tinjauan pustaka

20
2.1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran 2.1.1. Pengertian belajar dan pembelajaran Belajar adalah suatu proses bukan produk. Proses dimana sifat dan tingkah laku ditimbulkan dan diubah melalui praktek dan latihan. Jauhari (2000) mengatakan bahwa belajar merupakan proses untuk memperoleh perubahan yang dilakukan secara sadar, aktif, dinamis, sistematis, berkersinambungan, integrative dan tujuan yang jelas. 2.1.2. Keberhasilan belajar dan pembelajaran Dengan belajar, seharusnya siswa dapat berubah menjadi lebih baik. Perubahan-perubahan yang terjadi dari hasil belajar harus mengacu kepada kesadaran, niat, tujuan belajar, berlang sung secara terus-menerus dan menimbulkan perubahan positif dalam moralitas, mental, pengetahuan, dan keterampilan siswa (Jauhari, 2000). Hal ini akan terwujud bila didukung oleh empat hal, yaitu : 1. Memiliki kemauan dan kesiapan untuk belajar. Hal ini berkaitan dengan niat dan motivasi belajar. 2. Adanya keinginan untuk berprestasi. Hal ini berkaitan dengan semangat dan etos kerja siswa. 3. Memiliki kemampuan dan tradisi intelektual positif yang berkaitan dengan kecerdasan, sikap dan perilaku dalam belajar. 4. Berusaha menciptakan suasana belajar yang kondusif, yang berhubungan dengan kondisi fisik dan Psikis Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh unsur-unsur belajar, baik unsur luar maupun unsur dalam. Unsur-unsur tersebut adalah : 1. Unsur luar a. Lingkungan alami seperti keadaan suhu, kelembapan udara berpengaruh dalam proses dan hasil belajar. b. Lingkungan social yang baik berwujud manusia maupun yang lainnya berpengaruh terhadap

Transcript of tinjauan pustaka

Page 1: tinjauan pustaka

2.1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran

2.1.1. Pengertian belajar dan pembelajaran

Belajar adalah suatu proses bukan produk. Proses dimana sifat dan tingkah laku ditimbulkan dan diubah melalui praktek dan latihan. Jauhari (2000) mengatakan bahwa belajar merupakan proses untuk memperoleh perubahan yang dilakukan secara sadar, aktif, dinamis, sistematis, berkersinambungan, integrative dan tujuan yang jelas.

2.1.2. Keberhasilan belajar dan pembelajaran

Dengan belajar, seharusnya siswa dapat berubah menjadi lebih baik. Perubahan-perubahan yang terjadi dari hasil belajar harus mengacu kepada kesadaran, niat, tujuan belajar, berlang sung secara terus-menerus dan menimbulkan perubahan positif dalam moralitas, mental, pengetahuan, dan keterampilan siswa (Jauhari, 2000). Hal ini akan terwujud bila didukung oleh empat hal, yaitu :

1. Memiliki kemauan dan kesiapan untuk belajar. Hal ini berkaitan dengan niat dan motivasi belajar.

2. Adanya keinginan untuk berprestasi. Hal ini berkaitan dengan semangat dan etos kerja siswa.

3. Memiliki kemampuan dan tradisi intelektual positif yang berkaitan dengan kecerdasan, sikap dan

perilaku dalam belajar.

4. Berusaha menciptakan suasana belajar yang kondusif, yang berhubungan dengan kondisi fisik dan

Psikis

Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh unsur-unsur belajar, baik unsur luar maupun unsur dalam. Unsur-unsur tersebut adalah :

1. Unsur luar

a. Lingkungan alami seperti keadaan suhu, kelembapan udara berpengaruh dalam proses dan hasil

belajar.

b. Lingkungan social yang baik berwujud manusia maupun yang lainnya berpengaruh terhadap

proses dan hasil belajar.

c. Instrumen yang terdiri dari kurikulum, program, sarana, dan prasarana, serta guru sebagai

pendidik.

