tinjauan pustaka

21
BAB III TINJAUAN PUSTAKA III. 1 RESIN AKRILIK Resin akrilik adalah turunan etilen yang mengandung gugus vinil dalam rumus strukturnya. Dua kelompok resin akrilik dalam kedokteran gigi yaitu kelompok turunan asam akrilik, CH 2 = CHCOOH, dan kelompok asam metakrilik CH 2 = C(CH 3 )COOH. Kebanyakan Basis protesa di buat menggunakan resin poli ( metil metaktilat). Resin akrilik terdiri dari poli (metil metakrilat) yang berbentuk bubuk di sebut polimer, dan metil metakrilat yang berbentuk cairan disebut monomer, gambar 1. 4 Resin akrilik yang murni adalah tidak berwarna, transparan dan padat . Resin akrilik dapat di beri warna dengan mudah. Secara teknis, resin akrilik diklasifikasikan sebagai bahan termoplastik. 5 Resin akrilik terbentuk saat dicampur dengan cairan monomer metil metakrilat dan bubuk polimer poli (metil metakrilat), dan campuran mengalami polimerisasi. Polimerisasi merupakan proses terbentuknya polimer, yaitu suatu reaksi kimiawi yang menyusun banyak monomer menjadi suatu rantai yang mempunyai berat molekul besar. Mekanisme polimerisasi resin akrilik adalah dengan reaksi 4

Transcript of tinjauan pustaka

Page 1: tinjauan pustaka

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

III. 1 RESIN AKRILIK

Resin akrilik adalah turunan etilen yang mengandung gugus vinil dalam

rumus strukturnya. Dua kelompok resin akrilik dalam kedokteran gigi yaitu

kelompok turunan asam akrilik, CH2 = CHCOOH, dan kelompok asam

metakrilik CH2 = C(CH3)COOH. Kebanyakan Basis protesa di buat

menggunakan resin poli ( metil metaktilat). Resin akrilik terdiri dari poli

(metil metakrilat) yang berbentuk bubuk di sebut polimer, dan metil

metakrilat yang berbentuk cairan disebut monomer, gambar 1.4 Resin akrilik

yang murni adalah tidak berwarna, transparan dan padat. Resin akrilik dapat

di beri warna dengan mudah. Secara teknis, resin akrilik diklasifikasikan

sebagai bahan termoplastik.5

Resin akrilik terbentuk saat dicampur dengan cairan monomer metil

metakrilat dan bubuk polimer poli (metil metakrilat), dan campuran

mengalami polimerisasi. Polimerisasi merupakan proses terbentuknya

polimer, yaitu suatu reaksi kimiawi yang menyusun banyak monomer

menjadi suatu rantai yang mempunyai berat molekul besar. Mekanisme

polimerisasi resin akrilik adalah dengan reaksi adisi radikal bebas. Reaksi

adisi adalah reaksi pemecahan ikatan rangkap. Tahapan yang terjadi pada

polimerisasi terdiri dari Tahap aktivasi, tahap inisiasi, tahap propagasi dan

tahap terminasi. Gambar 2. 4

Resin digunakan untuk dasar gigi tiruan, gigi tiruan, reline dan perbaikan

prostesa, gigi palsu parsial. Resin juga telah digunakan untuk retainer

ortodontik dan perangkat removable gigi , pelindung mulut dari bruxism,

mahkota gigi. 6

4

Page 2: tinjauan pustaka

Gambar 1. Struktur Kimia Poli (metil Metakrilat) dan Metil Metakrilat

Sumber : Craig’s Restorative Dental Material.11th

Gambar 2. Tiga Tahapan adisi polimerisasi dari metil metakrilate

Sumber : O’Brien.2002.Dental Material Their Selection.3rd

5

Page 3: tinjauan pustaka

III. 2. AKRILIK POLIMERISASI PANAS

Akrilik polimerisasi panas sangat mirip dengan polimerisasi secara kimia.

