Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011 · Stabilitas sistem keuangan tetap solid disertai terus...

24

Transcript of Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011 · Stabilitas sistem keuangan tetap solid disertai terus...

Page 1: Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011 · Stabilitas sistem keuangan tetap solid disertai terus membaiknya fungsi intermediasi perbankan dengan kondisi permodalan dan likuiditas ...
Page 2: Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011 · Stabilitas sistem keuangan tetap solid disertai terus membaiknya fungsi intermediasi perbankan dengan kondisi permodalan dan likuiditas ...
Page 3: Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011 · Stabilitas sistem keuangan tetap solid disertai terus membaiknya fungsi intermediasi perbankan dengan kondisi permodalan dan likuiditas ...

Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011

1

Tinjauan Kebijakan MoneterMei 2011

Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan

oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada

setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei, Juni, Agustus, September,

dan November. Laporan ini dimaksudkan sebagai media bagi Dewan

Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan penjelasan kepada

masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi moneter terkini atas

asesmen dan prakiraan perekonomian Indonesia serta respon

kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan

Kebijakan Moneter (LKM) secara triwulanan pada setiap bulan April,

Juli, Oktober dan Desember. Secara rinci, TKM menyampaikan hasil

evaluasi atas perkembangan terkini mengenai inflasi, nilai tukar dan

kondisi moneter selama bulan laporan, serta keputusan respon

kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

Dewan Gubernur

Darmin Nasution Gubernur

Hartadi A. Sarwono Deputi Gubernur

S. Budi Rochadi Deputi Gubernur

Muliaman D. Hadad Deputi Gubernur

Ardhayadi Mitroatmodjo Deputi Gubernur

Budi Mulya Deputi Gubernur

Halim Alamsyah Deputi Gubernur

Page 4: Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011 · Stabilitas sistem keuangan tetap solid disertai terus membaiknya fungsi intermediasi perbankan dengan kondisi permodalan dan likuiditas ...

Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011

2

Daftar Isi

I. Statement Kebijakan Moneter ................................................ 3

II. Perkembangan Ekonomi dan Kebijakan Moneter ................. 5

Perkembangan Ekonomi Dunia .................................................... 5

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ................................................ 8

Neraca Pembayaran Indonesia ................................................... 11

Inflasi ........................................................................................ 12

Nilai Tukar Rupiah ...................................................................... 14

Transmisi Kebijakan Moneter ..................................................... 15

Suku Bunga.......................................................................... 15

Dana, Kredit, dan Uang Beredar ........................................... 16

Pasar Saham......................................................................... 18

Pasar SBN ............................................................................. 18

Pasar Reksadana ................................................................... 19

Kondisi Perbankan................................................................ 22

III. Respon Kebijakan Moneter ................................................... 21

Page 5: Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011 · Stabilitas sistem keuangan tetap solid disertai terus membaiknya fungsi intermediasi perbankan dengan kondisi permodalan dan likuiditas ...

Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011

3

I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

Dewan Gubernur memandang bahwa kinerja ekonomi domestik semakinDewan Gubernur memandang bahwa kinerja ekonomi domestik semakinDewan Gubernur memandang bahwa kinerja ekonomi domestik semakinDewan Gubernur memandang bahwa kinerja ekonomi domestik semakinDewan Gubernur memandang bahwa kinerja ekonomi domestik semakin

kuatkuatkuatkuatkuat. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2011 tercatat sebesar 6,5%

(yoy), didukung terutama oleh kinerja ekspor yang kuat dan investasi yang

meningkat. Bank Indonesia meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi yang

cukup kuat tersebut diperkirakan akan tetap berlanjut pada triwulan II

2011, sehingga memperkuat optimisme pencapaian pertumbuhan pada

tahun 2011 akan mengarah ke batas atas prakiraan kisaran 6,0-6,5%.

Ekspor diperkirakan masih akan menjadi penopang pertumbuhan, selain

investasi yang akan terus meningkat dan konsumsi yang tetap sehat.

Secara sektoral pada triwulan II 2011, pertumbuhan akan ditopang oleh

sektor industri, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor

keuangan.

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2011 diperkirakanNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2011 diperkirakanNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2011 diperkirakanNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2011 diperkirakanNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2011 diperkirakan

masih akan mencatat surplus yang besarmasih akan mencatat surplus yang besarmasih akan mencatat surplus yang besarmasih akan mencatat surplus yang besarmasih akan mencatat surplus yang besar. Surplus tersebut berasal baik dari

transaksi berjalan maupun transaksi modal dan finansial. Kinerja ekspor

diperkirakan tetap solid sejalan dengan masih kuatnya permintaan dan

tingginya harga komoditas internasional. Sementara itu, impor

diperkirakan juga akan tumbuh cukup tinggi sejalan dengan kuatnya

permintaan, antara lain untuk komoditas minyak, bahan baku dan barang

modal. Di sisi transaksi modal dan finansial, aliran masuk modal asing

diperkirakan masih akan tetap besar, baik dalam bentuk investasi langsung

(FDI) maupun investasi portofolio. Sementara itu, cadangan devisa sampai

dengan akhir April 2011 tercatat sebesar 113,8 miliar dolar AS atau setara

dengan 6,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.

Sejalan dengan masih kuatnya aliran masuk modal asing, nilai tukarSejalan dengan masih kuatnya aliran masuk modal asing, nilai tukarSejalan dengan masih kuatnya aliran masuk modal asing, nilai tukarSejalan dengan masih kuatnya aliran masuk modal asing, nilai tukarSejalan dengan masih kuatnya aliran masuk modal asing, nilai tukar

Rupiah cenderung menguat di bulan April 2011. Selama April 2011Rupiah cenderung menguat di bulan April 2011. Selama April 2011Rupiah cenderung menguat di bulan April 2011. Selama April 2011Rupiah cenderung menguat di bulan April 2011. Selama April 2011Rupiah cenderung menguat di bulan April 2011. Selama April 2011, nilai

tukar rupiah menguat sebesar 1,68% (ptp) menjadi Rp8.564 per dolar AS

dengan volatilitas yang tetap terjaga. Kecenderungan penguatan nilai

tukar rupiah tersebut tidak terlepas dari persepsi positif investor terhadap

solidnya fundamental perekonomian Indonesia. Bank Indonesia

memandang bahwa pergerakan nilai tukar rupiah tersebut masih sejalan

dengan upaya Bank Indonesia meredam tekanan inflasi dan sekaligus

menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. Sejauh ini apresiasi nilai

tukar rupiah dipandang tidak berdampak negatif terhadap daya saing

produk domestik sehingga kinerja ekspor diperkirakan masih akan tetap

kuat.

Page 6: Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011 · Stabilitas sistem keuangan tetap solid disertai terus membaiknya fungsi intermediasi perbankan dengan kondisi permodalan dan likuiditas ...

Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011

4

Di sisi harga, meskipun IHK pada April 2011 kembali mengalami deflasi,Di sisi harga, meskipun IHK pada April 2011 kembali mengalami deflasi,Di sisi harga, meskipun IHK pada April 2011 kembali mengalami deflasi,Di sisi harga, meskipun IHK pada April 2011 kembali mengalami deflasi,Di sisi harga, meskipun IHK pada April 2011 kembali mengalami deflasi,

Bank Indonesia memandang risiko tekanan inflasi ke depan masih tetapBank Indonesia memandang risiko tekanan inflasi ke depan masih tetapBank Indonesia memandang risiko tekanan inflasi ke depan masih tetapBank Indonesia memandang risiko tekanan inflasi ke depan masih tetapBank Indonesia memandang risiko tekanan inflasi ke depan masih tetap

tinggitinggitinggitinggitinggi. Inflasi IHK pada April 2011 mencapai 6,16% (yoy) atau deflasi

0,31% (mtm) seiring dengan koreksi inflasi bahan pangan setelah langkah-

langkah Pemerintah dalam mengatasi gangguan pasokan dan distribusi

bahan pangan. Walaupun kembali mengalami deflasi dan cenderung

menurun, inflasi volatile food tercatat masih relatif tinggi. Di sisi lain, inflasi

inti menunjukkan tren yang meningkat. Pada April 2011, inflasi inti

tercatat sebesar 4,62% (yoy) atau 0,25% (mtm). Cenderung

meningkatnya tekanan inflasi inti antara lain didorong oleh tren kenaikan

harga komoditas internasional, masih tingginya ekspektasi inflasi, dan

meningkatnya permintaan. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

mewaspadai beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan tekanan

inflasi, termasuk yang bersumber dari tingginya harga komoditas

internasional, meningkatnya permintaan, kecukupan pasokan dan

distribusi bahan pangan, serta kebijakan Pemerintah terkait dengan subsidi

BBM.

Stabilitas sistem keuangan tetap solid disertai terus membaiknya fungsiStabilitas sistem keuangan tetap solid disertai terus membaiknya fungsiStabilitas sistem keuangan tetap solid disertai terus membaiknya fungsiStabilitas sistem keuangan tetap solid disertai terus membaiknya fungsiStabilitas sistem keuangan tetap solid disertai terus membaiknya fungsi

intermediasi perbankan dengan kondisi permodalan dan likuiditasintermediasi perbankan dengan kondisi permodalan dan likuiditasintermediasi perbankan dengan kondisi permodalan dan likuiditasintermediasi perbankan dengan kondisi permodalan dan likuiditasintermediasi perbankan dengan kondisi permodalan dan likuiditas

perbankan yang terjagaperbankan yang terjagaperbankan yang terjagaperbankan yang terjagaperbankan yang terjaga. Terjaganya kondisi permodalan dan likuiditas

dicerminkan oleh tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital AdequacyRatio) di atas 17% dan rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan)

gross di bawah 5%. Intermediasi perbankan juga semakin membaik

tercermin dari pertumbuhan kredit yang terus meningkat, yakni pada April

2011 mencapai 23,8% (yoy), ditopang oleh pertumbuhan pada seluruh

jenis kredit termasuk kredit kepada UMKM.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 12 Mei 2011Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 12 Mei 2011Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 12 Mei 2011Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 12 Mei 2011Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 12 Mei 2011

memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%. Keputusan

ini diambil setelah Dewan Gubernur melakukan asesmen secara

keseluruhan terhadap perkembangan makroekonomi, khususnya

kepentingan untuk menjaga stabilitas internal (inflasi) dan stabilitas

eksternal (neraca pembayaran). Dewan Gubernur memandang bahwa

penguatan kebijakan makroprudensial terhadap aliran masuk modal asing

tetap penting untuk meminimalkan risiko pembalikan modal asing dan

membantu agar pergerakan nilai tukar rupiah tetap sejalan dengan

pergerakan mata uang di kawasan Asia. Ke depan, Bank Indonesia akan

terus mewaspadai tekanan inflasi, khususnya yang bersumber dari harga

komoditas internasional, peningkatan permintaan domestik, serta

kebijakan Pemerintah terkait subsidi BBM dan kemungkinan gangguan

Page 7: Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011 · Stabilitas sistem keuangan tetap solid disertai terus membaiknya fungsi intermediasi perbankan dengan kondisi permodalan dan likuiditas ...

Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011

5

pasokan bahan pangan. Bank Indonesia akan terus memperkuat

penerapan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial, termasuk

melalui pengendalian likuiditas dan respon suku bunga, untuk menjaga

stabilitas makroekonomi dan membawa inflasi pada sasaran yang

ditetapkan, yaitu 5%±1% pada tahun 2011 dan 4,5%±1% pada tahun

2012.

II. PERKEMBANGAN EKONOMI DANKEBIJAKAN MONETER

Perkembangan Ekonomi DuniaPemulihan ekonomi global masih tetap berlanjut meskipun dengan lajuPemulihan ekonomi global masih tetap berlanjut meskipun dengan lajuPemulihan ekonomi global masih tetap berlanjut meskipun dengan lajuPemulihan ekonomi global masih tetap berlanjut meskipun dengan lajuPemulihan ekonomi global masih tetap berlanjut meskipun dengan laju

yang melambat.yang melambat.yang melambat.yang melambat.yang melambat. Perlambatan tersebut dikonfirmasi oleh revisi turun

prospek ekonomi AS dan Jepang oleh masing-masing bank sentralnya.

