Tinjauan Pustaka Moni

7
Pada tahun 2003 Perhimpunan Hipertensi dan Kardiologi Eropa (European Society of Hypertension, ESH-2003) membuat pedoman penatalaksanaan hipertensi yang direvisi pada tahun 2007 (ESH-2007). Pedoman tersebut berisi klasifikasi hipertensi, stratifikasi risiko dan panduan umum penatalaksanaan hipertensi berdasarkan bukti klinik yang sahih (evidence-based medicine). Bagi para dokter praktek klinik, pedoman tersebut akan mempengaruhi penanganan hipertensi. Oleh karena itu perlu dipahami dengan baik setiap pedoman sehingga dapat mengambil manfaat untuk diterapkan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang dihadapi. KLASIFIKASI HIPERTENSI a. Klasifikasi menurut European Society of Hypertension (ESH) Hipertensi didefinisikan apabila tekanan darah sistolik (TDS) ≥ 140 mmHg atau tekanan darah diastolik (TDD) ≥ 90 mmHg. Pedoman yang dikeluarkan oleh ESH-2007 membagi hipertensi dalam 3 derajat seperti terlihat pada tabel 1. Derajat 1 bila TDS 140-159 mmHg atau TDD 90-99 mmHg, derajat 2 bila TDS 160-179 mmHg atau TDD 100-109 mmHg dan derajat 3 bila TDS ≥ 180 mmHg atau TDD ≥ 110 mmHg. Klasifikasi ini sama seperti JNC-6 1997 sedangkan pada JNC-7 2003 disederhanakan menjadi 2 stadium. Stadium 1 bila TDS 140-159 mmHg atau TDD

Transcript of Tinjauan Pustaka Moni

Page 1: Tinjauan Pustaka Moni

Pada tahun 2003 Perhimpunan Hipertensi dan Kardiologi Eropa (European Society of

Hypertension, ESH-2003) membuat pedoman penatalaksanaan hipertensi yang direvisi pada

tahun 2007 (ESH-2007). Pedoman tersebut berisi klasifikasi hipertensi, stratifikasi risiko dan

panduan umum penatalaksanaan hipertensi berdasarkan bukti klinik yang sahih (evidence-

based medicine). Bagi para dokter praktek klinik, pedoman tersebut akan mempengaruhi

penanganan hipertensi. Oleh karena itu perlu dipahami dengan baik setiap pedoman sehingga

dapat mengambil manfaat untuk diterapkan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang

dihadapi.

KLASIFIKASI HIPERTENSI

a. Klasifikasi menurut European Society of Hypertension (ESH)

Hipertensi didefinisikan apabila tekanan darah sistolik (TDS) ≥ 140 mmHg atau tekanan

darah diastolik (TDD) ≥ 90 mmHg. Pedoman yang dikeluarkan oleh ESH-2007 membagi

hipertensi dalam 3 derajat seperti terlihat pada tabel 1. Derajat 1 bila TDS 140-159 mmHg

atau TDD 90-99 mmHg, derajat 2 bila TDS 160-179 mmHg atau TDD 100-109 mmHg dan

derajat 3 bila TDS ≥ 180 mmHg atau TDD ≥ 110 mmHg. Klasifikasi ini sama seperti JNC-6

1997 sedangkan pada JNC-7 2003 disederhanakan menjadi 2 stadium. Stadium 1 bila TDS

140-159 mmHg atau TDD 90-99 mmHg sedangkan TDS ≥ 160 mmHg atau TDD ≥ 100

mmHg dikelompokkan menjadi hipertensi stadium 2 (tabel 2). Pada JNC-7 2003 dikenal

istilah ‘prehipertensi’ untuk TDS 120-139 mmHg atau TDD 80-89 mmHg, dimaksudkan

untuk meningkatkan kesadaran individu yang bersangkutan akan risiko terjadinya hipertensi.

(Bandiara, 2008).

