TINJAUAN PUSTAKA RRI, Radio Publik Milik Bangsa · dialog interaktif, debat, profil, monolog, rt,...

35
8 TINJAUAN PUSTAKA RRI, Radio Publik Milik Bangsa RRI adalah satu-satunya radio yang menyandang nama negara, siarannya ditujukan untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat di seluruh wilayah negara kesatuan Republik Indonesia. RRI yang berdiri 24 hari setelah kemerdekaan Republik Indonesia yaitu 11 September 1945, mempunyai peran besar dalam perjuangan kemerdekaan dan dalam perjalanan negeri ini, Pendiri RRI adalah bapak-bapak dan Ibu-Ibu Pendiri Bangsa. Setelah selama 32 tahun RRI menjadi corong pemerintah, maka berdasar UU No.32 tahun 2002, RRI berubah menjadi Lembaga Penyiaran Publik yang bersifat independen, netral dan tidak bersifat komersial yang tugasnya adalah memberikan pelayanan siaran informasi, pelestarian budaya, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol sosial dan menjaga citra positif bangsa di dunia Internasional. RRI merupakan badan hukum yang didirikan oleh negara yang berdasarkan PP 12 tahun 2005 kedudukannya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden RI. RRI merevitalisasi pemancar dan studio jaringan berita Nasional Pro 3 untuk meningkatkan daya jangkau dan kualitas siaran mengingat secara geografis Indonesia terdiri dari ribuan pulau yang semua harus terlayani. Hal ini dimaksudkan agar tercapai keadilan informasi khususnya untuk masyarakat di daerah terdepan dan terpencil yang tidak terlayani oleh media lain. Revitalisasi ini penting untuk Pemilu 2009 sekaligus krisis ekonomi global tahun 2009. Sebagai Lembaga Penyiaran Publik, Program Siaran RRI memberikan hak masyarakat mengetahui berbagai informasi dan hak masyarakat untuk menyampaikan aspirasi. Seluruh unsur negara dilayani oleh RRI baik eksekutif (Pemerintah), legislatif (DPR-MPR, DPD) yudikatif (MK, MA), pada tingkat pusat dan daerah, dunia swasta, dan masyarakat melalui penyelenggaraan (RRI, 2011) : 1. Siaran informasi yang akurat dan terpercaya; 2. Program siaran pendidikan untuk memperkuat pembentukan karakter bangsa (nation building) dan mendorong persatuan dan kesatuan bangsa (Pro 4);

Transcript of TINJAUAN PUSTAKA RRI, Radio Publik Milik Bangsa · dialog interaktif, debat, profil, monolog, rt,...

8

TINJAUAN PUSTAKA

RRI, Radio Publik Milik Bangsa

RRI adalah satu-satunya radio yang menyandang nama negara, siarannya

ditujukan untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat di seluruh wilayah negara

kesatuan Republik Indonesia. RRI yang berdiri 24 hari setelah kemerdekaan

Republik Indonesia yaitu 11 September 1945, mempunyai peran besar dalam

perjuangan kemerdekaan dan dalam perjalanan negeri ini, Pendiri RRI adalah

bapak-bapak dan Ibu-Ibu Pendiri Bangsa. Setelah selama 32 tahun RRI menjadi

corong pemerintah, maka berdasar UU No.32 tahun 2002, RRI berubah menjadi

Lembaga Penyiaran Publik yang bersifat independen, netral dan tidak bersifat

komersial yang tugasnya adalah memberikan pelayanan siaran informasi,

pelestarian budaya, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol sosial dan menjaga

citra positif bangsa di dunia Internasional. RRI merupakan badan hukum yang

didirikan oleh negara yang berdasarkan PP 12 tahun 2005 kedudukannya berada

di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden RI.

RRI merevitalisasi pemancar dan studio jaringan berita Nasional Pro 3

untuk meningkatkan daya jangkau dan kualitas siaran mengingat secara geografis

Indonesia terdiri dari ribuan pulau yang semua harus terlayani. Hal ini

dimaksudkan agar tercapai keadilan informasi khususnya untuk masyarakat di

daerah terdepan dan terpencil yang tidak terlayani oleh media lain. Revitalisasi ini

penting untuk Pemilu 2009 sekaligus krisis ekonomi global tahun 2009. Sebagai

Lembaga Penyiaran Publik, Program Siaran RRI memberikan hak masyarakat

mengetahui berbagai informasi dan hak masyarakat untuk menyampaikan aspirasi.

Seluruh unsur negara dilayani oleh RRI baik eksekutif (Pemerintah), legislatif

(DPR-MPR, DPD) yudikatif (MK, MA), pada tingkat pusat dan daerah, dunia

swasta, dan masyarakat melalui penyelenggaraan (RRI, 2011) :

1. Siaran informasi yang akurat dan terpercaya;

2. Program siaran pendidikan untuk memperkuat pembentukan karakter bangsa

(nation building) dan mendorong persatuan dan kesatuan bangsa (Pro 4);

9

3. Program budaya untuk melestarikan dan mempertahankan identitas bangsa

yang diharapkan menjadi pembawa bendera (flag carrier) dari bangsa ini (Pro

4).

4. Program-program siaran untuk daerah perbatasan untuk menjaga informasi di

daerah perbatasan;

5. Program-program siaran untuk kelompok minoritas, agar permasalahan

mereka dapat terangkat di permukaan;

6. Siaran hiburan yang sehat untuk memberikan ruang bagi anak-anak dan

pemuda dalam mengembangkan bakat dan kreativitas melalui RRI;

7. Siaran kontrol sosial yang lebih menekankan pada solusi, memberi

pemahaman pada pendengar dan mengurangi ketidak pastian akan masalah-

masalah bangsa;

8. Menyelenggarakan siaran yang berperspektif gender;

9. Menyelenggarakan siaran untuk menyukseskan Pemilu 2009 melalui program

dialog interaktif, debat, profil, monolog, sport, feature. Siaran pemilu RRI

bersifat independen, netral, berimbang dan adil, yang dimaksud dengan adil

adalah memberikan pelayanan pada semua partai politik, adil dalam frekuensi

penyiaran, durasi, format dan isi siaran;

10. Menyelenggarakan siaran yang memberikan inspirasi dan pemberdayaan

rakyat untuk mendorong ekonomi rakyat melalui siaran pedesaan, teknologi

tepat guna kegiatan usaha nelayan, pertanian, kerajinan, dll, siaran ini penting

untuk menghadapi krisis ekonomi global.

Programa Berdasarkan UU No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, RRI

melayani seluruh lapisan masyarakat di wilayah NKRI, untuk itu masing-masing

RRI mempunyai tiga programa ( Pro 1, Pro 2, Pro 3 ) dan pada 10 RRI memiliki

Pro 4. RRI merupakan radio yang mempunyai jaringan siaran terbesar yaitu 60

stasiun dengan 191 programa di Indonesia dan berdasarkan penelitian yang

diselenggarakan Universitas Indonesia pada tahun 2003 RRI menjangkau 83%

penduduk Indonesia. Kelompok Pemerhati RRI sebagai bentuk partisipasi publik,

masyarakat membentuk kelompok pemerhati RRI yang merupakan pendengar dari

masyarakat umum, LSM, petani, nelayan, anggota DPR/DPRD, pemda,

perusahaan swasta. Pemerhati ini terdapat di masing-masing stasiun RRI yang

10

jumlahnya mencapai ratusan bahkan ribuan orang yang secara rutin aktif

memberikan masukan, mengevaluasi program dan ikut mengisi program siaran.

Pada sebagian stasiun RRI kelompok pemerhati ini juga menyelenggarakan

pelatihan-pelatihan untuk teknologi tepat guna, usaha kerajinan, pengolahan

bahan makanan yang hasilnya dipromosikan melalui RRI. Penghargaan RRI

melalui penyelenggaraan siaran telah mendapat beberapa penghargaan/award

dalam satu tahun terakhir, antara lain :

1. Pariwisata budaya award untuk acara “Nostalgic Tourism” di daerah

perbatasan Morotai, penghargaan diberikan oleh Departemen Budaya dan

Pariwisata (Pro 3 Jakarta);

2. BMG award untuk siaran informasi tentang cuaca yang diberikan oleh Badan

Meteorologi dan Geofisika (Pro 3 Jakarta );

3. ABU award untuk siaran dokumenter “2 Tahun Lumpur Lapindo,”

,penghargaan diberikan oleh Asia Pacific Broadcasting Union (RRI

Surabaya);

4. Rekor MURI untuk peserta parade grup band terbanyak 157 peserta dan rekor

radio terlama menyiarkan parade band 23 jam 15 menit (RRI Cirebon);

5. Juara 1 dan 2 siaran dialog interaktif, tentang perempuan dalam rangka Hari

Ibu 2009, yang diselenggarakan oleh Kementerian Negara Pemberdayaan

Perempuan (RRI Manokwari dan RRI Ambon);

6. Adam Malik award untuk siaran Internasional, penghargaan diberikan oleh

Departemen Luar Negeri (The Voice of Indonesia).

Sidang Umum ABU Tanggal 19 s/d 25 Nopember 2008 merupakan saat

bersejarah bagi RRI dalam kiprah di tingkat Internasional karena RRI dipercaya

sebagai penyelenggara dan tuan rumah sidang umum Asia Pacific Broadcasting

Union, dihadiri sekitar 600 orang pimpinan radio dan televisi sedunia. Sidang

komisi program menerima usul RRI, yaitu tentang “Green Radio,” jurnalisme

damai, Tourism dan Terorism diangkat menjadi rekomendasi dari sidang umum

untuk dilaksanakan. Komisi teknik merekomendasikan migrasi analog ke digital.

Selain topik-topik lain yang sangat aktual untuk perkembangan dunia penyiaran.

