TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR...

52
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH (H} } } AD{ { { A> > > NAH) BAGI ANAK HASIL HUBUNGAN INCEST SKRIPSI DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN DARI SYARAT-SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU DALAM ILMU HUKUM ISLAM OLEH: NAZULA HARFIYATI NIM. 04350123 PEMBIMBING: 1. Prof. Dr. H. KHOIRUDDIN NASUTION, M.A. 2. UDIYO BASUKI, S.H., M.Hum. AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2012

Transcript of TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR...

Page 1: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H }} }}AD {{ {{A >> >>NAH) BAGI ANAK HASIL HUBUNGAN

INCEST

SKRIPSI

DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN DARI SYARAT-SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU

DALAM ILMU HUKUM ISLAM

OLEH:

NAZULA HARFIYATI NIM. 04350123

PEMBIMBING:

1. Prof. Dr. H. KHOIRUDDIN NASUTION, M.A. 2. UDIYO BASUKI, S.H., M.Hum.

AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

2012

Page 2: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

ii

ABSTRAK

Secara epistimologis, incest (zina dengan saudara) didefinisikan sebagai relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin yang berkaitan darah dekat sekali lewat ikatan darah, atau hubungan seks di antara pria dan wanita di dalam atau di luar ikatan perkawinan, di mana mereka terkait dalam hubungan kekerabatan/keturunan yang dekat sekali. Beberapa tahun terakhir ini banyak terdengar dari berbagai media terjadinya kekerasan terhadap anak yang banyak dilakukan orang terdekat, yang merupakan keluarga mereka sendiri, dimana umumnya anak lebih merupakan korban perkosaan. Korban tidak boleh menikah dengan orang yang menghamilinya yang dalam hal ini adalah ayah atau saudara kandungnya sendiri karena dalam Islam dikenal istilah mahram (orang-orang yang haram dinikahi). Sedangkan dari kacamata medis, perkawinan incest tidak dianjurkan karena dikhawatirkan akan menimbulkan akibat medis pada keturunan selanjutnya. Persoalan yang timbul adalah bagaimana jika anak yang dikandung oleh korban incest tersebut ternyata terlahir dalam keadaan hidup dan sehat, karena belum tentu anak yang dilahirkan dari hasil hubungan incest akan terlahir cacat atau meninggal. Berdasarkan hal tersebut, penyusun ingin mengangkat dan menganalisa dua pokok permasalahan, yaitu bagaimana status nasab anak dari hasil hubungan incest dan tinjauan hukum Islam terhadap hak asuh (h{ad{a>nah) bagi anak hasil hubungan incest.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif, yaitu pendekatan yang dimaksudkan untuk menyelidiki secara mendalam ketentuan-ketentuan doktrinal dari nash al-Qur’an maupun hadis Nabi dikaitkan dengan pendapat ulama maŜhab khususnya maŜhab Syāfi’ ī, tentang masalah hak asuh anak hasil hubungan incest. Penelaahan secara normatif dilakukan dengan meneliti secara runtut argumentasi dan pertimbangan hukum yang digunakan dalam menentukan hak asuh bagi anak hasil hubungan incest berdasarkan norma-norma hukum Islam dan kaidah mas}lah}ah mursalah.

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa status anak hasil incest sama dengan status anak zina. Imam Hanafi maupun asy-Syāfi’ ī sepakat bahwa nasab anak zina tidak dinisbatkan kepada pasangan ibunya, tetapi dinisbatkan kepada ibunya. Selain itu, dalam Kompilasi Hukum Islam juga disebutkan bahwa anak yang lahir di luar perkawinan hanya mempunyai nasab dengan ibunya dan keluarga ibunya. Dengan dasar untuk menarik maslahat dan dengan seizin dari ibu dan keluarga ibu si anak, maka ayah sekaligus kakek sang anak hasil incest dimungkinkan untuk mengasuhnya, begitu juga dengan kasus incest yang terjadi dengan saudara lain yang masih mahram, di mana sang ibu dan keluarga ibu tidak mampu memenuhi kebutuhan pemeliharaan sang anak, maka ayah biologisnya dapat membantu pemeliharaannya, karena meskipun orang tua dari anak hasil hubungan incest tidak diperbolehkan menikah dalam hukum Islam, namun mereka tetap harus bertanggung jawab atas pengasuhan dan pemeliharaan anak. Keputusan untuk menyerahkan pengasuhan anak korban incest kepada ayahnya adalah berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, dan jika dilihat dari sudut pandang maqa>s}id asy-syari>’ah, hal ini sesuai dengan kemaslahatan sebagai tujuan dari dibentuknya hukum Islam.

Page 3: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

iii

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga FM-UINSK-BM-05-03/RO

SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI

Hal : Surat Persetujuan Skripsi/Tugas Akhir Kepada Yth. Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga di Yogyakarta Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah membaca, meneliti, memberi petunjuk dan mengoreksi, serta mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi Saudari: Nama : Nazula Harfiyati NIM : 04350123 Judul Skripsi : Tinjauan Hukum Islam terhadap Hak Asuh (H }ad{a>nah) bagi Anak Hasil Hubungan Incest sudah dapat diajukan kembali kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum Jurusan/Program Studi Al-Ahwal asy-Syakhsiyyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu dalam Ilmu Hukum Islam. Dengan ini kami mengharap agar skripsi/tugas akhir Saudari tersebut di atas dapat segera dimunaqasyahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 4 Ramadhan 1433 H

24 Juli 2012 M Pembimbing I

Prof. Dr. H. Khoiruddin Nasution, M.A. NIP. 19641008 199103 1 002

Page 4: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

iv

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga FM-UINSK-BM-05-03/RO

SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI

Hal : Surat Persetujuan Skripsi/Tugas Akhir Kepada Yth. Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga di Yogyakarta Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah membaca, meneliti, memberi petunjuk dan mengoreksi, serta mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi Saudari: Nama : Nazula Harfiyati NIM : 04350123 Judul Skripsi : Tinjauan Hukum Islam terhadap Hak Asuh (H }ad{a>nah) bagi Anak Hasil Hubungan Incest sudah dapat diajukan kembali kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum Jurusan/Program Studi Al-Ahwal asy-Syakhsiyyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu dalam Ilmu Hukum Islam. Dengan ini kami mengharap agar skripsi/tugas akhir Saudari tersebut di atas dapat segera dimunaqasyahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 4 Ramadhan 1433 H

24 Juli 2012 M

Page 5: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

v

Page 6: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB - LATIN

Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam penelitian ini berpedoman pada

keputusan bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

RI No. 158 Tahun 1987 dan No. 0543 b/U/1987. Secara garis besar uraiannya

adalah sebagai berikut:

I. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan ا

ba‘ b be ب

ta’ t te ت

sa s| es (dengan titik di atas) ث

jim j je ج

h h{ ha (dengan titik di bawah) ح

kha’ kh Ka dan ha خ

dal d de د

zal z| ze (dengan titik di atas) ذ

ra’ r er ر

zai z zet ز

sin s es س

syin sy es dan ye ش

sad s} es (dengan titik di bawah) ص

dad d{ de (dengan titik di bawah) ض

ta’ t} te (dengan titik di bawah) ط

za’ z{ zet (dengan titik di bawah) ظ

ain ‘ koma terbalik ke atas‘ ع

gain g ge غ

fa’ f ef ف

qaf q qi ق

Page 7: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

vii

kaf k ka ك

lam l ‘el ل

mim m ‘em م

nun n ‘en ن

waw w w و

ha’ h ha هـ

hamzah ’ apostrof ء

ya’ y ye ي

II. Konsonan Rangkap karena Syaddah ditulis rangkap

Ditulis muta’addidah ����دة Ditulis ‘iddah ��ة

III. Ta’ MarbMarbMarbMarbūtttt}} }}ahahahah di akhir kata

a. Bila dimatikan tulis h

�� Ditulis h{ikmah �� � Ditulis jizyah

(Ketentuan ini tidak diperlukan, bila kata-kata arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti zakat, salat dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya)

b. Bila ta’ marbūt}ah diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua

itu terpisah, maka ditulis dengan h

’ditulis karāmah al-auliyā آ�ا�� ا�و���ء

c. Bila ta’ marbūt}ah hidup atau dengan harakat, fath}ah, kasrah dan d{ammah ditulis t

ditulis zakāt al-fit}r زآ�ة ا����

IV. Vokal Pendek

fath}ah ditulis a ـَـ

ـِـ kasrah ditulis i ـ

ـُـ d{ammah ditulis u

Page 8: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

viii

V. Vokal Panjang

1. Fath}ah + alif ditulis ā ��� ditulis jāhiliyah ��ه

2. Fath}ah + ya’ mati ditulis ā � ditulis tansā "!ـ�

3. Kasrah + ya’ mati ditulis ī ditulis karīm آـ� �#

4. D{ammah + wawu mati ditulis ū {ditulis furūd %�وض

VI. Vokal Rangkap

1. Fath}ah + ya’ mati ditulis ai #!�& ditulis bainakum

2. Fath}ah + wawu mati ditulis au ditulis qaul ()ل

VII. Vokal Pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan

apostrof

ditulis a’antum أأ*�# ditulis u’iddat أ��ت

ـ�"#- ./� ditulis la’in syakartum VIII. Kata Sandang Alif + Lam

a. Bila diikuti huruf Qamariyyah

ditulis al-Qur’ān ا�1�2ن ditulis al-Qiyās ا���2س

b. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf

Syamsiyyah yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf l (el)-nya.

’ditulis as-Samā ا���ء ditulis asy-Syams ا�54

IX. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat

Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya.

}ditulis z|awi al-furūd ذوى ا���وض ditulis ahl as-Sunnah أه8 ا��!�

Page 9: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

ix

MOTTOMOTTOMOTTOMOTTO

”Siapa yang bersungguh-sungguh, akan berhasil”

“Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman

Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang

Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan

Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang”

(Imam Syafi’i)

Page 10: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

x

PERSEMBAHANPERSEMBAHANPERSEMBAHANPERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini kepada:

Ayahanda dan Ibunda tercinta, do’a dan kesabaran kalian berdua yang tiada henti selalu menjadi motivasi di

setiap langkah hidup Ananda.