Namun, kondisi terkini AS menunjukkan perbaikan sebagaimana

ditunjukkan oleh indikator konsumsi AS. Kinerja industri dan konsumsi di

Jepang masih lemah akibat dampak bencana alam berupa gempa dan

tsunami. Di kawasan Eropa, sisi produksi masih solid ditopang oleh kinerja

industri Jerman dan Perancis di tengah melemahnya konsumsi domestik.

Sementara itu, perekonomian Asia secara umum masih solid namun

ditandai dengan perlambatan laju aktivitas ekonomi. Bursa saham global

masih menguat ditopang oleh laporan keuangan emiten yang positif di

tengah sentimen negatif akibat penurunan rating negara-negara maju

serta pengetatan moneter di China. Harga komoditas global akan terus

menguat dipicu oleh krisis politik di Suriah dan tren pelemahan dolar AS.

Kenaikan harga komoditas menyebabkan tekanan inflasi global meningkat

baik di negara-negara emerging markets maupun negara maju. Namun,

respons kebijakan moneter di negara maju masih cenderung akomodatif

untuk menopang upaya pemulihan ekonomi. Sementara itu, kawasan

emerging markets Asia dan Amerika Latin terus melanjutkan upaya

pengetatan kebijakan moneter untuk meredam inflasi yang disertai

dengan kebijakan makroprudensial.

Perekonomian AS menunjukkan perkembangan yang semakin baik.Perekonomian AS menunjukkan perkembangan yang semakin baik.Perekonomian AS menunjukkan perkembangan yang semakin baik.Perekonomian AS menunjukkan perkembangan yang semakin baik.Perekonomian AS menunjukkan perkembangan yang semakin baik.

Konsumsi rumah tangga AS menunjukkan perkembangan yang positif

didukung oleh pasar tenaga kerja yang membaik. Perbaikan pasar tenaga

kerja tercermin dari pulihnya penyerapan tenaga kerja khususnya di sektor

privat seiring dengan menguatnya aktivitas produksi, meskipun tingkat

Page 8: Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011 · Stabilitas sistem keuangan tetap solid disertai terus membaiknya fungsi intermediasi perbankan dengan kondisi permodalan dan likuiditas ...

Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011

6

Grafik 2.1 Penganguran dan Upah SektorNonpertanian AS

pengangguran kembali meningkat ke level 9,0% pada April 2011 (Grafik

2.1). Konsumsi rumah tangga yang membaik terlihat dari peningkatan

penjualan eceran dan menguatnya tingkat keyakinan konsumen. Selain itu,

pendapatan rumah tangga juga terindikasi meningkat yang terlihat dari

kenaikan penjualan rumah yang juga dipicu oleh harga rumah yang murah

dan suku bunga yang rendah. Di sisi produksi, aktivitas sektor industri

masih berada dalam fase ekspansi yang terindikasi dari PMI manufaktur,

indeks produksi, dan utilisasi kapasitas yang meningkat. Meningkatnya

aktivitas sektor industri terimbas dari kuatnya permintaan eksternal

khususnya dari China.

Perekonomian Eropa masih didukung oleh kinerja sektor industri terutamaPerekonomian Eropa masih didukung oleh kinerja sektor industri terutamaPerekonomian Eropa masih didukung oleh kinerja sektor industri terutamaPerekonomian Eropa masih didukung oleh kinerja sektor industri terutamaPerekonomian Eropa masih didukung oleh kinerja sektor industri terutama

di Jerman dan Perancis. di Jerman dan Perancis. di Jerman dan Perancis. di Jerman dan Perancis. di Jerman dan Perancis. Hal tersebut sejalan dengan masih kuatnya

permintaan eksternal dari China. Solidnya kinerja sektor industri tersebut

terlihat dari indikator PMI manufaktur Eropa April 2011 yang masih berada

dalam tren yang meningkat. Sementara itu, konsumsi Eropa melemah yang

tercermin dari penjualan eceran yang mengalami kontraksi (Grafik 2.2)

akibat persistennya tingkat pengangguran Eropa pada level 9,9%. Krisis

defisit fiskal dan utang di Eropa diperkirakan masih berlanjut tercermin dari

pasar keuangan Eropa yang mengalami tekanan terutama di negara

Portugis, Irlandia, Yunani, dan Spanyol (PIGS). Bahkan beberapa lembaga

rating menurunkan credit rating negara Portugis, Irlandia, dan Yunani

meskipun pemerintah di negara tersebut telah mengambil kebijakan

penghematan belanja fiskal.

Perekonomian China masih mampu mencatat pertumbuhan yang tinggiPerekonomian China masih mampu mencatat pertumbuhan yang tinggiPerekonomian China masih mampu mencatat pertumbuhan yang tinggiPerekonomian China masih mampu mencatat pertumbuhan yang tinggiPerekonomian China masih mampu mencatat pertumbuhan yang tinggi

meski dengan laju yang melambat. meski dengan laju yang melambat. meski dengan laju yang melambat. meski dengan laju yang melambat. meski dengan laju yang melambat. Pada triwulan I 2011, ekonomi China

tumbuh sebesar 9,7% (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang sebesar 9,8% (yoy). Berbagai kebijakan yang ditempuh

pemerintah China mampu meredam ekspansi kredit dan asset bubble di

sektor properti sebagaimana terlihat dari terkontraksinya laju kredit

perbankan sebesar 13,3% (ytd) dan melambatnya laju kenaikan properti.

Namun, sektor industri China secara umum masih tumbuh positif

tercermin dari meningkatnya indeks produksi dan PMI manufaktur.

Sementara itu, konsumsi China masih tumbuh solid yang ditunjukkan

dengan pertumbuhan penjualan eceran yang tetap tinggi yakni 17,0%

(yoy).

Harga minyak yang meningkat dipicu oleh faktor fundamental dan nonHarga minyak yang meningkat dipicu oleh faktor fundamental dan nonHarga minyak yang meningkat dipicu oleh faktor fundamental dan nonHarga minyak yang meningkat dipicu oleh faktor fundamental dan nonHarga minyak yang meningkat dipicu oleh faktor fundamental dan non

fundamental. fundamental. fundamental. fundamental. fundamental. Ketegangan politik di kawasan Middle East and North Africa(MENA) yang berlarut-larut berakibat pada terganggunya pasokan minyak

Grafik 2.2 Penjualan Eceran Eropa

9,0

Ribuan%

Sumber: Bloomberg

JanJan Jul Jan Jul Jan Jul Jan Jul4,0

5,0

6,0

7,0

8,0

9,0

10,0

11,0

2007 2008 2009 2010 2011

...sd Apr 2011-1000-800-600-400-20002004006008001000

Perubahan Bulanan Upah Sektor Nonpertanian (Sk. kanan)

Tingkat Pengangguran

9.9

% yoy

Sumber : Bloomberg

Total Penjualan EceranPengangguran (Sk. Kanan)

%

Jul JanJan Jul Jan Jul Jan Jul Jan-3

-2

-1

0

1

2

3

2007 2008 2009 2010 2011

7,0

7,5

8,0

8,5

9,0

9,5

10,0

10,5

...sd Maret 2011

Page 9: Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011 · Stabilitas sistem keuangan tetap solid disertai terus membaiknya fungsi intermediasi perbankan dengan kondisi permodalan dan likuiditas ...

Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011

7

dunia. Sentimen meningkatnya permintaan akibat indikasi pemulihan

ekonomi China dan Jepang serta membaiknya indikator ekonomi AS

semakin memicu ketatnya permintaan-penawaran minyak dunia. Di

samping itu, tren pelemahan dolar AS di tengah kebijakan moneter

negara maju yang masih akomodatif menjadi salah satu faktor non

fundamental yang mendorong arus dana global masuk ke pasar

komoditas. Selama April 2011, rata-rata harga minyak dunia (WTI)

mencapai 110,0 dolar AS per barel, lebih tinggi dibandingkan dengan

bulan sebelumnya yang sebesar 102,9 dolar AS per barel. Sementara itu,

komposit harga komoditas dunia (IMF) pada Maret 2011 kembali

meningkat dikontribusi oleh komoditas minyak. Kenaikan indeks total

harga komoditas IMF bulan Maret sebesar 5,1% (mtm) atau 34,0% (yoy)

disumbang oleh kenaikan indeks minyak sebesar 9,5% (mtm) sementara

indeks nonmigas justru mengalami penurunan sebesar 1,2 % (mtm).

Tekanan inflasi global berada dalam tren yang menguat dipicu olehTekanan inflasi global berada dalam tren yang menguat dipicu olehTekanan inflasi global berada dalam tren yang menguat dipicu olehTekanan inflasi global berada dalam tren yang menguat dipicu olehTekanan inflasi global berada dalam tren yang menguat dipicu oleh

meningkatnya harga komoditas. meningkatnya harga komoditas. meningkatnya harga komoditas. meningkatnya harga komoditas. meningkatnya harga komoditas. Tekanan inflasi sudah mulai dirasakan

baik di negara maju maupun di negara berkembang akibat meningkatnya

harga komoditas global. Consensus Forecast April 2011 memprakirakan

laju inflasi dunia untuk keseluruhan tahun 2011 mencapai 4,0% (yoy),

sementara negara maju dan berkembang masing-masing mencapai 5,9%

(yoy) dan 2,4% (yoy). Namun, perkiraan dari Consensus Forecast tersebut

masih lebih rendah jika dibandingkan dengan perkiraan IMF dalam WEO

April yang memproyeksikan inflasi dunia tahun 2011 mencapai 4,5%

(yoy).

Bursa saham global mengalami penguatan didukung oleh profit emitenBursa saham global mengalami penguatan didukung oleh profit emitenBursa saham global mengalami penguatan didukung oleh profit emitenBursa saham global mengalami penguatan didukung oleh profit emitenBursa saham global mengalami penguatan didukung oleh profit emiten

yang lebih tinggi dari perkiraan analis pasar dan keputusan yang lebih tinggi dari perkiraan analis pasar dan keputusan yang lebih tinggi dari perkiraan analis pasar dan keputusan yang lebih tinggi dari perkiraan analis pasar dan keputusan yang lebih tinggi dari perkiraan analis pasar dan keputusan The FedThe FedThe FedThe FedThe Fed yang yang yang yang yang

mempertahankan kebijakan yang akomodatif. mempertahankan kebijakan yang akomodatif. mempertahankan kebijakan yang akomodatif. mempertahankan kebijakan yang akomodatif. mempertahankan kebijakan yang akomodatif. Hal tersebut tercermin dari

MSCI World yang mengalami rally pada bulan laporan. Di samping itu,

keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunga acuan di level

yang rendah disertai dengan likuiditas yang melimpah mampu menjaga

risk appetite investor terhadap aset-aset berisiko seperti bursa saham.

Namun, bursa saham global sempat tertekan akibat penurunan ratingnegara PIGS dan revisi turun outlook ekonomi AS dan Jepang. Di sisi lain,

minat investor asing terhadap aset di kawasan emerging markets Asia

masih tinggi yang terindikasi dari net beli investor asing di bursa saham

yang berimplikasi pada menguatnya Asia Dollar Index. Kuatnya

fundamental ekonomi, stabilnya kondisi politik dan keamanan di negara

emerging markets disertai imbal hasil yang tinggi mendorong arus dana

asing global terus membanjiri aset-aset emerging markets. Kondusifnya

Page 10: Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011 · Stabilitas sistem keuangan tetap solid disertai terus membaiknya fungsi intermediasi perbankan dengan kondisi permodalan dan likuiditas ...

Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011

8

pasar keuangan di kawasan emerging markets tercermin dari beberapa

indikator resiko seperti Credit Default Swap (CDS), yield spread, VIX Index

yang relatif stabil sepanjang April 2011.

