TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/817/14/BAB II.pdf ·...

32
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirik Berdasarkan fakta yang ada selama ini Pengelolaan barang milik daerah masih belum tercatat secara baik dan benar, hal ini tentu sangat berpengaruh terhadap pehitungan aset keseluruhan dalam suatu instansi atau perusahaan. Pendampingan dalam penataan dan penyusunan aset tak henti- hentinya selalu ditingkatkan di semua lini agar memperoleh hasil yang maksimal. Untuk mendapatkan hasil yang baik terhadap pengelolaan barang milik daerah dimasa depan kita terus berusaha dan berupaya agar pengelolaan barang milik daerah pada instansi atau perusahaan dapat tersusun dan terukur. Oleh karenanya kita perlu rujukan seperti penelitian- penelitian terdahulu yang telah dilakukan diantaranya tersebut dalam tabel dibawah ini. Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1 Mizan Ahmad Siregar (2008 ) Pengaruh Pengelolaan Barang Milik Daerah Terhadap Pengamanan Aset Daerah Pada Kabupaten Deli Serdang Pengelolaan Barang Milik Daerah,Inventarisasi (X1),Pembukuan (X2),Pelaporan (X3),Pengamanan AsetDaerah ( Y ) Pengelolaan Barang Milik Daerah memberikan dampak yang signifikan terhadap Pengamanan Aset Daerah pada Kabupaten Deli Serdang

Transcript of TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/817/14/BAB II.pdf ·...

Page 1: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/817/14/BAB II.pdf · 2019-10-06 · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirik Berdasarkan fakta yang ada selama

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Empirik

Berdasarkan fakta yang ada selama ini Pengelolaan barang milik

daerah masih belum tercatat secara baik dan benar, hal ini tentu sangat

berpengaruh terhadap pehitungan aset keseluruhan dalam suatu instansi

atau perusahaan. Pendampingan dalam penataan dan penyusunan aset

tak henti- hentinya selalu ditingkatkan di semua lini agar memperoleh hasil

yang maksimal.

Untuk mendapatkan hasil yang baik terhadap pengelolaan barang

milik daerah dimasa depan kita terus berusaha dan berupaya agar

pengelolaan barang milik daerah pada instansi atau perusahaan dapat

tersusun dan terukur. Oleh karenanya kita perlu rujukan seperti

penelitian- penelitian terdahulu yang telah dilakukan diantaranya tersebut

dalam tabel dibawah ini.

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

1 Mizan Ahmad Siregar (2008 )

Pengaruh Pengelolaan Barang Milik Daerah Terhadap Pengamanan Aset Daerah Pada Kabupaten Deli Serdang

Pengelolaan Barang Milik Daerah,Inventarisasi (X1),Pembukuan (X2),Pelaporan (X3),Pengamanan AsetDaerah ( Y )

Pengelolaan Barang Milik Daerah memberikan dampak yang signifikan terhadap Pengamanan Aset Daerah pada Kabupaten Deli Serdang

Page 2: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/817/14/BAB II.pdf · 2019-10-06 · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirik Berdasarkan fakta yang ada selama

8

2 Ayu Andriany (2009 )

Pengaruh Pengelolaan Barang Milik Daerah Terhadap Pengamanan Aset Daerah Studi Kasus Pada Pemerintahan Kota Medan

PengelolaanBarang Milik Daerah,Inventarisasi (X1),Pembukuan (X2),Pelaporan (X3),Pengamanan AsetDaerah ( Y )

PengelolaanBarang Milik Daerahmemberikandampak yangtidak signifikanterhadapPengamanan AsetDaerah padaKota Medan

3 Dewi Mifitri (2009)

Pengaruh Pengelolaan Barang Milik Daerah Terhadap Pengamanan Aset Daerah Pada Kabupaten Langkat

Penngeloaan Barang Milik Daerah Inventarisasi(X1) Pembukuan(X2), Pelaporan (X3) Pengamanan AsetDaerah ( Y )

PengelolaanBarang Milik Daerahmemberikan dampak yang signifikanterhadap Pengamanan Aset Daerah pada KabupatenLangkat

Sumber: Data diolah

2.2 Kajian Teori

2.2.1 Pengertian Aset dan Sistem Pengelolaan Barang Milik Daerah

Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) aset adalah

sumberdaya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah

sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi

dan/atau sosial dimasa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh

pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,

termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan

jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara

karena alasan sejarah dan budaya.

Adapun pengertian system menurut W. Gwerald Cole adalah suatu

kerangka dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan yang disusun

sesuai dengan suatu skema yang menyeluruh, untuk melaksanakan satu

kegiatan atau fungsi utama dari suatu organisasi, pengertian sistem yang

lainnya adalah Sistem berasal dari bahasa latin (systēma) dan bahasa

Page 3: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/817/14/BAB II.pdf · 2019-10-06 · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirik Berdasarkan fakta yang ada selama

9

Yunani (sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau

elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi,

materi atau energi. Istilah ini sering dipergunakan untuk menggambarkan

suatu set entitas yang berinteraksi, dimana suatu model matematika

seringkali bisa dibuat. System juga merupakan kesatuan bagian-bagian

yang saling berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki

item-item penggerak, contoh umum misalnya seperti negara. Negara

merupakan suatu kumpulan dari beberapa elemen kesatuan lain seperti

provinsi yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu negara

dimana yang berperan sebagai penggeraknya yaitu rakyat yang berada di

negara tersebut. Kata sistem banyak sekali digunakan dalam percakapan

sehari-hari, dalam forum diskusi maupun dokumen ilmiah. Kata ini

digunakan untuk banyak hal, dan pada banyak bidang pula, sehingga

maknanya menjadi beragam. Dalam pengertian yang paling umum,

sebuah sistem adalah sekumpulan benda yang memiliki hubungan di

antara mereka (Wikipedia bahasa Indonesia 31/12/2008). Sedangkan

prosedur adalah suatu urut-urutan pekerjaan (clerical), biasanya

melibatkan beberapa orang dalam satu bagian atau lebih, disusun untuk

menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi-transaksi

yang terjadi dalam suatu organisasi (Baridwan, 1991; 3 ).

