TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER - bi.go.id · September 2017. Penurunan suku bunga acuan ini masih...

29
TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER September 2017 Ekonomi, Moneter, dan Keuangan

Transcript of TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER - bi.go.id · September 2017. Penurunan suku bunga acuan ini masih...

TINJAUANKEBIJAKAN MONETER

September 2017

Ekonomi, Moneter, dan Keuangan

Untuk informasi lebih lanjut hubungi:Divisi Koordinasi dan Komunikasi Kebijakan MoneterGrup Kebijakan MoneterDepartemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter

Telp : +62 21 2981 6836/5726Fax : +62 21 345 2489Email : [email protected] Website : http://www.bi.go.id

Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter September 2017 1

Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Maret, April, Juni, Juli, September, Oktober dan Desember. Laporan ini dimaksudkan sebagai media bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi moneter terkini. TKM merupakan monitoring bulanan terhadap prakiraan perekonomian Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan Kebijakan Moneter (LKM) secara triwulanan pada setiap bulan Februari, Mei, Agustus, dan November. Secara rinci, TKM menyampaikan hasil evaluasi atas perkembangan terkini mengenai inflasi, nilai tukar, dan kondisi moneter selama bulan laporan, serta keputusan respons kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2017

Dewan GubernurAGuS D.W. MArToWArDojo Gubernur

MirzA ADiTyASWArA Deputi Gubernur Senior

Perry WArjiyo Deputi Gubernur

erWiN rijANToDeputi Gubernur

SuGeNG Deputi Gubernur

roSMAyA HADi Deputi Gubernur

Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter September 20172

Daftar isi

1. Statement Kebijakan Moneter

2. Perkembangan Ekonomi dan Kebijakan Moneter

Perkembangan Ekonomi Dunia

Pertumbuhan Ekonomi

Neraca Pembayaran Indonesia

Nilai Tukar Rupiah

Inflasi

Perkembangan Moneter

Perkembangan Sektor Keuangan

Perbankan

Pasar Saham

Pasar SBN

Pembiayaan Nonbank

06

09

13

14

15

18

21

21

22

24

24

03

06

Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter September 2017 3

1 Statement Kebijakan MoneterRapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20 dan 22 September 2017 memutuskan untuk menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps dari 4,50% menjadi 4,25%, dengan suku bunga Deposit Facility turun 25 bps menjadi 3,50% dan Lending Facility turun 25 bps menjadi 5,00%, berlaku efektif sejak 25 September 2017. Penurunan suku bunga acuan ini masih konsisten dengan realisasi dan perkiraan inflasi 2017 yang rendah serta prakiraan inflasi 2018 dan 2019 yang akan berada di bawah titik tengah kisaran sasaran yang ditetapkan dan defisit transaksi berjalan yang terkendali dalam batas yang aman. Risiko eksternal terutama yang terkait dengan rencana kebijakan Fed Funds Rate (FFR) dan normalisasi neraca bank sentral AS juga telah diperhitungkan. Penurunan suku bunga kebijakan ini diharapkan dapat mendukung perbaikan intermediasi perbankan dan pemulihan ekonomi domestik yang sedang berlangsung. Bank Indonesia memandang bahwa tingkat suku bunga acuan saat ini cukup memadai sesuai dengan prakiraan inflasi dan makroekonomi ke depan. Bank Indonesia terus berkoordinasi dengan Pemerintah untuk memperkuat bauran kebijakan dalam rangka menjaga stabilitas makroekonomi dan memperkuat momentum pemulihan ekonomi.

Prospek perekonomian global diperkirakan semakin membaik terutama di negara maju. Pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan lebih tinggi sejalan dengan perbaikan permintaan domestik. Demikian pula, pertumbuhan ekonomi di Eropa membaik seiring dengan peningkatan aktivitas konsumsi dan penurunan ketidakpastian sektor keuangan. Di negara berkembang, perekonomian Tiongkok diperkirakan tumbuh lebih baik didukung oleh konsumsi yang kuat dan penyaluran kredit yang meningkat. Peningkatan pertumbuhan di Tiongkok diperkirakan dapat mengkompensasi penurunan pertumbuhan di India. Di pasar komoditas, harga minyak relatif stabil dan harga komoditas ekspor Indonesia relatif tetap tinggi, terutama batubara dan tembaga. Relatif membaiknya pertumbuhan ekonomi global dan tetap tingginya harga komoditas dunia berdampak positif terhadap kinerja ekspor Indonesia. Sementara itu, risiko pasar keuangan global relatif terjaga seiring dengan keputusan FOMC terkait dengan kebijakan FFR dan normalisasi neraca bank sentral AS yang sesuai dengan perkiraan pasar. Keputusan FOMC tersebut juga sejalan dengan perkiraan Bank Indonesia.

Perekonomian Indonesia pada triwulan III 2017 diperkirakan mulai membaik pada beberapa sektor. Perbaikan permintaan domestik terutama pada konsumsi rumah tangga mulai terlihat pada membaiknya penjualan ritel dan penjualan barang-barang tahan lama. Investasi bangunan diperkirakan tetap tumbuh baik sejalan dengan belanja pemerintah, sementara investasi nonbangunan terutama pada industri berbasis ekspor komoditas diperkirakan membaik sejalan dengan tetap tingginya harga komoditas dunia. Di sisi sektoral, meskipun masih lemah, perbaikan mulai terlihat pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restauran. Sektor Industri Pengolahan juga diperkirakan mulai membaik terutama di sektor-sektor yang terkait dengan kegiatan ekspor, seperti alat

Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter September 20174

angkut serta kimia dan farmasi. Pertumbuhan ekonomi ke depan akan semakin membaik sejalan dengan pengeluaran Pemerintah yang meningkat dan pelonggaran kebijakan moneter Bank Indonesia. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi tahun 2017 diperkirakan masih dalam kisaran 5,0-5,4% dan akan meningkat menjadi 5,1-5,5% pada tahun 2018.

Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatat surplus. Surplus tersebut didukung oleh peningkatan surplus neraca perdagangan nonmigas yang melampaui peningkatan defisit neraca perdagangan migas. Secara kumulatif Januari-Agustus 2017, surplus neraca perdagangan tercatat 9,11 miliar dolar AS, jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,13 miliar dolar AS. Sementara itu, aliran masuk modal asing ke pasar keuangan Indonesia telah mencapai 9,17 miliar dolar AS sampai dengan Agustus 2017. Perbaikan sektor eksternal tersebut ikut memberikan kontribusi pada kenaikan cadangan devisa sehingga pada akhir Agustus 2017 mencapai 128,8 miliar dolar AS atau cukup untuk membiayai 8,9 bulan impor atau 8,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Rupiah bergerak stabil dan cenderung terapresiasi. Selama Agustus 2017, secara rata-rata rupiah menguat sebesar 0,02% menjadi Rp13.343 per dolar AS. Penguatan tersebut dipengaruhi oleh pelemahan dolar AS dan aliran masuk dana asing yang menyebabkan kondisi net supply di pasar valas. Pelemahan dolar AS dipengaruhi oleh pernyataan dovish dari The Fed dan ECB, serta kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi AS. Sementara itu, aliran masuk dana asing didukung oleh prospek imbal hasil yang tetap positif. Di sisi lain, volatilitas nilai tukar Rupiah tetap terjaga dan lebih rendah dibandingkan negara-negara peers. Bank Indonesia akan tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai nilai fundamentalnya dengan tetap menjaga bekerjanya mekanisme pasar.

Inflasi terkendali pada level yang lebih rendah dari perkiraan semula. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Agustus 2017 tercatat 2,53% (ytd) atau secara tahunan mencapai 3,82% (yoy). Perkembangan ini merupakan dampak membaiknya pasokan, pengaruh faktor musiman pascalebaran dan liburan sekolah serta kontribusi positif berbagai kebijakan yang ditempuh Pemerintah disertai koordinasi yang kuat bersama Bank Indonesia. Inflasi inti pada periode ini tercatat cukup rendah dan bahkan lebih rendah dibandingkan dengan inflasi inti Agustus tiga tahun terakhir. Ke depan, inflasi diperkirakan tetap rendah dan berada dalam kisaran sasaran inflasi didukung oleh terjaganya ekspektasi inflasi, relatif stabilnya nilai tukar rupiah, dan tren menurunnya inflasi global. Ke depan, Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi kebijakan bersama Pemerintah Pusat dan Daerah dalam rangka pengendalian inflasi agar tetap berada dalam kisaran yang ditetapkan, yaitu sebesar 4,0±1% tahun 2017 serta 3,5±1% tahun 2018 dan 2019.

Sistem keuangan tetap stabil tetapi fungsi intermediasi perbankan masih berjalan lambat. Terjaganya stabilitas tersebut tercermin pada rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan yang cukup tinggi pada level 23,0% dan rasio likuiditas (AL/DPK) pada level 23,3% di bulan Juli 2017. Di bulan yang sama, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) berada pada level 3,0% (gross) atau 1,4% (net). Sementara itu, intermediasi perbankan belum menunjukkan perbaikan. Pertumbuhan kredit Juli

Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter September 2017 5

2017 masih rendah yaitu tercatat 8,2% (yoy), meskipun membaik dari bulan sebelumnya 7,8% (yoy). Pertumbuhan kredit yang tinggi hanya terjadi pada sektor konstruksi, listrik, jasa dan pertanian, sedangkan sektor-sektor lain masih tumbuh rendah. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Juli 2017 tercatat 9,7% (yoy), menurun dibandingkan dengan bulan sebelumnya 10,3% (yoy), terutama pada DPK valas. Ke depan, intermediasi perbankan diperkirakan akan membaik sejalan dengan penurunan suku bunga acuan dan pelonggaran kebijakan makroprudensial oleh Bank Indonesia, serta kemajuan dalam konsolidasi perbankan dan korporasi. Selain itu, pembiayaan perekonomian melalui pasar modal diharapkan juga semakin membaik sejalan dengan langkah-langkah pendalaman pasar keuangan.

Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter September 20176

Perkembangan ekonomi dan Kebijakan Moneter

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA

Pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan semakin membaik terutama di negara maju. Perkiraan membaiknya pertumbuhan ekonomi dunia tersebut ditopang oleh membaiknya pertumbuhan ekonomi di AS, Tiongkok maupun Eropa. Pertumbuhan AS diperkirakan lebih tinggi sejalan dengan perbaikan permintaan domestik. Demikian pula, pertumbuhan ekonomi di Eropa membaik seiring dengan peningkatan aktivitas konsumsi dan penurunan ketidakpastian sektor keuangan. Di negara berkembang, perekonomian Tiongkok diperkirakan tumbuh lebih baik didukung oleh konsumsi yang kuat dan penyaluran kredit yang meningkat. Peningkatan pertumbuhan di Tiongkok tersebut diperkirakan dapat mengkompensasi penurunan pertumbuhan di India. Di pasar komoditas, harga minyak relatif stabil dan harga komoditas ekspor Indonesia relatif tetap tinggi, terutama batubara dan tembaga. Ke depan, risiko pasar keuangan global relatif terjaga seiring dengan keputusan FOMC terkait dengan kebijakan FFR dan normalisasi neraca bank sentral AS yang sesuai dengan perkiraan pasar.

Permintaan domestik AS membaik sehingga pertumbuhan ekonominya diperkirakan lebih tinggi. Pertumbuhan ekonomi AS pada tahun 2017 dan 2018 lebih baik dari tahun 2016 sejalan dengan membaiknya konsumsi yang ditopang oleh kondisi ketenagakerjaan yang mendekati full employment. Indikator konsumsi lainnya yakni penjualan retail juga mengalami peningkatan signifikan (Grafik 2.1). Selain itu, peningkatan pertumbuhan ekonomi AS juga tercermin dari peningkatan produksi industri yang terus berlanjut. Hal tersebut

2

Konsumsi, Penjualan Retail dan UpahGrafik 2.1

Indeks ProduksiGrafik 2.2

Sumber: Bloomberg, diolah

Pengeluaran Konsumsi Riil (qtq, SAAR)Pengeluaran Konsumsi Riil (yoy, Skala kanan)

% (SAAR) % (yoy, SA)

-0,50,00,51,01,52,02,53,03,54,04,55,0

0

1

2

3

4

5

6

2014 2015 2016 20171112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 78 9 101112

Penjualan Eceran Riil (yoy, Skala kanan)Pertumbuhan Upah Rill (yoy, Skala kanan)

5,1 3,7 3,0 2,8 2,7 1,8 3,8 2,8 2,9 1,9 3,3

Sumber: Bloomberg, BEA, diolah

%

2012 2013 2014 2015 2016 20171 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7

-15

-10

-5

0

5

10

15

IPIP ManufakturIP TambangIP Utiliti

Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter September 2017 7

terindikasi dari Industrial Production Index (IPI) yang tumbuh meningkat pada Juli 2017 dibandingkan bulan sebelumnya (Grafik 2.2) seiring dengan kapasitas utilisasi industri yang terus menunjukkan tren peningkatan.

Peningkatan aktivitas konsumsi dan menurunnya ketidakpastian sektor keuangan mendukung pertumbuhan ekonomi Eropa yang diperkirakan lebih baik. Pertumbuhan ekonomi Eropa pada 2017 dan 2018 diperkirakan membaik sesuai dengan perkiraan. Hal ini seiring dengan meningkatnya konsumsi seperti tercermin dari markit retail PMI yang masih bertahan pada level ekspansi selama 5 bulan berturut-turut (Grafik 2.3). Selain itu, indikasi meningkatnya aktivitas konsumsi ditunjukkan oleh tren kenaikan Indeks Keyakinan Ekonomi (IKE) sejalan dengan berlanjutnya optimisme di sektor jasa dan industri hingga Agustus 2017 (Grafik 2.4). Indeks keyakinan pelaku pasar juga masih berada pada level yang tinggi menjelang Pemilu Jerman tanggal 24 September 2017. Kenaikan investasi berlanjut sejak akhir tahun 2016 lalu seperti tercermin dari tren kenaikan pengeluaran barang modal dan output sektor konstruksi. Dari sisi eksternal, impor tumbuh lebih tinggi dari ekspor namun neraca perdagangan masih mengalami surplus selama Triwulan II 2017. Sementara itu, risiko geopolitik dan ketidakpastian keuangan di Eropa menurun, tercermin dari tren penguatan Euro dan level CDS yang rendah.

Di negara berkembang, pertumbuhan ekonomi Tiongkok membaik didukung oleh konsumsi yang kuat dan penyaluran kredit yang meningkat. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada tahun 2017 mengalami revisi ke atas. Kondisi tersebut ditopang oleh konsumsi yang stabil, ditandai dengan penjualan retail yang masih kuat, khususnya pada produk petroleum dan perhiasan. Kuatnya konsumsi juga diindikasikan oleh pertumbuhan kredit jangka pendek kepada rumah tangga yang tumbuh meningkat serta tingkat keyakinan konsumen yang masih stabil tinggi (Grafik 2.5).

Penjualan Eceran dan Markit Retail PMI Kawasan EuroGrafik 2.3

Perkembangan Investasi TiongkokGrafik 2.5

Tingkat Keyakinan Konsumen, Industri, dan JasaGrafik 2.4

50,8

-0,3

2015 2016 20171 3 5 7 9 11 1 3 5 7 1 3 5 79 11

Markit Eurozone Retail PMI - Skala KananPenjualan Eceran (YoY)Penjualan Eceran (MoM)

Sumber: Bloomberg, diolah

% (yoy) Indeks

2,6

-1

0

1

2

3

4

5

40

45

55

50

60

Sumber: Bloomberg, diolah

111,9

14,9

-5,1

5,1

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

949698

100102104106108110112114

2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 82014 2015 2016 2017

Indeks %, yoy

Keyakinan Ekonomi Keyakinan Jasa - Skala KananKeyakinan Industri - Skala Kanan Keyakinan Konsumen - Skala Kanan

0

5

10

15

20

25

30

Investasi Swasta YTD YoYInvestasi Pemerintah YTD YoY

Sumber: Bloomberg, diolah

%

6,90

7,2011,7

12,6

2013 2014 2015 2016 20179 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 1 3 5 79 11

Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter September 20178

Di sisi lain, melambatnya pertumbuhan investasi terus berlanjut terutama pada sektor-sektor yang dibiayai pemerintah, yaitu manufaktur, infrastruktur, dan properti (Grafik 2.6). Di sektor eksternal, surplus neraca perdagangan tercatat meningkat karena perlambatan impor yang lebih besar dari ekspor. Hal ini terjadi akibat aktivitas restocking Tiongkok yang segera berakhir dan meredanya base effect harga komoditas.

Di sisi lain, perekonomian India diperkirakan lebih rendah seiring konsumsi dan investasi yang tertahan. Pertumbuhan ekonomi India pada 2017 direvisi ke bawah. Kondisi tersebut sejalan dengan tertahannya kegiatan konsumsi yang tercermin dari pertumbuhan produksi industri yang mengalami kontraksi pada Juni 2017 akibat adanya ketidakpastian pengenaan tarif The Goods and Services Tax (GST) yang baru. Tertahannya kinerja sektor industri juga disebabkan oleh demonetisasi yang terjadi di India meskipun saat ini besarannya sudah berkurang. Dari sisi eksternal, ekspor dan impor tumbuh relatif lebih lambat dibandingkan dengan bulan sebelumnya (Grafik 2.7) yang terutama masih disumbangkan oleh komoditi minyak dan emas. Tingginya impor India tak lepas dari peran penguatan Indian Rupee, baik terhadap Chinese Yuan maupun mata uang negara partner dagang lainnya (Grafik 2.8). Pertumbuhan impor yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor tersebut menyebabkan neraca perdagangan India mengalami defisit.

Berlanjutnya perbaikan ekonomi global diperkirakan akan mendorong peningkatan volume perdagangan dunia. Pertumbuhan volume perdagangan dunia (world trade volume/WTV) tahun 2017 dan 2018 diperkirakan lebih tinggi dari tahun 2016. Asumsi ini masih searah dengan proyeksi sebelumnya yang diterbitkan oleh sejumlah lembaga internasional (Grafik 2.9). Membaiknya impor Emerging Asia, khususnya Tiongkok, menjadi pendorong utama peningkatan pertumbuhan WTV pada

PMI Employment dan Tingkat Keyakinan KonsumenGrafik 2.6

Neraca PerdaganganGrafik 2.7

Indian Rupee vs USDGrafik 2.8

4546

4847

5049

51

5352

5554 Employment PMI SA Keyakinan Konsumen

Indeks

Sumber: Bloomberg, diolah

1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 1 4 7102012 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber: Bloomberg, diolah201420132012 2015 2016 2017

Mar Apr Sep Des Mar Apr Sep Des Mar Apr Sep Des Mar Apr Sep Des Mar Apr Sep Des Mar Apr

% Y0Y Miliar USD

0

-40

-20-30

-10

10

30

20

50

40

0

5

10

15

20

25Neraca Perdagangan Ekspor % YoY Impor % YoY

Sumber: Bloomberg,diolah

1 2 3 4 5 6 7 82017

64

62

61

63

65

68

66

59

68

USD/INR

Depresiasi

Apresiasi

Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter September 2017 9

triwulan I 2017. Realisasi sementara volume perdagangan dunia pada Mei 2017 meningkat menjadi sebesar 4,2%, dibandingkan dengan posisi triwulan I 2017 yang sebesar 3,8%.

Di pasar komoditas, perkembangan harga minyak dunia relatif stabil dan harga komoditas ekspor Indonesia relatif tetap tinggi, terutama batubara dan tembaga. Harga minyak relatif stabil sepanjang 2017 yang ditandai dengan adanya kesepakatan produksi minyak oleh OPEC di awal tahun 2017 sehingga menyebabkan fluktuasi harga minyak lebih terkendali. Sementara itu, asumsi Indeks Harga Komoditas Ekspor Indonesia (IHKEI) tahun 2017 direvisi ke atas karena harga batubara bertahan tinggi. Kebijakan Tiongkok untuk meningkatkan produksi batubara belum berhasil menurunkan harga karena tingginya permintaan lokal akibat faktor siklikal seperti shutdown PLTA utama Tiongkok karena risiko banjir yang kemudian meningkatkan kebutuhan batubara PLTU, heatwave di daerah timur Tiongkok yang meningkatkan permintaan listrik untuk menghidupkan AC, dan aksi mogok kerja di Australia pada Juni 2017 yang menghambat kelancaran impor (Grafik 2.10). Harga tembaga juga meningkat signifikan karena peningkatan permintaan Tiongkok dan juga dipengaruhi oleh faktor spekulasi. Peningkatan harga logam diperkirakan berlanjut terutama didukung oleh permintaan Tiongkok (Grafik 2.11). Di sisi lain, harga karet tercatat menurun dipengaruhi oleh penurunan harga minyak dan penurunan permintaan dari kendaraan bermotor (Grafik 2.12). Meski demikian, level harga karet saat ini masih lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.