Respons kebijakan moneter negara maju secara umum masih akomodatifRespons kebijakan moneter negara maju secara umum masih akomodatifRespons kebijakan moneter negara maju secara umum masih akomodatifRespons kebijakan moneter negara maju secara umum masih akomodatifRespons kebijakan moneter negara maju secara umum masih akomodatif

kecuali ECB dan beberapa bank sentral Skandinavia. kecuali ECB dan beberapa bank sentral Skandinavia. kecuali ECB dan beberapa bank sentral Skandinavia. kecuali ECB dan beberapa bank sentral Skandinavia. kecuali ECB dan beberapa bank sentral Skandinavia. Beberapa bank sentral

utama negara maju masih mempertahankan suku bunga yang akomodatif

akibat melemahnya aktivitas ekonomi dan prospek inflasi yang masih

relatif rendah. Sepanjang April 2011, Bank sentral AS (Federal Reserves),

Inggris (BOE), Jepang (BOJ), Kanada (Bank of Canada), dan Australia (RBA)

tidak mengubah suku bunga kebijakannya. Di sisi lain, bank sentral Eropa

menaikkan suku bunga refinance rate sebesar 25 bps ke level 1,25% pada

7 April 2011 untuk menahan kenaikan laju inflasi dan merupakan

kenaikan pertama dalam kurun waktu 3 tahun. Namun, pada MPC 5 Mei

2011, ECB memutuskan untuk menahan suku bunganya melihat

perkembangan aktivitas ekonomi yang melemah dan krisis PIGS yang

kembali bergejolak. Federal Reserves juga mengumumkan akan

mengakhirinquantitative easing tahap kedua sesuai jadwal pada Juni 2011.

Tetapi, The Fed tetap akan menempuh kebijakan yang akomodatif untuk

menopang pemulihan ekonomi dengan menjaga yield T-Bond berada pada

level yang rendah. Sementara itu, bank sentral di kawasan Skandinavia

seperti Denmark dan Swedia menaikkan suku bunga acuan masing-masing

sebesar 25bps menjadi 1,30% dan 1,75% akibat tekanan inflasi.

Beberapa bank sentral negara berkembang kembali menempuh kebijakanBeberapa bank sentral negara berkembang kembali menempuh kebijakanBeberapa bank sentral negara berkembang kembali menempuh kebijakanBeberapa bank sentral negara berkembang kembali menempuh kebijakanBeberapa bank sentral negara berkembang kembali menempuh kebijakan

ketat yang disertai bauran kebijakan lainnya untuk meredam aliran masukketat yang disertai bauran kebijakan lainnya untuk meredam aliran masukketat yang disertai bauran kebijakan lainnya untuk meredam aliran masukketat yang disertai bauran kebijakan lainnya untuk meredam aliran masukketat yang disertai bauran kebijakan lainnya untuk meredam aliran masuk

modal asing.modal asing.modal asing.modal asing.modal asing. Bank Sentral di kawasan Asia yang menaikkan suku

bunganya sepanjang April 2011 di antaranya ialah Thailand (+25bps) ke

level 2,75% dan China (+25bps) ke level 6,31%. Sementara pada Mei

2011, bank sentral seperti Filipina dan Malaysia menaikkan suku bunga

acuan sebesar 25bps ke level 4,5% dan 3,0%. Di kawasan Amerika Latin,

bank sentral Brazil, Chili, Colombia, dan Peru menaikkan suku bunga

25bps sepanjang April 2011 meskipun laju inflasi masih di dalam target

bank sentral masing-masing negara.

Pertumbuhan Ekonomi IndonesiaData realisasi PDB triwulan I 2011 menunjukkan perekonomian IndonesiaData realisasi PDB triwulan I 2011 menunjukkan perekonomian IndonesiaData realisasi PDB triwulan I 2011 menunjukkan perekonomian IndonesiaData realisasi PDB triwulan I 2011 menunjukkan perekonomian IndonesiaData realisasi PDB triwulan I 2011 menunjukkan perekonomian Indonesia

masih mampu mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi, meskipunmasih mampu mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi, meskipunmasih mampu mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi, meskipunmasih mampu mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi, meskipunmasih mampu mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi, meskipun

melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan I

2011 perekonomian Indonesia tumbuh 6,5% (yoy), didukung terutama

Page 11: Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011 · Stabilitas sistem keuangan tetap solid disertai terus membaiknya fungsi intermediasi perbankan dengan kondisi permodalan dan likuiditas ...

Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011

9

oleh perkembangan kinerja ekspor dan konsumsi rumah tangga yang

masih tumbuh tinggi. Sebaliknya, konsumsi pemerintah dan investasi

mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

terkait dengan rendahnya penyerapan anggaran belanja modal

pemerintah di awal tahun serta rendahnya realisasi proyek pengembangan

infrastruktur. Dari sisi penawaran, untuk sektor tradables terutama

dimotori oleh sektor industri pengolahan dan pertambangan yang tumbuh

cukup tinggi, sementara di sektor non-tradables peran utama masih tetap

di sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor perdagangan, hotel

dan restoran. Sektor lain yang meningkat cukup tinggi pada triwulan I

2011 yaitu sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor

jasa-jasa. Tingginya pertumbuhan sektor-sektor tersebut utamanya

didorong oleh pertumbuhan ekspor yang tinggi dan relatif terjaganya

permintaan domestik.

Pada triwulan II 2011, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakanPada triwulan II 2011, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakanPada triwulan II 2011, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakanPada triwulan II 2011, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakanPada triwulan II 2011, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan

masih akan tetap tumbuh tinggi dengan kontributor utama oleh ekspor,masih akan tetap tumbuh tinggi dengan kontributor utama oleh ekspor,masih akan tetap tumbuh tinggi dengan kontributor utama oleh ekspor,masih akan tetap tumbuh tinggi dengan kontributor utama oleh ekspor,masih akan tetap tumbuh tinggi dengan kontributor utama oleh ekspor,

konsumsi rumah tangga, dan investasi. konsumsi rumah tangga, dan investasi. konsumsi rumah tangga, dan investasi. konsumsi rumah tangga, dan investasi. konsumsi rumah tangga, dan investasi. Kinerja ekspor diprakirakan tetap

tumbuh tinggi terkait dengan proyeksi volume perdagangan dunia yang

meningkat, membaiknya sentimen bisnis negara-negara Eropa, dan

peningkatan pertumbuhan harga komoditas. Seiring dengan kinerja

ekspor, impor juga diprakirakan akan tumbuh tinggi. Konsumsi rumah

tangga diprakirakan juga tumbuh tinggi meski keyakinan konsumen

cenderung stabil. Sementara itu, pertumbuhan konsumsi pemerintah pada

triwulan II 2011 diprakirakan akan meningkat karena adanya pembayaran

rapel kenaikan gaji dan pembayaran gaji ke-13 pada triwulan tersebut.

Investasi diperkirakan tumbuh meningkat dari triwulan I 2011 sejalan

dengan masih kuatnya permintaan, baik domestik maupun eksternal.

Konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2011 diperkirakan tetap tumbuhKonsumsi rumah tangga pada triwulan II 2011 diperkirakan tetap tumbuhKonsumsi rumah tangga pada triwulan II 2011 diperkirakan tetap tumbuhKonsumsi rumah tangga pada triwulan II 2011 diperkirakan tetap tumbuhKonsumsi rumah tangga pada triwulan II 2011 diperkirakan tetap tumbuh

cukup tinggi, namun akselerasi pertumbuhan tertahan oleh perbaikancukup tinggi, namun akselerasi pertumbuhan tertahan oleh perbaikancukup tinggi, namun akselerasi pertumbuhan tertahan oleh perbaikancukup tinggi, namun akselerasi pertumbuhan tertahan oleh perbaikancukup tinggi, namun akselerasi pertumbuhan tertahan oleh perbaikan

daya beli yang relatif terbatas. daya beli yang relatif terbatas. daya beli yang relatif terbatas. daya beli yang relatif terbatas. daya beli yang relatif terbatas. Untuk kelompok masyarakat

berpenghasilan rendah, upah minimum provinsi (UMP) riil tahun 2011

meningkat relatif terbatas sebesar 2,2% dibandingkan dengan UMP tahun

sebelumnya (Grafik 2.3), sementara perkembangan nilai tukar petani (NTP)

pada April 2011 relatif stabil dibandingkan dengan bulan sebelumnya

yaitu dari 103,32 menjadi 103,91. Terbatasnya daya beli juga terindikasi

dari ekspektasi penurunan ketersediaan lapangan kerja untuk enam bulan

mendatang berdasarkan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia bulan

April 2011 (Grafik 2.4). Selain itu, terus menurunnya suku bunga riil

simpanan, khususnya dengan tenor di bawah 6 bulan mengindikasikan

Grafik 2.3 UMP dan Konsumsi RT

Grafik 2.4 Indeks Ekspektasi KetersediaanLapangan Kerja

Grafik 2.5 Ekspektasi Penghasilan melaluiSimpanan Bank

%, yoy

(10)

(5)

-

5

10

15

20

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011*

UMP NominalUMP RiilKonsumsi RT (rhs)

4,03,2

5,05,3

4,94,6

4,9

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

%, yoy

Indeks

70

80

90

100

110

120

130

140

2009 2010 20111 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4*

Ekspektasi Ketersediaan LapanganKerja dalam 6 bulan mendatang

%

-10,0

-8,0

-6,0

-4,0

-2,0

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

2008 2009 2010 2011I II III IV I II III IV I II III IV I*

Sk Bunga Tabungan RiilSk Bunga TD1M RiilSk Bunga TD3M Riil

Page 12: Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011 · Stabilitas sistem keuangan tetap solid disertai terus membaiknya fungsi intermediasi perbankan dengan kondisi permodalan dan likuiditas ...

Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011

10

penurunan pendapatan bunga periode mendatang. Kondisi penjualan

mobil/motor dan indeks penjualan eceran dari Survei Penjualan Eceran

Bank Indonesia menunjukkan perkembangan yang terbatas pada bulan

Maret-April 2011 (Grafik 2.6). Hal tersebut menjadi indikator yang

mengonfimasi tertahannya akselerasi konsumsi rumah tangga pada

triwulan II 2011

Didorong oleh permintaan yang masih cukup kuat dan optimisme bisnisDidorong oleh permintaan yang masih cukup kuat dan optimisme bisnisDidorong oleh permintaan yang masih cukup kuat dan optimisme bisnisDidorong oleh permintaan yang masih cukup kuat dan optimisme bisnisDidorong oleh permintaan yang masih cukup kuat dan optimisme bisnis

yang meningkat, investasi pada triwulan II akan meningkat (Grafik 2.7).yang meningkat, investasi pada triwulan II akan meningkat (Grafik 2.7).yang meningkat, investasi pada triwulan II akan meningkat (Grafik 2.7).yang meningkat, investasi pada triwulan II akan meningkat (Grafik 2.7).yang meningkat, investasi pada triwulan II akan meningkat (Grafik 2.7).

Permintaan domestik dan eksternal masih berpotensi mendorong

pertumbuhan investasi melalui peningkatan kapasitas utilisasi. Hal tersebut

dikonfirmasi oleh tren peningkatan utilisasi kapasitas sektor industri

pengolahan mulai awal tahun 2010, baik yang didasarkan pada hasil

Survei Produksi maupun SKDU (Grafik 2.8). Dari hasil Survei Produksi,

kapasitas produksi terpakai industri pengolahan tanpa migas pada Januari-

Februari 2011 berada pada level 76,86% sedikit di atas rata-rata historis

tahun 2010 sebesar 76,55%. Kenaikan kapasitas terpakai terutama

ditopang kenaikan utilisasi pada subsektor alat angkutan, kertas, dan

semen. Namun, PMTB Kelompok bangunan dan mesin mengalami

perlambatan (Grafik 2.10). Perlambatan investasi bangunan terutama

terkait dengan lambannya proyek pengembangan infrastruktur.