Dalam Permendagri No. 17 tahun 2007 disebutkan bahwa yang

dimaksud dengan pengelolaan barang milik daerah adalah suatu

rangkaian kegiatan dan tindakan terhadap daerah yang meliputi:

Page 4: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/817/14/BAB II.pdf · 2019-10-06 · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirik Berdasarkan fakta yang ada selama

10

1. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran

2. Pengadaan

3. Penerimaan, penyimpanan dan penyaluran

4. Penggunaan

5. Penatausahaan

6. Pemanfaatan

7. Pengamanan dan pemeliharaan

8. Penilaian

9. Penghapusan

10. Pemindahtanganan

11. Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian

12. Pembiayaan

13. Tuntutan ganti rugi

Menurut Permendagri No. 17 Tahun 2007, Barang Milik Daerah

(BMD) adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau perolehan lainnya yang

sah antara lain:

1. Barang yang diperoleh dari hibah/ sumbangan atau yang sejenis

2. Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/ kontrak

3. Barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang

4. Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap.

Barang milik daerah sebagaimana tersebut di atas, terdiri dari:

Page 5: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/817/14/BAB II.pdf · 2019-10-06 · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirik Berdasarkan fakta yang ada selama

11

1. Barang yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah yang penggunaannya/

pemakaiannya berada pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)/

Instansi/ Lembaga Pemerintah Daerah lainnya sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan

2. Barang yang dimiliki oleh Perusahaan Daerah atau Badan Usaha Milik

Daerah lainnya yang status barangnya dipisahkan.

Barang milik daerah yang dipisahkan adalah barang daerah yang

pengelolaannya berada pada Perusahaan Daerah atau Badan Milik

Daerah lainnya yang anggarannya dibebankan pada anggaran

Perusahaan Daerah atau Badan Usaha Milik Daerah lainnya.

Barang Milik Daerah merupakan bagian dari aset Pemerintah

Daerah yang berwujud. Aset pemerintah adalah sumber daya ekonomi

yang dikuasai dan/ atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari

peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/ atau sosial di

masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun

masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber

daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi

masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena

alasan sejarah dan budaya.

Barang Milik Daerah termasuk dalam aset lancar dan aset tetap.

Aset lancar adalah aset yang diharapkan segera untuk direalisasikan,

dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak

tanggal pelaporan, berupa persediaan. Sedangkan aset tetap adalah aset

Page 6: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/817/14/BAB II.pdf · 2019-10-06 · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirik Berdasarkan fakta yang ada selama

12

berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan

untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh

masyarakat umum, meliputi Tanah; Peralatan dan Mesin; Gedung dan

Bangunan; Jalan, Irigasidan Jaringan; Aset Tetap Lainnya; serta

Konstruksi dalam Pengerjaan. Dari uraian diatas, yang dimaksud aset

daerah adalah aset lancar, aset tetap dan aset lainnya, sedangkan yang

dimaksud dengan barang daerah adalah persediaan (bagian dari aset

lancar) ditambah seluruh aset tetap yang ada dineraca daerah.

2.2.2 Penatausahaan Barang Milik Daerah

Yang dimaksud dengan penatausahaan dalam Permendagri Nomor

17 tahun 2007 adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan,

inventarisasi dan pelaporan barang milik daerah sesuai dengan ketentuan

yang berlaku. Dalam penatausahaan barang milik daerah dilakukan 3

(tiga) kegiatan yang meliputi kegiatan pembukuan, inventarisasi dan

pelaporan.

1. Pembukuan

Menurut penjelasan Permendagri No.1 tahun 2008 disimpulkan

bahwa yang dimaksud dengan pembukuan adalah proses pencatatan

barang milik daerah kedalam daftar barang pengguna dan kedalam kartu

inventaris barang serta dalam daftar barang milik daerah. Pengguna/

kuasa pengguna barang wajib melakukan pendaftaran dan pencatatan

barang milik daerah kedalam Daftar Barang Pengguna (DBP)/ Daftar

Page 7: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/817/14/BAB II.pdf · 2019-10-06 · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirik Berdasarkan fakta yang ada selama

13

Barang Kuasa Pengguna (DBKP). Pengguna/kuasa pengguna barang

dalam melakukan pendaftaran danpencatatan harus sesuai dengan

format:

a. Kartu Inventaris Barang (KIB) A Tanah,

b. Kartu Inventaris Barang (KIB) B Peralatan dan Mesin,

c. Kartu Inventaris Barang (KIB) C Gedung dan Bangunan,

d. Kartu Inventaris Barang (KIB) D Jalan, Irigasi, dan Jaringan,

e. Kartu Inventaris Barang (KIB) E Aset Tetap Lainnya,

f. Kartu Inventaris Barang (KIB) F Konstruksi dalam Pengerjaan,

g. Kartu Inventaris Ruangan (KIR)

2. Inventarisasi

Kegiatan identifikasi dan inventarisasi dimaksudkan untuk

memperoleh informasi yang akurat, lengkap, dan mutakhir mengenai

kekayaan daerah yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah daerah.

Untuk dapat melakukan identifikasi dan inventarisasi aset daerah secara

objektif dan dapat diandalkan, pemerintah daerah perlu memanfaatkan

profesi auditor atau jasa penilai yang independent.

Dari kegiatan inventarisasi disusun buku Inventaris yang

menunjukkan semua kekayaan daerah yang bersifat kebendaan, baik

yang bergerak maupun yang tidak bergerak. Buku inventaris tersebut

memuat data meliputi lokasi, jenis/merk type, jumlah, ukuran, harga, tahun

pembelian, asal barang, keadaan barang, dan sebagainya.

Page 8: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/817/14/BAB II.pdf · 2019-10-06 · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirik Berdasarkan fakta yang ada selama

14

Adanya buku inventaris yang lengkap, teratur dan berkelanjutan

mempunyai fungsi dan peran yang sangat penting dalam rangka:

a. pengendalian, pemanfaatan, pengamanan dan pengawasan setiap

barang

b. usaha untuk menggunakan memanfaatkan setiap barang secara

maksimal sesuai dengan tujuan dan fungsinya masing-masing

c. menunjang pelaksanaan tugas pemerintah.

