Tinjauan Penerapan Teknologi Positioning System

4
 Tinjauan penerapan teknologi Positioning system Oleh : Istiadi Positioning system merupakan sistem yang bertujuan mengidentifikasi lokasi obyek yang selanjutnya digunakan untuk berbagai keperluan diantaranya yang dikenal dalam aplikasi berbasis kontek (Context aware). Positioning system menggunakan teknologi penentuan lokasi tergantung jenis penggunaannya. Misalnya untuk aplikasi pada area terbuka (outdor) umumnya digunakan GPS, tetapi pada lingkup area yang tidak memungkinkan penggunaan GPS dengan baik akan digunakan teknologi alternative yang lain misalnya memanfaatkan proximity. Tulisan ini akan mengulas beberapa teknologi untuk positioning system dan beberapa penerapannya yang telah dikembangkan dalam beberapa penelitian. Aplikasi yang bersifat context-aware umumnya dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan memberikan layanan yang mengarah pada smart system. Global Positioning System (GPS) Secara umum penentuan posisi pada area terbuka (outdoor) digunakan GPS (Hightower dan Borriello, 2011). GPS adalah sistem untuk menentukan posisi di permukaan bumi dengan bantuan sinkronisasi sinyal satelit. Sistem ini menggunakan 24 satelit yang mengirimkan sinyal gelombang mikro ke Bumi. Dari satelit-satelit tersebut dalam penentuan posisi dibutuhkan tiga satelit yang memancarkan sinyal ke penerima di bumi yang dikenal dengan istilah triangulasi serta tambahan sebuah satelit untuk menentukan ketinggian dari pemukaan laut. Akurasi penentuan posisi menggunakan GPS berkisar antara dua hingga sepuluh meter. Dalam penerapan aplikasi penentuan posisi sering digunakan representasi simbolik. Representasi simbolik digunakan untuk mengabstraksi suatu lingkup posisi fisik dengan suatu informasi simbolik oleh sistem aplikasi (Hightower dan Borriello, 2001). Pada representasi si mbolik digun akan database yang menyimpan lingkup posisi fisik yang berkorelasi dengan informasi lokasi. Saat ini telah berkembang teknologi GPS yang terintegrasi dengan perangkat mobile. Perangkat itu mampu mengidentifikasi lokasinya dan juga dilengkapi dengan peta untuk mendukung mobilitas penggunanya. Penerapan GPS pada perangkat mobile diantaranya untuk mendukung pariwisata seperti yang diteliti dan dikembangkan oleh Seten et al. (2004). GPS ini digunakan untuk mendukung layanan informasi wisata berupa peta yang dilengkapi dengan informasi potensi wisata disekitar posisi wisatawan serta

Transcript of Tinjauan Penerapan Teknologi Positioning System

Tinjauan penerapan teknologi Positioning system Oleh : IstiadiPositioning system merupakan sistem yang bertujuan mengidentifikasi lokasi obyek yang selanjutnya digunakan untuk berbagai keperluan diantaranya yang dikenal dalam aplikasi berbasis kontek (Context aware). Positioning system menggunakan teknologi penentuan lokasi tergantung jenis penggunaannya. Misalnya untuk aplikasi pada area terbuka (outdor) umumnya digunakan GPS, tetapi pada lingkup area yang tidak memungkinkan penggunaan GPS dengan baik akan digunakan teknologi alternative yang lain misalnya memanfaatkan proximity. Tulisan ini akan mengulas beberapa teknologi untuk positioning system dan beberapa penerapannya yang telah dikembangkan dalam beberapa penelitian. Aplikasi yang bersifat context-aware umumnya dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan memberikan layanan yang mengarah pada smart system. Global Positioning System (GPS) Secara umum penentuan posisi pada area terbuka (outdoor) digunakan GPS (Hightower dan Borriello, 2011). GPS adalah sistem untuk menentukan posisi di permukaan bumi dengan bantuan sinkronisasi sinyal satelit. Sistem ini menggunakan 24 satelit yang mengirimkan sinyal gelombang mikro ke Bumi. Dari satelit-satelit tersebut dalam penentuan posisi dibutuhkan tiga satelit yang memancarkan sinyal ke penerima di bumi yang dikenal dengan istilah triangulasi serta tambahan sebuah satelit untuk menentukan ketinggian dari pemukaan laut. Akurasi penentuan posisi menggunakan GPS berkisar antara dua hingga sepuluh meter. Dalam penerapan aplikasi penentuan posisi sering digunakan representasi simbolik. Representasi simbolik digunakan untuk mengabstraksi suatu lingkup posisi fisik dengan suatu informasi simbolik oleh sistem aplikasi (Hightower dan Borriello, 2001). Pada representasi simbolik digunakan database yang menyimpan lingkup posisi fisik yang berkorelasi dengan informasi lokasi. Saat ini telah berkembang teknologi GPS yang terintegrasi dengan perangkat mobile. Perangkat itu mampu mengidentifikasi lokasinya dan juga dilengkapi dengan peta untuk mendukung mobilitas penggunanya. Penerapan GPS pada perangkat mobile diantaranya untuk mendukung pariwisata seperti yang diteliti dan dikembangkan oleh Seten et al. (2004). GPS ini digunakan untuk mendukung layanan informasi wisata berupa peta yang dilengkapi dengan informasi potensi wisata disekitar posisi wisatawan serta

