%.tumbuh pada kisaran 3%-4%. Meskipun pertumbuhan PDB pada 2009 diprakirakan

mengalami perlambatan, pertumbuhan tersebut masih cukup tinggi apabila

dibandingkan dengan prospek pertumbuhan negara-negara lain.

Dari sisi harga, inflasi 2009 diprakirakan cenderung menurun. Penurunan tekanan

inflasi terutama karena membaiknya ekspektasi inflasi masyarakat, seiring dengan

turunnya harga bahan bakar minyak dan tarif angkutan. Terjaganya pasokan dan

kelancaran distribusi barang dalam negeri diprakirakan menjadi faktor positif

terjaganya inflasi. Dari sisi eksternal, penurunan harga komoditas internasional

mengakibatkan turunnya harga impor sebagai salah satu penyumbang inflasi dalam

negeri. Dengan perkembangan tersebut, inflasi 2009 diprakirakan dapat mencapaiDengan perkembangan tersebut, inflasi 2009 diprakirakan dapat mencapaiDengan perkembangan tersebut, inflasi 2009 diprakirakan dapat mencapaiDengan perkembangan tersebut, inflasi 2009 diprakirakan dapat mencapaiDengan perkembangan tersebut, inflasi 2009 diprakirakan dapat mencapai

batas bawah kisaran 5%-7%.batas bawah kisaran 5%-7%.batas bawah kisaran 5%-7%.batas bawah kisaran 5%-7%.batas bawah kisaran 5%-7%.

ASUMSI DAN SKENARIO YANG DIGUNAKAN

Kondisi Perekonomian Internasional

Pertumbuhan ekonomi dunia pada 2009 diprakirakan mengalami kontraksi

terdalam pascaperang dunia kedua. IMF kembali melakukan revisi ke bawah

prakiraan pertumbuhan ekonomi dunia terkait semakin dalamnya kontraksi

ekonomi di negara maju dan berkembang. Perekonomian dunia diprakirakan

melambat cukup tajam pada 2009 menjadi -1,0% sampai dengan -0,5%.

Kelompok ekonomi negara maju akan mengalami kontraksi cukup dalam pada

2009 atau pada kisaran -3,5% sampai dengan -3,0%, sementara pertumbuhan

ekonomi negara berkembang diprakirakan melambat menjadi pada kisaran 1,5%

sd. 2,5% seiring tertekannya permintaan domestik dan anjloknya kinerja eksternal

khususnya di Asia (Tabel 4.1).

Melemahnya perekonomian global memicu menurunnya aktivitas perdagangan

dunia. Beberapa lembaga internasional, antara lain IMF, World Bank dan World

Trade Organization (WTO) memprakirakan bahwa volume perdagangan dunia akan

mengalami kontraksi di tahun 2009. Selanjutnya, volume perdagangan dunia yang

menurun akan memicu penurunan harga komoditas, baik nonmigas maupun migas.

PDB DuniaPDB DuniaPDB DuniaPDB DuniaPDB Dunia 3,23,23,23,23,2 (-1,0) - (-0,5)(-1,0) - (-0,5)(-1,0) - (-0,5)(-1,0) - (-0,5)(-1,0) - (-0,5)

Negara Maju 0,8 (-3,5) - (-3,0)

Amerika Serikat 1,1 -2,6

Kawasan Euro 0,9 -3,2

Jepang -0,7 -5,8

Negara Berkembang 6,1 1,5 - 2,5

Tabel 4.1

Proyeksi PDB Dunia

Sumber: IMF, Global Economic Policies and Prospects, G20

Proyeksi

2008 2009

Page 33: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

Perekonomian Indonesia ke Depan

23

Rata-rata harga komoditas nonmigas diprakirakan turun sebesar -17% pada 2009,

sementara harga minyak dunia diprakirakan turun mencapai kisaran rata-rata 43

dolar AS per barrel pada 2009.

Skenario Kebijakan Fiskal

Krisis ekonomi global yang terus memburuk menyebabkan defisit APBN 2009 dapat

terus meningkat. Hasil Rapat Panja DPR tanggal 24 Februari 2009 memutuskan

defisit APBN 2009 dapat mencapai Rp139,5 triliun atau 2,5% dari PDB, meningkat

dari target awal tahun sebesar Rp51,3 triliun atau 1% dari PDB. Peningkatan defisit

terutama akibat penurunan penerimaan perpajakan yang disebabkan oleh

perubahan asumsi pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat dari asumsi awal tahun

dan adanya tambahan pengeluaran dalam paket stimulus fiskal.

Sementara itu, paket stimulus fiskal tahun 2009 diprakirakan sudah dapat berjalan

pada triwulan II-2009. Pada bulan Februari dan Maret 2009 Pemerintah

mengeluarkan beberapa ketentuan terkait Paket Stimulus Fiskal 2009 yaitu

penerbitan PMK No. 43/PMK.03/2009 tentang Pajak Penghasilan Pasal 21

Ditanggung Pemerintah atas Penghasilan Pekerja pada Kategori Usaha Tertentu

tanggal 3 Maret 2009, Perdirjen Pajak No. PER-10/PJ/2009 tentang Pengurangan

Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 dalam tahun 2009 Bagi Wajib Pajak yang

Mengalami Perubahan Keadaan Usaha atau Kegiatan Usaha tanggal 11 Februari

2009 dan sebagian DIPA untuk tambahan stimulus fiskal untuk anggaran

infrastruktur pada Maret 2009. Kedua ketentuan pajak di atas menyebabkan sudah

dapat terlaksananya pemberian insentif fiskal PPh Pasal 21 dan Pasal 25 sedangkan

penyelesaian DIPA dimaksud memungkinkan segera terealisasinya tambahan

stimulus infrastruktur.

PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI

Kondisi ekonomi global yang mengalami kontraksi pada 2009 diprakirakan

berdampak signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Turunnya aktivitas

perekonomian mitra dagang akan menurunkan permintaan terhadap barang-barang

ekspor Indonesia. Sebagai akibatnya, ekspor pada 2009 diprakirakan mengalami

penurunan, setelah dalam enam tahun terakhir selalu mencatat pertumbuhan yang

positif. Menurunnya pendapatan ekspor pada gilirannya akan berdampak negatif

pada permintaan domestik terutama melalui income effect yang ditimbulkannya

terhadap pelaku ekonomi domestik. Dari sisi produksi, merosotnya permintaan

eksternal akan memukul kinerja berbagai sektor perekonomian melalui penurunan

sektor tradable. Merosotnya permintaan terhadap output sektoral telah terlihat

sejak triwulan IV-2008 yang menyebabkan menumpuknya stok hasil produksi dan

pada gilirannya memaksa pelaku usaha untuk melakukan berbagai efisiensi atau

menahan ekspansi pada tahun 2009. Secara keseluruhan, PDB Indonesia pada 2009Secara keseluruhan, PDB Indonesia pada 2009Secara keseluruhan, PDB Indonesia pada 2009Secara keseluruhan, PDB Indonesia pada 2009Secara keseluruhan, PDB Indonesia pada 2009

diprakirakan tumbuh sekitar 3%-4%.diprakirakan tumbuh sekitar 3%-4%.diprakirakan tumbuh sekitar 3%-4%.diprakirakan tumbuh sekitar 3%-4%.diprakirakan tumbuh sekitar 3%-4%.

Page 34: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2009

24

Prospek Permintaan Agregat

Konsumsi rumah tangga pada 2009 diprakirakan tumbuh pada kisaran 2,8%-3,7%,Konsumsi rumah tangga pada 2009 diprakirakan tumbuh pada kisaran 2,8%-3,7%,Konsumsi rumah tangga pada 2009 diprakirakan tumbuh pada kisaran 2,8%-3,7%,Konsumsi rumah tangga pada 2009 diprakirakan tumbuh pada kisaran 2,8%-3,7%,Konsumsi rumah tangga pada 2009 diprakirakan tumbuh pada kisaran 2,8%-3,7%,

melambat dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2008 sebesar 5,3%. melambat dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2008 sebesar 5,3%. melambat dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2008 sebesar 5,3%. melambat dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2008 sebesar 5,3%. melambat dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2008 sebesar 5,3%. Sektor

eksternal yang diprakirakan melemah pada 2009 akan menurunkan pendapatan

rumah tangga melalui income effect. Pendapatan eksportir yang berkurang akibat

krisis global memberi dampak ikutan yang cukup besar berupa pengurangan jumlah

tenaga kerja. Selanjutnya, masyarakat yang kehilangan pekerjaan akan mengurangi

kegiatan konsumsinya karena tidak ada lagi pendapatan yang diperoleh. Di tengah

situasi krisis global, hal tersebut sangat memukul masyarakat setelah pada 2008

memperoleh tambahan pendapatan terutama karena prestasi ekspor yang sangat

baik, seiring dengan tingginya harga komoditas.

% Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

I II III IV I II III IVKomponen

Tabel 4.2

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan

2007

* Angka Proyeksi Bank Indonesia

Total Konsumsi 4,6 4,6 5,3 5,0 4,9 5,5 5,5 6,3 6,4 5,9 3,9 - 4,5

Konsumsi Swasta 4,7 4,7 5,1 5,5 5,0 5,7 5,5 5,3 4,8 5,3 2,8 - 3,7

Konsumsi Pemerintah 3,7 3,8 6,5 2,0 3,9 3,6 5,3 14,1 16,4 10,4 9,9 - 11,5

Total Investasi 7,6 7,6 9,7 12,4 9,4 13,7 12,0 12,2 9,1 11,7 3,4 - 6,0

Permintaan Domestik 5,3 5,3 6,4 6,8 6,0 7,5 7,1 7,9 7,1 7,4 3,8 - 4,9

Ekspor Barang dan Jasa 8,6 10,4 7,4 7,9 8,5 13,6 12,4 10,6 1,8 9,5 (-6,8) - (-4,6)

Impor Barang dan Jasa 8,5 6,5 7,0 13,9 9,0 18,0 16,1 11,0 -3,5 10,0 (-7,4) - (-4,8)

PDBPDBPDBPDBPDB 6,06,06,06,06,0 6,66,66,66,66,6 6,66,66,66,66,6 5,85,85,85,85,8 6,36,36,36,36,3 6,26,26,26,26,2 6,46,46,46,46,4 6,46,46,46,46,4 5,25,25,25,25,2 6,16,16,16,16,1 3,0 - 4,03,0 - 4,03,0 - 4,03,0 - 4,03,0 - 4,0

20072008

2008 2009*

Dampak menurunnya ekspor terhadap konsumsi masyarakat telah terlihat pada

beberapa indikator konsumsi rumah tangga. Impor barang konsumsi mengalami

penurunan secara signifikan pada awal 2009. Pada periode Januari-Februari 2009,

impor barang konsumsi turun sebesar 28,1% y-o-y. Dari sisi otomotif, penjualan

mobil dan motor yang merupakan konsumsi nonmakanan dan merupakan barang

tahan lama bagi rumah tangga mengalami penurunan yang juga signifikan. Pada

dua bulan pertama 2009, penjualan mobil turun sebesar -25,6% y-o-y, dan

penjualan motor turun sebesar -16,6% y-o-y. Kecenderungan ini diprakirakan terus

berlanjut pada bulan-bulan berikutnya. Selanjutnya, berkurangnya pendapatan

masyarakat karena income effect dari sisi ekspor diprakirakan menurunkan

kemampuan debitur untuk mengajukan kredit ke bank. Indikasi tersebut terlihat

pada melambatnya permintaan kredit di wilayah penyumbang utama ekspor,

terutama Sumatera.

Namun, berkurangnya pendapatan masyarakat lebih jauh diprakirakan dapat ditahan

dengan adanya kegiatan Pemilihan Umum (Pemilu) pada 2009. Kebutuhan atribut

partai yang besar dalam kegiatan Pemilu meningkatkan pendapatan masyarakat

terutama di sektor terkait seperti tekstil dan makanan. Selain itu, tingginya frekuensi

kegiatan kampanye pada Pemilu 2009 dari 38 partai nasional memberi dampak

Page 35: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

Perekonomian Indonesia ke Depan

25

pada meningkatnya pendapatan masyarakat baik secara formal maupun dari

kegiatan informal. Indikasi tersebut terlihat dari pergerakan variabel M1 riil yang

secara historis mencerminkan perputaran uang yang tinggi pada masa Pemilu.

