Tinjauan Pustaka Materi Dokter Kecil

22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Dokter Kecil II.1.1 Definisi Dokter kecil adalah peserta didik (siswa sekolah) yang memenuhi kriteria dan telah dilatih untuk ikut melaksanakan sebagain usaha pemeliharaan dan peningkatan kesehatan terhadap diri sendiri, teman, keluarga dan lingkungannya. (Sumijatun, 2005) II.1.2 Tujuan program dokter kecil Program dokter kecil mempunyai dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umumnya yaitu meningkatkan partisipasi peserta didik dalam program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Sedangkan tujuan khususnya yaitu agar peserta didik dapat menjadi penggerak hidup sehat di sekolah, rumah dan lingkungannya, agar peserta didik dapat menolong dirinya sendiri, teman, keluarga dan lingkungannya. II.1.3 Kriteria dokter kecil Kriteria dokter kecil yaitu siswa kelas 4 atau 5 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dan belum pernah mendapat pelatihan Dokter Kecil sebelumnya, berprestasi di sekolah, berbadan sehat, berwatak pemimpin dan bertanggung jawab, berpenampilan bersih dan berperilaku sehat, berbudi pekerti baik dan suka menolong, mendapat izin dari orang tua siswa. II.1.4 Tugas dan kewajiban dokter kecil Tugas dan kewajiban dokter kecil yaitu, selalu bersikap dan berperilaku sehat sehingga dapat menjadi contoh bagi teman- temannya, dapat menggerakkan sesama teman untuk bersama-sama menjalankan usaha kesehatan terhadap dirinya masing-masing, berusaha bagi tercapainya kesehatan lingkungan yang baik di sekolah dan di rumah, membantu guru dan petugas kesehatan pada waktu pelaksanaan pelayanan kesehatan di sekolah, berperan aktif

description

Docil

Transcript of Tinjauan Pustaka Materi Dokter Kecil

Page 1: Tinjauan Pustaka Materi Dokter Kecil

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dokter Kecil

II.1.1 Definisi

Dokter kecil adalah peserta didik (siswa sekolah) yang

memenuhi kriteria dan telah dilatih untuk ikut melaksanakan

sebagain usaha pemeliharaan dan peningkatan kesehatan terhadap

diri sendiri, teman, keluarga dan lingkungannya. (Sumijatun, 2005)

II.1.2 Tujuan program dokter kecil

Program dokter kecil mempunyai dua tujuan yaitu tujuan

umum dan tujuan khusus. Tujuan umumnya yaitu meningkatkan

partisipasi peserta didik dalam program Usaha Kesehatan Sekolah

(UKS). Sedangkan tujuan khususnya yaitu agar peserta didik dapat

menjadi penggerak hidup sehat di sekolah, rumah dan

lingkungannya, agar peserta didik dapat menolong dirinya sendiri,

teman, keluarga dan lingkungannya.

II.1.3 Kriteria dokter kecil

Kriteria dokter kecil yaitu siswa kelas 4 atau 5 Sekolah

Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dan belum pernah mendapat pelatihan

Dokter Kecil sebelumnya, berprestasi di sekolah, berbadan sehat,

berwatak pemimpin dan bertanggung jawab, berpenampilan bersih

dan berperilaku sehat, berbudi pekerti baik dan suka menolong,

mendapat izin dari orang tua siswa.

II.1.4 Tugas dan kewajiban dokter kecil

Tugas dan kewajiban dokter kecil yaitu, selalu bersikap dan

berperilaku sehat sehingga dapat menjadi contoh bagi teman-

temannya, dapat menggerakkan sesama teman untuk bersama-sama

menjalankan usaha kesehatan terhadap dirinya masing-masing,

berusaha bagi tercapainya kesehatan lingkungan yang baik di

sekolah dan di rumah, membantu guru dan petugas kesehatan pada

waktu pelaksanaan pelayanan kesehatan di sekolah, berperan aktif

Page 2: Tinjauan Pustaka Materi Dokter Kecil

pada kegiatan-kegiatan dalam rangka upaya peningkatan kesehatan

di sekolah, misal: Pekan Kebersihan, Pekan Gizi, Pekan

Penimbangan berat badan dan tinggi badan, Pekan Kesehatan Gizi,

Pekan Kesehatan Mata, dll.

II.1.5 Kegiatan dokter kecil

1. Promosi Kesehatan

a. Menggerakkan dan membimbing teman dalam

melaksanakan: pengamatan kebersihan dan kesehatan

pribadi, pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan dan

penyuluhan kesehatan.

b. Pengamatan kebersihan Ruang UKS, warung sekolah dan

lingkungan sekolah, contoh: kebersihan ruang kelas dan

perlengkaKpannya, kebersihan halaman sekolah, tempat

suci, WC, kamar mandi, persediaan air bersih, tempat

sampah, saluran pembuangan, termasuk upaya

pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

2. Pelayanan Kesehatan

a. Membantu petugas kesehatan melaksanakan pelayanan

kesehatan di sekolah, antara lain: distribusi obat cacing,

vitamin, dll; Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K),

Pertolongan Pertama Pada Penyakit (P3P).

b. Memperoleh pembekalan materi pelatihan, misal:

pengenalan tanda-tanda penyakit, kesehatan lingkungan, dll

c. Pencatatan dan pelaporan, antara lain: pencatatan dan

pelaporan kegiatan dalam Buku Harian Dokter Kecil.

d. Melaporkan hal-hal khusus yang ditemuinya kepada guru

UKS/Kepala Sekolah/guru yang ditunjuk.