PERTUMBUHAN EKONOMI

Perekonomian Indonesia pada triwulan III 2017 diperkirakan mulai membaik. Perbaikan permintaan domestik terutama pada konsumsi rumah tangga yang mulai terlihat pada membaiknya penjualan ritel dan penjualan

Perbandingan Asumsi Volume Perdagangan Dunia Beberapa Lembaga

Grafik 2.9

Perkembangan Harga Batubara InternasionalGrafik 2.10

Perkembangan Harga LogamGrafik 2.11

Perkembangan Harga KaretGrafik 2.12

Sumber: IMF dan WTO, diolah

2014 2015 2016 2017f 2018f

% yoy

2

1

0,5

0

1,5

2,5

3,53

4,5

4

IMF (WEO Apr-17)

WTO (Outlook Apr-17)

2,2

3,93,8

2,7

3,7

2,7

2,6

1,3

2,4

3,1

Sumber: Bloomberg, diolah2015 2016 2017

USD/MT

50

40

60

70

90

80

100

Data terakhir: 14 September 2017

Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Jan Mar May Jul SepNov

92

USD/MTUSD/MT

15.000

13.00011.000

9.000

7.000

17.000

19.000

23.00021.000

25.000

2.500

1.500

500

3.500

4.500

6.500

5.500

7.500

Data terakhir: 14 September 2017

Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Jan Apr JulOkt2014 2015 2016 2017

Tembaga - Skala KananTimah

Sumber: Bloomberg, diolah

Nikel

Sumber: Bloomberg, diolah

2.885

206

MYR/Metric TonUSD/Kg

200

100

0

-100

300

400

600

500

700

1500

1000

500

0

2000

2500

3500

3000

4000

Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan JanMei Sep Jan Mei Sep2010 2011 2012 2013 2015 20162014

Minyak Kelapa Sawit - Skala KananKaret

Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter September 201710

barang-barang tahan lama. Investasi bangunan diperkirakan tetap tumbuh baik sejalan dengan belanja pemerintah, sementara investasi nonbangunan terutama pada industri berbasis ekspor komoditas diperkirakan membaik sejalan dengan tetap tingginya harga komoditas dunia. Perkiraan perbaikan ekonomi juga didorong oleh ekspansi pengeluaran Pemerintah dan dampak pelonggaran kebijakan moneter.

Konsumsi rumah tangga diperkirakan membaik. Perkiraan tersebut terindikasi dari penjualan eceran dan penjualan kendaraan bermotor yang membaik sejalan dengan daya beli yang terjaga didukung inflasi yang rendah, belanja pemerintah dan sebagai dampak pelonggaran kebijakan moneter. Penjualan eceran pada Agustus 2017 tumbuh 5,8% (yoy) setelah turun 3,3% (yoy) pada bulan sebelumnya (Grafik 2.13). Memasuki triwulan III 2017, penjualan otomotif membaik tercermin dari penjualan motor dan mobil yang tumbuh positif pada Agustus 2017. Dari sisi pendapatan, upah riil buruh tani dan NTP tumbuh positif. Selain itu, tingkat keyakinan konsumen tetap pada level optimis pada triwulan III 2017, meskipun sedikit turun pada Agustus 2017. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Bank Indonesia pada Agustus 2017 tercatat sebesar 121,9, sedikit melemah dari Juli 2017 sebesar 123,4 (Grafik 2.14).

Investasi diperkirakan terus tumbuh meningkat, ditopang oleh kinerja investasi bangunan. Kinerja investasi bangunan tumbuh tinggi sejalan dengan belanja pemerintah, khususnya belanja modal yang hingga Agustus 2017 mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Investasi swasta juga meningkat, baik dalam bentuk proyek listrik dan jalan oleh BUMN maupun dalam bentuk perumahan tipe menengah-bawah. Indikasi investasi bangunan yang menguat juga ditunjukkan oleh penjualan semen yang tumbuh meningkat memasuki awal triwulan III 2017 (Grafik 2.15).

Penjualan EceranGrafik 2.13

Indeks Keyakinan KonsumenGrafik 2.14

Penjualan SemenGrafik 2.15

I II III IV I II III IV I II III* 1 2 3 4 5 6 7 8

-10

-20

0

10

20

30

40

Makanan,Minuman & TembakauSandang

Peralatan Informasi dan KomunikasiPerlengkapan Rumah Tangga Lainya

Suku Cadang AksesorisTotal2015 2016 2017 2017

* data s.d. bulan Agustus 2017Sumber: Bank Indonesia

% yoy

80

90

100

120

110

140

130

I II III IV 1 2 3 4 5 6 7 8I II III IV I II III*

Indeks

2015 2016 2017 2017Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Keyakinan Saat IniIndeks Ekspektasi Konsumen

* data s.d. bulan Agustus 2017Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia; data s.d. Juli 2017

I II III IV I II III IV I II III IV I II III2015 2016 20172014

2

-6-8

-2-4

0

4

86

1210

% yoy

Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter September 2017 11

Kinerja investasi juga didukung oleh menguatnya investasi nonbangunan. Perkiraan perbaikan investasi nonbangunan terutama pada industri berbasis ekspor komoditas sejalan dengan tetap tingginya harga komoditas dunia. Investasi nonbangunan yang menguat terindikasi dari impor bahan baku dan barang modal periode Januari-Agustus 2017 yang membaik dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Penjualan alat berat juga terus meningkat pada Juli 2017 dengan kenaikan pada semua sektor (Grafik 2.16). Di sisi alat angkutan, impor suku cadang dan perlengkapan alat angkutan terus meningkat (Grafik 2.17). Selain itu, kegiatan usaha terindikasi meningkat sejalan dengan PMI Markit yang membaik dari Juli ke Agustus 2017 dan kembali pada fase ekspansi (di atas 50). Perbaikan ini terkait dengan peningkatan new order serta bisnis ekspor.

Kinerja ekspor diperkirakan lebih positif. Realisasi ekspor nonmigas riil pada Agustus 2017 tumbuh 8,04% (yoy), meski lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh tinggi karena efek musiman dan base effect pergeseran periode lebaran (Grafik 2.18). Menurut kelompok komoditi, ekspor pertanian tumbuh 32,8% (yoy) ditopang oleh ekspor minyak nabati, sejalan dengan masih kuatnya permintaan di tengah moderasi harga. Sementara itu, ekspor batubara secara riil mengalami kontraksi meski masih tumbuh positif secara nominal ditopang oleh tingginya perbaikan harga. Ekspor riil manufaktur mulai tumbuh positif meskipun terbatas bersumber dari ekspor barang dari logam tidak mulia, karet olahan, alas kaki, serta kendaraan dan bagiannya.

Harga komoditas ekspor relatif tetap tinggi. Harga komoditas pertambangan pada Juli dan Agustus 2017 tercatat tetap tumbuh tinggi, terutama pada komoditas batubara didorong oleh tetap tingginya permintaan dunia (Grafik 2.19). Sementara harga ekspor produk manufaktur tercatat tumbuh relatif stabil pada

Penjualan Alat Berat United TractorsGrafik 2.16

Indikator Investasi Nonbangunan (Alat Angkut)Grafik 2.17

Sumber: United Tractors, diolah

150

50

0

100

200

300

250

400

350

Unit

1 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7

2015 2016 2017

Pertambangan Pertanian Konstruksi Kehutanan

-25

0

25

50

40

-40-60

0-20

20

60

10080

140120

1 2 3 5 6 7 84I II III IV I II I IIIII IV III*

% yoy % yoy, cma

Investasi Nonbangunan (kendaraan)Impor Mobil penumpang (skala kanan)Impor Suku Cadang dan Peralatan untuk Alat Angkut (skala kanan)Penjualan Mobil Niaga (skala kanan)

Sumber: BPS, CEIC, Data CMA3

2015 2016 2017 2017

Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter September 201712

triwulan III 2017. Di sisi lain, harga komoditas pertanian tumbuh lebih rendah disebabkan oleh koreksi harga minyak nabati terkait melimpahnya pasokan.

Konsumsi Pemerintah pada triwulan III 2017 diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Prakiraan tersebut disebabkan estimasi perubahan komposisi belanja sehingga belanja barang dan bantuan sosial meningkat. Belanja pemerintah pusat pada periode hingga Agustus 2017 tumbuh 7,9% (yoy) lebih tinggi dari tahun sebelumnya 3,8% (yoy) terutama pada bantuan sosial. Di sisi lain, realisasi belanja dalam bentuk belanja barang tercatat masih terbatas sejalan dengan upaya pemerintah untuk mendorong penyerapan belanja yang lebih tepat sasaran (efektif ).

Di sisi sektoral, meskipun masih lemah, perbaikan mulai terlihat pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restauran. Sektor Industri Pengolahan juga diperkirakan mulai membaik terutama di sektor-sektor yang terkait dengan kegiatan ekspor, seperti alat angkut serta kimia dan farmasi.

Ke depan, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan membaik ditopang oleh perbaikan investasi dan kinerja ekspor yang masih kuat. Pertumbuhan ekonomi ke depan akan semakin membaik sejalan dengan pengeluaran Pemerintah yang meningkat dan pelonggaran kebijakan moneter Bank Indonesia. Dengan perbaikan pada paruh kedua 2017, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan 2017 masih dalam kisaran 5,0-5,4% dan akan meningkat menjadi 5,1-5,5% pada tahun 2018.

Perkembangan Ekspor RiilGrafik 2.18

Indeks Harga EksporGrafik 2.19

010

-40

-20-30

-10

20

4030

6050

2 3 5 6 7 84I II III IV I II III IV I II III IV I II III*

2015 2016 2017 2017 2017

Total PertanianPertambangan Manufaktur

% yoy

* data s.d. bulan Agustus 2017Sumber: Bank Indonesia;

* data s.d. bulan Agustus 2017Sumber: Bank Indonesia

2015 2016 2017 2017

% yoy

100

-20

-30

-10

20

4030

60

50 Total

PertanianPertambanganManufaktur

2 3 5 6 7 84I II III IV I II I IIIII IV III*

Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter September 2017 13

NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

Neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus pada Agustus 2017. Surplus neraca perdagangan Agustus 2017 tercatat sebesar 1,72 miliar dolar AS, setelah pada Juli 2017 mencatat defisit sebesar 0,27 miliar dolar AS (Grafik 2.20). Surplus tersebut didukung oleh peningkatan surplus neraca perdagangan nonmigas yang melampaui peningkatan defisit neraca perdagangan migas. Secara kumulatif Januari-Agustus 2017, surplus neraca perdagangan tercatat 9,11 miliar dolar AS, jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,13 miliar dolar AS.

