“TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN...
Transcript of “TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN...
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN WALIMAH PERKAWINAN ADAT MINANGKABAU DI NAGARI TABEK PANJANG
KECAMATAN BASO KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh:
ALI IMRAN
NIM : 103044128021
K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSHIYYAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULAH
JAKARTA 1429 H / 2008 M
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN WALIMAH PERKAWINAN ADAT MINANGKABAU DI NAGARI TABEK PANJANG
KECAMATAN BASO KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh :
Ali Imran NIM : 103044128021
Di Bawah Bimbingan :
Pembimbing
Drs. H. Odjo Kusnara. N, M.Ag NIP. 150 060 388
K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSHIYYAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULAH
JAKARTA 1429 H / 2008 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul: “TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN WALIMAH PERKAWINAN ADAT MINANGKABAU DI NAGARI TABEK PANJANG KECAMATAN BASO KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT” telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 28 Maret 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam pada Program Studi Ahwal Syakhshiyyah (Peradilan Agama).
Jakarta, 31 Maret 2008 Mengesahkan, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 150 210 422
PANITIA UJIAN
Ketua : Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA (.....………………...) NIP. 150 169 102
Sekretaris : Kamarusdiana, S.Ag., MH (....……….………...) NIP. 150 268 783
Pembimbing : Drs. H. Odjo Kusnara. N, M.Ag (....……….………...) NIP. 150 060 388
Penguji I : Drs. Noryamin Aini, MA (...………..………...) NIP. 150 247 330
Penguji II : Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si (...………..………...) NIP. 150 326 914
KATA PENGANTAR
بسم اهللا الرحمن الرحيم
Puji dan syukur ke hadirat-Mu ya Allah tuhan pemberi rahmat semesta alam,
berkat rahmat dan hidayah-Mu lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sehingga
penulis dapat menyelesaikan studi pada Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Bimbingan dan petunjuk-Mu selalu penulis
harapkan untuk menuju kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak.
Shalawat beriring salam semoga tetap dianugerahkan kepada suri tauladan
umat, Nabi besar Muhammad saw, keluarganya, para sahabatnya, serta ulama-ulama
yang berjuang untuk menuju Islam sebagai agama yang mulia.
Dalam menyelesaikan studi pada Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, banyak pekerjaan-pekerjaan yang penulis
harus selesaikan bersamaan dengan penyelesaian skripsi ini. Semua itu dapat
diselesaikan karena bimbingan dan dorongan serta bantuan semua pihak yang pernah
berhubungan dengan penulis. Keterbatasan dan kekurangan penulis dalam
penyusunan skripsi ini sangat layak mendapatkan bimbingan. Akhirnya selesai juga
skripsi ini dan penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu secara langsung atau tidak langsung, yaitu:
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MM., sebagai Dekan
Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Bapak Drs. H. Basiq Jalil, M.Ag dan Bapak Kamarusdiana, S.Ag., M.H.,
sebagai Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ahwal Syakhshiyyah.
3. Bapak Drs. H. Odjo Kusnara. N, M.Ag sebagai dosen pembimbing skripsi
yang telah memberikan waktu dan luang membimbing penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membimbing dalam perkuliahan.
5. Ayahanda B. Sutan Pamenan dan Ibunda Yusra tercinta, yang telah
memberikan kasih sayang kepada ananda, dan telah berkorban tanpa lelah
demi kelangsungan studi kuliah ananda.
6. Uni Nelfiza dan Uda Refri Intan Nagari yang selalu memberi motivasi dan
support kepada penulis. Serta adinda Ahmad Firdaus yang telah membantu
untuk menjalankan bisnis selama penyusunan skripsi ini. Begitu juga semua
keluarga dan sanak famili di kampung yang selalu memberi motivasi kepada
penulis.
7. Mak Iyat, Da Can, Da Su, Da Nof, Da Alfiza, Da Ris, Wan Diak dan Ni Asni
yang telah banyak memberi arahan, masukan dan bimbingan kepada penulis
selama.
8. Adnan Kasogi, Ricki Yaqob, Ihsan Buyuang (Staff YOBANA COMPUTER)
yang membantu penulis menjalankan bisnis selama penulis sibuk dengan
penyusunan skripsi. Juga teman-teman rekan bisnis yang ada di Pesanggrahan.
9. Kawan-kawan dan dunsanak-dunsanak pengurus dan anggota KMM Koorkom
Ciputat serta alumni/senior KMM, Rasul, Taufik, Arya, Zikra, Ami, Tungkil,
Khaliang, Dayat Elok. Tidak akan lupa Zul Ashfi yang ikut berpartisipasi
untuk kelengkapan data-data. Dan kawan-kawan yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu yang telah sudi berbagi suka dan duka mulai sejak
kuliah sampai selesai penulisan skripsi ini.
10. Fahmi, Taek dan kawan-kawan di UI Depok yang selalu menjadi sahabat baik
penulis.
11. Adiak uda Yonne, Lidya alias Chipuik dan Yelfi yang selalu berbagi
keceriaan dengan penuh canda dan tawa selama penulis menyelesaikan skripsi
ini.
12. Teman-teman Jurusan Peradilan Agama kelas A dan B angkatan 2003, yang
senasib dan seperjuangan dan telah banyak membantu serta bertukar pikiran
selama perkuliahan.
Akhirnya penulis hanya dapat mengembalikan semua kepada zat yang maha
kuasa, Allah Azza wa Jalla. Semoga amal baik mereka mendapat balasan yang
berlipatganda dari Allah swt. Semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Jakarta, Maret 2008
Penulis
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah........................................ 10
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian............................................... 11
D. Metode Penelitian...................................................................... 12
E. Pedoman Penulisan.................................................................... 13
F. Review Studi Terdahulu............................................................ 14
G. Sistematika Penulisan................................................................ 15
BAB II WALIMAH .................................................................................... 16
A. Pengertian dan Dasar Hukum Walimah .................................... 16
1. Pengertian Walimah ............................................................ 16
2. Dasar Hukum Walimah ....................................................... 18
B. Tujuan dan Hikmah Walimah ................................................... 21
C. Waktu dan Masa Pelaksanaan Walimah ................................... 22
1. Waktu Pelaksanaan Walimah.............................................. 22
2. Masa Pelaksanaan Walimah................................................ 23
D. Bentuk Pelaksanaan Walimah ................................................... 25
E. Hukum Menghadiri Walimah.................................................... 30
BAB III KONDISI OBYEKTIF NAGARI TABEK PANJANG KECA-
MATAN BASO KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT 33
A. Sejarah Nagari di Minangkabau ................................................ 33
B. Kondisi Geografis...................................................................... 35
C. Kondisi Demografis .................................................................. 36
1. Penduduk ............................................................................. 36
2. Mata Pencarian .................................................................... 37
3. Pendidikan ........................................................................... 39
D. Kondisi Sosiologis..................................................................... 41
1. Sosial Agama....................................................................... 41
2. Sosial Kemasyarakatan........................................................ 43
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN
WALIMAH DI NAGARI TABEK PANJANG .......................... 45
A. Gambaran Pelaksanaan Walimah di Nagari Tabek Panjang ..... 45
1. Penentuan Undangan Walimah (Baralek) ........................... 45
2. Baiyo-iyo ............................................................................. 47
3. Baralek ................................................................................ 49
B. Tinjauan Hukum Islam dan Analisa Penulis Terhadap Pelak-
sanaan Walimah ........................................................................ 53
1. Penyebaran Undangan......................................................... 53
2. Masa Pelaksanaan Walimah................................................ 55
3. Hidangan yang Disediakan Pada Acara Walimah............... 57
4. Pakaian yang Dikenakan Pengantin pada Acara Walimah . 63
5. Hiburan pada Pelaksanaan Walimah................................... 68
C. Pandangan Ulama Setempat ...................................................... 71
BAB V PENUTUP....................................................................................... 74
A. Kesimpulan................................................................................ 74
B. Saran-saran ................................................................................ 76
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 77
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama samawi yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW melalui wahyu-Nya yaitu al-Qur’an dan selaras dengan itu
sebagai penjelas maksud al-Qur’an ada sabda-sabda Nabi yang dijadikan sebagai
sumber hukum. Manusia sebagai makhluk sosial selalu melakukan hubungan
timbal balik antar sesama manusia dan ada aturan dalam menjalankan hidup
sesamanya. Aturan yang disebutkan itu telah diturunkan oleh Allah SWT untuk
dijadikan sebagai petunjuk jalan kebenaran bagi manusia. Kandungan al-Qur’an
pun banyak mengajarkan tentang tata cara hidup sebagai makhluk sosial, sehingga
kehidupan manusia pun dapat diberi petunjuk oleh al-Qur’an.
Manusia sebagai khalifah di muka bumi akan mempertahankan hidupnya
dengan berbagai macam cara. Ada yang membuka usaha pertanian, perdagangan,
industri, jasa dan sebagainya. Semua itu digeluti demi untuk dapat
mempertahankan hidup keluarga. Hidup dan bekerja mencari nafkah setiap hari
menjadikan manusia jemu, sehingga manusia sangat butuh kasih sayang dan
perhatian dari pasangan hidupnya. Sebagai tanda kebesaran Allah SWT manusia
diciptakan berpasangan, sehingga membuat ia senang dan ada rasa kasih sayang
terhadap pasangannya. Ia akan merasakan kesepian apabila pasangannya itu tidak
berada di sisinya. Seperti Adam merasakan kesepian sebelum diciptakan Hawa,
sebagai teman hidupnya.
Allah SWT menciptakan semua yang ada di alam ini berpasangan.
Pasangan laki-laki adalah wanita, sebaliknya pasangan wanita adalah laki-laki.
Untuk menambah seni berpasangan manusia diberi hawa nafsu kecenderungan
penyaluran kebutuhan biologis. Di samping itu manusia diberikan akal agar dapat
mengendalikan hawa nafsunya dan dapat membedakannya dari perilaku binatang.
Hukum Islam sudah memberikan aturan untuk mendapatkan kenyamanan
hidup dan menyalurkan kebutuhan biologis yaitu dengan pernikahan. Ini satu-
satunya jalan keluar bagi manusia agar dapat menghalalkan yang telah
diharamkan oleh Allah SWT. Boleh melakukan apa-apa saja dengan pasangan
hidupnya, saling mencintai, mengasihi, berbagi rasa dalam suka dan duka serta
dapat meneruskan keturunan. Allah SWT berfirman :
ل ومن ءاياته أن خلق لكم من أنفسكم أزواجا لتسكنوا إليها وجع 30/ الروم (بينكم مودة ورحمة إن في ذلك لآيات لقوم يتفكرون
:21( Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.
Selanjutnya firman Allah :
لكم من أزواجكم بنين واهللا جعل لكم من أنفسكم أزواجا وجعلوحفدة ورزقكم من الطيبات أفبالباطل يؤمنون وبنعمة اهللا هم
)16:72/النحل(يكفرون Artinya : “Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah”.
Sudah menjadi fitrah bagi manusia, bahwa setiap jenis menginginkan
lawan jenisnya untuk dijadikan suami atau isteri untuk menjalin keluarga sakinah,
mawaddah, wa rahmah. Agar tercipta impian keluarga sakinah itu tentunya akan
mempertimbangkan siapakah yang akan menjadi pasangan hidup. Islam
menganjurkan dalam mencari pasangan sebagaimana terdapat dalam hadis Nabi
SAW :
حدثنا مسدد حدثنا يحيى عن عبيد اهللا قال حدثني سعيد بن أبي سعيد عن أبيه عن أبي هريره رضي اهللا عنه عن النبي صلى اهللا
ة ألربع لمالها ولحسبها وجمالها تنكح المرأ :عليه وسلم قال 1)رواه البخاري (ولدينها فاظفر بذات الدين تربت يداك
Artinya : Dari Abu Hurairah R.A Dari Nabi SAW beliau bersabda “Perempuan
itu dikawini dengan empat motivasi, karena hartanya, karena kedudukannya atau kebangsawannya, karena kecantikannya, dan karena keberagamaannya. Pilihlah perempuan karena keberagamaannya, kamu akan mendapat keberuntungan”. (H.R Bukhari)
1 Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Beirut, Dar Ibnu
Katsir, 1987, Juz 5, h.1958
Yang dimaksud dengan keberagamaan di sini adalah komitmen
keberagamaannya atau kesungguhannya dalam menjalankan ajaran agama. Ini
dijadikan pilihan utama karena itulah yang akan langgeng. Kekayaan suatu ketika
dapat lenyap dan kecantikan suatu ketika dapat pudar demikian pula kedudukan,
suatu ketika akan hilang.
Setelah dipertimbangkan dengan mantap dalam memilih jodoh yang sudah
sesuai dengan keinginan atau sudah terdapat kriteria tertentu dalam diri pasangan,
kehendak untuk menikahi pasangan yang telah ditentukan itu tentu akan
disampaikan. Penyampaian keinginan ini, syari’at Islam mengajarkan meminang
terlebih dahulu pasangan yang akan dinikahi. Hikmah peminangan ini agar dapat
menguatkan ikatan perkawinan yang diadakan sesudah itu, karena dengan
peminangan itu kedua belah pihak dapat saling mengenal.2
Istilah meminang/melamar dalam bahasa Minangkabau disebut manyiriah
(mendatangkan sirih)3. Manyiriah ini adalah pihak calon pengantin wanita
mendatangi pihak calon pengantin pria untuk dijapuik artinya diminta untuk
dijadikan suami anak perempuannya. Karena tradisi calon mempelai laki-laki
datang ke rumah mempelai wanita maka yang mendatangkan sirih atau manyiriah
itu adalah pihak wanita. Pihak calon mempelai laki-laki namanya kedatangan
sirih (yang dipinang). Tradisi di Minangkabau pada umumnya dan di Nagari
2 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, Jakarta, Kencana, 2006, h. 48 3 Sirih biasanya dalam masyarakat Minang digunakan untuk basa basi kepada seseorang /
menawarkan sesuatu. Artinya seseorang menawarkan / meminta seseorang untuk dijadikan menantu di rumahnya.
Tabek Panjang pada khususnya, dalam hal peminangan inilah yang biasanya
dilakukan.
Islam memandang bahwa perkawinan adalah sebagai wadah yang baik
untuk mengikat hubungan kasih sayang manusia. Peristiwa ini akan dikenang
selalu dan diabadikan dalam kenangan foto atau video sehingga akan mudah
teringat masa yang menyenangkan itu dalam sejarah hidupnya. Sebagai wujud
rasa ke hadhirat Allah SWT syukur pada peristiwa ini, maka dikenanglah dengan
mensosialisasikan akad nikah dengan pesta pernikahan, syari’at Islam
menyebutnya dengan Walimah.
Walimah dianjurkan dalam syari’at Islam. Ulama berbeda pendapat
tentang hukum mengadakan walimah. Menurut jumhur ulama hukum walimah
adalah sunnah. Hal ini dipahami dari sabda Nabi SAW dari Anas ibn Malik
menurut riwayat yang muttafaq ‘alaih :
عن :حدثنا سليمان بن حرب حدثنا حماد هو ابن زيد عن ثابتهللا عنه أن النبي صلى اهللا عليه وسلم رأى عبد أنس رضي ا
قال إني تزوج امرأة . ما هذا : الرحمن بن عوف أثر صفرة قال رواه (بارك لك اهللا أولم ولو بشاة : على وزن نواة من ذهب قال
4)البخاريArtinya : “Dari Anas R.A Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW melihat ke muka
Abdul Rahman bin ‘Auf yang masih ada bekas kuning. Berkata Nabi : Ada apa ini?”. Abdul Rahman berkata : “Saya baru mengawini seorang perempuan dengan maharnya lima dirham”. Nabi bersabda :
4 Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, h.1979
“Semoga Allah memberkatimu. Adakanlah perhelatan, walaupun hanya dengan memotong seekor kambing”. (H.R Bukhari)
Perintah Nabi untuk mengadakan walimah dalam hadis ini tidak
mengandung arti wajib, tetapi hanya sunnah menurut jumhur ulama karena yang
demikian hanya merupakan tradisi yang hidup melanjutkan tradisi yang berlaku di
kalangan Arab sebelum Islam datang. Pelaksanaan walimah masa lalu itu diakui
oleh Nabi untuk dilanjutkan dengan sedikit perubahan dengan menyesuaikannya
dengan tuntutan Islam. 5
Pelaksanaan walimah hendaknya diadakan sesederhana mungkin
sebagaimana dibatasi oleh syari’at Islam. Tidak boleh diadakan secara berlebihan
apalagi bertujuan untuk memamerkan kekayaan (riya). Islam melarang orang
yang suka berlebih-lebihan yang merupakan bentuk sifat mubazir. Allah SWT
menyebut orang-orang yang mubazir adalah sebagai saudara syaitan.
