Tinjauanfarmakologisimunologi.pdf

5
Handout kuliah Tinjauan Farmakologis Sistem Imunologi Beberapa Pengertian dasar. REAKSI INFLAMASI (RADANG) DEFINISI: Kerusakan jaringan akibat luka atau invasi mikroorganisme patogenik akan memicu suatu kompleks kejadian yang dinamakan respon radang atau inflamasi. TANDA KLINIK: 1. Rubor (kemerahan) 2. Tumor (bengkak) 3. Calor (panas) 4. Dolor (nyeri) 5. Fungtio lesa (gangguan fungsi) FUNGSI RADANG: Mengirimkan molekul efektor & sel-sel ke lokasi infeksi Membentuk barier fisik terhadap perluasan infeksi atau kerusakan jaringan Pemulihan luka dan perbaikan jaringan Inflamasi diawali oleh kompleks interaksi mediator-mediator kimiawi. Beberapa contoh mediator peradangan : Histamin Lekotrin Prostaglandin Platelet aggregating factors Kemokin Sitokin Mediator lain: nitrat oksida, peroksida dan oksigen radikal. Oksigen dan nitrogen merupakan intermediat yang sangat toksik untuk mikroorganisme. ALERGI (HIPERSENSITIFITAS) Adalah reaksi tak diinginkan (kerusakan, ketidaknyamanan dan kadang-kadang fatal) akibat sistem imun normal. Antigen yang memicu reaksi alergi dinamakan alergen. Reaksi alergi digolongkan menjadi 4 macam yaitu tipe I, tipe II, tipe II dan tipe IV didasarkan pada mekanisme dan waktu terjadinya reaksi. Hipersensitifitas tipe I = hipersensitif segera = anafilaktik. Hipersensitifitas tipe II = hipersensitifitas sitotoksik. Hipersensitifitas tipe III = hipersensitifitas kompleks imun. Hipersensitifitas tipe IV = hipersensitifitas diperantarai sel = hipersensitifitas tipe lambat.

Transcript of Tinjauanfarmakologisimunologi.pdf

Page 1: Tinjauanfarmakologisimunologi.pdf

Handout kuliah

Tinjauan Farmakologis Sistem Imunologi

Beberapa Pengertian dasar. REAKSI INFLAMASI (RADANG)

DEFINISI: Kerusakan jaringan akibat luka atau invasi mikroorganisme patogenik akan memicu suatu kompleks kejadian yang dinamakan respon radang atau inflamasi.

TANDA KLINIK: 1. Rubor (kemerahan) 2. Tumor (bengkak) 3. Calor (panas) 4. Dolor (nyeri) 5. Fungtio lesa (gangguan fungsi)

FUNGSI RADANG:

Mengirimkan molekul efektor & sel-sel ke lokasi infeksi Membentuk barier fisik terhadap perluasan infeksi atau kerusakan jaringan Pemulihan luka dan perbaikan jaringan

Inflamasi diawali oleh kompleks interaksi mediator-mediator kimiawi. Beberapa contoh mediator peradangan :

Histamin Lekotrin Prostaglandin Platelet aggregating factors Kemokin Sitokin Mediator lain: nitrat oksida, peroksida dan oksigen radikal. Oksigen dan nitrogen merupakan

intermediat yang sangat toksik untuk mikroorganisme.

ALERGI (HIPERSENSITIFITAS)

Adalah reaksi tak diinginkan (kerusakan, ketidaknyamanan dan kadang-kadang fatal) akibat sistem imun normal. Antigen yang memicu reaksi alergi dinamakan alergen. Reaksi alergi digolongkan menjadi 4 macam yaitu tipe I, tipe II, tipe II dan tipe IV didasarkan pada mekanisme dan waktu terjadinya reaksi.

Hipersensitifitas tipe I = hipersensitif segera = anafilaktik. Hipersensitifitas tipe II = hipersensitifitas sitotoksik. Hipersensitifitas tipe III = hipersensitifitas kompleks imun. Hipersensitifitas tipe IV = hipersensitifitas diperantarai sel = hipersensitifitas tipe lambat.

