TINJAUAN PUSTAKA MURNAJATI

download TINJAUAN PUSTAKA MURNAJATI

of 10

Transcript of TINJAUAN PUSTAKA MURNAJATI

  • 8/3/2019 TINJAUAN PUSTAKA MURNAJATI

    1/10

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    I. PENELITIAN TERDAHULU

    Hasil penelitian terdahulu dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian

    selanjutnya, meskipun ada beberapa perbedaan pada obyek dan variabel yang diteliti.

    Kejadian anemia hamil berkisar antara 20 persen sampai dengan 89 persen, dengan

    menetapkan Hb 11 g% sebagai dasarnya. Sehingga angka anemia kehamilan di Indonesia

    menunjukkan nilai yang cukup tinggi.

    Sekitar 70 persen ibu hamil di Indonesia menderita anemia kekurangan gizi. Pada

    pengamatannya lebih lanjut menunjukkan bahwa kebanyakan anemia yang diderita

    masyarakat Indonesia adalah karena kekurangan zat besi yang dapat diatasi melalui

    pemberian zat besi secara teratur dan peningkatan gizi. Selain itu di daerah pedesaan banyak

    di jumpai ibu hamil yang malnutrisi atau kekurangan gizi, kehamilan dan persalinan denganjarak yang berdekatan, dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat sosial ekonomi yang

    rendah, serta banyaknya kehamilan dibawah usia 18 tahun atau kehamilan diatas usia 35

    tahun.

    Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) dalam penelitiannya Iskandar

    (1998), mengemukakan, bahwa persentase ibu hamil yang menderita anemia sudah

    mengalami penurunan, yaitu dari 73,7 persen pada tahun 1986 menjadi 51,3 persen pada

    tahun 1995. namun dengan adanya krisis, diramalkan tingkat anemia ibu hamil akan

    meningkat pada tahun 1999 sampai dengan tahun-tahun berikutnya apabila tidak dilakukan

    adanya peningkatan gizi. Disamping itu, dalam penelitiannya yang lain yang dilakukan di

    jawa barat menunjukkan bahwa persentase tersebut akan terus meningkat karena banyaknya

    sistem penanganan kegawat daruratan di rumah sakit malah sering memeperburuk situasi.

    Sistem penanganan kegawat daruratan yang dimaksud adalah dalam persediaan tablet zat besi

    serta kurang lancarnya komunikasi antara petugas dengan pasien.

  • 8/3/2019 TINJAUAN PUSTAKA MURNAJATI

    2/10

    II. ANEMIA PADA KEHAMILAN

    Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi dan asam folat

    dalam makanan ibu. Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional, karena dapat

    mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, serta mempunyai pengaruh

    yang besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil biasanya disebut

    dengan potential denger to mother and child yaitu suatu potensial yang membahayakan ibu

    dan anak. Pada umumnya anemia pada ibu hamil disebabkan oleh berkurangnya cadangan zat

    besi yang sangat pesat dikarenakan kebutuhan janin akan zat besi sangat besar, juga karena

    bertambahnya volume darah pada plasma darah sehingga menurunkan Hb pada sel darah

    merah.

    Makanan yang banyak mengandung zat besi adalah sayuran berdaun hijau, sedangkan

    ikan dan buah-buahan dapat meningkatkan penyerapan zat besi. Sedangkan untuk

    penambahan asam folat banyak terdapat pada makanan pokok dan umbi-umbian.

    Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari pada laki-laki karena terjadi menstruasi

    dengan pendarahan sebanyak 50 sampai 80 cc setiap bulan dan kehilangan zat besi sebesar

    30mg sampai dengan 40 mg. Disamping itu kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk

    meningkatkan sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Makinsering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan maka akan semakin banyak

    kehilangan zat besi dan menjadi semakin anemis. Sebagai gambaran berapa banyak zat besi

    pada setiap kehamilan, dibawah ini terdapat berbagai kebutuhan dari zat besi yang

    diperlukan.

    Meningkatkan sel darah merah : 500 mg

    Terdapat dalam plasenta : 300 mg

    Terdapat dalam janin : 100 mg

    Jumlah : 900 mg

    Setelah persalinan dengan lahirnya dan perdarahan, ibu akan kehilangan zat besi sekitar

    900 mg. Saat laktasi ibu masih memerlukan kesehatan jasmani yang optimal sehingga dapat

    menyiapkan ASI untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Dalam keadaan anemia, laktasi

  • 8/3/2019 TINJAUAN PUSTAKA MURNAJATI

    3/10

    tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan baik. Sehingga banyak didapat adanya ibu yang

    meninggal atau bayi yang meninggal.