Perbedaan utama adalah bahwa tidak ada aktivator kimia dalam cairan.

Perbedaan kecil adalah bahwa inhibitor sedikit dalam cairan. Inhibitor ini

tidak diperlukan untuk memberikan waktu bekerja. Inhibitor berfungsi

sebagai preservatif, bereaksi dengan mencegah polimerisasi radikal bebas

selama penyimpanan.5 Sistem heat cure tediri dari bubuk / cair sama seperti

polimerisasi secara kimia. Ketika resin akrilik dicampur, resin akrilik akan

melewati tahap-tahap awal yang sama dari proses pengaturan. Karena tidak

ada aktivator kimia sehingga bahan campuran memerlukan jangka waktu

dalam tahap adonan. Waktu bekerja lebih lama untuk resin akrilik akrilik

polimerisasi panas. Setelah materi dibentuk menjadi bentuk yang diinginkan

material dipanaskan dalam air. Panas merinci peroksida peroxide, membentuk

radikal bebas. Polimerisasi hasil dengan mengubah adonan menjadi bahan

kaku.5,7 Hasil dari polimerisasi panas agak kuat dan lebih tangguh dari pada

resin akrilik polimerisasi secara kimia. ada dua sistem tertentu alasan

perumusan bubuk / cair :

a. pengolahan dimungkinkan dengan teknik adonan

b. diminimalkan penyusutan polimerisasi

c. pemanasan dari reaksi reduksi 8

1. Komposisi Bahan Resin Akrilik

Komposisi bahan resin akrilik heat – cured pada dasarnya terdiri dari

bubuk/powder dan cairan/liquid. Komposisi bahan resin akrilik sebagai berikut :

1. Powder

a. Poly ( metil metakrilat ) : bahan utama

b. kopolimer lainya : 5%

c. Benzoil peroxide : initiator

d. Dibutil phthalate : Plasticizer

e. Gabungan dari mercuric suplhides, cadmium sulphide : pigmen dan zat

pewarna.

6

Page 4: tinjauan pustaka

f. Zinc atau tintanium oxide : Opacifiers (Bahan opasitas)

g. Zat warna organik

h. Partikel inorganic seperti fibres glass untuk menstimulasi kapiler gingiva.

Powder terutama terdiri dari butiran prepolimerized poli (metil metakrilat) atau

kopolimer dan inisiator, peroksida peroxide. Butiran polimer yang dicampur

dengan agen pewarna, pigmen sebuah serat yang membantu untuk mereproduksi

warna mukosa oral dengan pembuluh darah yang kecil. powder ini tersedia dalam

nuansa pink yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan pasien dari etnis yang

berbeda.

2. Liquid

a. Metil metakrilat : bahan utama yang akan polomerisasi

b. Dibutil phthalate : plasticizer

c. Glicol Dimetakrilat (1-2 %): agent cross linking

d. Hidroquinone 0,06% : inhibitor.

Dua jenis cairan akrilik yang digunakan tergantung pada modus polimerisasi,

yang mungkin menggunakan panas atau bahan kimia untuk aktivasi. Bahan umum

untuk kedua jenis liquid adalah metil metakrilat monomer yang merupakan cairan

tak berwarna dengan kepadatan sebesar 0,95 g / mL dan titik didih 100.8oC, kira-

kira sama dengan air. Monomer kimia dimulai mengandung aktivator seperti

amina tersier (N, N-dimetil-para-toluidin dan N, N-dihydroxyethyl-para-toluidin),

asam sulfinic dan garamnya. Unsur penting lainnya dalam cairan adalah inhibitor,

metil eter hidroquinone dalam persentase kecil (0,003 per cent 0,1 persen).