Page 2: Tinjauanfarmakologisimunologi.pdf

Apa yang Dimaksud dengan Imunitas? Imunologi (imun= kebal dan logos= ilmu) : ilmu yang mempelajari kekebalan tubuh. Imunitas : perlindungan dari penyakit, khususnya penyakit infeksi. Sistem imun : Sel-sel dan molekul yang terlibat dalam perlindungan Respon imun : respon untuk menyambut agen asing (antigen), misalnya virus. Beberapa agen

asing seperti allergen dapat menyebabkan penyakit sebagai konsekuensi akibat menginduksi respon imun. Klasifikasi:

pengenalan self dan non-self. imunitas umum dan spesifik = alamiah dan adaptif = bawaan dan didapat, imunitas seluler

dan humoral imunitas aktif dan pasif

imunitas primer dan sekunder. IMUNISASI

Imunisasi adalah memberikan perlindungan spesifik terhadap patogen-patogen tertentu. Imunitas spesifik bisa didapat dari imunisasi aktif atau pasif dan dapat terjadi secara

alamiah atau buatan. Imunitas aktif : dihasilkan oleh tubuh setelah terpapar oleh antigen.

Imunitas aktif didapat alamiah, ketika paparan patogen menyebabkan infeksi sub klinik atau klinik yang mengakibatkan respon imun terhadap patogen lainnya.

Imunitas aktif didapat buatan, diperoleh dengan pemberian patogen hidup atau mati atau komponen-komponennya. Vaksin untuk imunisasi aktif mengandung organisme hidup, organisme mati utuh, komponen mikrobial atau toksin yang disekresikan (telah didetoksifikasi). Contoh : pemberian imunisasi polio & campak

Imunitas pasif : bisa diperoleh dari transfer serum atau gamma globulin dari donor ke akseptor.

Imunitas pasif didapat alamiah, saat IgG ditransfer dari ibu ke fetus melalui plasenta atau transfer IgA melalui kolostrum.

Imunitas pasif didapat buatan, saat gamma globulin dari orang atau binatang diinjeksikan ke akseptor. Diterapkan pada infeksi akut (difteri, tetanus, measles, rabies dll), keadaan keracunan (serangga, reptil, botulisme) dan sebagai profilaksis (hipogammaglobulinemia). Contoh : pemberian ATS (Anti Tetanus Serum )

Anti Tetanus Serum ( ATS ) Nama : Tetanus antitoxins. Sifat Fisikokimia : Serum yang dibuat dari plasma kuda yang dikebalkan terhadap toksin

tetanus. Plasma ini dimurnikan dan dipekatkan serta mengandung fenol 0.25% sebagai pengawet.

Bentuk Sediaan : Ampul 1 ml (1.500 IU), 2 ml (10.000 IU). Vial 5 ml (20.000 IU) Indikasi : Pencegahan dan pengobatan tetanus. Dosis & Cara Pemberian :

Page 3: Tinjauanfarmakologisimunologi.pdf

Pencegahan tetanus : 1 dosis profilaktik (1.500 IU) atau lebih, diberikan secara intramuskuler secepat mungkin kepada seseorang yang luka dan terkontaminasi dengan tanah, debu jalan atau bahan lainnya yang dapat menyebabkan infeksi Clostridium tetani.

Untuk pencegahan tiap ml mengandung : antitoksin tetanus 1.500 IU, Fenol 0,25% v/v. Untuk pengobatan tiap ml mengandung : antitoksin tetanus 5.000 IU, fenol 0,25%

Untuk pengobatan : 10.000 IU atau lebih, secara intramuskuler atau intravena, tergantung keparahan keadaan penderita.

Farmakologi Menetralkan toksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani dan digunakan untuk memberikan kekebalan pasif sementara terhadap tetanus, tetapi imunoglobulin tetanus lebih disukai

Stabilitas Penyimpanan : Disimpan pada suhu 2 - 8°C. Daluarsa 2

tahun

Efek Samping Reaksi anafilaktik: jarang terjadi, tetapi bila ada timbulnya dapat

segera atau dalam waktu beberapa jam sesudah suntikan. Serum sickness: dapat timbul 5 hari setelah suntikan berupa

demam,gatal-gatal, eksantema, sesak napas dan gejala alergi lainnya

Catatan penting : Sebelum memberi suntikan serum antitetanus dengan dosis penuh,

sebaiknya dilakukan tes hipersensitifitas subkutan terutama bagi mereka yang mempunyai penyakit alergi (asma, dll).

Analgetik, Antipiretik & Antihistamin

Analgetik atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa meghalangi kesadaran.