Seiring dengan kegiatan kampanye peserta Pemilu yang dimulai pada kuartal

pertama 2009, pertumbuhan M1 riil mengalami pembalikan pada Januari-Februari

2009 setelah mengalami pertumbuhan terendahnya pada akhir 2008. Masih adanya

putaran Pemilu berikutnya berupa pemilihan Presiden akan dapat memberi dampak

multiplier berikutnya terhadap pendapatan rumah tangga.

Berdasarkan strukturnya, telaah terhadap pertumbuhan ekonomi menunjukkan

bahwa konsumsi rumah tangga merupakan penopang utama perekonomian dari

sisi domestik. Dengan jumlah penduduk yang tercatat sekitar 220 juta jiwa, pasar

domestik di Indonesia sangat terbuka luas bagi para pelaku industri baik yang

selama ini berorientasi pasar luar negeri, maupun pelaku usaha lainnya di dalam

negeri. Besarnya pasar rumah tangga tercermin dari pangsanya yang mencapai

60% dari pembentukan PDB. Dengan demikian, pertumbuhan konsumsi rumah

tangga yang diprakirakan tetap positif merupakan faktor utama yang mendorong

perekonomian Indonesia untuk tidak mengalami kontraksi pada 2009.

Konsumsi Pemerintah secara riil diprakirakan tumbuh pada kisaran 9,9%-11,5%Konsumsi Pemerintah secara riil diprakirakan tumbuh pada kisaran 9,9%-11,5%Konsumsi Pemerintah secara riil diprakirakan tumbuh pada kisaran 9,9%-11,5%Konsumsi Pemerintah secara riil diprakirakan tumbuh pada kisaran 9,9%-11,5%Konsumsi Pemerintah secara riil diprakirakan tumbuh pada kisaran 9,9%-11,5%

pada 2009. pada 2009. pada 2009. pada 2009. pada 2009. Peningkatan konsumsi Pemerintah terutama terjadi pada Pemerintah

Pusat, karena adanya kenaikan gaji pegawai negeri sipil (PNS). Peningkatan konsumsi

juga terjadi karena adanya alokasi anggaran Pemilu. Dari sisi investasi, investasi

Pemerintah Pusat diprakirakan mengalami peningkatan pada 2009 didorong oleh

kenaikan belanja modal. Sementara itu, investasi Pemerintah Daerah tumbuh

melambat seiring dengan turunnya dana perimbangan ke daerah sebagai akibat

dari lebih rendahnya harga minyak mentah. Kombinasi tersebut menyebabkan

investasi Pemerintah secara keseluruhan tumbuh melambat pada 2009. Berdasarkan

dinamikanya, stimulus fiskal dalam bentuk infrastruktur diprakirakan baru mulai

efektif pada Semester II-2009.

Di tengah menurunnya kegiatan ekspor dan prospek daya beli masyarakat yangDi tengah menurunnya kegiatan ekspor dan prospek daya beli masyarakat yangDi tengah menurunnya kegiatan ekspor dan prospek daya beli masyarakat yangDi tengah menurunnya kegiatan ekspor dan prospek daya beli masyarakat yangDi tengah menurunnya kegiatan ekspor dan prospek daya beli masyarakat yang

melemah, kegiatan investasi diprakirakan tumbuh melambat berkisar 3,4-6,0%melemah, kegiatan investasi diprakirakan tumbuh melambat berkisar 3,4-6,0%melemah, kegiatan investasi diprakirakan tumbuh melambat berkisar 3,4-6,0%melemah, kegiatan investasi diprakirakan tumbuh melambat berkisar 3,4-6,0%melemah, kegiatan investasi diprakirakan tumbuh melambat berkisar 3,4-6,0%

pada 2009.pada 2009.pada 2009.pada 2009.pada 2009. Prospek perekonomian yang secara umum menunjukkan perlambatan

berdampak pada tertahannya rencana untuk melakukan ekspansi usaha dalam

bentuk investasi. Hal tersebut terlihat dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)

yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia. Survei tersebut menunjukkan turunnya

jumlah responden yang akan melakukan peningkatan investasi pada Semester I-

2009, dibandingkan dengan rencana pada tahun 2008.

Melambatnya pertumbuhan investasi diprakirakan terjadi baik pada investasi

nonbangunan maupun investasi bangunan. Perlambatan pada investasi

nonbangunan terjadi seiring dengan daya beli masyarakat yang melemah. Sementara

itu, prospek investasi bangunan yang menurun tercermin dari penyaluran kredit

konstruksi yang telah tumbuh melambat sejak Semester II-2008. Proyek-proyek

pembangunan infrastruktur sejauh ini belum terindikasi akan mengalami

Page 36: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2009

26

pertumbuhan yang signifikan. Beberapa kendala seperti masalah regulasi yang rumit,

masalah teknis di lapangan, dan sumber pembiayaan yang terbatas diprakirakan

menghambat pembangunan proyek infrastruktur tersebut.

Dari sisi eksternal, seiring dengan perkembangan ekonomi dunia yang mengalamiDari sisi eksternal, seiring dengan perkembangan ekonomi dunia yang mengalamiDari sisi eksternal, seiring dengan perkembangan ekonomi dunia yang mengalamiDari sisi eksternal, seiring dengan perkembangan ekonomi dunia yang mengalamiDari sisi eksternal, seiring dengan perkembangan ekonomi dunia yang mengalami

perlambatan, ekspor barang dan jasa diprakirakan mengalami penurunan padaperlambatan, ekspor barang dan jasa diprakirakan mengalami penurunan padaperlambatan, ekspor barang dan jasa diprakirakan mengalami penurunan padaperlambatan, ekspor barang dan jasa diprakirakan mengalami penurunan padaperlambatan, ekspor barang dan jasa diprakirakan mengalami penurunan pada

2009 berkisar -6,8% sampai dengan -4,6%.2009 berkisar -6,8% sampai dengan -4,6%.2009 berkisar -6,8% sampai dengan -4,6%.2009 berkisar -6,8% sampai dengan -4,6%.2009 berkisar -6,8% sampai dengan -4,6%. Pada 2009, perkembangan

perekonomian global diprakirakan mengalami pemburukan dibandingkan dengan

tahun 2008. Pemburukan tersebut terjadi baik di negara-negara maju seperti

Amerika Serikat, Eropa dan Jepang, serta di negara-negara berkembang yang

menjadi tujuan ekspor Indonesia seperti China dan India. Berdasarkan prakiraan

IMF dan Consensus Forecast pada Maret 2009, sebagian besar perekonomian

negara-negara tujuan utama ekspor Indonesia akan mengalami kontraksi dan

perlambatan pertumbuhan pada 2009.

Secara historis, pergerakan ekspor Indonesia sejalan dengan perkembangan

perekonomian negara tujuan ekspor. Oleh karena itu, prospek perekonomian

negara-negara tujuan ekspor Indonesia yang mengalami kontraksi sangat

menentukan kinerja ekspor barang dan jasa Indonesia. Kontraksi yang semakin

dalam di negara-negara tujuan utama seperti Jepang (dengan pangsa ekspor

nonmigas sebesar 12,81%) dan Amerika Serikat (dengan pangsa ekspor nonmigas

sebesar 11,61%) akan memperburuk gambaran ekspor Indonesia.

Dari sisi harga, perkembangan harga komoditas ekspor Indonesia - baik nonmigas

maupun migas - yang turun akan semakin mengurangi insentif untuk melakukan

ekspor. Harga komoditas nonmigas ekspor Indonesia pada 2009 diprakirakan

mengalami penurunan sebesar -17% dibanding dengan 2008. Sementara itu, harga

minyak mentah Indonesia rata-rata pada 2009 diprakirakan sekitar 43 dolar AS,

atau turun sebesar -54% dibandingkan dengan rata-rata pada 2008. Kombinasi

permintaan barang ekspor yang melemah serta berkurangnya insentif dari sisi harga

memberi dampak pada memburuknya ekspor Indonesia. Kinerja ekspor yang

memburuk telah terlihat dari perkembangan ekspor barang Indonesia pada awal

2009 yang mengalami penurunan signifikan. Pada dua bulan pertama 2009, ekspor

barang Indonesia (harga berlaku) turun sebesar -34,5%.

Tren penurunan ekspor tersebut diprakirakan terus terjadi sepanjang 2009, seiring

dengan prakiraan ekonomi dunia yang akan semakin melemah dalam periode ke

depan. Penurunan ekspor Indonesia tersebut diprakirakan terjadi pertama kali dalam

6 tahun terakhir, dan merupakan kontraksi yang lebih dalam dibandingkan dengan

penurunan yang terjadi pada 2002 sebesar -1,2%.

Impor barang dan jasa diprakirakan turun antara -7,4% dan -4,8% pada 2009.Impor barang dan jasa diprakirakan turun antara -7,4% dan -4,8% pada 2009.Impor barang dan jasa diprakirakan turun antara -7,4% dan -4,8% pada 2009.Impor barang dan jasa diprakirakan turun antara -7,4% dan -4,8% pada 2009.Impor barang dan jasa diprakirakan turun antara -7,4% dan -4,8% pada 2009.

Konsumsi rumah tangga dan investasi yang melambat pada 2009 menyebabkan

berkurangnya kebutuhan barang-barang impor untuk memenuhi kebutuhan

domestik. Di sisi eksternal, ekspor yang diprakirakan mengalami penurunan

signifikan pada 2009 turut mendorong pengurangan bahan baku produksi untuk

Page 37: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

Perekonomian Indonesia ke Depan

27

barang-barang ekspor. Penurunan impor terjadi pada semua jenis barang, baik

barang konsumsi, bahan baku maupun barang modal.

Prospek Penawaran Agregat

Krisis ekonomi yang masih berlangsung menunjuk perkembangan yang lebih parahKrisis ekonomi yang masih berlangsung menunjuk perkembangan yang lebih parahKrisis ekonomi yang masih berlangsung menunjuk perkembangan yang lebih parahKrisis ekonomi yang masih berlangsung menunjuk perkembangan yang lebih parahKrisis ekonomi yang masih berlangsung menunjuk perkembangan yang lebih parah

dari prakiraan-prakiraan sebelumnya. dari prakiraan-prakiraan sebelumnya. dari prakiraan-prakiraan sebelumnya. dari prakiraan-prakiraan sebelumnya. dari prakiraan-prakiraan sebelumnya. Hal tersebut menciptakan kondisi yang tidak

menguntungkan bagi perkembangan sektor-sektor dalam perekonomian. Krisis

ekonomi global telah membawa perlambatan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi

semakin dalam. Dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang kian melambat, kinerja

tradable sectors akan semakin merosot. Permintaan yang merosot sejak triwulan IV-

2008 menyebabkan peningkatan stok hasil produksi. Hal tersebut memaksa pelaku

usaha melakukan berbagai efisiensi atau menahan ekspansi pada tahun 2009.

Ekonomi domestik akan menjadi mesin pertumbuhan tahun 2009. Hal itu berarti

sektor nontradables menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi tahun 2009.

% Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

I II III IV I II III IVSektor

Tabel 4.3

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran

2007

* Angka Proyeksi Bank Indonesia

Pertanian (2,1) 5,6 7,7 2,0 3,4 6,3 4,8 3,4 4,7 4,8 3,5 - 3,9

Pertambangan & Penggalian 6,2 3,2 1,0 (2,0) 2,0 (1,7) (0,5) 2,1 2,1 0,5 0,1 - 0,3

Industri Pengolahan 5,2 5,1 4,5 3,8 4,7 4,3 4,2 4,3 1,8 3,7 1,1 - 2,0

Listrik, Gas & Air Bersih 8,2 10,2 11,3 11,6 10,3 12,3 11,8 10,4 9,3 10,9 5,7 - 7,6

Bangunan 8,4 7,7 8,3 9,9 8,6 8,0 8,1 7,6 5,7 7,3 3,8 - 5,2

Perdagangan, Hotel & Restoran 9,3 7,8 8,0 8,6 8,4 6,9 8,1 8,4 5,6 7,2 3,0 - 4,5

Pengangkutan & Komunikasi 12,9 13,2 14,2 15,0 13,9 18,3 17,3 15,5 15,8 16,7 8,9 - 10,0

Keuangan, Persewaan & Jasa 8,1 7,6 7,6 8,6 8,0 8,3 8,7 8,6 7,4 8,2 4,5 - 5,6

Jasa-jasa 7,0 7,0 5,2 7,2 6,6 5,9 6,7 7,2 6,0 6,4 3,4 - 4,1

PDB 6,0 6,6 6,6 5,9 6,3 6,2 6,4 6,4 5,2 6,1 3,0 - 4,0

20072008

2008 2009*

Sektor pertanian tahun 2009 diprakirakan tumbuh dalam kisaran 3,5%-3,9%, lebihSektor pertanian tahun 2009 diprakirakan tumbuh dalam kisaran 3,5%-3,9%, lebihSektor pertanian tahun 2009 diprakirakan tumbuh dalam kisaran 3,5%-3,9%, lebihSektor pertanian tahun 2009 diprakirakan tumbuh dalam kisaran 3,5%-3,9%, lebihSektor pertanian tahun 2009 diprakirakan tumbuh dalam kisaran 3,5%-3,9%, lebih

rendah dari realisasi tahun tahun 2008. rendah dari realisasi tahun tahun 2008. rendah dari realisasi tahun tahun 2008. rendah dari realisasi tahun tahun 2008. rendah dari realisasi tahun tahun 2008. Melambatnya pertumbuhan subsektor

perkebunan sebagai dampak masih lemahnya kondisi eksternal menjadi salah satu

penyebab perlambatan sektor pertanian. Harga karet yang anjlok di pasar

internasional, memaksa negara produsen karet dunia yaitu Thailand, Malaysia dan

Indonesia menurunkan produksi dan pasokan ke pasar dunia. Upaya tersebut

dilakukan untuk menahan penurunan harga karet lebih jauh lagi. Di Indonesia

penurunan produksi karet antara lain dilakukan dengan meminta petani

meningkatkan peremajaan dan mengurangi kegiatan penyadapan.

Sementara itu, ekspansi pada tanaman kelapa sawit untuk tahun 2009 kemungkinan

mengalami penundaan, meskipun harga internasional crude palm oil (CPO) pada

bulan-bulan awal tahun 2009 menunjukkan adanya perbaikan. Peremajaan atas

Page 38: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2009

28

tanaman sawit Indonesia dalam rangka menahan laju penambahan tandan buah

segar (TBS) tidak semudah di Malaysia, mengingat tanaman kelapa sawit Indonesia

banyak yang tengah memasuki usia produktif. Untuk dapat memanfaatkan hasil

tanaman kelapa sawit, pengembangan pasar domestik, antara lain dengan

mengoptimalkan kapasitas produksi biodiesel domestik akan sangat membantu.

Di sisi lain tanaman pangan, pada tahun 2009 Indonesia akan berupaya terus

mempertahankan swasembada pangan sebagaimana tahun 2008, bahkan Indonesia

berencana akan melakukan ekspor beras ke beberapa negara. Untuk itu program

P2BS yang dianggap berhasil pada tahun lalu akan dilanjutkan pada tahun ini.

Namun angka ramalan (ARAM) I 2009 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik

menunjukkan adanya kemungkinan target produksi tanaman pangan yang

diharapkan pada tahun 2009 tidak tercapai. Untuk itu langkah serius Pemerintah

terkait dengan penyediaan berbagai infrastrukur yang mendukung peningkatan

produktivitas tanaman pangan seperti perbaikan irigasi, penyediaan pupuk,

penyediaan benih unggulan, subsidi harga benih, jaminan pasar oleh BULOG dan

lain sebagainya sangat diperlukan.

Melambatnya pertumbuhan sektor pertambangan juga tidak terlepas dariMelambatnya pertumbuhan sektor pertambangan juga tidak terlepas dariMelambatnya pertumbuhan sektor pertambangan juga tidak terlepas dariMelambatnya pertumbuhan sektor pertambangan juga tidak terlepas dariMelambatnya pertumbuhan sektor pertambangan juga tidak terlepas dari

perkembangan sektor eksternal yang kurang menguntungkan.perkembangan sektor eksternal yang kurang menguntungkan.perkembangan sektor eksternal yang kurang menguntungkan.perkembangan sektor eksternal yang kurang menguntungkan.perkembangan sektor eksternal yang kurang menguntungkan. Pertumbuhan sektor

pertambangan tahun 2009 diprakirakan berada pada kisaran 0,1%-0,3%. Dengan

melemahnya harga komoditas pertambangan, rencana ekspansi dan investasi

pembukaan tambang baru akan mengalami pengkajian kelayakan ulang. Kesulitan

mendapatkan pembiayaan karena adanya krisis kepercayaan di sektor finansial

memperlambat laju pertumbuhan sektor pertambangan.

Produksi minyak dan gas yang banyak dihasilkan di Sumatera bagian Utara

(Nanggroe Aceh Darusalam dan Sumatera Utara) telah menurun kemampuan

produksinya yang disebabkan oleh usia lapangan tambang yang sudah tua.

Sementara itu, produksi nikel diprakirakan turun karena beberapa pengusaha

tambang nikel, terutama di Sulawesi, menghentikan produksinya terkait dengan

harga nikel yang masih terus menurun. Produksi tembaga, di sisi lain, masih

menunjukkan pertumbuhan meskipun melambat. Pertumbuhan produksi terutama

disebabkan oleh adanya upaya penambangan di lokasi baru yang memiliki

kandungan bijih tembaga yang tinggi. Produksi tambang lain, selain tembaga, yang

diprakirakan masih tumbuh positif adalah tambang batu bara. Meskipun permintaan

dari eksternal melemah, namun permintaan dari dalam negeri yang relatif kuat

terutama untuk pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri memberikan insentif

untuk tetap berproduksi. Mengingat sebagian besar pasokan batu bara untuk

keperluan energi, kontrak penjualan bersifat jangka panjang, sehingga harga yang

diterima tidak terlalu buruk. Kinerja dari tambang tembaga dan batu bara dapat

menopang pertumbuhan sektor pertambangan agar tidak negatif.

Ekonomi dunia tahun 2009 diprakirakan mengalami kontraksi 0,5%, sementaraEkonomi dunia tahun 2009 diprakirakan mengalami kontraksi 0,5%, sementaraEkonomi dunia tahun 2009 diprakirakan mengalami kontraksi 0,5%, sementaraEkonomi dunia tahun 2009 diprakirakan mengalami kontraksi 0,5%, sementaraEkonomi dunia tahun 2009 diprakirakan mengalami kontraksi 0,5%, sementara

volume perdagangan diprakirakan juga menurun hingga 3,9% sehingga semakinvolume perdagangan diprakirakan juga menurun hingga 3,9% sehingga semakinvolume perdagangan diprakirakan juga menurun hingga 3,9% sehingga semakinvolume perdagangan diprakirakan juga menurun hingga 3,9% sehingga semakinvolume perdagangan diprakirakan juga menurun hingga 3,9% sehingga semakin

memukul kinerja sektor industri secara signifikan. memukul kinerja sektor industri secara signifikan. memukul kinerja sektor industri secara signifikan. memukul kinerja sektor industri secara signifikan. memukul kinerja sektor industri secara signifikan. Sejak tahun 2005 sektor industri

Page 39: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

Perekonomian Indonesia ke Depan

29

manufaktur belum menunjukkan pemulihan, dengan pertumbuhan di bawah 5%.

Dalam kondisi krisis yang sedang berlangsung proses peningkatan kinerja sektor

industri semakin berat. Kondisi yang kurang menguntungkan tersebut menyebabkan

pertumbuhan sektor industri tahun 2009 diprakirakan hanya berkisar antara 1,1%

hingga 2,0%. Indikasi awal perlambatan sektor industri telah terlihat dari penurunan

utilisasi kapasitas produksi dan perkembangan indeks produksi sektor industri

pengolahan.

Subsektor Alat Angkutan, Mesin, dan Peralatannya, yeng merupakan subsektor

industri dengan pangsa terbesar, diprakirakan melambat signifikan akibat lemahnya

daya serap pasar. Saat permintaan tinggi pada tahun 2008, terkait dengan

meningkatnya gairah di subsektor perkebunan dan sektor pertambangan, produsen

menaikkan kapasitas produksi alat-alat berat. Namun permintaan secara cepat

melemah di semester II-2008 menyebabkan pasar tidak mampu menyerap produksi

di tahun 2008. Sebagai akibatnya terjadi penumpukan stok yang harus dipasarkan

pada tahun 2009. Dengan stok yang masih banyak, produksi alat berat tahun 2009

diprakirakan akan menurun sekitar 60%.

Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) merupakan industri yang paling terpukul

dengan kondisi eksternal yang semakin tidak bersahabat. Hal tersebut terjadi karena

porsi ekspor cukup besar dalam industri TPT, dan tujuan ekspor dari produk-produk

TPT terutama ke negara-negara maju, terutama Amerika Serikat, Jepang dan Eropa,

yang saat ini mengalami resesi ekonomi. Penurunan ekspor yang signifikan memaksa

industry TPT nasional mengurangi jam kerja dengan mengubah jam kerja dari 3

shift menjadi 1 shift saja. Bahkan untuk sebagian perusahan TPT telah melakukan

pemutusan hubungan kerja, karena produksi yang menurun cukup signifikan.

Namun demikian sektor industri masih tumbuh positif di tahun 2009. Pertumbuhan

tersebut didukung oleh pertumbuhan subsektor industri makanan, minuman, dan

tembakau. Subsektor tersebut diprakirakan dapat memanfaatkan momentum

pemilihan umum. Selain itu, industri makanan diprakirakan mampu bertahan,

karena permintaan akan makanan akan tetap ada meski dalam kondisi krisis.

Pada tahun 2009 pertumbuhan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)Pada tahun 2009 pertumbuhan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)Pada tahun 2009 pertumbuhan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)Pada tahun 2009 pertumbuhan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)Pada tahun 2009 pertumbuhan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

diprakirakan melambat menjadi sekitar 3,0%-4,5% dibandingkan dengan tahundiprakirakan melambat menjadi sekitar 3,0%-4,5% dibandingkan dengan tahundiprakirakan melambat menjadi sekitar 3,0%-4,5% dibandingkan dengan tahundiprakirakan melambat menjadi sekitar 3,0%-4,5% dibandingkan dengan tahundiprakirakan melambat menjadi sekitar 3,0%-4,5% dibandingkan dengan tahun

2008 yang mencapai 7,2%.2008 yang mencapai 7,2%.2008 yang mencapai 7,2%.2008 yang mencapai 7,2%.2008 yang mencapai 7,2%. Perlambatan pertumbuhan yang signifikan ini

merupakan dampak rambatan melambatnya pertumbuhan sektor industri, dan

kontraksi pada impor. Selain faktor-faktor tersebut, turunnya daya beli yang dibarengi

dengan menurunnya dukungan pembiayaan membuat konsumsi masyarakat

menurun, membawa perlambatan yang semakin dalam di sektor PHR.

Salah satu indikator melemahnya perdagangan adalah menurunnya penjualan mobil.

Selain daya beli yang melemah, faktor pembiayaan menjadi faktor penyebabnya.

Bunga kredit yang masih tinggi, persyaratan kredit bank yang belum longgar, dan

harga mobil yang meningkat membuat pasar mobil menjadi melesu. Faktor-faktor

tersebut menjadi signifikan dalam pasar mobil, mengingat sebagian besar transaksi

penjualan mobil dilakukan secara kredit.