II.1.6 Manfaat dokter kecil

Manfaat dokter kecil bagi dokter kecil itu sendiri yaitu

meningkatnya pengetahuan, sikap dan perilaku hidup bersih dan

sehat, memiliki ketrampilan dalam upaya pelayanan kesehatan

sederhana, bertindak sebagai teladan, penggerak dan pendorong

Page 3: Tinjauan Pustaka Materi Dokter Kecil

hidup sehat bagi kawan-kawannya, memiliki rasa kepedulian

sosial. Bagi peserta didik lainnya yaitu ikut tergerak dan terbiasa

berperilaku hidup bersih dan sehat.

Bagi guru di sekolah manfaat adanya dokter kecil yaitu

untuk meningkatkan kerjasama antara guru dengan orang tua murid

dan petugas kesehatan dalam meningkatkan perilaku hidup bersih

dan sehat di lingkungan sekolah, sedangkan bagi orang tua didik

dapat meningkatkan kesadaran orang tua dalam berperilaku hidup

bersih dan sehat bagi diri sendiri, keluarga dan lingkungannya serta

mendukung dan berperan aktif dalam kegiatan peningkatan

kesehatan anak sekolah. Manfaatnya bagi masyarakat agar

masyarakat tergerak untuk hidup bersih dan sehat dan akhirnya

akan berdampak pada meningkatnya kualitas lingkungan hidup

sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.

II.1.7 Kurikulum pelatihan dokter kecil

Sasaran pelatihan Program Dokter kecil yaitu peserta didik

(siswa) Sekolah Dasar kelas 4 dan 5 dengan jumlah 10-20 orang.

Setelah mengikuti pelatihan maka peserta didik akan memahami

program UKS dan Dokter Kecil, bersikap dan berperilaku sehat,

menggerakkan dan membimbing teman dalam melaksanakan

pengamatan kebersihan, kesehatan pribadi dan penyuluhan

kesehatan, membantu petugas kesehatan melaksanakan pelayanan

kesehatan di sekolah, melakukan pengenalan tanda-tanda penyakit,

kesehatan lingkungan, melakukan pengamatan kebersihan di

sekolah, membuat laporan kegiatan Dokter Kecil, mengetahui hal-

hal khusus apa saja yang perlu dilaporkan kepada guru

UKS/Kepala Sekolah/guru yang ditunjuk.

Pelatihan dokter kecil mempunyai tujuan umum yaitu untuk

meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta membangun

sikap positif peserta didik dalam pelaksanaan upaya program

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), dan tujuan khusus untuk

Page 4: Tinjauan Pustaka Materi Dokter Kecil

membentuk peserta didik menjadi dokter kecil yang memiliki

kompetensi khusus (seperti telah diuraikan di bagian atas).

Materi pelatihan dokter kecil meliputi materi dasar program

UKS dan program dokter kecil, dengan materi inti : kesehatan

lingkungan, pencegahan penyakit menular, kesehatan gigi dan

mulut, kesehatan indera penglihatan, kesehatan indera

pendengaran, imunisasi dan Gizi, pertolongan Pertama Pada

Kecelakaan (P3K), NAPZA, pemeriksaan kesehatan peserta dan

materi penunjang untuk membangun komitmen belajar siswa.

Metode dan proses pelatihan dokter kecil terdiri dari tiga

tahap yaitu tahap pencairan, tahap pembekalan materi, dan tahap

konsolidasi. Tahap pencairan yaitu tahap sebelum pelatihan

dimulai. Proses pencairan dilakukan menggunakan metode

dinamika kelompok dimana para pelaksana, pelatih dan peserta

pelatihan berkumpul di suatu ruangan untuk saling berkenalan,

mengisi kuesioner (misalnya mengenai hal-hal yang disukai, tidak

disukai, harapan, kekhawatiran, dll), membuat permainan, dst.

Tujuannya untuk: membangun komitmen belajar agar peserta siap

mengikuti pelatihan, membuat kesepakatan tentang norma yang

akan dipakai selama pelatihan dan membuat kontrak belajar.

Pada tahap pembekalan materi, peserta didik dibekali

pengetahuan dan ketrampilan dalam melaksanakan kegiatan Dokter

Kecil. Materi yang diberikan lebih dititikberatkan pada

peningkatan pemahaman peserta didik tentang berbagai faktor

penyebab penyakit, cara pencegahan dan pertolongan pertama.

Teknik penyampaian dalam pembekalan materi menggunakan

metode ceramah diikuti tanya jawab, diskusi kelompok dan studi

kasus.

