TINJAUAN PUSTAKA

18
TINJAUAN PUSTAKA GANGGUAN BERHUBUNGAN DENGAN PENYALAHGUNAAN ZAT Penggunaan ilegal dan luas zat yang mempengaruhi otak telah menyebabkan suatu malapetaka di masyarakat barat modern. Penyalahgunaan obat banyak dijumpai prevalensi seumur hidup 6% dari seluruh penduduk AS, tetapi pada beberapa kelompok kecil tertentu prevalensinya jauh lebih tinggi. Penyalahgunaan dikatakan terjadi jika pasien menggunakan obat dengan cara yang berbahay, melukai diri, menghancurkan diri dan memiliki kesulitan mengendalikan penggunaan walaupun penggunaannya jarang serta mengalami gangguan fungsi sosial dan pekerjaan karena penggunaannya. Salah satu contoh dari pemyalahgunaan zat ialah penyalahgunaan marijuana atau kanabis. Kanabis termasuk golongan zat adiktif. Kanabis merupakan nama singkatan dari tumbuhan asalnya, yaitu Canabis sativa, yang merupakan tumbuhan Rami. Kanabis dikenal dengan sebutan marijuana, pot, grass, weed, tea, Marry Jean, hemp, chasra, bhang, ganja, dagga, sinsemilla. Marijuana memiliki bahan aktif berupa delta-9-tetrahydrocannabinol (THC). Potensi marijuana tergantung dari konsentrasi THC yang terkandung dalam tumbuhan tersebut, yang ditentukan oleh: bagian dari tumbuhan yang digunakan, keadaan iklim, dan tempat tanaman tersebut tumbuh (geografik). Kanabis telah digunakan sejak zaman dahulukala. Tercatat pada sejarah kuno Cina, tahun 2737 B.C, kanabis