Sebagaimana firman Allah SWT :
. ين وآان الشيطان لربه آفوراإن المبذرين آانوا إخوان الشياط ) 17:27/ اإلسراء (
Artinya : “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara
syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”.
Adapun lama pelaksanaan walimah boleh diadakan hanya sampai dua
hari, walimah yang dilakukan lebih dari dua hari dipandang sebagai perbuatan
5 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, Jakarta, Kencana, 2006, h. 156
sum’ah atau pamer diri. Walimah semacam ini dilarang sebagaimana terdapat
dalam hadis Rasulullah SAW :
حدثنا محمد بن موسى البصري حدثنا زياد بن عبد اهللا حدثنا قال : ئب عن أبي عبد الرحمن عن ابن مسعود قال عطاء بن السا
رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم طعام أول يوم حق وطعام يوم رواه (الثاني سنة وطعام يوم الثالث سمعة ومن سمع سمع اهللا به
6)الترمذى
Artinya : Dari Ibnu Mas’ud R.A beliau berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Makanan pada hari pertama itu benar (wajib atau sunat), makanan pada hari kedua adalah sunat dan makanan pada hari ketiga adalah sum’ah. Barangsiapa yang memperdengarkan (pada orang kebaikan dan kemampuannya) niscaya Allah memperdengarkannya. (H.R Turmudzi).
Menurut hadis Rasulullah bahwa walimah cukup dilaksanakan satu hari
saja. Jika ingin dilakukan lebih lama maksimal diadakan dua hari. Tujuan
walimah secara umum untuk memperkenalkan bahwa kedua mempelai sudah
menikah dan masyarakat mengetahui dan mengerti bahwa kedua mempelai sudah
sah menjadi suami isteri.
Walimah disebut dalam bahasa Minangkabau baralek. Acara baralek ini
diadakan di rumah calon pengantin laki-laki dan wanita. Di rumah pihak laki-laki
biasanya diadakan selama dua sampai tiga hari. Sedangkan di rumah pihak wanita
6 Muhammad bin Isa abu Isa al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, Beirut, Dar Ihya al-Turats al-
Arabi, t.th, Juz 3, h. 403.
bisa memakan waktu lima belas hari termasuk acara baiyo-iyo,7 acara
walimahnya saja menghabisi waktu satu minggu. Jadi acara walimah terbagi dua
yaitu sebelum akad nikah disebut dengan baiyo-iyo dan sesudah akad nikah
disebut dengan baralek. Pada waktu diadakan baiyo-iyo di rumah calon mempelai
laki-laki juga dihadiri oleh beberapa orang dari pihak perempuan untuk timbang
tando.8 Beberapa hari setelah baiyo-iyo dilangsungkanlah akad nikah, biasanya
dilakukan pada hari pertama baralek yaitu pada hari Jum’at. Mempelai laki-laki
turun dari rumahnya menuju rumah mempelai wanita pada sore hari dengan
diiringi musik rebana. Ini adalah salah satu bentuk adat dan tradisi masyarakat di
Minangkabau.
Di Minangkabau adat terbagi dalam beberapa macam yaitu: Pertama: adat
nan sabana adat, kedua: adat nan diadatkan, ketiga: adat nan taradat, keempat:
adat istiadat. Adapun adat nan sabana adat adalah aturan-aturan dan sifat-sifat
serta ketentuan-ketentuan yang terletak pada setiap jenis benda alam ini seperti:
api membakar, air membasahi, laut berombak. Adat nan diadatkan adalah adat
yang diadatkan oleh nenek moyang yang menciptakan adat Minangkabau itu yang
dikenal oleh orang Minangkabau secara turun temurun. Adat nan taradat adalah
aturan-aturan yang disusun dengan hasil musyawarah dan mufakat para penghulu
ninik mamak di setiap nagari. Peraturan itu berguna untuk melaksanakan aturan
7 Baiyo-iyo adalah musyawarah yang dilakukan untuk membicarakan persiapan menjelang
berlangsungnya walimah yang diadakan oleh sanak famili, ninik mamak, dan orang kampung. 8 Timbang tando adalah pemberian tanda dari pihak perempuan berupa kain kepada pihak
laki-laki sedangkan pihak laki-laki juga memberikan hal yang sama.
ataupun hukum-hukum dasar dari adat nan diadatkan. Konsekuensi logisnya
adalah berbedanya aturan pelaksanaan dari satu nagari dengan nagari lain
berdasarkan kepada masalah yang dihadapi, seperti yang dijelaskan oleh pepatah
Minangkabau: Lain lubuak lain ikannyo, lain padang lain ilalangnyo (setiap
tempat memiliki adat tersendiri yang berbeda dengan tempat lain). Adat istiadat
adalah aturan yang juga lahir dari kesepakatan dan musyawarah para penghulu
dan ninik mamak dan peraturan tersebut lebih banyak terfokus pada spesifikasi
wilayah dan nagari. Karena peraturan ini mencakup kepada segala kemauan dan
kesukaan anak nagari yang sesuai dengan alua jo patuik.
Yang menjadi topik permasalahan pada pelaksanaan walimah ini adalah
waktu yang digunakan untuk pelaksanaan walimah. Apakah tidak memberatkan
pihak keluarga dari kedua mempelai, karena memakan waktu yang lama yang
otomatis menghabiskan waktu kerabat dan tetangga. Di samping itu yang terlibat
dalam acara ini dan para tetangga yang akan tersita waktunya dalam pelaksanaan
walimah ini. Juga masalah biaya yang akan dikeluarkan cukup banyak yang
menyebabkan orang-orang yang tidak mampu untuk mengadakan walimah ini
harus memaksakan diri untuk harus melaksanakannya. Karena ini termasuk dalam
kategori adat nan taradat maka tradisi tersebut tidak baku dan tidak mesti
dilaksanakan seperti ini selamanya maka kemungkinan untuk merobah tradisi ini
masih tetap terbuka dan hal ini tidak bertentangan dengan slogan adat basandi
syarak, syarak basandi kitabullah.
Dari beberapa permasalahan yang terjadi di Nagari Tabek Panjang
Kecamatan Baso, penulis tertarik untuk membahasnya, untuk lebih terarah skripsi
ini, maka penulis memberi judul: “Tinjauan Hukum Islam Terhadap
Pelaksanaan Walimah Perkawinan Adat Minangkabau Di Nagari Tabek
Panjang Kecamatan Baso Kabupaten Agam Sumatera Barat”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar tidak terdapat penyimpangan pada pembahasan skripsi ini maka
penulis membatasi :
a. Lokasi pembahasan di Nagari Tabek Panjang Kecamatan Baso Kabupaten
Agam Sumatera Barat.
b. Menerangkan pelaksanaan walimah di Nagari Tabek Panjang.
2. Perumusan Masalah
Inti permasalahan yang harus dikaji pada penulisan skripsi ini adalah :
a. Bagaimana metode pelaksanaan walimah di Nagari Tabek Panjang ?
b. Kapan waktu dan berapa lama pelaksanaan walimah menurut adat istiadat
Nagari Tabek Panjang ?
c. Tinjauan Hukum Islam terhadap pelaksanaan walimah di Nagari Tabek
Panjang Kecamatan Baso Kabupaten Agam.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui secara jelas metode pelaksanaan walimah perkawinan
dalam adat Minangkabau di Nagari Tabek Panjang Kecamatan Baso
Kabupaten Agam
2. Untuk mengetahui waktu dan berapa lama pelaksanaan walimah di Nagari
Tabek Panjang Kecamatan Baso Kabupaten Agam.
3. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap pelaksanaan walimah di
Nagari Tabek Panjang Kecamatan Baso Kabupaten Agam.
Adapun kegunaan penelitian ini adalah :
1. Untuk menambah khasanah keilmuan tentang walimah, khususnya walimah di
Nagari Tabek Panjang. Dan menyumbangkan pengetahuan tentang adat
Minangkabau di nagari Tabek Panjang Kecamatan Baso Kabupaten Agam.
2. Untuk menambah bahan kepustakaan di Fakultas Syari’ah dan Hukum tentang
pelaksanaan walimah.
3. Untuk menjelaskan kepada masyarakat tentang pandangan hukum Islam
terhadap pelaksanaan walimah di Tabek Panjang.
4. Memenuhi tugas dan syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum Islam pada
Program Studi Peradilan Agama Jurusan Ahwal al-Syakhsiyyah Fakultas
Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
D. Metode Penelitian
1. Pengumpulan Data
a. Library Research adalah pengambilan data dari bahan-bahan pustaka yang
berhubungan dengan judul penelitian yang diperoleh dari buku-buku
tentang hukum, jurnal, majalah, artikel, internet, dan lain-lain.
b. Field Research adalah penelitian lapangan, penulis menyaksikan dan
mengamati secara langsung pelaksanaan walimah dan melakukan
wawancara langsung dengan tokoh adat setempat, masyarakat yang
melaksanakan walimah dan mengumpulkan data-data berupa arsip-arsip
yang bisa dijadikan penunjang penelitian dari pemerintahan setempat.
2. Sumber Data
a. Tokoh-tokoh adat atau tokoh masyarakat yaitu Ninik Mamak atau
penghulu daerah setempat.
b. Pemerintahan Nagari.
c. Warga yang akan atau sedang melaksanakan walimah.
d. Sumber lain yang dianggap perlu untuk bahan penelitian.
3. Metode Pengolahan Data
Metode pengolahan data pada penelitian ini adalah:
a. Observasi yaitu pengamatan langsung ke lokasi penelitian pada masalah
yang diteliti.
b. Wawancara-wawancara yang dilakukan dengan sumber data yaitu ninik
mamak atau tokoh masyarakat, ahli walimah di Nagari Tabek Panjang.
4. Teknik Analisa Data
Data yang terkumpul dianalisa dengan menggunakan pendekatan:
a. Metode deduktif yaitu menjelaskan pengertian yang bersifat umum
menuju khusus dengan mengemukakan dalil dan contoh.
b. Metode induktif yaitu persoalan yang dimulai dari persoalan yang khusus
dan kongkrit menuju kepada pengertian yang umum. Maksudnya
mengemukakan terlebih dahulu pendapat para ahli, kemudian disimpulkan
pada suatu pendapat.
c. Metode komperatif yaitu mengadakan perbandingan dengan meneliti
faktor-faktor tertentu yang berhubungan dengan masalah.
E. Pedoman Penulisan
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengacu dan berpedoman pada
buku Pedoman Penulisan Skripsi terbitan Fakultas Syari’ah dan Hukum tahun
2007. Pada penulisan skripsi ini terdapat pengecualian pada penulisan, yaitu
sebagai berikut:
1. Penulisan terjemahan al-Qur’an atau al-Hadits menggunakan satu spasi
walaupun tidak sampai enam baris.
2. Dalam daftar pustaka al-Qur’an al-Karim ditempatkan pada awal daftar
pustaka mengingat kitab suci.
F. Review Studi Terdahulu
Pada penulisan skripsi ini penulis juga melakukan studi kepustakaan
dengan cara mengamati karya ilmiah orang lain yang membahas tentang walimah
dalam bentuk skripsi. Skripsi yang ditulis oleh saudari Mimin Sutarsih, NIM.
102044125049 Peradilan Agama Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dengan judul skripsi Prosesi Pernikahan Adat Minangkabau
Ditinjau dari Sudut Pandang Islam (Studi Kasus Di Kabupaten Agam). Skripsi ini
membahas prosesi-prosesi adat Minangkabau pada pelaksanaan walimah secara
teknis dengan menerangkan secara terperinci, dan ruang lingkupnya lebih luas
yaitu di kabupaten Agam. Penulis melihat masih ada ruang untuk melakukan
penelitian tentang masalah ini dengan memfokuskan penelitian tentang waktu dan
masa pelaksanaan walimah khususnya di Nagari Tabek Panjang.
Tidak semua adat di Minangkabau itu sama, karena ada pepatah yang
mengatakan: “lain lubuk lain ikannya, lain padang lain ilalangnya”. Tradisi yang
ada di Nagari Tabek Panjang ada perbedaan dengan tradisi yang ada di nagari-
nagari lain. Perbedaan ini lah yang membuat penulis tertarik untuk membahasnya.
Penulis membahas tentang penentuan undangan untuk baralek, masa pelaksanaan
baralek, hidangan pada acara baralek, pakaian yang dikenakan pengantin dan
hiburan untuk memeriahkan acara.
G. Sistematika Penulisan
Adapun dalam pembahasan skripsi ini penulis membagi beberapa bab,
masing-masing bab mempunyai sub-sub bab sebagai berikut :
Bab Pertama Pendahuluan, dalam bab ini dinjelaskan tentang latar belakang
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian, metode penulisan, pedoman penulisan,
review studi terdahulu dan sistematika penelitian.
Bab Kedua Walimah, dalam bab ini dijelaskan pengertian dan dasar hukum
walimah, tujuan dan hikmah walimah, waktu dan masa
pelaksanaan walimah, bentuk pelaksanaan walimah dan hukum
menghadiri walimah.
Bab Ketiga Kondisi Obyektif Nagari Tabek Panjang Kecamatan Baso
Kabupaten Agam Sumatera Barat. Memberikan gambaran tentang
sejarah nagari di Minangkabau, kondisi geografis, kondisi
demografis dan kondisi sosiologis.
Bab Keempat Tinjauan hukum Islam terhadap palaksanaan walimah di Nagari
Tabek Panjang. Menjelaskan gambaran pelaksanaan walimah di
Nagari Tabek Panjang, tinjauan hukum Islam dan analisa penulis
terhadap pelaksanaan walimah dan pandangan ulama setempat.
Bab Kelima Penutup, pada bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran.
BAB II
WALIMAH
A. Pengertian dan Dasar Hukum Walimah
1. Pengertian Walimah
Pesta perkawinan atau yang disebut juga “walimah” adalah pecahan
dari kata dari : ولم , artinya mengumpulkan. Karena dengan pesta tersebut
dimaksudkan memberi do’a restu agar kedua mempelai mau bertemu dengan
rukun.9 Dalam Ensiklopedi Hukum Islam menerangkan bahwa al-Walimah
adalah berkumpul, karena kedua mempelai pada waktu itu dipersandingkan,
dan al-‘urs adalah perkawinan. Walimah diserap dalam bahasa Indonesia
menjadi “walimah” dalam fikih Islam mengandung makna yang umum dan
makna yang khusus. Makna umumnya adalah seluruh bentuk perayaan yang
melibatkan orang banyak. Sedangkan walimah dalam pengertian khusus
disebut walimah al-’urs mengandung pengertian peresmian perkawinan, yang
tujuannya untuk memberitahukan khalayak ramai bahwa kedua pengantin
telah resmi menjadi suami istri, sekaligus sebagai rasa syukur keluarga kedua
belah pihak telah atas berlangsung perkawinan tersebut10
9 Ibrahim Muhammad al-Jamal, Fiqih Wanita (Terj Anshori Umar), Semarang, CV. Asy-
Syifa’, 1986, h. 382 10 Abdul Azis Dahlan (ed.), Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta, Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996,
h. 1917
Walimah adalah istilah yang terdapat dalam literatur Arab yang
secara arti kata berarti jamuan yang khusus untuk perkawinan dan tidak
digunakan untuk perhelatan di luar perkawinan. Sebagian ulama
menggunakan kata walimah itu untuk setiap jamuan makan, untuk setiap
kesempatan mendapatkan kesenangan, hanya penggunaannya untuk
kesempatan perkawinan lebih banyak. Berdasarkan pendapat ahli bahasa di
atas untuk selain kesempatan perkawinan tidak digunakan kata walimah
meskipun juga menghidangkan makanan, untuk acara jamuan makan untuk
khitanan disebut العذرة , sedangkan untuk jamuan waktu kelahiran anak
disebut الخرسة , untuk jamuan kembalinya orang yang hilang disebut: النقيعة , kata العقيقة digunakan untuk sembelihan bagi anak yang telah lahir.11 Walimah
berarti penyajian makanan untuk acara pesta. Ada juga yang mengatakan,
walimah berarti segala macam makanan yang dihidangkan untuk acara pesta
atau lainnya.12
Sedangkan menurut Sayid Sabiq walimah itu berarti jamuan khusus
yang diadakan dalam perayaan pesta perkawinan atau setiap jamuan untuk
pesta lainnya. Tetapi biasanya kalau menyebut walimah al-’urs artinya
perayaan pernikahan.13 Dari beberapa kutipan di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa walimah adalah upacara sebagai tanda rasa syukur atas
11 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, Jakarta, Kencana, 2006, h. 155
12 M. Abdul Ghoffar E.M, Fiqih Wanita (terj), Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 2000, hal. 487 13 Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah 7 (terj. Moh. Thalib), Bandung, PT. Alma’arif, h.184
telah dilaksanakan akad pernikahan dengan mengadakan jamuan dan dalam
rangka bergembira.