Kakandaku, do’a dan pengorbanan waktumu selalu menjadi spirit dalam hidupku

Buah hatiku,

kau mengisi hidupku dengan kebahagiaan dan keceriaan

Adik-adikku yang semakin hari semakin aku banggakan, Teruslah berjuang dalam mencapai cita dan cinta

Almamaterku,

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Page 11: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

xi

KATA PENGANTAR

‡à¨a@µ¾bÈÛa@lŠ@� , ‡à«@æc@‡è’c@ë@�a@üg@éÛg@ü@æc@‡è’ca �a@Þì�Š ,@

ã‡î�@óÜÇ@áÜ�ë@Ý–@áèÜÛa@b–ë@éÛa@óÜÇë@‡à«z‡Èi@bßc@µÈ»c@éj.

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah Swt atas segala nikmat dan

karunia-Nya yang tak terhingga, sehingga penyusun dapat mengarungi proses

pembelajaran akademik di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Shalawat serta salam

semoga selalu terlimpah kepada Nabi agung Muhammad Saw beserta keluarga

dan para sahabat.

Setelah melalui proses panjang, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul ”Tinjauan Hukum Islam terhadap Hak Asuh (H}ad{a>nah) bagi

Anak Hasil Hubungan Incest”. Dalam kesempatan ini perkenankan penyusun

menghaturkan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah terlibat,

baik secara langsung maupun tidak langsung dalam membantu penyusunan skripsi

ini, yaitu kepada:

1. Bapak Noorhaidi, S. Ag., M.A., M. Phil., Ph.D., selaku Dekan Fakultas

Syari’ah dan Hukum, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Samsul Hadi, S. Ag., M.Ag. selaku Ketua Jurusan al-Ahwal asy-

Syakhsiyyah.

3. Bapak Drs. Malik Ibrahim, M.Ag., selaku dosen Penasihat Akademik, yang

telah banyak memberikan arahan dan dukungan kepada penyusun.

Page 12: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

xii

4. Bapak Prof. Dr. H. Khoiruddin Nasution, M.A., selaku pembimbing I yang

telah memberikan saran serta kritikan yang konstruktif dan bermanfaat

sehingga proses penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Bapak Udiyo Basuki, S.H., M.Hum., selaku pembimbing II yang telah

meluangkan waktu memberikan bimbingan, masukan, koreksi, sekaligus

kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Para pengajar di Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta, yang telah mengajarkan ilmunya dengan ikhlas dan tulus.

7. Segenap karyawan Fakultas Syari’ah dan Hukum, yang telah bekerja keras

dalam mendampingi seluruh proses administrasi penyusun untuk mendapatkan

gelar kesarjanaan dari fakultas tercinta ini.

8. Abah dan Umiku tercinta, atas doa dan kesabarannya yang menjadi mutiara

tauladan bagi penyusun dalam memahami makna ikhlas, amanah, jujur, dan

istiqamah dalam mengarungi bahtera kehidupan.

9. Bpk. H. Chairun Asror dan Ibu Hj. Karimah Thoifur, atas doa dan motivasinya

kepada penyusun.

10. Suamiku Adib dan puteriku Nayla tersayang, yang telah menyemangati dan

mewarnai hari-hariku.

11. Kakakku Mbak Mila dan Mas Aji serta adik-adikku: Diddy, Emma, Naufal,

Fahri, dan Auny, yang aku banggakan.

12. Teman-teman AS C angkatan 2004, atas kesetiakawanan dan pertemanan yang

tidak akan terlupakan.

Page 13: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

xiii

13. Semua pihak yang telah berjasa memberikan bantuan kepada penyusun, yang

tidak dapat penyusun sebutkan satu per satu.

Semoga doa, bantuan, dan motivasi yang telah diberikan menjadi amal

saleh dan mendapat balasan di sisi Allah Swt.

Penyusun sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna

dan masih banyak terdapat kekurangan yang harus diperbaiki. Untuk itu,

diharapkan saran dan masukan dari berbagai pihak. Semoga hasil penelitian ini

dapat memperkaya khasanah keilmuan dan bermanfaat bagi pihak-pihak yang

membutuhkan.

Akhirnya hanya kepada Allah Swt, penyusun memohon ampunan dan

berserah diri. Semoga kita senantiasa mendapat hidayah-Nya. A<mi>n ya> Rabbal

‘A <lami>n…

Yogyakarta, 7 Ramadhan 1433 H 27 Juli 2012 M

Penyusun,

Nazula Harfiyati

Page 14: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

ABSTRAK ..................................................................................................... ii

SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI .............................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ v

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN .......................................... vi

HALAMAN MOTTO .................................................................................... ix

HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... x

KATA PENGANTAR .................................................................................... xi

DAFTAR ISI .................................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1

B. Pokok Masalah ........................................................................... 5

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................. 5

D. Telaah Pustaka ............................................................................ 6

E. Kerangka Teoretik ...................................................................... 9

F. Metode Penelitian ....................................................................... 14

G. Sistematika Pembahasan ............................................................. 16

BAB II HAK ASUH ANAK DALAM HUKUM ISLAM

A. Pengertian H{ad {a >nah ................................................................... 19

B. Dasar Hukum H {ad {a >nah .............................................................. 20

C. Urutan Orang yang Berhak untuk Mengasuh Anak ..................... 21

D. Batas Waktu Pengasuhan Anak ................................................... 24

Page 15: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

xv

E. Syarat-Syarat Pengasuhan Anak.................................................. 28

F. Biaya H {ad {a >nah ........................................................................... 31

BAB III TINJAUAN UMUM DAN PANDANGAN HUKUM ISLAM

TENTANG INCEST

A. Pengertian dan Bentuk-Bentuk Incest.......................................... 34

B. Faktor-Faktor Penyebab Incest .................................................... 42

C. Dampak yang Muncul Akibat Perilaku Incest ............................. 47

D. Incest dalam Pandangan Hukum Islam ........................................ 49

E. Incest sebagai Perbuatan Keji yang Bertentangan dengan Hak

Pengasuhan Anak ....................................................................... 55

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ANAK

SEBAGAI IMPLIKASI TERJADINYA INCEST

A. Status Anak dari Hasil Hubungan Incest ..................................... 68

B. Analisis Hukum Islam terhadap Hak Asuh (H}ad{a>nah) bagi Anak

Hasil Hubungan Incest ................................................................ 71

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................. 81

B. Saran-saran ................................................................................. 83

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 85

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TERJEMAHAN .............................................................. I

BIOGRAFI ULAMA DAN SARJANA ........................................... VII

CURRICULUM VITAE .................................................................. X

Page 16: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rumah tangga atau keluarga adalah unit terkecil dan terpenting dari

suatu masyarakat dimana manusia belajar untuk beradaptasi dan berinteraksi

dengan tujuan menciptakan dan memelihara norma-norma kebudayaan,

perkembangan fisik, mental, dan emosi setiap anggotanya.

Keluarga diartikan sebagai sanak saudara; kaum kerabat, juga

digunakan untuk pengertian: seisi rumah; anak bini; ibu bapak dan anak-

anaknya, juga berarti orang-orang seisi rumah yang menjadi tanggungan;

batih1, sedangkan dalam literatur Arab keluarga diistilahkan dengan ahlu

yang memiliki arti: keluarga (أه�ن ، اه�ل) jamaknya ahlūna dan āhāl (ا�ه�)

atau kerabat, 2 seperti tersebut dalam ayat-ayat berikut ini:

3 ���� ����� وا وأ��أه�� �����ة

4 ���ا ��ا ��أ�ا أ"&%$# واه��$# "�را � ءا�'

Rumah tangga dibentuk melalui perkawinan antara dua orang yang

karenanya statusnya menjadi suami dan isteri. Unsur keluarga terdiri dari

suami, isteri, dan anak. Anak yang notabene merupakan unsur termuda dalam

1 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tim Penulis Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa DEPDIKBUD, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hlm. 413.

2 Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Ahmad Warson Munawwir, cet. ke-

25 (Surabaya: Pustaka Progressif, 2002), hlm. 46. 3 T}a>ha> (20): 132. 4 At-Tah}ri>m (66): 6.

Page 17: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

2

keluarga mengandalkan orang-orang dewasa di sekitarnya untuk melindungi,

mengasuh, memberikan dorongan, dan membantu mereka bertahan hidup.

Ironisnya, beberapa tahun terakhir ini banyak terdengar dari berbagai

media terjadinya kekerasan terhadap anak yang ternyata banyak dilakukan

oleh orang terdekat mereka yang merupakan keluarga mereka sendiri.

Beberapa LSM dan LBH juga telah melaporkan dan mencoba mengatasi

kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak, belum termasuk kasus yang

tidak dilaporkan karena korban tidak berani memberitahukan kepada orang

lain tentang kekerasan yang terjadi padanya karena adanya ancaman dari

pelaku kekerasan tersebut.

Menurut Fadmi Sustiwi, saat ini berbagai kasus kekerasan mengintip

dan membayangi kehidupan anak. Mulai dari penganiayaan, penculikan,

perdagangan anak, hingga kekerasan seksual.5 Kekerasan seksual sendiri

paling sering terjadi pada anak perempuan dibandingkan anak laki-laki. Hal

ini mugkin terjadi karena karakteristik fisik perempuan yang lebih lemah bila

dibandingkan laki-laki.

Tindak kekerasan seksual yang mungkin paling sulit dinalar adalah

incest. Dalam kasus incest antara ayah dengan anak, pada umumnya anak

merupakan korban perkosaan. Dengan demikian, ada unsur kekerasan seksual

yang dilakukan ayah terhadap putri kandungnya. Sebagai perkosaan, incest

adalah salah satu bentuk tindakan kekerasan seksual yang paling dikutuk

karena menyebabkan penderitaan yang luar biasa bagi korbannya. Namun,

5 Fadmi Sustiwi, “Kekerasan yang Membayangi Anak-anak (1): Terjadi di Rumah yang

Mestinya Melindungi,” Kedaulatan Rakyat, (Senin, 3 November 2003), hlm. 6.

Page 18: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

3

yang mencemaskan, dari waktu ke waktu kasus incest sepertinya tetap saja

terjadi, dan bahkan anak-anak yang menjadi korban cenderung meluas. Anak-

anak dari keluarga miskin, anak yang memiliki orangtua pemabuk atau

pengguna narkotik, atau anak yang memiliki orangtua yang tidak harmonis,

biasanya cenderung rawan untuk diperlakukan salah termasuk menjadi korban

incest.