2. Unsur dalam ( kondisi individu )

a. Kondisi fisiologis dan panca indra terutama pendengaran dan penglihatan

b. Kondisi psikologis yang terdiri atas minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan ketermapilan kognitif (

Nasution, 1994 )

Page 2: tinjauan pustaka

2.2. Konsentrasi Belajar

2.2.1. Pengertian konsentrasi belajar

Konsentrasi adlaha pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan mengesampingkan semua hal yang tidak berhubungan (Emon, 2009). Slamento (2003) berpendapat bahwa dalam belajar, berkonsentrasi berarti pemusatan pikiran tehadap suatu mata pelajaran dengan mengesampingkan semua hal yang tidak berhubungan dengan pelajaran.

Djamarah (2008) mengungkapkan bahwa konsentrasi adalah pemusatan fungsi jiwa terhadap suatu objek. Misalmya konsetrasi pikiran, perhatian, dan sebagainya. Dalam belajar diperlukan konsentrasi dalam perwujudan perhatian terpusat dalam suatu pelajaran . Maka konsentrasi merupakan salah satu aspek pendukung siswa untuk mencapai prestasi yang baik. Apabila konsentrasi berkurang, mdaka dalam mengikuti pelajaran di kelas maupun belajar secara pribadi pun dapat terganggu.

Dapat disimpulkan bahwa konsentrasi belajar adalah pemusatan pikiran, perhatian serta kesadaran terhadap suatu pelajaran dan mengesampingkan hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan proses belajar

2.2.2. Aspek konsentrasi belajar

Menurut Nugroho (2007), aspek-aspek konsetrasi belajar adalah sebagai berikut:

1. Pemusatan pikiran yang ditunjukkan dengan suatu keadaan belajar yang membutuhkan

ketenangan, nyaman, prhatian seseoran dalam memahami isi pelajaran yang dihadapi.

2. Mtivasi merupakan keinginan atau dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha

mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memebuhi kebutuhannya.

3. Rasa kuatir yang ditunjukkan dangan perasaan yang tidak tenang karena seseorang merasa tidak

optimal dalam melakukan pekerjaannya.

4. Perasaan tertekan, perasaan seseorang yang bukan dari individu melainkan dorongan / tuntutan

dari orang lain maupun lingkungan.

5. Ganggguan pemikiran, hambatan seseorang yang berasal dari dalam individu maupun orang di

sekitar sendiri. Misalnya masalah ekonomi keluarga, masaah pribadi individu.

6. Gangguan kepanikan, hambatan dalam berkonsentrasi dalam bentuk rasa was-was akan menunggu

hasil yang akan dilakukan maupun yang sudah dilakukan oleh seseorang tersebut.

7. Kesipan belajar merupakan keadaan seseorang yang sudah siap akan menerima pelajaran, sehingga

individu dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya.

Page 3: tinjauan pustaka

2.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar

Keberhasilan dalam pemusatan pikiran sebagian bessar tergantung pada individu itu sendiri. Di tempat yang paling tepat sekalipun untuk belajar, orang masih mungkin mengalami kesulitan berkonsentrasi karena pikirannya melayang-layang ke hal-hal lain diluar bahan yang dihadapinya

Menurut Nugroho (2007), beberapa gangguan yang dapat menyebabkan siswa kehilangan konsentrasi belajar adalah:

1. Tidak memiliki motivasi diri.

Motivasi kuat yang timbul dalam diri seorang siswa dapat mendorongnya belajar sangat diperlukan.

Ada siswa yang akan dapat berprestasi bila diberikan sebuah rangsangan, misal ia dijanjikan sebuah

hadiah tertentu dari orang tuanya apabila memperoleh nilai yang bagus pada tahun ini. Akan tetapi

orang tua juga harus berhati-hati dLm memberikan rangsangan berupa hadiah. Jangan sampai ia

malah selalu mengharapkan hadiah, baru ia mau belajar. Untuk tahap awal pada siswa usia dini,

penggunaan hadiah masih dapat dibenarkan. Secara perlahan kurangi pemberian hadiah dengan

mengutamakan motivasi diri dalam siswa.

2. Suasana lingkungan belajar yang tidak kondusif.

Suasana yang ramai dan bising tentu saja sangat mengganggu siswa yang ingin belajar dalam

suasana tenang. Demikian pula bila suatu rumah terdapat lebih dari satu tipe cara belajar siswa. Di

satu sisi, ada salah satu siswa yang baru bisa belajar apabila sambil mendengarkan musik yang keras,

sedangkan siswa yang lainnya menghendaki suasana yang hening

3. Kondisi kesehatan siswa

Bila siswa terlihat ogah-ogahan pada materi pembelajaran yang sedang didalaminya, hendak jangan

tergesa-gesa untuk menghakimi bahwa ia malas belajar. Mungkin saja kondisinya saat itu sedang

ada masalah.