2. Dasar Hukum Walimah
Pelaksanaan walimah memiliki kedudukan tersendiri dalam
munakahat. Rasulullah SAW sendiri melaksanakan walimah untuk dirinya
dan memerintahkan kepada para sahabat untuk mengadakan walimah
walaupun hanya dengan makan kurma dan roti serta seekor kambing,
sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
:حدثنا سليمان بن حرب حدثنا حماد هو ابن زيد عن ثابت اهللا عنه أن النبي صلى اهللا عليه وسلم رأى عن أنس رضي
قال إني . ما هذا :عبد الرحمن بن عوف أثر صفرة قال بارك لك اهللا أولم :تزوج امرأة على وزن نواة من ذهب قال
14)رواه البخاري (ولو بشاة
Artinya : “Dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah SAW telah melihat bekas kekuning-kuningan pada Abdurrahman bin Auf, Rasulullah SAW. bertanya, apa ini? Abdurrahman menjawab : Sesungguhnya saya telah menikah dengan seorang perempuan dengan maskawin seberat satu biji emas. Kemudian Rasulullah bersabda: semoga Allah memberkatimu, adakanlah walimah sekalipun dengan seekor kambing.” (HR. Turmudzi)
Dalam sabda Rasulullah SAW “adakanlah walimah meski hanya
dengan seekor kambing”. Terdapat dalil yang menunjukkan keharusan
mengadakan walimah.
14 Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Beirut, Dar Ibnu
Katsir, 1987, Juz 5, h.1979
Ulama Mazhab Zhahiri, salah satu pendapat Imam Malik dan salah
satu pendapat Imam Syafi’i menyatakan bahwa hukum mengadakan walimah
adalah wajib, karena Rasulullah SAW menggunakan fiil amar dalam hadis
tersebut. Antara lain yang mereka kemukakan adalah kisah perkawinan Ali
bin Abi Thalib dengan Fatimah anak Nabi Muhammad SAW. Dalam hadis
tersebut juga mengandung kemestian untuk mengadakan walimah.15
Selanjutnya hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari hadis
Buraidah, yaitu ketika Ali melamar Fatimah Rasulullah SAW bersabda :
حدثنا عبد اهللا حدثني أبي ثنا حميد بن عبد الرحمن الرؤاسي : ثنا أبي عن عبد الكريم بن سليط عن بن بريدة عن أبيه قال
لما خطب على فاطمة رضي اهللا عنهما قال قال رسول اهللا )رواه أحمد (صلى اهللا عليه وسلم انه ال بد للعرس من وليمة
16
Artinya : “Dari Buraidah dari bapaknya ia berkata : Ketika Ali melamar Fatimah, Rasulullah SAW, bersabda : “sesungguhnya untuk pesta perkawinan harus ada walimahnya.” (HR. Ahmad)
Dalam hadis tersebut di atas Nabi Muhammad SAW mengharuskan
kepada Ali untuk mengadakan walimah ketika mengawini Fatimah. Dalam
hadis tersebut anjuran untuk mengadakan walimah mengandung unsur
keharusan atau kewajiban, karena adanya kata yang berarti sesuatu yang ال بد
15 Abdul Azis Dahlan (ed.), Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta, Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996.
h. 1918 16 Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal, Kairo, Muassasah Qurtubah,
1978, Juz 5, h.359
dengan cara bagaimanapun harus diadakan, demikian pendapat yang
dikemukakan oleh golongan Dzahiri.17
Bagi yang mampu agar tidak mengurangi dari seekor kambing. Al-
Qadhy sepakat bahwa tidak ada batasan minimal, boleh dilaksanakan menurut
kemampuan. Menyembelih kambing pada upacara perkawinan itu tidak
merupakan ukuran, tetapi berarti boleh dengan menyembelih seekor kambing
atau selain kambing dan boleh juga tidak menyembelih apa-apa. Hal ini
diserahkan kepada orang yang mengadakan walimah sesuai dengan
kemampuan dan kewajaran.
Mengenai hal ini dikemukakan Nabi SAW dalam hadisnya yang
berbunyi:
أخبرنا محمد بن جعفر بن أبي آثير حدثنا سعيد بن أبي مريمأقام :قال أخبرني حميد أنه سمع أنسا رضي اهللا عنه يقول
النبي صلى اهللا عليه وسلم بين خيبر والمدينة ثالث ليال يبنى عليه بصفيه فدعوت المسلمين إلى وليمته وما آان فيها من خبز وال لحم وما آان فيها إال أن أمر بالال باألنطاع فبسطت
18 )رواه البخاري. (ألقى عليها التمر واألقط والسمنف
Artinya : “Dari Anas ia berkata : Sesungguhnya Nabi SAW pernah menginap tiga malam di antara Khaibar dan Madinah, kemudian beliau menikahi seorang wanita yang beliau beri nama Shafiyah. Kemudian saya mengundang kaum muslimin untuk mengadakan walimah. Tidak ada roti dan tidak ada daging. Tetapi pada waktu itu beliau menyuruh kami menghamparkan kulit untuk alas,
17 M. Abdul Ghaffar, Fiqh Keluarga (terj.), h.99
18 Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Juz 4, h.1543
kemudian meletakkan kurma, keju dan minyak samin di atas hamparan itu. (H.R Bukhari).
Dari beberapa hadis yang telah dikemukan di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa Rasulullah SAW menganjurkan kepada umatnya untuk
mengadakan walimah pada upacara pernikahan. Walimah tidaklah harus
sampai menyembelih seekor kambing tetapi juga cukup hanya dengan
hidangan buah kurma (sederhana). Syari’at Islam membenarkan pelaksanaan
walimah ini yang sesuai dengan kemampuan atau kesanggupan keluarga yang
mempunyai hajat.
B. Tujuan dan Hikmah Walimah
Tujuan dan hikmah walimah dalam perkawinan sangatlah besar, dilihat
dari satu segi, upacara walimah bertujuan untuk memberitahukan kepada
masyarakat bahwa telah dilangsungkan pernikahan secara resmi dan sah salah
seorang anggota masyarakat dalam keluarga tertentu. Jadi antara laki-laki dan
perempuan yang telah menikah tersebut tidak membawa fitnah dalam
masyarakat. Diharapkan kepada masyarakat agar dapat menerima orang baru
sebagai warga baru dalam masyarakat tersebut. Menurut Sayyid Sabiq tujuan
dan hikmah walimah adalah agar terhindar dari nikah sirri yang terlarang dan
untuk menyatakan rasa gembira yang dihalalkan oleh Allah SWT dalam
menikmati kebaikan. Karena perkawinan perbuatan yang haq untuk
dipopulerkan agar dapat diketahui oleh orang banyak.19
Walimah dapat mempererat hubungan silaturrahmi antara sesama ahli
famili, kaum kerabat, sesama masyarakat, serta keluarga masing-masing pihak
yaitu antara pihak suami dengan pihak istri. Adanya saling mengundang
antara pihak suami dengan pihak istri dapat mempererat hubungan
persaudaraan dan dapat mengenal lebih jauh saudara-saudara dekat dan
saudara-saudara jauh dari masing-masing pihak. Menurut Muhammad Thalib,
tujuan dan hikmah walimah adalah agar terhindar dari nikah sirri karena
perbuatan tersebut dilarang oleh ajaran Islam. Walimah juga untuk
mengungkapkan rasa gembira karena hal ini dibolehkan oleh Allah. Walimah
juga menyiarkan kepada khalayak ramai baik itu yang terdekat maupun yang
terjauh dari mereka. Berfungsi juga mempengaruhi orang-orang yang lebih
suka membujang dan tidak berkeinginan untuk kawin.20
C. Waktu dan Masa Pelaksanaan Walimah
1. Waktu Pelaksanaan Walimah
Waktu walimah adalah waktu kapan dilaksanakan walimah atau saat-
saat melaksanakan walimah, sebelum akad nikah atau sesudahnya. Atau
19 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 7 (terj. Moh. Thalib), Bandung, PT. Alma’arif, hal.177
20 Muhammad Thalib, Perkawinan Menurut Islam, Surabaya, al-Ikhlas, 1993, hal. 16-17
ketika hari perkawinan atau sesudahnya. Hal ini leluasa tergantung pada adat
dan kebiasaan.21 Mengenai hal ini ulama fiqih berbeda pendapat.
Ulama mazhab Maliki menyatakan bahwa penyelenggaraan dianjurkan
(sunnah) setelah terjadi hubungan antara kedua mempelai. Alasan mereka
adalah riwayat Bukhari disebutkan bahwa Rasulullah mengundang orang-
orang untuk walimah setelah beliau bercampur dengan Zainab. Ulama mazhab
Hanbali bahwa waktu pelaksanaan walimah tersebut disunnahkan setelah akad
nikah berlangsung. Sedangkan menurut ulama mazhab Hanafi tidak
menentukan waktu yang jelas, karena menurut mereka diserahkan kepada adat
kebiasaan setempat.22
Dari beberapa pendapat ulama fiqih, waktu pelaksanaan walimah
disunnahkan ketika akad nikah atau sesudahnya atau ketika hari perkawinan
atau sesudahnya. Ini dapat diserahkan pada kebiasaan atau tradisi suatu
daerah.
2. Masa Pelaksanaan Walimah
Masa pelaksanaan walimah adalah lamanya mengadakan walimah.
Berbeda dengan waktu pelaksanaan yaitu kapan dilaksanakan walimah.
Mengenai masa pelaksanaan walimah terdapat hadis Nabi SAW :
21 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 7 (terj. Moh. Thalib), 185-186
22 Abdul Azis Dahlan (ed.), Ensiklopedi Hukum Islam, h. 1918
حدثنا محمد بن موسى البصري حدثنا زياد بن عبد اهللا حدثنا : عطاء بن السائب عن أبي عبد الرحمن عن ابن مسعود قال
ول اهللا صلى اهللا عليه وسلم طعام أول يوم حق وطعام قال رس يوم الثاني سنة وطعام يوم الثالث سمعة ومن سمع سمع اهللا به
23)رواه الترمذى( Artinya : “Dari Ibnu Mas’ud r.a ia berkata : Bersabda Rasulullah SAW :
Menghidangkan makanan pada hari pertama itu hak (wajib/sunnat), pada hari kedua adalah sunnah dan pada hari yang ketiga adalah sum’ah (melakukan sesuatu agar didengar orang banyak). Barangsiapa yang melakukan sum’ah, maka Allah akan memperdengarkannya”. (H.R. Turmudzi)
Hadis di atas mengandung dalil yang menunjukkan atas disyari’atkan
walimah pada hari pertama, dan inilah salah satu pegangan oleh orang-orang
yang mengatakan bahwa walimah itu wajib sebagaimana yang telah
dibicarakan sebelumnya. Walimah yang diselenggarakan pada hari kedua ini
bukan makruh hukumnya mengingat ia masih bisa dikenal. Dan sesuatu yang
bisa dikenal itu hukumnya adalah makruh apabila mungkar. Adapun yang
hukumnya makruh ialah kalau walimah tersebut diselenggarakan pada hari
ketiga.
Mengenai hal di atas sesuai dengan pendapat mayoritas ulama yang
mengatakan bahwa walimah pada hari pertama adalah wajib, pada hari kedua
adalah sunat sedangkan pada hari ketiga adalah termasuk riya dan sum’ah
oleh karena itu perbuatannya menjadi haram, memenuhi undangannya pun
23 Muhammad bin Isa abu Isa al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, Beirut, Dar Ihya al-Turats al-
Arabi, t.th, Juz 3, h. 403.
menjadi haram juga. Menurut Imam Nawawi mengatakan bahwa apabila
diadakan walimah tiga hari, maka pemenuhan undangan pada hari ketiga
adalah makruh, tidak wajib secara mutlak. Sekelompok ulama yang lain
mengatakan bahwa sesungguhnya tidak makruh pemenuhan pada hari yang
ketiga itu bagi orang yang tidak diundang pada hari pertama dan kedua. Imam
al-Bukhari sependapat dengan kelompok ulama ini, menurutnya tidak
mengapa menjamu tamu walaupun hingga tujuh hari.24
Dari hadis dan pendapat ulama di atas maka dapat dipahami bahwa
masa pelaksanaan walimah sebaiknya dilakukan dua hari berturut-turut, jika
terpaksa lebih dari masa tersebut, maka tidak boleh berniat pamer karena hal
tersebut merupakan perbuatan yang dilarang.
D. Bentuk Pelaksanaan Walimah
Walaupun mengadakan walimah itu sesuatu yang dianjurkan agama,
namun mengenai bentuk walimah itu tidak dijelaskan secara terperinci. Hal ini
dapat diartikan bahwa mengadakan walimah itu bentuknya bebas, asal
pelaksanaannya tidak bertentangan dengan ajaran agama, dan boleh juga
tergantung adat istiadat masyarakatnya. Hal yang penting dalam melaksanakan
walimah itu disesuaikan dengan kemampuan dan tidak sampai terjadi pemborosan
atau mubazir, serta tidak ada maksud-maksud lain yang dilarang agama seperti
24 Muhammad bin Ismail Al-Kahlani, Subul as-Salam, Bandung, Maktabah Dahlan, t.th,
hal.157
membanggakan diri, memamerkan kekayaan (riya) dan hal-hal lain yang
bertentangan dengan ajaran agama.
Rasulullah sendiri melaksanakan walimah untuk sebagian istri beliau
hanya dengan gandum, sebagaimana hadis Nabi SAW :
حدثنا محمد بن يوسف حدثنا سفيان عن منصور بن صفية عن أولم النبي صلى اهللا عليه وسلم على :قالتأمه صفية بنت شيبة
25)ه البخاريروا (بعض نسائه بمدين من شعير Artinya : Dari Shafiyah binti Syaibah bahwa ia berkata : Rasulullah SAW
mengadakan walimah untuk sebagian isterinya dengan dua mud gandum.” (HR. Bukhari)
Rasulullah juga pernah mengadakan walimah untuk Shafiyah hanya
dengan tepung dan kurma.