Dilanjutkan dengan tahap konsolidasi yang merupakan

tahap internalisasi komprehensif dari pengetahuan dan ketrampilan

yang diterima pada tahap pembekalan. Pada tahap ini peserta didik

diberikan tugas untuk menanggulangi 'kasus', menyusun rencana

Page 5: Tinjauan Pustaka Materi Dokter Kecil

kegiatan pencegahan dan menanggulangi masalah kesehatan di

lingkungan sekolah.

Di dalam penyelenggaraan pelatihan dokter kecil yang

terlibat adalah tim Pembina UKS tingkat Kabupaten/Kecamatan

dan Tim Pelaksana UKS, dipimpin oleh Dokter Puskesmas sebagai

pelaksana. Perencanaan pelatihan di Tingkat Kecamatan seperti

mengadakan pertemuan petugas kesehatan dan Tim Pembina UKS

tingkat Kecamatan, mempersiapka sarana dan biaya yang

diperlukan, persiapan pelatihan Dokter Kecil dan persiapan

administrasi. Pelatih dalam pelatihan adalah petugas Kesehatan

(Dokter Puskesmas/Petugas UKS) Guru UKS/Penjaskes atau Guru

lain yang ditunjuk. Kegiatan pelatihan diselenggarakn di ruang

kelas, ruang UKS dan lapangan atau yang ditentukan oleh

penyelanggara. Dengan waktu yang dibutuhan untuk teori dan

praktek 45 jam mata pelajaran dengan setiap mata pelajaran 45

menit. Dalam pelaksanaannya diatur oleh Kepala Sekolah,

diberikan secara ekstra kurikuler atau dapat juga dalam masa

liburan sekolah. Evaluasi dapat dilakukan pada peserta pelatihan

dan penyelenggara pelatihan. Tujuan dilakukannya evaluasi yaitu

untuk mengetahui adanya peningkatan pengetahuan peserta

didik sesudah pelatihan dibandingkan dengan sebelum pelatihan,

mengetahui keberhasilan pelatihan dan mendapatkan masukan

dalam rangka penyempurnaan penyelenggaraan pelatihan dimasa

yang akan datang.

Setiap peserta yang telah mengikuti pelatihan Dokter Kecil

diberikan sertifikat yang ditandatangani Ketua Tim Pembina UKS

Kabupaten/Kota atau Pejabat berwenang di daerah. Pemberian

sertifikat dilaksanakan pada hari-hari besar khusus, antara lain Hari

Kesehatan Nasional, Hari Pendidikan Nasional, HUT

Proklamasi RI, hari Anak Nasional, dll. Sumber dana pelatihan

dapat berasal dari Pemerintah Daerah atau Komite

Sekolah/Swadaya. Laporan tertulis tentang penyelenggaraan

Page 6: Tinjauan Pustaka Materi Dokter Kecil

pelatihan dibuat oleh Ketua Penyelenggara sebanyak minimal 3

rangkap, yaitu untuk tim embina UKS Kabupaten/Kota , tim

pembina UKS Kecamatan, dan arsip.

II.1.8 Contoh kurikulum pelatihan dokter kecil

Tabel 2.1

Contoh Kurikulum Pelatihan Dokter Kecil

Waktu Pembelajaran No. Materi Pelatihan

T P PL Jumlah A. Materi Dasar (MD)

1. Program UKS 1 - - 1

2. Program Dokter Kecil 1 - - 1

B. Materi Inti (MI)

1. Kesehatan Lingkungan

a. Lingkungan hidup manusia

b. Rumah sehat

c. Air dan kesehatan

d. Air limbah dan kesehatan

e. Sampah dan kesehatan

f. Kotoran manusia dan kesehatan

2 8 - 10

2. Pencegahan Penyakit Menular

a. Pencegahan penyakit menular langsung

b. Pencegahan penyakit menular bersumber

binatang

3 3 - 6

3. Kesehatan gigi dan mulut

a. Bagian gigi dan mulut

b. Penyakit gigi dan mulut

c. Pencegahan penyakit gigi dan mulut

2 3 - 5

(Sumber: Direktorat Bina Kesehatan Anak, Depkes RI, 2008, Pedoman Pelatihan

Dokter Kecil)

II.2 Konsep Perilaku

II.2.1 Perilaku

Menurut teori Lawrence Green (1980) disitasi

Notoatmodjo, 2003 bahwa perilaku seseorang atau masyarakat

tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan

dan tradisi sebagai faktor predisposisi disamping faktor pendukung

Page 7: Tinjauan Pustaka Materi Dokter Kecil

seperti lingkungan fisik, prasarana dan faktor pendorong yaitu

sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya.

1. Bentuk Perilaku

Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa

perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap

stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi

melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan

kemudian organisme tersebut merespon, maka teori skiner

disebut teori “S – O - R”atau Stimulus – Organisme – Respon.

