TINJAUAN PUSTAKA
description
Transcript of TINJAUAN PUSTAKA
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Value Added Product
Penganekaragaman produk olahan perikanan yang dalam hal ini disebut
sebagai produk “Value Added Product” dapat dilakukan dengan menggunakan
bahan baku ikan segar yang ditambahkan dengan beberapa bahan tambahan
lain, seperti lada, bawang putih, bawang bombay serta bumbu tambahan lainnya
yang kesemuanya berfugsi sebagai penambah rasa dan aroma. Produk-produk
tersebut dapat diolah dengan cara yang sederhana (skala rumah tangga) dan
akan lebih baik hasilnya apabila dilaksanakan dengan menggunakan peralatan
modern dengan menggunakan mesin (Jurnal Teknologi dan Industri Pangan,
2003).
2.2 Pengertian Nugget
Saparinto (2011), menyatakan bahwa nugget adalah olahan hasil
perikanan yang terbuat dari campuran daging lumat dengan tepung dan bumbu-
bumbu, kemudian dilapisi dengan tepung roti (panir). Nugget merupakan salah
satu produk diversifikasi. Pelapisan (coating) berguna untuk mempertahankan
referensi air dalam produk, memperkuat kohesi (daya tarik) bumbu, tepung dan
daging, mempertahankan cita rasa (flavor), menambahkan isi/berat produk serta
meningkatkan tampilan (appearance). Nugget merupakan makanan ringan yang
sekaligus dapat berfungsi sebagai lauk siap saji. Nugget sangat disukai anak-
anak maupun orang dewasa karena ukurannya yang kecil dan rasanya yang
mengundang selera. Nugget udang memiliki kandungan nutrisi yang sama
dengan Nugget ikan. Nugget udang dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini :
4
Gambar 1. Nugget Udang Sumber: Data Sekunder (2014)
Pengolahan nugget udang bertujuan untuk mendapatkan hasil olahan
udang siap saji yang disukai oleh semua umur dari berbagai kalangan, seperti
produk chicken nugget yang sudah dikenal sebelumnya (Saparinto, 2011).
2.3 Bahan Baku Utama
Udang sebagai bahan dasar harus memiliki kualitas yang baik untuk itu
perlu dilakukan pengamatan terhadap udang apakah layak untuk digunakan atau
tidak agar diperoleh produk akhir yang memiliki kualitas yang baik, layak untuk
dipasarkan dan dikonsumsi (Hadiwiyoto, 1993). Selain kualitas yang bagus
udang juga memiliki nilai gizi yang tidak kalah dengan ikan. Berikut adalah
kandungan gizi dalam 100 gr daging udang dapat dilihat pada Tabel 1.
5
Tabel 1. Komposisi Nilai Gizi Udang
No Zat yang terkandung Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Air
Protein
Lemak
Karbohidrat
Garam Mineral (Abu)
Kalsium
Magnesium
Zat Besi
Natrium
Kalium
Senyawa Nitrogen Non Protein
78,2 %
18,1 %
0,8 %
-
1,4 %
145 - 320 mg
40 - 105 mg
1,6 mg
140 mg
140 mg
0,81 %
Sumber : Purwaningsih, 2000
Tabel 2. Komposisi Nilai Gizi NuggetNo. Zat yang terkandung Jumlah Satuan
1. Energy 48 Kkal
2. Lemak
- Lemak jenuh
- Lemak tak jenuh ganda
- Lemak tak jenuh tunggal
3,01
0,644
0,851
1,276
Gram
Gram
Gram
Gram
3. Kolesterol 9 Mg
4. Protein 2,49 Gram
5. Karbohidrat 2,61 Gram
6. Serat 0,1 Gram
7. Gula 0,14 Gram
8. Sodium 92 Mg
9. Kalium 42 Mg
Sumber : http://www.fatsecret.co.id/kalori-gizi/umum/chicken-nugget
6
2.4 Persyaratan Bahan Baku, Bahan Pembantu, Bahan Tambahan dan
Bahan Pengemas.