قاال . حدثنا محمد بن أبي عمر العدني وغياث بن جعفر الرحبي ا وائل بن داود عن أبيه عن الزهري حدثن. حدثنا سفيان بن عيينة أن النبي صلى اهللا عليه وسلم أولم على :عن أنس بن مالك26)رواه إبن ماجه (صفية بسويق وتمر
Artinya : Dari Anas Bahwa sesungguhnya Nabi SAW mengadakan walimah pada
perkawinan beliau dengan shafiah dengan sajian tepung dan kurma.” (HR. Ibnu Majah)
Selanjutnya Anas ra. meriwayatkan bahwa proses walimah antara Nabi
SAW dengan Shafiyah, adalah ketika Nabi SAW masih dalam perjalanan. Ummu
25 Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Juz 5, h.1983
26 Muhammad bin Yazid Abu Abdullah, Sunan Ibnu Majah, Beirut, Dar al-Fikri, t.th, juz 1 h.615
Sulaim menyiapkan walimah bagi beliau, sebagai hadiah darinya untuk
menyambut kedatangan beliau pada malam harinya. Pada esok harinya Nabi
SAW juga mengadakan walimah, dimana beliau juga berkata kepada sahabat
“siapa di antara kalian yang mempunyai kelebihan sesuatu di sisinya, maka
datanglah kepada kami”. Beliaupun menghamparkan hambal yang terbuat dari
kulit dan para sahabat datang dengan membawa sejenis keju, mentega serta
kurma. Lalu para sahabat wanita membuat hidangan dari bahan-bahan tersebut
untuk kemudian dihidangkan sebagai makanan27.
Demikianlah beberapa sajian walimah yang dilaksanakan oleh Rasulullah
SAW. Melihat kepada pelaksanaan walimah Rasulullah SAW. Jelas bahwa
Rasulullah melakukan walimah itu dengan cara jamuan biasa dan sederhana,
tanpa menghidangkan beberapa macam masakan / makanan yang nantinya akan
sampai mendekati perbutan mubazir / pemborosan. Hal ini menunjukkan bahwa
walimah itu memang harus dilaksanakan menurut kemampuan dan tidak boleh
dipaksakan.
Selanjutnya memperindah pelaksanaan walimah dengan musik nyanyian
adalah suatu hal yang diperbolehkan dalam Islam, selama tidak disertai dengan
hal-hal yang mengarah kepada perbuatan yang diharamkan. Bahkan disunatkan
dalam situasi gembira, guna melahirkan perasaan senang dan menghibur hati
seperti hari raya dan kedatangan orang yang sudah lama ditunggu. Rasulullah
sendiri pernah memerintahkan Aisyah, ketika Aisyah mengantar seorang
27 Ibnu Ibrahim, Kado Perkawinan, Jakarta, Pustaka Azzam, 2000, h.237
pengantin wanita agar iringan pengantin tersebut diiringi dengan nyanyian.
Sebagaimana dalam hadis Nabi SAW :
أنبأنا األجلح . أنبأنا جعفر بن عون . حدثنا إسحاق بن منصور أنكحت عائشة ذات قرابة لها :عن أبي الزبير عن ابن عباس قال
أهديتم :ليه وسلم فقالفجاء رسول اهللا صلى اهللا ع. من األنصار فقال . قالت ال أرسلتم معها من يغني ؟: قال. قالوا نعم الفتاة ؟
. إن األنصار قوم فيهم غزل :رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم رواه إبن (فلو بعثتم معها من يقول أتيناآم أتيناآم فحيانا وحياآم
28)ماجه Artinya : “Dari Ibnu Abbas berkata : Aisyah pernah mengawinkan salah seorang
kerabatnya dengan orang Anshar, kemudian Rasulullah SAW. datang dan bertanya : Apakah kamu telah memberikan gadis itu kepada suaminya? Para sahabat menjawab : betul. Rasulullah SAW. bertanya lagi apakah kamu kirim bersama gadis itu orang yang akan bernyanyi? Aisyah menjawab tidak. Kemudian Rasulullah SAW bersabda : sesungguhnya orang Anshar adalah suatu kaum yang suka kepada nyanyian. Alangkah baiknya kalau kamu kirim bersama dia seorang yang mengatakan : kami telah datang kepadamu, kami telah datang kepadamu, maka dia memberi hormat kepada kami dan kami memberi hormat pula kepada kamu.” (HR. Ibnu Majah)
Selanjutnya Rubayyi’ binti Mu’awwidz bin Afra pernah bercerita, Nabi
Muhammad SAW pernah datang dan masuk ke rumahku ketika aku sedang
dinikahkan. Kemudian beliau masuk dan duduk di lantai. Lalu beberapa orang
budak wanita kami menabuh rebana seraya meratapi orang tua kami yang telah
gugur pada perang badar. Ketika salah seorang di antara mereka sedang
bernyanyi padahal ada di antara kami Nabi SAW yang mengetahui apa yang
28 Muhammad bin Yazid Abu Abdullah, Sunan Ibnu Majah, h.612
terjadi hari esok. Maka Nabi SAW bersabda “tinggalkan hal itu dan ucapkanlah
apa yang bisa diucapkan (dinyanyikan)”.29
Hadis di atas menunjukkan bahwa memeriahkan suatu pesta perkawinan
dengan musik dan nyanyian diperbolehkan, bahkan disunatkan dengan syarat
tidak dibarengi dengan hal-hal yang diharamkan, misalnya dibarengi dengan
nyanyian wanita yang mengundang nafsu. Pesta perkawinan wajib dijauhkan dari
acara yang tidak sopan, campur gaul antara laki-laki dan perempuan, begitu pula
perkataan yang keji dan tidak pantas didengarkan.
Berkenaan dengan masalah alat musik Rasulullah SAW telah bersabda
melalui beberapa hadisnya, di antaranya :
أخبرنا مجاهد بن موسى قال حدثنا هشيم عن أبي بلج عن محمد فصل ما : بن حاطب قال قال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم
30)النسائيرواه (بين الحالل والحرام الدف والصوت في النكاحArtinya : “Dari Muhammad bin Hatib ia berkata : Rasulullah SAW telah
bersabda: perbedaan antara pesta halal dan haram yaitu bernyanyi dan pukul rebana (dalam perkawinan).” (HR. Khamsah kecuali Abu Dawud)
Buraidah, menceritakan bahwa Rasulullah SAW pernah pergi dalam
beberapa peperangan. Ketika beliau kembali dalam suatu peperangan, ada
seorang budak wanita berkulit hitam berkata “Ya Rasulullah SAW sesungguhnya
aku pernah bernazar, jika engkau kembali dalam keadaan selamat maka aku akan
menabuh rebana sambil bernyanyi dihadapanmu”. Mendengar hal itu beliau pun
29 M. Abdul Ghaffar, Fiqh Keluarga (terj.), h.88
30 Ahmad bin Syuaib Abu Abdurrahman an-Nasai, Sunan al-Nasai, Halb, Maktab al-Mathbuat al-Islamiyyah, 1986, Juz 6, h.127
bersabda :”jika kamu telah bernazar, maka tabuhkanlah dan jika tidak bernazar
maka tidak perlu kamu menabuhnya”. Maka ia pun menabuhnya31.
E. Hukum Menghadiri Walimah
Menghadiri undangan merupakan suatu yang diperintahkan Rasulullah
SAW, sebagaimana yang disebutkan dalam hadis sebagai berikut :
حدثنا يحيى بن يحيى قال قرأت على مالك عن نافع عن ابن عمر إذا دعى أحدآم إلى الوليمة :قال قال رسول اهللا عليه وسلم
32)رواه مسلم. (فليأتها Artimya : “Dari Ibnu Umar ia berkata : Bersabda Rasulullah SAW : Apabila
diundang salah satu di antara kamu kepada walimah, maka hendaklah datang menghadirinya”. (H.R Muslim)
Kemudian hadis lain menyatakan :
سمعت زياد بن سعد قال وحدثنا ابن أبي عمر حدثنا سفيان قالسمعت ثابتا األعرج يحدث عن أبي هريرة أن النبي صلى اهللا
شر الطعام طعام الوليمة يمنعها من يأتيها :عليه وسلم قالويدعى إليها من يأباها ومن لم يجب الدعوة فقد عصى اهللا
33)رواه مسلم (.ورسوله
Artinya : “Dari Abu Hurairah ra, bahwa Nabi SAW bersabda : sejelek-jelek
makanan adalah makanan walimah, karena orang-orang yang layak diundang tidak diundang (orang miskin) dan orang-orang yang seharusnya tidak diundang malah diundang (orang kaya). Barang
31 M. Abdul Ghaffar, Fiqh Keluarga (terj.), h.93
32 Muslim bin Hujaj Abu Husain al-Qusyairi, Shahih Muslim, Beirut, Dar Ihya al-Turas al-Arabi, t.th, Juz 2, hal. 1052
33 Muslim bin Hujaj Abu Husain al-Qusyairi, Shahih Muslim, h. 1054
siapa yang tidak memenuhi undangan (tanpa uzur), maka ia telah durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya.” (H.R. Muslim)
Tujuan walimah adalah mengucapkan selamat dan do’a kepada kedua
mempelai bukan mencicipi hidangan yang disediakan. Inti dari menghadiri
walimah itu adalah menyenangkan hati orang yang mengundang hingga ia
merasa terhormat dengan kehadiran dan dihargai karena telah ikut berpartisipasi
dalam kegembiraannya. Kalau seandainya yang diundang tidak hadir akan
mengecewakan dan terjadi negative thinking (buruk sangka) pada yang diundang.
Memenuhi undangan walimah itu dihukumi wajib atau mustahab
sebagaimana tersebut di atas, adalah apabila terdapat syarat-syarat sebagai
berikut:
1. Undangan itu disampaikan kepada kaum keluarga, tetangga-tetangga,
kenalan-kenalan atau kawan-kawan sekerja, yang kaya maupun yang miskin,
dengan tidak mengutamakan salah satu kelompok dan meninggalkan yang
lain, umpamanya yang diundang hanya yang kaya-kaya saja, sedang yang
miskin-miskin tidak.
2. Undangan itu disampaikan sendiri oleh si pengundang atau seorang
utusannya. Adapun kalau undangan itu disampai dengan membuka pintu lalu
berkata, “Mari, silakan masuk siapa saja yang mau”, itu tidak wajib dipenuhi
dan juga tidak mustahab.
3. Tidak ada kemungkaran di sana, seperti minuman-minuman yang terlarang
atau menari. Kalau itu ada, maka undangan pun tak wajib dan tidak mustahab
dipenuhi.
4. Undangan disampaikan untuk hadir pada hari pertama perkawinan. Jadi
undangan yang disampaikan untuk hari kedua, tidak wajib dipenuhi, bahkan
makruh untuk hari ketiga.
5. Yang memberi undangan itu orang Islam. Maka tidak wajiblah memenuhi
undangan orang kafir. Karena dengan memenuhi undangannya berarti
mencintainya, padahal mencintai orang kafir itu haram.34
34 Anshori Umar, Fiqih Wanita (terj), Semarang, Asy-Syifa’, 1986, h. 383
BAB III
KONDISI OBYEKTIF NAGARI TABEK PANJANG
KECAMATAN BASO KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT
E. Sejarah Nagari di Minangkabau
Unit terkecil dalam sistem kekerabatan Minang adalah orang-orang yang
sesuku. Sebaliknya, unit yang terbesar adalah kumpulan orang-orang senagari.
Adat Minang pun hanya salingkuang nagari itu. Jadi, suku dan nagari mempunyai
arti yang amat penting bagi orang Minang.
Struktur masyarakat adat Minangkabau susunannya sangatlah sederhana. Mudah sekali dipahami tujuan yang ingin dicapai dengan struktur semacam itu. Tujuan itu adalah mewujudkan masyarakat yang teratur, aman, damai, makmur, dan berkah. Masyarakat itu disusun sesuai dengan ketentuan undang-undang pembentukan nagari yang berbunyi: Nagari ba kaampek suku, dalam suku babuah paruik, rumah batunganai, tiok suku bapangulu, basasok bajurami, balabuah batapian, barumah batanggo, bakorong bakampuang, basawah baladang, babalai bamusajik. (Nagari paling kurang terdiri dari empat suku, dalam suku ada keluarga-keluarga, dalam rumah ada orang yang dituakan, tiap suku ada penghulu, mempunyai daerah pertanian, mempunyai sarana jalan yang memadai, dalam kampung terdiri dari beberapa keluarga, beberapa keluarga itu membentuk kampung, mempunyai mesjid sebagai tempat ibadah).35 Dari ungkapan di atas dapat dilihat masyarakat adat Minangkabau telah
memiliki unsur negara modern, yaitu adanya rakyat yang hidup berkelompok,
bersuku-suku, mempunyai wilayah yang jelas batas-batasnya dan mengambarkan
pola pemerintahan suku. Kemudian untuk mengatur hidup dan kehidupan
35 Amir M.S, Adat Minangkabau Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang, Jakarta, PT. Mutiara
Sumber Widya, hal.47
masyarakat, maka Penghulu menduduki posisi selaku pemimpin suku dan
sekaligus sebagai kepala Pemerintahan adat.
Nagari di Sumatera Barat sudah ada sejak nenek moyang orang Minang
mendirikan pemerintahan adat. Namun pada zaman Orde Baru dengan lahirnya
undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa sangat
mewarnai kehidupan masyarakat Minangkabau. Peralihan kedudukan
pemerintahan terendah dari nagari ke desa yang berarti bahwa nagari tidak lagi
merupakan suatu organisasi pemerintahan terendah di bawah kecamatan dalam
susunan ketatanegaraan.
Setelah tumbangnya Orde Baru lahirlah Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1999 yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah, undang-undang memberikan peluang
bagi pemerintah daerah Sumatera Barat untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri termasuk penyesuaian bentuk dan susunan pemerintahnya.
Respon Pemerintah Sumatera Barat adalah dengan mengeluarkan Peraturan
Daerah nomor 9 Tahun 2000 tentang Ketentuan Pemerintah Nagari di mana
dalam hal ini menata kembali Pemerintah Nagari demi kemajuan masyarakat
berdasarkan adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah, syarak mangato
adat mamakai (adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah, syarak berfatwa
adat yang melaksanakan). Kembalinya pemerintahan terkecil kepada nagari
dipandang efektif guna menciptakan ketahanan agama dan budaya berdasarkan
tradisi dan sosial budaya masyarakat Minangkabau yang dikenal demokratis,
aspiratif, egaliter, dan kooperatif dan dalam rangka mencapai kemandirian yang
selama ini terabaikan.
F. Kondisi Geografis
Nagari Tabek Panjang berada pada 0-30 Lintang Selatan dan 100,280
Bujur Timur dengan luas lebih kurang 17,8 Km dengan ketinggian 909 Km dari
permukaan laut. Nagari Tabek Panjang terletak di ibu kota Kecamatan Baso Kab.
Agam.36 Nagari Tabek Panjang ini terdiri dari empat jorong, yaitu :
1. Jorong Sungai Cubadak
2. Jorong Baso
3. Jorong Tabek Panjang
4. Jorong Sungai Jernih
Secara administratif batas wilayah Nagari Tabek panjang, yaitu :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kanagarian Bungo Koto Tuo
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Nagari Simarasok dan Padang Tarok
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Nagari Koto Tinggi
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Nagari IV Angkat Candung
Secara geografis Nagari Tabek Panjang merupakan gerbang Agam Timur,
terletak di segitiga emas yang menghubungkan Kabupaten Lima Puluh Kota /
Payakumbuh - Kabupaten Tanah Datar - Kodya Bukittinggi / Kabupaten Agam.
36 Dokumen Perencanaan Bersama Masyarakat (PBM) Nagari Tabek Panjang Kec. Baso
Kab. Agam. h.3
Dilewati jalan negara / lintas poros tengah Sumatera Barat-Riau dengan akses
Malaysia - Singapura melalui Kepulauan Riau.