4. Siswa merasa jenuh.

Beban pelajaran yang harus dikuasai oleh seorang siswa sangatlah banyak. Belum lagi agar memiliki

keterampilan tambahan, tak jarang mereka harus mengikuti kegiatan pendidikan dibeberapa

lembaga formal (kursus). Karena sedemikian padatnya aktivitas yang harus dilakukan oleh seorang

siswa, maka seringkali mereka dihinggapi kejenuhan. Bila hal ini terjadi, bukan merupakan suatu

tindakan yang bijaksan apabila orang tua tetap memaksakan anaknya untuk belajar. Berilah mereka

waktu istirahat sejenak, sekedar untuk mengendorkan urat saraf yang sudah sangat tegang

Page 4: tinjauan pustaka

tersebut.

2.2.4. Indikator konsentrasi belajar

Konsentrasi belajar (ketekunan) seseorang siswa dalam belajar menurut (Makmun, 2004), dapat diamati dari hal-hal sebagai berikut:

1. Konsentrasi perhatian yakni memperhatikan sumber informasi dengan seksama (guru/buku/siswa

yang sedang presentasi), fokus pandangan tertuju pada guru/instruktur/papan tulis/alat peraga dan

memperhatikan hal yang lain (menengok ke arah teman yang bertanya atau menganggapi jawaban)

2. Sambutan lisan (verbal response), yaitu bertanya atau mencari informasi tambahan dan mengajukan

Pendapatnya.

3. Memberikan pertanyaan (menguatkan, menyetujui, menertang) dan menyanggah atau

membandingkan (dengan alas an, tanpa alasan).

4. Menjawab, jawaban hasil diskusi atau jawaban teman sesuai dengan masalah, menyimpang dari

masalah, atau ragu-ragu (tidak menentu)

5. Sambutan psikomotorik yang ditujukan dengan membuat catatan atau menulis informasi, membuat

jawaban atau mengerjakan tugas.

2.3. Fungsi Kognitif

2.3.1. Pengertian fungsi kognitif

Konsep kognitif (dari bahasa Latin cognorese, “untuk mengetahui” atau “untuk mengenali”) merujuk kepada kemampuan untuk memproses informasi, ,menerapkan ilmu, dan mengubah kecenderungan (Nehlig,2010). Fungsi kognitif merupakan aktivitas mental secara sadar seperti berpikir, mengingat, belajar, dan menggunakan bahasa. Fungsi kognitif juga merupakan kemampuan atensi, memori, pertimbangan, pemecahan masalah, serta kemampuan eksekutif seperti merencanakan, menilai, megawasi, dan melakukan evaluasi (Strub dkk,2000; Rizzo kk,2004).

Secara sederhana fungsi kognitif dapat disimpulkan sebagai semua proses mental yang digunakan oleh organisme untuk mengatur informasi seperti memperoleh input dari lingkungan (persepsi), memilih (perhatian), mewakili (pemahaman), dan menyimpan (memori) informasi serta akhirnya menggunakan pengetahuan ini untuk menuntun perilaku (penalaran dan koordinasi output motorik) (Bostrom & Sandberg, 2009). Konsep yang paling banyak dianut, bahwa konsep kognitif mencakup lima domain, yaitu: 1. attention (pemusatan perhatian), 2. Language (bahasa), 3. Memory (daya ingat), 4. Visuospatial (pengenalan ruang), 5. Executive function (fungsi eksekutif: fumgsi perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan).

Page 5: tinjauan pustaka

2.3.2. Anatomi fungsional fungsi kognitif

Masing-masing domain kognitif tidak dapat berjalan sendiri-sendiri dalam melanjutkan fungsinya, tetapi sebagai satu kesatuan yang disebut sistem limbik. Struktur limbik terdiri dari amigdala, hipokampus, nukleus talamik anterior, girus subkalosus, girus cinguli, girus parahipokampus, formasio hipokampus dan korpus mamillare. Alveus, fimbria, traktus mammilotalamikus dan striae terminalis membenrtuk jaras-jaras penghubung sistem ini.