Kinerja ekspor pada triwulan II 2011 diperkirakan akan lebih baik dariKinerja ekspor pada triwulan II 2011 diperkirakan akan lebih baik dariKinerja ekspor pada triwulan II 2011 diperkirakan akan lebih baik dariKinerja ekspor pada triwulan II 2011 diperkirakan akan lebih baik dariKinerja ekspor pada triwulan II 2011 diperkirakan akan lebih baik dari

triwulan I 2011. triwulan I 2011. triwulan I 2011. triwulan I 2011. triwulan I 2011. Pertumbuhan ekspor yang lebih tinggi tersebut sejalan

dengan peningkatan proyeksi volume perdagangan dunia dan harga

komoditas di tahun 2011, disertai dengan membaiknya tren sentimen

bisnis di Eropa. Perkembangan ekspor yang lebih tinggi terutama dialami

oleh ekspor kelompok nonmigas. Secara sektoral, ekspor yang tumbuh

tinggi tersebut akan tercermin pada sektor industri pengolahan yang

merespons membaiknya tren sentimen bisnis di Eropa, serta di sektor

pertambangan yang merespons peningkatan harga komoditas

internasional.

Sejalan dengan perkembangan ekspor, pertumbuhan impor pada triwulanSejalan dengan perkembangan ekspor, pertumbuhan impor pada triwulanSejalan dengan perkembangan ekspor, pertumbuhan impor pada triwulanSejalan dengan perkembangan ekspor, pertumbuhan impor pada triwulanSejalan dengan perkembangan ekspor, pertumbuhan impor pada triwulan

II 2011 diperkirakan juga akan lebih tinggi dari triwulan I 2011.II 2011 diperkirakan juga akan lebih tinggi dari triwulan I 2011.II 2011 diperkirakan juga akan lebih tinggi dari triwulan I 2011.II 2011 diperkirakan juga akan lebih tinggi dari triwulan I 2011.II 2011 diperkirakan juga akan lebih tinggi dari triwulan I 2011.

Peningkatan pertumbuhan ekspor sektor industri akan meningkatkan

permintaan impor bahan baku dan barang modal. Kondisi ini pun

didukung oleh perkiraan nilai tukar yang masih akan terapresiasi. Selain

itu, potensi kenaikan pertumbuhan impor juga akan muncul dari

penghapusan bea masuk. Berdasarkan PMK 80/2011 (13 April 2011),

Pemerintah menghapus Bea Masuk 182 pos tarif yang terkait kelompok

Grafik 2.6 Penjualan Eceran, Mobil dan Motor

Grafik 2.7 Indeks Tendensi Bisnis - BPS

Grafik 2.8 Nilai Investasi - SKDU

yoy

(40,00)

(20,00)

-

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

2008 2009 2010 20111 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3*

Penjualan MobilPenjualan Motor

Penjualan Eceran (Total)

Indeks Indeks

80

90

100

110

120

130

2008 2009 2010 2011I II III IV I II III IV I II III IV I II*

85

90

95

100

105

110

115

ITB (rhs) Pendapatan Usaha

Penggunaan Kapasitas Produksi Jumlah Jam Kerja

%

10,0

15,0

20,0

25,0

30,0

35,0

40,0

45,0

50,0

55,0

39,0341,06 43,95

28,54 28,09

33,58

45,9248,05

50,61

2007 2008 2009 2010 2011Smt I Smt II Smt I Smt II Smt I Smt II Smt I Smt II Smt I

Page 13: Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011 · Stabilitas sistem keuangan tetap solid disertai terus membaiknya fungsi intermediasi perbankan dengan kondisi permodalan dan likuiditas ...

Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011

11

bahan baku dan barang modal. PMK ini bertujuan untuk

mempertahankan daya saing produk-produk manufaktur yang banyak

menggunakan bahan baku maupun barang modal.

Perekonomian dari sisi sektoral pada triwulan II 2011 berpeluang untukPerekonomian dari sisi sektoral pada triwulan II 2011 berpeluang untukPerekonomian dari sisi sektoral pada triwulan II 2011 berpeluang untukPerekonomian dari sisi sektoral pada triwulan II 2011 berpeluang untukPerekonomian dari sisi sektoral pada triwulan II 2011 berpeluang untuk

tumbuh lebih baik dari triwulan I 2011tumbuh lebih baik dari triwulan I 2011tumbuh lebih baik dari triwulan I 2011tumbuh lebih baik dari triwulan I 2011tumbuh lebih baik dari triwulan I 2011. Hal ini ditopang oleh prakiraan

akan tingginya pertumbuhan sektor industri pengolahan, sektor

pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan, serta jasa-

jasa. Faktor yang memengaruhi pertumbuhan tersebut yaitu kondisi

permintaan eksternal yang lebih baik dari perkiraan dan permintaan

domestik yang masih baik.

Neraca Pembayaran IndonesiaNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan I 2011 mencatat surplusNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan I 2011 mencatat surplusNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan I 2011 mencatat surplusNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan I 2011 mencatat surplusNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan I 2011 mencatat surplus

sebesar 7,7 miliar dolar ASsebesar 7,7 miliar dolar ASsebesar 7,7 miliar dolar ASsebesar 7,7 miliar dolar ASsebesar 7,7 miliar dolar AS. Baik transaksi berjalan maupun transaksi

modal dan finansial memberikan kontribusi positif terhadap surplus

tersebut. Sejalan dengan itu, jumlah cadangan devisa pada akhir triwulan I

2011 bertambah menjadi 105,7 miliar dolar AS atau setara dengan 6,2

bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Tren penyusutan surplus transaksi berjalan yang terjadi sejak triwulan IVTren penyusutan surplus transaksi berjalan yang terjadi sejak triwulan IVTren penyusutan surplus transaksi berjalan yang terjadi sejak triwulan IVTren penyusutan surplus transaksi berjalan yang terjadi sejak triwulan IVTren penyusutan surplus transaksi berjalan yang terjadi sejak triwulan IV

2009 tertahan di triwulan I 2011 dengan membukukan surplus sebesar2009 tertahan di triwulan I 2011 dengan membukukan surplus sebesar2009 tertahan di triwulan I 2011 dengan membukukan surplus sebesar2009 tertahan di triwulan I 2011 dengan membukukan surplus sebesar2009 tertahan di triwulan I 2011 dengan membukukan surplus sebesar

sebesar 1,9 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan surplus 1,1sebesar 1,9 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan surplus 1,1sebesar 1,9 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan surplus 1,1sebesar 1,9 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan surplus 1,1sebesar 1,9 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan surplus 1,1

miliar dolar AS pada triwulan IV 2010.miliar dolar AS pada triwulan IV 2010.miliar dolar AS pada triwulan IV 2010.miliar dolar AS pada triwulan IV 2010.miliar dolar AS pada triwulan IV 2010. Perbaikan kinerja transaksi berjalan

tersebut lebih disebabkan oleh turunnya pembayaran pendapatan,

khususnya bunga utang, dan pembayaran jasa travel terkait berlalunya

musim haji yang keduanya bersifat musiman. Penguatan transaksi berjalan

lebih lanjut terhambat oleh penurunan kinerja neraca perdagangan

barang karena tingginya impor minyak akibat penurunan produksi

nasional dan peningkatan konsumsi BBM di tengah kenaikan harga

minyak di pasar internasional.

Transaksi modal dan finansial pada triwulan I 2011 mencatat surplusTransaksi modal dan finansial pada triwulan I 2011 mencatat surplusTransaksi modal dan finansial pada triwulan I 2011 mencatat surplusTransaksi modal dan finansial pada triwulan I 2011 mencatat surplusTransaksi modal dan finansial pada triwulan I 2011 mencatat surplus

sebesar 6,2 miliar dolar AS yang ditopang oleh kinerja investasi langsungsebesar 6,2 miliar dolar AS yang ditopang oleh kinerja investasi langsungsebesar 6,2 miliar dolar AS yang ditopang oleh kinerja investasi langsungsebesar 6,2 miliar dolar AS yang ditopang oleh kinerja investasi langsungsebesar 6,2 miliar dolar AS yang ditopang oleh kinerja investasi langsung

dan investasi portofolio.dan investasi portofolio.dan investasi portofolio.dan investasi portofolio.dan investasi portofolio. Investasi langsung di Indonesia masih terus

meningkat sejalan dengan iklim investasi yang semakin kondusif dan

stabilitas makroekonomi yang terjaga. Sementara itu, derasnya arus

masuk investasi portofolio didorong oleh masih tingginya ekses likuiditas

di pasar keuangan global dan relatif menariknya imbal hasil investasi di

dalam negeri.

Grafik 2.9 PMTB Alat Angkut

Grafik 2.10 PMTB-Bangunan

% yoy % yoy

-100

0

100

200

300

400

500

yoy Alat Angkut (rhs) Penj. Kendaraan NiagaM Mobil Penumpang M Suku Cadang & Perlengkapan

Alat AngkutanM Alat Angkutan Untuk Industri

2008 2009 2010 2011I II III IV I II III IV I II III IV I

-20,0

-10,0

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

% yoy

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

yoy Bangunan (rhs) M Manuf. of glass and glass productsM Manuf. of non-metallicmineral products

Konsumsi Semen (rhs)

Kons. Listrik Bisnis (rhs)

2008 2009 2010 2011I II III IV I II III IV I II III IV I

% yoy

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

Page 14: Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011 · Stabilitas sistem keuangan tetap solid disertai terus membaiknya fungsi intermediasi perbankan dengan kondisi permodalan dan likuiditas ...

Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011

12

Neraca Pembayaran Indonesia pada triwulan II 2011 diperkirakan masihNeraca Pembayaran Indonesia pada triwulan II 2011 diperkirakan masihNeraca Pembayaran Indonesia pada triwulan II 2011 diperkirakan masihNeraca Pembayaran Indonesia pada triwulan II 2011 diperkirakan masihNeraca Pembayaran Indonesia pada triwulan II 2011 diperkirakan masih

akan mencatat surplus yang besarakan mencatat surplus yang besarakan mencatat surplus yang besarakan mencatat surplus yang besarakan mencatat surplus yang besar. Surplus tersebut berasal baik dari

transaksi berjalan maupun transaksi modal dan finansial. Kinerja ekspor

diperkirakan tetap solid sejalan dengan masih kuatnya permintaan dan

tingginya harga komoditas internasional. Sementara itu, impor

diperkirakan juga akan tumbuh cukup tinggi sejalan dengan kuatnya

permintaan, antara lain untuk komoditas minyak. Di sisi transaksi modal

dan finansial, aliran masuk modal diperkirakan masih akan tetap besar,

baik dalam bentuk investasi langsung (FDI) maupun portofolio. Sementara

itu, cadangan devisa sampai dengan akhir April 2011 tercatat sebesar

113,8 miliar dolar AS atau setara dengan 6,7 bulan impor dan pembayaran

utang luar negeri Pemerintah.

I n f l a s iLaju inflasi April 2011 kembali mengalami deflasi seperti pada bulanLaju inflasi April 2011 kembali mengalami deflasi seperti pada bulanLaju inflasi April 2011 kembali mengalami deflasi seperti pada bulanLaju inflasi April 2011 kembali mengalami deflasi seperti pada bulanLaju inflasi April 2011 kembali mengalami deflasi seperti pada bulan

sebelumnya, namun potensi risiko tekanan inflasi ke depan masih cukupsebelumnya, namun potensi risiko tekanan inflasi ke depan masih cukupsebelumnya, namun potensi risiko tekanan inflasi ke depan masih cukupsebelumnya, namun potensi risiko tekanan inflasi ke depan masih cukupsebelumnya, namun potensi risiko tekanan inflasi ke depan masih cukup

tinggi. tinggi. tinggi. tinggi. tinggi. Inflasi IHK April 2011 tercatat sebesar -0,31% (mtm), stabil dari

bulan sebelumnya yang sebesar -0,32% (mtm). Namun, secara tahunan,

inflasi April menurun cukup signifikan dari 6,65% (yoy) bulan sebelumnya

menjadi 6,16% (yoy, Grafik 2.11). Deflasi pada bulan April tersebut

berbeda dengan pola historikalnya yang mencatat inflasi sebesar 0,15%

(mtm). Deflasi yang terjadi pada kelompok volatile food (VF), khususnya

komoditas bawang merah dan aneka cabai, menjadi penyebab

menurunnya laju inflasi pada bulan April (Grafik 2.12). Di sisi lain, inflasi

inti masih mencatat kenaikan terutama didorong oleh inflasi impor yang

tercermin dari peningkatan inflasi mitra dagang dan harga global serta

ekspektasi inflasi yang masih berada pada level yang tinggi. Sementara itu,

tekanan inflasi kelompok administered prices masih relatif stabil sejalan

dengan tidak adanya kebijakan penyesuaian harga administered yang

bersifat strategis oleh Pemerintah.