Untuk lebih jelas tentang keadaan Nagari Tabek Panjang dapat dilihat
pada peta di bawah ini :
Peta Nagari Tabek Panjang
Sumber: Data Profil Nagari Tabek Panjang Tahun 2005-2006
G. Kondisi Demografis
1. Penduduk
Jumlah penduduk Kanagarian Tabek Panjang pada akhir tahun 2006
tercatat sebanyak 9.151 jiwa dengan rincian 4.484 jiwa laki-laki dan 4.667
jiwa wanita dengan kepadatan penduduk 477/Ha. Terdapat jumlah kepala
keluarga sebanyak 2.094 KK. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :37
Jenis Kelamin
No. Tahun
Laki-laki Perempuan
Jumlah
KK Total
1. 2005 4470 4679 2032 9149
2. 2006 4484 4667 2094 9151
Sumber: Data Profil Nagari Tabek Panjang Tahun 2005-2006
Penduduk Nagari Tabek Panjang telah banyak melakukan
percampuran dengan penduduk lain baik dalam daerah maupun luar daerah
seperti Maninjau, Batu Sangkar, Pesisir, Pulau Jawa dan lain-lain. Sehingga
penduduk Nagari Tabek Panjang dari tahun ke tahun makin bertambah.
2. Mata Pencarian
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Nagari Tabek Panjang hidup
dengan mengandalkan kondisi alamnya yang sangat menguntungkan.
Masyarakat hidup dengan bertani, seperti : sawah, perkebunan, perikanan dan
perternakan. Boleh dikatakan lebih dari 75 % masyarakat hidup dengan
mengandalkan pertanian.
Lahan pertanian yang mereka kerjakan tersebar di setiap jorong di
Nagari Tabek Panjang. Lahan pertanian yang mereka olah berupa dataran
tinggi dijadikan tempat perkebunan yang ditanami tanaman palawija, seperti :
cabe, tomat, ubi, kacang-kacangan, pisang, jeruk dan sebagainya. Dulu
37 Data Profil Nagari Tabek Panjang Tahun 2005-2006
perkebunan di Nagari Tabek Panjang ini banyak ditanami dengan pohon
pisang. Tetapi belakangan ini pohon-pohon pisang banyak yang sakit, maka
diganti dengan tanaman lainnya.
Lahan pertanian yang berupa dataran rendah dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk bercocok tanam. Sebagian besar lahannya dijadikan untuk
areal persawahan. Karena sawah-sawah ini kebanyakan sawah tadah hujan,
maka pada musim panas terjadi kekeringan, sehingga mengakibatkan
pertanian penduduk banyak yang rusak. Tetapi penduduk tidak begitu kecewa
dengan hal ini karena bisa memanfaatkannya dengan menanam tanaman lain
seperti: menanam cabe, tomat, ubi, dan tanaman lainnya. Kemudian hasil dari
pertanian tersebut langsung dibawa ke pasar Baso yang merupakan pusat jual
beli.38
Masyarakat Nagari Tabek Panjang pada umumnya sudah banyak
mengenal sistim peternakan dengan menggunakan sistem perawatan yang
lebih intensif, contohnya ternak sapi atau kerbau, sekarang tidak lagi
menggunakan tenaga ternak untuk membajak atau lainnya, tetapi hanya
meliharanya untuk digemukkan saja dengan cara memberi makan secara
maksimal. Sedangkan untuk memperoleh anak sapi yang baik tidak lagi
menggunakan sapi jantan untuk dikawinkan dengan sapi betina, tetapi dapat
38 Khairul Malin Marajo,Tokoh Masyarakat, Wawancara Pribadi, Baso, tanggal 07 Oktober
2007.
memperoleh bibit sapi dengan cara disuntikkan yang dilakukan oleh
inseminator peternakan yang berada di daerah tersebut.
Selain bertani mata pencaharian masyarakat Tabek Panjang adalah
berdagang, buruh angkutan di pasar-pasar, buruh bangunan, membuat alat-alat
kerajinan rumah tangga atau perabot, Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan
sebagainya. Dengan usaha ini mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup
mereka.
3. Pendidikan
Maju mundurnya suatu masyarakat sangat tergantung pada lembaga
pendidikan yang ada dalam masyarakat tersebut. Bila sarana pendidikannya
terpenuhi dan dimanfaatkan dengan baik maka masyarakat tersebut cepat
mencapai kemajuan. Tetapi sebaliknya suatu masyarakat akan tetap tertinggal
apabila sarana pendidikan dalam lingkungannya kurang terpenuhi menurut
semestinya. Karena sumber daya manusia yang dapat dimanfaatkan untuk
suatu daerah hanya bisa dibina dan dikembangkan melalui bangku pendidikan
baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal.
Kalau ditinjau mengenai pendidikan di Nagari Tabek Panjang tidak
kalah bila dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya. Hal ini dapat
dibuktikan banyaknya putra-putri Nagari Tabek Panjang yang duduk di
bangku sekolah dan berkuliah di perguruan tinggi, baik umum maupun
agama, di dalam daerah dan di luar daerah.
Fasilitas pendidikan yang ada di Nagari Tabek Panjang terdiri dari: TK
empat buah, SD enam buah, SLTP satu buah, SLTA satu buah dan Diklat satu
buah. Selain itu telah dibuka pula SMP Terbuka sebanyak dua buah. Untuk
lebih jelasnya sarana pendidikan yang ada di Nagari Tabek Panjang dapat
dilihat pada tabel (2) berikut ini :39
No. Nama Fasilitas Lokasi Jumlah
1. SD Negeri 01 Baso 1 buah
2. SD Negeri 22 Tabek Panjang 1 buah
3. SD Negeri 9 Tabek Panjang 1 buah
4. SD Negeri 5 Sungai Cubadak 1 buah
5. SD Negeri 28 Sungai Cubadak 1 buah
6. SD Negeri 20 Sungai Janiah 1 buah
7. SMP Negeri Baso Baso 1 buah
8. SMA Negeri 1 Baso Baso 1 buah
9. Diklat IPDN Regional Bukittinggi Sungai Cubadak 1 buah
10. SMP Terbuka Sungai Cubadak 1 buah
11. SMP Terbuka Baso 1 buag
Sumber: Data Profil Nagari Tabek Panjang Tahun 2005-2006
Selain lembaga pendidikan formal, pendidikan non formal juga
berjalan seperti adanya Madarasah Diniyah Awaliyah (MDA), Taman
Pendidikan Seni al-Qur’an (TPSQ) dan lain-lain. Bahkan semenjak ada
39 Dokumen Perencanaan Bersama Masyarakat (PBM) Nagari Tabek Panjang Kec. Baso, h. 6
undang-undang otonomi daerah Pemerintah Daerah mengatur bahwa siswa
yang akan menamatkan pendidikan Sekolah Dasar harus mempunyai ijazah
dari MDA/TPQ/TPSQ. Lembaga pendidikan ini tersebar di setiap jorong,
masing-masing jorong yang mempunyai mesjid memiliki satu
MDA/TPQ/TPSQ.
H. Kondisi Sosiologis
1. Sosial Agama
Kehidupan manusia diatur sepenuhnya oleh agama. Agama mengatur
hubungan manusia dengan Allah dan dengan sesama manusia. Agama
merupakan sandaran hidup manusia. Di Nagari Tabek Panjang kehidupan
beragama berjalan dengan lancar karena dari 9151 jiwa penduduk seluruhnya
beragama Islam. Namun pemahaman dan pengamalan agama Islam belum
dilaksanakan secara kaffah (menyeluruh), hal ini dapat terlihat dari kegiatan
keagamaan yang diadakan masih sebatas kegiatan ritual (ibadah) dan
seremonial.
Tingkat partisipasi generasi muda dalam kegiatan keagamaan masih
terbatas pada acara seremonial, dan belum ditindaklanjuti dengan pembinaan
yang intensif. Berbeda dengan kelompok-kelompok majlis taklim para ibu-ibu
yang tumbuh dengan semarak guna mengadakan pengkajian yang mendalam
tentang ajaran Islam.40
Nagari Tabek Panjang merupakan daerah yang sudah maju. Kemajuan
dapat dilihat dalam bidang sosial keagamaan didukung oleh sarana dan
prasarana yang cukup baik untuk tempat ibadah dan tempat pendidikan dan
pengembangan anak dengan menggunakan mesjid dan mushalla sebagai
TPQ/TPSQ.
Beberapa tahun terakhir ini kegiatan keagamaan di Nagari Tabek
Panjang semakin semarak hal ini terlihat dari identitas kegiatan yang
dilaksanakan yaitu berupa Wirid Yasin, BKMT, Didikan Subuh, Dialog Islam,
Pesantren Kilat dan Salawat. Sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan
tersebut antara lain :
a. Mesjid sebanyak : 5 buah
b. Mushalla sebanyak : 19 buah
c. Surau sebanyak : 4 buah
d. MDA sebanyak : 4 buah
e. TPQ sebanyak : 10 buah
f. TPSQ sebanyak : 2 buah
Mesjid digunakan untuk pelaksanaan shalat jama’ah lima waktu, shalat
Jum’at dan shalat dua hari raya. Selain itu digunakan untuk kegiatan-kegiatan
keagamaan. Di samping itu mushalla dipergunakan untuk shalat lima waktu
40 RPJM Nagari Tabek Panjang Th. 2006-2010. h. 61
dan kegiatan-kegiatan agama serta kegiatan masyarakat lainnya. Hal ini
memperlihatkan bahwa warga nagari Tabek Panjang mengutamakan
kehidupan beragama.
2. Sosial Kemasyarakatan
Bila di dalam masyarakat nagari Tabek Panjang terjadi musibah
kematian atau acara walimah perkawinan atau syukuran. Warga nagari Tabek
Panjang akan ikut andil dan saling merasakan suka dan duka, saling
meringankan beban warga yang sedang berkepentingan. Seperti kematian, jika
sebuah keluarga mendapatkan musibah maka masyarakat akan berdatangan
untuk ikut berkabung. Dan bersama-sama melaksanakan pengurusan mayat
mulai dari memandikan, mengafani, menshalatkan hingga menguburkan
mayat dan sebagian lagi mengurus penggalian kubur. Malam harinya setelah
shalat maghrib masyarakat berdatangan untuk bertakziah dan membacakan al-
Qur’an, bertahlil dan berdo’a sampai tiga hari berturut-turut.
Begitu juga dengan acara walimah atau syukuran lainnya. Calon
mempelai harus mendapatkan persetujuan dari orangtuanya, kemudian
mamak41 sebagai kepala kaum, kemudian niniak mamak42 sebagai kepala
suku. Persetujuan ini dilakukan pada acara baiyo-iyo semua keluarga baik dari
bapak dan ibu diundang untuk menghadiri acara ini. Setelah mendapatkan
persetujuan dari semua keluarga maka dipersiapkanlah acara walimah dengan
41 Mamak dalam bahasa Minangkabau artinya paman dari keluarga ibu/saudara laki-laki ibu.
42 Niniak mamak atau Datuk artinya penghulu adat dari sebuah suku
mengundang orang-orang kampung serta sanak famili untuk menghadiri
walimah dan bersama-sama ikut merasakan suka cita sebuah keluarga yang
sedang berbahagia.
BAB IV
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN
WALIMAH DI NAGARI TABEK PANJANG
I. Gambaran Pelaksanaan Walimah di Nagari Tabek Panjang
1. Penentuan Undangan Walimah (Baralek)
Kenagarian Tabek Panjang yang terdiri dari empat jorong43
mempunyai adat istiadat yang hampir sama dalam tata cara pelaksanaan
walimah. Persamaan tersebut dapat dilihat dari segi penentuan undangan,
suguhan yang dihidangkan, pakaian yang dikenakan pengantin, hiburan, dan
lain-lain.
Berdasarkan pengamatan penulis dan wawancara-wawancara dengan
masyarakat Nagari Tabek Panjang terdapat perbedaan dalam tata cara
pelaksanaan walimah dari tiap-tiap jorong. Di antara perbedaan tersebut
adalah dalam hal lamanya pelaksanaan walimah tersebut. Pada tiga jorong
dari empat jorong yang ada di Nagari Tabek Panjang, pelaksanaan walimah
hanya dilakukan beberapa hari saja. Tetapi di salah satu jorong yang lain,
yaitu Jorong Baso, pelaksanaan walimah memakan waktu lebih kurang 8 hari.
Pelaksanaan walimah yang diadakan di Nagari Tabek Panjang
khususnya Jorong Baso masih mengikuti tradisi adat yang dilakukan orang-
43 Wilayah terkecil setelah nagari/desa
orang terdahulu. Di samping itu pelaksanaan walimah tersebut ada yang
sesuai dengan syari’at Islam dan ada pula yang tidak sesuai.
Setiap ada walimah selalu dihadiri oleh undangan yang sebelumnya
telah diundang oleh ahli walimah. Demikian juga halnya di Nagari Tabek
Panjang, setiap dilaksanakan walimah dihadiri oleh sanak famili, handaitolan,
sahabat, dan umumnya masyarakat terdekat, dengan cara ahli walimah
menyebarkan undangan terlebih dahulu. Biasanya penyampaian undangan di
Nagari Tabek Panjang dilakukan dengan dua cara, yaitu :
a. Mengundang dengan cara adat (secara lisan)
Mengundang orang dengan cara adat ini di Nagari Tabek Panjang
disebut juga dengan maimbau urang. Maimbau urang dilakukan baik
untuk cara baiyo-iyo maupun untuk cara baralek. Orang yang maimbau
urang untuk acara baiyo-iyo adalah perempuan yang sudah dewasa (yang
sudah menikah) dengan membawa daun nipah dan tembakau sebagai
tanda basa-basi. Orang yang diundang adalah sanak famili yang terdekat,
masyarakat kampung yang terdekat dan ninik mamak.
Adapun orang yang menyebarkan mengundang untuk acara
baralek adalah anak-anak perempuan yang berumur kira-kira tujuh sampai
lima belas tahun. Mereka membawa daun sirih lengkap dengan daun
pinang, gambir dan kapur sirih. Orang yang diundangnya adalah
masyarakat kampung saja. Di samping anak-anak perempuan yang
mengundang untuk acara baralek ini adalah calon penganten laki-laki
sendiri yang disebut dengan babarito. Dalam babarito calon penganten
laki-laki membawa rokok, daun nipah dan tembakau sebagai tanda basa-
basi. Sedangkan orang yang diundang adalah orang-orang kampung,
orang-orang yang sama besar (teman-teman), sanak famili dan lain-lain.
Babarito ini dilakukan mulai dari acara baiyo-iyo sampai hari acara
baralek.
b. Mengundang dengan cara tulisan
Mengundang dengan cara tulisan yaitu menyebarkan kertas
undangan yang dilakukan oleh keluarga yang mengadakan walimah.
Biasanya orang yang diundang dcngan cara ini adalah sanak famili atau
teman-teman yang tempat tinggalnya yang jauh dari tempat pelaksanaan
walimah. Setelah disebarkan undangan baik disampaikan dengan cara
lisan maupun tulisan, maka orang-orang yang diundang berdatangan pada
hari-hari yang telah ditentukan.
2. Baiyo-iyo
Acara baiyo-iyo ini dilakukan bagi kedua mempelai, baik mempelai
laki-laki maupun mempelai perempuan. Acara baiyo-iyo ialah musyawarah
yang dilaksanakan oleh calon kedua mempelai yang dihadiri oleh sanak
famili, orang kampung, ninik mamak, urang sumando dan lain-lain. Tujuan
dari acara ini ialah untuk memberitahukan kepada masyarakat bahwasanya
akan diadakannya baralek dan untuk membicarakan hal-hal yang perlu
dipersiapkan menjelang hari dilaksanakannya pesta perkawinan tersebut yang
dipimpin oleh ninik mamak. Apabila ninik mamak tidak hadir, maka boleh
diwakilkan dan putusannya diserahkan kepada para undangan yang hadir.
Dalam baiyo-iyo ini yang dibicarakan di rumah mempelai perempuan
berbeda dengan yang dibicarakan di rumah mempelai laki-laki. Di rumah
mempelai perempuan yang perlu dibicarakan adalah menentukan orang yang
akan mengantar sirih ke rumah mempelai pria, menentukan samo gadang
(pendamping) anak daro,44 menentukan orang yang akan menjemput talam
pamanggia, dan menentukan anak-anak yang akan maimbau urang dengan
minta izin kepada para undangan untuk mengizinkan anak keponakannya
untuk mengundang orang kampung. Sedangkan yang dibicarakan dalam
baiyo-iyo di rumah mempelai laki-laki adalah menentukan samo gadang
(pandamping), menentukan orang yang akan mamanggia, maksudnya orang
yang akan menyemput anak daro dan menentukan orang yang akan
mengundang orang kampung. Baiyo-iyo ini memakan waktu dari selesai
shalat Zuhur sampai waktu Maghrib tiba.
