tinjauan pustaka methanol.doc

14
HALAMAN PENGESAHAN Nama : Munirah Binti Abdul Malek, Chindy Rosari Tefa NIM : 030.07.305, 030.07.049 Judul Referat : Intoksikasi Methanol Telah Diterima Dan Disetujui Oleh dr.Hariindra Pandji Soediro, Sp.M Selaku Pembimbing Hari : Tanggal : Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mengikuti Dan Menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata RSUD Budhi Asih Jakarta, Maret 2013 dr. Hariindra Pandji Soediro, Sp.M

Transcript of tinjauan pustaka methanol.doc

Page 1: tinjauan pustaka methanol.doc

HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Munirah Binti Abdul Malek, Chindy Rosari Tefa

NIM : 030.07.305, 030.07.049

Judul Referat : Intoksikasi Methanol

Telah Diterima Dan Disetujui Oleh

dr.Hariindra Pandji Soediro, Sp.M

Selaku Pembimbing

Hari :

Tanggal :

Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mengikuti Dan Menyelesaikan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata RSUD Budhi Asih

Jakarta, Maret 2013

dr. Hariindra Pandji Soediro, Sp.M

Page 2: tinjauan pustaka methanol.doc

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah presentasi ini dengan baik.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Adapun judul referat adalah ”Intoksikasi Methanol”. Dalam penyusunan makalah ini,

penulis telah mencurahkan segala pikiran dan kemampuan yang dimiliki. Namun tetap ada

hambatan dan kendala yang harus dilewati.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Hariindra Pandji Soediro, Sp.M selaku

pembimbing makalah presentasi referat dan seluruh pihak yang telah membantu dalam

penyusunan referat ini.

Jakarta, Maret 2013

Penulis

Page 3: tinjauan pustaka methanol.doc

BAB 1

PENDAHULUAN

Methanol, atau juga dikenal sebagai wood alcohol, merupakan suatu senyawa kimia

yang sering digunakan sebagai pelarut organik, yang dikarenakan mempunyai toksisitas yang

tinggi dapat menyebabkan asidosis metabolic, sequel neurologis dan juga kematian apabila

dikonsumsi. Methanol merupakan salah satu zat yang paling banyak ditemukan di pelarut

industry dan juga ditemukan dalam minuman alkohol oplosan. Kasus kecarunan methanol masih

berprevalensi tinggi terutama di negara berkembang dikalangan masyarakat tingkat

sosioekonomi rendah.

Kemajuan teknik imaging atau pencitraan telah memberikan pemahaman yang lebih

mendalam tentang manifestasi klinis dari intoksikasi methanol. Di samping itu, komplikasi

neurologis dapat dideteksi dan diatasi dengan lebih dini. Hemodialisis dan kemajuan lain dalam

penanganan masalah asidosis metabolik merupakan prinsip penatalaksanaan utama dalam

menangani kasus intoksikasi methanol.

Page 4: tinjauan pustaka methanol.doc

BAB 2

INTOKSIKASI METHANOL

2.1 Methanol

Methanol juga dikenal sebagai metil alcohol, wood alcohol, wood naphtha atau wood

spirits merupakan zat kimia dengan rumus kimia CH3OH. Methanol mendapatkan mana wood

alcohol karena merupakan hasil samping dalam proses pembakaran kayu pada suhu yang sangat

tinggi dengan kadar oksigen yang rendah.

Methanol merupakan turunan alkohol yang paling ringkas, mempunyai berat molekul

yang rendah, volatile, tidak berwarna, mudah terbakar, dan mempunyai bau mirip ethanol. Pada

suhu kamar, methanol dalam bentuk cairan polar, dan digunakan sebagai zat antifreeze, pelarut

cat, bahan bakar,dan agen denaturasi ethanol. Methanol juga digunakan dalam proses produksi

biodiesel melalui proses transesterifikasi.

