tinjauan pustaka
-
Upload
yulita-rumlus -
Category
Documents
-
view
387 -
download
2
Transcript of tinjauan pustaka
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III. 1 RESIN AKRILIK
Resin akrilik adalah turunan etilen yang mengandung gugus vinil dalam
rumus strukturnya. Dua kelompok resin akrilik dalam kedokteran gigi yaitu
kelompok turunan asam akrilik, CH2 = CHCOOH, dan kelompok asam
metakrilik CH2 = C(CH3)COOH. Kebanyakan Basis protesa di buat
menggunakan resin poli ( metil metaktilat). Resin akrilik terdiri dari poli
(metil metakrilat) yang berbentuk bubuk di sebut polimer, dan metil
metakrilat yang berbentuk cairan disebut monomer, gambar 1.4 Resin akrilik
yang murni adalah tidak berwarna, transparan dan padat. Resin akrilik dapat
di beri warna dengan mudah. Secara teknis, resin akrilik diklasifikasikan
sebagai bahan termoplastik.5
Resin akrilik terbentuk saat dicampur dengan cairan monomer metil
metakrilat dan bubuk polimer poli (metil metakrilat), dan campuran
mengalami polimerisasi. Polimerisasi merupakan proses terbentuknya
polimer, yaitu suatu reaksi kimiawi yang menyusun banyak monomer
menjadi suatu rantai yang mempunyai berat molekul besar. Mekanisme
polimerisasi resin akrilik adalah dengan reaksi adisi radikal bebas. Reaksi
adisi adalah reaksi pemecahan ikatan rangkap. Tahapan yang terjadi pada
polimerisasi terdiri dari Tahap aktivasi, tahap inisiasi, tahap propagasi dan
tahap terminasi. Gambar 2. 4
Resin digunakan untuk dasar gigi tiruan, gigi tiruan, reline dan perbaikan
prostesa, gigi palsu parsial. Resin juga telah digunakan untuk retainer
ortodontik dan perangkat removable gigi , pelindung mulut dari bruxism,
mahkota gigi. 6
4
Gambar 1. Struktur Kimia Poli (metil Metakrilat) dan Metil Metakrilat
Sumber : Craig’s Restorative Dental Material.11th
Gambar 2. Tiga Tahapan adisi polimerisasi dari metil metakrilate
Sumber : O’Brien.2002.Dental Material Their Selection.3rd
5
III. 2. AKRILIK POLIMERISASI PANAS
Akrilik polimerisasi panas sangat mirip dengan polimerisasi secara kimia.
Perbedaan utama adalah bahwa tidak ada aktivator kimia dalam cairan.
Perbedaan kecil adalah bahwa inhibitor sedikit dalam cairan. Inhibitor ini
tidak diperlukan untuk memberikan waktu bekerja. Inhibitor berfungsi
sebagai preservatif, bereaksi dengan mencegah polimerisasi radikal bebas
selama penyimpanan.5 Sistem heat cure tediri dari bubuk / cair sama seperti
polimerisasi secara kimia. Ketika resin akrilik dicampur, resin akrilik akan
melewati tahap-tahap awal yang sama dari proses pengaturan. Karena tidak
ada aktivator kimia sehingga bahan campuran memerlukan jangka waktu
dalam tahap adonan. Waktu bekerja lebih lama untuk resin akrilik akrilik
polimerisasi panas. Setelah materi dibentuk menjadi bentuk yang diinginkan
material dipanaskan dalam air. Panas merinci peroksida peroxide, membentuk
radikal bebas. Polimerisasi hasil dengan mengubah adonan menjadi bahan
kaku.5,7 Hasil dari polimerisasi panas agak kuat dan lebih tangguh dari pada
resin akrilik polimerisasi secara kimia. ada dua sistem tertentu alasan
perumusan bubuk / cair :
a. pengolahan dimungkinkan dengan teknik adonan
b. diminimalkan penyusutan polimerisasi
c. pemanasan dari reaksi reduksi 8
1. Komposisi Bahan Resin Akrilik
Komposisi bahan resin akrilik heat – cured pada dasarnya terdiri dari
bubuk/powder dan cairan/liquid. Komposisi bahan resin akrilik sebagai berikut :
1. Powder
a. Poly ( metil metakrilat ) : bahan utama
b. kopolimer lainya : 5%
c. Benzoil peroxide : initiator
d. Dibutil phthalate : Plasticizer
e. Gabungan dari mercuric suplhides, cadmium sulphide : pigmen dan zat
pewarna.