Dalam acara baiyo-iyo di rumah pengantin laki-laki, selain
membicarakan hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk acara pesta perkawinan
juga dilaksanakan acara timbang tando. Acara timbang tando ini dihadiri pula
oleh orang-orang yang diutus oleh pihak keluarga mempelai wanita dengan
membawa adat, maksudnya adalah pihak keluarga mempelai wanita yang
diutus datang ke rumah mempelai pria dengan membawa daun sirih lengkap
44 Anak daro adalah sebutan untuk mempelai perempuan
dengan buah pinang, gambir, kapur sirih dan pinyaram. Selain itu yang
dibawa adalah selembar kain lama seperti kain songket, yang mana kain ini
ditukar dengan kain yang juga telah disediakan oleh keluarga mempelai pria
yang disebut dengan timbang tando Dengan telah dilaksanakannya baiyo-iyo
dan timbang tando berarti telah terjadinya kesepakatan antara kedua belah
pihak baik keluarga laki-laki maupun keluarga perempuan untuk mengikat
anaknya dengan melaksanakan akad nikah dan melaksanakannya pesta
perkawinan. Setelah dilaksanakannya acara baiyo-iyo, maka kedua belah
pihak yang akan mengadakan pesta perkawinan disibukkan dengan pekerjaan-
pekerjaan untuk persiapan walimah. Sanak famili dan tetangga-tetangga yang
terdekat ikut membantu demi lancarnya dan meriahnya acara tesebut.
Seminggu setelah acara baiyo-iyo maka dilaksanakanlah acara baralek.45
3. Baralek
Pelaksanaan baralek di Nagari Tabek Panjang khususnya Jorong Baso
memakan waktu yang lama yaitu selama delapan hari. Para undangan yang
akan hadir dalam acara baralek ini boleh datang kapan saja asalkan masih di
dalam delapan hari tersebut. Biasanya baralek yang delapan hari ini dimulai
dari hari Jum’at sampai hari Jum’atnya lagi. Untuk lebih jelasnya tentang
acara baralek yang delapan hari ini akan penulis uraikan satu persatu sebagai
berikut :
45 Yusra, Ahli Walimah, Wawancara Pribadi, Baso, 26 Oktober 2007
a. Hari pertama adalah hari jum’at yang disebut dengan pulangnya
marapulai.46 Sebelum marapulai dijemput oleh keluarga pihak
perempuan, maka pada hari ini juga biasanya dilakukan akad nikah.
Biasanya akad nikah ini dilaksanakan di mesjid, atau langsung di rumah
mempelai perempuan pada saat marapulai datang.
Untuk meriahnya kedatangan marapulai biasanya diiringi oleh
musik rebana atau musik tabuik disepanjang jalan hingga sampai di rumah
mempelai perempuan. Setibanya di sana langsung disambut oleh keluarga
perempuan dan undangan yang hadir. Setelah itu ada perundingan
kemudian menyantap hidangan yang telah disediakan. Setelah itu keluarga
mempelai laki-laki yang mengantarkan pulang ke rumah masing-masing.
Ketika itu mempelai laki-laki tinggal di rumah mempelai perempuan.47
b. Hari kedua yaitu hari sabtu yang disebut dengan dipanggia mintuo
Pada hari kedua ini kedua mempelai dipanggia oleh orang tua
mempelai pria atau mertua dari mempelai wanita untuk bersanding di
rumahnya. Waktu mamanggia ini biasanya adalah siang hari yang
dilakukan oleh orang yang telah ditentukan sewaktu dilaksanakan baiyo-
iyo sebelumnya dan diiringgi oleh beberapa orang lainnya.
Dalam acara ini kedua mempelai memakai baju pengantin dan
diarak menuju rumah orang tua mempelai pria. Sedangkan para undangan
46 Marapulai adalah sebutan untuk mempelai laki-laki
47 Observasi penulis, Acara Walimah, 19 Oktober 2007 dan 26 Oktober 2007
sudah banyak yang hadir menyaksikan kedua mempelai bersanding. Sore
harinya kedua mempelai kembali pulang ke rumah mempelai wanita.
Hari pertama dan hari kedua baralek dilaksanakan di rumah kedua
mempelai. Sedangkan hari ketiga sampai hari kedelapan baralek hanya
dilaksanakan di rumah mempelai wanita saja.
c. Hari ketiga yaitu hari minggu yang disebut dengan dipanggia keluarga
mintuo yang dekat.
Pada hari ini kedua mempelai dipanggia oleh keluarga mempelai
pria yang dekat. Biasanya keluarga mempelai pria yang mamanggia pada
hari ini ada dua rumah sampai empat rumah. Mereka memakai pakaian
adat ke sana. Sewaktu pulang mereka membawa talam yang berisikan
makanan ringan yang diberikan oleh orang yang memanggia tersebut.
Biasanya, pada hari Minggu juga ada dilakukan undangan baralek secara
tertulis.
d. Hari keempat yaitu hari senin disebut dengan makan pinang mudo untuk
anak muda-muda atau makan pambalian Maksudnya di sini adalah pada
hari ini pagi-pagi hari mempelai pria menyerahkan sejumlah uang kepada
mertuanya untuk dibelikan makanan dan minuman, karena pada sore
harinya teman-temannya akan datang untuk menghadiri acara baralek
yang sebelumnya sudah diundang oleh mempelai pria tersebut. Dan pada
saat ini juga keluarga mempelai laki-laki mengutus dua orang laki-laki
datang mengantar tulak pakan yaitu sebuah selimut, pakaian sapatagak
dan lain-lain. Tujuannya adalah sebagai tanda bahwa mempelai laki-laki
telah memperlihatkan tanggung jawabnya sebagai suami.
e. Hari kelima yaitu hari Selasa disebut makan pinang mudo untuk para
undangan perempuan
Maksudnya adalah pada hari ini para undangan perempuan datang
menghadiri undangan baralek untuk makan pinang mudo. Dan pada hari
ini juga kedua mempelai dipanggia oleh keluarga mempelai pria yang
jauh.
f. Hari keenam dan ketujuh yaitu hari Rabu dan Kamis disebut dengan
makan pinang mudo dan mancari ayam hilang (manantui kandang)
Maksudnya adalah selain orang yang diundang datang untuk makan
pinang mudo juga pada hari ini keluarga mempelai pria datang ke rumah
mempelai wanita untuk melihat keberadaan anaknya. Pada waktu itu juga
kain yang ditukar sewaktu baiyo-iyo ditukar kembali.
g. Hari kedelapan yaitu hari jum’at disebut dengan makan pinang mudo
untuk para undangan laki-laki yang sudah tua.
Pada hari ini pelaksanaan baralek terakhir dilaksanakan, para
undangan yang datang adalah orang tua laki-laki untuk makan pinang
mudo. Waktunya setelah shalat Jum’at. 48
48 B. St. Pamenan, Ahli Walimah, Wawancara Pribadi, Baso, Oktober 2007
Dari tata cara penentuan undangan di atas dapat dipahmi bahwa
pelaksanaan walimah di Nagari Tabek Panjang dilaksanakan selama dua hari
di rumah mempelai laki-laki dan delapan hari di rumah mempelai perempuan,
ini tidak termasuk dengan baiyo-iyo. Dalam waktu selama delapan hari
tersebut para undangan boleh datang kapan saja, ini tergantung kepada orang
yang diundang.
Lebih lanjut hari-hari setelah baralek ini maka masih ada juga acara
adat yang harus diikuti oleh kedua keluarga yang mengadakan walimah yaitu
maaniang. Maksudnya mempelai perempuan beserta keluarganya datang ke
rumah sanak keluarga mempelai laki-laki yang mamanggia sewaktu baralek.
Mempelai wanita ini memakai baju tulak pakan yang dibawa oleh keluarga
mempelai pria pada hari Senin makan pinang mudo. Mereka membawa
bungkusan yang berisikan makanan yang dibagi-bagi tiap-tiap rumah.
Kamudian beberapa hari setelah itu sanak keluarga mempelai laki-laki
membalas aniang dari mempelai wanita tersebut.
J. Tinjauan Hukum Islam dan Analisa Penulis terhadap Pelaksanaan Walimah
1. Penyebaran Undangan
Syari’at Islam menganjurkan pada setiap muslim yang akan atau
sedang melangsungkan perkawinan agar memberitahukan perkawinannya
kepada masyarakat umum. Anjuran ini dilaksanakan agar terhindar dari fitnah.
Maka Islam menganjurkan untuk melaksanakan walimatul ‘urs.
Dalam mengadakan walimah ini hendaknya diundang orang-orang
yang memang patut untuk ikut serta menikmati hari-hari bahagia yang dialami
pengantin laki-laki, pengantin perempuan dan keluarganya. Disyaratkan
hendaknya orang yang diundang bersifat merata, menyangkut semua orang
yang berprediket tertentu, seperti para tetangga, para famili, teman-teman atau
teman-teman yang seprofesi. Seandainya orang yang mengadakan walimah
mempunyai famili dan handai tolan yang banyak jumlahnya sedangkan ia
tidak mampu menampungnya karena ia miskin, maka tidak disyaratkan
undangan bersifat merata. Di samping itu undangan yang diadakan tidak
menonjolkan adanya niat mengkhususkan orang-orang kaya saja atau orang-
orang tertentu lainnya.49
Berdasarkan hadis Nabi saw yang berbunyi :
وحدثنا ابن أبي عمر حدثنا سفيان قال سمعت زياد بن سعد ابتا األعرج يحدث عن أبي هريرة أن النبي صلى قال سمعت ث
شر الطعام طعام الوليمة يمنعها من يأتيها :اهللا عليه وسلم قالويدعى إليها من يأباها ومن لم يجب الدعوة فقد عصى اهللا
50)رواه مسلم (.ورسوله
Artinya : “Dari Abu Hurairah ra, bahwa Nabi saw bersabda : sejelek-jelek makanan adalah makanan walimah, karena orang-orang yang layak diundang tidak diundang (orang miskin) dan orang-orang yang seharusnya tidak diundang malah diundang (orang kaya). Barang siapa yang tidak memenuhi undangan (tanpa uzur), maka ia telah durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya.” (H.R. Muslim)
49 Zinuddin bin Abdul Aziz al-Malibari al-Fannani, (terj. Moch. Anwar), Terjemahan Fathul
Mu’in, Bandung, Sinar Baru Al-Gesindo, 1994, jilid 2, h. 1299 50 Muslim bin Hujaj Abu Husain al-Qusyairi, Shahih Muslim, Beirut, Dar Ihya al-Turas al-
Arabi, t.th, Juz 2, h. 1054
Berdasarkan pengamatan penulis tentang tata cara penyebaran
undangan di Nagari Tabek Panjang tidak bertentangan dengan hukum Islam.
Karena penyebaran undangan dilaksanakan secara merata mulai dari sanak
kerabat, tetangga sampai orang sekampung tanpa memandang golongan
seseorang atau tingkat kekayaan seseorang.
2. Masa Pelaksanaan Walimah
Masa pelaksanaan walimah adalah lamanya mengadakan walimah.
Berbeda dengan waktu pelaksanaan walimah. Masalah waktu pelaksanaan
walimah adalah sebelum atau sesudah akad nikah.
Mengenai masa pelaksanaan walimah terdapat hadis Nabi saw :
ى البصري حدثنا زياد بن عبد اهللا حدثنا حدثنا محمد بن موس: عطاء بن السائب عن أبي عبد الرحمن عن ابن مسعود قال
قال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم طعام أول يوم حق وطعام يوم الثاني سنة وطعام يوم الثالث سمعة ومن سمع سمع اهللا به
51)رواه الترمذى( Artinya : “Dari Ibnu Mas’ud r.a ia berkata : Bersabda Rasulullah saw :
Menghidangkan makanan pada hari pertama itu hak (wajib/sunnat), pada hari kedua adalah sunnah dan pada hari yang ketiga adalah sum’ah (melakukan sesuatu agar didengar orang banyak). Barangsiapa yang melakukan sum’ah, maka Allah akan memperdengarkannya”. (H.R. at-Tirmidzi)
51 Muhammad bin Isa abu Isa al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, Beirut, Dar Ihya al-Turats al-
Arabi, t.th, Juz 3, h. 403.
Dari hadis yang disebutkan di atas dapat dilihat bahwa lama
pelaksanaan walimah hanya boleh dilaksanakan dua hari saja. Karena pada
hari yang ketiga adalah perbuatan riya, yaitu hanya ingin didengarkan orang
saja. Sedangkan perbuatan riya adalah lambang kesombongan dan mengikuti
perbuatan setan dan Allah pun benci terhadap orang-orang yang sombong.
Allah swt berfirman;
لا في الأرض مرحا إن اهللاولا تصعر خدك للناس ولا تمش )18 : 31/لقمان. (يحب آل مختال فخور
Artinya : “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”.
Kasus yang terjadi di Nagari Tabek Panjang, dimana masa
pelaksanaan walimah bisa menghabiskan waktu selama delapan hari,
ditambah waktu acara baiyo-iyo seminggu sebelum walimah. Kalau dihitung
secara keseluruhan, persiapan walimah sampai selesai membutuhkan waktu
sekitar 15 hari. Hal seperti ini dapat menimbulkan kemudaratan dan dapat
memberatkan orang yang mengadakan walimah dan masyarakat yang berada
di lingkungan pelaksanaan walimah tersebut. Apalagi ahli walimah dituntut
harus memenuhi kebutuhan keperluan baralek, padahal untuk memperoleh
kebutuhan itu dia tidak bisa menyanggupinya.
Dari permasalahan yang penulis sebutkan di atas dan pada
pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya dapat diambil kesimpulan
bahwa kasus yang terjadi di Nagari Tabek Panjang bertentangan dengan hadis
Nabi. Bahkan sangat berlebih-lebihan dalam pelaksanaannya, sehingga orang
yang tidak sanggup harus berusaha melaksanakannya. Bagi orang yang
sanggup melaksanakannya, dan orang yang banyak kenalannya yang harus
menghadiri undangan tersebut, sehingga waktu yang dipersiapkan tidak
cukup. Menurut pengamatan penulis boleh saja lebih dari dua hari.
3. Hidangan yang Disediakan Pada Acara Walimah
Kehadiran undangan tentulah sangat diharapkan oleh ahli walimah.
Apalagi tamu-tamu yang diundang datang memberikan rasa suka citanya dan
ikut berbahagia bersama ahli walimah. Untuk memuliakan undangan tersebut
ahli walimah sudah mempersiapkan aneka hidangan yang akan disuguhkan
kepada undangan. Di Nagari Tabek Panjang hidangan yang dipersiapkan
untuk para undangan ada yang wajib dipenuhi menurut adat dan ada pula yang
tidak wajib dipenuhi. Agar lebih jelasnya penulis akan menguraikan secara
rinci di bawah ini.
a. Hidangan yang wajib dipenuhi menurut adat
Dalam acara walimah di Nagari Tabek Panjang hidangan yang
disediakan untuk para undangan berbeda setiap harinya. Misalnya
hidangan untuk baiyo-iyo dengan acara baralek saja berbeda. Dalam acara
baiyo-iyo jamuan yang disuguhkan wajib dipenuhi secara keseluruhan.