Transcript of TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA

GANGGUAN BERHUBUNGAN DENGAN PENYALAHGUNAAN ZAT

Penggunaan ilegal dan luas zat yang mempengaruhi otak telah menyebabkan suatu malapetaka di masyarakat barat modern. Penyalahgunaan obat banyak dijumpai prevalensi seumur hidup 6% dari seluruh penduduk AS, tetapi pada beberapa kelompok kecil tertentu prevalensinya jauh lebih tinggi.Penyalahgunaan dikatakan terjadi jika pasien menggunakan obat dengan cara yang berbahay, melukai diri, menghancurkan diri dan memiliki kesulitan mengendalikan penggunaan walaupun penggunaannya jarang serta mengalami gangguan fungsi sosial dan pekerjaan karena penggunaannya.Salah satu contoh dari pemyalahgunaan zat ialah penyalahgunaan marijuana atau kanabis. Kanabis termasuk golongan zat adiktif. Kanabis merupakan nama singkatan dari tumbuhan asalnya, yaitu Canabis sativa, yang merupakan tumbuhan Rami. Kanabis dikenal dengan sebutan marijuana, pot, grass, weed, tea, Marry Jean, hemp, chasra, bhang, ganja, dagga, sinsemilla. Marijuana memiliki bahan aktif berupa delta-9-tetrahydrocannabinol (THC). Potensi marijuana tergantung dari konsentrasi THC yang terkandung dalam tumbuhan tersebut, yang ditentukan oleh: bagian dari tumbuhan yang digunakan, keadaan iklim, dan tempat tanaman tersebut tumbuh (geografik).Kanabis telah digunakan sejak zaman dahulukala. Tercatat pada sejarah kuno Cina, tahun 2737 B.C, kanabis digunakan untuk pengobatan Kaisar Sheng Nung (Brecher 1972). Kanabis mulai dikenal di Eropa Barat tahun 500 B.C, dengan ditemukannya bibit tanaman kanabis di Berlin. Kemudian pada tahun 1490 1553, Francois Rabelais menggambarkan tentang intoksikasi marijuana, yang disebutnya dengan herb pantagruelion . Di Amerika kanabis pertama kali dikenal di Hemispher barat, pada tahun 1545 A.D, yang dibawa oleh bangsa Spanyol. U.S Pharmacopeia memasukkan marijuana sebagai ekstrak kanabis dari tahun 1850 1942.Kanabis merupakan obat perdagangan gelap yang banyak disalahgunakan di Amerika Serikat. Pada era tahun 1960-an dan 1970-an, marijuana sangat terkenal dikalangan pengguna obat obat terlarang dari semua kalangan sosio-ekonomi dan semua etnis, lebih dari 40 juta orang Amerika menggunakannya. Berdasarkan data dari National Institue on Drug Abuse (NIDA), pada tahun1991, sepertiga dari seluruh populasi penduduk Amerika Serikat pernah memakai kanabis, dan 5%-nya masih aktif sebagai pemakai. Dari persentase ini, kelompok usia 18 25 tahun sebanyak 50% pernah memakai kanabis dan 13% - nya masih aktif sebagai pemakai.Berdasarkan data dari National Institue on Drug Abuse (NIDA), pada tahun1991, sepertiga dari seluruh populasi penduduk Amerika Serikat pernah memakai kanabis, dan 5%-nya masih aktif sebagai pemakai. Dari persentase ini, kelompok usia 18 25 tahun sebanyak 50% pernah memakai kanabis dan 13% - nya masih aktif sebagai pemakai.Penyalahgunaan dan ketergantungan kanabis lebih sering timbul pada akhir masa remaja dan awal usia 20 an. Apabila gangguan penggunaan zat bermula dari awal kehidupan, hal itu sering kali berkaitan dengan keadaan kegagalan menyelesaikan sekolah dan suatu pola yang hanya mampu mencapai jenjang pekerjaan yang rendah sepanjang hidup. Marijuana jarang menyebabkan kasus kegawatdaruratan. Masalah timbul jika marijuana digunakan dalam jangka waktu yang lama, pemakaian per oral, pemakaian bersama dengan zat psikoaktif lain. Marijuana dapat mencetuskan psikosis pada individu dengan kepribadian yang vulnarable, tapi hal ini tidak terjadi pada orang normal.Beberapa kepercayaan (sebagai contohnya, Rastafarianisme) menganggap merokok kanabis adalah sebagai bagian dari praktek religiusnya. Marijuana sering dihisap dengan pipa atau atau bersamaan dengan rokok, dapat juga diingesti peroral melalui makanan atau miuiman. Intoksikasi kanabis paling sering disebabkan oleh menghisap marijuana di dalam rokok (joint). Bentuk lain adalah hasish, hash oil, delta-9-tetrahydrocannabiol (THC) (unsur aktif). Semua obat tersebut dapat dihisap atau diingesti. Onset kerja setelah merokok adalah cepat. Ingesti oral menyebabkan onset efek yang bertahap yang dapat berlangsung selama berjam jam. Kemajuan teknik yang cepat di Amerika Serikat telah menghasilkan jenis marijuana yang poten yang disebut sinsemilla (tanpa benih).

GAMBARAN KLINISAnalisis objektif memberikan bukti yang paling dapat diandalkan perihal adanya penggunaan akhir akhir ini atau saat ini, meskipun data ini mempunyai keterbatasan terhadap penggunaan zat dimasa lalu atau tingkat penggunaan saat ini. Reaksi yang ditimbulkan oleh kanabis pada masing masing individu bervasiasi, tergantung dari: keadaan / suasana, kepribadian, dan konsentrasi THC.Efek menyenangkan yang timbul dari menghisap marijuana adalah eforia, dan perasaan rileks. Efek ini timbul beberapa menit setelah dihisap, mencapai puncaknya dalam waktu 30 menit, dan bertahan selama 2-4 jam. Di dalam tubuh manusia, delta-9-Tetrahidrocanabinnol (THC) dengan cepat diubah menjadi 11-hidroksi-delta-9-THC. Konsentrasi reseptor kanabinoid sangat tinggi terdapat di ganglia basalis, hipokampus, serebelum, sedangkan konsentrasinya di corteks serebri lebih rendah. Reseptor ini tidak ditemukan di batang otak, sehingga efeknya hanya minimal fungsi pernafasan dan sirkulasi.Marijuana biasanya dihisap bersama rokok, yang menyebabkan intoksikasi dalam waktu 10 30 menit. THC dan metabolitnya larut dalam lemak dan terakumulasi dalam sel sel lemak serta dapat disimpan dalam tubuh selama 30 hari; waktu paruhnya kira kira 50 jam. Intoksikasi dapat berlangsung selama 2 4 jam tergantung dari dosisnya, tetapi perubahan tingkah laku dapat berlangsung lebih lama. Penggunaan marijuana melalui ingesti oral (contohnya: penambahan marijuana pada bahan- bahan makanan yang dibakar) menimbulkan onset yang lebih lama, tapi efek toksiknya lebih hebat. Gejala gejala akan hilang 6 jam setelah ingesti oral.Gejala gejala dan tanda klinis yang timbul dapat dibagi menjadi sebagai berikut:- Gejala fisik:Dapat berupa takikardi, hipertensi, injeksi konjungtiva, mulut kering, dan lapar. Gejala yang timbul pada dasarnya adalah efek yang biasa saja dari ganja, tetapi pada pemakaian yang pemula (naive) dirasakan berlebihan atau mengancam. Penggunaan dalam jumlah banyak dan kronis bersifat karsinigenik.