2.4.1 Persyaratan Bahan Baku
Persyaratan bahan baku menurut SNI 01-4104.2-2006 tentang persyaratan
bahan baku adalah bahan baku berupa ikan atau udang segar atau beku yang
sudah atau belum disiangi, berasal dari perairan yang tidak tercemar, harus
bersih, bebas dari semua bau yang menandakan pembusukan dan bebas dari
tanda atau sifat – sifat alamiah lain yang dapat menurunkan mutu serta tidak
membahayakan kesehatan (SNI 01-4104.2-2006 tentang persyaratan bahan
baku).
Moeljanto (1992), mengatakan bahwa ikan atau udang yang digunakan
sebagai bahan baku (raw material) adalah ikan atau udang yang benar-benar
masih segar, belum mengalami pencemaran baik oleh bakteri maupun oleh zat-
zat beracun. Ikan sebagai bahan dasar harus memiliki kualitas yang baik untuk
itu perlu dilakukan pengamatan terhadap ikan apakah layak untuk digunakan
atau tidak agar diperoleh produk akhir yang memiliki kualitas yang baik.
2.4.2 Persyaratan Bahan Pembantu
Bahan pembantu adalah bahan yang sengaja di tambahkan Untuk
meningkatkan nilai gizi, cita rasa, mengendalikan keasaman serta untuk
menegaskan bentuk dan rupa produk olahan. Bahan pembantu yang digunakan
dalam pengolahan haruslah tidak merusak, mengubah komposisi dan sifat khas
dari ikan atau udang. Pengawasan terhadap air dan es yang dipakai untuk
kegiatan unit pengolahan harus memenuhi persyaratan standar air minum dan
ditangani serta disimpan di tempat yang bersih agar terhindar dari penularan
dan kontaminasi dari luar (Purwaningsih, 1993 dan SNI 01-4110.3-2006).
2.4.3 Persyaratan Bahan Tambahan
7
Bahan tambahan adalah bahan yang sengaja di tambahkan Untuk
meningkatkan nilai gizi, cita rasa, mengendalikan keasaman dan kebasahan
serta untuk menegaskan bentuk dan rupa produk olahan. Bahan pembantu yang
digunakan dalam pembuatan nugget berupa bawang putih, merica, bumbu-
bumbu, dan lain-lain. (Simanjuntak, 2002).
Garam berfungsi untuk menegaskan cita rasa, selain itu juga sebagai
pengawet. Garam berperan dalam memperbaiki sifat-sifat funsional produk
daging dengan mengekstraksi protein miofibriler dari sel-sel otot selama
perlakuan mekanis, seperti penghancuran daging. Berintraksi dengan protein
otot selama pemanasan sehingga membentuk matriks yang kuat yang mampu
menahan air bebas dan membentuk testur produk yang baik ( Saparinto, 2011).
Bawang putih berfungsi sebagai penambah aroma dan untuk
meningkatkan cita rasa produk yang dihasilkan. Bawang putih merupakan bahan
alami yang bisa di tambahkan dalam produk agar diperoleh aroma yang khas
sehingga meningkatkan selera (Wibowo, 2005).
2.4.4 Persyaratan Bahan Pengemas
Bahan yang digunakan sebagai pengemas produk hasil perikanan
haruslah bersih, tidak mencemari produk yang dikemas, terbuat dari bahan yang
baik dan memenuhi persyaratan bagi produk ikan beku (SNI 01-4110.3-2006).
(SNI 01-4110.3-2006 tentang persyaratan bahan pembantu dan bahan
pengemas).
2.5 Proses Pengolahan Sate Nugget Udang
2.5.1 Penerimaan Bahan Baku
Menurut Adawyah (2007), ikan atau udang dikatakan baik adalah ikan atau
udang yang masih segar. Untuk menentukan atau mengukur kesegaran udang
dapat dilihat dengan metode sederhana dengan melihat dari kondisi fisik yaitu,
8
kenampakan luar, kelenturan daging, terdapat bintik hitam (block spot) atau
tidak. Penggunaan suhu rendah dalam pengawetan makanan tidak dapat
mematikan bakteri, tetapi hanya menghambat pertumbuhan bakteri.