Jika kasus incest tidak segera diungkap ke publik, akibat yang nyata di

hadapan kita adalah sama saja dengan ‘membunuh’ karakter dan hidup korban

secara tidak langsung yang sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Sebab

jelas Islam sebagai hukum umum melarang semua perbuatan keji baik secara

fisik, mental, emosional atau spiritual. Dengan mempertimbangkan nilai

kemanusiaan dan larangan berbuat keji di sini dapat dilihat bahwa Islam tidak

menyepakati tindakan perkosaan incest dan kekerasan.

Dalam kasus perkosaan incest, hanya dengan hamilnya korban dapat

merupakan bukti nyata akan kejadian yang selama ini ditutup-tutupi.

Kehamilan justru belum tentu membawa korban keluar dari lingkaran yang

menakutkannya, akan tetapi melahirkan pilihan-pilihan lain yang lebih

dilematis; aborsi atau siap dihina dan dipojokkan masyarakat. Korban tidak

bisa dan bahkan tidak boleh menikah dengan orang yang menghamilinya yang

dalam hal ini adalah ayah atau saudara kandungnya sendiri karena dalam

agama Islam hal itu dilarang. Dilarangnya perkawinan incest karena dalam

Islam dikenal istilah mahram (orang-orang yang haram dinikahi, termasuk

ayah kandung). Alasannya adalah bahwa orang-orang ini tanpa ikatan

Page 19: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

4

pernikahan pun memiliki kewajiban sebagai pelindung. Sedangkan dari

kacamata medis, perkawinan incest tidak dianjurkan karena dikhawatirkan

akan menimbulkan akibat medis pada keturunan selanjutnya.

Persoalan yang timbul adalah bagaimana jika anak yang dikandung

oleh korban incest tersebut ternyata terlahir dalam keadaan hidup dan sehat,

karena belum tentu anak yang dilahirkan dari hasil hubungan incest akan

terlahir cacat atau meninggal. Hal ini ditegaskan oleh Dr. Ramonasari, Kepala

divisi Kesehatan Reproduksi Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia

(PKBI) Jakarta yang menyatakan bahwa tidak setiap pernikahan incest akan

melahirkan keturunan yang memiliki kelainan atau gangguan kesehatan. Bisa

saja gen-gen yang diturunkan baik dan melahirkan anak yang normal.

Walaupun begitu, kelemahan genetik lebih berpeluang muncul dan riwayat

genetik yang buruk akan bertambah dominan serta banyak muncul ketika lahir

dari orang tua yang memiliki kedekatan keturunan. Pada kasus incest,

penyakit resesif yang muncul dominan. Namun gangguan emosional juga bisa

timbul bila perlakuan buruk terjadi saat pertumbuhan dan perkembangan janin

pra dan pasca kelahiran.6

Terlepas dari apakah anak yang terlahir itu cacat atau tidak, yang pasti

jika anak tersebut terlahir dalam keadaan hidup, sang Ibu sebagai orang tua

berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memeliharanya karena

bagaimanapun juga anak tersebut adalah darah dagingnya sendiri.

6 “Anak Perempuan Hasil Incest Lebih Rentan terhadap Penyakit Genetik,”

http://www.rahima.or.id/SR/08-03/Opini1.htm, akses 13 Agustus 2008.

Page 20: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

5

Pelaku tindakan incest (ayah, kakek, kakak, paman, dan seterusnya)

yang seharusnya mempunyai kekuasaan dan kekuatan untuk melindungi,

mendidik, dan mengarahkan – yang dalam istilah hukum Islam bertindak

sebagai wali bagi harta dan jiwa korban (anak perempuan, cucu, adik

perempuan, keponakan, dan seterusnya) justru menjadi pelaku utama yang

menganiaya diri korban.

Dalam Islam, anak yang lahir di luar pernikahan yang sah bernasab

kepada ibunya. Lalu bagaimana dengan status nasab anak yang lahir dari

hubungan incest? dan bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap hak asuh

(h{ad{a>nah) bagi anak hasil hubungan incest?

Penyusun tertarik untuk menganalisa status nasab anak dan tinjauan

hukum Islam atas pengasuhan anak yang lahir dari hubungan incest menjadi

skripsi dengan judul ”Tinjauan Hukum Islam terhadap Hak Asuh (H }ad{a>nah)

bagi Anak Hasil Hubungan Incest”.

B. Pokok Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penyusun mengangkat

beberapa pokok permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana status nasab anak yang lahir dari hasil hubungan incest?

2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap hak asuh (h{ad{a>nah) bagi anak

hasil hubungan incest?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Page 21: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

6

a. Menjelaskan status nasab anak dari hasil hubungan incest.

b. Menjelaskan tinjauan hukum Islam terhadap hak asuh (h{ad{a>nah) bagi

anak hasil hubungan incest.

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Ilmiah

Kajian skripsi ini diharapkan dapat memberikan kotribusi pemikiran

bagi khazanah ilmu pengetahuan pada umumnya dan hukum Islam

pada khususnya, terutama yang berkaitan dengan hak asuh (h{ad{a>nah)

bagi anak hasil hubungan incest.

b. Kegunaan Praktis

Penyusun berharap skripsi ini dapat memberikan sumbangan

pemikiran bagi pengembangan hukum Islam di lingkungan Peradilan

Agama dan masyarakat terutama dalam rangka meningkatkan usaha

perlindungan terhadap hak-hak anak.

D. Telaah Pustaka

Pada dasarnya cukup banyak studi dan karya ilmiah yang sudah

dilakukan untuk mengupas tentang hak asuh anak. Demikian halnya ada

beberapa karya yang berbicara mengenai masalah incest.

Ada beberapa karya ilmiah yang penyusun temukan berkaitan dengan

hak asuh anak dan incest namun terdapat perbedaan yang signifikan dengan

penelitian yang dikaji oleh penyusun.

Page 22: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

7

Pertama, skripsi yang disusun oleh Isyarotul Aula dengan judul

”Kedudukan Anak Hasil Hubungan Incest dalam Kewarisan Islam”.7 Skripsi

ini hanya membahas tentang bagaimana kedudukan anak hasil hubungan

incest dengan melihat dari kelahirannya yang di luar perkawinan yang dalam

hukum Islam kedudukannya menjadi anak yang tidak sah atau anak zina.

Meskipun membahas tentang incest, skripsi ini tidak membahas mengenai hak

asuh bagi anak korban incest melainkan membahas mengenai kedudukan anak

hasil hubungan incest tersebut dalam kewarisan Islam.

Kedua, skripsi dengan judul ”Status Wali Nikah bagi Pelaku Incest”

yang disusun oleh Muhammad Arief Setiawan.8 Skripsi ini meneliti tentang

pengaruh incest terhadap status wali nikah seseorang yang telah melakukan

tindakan incest dan mendeskripsikan tentang incest dan berbagai faktor yang

melingkupinya, namun tidak membahas mengenai status nasab anak hasil

hubungan incest dan tinjauan hukum Islam terhadap hak asuh anak hasil

hubungan incest.

Ketiga, skripsi yang disusun oleh Arif Rudiansyah dengan judul ”Hak

Pengasuhan Anak Akibat Perceraian dalam Pandangan Hukum Islam dan

Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak”.9 Dalam

skripsi ini dibahas mengenai pandangan Undang-Undang No. 23 Tahun 2002

7 Isyarotul Aula, “Kedudukan Anak Hasil Hubungan Incest dalam Kewarisan Islam,”

skripsi Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2003), tidak diterbitkan. 8 Muhammad Arief Setiawan, ”Status Wali Nikah bagi Pelaku Incest,” skripsi Fakultas

Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2005), tidak diterbitkan. 9 Arif Rudiansyah, ”Hak Pengasuhan Anak Akibat Perceraian dalam Pandangan Hukum

Islam dan Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,” skripsi Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2008), tidak diterbitkan.

Page 23: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

8

tentang Perlindungan Anak, serta Hukum Islam mengenai hak pengasuhan

anak pasca perceraian dan dimana letak persamaan dan perbedaan dari kedua

perangkat hukum tersebut dalam konteks sekarang ini. Hasil dari penelitian ini

di antaranya adalah, dalam UU Perlindungan Anak orang tua mempunyai hak

yang setara dan sama untuk mengasuh dan memelihara anak sedangkan hak

pengasuhan anak pada hukum Islam diberikan secara eksplisit kepada ibunya

pasca perceraian. Skripsi ini hanya membandingkan pengaturan hak asuh anak

akibat perceraian dari segi agama dan negara namun tidak meneliti tentang

hak asuh anak korban incest.

Keempat, Skripsi tentang hak asuh anak angkat dengan judul ”Hak

Asuh (Hadanah) Anak Angkat Akibat Perceraian Orang Tua Angkat dalam

Perspektif Hukum Islam” yang disusun oleh Farida Nur Hayati.10 Hasil

analisis memperlihatkan bahwa dalam Kompilasi Hukum Islam dinyatakan

bahwa hak pemeliharaan anak selama anak angkat tersebut di bawah umur

adalah diberikan pada ibu angkat, jika telah dewasa atau cukup umur sang

anak angkat boleh memilih ingin ikut dengan siapa, meskipun demikian

semua biaya pemeliharaan anak angkat tersebut dibebankan kepada ayah

angkat. Hak pemeliharaan dan segala biaya kebutuhan sang anak angkat akan

berakhir sampai anak angkat tersebut dewasa, mandiri atau telah menikah.

Skripsi ini membahas tentang siapa yang berhak mendapatkan hak asuh anak

angkat setelah terjadi perceraian, bukan hak asuh anak korban incest.

10 Farida Nur Hayati, ”Hak Asuh (Hadanah) Anak Angkat Akibat Perceraian Orang Tua

Angkat dalam Perspektif Hukum Islam,” skripsi Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2008), tidak diterbitkan.

Page 24: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

9

Kelima, Skripsi oleh Lati Gumilang Khayat Saputra dengan judul

”Penelantaran Anak (Studi Komparatif Hukum Islam dan UU No. 23 Tahun

2002 tentang Perlindungan Anak)”.11 Skripsi ini membahas tentang

penelantaran anak yang notabene adalah salah satu bentuk kekerasan terhadap

anak, sama halnya dengan incest, dikaitkan dengan UU No 23 Tahun 2002

tentang Perlindungan Anak serta perbandingannya dalam hukum Islam.

Skripsi ini tidak meneliti secara spesifik tentang perlindungan anak khusunya

pengasuhan anak yang merupakan korban incest.

