TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/817/14/BAB II.pdf ·...
Transcript of TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/817/14/BAB II.pdf ·...
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Empirik
Berdasarkan fakta yang ada selama ini Pengelolaan barang milik
daerah masih belum tercatat secara baik dan benar, hal ini tentu sangat
berpengaruh terhadap pehitungan aset keseluruhan dalam suatu instansi
atau perusahaan. Pendampingan dalam penataan dan penyusunan aset
tak henti- hentinya selalu ditingkatkan di semua lini agar memperoleh hasil
yang maksimal.
Untuk mendapatkan hasil yang baik terhadap pengelolaan barang
milik daerah dimasa depan kita terus berusaha dan berupaya agar
pengelolaan barang milik daerah pada instansi atau perusahaan dapat
tersusun dan terukur. Oleh karenanya kita perlu rujukan seperti
penelitian- penelitian terdahulu yang telah dilakukan diantaranya tersebut
dalam tabel dibawah ini.
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
1 Mizan Ahmad Siregar (2008 )
Pengaruh Pengelolaan Barang Milik Daerah Terhadap Pengamanan Aset Daerah Pada Kabupaten Deli Serdang
Pengelolaan Barang Milik Daerah,Inventarisasi (X1),Pembukuan (X2),Pelaporan (X3),Pengamanan AsetDaerah ( Y )
Pengelolaan Barang Milik Daerah memberikan dampak yang signifikan terhadap Pengamanan Aset Daerah pada Kabupaten Deli Serdang
8
2 Ayu Andriany (2009 )
Pengaruh Pengelolaan Barang Milik Daerah Terhadap Pengamanan Aset Daerah Studi Kasus Pada Pemerintahan Kota Medan
PengelolaanBarang Milik Daerah,Inventarisasi (X1),Pembukuan (X2),Pelaporan (X3),Pengamanan AsetDaerah ( Y )
PengelolaanBarang Milik Daerahmemberikandampak yangtidak signifikanterhadapPengamanan AsetDaerah padaKota Medan
3 Dewi Mifitri (2009)
Pengaruh Pengelolaan Barang Milik Daerah Terhadap Pengamanan Aset Daerah Pada Kabupaten Langkat
Penngeloaan Barang Milik Daerah Inventarisasi(X1) Pembukuan(X2), Pelaporan (X3) Pengamanan AsetDaerah ( Y )
PengelolaanBarang Milik Daerahmemberikan dampak yang signifikanterhadap Pengamanan Aset Daerah pada KabupatenLangkat
Sumber: Data diolah
2.2 Kajian Teori
2.2.1 Pengertian Aset dan Sistem Pengelolaan Barang Milik Daerah
Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) aset adalah
sumberdaya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi
dan/atau sosial dimasa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh
pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,
termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan
jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara
karena alasan sejarah dan budaya.
Adapun pengertian system menurut W. Gwerald Cole adalah suatu
kerangka dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan yang disusun
sesuai dengan suatu skema yang menyeluruh, untuk melaksanakan satu
kegiatan atau fungsi utama dari suatu organisasi, pengertian sistem yang
lainnya adalah Sistem berasal dari bahasa latin (systēma) dan bahasa
9
Yunani (sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau
elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi,
materi atau energi. Istilah ini sering dipergunakan untuk menggambarkan
suatu set entitas yang berinteraksi, dimana suatu model matematika
seringkali bisa dibuat. System juga merupakan kesatuan bagian-bagian
yang saling berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki
item-item penggerak, contoh umum misalnya seperti negara. Negara
merupakan suatu kumpulan dari beberapa elemen kesatuan lain seperti
provinsi yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu negara
dimana yang berperan sebagai penggeraknya yaitu rakyat yang berada di
negara tersebut. Kata sistem banyak sekali digunakan dalam percakapan
sehari-hari, dalam forum diskusi maupun dokumen ilmiah. Kata ini
digunakan untuk banyak hal, dan pada banyak bidang pula, sehingga
maknanya menjadi beragam. Dalam pengertian yang paling umum,
sebuah sistem adalah sekumpulan benda yang memiliki hubungan di
antara mereka (Wikipedia bahasa Indonesia 31/12/2008). Sedangkan
prosedur adalah suatu urut-urutan pekerjaan (clerical), biasanya
melibatkan beberapa orang dalam satu bagian atau lebih, disusun untuk
menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi-transaksi
yang terjadi dalam suatu organisasi (Baridwan, 1991; 3 ).
Dalam Permendagri No. 17 tahun 2007 disebutkan bahwa yang
dimaksud dengan pengelolaan barang milik daerah adalah suatu
rangkaian kegiatan dan tindakan terhadap daerah yang meliputi:
10
1. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran
2. Pengadaan
3. Penerimaan, penyimpanan dan penyaluran
4. Penggunaan
5. Penatausahaan
6. Pemanfaatan
7. Pengamanan dan pemeliharaan
8. Penilaian
9. Penghapusan
10. Pemindahtanganan
11. Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian
12. Pembiayaan
13. Tuntutan ganti rugi
Menurut Permendagri No. 17 Tahun 2007, Barang Milik Daerah
(BMD) adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau perolehan lainnya yang
sah antara lain:
1. Barang yang diperoleh dari hibah/ sumbangan atau yang sejenis
2. Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/ kontrak
3. Barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang
4. Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
Barang milik daerah sebagaimana tersebut di atas, terdiri dari:
11
1. Barang yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah yang penggunaannya/
pemakaiannya berada pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)/
Instansi/ Lembaga Pemerintah Daerah lainnya sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan
2. Barang yang dimiliki oleh Perusahaan Daerah atau Badan Usaha Milik
Daerah lainnya yang status barangnya dipisahkan.