Barang inventaris adalah seluruh barang yang dimiliki oleh

Pemerintah Daerah yang penggunaannya lebih dari satu tahun dan dicatat

serta terdaftar dalam buku inventaris.

Agar buku inventaris dimaksud dapat digunakan sesuai fungsi dan

perannya, maka pelaksanaannya harus tertib, teratur dan berkelanjutan,

berdasarkan data yang benar, lengkap dan akurat sehingga dapat

memberikan informasi yang tepat dalam:

a. perencanaan kebutuhan dan penganggaran

b. pengadaan

c. penerimaan, penyimpanan dan penyaluran

d. penggunaan

e. penatausahaan

f. pemanfaatan

g. pengamanan dan pemeliharaan

h. penilaian

i. penghapusan

Page 9: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/817/14/BAB II.pdf · 2019-10-06 · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirik Berdasarkan fakta yang ada selama

15

j. pemindahtanganan

k. pembinaan, pengawasan dan pengendalian

l. pembiayaan; dan tuntutan ganti rugi.

3. Pelaporan

Dalam Permendagri No. 17 Tahun 2007 disebutkan bahwa

pelaporan barang milik daerah yang dilakukan pengguna barang

disampaikan setiap semesteran, tahunan dan 5 (lima) tahunan kepada

pengelola. Yang dimaksud dengan pelaporan adalah proses penyusunan

laporan barang setiap semester dan setiap tahun setelah dilakukan

inventarisasi dan pencatatan. Pengguna menyampaikan laporan

pengguna barang semesteran, tahunan, dan lima tahunan kepada kepala

daerah melalui pengelola. Sementara pembantu pengelola menghimpun

seluruh laporan pengguna barang semesteran, tahunan dan lima

tahunan dari masing-masing SKPD, jumlah maupun nilai serta dibuat

rekapitulasinnya. Rekapitulasi tersebut digunakan sebagai bahan

penyusunan neraca daerah.

Hasil sensus barang daerah dari masing-masing pengguna/ kuasa

pengguna direkap ke dalam buku inventaris dan disampaikan kepada

pengelola, selanjutnya pembantu pengelola merekap buku inventaris

tersebut menjadi buku induk inventaris. Buku induk inventaris merupakan

saldo awal pada daftar mutasi barang tahun berikutnya, selanjutnya untuk

tahun-tahun berikutnya pengguna /kuasa pengguna dan pengelola hanya

membuat daftar mutasi barang (bertambah dan/ atau berkurang) dalam

Page 10: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/817/14/BAB II.pdf · 2019-10-06 · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirik Berdasarkan fakta yang ada selama

16

bentuk rekapitulasi barang milik daerah. Mutasi barang bertambah dan

atau berkurang padamasing-masing SKPD setiap semester, dicatat

secara tertib pada:

a. Laporan Mutasi Barang; dan

b. Daftar Mutasi Barang.

2.2.3. Penertiban Barang Milik Daerah

Menurut Peraturan Menteri Keuangan No. 109/ PMK.06/ 2009

penertiban barang milik daerah mencakup kegiatan inventarisasi,

penilaian dan pelaporan serta tindak lanjutnya. Tujuan penertiban barang

milik daerah mewujudkan pengelolaan BMD yang baik dan

menindaklanjuti temuan BPK, maka objek penertiban BMD adalah seluruh

BMD yang berasal dari APBD dan perolehan yang sah.

Kegiatan inventarisasi mencakup empat kegiatan utama, yaitu

pengumpulan data awal, pencocokan, klarifikasi dan pelaksanaan cek

fisik. Dari hasil inventarisasi SKPD akan melakukan koreksi yang

dianggap perlu dan secara paralel akan dilakukan pengolahan data dan

pelaporan pada jajaran pengguna barang dan pengelola barang dan

disampaikan kepada jenjang pelaporan diatasnya. Untuk menjaga

kelancaran pelaksanaan penertiban serta keakuratan data pelaporan

diatasnya, dan untuk menjaga kelancaran pelaksanaan penertiban serta

keakuratan data pelaporan akan dilaksanakan monitoring, evaluasi dan

rekonsiliasi antara pengguna barang dan pengelola barang.

Page 11: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/817/14/BAB II.pdf · 2019-10-06 · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirik Berdasarkan fakta yang ada selama

17

2.2.4. Prinsip Dasar Pengelolaan Aset Daerah

Untuk mendukung pengelolaan aset daerah secara efisien dan

efektif serta menciptakan transparansi kebijakan pengelolaan aset daerah,

maka pemerintah daerah perlu memiliki atau mengembangkan sistem

informasi menajemen yang komprehensif dan handal sebagai alat untuk

menghasilkan laporan pertanggungjawaban. Selain itu, sistem informasi

tersebut juga bermanfaat untuk dasar pengambilan keputusan mengenai

kebutuhan barang dan estimasi kebutuhan belanja pembangunan (modal)

dalam penyusunanAPBD, dan untuk memperoleh informasi manajemen

aset daerah yang memadai maka diperlukan dasar pengeolaan kekayaan

aset yang memadai juga, dimana menurut Mardiasmo (2002) terdapat tiga

prinsip dasarpengelolaan kekayaan aset daerah yakni: (1) adanya

perencanaan yang tepat,(2) pelaksanaan/ pemanfaatan secara efisien

dan efektif, dan (3) pengawasan (monitoring).

1. Perencanaan

Untuk melaksanakan apa yang menjadi kewenangan wajibnya

pemerintah daerah memerlukan barang atau kekayaan untuk menunjang

pelaksanaan tugas dan kewenangannya. Untuk itu, pemerintah daerah

perlu membuat perencanaan kebutuhan aset yang akan digunakan/

dimiliki. Berdasarkan rencana tersebut, pemerintah daerah kemudian

mengusulkan anggaran pengadaannya. Dalam hal ini, masyarakat dan

DPRD perlumelakukan pengawasan (monitoring) mengenai apakah aset

Page 12: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/817/14/BAB II.pdf · 2019-10-06 · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirik Berdasarkan fakta yang ada selama

18

atau kekayaan untuk dimiliki daerah tersebut benar-benar dibutuhkan

daerah. Seandainya memang dibutuhkan, maka pengadaannya harus

dikaitkan dengan cakupan layanan yang dibutuhkan dan diawasi untuk

mengetahui apakah ada mark-up dalam pembelian tersebut. Setiap

pembelian barang atau aset baru harus dicatat dan terdokumentasi

dengan baik dalam sistem database kekayaaan daerah.