Surplus neraca perdagangan nonmigas pada Agustus 2017 tercatat 2,41 miliar dolar AS, lebih besar dibandingkan dengan surplus bulan sebelumnya yang sebesar 0,34 miliar dolar AS. Meningkatnya surplus neraca perdagangan nonmigas tersebut dipengaruhi oleh ekspor nonmigas yang meningkat 1,49 miliar dolar AS (mtm), sementara impor nonmigas turun 0,58 miliar dolar AS (mtm). Peningkatan ekspor nonmigas terutama didorong oleh peningkatan ekspor lemak dan minyak hewan nabati, bahan bakar mineral, mesin/peralatan listrik, perhiasan/permata, dan barang-barang rajutan. Sementara itu, penurunan impor nonmigas terutama disebabkan oleh turunnya impor kendaraan dan bagiannya, perangkat optik, kapas, pupuk, serta perhiasan/permata. Dengan perkembangan tersebut, surplus neraca perdagangan nonmigas pada periode Januari-Agustus 2017 tercatat 11,44 miliar dolar AS (ytd).

Neraca perdagangan migas pada Agustus 2017 mencatat defisit 0,68 miliar dolar AS, sedikit lebih besar dari 0,61 miliar dolar AS pada Juli 2017. Peningkatan defisit neraca perdagangan migas tersebut dipengaruhi oleh peningkatan impor migas sebesar 0,18 miliar dolar AS (mtm), terutama impor minyak mentah, yang melebihi peningkatan ekspor migas yang sebesar 0,11 miliar dolar AS. Secara kumulatif,

Neraca PerdaganganGrafik 2.20

Miliar dolar AS

-2

-1

0

1

2

3

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 82015 2016 2017

Nonmigas Migas Neraca Perdagangan (Total)

Sumber: BPS, diolah

Aliran Dana Nonresiden Pada Aset RupiahGrafik 2.21

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul

Sumber: Bank Indonesia, IDX, Bloomberg, diolah

-2

-3

-1

0

2

1

3

4

2015 2016 2017

SBSN Saham SUN SBI

Miliar doalr AS

Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter September 201714

defisit neraca perdagangan migas pada periode Januari-Agustus 2017 tercatat 5,33 miliar dolar AS (ytd).

Sementara itu, aliran dana masuk nonresiden masih terus berlanjut (Grafik 2.21). Jumlah aliran dana masuk nonresiden pada Agustus 2017 tercatat 77 juta dolar AS. Investor nonresiden meningkatkan kepemilikan aset domestik pada instrumen SUN dan SBSN masing-masing menjadi sebesar 652,5 juta dolar AS dan 93,41 juta dolar AS. Secara kumulatif Januari-Juni 2017, aliran masuk modal asing ke pasar keuangan Indonesia mencapai 9,17 miliar dolar AS.

Dengan perkembangan tersebut, cadangan devisa pada akhir Agutus 2017 mencatat peningkatan. Posisi cadangan devisa Indonesia pada Agustus 2017 tercatat 128,8 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir Juli 2017 yang sebesar 127,8 miliar dolar AS (Grafik 2.22). Peningkatan tersebut terutama dipengaruhi oleh penerimaan devisa yang berasal dari penerimaan pajak dan devisa hasil ekspor migas bagian pemerintah, serta hasil lelang Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) valas. Penerimaan devisa tersebut melampaui kebutuhan devisa terutama untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan SBBI valas jatuh tempo. Posisi cadangan devisa pada akhir Agustus 2017 tersebut cukup untuk membiayai 8,9 bulan impor atau 8,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

NILAI TUKAR RUPIAH

Nilai tukar rupiah bergerak relatif stabil dan cenderung mengalami apresiasi. Secara rata-rata bulanan, rupiah pada Agustus 2017 menguat sebesar 0,02% ke level Rp13.343 per dolar AS (Grafik 2.23). Secara point-to-point (ytd), Rupiah juga menguat sebesar 0,97% (ptp) dari Rp13.473 menjadi Rp13.343 (Grafik 2.24). Penguatan tersebut didukung oleh aliran masuk

Cadangan DevisaGrafik 2.22

Pergerakan Nilai Tukar RupiahGrafik 2.23

0

5

6

7

8

9

Sumber: Bank Indonesia

Miliar dolar AS Bulan

2015 2016 20171 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8

0

30

60

90

120

150Cadangan DevisaBulan Impor dan Pembayaran Utang

Pemerintahan (Skala kanan)

13.300

13.100

13.200

13.150

13.250

13.350

13.450

13.400

13.500Rupiah per dolar AS

IDR/USDRata-rata BulananRata-rata Triwulanan

Data s.d 31 Agustus 17

Sumber: ReutersApr Mei Jun Jul Ags

1 6 11 16 21 26 1 6 11 16 21 26 31 5 10 15 20 25 30 5 10 15 20 25 30 4 9 14 19 24 29

13.321

13.304 13.298

13.346 13.343

13.345

13.34513.309 13.343

Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter September 2017 15

dana asing ke pasar keuangan domestik seiring prospek imbal hasil yang positif dan kegiatan penjualan valas oleh korporasi domestik.

Dari sisi eksternal, penguatan Rupiah pada Agustus 2017 disebabkan oleh pelemahan dolar AS terutama akibat rilis data pertumbuhan ekonomi AS yang lebih rendah dibandingkan ekspektasi pasar dan pernyataan Gubernur The Fed yang cenderung dovish terkait rencana kenaikan lanjutan FFR paska melemahnya data durable goods AS pada Juni 2017.

Dari sisi domestik, penguatan rupiah ditopang oleh perkembangan positif data makroekonomi antara lain terkait inflasi Juli 2017 yang lebih baik dari ekspektasi. Meskipun demikian, penguatan Rupiah sedikit tertahan paska rilis PDB triwulan II - 2017 yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ekspektasi pasar.

Volatilitas nilai tukar Rupiah tetap terjaga dan lebih rendah dibandingkan negara-negara peers. Volatilitas rupiah hingga akhir Agustus 2017 tercatat paling rendah dibandingkan rata-rata negara peers, seperti Rand (Afrika Selatan), Lira (Turki), Real (Brazil), Won (Korea Selatan), Peso (Filipina), Bath (Thailand), Rupee (India), Dolar Singapura (Singapura), dan Ringgit (Malaysia) (Grafik 2.25).

INFLASI

Inflasi terkendali pada level yang lebih rendah dari perkiraan semula. Realisasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Agustus 2017 tercatat mengalami deflasi sebesar 0,07% (mtm), lebih baik dibandingkan dengan rata-rata historis bulan Agustus tiga tahun terakhir yang mencatat inflasi sebesar 0,28% (mtm). Dengan demikian, inflasi IHK hingga Agustus 2017 secara kumulatif tercatat 2,53% (ytd) atau secara tahunan mencapai 3,82% (yoy) - (Grafik 2.26). Perkembangan ini merupakan dampak terjaganya pasokan, pengaruh faktor musiman pascalebaran dan liburan sekolah, dan kontribusi positif berbagai kebijakan yang

Nilai Tukar KawasanGrafik 2.24

Perkembangan InflasiGrafik 2.26

Volatilitas Nilai Tukar – Peer GroupGrafik 2.25

YTD 2017 vs 2016

Sumber: Bloomberg

IDR

KRW

INRBRLZAR

THB

EUR

VIYR

TRYPHP

-20 -15 -10 -15 0 5 10 15

-16,16 -3,12-5,32

-4,94

-0,22

-0,07

%

7,97

2,04

5,04

0,97

11,70

6,94

2,616,08

2,813,37

9,575,67

11,24

1,83

Data s.d 31 Agustus 2017

Point-to-pointRata - rata

Sumber: Bloomberg

ZAR TRY BRL KRW PHP THB INR MYR IDRSGD

%

0

10

5

15

25

20

30

YTD 2017

2016

Rata-rata YTD-17

Data s.d 31 Agustus 2017

Sumber: BPS, diolah

8

0

-4

4

12

16

20

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 82015 2016 2017

9,31

2,98

1,05

3,82

IHK -0,07 3,82 2,53Inti 0,28 2,98 2,15Adm. Prices -0,48 9,31 7,35Volatile Food -0,87 1,05 -0,89

Agustus 2017 mtm yoy ytd

% yoy

IHK Volatile Food

Inti Administered Prices

Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter September 201716

ditempuh Pemerintah disertai koordinasi yang kuat bersama Bank Indonesia.

Inflasi inti pada Agustus 2017 tercatat cukup rendah dan bahkan lebih rendah dibandingkan dengan inflasi inti bulan Agustus tiga tahun terakhir. Realisasi inflasi inti pada periode ini tercatat 0,28% (mtm) (Grafik 2.27). Meski sedikit meningkat dibandingkan realiasi inflasi inti pada bulan sebelumnya (0,26%,mtm), perkembangan inflasi inti pada Agustus 2017 tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata inflasi inti Agustus tiga tahun terakhir, yaitu 0,45% (mtm). Perkembangan inflasi inti pada bulan Agustus 2017 dipengaruhi oleh melambatnya tekanan kelompok non-traded dibandingkan bulan lalu, sementara tekanan pada kelompok traded mengalami sedikit peningkatan antara lain pada komoditas garam dan emas perhiasan. Secara kumulatif, inflasi inti sampai dengan bulan Agustus 2017 tercatat 2,15% (ytd) dan secara tahunan sebesar 2,98% (yoy). Perkembangan inflasi inti yang masih berada dalam level yang cukup rendah tersebut secara umum dipengaruhi oleh masih terbatasnya tekanan permintaan domestik, nilai tukar yang stabil dan ekspektasi inflasi yang terkendali (Grafik 2.28).