Methanol diproduksi secara alami melalui metabolism anaerob dari pelbagai bakteri.

Oleh karena itu, methanol dapat ditemukan secara alami dalam ruang atmosfir (uap methanol).

Uap methanol akan teroksidasi oleh sinar cahaya matahari menjadi karbon dioksida dan air.

Apabila mengkonsumsi methanol dalam jumlah yang banyak, akan dimetabolisme

menjadi asam formic dan garam format, yang bersifat toksik kepada sistem saraf pusat, dan dapat

menyebabkan kebutaan, koma dan juga kematian. Dampak dari sifat toksik methanol, ia sering

digunakan sebagai zat tambahan dalam proses denaturisasi ethanol untuk kegunaan industri.

2 CH3OH + 3 O2 → 2 CO2 + 4H2O

Page 5: tinjauan pustaka methanol.doc

2.2 Definisi Intoksikasi Methanol

2.3 Epidemiologi

Percobaan bunuh diri menggunakan methanol jarang ditemukan. Namun, intoksikasi

methanol secara tidak sengaja terjadi pada pelbagai populasi masyarakat termasuk yang berikut :

Kanak-kanak : intoksikasi methanol secara tidak sengaja dapat terjadi pada

kanak-kanak, zat methanol sering ditemukan pada antifreeze, parfum, pelarut cat,

tinta fotokopi dan pembersih kaca. Semua caran tersebut banyak ditemukan

dalam kegunaan sehari-hari.

Pecandu alkohol : kebanyakan individu mengkonsumsi methanol sebagai

pengganti ethanol.

Populasi negara berkembang : minuman oplosan mengandungi kadar methanol

yang tinggi. Harga minuman oplosan yang lebih murah menyebabkan masyarakat

dengan sosioekonomi rendah banyak mengkonsumsi minuman tersebut.

Pekerja industri : pekerja industri berisiko tinggi menginhalasi uap methanol yang

digunakan dalam proses pembuatan folmaldehid dan cat pengilat kayu.

2.4 Patofisiologi

Methanol sendiri mempunyai kadar toksisitas yang rendah, intoksikasi methanol

berpuncak dari akumulasi asam formic, suatu hasil metabolism methanol. Setelah dikonsumsi,

methanol diserap melalui traktus digestivus dan dimetabolisme di hepar. Proses pertama dari

degradasi methanol adalah perubahan methanol menjadi formaldehid dengan bantuan enzim

alcohol dehydrogenase (ADH). Reaksi kimia iniberlangsung lebih lambat dibandingkan proses

selanjutnya yaitu proses transformasi formaldehid kepada asam formic melalui enzim aldehid

dehydrogenase.

Page 6: tinjauan pustaka methanol.doc

Hal ini dapat menjelaskan kenapa efek intoksikasi methanol tidak langsung timbul setelah

konsumsi. Masa paruh formaldehid diestimasikan sekitar 1-2 menit. Asam formic selanjutnya

dioksidasi menjadi karbon dioksida dan air dengan adanya tetrahidrofolat. Metabolism asam

formic terjadi sangat perlahan sehingga akan terjadi akumulasi asam formic di dalam badan yang

akan menimbulkan asidosis metabolik.

Kerusakan mata terutama visus akibat intoksikasi methanol telah banyak dideskripsikan

dalam perlbagai literatur, namun mekanisme terjadinya fenomena ini masih kurang dimengerti.

Kebutaan yang terjadi akibat intoksikasi methanol dicurigai berasal dari gangguan fungsi

mitokondria pada nervus optikus, yang akan bermanifestasi dengan hiperemia, edema dan atrofi

nervus optikus.

Demyelinisasi dari nervus optikus telah dilaporkan berakibat dari penghancuran myelin

oleh asam formic. Proses destruksi nervus optikus terjadi terutama pada daerah retrolaminar,

dengan pembengkakan intra-axon dan destruksi organel. Perubahan yang minimal (hampir tidak

ada) dapat dilihat pada retina.