- Gejala Psikologis:Adanya perasaan nyaman, euforia ringan dan relaksasi. Terjadi perubahan ringan dan penajaman persepsi (menghebat pada konsentrasi yang lebih tinggi), perasaan acuh tak acuh dan perasaan waktu melambat. Sejumlah kecil orang mendapatkan rasa disforia pada pemakaian kanabis, dan berkembang menjadi depresi, ansietas, panik, disosiasi atau bahkan sindrom waham (biasanya paranoid, sering disertai depersonalisasi). Gangguan pada penampilan psikomotor, perhatian, orientasi waktu dan memori (kemampuan belajar) selama dan segera sesudah pemakaian adalah gangguan-gangguan yang lazim ditemukan. Penggunaan yang sering dan kronismengakibatkan gangguan kognitif menyeluruh dan gangguan fungsi sosial/pekerjaan.

Pemakaian kanabis biasanya terjadi dalam konteks penyalahgunaan polisubstansi, yang paling sering dengan rokok, alkohol, dan kokain. Intoksikasi akut biasanya tidak memerlukan pengobatan, tetapi gangguan delusional yang ringan, biasanya waham kejar, dapat terjadi dalam keadaan panik akut yang singkat. Gejala yang jarang adalah depersonalisasi, halusinasi. Pemakaian yang naif adalah rentan terhadap panik yang diinduksi oleh kanabis. Delirium toksik, biasanya berhenti dengan sendirinya, dapat terjadi setelah diingesti atau diinhalasi dosis besar.Pemakaian kanabis dapat mengeksaserbasi pasien skizofrenia pada pasien yang sebelumnya stabil. Kanabis meningkatkan kadar lithium (eskalith) dan waktu paruh barbiturat. Zat ini mempunyai efek psikologis tambahan pada amphetamin. Kombinasi kanabis-opiod dan kanabis-alkohol dapat menyebabkan takikardi.

EFEK SAMPING

Jenis Faktor pencetusGejala Pengobatan

Panik akut

Delirium toksik

Flash back(kilas balik)

Psikosis kronik

Sindroma amotivasional

Pemakaian yang tidak berpengalaman, karakter histerikal atau obsesional, pemberian oral

Dosis besar pemakaian oral

Berhari hari atau minggu setelah dosis terakhir, sebelum riwayat pemakaian halusinogen

Pemakaian berat yang lama dari marijuana yang sangat poten atau hashish; jarang di Amerika Serikat

Pemakaian berat dan lama, eksistensi sindrom adalah kontroversial

Kecemasan, depresi, tanpa gejala psikotik

Konfusi, disorientasi, halusinasi, depersonalisasi, waham

Pengalaman seperti halusinogen kecuali singkat

Paranoia, waham, halusinasi, panik, perilaku kacau, kadang kadang penyerangan

Apati, penurunan atensi, pertimbangan buruk, hubungan interpersonal yang burukMenenangkan pasien, kadang kadang ansiolitik; episode biasanya singkat.