Antipiretik adalah zat-zat yg dapat mengurangi suhu tubuh. Anti-inflamasi adalah obat atau zat-zat yang dapat mengobati peradangan atau

pembengkakan. Antihistamin (antagonis histamin) adalah zat yang mampu mencegah penglepasan atau kerja histamin

Obat analgesic antipiretik serta Obat Anti Inflamasi non Steroid (OAINS) merupakan suatu kelompok obat yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat berbeda secara kimia.

obat-obat ini ternyata memiliki banyak persamaan dalam efek terapi maupun efek samping. Kesamaan efek terapi dan efek samping berdasarkan atas penghambatan biosintesis prostaglandin (PG). Prostaglandin akan dilepaskan bilamana sel mengalami kerusakan.

Prototipe obat golongan ini adalah aspirin. Karena itu, banyak golongan dalam obat ini sering disebut obat mirip aspirin (Aspirin-like drugs)

Nyeri Nyeri adalah perasaan sensoris dan lemah emosional yang tidak enak dan berkaitan dengan

ancaman (kerusakan) jaringan.

Keadaan psikis sangat mempengaruhi nyeri, misalnya emosi dapat menimbulkan sakit kepala atau memperhebatnya, tetapi dapat pula menghindarkan sensasi rangsangan nyeri.

Nyeri merupakan suatu perasaan pribadi dan ambang toleransi nyeri berbeda-beda bagi setiap orang. Batas nyeri untuk suhu adalah konstan, yakni 44 – 45 derajat C.

Nyeri merupakan gejala yang berfungsi melindungi atau merupakan tanda bahwa adanya gangguan-gangguan di tubuh seperti peradangan (rheumatic/encok), infeksi, maupun kejang otot.

Mediator nyeri

Mediator nyeri antara lain mengakibatkan reaksi radang dan kejang-kejang yang mengaktivasi reseptor nyeri di ujung-ujung saraf bebas di kulit, mukosa, dan jaringan lainnya.

Nociceptor ini terdapat diseluruh jaringan dan organ tubuh, kecuali di system saraf pusat. Dari sini rangsangan disalurkan ke otak melalui jaringan yang hebat dari tajuk-tajuk neuron

dengan sinaps yang amat banyak melalui sum-sum tulang belakang, sum-sum tulang

Page 4: Tinjauanfarmakologisimunologi.pdf

lanjutan dan otak tengah. Dari thalamus impuls diteruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri.

Adapun mediator nyeri yang disebut juga sebagai autakoid antara lain serotonin, histamine, bradikinin, leukotrien dan prostglandin2. Bradikinin merupakan polipeptida (rangkaian asam amino) yang diberikan dari protein plasma.

Atas kerja farmakologisnya, analgesic dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu: Analgetik Perifer (non narkotik)

Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Analgetik Narkotik

Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti fraktur dan kanker. Nyeri pada kanker umumnya diobati menurut suatu skema bertingkat empat, yaitu:

1. Obat perifer (non Opioid) peroral atau rectal; parasetamol, asetosal.

2. Obat perifer bersama kodein atau tramadol. 3. Obat sentral (Opioid) peroral atau rectal. 4. Obat Opioid parenteral.

Guna memperkuat analgetik dapat dikombinasikan dengan co-analgetikum, seperti

psikofarmaka (amitriptilin, levopromazin atau prednisone). Morfin dan derivatnya : Morfin, , Heroin, Hidromorfon, Oksimorfon dll Metadon Dan Opioid lainnya : Metadon, Propoksifen, Dekstromoramida dll

Obat Antagonis Opioid : Naltrekson, Nalorfin, Levalorfan, dll.

Obat golongan Antiinflamasi non Steroid 1.Turunan asam salisilat : aspirin, salisilamid,diflunisal. 2.Turunan 5-pirazolidindion : Fenilbutazon, Oksifenbutazon. 3.Turunan asam N-antranilat : Asam mefenamat, Asam flufenamat 4.Turunan asam arilasetat : Natrium diklofenak, Ibuprofen, Ketoprofen. 5.Turunan heteroarilasetat : Indometasin. 6.Turunan oksikam : Peroksikam, Tenoksikam. ANTIHISTAMIN

Obat yang dapat mengurangi a/ menghilangkan kerja histamin dalam tubuh melalui mekanisme p’hambatan bersaing pada sisi reseptor H1 dan H2

Antagonis-H1 : untuk pengobatan gejala-gejala akibat reaksi alergi. Antagonis-H2 : untuk mengurangi sekresi asam lambung pd p’obatan tukak lambung

Histamin

Senyawa normal yang ada dalam jaringan tubuh ( sel mast & basofil ). Berperan thd berbagai proses fisiologis penting yaitu mediator kimia yang dikeluarkan pada

fenomena alergi seperti rhinitis, asma, urtikaria, pruritis dan anafilaksis. Sumber histamin dalam tubuh adalah histidin yang mengalami dekarboksilasi . Histamin cepat dimetabolisis melalui reaksi oksidasi, N-metilasi, dan asetilasi. Penderita yang sensitif thd histamin atau mudah terkena alergi karena jumlah enzim yang

dapat merusak histamin di tubuh (histaminase & diamino oksidase) lebih rendah dari normal.