tersedia informasi transportasinya. Selain itu juga aplikasi menyediakan layanan rekomendasi wisata berdasarkan kontek minat wisata. Sementara itu penerapan GPS pada perangkat mobile juga telah diteliti penerapanya sebagai Traffic Sensor (Amin et al., 2008). Kepadatan lalu lintas diidentifikasi dengan melalukan penyensoran terhadap perangkat GPS yang digunakan pada kendaraan-kendaraan yang melintas di suatu ruas jalan. Estimasi travel time dan velocity contour di sediakan sebagai layanan informasi yang dibroadcast melalui internet. Tracking mobilitas seseorang sebagai obyek penyensoran tentunya perlu melibatkan pertimbangan kebijakan privasi meskipun untuk tujuan yang baik (Soper, 2012). Penggunaan aplikasi GPS sebagai layanan positioning sistem sesuai untuk penggunaan pada area terbuka seperti dicontohkan pada kasus di atas. Tetapi untuk penggunaan pada area tertutup misalnya dalam gedung, pada lingkungan perkotaan yang cukup banyak terdapat gedung-gedung tinggi menyebabkan sinyal GPS tidak dapat diterima dengan baik yang mengakibatkan menurunnya tingkat akurasi. Karena itu alternative penggunaan positioning sistem dapat dilakukan dengan pendekatan menggunakan metode proximity. Positioning system dengan pendekatan Proximity Inti dari pendekatan positioning system dengan proximity adalah mengukur kedekatan terhadap set point yang telah diketahui. Beberapa contoh perangkat dengan metode ini adalah Active Badge, Active Bat, Cricket, Fingerprint dan sebagainya. Active Badges dikembangkan oleh Olivetti Research Laboratory, sekarang AT&T Cambridge, Alat ini bekerja dengan memancarkan suatu sinyal infra-red yang unik berdurasi sepersepuluh detik setiap 10 detik sekali. Sinyal periodik ini ditangkap oleh satu atau lebih sensor yang ditempatkan di sekeliling bangunan. Lokasi lencana (berarti juga lokasi staff yang mengenakannya) dapat ditentukan dari informasi yang disediakan oleh sensor. Active Bat merupakan hasil penelitian lanjut dari AT&T. Perangkat ini menggunakan teknik Time of flight pada ultrasound dengan teknik laterasi untuk menyediakan posisi fisik yang lebih akurat daripada Active Badges. Pengguna atau obyek yang mengenakan Active Bat tag, Menanggapi permintaan controller mengirimkan melalui radio jarak pendek, Bat memancarkan pulsa ultrasonik untuk grid sel penerima. Pada saat yang sama controller mengirimkan paket permintaan frekuensi radio, ia juga mengirimkan sinyal reset disinkronkan dengan sensor menggunakan jaringan kabel serial. Setiap sensor mengukur interval waktu dari kedatangan ulang pulsa ultrasonik dan menghitung jarak dari Bat.