6
f. Zinc atau tintanium oxide : Opacifiers (Bahan opasitas)
g. Zat warna organik
h. Partikel inorganic seperti fibres glass untuk menstimulasi kapiler gingiva.
Powder terutama terdiri dari butiran prepolimerized poli (metil metakrilat) atau
kopolimer dan inisiator, peroksida peroxide. Butiran polimer yang dicampur
dengan agen pewarna, pigmen sebuah serat yang membantu untuk mereproduksi
warna mukosa oral dengan pembuluh darah yang kecil. powder ini tersedia dalam
nuansa pink yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan pasien dari etnis yang
berbeda.
2. Liquid
a. Metil metakrilat : bahan utama yang akan polomerisasi
b. Dibutil phthalate : plasticizer
c. Glicol Dimetakrilat (1-2 %): agent cross linking
d. Hidroquinone 0,06% : inhibitor.
Dua jenis cairan akrilik yang digunakan tergantung pada modus polimerisasi,
yang mungkin menggunakan panas atau bahan kimia untuk aktivasi. Bahan umum
untuk kedua jenis liquid adalah metil metakrilat monomer yang merupakan cairan
tak berwarna dengan kepadatan sebesar 0,95 g / mL dan titik didih 100.8oC, kira-
kira sama dengan air. Monomer kimia dimulai mengandung aktivator seperti
amina tersier (N, N-dimetil-para-toluidin dan N, N-dihydroxyethyl-para-toluidin),
asam sulfinic dan garamnya. Unsur penting lainnya dalam cairan adalah inhibitor,
metil eter hidroquinone dalam persentase kecil (0,003 per cent 0,1 persen).
Sebuah berat molekul rendah ester, seperti dibutil phthalate juga biasanya hadir
sebagai sebuah plasticizer. bahan resin yang menghasilkan produk yang juga
mengandung agen silang-silang seperti dimetakrilat gycol. monomer ini sangat
sensitif terhadap ultraviolet (UV) cahaya dan untuk mencegah polimerisasi diri,
akan disimpan dalam botol berwarna kuning gelap,9,10
7
2. Sifat – sifat :
Resin aklilik mempunyai beberapa sifat yaitu sebagai berikut :
a. Curing Shrinkage
Ketika monomer metil metakrilat berpolimerisasi akan terjadi perubahan
kepatadan. Perubahan kepadatan menyebakan shrinkage polimerisasi
sebesar 21 %. Umunya perbadinga powder-liquid adalah sebesar 3–3,5 :1
(vol ) atau 2,5 :1 (berat). Pada proporsi adonan akrilik ini akan terjadi
Shrinkage sebesar 7%. Hal ini disebabkan karena resin akrilik selama ini
menunjukkan shrinkage yang terdistribusi merata disetiap permukaan
basis sehingga tidak begitu mempengaruhi adaptasi basis mukosa.11,12
b.Strength (Kekuatan )
Kekuatan resin akrilik tergantung dari komposisi resin, teknik prosesing,
dan lingkungan gigi tiruan itu sendiri. Resin akrilik mempunyai modulus
elastisitas yang relatif rendah yaitu 2400 Mpa, oleh karena itu basis tidak
boleh kurang dari 1 mm. 13,
c. Porositas
Porositas adalah gelembung udara yang terjebak dalam massa akrilik yang
telah mengalami polimarisasi. Timbulnya porositas menyabababkan efek
negatif terhadap kekuatan dari resin akrilik.11,12
d.Stabilitas dimensi
Stabilitas dimensi dapat dipengaruhi oleh proses, molding, cooling,
polimerisasi, absorbsi air dan temperatur tinggi.14
e. Crazing
Retakan yang terjadi pada permukaan basis resin, hal ini disebabkan
karena adanya tensile stress, sehingga terjadi pemisahan barat molekul. 11,12
f. Fraktur
Gigi tiruan yang tidak sesuai karena desain yang tidak baik dapat
menyebabkan daya fleksural yang berkelanjutan sehingga terjadi fatigue
dan akhirnya menyebabkan gigi tiruan fraktur. 8.11
8
g.Radiologi
Akrilik tidak dapat dideteksi dalam foto karena sifat radiolusensinya. Ini
disebabkan karena atom C,H,O yang terdapa dalam alrilik melemahkan,