2.5.2 Penyiangan
Penyiangan yang dilakukan pada bahan baku udang meliputi
pemotongan kepala, pengupasan kulit dan pembuangan usus. Pemotongan
kepala bertujuan agar mendapatkan bahan baku yang bebas dari bakteri
pathogen dan memenuhi persyaratan mutu. Bahan baku yang diterima di unit
pengolahan dalam bentuk utuh dilakukan pemotongan kepala, pemotongan itu
sendiri dilakukan dengan hati-hati, cepat, cemat dan saniter dengan suhu produk
maksimal 50 C. Selain itu potensi bahaya dapat terjadi dari kontaminasi bakteri
pathogen dan mutu bahan baku kurang baik. Pengupasan kulit dan pembuangan
usus yaitu untuk mengurangi kontaminasi silang diakibatkan dari komunitas
bakteri patogen. Potensi bahaya yang dapat terjadi yaitu kontaminasi bakteri
patogen, mutu bahan baku kurang baik dan adanya kulit atau usus yang
tertinggal. Tujuannya yaitu untuk mendapatkan bahan baku yang bermutu baik
serta bebas bakteri patogen dan memenuhi persyaratan mutu. Petunjuknya yaitu
bahan baku yang sudah dilakukan pemotongan kepala, kemudian dilakukan
pengupasan kulit dan pembuangan usus (SNI 01-3457.3-2006).
2.5.3 Pencucian
Pencucian bertujuan untuk membersihkan kotoran dari proses pengupasan
kulit dan pembuangan usus agar terhindar dari kontaminasi silang. Potensi
bahaya yang dapat terjadi yaitu kontaminasi bakteri patogen dan kemunduran
mutu pada udang. Petunjuknya yaitu udang dimasukan kedalam keranjang
plastik lalu dicuci dengan air dingin yang mengalir dan di dilakukan secara cepat,
cermat dan saniter untuk mempertahankan suhu pusat produk maksimal 5° C
(SNI 01-3457.3-2006).
9
Buckle (1997), menjelaskan bahwa air yang berhubungan dengan hasil-
hasil industry pengolahan pangan harus memenuhi setidak-tidaknya standar
mutu yang diperlukan untuk minum atau air minum. Dalam banyak hal diperlukan
air yang bermutu lebih tinggi daripada yang diperlukan untuk keperluan air
minum, dimana diperlukan penanganan tambahan supaya semua
mikroorganisme yang ada mati, untuk menghilangkan semua bahan-bahan di
dalam air yang mungkin dapat mempengaruhi penampakan, rasa dan stabilitas
hasil akhir, untuk menyesuaikan pH pada tingkat yang diinginkan dan supaya
mutu air sepanjang tahun dapat konsisten.
2.5.4 Penggilingan
Daging yang telah dicuci kemudian dihancurkan dengan processor.
Garam dan gula dapt dicampurkan pada saat penghancuran tersebut. Kemudian
hasil penghancuran tersebut diaduk-aduk kuat atau ditumbuk dengan
menggunakan lumping dan alu. Adapun kegiatan tersebut bertujuan untuk “sol”
actomyosin dari protein yang larut dalam garam dan gula. Sol tersebut akan
berubah menjadi gel saat dipanaskan (direbus) nanti (Suprapti, 2003).
2.5.5 Pengadonan dan Pencetakan
Effendi (2003), menjelaskan bahwa pembentukan adonan dapat
dilakukan dengan mencampur seluruh bagian bahan kemudian
menghancurkannya sehingga membentuk adonan. Atau dengan menghancurkan
daging bersama-sama garam dan es batu terlebih dulu, baru kemudian
dicampurkan bahan-bahan lain dengan alat yang sama atau menggunakan
mixer.
Ditambahkan oleh Saparinto (2011) gilingan daging kemudian dilakukan
penambahan bumbu (garam, lada halus, bawang putih), tepung tapioka, telur.
Adonan dapat dicetak dengan dua cara yaitu dengan menggunakan cetakan
10
khusus atau menggunakan pisau dalam proses pencetakan dilakukan sesuai
selera dengan memperoleh hasil yang seragam.