Sebagian besar menghilang dalam 12 sampai 48 jam; diperlukan antipsikotik

Menenangkan pasien; ansiolitik jika perlu

Antipsikotik

Tidak ada pengobatan yang diketahui

KOMPLIKASI1. Paru paruIritasi asap ganja menimbulkan bronkitis tak khas, suatu serangan seperti: asma, bahkan destruksi permanen jaringan paru2. Hidung dan tenggorokanTerjadi sinusitis dan faringitis serta meningkatnya risiko timbulnya kanker3. Sistem kardiovaskularKekuatan kontraksi otot jantung menurun, denyut jantung meningkat4. Sistem imunitasPenurunan daya tahan tubuh oleh karena THC menekan produksi sel limfosit sehingga risiko terkena infeksi meningkat.5. Sistem reproduksiPemakaian ganja yang berat pada pria berakibat menurunnya produksi sperma, sedangkan pada wanita menghambat ovulasi. Pada wanita hamil THC menghambat pertumbuhan janin olehkarena terganggunya oksigenasi.

6. Sistem endokrinKadar pelbagai hormin menurun termasuk testostero dan hormon pertumbuhan. Begitu pula dilaporkan pengaruh ganja terhadap kadar prolaktin7. OtakPemakai ganja berat mempeerlihatkan perubahan EEG. Pengaruh THC terhadap septum otak dan sistim limbik berakibat pada kemampuan mengendalikan emosi. Ganja juga mengakibatkan gangguan daya ingat dan persepsi.

PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Evaluasi psikologis2. Urinalisis untuk mendeteksi secara kualitatif adanya metabolit THC di dalam urinHasil tes urinalisa positif 7-10 hari setelah pemakaian kanabis, tapi pada pemakai berat dapat positif sampai 2-4 minggu.3. Foto toraks4. EEG

KRITERIA DIAGNOSIS GANGGUAN PENGGUNAAN KANABIS

Penyalahgunaan zat tanpa ketergantungan didefinisikan sebagai:1. Terdapat pola penggunaan patologik.2. Hendaya dalam fungsi sosial atau pekerjaan akibat penggunaan zat.3. Jangka waktu minimal penggunaan zat itu paling sedikit 1 bulan.

Kriteria diagnostik Penyalahgunaan Kanabis tanpa Ketergantungan bedasarkan PPDGJ II:A. Pola penggunaan patologik: intoksikasi sepanjang hari; penggunaan kanabis hampir tiap hari selama paling sedikit 1 bulan; ada episode episode gangguan waham kanabis.B. Hendaya dalam fungsi sosial atau pekerjaan akibat penggunaan kanabis: misalnya minatnya dalam aktivitas yang biasanya dilakukan sehari hari secara jelas menurun, kehilangan kawan kawan, tidak masuk kerja, kehilangan pekerjaan, atau terlibat pelanggaran hukum (selain dari hanya sekali ditangkap karena memiliki, membeli atau menjual zat itu)C. Lama gangguan paling sedikit satu bulan.

Ketergantungan zat didefinisikan sebagai:1. Terdapat toleransi atau sindrom putus obat (withdrawal)2. Khusus ketergantungan kanabis diperlukan syarat terdapatnya pola penggunaan patologik atau hendaya dalam fungsi sosial atau pekerjaan. Gambaran utama yang khas dari sindrom ketergantungan ialah keinginan (sering amat kuat dan bahkan terlalu kuat) untuk memggunakan zat. Mungkin ada bukti bahwa mereka yang menggunakan kembali zat setelah suatu periode abstinensia akan lebih cepat kambuh daripada individu yang sama sekali tidak ketergantungan.Kriteria diagnosis Ketergantungan kanabis berdasarkan PPDGJ II:A. Terdapat pola pola penggunaan patologik atau hendaya dalam fungsi sosial atau pekerjaan akibat penggunaan kanabis.Pola penggunaan patologik: intoksikasi sepanjang hari; penggunaan kanabis hampir tiap hari selama paling sedikit satu bulan, terdapatnya episode episode Gangguan Waham Kanabis.Hendaya dalam fungsi sosial atau pekerjaan akibat penggunaan kanabis: misalnya, jelas berkurangnya minat terhadap aktivitas yang biasa dilakukannya, kehilangan kawan kawan, absen bekarja, kehilangan pekerjaan, atau terlibat persoalan hukum (bukan hanya sekali tertangkap karena memiliki, menjual atau membeli zat terlarang).B. Toleransi: kebutuhan untuk menambah jumlah kanabis secara jelas meningkat agar tercapai efek yang dikehendaki, atau dengan penggunaan jumlah yang sama secara teratur terjadi pengurangan efek secara jelas.Gangguan mental organik kanabis terdiri dari:1. Intoksikasi kanabis2. Gangguan waham kanabis Kriteria diagnosis gangguan waham kanabis menurut PPDGJ II:A. Baru menggunakan kanabisB. Timbul sindrom waham organik di dalam waktu 2 jam sesudah penggunaan zat itu.C. Gangguan itu tidak menetap sesudah lebih dari 6 jam penghentian zat itu.D. Tidak disebabkan oleh gangguan fisik atau mental lainnya.