Pada dasarnya kekayaan daerah dapat diklasifikasikan menjadi

dua jenis (Mardiasmo:2002) yaitu:

1. Kekayaan yang sudah ada (eksis) sejak adanya daerah tersebut.

Kekayaan jenis ini meliputi seluruh kekayaan alam dan geografis

kewilayahannya. Contohnya adalah tanah, hutan, tambang, gunung,

danau, pantai dan laut, sungai, dan peninggalan bersejarah (misalnya:

candi dan bangunan bersejarah).

2. Kekayaan yang akan dimiliki baik yang berasal dari aktivitas

pemerintah daerah yang didanai APBD serta kegiatan perekonomian

daerah lainnya. Contohnya adalah jalan, jembatan,kendaraan, dan

barang modal lainnya.

Pemerintah daerah harus membuat perencanaan yang tepat

terhadap dua jenis kekayaan tersebut. Perencanaan juga meliputi

perencanaan terhadap aset yang belum termanfaatkan atau masih berupa

aset potensial. Perencanaan yang dilakukan harus meliputi tiga hal yaitu:

a. Melihat kondisi aset daerah dimasa lalu.

b. Aset yang dibutuhkan untuk masa sekarang.

Page 13: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/817/14/BAB II.pdf · 2019-10-06 · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirik Berdasarkan fakta yang ada selama

19

c. Perencanaan kebutuhan aset dimasa yang akan datang.

Oleh karena itu, perlu dibuat perencanaan strategik baik yang

bersifat jangka pendek, menengah, dan jangka panjang mengenai

pengelolaan asset daerah.

2. Pelaksanaan

Permasalahan berikutnya adalah bagaimana pelaksanaannya.

Kekayaan milik daerah harus dikelola secara optimal dengan

memperhatikan prinsip efisiensi, efektifitas, transparansi, dan akuntabilitas

publik. Masyarakat dan DPRD yang harus melakukan pengawasan

(monitoring) terhadap pemanfaatan aset daerah tersebut agar tidak terjadi

penyalahgunaan kekayaan milik daerah.

Hal yang cukup penting diperhatikan pemerintah daerah adalah

perlunya dilakukan perencanaan terhadap biaya operasional dan

pemeliharaan untuk setiap kekayaan yang dibeli atau diadakan. Hal ini

disebabkan sering kali biaya operasi dan pemeliharaan tidak dikaitkan

dengan belanja investasi/ modal. Mestinya terdapat keterkaitan antara

belanja investasi/ modal dengan biaya operasi dan pemeliharaan yang

biaya tersebut merupakan commitment cost yang harus dilakukan. Selain

biaya operasi dan pemeliharaan, biaya lain yang harus diperhatikan

misalnya biaya asuransi kerugian.

Pengelolaan kekayaan daerah harus memenuhi prinsip

akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik yang harus dipenuhi paling tidak

meliputi:

Page 14: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/817/14/BAB II.pdf · 2019-10-06 · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirik Berdasarkan fakta yang ada selama

20

a. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum (accountability for

probity and legilaty), terkait dengan penghindaran penyalahgunaan

jabatan (abuse of power) oleh pejabat dalam penggunaan dan

pemanfaatan kekayaan daerah, sedangkan akuntabilitas hukum terkait

dengan jaminan adanya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain

yang disyaratkan dalam penggunaan kekayaan publik.

b. Akuntabilitas proses (process accountability), terkait dengan

dipatuhinya prosedur yang digunakan dalam melaksanakan

pengelolaan kekayaan daerah, termasuk didalamnya dilakukannya

compulsory competitive tendering contract (CCTC) dan penghapusan

mark-up. Untuk itu perlu kecukupan sistem informasi akuntansi, sistem

informasi manajemen, dan prosedur administrasi.

c. Akuntabilitas kebijakan (policy accountability), terkait dengan

pertanggungjawaban pemerintah daerah terhadap DPRD dan

masyarakat luas atas kebijakan-kebijakan penggunaan dan

pemanfaatan kekayaan daerah.

3. Pengawasan

Pengawasan yang ketat perlu dilakukan sejak tahap perencanaan

hingga pengahapusan aset. Keterlibatan auditor internal dalam proses

pengawasan ini sangat penting untuk menilai konsistesi antara praktik

yang dilakukan oleh pemerintah daerah dengan standar yang berlaku.

Selain itu auditor juga penting keterlibatannya untuk menilai kebijakan

akuntansi yang diterapkan manyangkut pengakuan aset (recognition),

Page 15: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/817/14/BAB II.pdf · 2019-10-06 · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirik Berdasarkan fakta yang ada selama

21

pengukurannya (measurement), dan penilaiannya (valuation).

Pengawasan diperlukan untuk menghindari penyimpanan dalam

perencanaan maupun pengelolaan aset yang dimiliki daerah.

2.2.5. Tujuan pengelolaan barang milik daerah

.Pengelolaan aset adalah pengelolaan secara komprehensif atas

permintaan, perencanaan, perolehan, pengoperasian, pemeliharaan,

perbaikan/ rehabilitasi, pembuangan/ pelepasan dan penggantian aset.

Manajemen aset merupakan proses menjaga/ memelihara dan

memanfaatkan modal publik, hal ini dilakukan dalam rangka

melaksanakan tertib administrasi pengelolaan barang milik daerah

sehingga terciptanya manajemen pemerintahan yang dapat bekerja

secara efisien, efektif dan ekonomis.

2.2.6. Azas- azas Pengelolaan Barang Milik Daerah.

Menurut Permendagri 17 Tahun 2007, barang milik daerah

sebagai salah satu unsur penting dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan dan pelayanan masyarakat harus dikelola dengan baik dan

benar, yang pada gilirannya dapat mewujudkan pengelolaan barang milik

daerah dengan memperhatikan azas-azas sebagai berikut :

1. Azas fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan

masalah dibidang pengelolaan barang milik daerah yang dilaksanakan

oleh pengurus barang, pengguna barang, pengelola barang dan

Page 16: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/817/14/BAB II.pdf · 2019-10-06 · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirik Berdasarkan fakta yang ada selama

22

kepala daerah sesuai fungsi, wewenang dan tanggungjawab masing-

masing.