Barang milik daerah yang dipisahkan adalah barang daerah yang
pengelolaannya berada pada Perusahaan Daerah atau Badan Milik
Daerah lainnya yang anggarannya dibebankan pada anggaran
Perusahaan Daerah atau Badan Usaha Milik Daerah lainnya.
Barang Milik Daerah merupakan bagian dari aset Pemerintah
Daerah yang berwujud. Aset pemerintah adalah sumber daya ekonomi
yang dikuasai dan/ atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/ atau sosial di
masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun
masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber
daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi
masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena
alasan sejarah dan budaya.
Barang Milik Daerah termasuk dalam aset lancar dan aset tetap.
Aset lancar adalah aset yang diharapkan segera untuk direalisasikan,
dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak
tanggal pelaporan, berupa persediaan. Sedangkan aset tetap adalah aset
12
berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan
untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh
masyarakat umum, meliputi Tanah; Peralatan dan Mesin; Gedung dan
Bangunan; Jalan, Irigasidan Jaringan; Aset Tetap Lainnya; serta
Konstruksi dalam Pengerjaan. Dari uraian diatas, yang dimaksud aset
daerah adalah aset lancar, aset tetap dan aset lainnya, sedangkan yang
dimaksud dengan barang daerah adalah persediaan (bagian dari aset
lancar) ditambah seluruh aset tetap yang ada dineraca daerah.
2.2.2 Penatausahaan Barang Milik Daerah
Yang dimaksud dengan penatausahaan dalam Permendagri Nomor
17 tahun 2007 adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan,
inventarisasi dan pelaporan barang milik daerah sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Dalam penatausahaan barang milik daerah dilakukan 3
(tiga) kegiatan yang meliputi kegiatan pembukuan, inventarisasi dan
pelaporan.
1. Pembukuan
Menurut penjelasan Permendagri No.1 tahun 2008 disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan pembukuan adalah proses pencatatan
barang milik daerah kedalam daftar barang pengguna dan kedalam kartu
inventaris barang serta dalam daftar barang milik daerah. Pengguna/
kuasa pengguna barang wajib melakukan pendaftaran dan pencatatan
barang milik daerah kedalam Daftar Barang Pengguna (DBP)/ Daftar
13
Barang Kuasa Pengguna (DBKP). Pengguna/kuasa pengguna barang
dalam melakukan pendaftaran danpencatatan harus sesuai dengan
format:
a. Kartu Inventaris Barang (KIB) A Tanah,
b. Kartu Inventaris Barang (KIB) B Peralatan dan Mesin,
c. Kartu Inventaris Barang (KIB) C Gedung dan Bangunan,
d. Kartu Inventaris Barang (KIB) D Jalan, Irigasi, dan Jaringan,
e. Kartu Inventaris Barang (KIB) E Aset Tetap Lainnya,
f. Kartu Inventaris Barang (KIB) F Konstruksi dalam Pengerjaan,
g. Kartu Inventaris Ruangan (KIR)
2. Inventarisasi
Kegiatan identifikasi dan inventarisasi dimaksudkan untuk
memperoleh informasi yang akurat, lengkap, dan mutakhir mengenai
kekayaan daerah yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah daerah.
Untuk dapat melakukan identifikasi dan inventarisasi aset daerah secara
objektif dan dapat diandalkan, pemerintah daerah perlu memanfaatkan
profesi auditor atau jasa penilai yang independent.
Dari kegiatan inventarisasi disusun buku Inventaris yang
menunjukkan semua kekayaan daerah yang bersifat kebendaan, baik
yang bergerak maupun yang tidak bergerak. Buku inventaris tersebut
memuat data meliputi lokasi, jenis/merk type, jumlah, ukuran, harga, tahun
pembelian, asal barang, keadaan barang, dan sebagainya.
14
Adanya buku inventaris yang lengkap, teratur dan berkelanjutan
mempunyai fungsi dan peran yang sangat penting dalam rangka:
a. pengendalian, pemanfaatan, pengamanan dan pengawasan setiap
barang
b. usaha untuk menggunakan memanfaatkan setiap barang secara
maksimal sesuai dengan tujuan dan fungsinya masing-masing
c. menunjang pelaksanaan tugas pemerintah.
Barang inventaris adalah seluruh barang yang dimiliki oleh
Pemerintah Daerah yang penggunaannya lebih dari satu tahun dan dicatat
serta terdaftar dalam buku inventaris.
Agar buku inventaris dimaksud dapat digunakan sesuai fungsi dan
perannya, maka pelaksanaannya harus tertib, teratur dan berkelanjutan,
berdasarkan data yang benar, lengkap dan akurat sehingga dapat
memberikan informasi yang tepat dalam:
a. perencanaan kebutuhan dan penganggaran
b. pengadaan
c. penerimaan, penyimpanan dan penyaluran
d. penggunaan
e. penatausahaan
f. pemanfaatan
g. pengamanan dan pemeliharaan
h. penilaian
i. penghapusan
15
j. pemindahtanganan
k. pembinaan, pengawasan dan pengendalian
l. pembiayaan; dan tuntutan ganti rugi.