Kelompok volatile food (VF) tercatat mengalami deflasi pada Agustus 2017, bersumber dari koreksi harga pada beberapa komoditas pangan strategis. Deflasi kelompok VF pada bulan Agustus 2017 tercatat 0,87% (mtm), setelah pada bulan sebelumnya tercatat mengalami inflasi sebesar 0,17% (mtm). Perkembangan VF pada bulan Agustus yang mengalami deflasi ini berbeda dari pola historis bulan Agustus dalam tiga tahun terakhir yang mengalami rata-rata inflasi sebesar 0,16% (mtm) - (Grafik 2.29). Deflasi VF pada Agustus 2017 bersumber dari koreksi harga pada beberapa komoditas pangan strategis seperti bawang merah, bawang putih, dan cabai rawit. Meski demikian, deflasi VF lebih dalam tertahan oleh meningkatnya harga beberapa komoditas

Inflasi IntiGrafik 2.27

Ekspektasi Inflasi KonsumenGrafik 2.28

Inflasi Volatile FoodGrafik 2.29

Sumber: BPS, diolah

% mtm

0,4

0,0

0,2

0,6

0,8

1,0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 89 10 11 122015 2016 2017

Inti Inti Traded Inti Non-Traded

Sumber: Bank Indonesia20112010 2012

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 13 5 7 9 11

150

130

140

120

160

180

200

170

190

5

0

10

15

20Indeks %, yoy

In�asi IHK Aktual (skala kanan)Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 3 bln yadIndeks Ekspektasi Harga Konsumen 6 bln yad

Sumber: BPS, diolah

%, mtm

In�asi VF 2016In�asi VF 2017

In�asi VF 2015

Rata-rata 2010-2012

0

-2

2

4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter September 2017 17

seperti cabai merah, telur ayam ras, dan daging ayam ras (Tabel 2.1). Dengan demikian, secara kumulatif inflasi VF sampai dengan Agustus 2017 tercatat mengalami deflasi 0,89% (ytd), sedangkan secara tahunan inflasi VF tercatat 1,05% (yoy).

Kelompok administered prices (AP) pada Agustus 2017 juga tercatat mengalami deflasi meski secara tahunan masih berada pada level yang cukup tinggi. Kelompok AP pada bulan ini mencatat deflasi 0,48% (mtm), setelah pada bulan sebelumnya tercatat mengalami inflasi sebesar 0,07% (mtm). Deflasi AP pada Agustus 2017 ini lebih dalam dari rata-rata deflasi pada tiga tahun terakhir yang sebesar 0,11% (mtm). Deflasi administered prices pada bulan Agustus 2017 disumbang oleh turunnya tarif angkutan udara dan angkutan antar kota seiring berakhirnya masa liburan sekolah dan lebaran. Sementara itu, komoditas AP yang mengalami kenaikan harga adalah komoditas rokok akibat kenaikan cukai rokok (Tabel 2.2). Dengan perkembangan inflasi AP pada Agustus 2017, secara kumulatif inflasi AP tercatat 7,35% (ytd) dan secara tahunan sebesar 9,31% (yoy) - (Grafik 2.30).

Secara spasial, sebagian besar wilayah tercatat mengalami deflasi IHK pada Agustus 2017 (Gambar 2.1). Deflasi terutama terjadi di daerah-daerah KTI dan Jawa yang secara agregat mengalami deflasi masing-masing sebesar -0,30% (mtm) dan -0,09% (mtm). Deflasi di KTI terutama disumbang oleh deflasi di berbagai daerah di Sulampua dan Kalimantan, terutama yang terdalam di Maluku (-2,08%, mtm), Sulawesi Tenggara (-1,55%, mtm), Maluku Utara (-1,51%, mtm), Gorontalo (-0,97%, mtm), dan Kalimantan Utara (-0,80%, mtm). Sementara itu, separuh daerah di Sumatera mengalami inflasi. Perkembangan harga di sebagian besar daerah tersebut secara agregat mendukung pada pencapaian sasaran inflasi 2017 yaitu 4±1%.

Inflasi Administered PricesGrafik 2.30

Penyumbang Inflasi/Deflasi Volatile foodTabel 2.1

Penyumbang Inflasi Administered PricesTabel 2.2

No. KomoditasIn�asi/De�asi

(% mtm)Sumbangan

(%)

Sumber: BPS, diolah

INFLASI 1 Cabai merah 8,41 0,042 Daging ayam ras 0,96 0,013 Telur ayam ras 1,64 0,014 Apel 2,96 0,015 Anggur 5,70 0,01

DEFLASI1 Bawang merah -10,63 -0,062 Bawang putih -14,60 -0,053 Cabai rawit -12,07 -0,024 Tomat sayur -7,49 -0,025 Bayam -3,84 -0,01

Administered Prices (mtm)Administered Prices (yoy - skala kanan)

0

-5

-10

5

15

10

4

2

0

-2

-4

6

10

8

% %

Sumber: BPS, diolah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 89 1011122015 2016 2017

No. KomoditasIn�asi/De�asi

(% mtm)Sumbangan

(%)

Sumber: BPS, diolah

12

123

Rokok kretek �lterRokok kretek

Angkutan udaraAngkutan antar kotaTarif listrik

0,570,59

-7,20-1,48-0,15

0,010,01

-0,08-0,01-0,01

INFLASI

DEFLASI

Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter September 201718

PERKEMBANGAN MONETER

Transmisi pelonggaran kebijakan moneter terus berlangsung. Transmisi pelonggaran kebijakan moneter melalui jalur suku bunga berjalan cukup efektif sebagaimana tercermin dari berlanjutnya penurunan suku bunga deposito dan suku bunga kredit pada Juli 2017. Namun, transmisi melalui jalur kredit berjalan lebih tercermin dari masih rendahnya pertumbuhan kredit meskipun membaik dibandingkan bulan sebelumnya. Di pasar uang, suku bunga menurun sebagai respons terhadap penurunan suku bunga kebijakan dan terjaganya likuiditas. Sementara itu, likuiditas perekonomian dalam arti luas (M2) tumbuh lebih rendah dibanding bulan sebelumnya karena faktor menurunnya Aktiva Dalam Negeri Bersih terutama dipengaruhi oleh kontraksi operasi keuangan Pemerintah. Di pasar keuangan, pasca penurunan suku bunga kebijakan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan peningkatan hingga kembali mencatatkan rekor tertinggi. Demikian halnya dengan yield SBN yang terus melanjutkan tren penurunan pasca penurunan suku bunga kebijakan disertai sentimen positif domestik.

Peta Inflasi Daerah Agustus 2017 (%, mtm)Gambar 2.1Sumber: BPS, diolah

0,5% < Inf < 1,0% Inf < 0%0% < Inf < 0,5%1,0% < Inf < 2,0%2,0% < Inf < 3,0%Inf > 3,0%

ACEH0,60

SUMUT1,01

SUMBAR-0,28

RIAU0,23

JAMBI-0,19

SUMSEL-0,16

BENGKULU0,19

LAMPUNG-0,38

KEP. RIAU0,04

KEP. BABEL-0,75

BANTEN-0,01

DKI JAKARTA0,13

JABAR-0,09

JATENG-0,51

DIY-0,45

JATIM-0,25

BALI0,30

KALBAR0,14

KALTENG-0,32

KALSEL0,01

KALTIM-0,29

NTB-0,25

NTT-0,52

SULUT0,21

GORONTALO-0,97

SULTENG0,05

SULSEL-0,26

SULBAR0,42

SULTRA-1,55

MALUT-1,51

MALUKU-2,08

PAPBAR-0,62 PAPUA

-0,08

In�asi Nasional: -0,07%, mtmKALTARA-0,80

Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter September 2017 19

Suku bunga PUAB O/N menurun sebagai respons terhadap penurunan suku bunga kebijakan. Pada Agustus 2017, rata-rata harian (RRH) suku bunga PUAB O/N tercatat 4,25%, turun 6 bps dari bulan sebelumnya yang sebesar 4,31%. (Grafik 2.31). Spread antara RRH suku bunga PUAB O/N dengan 7-Day- RR Rate tercatat sebesar 42 bps, turun tipis dibanding spread pada bulan sebelumnya sebesar 44 bps. Pergerakan suku bunga PUAB O/N selama Agustus 2017 secara konsisten masih berada pada koridor suku bunga kebijakan Bank Indonesia, baik pada periode sebelum maupun sesudah penurunan suku bunga kebijakan.

Likuiditas tetap terjaga ditengah meningkatnya volume PUAB. RRH volume PUAB pasca penurunan suku bunga kebijakan pada Agustus 2017 tercatat Rp13,99 triliun. Untuk keseluruhan Agustus 2017, rata-rata harian volume PUAB tercatat Rp13,14 triliun, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar Rp11,37 triliun (Grafik 2.32). Sementara itu, spread min-max PUAB O/N pada Agustus 2017 sebesar 17 bps, sedikit lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya yang sebesar 13 bps. Kondisi ini didorong oleh penyerapan likuiditas oleh Pemerintah dalam bentuk penerbitan SBN dan pajak pada minggu ke-2 dan ke-3 Agustus 2017. Selain itu, terjaganya likuiditas PUAB juga terindikasi dari intensitas tekanan likuiditas pada sore hari yang tercatat lebih rendah dibandingkan dengan tekanan sesi pagi.

Sementara itu, penurunan suku bunga deposito masih berlanjut meski cenderung terbatas. Pada Juli 2017, rata-rata tertimbang (RRT) suku bunga deposito turun 2 bps menjadi 6,49%. Penurunan suku bunga deposito terutama terjadi pada tenor 3 dan 6 bulan yakni masing-masing turun 6 bps, sehingga mengimbangi penurunan suku bunga deposito yang sebelumnya didominasi oleh tenor-tenor panjang. Secara kumulatif hingga posisi Juli 2017 penurunan suku bunga deposito mencapai 23 bps. Penurunan suku bunga deposito lebih Suku Bunga PUAB O/N & Volume DF O/NGrafik 2.32

BI 7DRR, DF Rate dan Suku Bunga PUAB O/NGrafik 2.31

Sumber: Bank Indonesia

rPUAB O/N

%

3,503,754,004,25

5,505,756,006,256,506,757,00

7,507,758,00

7,25

4,504,755,005,25

30-M

ar-1

613

-Apr

-16

27-A

pr-1

611

-Mei-

1625

-Mei-

168-

Jun-

1622

-Jun-

166-

Jul-1

620

-Jul-1

63-

Ags-1

617

-Ags

-16

31-A

gs-1

614

-Sep

-16

28-S

ep-1

612

-Okt

-16

26-O

kt-1

69-

Nov-

1623

-Nov

-16

7-De

s-16

21-D

es-1

64-

Jan-

1718

-Jan-

171-

Feb-

1715

-Feb

-17

1-M

ar-1

715

-Mar

-17

29-M

ar-1

712

-Apr

-17

26-A

pr-1

710

-Mei-

1724

-Mei-

177-

Jun-

1721

-Jun-

175-

Jul-1

719

-Jul-1

72-

Ags-1

716

-Ags

-17

30-A

gs-1

7

BI RateDF RateLF Rate7 DRR Rate (Setelah 19 Agustus 2016)

% Rp Triliun

-20406080100120140160180200

Vol DF (Skala kanan) Vol PUAB ON (Skala kanan) rPUAB ONrDF BI Rate 7 DRR Rate

2013 2014 2015 2016 2017Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Jan Mar MeiMar Mei Jul Sep Nov Jul

3

4

5

6

7

8

9

10

11

Sumber: Bank Indonesia

Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter September 201720

didominasi oleh kelompok bank BUKU 1 dan 2, sementara penurunan suku bunga deposito pada kelompok bank BUKU 4 semakin terbatas.