Methanol juga berdampak pada ganglia basalis. Kelainan hemoragik maupun yang non-

hemoragik dapat terlihat di putamen dan sering dijumpai pada kasus intoksikasi methanol yang

berat. Akibatnya, pasien intoksikasi methanol akan menunjukkan gejala Parkinsonisme.

Predileksi maupun mekanisme toksisitas pada putamen masih belum jelas dimengerti.

2.5 Gambaran Klinis

Gejala intoksikasi methanol dapat bermanifestasi seperti berikut :

Saluran pernapasan Sesak napas

Apnoe

Mata Kebutaan

Penglihatan kabur

Dilatasi pupil

Jantung dan darah Konvulsi

Tekanan darah rendah

Page 7: tinjauan pustaka methanol.doc

Sistem saraf Agitasi

Koma

Nyeri kepala

Hilang keseimbangan

Kejang

Kulit dan kuku Bibir dan kuku berwarna kebiruan

Saluran pencernaan Nyeri abdomen hebat

Diare

Kelainan fungsi hepar

Mual

Pankreatitis

Muntah

Lain-lain Kelelahan

Kram kaki

Kelemahan

2.6 Diagnosis Banding

Terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menegakkan diagnosis

intoksikasi methanol. diagnosis banding yang perlu disingkirkan adalah :

Keracunan arsen

Keracunan kokain

Keracunan gas inhalasi

Kejang parsial kompleks

Intoksikasi etilen glycol

Keracunan karbon monoksida

Pseudoseizure

Gangguan status mental dengan asidosis dan potensi terjadinya kolaps

kardiovaskuler

Epilepsi dan kejang

Trauma kepala

Hiperammonemia

Page 8: tinjauan pustaka methanol.doc

Perdarahan intracranial

Infeksi intrakranial

2.7 Pemeriksaan Penunjang

2.8 Penatalaksanaan

Prompt medical care is key to avoiding complications secondary to methanol intoxication. Supportive therapy is aimed at initiating airway management, correcting electrolyte disturbances, and providing adequate hydration.

Metabolic acidosis in methanol poisoning may necessitate the administration of bicarbonate and assisted ventilation. Bicarbonate potentially may reverse visual deficits. In addition, bicarbonate may help to decrease the amount of active formic acid.

Antidote therapy, often using ethanol or fomepizole, is directed towards delaying methanol metabolism until the methanol is eliminated from the patient’s system either naturally or via dialysis. Like methanol, ethanol is metabolized by ADH, but the enzyme’s affinity for ethanol is 10-20 times higher than it is for methanol. Fomepizole is also metabolized by ADH; however, its use is limited because of high cost and lack of availability.

Ethanol and fomepizole can be administered to delay methanol metabolism until the methanol is eliminated from the patient’s system (either naturally or with dialysis). These antidotes work via competitive inhibition; ethanol and fomepizole are metabolized by ADH, just as methanol is, but the enzyme has a higher affinity for both antidotes than it does for methanol. For example, the affinity of ADH for ethanol is 10-20 times greater than it is for methanol. The use of fomepizole is limited because of its high cost and lack of availability.

Antidotes

1. Ethanol is believed to compete with methanol for ADH, thus preventing metabolism of methanol to its toxic by-products. ADH has a 10- to 20-fold greater affinity for ethanol than for methanol. By slowing the degradation of methanol, ethanol is assumed to prevent the accumulation of high levels of formic acid. The goal of ethanol therapy is to achieve an ethanol blood concentration of 100 mg/dL. At this level, ethanol is thought to become a competitive substrate for ADH and to be sufficient to block methanol metabolism.

2. Fomepizole acts similarly to ethanol. It is a stronger competitive inhibitor of ADH and, in addition, does not cause hypoglycemia or sedation. Fomepizole is relatively easier to administer than ethanol. It does not require monitoring of serum concentrations.