Sebuah berat molekul rendah ester, seperti dibutil phthalate juga biasanya hadir

sebagai sebuah plasticizer. bahan resin yang menghasilkan produk yang juga

mengandung agen silang-silang seperti dimetakrilat gycol. monomer ini sangat

sensitif terhadap ultraviolet (UV) cahaya dan untuk mencegah polimerisasi diri,

akan disimpan dalam botol berwarna kuning gelap,9,10

7

Page 5: tinjauan pustaka

2. Sifat – sifat :

Resin aklilik mempunyai beberapa sifat yaitu sebagai berikut :

a. Curing Shrinkage

Ketika monomer metil metakrilat berpolimerisasi akan terjadi perubahan

kepatadan. Perubahan kepadatan menyebakan shrinkage polimerisasi

sebesar 21 %. Umunya perbadinga powder-liquid adalah sebesar 3–3,5 :1

(vol ) atau 2,5 :1 (berat). Pada proporsi adonan akrilik ini akan terjadi

Shrinkage sebesar 7%. Hal ini disebabkan karena resin akrilik selama ini

menunjukkan shrinkage yang terdistribusi merata disetiap permukaan

basis sehingga tidak begitu mempengaruhi adaptasi basis mukosa.11,12

b.Strength (Kekuatan )

Kekuatan resin akrilik tergantung dari komposisi resin, teknik prosesing,

dan lingkungan gigi tiruan itu sendiri. Resin akrilik mempunyai modulus

elastisitas yang relatif rendah yaitu 2400 Mpa, oleh karena itu basis tidak

boleh kurang dari 1 mm. 13,

c. Porositas

Porositas adalah gelembung udara yang terjebak dalam massa akrilik yang

telah mengalami polimarisasi. Timbulnya porositas menyabababkan efek

negatif terhadap kekuatan dari resin akrilik.11,12

d.Stabilitas dimensi

Stabilitas dimensi dapat dipengaruhi oleh proses, molding, cooling,

polimerisasi, absorbsi air dan temperatur tinggi.14

e. Crazing

Retakan yang terjadi pada permukaan basis resin, hal ini disebabkan

karena adanya tensile stress, sehingga terjadi pemisahan barat molekul. 11,12

f. Fraktur

Gigi tiruan yang tidak sesuai karena desain yang tidak baik dapat

menyebabkan daya fleksural yang berkelanjutan sehingga terjadi fatigue

dan akhirnya menyebabkan gigi tiruan fraktur. 8.11

8

Page 6: tinjauan pustaka

g.Radiologi

Akrilik tidak dapat dideteksi dalam foto karena sifat radiolusensinya. Ini

disebabkan karena atom C,H,O yang terdapa dalam alrilik melemahkan,

menyerap sinar x- ray. Hal ini akan meyulitkan jika terjadi kecelakaan

dimana ada bagian akrilik yang tertelan atau tertanam di dalam jaringan

lunak.15

h.Reaksi alergi

Sangat jarang pasien yang mengalami reaksi alergi akibat kontak dengan

resin akrilik yang berasal sdari gigi tiruan. Kebanyakan kasus yang

dilaporkan adalah akibat dari gigi tiruan yang tidak bersih dan gigi tiruan

yang tidak sesuai kedudukanya dalam rongga mulut sehingga

mengakibatkan trauma pada jaringan lunak mulut, tetapi banyaknya

residual monomer yang terdapat pada basis resin akrilik yang tidak

mengalami polimerisasi secara sempurna akan mengakibatkaniritasi pada

jaringan mulut pasien.9

i. Penyerapan air

Resin akrilik meyerap air secara peerlahan dengan nilai equilibrium

absorpsi 2 – 2,5 % aka terjadi setelah 6 bulan atau lebih tergantung dari

ketebalan basis. Peyerapan air ini akan menyebabkan perubahan

dimensiom\nal, tetapi hal ini adalah tidak signifikan dan biasanya bukan

merupakan penyebab utama ketidak sesuaian gigi tiruan. 9

3. Proses Pencampuran dan Pemanasan

a. Pencampuran

Pencampuran polimer dan monomer harus dilakukan di dalam tempat (mixing

jar ) yang terbuat dari keramik atau gelas yang tidak tembus cahaya. Hal ini

dilakukan dengan maksud agar tidak terjadi polimerisasi awal/ dini. Bila polimer

dicampur dengan monomer akan terjadi reaksi dengan tahap-tahap sebagai

berikut:

9

Page 7: tinjauan pustaka

Tahap I. Sandy Stage

Campuran tampak seperti pasir basah. Untuk menghasilkan campuran yang

baik, serta menjaga penyusutan pada tingkat rasio rendah, bubuk / cairan biasanya

digunakan 2,5:1 berat. Hal ini memberikan penyusutan polimerisasi volumetrik

sekitar 5 - 6%. Proporsi biasanya dilakukan dengan menempatkan volume yang

sesuai dari cairan bersih, pencampuran diikuti dengan penambahan bubuk, yang

memungkinkan, setiap partikel bubuk menjadi basah oleh monomer. Campuran

kemudian diaduk dan dibiarkan berlangsung hingga mencapai konsistensi untuk

pengepakan ke dalam cetakan gypsum. Selama periode ini berlangsung penutup

harus ditempatkan pada wadah pencampuran untuk mencegah penguapan

monomer. kehilangan monomer pada tahap ini dapat menghasilkan porositas

dalam material.

Tahap II. Strangy Stage

Adonan apabila disentuh dengan jari/alat bersifat lekat, apabila ditarik

membentuk serat. Butir-butir polimer mulai larut, monomer bebas meresap ke

dalam polimer dan viskositas meningkat.

Tahap III. Dough Stange

Monomer makin banyak merembes ke dalam butir-butir polimer dan ada juga

monomer yang menguap sehingga konsistensi makin padat . Pada akhirnya akan

menjadi adonan yang plastis dan tidak tidak melekat lagi pada tangan kalau

dipegang.

Tahap IV. Rubbery Stage

Kenyal seperti karet. Pada tahap ini telah banyak monomer yang menguap,

terutama pada permukaannya sehingga terjadi permukaan yang kasar.

Tahap V. Rigid Stage :

Kaku dan keras. Pada tahap ini adonan telah menjadi keras dan getas pada

permukaannya, sedang keadaan di bagian dalam adukan masih kenyal.1,11

10

Page 8: tinjauan pustaka

b. Pemasakan

Adonan didiamkan sampai Dough stage tercapai, masukkan adonan ke dalam

mold yang telah di olesi CMS ( cold mold seal ). Agar pengisiannya merata dan

padat maka diperlukan pengepressan menggunakan alat hydroulic bench press.

Proses pemasakan melewati tahap – tahap sebagai berikut :

1. Tahap Pertama : Memanaskan kuvet berisi adonan selama tujuh jam pertama

pada suhu 70oC diikuti oleh tiga jam kedua pada suhu 100oC

2. Tahap Kedua : Air secara bertahap akan mendidih selama satu jam, lalu

dibiarkan mendidih selama satu jam dan kemudian dibiarkan dingin

perlahan-lahan.