Peran sentral sistem limbik meliputi memori, pembelajaran, mptivasi, emosi, fungsi neuroendokrin dan aktivitas otonom. Struktur otak meliputi bagian dari sistem limbik.

1. Amigdala, terlibat dalam pengaturan emosi, dimana pada hemisfer kanan predominan untuk belajar

emosi dalam ekeadaan tidak sadar, dan pada hemisfer kiri predominsn untuk belajar emosi pada saat

sadar.

2. Hipokampus, terlibat dalam pembentukan memori jangka panjang,pemeliharaan fungsi kognitif yaitu

proses belajar.

3. Girus parahipokampus, berperan dalam pembentukan memori spasial.

4. girus cinguli, mengatur fungsi otonom seperti denyut jantung, tekanan darah dan kognitif yaitu atensi.

Korteks cinguli anterior (ACC) merupakan struktur limbik terluas, berfungsi sebagai afektif, kognitif,

otonom, perilaku dan motorik.

5. Forniks, membawa sinyal dari hipokampus ke mammillary bodies dan septal nuclei yang berperan

dalam memori dan pembelajaran.

6. Hipotalamus, berfungsi mengatur sistem saraf otonom melalui produksi pelepasan hormone, tekanan

darah, denyut jantung, lapar, haus, libido dan siklus tidur/bangun, perubahan memori baru menjadi

memori jangka panjang.

7. Thalamus ialah kumpulan badan sel saraf di dalam diensefalon membentuk dinding lateral ventrikel

tiga. Fumgsi thalamus sebagai pusat hantaran rangsang indradari perifer ke korteks serebri. Dengan

kata lain, thalamus merupakan pusat pengaturan fungsi kognitif di otak sebagai station relay ke

korteks serebri.

8. Mammilary bodies, berperan dalam pembentukan memori dan pembelajaran

9. Girus dentatus, berperan dalam memori baru dan mengatur kebahagiaan.

10. Korteks entorhinal, penting dalam memori dan merupakan komponen asosiasi.

Page 6: tinjauan pustaka

Sedangkan lobus otak yang ikut berperan dalam kognitif adalah meliputi:

1. Lobus frontalis

Fungsi lobus frontalis mengatur motoric, perilaku, kepribadian, bahasa, memori, orientasi spasial,

belajar asosiatif, daya analisis dan sintesis. Sebagian korteks medial lobus frontalis dikaitkan dengan

sistem limbik, karena banyaknya koneksi anatomik dengan struktur limbic dan adanya perubahan

emosi bila terjadi kerusakan.

2. Lobus parietalis

Lobus parietalis berfungsi dalam membaca, persepsi, memori dan visiospasial. Korteks ini menerima

stimulasi sensori (input visual, auditori, taktil) dari area asosiasi sekunder. Karena menerima input dari

berbagai modalitas sensori sering disebut korteks heteromodal dan mampu membentuk asosiasi

sensori (cross modal asosiation), sehingga manusia dapat menghubungkan input visual dan

menggambarkan apa yang mereka lihat atau pegang.

3. Lobus temporalis

Lobus temporalis berfungsi mengatur pendengaran, penglihatan, emosi, memori, kategorisasi benda-

benda dam seleksi rangsangan auditorik dan visual.

4. Lobus oksipitalis

Lobus oksipital berfungsi mengatur penglihatan primer, visuospasial, memori dan bahasa.

2.4 Kebisingan

2.4.1. Definisi kebisingan

Kebisingan diartikan sebagai bentuk suara yang tidak dikehendaki atau bentuk suara yang tidak sesuai dengan tempat dan waktunya. Pengertian bising dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP 48/MENLH/11/1996 tentang baku tingkat kebisingan didefinisikan sebagai bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.

Suara yang tidak diinginkan akan memberi efek yang kurang baik terhadap kesehatan. Suara merupakan gelombang mekanik yang dihantarkan oleh suatu medium yaitu umumnya oleh udara. Kualitas dan kuantitas udara ditentukan antara lain oleh intensitas (loudness), frekuensi, periodesitas (kontinyu atau terputus) dan durasinya. Faktor-faktor tersebut juga ikut mempengaruhi dampak suatu kebisingan terhadap kesehatan (Mansyur, 2003).