Laju inflasi kelompok Laju inflasi kelompok Laju inflasi kelompok Laju inflasi kelompok Laju inflasi kelompok volatile foodvolatile foodvolatile foodvolatile foodvolatile food pada bulan April mengalami deflasi pada bulan April mengalami deflasi pada bulan April mengalami deflasi pada bulan April mengalami deflasi pada bulan April mengalami deflasi

didukung oleh membaiknya kondisi pasokan beberapa komoditas bahandidukung oleh membaiknya kondisi pasokan beberapa komoditas bahandidukung oleh membaiknya kondisi pasokan beberapa komoditas bahandidukung oleh membaiknya kondisi pasokan beberapa komoditas bahandidukung oleh membaiknya kondisi pasokan beberapa komoditas bahan

makanan seiring dengan berlangsungnya masa panen raya. makanan seiring dengan berlangsungnya masa panen raya. makanan seiring dengan berlangsungnya masa panen raya. makanan seiring dengan berlangsungnya masa panen raya. makanan seiring dengan berlangsungnya masa panen raya. Kelompok

tersebut mencatat deflasi sebesar 2,31% (mtm) atau inflasi 12,14% (yoy),

lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencatat

deflasi sebesar 2,28% (mtm) atau inflasi 15,17% (yoy). Penurunan tekanan

inflasi volatile food tersebut terkait dengan koreksi harga pada sejumlah

komoditas seperti bawang merah dan cabai merah (Grafik 2.13). Pasokan

Grafik 2.12 Perkembangan Inflasi MenurutKelompok Barang dan Jasa (%, mtm)

Grafik 2.11 Perkembangan Inflasi

24

18

12

6

-1

-7

%, yoy

CPICoreVolatile FoodAdministeredPrices

12,14

6,165,42

5,62

42121086421210864212108642121086422007 2008 2009 2010 2011

1,00

0,50

-0,50

0,00

-1,00

-1,50

-2,00

-2,50

0,25 0,26

-0,72

-2,31

0,170,51

Inti Vol. Food Adm. Prices

Apr»11(mtm, %)

Rata-rataInflasi Apr

2002-2010*)

Apr»11(mtm, %)

Rata-rataInflasi Apr

2002-2010*)

Apr»11(mtm, %)

Rata-rataInflasi Apr

2002-2010*)

Page 15: Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011 · Stabilitas sistem keuangan tetap solid disertai terus membaiknya fungsi intermediasi perbankan dengan kondisi permodalan dan likuiditas ...

Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011

13

yang meningkat karena hasil panen yang lebih baik dan tambahan impor

menyebabkan terjadinya koreksi harga.nDemikian pula dengan komoditas

beras yang harganya mengalami koreksi tipis sebesar 1,1% (mtm). Koreksi

harga beras didorong oleh peningkatan pasokan seiring dengan masih

berlangsungnya masa panen raya.

Tekanan inflasi kelompok Tekanan inflasi kelompok Tekanan inflasi kelompok Tekanan inflasi kelompok Tekanan inflasi kelompok administered price administered price administered price administered price administered price minimal seiring denganminimal seiring denganminimal seiring denganminimal seiring denganminimal seiring dengan

belum adanya kebijakan strategis Pemerintah. belum adanya kebijakan strategis Pemerintah. belum adanya kebijakan strategis Pemerintah. belum adanya kebijakan strategis Pemerintah. belum adanya kebijakan strategis Pemerintah. Inflasi administered pricepada April 2011 tercatat sebesar 0,17% (mtm) atau 5,42% (yoy),

menurun dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Komoditas

administered yang berkontribusi pada inflasi bulan laporan yaitu bensin

dan rokok. Komoditas rokok secara konsisten memberikan sumbangan

inflasi setiap bulan karena Harga Transaksi Pasar (HTP) yang merupakan

harga yang dibayar konsumen masih lebih rendah dibandingkan dengan

Harga Jual Eceran (HJE) yang ditetapkan Pemerintah. Selain itu, komoditas

administered lainnya dalam komponen bensin yang tidak disubsidi

harganya mengalami inflasi 0,23% (mtm) seiring dengan peningkatan

harga minyak dunia.

Secara umum, inflasi inti mengalami peningkatan. Secara umum, inflasi inti mengalami peningkatan. Secara umum, inflasi inti mengalami peningkatan. Secara umum, inflasi inti mengalami peningkatan. Secara umum, inflasi inti mengalami peningkatan. Inflasi kelompok inti

pada bulan April tercatat sebesar 0,25% (mtm) atau 4,62% (yoy) yang

didorong oleh tekanan eksternal terkait dengan kenaikan harga global

dan inflasi mitra dagang. Tingginya tekanan eksternal tercermin dari inflasi

kelompok inti tradable yang meningkat lebih tajam dari kelompok

nontradable (Grafik 2.14). Inflasi kelompok inti untuk barang impor

tumbuh cukup tinggi di tengah penguatan nilai tukar yang semakin

terbatas. Lebih lanjut, sumber tekanan inflasi yang juga perlu dicermati

ialah ekspektasi inflasi yang masih menunjukkan peningkatan dipengaruhi

oleh pola musiman. Peningkatan ekspektasi inflasi konsumen dan

pedagang dipengaruhi oleh akan tibanya bulan puasa dan ketidakpastian

kebijakan pemerintah terkait harga BBM subsidi. Tekanan dari faktor

ekspektasi juga dikonfirmasi oleh peningkatan inflasi inti yang berasal dari

kenaikan biaya tempat tinggal (sewa dan kontrak rumah) serta upah. Jika

ditelusuri dari komoditasnya, komoditas nonmakanan khususnya emas,

menjadi penyumbang utama inflasi April untuk kelompok inti dengan

sumbangan inflasi sebesar 0,05% (mtm). Selama April 2011, harga emas

beberapa kali mencatatkan rekor tertinggi dan menembus 1.500 dolar AS

per troy ounce. Ke depan, harga emas diperkirakan tetap tinggi dan

cenderung meningkat didorong oleh tekanan permintaan.

Grafik 2.13 Perkembangan HargaAneka Bumbu

Grafik 2.14 Inflasi Inti : Tradable VsNon-Tradable

Rp/Kg

47.500

35.000

22.500

10.000

Rp/Kg

27.000

22.500

18.000

13.500

9.000

201120111 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4I III I III I III I III I III I III I III I III I III I III I III I III I III I III I III I III

Cabe KeritingCabe BiasaBawang Merah (rhs)

yoy

12

10

8

6

4

2

0Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Core TradeableCore Non-Tradeable

Page 16: Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011 · Stabilitas sistem keuangan tetap solid disertai terus membaiknya fungsi intermediasi perbankan dengan kondisi permodalan dan likuiditas ...

Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011

14

Nilai Tukar RupiahTren penguatan nilai tukar rupiah masih berlanjut pada April 2011.Tren penguatan nilai tukar rupiah masih berlanjut pada April 2011.Tren penguatan nilai tukar rupiah masih berlanjut pada April 2011.Tren penguatan nilai tukar rupiah masih berlanjut pada April 2011.Tren penguatan nilai tukar rupiah masih berlanjut pada April 2011.

Membanjirnya aliran dana nonresiden ke sistem keuangan domestik

menyebabkan apresiasi rupiah terus berlanjut. Nilai tukar rupiah pada April

2011 secara rata-rata menguat 1,28% dari level Rp8.760 per dolar AS

(Maret 2011) ke level Rp8.649 per dolar AS (Grafik 2.15). Pada akhir bulan

April, rupiah ditutup pada level Rp8.564 per dolar AS atau menguat

1,68% dari penutupan bulan sebelumnya. Penguatan rupiah terutama

dipicu oleh melimpahnya likuiditas global yang dilatarbelakangi kebijakan

negara maju yang masih akomodatif dengan mempertahankan suku

bunga rendah. Sebagai akibatnya, aliran dana ke negara emerging marketssemakin deras didukung oleh kondisi domestik yang memiliki karakteristik

suku bunga dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Semakin membaiknya

faktor risiko dan ekspektasi currency gain yang berkembang di kalangan

investor juga turut mendukung penguatan rupiah. Meskipun pergerakan

rupiah menguat dengan signifikan, namun volatilitas nilai tukar selama

bulan laporan relatif terjaga. Volatilitas rupiah tercatat sebesar 0,3%, relatif

tidak berubah dari bulan sebelumnya (Grafik 2.16).

Pemulihan ekonomi negara maju yang masih diliputi ketidakpastianPemulihan ekonomi negara maju yang masih diliputi ketidakpastianPemulihan ekonomi negara maju yang masih diliputi ketidakpastianPemulihan ekonomi negara maju yang masih diliputi ketidakpastianPemulihan ekonomi negara maju yang masih diliputi ketidakpastian

menjadi salah satu pendorong berlanjutnya aliran dana ke negaramenjadi salah satu pendorong berlanjutnya aliran dana ke negaramenjadi salah satu pendorong berlanjutnya aliran dana ke negaramenjadi salah satu pendorong berlanjutnya aliran dana ke negaramenjadi salah satu pendorong berlanjutnya aliran dana ke negara

emerging marketsemerging marketsemerging marketsemerging marketsemerging markets, termasuk Indonesia. , termasuk Indonesia. , termasuk Indonesia. , termasuk Indonesia. , termasuk Indonesia. Kondisi ketidakpastian tersebut

mendorong negara maju untuk menerapkan kebijakan yang akomodatif

dengan mempertahankan suku bunga di level yang rendah, termasuk AS.

Suku bunga yang rendah menyebabkan ekses likuiditas pascapelonggaran

kuantitatif di masa krisis tahun 2008 dan pemulihan tidak sepenuhnya

dapat diserap. Hal tersebut mengakibatkan investor mencari lokasi

penempatan dana yang memberikan imbal hasil lebih tinggi, salah satunya

ke negara emerging markets Asia. Negara emerging markets Asia yang

tumbuh lebih cepat menghadapi tekanan inflasi lebih awal sehingga harus

menaikkan suku bunga kebijakannya. Namun hal tersebut justru menjadi

daya tarik bagi investor global. Indonesia juga menjadi salah satu tujuan

utama penempatan dana non residen. Indikator imbal hasil rupiah yang

tercermin dari selisih suku bunga dalam negeri dan luar negeri (UIP -

Uncovered Interest Parity) relatif lebih tinggi dibandingkan dengan

beberapa negara di kawasan regional Asia (Grafik 2.17). Bahkan setelah

memperhitungkan premi risiko, daya tarik investasi dalam rupiah masih

tetap tinggi. Hal tersebut tercermin dari tren indikator CIP (CoveredInterest Parity) yang terus meningkat sejak tahun 2010 (Grafik 2.18). Masih

Grafik 2.15 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah

Grafik 2.16 Volatilitas Nilai Tukar Rupiah

Grafik 2.17 UIP (Uncovered Interest Parity)

8550

8650

8750

8850

8950

9050

9150

9250

9350

94509335

9175

8949

9048

8708

8564

Jan FebMarAprMeiJun Jul AgsSepOktNovDesJan FebMar2010 2011

1Apr

4Apr

5Apr

6Apr

7Apr

8Apr

11Apr

12Apr

13Apr

14Apr

15Apr

18Apr

19Apr

20Apr

21Apr

25Apr

26Apr

27Apr

28Apr

29Apr

% IDR/USD

-0,20,40,60,81,01,21,41,61,82,0

Vol harianRata2 VolatilitasKurs Harian (Rp/USD)-rhs

8550

8650

8750

8850

8950

9050

9150

9250

9350

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr

2010 2011

%

-3,0

-1,0

1,0

3,0

5,0

7,0

9,0

11,0

Malaysia

Korea

Filipina

Indonesia

2008 2009 2010 2011Feb Apr Jun Ags Okt Des Mar Mei Jul Sep Nov Mar Mei Jul NovJan Sep MarJan

Page 17: Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011 · Stabilitas sistem keuangan tetap solid disertai terus membaiknya fungsi intermediasi perbankan dengan kondisi permodalan dan likuiditas ...

Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011

15

solidnya fundamental ekonomi domestik serta aliran masuk modal asing

ke Indonesia mengakibatkan posisi cadangan devisa tetap mencatat level

yang tinggi. Cadangan devisa hingga akhir April 2011 mencapai 113,8

miliar dolar AS atau setara dengan 6,7 bulan impor dan pembayaran

utang luar negeri (ULN) pemerintah.

Minat investor terhadap aset rupiah juga terus membaik. Minat investor terhadap aset rupiah juga terus membaik. Minat investor terhadap aset rupiah juga terus membaik. Minat investor terhadap aset rupiah juga terus membaik. Minat investor terhadap aset rupiah juga terus membaik. Hal tersebut juga

ditunjukkan oleh spread negatif antara NDF rate (offshore) dengan

forward rate dalam negeri (onshore) selama tiga bulan terakhir yang

mengimplikasikan imbal hasil berinvestasi di pasar domestik lebih

menguntungkan dibandingkan di luar negeri. Membaiknya minat investor

juga ditopang oleh perbaikan risiko secara keseluruhan yang terlihat dari

indikator Credit Default Swap (CDS) yang terus bergerak menurun (Grafik

2.19). Meskipun demikian, sentimen terhadap risiko inflasi dan

ekspektasinya ke depan masih menjadi perhatian investor.nHal demikian

tampak pada kecenderungan meningkatnya yield spread di tengah

prospek lebih cepat dan besarnya tekanan ekspektasi inflasi domestik

dibandingkan luar negeri.

Transmisi Kebijakan Moneter

Suku BungaSuku bunga PUAB O/N bergerak stabil di sekitar BI Rate. Suku bunga PUAB O/N bergerak stabil di sekitar BI Rate. Suku bunga PUAB O/N bergerak stabil di sekitar BI Rate. Suku bunga PUAB O/N bergerak stabil di sekitar BI Rate. Suku bunga PUAB O/N bergerak stabil di sekitar BI Rate. Pada April 2011,

rata-rata suku bunga PUAB O/N tidak menunjukkan perubahan dari bulan

sebelumnya yakni sebesar 6,19%. Di sisi lain, suku bunga PUAB dengan

tenor lebih panjang dari O/N cenderung meningkat. Rata-rata seluruh

tenor meningkat 8bps dari bulan sebelumnya sebesar 6,53% menjadi

sebesar 6,61%. Sementara itu, persepsi risiko likuiditas (counterparty risk)

PUAB relatif stabil sebagaimana tercermin pada rata-rata spread suku

bunga PUAB O/N tertinggi dan terendah yang berada pada level 27bps

atau membaik dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 36bps.

Sejak Februari 2011, suku bunga PUAB O/N terus menunjukkanSejak Februari 2011, suku bunga PUAB O/N terus menunjukkanSejak Februari 2011, suku bunga PUAB O/N terus menunjukkanSejak Februari 2011, suku bunga PUAB O/N terus menunjukkanSejak Februari 2011, suku bunga PUAB O/N terus menunjukkan

peningkatanpeningkatanpeningkatanpeningkatanpeningkatan sebagai respons atas kenaikan BI Rate.sebagai respons atas kenaikan BI Rate.sebagai respons atas kenaikan BI Rate.sebagai respons atas kenaikan BI Rate.sebagai respons atas kenaikan BI Rate. Perkembangan

tersebut tak lepas dari strategi operasi moneter yang terus difokuskan

untuk menjaga suku bunga PUAB O/N sebagai sasaran operasional

kebijakan moneter tetap berada di sekitar BI Rate. Selain itu, berbagai

langkah penguatan manajemen moneter juga dilakukan terutama terkait

dengan manajemen capital inflow.....

Grafik 2.18 CIP (Covered Interest Parity)

Grafik 2.19 Indikator Persepsi RisikoIndonesia

%

-6,0

-4,0

-2,0

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0Indonesia

Philippinnes

Malaysia

Korea

Feb Apr Jun AgsOkt Des Feb Apr Jun AgsOkt Des Feb Apr Jun AgsOkt Des Feb Apr Jun AgsOkt Des Feb Apr2007 2008 2009 2010 2011

%

3,02,82,62,4

2,22,0

1,81,61,41,21,0

bps

400

250

100

Risk Worsen Risk Worsen

Yield SpreadCDS Ind (RHS)EMBIG Spread (RHS)

Sumber : Bloomberg

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr

2010 2011

Page 18: Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011 · Stabilitas sistem keuangan tetap solid disertai terus membaiknya fungsi intermediasi perbankan dengan kondisi permodalan dan likuiditas ...

Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011

16

Di sisiDi sisiDi sisiDi sisiDi sisi suku bunga perbankan, respons terhadap kenaikan BI Rate masihsuku bunga perbankan, respons terhadap kenaikan BI Rate masihsuku bunga perbankan, respons terhadap kenaikan BI Rate masihsuku bunga perbankan, respons terhadap kenaikan BI Rate masihsuku bunga perbankan, respons terhadap kenaikan BI Rate masih

terbatas. terbatas. terbatas. terbatas. terbatas. Data sementara mengindikasikan pada April 2011 suku bunga

deposito dan kredit masih terus menurun. Sementara itu, data realisasi per

Maret 2011 menunjukkan suku bunga kredit yang masih cenderung

menurun khususnya pada suku bunga Kredit Modal Kerja (KMK) dan

Kredit Investasi (KI), sedangkan suku bunga deposito (khususnya tenor 1

bulan) sudah menunjukkan kenaikan (Tabel 2.1 dan Grafik 2.20).

Berdasarkan kelompok bank, Bank Persero masih terus menurunkan sukuBerdasarkan kelompok bank, Bank Persero masih terus menurunkan sukuBerdasarkan kelompok bank, Bank Persero masih terus menurunkan sukuBerdasarkan kelompok bank, Bank Persero masih terus menurunkan sukuBerdasarkan kelompok bank, Bank Persero masih terus menurunkan suku

bunga KMK dan KI, sedangkan Bank Asing Campuran bergerak sebaliknya.bunga KMK dan KI, sedangkan Bank Asing Campuran bergerak sebaliknya.bunga KMK dan KI, sedangkan Bank Asing Campuran bergerak sebaliknya.bunga KMK dan KI, sedangkan Bank Asing Campuran bergerak sebaliknya.bunga KMK dan KI, sedangkan Bank Asing Campuran bergerak sebaliknya.

Pada Maret 2011, kelompok bank persero masih terus menurunkan suku

bunga KMK dan KI sementara kelompok bank asing campuran mulai

menaikkannya. Namun, dari sisi suku bunga KK, kelompok bank persero

justru mulai meningkatkan suku bunganya sementara kelompok bank asing

dan campuran sebaliknya. Perkembangan tersebut mencerminkan

preferensi penyaluran kredit dari masing-masing kelompok bank.

Sementara itu, suku bunga deposito (tenor 1 bulan) mengalami

peningkatan khususnya pada kelompok bank persero dan bank swasta.

Grafik 2.20 Perkembangan BerbagaiSuku Bunga

%

6

8

10

12

14

16

18

20

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011BI Rate Deposito 1 Bulan Kredit Modal Kerja

Kredit Investasi Kredit Konsumsi

12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3

Tabel 2.1Perkembangan Berbagai Suku Bunga

BI Rate 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,75 6,75Penjaminan Deposito 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,25 7,25Dep 1 bulan (Weighted Average) 6,77 6,89 6,76 6,79 6,79 6,75 6,72 6,81 6,78 6,83 6,72 6,72 6,83Base Lending Rate 12,58 12,62 12,58 12,50 12,39 12,38 12,21 12,07 11,98 11,98 12,03 11,84 12,21Kredit Modal Kerja (KMK) 13,54 13,42 13,26 13,17 13,21 13,19 13,00 13,01 12,96 12,83 12,75 12,72 12,32Kredit Investasi (KI) 12,72 12,62 12,59 12,70 12,60 12,40 12,41 12,38 12,35 12,28 12,25 12,20 12,18Kredit Konsumsi (KK) 15,42 15,34 15,23 14,99 14,92 14,83 14,75 14,65 14,53 14,53 14,48 14,50 14,83

Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar

2 0 1 0Suku Bunga (%)

2011

Dana, Kredit, dan Uang BeredarPertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) stabil.Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) stabil.Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) stabil.Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) stabil.Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) stabil. DPK pada Maret 2011

tumbuh 18,6% (yoy) tidak jauh berbeda dibandingkan dengan bulan

sebelumnya sebesar 18,4% (yoy) (Grafik 2.21). Pertumbuhan DPK

tersebut terutama ditopang oleh deposito dan tabungan yang tumbuh

lebih tinggi dari bulan sebelumnya. Pada Maret 2011, pertumbuhan

deposito dan tabungan meningkat menjadi 16,4% dan 25,4% (yoy) dari

bulan sebelumnya yang hanya sebesar 15,3% dan 23,8% (yoy).

Sementara itu, pertumbuhan giro mengalami perlambatan dari bulan

sebelumnya menjadi sebesar 14,9% dari 17,9% (yoy) terkait dengan

besarnya penyerapan pajak di awal tahun.

Page 19: Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011 · Stabilitas sistem keuangan tetap solid disertai terus membaiknya fungsi intermediasi perbankan dengan kondisi permodalan dan likuiditas ...

Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011

17

Di sisi kredit, pertumbuhannya masih terus akseleratifDi sisi kredit, pertumbuhannya masih terus akseleratifDi sisi kredit, pertumbuhannya masih terus akseleratifDi sisi kredit, pertumbuhannya masih terus akseleratifDi sisi kredit, pertumbuhannya masih terus akseleratif. Penyaluran kredit

(termasuk kredit channeling) pada Maret 2011 mencapai 24,1% (yoy)

meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 23,6% (yoy)

(Grafik 2.21). Dengan perkembangan tersebut, sampai dengan akhir

tahun 2011 angka pertumbuhan kredit diperkirakan dapat melebihi

Rencana Bisnis Bank tahun 2011 yang berkisar 23,5%. Namun, ekspansi

kredit tersebut juga patut diwaspadai, terutama terkait kualitas kredit

(Non Performing Loan/NPL) dan besarnya porsi kredit nonproduktif (kredit

konsumsi dan kredit sektor lainnya).

Berdasarkan jenis penggunaannya, sumbangan kredit modal kerja (KMK)Berdasarkan jenis penggunaannya, sumbangan kredit modal kerja (KMK)Berdasarkan jenis penggunaannya, sumbangan kredit modal kerja (KMK)Berdasarkan jenis penggunaannya, sumbangan kredit modal kerja (KMK)Berdasarkan jenis penggunaannya, sumbangan kredit modal kerja (KMK)

terhadap total kredit tetap tinggiterhadap total kredit tetap tinggiterhadap total kredit tetap tinggiterhadap total kredit tetap tinggiterhadap total kredit tetap tinggi. Pada Maret 2011, KMK masih tumbuh

tinggi yakni sebesar 27,2% (yoy). Namun, pertumbuhan KMK tersebut

lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencapai

35,4% (yoy). Sejalan dengan itu, kontribusi kredit investasi (KI) terhadap

pertumbuhan total kredit juga mencatat peningkatan. KI tumbuh

meningkat cukup signifikan dibandingkan dengan bulan sebelumnya

menjadi 26,8% (yoy) dari 18,6% (yoy). Serupa dengan KI, kredit konsumsi

(KK) juga tumbuh lebih tinggi dari bulan sebelumnya mencapai 19,6%

(yoy) dari 13,2% (yoy) (Grafik 2.22). Secara sektoral, kredit untuk sektor

perdagangan dan jasa dunia usaha turut menjadi salah satu penopang

pertumbuhan kredit. Namun, penyaluran kredit pada sektor lainnya masih

menjadi penyumbang utama pertumbuhan kredit.