2. Azas kepastian hukum, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus

dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan

3. Azas transparansi, yaitu penyelenggaraan pengelolaan barang milik

daerah harus transparan terhadap hak masyarakat dalam

memperoleh informasi yang benar.

4. Azas efisiensi, yaitu pengelolaan barang milik daerah diarahkan agar

barang milik daerah digunakan sesuai batasan-batasan standar

kebutuhan yang diperlukan dalam rangka menunjang

penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintahan secara

optimal.

5. Azas akuntabilitas, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus dapat

dipertanggungjawabkan kepada rakyat.

6. Azas kepastian nilai, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus

didukung oleh adanya ketepatan jumlah dan nilai barang dalam rangka

optimalisasi pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik daerah

serta penyusunan neraca pemerintah daerah.

2.2.7. Sejarah dan dasar hukum pengelolaan barang milik daerah.

Pengelolaan barang dalam negara kita Republik Indonesia selama

ini hanya kita kenal sebagai Barang Milik Negara yang dikelola oleh

masing-masing departemen yang kemudian terjadilah perubahan-

Page 17: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/817/14/BAB II.pdf · 2019-10-06 · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirik Berdasarkan fakta yang ada selama

23

perubahan dalam pengurusan inventaris ini sesuai dengan tuntutan

perkembangan administrasi negara, maka terbitlah aturan/pedoman

sebagai berikut:

1. INPRES 3 Tahun 1971, diikuti dikeluarkannya Surat Keputusan

Menteri Keuangan No. Kep.225/ MK/ 471 tentang Pedoman

Pelaksanaan tertib administrasi kekayaan negara, dan barang daerah

otonom terpisah dari/ tidak termasuk kekayaan negara.

2. Undang-undang No. 5 Tahun 1974; tentang pokok-pokok

pemerintahan di daerah, diikuti dengan diterbitkannya Peraturan

Menteri Dalam Negeri sebagai berikut;

a. Nomor 4 Tahun 1979; tentang Pelaksanaan Pengelolaan Barang

Pemerintah Daerah; Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 020-595

tahun 1980; tentang Manual Administrasi Barang Daerah.

b. Nomor 7 Tahun 1997; tentang Pedoman pelaksanaan Barang

Pemerintah Daerah; Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 32

Tahun1980 tentang Manual Administrasi Barang Daerah.

3. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999; tentang Pemerintah Daerah,

yang diikuti oleh diterbitkannya Keputusan Menteri Dalam Negeri

sebagai berikut:

a. Nomor 11 Tahun 2001; tentang Pedoman Pengelolaan Barang

Daerah.

b. Nomor 152 Tahun 2004; tentang Pedoman Pengelolaan Barang

Daerah.

Page 18: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/817/14/BAB II.pdf · 2019-10-06 · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirik Berdasarkan fakta yang ada selama

24

4. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004; tentang Pemerintah Daerah.

Dalam pengelolaan barang milik daerah sebagai suatu perwujudan

dari rencana kerja keuangan akan dilaksanakan oleh pemerintah

daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan selain berdasarkan

pada ketentuan-ketentuan umum yang berdasarkan pula pada:

a. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah;

b. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara;

c. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar

Akuntansi Pemerintahan;

d. Peraturan pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah;

e. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan

Barang Milik Negara/ Daerah;

f. Keptusan Menteri Dalam Negeri Nomor 49 Tahun 2001 tentang

Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah;

g. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2003 tentang

Pedoman Penilaian Barang Daerah;

h. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Page 19: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/817/14/BAB II.pdf · 2019-10-06 · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirik Berdasarkan fakta yang ada selama

25

2.2.8. Pengamanan Barang Milik Daerah

Pengamanan terhadap barang milik daerah berupa barang

inventaris dalam proses pemakaian dan barang persediaan dalam gudang

yang diupayakan secara fisik, administratif dan tindakan hukum.

1. Pelaksanaan Pengamanan

Pengamanan dilakukan terhadap barang milik daerah berupa

barang inventaris dalam proses pemakaian dan barang persediaan dalam

gudang yang dupayakan secara fisik, administratif dan tindakan hukum.

a. Pengamanan fisik Pengamanan terhadap barang-barang bergerak

dilakukan dengan cara:

1) Pemanfaatan sesuai tujuan.

2) Penggudangan/ penyimpanan baik tertutup maupun terbuka.

3) Pemasangan tanda kepemilikan.

Pengamanan terhadap barang tidak bergerak dilakukan dengan cara:

1) Pemagaran.

2) Pemasangan papan tanda kepemilikan.

3) Penjagaan.

Pengamanan terhadap barang persediaan dilakukan oleh

penyimpan dan atau pengurus barang dengan cara penempatan pada

tempat penyimpanan yang baik sesuai dengan sifat barang tersebut agar

barang milik daerah terhindar dari kerusakan fisik.

b. Pengamanan administratif.

Page 20: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/817/14/BAB II.pdf · 2019-10-06 · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirik Berdasarkan fakta yang ada selama

26

Pengamanan administrasi terhadap barang bergerak dilakukan

dengan cara:

1) pencatatan/ inventarisasi.

2) Kelengkapan bukti kepemilikan antara lain BPKB, faktur pembelian

3) Pemasangan label kode lokasi dan kode barang berupa stiker.

Pengamanan administrasi terhadap barang tidak bergerak

dilakukan dengan cara:

1) Pencatatan/ inventarisasi.

2) Penyelesaian bukti kepemilikan seperti: IMB, berita acara serah

terima, surat perjanjian, akte jual beli dan dokumen pendukung

lainnya

c. Tindakan Hukum.

Pengamanan melalui upaya hukum terhadap barang inventaris

yang bermasalah dengan pihak lain, dilakukan dengan cara:

1) negosiasi (musyawarah) untuk mencari penyelesaian.

2) Penerapan Hukum.