Apabila hidangan tersebut tidak dipenuhi oleh ahli walimah, maka
pelaksanaan baiyo-iyo tidak berjalan dengan lancar. Sebagaimana hasil
wawancara penulis dengan Ibu Zakiah yang mengatakan bahwa :
Dalam baiyo-iyo makanan dan minuman wajib dipenuhi secara keseluruhan. Makanan yang wajib tersebut adalah lauk untuk makan seperti: rendang, gulai ayam dicampur dengan kentang, pangek bada (ikan), kerupuk ubi dicampur dengan ikan asin (maco) dan telur dadar yang diletakkan di atas kerupuk tersebut. Sedangkan perabungannya (makanan ringan) yaitu: ketan (nasi lamak), ajik, paniaram yang diletakan dalam satu piring dan pisang yang terdiri dari dua macam yaitu pisang gadang dan pisang batu. Apabila salah satu dari makanan ini tidak terpenuhi ketika baiyo-iyo maka bakato adat, maksudnya bahwa hidangan yang disediakan tidak cukup dan pada waktu itu sipangka (tuan rumah) harus mencari makanan tersebut.52 Adapun hidangan yang wajib menurut adat dalam acara baralek
pada hari pertama dan hari kedua adalah sama. Hidangan tersebut yaitu
lauk untuk makan nasi seperti kalio daging yang dicampur dengan
kentang, gulai rebung ditambah dengan kerupuk dan sayur lainnya, untuk
makanan ringan (parabungan) sama dengan sewaktu baiyo-iyo tetapi
ditambah dengan kalamai. Apabila salah satu di antara makanan ini tidak
ada, maka bisa diganti dengan makanan lain.53
Demikian juga halnya dengan hidangan yang disediakan untuk
acara mancari ayam hilang (manantui kandang). Hidangan yang
disuguhkan ketika itu sama dengan hidangan yang disuguhkan ketika
baiyo-iyo. Sedangkan untuk acara makan pinang mudo bagi anak-anak
muda pada hari senin parabuangannya ditambah dengan lamang dan
52 Zakiah, Ahli Walimah, Wawancara Pribadi, Baso, 27 Oktober 2007 53 Yusra, Ahli Walimah, Wawancara Pribadi, Baso, 26 Oktober 2007
pisang goreng. Semua ini wajib dipenuhi oleh ahli walimah. Biasanya
setiap orang yang akan mengadakan walimah di Nagari Tabek Panjang
selalu memenuhi hidangan menurut adat ini.54
b. Hidangan yang tidak wajib dipenuhi menurut adat
Maksud dari hidangan yang tidak wajib dipenuhi menurut adat
dalam acara walimah adalah hidangan yang hanya terserah kepada ahli
walimah untuk menyediakannya. Biasanya hidangan ini disajikan pada
acara makan pinang mudo yang terdiri dari beberapa jenis seperti lauk
untuk makan. Orang yang mengadakan walimah menyediakan 8 sampai
12 jenis lauk. Sedangkan untuk makanan ringannya (parabungan), selain
sama dengan parabungan pada hari pertama dan kedua ditambah dengan
bermacam-macam jenis kue.55
Adapun tata cara penyuguhan hidangan dalam acara walimah di
Nagari Tabek Panjang ada beberapa cara. Hidangan tersebut dihidangkan
untuk para undangan baik untuk undangan laki-laki maupun undangan
perempuan. Khairul Malin Marajo mengatakan bahwa dalam penyuguhan
hidangan untuk undangan laki-laki yang menyuguhkan adalah juaro laki-
laki. Sedangkan pihak yang menyuguhkan hidangan untuk undangan
perempuan adalah perempuan pula.56
54 Yusra, Ahli Walimah, Wawancara Pribadi, Baso, 26 Oktober 2007
55 Zakiah, Ahli Walimah, Wawancara Pribadi, Baso, 27 Oktober 2007 56 Khairul Malin Marajo, Tokoh Masyarakat, Wawancara Pribadi, Baso, tanggal 20 Oktober
2007.
Sebelum hidangan dicicipi para undangan, hidangan tersebut sudah
disiapkan perjamba (porsi) yang mana dalam satu jamba disuguhkan
untuk empat orang sampai enam orang undangan. Untuk undangan laki-
laki cara makannya adalah sendiri-sendiri dengan nasi sudah langsung
dimasukkan ke dalam piring. Sedangkan untuk undangan perempuan cara
makannya bersama-sama dalam satu talam (napan).57
Gambar. 01. Cara penyajian hidangan. a. Hidangan kaum ibu, b. Jamuan kaum bapak disajikan oleh juaro laki-laki, c. Hidangan kaum bapak.
Apabila tuan rumah mengundang orang dengan cara tulisan biasanya
cara penyuguhannya memakai hidangan seprah. Penyuguhan dengan
hidangan seprah ini caranya lebih praktis, karena hidangan ini sudah
dihidangkan terlebih dahulu sebelum para undangan datang. Tuan rumah
hanya mengambil nasi dan air minum saja sedangkan lauknya sudah
dihidangkan, hanya apabila menu yang telah dihidangkan sudah habis atau
berkurang barulah kemudian ditambah. Begitu juga dengan parabungannya
semua sudah dihidangkan terlebih dahulu.
57 Yusra, Ahli Walimah, Wawancara Pribadi, Baso, 26 Oktober 2007
c b a
Gambar. 02. Hidangan undangan menggunakan seprah (hidangan seperti ini
pada hari undangan tulisan)
Menyediakan berbagai macam hidangan dan makanan untuk
memuliakan tamu hukumnya adalah sunnah. Mengenai hal ini Allah swt
berfirman :
ولو آان بهم خصاصة ومن يوق ويؤثرون على أنفسهم... )9 : 59/ الحشر (. شح نفسه فأولئك هم المفلحون
Artinya : “... Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri
mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung”
Dan juga terdapat dalam hadis Nabi saw :
ن صفية حدثنا محمد بن يوسف حدثنا سفيان عن منصور بأولم النبي صلى اهللا عليه وسلم :عن أمه صفية بنت شيبة قالت
58)رواه البخاري (على بعض نسائه بمدين من شعير Artinya : “Dari Shafiyah binti Syaibah r.a beliau berkata: Nabi saw
mengadakan walimah untuk sebagian istrinya dengan dua mud gandum”. (H.R. Bukhari)
58 Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Beirut, Dar Ibnu
Katsir, 1987, Juz 5, h.1983
Dapat kita ketahui dari ayat dan hadis di atas bahwa setiap muslim
hendaklah memuliakan tamunya dalam acara walimah ataupun acara lainnya.
Memuliakan tamu tidak berarti harus memberikan secara berlebih-lebihan
suguhan makanan dan minuman kepada mereka, tetapi memberikan sambutan
yang memuaskan dan menyuguhkan makanan dan minuman apa yang kita
miliki.
Pelaksanaan walimah di Nagari Tabek Panjang memakan waktu yang
lama dan mengikuti adat yang bervariasi. Dan setiap acara tersebut ahli
walimah harus menyediakan makanan dan minuman. Penyediaan makanan
dan minuman untuk para tamu dibolehkan bahkan dianjurkan oleh syari’at
Islam. Tetapi syari’at Islam tidak membatasi jamuan yang disediakan oleh ahli
walimah untuk melayani tamu yang datang. Namun batasan jamuan tersebut
berdasarkan kesanggupan dan ahli walimah itu sendiri, asalkan jamuan yang
disediakan itu tidak berlebih-lebihan dan kikir, karena perbuatan tersebut
tidak sesuai dengan firman Allah swt :
يابني ءادم خذوا زينتكم عند آل مسجد وآلوا واشربوا ولا )31 : 7/األعراف. (تسرفوا إنه لا يحب المسرفين
Artinya : “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap
(memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”.
Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara yang penulis lakukan,
maka menurut penulis hidangan yang disediakan dalam pelaksanaan walimah
di Nagari Tabek Panjang termasuk kepada jamuan yang berlebih-lebihan. Hal
ini dapat dibuktikan dengan adanya jamuan yang wajib dipenuhi menurut adat
dan adapula jamuan yang tidak wajib dipenuhi menurut adat yang harus
disediakan oleh ahli walimah, yang mana apabila jamuan ini tidak dipenuhi,
maka ahli walimah akan merasa malu, dan ia berusaha untuk memenuhinya
agar walimahnya berjalan dengan lancar. Sedangkan syari’at Islam tidak
membatasi jamuan hidangan yang disediakan oleh ahli walimah dan
menganjurkan ahli walimah dalam menyediakan jamuan hidangan tersebut
sesuai dengan kemampuan. Mengenai tata cara penyuguhan hidangan dalam
walimah di Nagari Tabek Panjang pada dasarnya sesuai dengan syari’at Islam.
Karena adanya rasa kebersamaan antara ahli walimah dengan para undangan.
4. Pakaian yang dikenakan pengantin pada acara walimah
Di Nagari Tabek Panjang dalam acara walimah pengantin laki-laki dan
pengantin perempuan menggunakan pakaian yang telah ditentukan. Sudah
menjadi tradisi adat bagi kedua pengantin tersebut menggunakan pakaian adat
dan pakaian pengantin. Pakaian adat dipakai oleh kedua pengantin yaitu
tikuluak tanduak untuk pengantin perempuan dan saluak untuk pengantin laki-
laki. Sedang pakaian pengantin yaitu suntiang untuk pengantin perempuan
dan deta merah untuk pengantin laki-laki.
Pakaian adat merupakan salah satu pakaian yang digunakan pengantin
dalam acara walimah di Nagari Tabek Panjang. Pakaian adat ini digunakan
berdasarkan waktu yang telah ditentukan. Misalnya pada waktu keluarga
pengantin laki-laki mamanggia, kedua pengantin menggunakan pakaian adat
ini.
Busana atau pakaian adat ini berupa tikuluak landuak untuk pengantin
perempuan. Dinamakan tikuluak tanduak karena selendang atau tutup kepala
yang digunakan dibuat seperti tanduk kerbau atau sapi. Biasanya warnanya
adalah merah, sama seperti baju dan sarungnya. Sedangkan pakaian adat
uantuk pengantin laki-laki adalah saluak, Saluak ini berupa topi yang dibuat
khusus untuk pengantin laki-laki. Baju yang digunakan adalah baju kemeja
berwarna putih dilapisi dengan jas berwama hitam dan celananya berwarna
hitam pula.59 Dahulu pakaian adat ini digunakan oleh kedua pengantin untuk
bersanding di pelaminan. Karena semakin majunya zaman, maka pakaian adat
ini diganti dengan pakaian pengantin. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Bapak Khairul Malin Marajo :
Pada masa dahulu di Nagari Tabek Panjang khususnya Baso masyarakat menggunakan pakaian adat seperti tikuluak tanduak dan saluak untuk bersanding. Karena semakin majunya zaman, maka tikuluak tanduak diganti dengan suntiang. Tetapi bagi orang yang akan memakai suntiang ini diharuskan untuk memotong seekor sapi terlebih dahulu. Bagi orang yang tidak mampu untuk memotong sapi, maka ia hanya dibolehkan memakai tikuluak landuak untuk bersanding.60
Ketentuan adat yang telah menyatu dalam masyarakat Nagari Tabek
Panjang berangsur-angsur pudar dan hilang terutama dalam hal pakaian adat
59 Iskandar Zulkarnain Sutan Parmato, Penghulu Adat, Wawancara Pribadi, Baso, tanggal 11
Oktober 2007 60 Khairul Malin Marajo, Tokoh Masyarakat, Wawancara Pribadi, Baso, tanggal 20 Oktober
2007.
ini. Sehingga pada zaman sekarang pengantin yang mau bersanding dalam
acara walimah hanya memakai suntiang tanpa harus memotong seekor sapi
terlebih dahulu. Mengenai pakaian pengantin ini akan penulis uraikan.
Kebiasaan yang sudah menyatu pada masyarakat Nagari Tabek
Panjang bahwa pengantin wanita dan pengantin laki-laki dipersandingkan
dihadapan orang ramai. Sewaktu acara persandingan tersebut pakaian yang
digunakan yaitu suntiang bagi pengantin wanita dan deta merah bagi
pengantin laki-laki.
Pakaian yang dipakai oleh pengantin wanita biasanya berwarna merah.
Dilapisi oleh logam yang berwarna kekuning-kuningan dan anting yang dibuat
dari perak yang berwarna kuning. Untuk menutup kepalanya digunakan
suntiang yang terbuat dari logam yang berwarna kuning pula. Tetapi pada saat
sekarang pakaian pengantin ini bermacam-macam warnanya. Sedangkan
pakaian bagi pangantin laki-laki disesuaikan dengan pakaian bagi pengantin
wanita seperti baju, celana dan topi atau saluaknya disesuaikan dengan warna
pakaian penganten wanita.61
61 Martini, Penata Rias Pengantin, Wawancara Pribadi, Baso, tanggal 20 Oktober 2007.
Gambar. 03. Pakaian pengantin yang digunakan di Nagari Tabek Panjang
Pakaian pengantin ini dipakai ketika hari kedua atau ketiga acara
baralek yaitu ketika kedua pengantin dipanggia untuk datang ke rumah orang
tua pengantin laki-laki. Namun apabila ahli walimah mengundang secara
tertulis, maka pada hari itu kedua pengantin memakai pakaian pengantin ini.
Di Nagari Tabek Panjang busana atau pakaian yang digunakan
pengantin dalam acara walimah pada umumnya sesuai dengan syari’at Islam,
sebab pakaian tersebut ada menutup aurat secara keseluruhan. Dalam
berpakaian baik pakaian adat (tikuluak tanduak) maupun pakaian pengantin
(suntiang) biasanya melapisinya dengan jilbab atau kerudung. Hal ini tidak
menyalahi dengan prinsip-prinsip berpakaian yang ada dalam ajaran Islam,
yang mana prinsip-priansip tersebut adalah :
1. Pakaian itu harus menutup aurat. Aurat bagi perempuan adalah seluruh
tubuh kecuali muka dan telapak tangan dan aurat bagi laki-Iaki adalah
antara pusat dan lutut. Ini adalah pendapat Jumhur Ulama.
2. Pakaian harus bersih dan suci.
3. Pakaian harus terbuat dari bahan-bahan yang diperbolehkan menurut
syara’ dan diperoleh dengan cara halal.
4. Pakaian harus melahirkan kerapian dan keindahan bagi pemakainya.62
62 Abdul Azis Dahlan (ed.), Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta, Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996,
h. 1367
Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara yang dilakukan serta
dari uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa busana atau
pakaian yang digunakan pengantin di Nagari Tabek Panjang dalam acara
walimah sesuai dengan syari’at Islam sekalipun ada sebagian kecil dari
masyarakat tersebut yang menyimpang dari ajaran Islam.
Tetapi dalam bersanding kedua pengantin memakai pakaian pengantin
ini. Adat persandingan ini sangat penting artinya dalam pesta perkawinan
karena para undangan yang datang dapat melihat dan mengetahui mereka
yang melangsungkan ikatan perkawinan tersebut. Pada saat persandingan
itulah para undangan dapat memberikan ucapan selamat dan doa kepada
kedua mempelai.
5. Hiburan pada pelaksanaan walimah
Sebagian penduduk Nagari Tabek Panjang dalam memeriahkan acara
walimah, ada juga yang mengadakan hiburan. Hiburan ini biasanya diadakan
pada hari pertama pada waktu pengantin laki-laki datang ke rumah pengantin
perempuan dengan iringan musik rebana, ada juga dengan musik tabuik.
Setelah sampai di rumah pengantin wanita, pukulan rebana dilanjutkan
dengan shalawat yang dinyanyikan oleh para pengiring rebana secara
bersama-sama. Hiburan musik rebana ini biasanya untuk selingan dari
penyampaian pesan-pesan keluarga pengantin laki-laki terhadap keluarga
pengantin perempuan. Pesan-pesan itu disampaikan dengan pasambahan
(sejenis pantun). Ada juga hiburan diadakan pada waktu acara undangan
tulisan, biasanya ahli walimah mengundang organ tunggal, orkes gambus,
saluang, rabab dan lain-lain.
Hiburan organ tunggal yang diadakan di Nagari Tabek Panjang
berdasarkan pengamatan penulis terdiri dari nyanyian daerah, dangdut dan
pop Indonesia. Mengenai penampilan penyanyi sudah diatur oleh pemerintah
setempat yaitu berpakaian yang sopan, tidak membuka aurat besar. Hanya saja
nyanyian yang dilantunkan mengandung kata-kata yang tidak bermanfaat
seperti ungkapan-ungkapan cinta, dan kemesraan antara pasangan laki-laki
dan perempuan.