Page 40: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2009

30

Namun demikian masih ada produk lain yang diprakirakan dapat menahan

perlambatan lebih jauh lagi. Produk tersebut adalah makanan dan minuman. Produk

makanan dan minuman merupakan bagian dari subsektor ritel yang diprakirakan

mampu bertahan di tengah krisis. Omzet makanan dan minuman pada subsektor

ritel mendominasi lebih dari 50%. Dalam kondisi krisis masyarakat akan

mengutamakan mengkonsumsi makanan dan minuman daripada yang lain. Sektor

makanan dan minuman ini juga diprakirakan akan terdongkrak terkait dengan

kegiatan Pemilu 2009. Omzet penjualan makanan dan minuman diprakirakan

mampu mendorong pertumbuhan penjualan ritel nasional pada tahun 2009.

Sektor Pengangkutan dan Komunikasi diprakirakan masih mampu tumbuh relatifSektor Pengangkutan dan Komunikasi diprakirakan masih mampu tumbuh relatifSektor Pengangkutan dan Komunikasi diprakirakan masih mampu tumbuh relatifSektor Pengangkutan dan Komunikasi diprakirakan masih mampu tumbuh relatifSektor Pengangkutan dan Komunikasi diprakirakan masih mampu tumbuh relatif

tinggi dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. tinggi dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. tinggi dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. tinggi dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. tinggi dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. Sektor Pengangkutan dan

Komunikasi diprakirakan tumbuh pada kisaran 8,9%-10,0% pada tahun 2009,

terutama didukung oleh kinerja subsektor komunikasi. Kegiatan investasi di sektor

komunikasi yang masih berjalan hingga beberapa tahun ke depan mendukung

tumbuhnya subsektor ini. Namun demikian besarnya belanja modal yang dikeluarkan

kian menurun setiap tahunnya, membawa pertumbuhan subsektor komunikasi

pada tren yang menurun juga. Selain itu ketatnya persaingan pada industri

telekomunikasi menyebabkan marjin keuntungan yang diperoleh kian menipis,

seiring dengan meningkatnya perang tarif. Secara umum pendapatan terbesar sektor

telekomunikasi Indonesia berasal dari layanan suara (voice). Untuk itu investasi

terutama ditujukan untuk meningkatkan kapasitas jaringan khususnya untuk layanan

voice pada setiap Base Transceiver Station (BTS). Kualitas suara, durasi, harga, dan

luas jangkauan menjadi preferensi konsumen memilih operator penyedia jasa

telekomunikasi. Dengan demikian penambahan kapasitas BTS bertujuan untuk

memberikan kualitas layanan yang prima demi mempertahankan dan meraih

tambahan pelanggan.

Aktivitas perdangangan yang melambat, berdampak juga pada aktivitas

pengangkutan. Hal itu tercermin dari menurunnya kegiatan bongkar muat di

pelabuhan, serta banyaknya jumlah kapal-kapal yang menganggur di parkir di luar

kolam pelabuhan. Lesunya aktivitas subsektor pengangkutan juga tercermin dari

menurunnya aktivitas industri layanan jasa pengiriman dan pengurusan dokumen

barang di dalam negeri, seiring dengan penurunan volume pengantaran produk.

Seiring dengan melemahnya daya beli masyarakat dan aktivitas ekonomi, jumlah

masyarakat yang melakukan perjalanan menggunakan berbagai layanan transportasi

publik juga menurun. Kondisi ini dikonfirmasi oleh data BPS yang menyatakan

jumlah penumpang kereta api, angkutan kapal laut, dan angkutan udara domestik

cenderung menurun.

Momentum Pemilu yang diprakirakan dapat meningkatkan volume arus barang

dan penumpang ternyata tidak terjadi. Peningkatan aktivitas penerbangan berjadwal

dan carter terkait dengan keperluan kampanye Pemilu 2009 tidak seperti yang

diharapkan. Peningkatan penumpang selama kampanye hanya terjadi pada rute-

rute tertentu seperti Medan, Surabaya, Padang dan Banjarmasin. Dibandingkan

Page 41: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

Perekonomian Indonesia ke Depan

31

dengan jumlah penumpang pada hari-hari biasa, peningkatan penumpang selama

Pemilu dirasa tidak signifikan.

Sebagaimana halnya dengan sektor-sektor lain, sektor Bangunan pada tahun 2009Sebagaimana halnya dengan sektor-sektor lain, sektor Bangunan pada tahun 2009Sebagaimana halnya dengan sektor-sektor lain, sektor Bangunan pada tahun 2009Sebagaimana halnya dengan sektor-sektor lain, sektor Bangunan pada tahun 2009Sebagaimana halnya dengan sektor-sektor lain, sektor Bangunan pada tahun 2009

mengalami perlambatan juga. mengalami perlambatan juga. mengalami perlambatan juga. mengalami perlambatan juga. mengalami perlambatan juga. Pertumbuhan sektor bangunan tahun 2009

diprakirakan sekitar 3,8%-5,2%, melambat signifikan dibandingkan dengan

pertumbuhan tahun lalu sebesar 7,3%. Masalah yang mengemuka terkait dengan

pembangunan proyek-proyek infrastruktur adalah dana. Sumber dana

pembangunan proyek-proyek infrastruktur biasanya berasal dari pinjaman luar negeri

(perbankan luar negeri), penerbitan surat berharga, serta pinjaman perbankan

nasional dan daerah.

Untuk mendapatkan dan internasional Indonesia harus bersaing dengan negara-

negara di Asia Pasifik terkait dengan pendanaan proyek infrastruktur. Di sisi lain

perbankan internasional saat ini lebih memilih melakukan konsolidasi keuangan

internasional daripada menyalurkan kredit baru dalam jumlah besar. Kalau pun

ada perbankan internasional yang tertarik membiayai proyek infrastruktur akan

sarat dengan berbagai persyaratan, antara lain penetapan harga yang menarik,

masa jatuh tempo dan jenis mata uang. Sementara penghimpunan dana pembiayaan

infrastruktur melalui penerbitan surat berharga juga tidak mudah dalam kondisi

saat ini. Imbal hasil yang diminta dari penerbitan awal setiap obligasi baik Pemerintah

maupun swasta untuk infrastruktur cukup tinggi, tidak kurang dari 150 basis poin

di atas level normal. Dengan kondisi tersebut, untuk pembiayaan infrastruktur tahun

2009 Indonesia secara umum akan bergantung pada dana APBN, sebesar Rp100

triliun, BUMN sebesar Rp60 triliun, stimulus fiskal sebesar Rp12,2 triliun, serta

anggaran infrastruktur yang ada di setiap APBD.

Kegiatan di sektor Bangunan pada tahun 2009 akan didominasi oleh kegiatan

pembangunan infrastruktur seperti jalan tol dan pembangunan pembangkit listrik

berbahan baku batubara. Sementara itu, untuk proyek-proyek pembangunan

properti diprakirakan menurun, baik pembangunan gedung bertingkat, maupun

rumah horizontal (landed houses). Program penyediaan rumah murah oleh

Pemerintah diprakirakan akan terealisasi jauh lebih rendah dari yang diharapkan.

Sebagai contoh adalah rencana pembangunan 60 ribu unit rumah susun sederhana

sewa (rusunawa), yang rencannya ditujukan untuk masyarakat berpenghasilan

rendah di 10 kota padat penduduk kemungkinan besar tidak terealisasi seluruhnya.

Kendala yang dihadapi selain izin pembangunan, juga masalah dana. Dana yang

dibutuhkan diprakirakan mencapai RP 6,1 triliun, sementara dana yang sudah ada

masih mengalami kekurangan sebesar Rp3 triliun. Dengan kondisi tersebut separuh

dari rusunawa yang direncanakan kemungkinan tidak terealisir.

Seiring dengan menurunnya aktivitas ekonomi masyarakat, kinerja sektor KeuanganSeiring dengan menurunnya aktivitas ekonomi masyarakat, kinerja sektor KeuanganSeiring dengan menurunnya aktivitas ekonomi masyarakat, kinerja sektor KeuanganSeiring dengan menurunnya aktivitas ekonomi masyarakat, kinerja sektor KeuanganSeiring dengan menurunnya aktivitas ekonomi masyarakat, kinerja sektor Keuangan

diprakirakan akan melambat di tahun 2009. diprakirakan akan melambat di tahun 2009. diprakirakan akan melambat di tahun 2009. diprakirakan akan melambat di tahun 2009. diprakirakan akan melambat di tahun 2009. Sektor keuangan diprakirakan akan

tumbuh sebesar 4,8% pada tahun ini, jauh lebih rendah dari tahun sebelumnya

yang mencatat pertumbuhan 8,2%. Kegiatan ekonomi yang lebih rendah

diprakirakan akan menurunkan permintaan akan jasa intermediasi sektor keuangan.

Page 42: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2009

32

Memburuknya kinerja ekonomi di tahun 2009 diprakirakan akan miningkatkan

rasio kredit macet (Nonperforming loan / NPL). NPL yang memburuk diprakirakan

berasal dari sektor korporasi, terutama yang berorientasi ekspor. Seiring dengan

meningkatnya risiko kredit di tahun 2009, ekspansi kredit perbankan tahun 2009

diprakirakan akan melambat menjadi sekitar 15%-18%, lebih rendah dibandingkan

dengan tahun 2008 yang berada di atas 30%.

Penurunan BI Rate sejak Desember 2008 hingga Maret 2009 sebesar 175 bps mulai

berdampak pada penurunan suku bunga kredit. Penurunan suku bunga kredit

tersebut terutama dilakukan oleh bank-bank besar. Sedangkan bank kecil belum

banyak melakukan hal yang sama. Suku bunga kredit bank-bank besar saat ini

berada pada kisaran 12%-13%, sedangkan bank-bank umumnya masih berada di

atas 15%. Saat ini respon bunga bank terhadap penurunan BI Rate dirasa lebih

lama, terutama disebabkan tingginya risiko yang masih dihadapi bisnis perbankan.

Penurunan suku bunga dilakukan berjenjang mengarah ke BI Rate, diawali dari

penurunan suku bunga tabungan. Penurunan suku bunga kredit sangat tergantung

pada besarnya biaya dana (cost of funds) masing-masing Bank serta tingkat net

interest margin yang diharapkan bank.

PRAKIRAAN INFLASI

Inflasi diprakirakan dapat mencapai batas bawah kisaran 5%-7% pada akhir tahunInflasi diprakirakan dapat mencapai batas bawah kisaran 5%-7% pada akhir tahunInflasi diprakirakan dapat mencapai batas bawah kisaran 5%-7% pada akhir tahunInflasi diprakirakan dapat mencapai batas bawah kisaran 5%-7% pada akhir tahunInflasi diprakirakan dapat mencapai batas bawah kisaran 5%-7% pada akhir tahun

2009. 2009. 2009. 2009. 2009. Penurunan tekanan inflasi terutama berasal dari inflasi administered, karena

turunnya harga BBM dan tarif angkutan. Selain itu turunnya inflasi juga berasal

dari turunnya harga-harga komoditas dan melemahnya permintaan. Dari sisi volatile

food, tekanan inflasi diprakirakan minimal seiring dengan terjaganya pasokan dan

kelancaran distribusi barang, serta turunnya harga komoditas pangan internasional.

Tekanan inflasi dari kelompok inti di sepanjang 2009 diprakirakan cenderung

menurun seiring dengan terjaganya ekspektaksi inflasi. Ekspektasi inflasi yang

menurun diprakirakan mendapat dorongan dari relatif rendahnya realisasi inflasi

sejak awal tahun 2009 dan penurunan harga BBM bersubsidi.

Tekanan inflasi sebagai hasil interaksi sisi permintaan dan sisi penawaran di 2009

diprakirakan minimal, sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi yang

diprakirakan melambat pada 2009. Tekanan sisi permintaan yang minimal

dikonfirmasi oleh tingkat utilisasi kapasitas yang cenderung menurun.

Sementara itu, tekanan inflasi dari sisi eksternal diprakirakan minimal. Hal tersebut

seiring dengan perkembangan inflasi negara mitra dagang yang masih cenderung

turun. Selain itu, kebijakan countercyclical pemerintah berupa pemberian Bea Masuk

Ditanggung Pemerintah (BM DTP) untuk beberapa sektor industri diprakirakan juga

dapat mengurangi tekanan inflasi impor. Adapun sektor-sektor industri yang

mendapat stimulus BM DTP antara lain industri komponen kendaraan bermotor,

industri komponen elektronika dan industri perbaikan dan pemeliharaan pesawat

terbang.