3. Tahap Ketiga : dikuvet didinginkan sampai suhu kamar, lalu di lalu deflasking.11,16

C. MANIFESTASI PADA JARINGAN LUNAK MULUT

1. Denture Stomatitis

Denture Stomatitis merupakan inflamasi kronis pada jaringan yang disebabkan

karena penggunaan gigitiruan. Mekosa terlihat merah terang dengan distribusi

yang terbatas pada daerah yang ditutupi oleh permukaan gigitiruan dan sering

terjadi pada rahang atas, mukosa dibawah gigi tiruan menjadi sangat merah,

bengkak, lunak, serta adanya granular dan sakit. 17,18

a. Simtom

Denture Stomatitis juga dipergunakan sebagai istilah intuk menggambarkan

perubahan patologis mukosa mulut pada bagian penyangga gigitiruan sebagian

lepasan, penderita Denture Stomatitis biasanya mengeluh adanya perdarahan

mukosa, bengkak, persaan sakit atau panas, halitosis atau pengecapan yang tidak

enak, kekeringan pada rongga mulut dan ada juga yang tanpa keluhan atau

gejala.,18

b. Klasifikasi

11

Page 9: tinjauan pustaka

Secara garis besar Denture Stomatitis dapat dikelompokkan dalam 3 tipe,

yaitu: 19,20

1. Tipe inflamasi sederhana setempat. Pada tipe ini timbul bintik – bintik

merah (pin poin hiperemi) disekitar duktus mukosa pada palatum

posterior. Lesi ini berkaitan dengan trauma yang berasal dari gigitiruan.

Gamba1 menunjukkan gambaran klinis dari Denture Stomatitis tipe

inflamasi sedehana menyeluruh.

Gambar 1. Denture Stomatitis tipe inflamasi sederhana setempat

2. Tipe inflamasi sedehana menyeluruh, inflamasi menyeluruh yanh meluas

menjadi bintik kemerahan yang difus, rata, dan atropik sepanjang palatum

posterior sampai melibatkan seluruh daerah yang tertutupi gigitiruan.

Gambar 2 menunjukkan Denture Stomatitis tipe inflamasi sederhana

menyeluruh.

12

Page 10: tinjauan pustaka

Gambar 2. Denture Stomatitis tipe inflamasi sederhana menyeluruh

3. Tipe granular, mukosa memiliki permukaan granular yang terinflamasi

dan sering dipertegas sampai daerah terkecil kemudian menjadi dengan

tahap hiperemi difus. Lesi seperti ini kadang dijumpai pada pasien yang

tidak pernah memakai gigitiruan. Keadan ini sering disebut juga dengan

papillary hiperplasia gambar 3 menunjukaan gambaran klinis denture

stomatitis tipe inflamasi granular. ( denture)

Gambar 1. Denture Stomatitis tipe inflamasi granulasi

2. Sindrom Mulut terbakar

13

Page 11: tinjauan pustaka

Sindrom Mulut terbakar merupakan kumpukan gejala dengan karakteristik rasa

sakit dan rasa terbakar pada salah satu atau beberapa sturktur rongga mulut dan

biasanya mempunyai pola bilateral. Reaksi tersebut mempunyai keparahan yang

bermacam – macam seperti eritema, bengkak, sakit pada mukosa mulut, gingiva

dan bibir. 20

a. Etiologi

Sindroma Mulut terbakar merupakan kondisi Multifaktoral, dan pada

umumnya etiologi dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu :

1. Faktor etilogi lokal : Mikroorganisme (kandida albikan), kuman

(stafilokokus, streptokokus, fusospirokhaeta, enterobakter dan klebsiela),

iritasi gigi atau tambalan yang tajam, makanan, obat kumur, pasta gigi,

alergi terhadap makanan, alergi terhadap bahan material terutama bahan

gigitiruan, eritroplakia, fissur tongue, geographic tongue, hairy tongue dan

leukoplakia.

2. Faktor etiologi sistemik : penyakit defisiensi, efek samping obat dan

gangguan hormon dan imunologi.

3. Faktor psikogenik : kecemasan, depresi dan neurotik. 20,21

b. Simtom

Keluhan klinis sindroma mulut terbakar bervariasi sepanjang hari, lamey dan

lewis membangi menjadi 3 tipe yaitu :

1. Tipe I : Tidak adanya keluhan pada saat bagun pagi, dan mulai timbul

pada siang hari yang semakin berat pada sore hari.