    Terjadinya anemia gizi pada ibu hamil dapat berawal dari seorang ibu yang dilahirkan

    oleh ibu penderita anemia gizi, yang selama masa pertumbuhan hingga kehamilannya tidak

    mendapat sumber zat gizi yang cukup, maupun pelayanan kesehatan yang mungkin

    diperlukannya, sehingga dia selalu menderita anemia gizi. Alasan lain adalah adanya

    kehamilan yang berulang-ulang dan dalam selang waktu yang relatif singkat, sehingga

    cadangan zat besi ibu seakan-akan dikuras guna memenuhi kebutuhan janin atau akibat

    perdarahan pada waktu bersalin. Keadaan terakhir tersebut akan semakin parah apabila masih

    ditambah dengan adanya pantangan terhadap beberapa jenis makanan, terutama yang kaya

    akan zat besi selama kehamilan.

    III. PENGARUH ANEMIA PADA KEHAMILAN DAN JANIN

    1. Pengaruh Anemia pada Kehamilan :

    a) Bahaya selama kehamilan

    Dapat terjadi abortus

    Persalinan prematuritas

    Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim

    Ketuban pecah dini (KPD)

    Mudah terjadi infeksi dan sepsispuer peralis

    Lemah dan anoreksia

    Pendarahan

    Pre-eklamsi dan eklamsi

    b) Bahaya saat persalinan :

    Gangguan his- kekuatan mengejang

    Kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar

  • 8/3/2019 TINJAUAN PUSTAKA MURNAJATI

    4/10

    Kala kedua berlangsung lama hingga dapat melelahkan dan sering

    memerlukan tindakan operasi kebidanan

    Kala uri dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan postpartum

    karena

    atonea uteri

    Kala empat dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder dan atonia

    uteri

    2. Pengaruh Anemia tehadap Janin

    Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai kebutuhan dari ibunya,

    tetapi dengan adanya anemia maka akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh

    sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Akibat

    adanya anemia pada ibu, maka dapat terjadi gangguan pada janin dalam bentuk:

    Abortus

    Terjadi kematian intra-uterine

    Persalinan prematuritas tinggi

    Berat badan lahir rendah

    Kelahiran dengan anemia

    Dapat terjadi cacat bawaan

    Bayi mudah terserang infeksi sampai kematian perinatal

    Intelegensi rendah (cacat otak)

    Kematian neonatal

    Asfiksia intra partum

    IV. NUTRISI IBU HAMIL DAN PERTUMBUHAN JANIN

  • 8/3/2019 TINJAUAN PUSTAKA MURNAJATI

    5/10

    Pertumbuhan janin didalam kandungan merupakan hasil interaksi antara potensi

    genetik dan lingkungan intrauterine. Pada semua mamalia, perubahan anatomi dan fisiologi

    yang terjadi pada tubuh ibu selama kehamilan bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang

    nyaman bagi pertumbuhan janin.

    Pada umumnya, pada ibu ibu yang hamil dengan kondisi kesehatan yang baik,

    dengan reproduksi yang normal, tidak sering menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi

    pada masa pra- hamil maupun pada saat hamil, akan menghasilkan bayi yang lebih besar dan

    lebih sehat dari pada ibu ibu yang kondisinya tidak seperti yang disebutkan diatas.

    Kurang gizi yang kronis pada masa kanak kanak dengan atau tanpa sakit yang

    berulang-ulang, akan menyebabkan bentuk tubuh yang stunting atau kuntet pada masa

    dewasa. Ibu-ibu yang kondisinya seperti ini lebih sering melahirkan bayi BBLR yang

    mempunyai vitalitas rendah dan kematian yang tinggi, lebih-lebih apabila ibu tersebut juga

    menderita anemia. Terdapat hubungan antara bentuk tubuh ibu, sistem reproduksi, dan sosial

    ekonomi terhadap pertumbuhan janin.

    Selain yang disebutkan diatas tersebut, berat badan lahir (BBL) bayi juga dipengaruhi

    oleh faktor-faktor yang lain selama kehamilan. Misalnya sakit berat, komplikasi kehamilan,

    kurang gizi, keadaan setres pada ibu hamil, dapat mempengruhi pertumbuhan janin melaluiefek buruk yang menimpa ibunya, atau juga pertumbuhan plasenta dan transport nutrisi ke

    janin.

    Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor resiko BBLR.

    Yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi factor ibu, janin, dan plasenta.

    Diantara faktor-faktor tersebut, masalah anemia defisiensi besi (ADB) selama kehamilan

    merupakan salah satu faktor resiko adanya indikasi kelahiran premature, BBLR, dan

    peningkatan kematian prenatal.