2. Aparat Pelaksana Pengamanan

Pengamanan pada prinsipnya dilaksanakan oleh aparat pelaksana

pemerintah daerah sesuai dengan tugas dan fungsinya.

a. Pengamanan Administratif

1) Pencatatan oleh pengguna dan dilaporkan kepada pengelola

melalui pembantu pengelola;

Page 21: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/817/14/BAB II.pdf · 2019-10-06 · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirik Berdasarkan fakta yang ada selama

27

2) Pemasangan label dilakukan oleh pengguna dengan koordinasi

pembantu pengelola;

3) Pembantu pengelola dan/ atau SKPD menyelesaikan bukti

kepemilikan barang milik daerah.

b. Pengamanan Fisik.

1) Pengamanan fisik secara umum terhadap barang inventaris dan

barang persediaan dilakukan oleh pengguna.

2) Penyimpanan bukti kepemilikan dilakukan oleh pengelola.

3) Pemagaran dan pemasangan papan tanda kepemilikan dilakukan

oleh pengguna terhadap tanah dan atau bangunan yang

dipergunakan untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi dan

oleh pembantu pengelola terhadap tanah dan atau bangunan yang

telah diserahkan oleh pengguna kepada kepala daerah.

c. Tindakan Hukum

Musyawarah untuk mencapai penyelesaian atas barang milik

daerah yang bermasalah dengan pihak lain pada tahap awal dilakukan

oleh pengguna dan pada tahap selanjutnya oleh pembantu pengelola.

2.2.9. Investasi

Investasi adalah merupakan pengeluaran perusahaan untuk membeli

atau memperoleh faktor-faktor produksi yang akan digunakan oleh

perusahaan untuk menghasilkan barang atau jasa. Investasi dapat juga

diartikan sebagai pengeluaran untuk membeli faktor produksi untuk

Page 22: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/817/14/BAB II.pdf · 2019-10-06 · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirik Berdasarkan fakta yang ada selama

28

membangun usaha dan untuk mempertahankan kelangsungan hidup

perusahaan.

Investasi adalah penanaman modal untuk biasanya berjangka panjang

dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang

sebagai kompensasi secara profesional atas penundaan konsumsi,

dampak inflasi dan resiko yang ditanggung. Keputusan investasi dapat

dilakukan individu, dari investasi tersebut yang dapat berupa capital

gain/loss dan yield. Alasan seorang investor melakukan investasi adalah

untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang

serta untuk menghindari merosotnya nilai kekayaan yang dimiliki. Saham

merupakan salah satu alternatif dalam aset finansial. Kebutuhan akan

informasi yang relevan dalam pengambilan keputusan investasi dalam

aset finansial di pasar modal sangat dibutuhkan oleh investor. Suatu

pendekatan dalam menganalisis harga saham dipasar modal sangat

dibutuhkan oleh investor. Suatu pendekatan dalam menganalisis harga

saham dipasar modal yang dapat membantu investor dalam membuat

keputusan investasi adalah pendekatan fundamental dan teknikal.

Pendekatan secara fundamental mendasarkan analisanya pada suatu

anggapan bahwa setiap saham mempunyai nilai intrinstik dihasilkan.

Salah satu indikator yang dapat digunakan yaitu apabila semakin rendah

harga suatu saham maka semakin bagus untuk melakukan investasi, hal

tersebut dikarenakan harga saham dapat terjangkau oleh kemampuan

investor dan memiliki nilai resiko yang kecil.

Page 23: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/817/14/BAB II.pdf · 2019-10-06 · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirik Berdasarkan fakta yang ada selama

29

Perhitungan Investasi harus konsisten dengan perhitungan pendapatan

nasional. Yang dimasukkan dalam perhitungan investasi adalah barang

modal, bangunan / kontruksi, maupun persediaan barang jadi yang masih

baru. Investasi merupakan konsep aliran (flow concept), karena dihitung

selama satu internal periode tertentu. Tetapi investasi akan memengaruhi

jumlah barang modal yang tersedia (capital stock) pada satu periode

tertentu. Tambahan stok barang modal adalah sebesar pengeluaran

investasi satu periode sebelumnya.

2.2.10 Kriteria Investasi

Minimal ada 4 kriteria investasi yang digunakan dalam praktik yaitu

1. Payback period

Payback period (periode pulag pokok) adalah waktu yang dibutuhkan

agar investasi yang direncanakan dapat dikembalikan, atau waktu yang

dibutuhkan untuk mencapai titik impas. Jika waktu yang dibutuhkan

makin pendek, proposal investasi dianggap makin baik. Kendatipun kita

harus mempertimbangkan kriteria payback ini. Sebab, ada investasi

yang baru menguntungkan dalam jangka panjang (>5 tahun).

2. Benefit / cost ratio (B/C Ratio)

B/C Ratio mengukur mana yang lebih besar, biaya yang dikeluarkan

disbanding hasil output yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan

dinotasikan sebagai C (Cost). Output yang dihasilkan sebagai B

Page 24: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/817/14/BAB II.pdf · 2019-10-06 · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirik Berdasarkan fakta yang ada selama

30

(benefit). Jika nilai B/C sama dengan 1 maka B = C yang dihasilkan

sama dengan biaya yang dikeluarkan.

3. Net Present Value (NPV)

Keuntungan lain dengan menggunakan metode diskonto adalah kita

dapat langsung menghitung selisih nilai sekarang dari biaya total

dengan penerimaan total bersih. Selisih inilah yang disebut net present

value. Suatu proposal investasi akan diterima jika NPV > 0, sebab nilai

sekarang dari permintaan total lebih besar daripada nilai sekarang dari

biaya total.

4. Internal Rate of return (IRR)

Internal rate of return ( IRR ) adalah nilai tingkat pengembalian

investasi, dihitung pada saat NPV sama dengan nol. Jika pada saat

NPV = 0, nilai IRR = 12%, maka tingkat pengembalian investasi adalah

12%. Keputusan menerima atau menolak rencana investasi dilakukan

berdasarkan hasil perbandingan IRR dengan tingkat pengembalian

investasi yang diinginkan (r). jika r yang diinginkan adalah 15%,

sementara IRR hanya 12%, proposal investasi ditolak. Begitu juga

sebaliknya.