Page 43: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

Perekonomian Indonesia ke Depan

33

Tekanan inflasi dari sisi administered diprakirakan menurun pada 2009. Penurunan

tekanan inflasi administered terutama disebabkan karena penurunan harga BBM

subsidi yang cukup signifikan pada akhir tahun 2008 dan awal tahun 2009, yang

kemudian diikuti dengan penurunan tarif angkutan. Program konversi minyak tanah

yang semula diprakirakan akan meningkatkan tekanan inflasi administered,

diprakirakan hanya akan memberikan sumbangan yang minimal terhadap inflasi.

Tekanan inflasi dari volatile food diprakirakan minimal dan cenderung menurun

pada 2009. Hal tersebut sejalan dengan prakiraan terjaganya pasokan dan distribusi

bahan makanan pada 2009. Dari dalam negeri, peningkatan pasokan terutama

didorong oleh meningkatnya produktivitas terkait penggunaan bibit hibrida,

pemberian pupuk bersubsidi, dan perbaikan infrastruktur pertanian seperti irigasi.

Produksi beberapa tanaman bahan makanan, seperti padi dan jagung, diprakirakan

juga akan mengalami peningkatan di 2009. Selain itu, pengadaan beras oleh BULOG

diprakirakan akan mencapai 3,8 juta ton, yang merupakan pengadaan beras

tertinggi sepanjang sejarah pengadaan beras oleh BULOG. Tingginya pengadaan

beras BULOG tersebut, selain karena membaiknya produksi juga disebabkan masa

pengadaan yang dimulai lebih awal dari tahun sebelumnya. Khusus untuk komoditi

beras, pemerintah bahkan berencana untuk mengekspor 100 ribu ton beras.

FAKTOR RISIKO

Dengan mempertimbangkan berbagai risiko, pertumbuhan ekonomi diprakirakanDengan mempertimbangkan berbagai risiko, pertumbuhan ekonomi diprakirakanDengan mempertimbangkan berbagai risiko, pertumbuhan ekonomi diprakirakanDengan mempertimbangkan berbagai risiko, pertumbuhan ekonomi diprakirakanDengan mempertimbangkan berbagai risiko, pertumbuhan ekonomi diprakirakan

berada pada kisaran 3,0-4,0%berada pada kisaran 3,0-4,0%berada pada kisaran 3,0-4,0%berada pada kisaran 3,0-4,0%berada pada kisaran 3,0-4,0%. Beberapa risiko utama yang dapat membawa

pertumbuhan ekonomi pada kisaran bawah antara lain pertumbuhan volume

perdagangan dunia yang semakin memburuk, kembali turunnya harga komoditas,

serta melambatnya pertumbuhan kredit. Secara sektoral, kondisi ekonomi global

secara langsung akan berdampak ke sektor pertanian, sektor pertambangan dan

penggalian, serta sektor industri pengolahan. Sementara dampak stimulus fiskal

terhadap konsumsi rumah tangga akan terefleksi dari kenaikan pertumbuhan sektor

perdagangan, hotel, dan restoran, sektor industri pengolahan, dan sektor

pengangkutan dan komunikasi.

Di sisi harga, inflasi dapat lebih tinggi dari yang diprakirakan apabila realisasi dariDi sisi harga, inflasi dapat lebih tinggi dari yang diprakirakan apabila realisasi dariDi sisi harga, inflasi dapat lebih tinggi dari yang diprakirakan apabila realisasi dariDi sisi harga, inflasi dapat lebih tinggi dari yang diprakirakan apabila realisasi dariDi sisi harga, inflasi dapat lebih tinggi dari yang diprakirakan apabila realisasi dari

beberapa faktor yang memengaruhi ternyata lebih buruk dari yang diprakirakanbeberapa faktor yang memengaruhi ternyata lebih buruk dari yang diprakirakanbeberapa faktor yang memengaruhi ternyata lebih buruk dari yang diprakirakanbeberapa faktor yang memengaruhi ternyata lebih buruk dari yang diprakirakanbeberapa faktor yang memengaruhi ternyata lebih buruk dari yang diprakirakan,

seperti produksi pangan tidak sebaik yang diprakirakan dan harga minyak yang

lebih tinggi.

Page 44: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2009

34

5. Respon Kebijakan MoneterTriwulan I-2009

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 3 April 2009 memutuskanRapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 3 April 2009 memutuskanRapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 3 April 2009 memutuskanRapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 3 April 2009 memutuskanRapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 3 April 2009 memutuskan

untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 7,50%. untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 7,50%. untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 7,50%. untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 7,50%. untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 7,50%. Keputusan

tersebut diambil setelah mencermati dan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap

perkembangan ekonomi dan keuangan di dalam negeri dan luar negeri. Kondisi

global menunjukkan perkembangan yang kian menurun, bahkan lebih buruk dari

perkiraan semula. Berbagai stimulus fiskal dan pelonggaran kebijakan moneter di

berbagai negara belum mampu menahan penurunan ekonomi dunia. Pertumbuhan

ekonomi dunia yang mengalami kontraksi akan berdampak negatif terhadap

perekonomian nasional. Namun adanya kesepakatan G.20 yang mendorong

perbaikan di pasar modal dan pasar keuangan global telah membawa sentimen

positif.

Tekanan inflasi pada bulan Maret relatif rendah, yaitu sebesar 0,22% (mtm) masih

lebih rendah dari rata-rata historisnya. Dengan demikian inflasi tahunan menurun

dibandingkan dengan Februari 2009 menjadi 7,92% (yoy). Di tengah isu

peningkatan permintaan menjelang Pemilu 2009, secara tahunan tren penurunan

inflasi masih berlanjut. Terjaganya pasokan beberapa komoditas dan beras, serta

minimalnya inflasi administered price merupakan faktor penyebab rendahnya laju

inflasi.

Kondisi perbankan hingga saat ini relatif terjaga. Kondisi tersebut didukung oleh

perkembangan berbagai indikator keuangan dan kesehatan bank. Likuiditas

perbankan masih meningkat sejalan dengan masih cukup tingginya pertumbuhan

dana pihak ketiga (DPK). Namun demikian, penyaluran kredit relatif masih terbatas,

terkait dengan sikap perbankan yang lebih berhati-hati dalam mempersepsikan

risiko yang dihadapi, di antaranya peningkatan Non-Performing Loan (NPL).

Diharapkan pada triwulan II-2009 penyaluran kredit mulai meningkat.

Pertumbuhan ekonomi nasional diperkirakan berada pada kisaran 3%-4%.

Pertumbuhan tersebut relatif cukup tinggi apabila dibandingkan dengan prospek

pertumbuhan negara-negara lain. Ke depan kebijakan moneter yang ditempuh

diupayakan untuk dapat mendukung gairah sektor riil yang besar perannya dalam

memperkuat perekonomian nasional dengan tetap menjaga stabilitas harga dan

sistem keuangan. Bank Indonesia akan senantiasa berkoordinasi dengan Pemerintah

dalam mencermati perkembangan ekonomi global, regional dan domestik, serta

mengambil langkah-langkah yang diperlukan.

Page 45: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

Tabel Statistik

35

Tabel Statistik

Tabel 1

Suku Bunga Pasar Uang, Deposito Berjangka, dan Kredit

(Persen per Tahun)

PeriodeSuku BungaPasar UangAntarbank*

TingkatDiskonto

SBI*

Suku Bunga Deposito Berjangka ** Suku Bunga Kredit**

1bulan

3bulan

6bulan

12bulan

24bulan

5,87 7,42 5,86 6,11 6,79 8,93 14,49 14,61 15,12

4,24 7,34 6,23 6,31 6,36 7,68 9,31 14,10 14,64

4,13 7,39 6,31 6,61 6,89 7,27 8,94 13,80 14,33

3,76 7,43 6,43 6,71 7,12 7,07 8,12 13,41 14,05

5,95 7,44 6,50 6,93 7,35 8,04 9,42 13,31 13,78

6,95 8,25 6,98 7,19 7,11 7,11 8,05 13,36 13,65

6,92 10,00 9,16 8,51 8,01 8,65 8,82 14,51 14,47

9,44 12,75 11,98 11,75 10,17 10,95 12,39 16,23 15,66

10,28 12,73 11,61 12,19 12,10 12,02 12,64 16,35 15,90

10,23 12,50 11,34 11,70 12,09 12,28 12,61 16,15 15,94

8,90 11,25 10,47 11,05 11,52 12,36 12,47 15,82 15,66

5,97 9,75 8,96 9,71 10,70 11,63 11,84 15,07 15,10

7,52 9,00 8,13 8,52 9,29 10,17 11,73 14,49 14,53

5,58 8,75 7,46 7,87 8,40 9,54 11,73 13,88 13,99

6,83 8,25 7,13 7,44 7,80 8,91 11,24 13,31 13,45

4,33 8,00 7,19 7,42 7,65 8,24 10,83 13,00 13,01

8,01 7,96 6,88 7,26 7,57 7,79 10,06 12,88 12,59

8,43 8,73 7,19 7,49 7,79 7,78 9,91 12,99 12,51

9,37 9,71 9,26 9,45 9,14 9,34 9,83 13,93 13,32

9,40 10,83 10,75 11,16 10,34 10,43 8,62 15,22 14,40

8,50 8,74 10,52 11,34 10,56 10,68 8,61 15,23 14,37

ModalKerja

Investasi

2004Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2005Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2006Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2007Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2008Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2009Trw. I**

* Posisi Februari 2009** Posisi Januari 2009

Page 46: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2009

36

Tabel 2

Perkembangan Transaksi di Pasar Uang

(Miliar Rupiah)

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 2)

Periode Transaksi

antarbank1) Penerbitan Pelunasan Posisi

2004

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2005

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2006

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2007

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw.IV

2008

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2009

Trw. I*

* Posisi Januari 20091) Transaksi pagi hari2) Hanya mencakup transaksi antar Bank Indonesia dengan perbankan. Sejak Maret 1994 termasuk SBPU Repo.

142.003 354.841 321.477 140.390

87.082 283.275 304.891 118.776

165.064 252.542 339.339 31.979

204.336 293.933 252.929 103.825

216.381 369.495 415.784 57.536

237.571 362.770 315.996 101.058

250.610 230.026 289.657 41.427

264.348 183.663 150.534 74.632

310.175 415.638 356.471 133.799

280.836 517.853 483.967 167.685

286.958 599.495 586.715 180.464

329.312 665.673 636.381 209.756

495.786 774.866 740.951 243.671

362.339 846.655 832.325 258.002

413.527 895.562 887.411 266.152

313.544 777.247 795.475 247.926

368.429 858.289 906.767 212.463

246.462 489.529 543.655 165.145

326.315 389.138 437.313 116.969

326.310 404.071 340.913 180.128

63.487 204.159 159.409 222.053

Page 47: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

Tabel Statistik

37

I II III IV I II III IV I II III IV I*

* Posisi Januari 20091) Tidak termasuk pemerintah pusat, bukan penduduk, nilai lawan valas, RDI dan kredit kelolaan

Tabel 3

Posisi Kredit Perbankan dalam Rupiah dan Valuta Asing menurut Kelompok Bank dan Sektor Ekonomi1)

(Miliar Rupiah)

1 Bank Pemerintah

- Pertanian

- Pertambangan

- Perindustrian

- Perdagangan

- Jasa-jasa

- Lain-lain

2 Bank Umum Swasta Nasional

- Pertanian

- Pertambangan

- Perindustrian

- Perdagangan

- Jasa-jasa

- Lain-lain

3 Bank Pemerintah Daerah

- Pertanian

- Pertambangan

- Perindustrian

- Perdagangan

- Jasa-jasa

- Lain-lain

4 Bank Asing & Campuran

- Pertanian

- Pertambangan

- Perindustrian

- Perdagangan

- Jasa-jasa

- Lain-lain

5 Sub jumlah (1 s.d. 4)

- Pertanian

- Pertambangan

- Perindustrian

- Perdagangan

- Jasa-jasa

- Lain-lain

247.331 256.267 264.735 282.784 282.633 301.186 314.427 348.973 350.232 394.065 432.850 461.877 454.784