3. Pelaporan
Dalam Permendagri No. 17 Tahun 2007 disebutkan bahwa
pelaporan barang milik daerah yang dilakukan pengguna barang
disampaikan setiap semesteran, tahunan dan 5 (lima) tahunan kepada
pengelola. Yang dimaksud dengan pelaporan adalah proses penyusunan
laporan barang setiap semester dan setiap tahun setelah dilakukan
inventarisasi dan pencatatan. Pengguna menyampaikan laporan
pengguna barang semesteran, tahunan, dan lima tahunan kepada kepala
daerah melalui pengelola. Sementara pembantu pengelola menghimpun
seluruh laporan pengguna barang semesteran, tahunan dan lima
tahunan dari masing-masing SKPD, jumlah maupun nilai serta dibuat
rekapitulasinnya. Rekapitulasi tersebut digunakan sebagai bahan
penyusunan neraca daerah.
Hasil sensus barang daerah dari masing-masing pengguna/ kuasa
pengguna direkap ke dalam buku inventaris dan disampaikan kepada
pengelola, selanjutnya pembantu pengelola merekap buku inventaris
tersebut menjadi buku induk inventaris. Buku induk inventaris merupakan
saldo awal pada daftar mutasi barang tahun berikutnya, selanjutnya untuk
tahun-tahun berikutnya pengguna /kuasa pengguna dan pengelola hanya
membuat daftar mutasi barang (bertambah dan/ atau berkurang) dalam
16
bentuk rekapitulasi barang milik daerah. Mutasi barang bertambah dan
atau berkurang padamasing-masing SKPD setiap semester, dicatat
secara tertib pada:
a. Laporan Mutasi Barang; dan
b. Daftar Mutasi Barang.
2.2.3. Penertiban Barang Milik Daerah
Menurut Peraturan Menteri Keuangan No. 109/ PMK.06/ 2009
penertiban barang milik daerah mencakup kegiatan inventarisasi,
penilaian dan pelaporan serta tindak lanjutnya. Tujuan penertiban barang
milik daerah mewujudkan pengelolaan BMD yang baik dan
menindaklanjuti temuan BPK, maka objek penertiban BMD adalah seluruh
BMD yang berasal dari APBD dan perolehan yang sah.
Kegiatan inventarisasi mencakup empat kegiatan utama, yaitu
pengumpulan data awal, pencocokan, klarifikasi dan pelaksanaan cek
fisik. Dari hasil inventarisasi SKPD akan melakukan koreksi yang
dianggap perlu dan secara paralel akan dilakukan pengolahan data dan
pelaporan pada jajaran pengguna barang dan pengelola barang dan
disampaikan kepada jenjang pelaporan diatasnya. Untuk menjaga
kelancaran pelaksanaan penertiban serta keakuratan data pelaporan
diatasnya, dan untuk menjaga kelancaran pelaksanaan penertiban serta
keakuratan data pelaporan akan dilaksanakan monitoring, evaluasi dan
rekonsiliasi antara pengguna barang dan pengelola barang.
17
2.2.4. Prinsip Dasar Pengelolaan Aset Daerah
Untuk mendukung pengelolaan aset daerah secara efisien dan
efektif serta menciptakan transparansi kebijakan pengelolaan aset daerah,
maka pemerintah daerah perlu memiliki atau mengembangkan sistem
informasi menajemen yang komprehensif dan handal sebagai alat untuk
menghasilkan laporan pertanggungjawaban. Selain itu, sistem informasi
tersebut juga bermanfaat untuk dasar pengambilan keputusan mengenai
kebutuhan barang dan estimasi kebutuhan belanja pembangunan (modal)
dalam penyusunanAPBD, dan untuk memperoleh informasi manajemen
aset daerah yang memadai maka diperlukan dasar pengeolaan kekayaan
aset yang memadai juga, dimana menurut Mardiasmo (2002) terdapat tiga
prinsip dasarpengelolaan kekayaan aset daerah yakni: (1) adanya
perencanaan yang tepat,(2) pelaksanaan/ pemanfaatan secara efisien
dan efektif, dan (3) pengawasan (monitoring).
1. Perencanaan
Untuk melaksanakan apa yang menjadi kewenangan wajibnya
pemerintah daerah memerlukan barang atau kekayaan untuk menunjang
pelaksanaan tugas dan kewenangannya. Untuk itu, pemerintah daerah
perlu membuat perencanaan kebutuhan aset yang akan digunakan/
dimiliki. Berdasarkan rencana tersebut, pemerintah daerah kemudian
mengusulkan anggaran pengadaannya. Dalam hal ini, masyarakat dan
DPRD perlumelakukan pengawasan (monitoring) mengenai apakah aset
18
atau kekayaan untuk dimiliki daerah tersebut benar-benar dibutuhkan
daerah. Seandainya memang dibutuhkan, maka pengadaannya harus
dikaitkan dengan cakupan layanan yang dibutuhkan dan diawasi untuk
mengetahui apakah ada mark-up dalam pembelian tersebut. Setiap
pembelian barang atau aset baru harus dicatat dan terdokumentasi
dengan baik dalam sistem database kekayaaan daerah.
Pada dasarnya kekayaan daerah dapat diklasifikasikan menjadi
dua jenis (Mardiasmo:2002) yaitu:
1. Kekayaan yang sudah ada (eksis) sejak adanya daerah tersebut.
Kekayaan jenis ini meliputi seluruh kekayaan alam dan geografis
kewilayahannya. Contohnya adalah tanah, hutan, tambang, gunung,
danau, pantai dan laut, sungai, dan peninggalan bersejarah (misalnya:
candi dan bangunan bersejarah).