Skiner membedakan adanya dua proses.

a. Respondent respon atau reflexsive

Yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan –

rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini

disebutelecting stimulation karena menimbulkan respon –

respon yang relative tetap. Misalnya : makanan yang lezat

menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang

menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent

respon ini juga mencakup perilaku emosinal misalnya

mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis,

lulus ujian meluapkan kegembiraannya dengan

mengadakan pesta, dan sebagainya.

b. Operant respon atau instrumental respon

Yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian

diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Peragsang

ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena

memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas

kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respon

terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian

memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus baru),

maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam

melaksanakan tugasnya.

Page 8: Tinjauan Pustaka Materi Dokter Kecil

2. Domain Perilaku

Diatas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk

respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti

meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan

berbeda dari setiap orang. Faktor – factor yang membedakan

respon terhadap stimulus disebut determinan perilaku.

Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan

yang bersifat given atau bawaan misalnya : tingkat

kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan

sebagainya.

b. Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik,

fisik, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan

ini sering menjadi factor yang dominanyang mewarnai

perilaku seseorang. (Notoatmodjo, 2007 hal 139)

3. Proses Terjadinya Perilaku

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum

orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam

diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni.

a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari

dalam arti mengetahui setimulus (objek) terlebih dahulu.

b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

c. Evaluation (menimbang – nimbang baik dan tidaknya

stimulus bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden

sudah lebih baik lagi.

d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Menurut Notojadmodjo (2003), mengungkapkan bahwa

sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di

dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yaitu :

Page 9: Tinjauan Pustaka Materi Dokter Kecil

a. Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari

dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus

(objek).

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek

tersebut.

c. Evaluation (menimbang – nimbang) terhadap baik dan

tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu

dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru, sesuai

dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap

stimulus.

II.2.2 Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang

(organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan

sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan, dan

minuman, serta lingkungan. (Notoatmodjo, 2007). Perilaku

kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintanance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk

memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha

untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh karena itu, perilaku

pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek yaitu :

a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit

bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah

sembuh dari penyakit.

b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam

keadaan sehat. Perlu dijelaskan di sini, bahwa kesehatan itu

sangat dinamis dan relative, maka dari itu orang yang sehat

pun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan

yang seoptimal mungkin.

Page 10: Tinjauan Pustaka Materi Dokter Kecil

c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan

minuman dapat memelihara serta meningkatkan kesehatan

seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat

menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang,

bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat

tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan

minuman tersebut.

2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas

pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian

pengobatan (Health seeking behaviour)

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan

seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.

3. Perilaku kesehatan lingkungan

Bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik

lingkungan fisik maupun social budaya, dan sebagainya,

sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi

kesehatannya. Dengan perkataan lain, bagaimana seseorang

mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu

kesehatannya sendiri, keluarga atau masyarakatnya. Misalnya

bagaimana mengelola pembuangan tinja, air minum, tempat

pembuangan sampah, pembuangan limbah, dan sebagainya.

Seorang ahli lain (Becker, 1979) membuat klasifikasi lain

tentang perilaku kesehatan ini :

a. Perilaku hidup sehat

Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau

kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan

meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini mencakup antara

lain :

1) Makan dengan menu seimbang (appropriate diet)

2) Olahraga teratur, juga mencakup kualitas (gerakan) dan

kuantitas dalam arti frekuensi dan waktu yang

digunakan untuk olahraga.

Page 11: Tinjauan Pustaka Materi Dokter Kecil

b. Perilaku sakit (illness behaviour)

Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap

sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan

tentang : penyebab dan gejala penyakit, pengobatan

penyakit, dan sebagainya.

c. Perilaku peran sakit (the sick role behaviour)

Adalah peran yang mencakup hak-hak orang sakit (right)

dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation). Perilaku ini

meliputi tindakan memperoleh kesembuhan, mengenal,

atau mengetahui fasilitas pelayanan yang layak, megetahui

hak memperoleh perawatan, memberitahukan penyakitnya

pada tenaga kesehatan, dan tidak menunjukkan penyakitnya

pada orang lain.

II.2.3 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

1. Definisi PHBS di sekolah

PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas

dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan

individu, keluarga, atau kelompok dapat menolong dirinya

sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam

mewujudkan derajat kesehatan masyarakat.

(http://promosikesehatan.com/pusat promosi kesehatan, depkes

RI)

2. Indikator PHBS di sekolah

Delapan indikator PHBS di sekolah adalah : (Bahan Pelatihan

Guru UKS Tk.Kab, Tahun 2010)

a. Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan

menggunakan sabun.

Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan

bakteri penyebab penyakit. Bila digunakan, kuman

berpindah ke tangan. Pada saat makan, kuman dengan cepat

masuk ke dalam tubuh, yang bisa menimbulkan penyakit

Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman,

Page 12: Tinjauan Pustaka Materi Dokter Kecil

karena tanpa sabun , kotoran dan kuman masih tertinggal di

tangan.

b. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah

Makanan dan minuman yang dijual cukup bergizi dan

terjamin kebersihannya. Terbebas dari zat-zat berbahaya

dan terlindung dari serangga dan tikus. Adanya pengawasan

secara teratur oleh guru, peserta didik dan komite sekolah.

c. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat

Bila kita menggunakan jamban duduk jangan berjongkok

karena kaki kita akan mengotori jamban apalagi kita

memakai alas kaki. Perilaku kita sangat merugikan

pengguna jamban berikutnya. Buang air besar dan buang

air kecil haruslah di jamban untuk mencegah penularan

penyakit, karena tinja dan urine banyak mengadung kuman

penyakit. Menyiram hingga bersih setelah buang air besar

atau buang air kecil dan membuang sampah ditempatnya,

agar jamban tidak tersumbat dan penuh dengan sampah.

d. Olahraga yang teratur dan terukur

Olahraga di sekolah berfungsi untuk memelihara kesehatan

fisik dan mental agar tetap sehat dan tidak mudah sakit,

untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik, berat badan

terkendali dan otot lebih lentur dan tulang lebih kuat. Lebih

bertenaga dan bugar sehingga keadaan kesehatan menjadi

lebih baik.

e. Memberantas jentik nyamuk

Agar sekolah bebas jentik nyamuk , peserta didik dan

masyarakat lingkungan sekolah terhindar dari berbagai

penyakit yang ditularkan melalui nyamuk. Dilakukan

pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara 3 M plus

(Menguras, menutup , mengubur , plus menghidari gigitan

nyamuk). PSN merupakan kegiatan memberantas telur,

jentik dan kepompong nyamuk menular berbagai penyakit

Page 13: Tinjauan Pustaka Materi Dokter Kecil

seperti Demam Berdarah, Demam Dengue, Chikungunya,

Malaria, Filariasis (Kaki Gajah) di tempat-tempat

perkembangbiakannya).

f. Tidak merokok di sekolah

Rokok ibarat pabrik bahan kimia. Dalam satu batang rokok

yang diisap akan dikeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia

berbahaya diantaranya yang paling berbahaya adalah

nikotin, tar dan CO. Nikotin menyebabkan ketagihan dan

merusak jantung dan aliran darah. Tar menyebabkan

kerusakan sel paru-paru dan kanker. CO menyebabkan

berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen,

sehingga sel-sel tubuh akan mati.

g. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap

6 bulan

Untuk mengetahui apakah peserta didik tumbuh sehat dan

mencegah gangguan pertumbuhan siswa.

h. Membuang sampah pada tempatnya

Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang

dari sumber hasil aktivitas manusia maupun alam. Apabila

tidak ditangani dengan benar maka sampah menjadi tempat

berkembang biak dan sarang serangga dan tikus, menjadi

sumber polusi dan pencernaan tanah, air dan udara, sampah

menjadi sumber dan tempat hidup kuman-kuman yang

membahayakan kesehatan.

3. Cara-cara Penerapan PHBS di Sekolah

Cara-cara Penerapan PHBS di Sekolah (Dinas Kesehatan

Provinsi Jawa Barat, 2010. PHBS di sekolah. http://diskes.

jabarprov.go.id)

a. Menanamkan nilai-nilai untuk berperilaku hidup bersih dan

sehat di sekolah melalui pendidikan kesehatan agar peserta

didik dapat bertanggung jawab terhadap kesehatan diri dan

Page 14: Tinjauan Pustaka Materi Dokter Kecil

lingkungan serta ikut berpartisipasi dalam upaya

meningkatkan kesehatan di sekolah.

b. Melakukan kegiatan ekstrakurikuler sebagai upaya

menanamkan nilai-nilai ber-PHBS kepada peserta didik

yaitu antara lain dengan: mengadakan kerja bakti dan

lomba kebersihan kelas, aktivitas dokter kecil di sekolah,

demo gerakan cuci tangan dan gosok gigi yang baik dan

benar, pemeriksaan kebersihan secara rutin baik itu kuku,

rambut, telinga, gigi.

c. Bimbingan hidup bersih dan sehat melalui komunikasi

interpersonal atau konseling. Kegiatan ini dilakukan oleh

guru bimbingan konseling kepada siswa. Di dalam ruang

konseling dapat pula dipasang berbagai media yang

memuat pesan-pesan kesehatan terkait PHBS.

II.3 Konsep Anak Usia Sekolah (6-12 tahun)

II.3.1 Definisi

Anak usia antara 6-12 tahun, periode yang kadang-kadang

disebut masa anak-anak pertengahan atau masa laten, mempunyai

tantangan baru. Kekuatan kognitif atau memikirkan banyak factor

secara simultan memberikan kemampuan pada anak usia sekolah

untuk mengevaluasi diri sendiri dan merasakan evaluasi dari

teman-temannya. Sebagai akibatnya, penghargaan terhadap diri

sendiri menjadi masalah sentral. Tidak seperti bayi dan anak

prasekolah, anak-anak usia sekolah dinilai menurut

kemampuannya untuk menghasilkan hasil yang bernilai social,

seperti nilai-nilai atau pekerjaan yang baik. Karenanya Erikson

mendidentifikasikan masalah sentral psikososial pada masa ini

sebagai krisis antara keaktifan dan inferioritas. Perkembangan

kesehatan membutuhkan peningkatan pemisahan dari orang tua

dan kemampuan menemukan penerimaan dalam kelompok yang

Page 15: Tinjauan Pustaka Materi Dokter Kecil

sepadan serta merundingkan tantangan yang ada di dunia luar

(Richard, E. Behrman, 1999).