21.649 22.110 23.012 25.816 24.222 26.805 28.433 30.281 30.711 32.381 35.153 37.409 37.916

3.007 3.428 3.485 4.771 7.414 9.006 6.556 10.647 13.371 14.922 14.778 13.807 12.984

63.402 64.567 64.265 71.165 71.600 69.959 69.450 72.810 72.706 81.038 88.181 96.838 97.531

52.729 57.548 61.031 61.431 63.561 68.172 75.722 85.601 79.209 92.719 98.865 102.017 98.546

36.148 37.094 39.269 43.481 39.477 44.868 47.465 55.587 55.271 64.182 77.295 87.505 83.719

70.396 71.520 73.673 76.120 76.359 82.376 86.801 94.047 98.964 108.823 118.578 124.301 124.088

291.817 302.693 313.651 334.943 335.998 367.168 394.451 432.595 451.967 500.718 534.599 552.617 538.586

9.693 10.248 10.316 11.430 11.312 12.053 12.467 15.533 15.571 18.298 18.169 19.150 18.538

2.935 3.414 3.775 6.460 5.409 7.321 7.076 10.678 9.621 10.137 10.850 11.137 11.314

53.304 57.119 58.125 61.525 59.826 63.319 68.670 73.840 77.952 84.610 90.896 97.042 93.437

70.729 74.997 78.679 85.628 86.783 95.549 100.883 108.726 111.756 123.057 125.908 130.687 124.565

69.006 71.371 74.729 78.963 80.252 90.497 98.503 110.144 115.400 131.115 143.486 148.332 145.331

86.150 85.544 88.027 90.937 92.416 98.429 106.852 113.674 121.667 133.501 145.290 146.269 145.401

47.235 51.141 55.009 55.959 58.851 65.123 70.937 71.921 75.065 85.339 93.991 96.440 96.432

1.729 1.860 1.922 2.030 2.090 2.130 2.248 2.274 2.379 2.710 3.067 3.182 3.066

57 56 54 58 58 58 55 43 53 182 187 270 270

430 471 476 457 487 520 543 631 710 770 787 814 803

7.668 8.058 8.312 8.239 8.386 8.762 9.295 9.617 10.191 11.504 12.042 12.055 11.917

5.851 6.561 7.531 6.915 6.776 7.747 9.850 8.879 8.615 10.831 13.456 13.356 12.527

31.500 34.135 36.714 38.260 41.054 45.906 48.946 50.477 53.117 59.342 64.452 66.763 67.849

95.730 100.003 107.692 113.450 117.232 121.509 127.445 141.622 151.908 161.998 178.061 189.245 191.970

3.409 4.124 4.727 5.727 5.395 5.460 5.933 7.817 7.449 6.425 6.505 6.419 6.610

1.548 2.173 2.369 2.607 2.287 2.540 2.629 3.972 4.591 3.910 4.478 5.327 5.326

45.954 46.847 49.682 49.285 50.219 51.029 51.259 56.527 60.265 65.896 68.739 74.458 75.321

5.357 5.865 6.663 7.098 7.691 9.035 10.379 11.726 11.383 13.022 14.256 13.246 14.934

21.258 21.721 24.726 28.279 30.709 31.540 34.679 37.831 43.878 46.763 56.523 60.766 60.715

18.204 19.273 19.525 20.454 20.931 21.905 22.566 23.749 24.342 25.982 27.560 29.029 29.064

682.113 710.104 741.087 787.136 794.714 854.986 907.260 995.111 1.029.172 1.142.120 1.239.501 1.300.179 1.281.772

36.480 38.342 39.977 45.003 43.019 46.448 49.081 55.905 56.110 59.814 62.894 66.160 66.130

7.547 9.071 9.683 13.896 15.168 18.925 16.316 25.340 27.636 29.151 30.293 30.541 29.894

163.090 169.004 172.548 182.432 182.132 184.827 189.922 203.808 211.633 232.314 248.603 269.152 267.092

136.483 146.468 154.685 162.396 166.421 181.518 196.279 215.670 212.539 240.302 251.071 258.005 249.962

132.263 136.747 146.255 157.638 157.214 174.652 190.497 212.441 223.164 252.891 290.760 309.959 302.292

206.250 210.472 217.939 225.771 230.760 248.616 265.165 281.947 298.090 327.648 355.880 366.362 366.402

2006 2007 2008 2009

Page 48: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2009

38

935.247 219.086 86.881 132.205 716.161 275.819 443.440 22.803 454.663 -261.518

975.166 233.726 97.574 136.152 741.440 280.070 468.907 27.806 522.161 -323.778

986.806 240.911 99.505 141.406 745.895 258.684 476.451 25.261 551.562 -325.152

1.033.528 253.818 109.265 144.553 779.710 263.647 498.019 26.919 588.885 -343.940

1.020.693 250.492 98.584 151.908 770.201 268.482 456.274 28.257 612.463 -344.783

1.073.746 267.635 106.125 161.510 806.111 256.058 468.004 28.237 659.129 -337.682

1.150.451 273.954 114.998 158.956 876.497 280.369 488.483 29.805 708.018 -356.224

1.203.215 281.905 124.316 157.589 921.310 313.082 498.901 28.059 710.783 -347.610

1.195.067 277.293 112.625 164.668 917.774 347.970 470.048 25.557 705.321 -353.829

1.253.757 313.153 123.761 189.392 940.604 345.457 481.654 29.746 729.609 -332.709

1.291.396 333.905 129.969 203.936 957.491 401.065 481.641 31.858 758.261 -381.429

1.382.074 361.073 151.009 210.064 1.021.001 413.265 506.488 38.946 798.125 -374.750

1.375.947 341.833 129.618 212.215 1.034.114 457.382 447.655 35.032 810.996 -375.118

1.451.974 381.376 146.715 234.661 1.070.598 496.522 430.956 44.185 865.144 -384.833

1.512.756 411.281 160.327 250.954 1.101.475 519.360 439.649 45.496 916.657 -408.406

1.643.203 460.842 183.419 277.423 1.182.361 524.703 497.478 56.152 984.844 -419.974

1.586.795 419.746 164.995 254.751 1.167.049 549.049 375.976 49.644 1.025.856 -413.730

1.699.480 466.708 189.453 277.255 1.232.772 562.636 359.645 57.304 1.131.796 -411.901

1.768.250 491.729 223.166 268.563 1.276.521 525.702 348.387 64.488 1.222.193 -392.520

1.883.851 466.379 209.378 257.001 1.417.472 602.347 379.217 66.571 1.282.257 -446.541

1.859.891 447.476 191.372 256.104 1.412.415 616.143 370.444 64.678 1.265.966 -457.340

Tabel 4

Uang Beredar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

(Miliar Rupiah)

M2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar

AkhirPeriode

Jumlah 1) Jumlah2)

M1

UangKartal

UangGiral

UangKuasi

AktivaLuar

NegeriBersih

TagihanBersih

PemerintahPusat3)

TagihanPada

LembagaPemerintah

BUMN

TagihanPada

PerusahaanSwasta danPerorangan

LainnyaBersih

2004

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2005

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2006

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2007

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2008

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2009

Trw. I*

* Posisi Januari 20091) M1 ditambah uang kuasi2) Uang Kartal ditambah uang giral3) Termasuk rekening khusus pemerintah

Page 49: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

Tabel Statistik

39

Tabel 5

Uang Primer dan Faktor-faktor yang mempengaruhi

(Miliar Rupiah)

233.878 247.742 257.843 297.080 272.239 289.727 310.265 379.582 325.044 349.649 392.136 344.688 303.777

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

135.005 145.666 153.569 178.572 155.498 173.888 189.221 220.785 198.940 224.342 270.243 264.391 225.489

112.625 123.761 129.969 151.009 129.618 146.715 160.327 183.419 164.995 189.453 223.166 209.378 185.522

22.380 21.905 23.600 27.563 25.880 27.173 28.894 37.366 33.945 34.889 47.077 55.013 39.967

98.544 101.751 104.061 118.417 116.558 115.524 120.740 158.452 125.705 124.811 121.302 79.648 77.747

329 325 213 91 183 315 304 345 399 496 591 650 541

213.530 213.143 255.182 274.694 305.744 330.295 337.523 356.883 351.874 351.561 355.967 338.692 330.201

20.348 34.599 2.661 22.386 -33.505 -40.569 -27.258 22.699 -26.830 -1.912 36.169 5.996 -26.424

209.557 218.033 219.538 265.919 200.460 187.081 184.961 249.069 128.907 117.614 123.797 172.012 132.912

18.226 18.226 18.226 18.196 18.186 18.136 18.136 8.847 8.838 8.800 8.800 8.711 8.708

11.372 11.165 11.035 10.832 10.598 10.366 10.206 9.994 9.751 9.353 9.227 9.009 8.975

5.475 5.491 5.494 5.352 5.366 5.389 5.357 3.074 3.089 3.295 3.155 3.815 2.488

-142.637 -174.258 -189.131 -242.001 -247.525 -264.280 -254.096 -281.164 -219.099 -191.525 -152.563 -233.866 -246.543

-133.798 -167.685 -180.382 -208.763 -239.977 -257.998 -265.034 -247.688 -212.463 -165.145 -116.967 -179.879 -234.679

-16.615 -14.241 -16.829 -41.568 -19.298 -21.615 -4.750 -48.933 -5.737 -4.989 -1.403 -4.223 -7.457

7.776 7.668 8.080 8.330 11.750 15.333 15.688 15.457 14.356 14.172 15.929 19.569 21.013

-81.645 -68.704 -62.501 -35.912 -20.590 2.739 8.178 32.879 41.684 50.551 43.752 46.316 67.037

2006 2007 2008 2009

I II III IV I II III IV I II III IV I*

I.I.I.I.I. Uang PrimerUang PrimerUang PrimerUang PrimerUang Primer

a. Statutory Reserve Shortfall

b. Uang yang diedarkan

- Uang kartal di masyarakat

- Kas bank umum

c. Saldo Giro Positif Bank

d. Giro Sektor Swasta

II.II.II.II.II. Faktor-faktor yang mempengaruhiFaktor-faktor yang mempengaruhiFaktor-faktor yang mempengaruhiFaktor-faktor yang mempengaruhiFaktor-faktor yang mempengaruhi

Uang PrimerUang PrimerUang PrimerUang PrimerUang Primer

a. Net International Reserve 1)

b. Net Domestic Assets

- Tagihan Bersih pada Pemerintah

- Bantuan Likuiditas

- Kredit Likuiditas

- Tagihan Lainnya

- Operasi Pasar Terbuka

- SBI (net) 2)

- FASBI

- Lain-Lain 3)

- Net Other Items

* Posisi per Februari 20091) sebelum Juni 1997 menggunakan NFA, setelah Juni 1997 menggunakan NIR dengan kurs tetap Rp. 7.000,- per US $

sejak Juni 1998 s.d. Maret 1999 menggunakan kurs tetap Rp. 10.000,- per US $sejak April 1999 menggunakan kurs tetap Rp. 7.500,- per US $sejak 21 November 1999 menggunakan kurs Rp. 7.000,- per US $sejak 25 Mei 2000 untuk perhitungan NIR menggunakan konsep IRFCL(Int'l Reserve and Foreign Currency Liquidity)

2) sejak Maret 2000 termasuk SBI Syariah3) termasuk di dalamnya adalah SUN dan FTO (Fine Tune Operation)

Page 50: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2009

40

Tabel 6

Neraca Pembayaran Indonesia 1)

(Juta $)

2006 2007* 2008**

I II III IV Total I II III IV Total I II III IV Total

I. Transaksi Berjalan

A. Barang bersih (NeracaPerdagangan)1. Ekspor f.o.b2. Impor f.o.b

B. Jasa-jasa (bersih)

C. Pendapatan (bersih)

D. Transfer Berjalan

II. Transaksi Modal dan Finansial

A. Transaksi Modal

B. Transaksi Finansial

1. Investasi Langsunga. Ke Luar Negeri (bersih)b. Di Indonesia/FDI (bersih)

2. Investasi Portfolioa. Aset (bersih)b. Kewajiban (bersih)

3. Investasi Lainnyaa. Aset (bersih)b. Kewajiban (bersih) 2)

III. Jumlah (I + II)

IV. Selisih Perhitungan

V. Neraca Keseluruhan (III + IV)

VI.Lalu Lintas Moneter 3)

a. Perubahan Cadangan Devisa

b. IMF:PenarikanPembayaran

Memorandum:Posisi Cadangan Devisa 4)

Transaksi Berjalan (% PDB)Rasio Pembayaran Utang (%) 5)

a.l. Sektor Terkait Pemerintah danOtoritas Moneter 6)

*) Angka sementara**) Angka sangat sementara1) Format baru sejak publikasi Januari 20042) Tidak termasuk pinjaman IMF3) Negatif berarti surplus dan positif berarti defisit. Sejak kuartal pertama 2004, perubahan cadangan devisa untuk data realisasi hanya mencakup data transaksi.4) Sejak 1988, posisi cadangan devisa berdasarkan aktiva luar negeri menggantikan cadangan devisa resmi. Sejak 2000, posisi cadangan devisa memakai konsep

Internasional Reserve and Foreign Currency Liquidity (IRFCL).5) Perbandingan antara pembayaran pokok dan bunga utang luar negeri terhadap ekspor barang dan jasa.6) Terdiri dari Pemerintah, BUMN di luar bank, dan Bank Indonesia.