2.5.6 Pengukusan
Setelah fish nugget dicetak, tahap selanjutnya adalah pengukusan.
Pengukusan adalah proses pematangan makanan menggunakan uap air
mendidih. Lama pengukusan adalah 20-25 menit dengan suhu 40-500C sampai
produk matang. Kemudian angkat dan dinginkan.(Suhartini dan Hidayat, 2005).
Ditambahkan oleh Adawyah (2007), yang menyatakan bahwa suhu yang
dihasilkan pada tahapan pengukusan adalah suhu 100oC dan waktu yang
ditempuh adalah 10 - 15 menit.
Ditambahkan pula oleh Saparinto (2011), untuk mengetahui apakah
adonan nugget telah masak atau belum adalah dengan cara menusukkan lidi ke
dalamnya. Bila adonan tidak melekat pada lidi berarti adonan telah masak.
2.5.7 Butter dan Breading
Menurut Fellow (2000), perekat tepung (butter) adalah campuran yang
terdiri dari air, tepung pati, dan bumbu-bumbu yang digunakan untuk
mencelupkan produk sebelum dimasak. Pelumuran tepung roti (breading)
merupakan bagian yang paling penting dalam proses pembuatan produk pangan
beku dan industri pangan yang lain. Coating adalah tepung yang digunakan
untuk melapisi produk-produk makanan dan dapat digunakan untuk melindungi
produk dari dehidrasi selama pemasakan dan penyimpanan. Breading dapat
membuat produk menjadi renyah, enak dan lezat. Nugget termasuk salah satu
produk yang pembuatannya menggunakan batter dan breading. Butter yang
digunakan dalam pembuatan nugget berupa tepung halus dan berwarna putih,
bersih dan tidak mengandung benda-benda asing. Tepung roti harus segar,
11
berbau khas roti, tidak berbau tengik atau asam, warnanya cemerlang, serpihan
rata, tidak berjamur dan tidak mengandung benda-benda asing.
2.5.8 Penggorengan
Setelah dilakukan pengukusan nugget udang didinginkan untuk
menurunkan suhu segera dari suhu pengukusan ke suhu ruang, kemudian
dilakukan penggorengan. Penggorengan adalah suatu unit operasi yang
digunakan untuk mengubah cita rasa makanan dengan menggunakan minyak
goreng sebagai media pindah panas.(Fellow, 2000).
Penggorengan dilakukan dengan suhu 1800C selama 3 menit.
Penggorengan ini bertujuan untuk mematangkan, meningkatkan cita rasa,
mengeringkan, memberi warna yang baik serta dapat membunuh mikroba awal
yang terkandung dalam nugget ikan sehingga dapat memperpanjang umur
simpan produk. Nugget ikan yang telah digoreng didinginkan dulu sebelum
dikemas(Suhartini dan Hidayat, 2005).
Ditambahkan pula oleh Elignosa(1994) bahwa nugget untuk dijual,
digoreng setengah matang (penggorengan awal) . Tujuan penggorengan awal
adalah untuk menempelkan perekat tepung pada produk sehingga dapat
diproses lebih lanjut dengan pembekuan untuk selanjutnya didistribusikan
kepada konsumen . Selain itu penggorengan awal akan memberikan warna pada
produk . Penggorengan awal dilakukan dengan menggunakan minyak mendidih
sampai setengah matang,waktu penggorengan awal adalah sekitar 30 detik .
setelah itu nugget dikemas vakum dan disimpan di dalam freezer. Dengan
dilakukan penggorengan awal, penggorengan produk akhir hanya berkisar 4 - 5
menit. Beberapa jenis minyak yang dapat digunakan dalam proses
penggorengan nugget antara lain: minyak kedelai,minyak jagung, minyak kelapa
dan minyak kelapa sawit .
2.5.9 Pengemasan
12
Pengemasan perlu dilakukan tidak saja untuk melidungi produk, tetapi
juga untuk meningkatkan nilai estetika sehingga meningkatkan daya tarik
terhadap konsumen (Adawyah, 2007). Sedangkan tujuan pengemasan menurut
Hadiwiyoto (1993), adalah melindungi produk beku dari kerusakan, memperindah
penampilan, serta memperindah dalam penataan ruang penyimpanan dan
transportasi. Kemasan yang digunakan adalah kemasan primer dan sekunder.