Rasulullah saw bersabda :
أنبأنا . أنبأنا جعفر بن عون . منصور حدثنا إسحاق بنأنكحت عائشة : األجلح عن أبي الزبير عن ابن عباس قال
فجاء رسول اهللا صلى اهللا عليه . ذات قرابة لها من األنصار أرسلتم معها من : قال. أهديتم الفتاة ؟ قالوا نعم : وسلم فقال
ن إ: فقال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم . يغني ؟ قالت ال فلو بعثتم معها من يقول أتيناآم . األنصار قوم فيهم غزل
63)رواه ابن ماجه (.أتيناآم فحيانا وحياآم 63 Muhammad bin Yazid Abu Abdullah, Sunan Ibnu Majah, Beirut, Dar al-Fikri, t.th, juz 1.,
h.612
Artinya : “Dari Ibnu Abbas berkata : Aisyah pernah mengawinkan salah
seorang kerabatnya dengan orang Anshar, kemudian Rasulullah saw. datang dan bertanya : Apakah kamu telah memberikan gadis itu kepada suaminya? Para sahabat menjawab : betul. Rasulullah saw. bertanya lagi apakah kamu kirim bersama gadis itu orang yang akan bernyanyi? Aisyah menjawab tidak. Kemudian Rasulullah saw bersabda : sesungguhnya orang Anshar adalah suatu kaum yang suka kepada nyanyian. Alangkah baiknya kalau kamu kirim bersama dia seorang yang mengatakan : kami telah datang kepadamu, kami telah datang kepadamu, maka dia memberi hormat kepada kami dan kami memberi hormat pula kepada kamu.” (HR. Ibnu Majah)
Memeriahkan walimah dengan musik dan nyanyian dibolehkan,
dengan syarat tidak dibarengi dengan hal-hal yang diharamkan, misalnya
dibarengi dengan nyanyian wanita yang suaranya mengundang nafsu. Proses
walimah wajib dijauhkan dari acara yang tidak sopan, bercampur gaul antara
laki-laki dan perempuan, begitu pula perkataan yang keji dan tidak pantas
didengarkan.
Adapun lagu-lagu yang nyanyiannya mengandung hal-hal yang tidak
baik seperti kata-kata yang seronok dan tidak senonoh tentu saja melanggar
ketentuan agama Islam karena di dalam Islam hal-hal seperti itu tidaklah
dibenarkan apalagi nyanyian yang mengandung atau mengundang maksiat.
Maka jelas hukumnya adalah haram.
Adapun hiburan musik rebana, tabuik, saluang, rabab menurut
pengamatan penulis tidak bertentangan dengan hukum Islam. Karena pada
hiburan ini berisi pesan-pesan atau nasehat-nasehat yang bermanfaat bagi
yang mendengarkannya. Adapun orkes gambus memang adalah nyanyian
musik Islam, di samping itu juga sebagai sarana dakwah Islam dan
mengagungkan kebesaran Allah. Maka jenis hiburan ini jelas tidak
bertentangan dengan syari’at Islam.
Tentang hiburan organ tunggal yang menjadi masalah adalah nyanyian
dengan kata-kata cinta dan kemesraan adalah kata-kata yang tidak bermanfaat
dan hendaklah ditinggalkan. Tetapi nyanyian yang berisi kata-kata yang
bermanfaat pada hakikatnya adalah boleh.
Dari pengamatan dan analisa yang penulis lakukan dapat diambil
kesimpulan bahwa, hiburan musik dan nyanyian yang dapat bermanfaat boleh
dilakukan. Dan sebaliknya jika nyanyian dengan kata-kata tidak bermanfaat
atau sia-sia hendaklah ditinggalkan.
K. Pandangan Ulama Setempat
Tidak ada pada masyarakat Nagari Tabek Panjang yang membedakan
undangan. Hanya saja ditentukan siapa yang berhak diundang dengan tulisan dan
yang diundang dengan lisan. Ulama setempat membolehkan anak-anak yang
belum baligh menyampaikan undangan walaupun menurut hukum anak-anak
belum cakap hukum. Karena menurut kesepakatan adat anak-anak sudah cukup
menyampaikan pesan. Maka undangan yang disampaikan oleh anak yang belum
baligh adalah sah.
Tokoh ulama Nagari Tabek Panjang pada umumnya tidak
mempermasalahkan lama pelaksanaan walimah. Menurut mereka hari pertama
dan kedua sesuai yang dianjurkan Nabi, tetapi hari-hari selanjutnya dilanjutkan
dengan prosesi adat seperti makan pinang mudo, cimilang, dan lain-lain. Di hari
ketiga sampai selesai ini memang banyak prosesi lain tetapi bukanlah berarti
sum’ah seperti yang diterangkan Nabi, karena pada hari-hari ini terdapat hikmah
silaturrahim. Dilihat dari makna filosofinya, terdapat unsur pengikat hubungan
silaturrahim antara kedua keluarga, yaitu antara keluarga mempelai laki-laki
dengan keluarga mempelai perempuan. Ada juga yang berpendapat bahwa prosesi
adat pada hari ketiga sampai terakhir bukan bermaksud untuk menampakkan
kelebihan seseorang. Tetapi bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan dan
keakraban kedua keluarga yang baru saja disatukan.
Cara menyajikan hidangan berjamba yaitu dengan nasi yang telah
diisikan ke dalam piring oleh tuan rumah. Kadangkala nasi yang telah
dipersiapkan itu tidak dihabiskan oleh tamu. Maka yang harus dirubah adalah
cara penyajiannya. Tradisi ini tidak harus dipertahankan dan hendaklah dirubah
karena adat seperti ini tidak babuhua mati artinya dapat diganti. Begitu juga
dengan hidangan kaum ibu, dengan makan berjama’ah ada sisi positifnya yaitu
menjaga kebersamaan. Tetapi ada juga sisi negatifnya, yaitu seperti nasi yang
diisikan ke piring besar itu tidak habis karena ada yang meninggalkannya.
Menurut tokoh ulama setempat yang harus diubah cara penyajiannya, tuan rumah
harus memperkirakan takaran porsi atau mencari solusi yang lain dengan
memberikan satu piring saja dan tamu mengambil sendiri seberapa keinginannya.
Sebagian ulama setempat mengatakan bahwa; Kita jangan menilai pada satu sisi
saja, tetapi kita harus lihat makna filosofi yang ada pada prosesi tersebut.
Memang dari sisi negatifnya mubazir tetapi ada hikmah-hikmah yang harus kita
perhatikan.
Pakaian pengantin adat Minangkabau kalau dilihat dari desain dan
modelnya sudah dapat dikategorikan islami. Model baju yang longgar sehingga
tidak membentuk tubuh dan panjang sampai ke atas lutut, tetapi bagian leher dan
rambut tetap terlihat. Pada zaman sekarang model jilbab lebih disenangi orang
sehingga kalau dipandang dengan kacamata Islam sudah memenuhi syarat. Pada
dasarnya selagi pakaian itu menampakkan aurat tetap saja hukumnya haram.
Maka semua ini tergantung pada individu yang memakainya. Penata busana telah
memberikan fasilitas, masing-masing individulah yang memutuskan pilihan.
Dahulu hiburan dalam acara walimah biasanya dengan alat musik
tradisional seperti rebana, saluang, rabab dan lain-lain. Berkembangnya zaman
membuat perubahan pada gaya hidup masyarakat. Hiburan-hiburan tradisional
tidak begitu menarik lagi bagi mereka. Untuk membuat suasana walimah lebih
hidup, ahli walimah mengundang organ tunggal.
Alat musik apapun bentuknya adalah boleh, kalau tujuannya untuk hura-
hura tidak boleh. Alat musik kalau didengarkan sehingga membuat orang
berevoria, lupa pada dirinya dan lupa pada Allah maka hukumnya haram. Organ
tunggal kalau tidak membuat orang lupa diri dan hanya untuk berbahagia saja
tidak apa-apa. Tetapi kalau menjadi hura-hura, memancing orang untuk
bergoyang, mabuk-mabukan itulah yang haram. Hendaknya pemerintahan nagari
membatasi tentang hiburan ini seperti di nagari-nagari lain. Atau melarang secara
mutlak agar tercipta kondisi yang aman dan nyaman.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian yang penulis kemukakan pada bab-bab
sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Metode pelaksanaan walimah dimulai dengan acara baiyo-iyo,
pelaksanaannya dilakukan satu minggu sebelum acara baralek. Pada waktu
baiyo-iyo kedua keluarga membicarakan hal-hal yang berhubungan pada
acara baralek. Kemudian ahli walimah menentukan orang yang akan
mengundang dan kepada siapa saja undangan akan disebarkan. Undangan
terbagi dua; undangan secara tulisan (undangan menggunakan kertas) dan
undangan secara lisan (disampaikan langsung) disebut juga maimbau
urang/mamanggia. Setelah undangan tersebar dilaksanakanlah baralek.
2. Pelaksanaan walimah di Nagari Tabek Panjang menghabiskan waktu lebih
kurang delapan hari. Yaitu dimulai dari hari jum’at dan ditutup pada hari
jum’at selanjutnya. Pada waktu itu dimulai marapulai datang ke rumah
pengantin perempuan yang diantar keluarganya, kemudian akan nikah,
dipanggian mintuo, makan pinang mudo, cimilang (manantui kandang) dan
maaniang.
3. Syari’at Islam memberikan tuntunan melaksanakan walimah perkawinan
cukup satu sampai dua hari saja. Fenomena ini mempunyai dampak positif
yaitu memberikan kesempatan kepada para undangan yang tidak sempat
hadir pada hari-hari pertama untuk menghadiri undangan pada hari yang lain.
Dan mempunyai dampak negatif yaitu menghabiskan waktu serta merepotkan
sanak saudara yang lain dan membutuhkan biaya yang besar untuk
mencukupi perhelatan ini.
Hidangan walimah terdiri dari hidangan wajib dan tidak wajib menurut adat.
Penyajian hidangan terbagi dua : pertama, hidangan ala seprah. Dan yang
kedua, hidangan yang langsung disajikan di depan para tamu undangan.
Hidangan untuk kaum perempuan disajikan oleh perempuan dan hidangan
untuk laki-laki disajikan oleh laki-laki pula. Hidangan walimah yang terbiasa
di kalangan masyarakat Tabek Panjang terlalu berlebihan dan beraneka ragam
serta setiap hari ada menu yang diganti. Sedangkan untuk biaya konsumsi itu
membutuhkan biaya yang besar.
Pakaian adat dipakai oleh kedua pengantin yaitu tikuluak tanduak
untuk pengantin perempuan dan saluak untuk pengantin laki-laki. Sedangkan
pakaian pengantin yaitu suntiang untuk pengantin perempuan dan deta merah
untuk pengantin laki-laki. Pakaian adat Minangkabau tidak bertentangan
dengan syari’at Islam. Seluruh badan tertutup dan modelnya longgar, ini
sesuai dengan kriteria berpakaian menurut Islam.
B. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan yang penulis paparkan tentang pelaksanaan
walimah perkawinan ini. Penulis memberikan saran-saran atau rekomendasi
kepada seluruh lapisan masyarakat Nagari Tabek Panjang sebagai berikut :
1. Bagi masyarakat Nagari Tabek Panjang sebaiknya mulai meninggalkan
tradisi-tradisi adat yang bertolak belakang dengan ajaran Islam pada
pelaksanaan walimah perkawinan.
2. Kepada pemuka adat dan instansi pemerintahan nagari agar memperhatikan
tradisi-tradisi yang kiranya tidak bertentangan dengan ajaran Islam terutama
pada acara walimah perkawinan. Dan dapat membicarakannya dengan para
penghulu-penghulu atau datuak-datuak dengan melibatkan para tokoh ulama.
3. Kepada para penerus atau penyambung lidah Nabi di Nagari Tabek Panjang
agar memperhatikan dan ikut membantu para tokoh adat Nagari untuk
memperbaiki unsur-unsur adat yang bertentangan dengan syari’at Islam
terutama pada pelaksanaan walimah perkawinan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an al-Karim
Abdul Aziz, Zinuddin bin. al-Malibari al-Fannani, (terj. Moch. Anwar), Terjemahan Fathul Mu’in, Bandung: Sinar Baru Al-Gesindo, jilid 2, 1994
Abu Abdillah al-Bukhari, Muhammad bin Ismail. Shahih al-Bukhari, Beirut: Dar Ibnu Katsir, Juz 5, 1987
Abu Abdullah, Muhammad bin Yazid. Sunan Ibnu Majah, Beirut: Dar al-Fikri, t.th.
Abu Isa al-Tirmidzi, Muhammad bin Isa, Sunan al-Tirmidzi, Beirut: Dar Ihya al-Turats al-Arabi, t.th, Juz 3
Ahmad bin Hanbal, Imam, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal, Kairo: Muassasah Qurtubah, 1978, Juz 5
al-Asqalani, Al-Hafidz Ibnu Hajar, Bulugh al-Maram, Indonesia: Ihya’ al-Kitab al-‘Arabiyyah, t.th.
Al-Kahlani, Muhammad bin Ismail. Subul as-Salam, Bandung: Maktabah Dahlan, t.th
Al-Qusyairi, Muslim bin Hujaj Abu Husain, Shahih Muslim, Beirut: Dar Ihya al-Turas al-Arabi, t.th
An-Nasai, Ahmad bin Syuaib Abu Abdurrahman. Sunan al-Nasai, Halb: Maktab al-Mathbuat al-Islamiyyah, 1986
Ash-Shiddieqy, Hasbi. Falsafah Hukum Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001, cet. Ke-l, Edisi ke-2.
Dahlan, Abdul Azis (ed.). Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: CV. Penerbit J-Art, 2005.
Departeman Pendidikan dan Kebudayaan RI, Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Sumatra Barat, Jakarta: CV. Eka Darma, 1997.
Dokumen Perencanaan Bersama Masyarakat (PBM) Nagari Tabek Panjang Kec. Baso Kab. Agam.
Ghoffar E.M, M Abdul. Fiqih Wanita (terj), Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2000.
Hakimy, Idrus. Rangkaian Mustika Adat Basandi Syarak di Minangkabau, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997, cet. 7.
Ibrahim, Ibnu. Kado Perkawinan, (terj.) Jakarta: Pustaka Azzam, 2000.
Khalaf, Abdul Wahab. Ilmu Ushul Fiqih, Jakarta: Majelis Al-ala, 1972, Cet. Ke-3.
Majah, Ibnu. Sunan Ibnu Majah, Beirut: Dar al-Fikri, t.th, juz 1.
MS, Amir. Adat Minangkabau; Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang, Jakarta, PT Mutiara Sumber Widya, 2003, cet.3
_______. Tonggak Tuo Budaya Minang, Payakumbuh: CV Karya Indah, 1987, cet. 1
Muchtar, Muchsis St. Bandaro Putiah. Pelaksanaan Upacara Perkawinan Menurut Adat Nagari Di Minangkabau, Jakarta, Yayasan Citra Pendidikan Indonesia, Cet 1, 2004.
Nafis, A.A. Alam Terkembang Jadi Guru; Adat dan Kebudayaan Minangkabau, Jakarta: Grafiti Pers, 1984, cet.1
Qardhawi, Yusuf. Dr., Fatwa-Fatwa Kontemporer 2 (Terj), Jakarta: Gema Insani Press, 1999.
RPJM Nagari Tabek Panjang Th. 2006-2010
Sabiq, Sayyid. Fiqh Sunnah (terj Moh. Thalib), Bandung: PT. Alma’arif, Cet. 14, 1997
Sukmasari, Fiony. Perkawinan Adat Minangkabau, Jakarta: Karya Indah, 1983
Syarifuddin, Amir. Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2006.
Thalib, Muhammad. Perkawinan Menurut Islam, Surabaya, al-Ikhlas: 1993.
Umar, Anshori. Fiqih Wanita (Terj), Semarang: CV. Asy-Syifa’, 1986
Kantor Wali Nagari Tabek Panjang
Jorong Baso, suasana salah satu lokasi penelitian