2.949 1.959 3.795 2.157 10.859 2.640 2.271 2.151 3.430 10.492 2.794 -1.022 -943 -223 606

6.693 6.986 8.596 7.386 29.660 7.712 8.107 7.487 9.448 32.754 7.536 5.443 5.772 4.558 23.30923.262 25.484 27.604 27.178 103.528 26.626 29.202 30.009 32.177 118.014 34.412 37.345 38.081 29.452 139.291

-16.569 -18.498 -19.008 -19.792 -73.868 -18.914 -21.095 -22.521 -22.729 -85.260 -26.876 -31.902 -32.309 -24.894 -115.981

-2.290 -2.352 -2.402 -2.829 -9.874 -3.163 -2.991 -2.764 -2.922 -11.841 -2.991 -3.374 -3.316 -3.331 -13.011

-2.658 -3.873 -3.720 -3.539 -13.790 -3.163 -4.024 -3.811 -4.527 -15.525 -3.123 -4.460 -4.823 -2.929 -15.334

1.205 1.198 1.321 1.139 4.863 1.254 1.178 1.240 1.432 5.104 1.373 1.369 1.423 1.478 5.643

2.423 339 -1.039 1.303 3.025 1.836 2.029 -935 660 3.591 -1.395 2.524 918 -3.752 -1.706

72 49 97 132 350 43 127 255 122 546 52 73 200 29 353

2.352 290 -1.136 1.170 2.675 1.793 1.902 -1.190 539 3.045 -1.447 2.451 718 -3.781 -2.059

681 572 -273 1.232 2.211 -246 1.426 764 309 2.253 -270 605 405 1.739 2.479-654 -517 -1.328 -204 -2.703 -1.282 392 -1.427 -2.358 -4.675 -1.730 -1.436 -1.517 -1.179 -5.861

1.336 1.088 1.055 1.435 4.914 1.037 1.034 2.191 2.667 6.928 1.460 2.041 1.922 2.918 8.3403.712 -1.057 207 1.312 4.174 2.491 3.810 465 -1.200 5.566 1.984 4.188 -74 -4.345 1.753-392 -446 -332 -762 -1.933 -497 -1.897 -1.257 -764 -4.415 -823 60 -65 -434 -1.262

4.104 -611 539 2.074 6.107 2.988 5.707 1.722 -437 9.981 2.807 4.128 -9 -3.910 3.015-1.959 759 -1.209 -1.382 -3.791 -452 -3.334 -2.419 1.430 -4.775 -3.160 -2.342 387 -1.176 -6.291-1.349 1.704 -235 -1.707 -1.588 -105 -2.283 -2.360 262 -4.486 -2.672 -1.974 -1.610 -3.844 -10.101

-610 -945 -974 325 -2.204 -348 -1.051 -59 1.168 -289 -489 -367 1.998 2.669 3.810

5.373 2.298 2.756 3.459 13.885 4.476 4.300 1.217 4.091 14.083 1.400 1.502 -25 -3.976 -1.100

413 1.081 -118 -751 625 -97 -663 -37 -570 -1.368 -367 -177 -63 -236 -845

5.786 3.379 2.637 2.708 14.510 4.379 3.637 1.179 3.520 12.715 1.032 1.324 -89 -4.212 -1.945

-5.786 -3.379 -2.637 -2.708 -14.510 -4.379 -3.637 -1.179 -3.520 -12.715 -1.032 -1.324 89 4.212 1.945-5.359 354 -2.189 292 -6.902 -4.379 -3.637 -1.179 -3.520 -12.715 -1.032 -1.324 89 4.212 1.945

-427 -3.733 -448 -3.001 -7.608 0 0 0 0 0 0 0 0 0 00 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

-427 -3.733 -448 -3.001 -7.608 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

40.082 40.107 42.353 42.586 42.586 47.221 50.924 52.875 56.920 56.920 58.987 59.453 57.108 51.639 51.6392,9 2,4 0,1

17,4 30,6 17,5 33,2 24,8 19,8 21,4 15,2 21,2 19,4 16,2 17,8 15,2 25,7 18,4

9,8 21,0 7,1 18,6 14,2 5,6 9,4 5,1 9,0 7,3 4,4 7,7 4,7 9,3 6,4

Page 51: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

Tabel Statistik

41

Keterangan :

1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya

Perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2002 (2002 = 100).

* Mulai 1 Juli 2008, perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2007 (2007 = 100), data triwulan II-2008 adalah data inflasi mtm (month to month) bulan Juni 2008

** Posisi Februari 2009

Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)

Tabel 7

Perkembangan Perubahan Indeks Harga Konsumen Menurut Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa

(Persen)1)

4,60 0,54 1,27 6,05 3,71 -1,21 4,00 4,43 5,91 1,28 4,75 0,60 1,71

16,54 -0,58 2,60 8,63 12,16 -6,50 0,69 3,48 2,59 2,11 0,60 0,91 2,93-0,03 3,50 5,62 -0,25 -2,93 5,12 9,08 -2,04 4,14 0,29 13,94 -4,64 2,741,54 0,29 3,66 1,46 1,37 -2,71 4,65 2,11 5,84 2,01 12,12 2,94 2,770,16 2,22 2,72 1,64 0,35 0,39 3,06 0,73 7,87 1,84 8,04 4,32 2,21

-2,18 2,48 1,96 2,55 -1,02 4,05 11,46 0,26 6,88 -0,19 8,94 -2,51 -0,943,77 -2,28 1,00 11,87 -0,30 -1,04 2,17 7,39 2,42 1,68 3,79 6,60 5,080,95 0,11 1,73 1,72 3,81 2,61 4,49 7,90 28,51 1,84 5,93 0,42 0,103,21 0,16 0,50 4,46 2,21 1,39 2,87 1,79 1,38 0,89 7,30 1,68 -0,333,23 -1,21 -13,98 24,41 -3,70 -8,06 -0,43 25,17 2,85 -0,07 -10,49 8,28 0,31

-0,65 0,38 1,41 3,65 8,63 12,79 7,09 6,71 15,72 1,47 -1,65 -6,81 -0,71-0,63 0,85 4,36 3,13 1,32 1,50 0,75 -1,47 2,02 1,00 3,57 1,20 0,63

2,19 1,00 0,80 2,24 1,89 1,19 1,33 1,85 4,02 1,33 2,62 2,43 1,872,13 0,91 0,96 2,25 1,67 1,00 1,35 2,36 5,50 1,63 2,83 2,35 1,333,01 0,87 0,31 1,95 1,75 0,20 0,46 -0,20 1,47 1,06 2,15 1,50 3,891,93 1,23 0,86 2,59 2,24 2,60 1,85 2,28 1,89 0,73 2,60 3,70 1,87

1,62 1,05 0,78 1,30 1,81 0,75 1,27 0,97 2,79 1,14 3,58 1,00 0,222,19 1,40 0,98 1,73 2,12 0,83 1,11 1,58 2,22 1,67 2,16 0,73 0,640,73 0,58 0,34 0,56 1,69 0,15 1,92 -0,45 4,69 -0,12 8,94 1,66 -1,240,64 0,72 0,67 0,78 1,20 0,52 0,57 1,05 1,45 0,97 1,66 1,10 0,651,87 0,92 0,99 0,99 1,70 1,79 1,61 1,30 2,71 0,86 1,71 1,08 0,52

1,61 2,66 0,57 1,84 0,72 0,39 2,34 4,78 4,30 0,49 0,77 2,58 3,421,25 0,77 0,80 1,81 0,37 0,29 1,29 1,70 0,81 0,27 3,02 0,35 0,320,86 0,69 0,69 1,41 0,10 0,71 0,94 1,45 0,68 0,46 2,15 0,30 0,151,18 0,56 1,00 1,35 0,50 0,32 1,34 0,86 0,56 0,64 2,13 0,23 0,143,13 8,78 -0,22 2,47 2,09 0,35 5,53 13,60 12,66 0,59 -2,46 7,26 10,45

le1,86 1,42 0,70 1,76 1,39 0,71 1,03 1,12 3,00 0,83 1,64 1,10 0,542,08 1,61 0,94 3,70 1,92 0,45 0,32 0,44 5,12 0,47 1,07 0,69 0,291,03 0,93 -0,19 0,18 1,32 0,82 1,08 1,46 1,96 1,31 2,19 1,60 0,491,94 1,03 0,84 0,80 1,16 1,85 0,61 0,73 1,15 1,10 2,36 1,61 1,042,11 1,43 0,77 0,72 1,46 0,80 1,56 1,52 2,32 0,90 1,76 1,26 0,72

0,03 0,41 7,44 0,20 0,36 0,01 7,97 0,43 0,14 0,44 3,77 0,82 0,15-0,76 0,02 11,41 0,12 0,46 0,03 12,73 0,36 0,09 0,18 6,76 0,70 0,042,40 0,19 2,31 0,23 1,04 0,26 0,87 0,48 0,72 0,45 4,95 0,32 0,450,45 1,79 3,61 0,27 0,36 0,36 1,58 0,66 0,30 0,72 1,14 1,11 0,251,70 0,82 0,06 0,28 0,13 -0,23 0,01 0,64 0,20 0,92 0,51 1,02 0,330,83 0,54 1,19 0,88 0,79 0,36 0,35 2,23 0,47 0,20 0,91 0,49 0,06

0,24 0,35 0,08 0,35 0,22 0,46 0,15 0,42 0,37 8,72 0,92 -2,94 -4,890,07 0,37 0,02 0,33 0,24 0,60 0,00 0,49 0,27 12,98 1,03 -4,46 -7,13

-0,02 0,02 -0,01 -0,01 0,05 0,01 -0,02 0,00 0,01 -0,12 0,02 0,20 -0,101,89 1,09 1,26 1,56 0,50 0,24 2,43 1,27 1,40 0,84 1,34 1,64 0,405,36 0,45 0,05 0,01 0,01 0,01 0,00 0,00 4,90 0,01 3,89 0,00 0,00

1,98 0,87 1,16 2,44 1,91 0,17 2,28 2,09 3,41 2,46 2,88 0,54 0,14

Kelompok/Sub Kelompok2006 2007 2008 2009

I II III IV I II III IV I II* III IV I**

I. Bahan MakananA. Padi-padian, umbi-umbian dan

hasil-hasilnyaB. Daging dan hasil-hasilnyaC. Ikan segarD. Ikan diawetkanE. Telur, susu dan hasil-hasilnyaF. Sayur-sayuranG. Kacang-kacanganH. Buah-buahanI. Bumbu-bumbuanJ. Lemak dan minyakK. Bahan makanan lainnya

II. Makanan jadi, Minuman, Rokokdan TembakauA. Makanan jadiB. Minuman yang tidak beralkoholC. Tembakau dan minuman beralkohol