Bahan baku dikemas dalam plastik polyethilen sebagai kemasan primer,
kemudian dimasukkan lagi kedalam inner cartonyang dilapisi lilin untuk kemasan
sekunder. Pada innercarton tercantum nama perusahaan, merk produk, waktu
pembuatan dan kadaluwarsa, size, berat bersih (netto), jenis produk dan bahan
baku yang digunakan dan kemasan luar berupa master carton.
2.5.10 Penyimpanan
Moeljanto (1992), menjelaskan bahwa suhu -18˚C sampai -20˚C cukup
baik untuk suhu penyimpanan, sedangkan untuk penyimpanan yang lebih lama
disarankan memakai suhu -25˚C sampai dengan -30˚C. Cara penyimpanan
produk beku di dalam cold storage atau freezer juga harus mengikuti cara – cara
yang baik dan terencana. Sebaiknya produk beku disimpan sesudah dikemas
dengan baik, karton atau peti disusun rapi sesuai dengan waktu pengolahannya.
Sistem pengeluaran dan pemuatan produk beku dari dalam cold storage ke peti
kemas mengikuti sistem FIFO (first in first out) sehingga tidak ada produk lama
tersimpan dalam cold storage.
2.5.11 Pemasaran
Dalam tahapan proses pembuatan nugget udang dari penerimaan
bahan baku hingga pengemasan, selanjutnya pada tahap akhir dilakukan
pemasaran produk. Pemasaran dapat diartikan sebagai usaha yang terpadu
13
untuk merencanakan strategi yang diarahkan pada usaha pemuasan kebutuhan
dan keinginan pembeli, guna mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba.
Strategi pemasaran merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan
dimana strategi pemasaran merupakan suatu cara mencapai tujuan dari sebuah
perusahaan. Strategi adalah serangkaian rancangan besar yang
menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan harus beroperasi untuk
mencapai tujuannya, sehingga dalam menjalankan usaha kecil khususnya
diperlukan adanya pengembangan melalui strategi pemasarannya. Karena pada
saat kondisi kritis justru usaha kecillah yang mampu memberikan pertumbuhan
terhadap pendapatan masyarakat.
Berikut adalah diagram alur proses nugget udang dapat dilihat pada Gambar 2.
14
Gambar 2. Alur Proses Pengolahan Nugget UdangSumber :Saparinto, 2011
2.6. Sanitasi dan Higiene
PENERIMAAN BAHAN BAKU
PENYIANGAN
PENCUCIAN
PENGGILINGAN
PENGADONAN DAN PENCETAKAN
PENGUKUSAN
BUTTER DAN BREADING
PENGGORENGAN
PENGEMASAN
PENYIMPANAN
PEMASARAN
15
Sanitasi dan Higiene dalam industri pengolahan hasil perikanan wajib
dilaksanakan, dimana hal tersebut akan berpengaruh terhadap kesehatan
masyarakat sebagai konsumen. Salah satu upaya pokok untuk menghasilkan
olahan hasil perikanan yang memenuhi syarat kesehatan adalah dengan
mencegah kontaminasi. Baik kontaminasi yang berupa cemaran biologis,
cemaran fisik maupun cemaran kimiawi. Cemaran tersebut biasa terjadi pada
semua komponen pengolahan, yang meliputi bahan baku, bahan pembantu,
peralatan, ruangan proses, dan tenaga kerja (Afrianto dan Liviawati, 1989).
2.6.1 Sanitasi dan Higiene Bahan Baku
Pengendalian bahan dasar atau bahan baku dimulai sejak penangkapan
yang menggunakan teknik dan peralatan yang memperhatikan aspek sanitasi.
Bahan baku yang sudah rusak, luka atau cacat harus dipisahkan kerena akan
mudah ditumbuhi bakteri pembusuk. Dalam sanitasi bahan mentah yang perlu
dilakukan pertama adalah mengadakan penyortiran, yaitu udang yang masih
segar dan baik dipisahkan dengan udang yang telah rusak atau busuk, kemudian
dicuci sampai bersih benar sebelum dimasukkan ke dalam tempat penyimpanan.