Page 9: tinjauan pustaka methanol.doc

2.9 Komplikasi

Diantara komplikasi yang sering terjadi pada intoksikasi methanol adalah kebutaan dan

gangguan pergerakan. Mekanisme terjadinya kebutaan pada intoksikasi methanol masih belum

jelas dipahami. Asam formic, hasil metabolic methanol, dicurigai menyebabkan toksisitas okuler

dari hasil uji coba pada tikus percobaan.

Kadar methanol serum >20mg/dl berhubungan dengan cedera ocular. Perubahan pada

pemeriksaan funduskopi dapat ditemukan setelah beberapa jam pasca konsumsi methanol yang

bervariasi dari edema retina di daerah perimakula sehingga seluruh fundus. Edema diskus

optikus serta hyperemia dapat dilihat dalam batas waktu 48 jam.

Kelainan visus dapat diatasi dengan pemberian segera antidotum atau dengan

mengeliminasi metabolit methanol dengan menggunakan hemodialysis, namun tidak pada semua

kasus hal demikian dapat dilakukan.

Kelainan gerak mirip penyakit Parkinson, seperti tremor, cogwheel rigidity, badan

membungkuk, shuffling gait dan hipokinesis, telah ditemukan pada kasus-kasus pasca keracunan

methanol. Hal ini dicurigai disebabkan asam formic yang cenderung berakumulasi dalam dosis

tinggi di putamen, walau bagaimanapun patofisiologi kejadian tersebut masih belum jelas. Salah

satu teori menyatakan asam formic mempunyai kemampuan untuk melumpuhkan dopaminergic

pathways dan meningkatkan aktivitas dopa-B-hidroksilase.

2.10 Prognosis

Prognosis dari keracunan methanol bergantung kepada jumlah methanol yang dikonsumsi

dan keparahan asidosis metabolic yang terjadi ; semakin berat asidosis metabolic, semakin buruk

prognosis. Selain dari itu, konsentrasi asam formic yang terakumulasi dalam darah juga berkadar

langsung dengan keracunan methanol.

Pasien yang mempunyai manifestasi neurologis juga mempunyai resiko tinggi terjadi

sequel. Dosis minimal lethal pada pasien dewasa adalah 1mg/kg berat badan.

Page 10: tinjauan pustaka methanol.doc

DAFTAR PUSTAKA

1. Korabathina K, Benbadis SR, Likosky D. Methanol Toxicity. Medscape Reference. 2012.

Available at : http://emedicine.medscape.com/article/1174890-overview#showall.

Accessed 7th March 2013.

2. The New York Times Health Guide. Methanol Poisoning. 2013. Available at :

http://health.nytimes.com/health/guides/poison/methanol-overdose/overview.html#Altern

ative-Names . Accessed 7th March 2013.

3. Wikipedia The Free Encyclopedia. Methanol. Available at :

http://en.wikipedia.org/wiki/Methanol_poisoning#Toxicity . Accessed 7th March 2013.

4. Bitar ZI, Ashebu SD, Ahmed S. Methanol poisoning: diagnosis and management. A case

report. Int J Clin Pract. Nov 2004;58(11):1042-4. [Medline].

5. Sharma R, Marasini S, Sharma AK, Shrestha JK, Nepal BP. Methanol Poisoning: Ocular

and Neurological Manifestations. Optom Vis Sci. Nov 28 2011;[Medline].

6. Rathi M, Sakhuja V, Jha V. Visual blurring and metabolic acidosis after ingestion of

bootlegged alcohol. Hemodial Int. Jan 2006;10(1):8-14. [Medline].

7. Bertram G Katzung (1998), Alkohol. Farmakologi Dasar dan Klinik edisi VI, EGC,

PP.369-379

8. “Final Diagnosis-Methanol Poisoning”.

Available:http://path.upmc.edu/divisions/neuropath/bpath/cases/case53/dx.html