Menurut Erik H. Erikson dalam Suliswati (2005) anak usia

sekolah dimulai dari usia 6-12 tahun dimana pada saat itu anak

terdorong untuk menyelesaikan tugas-tugas yang dihadapinya

secara sempurna dan menghasilkan karya tertentu. Pada usia ini

anak tentu saja harus menyesuaikan diri dengan aturan-aturan baru

di lingkungan sekolah selain dari lingkungan di dalam keluarga.

Orang tua tidak lagi menjadi satu-satunya sumber identifikasi anak.

Anak mulai melihat dan mengagumi orang lain, orang tua teman

dan sebagainya. Guru sekolah dalam periode perkembangan ini

menjadi sangat penting peranannya dalam perkembangan anak.

Seringkali anak lebih percaya pada gurunya daripada kepada orang

tuanya. Sikap atau perilaku guru sering ditiru anak di rumah oleh

karena itu orang tua dan guru harus dapat menjadi figure dewasa

yang saling melengkapi.

Periode usia 6-12 tahun disebut dengan periode laten atau

masa tenang. Pada periode ini anak mengalami perkembangan

pesat pada aspek motorik dan kognitif. Penggunaan koping anak

dan mekanisme pertahanan diri muncul pada waktu itu,

ketertarikan seksual mungkin disublimasi melalui bermain yang

giat dan perolehan keterampilan. (Sigmund Freud, dalam Suliswati,

2005)

II.3.2 Pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah

Pengertian tumbuh kembang anak sebenarnya mencakup

dua hal kondisi yang berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit

dipisahkan yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan

berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran

dan dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur

dengan ukuran berat, ukuran panjang, umur tulang dan

keseimbangan metabolik.

Page 16: Tinjauan Pustaka Materi Dokter Kecil

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill)

dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola

yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses

pematangan. Hal ini menyangkut adanya proses diferensiasi dari

sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ dan sistem organ yang

berkembang sedemikina rupa sehingga masing-masing dapat

memenuhi fungsinya. Termasuk di dalamnya adalah

perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil

interaksi dengan lingkungannya.

Pertumbuhan berdampak pada aspek fisik sedangkan

perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ dan

individu. Kedua kondisi tersebut terjadi sangat berkaitan dan saling

mempengaruhi dalam setiap anak.

Menurut Soettjiningsih (1995), secara umum terdapat dua

faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak yaitu :

1. Faktor genetik

Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai

hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui masturbasi

genetic yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi

dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai

dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sendifitas

jaringan terhadap rangsangan. Termasuk factor genetic antara

lain factor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin,

dan suku bangsa.

2. Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang menentukan

tercapainya atau tidaknya potensi bawaan.

II.3.3 Perkembangan fisik

Selama masa usia sekolah terjadi pertumbuhan skelet yang

mantap pada tubuh dan ekstremitas, dan osofikasi tulang kecil dan

panjang tidak terjadi tetapi tidak kompleks sampai usia 12 tahun.

Tulang wajah bertumbuh dan membentuk, yang dibuktikan oleh

Page 17: Tinjauan Pustaka Materi Dokter Kecil

adanya sinus frontal pada usia 8 atau 9 tahun. Pertumbuhan gigi

selama usia sekolah menonjol. Pada usia 12 tahun, semua gigi

primer telah tanggal dan mayoritas gigi permanen telah tumbuh.

1. Tinggi dan berat badan

Laju pertumbuhan selama tahun sekolah awal lebih lambat

daripada setelah lahir tetapi meningkat secara terus-menerus.

Pada anak tertentu mungkin tidak mengikuti pola secara tepat.

Anak usia sekolah tampak lebih panjang daripada anak pra

sekolah, sebagai akibat perubahan distribusi dan ketebalan

lemak (Edelman dan Mandle, dalam Potter, Patricia A, 2005).

Laju pertumbuhan berbeda setiap anak dan waktu yang

berbeda. Rata-rata tinggi badan meningkat 5 cm pertahun dan

berat badan yang lebih bervariasi, meningkat 2 – 3,5 kg

pertahun. Banyak anak yang berat badannya dua kali lipat

selama tahun pertengahan masa anak-anak.

Pemeriksaan fisik yang biasanya diperlukan selama kelas

pertama merupakan kesempatan yang baik bagi perawat untuk

mendiskusikan dengan anak dan orang tua tentang pengaruh

genetik nutrisi, dan olah raga terhadap tinggi dan berat badan.

Pengukuran tahunan tinggi dan berat badan dapat menemukan

adanya pertumbuhan yang dapat merupakan gejala berbagai

penyakit anak-anak.