Dalam pelaksanaan sidang umum ABU selama seminggu pada acara makan siang

dan makan malam disuguhkan gelar budaya dari berbagai daerah di Indonesia

11

sumbangan dari pemda Jayapura, Sintang, Palangkaraya, Medan, Padang,

Surabaya, Yogyakarta, Bogor, Madiun dan Jakarta. Hal ini dapat dimanfaatkan

sebagai diplomasi budaya dan promosi wisata karena ditampilkan reog Ponorogo

dan permainan angklung bersama semua peserta dan beberapa bentuk kesenian

lainnya. Presiden ABU dan pimpinan delegasi menghargai penyelenggaraan

ABU GA di Bali dengan “Unqualified Success” (tidak ada bandingnya) dengan

Sidang Umum sebelumnya. Kerjasama RRI Sejak Mei 2008, RRI menjalin

kerjasama dengan Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI)

dan Asosiasi Radio Siaran Swasta Lokal Indonesia (ARSSLI) berupa siaran

bersama dan relay untuk siaran berita dan siaran untuk kepentingan bangsa. RRI

juga menjalin kerjasama dengan lembaga penyiaran asing yaitu RTM, RTB,

NHK, Radio Turki, Radio Swedia, Deutchwelle, Radio Korea, Radio Australia,

dan Radio China. Sekali di udara tetap di udara.

Komunikasi dan komunikasi pembangunan.

Wood (2007) memberikan definisi komunikasi sebagai proses di mana

orang membagi informasi, ide-ide dan perasaan. Proses tersebut tidak hanya

melibatkan percakapan dan penulisan, tetapi juga melibatkan bahasa tubuh,

perilaku individu dan gaya, lingkungan fisik-segala sesuatu yang dapat menambah

pengertian pada pesan. Hal ini dipertegas bahwa komunikasi adalah sebuah proses

yang sistematik di mana individu-individu berinteraksi dengan dan melalui

simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan arti. Pengertian

tersebut mempunyai empat kata kunci, yakni proses, sistematik, simbol dan arti.

Komunikasi adalah sistemik karena komunikasi berhubungan dengan

susunan yang teratur yang saling berinteraksi antar bagiannya sehingga dapat

memberikan dampak pada bagian lainnya. Komunikasi menggunakan simbol.

Fokus komunikasi yang terakhir adalah arti, dan arti adalah jantungnya

komunikasi.

Stoner et.al (2003) mengartikan komunikasi adalah proses yang

dipergunakan oleh manusia untuk mencari kesamaan arti lewat transmisi pesan

simbolik. Definisi tersebut menarik pada tiga butir, yakni: (1) komunikasi

melibatkan dua orang atau lebih, (2) komunikasi termasuk kesamaan arti, yang

berarti bahwa manusia harus menyetujui definisi istilah yang mereka gunakan dan

12

(3) komunikasi termasuk simbol-gerakan badan, suara, huruf, angka dan kata

hanya dapat mewakili atau mendekati ide yang mereka maksudkan untuk

dikomunikasikan.

Menurut McKenna (2004) kata communicated berasal dari kata latin

communicare yang berarti membagi atau menyamakan. Tujuan utama komunikasi

adalah mengekspresikan pikiran, ide dan perasaan kepada orang lain dengan

maksud terciptanya saling pengertian. Komunikasi mempunyai tujuan antara lain:

(1) memahami orang lain, (2) supaya gagasan dapat diterima orang lain dan (3)

menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu. Namun, apabila komunikasi

dipandang dari arti yang lebih luas yakni sebagai kegiatan individu dan kelompok

mengenai tukar-menukar data dan ide maka fungsinya dalam sistem sosial adalah

sosialisasi, memajukan kehidupan, motivasi, perdebatan dan diskusi, pendidikan,

hiburan dan integrasi. Dapat dikatakan bahwa komunikasi merupakan suatu

inovasi yang diterima oleh masyarakat melalui proses komunikasi. Mereka

mengartikan komunikasi pembangunan sebagai komunikasi yang berisikan pesan

atau message (pesan pembangunan).

Quebral dan Gomes (1976) mengatakan bahwa komunikasi pembangunan

merupakan disiplin ilmu dan praktikum komunikasi dalam konteks negara yang

sedang berkembang, terutama komunikasi untuk perubahan sosial yang terencana.

Komunikasi pembangunan bertujuan untuk meningkatkan pembangunan manusia

yang berarti menghapuskan kemiskinan, pengangguran dan ketidak adilan.

Komunikasi pembangunan diartikan sebagai suatu komitmen untuk

meliput secara sistematik masalah pembangunan yang dihadapi suatu bangsa

(Nasution, 2006; Saleh, 2006).

Pembangunan harus dilihat dalam karakter kholistik, tidak ada

pembangunan yang mengabaikan produktivitas dan pertumbuhan, tetapi

pertumbuhan harus diimbangi dengan reformasi struktural yang tidak

menghambat daya produktivitas masyarakat. Pada waktu yang sama, hal itu harus

didukung oleh keseluruhan tindakan yang menjamin keadilan, menjamin

peningkatan kualitas hidup serta menjamin hak asasi manusia dan kebebasan

demokrasi (Jayaweera, 1989 dalam Saleh, 2006)

13

Komunikasi ialah proses penyampaian informasi suatu pesan dari sumber

kepada penerima, dengan tujuan timbulnya respons dari penerima sehingga

melahirkan kesamaan (Berlo, 1960).

Komunikasi interpersonal menurut DeVito (2007), adalah proses

pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau kelompok kecil dengan

beberapa efek dan umpan balik. Dalam situasi antar pribadi, proses komunikasi

dapat berlangsung secara diologis yang memungkinkan terjadinya interaksi.

Mereka yang terlibat (partisipan) melakukan dua peran sekaligus, sebagai peran

pembicara dan sebagai penerima, secara bergantian melalui proses tatap muka.

Komunikasi Organisasi

Tubbs dan Moss (1996) memberikan definisi yang lebih ringkas, yakni

komunikasi insani yang terjadi dalam konteks organisasi karena manusialah yang

berkomunikasi bukan organisasi.

Saluran komunikasi formal adalah suatu cara komunikasi yang didukung

dan mungkin dikendalikan oleh manajer (Stoner et al. 2003; Purwanto, 2006).

Lebih lanjut Purwanto (2006) menyebutkan bahwa saluran ini terdiri dari dua

macam, yakni komunikasi vertikal dan komunikasi lateral. Komunikasi vertikal

terdiri dari komunikasi ke atas dan ke bawah lewat rantai komando organisasi,

sedangkan komunikasi lateral biasa disebut sebagai komunikasi ke samping.

Komunikasi publik adalah pertukaran pesan dengan sejumlah orang yang

berada dalam organisasi atau yang di luar organisasi, secara tatap muka atau

melalui media. Tujuan umum dari komunikasi publik adalah memberikan

informasi kepada sejumlah orang mengenai organisasi misalnya mengenai

aktivitas organisasi dan hasil produksi organisasi. Selain itu komunikasi publik

juga bertujuan untuk menjalin hubungan antara organisasi dengan masyarakat di

luar organisasi seperti pemakai jasa organisasi, pemakai hasil produksi organisasi

dan masyarakat umumnya. Komunikasi publik juga dapat digunakan untuk

memberikan hiburan kepada sejumlah orang, seperti menceritakan pengalaman

yang menyenangkan kepada orang banyak (Muhammad, 2004).

14

Komunikasi Massa

Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh

Bittner (Rakhmat, 2007), yakni komunikasi massa adalah pesan yang

dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Definisi

tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media

massa. Jadi sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak,

seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan

ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi

masa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah: radio siaran dan

televisi –keduanya dikenal sebagai media elektronik; surat kabar dan majalah –

keduanya disebut sebagai media cetak; serta media film. Film sebagai media

komunikasi massa adalah film bioskop.

Menurut Rogers (2005) komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai

proses komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang

melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat

mekanis seperti radio, televisi, surat kabar dan film.

Komunikasi massa merupakan sejenis kekuatan sosial yang dapat

menggerakkan proses sosial ke arah suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih

dahulu. Mengetahui secara cepat tepat dan terperinci mengenai kekuatan sosial

yang dimiliki oleh komunikasi massa dan hasil yang dapat dicapainya dalam

menggerakkan proses sosial tidaklah mudah. Oleh karena itu, efek atau hasil yang

dapat dicapai oleh komunikasi yang dilaksanakan melalui berbagai media (lisan,

tulisan, visual/audio visual) perlu dikaji melalui metode tertentu yang bersifat

analisis psikologi dan analisis sosial. Analisis psikologi adalah kekuatan sosial

yang merupakan hasil kerja dan berkaitan dengan watak serta kodrat manusia.

Sedangkan analisis sosial adalah peristiwa sosial yang terjadi akibat komunikasi

massa dengan pengguna media massa yang sangat unik serta kompleks (Elvinaro

et al.,2007).

15

Menurut Freidson dalam Kuswarno (1993) bahwa khalayak yang banyak

dan tersebar itu dinyatakan dengan istilah sejumlah populasi, dan populasi

tersebut merupakan representasi dari berbagai lapisan masyarakat. Pesan artinya

tidak hanya ditujukan untuk kelompok orang tertentu, melainkan untuk semua

orang. Ciri komunikasi massa yang lain yaitu adanya unsur keserempakan

penerimaan pesan oleh komunikan, pesan dapat mencapai pada saat yang sama

kepada semua orang yang mewakili berbagai lapisan masyarakat.

Individu tidak akan mungkin berbagi pengetahuan atau pengalaman

dengan orang lain tanpa komunikasi. Adapun komunikasi memiliki enam unsur,

yakni (Mufid, 2005):

1. Komunikasi melibatkan hubungan seseorang dengan orang lain atau

lingkungannya.

2. Proses, yakni aktivitas yang nonstatis, bersifat terus-menerus

3. Pesan, yaitu tanda (signal) atau kombinasi tanda yang berfungsi sebagai

stimulus atau pemicu bagi penerima tanda.

4. Saluran (channel), yakni wahana dimana tanda dikirim, bisa bersifat

visual (dapat dilihat), aural (dapat didengar),atau keduanya.

5. Gangguan (noise), yakni segala sesuatu yang dapat membuat pesan

menyimpang.

6. perubahan, yakni komunikasi menghasilkan perubahan pada pengetahuan,

sikap atau tindakan orang-orang yang terlibat dalam proses komunikasi.