E. Kerangka Teoretik

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai hak asuh anak (h{ad{a>nah)

maka perlu adanya pembatasan pembahasan hanya pada konteks hukum Islam

Indonesia yang lebih cenderung mengadopsi pendapat-pendapat dari maŜhab

Syāfi’ ī karena pandangan maŜāhib mengenai hak asuh anak sangat luas dan

variatif. Selain itu, pembatasan ini diperlukan sebagai patokan pembahasan

karena memang realitas aturan hukum Islam yg digunakan oleh masyarakat

muslim Indonesia adalah Undang-Undang No. 1 tahun 1974 dan Kompilasi

hukum Islam yang ’ber-maŜhab’ asy-Syāfi’ ī. Namun demikian, bukan berarti

kemudian kita meninggalkan pandangan para ulama fikih (maŜhab) yang lain

dalam pembahasan ini. Pandangan-pandangan beberapa maŜhab justru perlu

dihadirkan dalam rangka mengkritisi dan meng-counter materi atau wacana

hukum Islam yang dikembangkan di Indonesia.

11 Lati Gumilang Khayat Saputra, ”Penelantaran Anak (Studi Komparatif Hukum Islam dan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak),” skripsi Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2008), tidak diterbitkan.

Page 25: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

10

Dalam hukum keluarga Islam, pembahasan mengenai h{ad{a>nah

menjadi cukup penting karena menyangkut hak-hak anak yang merupakan

generasi muda yang berperan sebagai penerus kelangsungan kehidupan

manusia di muka bumi. Hak asuh (h{ad{a>nah) merupakan hak bagi anak-anak

yang masih kecil karena ia membutuhkan pengawasan, penjagaan, pelaksana

urusannya dan orang yang mendidiknya. Pendidikan yang paling penting ialah

anak kecil dalam pangkuan ibu-bapaknya karena dengan pengawasan dan

perlakuan mereka kepadanya secara baik akan menumbuhkan jasmani dan

akalnya, membersihkan jiwanya serta mempersiapkan diri anak menghadapi

kehidupannya di masa yang akan datang.

Pentingnya hak pengasuhan anak ini juga menjadi pembahasan dan

tercantum dalam Undang-Undang Perkawinan Republik Indonesia Nomor 1

Tahun 1974 pada Bab X tentang hak dan kewajiban orang tua dan anak, yang

berbunyi:

(1) Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya.12

(2) Kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini berlaku sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri. Kewajiban mana berlaku terus meskipun perkawinan antara kedua orang tua putus.13

Selain itu juga tersebut dalam Kompilasi Hukum Islam Bab XII

tentang hak dan kewajiban suami isteri yang berbunyi:

Suami isteri memikul kewajiban untuk mengasuh dan memelihara anak anak mereka, baik mengenai pertumbuhan jasmani, rohani maupun kecerdasannya dan pendidikan agamanya.14

12 Pasal 45 ayat (1). 13 Pasal 45 ayat (2). 14 Pasal 77 ayat (3).

Page 26: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

11

Menurut dasar-dasar hukum di atas maka semakin jelas pentingnya hak

pengasuhan anak yang diberikan oleh orang tua mereka, baik saat kedua orang

tua masih hidup bersama maupun saat mereka sudah berpisah.

Di sisi lain tujuan utama disyariatkannya hukum (maqa>s}id asy-

syari>’ah) pada dasarnya adalah untuk memelihara kemaslahatan dan sekaligus

menghindari kemafsadatan, baik di dunia maupun di akherat. Tujuan hukum

harus diketahui dalam rangka mengembangkan pemikiran hukum dalam Islam

secara umum dan menjawab persoalan-persoalan hukum kontemporer yang

kasusnya tidak diatur secara eksplisit oleh al-Qur’an dan hadis. Lebih dari itu

dengan mengetahui tujuan hukum maka diharapkan dapat diketahui apakah

suatu kasus masih dapat diterapkan berdasarkan satu ketentuan hukum, atau

karena adanya perubahan struktur sosial, hukum tersebut tidak dapat

diterapkan.

Dalam rangka mewujudkan kemaslahatan tersebut, berdasarkan teori

maqa>s}id asy-syari>’ah, menurut asy-Syātibī, tercakup di dalamnya kategorisasi

tingkat kepentingan atau kebutuhan atau skala prioritas penetapan hukum yang

meliputi d}arūriyyāt, h{ājiyyāt, dan tah{sīniyyāt.15

Lebih lanjut, dalam proses penggalian hukum ada lima unsur pokok

yang harus dipelihara dan diwujudkan, yaitu: pertama, terpeliharanya agama

(h{ifŜ ad-dīn), kedua, terpeliharanya jiwa (h{ifŜ an-nafs), ketiga, terpeliharanya

akal (h{ifŜ al-’aql), keempat, terpeliharanya keturunan (h{ifŜ an-nasl), dan

15 Abu Ishaq Ibrahim asy-Syātibī, al-Muwāfaqāt fi Uṣūl al-Aḥkām (Mesir: Maktabah

Muhammad Ali Shabih wa Auladihi, t.t.), II: 4.

Page 27: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

12

kelima, terpeliharanya harta (h{ifŜ al-māl).16 Dengan demikian, sebuah produk

hukum akan dianggap memberikan nilai kemaslahatan manakala ia dapat

memelihara kelima aspek tersebut. Sebaliknya, ia dianggap memberikan

mafsadat manakala ia tidak dapat memelihara kelima unsur tersebut dengan

baik.

Untuk menjaga kelima aspek tersebut dapat ditempuh dengan dua cara,

yaitu:

a. Dari segi eksistensinya (min na>h}iyyati al-wuju>d), yaitu dengan cara

menjaga dan memelihara hal-hal yang dapat melanggengkan

keberadaannya.

b. Dari segi penegasiannya (min na>h}iyyati al-‘adam) yaitu dengan cara

mencegah hal-hal yang menyebabkan ketiadaannya.

Urutan kelima d}arūriyyāt ini bersifat ijtiha>diy bukan naqliy, artinya ia

disusun berdasarkan pemahaman para ulama terhadap nas} yang diambil

dengan cara istiqra>’ . Dalam merangkai kelima d}arūriyyāt ini (ada juga yang

menyebutnya dengan al-kulliyya>t al-khamsah), Imam asy-Syātibī terkadang

lebih mendahulukan ‘aql daripada nasl, terkadang nasl terlebih dahulu

kemudian ‘aql, dan terkadang nasl kemudian ma>l dan terakhir ‘aql. Namun

satu hal yang perlu dicatat bahwa dalam susunan yang manapun, asy-Syātibī

tetap selalu mengawalinya dengan ad-di>n dan an-nafs terlebih dahulu.

Dalam al-muwa>faqa>t ada dua versi urutan al-kulliyya>t al-khamsah ini.

Versi pertama urutannya adalah sebagai berikut: ad-di>n (agama), an-nafs

16 Ibid., hlm. 5.

Page 28: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

13

(jiwa), an-nasl (keturunan), al-ma>l (harta), dan al-‘aql (akal). Versi kedua

adalah: ad-di>n, an-nafs, al-‘aql, an-nasl, dan al-ma>l. Sedangkan dalam al-

I’tis}a>m urutannya adalah: ad-di>n, an-nafs, an-nasl, al-‘aql, dan al-ma>l.

Perbedaan urutan di atas menunjukkan bahwa semuanya sah-sah saja

karena sifatnya ijtihadi. Para ulama ushul lainnya pun tidak pernah ada kata

sepakat tentang hal ini. Menurut al-Amidi, urutannya adalah: ad-di>n, an-nafs,

an-nasl, dan al-ma>l.17 Sedangkan bagi al-Qarafi, urutannya adalah: an-nufu>s,

al adya>n, al-ans}a>b, al-‘uqu>l, al-amwa>l atau al-a’rad}.18 Sementara menurut al-

Ghazali urutannya adalah: ad-di>n, an-nafs, al-‘aql, an-nasl, dan al-ma>l.19

Cara kerja kelima d}arūriyyāt di atas adalah masing-masing harus

berjalan sesuai urutannya. Menjaga ad-di>n harus lebih didahulukan daripada

menjaga yang lainnya, menjaga an-nafs harus lebih didahulukan daripada al-

‘aql dan an-nasl, begitu seterusnya.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori mas}lah}ah, yaitu

suatu perbuatan yang mengandung manfaat dan menolak kemadaratan dalam

rangka memelihara tujuan syara’. Tujuan disyariatkannya hukum Islam adalah

untuk memenuhi keperluan hidup manusia yang bersifat primer, sekunder, dan

tersier, atau dalam istilah fikih disebut darūriyyāt, h{ājiyyāt, dan tah{sīniyyāt,

seperti tersebut di atas. Sebagian ulama atau intelektual menggunakan

mas}lah}ah mursalah dalam istinbat hukum. Mas}lah}ah mursalah yaitu

17 Al-Amidi, Al-Ihka>m fi Us}ul al-Ahka>m (ttp.: Muassasahal-Halaby, 1991), IV: 252. 18 Al-Qarafi, Syarh} Tanqi>h al-Fus}u>l (ttp.: Maktabah al-Kulliyah al-Azhariyyah, t.t.), hlm.

391. 19 Al-Ghazali, Al-Mustasfa (Beirut: Da>r al-Fikr, 1997), I: 258.

Page 29: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

14

mas}lah}ah yang tidak didukung oleh nas atau syara’ yang rinci tetapi didukung

oleh sekumpulan makna nas yang berupa ayat ataupun hadis.20

Dengan kerangka teoretik sebagaimana yang telah dipaparkan,

penyusun mencoba membahas dan meneliti mengenai tinjauan mas}lah}ah

terhadap hak asuh bagi anak hasil hubungan incest.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam pembahasan skripsi ini penyusun menggunakan jenis penelitian

pustaka (library research). Penelitian pustaka adalah teknik pengumpulan

data dengan cara mempelajari, mengkaji dan memahami sumber-sumber

data yang ada pada beberapa buku yang terkait dalam penelitian21, yaitu

dengan mempelajari dan mengakaji buku-buku, kitab-kitab fiqh, atau nash-

nash al-Qur’an yang berhubungan erat dengan pokok permasalahan status

nasab dan hak asuh anak hasil hubungan incest.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik, yaitu dengan cara mengumpulkan

data-data sesuai dengan yang sebenarnya kemudian data-data tersebut

disusun, diolah dan dianalisis untuk dapat memberikan gambaran

mengenai masalah yang ada.22 Penyusun akan mengumpulkan data-data

mengenai incest dan hak asuh anak, kemudian menyusun dan mengolah

20 Nasrun Harun, Ushul Fiqh I, cet. ke-1 (Jakarta: Logos, 1996), hlm. 115-116. 21 Moh. Nasir, Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hlm. 65. 22 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, cet. ke-12 (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2008),

hlm. 105.