2. Kekayaan yang akan dimiliki baik yang berasal dari aktivitas
pemerintah daerah yang didanai APBD serta kegiatan perekonomian
daerah lainnya. Contohnya adalah jalan, jembatan,kendaraan, dan
barang modal lainnya.
Pemerintah daerah harus membuat perencanaan yang tepat
terhadap dua jenis kekayaan tersebut. Perencanaan juga meliputi
perencanaan terhadap aset yang belum termanfaatkan atau masih berupa
aset potensial. Perencanaan yang dilakukan harus meliputi tiga hal yaitu:
a. Melihat kondisi aset daerah dimasa lalu.
b. Aset yang dibutuhkan untuk masa sekarang.
19
c. Perencanaan kebutuhan aset dimasa yang akan datang.
Oleh karena itu, perlu dibuat perencanaan strategik baik yang
bersifat jangka pendek, menengah, dan jangka panjang mengenai
pengelolaan asset daerah.
2. Pelaksanaan
Permasalahan berikutnya adalah bagaimana pelaksanaannya.
Kekayaan milik daerah harus dikelola secara optimal dengan
memperhatikan prinsip efisiensi, efektifitas, transparansi, dan akuntabilitas
publik. Masyarakat dan DPRD yang harus melakukan pengawasan
(monitoring) terhadap pemanfaatan aset daerah tersebut agar tidak terjadi
penyalahgunaan kekayaan milik daerah.
Hal yang cukup penting diperhatikan pemerintah daerah adalah
perlunya dilakukan perencanaan terhadap biaya operasional dan
pemeliharaan untuk setiap kekayaan yang dibeli atau diadakan. Hal ini
disebabkan sering kali biaya operasi dan pemeliharaan tidak dikaitkan
dengan belanja investasi/ modal. Mestinya terdapat keterkaitan antara
belanja investasi/ modal dengan biaya operasi dan pemeliharaan yang
biaya tersebut merupakan commitment cost yang harus dilakukan. Selain
biaya operasi dan pemeliharaan, biaya lain yang harus diperhatikan
misalnya biaya asuransi kerugian.
Pengelolaan kekayaan daerah harus memenuhi prinsip
akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik yang harus dipenuhi paling tidak
meliputi:
20
a. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum (accountability for
probity and legilaty), terkait dengan penghindaran penyalahgunaan
jabatan (abuse of power) oleh pejabat dalam penggunaan dan
pemanfaatan kekayaan daerah, sedangkan akuntabilitas hukum terkait
dengan jaminan adanya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain
yang disyaratkan dalam penggunaan kekayaan publik.
b. Akuntabilitas proses (process accountability), terkait dengan
dipatuhinya prosedur yang digunakan dalam melaksanakan
pengelolaan kekayaan daerah, termasuk didalamnya dilakukannya
compulsory competitive tendering contract (CCTC) dan penghapusan
mark-up. Untuk itu perlu kecukupan sistem informasi akuntansi, sistem
informasi manajemen, dan prosedur administrasi.
c. Akuntabilitas kebijakan (policy accountability), terkait dengan
pertanggungjawaban pemerintah daerah terhadap DPRD dan
masyarakat luas atas kebijakan-kebijakan penggunaan dan
pemanfaatan kekayaan daerah.
3. Pengawasan
Pengawasan yang ketat perlu dilakukan sejak tahap perencanaan
hingga pengahapusan aset. Keterlibatan auditor internal dalam proses
pengawasan ini sangat penting untuk menilai konsistesi antara praktik
yang dilakukan oleh pemerintah daerah dengan standar yang berlaku.
Selain itu auditor juga penting keterlibatannya untuk menilai kebijakan
akuntansi yang diterapkan manyangkut pengakuan aset (recognition),
21
pengukurannya (measurement), dan penilaiannya (valuation).
Pengawasan diperlukan untuk menghindari penyimpanan dalam
perencanaan maupun pengelolaan aset yang dimiliki daerah.
2.2.5. Tujuan pengelolaan barang milik daerah
.Pengelolaan aset adalah pengelolaan secara komprehensif atas
permintaan, perencanaan, perolehan, pengoperasian, pemeliharaan,
perbaikan/ rehabilitasi, pembuangan/ pelepasan dan penggantian aset.
Manajemen aset merupakan proses menjaga/ memelihara dan
memanfaatkan modal publik, hal ini dilakukan dalam rangka
melaksanakan tertib administrasi pengelolaan barang milik daerah
sehingga terciptanya manajemen pemerintahan yang dapat bekerja
secara efisien, efektif dan ekonomis.
2.2.6. Azas- azas Pengelolaan Barang Milik Daerah.
Menurut Permendagri 17 Tahun 2007, barang milik daerah
sebagai salah satu unsur penting dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan masyarakat harus dikelola dengan baik dan
benar, yang pada gilirannya dapat mewujudkan pengelolaan barang milik
daerah dengan memperhatikan azas-azas sebagai berikut :
1. Azas fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan
masalah dibidang pengelolaan barang milik daerah yang dilaksanakan
oleh pengurus barang, pengguna barang, pengelola barang dan
22
kepala daerah sesuai fungsi, wewenang dan tanggungjawab masing-
masing.
2. Azas kepastian hukum, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus
dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan
3. Azas transparansi, yaitu penyelenggaraan pengelolaan barang milik
daerah harus transparan terhadap hak masyarakat dalam
memperoleh informasi yang benar.
4. Azas efisiensi, yaitu pengelolaan barang milik daerah diarahkan agar
barang milik daerah digunakan sesuai batasan-batasan standar
kebutuhan yang diperlukan dalam rangka menunjang
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintahan secara
optimal.