Anak laki-laki sedikit lebih tinggi dan lebih berat daripada

anak perempuan selama tahun pertama sekolah. Kira-kira dua

tahun sebelum pubertas, anak mengalami peningkatan

pertumbuhan yang cepat. Anak perempuan lebih dulu

mengalami pubertas, mulai melampaui anak laki-laki dalam

tinggi dan berat badan, yang menyebabkan rasa malu bagi

keduanya. Perubahan ini paling awal usia 9 tahun pada anak

perempuan tetapi biasanya tidak terjadi pada anak laki-laki

sebelum 12 tahun.

Page 18: Tinjauan Pustaka Materi Dokter Kecil

2. Fungsi motorik pada anak usia sekolah

Fungsi motorik anak pada usia sekolah menjadi lebih lentur

karena koordinasi otot besar meningkat dan kekuatannya dua

kali lipat. Banyak anak-anak mulai melatih keterampilan

motorik kasar seperti berlari, melompat, menyeimbangkan

gerak tubuh, melempar, dan menangkap selama bermain

menghasilkan peningkatan fungsi dan keterampilan

neuromuscular. Keterampilan motorik halus tertinggal oleh

keterampilan motorik kasar tetapi berkembang kira-kira dalam

kecepatan yang sama, saat control terhadap jari jemari dan

pergelangan tangan tercapai, anak menjadi pandai dalam

melakukan berbagai aktifitas. Kemampuan meningkatkan

motorik halus pada anak dalam masa pertengahan masa kanak-

kanak membuat mereka menjadi sangat mandiri untuk mandi,

berpakaian dan merawat kebutuhan personal lain.

II.3.4 Perkembangan kognitif

Perubahan kognitif pada usia sekolah adalah pada

kemampuan untuk berpikir dengan cara logis tentang saat ini dan

bukan tentang abstrak. Pemikiran anak usia sekolah tidak lagi

didominasi oleh persepsinya dan sekaligus kemampuan untuk

memahami dunia secara luas. Sekitar 7 tahun anak memasuki

perkembangan kognitif, yang dikenal sebagai operasional konkrit,

ketika mereka mampu menggunakan simbol secara operasional

(aktivitas mental) dan pemikiran bukan kerja. Mereka mulai

menggunakan proses pemikiran yang logis dengan materi konkrit

(objek, manusia dan peristiwa yang dapat mereka lihat dan sentuh).

Anak dalam tahap operasional konkrit cenderung sedikit egosentris

daripada anak yang lebih kecil dan mengembangkan kemampuan

decenter yang memungkinkan mereka untuk berkonsentrasi lebih

dari satu aspek situasi. Decentering berkembang jika anak dapat

melihat dua garis antara titik yang berbeda panjangya dan

mengenali garis-garis tersebut memilki jumlah titik yang sama

Page 19: Tinjauan Pustaka Materi Dokter Kecil

meskipun jarak antar titik berbeda. Mereka juga mengembangkan

reversibilitas, kemampuan mencari cara memikirkan kembali suatu

hal pada asalnya. Proses mental klasifikasi menjadi lebih kompleks

selama usia sekolah.

Pada masa anak-anak tengah, anak dapat menggunakan

keterampilan kognitif yang baru dikembangkan untuk memecahkan

masalah. Beberapa individu lebih baik daripada individu yang lain

dalam memecahkan masalah karena intelegensi, pendidikan dan

pengalaman alami tetapi tidak semua anak dapat meningkatkan

keterampilan ini.

II.3.5 Perkembangan bahasa

Perkembangan bahasa sangat cepat selama masa kanak-

kanak tengah dan pencapaian berbahasa tidak lagi sesuai usianya.

Rata-rata anak usia 6 tahun memiliki kosakata sekitar 3000 kata

yang cepat berkembang dengan meluasnya pergaulan dengan

teman sebaya dan orang dewasa serta meningkatnya kemampuan

membaca. Anak meningkatkan penggunaan berbahasa dan

mengembangkan pengeahuan strukturalnya. Mereka menjadi lebih

menyadari aturan sintaksis, aturan merangkai kata menjadi frasa

atau kalimat.

II.3.6 Perkembangan psikososial

Tugas perkembangan anak usia sekolah, adalah industry

versus inferiority. Selama masa ini anak berjuang untuk

mendapakan kompetensi dan keterampilan yang penting bagi

mereka untuk berfungsi sama seperti dewasa. Anak usia sekolah

yang mendapat keberhasilan positif merasa adanya perasaan

berharga. Anak-anak yang mengalami kegagalan dapat merasakan

mediokritas (biasa saja) atau perasaan tidak berharga, yang dapat

menarik diri dari sekolahnya dan teman sebaya.