menyerap sinar x- ray. Hal ini akan meyulitkan jika terjadi kecelakaan
dimana ada bagian akrilik yang tertelan atau tertanam di dalam jaringan
lunak.15
h.Reaksi alergi
Sangat jarang pasien yang mengalami reaksi alergi akibat kontak dengan
resin akrilik yang berasal sdari gigi tiruan. Kebanyakan kasus yang
dilaporkan adalah akibat dari gigi tiruan yang tidak bersih dan gigi tiruan
yang tidak sesuai kedudukanya dalam rongga mulut sehingga
mengakibatkan trauma pada jaringan lunak mulut, tetapi banyaknya
residual monomer yang terdapat pada basis resin akrilik yang tidak
mengalami polimerisasi secara sempurna akan mengakibatkaniritasi pada
jaringan mulut pasien.9
i. Penyerapan air
Resin akrilik meyerap air secara peerlahan dengan nilai equilibrium
absorpsi 2 – 2,5 % aka terjadi setelah 6 bulan atau lebih tergantung dari
ketebalan basis. Peyerapan air ini akan menyebabkan perubahan
dimensiom\nal, tetapi hal ini adalah tidak signifikan dan biasanya bukan
merupakan penyebab utama ketidak sesuaian gigi tiruan. 9
3. Proses Pencampuran dan Pemanasan
a. Pencampuran
Pencampuran polimer dan monomer harus dilakukan di dalam tempat (mixing
jar ) yang terbuat dari keramik atau gelas yang tidak tembus cahaya. Hal ini
dilakukan dengan maksud agar tidak terjadi polimerisasi awal/ dini. Bila polimer
dicampur dengan monomer akan terjadi reaksi dengan tahap-tahap sebagai
berikut:
9
Tahap I. Sandy Stage
Campuran tampak seperti pasir basah. Untuk menghasilkan campuran yang
baik, serta menjaga penyusutan pada tingkat rasio rendah, bubuk / cairan biasanya
digunakan 2,5:1 berat. Hal ini memberikan penyusutan polimerisasi volumetrik
sekitar 5 - 6%. Proporsi biasanya dilakukan dengan menempatkan volume yang
sesuai dari cairan bersih, pencampuran diikuti dengan penambahan bubuk, yang
memungkinkan, setiap partikel bubuk menjadi basah oleh monomer. Campuran
kemudian diaduk dan dibiarkan berlangsung hingga mencapai konsistensi untuk
pengepakan ke dalam cetakan gypsum. Selama periode ini berlangsung penutup
harus ditempatkan pada wadah pencampuran untuk mencegah penguapan
monomer. kehilangan monomer pada tahap ini dapat menghasilkan porositas
dalam material.
Tahap II. Strangy Stage
Adonan apabila disentuh dengan jari/alat bersifat lekat, apabila ditarik
membentuk serat. Butir-butir polimer mulai larut, monomer bebas meresap ke
dalam polimer dan viskositas meningkat.
Tahap III. Dough Stange
Monomer makin banyak merembes ke dalam butir-butir polimer dan ada juga
monomer yang menguap sehingga konsistensi makin padat . Pada akhirnya akan
menjadi adonan yang plastis dan tidak tidak melekat lagi pada tangan kalau
dipegang.
Tahap IV. Rubbery Stage
Kenyal seperti karet. Pada tahap ini telah banyak monomer yang menguap,
terutama pada permukaannya sehingga terjadi permukaan yang kasar.
Tahap V. Rigid Stage :
Kaku dan keras. Pada tahap ini adonan telah menjadi keras dan getas pada
permukaannya, sedang keadaan di bagian dalam adukan masih kenyal.1,11
10
b. Pemasakan
Adonan didiamkan sampai Dough stage tercapai, masukkan adonan ke dalam
mold yang telah di olesi CMS ( cold mold seal ). Agar pengisiannya merata dan
padat maka diperlukan pengepressan menggunakan alat hydroulic bench press.
Proses pemasakan melewati tahap – tahap sebagai berikut :
1. Tahap Pertama : Memanaskan kuvet berisi adonan selama tujuh jam pertama
pada suhu 70oC diikuti oleh tiga jam kedua pada suhu 100oC
2. Tahap Kedua : Air secara bertahap akan mendidih selama satu jam, lalu
dibiarkan mendidih selama satu jam dan kemudian dibiarkan dingin
perlahan-lahan.