Page 25: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/817/14/BAB II.pdf · 2019-10-06 · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirik Berdasarkan fakta yang ada selama

31

2.2.11 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Investasi

a. Tingkat pengembalian Yang Diharapkan (Expected Rate Of Return)

Kemampuan perusahaan menentukan tingkat investasi yang

diharapkan, sangat dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal

perusahaan.

1. Kondisi Internal Perusahaan

Kondisi internal adalah factor-faktor yang berada di bawah control

perusahaan, misalnya tingkat efisiensi, kualitas SDM dan teknologi

yang digunakan. Ketiga aspek tersebut berhubungan positif

dengan tingkat pengembalian yang diharapkan. Artinya, makin

tinggi tingkat efisiensi, kualitas SDM dan teknologi, maka tingkat

pengembalian yang diharapkan makin tinggi.

2. Kondisi Eksternal Perusahaan

Kondisi eksternal yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan

keputusan akan investasi terutama adalah perkiraan tentang

tingkat produkdi dan pertumbuhan ekonomi domestic maupun

internasional. Jika diperkirakan tentang masa depan ekonomi

nasional maupun dunia bernada optimis, biasanya tingkat investasi

meningkat, karena tingkat pengembalian investasi dapat dinaikkan.

Selain perkiraan kondisi ekonomi, kebijakan yang ditempuh

pemerintah juga dapat menentukan tingkat investasi. Kebijakan

menaikkan pajak, misalnya, diperkirakan akan menurunkan tingkat

permintaan akan agregat. Akibatnya tingkat investasi akan

Page 26: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/817/14/BAB II.pdf · 2019-10-06 · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirik Berdasarkan fakta yang ada selama

32

menurun. Factor sosial politik juga menentukan gairah investasi,

jika sosial-politik makin stabil, investasi umumnya juga meningkat.

Demikian pula factor keamanan (kondisi keamanan Negara).

b. Biaya investasi

Yang paling menentukan tingkat biaya investasi adalah tingkat bunga

pinjaman ; makin tinggi tingkat bunganya, maka biaya investasi makin

mahal. Akibatnya minat berinvestasi makin menurun. Namun , tidak

jarang,walaupun tingkat bunga pinjaman rendah, minta akan investasi

tetap rendah. Hal ini disebabkan biaya tota investasi masih tinggi.

Factor yang mempengaruhi terutama adalah masalah kelembagaan.

c. Marginal efficiency of capital (MEC), tingkat bunga, dan marginal

efficieny of investment (MEI)

1. Marginal efficiency of capital (MEC),Invetasi, dan tingkat bunga

Yang dmaksud dengan marginal efficiency of capital (MEC) atau

efisiensi modal marjinal (EMM) adalah tingkat pengembalian yang

di harapkan (expected rate of return) dari setiap tambahan barang

modal.

2. Marginal efficiency of capital (MEC) dan marginal efficiency of

investment(MEI)

Sama halnya dengan kurva permintaan akan investasi, kurva MEC

secara nasional dapat di turunkan dengan menjumlahkan secara

horizontal kurva-kurva MEC dari perusahaan-perusahaan yang

ada dalam perekonimian tetapi ada beberapa ekonom yang tidak

Page 27: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/817/14/BAB II.pdf · 2019-10-06 · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirik Berdasarkan fakta yang ada selama

33

sependapatan dengan cara penurunan kurva MEC. Padahal jika

permintaan barang akan modal secara nasional meningkat,

logikanya tingkat bunga akan naik. Akibatnya kenaikan permintaan

akan investasi tidak sebesar lurva MEC . kurva yang lebih relevan

adalah kurva yang marginal efficiency of investment (MEI) atau

efisiensi investasi marginal (EIM)

Jadi,dapat disimpulkan bahwa Investasi (Penanaman Modal)

adalah pengeluaran atau perbelanjaan penanam-penanam modal

atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan

perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah

kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang

tersedia dalam perekonomian. Investasi atau pembentukan modal

merupakan komponen kedua yang menentukan tingkat

pengeluaran agregat.

2.2.12 Investasi Jangka Panjang

Investasi jangka panjang adalah investasi dimana dana yang Anda

masukkan akan diputar dan baru dapat dicairkan setelah jangka waktu

minimal 1 tahun.

Investasi merupakan salah satu cara untuk meraih keuntungan dari

dana yang kita miliki. Saat ini, menabung uang di bank merupakan salah

satu investasi jangka panjang yang sangat merugikan. Bunga bank yang

rendah dan tingkat inflasi yang tinggi membuat nilai uang yang Anda

Page 28: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/817/14/BAB II.pdf · 2019-10-06 · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirik Berdasarkan fakta yang ada selama

34

simpan di bank tidak sebanding dengan penyusutannya. Oleh karena itu,

mengambil salah satu jenis investasi jangka panjang mungkin merupakan

alternatif yang bisa dipilih.

Tujuan investasi jangka panjang, yaitu :

1. Untuk mengendalikan perusahaan lain, supaya dapat menjamin

bahan atau pasar yang diperlukan.

2. Untuk memperoleh bagian laba (deviden)

3. Untuk mendapatkan capital gain.

4. Untuk menguasai pesaing.

5. Untuk membentk dana tertentu

Ada banyak bentuk investasi jangka panjang. Berikut ini adalah

beberapa contoh diantaranya properti merupakan salah satu investasi

jangka panjang yang sangat menguntungkan. Harga properti akan terus

merangkak naik dari tahun ke tahun. Bagi Anda yang memiliki dana yang

cukup besar, investasi ini patut menjadi pilihan.

Berbagai macam properti bisa Anda lirik, mulai dari tanah, rumah, ruko

dan lain-lain. Yang paling penting di dalam mengambil investasi jangka

panjang ini adalah kejelian Anda dalam melihat kondisi masa depan dari

daerah tempat properti tersebut berada.

Mengambil properti di daerah yang sedang berkembang pesat adalah

salah satu cara untuk memperoleh keuntungan yang besar dari investasi

ini secepat-cepatnya. Selain properti, investasi jangka panjang yang juga

bisa Anda ambil adalah membeli dan menyimpan emas dan berbagai

Page 29: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/817/14/BAB II.pdf · 2019-10-06 · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirik Berdasarkan fakta yang ada selama

35

logam mulia. Harga emas dan logam mulia ini juga akan cenderung terus

naik karena sifatnya yang berupa bahan tambang yang terbatas.