Kontroler lokal kemudian meneruskan pengukuran jarak ke kontroler pusat, yang melakukan perhitungan laterasi. Cricket merupakan pengembangan lanjut dari Active Bat. Perangkat ini bekerja dengan memanfaatkan gelombang ultrasound dan sinyal radio serta menggunakan teknik perhitungan triangulasi. Cricket menggunakan sinyal frekuensi radio tidak hanya untuk sinkronisasi pengukuran waktu, tetapi juga untuk menggambarkan wilayah waktu di mana penerima harus mempertimbangkan suara yang diterimanya. Sistem ini dapat mengidentifikasi ultrasound yang didengarnya setelah akhir dari paket frekuensi radio sebagai refleksi dan mengabaikannya. Sistem ini tidak memerlukan sensor grid karena adanya sinkronisasi fungsi waktu. Salah satu penerapan Cricket adalah pemanfaatannya pada robot interactive sebagai positioning sistem dalam ruangan (Haggag et al., 2006 ).Dalam proyek ini, dua robot dikomunikasikan posisi mereka satu sama lain melalui sistem yang disebut CORBA. Menggunakan pengetahuan ini, mereka dapat melacak dan mengejar satu sama lain dan bertemu di satu titik tanpa bertabrakan. Pendekatan Fingerprint memanfaatkan perangkat wireless LAN. Metode yang digunakan adalah Location Fingerprinting, yang terdiri atas 2 tahap, yaitu tahap pelatihan dan penentuan letak. Pada tahap kalibrasi, dilakukan survey terhadap lokasi yang bersangkutan untuk mengumpulkan data fingerprint, yang berupa data Received Signal Strength (RSS) dari setiap access point yang terpasang. Untuk membantu pengumpulan data fingerprint ini, dapat digunakan metode interpolasi data Weighted Distance Inverse. Sedangkan pada tahap penentuan letak, pengguna mengirimkan data RSS ke server untuk ditentukan posisinya terhadap titik hasl kalibrasi tersebut. Beberapa penelitian yang menerapkan metode fingerprint umumnya digunakan pada lingkungan kampus dimana tersedia infrastruktur jaringan menggunakan Wi-Fi. Salah satunya untuk pemanfaatan pada Laboratium berbasis tempat dengan skala yang luas yang terdiri dari open software dan aktivitas komnitas pada gedung (Schilit et al, 2003). Hal ini dikarenakan dibutuhkannya kendaraan untuk penelitian dan pengajaran. Sementara itu kebutuhan penentuan lokasi mungkin mencakup area terbuka (outdoor) dan area tertutup (indoor) sehingga pendekatan yang mungkin dilakukan adalah dengan penggabungan (fusion) metode positioning system. Sebuah penelitian yang mengembangan alat bantu bagi orang buta agar dapat terpandu dalam aktivitas pergerakannya baik pada lokasi indoor maupun outdoor (Ran et al., 2004). Pada penelitian itu digunakan DGPS sebagai penentu lokasi pada area terbuka dan menggunakan perangkat ultrasonic untuk pendeteksian lingkungan pada area tertutup (indoor). Penelitian tersebut

mengahsilkan perangkat yang harus dikenakan oleh pengguna dan menggunakan komunikasi vocal untuk operasionalisasinya. Pustaka Hosam Haggag, Golbarg Mehraei, P.S. Krishnaprasad, Joshua Lioi, 2006, Robot Interaction Using Cricket, an Indoor Positioning System, Maryland Engineering Research Internship Teams Bill N. Schilit, Anthony LaMarca, Gaetano Borriello, William G. Griswold, David McDonald, Edward Lazowska, Anand Balachandran, Jason Hong and Vaughn Iverson, 2003, Challenge: Ubiquitous Location-Aware Computing and the Place Lab Initiative, WMASH03, September 19, 2003, San Diego, California, USA Saurabh Amin , Steve Andrews , Saneesh Apte , Jed Arnold , Jeff Ban , Marika Benko , Re M. Bayen , Benson Chiou , Christian Claudel , Coralie Claudel , Tia Dodson , Osama Elhamshary , Chris Flensbatina , Marco Gruteser , Juan-carlos Herrera , Ryan Herring , Baik Hoh , Quinn Jacobson , Toch Iwuchukwu , James Lew , Xavier Litrico , Lori Luddington , Jd Margulici , Ali Mortazavi , Xiaohong Pan , Tarek Rabbani , Tim Racine , Erica Sherlock-thomas , Dave Sutter , Andrew Tinka, 2008, Mobile Century Using GPS Mobile Phones as Traffic Sensors: A Field Experiment, tersedia pada http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/summary?doi=10.1.1.152.8548 Hightower dan Borriello, 2001, Location Systems for Ubiquitous Computing, Computer IEEE, Volume: 34, Issue:8 On Page(s): 57 - 66 Daniel Soper, 2012, Is human mobility tracking a good idea?, Communications of the ACM , Volume 55 Issue 4, April 2012 Mark van Setten, Stanislav Pokraev, Johan Koolwaaij, 2004, Context-Aware Recommendations in the Mobile Tourist Application COMPASS, Lecture Notes in Computer Science, 2004, Volume 3137/2004, 515-548, DOI: 10.1007/978-3-540-27780-4_27 Lisa Ran, Sumi Helal and Steve Moore, 2004, Drishti: An Integrated Indoor/Outdoor Blind Navigation System and Service, Proceedings of the Second IEEE Annual Conference on Pervasive Computing and Communications, 2004. PerCom 2004.