2. Tipe II : Rasa panas yang ters menerus sepanjang hari

3. Tipe III : Rasa panas yang intermiten yang biasanya berhubungan dengan

alergi terhadap makanan tetentu.22

3. Hiperplasia jaringan lunak

14

Page 12: tinjauan pustaka

Hiperplasia jaringan lunak di bawah atau disekeliling gigi tiruan lengkap

merupakan akibat dari respons fibroepitelial terhadap pemakaian gigi tiruan

lengkap. Kelainan ini sering kali asimtomatik dan terbatas pada jaringan di

sekeliling tepi gigi tiruan di daerah vestibular, lingual, atau palatal atau mungkin

terjadi pada semua bagian dari sisa alveolar. Gambar ....

a. Etiologi

Etiologinya multifaktor, dan yang tercantum di bawah ini merupakan faktor –

faktor yang mungkin menjadi penyebab, perubahan pada soket alveolar pasca-

pencabutan, trauma akibat pemakaian gigi tiruan, iritasi kronis biasanya dari

daerah sayap geligi tiruan lengkap atau sebagian yang telah tua dan tidak pas,

penurunan sisa alveolar secara bertahap, perubahan dalam profil jaringan lunak

dan fungsi sendi temporomandibula, perubahan dalam perbandingan relatif dari

kedua rahang, kebiasaan – kebiasaan dan lamanya keausan, berbagai macam

tekanan yang meyimpang, yang jatuh pada jaringan pendukung ( misalnya gigi

anterior bawah asli berhadapan dengan gigi tiruan lengkap atas), termasuk pula

gerakan parafungsional yang dilakukan oleh mandibula. (gambar..), tekanan –

tekanan yang berlebihan pada segmen tertentu dari lengkung geligi karena

tidak adanya keseimbangan kontak dalam posisi eksentrik.

b. Pemeriksaan klinis

Pada pemeriksaan klinis menunjukkan bahwa jaringan ini biasanya hiperemis

dan membengkak. Pada tahap dini terdiri atas satu lipat jaringan lunak yang

licin. Ketika pembengkakan membesar, maka celah di tengah atau celah –

celah multipel akan terlihat, batas – batasnya dapat seperti menggatung pada

sayap geligi tiruan. ( atlas berwarna)

15

Page 13: tinjauan pustaka

Gambar hiperplasia jaringan lunak yang disebabkan

oleh iritasi sayap geligi tiruan.

Sumber. Langlais R, Miller C.2000.

Atlas Berwarna Kelainan rongga mulut yang lazim

Gambar . Hiperplasia akibat iritasi pemakaian gigi tiruan

Sumber : Pindborg.2009. Atlas mukosa penyakit mulut

4. Keilitis angularis

16

Page 14: tinjauan pustaka

Suatu keadaan sakit yang terdiri atas fisura eritematus yang memancar di

sudut–sudut mulut. Keadaan tersebut paling umu telihat sesudah usia 50 tahun dan

biasanya diderita wanita dan pamakai geligi tiruan. Etiologinya diperkirakan

berhubungan dengan infeksi dan campuran Candida albicans dan staphylococcus

aureus. Keadaan – keadaan predisposisi termasuk anemia, kebersihan mulut yang

jelek, seringnya penggunaan antibiotik spektrum luas, dimensi vertikal yang

menurun, lipatan perioral yang lemah, defisiensi nutrisi kelompok vitamin B.

Gambaran klinis :

Pada awalnya jaringa mukokutan disudut – sudut mulut menjadi merah lunak

dan berulserasi. Selanjutnya, fisura – fisura eritematosa menjadi dalam dan

melebar beberapa cm dari sudut mulutke kulit sekita bibir atau berulserasi dan

mengenai mukosa bibir dan pipi. Ulkus sering menimbulkan keropeng yang

terbelah dan berulserasi kembali selama fungsi mulut normal. Akhirnya dapat

timbul nodula – nodula granulamatosa kecil berwarna kuning-coklat.

Keilitis angularis umumnya kronis, biasanya bilateral dan sering kali

berhubungan dengan stomatitis geligi tiruan serta glositis.

Gambar . kelitis angularis akibat pemakaian gigi tiruan

Sumber : Pindborg.2009. Atlas mukosa penyakit mulut

17

Page 15: tinjauan pustaka

18