Page 30: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

15

data-data tersebut untuk memberikan gambaran mengenai status nasab

anak dari hasil hubungan incest dan selanjutnya dianalisis sehingga

didapatkan jawaban mengenai hak asuh bagi anak hasil hubungan incest

tersebut.

3. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan normatif. Penelitian

hukum normatif (yuridis normatif)23 adalah metode penelitian hukum yang

dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka.24

Penelitian ini dimaksudkan untuk menyelidiki secara mendalam ketentuan-

ketentuan doktrinal dari nash al-Qur’an maupun hadis Nabi dikaitkan

dengan pendapat ulama maŜhab tentang masalah hak asuh anak hasil

hubungan incest. Penelaahan secara normatif dilakukan dengan meneliti

secara runtut argumentasi dan pertimbangan hukum yang digunakan dalam

menentukan hak asuh bagi anak hasil hubungan incest berdasarkan norma-

norma hukum Islam dan kaidah mas}lah}ah mursalah.

4. Metode Pengumpulan Data

23 Mengenai istilah penelitian hukum normatif, tidak terdapat keseragaman diantara para

ahli hukum. Diantara pendapat beberapa ahli hukum dimaksud, yakni: Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, menyebutkan dengan istilah metode penelitian hukum normatif atau metode penelitian hukum kepustakaan (Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat (Jakarta: Rajawali Pers, 2001), hlm. 13-14.); Soetandyo Wignjosoebroto, menyebutkan dengan istilah metode penelitian hukum doktrinal (Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum, Paradigma Metode dan Dinamika Masalahnya (Jakarta: Elsam dan Huma, 2002), hlm. 147); Sunaryati Hartono, menyebutkan dengan istilah metode penelitian hukum normatif (C.F.G. Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad Ke-20 (Bandung: Alumni, 1994), hlm. 139); dan Ronny Hanitjo Soemitro, menyebutkan dengan istilah metode penelitian hukum yang normatif atau metode penelitian hukum yang doktrinal (Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, cet. ke-5 (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994), hlm. 10).

24 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan

Singkat (Jakarta: Rajawali Pers, 2001), hlm. 13-14.

Page 31: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

16

Penelitian ini termasuk jenis penelitian pustaka. Oleh karena itu, teknik

yang digunakan dalam pengumpulan data adalah pengumpulan data literer,

yaitu bahan-bahan pustaka yang koheren dengan objek pembahasan yang

dimaksud.25 Penyusun akan menelusuri, mengkaji, dan menelaah berbagai

literatur serta bahan pustaka lainnya seperti buku-buku, majalah-majalah,

koran, dan lainnya yang berhubungan dengan hak asuh anak dan incest.

5. Analisis Data

Dalam menganalisa data yang terkumpul, penyusun menggunakan metode

berpikir deduktif, yaitu cara berpikir dalam penarikan kesimpulan yang

ditarik dari sesuatu yang sifatnya umum yang sudah dibuktikan bahwa dia

benar dan kesimpulan itu ditujukan untuk sesuatu yang sifatnya khusus.26

Dalam hal ini sesuatu yang umum itu adalah norma tentang hak asuh anak

yang kemudian ditarik kesimpulan yang khusus yaitu hak asuh anak hasil

hubungan incest.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah pembahasan, penyusun menggunakan

sistematika pembahasan yang terbagi dalam lima bab sebagai berikut:

Bab pertama berisi pendahuluan yang memuat latar belakang masalah,

pokok masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka, kerangka

teoretik, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Unsur-unsur ini

25 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka

Cipta, 1990), hlm. 24. 26 Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian (Bandung: CV. Mandar

Maju, 2002), hlm. 23.

Page 32: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

17

dikemukakan terlebih dahulu untuk mengetahui secara persis signifikansi

penelitian, sejauh mana penelitian terhadap subyek yang sama telah dilakukan,

pendekatan dan teori apa yang akan digunakan, serta apa yang menjadi pokok

permasalahnya.

Bab kedua mengulas tentang tinjauan umum tentang incest yang

mencakup mengenai pengertian umum incest, bentuk-bentuk incest, faktor-

faktor penyebab incest, akibat yang ditimbulkan oleh pelaku incest, dan incest

dalam pandangan hukum Islam. Pengetahuan ini penting untuk memahami

dengan baik tentang sebab dan akibat yang muncul dari tindakan incest yang

kemudian akan dikaitkan dengan masalah hak asuh anak (h{ad{a>nah) pada bab

selanjutnya.

Bab ketiga mengupas tentang hak asuh anak (h{ad{a>nah) dalam hukum

Islam yang di dalamnya memuat pengertian h{ad{a>nah, dasar hukumnya, urutan

orang yang berhak untuk mengasuh anak, batas waktu pengasuhan anak,

syarat-syarat pengasuhan anak, dan biaya h{ad{a>nah. Bab ini merupakan salah

satu pokok penelitian yang diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas

dan obyektif tentang konsep h{ad{a>nah menurut pandangan para fuqahā’ ,

Undang-undang Perkawinan, serta Kompilasi Hukum Islam yang ada di

Indonesia.

Bab keempat berisi analisis tentang implikasi incest terhadap hak asuh

anak menurut hukum Islam yang terdiri dari pemaparan mengenai incest

sebagai perbuatan keji yang bertentangan dengan hak pengasuhan anak,

analisa ist{inbāt hukum para fuqahā’ dalam menetapkan status anak dari hasil

Page 33: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

18

hubungan incest, dan tinjauan hukum Islam terhadap hak asuh (h}ad{a>nah) bagi

anak hasil hubungan incest.

Bab kelima berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-

saran.

Page 34: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

81

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah menelaah data dan teori-teori yang dijadikan sumber rujukan

kemudian menganalisis mengenai hak asuh (h}ad{a>nah) bagi anak hasil

hubungan incest, maka penyusun dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Islam secara eksplisit (jelas) melarang dan mengharamkan tindakan incest,

karena merupakan salah satu bentuk perzinahan yang buruk dan

menjijikkan, termasuk yang menyebabkan diharamkannya incest adalah

karena adanya madharat yang ditimbulkan. Bahkan incest adalah

perbuatan yag lebih keji dari perzinahan itu sendiri. Karena secara umum,

incest adalah perbuatan perzinahan yang dilakukan terhadap saudara

mahram yang modus operandinya sering disertai dengan ‘pemaksaan dan

kekerasan’ oleh pelaku yang seharusnya menjadi pelindung dan penolong

bagi diri korban. Adapun status anak hasil incest sama dengan status anak

zina. Nasab anak zina tidak bisa dinisbatkan kepada pasangan zinanya,

karena status nasab dikembalikan pada pernikahan. Karena itu, baik Imam

Hanafi maupun Syafi’i, sepakat bahwa nasab anak zina tidak dinisbatkan

kepada pasangan ibunya, tetapi dinisbatkan kepada ibunya. Selain itu,

dalam Kompilasi Hukum Islam juga disebutkan bahwa anak yang lahir di

luar perkawinan hanya mempunyai nasab dengan ibunya dan keluarga

ibunya.

Page 35: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

82

2. Keputusan mengenai siapa yang lebih berhak mengasuh anak hasil

hubungan incest hendaknya dilakukan melalui pertimbangan dan

pemikiran yang matang. Pada dasarnya, yang paling berhak mengasuh

anak adalah ibunya, dan bila tidak memungkinkan baru kemudian keluarga

ibunya. Namun dalam hal pengasuhan anak korban incest, kadang kala

ibunya tidak mampu untuk mengasuh karena tidak memenuhi syarat-syarat

sebagai orang yang berhak mengasuh anak, seperti belum baligh atau

berkal sehat. Ketidakmampuannya itu membuat hak pengasuhan jatuh

kepada keluarga ibunya, namun keluarga sang ibu juga bergantung kepada

suaminya yang merupakan ayah sekaligus kakek dari sang bayi. Kasus

incest yang biasanya terjadi pada keluarga kurang mampu menyebabkan

terancamnya pengasuhan sang anak. Dengan dasar untuk menarik

maslahat dan dengan seizin dari ibu dan keluarga ibu si anak, maka ayah

sekaligus kakek sang anak hasil incest dimungkinkan untuk mengasuhnya

karena dalam hal ini hanya dia yang punya kemampuan untuk membiayai

pemeliharaan sang anak. Begitu juga dengan kasus incest yang terjadi

antara saudara kandung, dengan paman, atau saudara lain yang masih

mahram, dimana sang ibu dan keluarga ibu tidak mampu memenuhi

kebutuhan pemeliharaan sang anak, maka ayah biologisnya dapat

membantu pemeliharaannya dengan pengawasan dari keluarga ibunya.

Karena meskipun orang tua dari anak hasil hubungan incest tidak

diperbolehkan menikah dalam hukum Islam, namun mereka tetap harus

bertanggung jawab atas pengasuhan dan pemeliharaan anak. Keputusan

Page 36: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

83

untuk menyerahkan pengasuhan anak korban incest kepada ayahnya

adalah berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, dan jika

dilihat dari sudut pandang maqa>s}id asy-syari>’ah, hal ini sesuai dengan

kemaslahatan sebagai tujuan dari dibentuknya hukum Islam.

B. Saran-Saran

1. Munculnya incest merupakan pertanda bahwa moralitas manusia saat ini

sudah semakin parah. Rusaknya moralitas adalah lingkaran setan yang

saling berpautan, bahkan masuk hingga ke dalam ruang keluarga. Hal ini

sangat disayangkan mengingat keluarga adalah unit terkecil dari

masyarakat dimana manusia dididik dari awal. Oleh karena itu, untuk

menghindari terjadinya incest baik yang disertai maupun tidak disertai

kekerasan seksual, perlu dilakukan tindakan-tindakan berikut ini:

a. Memperkuat keimanan dengan menjalankan ajaran agama secara

benar. Bukan hanya mengutamakan ritual, tetapi terutama menghayati

nilai-nilai yang diajarkan sehingga menjadi bagian integral dari diri

sendiri

b. Memperkuat rasa empati, sehingga diri sendiri lebih sensitif terhadap

penderitaan orang lain, sekaligus tidak sampai hati membuat orang lain

sebagai korban

c. Mengisi waktu luang dengan kegiatan kreatif-positif

d. Menjauhkan diri dan keluarga dari hal-hal yang dapat membangkitkan

syahwat

Page 37: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

84

e. Memberikan pengawasan dan bimbingan terhadap anggota keluarga,

sehingga dapat terkontrol

f. Memberikan pendidikan seks sejak dini, sesuai dengan usia anak.