5. Azas akuntabilitas, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada rakyat.
6. Azas kepastian nilai, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus
didukung oleh adanya ketepatan jumlah dan nilai barang dalam rangka
optimalisasi pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik daerah
serta penyusunan neraca pemerintah daerah.
2.2.7. Sejarah dan dasar hukum pengelolaan barang milik daerah.
Pengelolaan barang dalam negara kita Republik Indonesia selama
ini hanya kita kenal sebagai Barang Milik Negara yang dikelola oleh
masing-masing departemen yang kemudian terjadilah perubahan-
23
perubahan dalam pengurusan inventaris ini sesuai dengan tuntutan
perkembangan administrasi negara, maka terbitlah aturan/pedoman
sebagai berikut:
1. INPRES 3 Tahun 1971, diikuti dikeluarkannya Surat Keputusan
Menteri Keuangan No. Kep.225/ MK/ 471 tentang Pedoman
Pelaksanaan tertib administrasi kekayaan negara, dan barang daerah
otonom terpisah dari/ tidak termasuk kekayaan negara.
2. Undang-undang No. 5 Tahun 1974; tentang pokok-pokok
pemerintahan di daerah, diikuti dengan diterbitkannya Peraturan
Menteri Dalam Negeri sebagai berikut;
a. Nomor 4 Tahun 1979; tentang Pelaksanaan Pengelolaan Barang
Pemerintah Daerah; Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 020-595
tahun 1980; tentang Manual Administrasi Barang Daerah.
b. Nomor 7 Tahun 1997; tentang Pedoman pelaksanaan Barang
Pemerintah Daerah; Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 32
Tahun1980 tentang Manual Administrasi Barang Daerah.
3. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999; tentang Pemerintah Daerah,
yang diikuti oleh diterbitkannya Keputusan Menteri Dalam Negeri
sebagai berikut:
a. Nomor 11 Tahun 2001; tentang Pedoman Pengelolaan Barang
Daerah.
b. Nomor 152 Tahun 2004; tentang Pedoman Pengelolaan Barang
Daerah.
24
4. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004; tentang Pemerintah Daerah.
Dalam pengelolaan barang milik daerah sebagai suatu perwujudan
dari rencana kerja keuangan akan dilaksanakan oleh pemerintah
daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan selain berdasarkan
pada ketentuan-ketentuan umum yang berdasarkan pula pada:
a. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah;
b. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan;
d. Peraturan pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah;
e. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/ Daerah;
f. Keptusan Menteri Dalam Negeri Nomor 49 Tahun 2001 tentang
Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah;
g. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2003 tentang
Pedoman Penilaian Barang Daerah;
h. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
25
2.2.8. Pengamanan Barang Milik Daerah
Pengamanan terhadap barang milik daerah berupa barang
inventaris dalam proses pemakaian dan barang persediaan dalam gudang
yang diupayakan secara fisik, administratif dan tindakan hukum.
1. Pelaksanaan Pengamanan
Pengamanan dilakukan terhadap barang milik daerah berupa
barang inventaris dalam proses pemakaian dan barang persediaan dalam
gudang yang dupayakan secara fisik, administratif dan tindakan hukum.
a. Pengamanan fisik Pengamanan terhadap barang-barang bergerak
dilakukan dengan cara:
1) Pemanfaatan sesuai tujuan.
2) Penggudangan/ penyimpanan baik tertutup maupun terbuka.
3) Pemasangan tanda kepemilikan.
Pengamanan terhadap barang tidak bergerak dilakukan dengan cara:
1) Pemagaran.
2) Pemasangan papan tanda kepemilikan.
3) Penjagaan.
Pengamanan terhadap barang persediaan dilakukan oleh
penyimpan dan atau pengurus barang dengan cara penempatan pada
tempat penyimpanan yang baik sesuai dengan sifat barang tersebut agar
barang milik daerah terhindar dari kerusakan fisik.
b. Pengamanan administratif.
26
Pengamanan administrasi terhadap barang bergerak dilakukan
dengan cara:
1) pencatatan/ inventarisasi.
2) Kelengkapan bukti kepemilikan antara lain BPKB, faktur pembelian
3) Pemasangan label kode lokasi dan kode barang berupa stiker.
Pengamanan administrasi terhadap barang tidak bergerak
dilakukan dengan cara:
1) Pencatatan/ inventarisasi.
2) Penyelesaian bukti kepemilikan seperti: IMB, berita acara serah
terima, surat perjanjian, akte jual beli dan dokumen pendukung
lainnya
c. Tindakan Hukum.
Pengamanan melalui upaya hukum terhadap barang inventaris
yang bermasalah dengan pihak lain, dilakukan dengan cara:
1) negosiasi (musyawarah) untuk mencari penyelesaian.
2) Penerapan Hukum.
2. Aparat Pelaksana Pengamanan
Pengamanan pada prinsipnya dilaksanakan oleh aparat pelaksana
pemerintah daerah sesuai dengan tugas dan fungsinya.
a. Pengamanan Administratif
1) Pencatatan oleh pengguna dan dilaporkan kepada pengelola
melalui pembantu pengelola;
27
2) Pemasangan label dilakukan oleh pengguna dengan koordinasi
pembantu pengelola;
3) Pembantu pengelola dan/ atau SKPD menyelesaikan bukti
kepemilikan barang milik daerah.
b. Pengamanan Fisik.
1) Pengamanan fisik secara umum terhadap barang inventaris dan
barang persediaan dilakukan oleh pengguna.