3. Tahap Ketiga : dikuvet didinginkan sampai suhu kamar, lalu di lalu deflasking.11,16
C. MANIFESTASI PADA JARINGAN LUNAK MULUT
1. Denture Stomatitis
Denture Stomatitis merupakan inflamasi kronis pada jaringan yang disebabkan
karena penggunaan gigitiruan. Mekosa terlihat merah terang dengan distribusi
yang terbatas pada daerah yang ditutupi oleh permukaan gigitiruan dan sering
terjadi pada rahang atas, mukosa dibawah gigi tiruan menjadi sangat merah,
bengkak, lunak, serta adanya granular dan sakit. 17,18
a. Simtom
Denture Stomatitis juga dipergunakan sebagai istilah intuk menggambarkan
perubahan patologis mukosa mulut pada bagian penyangga gigitiruan sebagian
lepasan, penderita Denture Stomatitis biasanya mengeluh adanya perdarahan
mukosa, bengkak, persaan sakit atau panas, halitosis atau pengecapan yang tidak
enak, kekeringan pada rongga mulut dan ada juga yang tanpa keluhan atau
gejala.,18
b. Klasifikasi
11
Secara garis besar Denture Stomatitis dapat dikelompokkan dalam 3 tipe,
yaitu: 19,20
1. Tipe inflamasi sederhana setempat. Pada tipe ini timbul bintik – bintik
merah (pin poin hiperemi) disekitar duktus mukosa pada palatum
posterior. Lesi ini berkaitan dengan trauma yang berasal dari gigitiruan.
Gamba1 menunjukkan gambaran klinis dari Denture Stomatitis tipe
inflamasi sedehana menyeluruh.
Gambar 1. Denture Stomatitis tipe inflamasi sederhana setempat
2. Tipe inflamasi sedehana menyeluruh, inflamasi menyeluruh yanh meluas
menjadi bintik kemerahan yang difus, rata, dan atropik sepanjang palatum
posterior sampai melibatkan seluruh daerah yang tertutupi gigitiruan.
Gambar 2 menunjukkan Denture Stomatitis tipe inflamasi sederhana
menyeluruh.
12
Gambar 2. Denture Stomatitis tipe inflamasi sederhana menyeluruh
3. Tipe granular, mukosa memiliki permukaan granular yang terinflamasi
dan sering dipertegas sampai daerah terkecil kemudian menjadi dengan
tahap hiperemi difus. Lesi seperti ini kadang dijumpai pada pasien yang
tidak pernah memakai gigitiruan. Keadan ini sering disebut juga dengan
papillary hiperplasia gambar 3 menunjukaan gambaran klinis denture
stomatitis tipe inflamasi granular. ( denture)
Gambar 1. Denture Stomatitis tipe inflamasi granulasi
2. Sindrom Mulut terbakar
13
Sindrom Mulut terbakar merupakan kumpukan gejala dengan karakteristik rasa
sakit dan rasa terbakar pada salah satu atau beberapa sturktur rongga mulut dan
biasanya mempunyai pola bilateral. Reaksi tersebut mempunyai keparahan yang
bermacam – macam seperti eritema, bengkak, sakit pada mukosa mulut, gingiva
dan bibir. 20
a. Etiologi
Sindroma Mulut terbakar merupakan kondisi Multifaktoral, dan pada
umumnya etiologi dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
1. Faktor etilogi lokal : Mikroorganisme (kandida albikan), kuman
(stafilokokus, streptokokus, fusospirokhaeta, enterobakter dan klebsiela),
iritasi gigi atau tambalan yang tajam, makanan, obat kumur, pasta gigi,
alergi terhadap makanan, alergi terhadap bahan material terutama bahan
gigitiruan, eritroplakia, fissur tongue, geographic tongue, hairy tongue dan
leukoplakia.
2. Faktor etiologi sistemik : penyakit defisiensi, efek samping obat dan
gangguan hormon dan imunologi.
3. Faktor psikogenik : kecemasan, depresi dan neurotik. 20,21
b. Simtom
Keluhan klinis sindroma mulut terbakar bervariasi sepanjang hari, lamey dan
lewis membangi menjadi 3 tipe yaitu :
1. Tipe I : Tidak adanya keluhan pada saat bagun pagi, dan mulai timbul
pada siang hari yang semakin berat pada sore hari.