Kriteria diagnosis intoksikasi kanabis berdasarkan PPDGJ II:A. Baru menggunakan kanabisB. TakikardiaC. Paling sedikit terdapat satu dari gejala psikologik di bawah ini yang timbul dalam waktu 2 jam sesudah penggunaan zat itu:1. Euforia2. Perasaan intensifikasi persepsi secara subyektif3. Perasaan waktu berlalu secara lambat4. ApatiD. Paling sedikit terdapat satu dari gejala fisik di bawah ini yang timbul dalam waktu 2 jam sesudah penggunaan zat itu:1. Kemerahan konjungtiva2. Nafsu makan bertambah3. Mulut kering E. Efek tingkah laku maladaptif, misalnya kecemasan berlebihan, kecurigaan atau ide ide paranoid, hendaya daya nilai, halangan dalam fungsi sosial atau pekerjaanF. Tidak disebabkan oleh gangguan fisik atau nmental lainnya.

Kriteria diagnostik untuk intoksikasi kanabis berdasarkan DSM IV:A. Pemakaian kanabis yang belum lama.B. Perilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bermakna secara klinis (misalnya: gangguan koordinasi motorik, euforia, kecemasan, sensasi waktu menjadi lambat, gangguan pertimbangan, penarikan sosial) yang berkembang segera, atau segara setelah pemakaian kanabis.C. Dua (atau lebih) tanda berikut, berkembang dalam 2 jam pemakaian kanabis:1. Injeksi konjungtiva2. Peningkatan nafsu makan3. Mulut kering4. TakikardiaD. Gejala tidak disebabkan oleh kondisi medis umum dan tidak diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain.Sebutkan jika:dengan gangguan pervasiDIAGNOSIS BANDING:1. Skizofrenia2. Gangguan depresi dengan atau tanpa ciri psikotik3. Gangguan bipolar4. Gangguan panik5. Gangguan Anxietas6. Intoksikasi alkohol7. Gangguan delusional8. Intoksikasi halusinogenik

PENATALAKSANAAN

Prinsip1. Tentukan cara pemberian. Ingesti oral menghasilkan efek yang berlangsung sampai 12 jam atau lebih.2. Periksalah pasien untuk adanya penyalahgunaan alkohol, kokain, stimulan lainnya, sedatif-hipnotik, dan obat lain. Lakukan pemeriksaan saring toksikologi urin.3. Periksalah pasien untuk gangguan psikotik, mood, dan kepribadian dasar.4. Rujuklah pasien untuk pengobatan rawat jalan yang tepat jika diindikasikan.

Medikasi MentosaMedikasi biasanya tidak diperlukan, tetapi kecemasan yang berat dapat dihilangkan dengan benzodiazepin sebagai contohnya lorazepam (ativan) 1 2 mg per oral, aprazolam (xanax) 0,5 1 mg peroral, klonazepam (klonopim) 0,25 0,5 mg per oral, atau oxazepam (serax) 10 30 mg peroral yang seringkali menyebabkan tidaur. Jika gejala psikotik menonjol, gunakan haloperidol (haldol) 1 2 mg per oral atau intramuskular. Ulangi dalam 20 30 menit sesuai keperluan.