2) Penyimpanan bukti kepemilikan dilakukan oleh pengelola.
3) Pemagaran dan pemasangan papan tanda kepemilikan dilakukan
oleh pengguna terhadap tanah dan atau bangunan yang
dipergunakan untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi dan
oleh pembantu pengelola terhadap tanah dan atau bangunan yang
telah diserahkan oleh pengguna kepada kepala daerah.
c. Tindakan Hukum
Musyawarah untuk mencapai penyelesaian atas barang milik
daerah yang bermasalah dengan pihak lain pada tahap awal dilakukan
oleh pengguna dan pada tahap selanjutnya oleh pembantu pengelola.
2.2.9. Investasi
Investasi adalah merupakan pengeluaran perusahaan untuk membeli
atau memperoleh faktor-faktor produksi yang akan digunakan oleh
perusahaan untuk menghasilkan barang atau jasa. Investasi dapat juga
diartikan sebagai pengeluaran untuk membeli faktor produksi untuk
28
membangun usaha dan untuk mempertahankan kelangsungan hidup
perusahaan.
Investasi adalah penanaman modal untuk biasanya berjangka panjang
dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang
sebagai kompensasi secara profesional atas penundaan konsumsi,
dampak inflasi dan resiko yang ditanggung. Keputusan investasi dapat
dilakukan individu, dari investasi tersebut yang dapat berupa capital
gain/loss dan yield. Alasan seorang investor melakukan investasi adalah
untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang
serta untuk menghindari merosotnya nilai kekayaan yang dimiliki. Saham
merupakan salah satu alternatif dalam aset finansial. Kebutuhan akan
informasi yang relevan dalam pengambilan keputusan investasi dalam
aset finansial di pasar modal sangat dibutuhkan oleh investor. Suatu
pendekatan dalam menganalisis harga saham dipasar modal sangat
dibutuhkan oleh investor. Suatu pendekatan dalam menganalisis harga
saham dipasar modal yang dapat membantu investor dalam membuat
keputusan investasi adalah pendekatan fundamental dan teknikal.
Pendekatan secara fundamental mendasarkan analisanya pada suatu
anggapan bahwa setiap saham mempunyai nilai intrinstik dihasilkan.
Salah satu indikator yang dapat digunakan yaitu apabila semakin rendah
harga suatu saham maka semakin bagus untuk melakukan investasi, hal
tersebut dikarenakan harga saham dapat terjangkau oleh kemampuan
investor dan memiliki nilai resiko yang kecil.
29
Perhitungan Investasi harus konsisten dengan perhitungan pendapatan
nasional. Yang dimasukkan dalam perhitungan investasi adalah barang
modal, bangunan / kontruksi, maupun persediaan barang jadi yang masih
baru. Investasi merupakan konsep aliran (flow concept), karena dihitung
selama satu internal periode tertentu. Tetapi investasi akan memengaruhi
jumlah barang modal yang tersedia (capital stock) pada satu periode
tertentu. Tambahan stok barang modal adalah sebesar pengeluaran
investasi satu periode sebelumnya.
2.2.10 Kriteria Investasi
Minimal ada 4 kriteria investasi yang digunakan dalam praktik yaitu
1. Payback period
Payback period (periode pulag pokok) adalah waktu yang dibutuhkan
agar investasi yang direncanakan dapat dikembalikan, atau waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai titik impas. Jika waktu yang dibutuhkan
makin pendek, proposal investasi dianggap makin baik. Kendatipun kita
harus mempertimbangkan kriteria payback ini. Sebab, ada investasi
yang baru menguntungkan dalam jangka panjang (>5 tahun).
2. Benefit / cost ratio (B/C Ratio)
B/C Ratio mengukur mana yang lebih besar, biaya yang dikeluarkan
disbanding hasil output yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan
dinotasikan sebagai C (Cost). Output yang dihasilkan sebagai B
30
(benefit). Jika nilai B/C sama dengan 1 maka B = C yang dihasilkan
sama dengan biaya yang dikeluarkan.
3. Net Present Value (NPV)
Keuntungan lain dengan menggunakan metode diskonto adalah kita
dapat langsung menghitung selisih nilai sekarang dari biaya total
dengan penerimaan total bersih. Selisih inilah yang disebut net present
value. Suatu proposal investasi akan diterima jika NPV > 0, sebab nilai
sekarang dari permintaan total lebih besar daripada nilai sekarang dari
biaya total.
4. Internal Rate of return (IRR)
Internal rate of return ( IRR ) adalah nilai tingkat pengembalian
investasi, dihitung pada saat NPV sama dengan nol. Jika pada saat
NPV = 0, nilai IRR = 12%, maka tingkat pengembalian investasi adalah
12%. Keputusan menerima atau menolak rencana investasi dilakukan
berdasarkan hasil perbandingan IRR dengan tingkat pengembalian
investasi yang diinginkan (r). jika r yang diinginkan adalah 15%,
sementara IRR hanya 12%, proposal investasi ditolak. Begitu juga
sebaliknya.
31
2.2.11 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Investasi
a. Tingkat pengembalian Yang Diharapkan (Expected Rate Of Return)
Kemampuan perusahaan menentukan tingkat investasi yang
diharapkan, sangat dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal
perusahaan.
1. Kondisi Internal Perusahaan
Kondisi internal adalah factor-faktor yang berada di bawah control
perusahaan, misalnya tingkat efisiensi, kualitas SDM dan teknologi
yang digunakan. Ketiga aspek tersebut berhubungan positif
dengan tingkat pengembalian yang diharapkan. Artinya, makin
tinggi tingkat efisiensi, kualitas SDM dan teknologi, maka tingkat
pengembalian yang diharapkan makin tinggi.