    Tambahan makanan untuk ibu hamil dapat diberikan dengan cara meningkatkan baik

    kualitas maupun kuantitas makanan ibu sehari-hari, bisa juga dengan memberikan tambahan

    formula khusus untuk ibu hamil atau menyusui. Adanya kenaikan volume darah akan

    meningkatkan kebutuhan zat besi (terbanyak) dan asam folat (lebih sedikit). Jumlah

    elemental Fe pada bayi baru lahir meningkatnya volume darah adalah 300 mg dan jumlah

    yang diperlukan ibu untuk mencegah anemia akibat meningkatnya volume darah adalah 500

    mg. Dengan perkataan lain kebutuhan Fe selama kehamilan kurang dari 1 gram, terutama

  • 8/3/2019 TINJAUAN PUSTAKA MURNAJATI

    6/10

    dibutuhkan pada setengah akhir kehamilan. Pada diet yang adekuat kandungan Fe yang

    diperlukan sekitar 10 15 mg, dimana hanya sekitar 10 20 % yang diserap. Sehingga Fe

    pada diet hanya memenuhi sedikit kebutuhan Fe pada ibu hamil. Oleh karena itu di perlukan

    adanya penambahan suplemen Fe.

    Untuk pertumbuhan janin yang memadai diperlukan zat-zta makanan yang adekuat,

    dimana peranan plasenta besar artinya dalam transfer makanan tersebut. Pertumbuhan janin

    yang paling pesat terjadi pada stadium akhir kehamilan, plasenta bukan sekedar organ untuk

    transport makanan yang sederhana, tetapi juga mampu menseleksi zat-zat makanan yang

    masuk dan proses lain atau resistensi sebelum mencapai janin. Suplai zat-zat makanan

    kejanin yang sedang tumbuh tergantung pada jumlah darah ibu yang mengalir ke plasenta dan

    zat-zat makanan yang diangkutnya. Efisiensi plasenta dalam mengkonsentrasikan,

    mensintesis dan transport zat-zat makanan menentukan suplai makanan ke janin. Karbohidrat

    merupakan sumber utama bagi janin dan ini diperoleh secara kontinu dari transfer glukosa

    darah ibu melalui plasenta.

    Pentingnya gizi pada ibu hamil telah diketahui sejak lama, dimana gizi ibu hamil

    dapat mempengaruhi kesehatan ibu maupun bayinya. Diet ibu yang baik sebelum hamil

    maupun selama hamil akan memberikan dampak yang positif yaitu bayi yang lahir dengan

    berat badan cukup, sehat dan mortalitasnya rendah.

    V. BERAT BAYI IDEAL

    Berapa berat badan bayi Anda ketika lahir? Dan, bagaimana perkembangannya

    sekarang? Sering kita jumpai, bayi-bayi yang lahir dengan berat badan rendah, akan lebih

    cepat bertambah berat badannya, seakan-akan mengejar ketinggalannya. Sedangkan bayi-bayi

    yang besar pada waktu lahir, umumnnya sering tumbuh lambat. Pertambahan ini akan sangat

    dipengaruhi oleh banyaknya makanan dan keaktifan pencernaan, jenis makanan, dan lain-

    lain.

    Anda dapat memantau perkembangan status gizi bayi Anda secara berkala setiap

    bulan dengan cara menimbang berat badan bayi dan mengukur panjang badannya. Idealnya,

    berat badan bayi berada di garis normal pada grafik pertumbuhan. Ini artinya, pertambahan

    berat badannya seimbang dengan pertambahan tinggi badan dan usia.

    Pola pertumbuhan berat badan bayi/BB (weight) dan panjang badan/PB (length) bayidigambarkan dalam Kurva Pertumbuhan atau Weight/Length Chart. Rentangnya dari 5%

  • 8/3/2019 TINJAUAN PUSTAKA MURNAJATI

    7/10

  • 8/3/2019 TINJAUAN PUSTAKA MURNAJATI

    8/10

    Prematuritas (belum cukup bulan) adalah kelahiran kandungan dibawah 37 minggu.

    adalah bayi dengan lahir rendah daripada yang seharusnya menurut usia kandungan. Belum

    ada statistik yang menggambarkan prevalensi berat badan bayi lahir rendah (BBLR) secara

    rasional di masing-masing negara. Berat bayi lahir juga di pengaruhi oleh tinggi badan ibu,

    dengan kata lain ibu-ibu yang pertumbuhan dan perkembangannya sewaktu kanak-kanak

    terhambat oleh gizi kurang, efisiensi fisiologinya lebih rendah daripada ibu-ibu dengan cukup

    gizi sewaktu kecil.

    Pada BBLR sering ditemui adanya refleks menghisap / menelan lemah, bahkan

    kadang-kadang tidak ada, bayi cepat lelah, saat menyusu sering tersedak atau malas

    menghisap, dan lain-lain. Sehingga angka kesakitan dan kematiannya tinggi.