Tabel 4Klasifikasi menurut ESH

Kategori Tekanan Darah Sistol (mmHg)

Tekanan Darah Diastol(mmHg)

Optimal < 120 dan < 80Normal 120-129 dan/atau 80-84Normal-Tinggi 130-139 dan/atau 85-89Hipertensi tahap 1 140-159 dan/atau 90-99Hipertensi tahap 2 160-179 dan/atau 100-109Hipertensi tahap 3 ≥ 180 dan/atau ≥ 110Hipertensi sistol terisolasi

≥ 140 Dan < 90

Page 2: Tinjauan Pustaka Moni

b. Klasifikasi Menurut Joint National Commite 7

Komite eksekutif dari National High Blood Pressure Education Program

merupakan sebuah organisasi yang terdiri dari 46 professional sukarelawan, dan

agen federal. Mereka mencanangkan klasifikasi JNC (Joint Committe on

Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure) pada

tabel 1, yang dikaji oleh 33 ahli hipertensi nasional Amerika Serikat

Tabel 1Klasifikasi Menurut JNC (Joint National Committe on Prevention, Detection,

Evaluatin, and Treatment of High Blood Pressure)

Kategori Tekanan Darah menurut JNC 7

Kategori Tekanan Darah menurut JNC 6

Tekanan Darah Sistol (mmHg)

dan/ atau

Tekanan Darah Diastol (mmHg)

Normal Optimal < 120 dan < 80Pra-Hipertensi 120-139 atau 80-89- Nornal < 130 dan < 85- Normal-Tinggi 130-139 atau 85-89Hipertensi: Hipertensi:Tahap 1 Tahap 1 140-159 atau 90-99Tahap 2 - ≥ 160 atau ≥ 100- Tahap 2 160-179 atau 100-109

Tahap 3 ≥ 180 atau ≥ 110 (Sumber: Sani, 2008)

Data terbaru menunjukkan bahwa nilai tekanan darah yang sebelumnya

dipertimbangkan normal ternyata menyebabkan peningkatan resiko komplikasi

kardiovaskuler. Data ini mendorong pembuatan klasifikasi baru yang disebut pra

hipertensi

c. Klasifikasi Menurut WHO (World Health Organization)

WHO dan International Society of Hypertension Working Group (ISHWG)

telah mengelompokkan hipertensi dalam klasifikasi optimal, normal, normal-

tinggi, hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan hipertensi berat (Jafar, 2010).

Tabel 2Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO

Kategori Tekanan Darah Sistol (mmHg)

Tekanan Darah Diatol (mmHg)

Page 3: Tinjauan Pustaka Moni

OptimalNormalNormal-Tinggi

< 120< 130130-139

< 80< 8585-89

Tingkat 1 (Hipertensi Ringan)Sub-group: perbatasan

140-159140-149

90-9990-94

Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 100-109Tingkat 3 (Hipertensi Berat) ≥ 180 ≥ 110Hipertensi sistol terisolasi(Isolated systolic hypertension)Sub-group: perbatasan

≥ 140

140-149

< 90

<90

A. Patofisiologi

Aktivitas kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks

adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting

pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan

mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus

ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara

meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan

volume dan tekanan darah (Anggraini, 2008).

Renin

Angiotensin I

Angiotensin I Converting Enzyme (ACE)

Angiotensin II

↑ Sekresi hormone ADH rasa haus Stimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal

↓ Ekskresi NaCl (garam) dengan mereabsorpsinya di tubulus ginjal

Urin sedikit → pekat & ↑osmolaritas

Mengentalkan

Page 4: Tinjauan Pustaka Moni

Gambar 1. Patofisiologi hipertensi.

(Sumber: Rusdi & Nurlaela Isnawati, 2009)

Tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah melalui sistem sirkulasi

dilakukan oleh aksi memompa dari jantung (cardiac output/CO) dan dukungan dari

arteri (peripheral resistance/PR). Fungsi kerja masing-masing penentu tekanan darah

ini dipengaruhi oleh interaksi dari berbagai faktor yang kompleks. Hipertensi

sesungguhnya merupakan abnormalitas dari faktor-faktor tersebut, yang ditandai

dengan peningkatan curah jantung dan / atau ketahanan periferal. Selengkapnya dapat

dilihat pada bagan.

↑ Konsentrasi NaCl di pembuluh darah

Menarik cairan intraseluler → ekstraseluler

Diencerkan dengan ↑ volume ekstraselulerVolume darah ↑

↑ Volume darah↑ Tekanan darah

↑ Tekanan darah

Page 5: Tinjauan Pustaka Moni

Gambar 3: Beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan darah

(Sumber: Kaplan, 1998 dalam Sugiharto, 2007)