III. PerumahanA. Biaya tempat tinggalB. Bahan bakar, penerangan dan airC. Perlengkapan rumah tanggaD. Penyelenggaraan rumah tangga

IV. SandangA. Sandang laki-lakiB. Sandang wanitaC. Sandang anak-anakD. Barang pribadi dan sandang lainnya

V. KesehatanA. Jasa kesehatan dan obat-obatanB. Obat-obatanC. Jasa perawatan jasmaniD. Perawatan jasmani dan kosmetik

VI. Pendidikan, Rekreasi dan Olah RagaA. Biaya pendidikanB. Kursus dan pelatihanC. Perlengkapan/peralatan pendidikanD. RekreasiE. Olah raga

VII. Transpor dan KomunikasiA. TransporB. Komunikasi dan pengirimanC. Sarana dan penunjang transporD. Jasa Keuangan

U M U M

Page 52: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2009

42

Tabel 8

Perkembangan Laju Inflasi Menurut Kota

(Persen)1)

4,02 1,49 1,09 4,45 2,16 -2,16 5,34 -1,05 4,84 4,38 2,92 2,97 -0,051,24 2,54 2,64 2,81 4,61 -1,67 5,85 1,94 3,49 2,75 1,36 1,39 -0,341,34 0,71 2,74 4,93 1,92 -2,34 3,76 2,51 4,65 2,53 1,27 1,56 0,33

-2,17 0,83 1,90 1,07 6,92 -0,29 1,15 2,69 4,63 2,31 3,06 2,22 0,55-0,10 0,40 1,68 4,01 2,98 -0,55 3,78 1,97 3,07 2,88 1,37 1,33 0,801,41 0,29 0,85 3,31 1,63 -0,51 1,96 3,23 2,19 2,07 1,21 2,26 -0,611,17 0,71 0,93 5,07 3,68 -1,96 2,06 3,05 4,35 4,09 2,04 2,07 0,600,73 0,89 1,21 3,36 3,67 -1,49 1,92 3,31 4,15 2,46 3,17 0,55 0,930,66 -0,40 2,30 1,97 1,40 -0,34 2,15 1,56 2,91 2,29 1,72 0,58 0,601,38 1,20 1,61 6,14 3,17 -1,22 2,57 2,75 2,16 4,19 1,76 -0,19 1,082,43 0,57 0,96 4,27 0,64 0,85 3,23 3,28 3,11 3,41 3,20 -0,29 0,090,10 1,32 1,23 3,76 1,36 -0,88 3,10 1,37 4,09 4,14 3,61 0,34 0,392,49 0,43 0,69 2,31 0,71 0,12 3,40 2,22 3,29 2,93 4,95 0,74 0,673,39 -0,16 2,16 0,93 2,62 -0,98 0,67 0,33 6,53 4,20 4,26 0,13 -0,45

- - - - - - - - - 3,80 3,04 1,22 -0,30- - - - - - - - - 2,45 3,33 1,19 1,48

2,30 0,33 1,21 2,07 1,95 0,51 1,85 1,61 3,51 1,94 2,54 - -1,45 0,99 2,23 3,53 3,73 -0,04 1,65 2,20 2,57 2,54 3,64 - -

- - - - - - - - - 2,21 4,50 - -- - - - - - - - - 3,04 3,21 0,00 0,25- - - - - - - - - 2,11 0,88 1,57 0,30- - - - - - - - - 1,15 2,38 0,46 0,26- - - - - - - - - 2,80 3,42 1,32 0,49- - - - - - - - - 1,24 3,82 0,03 0,19- - - - - - - - - 2,45 3,49 0,18 -0,90

1,53 0,57 1,26 1,87 1,13 -0,26 2,48 1,82 2,81 2,76 2,28 -0,07 -0,411,48 -0,12 0,63 4,23 3,24 0,15 2,22 2,06 3,52 3,33 4,04 0,19 0,812,14 1,36 2,21 2,48 2,22 1,33 2,21 0,26 3,60 2,75 3,53 1,16 0,182,43 0,85 0,36 2,41 1,19 -0,34 0,99 1,42 2,74 2,13 1,74 0,13 0,502,03 0,87 1,48 1,57 2,37 0,52 1,98 1,72 4,18 2,40 2,83 0,18 0,042,15 0,71 1,48 3,19 1,66 1,24 2,84 2,88 2,72 1,82 2,36 0,45 1,062,54 2,54 2,52 2,42 1,86 0,18 3,17 2,59 2,85 2,51 3,16 - -1,78 1,52 0,70 2,68 1,26 0,78 2,13 2,91 2,73 3,46 2,77 - -

- - - - - - - - - 1,62 2,83 1,05 0,222,48 1,19 0,80 3,11 2,50 -0,11 1,55 2,76 2,94 2,11 3,10 -0,35 0,432,17 1,27 0,60 1,76 1,30 0,13 2,12 2,28 4,06 2,77 2,93 0,38 0,67

- - - - - - - - - 1,81 3,85 0,00 0,71- - - - - - - - - 4,05 2,27 -0,32 0,91

2,15 0,99 0,81 2,61 1,09 0,90 2,02 2,12 3,59 2,00 2,56 0,14 0,782,44 0,56 -0,12 1,37 2,19 0,29 1,36 1,95 3,35 1,78 3,14 - -1,63 0,61 -0,05 1,93 3,59 1,00 1,14 2,78 3,23 3,21 3,23 - -

- - - - - - - - - 4,94 3,16 0,77 1,33- - - - - - - - - 2,24 6,66 -2,44 1,75

4,81 0,46 0,86 3,32 5,29 -0,39 0,90 2,47 3,33 2,31 0,46 - -2,19 0,98 1,72 1,29 2,56 1,14 2,12 2,49 4,21 2,27 3,21 - -

- - - - - - - - - 2,94 2,73 0,02 1,601,59 3,94 0,30 1,74 0,81 0,39 1,84 4,38 1,60 2,87 1,72 - -0,49 3,68 -0,52 3,94 0,62 -0,14 2,38 4,95 4,48 2,22 3,62 - -1,31 6,15 0,10 3,14 3,29 -0,66 2,60 2,39 4,12 2,48 2,23 - -2,53 1,90 -0,06 1,05 0,81 0,39 4,54 1,40 3,75 2,88 1,84 - -1,43 1,87 2,44 0,61 1,72 0,52 4,84 1,85 3,97 3,32 2,96 - -

K o t a2006 2007 2008 2009

I II III IV I II III IV I II* III IV I**

1. Lhokseumawe2. Banda Aceh3. Padang Sidempuan4. Sibolga5. Pematang Siantar6. M e d a n7. Padang8. Pekanbaru9. Batam10. Jambi11. Palembang12. Bengkulu13. Bandar Lampung14. Pangkal Pinang15. Dumai16. Tanjung Pinang17. Jakarta18. Tasikmalaya19. Serang20. Tangerang21. Cilegon22. Bogor23. Sukabumi24. Bekasi25. Depok26. Bandung27. Cirebon28. Purwokerto29. Surakarta30. Semarang31. Tegal32. Yogyakarta33. Jember34. Sumenep35. Kediri36. Malang37. Probolinggo38. Madiun39. Surabaya40. Denpasar41. Mataram42. Bima43. Maumere44. Kupang45. Pontianak46. Singkawang47. Sampit48. Palangka Raya49. Banjarmasin50. Balikpapan51. Samarinda

Page 53: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

Tabel Statistik

43

Keterangan :

1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya

Perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2002 (2002 = 100).

* Mulai 1 Juli 2008, perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2007 (2007 = 100) dengan jumlah kota menjadi 66 kota, data triwulan II-2008 adalah data inflasi mtm

(month to month) bulan Juni 2008

** Posisi Februari 2009

Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)

Tabel 8

Perkembangan Laju Inflasi Menurut Kota (lanjutan)

(Persen)1)

- - - - - - - - - 2,48 5,54 0,82 0,451,52 0,05 2,15 1,29 3,34 -0,43 3,45 3,46 1,04 3,63 3,02 0,17 -0,112,54 2,92 1,23 1,74 0,60 1,87 1,60 3,84 1,49 2,44 5,01 -0,63 0,73

- - - - - - - - - 6,26 3,62 0,27 1,222,79 2,01 1,58 0,66 2,28 0,51 3,38 -0,54 4,45 3,39 3,50 - -

- - - - - - - - - 2,76 4,21 0,43 0,47- - - - - - - - - 3,15 3,50 1,16 -0,07

1,93 3,12 2,29 2,97 1,94 2,20 0,15 2,94 2,91 6,49 3,30 0,74 2,182,56 -0,99 2,34 3,48 -1,24 0,46 3,22 4,51 -0,04 2,59 4,01 0,16 1,54

- - - - - - - - - 3,04 5,86 -0,29 -0,700,96 3,00 -0,47 1,25 1,77 0,51 2,38 1,07 2,92 1,76 5,06 -4,80 1,932,54 -0,04 0,82 1,72 2,39 2,06 0,44 5,21 4,71 1,17 4,30 -0,92 0,47

- - - - - - - - - 5,78 8,31 0,62 3,86- - - - - - - - - 5,72 7,29 -1,86 -0,07

2,85 2,47 1,57 2,31 4,93 0,15 0,52 4,45 6,49 5,86 2,88 0,31 -1,70

1,98 0,87 1,16 2,44 1,91 0,17 2,28 2,09 3,41 2,46 2,88 0,54 0,14

K o t a2006 2007 2008 2009

I II III IV I II III IV I II* III IV I**

52. Tarakan53. Manado54. P a l u55. Watampone56. Makassar57. Parepare58. Palopo59. Kendari60. Gorontalo61. Mamuju62. Ambon63. Ternate64. Manokwari65. Sorong66. Jayapura

NASIONAL

Page 54: Tinjaun Umum (1-3) - bi.go.id · Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus. Sementara itu, tekanan inflasi cenderung menurun, walaupun di sisi lain, tekanan

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2009

44

Keterangan :1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya.

Perhitungan IHPB menggunakan tahun dasar 2000 (2000 = 100).*) Posisi Januari 2009Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS diolah)

Tabel 9

Perubahan Indeks Harga Perdagangan Besar

(Persen) 1)

1,26 9,77 1,18 3,10 3,91 2,90 6,75 2,35

3,20 1,55 2,34 6,67 7,32 2,26 21,16 4,37

-1,29 0,35 0,60 3,41 4,68 0,89 13,39 1,80

1,84 1,02 0,52 0,34 -1,48 2,42 -9,47 0,18

3,80 3,00 8,04 9,11 10,73 4,61 24,20 8,02

0,00 0,70 1,34 0,69 1,43 0,00 5,13 1,38

2,76 0,70 1,32 6,85 9,15 3,28 20,49 4,08

4,03 13,19 22,22 0,64 -3,87 2,38 -13,77 9,15

3,87 0,61 1,60 -0,64 -1,34 -4,65 3,29 -1,20

4,97 1,83 2,11 5,13 8,84 6,50 13,64 4,85

5,33 2,40 2,58 0,61 0,00 2,29 -3,60 2,31

6,74 3,51 1,51 1,82 -5,00 1,49 -16,18 0,56

6,32 3,39 3,47 3,57 2,63 3,68 1,49 3,93

2,97 1,64 3,35 5,75 7,05 2,84 14,63 4,32

7,69 1,61 3,70 3,26 1,80 -0,69 6,38 3,63

7,59 3,70 5,80 11,05 10,00 2,08 24,40 8,50

7,05 4,08 7,17 6,64 5,88 5,44 6,43 6,45

7,75 10,78 12,60 15,56 14,14 5,16 28,10 12,55

4,32 3,54 1,40 -9,23 -5,31 2,45 -15,09 -1,92

0,00 4,27 -4,14 -11,86 -13,55 9,58 -47,22 -6,67

-32,65 -15,98 -42,09 -27,88 -28,11 -23,50 -57,89 -33,61

Akhir Pertanian Pertambangan Industri Impor Ekspor Umum

Periode Total Nonmigas Migas

2004

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2005

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2006

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2007

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2008

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2009

Trw.I*