Hal-hal tersebut dapat dicapai atas peran serta masyarakat. Oleh

karena itu, perlu adanya pendidikan moral berdasarkan tuntunan al-Qur’an

oleh para pemuka masyarakat dan pemuka agama sehingga keluarga

mempunyai pedoman yang kokoh dalam memberikan contoh bagi anggota

keluarga dalam menjalani hidup dengan nila-nilai agama. Selain itu juga

perlu diberikan pemahaman sejak dini tentang keharaman zina dan

dampaknya pada keturunan serta umat muslim khususnya.

2. Bagi para tokoh agama maupun tokoh masyarakat yang sering dijadikan

rujukan oleh umat, dalam memutuskan suatu hukum tentang masalah

kontemporer yang belum ada aturan pasti dalam al-Qur’an maupun

sunnah, tidak cukup hanya menggunakan metode ijtihad berdasarkan dalil-

dalil fiqih, tetapi juga perlu dibarengi dengan ijtihad maqa>s}idi >> sehingga

hukum yang dihasilkan pun lebih memprioritaskan kemaslahatan umat.

3. Terkait pelaksanaan hak asuh anak korban incest oleh sang ayah, perlu

adanya kontrol dari lembaga-lembaga terkaitt, termasuk lembaga

keagamaan agar proses pengasuhan anak itu dapat berjalan sebagaimana

mestinya. Selain itu, perhatian dari lembaga-lembaga penghimpun dana

umat juga akan sangat berharga dalam keterlibatannya membantu biaya

pengasuhan anak korban incest dari keluarga tidak mampu, agar mereka

dapat hidup layak dan bangkit dari keterpurukan.

Page 38: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

85

DAFTAR PUSTAKA

Kelompok al-Qur’an dan Tafsi >> >>r ‘Abidin, Ibn, Hasyiyah Radd al-Mukhtâr, Beirut: Dar al-Fikr, 1995. Departemen Agama RI, al Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: CV. Penerbit

Diponegoro, 2003. Sa>bu>ni, M. Ali as-, Rawai’ al-Bayan Tafsir A>ya>t al-Ah}ka>m min al-Qur’an,

Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2004. Syafi’i, Imam as-, Ahkâm al-Qur’ân, Beirut: Dar al-Kutub al-’Ilmiyyah, 1991. Qurthubi, Al-, Al-Ja>mi’ li Ahka>m al-Qur’an, Beirut: Dar al-Kutub al ‘Araby, 1387

H.

Kelompok Hadi >> >>s\\ \\ dan Ulu>> >>mul Hadi >> >>s\\ \\

‘Aini, Badr ad-Din al-, Umdah al-Qari’Syarh}i S}ahih Bukhari, Beirut: Da>r al-Fikr, t.t.

Hanbal, Ahmad ibn, Musnad al-Imam Ah}mad bin H}anbal, Beirut: Maktabah al-

Isla>mi>y, t.t. Ma>likiy, Ibn al-‘Arabiy al-, ‘A>rid}ah al-Ah}wazi> bisyarhi Sah}}}i>h at-Tirmizi>, Beirut:

Da>r Ihya>’, t.t. Naisaburiy, Abi Husain Muslim bin Hajjaj al-Qusyairiy al-, S}ahih Muslim, Beirut:

Dar al-Kitab al-‘Ilmiyah, 1992 M/1413 H. ----, Mesir: Dar al-Fikr al-Mu’ashir, t.t. Nawawi, Imam an-, Sahih Muslim bi Syarh an-Nawawi, Beirut: Dar al-Fikr, t.t. Saranfuri, Al-Imam al-Muhaddits al-Kabir as-Syaikh Khalil Ahmad as-, Bazlul

Majhudi fi halla Sunan Abi Daud, Beirut: Darl Basyairol Islamiyah, 2006.

Kelompok Fiqh dan Us}} }}u >> >>l Fiqh Abidin, Slamet dan Aminuddin, Fiqh Munakahat II, 2 jilid, Yogyakarta: CV

Pustaka Setia, 1999.

Page 39: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

86

Amidi, Al-, Al-Ihka>m fi Us}ul al-Ahka>m, ttp.: Muassasahal-Halaby, 1991. A. Rahman, Drs. H. Asjmuni, Qa’idah-Qa’idah Fiqih: Qawa’idul Fiqhiyah,

Jakarta: Bulan Bintang, 1976. Aula, Isyarotul, “Kedudukan Anak Hasil Hubungan Incest dalam Kewarisan

Islam,” skripsi Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2003. Barry, Zakariya Ahmad al, Hukum Anak-Anak dalam Islam, alih bahasa Dra.

Chadidjah Nasution, cet. ke-1, Jakarta: Bulan Bintang, 1977. Basyir, Ahmad Azhar, Hukum Perkawinan Islam, Yogyakarta: Fak. Hukum UII,

1999. Daly, Dr. Peunoh, Hukum Perkawinan Islam: Suatu Studi Perbandingan dalam

Kalangan Ahlus-Sunnah dan Negara-negara Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1988.

Dewan Ulama Al-Azhar, Ajaran Islam tentang Perawatan Anak, alih bahasa: al-

Wiyah Abdurrahman, Bandung: al-Bayan, 1996. Dimyati, Abu> Bakar ad-, I’a>nah at-T}a>libi>n, t.t.p: Da>r Ihya>’ al-Kutub al-‘Arabiyah,

t.t. Ghazali, Al-, Al-Mustasfa, Beirut: Da>r al-Fikr, 1997. Hakim, Abd al-Hamid, al-Mu’in al-Mubin, Bukittinggi: Maktabat Nusantara,

1952. Harun, Nasrun, Ushul Fiqh I, cet. ke-1, Jakarta: Logos, 1996. Hayati, Farida Nur, ”Hak Asuh (Hadanah) Anak Angkat Akibat Perceraian Orang

Tua Angkat dalam Perspektif Hukum Islam,” skripsi Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008.

‘Jaziri, Abd al-Rahman al-, Kitab al-Fiqh ‘ala ‘l-Mazahib al-‘Arba’ah, Mesir: al-

Maktabat al-Tijariyyat al-Kubra, 1969. Khalaf, Abdul Wahab, Ilmu Ushul Fiqh, alih bahasa oleh H. Moh. Zuhri dan

Ahmad Qorib, Semarang: Dina Utama, 1994. Muchtar, Kamal, Asas-asas hukum Islam tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan

Bintang, 1974.

Nabhani, Syaikh Taqiyuddin an-, Asy-Syakhshiyyah al-Isla>miyyah, edisi Muktamadah, Beirut: Dar al-Ummah, 2005.

Page 40: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

87

Nasution, Khoiruddin, “Mensikapi Kitab-Kitab Fikih Konvensional dalam menjamin Hak Wanita Menentukan Pasangan Hidup,” Jurnal Ilmu Syari’ah asy-Syir’ah, Vol. XIII (2001).

Nur, Djaman, Fiqih Munakahat, Semarang: Dina Utama Semarang. Qaradawi, Yusuf al-, Halal dan Haram dalam Islam, Solo: Era Intermedia, 2000. Qarafi, Al-, Syarh} Tanqi>h al-Fus}u>l, ttp.: Maktabah al-Kulliyah al-Azhariyyah, t.t. Rudiansyah, Arif, ”Hak Pengasuhan Anak Akibat Perceraian dalam Pandangan

Hukum Islam dan Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,” skripsi Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008.

Ruqy, Dr. Muhammad Ar-, Qawaid Al Fikhi Al Islami Min Khilali Kitab Al Iysraf

Ala Masail Al Khilaf Li Al Qadhi Abdul Wahhab Al Baghdadi Al Maliky, cet. ke-1, ttp.: Dar Al Qalam, 1419 H.

Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah, alih bahasa Drs. Mohammad Thalib, cet. ke-20,

Bandung: PT Alma’arif, t.t. Saputra, Lati Gumilang Khayat, ”Penelantaran Anak (Studi Komparatif Hukum

Islam dan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak),” skripsi Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008.

Setiawan, Muhammad Arief, ”Status Wali Nikah bagi Pelaku Incest,” skripsi

Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2005. Suyuti, Imam Jalaluddin Abdu Rahman bin Abi Bakar as-, al-Asybah wa an-

Nad}a>ir fi al-Furu’, Beirut: Da>r al-Fikr, 1995. Syātibī, Abu Ishaq Ibrahim asy-, al-Muwāfaqāt fi Us{ūl al-Ah{kām, Mesir:

Maktabah Muhammad Ali Shabih wa Auladihi, t.t. Ubaidiy, Hammady al-, Asy-Sya>t}ibi wa maqa>s}id asy-syari>’ah, Tripoli: Al-

Jamha>riyyah al-Uz}ma>, 1992. Zuhaili, Wahbah az-, Al-Fiqh al-Isla>mi> wa Adillatuh, Da>r al-Fikr al-Mu’a>sir,

2002.

Lain-Lain “Anak Perempuan Hasil Incest Lebih Rentan terhadap Penyakit Genetik,”

http://www.rahima.or.id/SR/08-03/Opini1.htm, akses 13 Agustus 2008.

Page 41: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

88

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 1990.

“Ayah perkosa anak kandung,“

http://www.radarbanten.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=18199, akses 24 Februari 2009.

“Dilakukan Berulang Kali Sejak Isterinya Meninggal, Ayah Perkosa Anak

Kandung,” http://www.indosiar.com/news/patroli/78503/ayah-perkosa-anak-kandung, akses 24 Februari 2009.