Pertumbuhan uang kartal dan uang primer masih berada pada tren yangPertumbuhan uang kartal dan uang primer masih berada pada tren yangPertumbuhan uang kartal dan uang primer masih berada pada tren yangPertumbuhan uang kartal dan uang primer masih berada pada tren yangPertumbuhan uang kartal dan uang primer masih berada pada tren yang

meningkat.meningkat.meningkat.meningkat.meningkat. Pada April 2011, pertumbuhan uang kartal mencapai 18,6%

(yoy) meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tumbuh

sebesar 17,8% (yoy), sedangkan pertumbuhan uang primer1 mencapai

35,1% (yoy) relatif stabil dibandingkan dengan pertumbuhan bulan

sebelumnya sebesar 35,4% (yoy) (Grafik 2.23). Tren meningkatnya

pertumbuhan uang kartal dan uang primer tersebut menandakan aktivitas

ekonomi yang membaik.

Pertumbuhan likuiditas perekonomian diprakirakan meningkat sejalanPertumbuhan likuiditas perekonomian diprakirakan meningkat sejalanPertumbuhan likuiditas perekonomian diprakirakan meningkat sejalanPertumbuhan likuiditas perekonomian diprakirakan meningkat sejalanPertumbuhan likuiditas perekonomian diprakirakan meningkat sejalan

dengan akselerasi pertumbuhan ekonomidengan akselerasi pertumbuhan ekonomidengan akselerasi pertumbuhan ekonomidengan akselerasi pertumbuhan ekonomidengan akselerasi pertumbuhan ekonomi. Sampai dengan Maret 2011,

M1 dan M2 tumbuh sebesar 17,4% dan 16% (yoy) mencapai Rp580,5

triliun dan Rp2.451 triliun (Grafik 2.24). Meskipun masih berada pada tren

yang meningkat, pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan

dengan bulan sebelumnya. Hal tersebut merupakan akibat dari

Grafik 2.21 Pertumbuhan Kredit, DPK,dan BI Rate

%

0

5

10

15

20

25

30

35

40KreditDPKBI Rate

24,1

18,6

2008 2009 2010 2011Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar

3

4

5

6

7

8

9

10

Grafik 2.22 Pertumbuhan Kredit per JenisPenggunaan

% yoy

-10

0

10

20

30

40

50

60KMKKIKK

27,2

26,8

19,6

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan

Grafik 2.23 Pertumbuhan Uang Primer danUang Kartal

% yoy

Data DSM, olah Tim 4-BKM

GWM SRGWM 8%

GWM LDR

-20

-10

0

10

20

30

40

50M0 (GWM 5%)M0Currency

2007 2008 2009 2010 2011Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr

1 tanpa SBI untuk secondary reserve, GWM 8%

Page 20: Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011 · Stabilitas sistem keuangan tetap solid disertai terus membaiknya fungsi intermediasi perbankan dengan kondisi permodalan dan likuiditas ...

Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011

18

menurunnya giro dan uang kuasi terkait dengan pola penyerapan pajak

yang besar di awal tahun.

Pasar SahamKebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,75%Kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,75%Kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,75%Kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,75%Kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,75%

direspons positif oleh pelaku pasar saham sehingga IHSG mampu mencapaidirespons positif oleh pelaku pasar saham sehingga IHSG mampu mencapaidirespons positif oleh pelaku pasar saham sehingga IHSG mampu mencapaidirespons positif oleh pelaku pasar saham sehingga IHSG mampu mencapaidirespons positif oleh pelaku pasar saham sehingga IHSG mampu mencapai

level tertinggi sepanjang sejarah bursa. level tertinggi sepanjang sejarah bursa. level tertinggi sepanjang sejarah bursa. level tertinggi sepanjang sejarah bursa. level tertinggi sepanjang sejarah bursa. Pada April 2011, IHSG ditutup pada

level 3.819 atau mencatat penguatan sebesar 3,8% secara bulanan (Grafik

2.25). Dari sisi makroekonomi, sumber penguatan IHSG terutama bersumber

dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi, rendahnya tekanan inflasi April

2011 serta kenaikan rating Indonesia oleh S&P dari BB menjadi BB+ atau

satu tingkat di bawah level investment grade. Sementara itu, dari sisi mikro

emiten, penguatan IHSG disokong oleh laba emiten yang cukup tinggi.

Kondusifnya kondisi makroekonomi dan mikro emiten mendorong aliranKondusifnya kondisi makroekonomi dan mikro emiten mendorong aliranKondusifnya kondisi makroekonomi dan mikro emiten mendorong aliranKondusifnya kondisi makroekonomi dan mikro emiten mendorong aliranKondusifnya kondisi makroekonomi dan mikro emiten mendorong aliran

modal asing ke pasar keuangan di negara-negara emodal asing ke pasar keuangan di negara-negara emodal asing ke pasar keuangan di negara-negara emodal asing ke pasar keuangan di negara-negara emodal asing ke pasar keuangan di negara-negara emerging marketmerging marketmerging marketmerging marketmerging market

termasuk pasar saham Indonesia.termasuk pasar saham Indonesia.termasuk pasar saham Indonesia.termasuk pasar saham Indonesia.termasuk pasar saham Indonesia. IHSG mencatat beli asing neto sebesar

Rp17,5 Triliun pada April 2011 atau naiknsignifikan dibandingkan dengan

bulan sebelumnya yang mencatat jual neto sebesar Rp2,3 triliun (Grafik

2.26).

Secara sektoral,Secara sektoral,Secara sektoral,Secara sektoral,Secara sektoral, penguatan IHSG selama April 2011 ditopang olehpenguatan IHSG selama April 2011 ditopang olehpenguatan IHSG selama April 2011 ditopang olehpenguatan IHSG selama April 2011 ditopang olehpenguatan IHSG selama April 2011 ditopang oleh

pertumbuhan sektoral secara merata dengan pertumbuhan tertinggipertumbuhan sektoral secara merata dengan pertumbuhan tertinggipertumbuhan sektoral secara merata dengan pertumbuhan tertinggipertumbuhan sektoral secara merata dengan pertumbuhan tertinggipertumbuhan sektoral secara merata dengan pertumbuhan tertinggi

dialami oleh sektor properti dan keuangandialami oleh sektor properti dan keuangandialami oleh sektor properti dan keuangandialami oleh sektor properti dan keuangandialami oleh sektor properti dan keuangan. Kedua sektor tersebut

mengalami penguatan masing-masing sebesar 7,3% dan 5,9%.

Penguatan indeks sektoral tersebut masih ditopang oleh kondisi

fundamental mikro emiten pada masing-masing sektor yang cukup solid

sebagaimana ditunjukkan oleh laba perusahaan yang tercatat pada

laporan keuangan tahun 2010 (audited).

Pasar Surat Berharga Negara (SBN)Kinerja pasar SBN terus membaik sejalan dengan kebijakan Bank IndonesiaKinerja pasar SBN terus membaik sejalan dengan kebijakan Bank IndonesiaKinerja pasar SBN terus membaik sejalan dengan kebijakan Bank IndonesiaKinerja pasar SBN terus membaik sejalan dengan kebijakan Bank IndonesiaKinerja pasar SBN terus membaik sejalan dengan kebijakan Bank Indonesia

untuk mempertahankan level BI Rate pada level 6,75% dan tekanan inflasiuntuk mempertahankan level BI Rate pada level 6,75% dan tekanan inflasiuntuk mempertahankan level BI Rate pada level 6,75% dan tekanan inflasiuntuk mempertahankan level BI Rate pada level 6,75% dan tekanan inflasiuntuk mempertahankan level BI Rate pada level 6,75% dan tekanan inflasi

yang relatif mereda. yang relatif mereda. yang relatif mereda. yang relatif mereda. yang relatif mereda. Dari sisi makroekonomi, penurunan yield SBN terkait

dengan prospek positif pertumbuhan ekonomi, nilai tukar yang relatif

stabil serta deflasi pada April 2011. Sementara itu, dari sisi fiskal,

kesinambungan fiskal masih terjaga di tengah volatilitas harga minyak

dunia. Dengan perkembangan tersebut, secara bulanan yield SBN dengan

tenor jangka pendek, menengah dan panjang masing-masing bergerak

Grafik 2.24 Pertumbuhan Uang Beredar

Grafik 2.25 IHSG dan BI Rate

Grafik 2.26 IHSG dan Beli/Jual Neto Asing

%Y-o-Y %

0

4

8

12

16

20

24

28

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

M1M2BI Rate (RHS)

1 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3

17.4

16.0

0

2

4

6

8

10

12

14

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

IHSGBI Rate (RHS)

2007 2008 2009 2010 2011Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr

4

5

6

7

8

9

10

11

2.0002.2002.4002.6002.8003.0003.2003.4003.6003.8004.000

2010 20111 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4

(5)

-

5

10

15

20Net Beli/Jual Asing (RHS, Rp T)IHSG

Page 21: Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011 · Stabilitas sistem keuangan tetap solid disertai terus membaiknya fungsi intermediasi perbankan dengan kondisi permodalan dan likuiditas ...

Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011

19

turun sebesar 52bps, 62bps dan 47bps atau secara rata-rata turun sebesar

52bps (Grafik 2.27 dan 2.28).

Perkembangan positif pada pasar SBN pada akhirnya mendorong investorPerkembangan positif pada pasar SBN pada akhirnya mendorong investorPerkembangan positif pada pasar SBN pada akhirnya mendorong investorPerkembangan positif pada pasar SBN pada akhirnya mendorong investorPerkembangan positif pada pasar SBN pada akhirnya mendorong investor

non residen untuk kembali melakukan pembelian neto pada instrumennon residen untuk kembali melakukan pembelian neto pada instrumennon residen untuk kembali melakukan pembelian neto pada instrumennon residen untuk kembali melakukan pembelian neto pada instrumennon residen untuk kembali melakukan pembelian neto pada instrumen

SBNSBNSBNSBNSBN. Beli asing neto terjadi untuk seluruh tenor, khususnya di jangka

pendek dan panjang, sedangkan untuk tenor di jangka menengah sedikit

terbatas. Selain didorong oleh faktor fundamental, motivasi investor

residen untuk membeli instrumen SBN masih berkaitan dengan premi

risiko yang relatif terjaga, tingginya imbal hasil yang ditawarkan, serta

prospek pencapaian investment grade.

Pasar ReksadanaPada Maret 2011, peningkatan kinerja reksadana sejalan dengan Pada Maret 2011, peningkatan kinerja reksadana sejalan dengan Pada Maret 2011, peningkatan kinerja reksadana sejalan dengan Pada Maret 2011, peningkatan kinerja reksadana sejalan dengan Pada Maret 2011, peningkatan kinerja reksadana sejalan dengan reboundreboundreboundreboundrebound

harga aset di pasar keuangan. harga aset di pasar keuangan. harga aset di pasar keuangan. harga aset di pasar keuangan. harga aset di pasar keuangan. Secara umum, kinerja reksadana meningkat

sebagaimana tercermin pada Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana yang

tumbuh sekitar 3,5% dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Peningkatan NAB reksadana tersebut ditopang oleh produk reksadana

berbasis saham dan SBN. Sementara itu, kinerja reksadana pendapatan

tetap berada di bawah kinerja aset yang menjadi dasarnya (underlyingasset), sedangkan produk reksadana berbasis produk pasar uang justru

mengalami koreksi (Tabel 2.2).