Page 7: tinjauan pustaka

Dua hal yang menentukan kualitas bising suatu bunyi meliputi:

1. Frekuensi yang dinyatakan dalam jumlah getaran per detik atau disebut hertz (Hz), yaitu

jumlah dari gelombang-gelombang yang sampai di telinga setiap detiknya. Rentang frekuensi

yang dapat di dengar telinga manusia berkisar 20-20.000 Hz. Suara percakapan manusia

mempunyai frekuensi 250-3000 Hz. Frekuensi <20 Hz disebut infra sound. Sedangkan

frekuensi suara >20.000 Hz disebut ultra sound. Pada umumnya suara percakapan manusia

mempunya frekuensi sekitar 1900 Hz (Sjahrul, 1997).

2. Intensitas atau arus energy per satuan luas, biasanya dinyatakan dalam suatu logaritmis yang disebut decibel [dB(A)]. Skala A artinya pembobotan dengan skala A=Weight Sound Level, karena telinga manusia kurang memberikan reaksi pada frekuensi rendah dan tinggi di bandingkan frekuensi seperti pada saat bicara. Skala A ditemukan paling mewakili batasan pendengaran manusia dan respons telinga terhadap kebisingan, termasuk kebisingan akibat lalu lintas, seta kebisingan yang dapat mengganggu pendengaran. Skala A dinyatakan dalam satuan dBA.

Skala intensitas kebisingan (Teknik tata cara kerja, 1979) dapat dibagi ke dalam kelompok skala intesitas kebisingan sangat tenang yang meliputi: batas dengar rendah 0 dB, berbisik 10 dB, dan suara daun-daun 20 dB. Skala intensitas kebisingan tenang meliputi: percakapan, auditorium, kantor perorangan 30 dB dan rumah tenang 40 dB. Kelompok skala intensitas kebisingan sedang meliputi: radio perlahan, percakapan kuat, kantor umumnya 50 dB dan rumah gaduh 60 dB. KElompok skala intensitas kebisingan kuat meliputi: perusahaan, radio, jalan pada umunya 70 dB dan kantor gaduh 80 dB. Kelompok skala kebisingan sangat hiruk pikuk meliputi: pluit polisi, perusahaan sangat gaduh 90 dB dan jalan hiruk pikuk 100 dB. Dan kelompok skala intensitas kebisingan menulikan meliputi: meriam, mesiu uap 110 dB dan halilintar 120 dB.

2.4.2. Jenis-jenis kebisingan

Jenis-jenis kebisingan yang sering ditemukan:

1. Kebsingan yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas (steady state, wide band

noise), misalnya mesin-mesin, kipas angina dam dapur pijar.

2. Kebisingan yang kontinyu dengan spektrum sempit (steady state, narrow band noise),

misalnya gergaji serkuler dan katup gas.

3. Kebisingan terputus-putus (intermittent), misalnya lalu lintas, suara kapal terbang dilapangan

Udara.

4. Kebisingan impulsive (impact or impulsive noise), seperti tembakan bedil dan meriam.

5. Kebisingan impulsive berulang, misalnya mesin tempa di perusahaan.

Page 8: tinjauan pustaka

Wardhana (2001) membagi kebisingan atas tiga macam berdasarkan asal sumbernya yaitu:

1. Kebisingan impulsive, yaitu kebisingan yang datangnya tidak secara terus-menerus akan tetapi

sepotong-sepotong.

2. Kebisingan kontinyu, yaitu kebisingan yang dating secara terus-menerus dalam waktu yang

cukup lama

3. Kebisingan semi kontinyu (intermittent), yaitu kebisingan kontinyu yang hanya sekejap,

kemudian hilang dan akan dating lagi.

Tipe kebisingan linkungan yang tertuang dalam KMNLH (1996) melipti kebisingan spesifik, kebisingan residual, dan kebisingan latar belakang. Kebisingan spesifik adalah kebisingan diantara jumlah kebisingan yang dapat dengan jelas dibedakan untuk alas an-alasan akustik dan sering kali sumber kebisingan dapat diidentifikasi. Kebisingan residual adalah kebisingan yang tertinggal sesudah penghapusan seluruh kebisingan spesifik dari jumlah kebisingan di suatu tempat tertentu dalam suatu waktu tertentu. Kebisingan latar belakang adalah semua kebisingan lainnya ketika memusatkan perhatian pada suatu kebisingan tertentu.