    VII. PERAN PELAYANAN KESEHATAN

    Faktor penyebab dari tingginya kematian ibu, bayi, dan anak ini tidak lain disebabkan

    karena belum memadainya pelayanan kesehatan masyarakat dan keadaan gizi. Diluar faktor

    pencetus lainnya yang memperkuat masalah ini seperti kemiskinan dan tingkat pendidikan.

    Dari segi potensial, salah satu intervensi kesehatan yang paling efektif untukpencegahan kematian dan kesakitan ibu adalah pelayanan prenatal, khususnya ditempat yang

    status kesehatan umum wanitanya buruk. Pelayanan kesehatan prenatal mempunyai beberapa

    fungsi utama yaitu :

    a. promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas pendidikan

    b. melakukan skrinning, identifikasi wanita dengan kehamilan resiko tinggi dan merujuknya

    jika perlu

    c. memantau kesehatan selama kehamilan dalam usaha mendeteksi dan mencegah masalah

    yang terjadi

    Pendidikan kesehatan selama pelayanan prenatal dapat diberikan secara individu dan

    informal atau sistematis dalam kelompok. Materi pendidikan mencakup topik umum seperti

    gizi dan perawatan selama kehamilan. Kesempatan itu harus digunakan untuk memberikan

    informasi pada wanita mengenai tanda yang berbahaya dalam kehamilan. Termasuk langkah

    yang harus diambil pada keadaan tersebut.

  • 8/3/2019 TINJAUAN PUSTAKA MURNAJATI

    9/10

    Pemantauan pelayanan prenatal yang penting adalah pencegahan, deteksi dan

    pengobatan anemia yang berperan penting dalam kesakitan dan kematian ibu. Walaupun

    demikian, pemeriksaan hemoglobin untuk deteksi anemia seringkali sangat tidak memuaskan.

    Kemungkinan ini terjadi karena pemeriksaan tidak dilakukan di puskesmas tempat pelayanan

    prenatal, tetapi justru pada rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan, atau kalaupun dapat,

    kemungkinan rumah sakit gagal untuk mengirimkan hasilnya ke puskesmas. Masalah yang

    berhubungan dengan prosedur seperti ini perlu diketahui dan diatasi agar pelayanan

    kesehatan prenatal dapat memerangi anemia secara efisien.

    Merupakan aib bangsa Indonesia karena banyaknya bayi, anak balita dan ibu

    melahirkan yang meninggal karena gizi buruk yang seharusnya dapat dicegah apabila

    posyandu, polindes, puskesmas dapat berfungsi optimal dengan pelayanan kesehatan dasar

    yang bermutu. Empat masalah gizi utama di Indonesia sebenarnya dapat ditangani dengan

    baik apabila puskesmas sebagai pusat pelayanan gizi dan kesehatan masyarakat dapat

    berjalan optimal dan didukung potensi sumber daya masyarakat.

    Hasil analisis hubungan antara kemajuan pembangunan ekonomi dan status gizi anak

    balita selama 20 tahun terakhir ini menunjukkan bahwa walaupun pertumbuhan ekonomi

    Indonesia cukup tinggi (5 7 %). Produksi pangannya cukup memadai bahkan mampu

    berswasembada. Tetapi anehnya prevalensi gizi kurang gizi buruk masih tetap tinggi sekitar

    30 % bahkan untuk anemia gizi besi untuk ibu hamil masih diatas 50 % dengan hasil bayi

    yang dilahirkan mencapai 2 % sampai 17 %. Oleh karena itu distribusi tablet zat besi dan

    penyuluhan manfaat zat besi untuk ibu hamil terus ditingkatkan.

    Tujuan pemberdayaan kader posyandu adalah meningkatkan kemampuan dan kinerja

    kader posyandu sehingga mampu mempertahankan dan meningkatkan status gizi serta

    kesehatan ibu dan anak. Revitalisasi posyandu diutamakan pada posyandu yang sudah tidak

    aktif atau rendah stratanya, dan posyandu yang berada di daerah yang sebagian besar

    penduduknya tergolong miskin. Adanya dukungan materi dan non materi dari tokoh

    masyarakat setempat baik pimpinan formal maupun informal dalam menunjang pelaksanaan

    kegiatan posyandu. Revitalisasi posyandu terdiri dari paket minimal dan paket pilihan.

    Sampai saat ini masih ada paket minimal yang berupa perbaikan gizi, misalnya pemantauan

    status gizi, PMT pemulihan untuk gizi buruk, MP ASI, dan penyuluhan gizi. Paket minimal

    ini juga melayani kesehatan ibu dan anak (KIA), keluarga berencana (KB), imunisasi anak

    balita maupun ibu hamil, penanggulangan penyakit diare (oralit).

  • 8/3/2019 TINJAUAN PUSTAKA MURNAJATI

    10/10