Komunikasi tidak hanya bersifat individu, kelompok ataupun organisasi,

akan tetapi juga bersifat massa. Definisi paling sederhana tentang komunikasi

massa, yakni mass communication is massages communicated through a mass

medium to a large number of people (komunikasi massa adalah pesan yang

dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang) (Bittner, 1980

dalam Rakhmat, 2007).

Selain itu, Rakhmat (2007) mengungkapkan bahwa komunikasi massa

sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar,

heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang

sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.

16

Dalam khasanah ilmu komunikasi dikenal ilmu komunikasi massa yang

dikemukakan oleh beberapa ahli, yaitu teori jarum hipodermik (model komunikasi

S-R), model komunikasi Lasswell, model komunikasi DeFleur dan model

komunikasi Dominick (Morissan, 2006).

Model komunikasi jarum hipodemik dan lasswell menunjukkan pesan

yang selalu bergerak secara liniar (satu arah), dimulai dari komunikator hingga

berakhir pada efek. Hal yang membedakan adalah bahwa teori lasswell lebih

berupaya menggambarkan komponen-komponen yang terlibat dalam proses

komunikasi secara lebih lengkap.

DeFleur dalam Mulyana (2001) yang memasukkan umpan balik (bersifat

terbatas - delayed effects) untuk memberikan kemungkinan kepada komunikator

dapat lebih efektif mengadaptasikan komunikasinya. Pendapat lain dikemukakan

oleh Morissan (2006) bahwa proses komunikasi massa tidak selalu diawali dengan

komunikator, tetapi bias juga diawali dengan adanya peristiwa.

Umpan balik (feedback) dalam komunikasi dapat diartikan sebagai respon,

dan servomekanism internal. Sebagai respon, umpan balik adalah pesan yang

dikirim dari penerima ke sumber. Umpan balik sebagai peneguhan

(reinforcement) adalah respon yang diperteguh akan mendorong orang untuk

mengulang respon tersebut. Umpan balik sebagai servomekanisme adalah sikap

yang diperoleh melalui belajar yang kemudian diinternalisasikan dalam diri

individu sebagai mekanisme yang menstabilkan perilaku individu (Fisher dalam

Rakhmat, 2007).

Adapun berbagai penggunaan dan pemuasan terhadap media dapat

dikelompokkan dalam empat tujuan (Morissan, 2006), yaitu:

a. Pengetahuan, seseorang menggunakan media massa untuk mengetahui

atau memperoleh informasi tentang sesuatu.

b. Hiburan, Kebutuhan dasar lainnya pada manusia adalah hiburan dan orang

mencari hiburan salah satunya melalui media massa.

c. Kepentingan sosial. Isi media menjadi perbincangan yang hangat dan

memberi kesamaan landasan untuk membicarakan masalah sosial.

d. Pelarian. Orang menggunakan media massa untuk mengatasi rintangan

antara mereka dengan orang lain, atau menghindari aktivitas lain.

17

Penggunaan Media dan Gratifikasi

Hubungan antara komunikasi pribadi dan komunikasi bermedia tetap

merupakan bidang penelitian yang penting. Mereka yang mempelajari hubungan

antara komunikasi massa dan komunikasi interpersonal menekankan bahwa media

yang kita perhatikan merupakan bagian integral dari dunia interpersonal. Suatu

perbandingan mengenai bagaimana berbagai media dan sumber-sumber

komunikasi antarpersonal digunakan menunjukkan bahwa media dan sumber-

sumber antarpersonal mempunyai fungsi serupa.

Pakar-pakar lainnya berpendapat bahwa “generasi” sebagai penanda

hubungan manusia berdasarkan waktu tidak seakurat kelompok-kelompok

berdasarkan hubungan media. Media menyatakan bahwa kita membedakan antara

generasi pascakomputer dan bahwa perbedaan dalam generasi-generasi kurang

berkaitan dengan usia daripada dengan computer dan efeknya atas pandangan

dunia. Dalam kaitan ini, orang-orang yang mengetahui computer mempunyai

pandangan yang berbeda tentang informasi “publik” dan informasi “privat”

dengan mereka yang tidak mengetahui komputer.

Berdasarkan pandangan ini, dua pertanyaan dapat dikemukakan: Pertama,

berkaitan dengan alasan-alasan kita memilih suatu medium dan bukan medium

lainnya dan yang kedua, media mana yang dapat menjadi alternatif untuk satu

sama lainnya.

Penelitian mengenai menonton televisi menunjukkan beberapa pola

demografis: kaum wanita cenderung menggunakan televisi sebagai teman;”orang-

orang lebih muda menonton televisi untuk menghabiskan waktu,kelompok usia

menengah menonton televisi untuk menghabiskan waktu dan mencari informasi,

dan kaum lebih tua menonton untuk mencari informasi.” Namun kaum lebih tua

yang tinggal dalam rumah tangga yang lebih besar, mereka kurang cenderung

mencari persahabatan dengan menyalakan televisi; kaum lebih tua yang

18

berinteraksi banyak dengan yang lainnya menggunakan televisi untuk bersantai,

memperoleh hiburan, dan mendapatkan topik-topik percakapan.

Fungsi media massa sebagai suatu bentuk sosial dan memungkinkan kita

untuk mengelola banyak masalah sosial dan mempengaruhi bagaimana kita

mengalami aspek-aspek kehidupan kita sehari-hari. Keputusan menggunakan

saluran-saluran komunikasi massa merupakan suatu proses dua bagian: pertama,

kita diajari motivasi apa yang dapat dipuaskan setiap medium; kemudian,

berdasarkan informasi yang kita miliki bersama, masing-masing dari kita

membuat pilihan perseorangan. Meskipun pilihan ini merupakan keputusan

pribadi, persepsi kita mengenai apa yang ditawarkan media yang berbeda relatif

konsisten: kita cenderung mempunyai citra yang stabil mengenai gratifikasi setiap

medium yang dipersepsikan sebagai film, buku, surat kabar, dan sebagainya

(Tubbs & Moss, 1996). Citra tersebut tidak bergantung dari apakah kita sendiri

menggunakan medium itu atau apakah kita menilainya bagi kita sendiri atau bagi

orang lain.

Media dapat membantu melakukan tugas-tugas komunikasi antara lain

adalah (Schramm, 2005):

a. Media massa dapat memperluas wawasan.

Masyarakat tradisional benar-benar menerima sebuah keajaiban media.

Bangsa Afrika mengatakan bahwa media adalah sebuah keajaiban, karena

media dapat membawa seseorang kembali ke dalam posisi yang lebih tinggi

dan dapat membuat seseorang kembali ke dalam posisi yang rendah. Media

membiarkan seseorang melihat dan mendengar dimanapun pernah berada,

mengetahui setiap orang yang belum pernah mereka ketahui, membangun

Negara untuk mengerti bagaimana kehidupan masyarakat negara tersebut serta

mengubah masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern.

b. Media massa dapat memfokuskan pehatian kita.

Dalam masyarakat modern, kebanyakan gambaran kehidupan kita berasal dari

media massa. Masyarakat tradisional berubah menjadi masyarakat modern

dimulai dengan bergantung pada media massa. Tiga kebutuhan penting yang

didapat dari media massa adalah siapa yang penting, siapa yang berbahaya dan

siapa yang menarik.

19

c. Media massa dapat mengumpulkan aspirasi.

Kasus dalam sebuah keluarga yang telah bekerja keras untuk mencapai sebuah

standarisasi kehidupan mereka dalam menikmati atau untuk memiliki artikel

yang hana mereka baca atau dengar tentang sebuah gambar untuk memotivasi

masyarakat agar percaya bahwa media massa akan dapat meraih aspirasi

audiens mereka dalam membangun suatu budaya sebaik mungkin.

d. Media massa dapat menciptakan iklim pembangunan.

Kontribusi media massa dalam hal substansi adalah memberikan berbagai

macam informasi yang tersedia untuk pembangunan masyarakat. Media

memperluas wawasan, membantu membangun empati, memfokuskan

perhatian pada suatu masalah dan tujuan pembangunan dapat diraih aspirasi

personal dan nasional. Seluruh hal-hal ini dapat dilakukan secara langsung dan

menciptakan iklim informasi dalam stimulasi pembangunan.

e. Media massa sebagai guru.

Praktik teknologi baru dan perilaku baru dapat diadopsi dari media massa.

Pada kasus talkshow RRI dengan narasumber PLN dan PDAM yang disiarkan

selama tiga bulan terakhir. Topik talkshow tiga bulan terakhir mengupas

tentang pembayaran tagihan PDAM online, cara mengatur pemakaian air

PDAM, dimana pelanggan PDAM mendapatkan informasi mengenai

pemasangan baru PDAM. PLN mengambil tema talkshow yang membahas

program program PLN serta pelayanan pelangganan PLN, program PLN

prabayar, topic ini membahas mengenai pengaturan tagihan listrik dan

keuntungannya bagi pelanggan.. Pembahasan lainnya adalah mengenai

keluhan pelanggan PLN secara umum.

Komunikasi Massa Dalam Pelayanan Publik

Sebagian besar pesan yang disampaikan media massa terlewatkan dari

perhatian khalayak. Kita tidak menyadari bahwa perhatian kita telah menjadi

persaingan sangat ketat dari mereka yang mengirimkan pesan. Kondisi ini

menjadikan kita sangat selektif bahkan menolak untuk memberikan perhatian

terhadap berbagai pesan yang datang kepada kita. Beberapa pesan mungkin bisa

menarik perhatian kita, namun lebih sedikit lagi pesan yang mampu memberikan

20

efek atau dampak. Dampak komunikasi massa kemudian menyebut orang-orang

semacam ini sebagai “khalayak yang keras kepala” (Moleong, 2006).

Pesan komunikasi massa berlangsung satu arah dan memiliki tanggapan

balik yang lambat (tertunda) dan sangat terbatas. Dengan perkembangan teknologi

komunikasi yang begitu cepat, khususnya media massa elektronik seperti radio

dan televisi maka umpan balik dari khalayak bisa dilakukan dengan cepat kepada

penyiar. Sifat penyebaran pesan melalui media massa berlangsung begitu cepat,

serempak dan luas. Jarak dan waktu dapat diatasi serta tahan lama bias

didokumentasikan. Dari segi ekonomi, biaya produksi komunikasi massa cukup

mahal dan memerlukan dukungan tenaga kerja relatife banyak untuk

mengelolanya (McQuail, 2006).