Penurunan suku bunga kredit pada Juli 2017 tercatat lebih besar dibandingkan dengan penurunan suku bunga deposito. Pada Juli 2017, suku bunga kredit tercatat 11,73% atau turun 4 bps dari suku bunga kredit pada Juni 2017 (Grafik 2.33). Penurunan suku bunga terjadi pada semua jenis penggunaan kredit. Kredit Investasi turun 3 bps, Kredit Konsumsi turun 7 bps, sedangkan Kredit Modal Kerja turun 5 bps. Dengan perkembangan tersebut, secara kumulatif hingga posisi Juli 2017, penurunan suku bunga kredit mencapai 31 bps. Dengan penurunan suku bunga kredit (4 bps) yang lebih besar daripada penurunan suku bunga deposito (2 bps), spread suku bunga deposito-kredit menyempit dari 526 bps menjadi 524 bps pada Juli 2017 (Grafik 2.34).

Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 melambat. Pada Juli 2017, uang beredar dalam arti luas (M2) tumbuh 9,2% (yoy), lebih rendah dari 10,3% (yoy) pada bulan sebelumnya. Melambatnya pertumbuhan M2 terutama bersumber dari komponen M1 yang tumbuh 12,2% (yoy), lebih rendah dari 13,2% (yoy) pada bulan sebelumnya (Grafik 2.35). Demikian pula pada komponen uang kuasi yang tumbuh 8,1% (yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 9,2% (yoy). Melambatnya pertumbuhan M1 didorong oleh penurunan kartal dan giro Rupiah bank. Sementara itu, melambatnya pertumbuhan uang kuasi terutama dipengaruhi oleh lebih rendahnya pertumbuhan deposito dan menurunnya giro valas.

Melambatnya pertumbuhan M2 bersumber dari Aktiva Dalam Negeri Bersih (Net Domestic Assets atau NDA) yang tumbuh lebih rendah. Pada Juli 2017, NDA tumbuh 4,8% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan bulan Juni 2017 yang sebesar 7,8% (yoy). Melambatnya pertumbuhan NDA ini terutama disebabkan oleh kontraksi

Suku Bunga KMK, KI dan KKGrafik 2.33

Pertumbuhan Komponen M2Grafik 2.35

Selisih Suku Bunga PerbankanGrafik 2.34

%

13,14

11,73

11,07

10,97RRT Sb Kredit

Sumber: Bank Indonesia2013 2014 2015 2016 2017

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 1 3 5 79 11

rKMK rKI rKK

10

11

12

13

14

Sumber: Bank Indonesia

9

54

76

8

10

1211

1413

7

6

5

4

3

2

1

-

% %

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 1 3 5 79 112013 2014 2015 2016 2017

RRT Sb KreditBI RateRRT Sb Depo

LF Rate 7 Days RRSpread Kredit - Depo (rhs)

Sumber: Bank Indonesia

02468

101214161820

M2 M1

2014 2015 2016 20171 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 1 3 5 79 11

Kuasi

%

Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter September 2017 21

operasi keuangan Pemerintah Pusat. Hal ini tercermin dari kewajiban kepada Pemerintah Pusat (simpanan Pemerintah Pusat di BI dan perbankan) yang tumbuh meningkat dari 20,9% (yoy) pada Juni 2017 menjadi 37,7% (yoy) pada Juli 2017. Di sisi lain, Aktiva Luar Negeri Bersih (Net Foreign Assets atau NFA) mencatat kenaikan pertumbuhan sebesar 22,0%, lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya yang sebesar 17,4% (Grafik 2.36).

PERKEMBANGAN SEKTOR KEUANGAN

Perbankan

Ketahanan industri perbankan tetap kuat didukung oleh memadainya rasio kecukupan modal dan terkendalinya risiko kredit. Pada Juli 2017, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) tercatat sebesar 23,0%, jauh di atas ketentuan minimum 8% dan rasio likuiditas (AL/DPK) berada pada level 23,3%. Kondisi ini mencerminkan tetap tingginya resiliensi perbankan terhadap tekanan dan gejolak di perekonomian. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) tercatat sebesar 3,0% (gross) atau 1,4% (net).

Fungsi intermediasi perbankan masih berjalan lambat dengan tingkat pertumbuhan kredit yang masih rendah. Pada Juli 2017, pertumbuhan kredit masih cukup rendah yakni sebesar 8,2% (yoy) walaupun mengalami perbaikan dibanding sebelumnya yang sebesar 7,8% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan Kredit Modal Kerja (KMK) dan Kredit Konsumsi (KK) menopang perbaikan pertumbuhan kredit pada bulan Juli 2017 (Grafik 2.37). Sementara itu, berdasarkan jenis mata uang, membaiknya pertumbuhan kredit terutama terjadi pada kredit valas, sedangkan pertumbuhan kredit rupiah tumbuh relatif stabil.

Pertumbuhan Faktor yang Memengaruhi M2Grafik 2.36

Pertumbuhan Kredit Menurut PenggunaanGrafik 2.37

Sumber: Bank Indonesia

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 1 3 5 79 112012 2013 2014 2015 2016 2017

%

NFA NDA-NCG NDA-Kredit M2

6 8 10 12 6 8 10 122 4 6 8 10 122 4 6 8 10 122 4 6 8 10 122 4 62 4

KMKKIKK

Total

(%, YoY)

Data s.d Juli 2017Sumber: Bank Indonesia

2012 2013 2014 2015 2016 2017

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter September 201722

Secara sektoral, membaiknya pertumbuhan kredit pada Juli 2017 terutama terjadi pada sektor konstruksi dan sektor pertanian (Grafik 2.38). Pertumbuhan penyaluran kredit ke sektor klonstruksi merupakan yang tertinggi dibanding kredit ke sektor lainnya yakni mencapai 24,22% (yoy), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Demikian halnya dengan pertumbuhan kredit ke sektor pertanian yang juga tumbuh cukup tinggi yakni mencapai 12,23% (yoy) atau meningkat dibanding bulan sebelumnya yang sebesar 11,42% (yoy). Di sisi lain, pertumbuhan penyaluran kredit ke sektor industri yang memiliki porsi kredit yang cukup dominan justru tumbuh melambat menjadi 5,25% (yoy) dari bulan sebelumnya 5,29% (yoy). Pertumbuhan kredit ke sektor pertambangan juga tercatat lebih rendah pada Juli 2017 menjadi 1,21% (yoy) dari bulan sebelumnya yang sebesar 2,07% (yoy).

Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat melambat. DPK tumbuh 9,7% (yoy) pada Juli 2017, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 10,3% (yoy) (Grafik 2.39). Melambatnya pertumbuhan DPK ini terutama disebabkan oleh komponen giro dan deposito. Di sisi lain, pertumbuhan tabungan masih relatif stabil. Berdasarkan jenis mata uang, melambatnya pertumbuhan DPK terjadi terutama pada DPK valas sedangkan DPK rupiah tumbuh membaik. Pada bulan Juli 2017, pertumbuhan giro rupiah terutama bersumber dari pertumbuhan giro milik korporasi dan Pemerintah Daerah. Sementara itu, deposito rupiah tercatat tumbuh melambat pada Juli 2017 terutama untuk deposito milik perorangan.

Pasar Saham

Pasar saham domestik pada Agustus 2017 menguat dibanding bulan sebelumnya dan kembali mencatatkan rekor tertinggi. IHSG tumbuh positif dengan ditutup di level 5.864,06 pada akhir Agustus 2017 atau naik 23 poin (0,4%, mtm). IHSG bahkan kembali mencatatkan rekor

Pertumbuhan Kredit Menurut Sektor EkonomiGrafik 2.38

Pertumbuhan DPKGrafik 2.39

Sumber: Bank Indonesia

Konstruksi

Perdagangan

IndustriLain-lain

Pengangkutan

Pertanian

Jasa SosialJasa Dunia Usaha

ListrikPertambangan

%

Juli 2017

Juni 2017

3,43

-2,03

5,29

9,01

21,58

11,42

12,05

14,86

2,07

14,36

-5 0 5 10 30252015

-0,89

4,14

9,25

5,25

24,22

12,23

12,76

16,88

1,21

11,18

Data s.d Juli 2017Sumber: Bank Indonesia

201420132012 2015 2016 2017Mar Jun Sep DesJun Sep Des MarMar Jun Mar JunSep DesJun Sep DesMar Jun Sep Des

10

5

0

-5

15

20

25

30

35(%, YoY)

Giro Tabungan Deposito

Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter September 2017 23

tertinggi baru (all time high) di level 5.915,36 pada 25 Agustus 2017 dan terus menunjukkan tren penguatan. Penguatan IHSG tersebut juga didukung oleh fundamental makro yang masih kondusif tercermin dari rilis data inflasi yang terjaga, pergerakan nilai tukar yang relatif stabil dan prospek pertumbuhan ekonomi domestik yang masih dalam teritori positif.

Penguatan IHSG sejalan dengan kinerja sebagian besar bursa global yang menguat. Meski tidak setinggi penguatan pada bursa di regional seperti Thailand (2,5%) dan Malaysia (0,7%), kinerja IHSG cukup baik dibandingkan dengan bursa di negara kawasan lain yang mengalami koreksi dengan kisaran antara -0,1% (Vietnam) hingga -1,6% (Singapura) - (Grafik 2.40).

Mayoritas indeks sektoral menguat seiring optimisme terhadap perekonomian domestik (Grafik 2.41). Sektor yang mengalami penguatan terbesar adalah sektor properti (3,2%), diikuti oleh sektor infrastruktur (1,9%) dan sektor pertambangan (1,5%). Penguatan sektor properti dipengaruhi oleh sentimen positif atas turunnya suku bunga kebijakan yang sesuai dengan ekspektasi investor. Di samping itu, penurunan suku bunga acuan akan mendorong turunnya suku bunga kredit properti sehingga berpotensi meningkatkan kinerja emiten. Sementara itu, penguatan sektor pertambangan dipengaruhi oleh rilis data manufaktur Tiongkok yang positif sehingga menyebabkan kenaikan harga komoditas batubara.