Terapi untuk Gejala PsikologiPsikosis/Gangguan Psikosis Akibat Penggunaan Ganja1. Bila ditemukan pasien kehilangan kontak dengan realitas, perlu perawatan inap jangka pendek.2. Hendaklah diterangkan pada keluarga pasien bahwa masalah ini sifatnya sementaradan agar membantu yang bersangkutan untuk mengembalikan penilaian realitasnya.3. Antipsikotika dapat diberikan untuk jangka pendekdalam rangka mengatasi perilaku yang tidak diinginkan, boleh diberikan haloperidol 5 mg / hari dalam dosis terbagi atau khlorpromazin 25 150 mg per oral.reaksi psikotik yang tidak hilang dalam sehari hendaklah dievaluasi tentang kemungkinan gangguan jiwa yang berat. Yang paling sering: skizofrenia atau gangguan afektif.Reaksi panik1. Dilakukan pemeriksaan fisik untuk membedakan dengan intoksikasi obat lain (amfetamin, halusinogenika, kokain)2. Ambil darah 10 cc atau urin 50 cc untuk pemeriksaan toksikologis3. Tentukan dosis yang digunakan dan lama pemakaian ganja4. Yakinkan bahwa masalah ini akan teratasi dalam waktu 4 8 jam5. Tempatkan pasien pada ruangan yang tenang, berikan keyakinan dan kerabat / teman diperbolehkan membantu talk him down6. Derajat intoksikasi mungkin berfluktuasi dalam 5 jam atau lebih.7. Tidak ada pengobatan yang khusus.8. Bila anxietas tidak bisa diatasi, boleh diberi anxietas khlordiazepoksida 10 50 mg per oral, dapat diulangi setelah 1 jam. Oleh karena menetapnya metabolit THK di dalam tubuh, pasien diberitahu bahwa mereka mungkin mengalami perasaan intoksikasi ringan dalam 2 4 hari. Bila reaksi memberat maka pada pasien dan keluarganya dikemukakan kemungkinan adanya kormobiditas gangguan jiwa yang lain.9. Rawat inapIntoksikasi ganja Jarang menyebabkan kematian. Reaksi toksik terjadi pada penggunaan ganja dalam jumlah besar. Penanganan seperti pada reaksi panik. Tempatkan pasien pada ruangan tenan untuk mengurangi stimulasi.Sindrom Otak Organik Terapi sama dengan reaksi panikKeadaan putus ganja Kondisi klinis akibat putus ganja pada umumnya ringan dan segera menghilang dengan sendirinya dalam waktu yang tidak terlalu lama.

DAFTAR PUSTAKA

1. American Psychiatric Association. Canabis related Disorder in Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders : DSM-IV. 4th edition. Washington. 1994. 2. Andreasen Nancy C, Black Donald W. Cannabis Use Disorders in Introductory Textbook of Psychiatry. 3rd edition.19943. Departemen Kesehatan RI. Terapi Ketergantungan Ganja dalam Pedoman Terapi Pasien ketergantungan Narkotika dan Zat Adiktif lainnya. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. 2000. h30-35.4. Flaherty Joseph A, Channon Robert A, Davis John M, editors. Psychoactive Substance Abuse in a Lange Clinical Manual: Psychiatry Diagnosis & Therapy 88/89. Prentice-Hall International Inc. United States Of America.1992.5. Kaplan Harold I, Sadock Benjamin J, Grebb jack A. Cannabis-Related Disorders in Kaplan and Sadocks Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences Clinical Psychiatry. 7th edition. Infomed. Hongkong. 1994. p419-20.6. Kleber D. Herbert, Leigh Hoyle, editor. Drug Dependence in Psychiatry in the Practice of Medicine. Addison-Wesley Publishing Company. Sydney. 1983.7. Kusuma Widjaja, Saputra Lyndon, editor. Intoksikasi Kanabis (Marijuana) dalam Dari A sampai Z Kedaruratan Psikiatrik dalam Praktek. Professional Books. Jakarta. 1997.8. Milby Jesse B. Addictive Behavior and Its Treatment. Springer Publishing Company. New York. 1981. 9. Slaby Andrew E. Cannabis Intoxication and Delusional Disorders in Handbook of Psychiatric Emergencies. Appleton & Lange. Connecticut.10. Tomb David. Buku Saku Psikiatri. EGC. Jakarta. 2004.