Pada masa lalu kegiatan mengirimkan pesan dianggap sama dengan

komunikasi atau dengan kata lain “mengirimkan pesan” adalah sama dengan

“berkomunikasi.” Pandangan ini mendapat dukungan paling kuat dari praktisi

pelayanan publik alasannya adalah karena kegiatan pelayanan publik lebih banyak

pada kegiatan mengumpulkan guntingan artikel Koran atau mengumpulkan bukti

siaran iklan radio dan televisi yang menayangkan pesan promosi mengenai

organisasi atau perusahaan yang bersangkutan. Berkomunikasi dengan khalayak

sasaran (target public) yang diinginkan pada kenyataannya bahkan jauh lebih

rumit. Jika seseorang mempelajari komunikasi maka ia mempelajari mengenai

bagaimana orang berhubungan dengan orang lain, kelompok orang, organisasi dan

masyarakat yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, namun juga

dipengaruhi, memberitahu dan diberitahu, mengajarkan dan diajarkan, menghibur

dan dihibur melalui tanda-tanda tertentu. Konsep komunikasi membutuhkan

proses komunikasi dua arah (two-way-process) dimana pengirim dan penerima

pesan berkomunikasi dalam konteks kerangka acuan (frame of reference),

hubungan dan situasi sosial mereka masing-masing (Schramm, 2005; Morissan,

2006). Delay purpose effect dalam komunikasi massa bisa diminimalisasi, maka

perlu dibuat suatu upaya pendekatan dengan source. Oleh karena itu, kita perlu

mempelajari beberapa teori effek komunikasi massa antara lain adalah sebagai

berikut (Severin & Tankard, 2005);

a. The Bullet Theory (Teori Peluru).

21

Teori bullet juga diketahui sebagai teori jarum hipodemik atau teori mekanisme

S-R yang berpandangan bahwa adanya kekuatan besar untuk komunikasi

massa. Pandangan ini dipengaruhi oleh kekuatan propaganda yang muncul

dalam perang dunia satu. Ketika banyak orang takut pada tipe kepemimpinan

Hitler yang akan mengangkat kekuatan Amerika Serikat melalui penggunaan

komunikasi massa. Meskipun teori ini lebih banyak dikesampingkan oleh

penelikti komunikasi massa, beberapa publik masih ada yang percaya sampai

pada hari ini.

b. The Limited Effects Model (Model Efek Terbatas).

Model efek terbatas dimulai sejak tahun 1940. beberapa peneliti mengarahkan

pandangan untuk komunikasi massa sebagai efek kecil yang efektif dalam

pemberian informasi, tetapi tidak dalam merubah perilaku. Faktor-faktor

mediasi yang termasuk dalam proses selektif antara lain adalah persepsi

selektif, eksposur selektif dan pengulangan selektif.

c. The Moderate Effects Model (Model Efek Moderat).

Karakter model efek moderat telah dilakukan sejak tahun 1970. hal ini termasuk

dalam beberapa pendekatan yaitu paradigma mencari informasi, penggunaan

media dan gratifikasi, agenda setting dan teori norma budaya.pendekatan-

pendekatan ini memiliki beberapa asumsi:

1. Model efek terbatas menyingkirkan efek komunikasi massa yang kecil,

dalam situasi komunikasi massa yang tepat dan memiliki efek yang penting.

2. Komunikasi massa memiliki efek pada perilaku dan pendapat yang

tergantung pada beberapa variabel yang menemukan efek yang lebih besar.

3. Penelitian terdahulu memiliki satu sisi dalam mengkonsep “apa yang

komunikasi massa lakukan untuk audiens?” kemudian untuk pertanyaan

penting lainnya,”apa yang audiens lakukan dengan komunikasi massa?”

4. Penilitian terdahulu telah mempelajari efek dalam jangka pendek pada

komunikasi massa yang hamper meluas ke dalam jangka panjang.

d. The Powerful Effects Model (Model Efek Kekuatan).

Komunikasi massa memiliki efek kekuatan jika digunakan dalam suatu

program atau kampanye yang dipersiapkan berdasarkan prinsip-prinsip teori-

teori komunikasi. Beberapa prinsip yang penting terlihat pada pengulangan

22

pesan dalam beberapa waktu daripada satu pesan yang memiliki efek

berhubungan nyata (meskipun terdapat pengecualian). Hal ini penting untuk

mengidentifikasi dan fokus pada target audiens yang obyektif pada sebuah

kampanye yang seharusnya diidentifikasi secara khusus dan pesan dihubungkan

dengan hal obyektif sehingga teori komunikasi massa dapat digunakan dalam

pembangunan tema, pesan dan media yang memiliki efek kekuatan pada opini

publik.

Radio sebagai Lembaga Penyiaran Publik

Salah satu bentuk komunikasi, yakni penyiaran, merupakan komunikasi

massa dasar yang telah terbukti efektivitasnya. Tanpa komunikasi dasar, manusia

tidak mungkin mendistribusikan mutu pesan ke banyak penerima secara global.

Penyiaran ini juga melalui media yang merupakan organisasi untuk menyebarkan

informasi berupa produk budaya atau pesan yang mempengaruhi dan

mencerminkan budaya dalam masyarakat (Syarchic, 2008)

Sejarah perkembangan munculnya radio sebagai salah satu media

penyiaran bermula sebelum perang dunia I meletus. Reginald Fessenden dengan

bantuan perusahaan General Electric Corporation (GEC), Amerika berhasil

menciptakan pembangkit gelombang radio kecepatan tinggi yang dapat

mengirimkan suara manusia dan juga musik. Sementara itu, tabung hampa udara

berhasil pula diciptakan sehingga menjadi penerima gelombang radio menjadi

lebih mudah.

Pada awalnya, radio cenderung diremehkan dan perhatian kepada

penemuan baru itu hanya terpusat alat teknologi transmisi. Radio lebih banyak

digunakan oleh militer dan pemerintahan untuk kebutuhan penyampaian informasi

dan berita. Radio lebih banyak dimanfaatkan para penguasa untuk tujuan yang

berkaitan dengan ideologi dan politik secara umum.

Peran radio dalam menyampaikan pesan mulai diakui pada tahun 1909

ketika informasi yang dikirimkan melalui radio berhasil menyelamatkan seluruh

penumpang kapal laut yang mengalami kecelakaan dan tenggelam. Radio

menjadi medium yang teruji dalam menyampaikan informasi yang cepat dan

akurat sehingga semua orang mulai melirik media ini.

23

Pesawat radio pertama kali diciptakan memiliki bentuk yang besar dan

tidak menarik. Radio sulit digunakan karena menggunakan tenaga listrik dari

baterai yang berukuran besar sehingga untuk menggunakannya membutuhkan

kesabaran dan pengetahuan elektronik yang memadai. Pada tahun 1926,

perusahaan manufaktur radio berhasil memperbaiki kualitas produknya. Pesawat

radio sudah menggunakan tenaga listrik yang ada di rumah sehingga lebih praktis

menyerupai peralatan furniture (RRI, 2011)

Stasiun radio pertama muncul pada tahun 1926 ketika seorang ahli teknik

bernama Frank Conrad di Pittsburgh, Amerika Serikat yang hanya sebagai bagian

dari hobi, membangun sebuah pemancar radio di garasi rumahnya. Conrad

menyiarkan lagu-lagu, mengumumkan hasil olahraga, dan menyiarkan instrumen

musik yang dimainkan putranya sendiri. Dalam waktu singkat, Conrad berhasil

mendapat banyak pendengar dan lokasi pemancar tersebut hingga saat ini masih

mengudara sebagai stasiun tertua di Amerika, bahkan mungkin di dunia.

Di Indonesia, pada tahun 1945 tercatat seorang amatir radio bernama

Gunawan yang berhasil menyiarkan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia

dengan menggunakan pemancar radio sederhana buatan sendiri. Tindakan itu

sangat dihargai pemerintah Indonesia dan radio tersebut menjadi benda yang tidak

ternilai harganya bagi sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia yang hingga

saat ini disimpan di Museum Nasional Indonesia.

Radio merupakan alat komunikasi penting sejak negara ini baru berdiri.

Kepemilikan pesawat radio meningkat dengan pesat hingga mencapai setengah

juta yang berlisensi pada pertengahan tahun 1950-an. Radio digunakan secara luas

di bidang pendidikan, terutama pendidikan politik, seperti mempersiapkan para

calon pemilih untuk pemilu pertama pada tahun 1955. Sampai terbentuknya orde

baru, telah terdapat 39 stasiun Radio Republik Indonesia (RRI) di seluruh

Indonesia yang menyiarkan lebih dari satu juta radio berlisensi. Kota-kota besar

menerima program dalam bahasa daerah dan program buatan lokal tanpa adanya

televisi (hingga 1962). Dengan tingkat melek huruf yang sangat rendah dan

adanya pers yang relatif beragam dan bebas, RRI merupakan medium pemerintah

paling terpusat dan paling utama dan memobilisasi opini publik (Mufid, 2005).

24

Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan tahun 2003, kekuatan

stasiun radio publik dan swasta di Indonesia diklasifikasikan dalam empat kelas,

yaitu (Morissan, 2006):

1) Kelas A, diperuntukkan bagi radio siaran di Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta

dengan Effective Radiated Power (ERP) antara 15 kW sampai dengan 63

kW dan wilayah layanan maksimum 30 km dari pusat kota.

2) Kelas B, diperuntukkan bagi radio siaran di Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta

atau Ibu Kota Privinsi dengan ERP antara dua kW sampai dengan 15 kW

dan wilayah layanan maksimum 20 km dari pusat kota.

3) Kelas C, diperuntukkan bagi radio siaran di Kota lainnya dengan ERP

maksimum empat kW dan wilayah layanan maksimum 12 km dari pusat

kota.