Akibat-akibat kebisingan yang tertuang dalam KLMNLH (1996) meliputi akibat-akibat badaniah dam akibat psikologis. Akiba-akibat badaniah meliputi kehilangan pendengaran yang terjadi karena perubahan ambang batas sementara maupun permanen akibat keisingan dan akibat-akibat fisiologis yang ditandai dengan rasa tidak nyaman, sakit kepala, tekana darah meningkat dan stress meningkat. Adapun akibat-akibat kebisingan yang tergolong akibat psikologis meliputi: gangguan emosional seperti kejengkelan dan kebingungan, gangguan hidup seperti gangguan tidur atau istirahat, hilang konsentrasi saat bekerja dan gangguan pendengaran.

Batasan nilai tingkat kebisingan untuk beberapa kawasan atau lingkungan dirangkum dalam Baku Mutu Tingkat Kebisingan (KepMen LH No. 48/KMNLH/11/1996) yang dibagi dalam peruntukan kawasan dan linkungan kegiatan.

Peruntukan kawasan dengan tingkat kebisingan yang dianjurkan meliputi: perumahan dan pemukiman 55 dB, perdagangan dan jasa 70 dB, perkantoran dan perdagangan 65 dB, ruang terbuka hijau 50 dB, kawasan industry 70 dB, kawasan pemerintahan 60 dB dan kawasan rekreasi seperti Bandar udara, stasiun kereta api dan pelabuhan laut 70 dB, sedangkan kawasan rekreasi untuk cagar budaya 60 dB.

Lingkungan kegiatan dengan tingkat kebisingan yang dianjurkan meliputi: lingkungan rumah sakit, lingkungan sekolah dan lingkungan tempat ibadah dengan tingkat kebisingan yang dianjurkan sebesar 55 dB.

2.4.3. Dampak kebisingan

Pengaruh buruk kebisingan, didefinisikan sebagai suatu perubahan morfologi dan fisiologi suatu organisme yang mengakibatkan penurunan kapasitas fungsional untuk mengatasi adanya stress tambahan atau peningkatan kerentanan suatu organisme terhadap pengaruh efek faktor lingkungan yang merugikan, termasuk pengaruh yang bersifat sementara maupun gangguan jangka panjang

Page 9: tinjauan pustaka

terhadapa suatu organ atau seseorang secara fisik, psikis atau social. Pengaruh khusus akibat kebisingan berupa gangguan pendengaran, gangguan kehamilan, pertumbuhan bayi, gangguan komunikasi, gangguan istirahat, gangguan tidur, psikofisiologis, gangguan mental, kinerja, pengaruh terhadap perilaku permukiman, ketidaknyamanan dan juga gangguan berbagai aktivitas sehari-hari (Mansyur, 2003).

Dampak dari kebisingan di lingkungan perumahan terhadap kesehatan masyarakat antara lain gangguan komunikasi, gangguan psikologis, keluhan dan tindakan demonstrasi, sedangkan keluhan somatic, tuli sementara dan tuli permanen merupakan dampak yang dipertimbangkan dari kebisingan di lingkungan kerja/industry. Sedangkan gangguan kesehatan psikologis berupa gangguan belajar, gangguan istiahat, gangguan sholat, gangguan tidur dan gangguan lainnya (Depkes, 1995).

Dari segi kesehatan, tingakt kebisingan yang dapat diterima tergantung pada seberapa lama kebisingan tersebut diterima. Berbagai penelitian di beberapa Negara mendapatkan tingkat kebisingan yang dapat diterima di pemukiman, gambar..

Tingkat kebisingan yang dapat ditolerir oleh seseorang tergantung pada kegiatan apa yang sedang dilakukan oleh orang tersebut. Seseorang yang sedang sakit, beribadah atau dalam suasana yang memerlukan konsentrasi akan terganggu oleh kebisingan yang rendah sekalipun. Sebaliknya seseorang yang berada dipasar akan dapat menerima kebisingan yang lebih tinggi. Hal ini tercermin pada Baku Mutu Tingkat Kebisingan (Nilai Ambang Batas) peruntukan kawasan atau lingkungan.