2. Kondisi Eksternal Perusahaan
Kondisi eksternal yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan
keputusan akan investasi terutama adalah perkiraan tentang
tingkat produkdi dan pertumbuhan ekonomi domestic maupun
internasional. Jika diperkirakan tentang masa depan ekonomi
nasional maupun dunia bernada optimis, biasanya tingkat investasi
meningkat, karena tingkat pengembalian investasi dapat dinaikkan.
Selain perkiraan kondisi ekonomi, kebijakan yang ditempuh
pemerintah juga dapat menentukan tingkat investasi. Kebijakan
menaikkan pajak, misalnya, diperkirakan akan menurunkan tingkat
permintaan akan agregat. Akibatnya tingkat investasi akan
32
menurun. Factor sosial politik juga menentukan gairah investasi,
jika sosial-politik makin stabil, investasi umumnya juga meningkat.
Demikian pula factor keamanan (kondisi keamanan Negara).
b. Biaya investasi
Yang paling menentukan tingkat biaya investasi adalah tingkat bunga
pinjaman ; makin tinggi tingkat bunganya, maka biaya investasi makin
mahal. Akibatnya minat berinvestasi makin menurun. Namun , tidak
jarang,walaupun tingkat bunga pinjaman rendah, minta akan investasi
tetap rendah. Hal ini disebabkan biaya tota investasi masih tinggi.
Factor yang mempengaruhi terutama adalah masalah kelembagaan.
c. Marginal efficiency of capital (MEC), tingkat bunga, dan marginal
efficieny of investment (MEI)
1. Marginal efficiency of capital (MEC),Invetasi, dan tingkat bunga
Yang dmaksud dengan marginal efficiency of capital (MEC) atau
efisiensi modal marjinal (EMM) adalah tingkat pengembalian yang
di harapkan (expected rate of return) dari setiap tambahan barang
modal.
2. Marginal efficiency of capital (MEC) dan marginal efficiency of
investment(MEI)
Sama halnya dengan kurva permintaan akan investasi, kurva MEC
secara nasional dapat di turunkan dengan menjumlahkan secara
horizontal kurva-kurva MEC dari perusahaan-perusahaan yang
ada dalam perekonimian tetapi ada beberapa ekonom yang tidak
33
sependapatan dengan cara penurunan kurva MEC. Padahal jika
permintaan barang akan modal secara nasional meningkat,
logikanya tingkat bunga akan naik. Akibatnya kenaikan permintaan
akan investasi tidak sebesar lurva MEC . kurva yang lebih relevan
adalah kurva yang marginal efficiency of investment (MEI) atau
efisiensi investasi marginal (EIM)
Jadi,dapat disimpulkan bahwa Investasi (Penanaman Modal)
adalah pengeluaran atau perbelanjaan penanam-penanam modal
atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan
perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah
kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang
tersedia dalam perekonomian. Investasi atau pembentukan modal
merupakan komponen kedua yang menentukan tingkat
pengeluaran agregat.
2.2.12 Investasi Jangka Panjang
Investasi jangka panjang adalah investasi dimana dana yang Anda
masukkan akan diputar dan baru dapat dicairkan setelah jangka waktu
minimal 1 tahun.
Investasi merupakan salah satu cara untuk meraih keuntungan dari
dana yang kita miliki. Saat ini, menabung uang di bank merupakan salah
satu investasi jangka panjang yang sangat merugikan. Bunga bank yang
rendah dan tingkat inflasi yang tinggi membuat nilai uang yang Anda
34
simpan di bank tidak sebanding dengan penyusutannya. Oleh karena itu,
mengambil salah satu jenis investasi jangka panjang mungkin merupakan
alternatif yang bisa dipilih.
Tujuan investasi jangka panjang, yaitu :
1. Untuk mengendalikan perusahaan lain, supaya dapat menjamin
bahan atau pasar yang diperlukan.
2. Untuk memperoleh bagian laba (deviden)
3. Untuk mendapatkan capital gain.
4. Untuk menguasai pesaing.
5. Untuk membentk dana tertentu
Ada banyak bentuk investasi jangka panjang. Berikut ini adalah
beberapa contoh diantaranya properti merupakan salah satu investasi
jangka panjang yang sangat menguntungkan. Harga properti akan terus
merangkak naik dari tahun ke tahun. Bagi Anda yang memiliki dana yang
cukup besar, investasi ini patut menjadi pilihan.
Berbagai macam properti bisa Anda lirik, mulai dari tanah, rumah, ruko
dan lain-lain. Yang paling penting di dalam mengambil investasi jangka
panjang ini adalah kejelian Anda dalam melihat kondisi masa depan dari
daerah tempat properti tersebut berada.
Mengambil properti di daerah yang sedang berkembang pesat adalah
salah satu cara untuk memperoleh keuntungan yang besar dari investasi
ini secepat-cepatnya. Selain properti, investasi jangka panjang yang juga
bisa Anda ambil adalah membeli dan menyimpan emas dan berbagai
35
logam mulia. Harga emas dan logam mulia ini juga akan cenderung terus
naik karena sifatnya yang berupa bahan tambang yang terbatas.
Kondisi ekonomi dunia yang sering tidak stabil juga merupakan salah
satu pemicu naiknya harga emas dan logam mulia. Oleh karena itu
membeli dan menyimpan emas serta logam mulia untuk jangka panjang
bisa menjadi alternatif yang bisa Anda pilih. Saham juga merupakan salah
satu investasi jangka panjang. Walau demikian, ada pula yang
memperdagangkan saham dalam jangka pendek.