Investor nonresiden tercatat membukukan net jual. Pada Agustus 2017, investor non residen tercatat melakukan net jual sebesar Rp6,25 triliun, lebih rendah dari net jual bulan sebelumnya yang sebesar Rp10,64 triliun. Secara kumulatif Januari-Agustus 2017, dana asing asing yang masuk ke pasar saham domestik tercatat masih positif sebesar Rp0,48 triliun. Dengan perkembangan tersebut, porsi investor nonresiden di pasar saham pada Juni 2017 tercatat menjadi 33,1% (Grafik 2.42).

IHSG dan Indeks Bursa GlobalGrafik 2.40

Porsi Kepemilikan Saham AsingGrafik 2.42

Indeks Sektoral Agustus 2017Grafik 2.41

Singapura

TiongkokInggris

ASIndonesia

Hong KongMalaysia

Jepang

Vietnam

IndiaThailand

Filipina

-3 -2 -1 0 1 2 3%

-0,7-2,4

-0,1-1,6

-1,42,4

2,5

0,7-2,7

0,80,26

0,40

Aneka Industri

InfrastrukturIHSG

KeuanganPertambangan

Industri Dasar

Konsumsi

PertanianPerdagangan

Properti 3,2

1,1

0,7

1,52

1,86

0,4

-1,0

-2,9

-2,3

-1,3

-5 -3 -1 1 3 5%

Sumber: Bloomberg, diolah20142013 2015 2016 2017

50

100

3020

40

60

8070

10090 Residen

Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Feb Apr Jun AgsOkt Des

Non-residen

33,1

Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter September 201724

Pasar SBN

Sejalan dengan kinerja pasar saham, kinerja pasar SBN juga menguat. Pada Agustus 2017, yield SBN melanjutkan tren penurunan terutama pasca penurunan suku bunga kebijakan. Secara keseluruhan, yield tercatat turun sebesar 34 bps dari 7,00% menjadi 6,66% (mtm). Yield jangka pendek, menengah dan panjang masing-masing turun sebesar 40 bps, 35 bps dan 23 bps menjadi 6,13%, 6,64% dan 7,42%. Sementara itu, yield benchmark SBN tenor 10 tahun turun 26 bps dari 6,96% menjadi 6,70%.

Investor nonresiden tercatat melakukan net beli SBN. Pada Agustus 2017, investor nonresiden tercatat melakukan net beli sebesar sebesar Rp9,6 triliun di pasar SBN atau naik dibandingkan net beli bulan sebelumnya yang sebesar Rp5,01 triliun. Dengan perkembangan tersebut, porsi kepemilikan investor nonresiden di pasar SBN pada Agustus 2017 tercatat sebesar 38,19% (Grafik 2.43).

Pembiayaan Nonbank

Pembiayaan ekonomi nonbank terus meningkat dan secara kumulatif jauh lebih baik dibanding tahun lalu. Hingga Agustus 2017 (ytd), total pembiayaan melalui penerbitan saham perdana (IPO), rights issue, obligasi korporasi, medium term notes (MTN), Negotiable Certificate of Deposit (NCD) dan instrumen keuangan lainnya mencapai Rp197,4 triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2016 sebesar Rp130,8 triliun atau tumbuh sebesar 36,0% (yoy) - (Tabel 2.3). Masih tingginya pembiayaan melalui pasar keuangan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi domestik yang positif sehingga mampu mendorong optimisme bagi emiten. Kenaikan pembiayaan nonbank juga diikuti oleh meningkatnya porsi pembiayaan oleh emiten non sektor keuangan. Hingga Agustus 2017, penerbitan emiten sektor non-keuangan telah mencapai 53% dari total pembiayaan 2017. Kondisi ini disebabkan

Perubahan Kepemilikan SBN AsingGrafik 2.43

20142013 2015 2016 2017Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Feb Apr Jun AgsOkt Des

Sumber: Bloomberg, diolah

Rp Triliun %

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

0

10

5

15

20

25

30

35

40

Pangsa Asing-Skala kanan Total Asing Total SBN

Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter September 2017 25

naiknya pembiayaan oleh emiten sektor infrastruktur dan turunannya yang melakukan penghimpunan dana untuk membiayai pembangunan proyek infrastruktur pemerintah.

Penerbitan obligasi korporasi cukup besar dan masih mendominasi pembiayaan melalui pasar keuangan. Hingga Agustus 2017, total dana yang dihimpun melalui penerbitan obligasi korporasi mencapai Rp113,1 triliun atau tumbuh mencapai 63,8% (yoy). Penerbitan obligasi korporasi hingga Agustus 2017 lebih besar dibandingkan kebutuhan refinancing sehingga penerbitan net tercatat masih positif sebesar Rp64,8 triliun. Selain untuk memenuhi kebutuhan refinancing, faktor suku bunga dan dukungan kondisi makroekonomi yang membaik turut mendorong minat penerbitan obligasi korporasi pada 2017.

Suku bunga obligasi korporasi masih secara konsisten berada di bawah suku bunga kredit perbankan. Hal ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan besarnya minat penerbitan obligasi korporasi pada 2017. Rata-rata tertimbang suku bunga obligasi korporasi yang diterbitkan oleh issuer sektor keuangan, bank, dan nonsektor keuangan pada Agustus2017 berturut-turut sebesar 8,05%, 7,71% dan 9,08%. Suku bunga tersebut lebih rendah dibandingkan rata-rata tertimbang suku bunga kredit Agustus 2017 yang sebesar 11,68%.

Pergerakan suku bunga obligasi korporasi yang stabil di bawah suku bunga perbankan menyebabkan cost of fund perusahaan menjadi lebih rendah sehingga menjadikan penerbitan obligasi korporasi sebagai salah satu pilihan sumber pembiayaan yang menarik.

Pembiayaan melalui pasar saham juga terus meningkat. Pembiayaan melalui IPO dan rights issue hingga Agustus 2017 (ytd) tercatat Rp62,9 triliun atau tumbuh sebesar 48,6% (yoy). Jumlah perusahaan yang melakukan IPO hingga Agustus 2017 tercatat sebanyak 21 emiten atau telah melampaui jumlah emiten sepanjang tahun 2016 yang sebanyak 14 emiten. Kondisi pasar yang tengah bullish dinilai oleh korporasi memberi momentum yang tepat untuk melakukan aksi korporasi agar dana yang digalang lebih optimal. Namun demikian, maraknya aksi korporasi sepanjang 2017 belum mengindikasikan bahwa perusahaan tengah berada dalam kondisi ekspansi. Penggunaan dana belum sepenuhnya digunakan untuk belanja modal maupun ekspansi. Beberapa emiten melakukan penghimpunan dana untuk tujuan membayar utang. Namun demikian, prospek IPO dan rights issue hingga akhir 2017 diperkirakan masih akan positif didorong oleh optimisme kondisi perekonomian domestik yang membaik serta sebagai dampak program pembangunan infrastruktur pemerintah.

Pembiayaan NonbankTabel 2.3

Total Pembayaran Non BankTotal o/w Emiten Sektor KeuanganSahamo/w Emiten Sektor KeuanganObligasio/w Emiten Sektor KeuanganMTN dan Promissory Notes + NCDo/w Emiten Sektor Keuangan

Sumber: OJK, diolah

Rp Triliun

2016 2017Jan Feb Mar Jan Feb Mar Apr MeiApr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Total Jun Jul Ags Total

6,25,01,30,34,74,70,30,0

10,310,1

0,00,06,26,24,13,9

7,16,20,40,05,55,51,20,7

6,55,40,50,43,63,12,41,9

31,719,717,5

6,213,413,4

0,90,0

50,620,521,6

3,523,111,3

5,95,7

3,32,90,60,61,81,80,80,5

15,29,50,40,0

10,87,34,02,2

32,010,813,1

1,713,5

9,15,50,0

14,311,2

2,10,09,88,92,42,4

45,719,618,8

2,120,514,2

6,43,3

11,65,82,80,03,31,05,44,8

234,4126,6

79,214,8

116,286,539,025,3

1,10,40,00,00,00,01,10,4

20,515,0

1,50,7

15,711,6

3,32,8

19,311,2

8,61,67,46,53,43,1

14,59,40,60,2

12,58,91,50,3

18,715,0

3,53,1

10,57,94,84,1

86,424,343,4

4,439,417,7

3,62,2

18,86,40,30,0

16,55,22,01,1

17,910,4

5,00,0

11,29,91,70,6

197,492,262,9

9,9113,1

67,621,414,6

Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter September 201726

INDIKATOR TERKINI

SUKU BUNGA & SAHAMSuku bunga SBI 9 bln 1)

Suku bunga deposito 1 bln 2) Suku bunga deposito 3 bln 2)

JIBOR satu minggu 2)

IHSG Indeks 3)

BESARAN MONETER (miliar Rp)Uang PrimerM1(C+D) Uang Kartal (C) Uang giral (D)Uang Beredar Luas (M2 = C+D+T+S) Uang kuasi (T) Uang kuasi (Rupiah) Deposito Tabungan Total Deposito (Valas) Simpanan Giro Valuta Asing Surat Berharga Selain Saham (S)

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Uang BeredarAktiva Luar Negeri BersihAktiva Dalam Negeri Bersih Tagihan Bersih kepada Pemerintah Pusat Tagihan Kepada Sektor Lainnya

PERTUMBUHAN BESARAN MONETER (%,YOY)Uang PrimerM1(C+D) Uang Kartal (C) Uang giral (D)Uang Beredar Luas (M2 = C+D+T+S) Uang kuasi (T) Uang kuasi (Rupiah) Deposito Tabungan Total Deposito (Valas) Simpanan Giro Valuta Asing Surat Berharga Selain Saham (S)

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Uang BeredarAktiva Luar Negeri BersihAktiva Dalam Negeri Bersih Tagihan Bersih kepada Pemerintah Pusat Tagihan Kepada Sektor Lainnya

SEKTOR KEUANGAN

6,65 6,55 6,60 6,60 6,60 6,40 6,40 6,40 6,15 5,90 5,90 5,90 5,90 5,50 - - - - - -

7,51 7,32 7,06 6,95 6,79 6,80 6,66 6,67 6,63 6,46 6,36 6,46 6,46 6,42 6,44 6,37 6,37 6,30 6,32 6,30