2.4.4. Pengukuran Kebisingan

Pengukuran kebisingan ditujukan untuk membandingkan hasil pengukuran suatu saat dengan standar yang ditetapkan serta merupakan langkah awal untuk pengendalian. Alat yang digunakan untuk mengukur kebisingan adalah Sound Level Meter. Alat ini mengukur kebisingan antara 30-130 dB dan dari frekuensi 20-20.000 Db (A.M. Sugeng Budiono, dkk, 2003).

Page 10: tinjauan pustaka

4.1. Jenis Penelitian

Penelelitian ini menggunakan rancangan cross sectional comparative. Penelitian ini dilakukan terhadap dua kelompok objek yang dianggap cukup mewakili kondisi dilapangan yaitu kelas yang dekat dengan jalan raya dan kelas yang jauh dari jalan raya. Penelitian ini membandingkan pengaruh kebisingan pada tiap objek terhadap konsentrasi belajar siswa, yaitu kelas yang dekat dengan jalan raya terhadap konsentrasi belajar siswa dan kelas yang jauh dari jalan raya terhadap konsentrasi belajar siswa.

4.2. Populasi dan Sampel

4.2.1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa didalam kelas yang berada dekat dengan jalan raya yang berjumlah 80 orang dan siswa yang didalam elaas yang berada jauh dari jalan raya yang berjumlah 64 orang.

4.2.2. Sampel

Sampel dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, yaitu:

1. Kriteria inklusi: siswa yang belajar didalam kelas yang berada dekat dengan jalan raya dan

jauh dari jalan raya.

2. Kriteria eksklusi: dalam keadaan sakit, atau sedang dalam kondisi fisik yang mengganggu

kondisi proses belajar.

Perhitungan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus:

…….

……

……….

Dengan tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 90% dan tingkat ketepatan relative

sebesar 10%. Maka jumlah sampel yang akan digunakan dengan memasukkan data ke dalam

rumus, yaitu:

1. Kelas yang dekat dengan jalan raya

………

………

………….

2. Kelas yang jauh dari jalan raya

Page 11: tinjauan pustaka

Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling. Penarikan

sampel secara Purposive merupakan teknik penarikan sampel yang dilakukan berdasarkan

karakteristik yang ditetapkan terhadap elemen populasi target yang disesuaikan dengan tujuan

atau masalah penelitian.

4.3. Variabel Penelitian

4.3.1. Klasifikasi Variabel

1. Variabel bebas : Kebisingan lalu lintas

2. Variabel tergantung : Konsentrasi belajar mengajar

4.3.2. Definisi Operasional Variabel

1. Kelas yang dekat dengan jalan raya

a. Definisi : Ruangan kelas di wilayah …… Padang yang lokasinya dekat dengan jalan raya

b. Alat ukur : Sound Level Meter (SLM)

c. Hasil ukur : Nilai tingkat kebisingan yang tertera pada alat SLM

d. Skala ukur : Nominal

2. Kelas yang jauh dari jalan raya

a. Definisi : Ruangan kelas di wilayah …… Padang yang lokasinya jauh dari jalan raya

b. Alat ukur : Sound Level Meter (SLM)

c. Hasil ukur : Nilai tingkat kebisingan yang tertera pada alat SLM

d. Skala ukur : Nominal

3. Tingkat konsentrasi

a. Definisi : Derajat kemampuan sampel untuk melakukan konsentrasi yang diukur

dengan instrument digit symbol test dan digit span test dari Wechsler

Intellegence Scale for Children (WISC).

b. Alat ukur : Digit symbl test dan digit span test yang merupaka bagian dari 12 subtest

WISC.

c. Hasil ukur :

Digit symbol test : Nilai yang diperoleh adalah seberapa banyak angka yang

dipasangkan dengan symbol yang benar dalam 90 detik.

Page 12: tinjauan pustaka

Digit span test : Stu skor nilaidiberikan untuk setiap ukuran angka yang diulangi secara

benar dengan nilai maksimal adalah 17 poin (Anonym dalam Muchtar, 2011).