Kondisi ekonomi dunia yang sering tidak stabil juga merupakan salah

satu pemicu naiknya harga emas dan logam mulia. Oleh karena itu

membeli dan menyimpan emas serta logam mulia untuk jangka panjang

bisa menjadi alternatif yang bisa Anda pilih. Saham juga merupakan salah

satu investasi jangka panjang. Walau demikian, ada pula yang

memperdagangkan saham dalam jangka pendek.

Untuk menyimpan saham dalam jangka panjang, Anda harus jeli

melihat kondisi perusahaan yang sahamnya akan Anda beli. Membeli

saham-saham yang kondisi usahanya cukup stabil merupakan salah satu

cara investasi jangka panjang yang bisa Anda pilih, tidak berbeda jauh

dengan saham, reksadana juga merupakan investasi jangka panjang yang

melibatkan pasar modal. Bedanya, direksadana, ada banyak pilihan

kombinasi jenis investasi

Investasi jangka panjang pada dasarnya tidak terlalu sulit dalam

memberikan keuntungan. Jika Anda jeli melihat situasi dan kondisi,

banyak investasi jangka panjang yang bisa memberikan keuntungan

berlipat. Di dalam investasi, sifat bijaksana dan tidak serakah sangat

dibutuhkan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal.

Page 30: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/817/14/BAB II.pdf · 2019-10-06 · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirik Berdasarkan fakta yang ada selama

36

2.2.13 Investasi Jangka Pendek

Investasi jangka pendek adalah investasi dengan dana yang

dimasukkan akan diputar dan baru dapat dicairkan setelah jangka waktu

yang relatif singkat. Investasi jangka pendek tujuannya untuk menghindari

terjadnya kas yang menganggur.

Kas adalah alat pembayaran yang siap dan bebas digunakan untuk

membiayai kegiatan umum perusahaan. Kas terdiri dari saldo kas (cash

on hand) dan rekening giro. Kas merupakan aktiva yang tidak produktif,

oleh kerena itu perlu dikelola dengan baik sehingga tidak ada idle cash.

Untuk dapat digolongkan sebagai kas biasanya dibatasi diterima sebagai

setoran oleh bank dengan nilai nominal dan tidak dibatasi penggunaanya.

Pos-pos berikut tidak dapat digolongkan sebagai kas, misalnya dana yang

disisihkan untuk tujuan tertentu, post date cek, cek kosong dari pihak

ketiga dan rekening giro pada bank di luar negeri yang tidak dapat segera

dipakai.Karena sifat kas yang mudah dipidahtangankan maka diperlukan

pengawasan yang baik. Umumnya sistem pengawasan intern terhadap

kas memisahkan antara fungsi penyimpanan, pelaksana dan pencatatan.

Dasar-dasar pengawasan kas:

1. Untuk keperluan pengeluaran rutin dalam jumlah kecil di bentuk dana

kas kecil

2. Untuk keperluan dalam jumlah selain kas kecil dilakukan dengan cek

3. Pemisahan fungsi antara pengurusan kas dengan pencatatan kas

4. Pemeriksaan intern dalam jangka waktu tertentu

Page 31: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/817/14/BAB II.pdf · 2019-10-06 · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirik Berdasarkan fakta yang ada selama

37

5. Dibuat laporan kas secara periodik

Kas kecil adalah uang kas yang disediakan untuk membayar

pengeluaran yang relatif kecil dan tidak ekonomis dengan cek.

Pengelolaan dana kas kecil dapat dengan metode imprest dan metode

fluktuasi.

Dalam metode imprest jumlah dalam rekening kas kecil selalu tetap,

yaitu sebesar dana kas kecil yang dibentuk, kecuali ada penyesuaian

terhadap kas kecil. Dalam metode fluktuasi setiap terjadi transaksi

dilakukan pencatatan terhadap kas kecil, sehingga saldo rekening kas

kecil akan berubah-ubah.

Pada setiap periode tertentu perusahaan menerima laporan bank

yang dapat diperbandingkan dengan rekening kas. Rekonsiliasi bank ini

bermanfaat untuk mengecek ketelitian pencatatan dalam rekening kas dan

catatan bank. Selain itu rekonsiliasi bank juga bermanfaat untuk

mengetahui penerimaan dan pengeluaran-pengeluaran yang sudah terjadi

di bank tetapi belum dicatat oleh perusahaan atau sebaliknya.

Sebab-sebab perbedaan catatan kas perusahaan dengan catatan bank:

1. Elemen-elemen yang sudah dicatat oleh perusahaan sebagai

penerimaan tetapi belum dicatat oleh bank (misal setoran dalam

perjalanan, uang tunai yang belum disetor)

2. Elemen-elemen yang sudah dicatat oleh bank sebagai penerimaan

tetapi belum dicatat oleh perusahaan (misal bunga yang

Page 32: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirikeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/817/14/BAB II.pdf · 2019-10-06 · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirik Berdasarkan fakta yang ada selama

38

diperhitungkan oleh bank terhadap simpanan/jasa giro, penagihan

wesel oleh bank atau penagihan lain oleh bank sebagai penerimaan)

3. Elemen-elemen yang sudah dicatat oleh perusahaan sebagai

pengeluaran tetapi bank belum mencatatnya (misal outstanding cheks)

4. Elemen-elemen yang sudah dicatat oleh bank sebagai pengeluaran

tetapi belum dicatat oleh perusahaan ( misalnya baiaya jasa bank,

bunga atas overdraft, cek kosong dari langganan)

5. Kesalahan-kesalahan yang timbul baik dari catatan bank maupun

perusahaan.

Kelebiahan uang kas dalam suatu perusahaan tidak akan

menimbulkan pendapatan karena itu kelebihan kas sebaiknya

diinvestasikan selama masa tidak terpakainya kas tersebut. Karena

jangka watu tidak dipkainya kas itu relatif pendek, maka investasinya juga

dilakukan dalam bentuk atau dalam jangka pendek. Investasi jangka

pendek bisa dilakukan dalam bentuk deposito, sertefikiat bank atau surat-

surat berharga yaitu saham ( efek ekuitas) dan obligasi (efek Utang)