7,90 7,97 7,75 7,27 7,21 7,00 6,98 6,94 6,84 6,75 6,69 6,69 6,75 6,74 6,69 6,64 6,62 6,62 6,56 6,54

7,80 6,65 6,06 6,04 6,07 6,74 6,19 6,20 6,24 6,05 6,11 7,80 5,81 5,85 5,86 5,88 5,89 6,97 6,00 5,24

4.615 4.771 4.845 4.839 4.797 5.017 5.216 5.386 5.365 5.423 5.149 5.297 5.294 5.387 5.568 5.685 5.738 5.830 5.841 5.864

884.788 880.077 864.248 886.034 898.768 990.242 931.372 923.063 930.783 930.538 943.432 989.565 950.992 948.398 965.480 985.340 1.004.103 1.135.099 998.242 1.005.613

1.046.257 1.035.551 1.064.738 1.089.212 1.118.768 1.184.329 1.144.501 1.135.548 1.126.046 1.142.786 1.182.730 1.237.643 1.191.500 1.196.037 1.215.762 1.245.927 1.275.893 1.341.851 1.293.235 1.274.665

439.872 422.149 420.214 435.296 440.660 511.295 474.246 466.502 469.542 467.318 476.850 508.124 470.250 462.413 468.942 483.042 485.124 561.821 517.810 526.960

606.385 613.401 644.524 653.916 678.108 673.034 670.255 669.047 656.504 675.468 705.880 729.519 721.249 733.624 746.915 762.885 790.769 780.030 775.425 747.705

4.498.361 4.521.951 4.561.873 4.581.878 4.614.062 4.737.451 4.730.380 4.746.027 4.737.631 4.778.479 4.868.651 5.004.977 4.936.882 4.942.920 5.017.644 5.033.780 5.126.370 5.225.166 5.178.079 5.218.477

3.436.492 3.473.033 3.483.694 3.479.713 3.483.442 3.539.326 3.573.997 3.596.408 3.599.248 3.622.679 3.671.427 3.753.809 3.731.093 3.732.699 3.783.893 3.771.124 3.833.507 3.866.025 3.866.731 3.924.644

2.916.324 2.959.962 2.985.889 2.997.759 3.017.408 3.067.791 3.105.374 3.120.686 3.112.018 3.137.724 3.164.911 3.233.997 3.211.163 3.214.703 3.264.899 3.259.215 3.292.266 3.336.506 3.366.379 3.405.512

1.607.377 1.656.983 1.683.264 1.687.799 1.698.979 1.681.578 1.727.385 1.726.690 1.715.576 1.742.419 1.740.212 1.726.439 1.754.062 1.764.133 1.812.809 1.816.546 1.837.399 1.830.942 1.861.409 1.899.721

1.308.947 1.302.979 1.302.625 1.309.960 1.318.429 1.386.212 1.377.989 1.393.995 1.396.442 1.395.306 1.424.698 1.507.557 1.457.101 1.450.571 1.452.090 1.442.669 1.454.867 1.505.564 1.504.970 1.505.791

256.081 242.092 236.613 227.926 221.668 216.207 219.857 228.021 223.908 228.948 243.755 260.393 253.066 267.720 266.558 267.593 273.942 266.414 257.867 265.160

264.086 270.979 261.192 254.028 244.366 255.328 248.766 247.702 263.323 256.007 262.762 259.420 266.864 250.275 252.435 244.316 267.298 263.105 242.484 253.973

15.613 13.368 13.441 12.952 11.852 13.796 11.882 14.070 12.336 13.014 14.494 13.525 14.289 14.184 17.894 16.729 16.971 17.289 18.113 19.167

4.498.361 4.521.951 4.561.873 4.581.878 4.614.062 4.737.451 4.730.380 4.746.027 4.737.631 4.778.479 4.868.651 5.004.977 4.936.882 4.942.920 5.017.644 5.033.780 5.126.370 5.225.166 5.178.079 5.218.477

1.143.188 1.146.190 1.186.803 1.180.527 1.163.191 1.221.949 1.216.908 1.269.008 1.270.287 1.274.844 1.262.883 1.298.938 1.305.453 1.345.426 1.395.154 1.423.142 1.446.967 1.434.033 1.484.065 1.508.692

3.355.173 3.375.761 3.375.069 3.401.351 3.450.871 3.515.502 3.513.471 3.477.019 3.467.344 3.503.635 3.605.768 3.706.039 3.631.430 3.597.494 3.622.489 3.610.638 3.679.403 3.791.133 3.694.013 3.709.785

532.951 563.544 517.322 513.239 542.179 511.217 502.255 486.277 410.538 442.064 508.968 519.065 507.172 485.638 445.404 393.805 442.961 464.804 448.191 458.413

4.276.987 4.271.323 4.309.736 4.310.149 4.365.857 4.451.853 4.483.642 4.473.940 4.535.305 4.543.160 4.622.284 4.711.239 4.672.523 4.668.423 4.715.602 4.700.406 4.785.691 4.839.861 4.832.752 4.840.991

3,54 3,40 1,88 1,41 2,68 12,26 2,51 3,95 5,00 4,42 5,39 4,61 7,48 7,76 11,71 11,21 11,72 14,63 7,18 8,94

13,96 11,61 11,19 13,53 14,05 13,93 10,91 10,64 5,93 10,27 12,51 17,26 13,88 15,50 14,18 14,39 14,04 13,30 13,00 12,25

12,43 8,83 10,00 10,01 8,40 24,79 9,92 10,26 9,49 7,41 8,93 8,25 6,91 9,54 11,60 10,97 10,09 9,88 9,19 12,96

15,10 13,60 11,98 16,01 18,05 6,86 11,63 10,91 3,52 12,34 15,07 24,51 18,94 19,60 15,89 16,66 16,61 15,90 15,69 11,76

7,75 7,20 7,43 7,16 7,59 8,69 8,17 7,76 5,08 7,55 9,35 10,03 9,75 9,31 9,99 9,86 11,10 10,29 9,46 9,95

6,27 5,92 6,36 5,38 5,78 7,07 7,46 6,97 5,05 6,82 8,42 7,87 8,57 7,48 8,62 8,37 10,05 9,23 8,19 9,13

7,67 7,55 8,85 8,38 9,84 11,58 11,41 11,23 9,08 10,02 10,68 9,68 10,11 8,61 9,34 8,72 9,11 8,76 8,40 9,13

5,49 5,53 7,07 6,21 7,66 7,87 10,17 9,05 7,64 8,88 9,90 8,80 9,13 6,47 7,70 7,63 8,15 8,88 7,76 10,02

10,48 10,24 11,24 11,32 12,78 16,45 13,00 14,07 10,91 11,47 11,65 10,71 11,32 11,33 11,47 10,13 10,35 8,61 9,21 8,02

-3,30 -12,49 -14,62 -16,58 -20,84 -20,03 -15,42 -13,79 -17,19 -10,63 -3,27 1,03 -1,18 10,59 12,66 17,40 23,58 23,22 17,29 16,29

1,40 8,32 2,34 -3,41 -8,11 -10,72 -10,70 -15,21 -13,09 -9,56 -4,34 -4,86 1,05 -7,64 -3,35 -3,82 9,38 3,05 -2,52 2,53

-31,72 17,98 1,20 -8,34 -17,16 1,12 -22,82 -9,89 -35,82 -16,08 -2,89 0,94 -8,48 6,11 33,13 29,16 43,19 25,32 52,44 36,22

7,75 7,20 7,43 7,16 7,59 8,69 8,17 7,76 5,08 7,55 9,35 10,03 9,75 9,31 9,99 9,86 11,10 10,29 9,46 9,95

-4,28 -5,09 -0,20 1,70 -2,17 2,66 3,34 7,67 3,10 13,34 11,87 10,39 14,19 17,38 17,56 20,55 24,40 17,36 21,95 18,89

12,57 12,13 10,40 9,19 11,34 10,95 9,95 7,80 5,82 5,58 8,49 9,90 8,23 6,57 7,33 6,15 6,62 7,84 5,14 6,69

46,63 47,27 21,31 22,95 48,51 25,23 23,32 15,57 -14,90 -10,78 -2,28 5,69 -4,84 -13,82 -13,90 -23,27 -18,30 -9,08 -10,76 -5,73

8,66 7,90 8,25 7,05 7,01 7,08 7,91 6,19 6,21 7,16 8,91 9,10 9,25 9,30 9,42 9,05 9,62 8,72 7,79 8,20

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags

20172016

Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter September 2017 27

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags

1) minggu terakhir2) rata-rata3) penutupan pada akhir periode 4) closed fileSumber: Bank Indonesia, kecuali IHK, ekspor/impor dan PDB dari BPS

Inflasi bulanan (%, mtm) Inflasi tahunan (%, yoy)

Rp/USD (akhir periode, nilai tengah) Ekspor Barang Nonmigas (f.o.b, juta USD) 4) Impor Barang Nonmigas (c & f, juta USD) 4)

Pertumbuhan PDB (%, yoy) Konsumsi (RT dan LNPRT) Konsumsi Pemerintah Investasi Ekspor Impor

SEKTOR KEUANGAN

HARGA

INDIKATOR KUARTALAN

SEKTOR EKSTERNAL

4,92 5,18 5,01 4,94 5,01 5,01 5,00 5,10 5,04 5,03 5,00 5,02 3,43 6,23 -2,95 -4,05 2,68 -1,93 4,67 4,18 4,24 4,80 4,78 5,35 -3,29 -2,18 -5,65 4,24 8,21 3,36 -5,14 -3,20 -3,67 2,82 5,12 0,55

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

2017

20172016

2016

0,51 -0,09 0,19 -0,45 0,24 0,66 0,69 -0,02 0,22 0,14 0,47 0,42 0,97 0,23 -0,02 0,09 0,39 0,69 0,22 -0,07

4,14 4,42 4,45 3,60 3,33 3,45 3,21 2,79 3,07 3,31 3,58 3,02 3,49 3,83 3,61 4,17 4,33 4,37 3,88 3,82

13.775 13.372 13.260 13.188 13.660 13.213 13.099 13.300 12.998 13.051 13.563 13.436 13.343 13.347 13.321 13.327 13.321 13.319 13.323 13.351

9.390 10.199 10.571 10.798 10.560 12.019 8.651 11.615 11.518 11.688 12.400 12.582 12.130 11.415 13.168 12.243 13.049 10.382 12.446 13.932

9.245 9.053 9.749 9.451 9.472 10.323 7.511 10.589 9.531 9.962 10.945 11.081 10.140 8.881 11.006 10.298 11.976 8.391 12.107 11.526