Masing-masing jenis test dikelompokkan menjadi dua kateogri, yaitu kurang konsntrasi

dan cukup konsentrasi.

d. Skala ukur : Ordinal

4.4. Instrumen Penelitian

1. Sound Level Meter

2. Digit symbol test dan digit span test merupakan bagian dari 12 subtest WISC

4.5. Tempat dan Waktu Penelitian

4.5.1. Tempat penelitian

Penelitian dilakukan di …………… Padang. Lokasi ini dipilih berdasarkan evaluasi pendahuluan

yang dilakukan oleh peneliti.

4.5.2 Waktu penelitian

Waktu penelitian berlangsung pada ……

4.6. Prosedu Pengambilan dan Pengumpulan Data

4.6.1. Petugan pengumpulan data

Pengambilan dan pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan oelh peneliti dan dibantu

psikolog dan tenaga surveyor.

4.6.2. Jalannya penelitian

a. Meminta izin untuk melakukan penelitian kepada Dinas Pendidikan Kota Padang

b. Meminta izin untuk melakukan penelitian kepada Kepala Sekolah ……..

c. Menentukan responden penelitian

d. Mengukur tingkat kebisingan dengan menggunakan alat Sound Level Meter (SLM) pada dua

titk, yaitu disekitar kelas yang dekat dengan jalan raya dan disekitar kelas yang jauh dari jalan

raya.

e. Pengukuran tingkat konsentrasi belajar dengan digit span test dan digit symbol test. Dilakukan

dengan penilaian dan selanjutnya dikategorikan kedalam dua kategori, yaitu kurang

konsentrasi dan cukup konsentrasi.

Page 13: tinjauan pustaka

f. Data hasil pengukuran tingkat kebisingan dan konsentrasi belajar kemudian diolah.

4.6.3. Prosedur pengambilan data

1. Cara pengukuran tingkat kebisingan

Tentukan lokasi pengukuran (kelas yang dekat dengan jalan raya dan kelas yang jauh dari

jalan raya). Alat yang digunakan untuk mengukur kebisingan adalah Sound level Meter. Alat ini

mengukur kebisingan antara 30-150 db dan dari frekuensi antara 20-20.000 db Hz (A.M.

Sugeng Budiono, dkk, 2003). Setiap lokasi pengukuran dilakukan dengan pencatatan tingakta

kebisingan setiap 5 menit. Hasil pengukuran adalah angka yang ditunjukkan pada monitor.

Kemudian hitung rata-rata kebisingan (Lek)bLek = 10 log 1/n (10 L1/10 + 10L2/10 + 10L3/10 + …)

dBA. Hasil pengukuran dikelompokkan menjadi dua, sesuai dengan lokasi pengukuran yaitu

tingkat kebisingan disekitar kelas kelas yang dekat dengan jalan raya dan tingkat kebisingan di

kelas yang jauh dari jalan raya.

2. Cara pengukuran tingkat konsentrasi siswa

a. Digit symbol test terdiri dari kotak-kotak dan bidang yang terbagi-bagi, dalam kotak-kotak atas

ada angka-angka dan kotak-kotak bawahnya ada tanda-tanda, sampel diharuskan

memasangkan angka dan tanda sebanyak mungkin dalam waktu 90 detik

b. Didit span test mengharuskan sampel untuk menulis ulang urutan angka acak yang diucapkan

dengan kecepata satu angka per detik dimulai dengan dua urutan angka selanjutnya

ditingkatkan sampaidengan Sembilan angka (Anonym dalam Muchtar, 2011)

4.7. Pengolahan dan Analisis Data

4.7.1 Pengolahan data

Langkah-langkah pengolahan datayang dilakukan adalah:

a. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan data.

b. Coding, proses memberikan kode pada setiap data variable yang telah terkumpul yang

berguna untuk memudahkan pengolahan selanjutnya.

c. Entry, yaitu memasukkan data ke dalam computer dengan program Statistical Program for

Social Science (SPSS).

Page 14: tinjauan pustaka

d. Cleaning, yaitu memeriksa kembali data yang telahdimasukkan untuk memastikan bahwa data

tersebut telah bersih dari kesalahan, baik kesalahan dalam pengkodean ataupun kesalahan

dalam membaca kode.

4.7.2. Analisi data

Data dari setiap responden akan dimasukkan ke dalam computer oleh peneliti. Untuk melihat

pengaruh tingkat kebisingan terhadap konsentrasi belajar siswa, maka pada kedua kelompok

digunakan perhitungan statistic dengan teknik chi square.