2. Tipe II : Rasa panas yang ters menerus sepanjang hari
3. Tipe III : Rasa panas yang intermiten yang biasanya berhubungan dengan
alergi terhadap makanan tetentu.22
3. Hiperplasia jaringan lunak
14
Hiperplasia jaringan lunak di bawah atau disekeliling gigi tiruan lengkap
merupakan akibat dari respons fibroepitelial terhadap pemakaian gigi tiruan
lengkap. Kelainan ini sering kali asimtomatik dan terbatas pada jaringan di
sekeliling tepi gigi tiruan di daerah vestibular, lingual, atau palatal atau mungkin
terjadi pada semua bagian dari sisa alveolar. Gambar ....
a. Etiologi
Etiologinya multifaktor, dan yang tercantum di bawah ini merupakan faktor –
faktor yang mungkin menjadi penyebab, perubahan pada soket alveolar pasca-
pencabutan, trauma akibat pemakaian gigi tiruan, iritasi kronis biasanya dari
daerah sayap geligi tiruan lengkap atau sebagian yang telah tua dan tidak pas,
penurunan sisa alveolar secara bertahap, perubahan dalam profil jaringan lunak
dan fungsi sendi temporomandibula, perubahan dalam perbandingan relatif dari
kedua rahang, kebiasaan – kebiasaan dan lamanya keausan, berbagai macam
tekanan yang meyimpang, yang jatuh pada jaringan pendukung ( misalnya gigi
anterior bawah asli berhadapan dengan gigi tiruan lengkap atas), termasuk pula
gerakan parafungsional yang dilakukan oleh mandibula. (gambar..), tekanan –
tekanan yang berlebihan pada segmen tertentu dari lengkung geligi karena
tidak adanya keseimbangan kontak dalam posisi eksentrik.
b. Pemeriksaan klinis
Pada pemeriksaan klinis menunjukkan bahwa jaringan ini biasanya hiperemis
dan membengkak. Pada tahap dini terdiri atas satu lipat jaringan lunak yang
licin. Ketika pembengkakan membesar, maka celah di tengah atau celah –
celah multipel akan terlihat, batas – batasnya dapat seperti menggatung pada
sayap geligi tiruan. ( atlas berwarna)
15
Gambar hiperplasia jaringan lunak yang disebabkan
oleh iritasi sayap geligi tiruan.
Sumber. Langlais R, Miller C.2000.
Atlas Berwarna Kelainan rongga mulut yang lazim
Gambar . Hiperplasia akibat iritasi pemakaian gigi tiruan
Sumber : Pindborg.2009. Atlas mukosa penyakit mulut
4. Keilitis angularis
16
Suatu keadaan sakit yang terdiri atas fisura eritematus yang memancar di
sudut–sudut mulut. Keadaan tersebut paling umu telihat sesudah usia 50 tahun dan
biasanya diderita wanita dan pamakai geligi tiruan. Etiologinya diperkirakan
berhubungan dengan infeksi dan campuran Candida albicans dan staphylococcus
aureus. Keadaan – keadaan predisposisi termasuk anemia, kebersihan mulut yang
jelek, seringnya penggunaan antibiotik spektrum luas, dimensi vertikal yang
menurun, lipatan perioral yang lemah, defisiensi nutrisi kelompok vitamin B.
Gambaran klinis :
Pada awalnya jaringa mukokutan disudut – sudut mulut menjadi merah lunak
dan berulserasi. Selanjutnya, fisura – fisura eritematosa menjadi dalam dan
melebar beberapa cm dari sudut mulutke kulit sekita bibir atau berulserasi dan
mengenai mukosa bibir dan pipi. Ulkus sering menimbulkan keropeng yang
terbelah dan berulserasi kembali selama fungsi mulut normal. Akhirnya dapat
timbul nodula – nodula granulamatosa kecil berwarna kuning-coklat.
Keilitis angularis umumnya kronis, biasanya bilateral dan sering kali
berhubungan dengan stomatitis geligi tiruan serta glositis.
Gambar . kelitis angularis akibat pemakaian gigi tiruan
Sumber : Pindborg.2009. Atlas mukosa penyakit mulut
17
18