Echols, Jhon M. dan Hasan Shadily, Kamus Bahasa Inggris, Jakarta: Gramedia,

1992. Fayumi, Badriyah, “Incest dan Perlindungan Perempuan,”

http://www.rahima.or.id/SR/08-03/Tafsir.htm, akses 24 Februari 2009. Hartono, C.F.G. Sunaryati, Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad Ke-

20, Bandung: Alumni, 1994. Hayati, Elli Nur, Pandangan untuk Pendamping Perempuan Korban Kekerasan

(Konseling Berwawaan Gender), Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan Rifka Annisa, 2000.

“Jambi Geger, Seorang Ibu Dihamili Anaknya,”

http://kompas.co.id/read/xml/2008/07/24/08495639/jambi.geger.seorang.ibu.dihamili.anaknya, akses 24 Februari 2009.

Kartono, Kartini, Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual, Bandung:

Mandar Maju, 1989. LBH APIK Jakarta, “Catatan Penting dari Forum Komunitas: Membongkar

Praktek Incest: Fakta tentang kekerasan seksual terhadap Anak Perempuan dalam Lingkup Rumah Tangga/Domestik,” http://www.salahketik.com/bantuanhukum/incest-kp%20rawa.htm, akses 24 Februari 2009.

Manik, Sulaiman Zuhdi dkk., Korban dan Penanganan Anak Perempuan Korban

Incest, Sumatera Utara: Pusat Kajian dan Perlindungan anak (PKPA), 2002.

Martha, Aroma Elmina, Perempuan Kekerasan dan Hukum, Jogjakarta: UII Press,

2003. “Merusak Anak Demi Birahi,” http://berita.liputan6.com/read/39919/class=, akses

24 Februari 2009.

Page 42: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

89

Mulia, Siti Musdah, Muslimah Reformis: Perempuan Pembaru Keagamaan, cet. ke-1, Bandung: Mizan, 2004.

Munawwir, Ahmad Warson, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,

cet. ke-25, Surabaya: Pustaka Progressif, 2002. Nasir, Moh., Metode Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia, 2005. Sa’bah, Marzuki Umar, Perilaku Seks Menyimpang dan Seksualitas Kontemporer

Umat Islam, Yogyakarta: UII Press, 2000. Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian, Bandung: CV.

Mandar Maju, 2002. Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu

Tinjauan Singkat, Jakarta: Rajawali Pers, 2001. Soemitro, Ronny Hanitijo, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, cet. ke-5,

Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994. Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, cet. ke-12, Bandung: Penerbit Alfabeta,

2008. Supratiknya, A., Mengenal Perilaku Abnormal, Yogyakarta: Kanisius, 1995. Sustiwi, Fadmi, “Kekerasan yang Membayangi Anak-anak (1): Terjadi di Rumah

yang Mestinya Melindungi,” Kedaulatan Rakyat, Senin, 3 November 2003.

Tim Kashihiko, Kamus Biologi, Surabaya: Kashihiko Press, 2002. Tim Penulis Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa DEPDIKBUD,

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

dan Kompilasi Hukum Islam, Bandung: Citra Umbara, 2007. Widyarini, M.M. Nilam, “Incest, Kekerasan Seksual pada Anak,”

http://www.kompas.com/kesehatan/news/0502/18/105128.htm, akses 23 Februari 2009.

Wignjosoebroto, Soetandyo, Hukum, Paradigma, Metode dan Dinamika

Masalahnya, Jakarta: Elsam dan Huma, 2002. Yafie, Ali, Teologi Sosial, Telaah Kritis Persoalan Agama dan Keagamaan,

Yogyakarta: LKPSM, 1977.

Page 43: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

I

Lampiran 1

DAFTAR TERJEMAHAN

No Hlm FN Terjemahan BAB I

1 1 3 Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya…

2 1 4 Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…

BAB II 3 20 3 ...jika seseorang telah meninggal dunia, maka terputuslah

semua amal dari dirinya kecuali tiga, yaitu sadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakan kepadanya (kepada orang tuanya).

4 20 4 Idem Bab I footnote no. 4. 5 21 6 ...barangsiapa memisahkan orang tua dengan anaknya,

maka Allah akan memisahkan antara dia dan orang-orang yang dikasihinya di hari kiamat kelak.

6 30 16 …dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.

7 30 17 Dari kakeknya ‘Abdullah bin ‘Amrin: Bahwasanya seorang wanita berkata: “ya Rasulullah, sesungguhnya anak saya ini perut sayalah yang mengandungnya dan susu sayalah minumannya, dan pangkuan sayalah jadi penjaganya; sedangkan ayahnya telah menceraikan saya, dan ia bermaksud hendak memisahkan dia daripada saya”. Maka Rasulullah Saw bersabda kepadanya: “engkau lebih berhak pada nakmu selama engkau belum kawin”.

8 31 20 Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak) mu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.

BAB III 9 49 27 Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah

Page 44: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

II

dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh). Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

10 54 35 Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) Yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya'. (Itulah) tiga 'aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur balig, maka hendaklah mereka meminta izin, seperti orang-orang yang sebelum mereka meminta izin. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

11 56 38 Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil Perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri) dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka Perjanjian yang teguh.

12 56 39 Dan telah Kami angkat ke atas (kepala) mereka bukit Thursina untuk (menerima) Perjanjian (yang telah Kami ambil dari) mereka. dan Kami perintahkan kepada mereka: "Masuklah pintu gerbang itu sambil bersujud", dan Kami perintahkan (pula) kepada mereka: "Janganlah kamu melanggar peraturan mengenai hari Sabtu", dan

Page 45: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

III

Kami telah mengambil dari mereka Perjanjian yang kokoh.

13 56 40 Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu Perjanjian yang kuat.

14 57 42 Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas.

15 57 43 Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka …, isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki…

16 57 44 Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya…

17 57 45 …Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu…

18 58 46 Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.

19 58 47 Dia diciptakan dari air yang dipancarkan, yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan.

20 58 48 Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak…

21 58 49 Wanita-wanita hamil dan melahirkan yang sangat mengasihi anak-anak mereka kalaulah mereka tidak membentak (berpaling) kepada suami-suami mereka, pastilah Allah menjadikan surga sebagai tempat kebahagiaan mereka.

Page 46: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

IV

22 58 50 Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas.

23 58 51 Wahai para pemuda, barang siapa yang telah mampu memberikan biaya maka hendaklah ia menikah. Karena sesungguhnya menikah itu dapat menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Dan barang siapa yang tidak mampu maka hendaklah ia berpuasa karena sesungguhnya puasa itu baginya bisa menjadi obat.

24 59 52 Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.

25 59 53 Apakah kalian orang-orang yang berkata demikian? Ketahuilah demi Allah sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut dan paling bertaqwa kepada Allah, akan tetapi aku berpuasa juga berbuka, aku sholat juga tidur, dan aku (juga) menikahi perempuan. Maka barang siapa tidak menyukai sunnahku, ia bukanlah termasuk golonganku.

26 60 55 Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.

27 61 56 Sesungguhnya pernikahan pada masa jahiliyah ada empat macam: Pernikahan sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang sekarang. Yaitu seseorang datang meminang wanita atau anak gadis kepada walinya, lalu ia memberi mahar kepadanya kemudian menikahinya. Jenis pernikahan lainnya, seorang lelaki berkata kepada istrinya apabila telah suci dari haidhnya, “pergilah menemui si Fulan lalu ambillah benih darinya,” kemudian suaminya menjauhi dan tidak menyentuhnya lagi hingga jelas kehamilannya dari benih si fulan tadi. Jika ternyata hamil, maka si suami boleh menyetubuhinya bila ia mau. Ia melakukan itu untuk mendapatkan anak. Pernikahan jenis ini disebut nikah istibda’ (untuk disetubuhi). Pernikahan jenis lain, yaitu berkumpullah beberapa orang lelaki yang berjumlah sekitar sepuluh orang. Mereka semua menyetubuhi seorang wanita. Apabila wanita itu hamil atau mengandung, dan telah lewat beberapa hari setelah melahirkan kandungannya, maka iapun mengirim bayinya kepada salah seorang dari laki-laki itu. Maka mereka pun

Page 47: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

V

tidak bisa mengelak. Kemudian mereka semua berkumpul dengan wanita itu, lalu si wanita berkata kepada mereka: “Tentunya kalian telah mengetahui urusan kalian. Aku telah melahirkan seorang anak, dan anak ini adalah anakmu hai Fulan”. Si wanita menyebutkan nama salah seorang dari mereka yang ia sukai, dan anak tersebut dinisbatkan kepada lelaki itu tanpa bisa menolaknya lagi. Pernikahan jenis lain, yaitu sejumlah lelaki menyetubuhi seorang wanita tanpa menolak siapapun lelaki yang datang kepadanya. Dia ini ialah perempuan pelacur. Mereka menancapkan bendera pada pintu-pintu rumah sebagai tanda. Siapa saja lelaki yang ingin menyetubuhinya, ia bebas mendatanginya. Jika perempuan ini hamil dan melahirkan anak, maka para lelaki itupun dikumpulkan untuk menunjukkan kemiripan wajah mereka (dengan anak yang dilahirkan). Kemudian mereka nasabkan anak tersebut kepada orang yang paling nampak kemiripannya. Maka anak itupun dinisbatkan kepadanya tanpa bisa menolaknya. Tatkala Allah mengutus Rasulullah dengan membawa kebenaran, maka runtuhlah (batal) semua bentuk pernikahan pada jaman jahiliyyah kecuali bentuk pernikahan manusia yang ada sekarang ini.

BAB IV 28 68 1 Zina adalah istilah persenggamaan seorang pria dengan

wanita pada kemaluan (vagina)-nya tanpa didasari ikatan pernikahan, maupun syubhat pernikahan…

29 69 2 Idem Bab III footnote no. 55. 30 69 3 Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina,

deralah masing-masing dari keduanya seratus dali deraan, dan janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya mencegah kalian untuk (menjalankan) agama Allah jika kalian mengimani Allah dan Hari Akhir. Hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.

31 69 4 Terimalah dariku! Terimalah dariku! Sungguh Allah telah memberi jalan kepada mereka. Bujangan yang berzina dengan gadis dijilid seratus kali dan diasingkan selama satu tahun. Dan orang yang telah kawin yang berzina didera seratus kali dan dirajam.

32 70 5 Idem Bab III footnote no. 27. 33 70 6 Orang-orang yang menzhihar istrinya di antara kalian,

(menganggap istrinya sebagai ibunya), padahal tiadalah istri mereka itu ibu mereka. Ibu-ibu mereka tidak lain adalah wanita yang melahirkan mereka dan sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu perkataan

Page 48: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

VI

mungkar dan dusta. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.