4) Kelas D, untuk siaran radio komunikasi dengan ERP maksimum 50 W dan

wilayah layanan maksimum 2,5 km dari lokasi stasiun pemancar.

Teknik Penyiaran

Perkembangan teknologi komunikasi telah melahirkan masyarakat yang

makin besar tuntutannya akan hak untuk mengetahui dan hak untuk mendapatkan

informasi. Informasi telah menjadi kebutuhan bagi masyarakat dan telah menjadi

komoditas penting dalam kehidupan masyarakat.

Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah membawa

implikasi terhadap dunia penyiaran, termasuk penyiaran di Indonesia. Penyiaran

sebagai penyalur informasi dan bentuk pendapat umum, perannya semakin

strategis, terutama dalam mengembangkan kehidupan demokratis.

Penyelenggaraan penyiaran tidak terlepas dari kaidah-kaidah umum

penyelenggaraan telekomunikasi yang berlaku secara universal. Penyiaran

mempunyai kaitan erat dengan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit

geostasioner yang merupakan sumberdaya alam yang terbatas sehingga

pemanfaatannya perlu diatur secara efektif dan efisien.

Kata “siaran” merupakan padanan dari kata broadcast dalam bahasa

Inggris. Undang-undang penyiaran memberikan pengertian siaran sebagai pesan

atau rabgkaian pesan dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan gambar atau

25

yang berbentuk grafis, karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak, yang

dapat diterima melalui perangkat penerima siaran.

Sementara penyiaran yang merupakan padanan kata broadcasting

memiliki pengertian sebagai kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana

pemancaran atau sarana tranmisi di udara, di laut atau di antariksa dengan

menggunakan spectrum frekuensi radio (sinyal radio) yang berbentuk gelombang

elektromagnetik yang merambat melalui udara, kabel dan/atau media lainnya

untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan

perangkat penerima siaran.

Terdapat lima syarat dalam melakukan penyiaran, yaitu: (Morissan, 2006)

1. Harus tersedia spektrum frekuensi radio.

2. Harus ada sarana pemancaran/ transmisi.

3. Harus adanya perangkat penerima siaran (receiver).

4. Haruis adanya siaran (program atau acara).

5. harus dapat diterima secara serentak/ bersamaan.

Terdapat dua pelajaran yang dipelajari dari beberapa pengamatan, dimana

bantuan yang kurang dari pemerintah di sekitar dunia dalam krisis konfrontasi

dalam sektor financial yang dipergunakan untuk praktik regulasi penyiaran yakni:

(1) dorongan yang kuat untuk pasar bebas kapitalisme, (2) global ekonomi.

Dua pelajaran di atas memiliki tujuan untuk menyediakan arahan

bagaimana membuat sebuah kebijakan legal dan bingkai kerja peraturan yang

dapat mengkontribusikan penghargaan pada ketertarikan publik dalam kebijakan

penyiaran dan demokrasi karena membangun sebuah sistem penyiaran

berdasarkan pada pertimbangan pasar yang tidak bisa melayani publik. Belajar

dari pengalaman internasional dapat menjadi pilihan yang penting.

Pandangan seorang Habermasian pada ketertarikan publik dalam dunia

penyiaran adalah sebagai alat mediasi, pembangkit dan menawarkan insentif.

Kehidupan publik memiliki tiga aspek yaitu: pemerintah yang baik, komunikasi

partisipatif dan budaya pluralisme (Jamal, 2009).

Penyiaran suara dan akuntabilitas disusun menjadi empat bagian antara

lain: (1) perkenalan yang menyediakan sebuah latar belakang teori dan

menghadirkan sebuah kebijakan survei perbandingan internasional pada sebuah

26

dasar regional. (2) arahan untuk menciptakan sebuah lingkungan yang

membolehkan perawatan yang bebas, (3) fokus pada kebijakan penyiaran, (4)

bibliography dengan daftar untuk masa depan dan penelitian yang lebih jauh

(Schejter, 2009).

Sumber/Komunikator/Penyiar

Penyiar yang berperan sebagai komunikator atau sumber dalam

menyampaikan pesan berperan sangat penting. Penyiar adalah seseorang yang

menyampaikan informasi untuk audiens sebagai pesan atau rangkaian pesan

dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan gambar atau yang berbentuk grafis,

karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak, yang dapat diterima melalui

perangkat penerima siaran. Pada saat komunikator berkomunikasi yang

berpengaruh tidak hanya apa yang ia katakan, tetapi juga keadaan dia sediri.

Pendengar tidak hanya memperhatikan apa yang ia katakan tetapi juga akan

memperhatikan siapa yang mengatakan.

Karakteristik penyiar sebagai penyebar informasi mencakup kredibilitas,

atraksi, kekuasaan. Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikan tentang

sifat-sifat komunikator, kredibilitas itu masalah persepsi, kredibilitas berubah

bergantung pada pelaku persepsi (komunikan), unsur yang dibahas, dan situasi.

Hovland dan Weiss dalam Rakhmat (2007) menyebut ethos sebagai kredibilitas

yang terdiri dari dua unsur, yakni expertise (keahlian) dan trustworthiness atau

(dapat dipercaya).

Atraksi menyangkut kemampuan komunikator berinteraksi terhadap

komunikan dengan melakukan suatu strategi tertentu sehingga pesan dapat

disampaikan dengan baik. Kekuasaan, yakni kemampuan komunikator dalam

mempengaruhi komunikan untuk mau melaksanakan apa yang disampaikan.

Program Siaran Radio

Setiap program siaran harus mengacu pada pilihan format siaran tertentu

seiring makin banyaknya stasiun penyiaran dan makin tersegmennya audiens.

27

Format siaran diwujudkan dalam bentuk prinsip-prinsip dasar tentang apa, untuk

siapa, dan bagaimana proses pengolahan suatu siaran hingga dapat diterima

audiens. Ruang lingkup format siaran tidak saja menentukan bagaimana

mengelola program siaran (programming) tetapi juga bagaimana memasarkan

program siaran itu (marketing).

Program siaran adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran

untuk memenuhi kebutuhan audiensnya yang disajikan dengan sedemikian rupa

agar dapat menarik minat audiens untuk mengikuti siaran yang dipancarkan

stasiun penyiaran radio maupun televisi.

Format siaran dapat ditentukan dari berbagai aspek, misalnya aspek

demografis audiens, seperti kelompok umur, jenis kelamin, profesi, hingga

geografi. Pada stasiun penyiaran radio terdapat beberapa format, misalnya radio

anak-anak, remaja, muda, dewasa dan tua. Berdasarkan profesi, perilaku, atau

gaya hidup terdapat radio berformat professional, intelektual, petani, buruh,

mahasiswa, nelayan dan sebagainya (Gazali et al., 2003).

Secara umum program radio terdiri atas dua jenis yakni musik dan

informasi. Kedua jenis program ini kemudian dikemas dalam berbagai bentuk

yang pada intinya harus bisa memenuhi kebutuhan audiens dalam hal musik dan

informasi. Pengemasan bentuk program tersebut terdiri dari (Morissan, 2006):

1) Berita radio yang merupakan laporan atau peristiwa atau pendapat yang

penting atau menarik. Format penyajian berita radio terdiri atas siaran

langsung (live report) dan siaran tunda.

2) Perbincangan radio yang merupakan kombinasi antara seni berbicara dan seni

wawancara. Tiga bentuk program perbincangan yang banyak digunakan oleh

stasiun radio adalah:

a. one-on-one-show, yakni perbincangan saat pewawancara dan narasumber

mendiskusikan suatu topik dengan dua posisi mikrofon terpisah di ruang

studio yang sama.

b. Panel discussion, pewawancara sebagai moderator hadir bersama sejumlah

narasumber.

c. Call in show, program perbincangan yang hanya melibatkan telepon dan

pendengar dengan topik yang telah ditetapkan oleh penyiar radio.

28

3). Infotainment radio, merupakan singkatan dari informasion dan entertainment

yang berarti suatu kombinasi sajian siaran informasi dan hiburan atau sajian

yang bersifat menghibur. Terdapat tiga bentuk infotainment radio yang

popular di Indonesia (Morissan, 2006) adalah:

a. Info entertainment, penyampaian informasi dari dunia hiburan dengan

diselangi pemutaran lagu.

b. Infotainment, menyampaikan informasi, promosi, dan sejenisnya dari

dunia hiburan yang topiknya menyatu atau senada dengan lagu-lagu atau

musik yang diputar.

c. Information dan entertainment, sajian informasi khususnya berisi berita-

berita actual dilengkapi perbincangan yang tidak selalu dari khasanah

dunia hiburan, diselingi pemutaran lagu, iklan dan sebagainya.

4). Jingel radio atau radio air promo, merupakan gabungan musik dan kata yang

mengidentifikasi keberadaan sebuah stasiun radio.

Menurut Dominick dalam Morissan (2006), format stasiun penyiaran radio

ketika diterjemahkan dalam kegiatan siaran harus sampai dalam empat wilayah,

yaitu: (1) Kepribadian (personality) penyiar dan reporter. (2) Pilihan musik dan

lagu. (3) Pilihan musik dan gaya bertutur (talk). (4) Spot atau kemasan iklan,

jingel radio dan bentuk-bentuk promosi acara radio lainnya.

Pada umumnya, tujuan program adalah untuk menarik dan mendapatkan

sebanyak mungkin audiens. Adapun element keberhasilan suatu program, yakni:

(1) Konflik yang mampu menahan audiens. (2) Durasi siaran yang dapat bertahan

selama mungkin. (3) kesukaan terhadap pembawa acara yang membuat audiens

merasa nyaman. (4) Konsistensi suatu program terhadap tema dan karakter

pemain. (5) Energi yang mampu menahan audiens untuk tidak mengalihkan

perhatiannya kepada hal-hal lain. (6) Timing atau waktu penayangan yang cocok

atau sesuai dengan zamannya. (7) sesuaikan program terhadap sesuatu yang

digandrungi (trend) di tengah masyarakat (Morissan, 2006).