Pencucian sebaiknya dilakukan beberapa kali. Sebab pencucian yang dilakukan
hanya sekali dengan air banyak, kurang menjamin kebersihannya. Bagian -
bagian yang paling banyak mengandung bakteri misalnya isi perut, bagian
kepala, hendaknya dipisahkan dari bagian yang lain.
2.6.2 Sanitasi dan Higiene Bahan Pembantu
Air dapat dibedakan menjadi dua yaitu air tanah dan air permukaan. Air
tanah adalah semua jenis air yang terletak di bawah tanah, dan biasanya
memerlukan cara tertentu untuk menaikkannya ke permukaan, misalnya dengan
membuat sumur, atau dengan pompa. Air meliputi semua sumber air yang
terdapat di permukaan tanah, seperti air sungai, kolam, danau, ataupun air
hujan. Air tanah umumnya lebih bersih dari pada air permukaan, namun tidak
16
dapat dijamin bahwa semua jenis air tanah aman untuk diminum atau digunakan
dalam pengolahan makanan, sedangkan air permukaan cenderung mudah
terkontaminasi (Purnawijayanti, 2001).
2.6.3 Sanitasi dan Higiene Peralatan Produksi
Salah satu sumber kontaminasi utama dalam pengolahan pangan
berasal dari penggunaan wadah, alat pengolahan yang kotor mengandung
mikroba dalam jumlah yang tinggi. Perlakuan sanitasi terhadap wadah dan alat
tersebut harus efektif sehingga wadah dan peralatan tersebut bebas dari
mikroorganisme pembusuk maupun patogen yang dapat membahayakan
kesehatan (Afrianto dan Liviawati, 1989).
Purwaningsih (2000), syarat – syarat peralatan yang digunakan untuk
pengolahan bahan makanan adalah : Mudah dibersihkan, dibuat dari bahan yang
tidak mencemari produk makanan, diletakkan sesuai dengan alur proses dan
desain peralatan dapat menghindari kontaminasi.
2.6.4 Sanitasi dan Higiene Ruang Proses
Purnawijayanti (2001), bahwa ruang poses yang baik adalah ruang yang
kontruksi bangunannya mudah dibersihkan, baik lantai, dinding, langit-langit, dan
terhindar dari tikus dan hama. Kemudian tata letak ruangannya harus dapat
menghindarkan produk dari kontamonasi silang selama proses produksi.
Purnawijayanti (2001), penggunaan bahan pembersih bertujuan untuk
membersihkan atau menghilangkan cemaran bentuk apapun pada industri
pengolahan hasil perikanan. Bagian-bagian ruangan yang berhubungan
langsung dengan bagian luar harus dilengkapi dengan peralatan untuk
mencegah masuknya serangga, tikus, burung, dan hama lainnya serta binatang
peliharaan. Semua kemungkinan jalan dan lubang tikus dan serangga harus
ditutup dengan saringan (screen) logam yang tahan karat.
2.6.5 Higiene Karyawan
17
Kebersihan dan kesehatan karyawan harus mendapatkan perhatian
karena merupakan hal yang penting dalam industri pengolahan ikan. Karyawan
yang bekerja di unit pengolahan ikan harus dilengkapi dengan pakaian kerja, topi
atau penutup kepala, sarung tangan, water proof apron, sepatu. Pakaian kerja
tidak boleh dipakai diluar ruang pengolahan, seperti di toilet dan lain – lain.
Karyawan yang bekerja di unit pengolahan tidak boleh memelihara kuku. Selain
itu kontrol kesehatan karyawan juga perlu dilakukan. Selama bekerja, para
pekerja tidak diperbolehkan menggunakan parfum, minyak rambut, perhiasan
(cincin, kalung, dan lain-lain) yang tidak perlu, membawa makanan atau
minuman apapun diruang proses. Serta karyawan yang bekerja di unit
pengolahan tidak boleh memelihara kuku. (Afrianto dan Liviawati, 1989).