Untuk menyimpan saham dalam jangka panjang, Anda harus jeli
melihat kondisi perusahaan yang sahamnya akan Anda beli. Membeli
saham-saham yang kondisi usahanya cukup stabil merupakan salah satu
cara investasi jangka panjang yang bisa Anda pilih, tidak berbeda jauh
dengan saham, reksadana juga merupakan investasi jangka panjang yang
melibatkan pasar modal. Bedanya, direksadana, ada banyak pilihan
kombinasi jenis investasi
Investasi jangka panjang pada dasarnya tidak terlalu sulit dalam
memberikan keuntungan. Jika Anda jeli melihat situasi dan kondisi,
banyak investasi jangka panjang yang bisa memberikan keuntungan
berlipat. Di dalam investasi, sifat bijaksana dan tidak serakah sangat
dibutuhkan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal.
36
2.2.13 Investasi Jangka Pendek
Investasi jangka pendek adalah investasi dengan dana yang
dimasukkan akan diputar dan baru dapat dicairkan setelah jangka waktu
yang relatif singkat. Investasi jangka pendek tujuannya untuk menghindari
terjadnya kas yang menganggur.
Kas adalah alat pembayaran yang siap dan bebas digunakan untuk
membiayai kegiatan umum perusahaan. Kas terdiri dari saldo kas (cash
on hand) dan rekening giro. Kas merupakan aktiva yang tidak produktif,
oleh kerena itu perlu dikelola dengan baik sehingga tidak ada idle cash.
Untuk dapat digolongkan sebagai kas biasanya dibatasi diterima sebagai
setoran oleh bank dengan nilai nominal dan tidak dibatasi penggunaanya.
Pos-pos berikut tidak dapat digolongkan sebagai kas, misalnya dana yang
disisihkan untuk tujuan tertentu, post date cek, cek kosong dari pihak
ketiga dan rekening giro pada bank di luar negeri yang tidak dapat segera
dipakai.Karena sifat kas yang mudah dipidahtangankan maka diperlukan
pengawasan yang baik. Umumnya sistem pengawasan intern terhadap
kas memisahkan antara fungsi penyimpanan, pelaksana dan pencatatan.
Dasar-dasar pengawasan kas:
1. Untuk keperluan pengeluaran rutin dalam jumlah kecil di bentuk dana
kas kecil
2. Untuk keperluan dalam jumlah selain kas kecil dilakukan dengan cek
3. Pemisahan fungsi antara pengurusan kas dengan pencatatan kas
4. Pemeriksaan intern dalam jangka waktu tertentu
37
5. Dibuat laporan kas secara periodik
Kas kecil adalah uang kas yang disediakan untuk membayar
pengeluaran yang relatif kecil dan tidak ekonomis dengan cek.
Pengelolaan dana kas kecil dapat dengan metode imprest dan metode
fluktuasi.
Dalam metode imprest jumlah dalam rekening kas kecil selalu tetap,
yaitu sebesar dana kas kecil yang dibentuk, kecuali ada penyesuaian
terhadap kas kecil. Dalam metode fluktuasi setiap terjadi transaksi
dilakukan pencatatan terhadap kas kecil, sehingga saldo rekening kas
kecil akan berubah-ubah.
Pada setiap periode tertentu perusahaan menerima laporan bank
yang dapat diperbandingkan dengan rekening kas. Rekonsiliasi bank ini
bermanfaat untuk mengecek ketelitian pencatatan dalam rekening kas dan
catatan bank. Selain itu rekonsiliasi bank juga bermanfaat untuk
mengetahui penerimaan dan pengeluaran-pengeluaran yang sudah terjadi
di bank tetapi belum dicatat oleh perusahaan atau sebaliknya.
Sebab-sebab perbedaan catatan kas perusahaan dengan catatan bank:
1. Elemen-elemen yang sudah dicatat oleh perusahaan sebagai
penerimaan tetapi belum dicatat oleh bank (misal setoran dalam
perjalanan, uang tunai yang belum disetor)
2. Elemen-elemen yang sudah dicatat oleh bank sebagai penerimaan
tetapi belum dicatat oleh perusahaan (misal bunga yang
38
diperhitungkan oleh bank terhadap simpanan/jasa giro, penagihan
wesel oleh bank atau penagihan lain oleh bank sebagai penerimaan)
3. Elemen-elemen yang sudah dicatat oleh perusahaan sebagai
pengeluaran tetapi bank belum mencatatnya (misal outstanding cheks)
4. Elemen-elemen yang sudah dicatat oleh bank sebagai pengeluaran
tetapi belum dicatat oleh perusahaan ( misalnya baiaya jasa bank,
bunga atas overdraft, cek kosong dari langganan)
5. Kesalahan-kesalahan yang timbul baik dari catatan bank maupun
perusahaan.
Kelebiahan uang kas dalam suatu perusahaan tidak akan
menimbulkan pendapatan karena itu kelebihan kas sebaiknya
diinvestasikan selama masa tidak terpakainya kas tersebut. Karena
jangka watu tidak dipkainya kas itu relatif pendek, maka investasinya juga
dilakukan dalam bentuk atau dalam jangka pendek. Investasi jangka
pendek bisa dilakukan dalam bentuk deposito, sertefikiat bank atau surat-
surat berharga yaitu saham ( efek ekuitas) dan obligasi (efek Utang)