Pembuatan program siaran radio membutuhkan kerjasama tim antar

bidang. Radio selalu terdiri atas tiga bidang kerja (Astuti, 2008):

1. Produksi.

29

Tugas kru produksi adalah menghasilkan program untuk diudarakan. Kru

produksi terdiri atas sound engineer (mengurusi masalah suara, memilihlatar

musik terbaik, mengkombinasikan bunyi-bunyian dan lain-lain), copywriter

(penulis naskah), produser, penyiar, dan reporter (pada radio yang memiliki

program jurnalisme radio);

2. Marketing.

Tugas kru marketing adalah “menjual” atau “memasarkan” program

kepada pihak lain (dengan imbalan berupa airtime untuk memasang iklan,

kesempatan untuk branding, dan lain-lain). Istilah marketing dalam lembaga

penyiaran mungkin tak dikenal, tetapi tetap ada posisi tertentu yang bertugas

menghubungkan radio dengan pihak luar seperti staf humas yang memiliki tugas

yang sama untuk memasarkan program radio.

3. Teknis.

Bagian teknis bertugas mendukung aspek teknis dalam memproduksi

program, maupun dalam mengoperasikan radio. Radio adalah media yang sangat

tergantung pada alat dan teknologi khusus.

Penggunaan radio untuk pembangunan dapat menjadi sebuah media massa

yang telah diperkenalkan untuk informasi dan tujuan persuasive. Sejak tahun 1965

Prancis (OCORA - Office de Coorperacion Radiophonic) dengan ORTF, RFI dan

AUBECAM. Peranan radio adalah untuk menginformasikan, pendidikan dan

menghibur. Bagaimanapun radio memiliki fungsi yang multiguna. Hal ini dapat

melalui pesan terdahulu, meningkatkan kemampuan pada pemanggilan dan

mengorganisasikan kelompok dan organisasi, memperbesar forum dialog sosial,

menyediakan kapasitas pembangunan yang efektif pada komunitas, meraih

kesadaran dan pengetahuan isu komunitas, membawa suara masyarakat untuk

tingkat yang lebih tinggi pada struktur politik dan menggerakkan komunitas untuk

persyaratan produksi radio dan format-format dapat diadaptasikan untuk

penggunaan khusus dan obyektif (Mefalopulos & Kamlongera, 2004). Dasar

pendekatan radio menurut Mefalopulos dan Kamlongera (2004):

30

a. Radio pendidikan. Wilayah radio pendidikan adalah menyediakan ilmu

pengetahuan dan instruksi pada isu khusus. Hal ini dapat digunakan untuk

pendidikan formal. Berbagai macam program biasanya ditulis dan disiapkan

oleh orang khusus setelah diinvestigasi dan isu disusun dalam pertanyaan.

Radio dapat juga digunakan secara efektif sebagai sebuah media dalam

kampanye pendidikan pada isu-isu relevan yang terkumpul.

b. Dokumentasi dan Radio Budaya. Melaporkan dan menyediakan

testimonial pada aspek kehidupan komunitas. Radio ini digunakan untuk

menggambarkan perhatian pada komunitas untuk isu khusus, masalah dan

solusi mereka. Investigasi jurnalistik juga menggunakan pendekatan ini.

Jurnalis, peneliti sosial dan praktisi komunikasi adalah salah satu yang

biasanya memproduksi tipe program ini, sering mengadopsi sebuah

pendekatan pengamatan partisipan untuk mencatat isu yang akurat dan

obyektif.

c. Radio partisipatif. Radio yang mengimplikasikan penggunaan radio untuk

masyarakat bahkan jika dalam dua jarak yang terdahulu beberapa setuju

pada ketertiban masyarakat, partisipasi penuh telah dialami.

Cara mengevaluasi sebuah program radio menurut Mefalopulos dan

Kamlongera (2004) dengan pretest dilakukan untuk meyakinkan apakah itu akurat

dan mudah untuk dimengerti. Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini disediakan

dengan sebuah arahan untuk memperbaiki dan pretest terhadap skrip, di antaranya

adalah:

(1) Apakah poin pesan dari program jelas dan tegas?

(2) Apakah saya telah melakukan keadilan pada isu?

(3) Apakah informasinya akurat?

(4) Apakah saya memiliki sebuah pengenalan yang kuat dan akhir yang kuat?

(5) Apakah saya telah memiliki kata-kata yang benar dan bahasa yang jelas

didengar oleh telinga?

(6) Apakah saya memiliki cukup kata-kata dan berkata dengan lebih efektif?

(7) Apakah mudah untuk diikuti?

(8) Apakah tertarik untuk mengikuti program-program yang terbaru seluruhnya?

(9) Apakah memiliki sebuah langkah yang baik?

31

(10) Respons apa yang saya perkirakan?

(11) Apakah pendengar mendapatkan apa yang dibutuhkan?

(12) Apakah saya telah menggunakan slogan-slogan atau jingel-jingel?

Elemen-elemen Proses Komunikasi Penyiaran Radio

Media radio memiliki sifat dan karakteristik yang mengandalkan indera

pendengaran dalam menerima pesan atau informasi, menggunakan unsur-unsur

dunia realita untuk dapat memberikan pengalaman konkrit kepada pendengarnya,

memiliki kecepatan dan urutan penyajian yang bersifat kaku sehingga setiap

pendengar atau peserta belajar harus mengikuti pesan dengan cepat dan urutan

penyajian yang sama tidak mungkin dikontrol pendengar, dan tidak memberikan

kesempatan kepada pendengar untuk melakukan tindakan atau respons pada saat

menerima pesan atau informasi yang disampaikan oleh media tersebut (Habib,

1997).

Oleh karena itu, radio dapat dikelompokan sebagai media yang menguasai

ruang tetapi tidak menguasai waktu. Artinya, siaran dari suatu media radio dapat

diterima di mana saja dalam jangkauan pancarannya (menguasai ruangan) tetapi

siarannya tidak dapat dilihat kembali (tidak menguasai waktu) (Morissan, 2006).

Laporan jurnalistik radio memiliki tiga elemen suara yang harus ada dan

terdengar oleh pendengar, yaitu narasi yang dituturkan reporter atau penyiar,

rekaman wawancara dengan narasumber, dan rekaman atmosfir yaitu suara asli

peristiwa (Morissan, 2006).

Humas

Majelis Humas Dunia (World Assembly of Public Relation)

mendefinisikan humas sebagai seni dan ilmu sosial dalam menganalisa

kecenderungan, memperkirakan akibat-akibat, memberikan saran kepada

pimpinan perusahaan serta melaksanakan program tindakan terencana yang

melayani baik kepentingan organisasi dan khalayaknya.

Menurut Jefkins dalam Morissan (2006) terdapat begitu banyak definisi

humas, namun ia sendiri memberikan batasan humas yaitu “sesuatu yang

merangkum keseluruhan komunitas yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke

luar antara suatu organisasi dengan semua khalayak dalam rangka mencapai

tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian.” Menurutnya,

32

humas pada intinya senantiasa berkenan dengan kegiatan penciptaan pemahaman

melalui pengetahuan, dan melalui kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan akan

muncul suatu dampak yakni perubahan yang positif.

Menurut Dominick dalam Morissan (2006) bahwa humas mencakup hal-hal

sebagai berikut:

1. Humas memiliki kaitan erat dengan opini publik.

Pada satu sisi, praktisi humas berupaya untuk mempengaruhi publik agar

memberikan opini yang positif bagi organisasi atau perusahan namun pada

sisi lain humas berupaya mengumpulkan informasi dari khalayak,

menginterprestasikan informasi itu dan melaporkannya kepada manajemen

jika informasi itu memiliki pengaruh terhadap keputusan manajemen.

2. Humas berkaitan erat dengan komunikasi.

Praktisi humas bertanggung jawab menjelaskan tindakan perusahaan

kepada khalayak yang berkepentingan dengan organisasi atau perusahan.

Khalayak yang berkepentingan akan selalu dengan apa saja yang

dilakukan perusahaan. Praktisi humas harus memberikan perhatian

terhadap pikiran dan perasaan khalayak terhadap organisasi. Humas harus

menjadi saluran arus bolak-balik antara organisasi dan khalayaknya.

Organisasi pada dasarnya berhubungan dengan berbagai macam khalayak.

Secara umum khalayak humas terbagi atas khalayak internal seperti:

karyawan, organisasi buruh serta pemegang saham yang namanya tercatat

pada perusahaan dan khalayak eksternal seperti: badan atau instansi

pemerintahan, dealer, pemasok, masyarakat sekitar, media massa dan

pemegang saham yang tidak tercatat pada daftar pemegang saham.

3. Humas merupakan fungsi manajemen.

Humas berfungsi membantu manajemen dalam menetapkan tujuan yang

hendak dicapai serta menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang

berubah, humas juga harus secara rutin memberikan saran kepada

manajemen. Humas harus memiliki kegiatan yang terencana dangan baik.

33

Bagian humas harus mampu mengorganisir dan mengarahkan dirinya

untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Program interaktif

Dalam dunia siaran radio kebebasan mengeluarkan pendapat atau pikiran

yang di tampung dalam wadah program interaktif merupakan salah satu program

radio yang sangat popular di alam demokrasi ini. Pembicaraan banyak didasarkan

dari telepon masuk yang melibatkan presenter maupun narasumber. Pembicaraan

dalam dialog intraktif yang terbangun antara pendengar presenter maupun

narasumber pada dasarnya di warnai dengan adu argumen atas pendapat maupun

pemikiran mereka. Topik dalam dialog biasanya mengenai hal-hal yang sedang

hangat dibicarakan. Fasilitas yang tersedia biasanya meliputi:

1. Menjawab telepon yang masuk baik yang disiarkan ataupun tidak.

2. Menerima beberapa telepon yang masuk secara sekaligus tiga atau lebih

pendengar secara bersamaan.

3. Menjawab telepon masuk dan dikirimkan kepada penyiar dengan link khusus

4. Mampu menerima telepon dua secara bergantian sambil di siarkan

5. Mengatur telepon dari studio.

Program interaktif harus direncanakan secara matang, adapun langkah dan

persiapannya adalah sebagai berikut.