II.3.7 Perkembangan moral

Kebutuhan kode moral dan aturan social menjadi lebih

nyata sesuai peningkatan kemampuan kognitif dan pengalaman

Page 20: Tinjauan Pustaka Materi Dokter Kecil

social anak usia sekolah. Mereka memandang aturan sebagai

prinsip dasar kehidupan, bukan hanya perintah dari yang memiliki

otoritas. Pada awal tahun sekolah, anak menginterpretasikan secara

ketat dan patuh terhadap aturan. Seiring dengan mereka

berkembang, mereka menilai lebih fleksibel dan mengevaluasi

aturan untuk diterapkan pada situasi yang ada. Anak usia sekolah

mempertimbangkan motivasi dan perilaku actual saat membuat

penilaian tentang bagaimana perilaku mereka mempengaruhi

mereka sendiri dan orang lain yang esensial dalam

mengembangkan penilaian moral. Kemampuan ini muncul pada

masa awal tetapi tampak lebih konsisten pada masa sekolah

berikutnya.

II.4 Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan identitas anak yang dapat digunakan

untuk membedakan siswa laki-laki dan perempuan (Utama, 2003). Jenis

kelamin adalah kata yang umum digunakan untuk membedakan seks

seseorang. Peran jenis kelamin yaitu dengan cara dimana seseorang

bertindak sebagai laki-laki dan perempuan. Para ahli teoritis pembelajaran

sosial percaya bahwa masyarakat mempengaruhi perilaku laki-laki dan

perempuan yang merupakan sumber utama feminitas dan maskulinitas.

(Potter & Perry, 2005).

Dalam hal menjaga kesehatan, biasanya anak laki-laki kurang

peduli dibandingkan anak perempuan. Anak laki-laki sesuai jiwa

maskulinitasnya biasa bermain kotor-kotoran seperti bermain bola,

sedangkan anak perempuan karena lebih feminin memilih permainan yang

kalem. Inilah yang membedakan pemahaman mereka tentang kesehatan,

anak perempuan lebih peka dalam memelihara kesehatan.

II.5 Penelitian Terkait

II.5.1 Penelitian yang dilakukan oleh Riesman Oktapriana (2008) dengan

judul “Pengetahuan, Sikap dan Praktik PHBS Siswa dan Faktor-

Page 21: Tinjauan Pustaka Materi Dokter Kecil

faktor yang Berhubungan di SDN 013 Sunter Ugung Jakarta

Utara”, dengan jumlah sampel 258 siswa yang terdiri dari kelas III,

IV, dan V. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan

pengambilan data yang digunakan adalah cross sectional, metode

pengambilan sampel adalah purposive sampling. Dari hasil analisa

bivariat menunjukkan 4 variabel mempunyai hubungan yang

bermakna. Hubungan tersebut meliputi karakteristik demografi

responden (jenis kelamin, usia, tingkat kelas, pekerjaan ayah dan

pendidikan ibu) dengan pengetahuan, sikap dan praktik PHBS.

Hubungan yang bermakna antara lain : tingkat kelas dengan

pengetahuan PHBS, tingkat kelas dengan sikap mengenai PHBS,

tingkat kelas dengan praktik PHBS, dan jenis kelamin dengan

sikap mengenai PHBS.

II.5.2 Penelitian yang dilakukan oleh Ni Made Sari Utami (2009) dengan

judul “Hubungan Pelaksanaan Program UKS dengan PHBS Anak

Usia Sekolah Kelas IV dan V di SDN Pangkalan Jati 1 Limo

Kodya Depok”, dengan metode deskriptif analitik dengan

pendekatan cross sectional, jumlah sampel sebanyak 136

responden dengan metode total sampling. Analisis yang digunakan

adalah analisis bivariat untuk menganalisis karakteristik responden

(jenis kelamin, usia,), pelaksanaan program UKS, pendidikan

kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pemeliharaan lingkungan

sehat dengan PHBS. Dari uji chi square terdapat hubungan yang

bermakna antara pelaksanaan program UKS dengan perilaku hidup

bersih dan sehat (p= 0,003).

II.5.3 Penelitian yang dilakukan oleh Lucky Herawati (1991) dengan

judul “Hubugan Program Dokter Kecil dengan Pengetahuan, Sikap

dan Praktek Kebersihan Perorangan Siswa SDN di Kotamadya

Yogyakarta Tahun 1990”, dengan rancangan pra eksperimen jenis

post test only-control group design. Jumlah sampel sebanyak 174

orang. Hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan dan praktek

kebersihan perorangan pada siswa-siswa SDN yang telah

Page 22: Tinjauan Pustaka Materi Dokter Kecil

melaksanakan program dokcil lebih baik secara bermakna daripada

siswa-siswa SDN yang belum melaksanakan program tersebut, dan

ada hubungan yang bermakna antara program dokter kecil dengan

pengetahuan dan praktek kebersihan diri perorangan siswa SDN.

II.6 Kerangka Teori

Bagan 2.1

Kerangka Teori

Perilaku kesehatan Siswa = Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Kegiatan dokter kecil di sekolah:

1. Promosi kesehatan

2. Pelayanan kesehatan

Indikator PHBS di Sekolah

1. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun

2. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah

3. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat

4. Olahraga yang teratur dan terukur

5. Memberantas jentik nyamuk

6. Tidak merokok di sekolah

7. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan

8. Membuang sampah pada tempatnya

(Sumijatun. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas. Jakarta : EGC)