34 74 12 Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.

35 75 15 Kemad{aratan itu harus dihilangkan.

Page 49: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

VII

Lampiran 2

BIOGRAFI ULAMA DAN SARJANA

Imam Syafi’i

Imam Syafi’i bernama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Idris As Syafi’i, lahir di Gaza, Palestina pada tahun 150 Hijriah (767-820 M), berasal dari keturunan bangsawan Qurays dan masih keluarga jauh rasulullah SAW.

Saat berusia 9 tahun, beliau telah menghafal seluruh ayat Al Quran dengan lancar bahkan beliau sempat 16 kali khatam Al Quran dalam perjalanannya dari Mekkah menuju Madinah.

Meskipun Imam Syafi’i menguasai hampir seluruh disiplin ilmu, namun beliau lebih dikenal sebagai ahli hadis dan hukum karena inti pemikirannya terfokus pada dua cabang ilmu tersebut, pembelaannya yang besar terhadap sunnah Nabi sehingga beliau digelari Nasuru Sunnah (Pembela Sunnah Nabi). Dalam pandangannya, sunnah Nabi mempunyai kedudukan yang sangat tinggi, malah beberapa kalangan menyebutkan bahwa Imam Syafi’i menyetarakan kedudukan sunnah dengan Al Quran dalam kaitannya sebagai sumber hukum islam, karena itu, menurut beliau setiap hukum yang ditetapkan oleh rasulullah pada hakekatnya merupakan hasil pemahaman yang diperoleh Nabi dari pemahamannya terhadap Al Quran. Selain kedua sumber tersebut (Al Quran dan Hadis), dalam mengambil suatu ketetapan hukum, Imam Syafi’i juga menggunakan Ijma’, Qiyas dan istidlal (penalaran) sebagai dasar hukum islam.

Diantara karya karya Imam Syafi’i yaitu Al Risalah, Al Umm yang mencakup isi beberapa kitabnya, selain itu juga buku Al Musnadberisi tentang hadis hadis rasulullahyang dihimpun dalam kitab Umm serta ikhtilaf Al hadis.

Imam Hanafi

Imam Abu Hanifah yang dikenal dengan dengan sebutan Imam Hanafi bernama asli Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit Al Kufi, lahir di Irak pada tahun 80 Hijriah (699 M), pada masa kekhalifahan Bani Umayyah Abdul Malik bin Marwan. Beliau digelari Abu Hanifah (suci dan lurus) karena kesungguhannya dalam beribadah sejak masa kecilnya, berakhlak mulia serta menjauhi perbuatan dosa dan keji. dan mazhab fiqhinya dinamakan Mazhab Hanafi.

Pada masa remajanya, dengan segala kecemerlangan otaknya Imam Hanafi telah menunjukkan kecintaannya kepada ilmu pengetahuan, terutama yang berkaitan dengan hukum islam, kendati beliau anak seorang saudagar kaya namun beliau sangat menjauhi hidup yang bermewah mewah, begitu pun setelah beliau menjadi seorang pedagang yang sukses, hartanya lebih banyak didermakan ketimbang untuk kepentingan sendiri.

Page 50: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

VIII

Disamping kesungguhannya dalam menuntut ilmu fiqh, beliau juga mendalami ilmu tafsir, hadis, bahasa arab dan ilmu hikmah, yang telah mengantarkannya sebagai ahli fiqh, dan keahliannya itu diakui oleh ulama ulama di zamannya, seperti Imam hammad bin Abi Sulaiman yang mempercayakannya untuk memberi fatwa dan pelajaran fiqh kepada murid muridnya. Keahliannya tersebut bahkan dipuji oleh Imam Syafi’i ” Abu Hanifah adalah bapak dan pemuka seluruh ulama fiqh “. karena kepeduliannya yang sangat besar terhadap hukum islam, Imam Hanafi kemudian mendirikan sebuah lembaga yang di dalamnya berkecimpung para ahli fiqh untuk bermusyawarah tentang hukum hukum islam serta menetapkan hukum hukumnya dalam bentuk tulisan sebagai perundang undangan dan beliau sendiri yang mengetuai lembaga tersebut. Jumlah hukum yang telah disusun oleh lembaga tersebut berkisar 83 ribu, 38 ribu diantaranya berkaitan dengan urusan agama dan 45 ribu lainnya mengenai urusan dunia.

Karya besar yang ditinggalkan oleh Imam hanafi yaitu Fiqh Akhbar, Al ‘Alim Walmutam dan Musnad Fiqh Akhbar.

Imam an-Nawawi

Al-Imam al-Allamah Abu Zakaria Muhyuddin bin Syaraf an-Nawawi ad-Dimasyqi, atau lebih dikenal sebagai Imam Nawawi, adalah salah seorang ulama besar mazhab Syafi'i. Ia lahir di desa Nawa, dekat kota Damaskus, pada tahun 1233 dan wafat pada tahun 1278. Kedua tempat tersebut kemudian menjadi nisbat nama beliau, an-Nawawi ad-Dimasyqi. Ia adalah seorang pemikir muslim di bidang fiqih dan hadits.

Imam Nawawi pindah ke Damaskus pada tahun 649 H dan tinggal di distrik Rawahibiyah. Di tempat ini beliau belajar dan sanggup menghafal kitab at-Tanbih hanya dalam waktu empat setengah bulan. Kemudian beliau menghafal kitab al-Muhadzdzabb pada bulan-bulan yang tersisa dari tahun tersebut, dibawah bimbingan Syaikh Kamal Ibnu Ahmad.

Semasa hidupnya beliau selalu menyibukkan diri dengan menuntut ilmu, menulis kitab, menyebarkan ilmu, ibadah, wirid, puasa, dzikir, sabar atas terpaan badai kehidupan. Pakaian beliau adalah kain kasar, sementara serban beliau berwarna hitam dan berukuran kecil.

Yusuf al-Qardhawi Yusuf al-Qardhawi dilahirkan di sebuah desa Shafth Turab di Republik Arab Mesir pada 9 September 1926. Nama lengkapnya ialah Muhammad Yusuf al-Qardhawi. Beliau lahir dalam keadaan yatim. Oleh karena itu, beliau dipelihara oleh pamannya. Pamannya inilah yang mengantarkan al-Qardhawi kecil ke surau tempat mengaji. Di tempat itu, al-Qardhawi terkenal sebagai seorang anak yang sangat cerdas. Dengan kecerdasannya, beliau mampu menghafal al-Qur’an dan menguasai hukum-hukum tajwidnya dengan sangat baik. Hal ini terjadi pada saat

Page 51: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

IX

beliau masih berada di bawah umur 10 (sepuluh) tahun. Setelah itu, beliau bergabung dan menyelesaikan sekolah dasar dan menengahnya di lembaga pendidikan cabang al-Azhar. Kecerdasannya telah tampak sejak kecil, sehingga salah seorang gurunya memberi gelar al-Qardhawi dengan “allamah” (sebuah gelar yang biasanya diberikan kepada seseorang yang memiliki ilmu sangat luas). Al-Qardhawi adalah salah seorang tokoh umat Islam yang sangat menonjol dalam bidang ilmu pengetahuan, pemikiran, dakwah, pendidikan dan jihad. Kontribusinya sangat dirasakan di seluruh belahan bumi. Pengabdiannya untuk Islam tidak hanya terbatas pada satu sisi atau satu medan tertentu. Aktivitasnya sangat beragam dan sangat luas serta melebar ke banyak bidang dan sisi. Al-Qardhawi telah mengarang buku-buku keislaman hampir berjumlah seratus buku dengan orisinalitasnya tersendiri. Karya-karyanya mendapat sambutan yang menggembirakan dari berbagai kalangan di dunia Islam, salah satunya adalah al-Hala >l wal-Hara >m fil-Isla>m. Liek Kartini Kartono

Dilahirkan di Surabaya tahun 1929, adalah seorang dosen tetap di IKIP Bandung. Sejak 1969 ia merangkap mengajarkan psikologi umum dan psikologi sosial di FISIP/SOSPOL UNPAR Bandung. Kesarjanaannya di bidang ilmu pendidikan diperoleh dari IKIP Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 1964. Tahun 1972 melengkapi studi post graduate selama 18 bulan di Universiteit Amsterdam untuk Politieke Ontwikkeling, Verandering-Processen, Modernisatie, Urbanisatie en Sociologie van Indonesia. Di samping itu juga menamatkan studi untuk pekerjaan sosial selama 2 tahun pada Protestantse Voortgezette Opleiding voor Sociale Arbeid di Amsterdam (dipl.M.Sw.). Pada tahun 1986 berhasil meraih gelar Doktor kependidikan di IKIP Bandung. Karier kerjanya dimulai sebagai kopral TNI-AD (Brigade XVII TRIP Jawa Timur 1945-1950), wartawati surat kabar harian Suara Rakyat Surabaya, guru SD, SMP, SMEA, SGKP/SKKA, dosen 1965 sampai sekarang.

Page 52: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HAK ASUH ( H}}AD} …digilib.uin-suka.ac.id/10015/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · relasi-relasi seksual di antara orang-orang berbeda jenis kelamin

X

Lampiran 3

CURRICULUM VITAE

DATA PRIBADI

Nama : Nazula Harfiyati, S.E.

Tempat/Tanggal Lahir : Yogyakarta, 16 Juni 1985

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Babadan RT 23 No. 87 Gedong Kuning

Yogyakarta

NAMA ORANG TUA

Nama Ayah : Drs. H. Harsoyo, M.Si.

Nama Ibu : Hj. Sufaiyah, S. Sos.i.

DATA SUAMI DAN ANAK

Suami : Adib Zaidani Abdurrohman, S.E.

Anak : Nayla Azma Syarifa

RIWAYAT PENDIDIKAN FORMAL

TK ABA Sapen Yogyakarta 1990 – 1991

SD Muhammadiyah Sokonandi Yogyakarta 1991 – 1997

SLTP Muhammadiyah 2 Puteri Yogyakarta 1997 – 2000

SMU Negeri 4 Yogyakarta 2000 – 2003

Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia 2003 – 2008

Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga 2004 – sekarang

RIWAYAT PENDIDIKAN NON FORMAL

Pondok Pesantren Al Barokah, Yogyakarta 2000 – 2001

Pondok Pesantren Nurul Ummah, Yogyakarta 2007 – 2008