1. Tentukan formatnya

Format yang sederhana adalah yang langsung ditangani presenter atau

pembawa acara di studio. Presenter akan menyiarkan kapan program dialog

tersebut akan disiarkan, sehingga pada saat program berlangsung pendengar sudah

mengetahuinya.

2. Memilih topik

34

Topik merupakan program interaktif yang menjadi penentu suksesnya sebuah

program interaktif, sehingga pembuatan topik haruslah sesuai dengan isu yang

sedang terjadi di masyarakat.

3. Lakukan riset

Riset adalah syarat mutlak untuk sebuah program interaktif. Agar program

tersebut benar-benar dapat berbekas di hati pendengar, dan membawa manfaat

bagi yang seluas-luasnya bagi masyarakat.

4. Tentukan narasumbernya

Memilih narasumber adalah bagian terpenting lainnya dalam program siaran

dialog interaktif. Pengasuh program siaran dituntut untuk dapat menyiapkan

narasumber yang mengusai topik yang akan dibahas dalam program siaran dialog

tersebut.

Pada dasarnya konsep dialog interaktif di tiap media elektronik adalah

sama. Hanya saja setiap media memiliki standarisasi penyiaran yang berbeda-

beda, baik televisi maupun radio. Narasumber dan presenter menjadi sumber

kunci suksesnya sebuah dialog interaktif pada media elektronik. Tentunya

didukung dengan tim kreatif yang unggulan yang bekerja di belakang layar.

Pelayanan Publik

Konsep dasar dalam memuaskan pelanggan/pelayanan publik, minimal

mengacu pada (1) keistimewaan yang terdiri dari sejumlah keistimewaan produk,

baik keistimewaan langsung maupun keistimewaan atraktif yang dapat memenuhi

keinginan pelanggan dan dengan demikian dapat memberikan kepuasan dalam

penggunaan produk itu. (2) kualitas terdiri dari segala sesuatu yang bebas dari

kekurangan atau kerusakan. Acuan dari kualitas seperti dijelaskan di atas

menunjukkan bahwa kualitas selalu berfokus pada kepentingan/kepuasan

pelanggan (customer focused quality), sehingga dengan demikian produk-produk

didesain, diproduksi, serta pelayanan diberikan untuk memenuhi keinginan

pelanggan (Triatmojo, 2007).

Pelayanan publik mengacu pada segala sesuatu yang menentukan

kepuasan pelanggan, suatu produk yang dihasilkan baru dapat dikatakan

35

berkualitas apabila sesuai dengan keinginan pelanggan, dapat dimanfaatkan

dengan baik serta diproduksi dengan cara yang baik dan benar (Triatmojo, 2007).

Keberhasilan suatu instansi baik pemerintah maupun swasta dapat diukur

dari kinerjanya. Suatu instansi dapat dinyatakan berhasil apabila mampu

mewujudkan tujuannya (Hakim, 2005). Sejalan dengan hal tersebut di atas, maka

untuk memenuhi keinginan masyarakat (pelanggan). Menteri Negara

Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) dalam keputusannya nomor:

81/1995 menegaskan bahwa pelayanan yang berkualitas hendaknya sesuai dengan

sendi-sendi sebagai berikut: (1) Aspek biaya, dalam arti bahwa prosedur/tata cara

pelayanan pembiayaan diselenggarakan secara mudah, lancar, cepat dan tidak

berbelit-belit serta dipahami dan dilaksanakan. (2) Aspek pelayanan, menyangkut:

(a) prosedur/tata cara pelayanan umum, (b) persyaratan pelayanan umum, baik

teknis maupun administratif, (c) unit kerja atau pejabat yang bertanggung jawab

dalam memberikan pelayanan umum, (d) rincian biaya/tarif pelayanan umum dan

tata cara pembayarannya, (e) jadwal waktu penyelesaian pelayanan umum, (f) hak

dan kewajiban baik dari pemberi maupun penerima pelayanan umum berdasarkan

bukti-bukti penerimaan permohonan/kelengkapannya, sebagai alat untuk

memastikan pemrosesan pelayanan umum, (g) pejabat yang menerima keluhan

pelanggan (masyarakat). (3) Aspek kemanusiaan, dalam arti bahwa proses serta

hasil pelayanan umum dapat memberikan keamanan dan kenyamanan serta dapat

memberikan kepastian hukum. Keadilan yang merata dalam arti cakupan atau

jangkauan pelayanan umum harus diusahakan seluas mungkin dengan distribusi

yang merata dan diperlakukan secara adil. (4) Keterbukaan (transparansi), dalam

arti bahwa prosedur/tata cara, persyaratan, suatu kerja/pejabat penanggung jawab

pemberi pelayanan umum, waktu penyelesaian dan rincian biaya/tarif dan hal-hal

lain yang berkaitan dengan proses pelayanan umum wajib diinformasikan secara

terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta

maupun tidak diminta. (5) Efisien dan Ekonomis, meliputi: (a) Persyaratan

pelayanan umum hanya dibatasi pada hal-hal yang berkaitan langsung dengan

pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara

persyaratan dengan produk pelayanan umum yang diberikan, (b) Dicegah adanya

pengulangan pemenuhan kelengkapan persyaratan, dalam hal proses

36

pelayanannya mempersyaratkan kelengkapan persyaratan dari satuan

kerja/instansi pemerintah lain yang terkait. Ekonomis dalam arti pengenaan biaya

pelayanan umum harus ditetapkan secara wajar dengan memperhatikan: (a) Nilai

barang atau jasa pelayanan umum dengan tidak menuntut biaya yang tinggi di luar

kewajiban, (b) Kondisi dan kemampuan pelanggan (masyarakat) untuk membayar

secara umum, (c) Ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, (6)

Tepat tindakan, dalam arti pelaksanaan pelayanan umum dapat diselesaikan dalam

kurun waktu yang telah ditentukan. (7) Rasionalisasi pegawai, suatu hal dalam

memandang kinerja pegawai dalam bekerja yang dilakukan secara obyektif.

Pelayanan publik atau pelayanan umum profesional dapat didefinisikan

sebagai segala bentuk jasa pelayanan baik dalam bentuk barang publik maupun

jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh

instansi pemerintah di pusat, daerah dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara

dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka

pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan yang disesuaikan dengan

lima dimensi dalam menilai suatu mutu pelayanan (Lupiyoadi, 2006), yaitu:

a) Reliability.

Kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan janji yang

ditawarkan.

b) Responsiveness (pelayanan yang cepat dan tepat).

Respons atau kesigapan karyawan dalam membantu pelanggan dan

memberikan pelayanan yan cepat dan tanggap, yang meliputi : kesigapan

karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan karyawan dalam menangani

transaksi, dan penanganan keluhan atau pasien.

c) Assurance (jaminan atau keyakinan).

Meliputi kemampuan karyawan atas: pengetahuan terhadap produk secara

tepat, kualitas keramahtamahan, perhatian dan kesopanan anggota

pelayanan, ketrampilan dalam memeberikan informasi, kemempuan dalam

memberikan keamanan di dalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan, dan

kemampuan dalam menanamkan kepercayaan pelanggan terhadap

perusahaan. Dimensi kepastian atau jaminan ini merupakan gabungan dari

dimensi:

37

1) Kompetensi (Competence), artinya keterampilan dan pengetahuan

yang dimiliki oleh karyawan untuk melakukan pelayanan.

2) Kesopanan (Courtesy), yang meliputi keramahan, perhatian dan sikap

para karyawan.

3) Kredibilitas (Credibility) meliput i hal-hal yang berhubungan dengan

kepercayaan kepada perusahaan, seperti reputasi, prestasi dan

sebagainya.

d) Emphaty.

Perhatian secara individual yang diberikan perusahaan kepada pelanggan

seperti kemudahan untuk menghubungi perusahaan, kemampuan karyawan

untuk berkomunikasi dengan pelanggan, dan kebutuhan pelanggannya.

Dimensi Emphaty ini merupakan penggabungan dari dimensi:

1) Akses (Acces), meliputi kemudahan untuk memanfaatkan jasa yang

ditawarkan perusahaan.

2) Komunikasi (Communication), merupakan kemampuan melakukan

komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada pelanggan atau

memperoleh masukan dari pelanggan.

3) Pemahaman para pelanggan (Understanding the Customer), meliputi

usaha perusahaan untuk mengetahui dan memahami kebutuhan dan

keinginan pelanggan.

e) Tangibels (bukti fisik).

Meliputi penampilan fasilitas fisik seperti gedung dan ruangan front office,

tersedianya tempat parkir, kebersihan dan kenyamanan ruangan,

kelengkapan peralatan komunikasi dan penampilan karyawan.

Pelayanan publik umumnya dibagi dalam dua kategori sesuai dengan tingkat

kepentingan kebutuhan warga Negara, yakni kebutuhan primer dan kebutuhan

sekunder (Murphy dan Hildebrant, 1988). Pelayanan pihak primer merujuk

kepada semua jenis layanan dari sebuah instansi baik pemerintah maupun swasta

untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat mutlak dari seorang warga Negara. KTP

bersifat mutlak bagi setiap warga Negara yang sudah memenuhi syarat terutama

38

dari segi usia (18 tahun ke atas). Pemenuhan layanan air bersih, listrik dan

transportasi juga merupakan kebutuhan layanan yang bersifat mutlak bagi setiap

orang. Sebaliknya, pelayanan publik sekunder merujuk kepada semua layanan

yang tidak mutlak bagi seorang warga Negara, semisal kebutuhan hiburan dan

sejenisnya.

Kesadaran pelanggan atau nilai-nilai kualitas pelayanan yang baik,

kesadaran masyarakat tentang hak-hak mereka dalam menerima pelayanan publik

secara layak, dan masalah nilai-nilai hak azasi manusia yang menjadi bagian

pelayanan publik baik secara filosofis maupun dalam praktiknya, secara

keseluruhan membentuk sifat kritis pelangganan masyarakat untuk tidak begitu

saja menerima layanan yang cacat. Berdasarkan pada tuntutan lingkungan

tersebut, maka pemberdayaan pelayanan publik akan lebih bermakna ketika

perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya terkait dengan peningkatan

kualitas pelayanan yang mengacu pada pemuasan kebutuhan pelanggan atau

masyarakat. Secara internal perubahan-perubahan tersebut seharusnya juga

memberikan kesempatan bagi individu-individu pelaksana pelayanan publik untuk

berubah (Rahayu, 2006).