Proses : Mediator reaksi hipersensitivitas : antibodi IgE terikat pd sel sasaran, yaitu basofil, platelet, dan sel mast melepaskan mediator kimia seperti histamin, eosinofil kemostatik faktor,

slow reacting substance (SRS), serotonin, bradikinin, asetilkolin Efek Histamin + reseptor H1

Kontraksi otot polos usus & bronki Meningkatkan permeabilitas vaskular Meningkatkan sekresi mukus peningkatan cGMP dl sel. Vasodilatasi arteri permeabel thd cairan & plasma protein sembab, pruritik, dermatitis, &

urtikaria. Efek ini diblok oleh antagonis-H1 Contoh antagonis H1 : diphenhydramine, chlorpheniramine, fexofenadine, loratadine

Page 5: Tinjauanfarmakologisimunologi.pdf

Efek Histamin + reseptor H2 Meningkatkan kecepatan kerja jantung Meningkatkan sekresi asam lambung penurunan cGMP dl sel & peningkatan cAMP dl sel

tukak lambung Efek ini diblok oleh antagonis-H2 Contoh Antagonis H2: Simetidin, Ranitidin HCL, Famotidin, Roksatidin Asetat HCl

Kortikosteroid

Obat-obat golongan kortikosteroid seperti prednison, dexametason dan hydrocortisone memiliki potensi efek terapi yang cukup ampuh dalam pengobatan berbagai penyakit seperti asma, lupus, rheumatoid arthritis dan berbagai kasus inflamasi lainnya.

Tapi kortikosteroid juga memiliki berbagai efek samping, oleh karena itu sebelum

menggunakan kortikosteroid apalagi dalam jangka waktu lama dan dosis tinggi sebaiknya berhati-hati

Bagaimana Kortikosteroid bekerja?

Obat golongan kortikosteroid sebenarnya memiliki efek yang sama dengan hormon cortisone dan hydrocortisone yang diproduksi oleh kelenjar adrenal, kelenjar ini berada tepat di atas ginjal kita.

Dengan efek yang sama bahkan berlipat ganda maka kortikosteroid sanggup mereduksi sistem imun (kekebalan tubuh) dan inflamasi, makanya jika orang dengan penyakit-penyakit yang terjadi karena proses dasar inflamasi seperti rheumatoid arthritis, gout arthritis (asam urat) dan alergi gejalanya bisa lebih ringan setelah pemberian kortikosteroid.

Efek Samping Kortikosteroid

kortikosteroid dapat beresiko menimbulkan efek samping yang tidak diharapkan, bahkan beberapa efek sampingnya dapat menimbulkan masalah kesehatan yang cukup serius.

Ketika kita mengetahui efek samping yang mungkin terjadi dari obat ini, diharapkan kita bisa mengambil langkah untuk mengontrolnya.

1. Efek samping jangka pendek

Peningkatan tekanan cairan di mata (glaukoma) Retensi cairan, menyebabkan pembengkakan di tungkai. Peningkatan tekanan darah Peningkatan deposit lemak di perut, wajah dan leher bagian belakang *orangnya jadi

tambah tembem* 2. Efek samping jangka panjang.

Katarak Penurunan kalsium tulang yang menyebabkan osteoporosis dan tulang rapuh sehingga

mudah patah. Menurunkan produksi hormon oleh kelenjar adrenal

Menstruasi tidak teratur Mudah terinfeksi Penyembuhan luka yang lama

Efek samping kortikosteroid : retensi cairan & garam, edema (bengkak), hipertensi, keringat berlebihan, gangguan penglihatan, atrofi lokal, peningkatan nafsu makan, pertumbuhan terhambat

“Semakin banyak fungsi fisiologis tubuh

yang dapat dipengaruhi oleh obat

maka semakin banyak efek samping yang dapat ditimbulkan. “

www.hmkuliah.wordpress.com