Tabel 2.2. Kinerja Reksadana (Pertumbuhan NAB per produk)

Grafik 2.27 Yield SBN dan BI Rate

%

0

5

10

15

20

25Yield SBNBI Rate (RHS)

4

5

6

7

8

9

10

11

2007 2008 2009 2010 2011Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr

Grafik 2.28 Perubahan Yield SBN Bulanan

0

2

4

6

8

10

12

14Perubahan Bulanan30 April 201131 Maret 201131 Desember 2010

1YR 2YR 3YR 4YR 5YR 6YR 7YR 8YR 9YR 10YR 15YR 20YR 30YR-1,00-0,80-0,60-0,40-0,200,000,200,400,600,801,00

Tabel 2.2Kinerja Reksadana (Pertumbuhan NAB per produk)

1 -2,8% 16,7% -11,4% -9,7% -0,7% -0,8% -20,4% 2,4% 0,7% -3,5%2 1,7% 3,7% 1,0% -0,1% 0,1% -34,1% -2,9% -39,6% 0,8% 0,6%3 0,8% 10,4% 5,9% 2,1% -3,9% 4,3% 8,8% 3,6% -2,9% 0,6%4 5,2% 10,1% 4,1% 11,1% 6,7% 5,1% 6,3% 2,9% 4,8% 6,7%

2010 5 -1,6% -2,5% 0,9% -0,1% 1,5% -5,8% -5,2% -1,2% -6,4% -0,3%6 -4,4% -1,2% -1,6% 10,8% 2,8% -5,1% 4,8% 3,2% 3,6% 1,1%7 -1,8% 2,1% -1,8% -0,6% 0,3% -3,6% 4,7% 2,4% 0,9% -0,6%8 -1,1% 0,7% 0,7% 7,5% 6,0% 10,8% -1,5% 0,6% -2,8% 2,9%9 9,4% 0,8% 7,8% 6,4% 4,4% 14,2% 10,3% 2,3% 2,8% 6,3%10 5,5% -2,2% 3,4% 10,5% 1,1% 9,2% -11,4% 3,2% -1,8% 4,2%11 2,1% -2,0% 5,1% -4,5% 2,8% 3,1% -21,1% -15,4% -1,0% 0,9%12 8,6% 0,6% -0,1% -3,3% -0,8% -30,6% 0,0% 0,0% 17,1% 2,1%1 1,8% 5,9% 3,9% -3,1% -1,9% 42,8% -24,1% -6,5% -13,8% -0,1%

2011 2 3,7% -1,0% 2,7% -0,9% 1,1% 0,5% 1,4% -0,4% 0,9% 1,7%3 14,1% -2,5% 6,0% 0,9% 0,5% 9,0% 7,2% 5,8% 3,6% 3,7%

Mar»11 - Des»11 5.6% 4.9% 6.7% -4.0% -0.7% 43.6% -23.1% -6.8% -13.0% 1.5%

SahamBulanPasarUang Campuran Pendapatan

Tetap Terproteksi IndeksETF-

Saham

ETF-Pendapatan

TetapSyariah Total

Page 22: Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011 · Stabilitas sistem keuangan tetap solid disertai terus membaiknya fungsi intermediasi perbankan dengan kondisi permodalan dan likuiditas ...

Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011

20

Kondisi PerbankanStabilitas sistem keuangan tetap terjaga sebagaimana ditunjukkan olehStabilitas sistem keuangan tetap terjaga sebagaimana ditunjukkan olehStabilitas sistem keuangan tetap terjaga sebagaimana ditunjukkan olehStabilitas sistem keuangan tetap terjaga sebagaimana ditunjukkan olehStabilitas sistem keuangan tetap terjaga sebagaimana ditunjukkan oleh

kondisi perbankan yang solidkondisi perbankan yang solidkondisi perbankan yang solidkondisi perbankan yang solidkondisi perbankan yang solid. Berbagai indikator utama perbankan seperti

angka rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) tetap stabil

pada level 17,6%. Selain itu, rasio kredit bermasalah (Non PerformingLoan/NPL) gross terjaga di bawah level 5% (Tabel 2.3). Di samping

indikator-indikator utama yang baik tersebut, fungsi intermediasi

perbankan juga terus membaik. Pertumbuhan kredit per Maret 2011 telah

mencapai 24,1% (yoy) atau lebih tinggi dari Rencana Bisnis Bank 2011

sebesar 23,5%.

Tabel 2.3Kondisi Umum Perbankan

Total Aset (T Rp) 2,563,7 2,576,3 2,604,4 2,678,3 2,683,5 2,700,2 2,758,1 2,769,4 2,856,3 3,008,9 2,990,7 2,993,1 3,065,8DPK (T Rp) 1,982,2 1,980,5 2,013,2 2,096,0 2,082,6 2,092,8 2,144,1 2,173,9 2,212,2 2,338,8 2,302,1 2,287,8 2,351,4Kredit * (T Rp) 1,485,9 1,516,0 1,561,2 1,615,8 1,627,4 1,670,6 1,689,1 1,705,8 1,736,1 1,796,0 1,776,1 1,803,9 1,844,2LDR* (%) 75,0 76,5 77,5 77,1 78,1 79,8 78,8 78,5 78,5 76,8 77,2 78,8 78,4NPLs Gross* (%) 3,8 3,5 3,6 3,3 3,4 3,4 3,3 3,6 3,4 2,9 3,1 3,1 3,2NPLs Net * (%) 1,0 0,9 1,0 0,8 0,9 0,7 0,7 0,9 1,0 0,7 0,9 0,9 0,9CAR (%) 19,1 19,2 17,8 17,4 16,5 16,2 16,4 16,4 16,3 17,0 17,0 18,0 17,6NIM (%) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,6ROA (%) 3,0 2,9 2,9 2,9 2,9 2,8 2,8 2,9 2,8 2,7 3,0 2,8 3,1

Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar

2 0 10IndikatorUtama

* dengan channeling

2 0 11

Page 23: Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011 · Stabilitas sistem keuangan tetap solid disertai terus membaiknya fungsi intermediasi perbankan dengan kondisi permodalan dan likuiditas ...

Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011

21

III. RESPONS KEBIJAKAN MONETER

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 12 Mei 2011Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 12 Mei 2011Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 12 Mei 2011Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 12 Mei 2011Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 12 Mei 2011

memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%. Keputusan

ini diambil setelah Dewan Gubernur melakukan asesmen secara

keseluruhan terhadap perkembangan makroekonomi, khususnya

kepentingan untuk menjaga stabilitas internal (inflasi) dan stabilitas

eksternal (neraca pembayaran). Dewan Gubernur memandang bahwa

penguatan kebijakan makroprudensial terhadap aliran masuk modal asing

tetap penting untuk meminimalkan risiko pembalikan modal asing dan

membantu agar pergerakan nilai tukar rupiah tetap sejalan dengan

pergerakan mata uang di kawasan Asia. Ke depan, Bank Indonesia akan

terus mewaspadai tekanan inflasi, khususnya yang bersumber dari harga

komoditas internasional, peningkatan permintaan domestik, serta

kebijakan Pemerintah terkait subsidi BBM dan kemungkinan gangguan

pasokan bahan pangan. Bank Indonesia akan terus memperkuat

penerapan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial, termasuk

melalui pengendalian likuiditas dan respons suku bunga, untuk menjaga

stabilitas makroekonomi dan membawa inflasi pada sasaran yang

ditetapkan, yaitu 5%±1% pada tahun 2011 dan 4,5%±1% pada tahun

2012.

Page 24: Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011 · Stabilitas sistem keuangan tetap solid disertai terus membaiknya fungsi intermediasi perbankan dengan kondisi permodalan dan likuiditas ...

Tinjauan Kebijakan Moneter - Mei 2011

22

* angka sementara** angka BPS berdasarkan tahun dasar 2000*** angka prakiraan Bank Indonesia1) minggu terakhir2) rata-rata tertimbang3) penutupan pada akhir periode4) closed fileSumber : Bank Indonesia, kecuali data pasar modal (BAPEPAM), IHK, ekspor/impor dan PDB dari BPS

SEKTOR KEUANGAN

Indikator Terkini

Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr

SUKU BUNGA & SAHAMSuku bunga SBI 6 bln 1)

Suku bunga SBI 9 bln 1)

Suku bunga deposito 1 bln 2)

Suku bunga deposito 3 bln 2)

JIBOR satu minggu 2)

IHSG Indeks 3)

BESARAN MONETER (miliar Rp)Base MoneyM1(C+D)

Uang Kartal (C)Uang giral (D)

Broad Money (M2 = C+D+T)Uang kuasi (T)

Uang kuasi (Rupiah) Deposito Tabungan Deposito (Valas)

M2 - Rupiah

Tagihan pada Dunia UsahaKredit-Bank Umum

Inflasi bulanan (%, mtm)Inflasi tahunan (%, yoy)

Rp/USD (akhir periode, nilai tengah)Ekspor Barang Non migas (f.o.b, juta USD) 4)

Impor Barang Non migas (c & f, juta USD) 4)

Net International Reserve (juta USD)

Pertumbuhan PDB (%, yoy)**KonsumsiInvestasi (PMTB)Perubahan StokEksporImpor

INDIKATOR KUARTALAN

H A R G A

SEKTOR EKSTERNAL

6,67 6,68 6,72 6,72 6,72 6,73 6,73 6,42 6,26 6,08 - - -- - - - 6,83 6,84 6,84 6,70 6,60 6,50 6,71 6,72 -

6,89 6,76 6,79 6,79 6,75 6,72 6,81 6,78 6,83 6,72 6,72 - -6,98 6,95 6,95 6,95 6,96 6,69 6,99 7,03 7,06 6,88 6,82 - -6,30 6,30 6,34 6,32 6,33 6,30 6,16 5,68 5,83 6,21 6,27 6,49 -

2.971 2.797 2.914 3.069 3.082 3.501 3.635 3.531 3.704 3.409 3.470 3.679 3.820

385.431 391.848 401.435 408.967 426.867 423.809 418.884 483.922 518.447 512.192 502.190 506.785 -494.718 514.005 545.405 539.746 555.495 549.528 555.525 571.352 605.899 604.704 585.981 581.057 -211.390 214.695 222.828 228.239 241.166 229.871 235.698 238.515 260.715 248.016 245.418 242.074 -283.327 299.310 322.577 311.507 314.328 319.657 319.827 332.837 345.184 356.688 340.563 338.984 -

1.981.457 2.011.683 2.082.394 2.070.257 2.097.385 2.132.063 2.170.461 2.206.524 2.323.439 2.290.917 2.260.122 2.291.288 -1.486.739 1.497.677 1.536.988 1.530.511 1.541.891 1.582.535 1.614.935 1.635.172 1.717.541 1.686.212 1.674.141 1.710.230 -1.359.591 1.373.918 1.412.917 1.402.699 1.410.754 1.450.485 1.480.067 1.500.890 1.587.407 1.562.083 1.550.021 1.581.592 -

780.475 789.142 808.099 792.881 789.119 809.958 834.274 842.690 872.921 864.039 854.852 884.802 -579.116 584.776 604.818 609.818 621.635 640.527 645.793 658.200 714.487 698.044 695.168 696.789 -127.148 123.759 124.072 127.812 131.137 132.050 134.868 134.282 130.133 124.129 124.121 128.639 -

1.854.309 1.887.923 1.958.322 1.942.445 1.966.248 2.000.013 2.035.592 2.072.242 2.193.306 2.166.787 2.136.002 2.162.649 -

1.617.236 1.660.942 1.721.286 1.722.911 1.774.363 1.795.954 1.808.229 1.842.798 1.910.022 1.881.004 1.917.047 1.963.698 -1.412.568 1.461.528 1.511.482 1.518.049 1.561.226 1.583.468 1.598.643 1.626.469 1.684.207 1.662.189 1.690.927 1.726.751 -

0,15 0,29 0,97 1,57 0,76 0,44 0,06 0,60 0,92 0,89 0,13 -0,32 -0,313,91 4,16 5,05 6,22 6,44 5,80 5,67 6,33 6,96 7,02 6,84 6,65 6,16

9.012 9.180 9.083 8.952 9.041 8.924 8.928 9.013 8.991 9.057 8.823 8.709 8.5749.727 10.032 10.538 10.815 11.841 10.106 11.455 13.151 13.620 - - - -8.737 8.136 9.045 10.067 9.939 7.552 9.427 10.138 10.730 - - - -70,75 68,54 69,68 70,86 73,93 76,76 79,69 80,72 83,59 82,18 85,05 88,61 92,87

6,9 6,1 6,5 6,44,9 4,0 4,38,7 8,5 7,3 10,0

-28,7 463,1 89,016,1 14,9 12,3 8,016,9 17,3 15,6 8,3

2 0 1 0

2010

Tw-IV

2 0 11

20102011

Tw-I Tw-II*