Proses persepsi publik melalui kata-kata dan frase yang digunakan untuk

bertahan. Hal ini menunjukkan bahwa pemberi tanggapan akan membuat

kesimpulan tentang persepsi personal yang menggunakan agenda setting sebagai

bingkai kerja teoritis. Media dapat menjadi bukti untuk membentuk persepsi

publik. Efek kognitif diperoleh dari fakta yang ada sekarang ini di antara

masyarakat yang terjadi dalam lingkungan hidup (Valenzuela & Correa, 2009).

Stimulus dan Respons

Suatu “stimulus” didefinisikan sebagai setiap peristiwa yang dapat diinderai

oleh seorang individu. Suatu stimulus adalah setiap hal yang dapat diterima oleh

seseorang melalui salah satu alat inderanya. Apapun juga yang dapat

menghasilkan penginderaan dalam organisme manusia. Jika x ada, dan organisme

manusia dapat menginderainya (melihatnya, mendengarnya, merabanya dan

sebagainya), jika x adalah suatu stimulus. Respons didefinisikan berdasarkan

stimulus dengan berdasarkan seseorang individu yang mengamati suatu stimulus,

39

maka suatu respons adalah setiap hal yang dilakukan oleh individu sebagai hasil

pengamatannya atas stimulus. Suatu proses adalah suatu rantai organisme individu

terhadap suatu stimulus, atau tingkah laku yang ditimbulkan oleh perangsang atau

stimulus.

Organisme dapat dan memang menerima sejumlah besar stimulus. Sebagai

akibat dari penampilan berbagai stimulus, organisme dapat dan memang

menghasilkan sejumlah besar respons.

Kekuatan sesuatu hubungan stimulus-respons tertentu sebagian oleh

seberapa jauh stimulus akan menghasilkan respons yang sama. Jika organisme

membuat suatu respons tertentu (X) terhadap suatu stimulus tertentu (A),

hubungan antara A dan X akan diperkuat bilamana organisme tidak memberikan

respons X kepada stimulus yang lain. Hubungan juga akan diperkuat antara A dan

X jika organisasi tidak membuat respons yang lain terhadap A juga (Zid, 2000).

Secara fisiologis, keseimbangan memungkinkan kita untuk menyesuaikan

diri kita kepada lingkungan fisik. Sejalan dengan itu, keseimbangan psikologis

menghasilkan keinginan untuk ketetapan struktur dalam pengamatan kita.

Manusia tidak hanya memaksakan pengaruh dengan jalan memaksakan struktur

dalam lingkungan juga berusaha mempengaruhi dengan membuat berbagai

struktur yang dipaksakan konsisten untuk orang lain.

Argumen inilah diperoleh konsep ganjaran kepercayaan. Manusia

mengamati suatu respons sebagai menyenangkan atau memberikan kepercayaan,

dalam hal ini bahwa membantu untuk mengembangkan penstrukturan yang

konsisten atas dunianya. Orang akan memperhatikan stimulus tertentu yang

diharapkan akan berguna dalam menstrukturkan lingkungannya dan menghindari

apa saja yang dia pandang tidak bermanfaat. Baik konsep “kepercayaan” telah

ditafsirkan begitu sempit oleh beberapa orang ahli pemikir atau teori.

Bila mengatakan bahwa manusia mendekati situasi komunikasi dengan suatu

sikap “apa yang akan berguna untuk diri saya” atau sikap “bagaimana hal ini bisa

mengembangkan minat untuk diri sendiri,” kita tidak bermaksud untuk membatasi

diri kita sendiri kepada suatu konsep hedonistis yang sempit, lawan rasa sakit,

walaupun hal tersebut juga penting. Apa yang diperoleh dari situasi komunikasi

tergantung pada penilaian sendiri. Masyarakat dan kebudayaan di mana kita

40

berada, kemampuan syarat sendiri untuk ketegangan yang lama, toleransi waktu

yang dimiliki yang membenarkan kepercayaan dapat ditunda.

Apa yang telah ditemukan ialah bahwa konsep kepercayaan perlu dilihat

sebagai akibat dari semua kemungkinan pengaruhnya dan dilihat penerima

sebagai akibat respons. Beberapa akibat ini bersifat segera dan jelas, sedang yang

lain mungkin ditunda dan kurang jelas. Salah satu dari dimensi yang penting

untuk mempengaruhi adalah kebutuhan organisme untuk mengurangi ketegangan

internalnya dengan mengembangkan suatu struktur yang tepat untuk lingkungan

di mana dia berbuat. Dalam semua kasus itu, kepercayaan harus didefinisikan

dalam konteks orang yang membuat respons. Apa yang menyenangkan untuk

sumber mungkin menggantungkan untuk penerima.

Ganjaran dapat dilihat sebagai hasil penjumlahan antara faktor positif dan

faktor negatif yang terdapat dalam respons yang diinginkan. Dalam komunikasi

yang efektif menekankan pentingnya faktor positif dan mengurangi banyak-

banyak faktor negatif. Jika faktor positif bertambah dan faktor minus berkurang,

maka komunikasi lebih efektif.

Sebagai kesimpulan dapat dikatakan bahwa tujuan pokok manusia dalam

berkomunikasi adalah untuk mempengaruhi dirinya, lingkungan sosial dan

fisiknya. Suatu respons bersifat menyenangkan dan dapat diberi kepercayaan,.

Keterbukaan proses komunikasi itu sendiri mempengaruhi tingkah laku

sumber atau bisa dikatakan sebagai motivator. Apa dan bagaimana sumber

berkomunikasi tergantung kepada kemampuannya untuk melakukan analisis apa

yang telah kita terangkan. Dengan kata lain, tingkah laku komunikasinya

dipengaruhi oleh berapa banyak ia mengetahui tentang sikapnya sendiri, ciri-ciri

penerimanya, cara-cara ia menghasilkan atau memperlakukan pesan-pesan, jenis

pemilihan saluran komunikasinya dan sebagainya. Pengetahuan komunikasi

mempengaruhi tingkah laku komunikasi dalam memotivasi penerima pesan.

Media Audiens dan Instansi

Media audiens dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menjadi

penerima atau pembaca, pendengar, pemirsa berbagai media, atau komponen

isinya (McQuil, 2006). Audiens dalam penyiaran yang beragam ini kemudian

disegmentasikan atau dikelompokkan ke dalam kotak-kotak yang lebih homogen

41

karena dengan sifatnya yang sangat heterogen pada Tabel 1. Akan sulit bagi

media penyiar untuk melayani semua (Morissan, 2006).

Segmentasi diperlukan agar media penyiaran dapat melayani audiensnya

secara lebih baik, melakukan komunikasi yang lebih persuasif, yang terpenting

adalah memuaskan kebutuhan dan keinginan audiens yang ingin dituju.

Pengelola media penyiaran harus memilih satu atau beberapa segmen

audiens saja yang memiliki karakter yang sama dari seluruh penduduk Indonesia

yang menjadi audiens media penyiaran. Memahami siapa audiensnya, maka

pengelola media penyiaran dapat menentukan bagaimana cara menjangkaunya,

program apa yang dibutuhkan dan bagaimana mempertahankan audiens dari

media pesaing.

Audiens memiliki keterdedahan yang berbeda terhadap media massa, yakni

dipengaruhi oleh perilaku seseorang dalam mencari dan menerima informasi, serta

berkaitan dengan frekuensi penggunaan media massa serta kebiasaan

menggunakan media massa (Kamanjaya, 2007).

Menurut Burton (2005) ide pada sebuah suasana publik disarankan oleh

Jurgen Habernas dan dibagi dengan tempat dimana informasi akan dipertukarkan

dan terdapat debat publik. Hal ini dapat dikatakan bahwa tempat akan disediakan

oleh media dalam publik dan demokrasi. Media telah dilihat sebagai sebuah

mekanisme untuk penyiaran audiens. Anggota-anggota audien tidak berinteraksi

dengan yang lainnya dengan contoh yaitu teater film. Suasana publik dilihat dari

sebuah kenyataan yang terjadi bahwa penyiar selalu memiliki cadangan untuk diri

mereka sendiri dengan menggunakan kekuatan kontrol editorial.

Efek media berlanjut untuk dikonsumsi dalam suasana khusus di rumah

merupakan bagian yang paling banyak. Audiens dibentuk sebagai kelompok

individu konsumen. Hubungan pola yang dominan adalah hubungan antara

anggota-anggota, audiens dan para produser. Audiens akan berinteraksi dalam

mendiskusikan mengenai apa yang mereka lihat di sinema atau yang mereka

dengar di radio.

42

Tabel 1. Segmentasi audiens menurut Morissan (2006)

Segmentasi Deskripsi

Demografis Audiens dibedakan berdasarkan karakteristik

demografi, seperti usia, gender, pendidikan,

pekerjaan, status sosial ekonomi, dsb.

Geografis Audiens dibedakan berdasarkan wilayah

tempat tinggalnya, misalnya wilayah dalam

suatu Negara (Indonesia Barat, Indonesia

Timur), pulau, provinsi, kota dan desa.

Geodemografis Konsumen yang tinggal di suatu wilayah

geografis tertentu diyakini memiliki karakter

demografis yang sejenis (namun wilayah

geografis harus sesempit mungkin, misalnya

kawasan-kawasan pemukiman atau

kelurahan).

Psikografis Segmentasi berdasarkan gaya hidup dan

kepribadian manusia.

Instansi adalah sebutan kolektif meliputi suatu kerja/satuan organisasi

kementerian/departemen, lembaga pemerintahan non departemen, kesekretariatan

lembaga tinggi Negara, dan instansi pemerintah lainnya, baik pusat maupun

daerah, termasuk Badan Usaha Milik Negara, Badan Hukum Milik Negara dan

Badan Usaha Milik Daerah.